The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by vivisulviana, 2021-10-30 03:34:31

PAHLAWAN YANG TERLUPAKAN

PAHLAWAN YANG TERLUPAKAN

Keywords: gendissewuberkarya,antologitahucampurteenlitversion,pahlawanyangterlupakan

Setelah pemimpin upacara memerintahkan semua
yang hadir untuk hormat, akhirnya kami pun menaikkan
bendera merah putih hingga sampai di puncaknya. Di
saat paduan suara menyanyikan lagu Indonesia Raya,
aku memusatkan pandangan pada tali biru yang
menghubungkan tiang bendera naik sampai pada ujung
tiang kemudian Sang Saka Merah Putih berkibar begitu
gagahnya.

Setelah lagu Indonesia Raya selesai
dikumandangkan dan bendera sudah kami naikkan, kami
pun mundur dua langkah dan seraya berhormat pada
Sang Saka Merah Putih. Lalu, kami kembali
menghentakkan kaki kami untuk kembali ke posisi
masing-masing.

Jujur sebenarnya lenganku masih sakit, tapi aku
tak berniat minta izin istirahat sejenak karena masih
banyak rangkaian acara dalam upacara ini. Jadi, aku
tetap diam sejenak bersama teman-temanku yang
bertugas sebagai pengibar bendera. Setelah acara
selesai, pelatih langsung menghampiriku memberi air
minum seraya kembali memegang lenganku.

"Oh? Pelatih?" ujarku sedikit kaget.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 94

"Kenapa lenganmu belum diobati juga?" tanyanya.
"Saya tak punya waktu, Pak," jawabku singkat.
"Untung aja kamu tidak kenapa-kenapa waktu
upacara tadi, kamu memang anak yang kuat yah, Dea."
Pak Pelatih memujiku sambil tersenyum.
"Begini lah wanita, walau ditakdirkan lembut tapi
tak boleh lemah, bertahan dari rasa sakit. Walau tadi
sebenarnya sakitnya minta ampun," ujarku semangat.
"Hahahaha." Pak Pelatih tertawa mendengar
pernyataanku.
“Nanti Bapak akan membawamu ke rumah sakit
setelah semua rangkaian acara selesai sebelum kembali
ke asrama. Bapak janji," ujarnya padaku.
"Sungguh?" balasku.
"Iya, Bapak bersungguh-sungguh. Bapak cuma
kasihan melihatmu memegang lenganmu terus, jadi
Bapak akan berbaik hati membawamu ke rumah sakit,"
ungkapnya.
Setelah mengucapkan itu, Pak Pelatih
mengeluarkan sebuah kertas dan pulpen lalu beliau
memberikannya padaku.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 95

"Kira-kira setelah pengibaran ini apa keinginanmu?
Tulislah dikertas itu dan masukkakn ke kotak harapan
seperti teman-teman dan juga senior yang lain," ucap Pak
Pelatih dengan gagahnya.

"Baik, Pak. Saya akan tulis," jawabku cekatan.
Lalu aku menulis permohonanku di atas kertas
sambil menutupinya dengan tanganku agar tidak ada
yang melihat permohonanku, bahkan Pak Pelatih
sekalipun.
Setelah menulis permohonan, aku yang masih memakai
baju paskibra langsung memasukkan permohonanku di
dalam kotak harapan.
"Semoga impianku terwujud," gumamku senang.
Setelah memasukkan permohonan di kotak
harapan, aku pun mengikuti lomba kemerdekaan hanya
sekadar seru-seruan.
Sebenarnya aku tidak ingin membocorkan
permohonanku, tapi aku akan tulis kembali
permohonanku di atas kertas agar bisa diingat.
Isi dari permohonanku adalah:
"SEMOGA DI TAHUN 2045, AKU BISA KEMBALI
MENCIUM DAN MEMEGANG BENDERA MERAH

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 96

PUTIH, WALAU RINTANGAN MENGHALANGI AKAN
TETAP KU HADAPI. KARENA AKU CINTA SANG SAKA
BENDERA MERAH PUTIH DAN TANAH AIR NEGARA
INDONESIA."

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 97

AKIBAT BANGUN KESIANGAN

Oleh Ahmad Illiyas

Hangat mentari pagi menerobos masuk melewati sela-
sela jendela kamar. Sinarnya menyinari wajah hingga
membuatku terbangun. Aku pun membuka mata dengan
sangat berat dan melihat ke arah jam dinding yang ada di
kamar.

Seketika itu juga aku terkejut, kulihat jam telah
menunjukan pukul enam pagi. Dengan cepat aku melompat
dari tempat tidur langsung menuju kamar mandi. Ketika
sampai di pintu kamar mandi, aku terpeleset kain basah yang
ada di bawah, beruntung aku tidak jatuh sehingga tidak
mencederai tubuhku.

Setelah mandi aku segera berpakaian sekolah dengan

rapi. Kemudian, aku sarapan pagi bersama ayah dan ibuku.

Sesudahnya aku pamit kepada kedua orang tuaku dan langsung

berangkat menuju sekolah dengan mengendarai sepeda

motorku.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 98

Jarak dari sekolah ke rumah tidak begitu jauh sehingga
hanya sekitar lima belas menit aku telah sampai di sekolah.
Beruntung aku tidak terlambat, pikirku. Aku langsung menuju
kelas. Setibanya di sana, kulihat semua teman-teman sedang
bersiap untuk mengikuti upacara.

Aku juga ikut mempersiapkan diri untuk mengikuti
upacara. Aku mencari sesuatu. Aku mencari topiku di dalam
tas, tapi betapa terkejutnya aku ternyata topiku tidak ada di
sana. Aku mulai panik. Kucari di sela-sela buku pelajaran, tapi
topiku tidak ada. Sepertinya aku lupa memasukkan topi ke
dalam tas.

Terbayang sudah aku akan dihukum berdiri sendiri di
depan lapangan upacara sambil ditertawakan teman- teman.
Aku tidak mau kena hukuman. Aku berniat mengambil topiku
yang tertinggal di rumah. Kulihat jarum jam masih menunjukan
pukul 07.00 WIB. Aku pikir masih ada waktu untuk pulang
mengambil topi.

Cepat-cepat aku pulang ke rumah. Setelah topi sudah di
tangan, aku segera kembali ke sekolah. Kupacu sepeda motor
dengan sangat kencang. Namun, sesuatu kembali membuatku

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 99

panik. Di tengah perjalanan motorku tiba-tiba berhenti
mendadak. Aku coba mencari tahu penyebab berhentinya
motorku. Setelah aku periksa, ternyata motorku kehabisan
bensin.

Terpaksa aku mendorongnya sambil mencari penjual
bensin terdekat. Beruntung, aku menemukan pom bensin tidak
jauh dari tempat motorku mogok. Kemudian aku membeli
bensin dan langsung memacu sepeda motorku kembali.

Setelah sampai di sekolah, semua murid telah
berkumpul di lapangan upacara. Ternyata upacara baru akan
dimulai. Aku berlari menuju ke lapangan upacara tempat
teman-temanku berbaris. Aku benar-benar lega karena topi
sudah di kepala dan siap untuk mengikuti upacara.

Ketika upacara berlangsung, guru BK mengadakan razia
memeriksa kerapian dan kelengkapan semua siswa. Aku benar-
benar tenang karena aku yakin tidak akan kena hukuman.

Namun, tidak disangka guru BK menghampiri dan
mencatat namaku. Baru kusadari ternyata aku tidak memakai
ikat pinggang. Senyum yang tersembul dari pipiku tiba-tiba

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 100

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 101

menghilang. Aku lupa bahwa aku belum melepaskan
ikat pinggang yang masih menempel di celana pramuka.
Sekarang aku hanya bisa pasrah menerima hukuman yang akan
aku terima.

Upacara telah usai. Guru BK mengumpulkan semua
siswa yang telah tercatat. Ada sekitar sepuluh orang siswa
termasuk aku yang terjaring razia kali ini. Kami semua
dibariskan menghadap tiang bendera selama sepuluh menit.
Setelah itu, guru BK datang dan memberi wejangan pada kami.
Aku hanya bisa mendengarkan. Selanjutnya, tentu saja seperti
apa yang kami duga. Kami mendapat hukuman membersihkan
toilet sekolah.

Tanpa bisa menghindar aku menghabiskan waktu dua
jam pelajaran dengan membersihkan toilet pria yang terkenal
sangat bau. Saat itu juga aku menyadari sesuatu. Segala hal
yang tidak disiapkan akan membawa bencana. Seperti yang
aku alami hari ini. Sejak saat itu aku selalu menyiapkan atribut
sekolah sebelum tidur malam.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 102

ANDRA ANAK PENYAYANG

Oleh Yunita Adelia Ramadhani

Di sebuah kota tinggallah pasangan suami istri yang
bernama Pak Adit dan Bu Adit. Mereka menikah di usia
yang cukup matang. Setelah beberapa tahun mereka
menikah barulah mereka dikaruniai seorang anak laki-laki.
Mereka sangat senang atas anugerah yang telah
diberikan Allah. Anak laki-laki itu diberi nama Andra.

Bu Adit sangat bersyukur karena meskipun usianya
sudah di ambang batas tapi tetap dikaruniai anak. Hari
demi hari Andra dirawat oleh Bu Adit dengan penuh kasih
sayang.

Setelah agak besar, Andra terlihat berbeda dari
anak kebanyakan. Hal ini tampak dari wajah serta ciri
tubuhnya. Andra adalah anak berkebutuhan khusus,
meskipun begitu Bu Adit tetap sabar dan ikhlas menerima
kenyataan itu.

Andra tumbuh menjadi anak yang baik hati dan
penyayang. Andra sangat sayang dengan orang tuanya.
Andra duduk di bangku sekolah anak berkebutuhan
khusus yang agak jauh dari tempat tinggalnya. Di sekolah

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 103

dia adalah anak yang suka membantu teman, baik hati
dan tidak banyak tingkah seperti yang lainnya.

Dia anak yang penurut. Saat diajari gurunya pun
Andra mudah meniru dan tanggap atas apa yang
diajarkan guru-gurunya. Di lingkungan rumah tak banyak
anak yang mengenal Andra. Andra lebih suka bermain di
dalam rumah.

Ketika agak besar Andra mulai bermain di
lingkungan sekitar rumah. Tetapi, sayangnya banyak
anak yang memandang sebelah mata. Mereka menjauhi
Andra. Tak banyak anak yang mau bergaul dengan
Andra. Meskipun begitu orang tuanya tak malu dan terus
memberikan perhatian dan kasih sayang pada Andra.

Hari demi hari berlalu. Aktivitas sehari-hari Andra
ketika pagi hari dia sekolah, sepulang sekolah dia
menonton tv dan tidur baru sorenya dia keluar rumah
untuk bermain. Meski tak banyak teman Andra tidak
berkecil hati. Dia selalu baik kepada sesama teman. Dia
terus mendekati teman-teman dan ingin mempunyai
banyak teman. Berbagai pelajaran dan pengajaran
diajarkan oleh ibunya demi perkembangan Andra.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 104

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 105

Ketika di rumah, ibunya selalu memberikan
semangat dan perhatian yang lebih agar Andra tidak
berkecil hati atas keadaaannya. Ibu dan bapaknya selalu
memberikan kasih sayang dan memperlakukan sama
dengan anak pada umumnya.

Kebutuhan Andra selalu disamakan dengan anak
lain. Tak ketinggalan pula baik itu baju maupun mainan
yang ada pada zaman sekarang. Andra berada di
lingkungan keluarga yang bahagia.

Sore itu saat Andra bermain di lingkungan rumah,
Andra hanya bermain sepak bola bersama Rendi dan
Putra. Teman-teman yang lain juga ingin bermain, tetapi
ketika melihat Andra akhirnya mereka enggan. Akhirnya
mereka bermain sepak bola tetapi tidak ikut gabung
dengan Andra, Rendi dan Putra.

Setelah selesai bermain, Andra duduk santai melihat
anak-anak itu yang masih berlarian mengejar bola. Andra
melihat salah satu dari mereka yang berkali-kali terjatuh.
Namanya Wildan. Karena kesakitan Wildan akhirnya
berhenti bermain dan hanya jadi penonton.

Setelah permainan usai semua temannya
meninggalkan Wildan. Padahal dia habis terjatuh lagi dan

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 106

sampai berdarah lututnya sehingga Wildan butuh bantuan
untuk berjalan. Melihat Wildan kesusahan, Andra berlari
menghampiri Wildan dan menolongnya.

Andra mengantarkan Wildan dan menuntun berjalan
sampai rumahnya. Wildan terheran melihat kebaikan
Andra. Ada rasa malu yang terbersit dalam pikiran Wildan
atas sikapnya terhadap Andra.

Setelah sampai di rumahnya, Wildan berterimakasih
pada Andra. Wildan sadar bahwa Andra selama ini
dipandang sebelah mata oleh teman-teman yang lain.
Wildan akhirnya minta maaf atas perlakuannya selama
ini.

Keesokan harinya Wildan mau bermain dan bergaul
dengan Andra. Wildan juga bercerita kepada teman-
teman lain bahwa Andra itu anak yang baik,suka
menolong. Sedikit demi sedikit teman-teman Wildan ingin
berteman dengan Andra. Andra juga sangat senang
karena temannya bertambah banyak.

Andra juga sering memberikan kue atau
meminjamkan mainan pada teman-teman yang lain.
Meski dengan sedikit keterbatasan Andra tetap bergaul
dengan teman sebayanya. Bahkan dia cenderung lebih

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 107

suka menolong dan baik hati daripada teman yang lain.
Andra sangat sayang dengan teman-temannya.

Teman-teman Andra sadar akan kesalahan serta
pola pikir mereka yang memandang sebelah mata.
Sekarang mereka tidak menjauhi Andra. Mereka
menganggap Andra seperti anak biasa lainnya.

Andra semakin banyak teman . Orang tua Andra
merasa bahagia karena kini Andra mempunyai banyak
teman di lingkungan rumah. Hari –hari Andra akan lebih
bahagia dari sebelumnya.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 108

ADA HANTU DI SEBELAHKU
Oleh Aisyah Nur Jazati

Hari Minggu ini seperti hari biasanya, aku
mengawali hari dengan ceria, tersenyum dan selalu
bersenandung. Hal itu membuatku bersemangat dan
senang untuk melalui hari. Libur kali ini aku hanya ingin
menghabiskan waktuku di rumah, setelah seminggu
kemarin jadwalku penuh dengan kegiatan. Orang tua dan
adikku pergi berlibur ke luar kota, hanya aku sendiri di
rumah. Sendirian di rumah ternyata agak sedikit
membosankan, akhirnya aku duduk di ruang keluarga
untuk menonton televisi. Aku menekan-nekan remote
televisi mencari acara yang bagus. Berulang-ulang
diganti, tetapi tak ada acara yang menarik. Lalu
kumatikan televisi dan beranjak masuk ke kamar tidurku.
Aku ambil ponsel genggamku. Ada beberapa pesan
masuk, tetapi kuabaikan saja. Kubuka aplikasi Youtube.
Aku mulai mencari-cari video yang menarik mulai dari
berita, musik, bahkan drama Korea. Namun, pencarianku
terhenti, ketika aku menemukan video yang sangat
menarik perhatianku. Ya, video yang viral saat ini. Aku
menontonnya dan aku terus mencari tahu tentang video

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 109

yang berbau misteri itu. Tanpa terasa waktu sudah berlalu
sangat cepat. Tetapi aku tak merasa lelah sedikit pun Aku
menyukai hal seperti ini. Bosan dengan video, aku
lanjutkan pencarian di Google untuk baca novel secara
online. Lagi-lagi yang kucari adalah tentang hal misteri.
Semakin seram ceritanya semakin seru aku
membacanya, seakan-akan aku masuk dalam ceritanya.

***

Namun, di sinilah ketegangan dimulai. Entah itu
hanya perasaanku saja atau tidak, tapi yang pasti aku
mendengar sesuatu di luar kamarku. Sesuatu yang tidak
pernah terdengar sebelumnya. Mulanya hanya sebuah
ketukan kecil di dinding. Tetapi, aku masih tidak ambil
pusing, berpikiran mungkin tetangga sedang membenahi
rumah. Kulanjutkan lagi membaca. Tidak beberapa lama
terdengar TAP … TAP … TAP ... suara langkah kaki. Di
sinilah aku mulai paranoid karena aku yakin tidak ada
siapa pun selain aku. Langkah kaki itu semakin jelas
terdengar. Pintu kubuka sedikit untuk memastikan suara
langkah itu, tetapi tidak ada siapa pun di luar. Kuberanikan

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 110

diri memeriksa pintu dan jendela. Saat itu baru aku sadar
bahwa hari sudah mulai gelap dan mulai berpikir kenapa
orang tuaku masih belum pulang juga. Setelah semua
kupastikan terkunci, aku masuk lagi ke kamarku,
melanjutkan kegiatanku, membaca cerita misteri. Saat
asyik membaca, TOK … TOK ... TOK ... ada yang
mengetuk pintu kamarku. Pikirku apa mungkin ayah dan
ibu sudah pulang. Saat hendak membuka pintu, saat
itulah ponsel genggamku berdering. Saat kulihat nama ibu
di layar ponselku. Sambil gemetar, aku angkat panggilan
telfon itu.

“Assalamualaikum, Bu.”
“Waalaikumsalam … Raya ini Ibu masih di jalan kena
macet. Jangan kemana-mana dulu ya. Jaga rumah.
Mungkin nggak sampai jam 9 ibu udah pulang “
“Ehm … iya Bu … Cepet pulang ya ... jangan
kemana-mana!”
“Iya, Nak ... Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.”
Tepat setelah menutup telepon, jantungku berdegup
kencang, semakin kencang. Kalau Ayah dan Ibu masih di
jalan, siapa yang mengetuk pintu kamarku Aku hanya

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 111

diam terpaku menatap arah pintu kamarku. Sampai
akhirnya aku harus mundur hingga ke pangkal kasurku
begitu mendengar pintu kamarku diketuk kembali. Kali ini
dengan suara yang lebih keras disertai dengan panggilan
namaku.

TOK … TOk … TOK …
“Raya … buka, Nak. Ibu mau ngomong.”
Aku hanya bisa terdiam ketakutan, tubuhku
gemetar. Aku memeluk kakiku dengan ponsel genggam di
tangan kiriku, berharap orang tuaku segera pulang.
Namun, lagi-lagi aku dikejutkan oleh sesuatu. Suara yang
memanggilku terasa dekat sekali. Panggilan itu berasal
dari sisi kananku.
“Raya … Ibu panggil kok nggak dijawab”
Aku pun langsung menoleh. Betapa terkejutnya
aku saat yang kulihat bukanlah Ibuku, melainkan sosok
wanita menyeramkan dengan rambut terurai panjang
tersenyum kepadaku. Spontan saat itu juga aku berteriak
dan kehilangan kesadaran.
Aku merasakan tubuhku seperti digoyang-goyang.
Seperti ada yang membangunkanku. Perlahan-lahan
kubuka mataku dan kulihat ada Ibu, Ayah dan Dika

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 112

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 113

mengelilingiku sambil memandang dengan cemas.
Tubuhku basah kuyup akibat keringat dingin tadi. Kulihat
ada Pak Roni dan Bu Dwi berdiri di belakang orang tuaku.
Saat itu aku yakin mereka benar keluargaku. Seketika itu.
langsung kupeluk Ibuku sambil menangis dan
menceritakan semua kejadian yang aku alami baru saja.
Ibu hanya menepuk punggungku, tanda untuk aku harus
meredakan tangisanku, tanda kalau sekarang semua
sudah baik-baik saja. Ya, aku baru tahu ternyata kalau
kita menonton video misteri dan membaca cerita misteri,
hal tersebut tanpa sengaja mengundang mereka yang tak
kasat mata untuk datang karena mereka merasakan
ketakutan dari kita dan itulah yang mereka sukai.

Sejak kejadian itu, aku tidak mau lagi berurusan
dengan yang berbau misteri. Aku lebih suka menonton
film kartun atau film-film lucu. Satu yang pasti. aku lebih
suka berada di keramaian, berkumpul dengan keluarga,
ataupun dengan teman karena aku tidak mau lagi ada
hantu di sebelahku.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 114

PERANTARA NASIB
Oleh Nurul Fitriyah

Suara benturan antara motorku dengan aspal
berpadu dengan teriknya matahari siang hari itu. Darah
segar mengucur deras dari pelipis dan tepi bibirku.
Perlahan pandanganku memudar, tidak lagi jelas apa
yang sedang terjadi siang itu. Tubuhku pun jatuh, rupanya
ragaku tidak mampu menahannya.

“Aryo, kamu bisa dengar suara Ibu?” suara lembut
dari wanita yang menghidupi segenap hati ini mampu
menyadarkanku dari sebuah tidur panjang. Tangannya
yang mulai keriput merengkuh jari-jari tanganku dengan
lembut. Maut masih enggan merengkuhku, hidup masih
ingin bermain-main dengan kekonyolanku.

“Iya, Bu. Aku mendengarmu. Hari apa ini?” Aku
segera berusaha beranjak dari tempat tidur, bersiap untuk
berangkat bekerja seperti biasa.

“Aaah ...” Beberapa selang infus dan alat denyut
jantung masih menempel di sekitar lenganku.

“Kamu mau kemana, Yo? Kamu belum sembuh
betul, kita masih di rumah sakit. Istirahatlah dahulu,” Ibu
berusaha menenangkan keadaanku.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 115

Dua tahun semenjak kecelakaan yang menimpaku,
hidupku berangsur membaik. Ya, anggaplah saja begitu
supaya tidak semakin nanar aku mencaci kebodohanku
kala itu. Peristiwa tragis yang kukira hanya mencelakakan
hidupku saja, rupanya keliru. Aku tidak sengaja
menghilangkan nyawa seorang renta yang mungkin saat
itu terburu-buru berangkat menjajakan barang
dagangannya. Menyeberang jalan tanpa menoleh kanan
dan kiri supaya cepat sampai di pasar, lalu kuhentikan
hidupnya degan satu kali hentakan motor besarku.

Kuhabiskan seluruh sisa tabunganku untuk
menebus dosa. Berharap Tuhan melihat upayaku untuk
berubah menjadi manusia baik. Aku memang tidak
sepenuhnya salah, namun hatiku mana mampu untuk
menutup mata melihat dua orang anak piatu yang
menangisi kepergian ayahnya. Sudah piatu, sekarang
menjadi yatim. Menyandang status yatim piatu di usia
belia akibat campur tangan nasib dan kelalaianku. Andai
saja aku tidak melintas di jalan itu, mungkin anak-anak itu
masih bisa bersenda gurau dengan ayahnya sekarang.

***

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 116

“Om Aryo! Ini buat Om Aryo, Dimas beli di sekolah
tadi,” Ia memberikanku tiga keping permen cokelat ketika
aku menjemputnya di sekolah sambil tersenyum ceria.

“Terima kasih, Dimas. Dimana kakak?” Aku
menoleh ke kanan dan ke kiri mencoba menemukan
Pandu di kerumunan anak yang berhamburan keluar dari
gerbang sekolah.

“Kak Pandu, ayo pulang!” seru Dimas pada anak
lelaki yang sedang asyik memperhatikan lalu-lalang mobil
di jalanan yang ramai. Aku segera menghampirinya.
Tatapannya kosong, seperti biasa. Pandu memang
berbeda dari Dimas. Ia lebih sering asyik memperhatikan
sebuah keramaian dalam kesendirian. Seringkali aku
melihatnya melamun, terlihat fokus memperhatikan suatu
hal namun sebenarnya ia tidak benar-benar
memperhatikannya.

Ya, aku tahu ini tidak mudah dan tidak akan pernah
mudah. Aku belum pernah menikah dan aku kehilangan
sosok ayah di usiaku yang belum genap satu tahun. Tapi
apa salahnya jika aku mencoba menjadi ayah yang baik
bagi Dimas dan Pandu. Dua orang anak laki-laki yang
sudah tidak punya siapapun selain Pak Tohir, seorang

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 117

renta yang sudah kuceritakan tadi. Bagi orang lain,
mungkin keputusanku ini berlebihan. Buat apa bersusah
payah menanggung hidup anak orang lain tanpa ikatan
darah, terlebih dengan hidup kita sendiri yang kacau
balau. Aku hanya ingin berdamai dengan masa lalu,
supaya bisa berhenti menyalahkan diriku sendiri.

****
Sore itu, sepulang bekerja aku bergegas
menjemput dua jagoan kecilku untuk pergi ke pusat
perbelanjaan di tepian kota. Kita bertiga memiliki ritual
menyenangkan setiap awal bulan, yaitu membeli mainan.
Semenjak ada Dimas dan Pandu, usahaku terus
mengalami kemajuan.
Bila orang lain menganggapnya sebagai pembawa
keberuntungan, bagiku tidak. Namun, aku semakin
bersemangat bekerja sepanjang hari, karena ada mereka.
“Sepertinya ada tamu, Om,” Dimas segera
beranjak masuk meninggalkan Pandu yang sibuk
mengemasi beberapa mainan dari bagasi.
“Tidak biasanya ada tamu jam segini,” gumamku
dalam hati.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 118

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 119

“Nah, ini Aryo sudah datang. Ibu tinggal masuk dulu ya,
biar kalian langsung ngobrol berdua saja. Anak-anak, ayo
ikut Nenek masuk ke kamar. Sudah malam,” Ibu bergegas
masuk diikuti Pandu dan Dimas.

Seorang perempuan berkulit kuning langsat,
mungkin seusia denganku. Rambut panjangnya tergerai
begitu saja mengikuti lekuk tubuhnya. Sorot matanya
sendu namun tajam, seperti tidak asing dalam ingatanku.
Namun siapa?

“Namaku Sita,” ucapnya memecah keheningan di
antara kita berdua.

“Aryogi. Panggil saja Aryo,” Perempuan itu
tersenyum dan mulai menerawang ke depan.

“Terima kasih, telah merawat kedua anakku
semenjak Bapak tiada.” Kedua anak siapakah yang ia
maksud. Ya, aku memang merawat dua anak lelaki dari
Pak Tohir. Setahuku ia duda beranak dua, tidak ada istri.
Apalagi secantik ini. Aku tetap diam, menunggu
perempuan itu menjelaskan apa maksud kedatangannya.

“Pak Tohir adalah ayahku. Aku menitipkan Dimas
dan Pandu supaya aku bisa pergi merantau ke Jepang.
Mereka terlalu kecil untuk bisa mengenaliku sebagai

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 120

ibunya. Aku datang kesini untuk menjemput anak-
anakku.”

Sekali lagi aku dibuat tertegun. Dimas dan Pandu,
masih memiliki seorang ibu. Haru, namun sedikit sesak di
dada. Entah apakah aku siap berpisah dengan mereka.

“Bagaimana kamu bisa tahu mereka ada
bersamaku?” kataku masih tak percaya.

“Tetangga. Aku mendatangi rumah kami yang dulu
untuk mengajak Bapak dan anak-anak ikut denganku ke
Jepang. Rupanya aku terlambat datang, Bapak telah
tiada. Namun beruntung ada pemuda baik sepertimu yang
mau menampung anakku.”

***
Kubuka sepucuk surat berwarna putih kekuningan,
sambil menyesap cokelat panas di tengah hujan deras
sore hari. Sebuah foto hitam putih terjatuh ketika aku
membukanya. Nampak dua anak laki-laki yang tengah
asyik bermain salju, ditemani Sita. Perempuan cantik itu
selalu mampu membuatku berdebar ketika memandang
parasnya.
Pandu dan Dimas, dua orang malaikat kecil yang
menjadi perantara nasib untuk seorang aku bertemu

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 121

dengan belahan jiwa. Ibu dari dua orang anak lelaki yang
aku sayangi kini menjadi istriku. Hidupku semakin utuh
bersama mereka. Musibah yang aku sesali seakan
berbalik menjadi nasib baik setelah aku berdamai dengan
masa lalu. Mereka ingin aku segera kembali ke Jepang,
bersama seperti dulu. Rindu, katanya. Sudah enam bulan
belakang ini aku kembali ke Indonesia, menemani Ibu
yang mulai sakit-sakitan.

Ayah akan segera pulang, sayang. Nenek akan
ikut berkumpul bersama kita di sana. Tunggu kami.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 122

PAHLAWAN YANG TERLUPAKAN

Oleh Musdiq Ali Suhudi

Bajuri hanya mondar-mandir di halaman bangunan
baru yang berdiri megah di Jalan Embong Malang.
Sesekali matanya mengamati jejeran karangan bunga
yang bertebaran di sekeliling gedung pencakar langit itu.
Saking banyaknya, beberapa karangan bunga bahkan
tergeletak begitu saja di pagar samping dan trotoar.

Taman kecil yang tumbuhannya masih terlihat
menguning karena baru beberapa hari ditanam juga
dipenuhi oleh karangan bunga ucapan selamat atas
beroperasinya gedung perkantoran, mall, dan hotel 60
lantai yang konon merupakan gedung tertinggi di
Surabaya itu. Satu per satu dibacanya tulisan yang ada di
karangan bunga yang ukurannya bahkan ada yang lebih
tinggi dari tubuhnya. Ada karangan bunga dari pejabat
pemerintah seperti menteri, gubernur, panglima kodam,
dan walikota. Ada yang dari tokoh-tokoh politik, juga
beberapa pengusaha dan tokoh masyarakat yang sering
muncul di televisi.

Setelah mengamati dan membaca tulisan-tulisan
yang ada di karangan bunga itu, ia mundur beberapa

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 123

langkah sambil menengadahkan kepalanya. Mulutnya
bergumam tidak jelas, sedangkan matanya terus
menjelajahi lantai demi lantai gedung pencakar langit di
hadapannya. Kekaguman pun terpancar di wajah pria
berumur sekitar 45 tahun itu.

Tak lama kemudian ia mulai melangkah kembali.
Terlihat jelas bahwa kedua kakinya tidak dalam kondisi
sempurna—sedikit pincang—terutama kaki kirinya.
Dengan susah payah ia berjalan ke arah pintu masuk
yang dijaga oleh beberapa tenaga keamanan. Beberapa
mobil mewah tampak terparkir rapi di sisi kanan dan kiri
pintu masuk.

“Ya, Mas? Anda siapa? Ada yang bisa dibantu?”
salah seorang petugas keamanan bertubuh kekar tiba-
tiba sudah berdiri di sampingnya, membuat Bajuri sontak
melangkah mundur. Nada bicara petugas tersebut sopan,
tetapi ekspresi wajahnya dingin.

“Mau ada peresmian, Mas? Gedungnya sudah
jadi, ya. Luar biasa,” ucap Bajuri sambil menoleh ke arah
petugas keamanan berseragam serba hitam yang
sebenarnya sudah memperhatikan gerak-geriknya sejak
tadi.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 124

“Iya. Tolong jawab pertanyaan saya, Pak!” pinta
petugas keamanan dengan tegas.

“Saya Bajuri, Mas. Saya hanya ingin melihat-lihat.
Eh, maaf,” Bajuri tampak ragu-ragu meneruskan
ucapannya. Dilihatnya petugas keamanan itu raut
wajahnya berubah semakin sinis.

“Begini, Pak. Besok gedung ini akan diresmikan
dan sekarang sedang dilakukan persiapan. Sebentar lagi
akan banyak kendaraan keluar masuk membawa barang,
jadi tolong Bapak menjauh dari areal ini. Mulai saat ini
areal gedung harus steril,” tegas petugas keamanan
tersebut dengan nada yang lebih ketus dari sebelumnya.
Tatapan matanya tajam, bahkan alisnya nampak sedikit
terangkat.

“Sekali lagi saya mohon maaf. Apakah saya
diperkenankan masuk sebentar untuk bertemu dengan
bagian administrasi, Mas? Saya ada keperluan. Mohon
diketahui, saya juga ikut andil membangun bangunan ini
loh, Mas.”

“Jadi tukang?”
“Ya, betul. Tepatnya salah satu mandor tukang
batu, tapi juga mengerjakan kelistrikan. Ada barang saya

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 125

yang tertinggal di lantai satu. Saya ingin mengambilnya,
Mas,” jawab Bajuri.

“Memangnya barang apa yang tertinggal?” tanya
petugas keamanan dengan tatapan curiga.

“Eehm …. Sebuah surat Mas, tapi cukup penting
bagi saya.”

“Surat tanah? Surat nikah? Atau surat apa?” selidik
petugas keamanan dengan sinis.

“Surat titipan dari teman saya, Mas. Saya dengar
disimpan di kantor administrasi,” ujar Bajuri dengan suara
yang hampir tak terdengar, bahkan oleh telinganya
sendiri. Kepalanya menunduk, entah karena tidak ingin
bertatapan mata dengan petugas kemanan yang terlihat
tidak ramah atau karena malu.

“Maaf, Pak. Semua petugas dan karyawan saat ini
sedang konsentrasi menyiapkan acara peresmian yang
akan dilakukan besok siang, jadi mereka tidak bisa
diganggu. Nanti setelah peresmian silakan Bapak datang
ke sini lagi.”

“Maaf, Mas, tapi ini penting sekali. Hanya sebentar
saya masuk, Mas. Kalau memang barang itu tidak ada,
saya janji akan langsung keluar lagi. Boleh ya, Mas?”

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 126

ucap Bajuri dengan wajah yang memancing rasa iba,
bahkan suaranya lebih mirip dengan suara orang yang
menangis.

Petugas kemanan itu hanya menggeleng tidak
menjawab, tapi terlihat jelas dari sorot matanya yang
tajam bahwa ia melarang Bajuri masuk. Wajah Bajuri
yang semula ketakutan itu pun berubah menjadi tegang.
Mulutnya tampak bergetar seolah ingin mengatakan
sesuatu tapi tidak jelas. Tiba-tiba saja ia bergeser ke
kanan dan melangkah cepat ke arah pintu masuk.
Kebetulan beberapa petugas kemanan yang semula
menjaga pintu masuk terlihat sedang mengatur sebuah
karangan bunga berukuran besar yang tiba-tiba ambruk
karena tertiup angin dan sebagian lainnya asyik
mengobrol.

“Hei! Hei! Jangan masuk! Saya sudah katakan
tidak. Jangan nekat!” hardik petugas kemanan pada
Bajuri.

Tiba-tiba pundak Bajuri dicengkeram dengan kuat
dan tubuhnya didorong ke arah samping. Begitu kuatnya
dorongan itu sampai membuat tubuh kurusnya
terjengkang. Beruntung ia pernah belajar pencak silat

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 127

saat remaja, meskipun hanya beberapa jurus, tetapi
setidaknya mampu menghindarkan dirinya dari luka ketika
jatuh telentang. Ketika ia berusaha bangun dan
menunjukkan amarahnya, empat petugas keamanan telah
berdiri mengelilinginya dengan wajah yang lebih
menyeramkan daripada anjing peliharaan tetangganya di
kampung. Rupanya petugas-petugas lain yang tadinya
hanya menonton dari kejauhan kini ikut nimbrung,
seketika menciutkan nyali Bajuri.

Hampir semua petugas keamanan membawa
tongkat karet di tangannya. Beberapa di antaranya
bahkan terlihat memukulkan tongkat karet itu ke telapak
tangan. Tidak ada satu pun yang tersenyum. Atau
memang petugas keamanan pada dasarnya sudah dilatih
untuk tidak bisa tersenyum? pikir Bajuri dalam hati.

Hatinya geram, darahnya naik, tapi apa yang bisa
dilakukan pria kurus seperti dirinya menghadapi empat
orang muda berbadan gempal dengan tongkat karet di
tangannya? Meskipun pernah belajar bela diri,
menghadapi empat pria muda kekar sekaligus dengan
senjata pentung di tangan jelas bukan pilihan yang bijak.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 128

Apalagi kaki kirinya masih dalam kondisi terluka
pascaoperasi tempurung lutut.

Usai membersihkan debu yang menempel di
celananya, Bajuri segera berjalan menjauh dari bangunan
pencakar langit yang akan diresmikan esok hari. Sambil
berjalan terpincang-pincang, sesekali ia melihat ke
belakang. Empat penjaga tadi masih berkacak pinggang.

Tiba-tiba langkahnya terhenti. Matanya melihat
beberapa pria berjas sedang berjalan keluar. Beberapa
orang penting yang sedari tadi berada di dalam gedung
sedang keluar melewati pintu yang tadi ingin ia terobos
keamanannya. Mungkin mereka adalah pemilik gedung
atau pimpinan kontraktor yang membangun gedung
pencakar langit ini, atau mungkin mereka adalah orang-
orang penting yang ingin menyewa gedung perkantoran
ini, batin Bajuri. Entahlah.

Bajuri ingin berteriak ke arah pria-pria berjas itu
karena ia mengenali salah satu di antara mereka
walaupun terpisah agak jauh. Pria yang umurnya lebih
muda 10 tahun dari dirinya dan berjas cokelat itu adalah
kepala proyek bangunan pencakar langit ini. Menurut

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 129

kabar yang beredar, ia adalah seorang arsitek lulusan dari
Amerika.

Segera Bajuri melambai ke arah pria yang telah
menunjuknya sebagai mandor itu. Pria tersebut
mengetahui latar belakangnya yang pernah mengenyam
pendidikan di jurusan arsitektur di salah satu perguruan
tinggi terkenal di Surabaya, meskipun hanya sampai
semester tiga. Karena terkendala biaya, akhirnya ia
memutuskan berhenti kuliah dan mencari pekerjaan.
Sedikit ilmu di bangku kuliah itulah yang menjadi
pertimbangan pria berjas itu menunjuk dirinya menjadi
mandor.

Orang berjas itu sempat menoleh ke arahnya, tapi
tidak membalas lambaian tangannya. Tersenyum pun
tidak, bahkan seakan-akan tidak pernah mengenalnya.
Ketika orang-orang berjas itu satu per satu masuk ke
dalam mobil-mobil yang tadi berjejer di dekat pintu masuk
bangunan, Bajuri segera berjalan keluar halaman dengan
langkah yang semakin pincang karena terjatuh tadi.

Sempat ia ragu sejenak untuk berbelok ke kiri atau
kanan, tapi pada akhirnya kedua kakinya mengajak
menyeberang ke Jalan Tunjungan yang berada di

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 130

samping Jalan Embong Malang. Pikirannya berkecamuk,
satu tangannya terlihat sesekali mengusap pipinya. Air
mata yang selama ini jarang keluar dari sarangnya tidak
kuasa ia cegah kali ini. Karena lelah, Bajuri pun duduk di
atas bangku besi yang berada di atas trotoar. Saat sekali
lagi ia menoleh ke belakang, ke arah gedung pencakar
langit itu, pikirannya juga berlari ke belakang. Ia teringat
akan beberapa peristiwa yang begitu membekas di
hatinya, bahkan menentukan jalan hidupnya.

***
Setahun sebelumnya
Ketika salah seorang temannya sesama pekerja
proyek pembangunan bendungan menginformasikan
bahwa sebuah perusahaan kontraktor di Surabaya
sedang mencari mandor untuk pengerjaan pembangunan
gedung pencakar langit, Bajuri segera memutuskan untuk
melamar pekerjaan itu. Selain berada di kota besar di
mana ia pernah menuntut ilmu di bangku kuliah, kota
tersebut juga tidak jauh dari kampung halamannya.
Bekerja di proyek bendungan rasanya bukan
pekerjaan yang tepat untuknya. Selain lokasi proyek yang

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 131

berada di pedalaman Kalimantan, tugas yang menjadi
tanggung jawabnya juga berbeda dengan keahliannya.

Bajuri adalah mahasiswa arsitektur, meskipun
hanya sampai semester tiga, dan harus drop out karena
paman yang selama ini membiayai semua kebutuhannya
tiba-tiba meninggal dunia. Orang tua Bajuri sendiri
hanyalah petani sawah di Nganjuk dengan penghasilan
yang pas-pasan. Sebenarnya kedua orang tua Bajuri
melarangnya keluar kuliah dan berjanji akan mencari
pinjaman dengan cara menggadaikan rumahnya. Jelas
saja Bajuri menolak; siapa yang tega melihat kedua orang
tua kita harus tertekan setiap hari karena memikirkan
rumahnya yang sewaktu-waktu bisa disita bank? Belum
lagi adik perempuannya yang masih sekolah di SMK juga
membutuhkan biaya.

Pada akhirnya Bajuri hanya mengambil cuti kuliah
untuk bekerja, dengan harapan bisa melanjutkan
kuliahnya lagi setelah berhasil mengumpulkan dana.
Namun, harapan tinggal harapan. Hampir dua tahun
setelah keluar dari bangku kuliah, belum juga ia dapatkan
tempat kerja yang sesuai harapannya. Bahkan tiga tahun
selepas berhenti kuliah, ia mencoba mengais rezeki

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 132

sebagai sales bahan bangunan yang menuntutnya selalu
bepergian ke berbagai kota dan dikejar target. Tak ayal ia
pun sering jatuh sakit karena kurang istirahat. Itulah
mengapa ibunya meminta agar Bajuri segera menikah
saja ketika pulang kampung. Ibu Bajuri menginginkan
anaknya memiliki pasangan yang bisa mengurus dirinya.
Sepertinya ibunya prihatin melihat badan Bajuri yang
terlihat kurus kering tidak terawat. Lebaran berikutnya,
Bajuri telah mempersunting seorang wanita.

Kini Bajuri dan istrinya telah dikaruniai putri yang
berumur 12 tahun. Alhamdulillah, mungkin berkat
menikah, doa tulus dari buah hati mereka yang beranjak
dewasa, disertai dengan pengalaman kerja yang ia
punya, Bajuri akhirnya diterima bekerja di perusahaan
kontraktor cukup terkenal yang sedang mengerjakan
pembangunan gedung bertingkat di Jalan Embong
Malang, Surabaya. Mengetahui lowongan yang ada
hanya menjadi tukang batu, ia pun menerimanya tanpa
pikir panjang. Yang ada di pikirannya hanyalah
bagaimana ia bisa bekerja tidak jauh dari kota
kelahirannya di Nganjuk.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 133

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 134

Karena pekerjaannya cukup bagus, ditambah
dengan sedikit pengetahuannya dalam membaca gambar
bangunan dan aliran listrik, dua bulan kemudian Bajuri
diangkat sebagai mandor yang bertugas mengawasi
beberapa tukang batu. Ia juga ditugaskan untuk
membantu bagian kelistrikan. Bajuri pun bahkan berhasil
mengajak sahabatnya di kampung yang masih
merupakan kerabatnya. Ansori, anak sepupu yang
sekaligus merupakan sahabatnya, akhirnya ikut bekerja di
proyek tersebut di bagian listrik.

Sudah hampir setahun sahabatnya itu
menganggur, sementara istrinya sedang hamil muda.
Sebenarnya Ansori terkenal sebagai tukang listrik yang
handal di kampungnya, bahkan Bajuri belajar ilmu
kelistrikan dari Ansori. Namun, perangai Ansori yang
temperamental dan sulit diatur membuat orang-orang
enggan memakai jasanya. Ansori juga sempat ditahan
polisi selama hampir sebulan karena berkelahi dengan
tuan rumah di tempat ia bekerja. Nasib baik masih
berpihak padanya karena permasalahan tersebut bisa
diselesaikan secara kekeluargaan. Istri Ansori yang juga
bersahabat dengan istrinya beberapa kali datang ke

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 135

rumahnya dengan harapan agar suaminya diajak bekerja
di Surabaya.

Masalahnya, Ansori adalah anak tunggal yang
harus menjaga ibunya setelah ayahnya meninggal tiga
tahun lalu. Selama setahun terakhir, ibunya menopang
kehidupan mereka dengan cara berjualan di pasar. Oleh
karena itu, keinginan istri Ansori itu sempat ditentang
ibunya. Di sisi lain, istri Ansori tidak mau rumah tangga
mereka terus bergantung kepada ibu mertuanya secara
ekonomi. Hal itulah yang mendasari mengapa Bajuri ingin
membantu Ansori. Setelah Ansori berhasil meyakinkan
bahwa ia akan pulang kampung setiap akhir minggu,
ibunya pun mengizinkan.

Bajuri harus berterima kasih pada Ir. Alex yang
menjadi koordinator proyek. Arsitek lulusan Amerika itulah
yang mempromosikannya, bahkan juga selalu
membimbingnya dalam menghadapi para tukang batu
yang terkadang tidak disiplin dan berperilaku cenderung
kasar.

Yang paling memprihatinkan adalah kedisiplinan
para pekerja dalam hal memakai alat-alat keselamatan
kerja. Jangankan memakai sabuk pengaman, memakai

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 136

helm pengaman saja masih ada yang keberatan.
Terkadang ia harus bertengkar dengan para tukang batu
itu agar mau memakai alat pengaman. Padahal sudah
beberapa orang pekerja yang mengalami kecelakaan
karena kelalaiannya tidak memakai alat pengaman.

Selama satu tahun Bajuri bekerja di proyek
bangunan itu, sudah berkali-kali ia menyaksikan
kecelakaan kerja. Ada yang ringan seperti kejatuhan
material kayu, tertimpa martil dan batu bata, jatuh dari
andang, sampai yang lebih serius seperti tertimpa
keramik atau bahkan jatuh dari ketinggian.

Bajuri tak akan melupakan kejadian yang ia
saksikan sebulan yang lalu, sebuah kecelakaan kerja
yang membuat Ansori kehilangan nyawa. Peristiwa itu
pula yang membuat dirinya harus berhenti bekerja karena
harus dirawat di rumah sakit selama hampir satu bulan.

Bajuri masih mengingat peristiwa mengerikan itu
dengan sangat jelas. Pada hari itu, Bajuri, Ansori, dan
beberapa rekan kerjanya bekerja lembur menyelesaikan
instalasi listrik dan memasang beberapa lampu di lantai
satu. Hal seperti itu sudah biasa terjadi di proyek
pembangunan fisik—terutama kalau sudah mendekati

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 137

deadline—sementara pekerjaannya belum tuntas. Mereka
pun bekerja dengan cepat dengan harapan pekerjaan itu
bisa diselesaikan setengah hari. Seperti biasa, Ansori
yang punya keahlian di bidang kelistrikan menjadi
andalan teman-temannya untuk memasang instalasi,
terutama yang berada di titik-titik sulit di ketinggian.

Ansori terkenal bandel karena tidak pernah mau
menggunakan perlengkapan keselamatan kerja, bahkan
helm kerja pun enggan ia pakai. Beberapa kali ia kena
tegur atasannya, tapi ia selalu bilang kepalanya pusing
kalau mengenakan helm. Bajuri beberapa kali
mengingatkan kelakuan sahabatnya itu, tapi Ansori hanya
tertawa.

Hari ini Bajuri dan Ansori kebagian mengerjakan
beberapa titik listrik di langit-langit. Kebetulan lantai satu
memiliki tinggi sekitar enam meter dari lantai ke langit-
langit.

Dulunya Bajuri paling takut ketinggian, bahkan naik
ke pohon mangga di belakang rumah saja dia tidak
berani, tetapi sejak bekerja di proyek konstruksi perlahan-
lahan fobia itu sudah jauh berkurang. Lain dengan Ansori
yang sejak dulu memang jago memanjat. Termasuk

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 138

memanjat pohon sawo di makam pinggir desanya Bajuri
yang tinggi dan terkenal angker.

Mereka sedang asyik bekerja ketika tiba-tiba
terdengar suara BRAAAK … BRAAAK … BRAAAK ….
Andang yang dinaiki Bajuri, Ansori dan dua pekerja lain
ambruk. Mungkin ada baut atau pengait yang lepas. Tak
ayal ke empat pekerja yang sedang berada di ketinggian
sekitar enam meter tersebut ikut terlempar ke bawah.
Kejadiannya begitu cepat. Tidak ada yang bisa diperbuat
oleh Bajuri dan dan kawan-kawannya yang sedang asyik
bekerja memasang beberapa rumah lampu di langit-
langit. Tubuh mereka serasa melayang dan kemudian
jatuh ke lantai yang belum sempat dipasangi keramik.
Akibat kecelakaan itu satu orang rekan kerjanya
mengalami luka di bagian kaki dan patah tulang tangan,
satunya lagi luka sobek di bagian paha dan wajah. Bajuri
sendiri mengalami patah tulang rusuk dan dislokasi
tempurung lutut. Paling parah adalah Ansori karena dari
mulut dan kedua telinganya terus-menerus mengeluarkan
darah, ada luka serius di kepalanya. Mungkin karena
kepalanya yang tanpa helm pengaman membentur lantai.

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 139

Dilihatnya tangan Ansori memberi isyarat
kepadanya untuk mendekat. Kebetulan posisi Ansori
terjatuh hanya sekitar tiga meter dari tempat Bajuri
terjatuh. Walaupun seluruh badannya terasa ngilu, Bajuri
masih sempat bergeser mendekati Ansori yang tampak
tidak berdaya.

“Lek Juri, tolong amplop ini dikasih ke istri saya …
jangan sampai lupa,” kata Ansori lirih, hampir tidak
terdengar. Terlihat jelas kalau sahabatnya itu kesakitan.
Bajuri hanya mengangguk. Meskipun seumuran, Ansori
adalah anak dari sepupunya, sehingga selalu memanggil
dirinya Lek atau Paklek dalam bahasa jawa. Diambilnya
amplop coklat yang penuh bercak darah dari tangan
sahabatnya yang nafasnya mulai tersengal-sengal.

“Lailahaillalloh … Allahu Akbar …” terdengar
ucapan lirih dari mulut sahabatnya itu. Meskipun tidak
terlihat luka di badannya, tapi tampak banyak darah
keluar dari mulut dan kedua telinganya. Kelihatannya ada
luka serius di kepala Ansori.

Ah … seandainya Ansori tidak bandel dan bersedia
memakai alat keselamatan kerja. Pasti tidak akan ada

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 140

luka parah di kepalanya. Ketika Bajuri ingin mengatakan
sesuatu, mata sahabatnya itu sudah terpejam.

Meskipun akibat kecelakaan itu ada tulang rusuk
yang retak serta bagian lutut kaki kirinya terluka cukup
parah sehingga harus dioperasi, Bajuri masih beruntung
dan bersyukur karena selamat. Sedangkan Ansori
akhirnya meninggal dunia karena luka berat di kepalanya.
Lebih lagi yang membuat Bajuri sedih adalah ia tidak bisa
mengantarkan jenazah sahabatnya ke kampung halaman
karena harus menjalani operasi lutut di rumah sakit. Bajuri
tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan isteri
sahabatnya yang sedang hamil tua dan sudah sepuluh
tahun menunggu kehadiran momongan pertamanya.

Apalagi membayangkan ibu Ansori yang sejak
semula keberatan anak tunggalnya merantau ke
Surabaya. Ia pun meminta isterinya tetap tinggal di
kampung dulu menemani istri sahabatnya, tidak usah
menyusul ke Surabaya. Awalnya isterinya sempat protes,
tapi akhirnya menuruti kehendaknya. Walaupun begitu,
isterinya sempat merajuk karena setiap datang ke rumah
isteri Ansori selalu dimarahi Ibu Ansori. Ibu Ansori
menganggap yang menyebabkan ia kehilangan anaknya

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 141

adalah Bajuri, karena Bajurilah yang mengajak anaknya
ke Surabaya. Kebetulan rumah Ansori bersebelahan
dengan rumah ibunya. Akhirnya isteri Ansori lah yang
sering berkunjung ke rumah Bajuri untuk menghilangkan
kesedihan karena ditinggal suaminya.

Selama di rumah sakit beberapa teman kerjanya,
baik dari bagian tukang batu maupun bagian listrik, selalu
menemaninya. Apalagi Bajuri dikenal sebagai orang yang
ramah dan banyak teman. Beruntung juga perusahaan
menanggung biaya perawatan selama perawatan di
rumah sakit, termasuk ongkos operasinya. Hanya untuk
kontrol selanjutnya ia harus biaya sendiri.

Ketika sudah berada di kamar pemulihan pasca
operasi, tiba-tiba Bajuri ingat sesuatu, amplop coklat
berlumuran darah titipan dari almarhum Ansori untuk
isterinya. Ya, dimana amplop itu? Ketika ia tanyakan ke
beberapa perawat di rumah sakit yang menanganinya
ketika operasi, semuanya menggeleng. Menurut mereka,
ketika dibawa ke rumah sakit, tidak ada barang yang
dibawa Bajuri. Satu-satunya barang berharga adalah
dompet yang hanya berisi kartu identitas dan uang

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 142

beberapa puluh ribu. Sedangkan HP yang berada di saku
celananya hancur saat terjadi kecelakaan kerja.

Bajuri pun bertanya ke teman-teman kerja yang
bergiliran menjenguknya ketika jam besok sore hari.
Hampir semuanya juga tidak mengetahui amplop yang
dimaksud Bajuri, hingga beberapa hari kemuadian, ada
teman yang ketika itu ikut memapah Bajuri ke ambulans
setelah kecelakaan, memberitahunya dimana ampolop
itu. Katanya ia melihat amplop itu terjatuh di lantai dan
diambil salah seorang staf administrasi pemasaran yang
ruangan kantornya di dekat tempat kecelakaan kerja.
Bajuri meminta temannya untuk menanyakan dimana
amplop tersebut saat ini.

Setelah seminggu, baru Bajuri mendapat kabar
kalau amplop tersebut disimpan kepala bagian
administrasi, sayangnya beliau sedang cuti selama dua
minggu ke luar negeri. Padahal minggu depan, menurut
isterinya, kemungkinan isteri Ansori akan melahirkan.
Bajuri ingin segera memberikan amplop itu ke isteri
sahabatnya. Kebetulan kata dokter, paling lama dua hari
lagi Bajuri bisa meninggalkan rumah sakit karena

Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 143


Click to View FlipBook Version