ada makna yang dapat dipetik dari setiap kejadian. Saat
aku menginjak usia 15 tahun, aku tidak pernah mengerti
akan tujuan hidup itu seperti apa, yang aku lakukan
hanya meminta uang untuk jajan dan shopping di mall.
Kadang aku juga belanja online yang membuat kantong
jebol. Pernah aku dimarahi ayahku karena kebiasaanku
berfoya-foya. Tidak pernah berbuat baik, tetapi
kemarahan ayahku tidak membuat aku sadar. Justru aku
semakin menyukai kehidupan yang bersifat materialistis.
Aku juga memiliki geng sosialita yang tentunya mewah
dan glamor dalam urusan duniawi. Mulai dari sepatu yang
mahal, tas dan jam tangan bermerek, gawai dan motor
yang selalu terbaru.
Di dalam geng sosialita tersebut, aku harus
menunjukkan kesan mewah dan wah. Misalnya memilih
tempat makan minum untuk sekadar nongkrong sambil
bergosip ria. Ririn adalah ketua geng ku memang dia
berasal dari kalangan mewah, karena ayahnya bekerja
sebagai manager perusahaan export import di pelabuhan
Surabaya. Setiap hari Ririn selalu menggunakan uang
ayahnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan
seenak hatinya. Kadang Ririn juga suka memaki orang
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 194
yang tidak dia sukai, seperti pengemis berpakaian kumal
atau pengamen dengan bajunya yang bau sekali. Pernah
juga Ririn hampir dipukuli pejalan motor karena hampir
menabrak pedagang asongan yang menghalangi
mobilnya saat berhenti di lampu merah. Untung saja ada
Bapak Polisi yang segera melerai keributan di jalan,
sehingga Ririn tidak dipukuli pengguna jalan.
***
KRIIING … KRIIING … suara hapeku berbunyi.
Saat itu ada pengajian Kemisan di rumahku. Rupanya
Ririn dan teman gengku mengajakku ke cafe di jalan
Tunjungan Surabaya.
“Syifa, mau kemana sekarang masih acara
pengajian. Kamu tidak boleh pergi kemana–mana.” Kata
ibu ku.
Lalu aku menjawab, “Aku ada urusan penting bu,
nanti aku juga pulang kok,” Jawabku dengan sedikit
marah.
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 195
“Tapi naK, kamu tidak aku izinkan pergi, ayahmu
juga pasti tidak setuju karena ini pengajian rutin,” kata ibu
lagi.
“Aku tidak mau peduli, pokoknya aku pergi
sekarang atau aku pergi dari rumah sini,” Lalu aku segera
naik motor maticku. Dengan kecepatan tinggi aku segera
menuju ke cafe Tunjungan. Ayahku yang melihatku pergi
dengan motor hanya bisa mengelus dada dan
beristighfar. Seraya berdoa dalam hati, semoga aku
mendapat hidayah dari Allah SWT.
Setelah berada di cafe aku melihat Ririn dan geng
ku memesan minuman beralkohol, rupanya Ririn mau
menikmati dengan mabuk minuman keras. Aku memang
nakal tetapi aku tidak akan meminum minuman keras
walau setetes. Karena itu sudah janjiku kepada ayahku.
Bahwa aku tetap harus bisa menjaga diri walau itu tidak
mudah.
“Ayolah Syifa minumlah setetes saja, masak kamu
gak minum, gak setia kawan kamu.” Kata Santi teman
gengku.
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 196
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 197
“Iya maaf gaes, aku sedang gak enak badan,
kalau aku minum takut gak bisa naik motor. Kan rumahku
paling jauh gaes,” kataku dengan wajah serius.
“Syifa kamu tuh ya gak berani minum aja, masih
banyak alasan. Kamu takut dimarahi Ayahmu kan. Hari
gini masih nurut orang tua, dasar culun kamu Syifa,” ejek
Siska teman gengku.
“Sudah mulai saat ini Syifa, kamu bukan teman
geng kita lagi. Kamu sudah aku keluarkan dari gengku.
Kita sekarang bukan teman geng lagi,” kata Ririn
setengah mabuk suaranya.
Aku sangat kaget dan syok sekali mendengar
kata-kata pedas mereka. Tak kusangka teman yang aku
bela selama ini sehingga aku harus durhaka kepada
kedua orang tuaku, tega sekali mendepakku karena
dengan hal yang sangat sepele sekali. Padahal hanya
dengan tidak mau minum minuman keras, aku harus
didepak dari gengku. Ini sangat tidak masuk akal dan
tidak adil bagiku. Aku seperti tanaman tebu, habis manis
sepah dibuang. Aku menyadari diantara ketiga teman
geng ku. Memang aku yang dari kalangan biasa. Ayahku
hanya Staf Kelurahan biasa. Dan penghasilan ayahku
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 198
hanya cukup untuk kebutuhan keluarga sehari–hari.
Kadang ayahku harus pinjam ke Koperasi Pegawai,
karena menuruti semua gaya hidupku. Oh rasanya aku
ingin memeluk erat ayah ibuku. Yang selalu senantiasa
mencurahkan kasih dan sayangnya untukku. Mereka
tidak pernah memarahi atau membenciku, tetapi mereka
sabar dan tetap mengasihi diriku ini yang durhaka.
***
Malam itu setelah aku bertengkar dan dipojokkan
oleh teman gengku, aku segera pergi meninggalkan
mereka dengan berderai dengan air mata kesedihan dan
penyesalan. Aku langsung pergi dengan motor matic ku.
Aku sangat menyesal apalagi aku meninggalkan segala
yang sangat menyayangiku. Ada ayahku yang
penyayang dan ibuku yang penyabar. Di dalam hatiku
sangat perih dan menangis. “Ya Allah berilah aku
kesempatan bertaubat sekali lagi.” Pinta ku di dalam hati.
Malam telah tiba menunjukkan pukul 24.00 WIB. Ku lihat
pagar rumahku tidak terkunci,di kursi teras rumah
ternyata ada ayah yang setia menungguku.Lalu aku pergi
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 199
ke garasi segera ku parkir motorku, pagar pun aku kunci
terlebih dahulu. Lalu aku berbalik arah dan segera berlari
ke ayahku, ku peluk dia dengan erat dan aku bersimpuh
memohon maaf karena telah banyak berbuat salah.
“Yah… Syifa mohon maaf karena selama ini
berbuat salah dan menyakiti hati ayah dan ibu. Syifa
sadar bahwa hanya ayah dan ibu yang selalu
menyayangi dan mengasihi Syifa selamanya.” Kata aku
kepada ayah.
“Alhamdulillah Ya Allah akhirnya Syifa Engkau
berikan hidayahMU.” Kata ayahku dengan berlinang
airmata. Kemudianayahku segera mengajakku ke dalam
rumah.
Keesokan harinya ayah dan ibuku tersenyum
bahagia karena melihat ku sudah menjemput hidayah
Allah Swt. Mereka bersepakat untuk memasukkan diriku
ke Pondok Pesantren milik teman ayah ku semasa kecil
dulu di Jombang. Karena dulu ayahku pernah
mengatakan akan memasukkan aku jika aku sudah besar
nanti, untuk menimba ilmu agama Islam di Pondok
Pesantren.
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 200
“Syifa bulan depan kamu akan mulai mondok di
Jombang kurang lebih 3-5 tahun. Ayah dan ibu berharap
kamu mampu menimba ilmu sebagai modal dasar
keimananmu kepada Allah Swt.” Pinta ayahku dengan
penuh harap.
“Iya ayah aku akan belajar agama disana, aku
mohon doa restu dari ayah dan ibu. Semoga aku selalu
dibukakan Allah jalan petunjuk dan jalan terang dari
Nya.”
“Semoga Allah Swt selalui melindungi dan
menyertaimu nak.” Kata ibu dengan meneteskan air mata
kebahagiaan.
Satu bulan telah tiba saatnya aku segera menuju
ke Ponpes Jombang. Di depan rumah sudah ada mobil
putih yang siap menjemputku. Mobil putih itu memang
milik teman ayahku sekaligus pemilik Pondok Pesantren
Al Hidayah Jombang. Gus Zaini adalah teman ayahku
sewaktu kecil, beliau memiliki pondok pesantren tersebut
sudah dua puluh lima tahun menggantikan ayah beliau
yang sudah wafat. Aku pun segera berpamitan dengan
ayah ibu ku dan bersiap meninggalkan mereka untuk
menimba ilmu agama di Jombang. Dengan berderai
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 201
airmata ayah ibuku memelukku dengan sangat erat. Aku
mencoba menenangkan dan memberikan semangat
untuk ayah dan ibuku. Aku berjanji pada mereka bahwa
aku akan menjadi anak yang berbakti kepada mereka.
Kemudian aku segera masuk ke dalam mobil, dan
bersiap berangkat ke Jombang. Ku teteskan derai air
mata saat harus berpisah dengan kedua orang tuaku.
Tetapi aku harus tetap kuat dan tabah menghadapinya.
***
Perjalanan ke Kota Jombang berkisar 4 jam dari
Kota Surabaya, karena pada saat itu situasi lalu lintas di
jalan lumayan macet. Setelah sampai di Pondok
Jombang aku disambut dengan ramah oleh Gus Zaini
teman kecil ayahku sekeluarga.
“Alhamdulillah akhirnya Syifa mau juga belajar di
Pondok Gus Zaini.
“Kami sekeluarga sangat berharap kamu bisa
belajar disini Syifa.” Kata Gus Zaini dengan senang.
“Terimakasih Gus Zaini saya mewakili ayah dan ibu
sangat berterima kasih kepada Gus sekeluarga, yang
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 202
telah mengizinkan saya untuk menimba ilmu Agama
disini.” Jawab Syifa.
Alhamdulillah semua mengucapkan syukur
bersama–sama. Aku segera dipersilakan untuk
beristirahat dan menujukkan kamar ku. Aku pun segera
menuju kamar ku, menata barang–barang bawaan ku.
Lalu aku mengganti baju serta mandi untuk menyegarkan
badanku. Setelah itu aku tidur istirahat sejenak untuk
melepaskan lelah selama di perjalanan tadi.
Esok paginya aku mulai melaksanakan rutinitasku
di pondok. Diantaranya bangun pagi pukul 04.00 WIB lalu
dengan mandi pagi dilanjutkan dengan salat subuh
berjamaah. Pukul 07.00 WIB aku makan bersama
kemudian belajar fiqih dan tadarus hingga pukul 11.00
wib. Kemudian salat dhuhur dan makan bersama. Pukul
13.00 – 17.00 WIB waktu istirahat untukku. Rasanya
belum sehari aku sudah capek sekali. Namun aku harus
tetap menjalaninya dengan kesabaran dan keikhlasan
kepada Allah SWT. Pada malam harinya ada kegiatan
rutin yaitu renungan malam yang dipimpin langsung oleh
Gus Zaini. Namun karena ada acara mendadak, Gus
Zaini tidak dapat memimpin kegiatan renungan malam.
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 203
Kegiatan tersebut akhirnya diwakilkan oleh guru baru di
pondok tersebut yaitu Ustadz Irham. Pertama kali aku
melihat Ustadz Irham sudah tertarik dan merasa Ustadz
Irham adalah guru yang baik dan bisa menunjukkan jalan
kebenaran. Aku mendengarkan dengan saksama materi
acara renungan malam.
Materi renunga malam tersebut membahas
tentang “Jalan Hidayah”, yang tidak diketahui dimana,
kapan dan dengan cara bagaimana kita bisa
mendapatkannya. Ustaz Irham menjelaskan dengan
bersungguh–sungguh bahwa jalan hidayah adalah
rahasia Allah, kita tidak akan pernah tahu dalam usia
berapa kita bisa mengerti dan bertaubat nasuha kepada
Allah SWT. Yang bisa kita lakukan hanyalah berusaha
berikhtiar dan berdoa semoga Allah SWT membuka pintu
hidayah dan ampunan bagi kita semua. Tanpa terasa air
mata jatuh di pipiku, aku sungguh lalai dan lupa kepada
Allah SWT yang telah memberikan kehidupan untukku.
Aku merasa jauh dari Allah SWT. Aku merasa tidak
mengenal Allah, sehingga aku banyak melakukan
kesalahan dan perbuatan yang tidak benar di hadapan
Allah. Aku merasa sudah saatnya aku menebus segala
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 204
kesalahanku dengan bertaubat serta mempelajari ilmu
Agama dengan baik dan benar. Karena inilah
kesempatanku yang harus aku gunakan sebaiknya.
***
Tidak ada cara lain dan tidak ada jalan lain, selain
belajar dan berbuat yang baik di pondok ini. Keesokan
harinya aku tidak sengaja bertemu di ruang aula pondok
dengan Ustadz Irham, memang setiap ada kegiatan
materi pengajian di aula pondok ku.
“Assallammualaikum Selamat pagi Ustaz,” salam
ku kepada Ustaz Irham.
“Waalaikumussallam selamat pagi juga,” jawab
Ustaz Irham dengan menyejukkan.
“Ustaz saya Syifa santri baru disini, saya sangat
tertarik dengan materi Ustaz kemarin malam. Saya ingin
mendalam ilmu Agama dari yang Ustaz Irham berikan
kemarin soal hidayah,” kataku kepada Ustaz Irham. Lalu
Ustaz Irham hanya tersenyum menyejukkan jiwa sambil
berkata.
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 205
“Syifa hidayah datang dari Allah SWT, ikutilah
pelajaran Tauhid dan Tasawuf yang saya berikan. Saya
berdoa semoga Allah membukakan pintu hatimu,”
“Amin … terima kasih Ustaz,” kataku dan
mengucap salam karena akan meninggalkan aula
menuju kelas pondok.
Saat yang ditunggu telah tiba yaitu pelajaran
Ustaz Irham yaitu Tauhid dan Tasawuf. Pelajaran bab
pertama tentunya pengenalan kepada Allah SWT. Ustaz
Irham menerangkan dengan jelas tentang Allah SWT,
mengenal Allah SWT adalah kewajiban seluruh manusia
di muka bumi ini. Awalluddin Makrifatullah yaitu awal
mengenal Agama adalah mengenal Allah Jadi siapa pun
sebelum beragama, harus mengenal terlebih dahulu
siapa Allah sebenarnya. Begitu penjelasan Ustaz Irham
kepada santriwati di pondokku. Alhamdulillah akhirnya
seiring berjalannya waktu, aku mulai paham dan
menjalani semuanya dengan penuh keyakinan kepada
Allah SWT. Semua ini karena pertolongan dan kuasa
Allah SWT, juga kedua orang tuaku yang selalu sabar
mendidikku. Tak lupa Gus Zaini yang sudi menerimaku
menjadi santri di pondoknya. Serta tak lain dan tak bukan
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 206
adalah Ustaz Irham guruku. Yang telah memberikan
penjelasan dan penerangan kepadaku. Sehingga aku
mengetahui dan mengerti bahwa segala sesuatunya
hanyalah kepada Allah SWT kita berserah.
Selama 5 tahun aku menimba ilmu di Pondok Gus
Zaini, selama itu pula aku belajar ilmu Tauhid kepada
Allah SWT. Alhamdulillah aku sudah khatam dan sudah
kembali ke Surabaya berkumpul bersama keluargaku.
Aku sangat senang dan berterima kasih dengan
semuanya. Dan tentunya kepada Ustaz Irham yang
banyak memberi bimbingan dan petunjuk selama aku
belajar di pondok. Aku bersyukur kepada Allah SWT yang
telah memberi jalan untuk meraih Hidayah-Nya. Karena
tanpa pertolongan Allah SWT, tidak mungkin aku belajar
di pondok. Apalagi usiaku sudah menginjak 20 tahun
saat itu. Dengan Hidayah yang diberikan Allah semoga
dapat menata kembali kehidupanku yang sudah salah
jalan. Aku bersujud dan tak henti–hentinya mengucap
syukur kepada Allah SWT.
Aamin Ya Robbal ‘Alamiin…
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 207
PAK BERUANG BAIK HATI
Oleh Precilia Joejeva Delfino Da Silva
“Cangkul, cangkul, cangkul yang dalam menanam
mangga di kebun kita.” Terdengar suara Pak Beruang
bernyanyi riang di depan kebun miliknya. Dia tampak
sedang asyik menanam pohon mangga di depan
rumahnya. Pak Beruang memang terkenal sebagai
binatang yang sangat rajin di hutan. Setiap hari, jika kita
lewat di depan rumahnya, kita pasti akan mendapatinya
sedang melakukan sesuatu. Namun, hal yang paling
disukai Pak Beruang adalah menanam.
“Akhirnya, selesai juga pekerjaanku. Fiuh, aku
lelah sekali,” gerutu Pak Beruang.
“Wah, pohon apa ini, Pak Beruang?” tanya Ruri si
kelinci kecil penasaran sambil melihat ke pohon kecil
yang baru saja ditanam Pak Beruang.
“Sejak kapan kamu di situ, Ruri?” tanya Pak
Beruang kaget.
“Aku memperhatikanmu sejak tadi, Pak Beruang.
Aku penasaran sekali pohon apa lagi yang engkau tanam
ini, Pak,” jawab Ruri si kelinci kecil.
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 208
“Oh ... ini pohon mangga, Ruri,” jawab Pak
Beruang dengan sangat ramah.
“Pak Beruang, bolehkah aku meminta buahnya
apabila nanti pohon ini sudah berbuah?” tanya kelinci
kecil itu dengan penuh semangat.
“Tentu saja boleh, tapi kamu harus sabar ya
mungkin pohoh ini baru akan berbuah setahun lagi,” sahut
Pak Beruang.
Mendengar jawaban itu, Ruri menjadi kaget. Dia
sama sekali tidak menyangka perlu waktu yang lama
sekali untuk menunggu pohon mangga itu berbuah.
Padahal, Ruri sudah sangat ingin sekali merasakan
manisnya buah mangga milik Pak Beruang. Melihat Ruri
yang kaget dan tampak sedih, Pak Beruang yang baik
hati berusaha menghibur Ruri.
“Buah mangga memang memerlukan waktu cukup
lama untuk berbuah, Ruri. Namun, kamu tenang saja, aku
masih punya banyak buah yang manis di kebunku.
Kebetulan buah melon yang ada di kebunku sudah siap
dipanen. Apa kamu mau menikmati buah melon itu
bersamaku?” tawar Pak Beruang kepada Ruri.
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 209
Ruri pun menyahut dengan penuh semangat, “Aku
mau …! Aku mau, Pak Beruang!”
Akhirnya, Ruri dan Pak beruang bersama-sama
menikmati buah melon manis yang baru saja mereka
petik dari kebun.
Pak Beruang memang sudah terbiasa membagikan
hasil panen dari kebunnya kepada semua penghuni
hutan. Semua penghuni hutan sangat menyukai buah-
buahan yang berasal dari kebun Pak Beruang karena
semua buah yang berasal dari kebun Pak Beruang pasti
rasanya sangat manis. Begitupun dengan Tito si tupai
kecil, terkadang Tito mengambil hasil kebun Pak Beruang
tanpa sepengetahuan Pak Beruang. Sebenarnya, Pak
Beruang tahu apa yang dilakukan oleh Tito. Akan tetapi,
Pak Beruang tidak pernah mempermasalahkannya.
Hari demi hari berlalu, tahun pun berganti, Pohon
mangga yang ditanam oleh Pak Beruang kini telah
berbuah sangat lebat. Semua warga hutan pun sudah
tidak sabar menunggu Pak Beruang membagikan hasil
panennya. Begitupun dengan Tito si tupai kecil yang
nakal.
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 210
“Aku sudah tidak sabar ingin tahu bagaimana rasa
buah mangga milik Pak Beruang,” kata Tito sambil
menelan ludahnya karena membayangkan bagaimana
manisnya rasa buah mangga tersebut.
“Daripada aku menunggu Pak Beruang
membagikan hasil panennya … lebih baik nanti malam
aku curi saja mangga-mangga itu dan aku simpan di
rumah. Kalau aku harus menunggu Pak Beruang
membagikannya, aku pasti hanya mendapat satu atau
dua biji mangga saja karena harus berbagi dengan warga
hutan yang lainnya,” celetuk Tito.
Malam pun tiba, saat seluruh penghuni hutan tidur,
Tito mulai melancarkan aksi jahatnya dengan membawa
sebuah karung yang sangat besar. Ia mulai memanjat
pohon mangga milik Pak Beruang. Namun, ketika dia
sampai di atas, tiba-tiba saja kakinya tidak bisa bergerak,
seolah kakinya menempel pada pohon mangga itu dan
tidak bisa lepas. Tito berusaha sekuat tenaga untuk
menggerak-gerakkan kakinya. Akan tetapi, kakinya tetap
tidak bisa bergerak. Kakinya terus menempel di batang
kayu pohon mangga tersebut.
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 211
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 212
Tito mulai ketakutan ketika melihat langit mulai
terang. Tito takut aksinya ketahuan oleh Pak Beruang dan
warga hutan lainnya.
“Aduh, bagaimana ini! Aku tidak mau kalau Pak
Beruang melihatku di sini. Apalagi … kalau sampai semua
warga hutan yang melihatku. Aku bisa malu!” kata Tito
cemas.
Langit semakin terang dan terdengar suara pintu
yang terbuka.
“Celaka, Pak Beruang sudah bangun!” kata Tito
berbisik.
Pak Beruang terlihat seperti melakukan olahraga
kecil di depan rumahnya. Setelah itu, Pak Beruang
tampak menyapu seluruh halaman rumahnya.
“Semoga saja Pak Beruang tidak melihatku di sini,”
kata Tito si tupai kecil sambil terus berusaha melepaskan
kakinya yang menempel di batang pohon mangga.
Namun, tiba-tiba dia mendengar suara yang sangat
mengagetkannya. Ternyata itu adalah suara Pak
Beruang.
“Bagaimana, rasanya tidur di atas pohon mangga
semalaman, Tito?” kata Pak Beruang.
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 213
Seketika, Tito menjadi sangat malu. Ternyata,
pohon mangga itu memang sudah dipasang jebakan oleh
Pak Beruang. Namun, Tito tetap berusaha mencari
alasan.
“Pak Beruang, engkau sudah bangun, ya?
Kebetulan tadi aku melihat ada burung kecil yang
tersangkut di dahan pohon mangga ini, Pak. Jadi, aku
memutuskan untuk membantu burung itu, tapi saat aku
sampai di sini ternyata burung kecil itu sudah tidak ada,”
kata Tito berusaha membela diri.
Pak Beruang hanya tertawa kecil mendengarkan
penjelasan Tito. Dia tahu Tito berbohong karena di batang
pohon mangga itu memang sengaja diberi lem oleh Pak
Beruang. Itu dilakukan karena Pak Beruang yakin bahwa
Tito akan melakukan hal tersebut. Sebab beberapa hari
ini, Pak Beruang sering melihat Tito mengawasi pohon
mangganya dari kejauhan. Pak Beruang pun berkata, “Oh
begitu, ya sudah kalau begitu, cepat turun ya karena lem
yang menempel di kakimu itu nantinya bisa membuat
kakimu putus karena lem itu sangatlah kuat daya
perekatnya.”
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 214
Tito yang mendengar penjelasan Pak Beruang
menjadi sangat takut. Dia tidak mau kehilangan kakinya.
Akhirnya, dengan perasaan sangat malu, dia mengakui
perbuatannya kepada Pak Beruang.
“Pak Beruang, aku mohon tolonglah aku! Aku tidak
mau kakiku putus!” rengek Tito.
“Aku mengaku salah, Pak. Aku memang ingin
mencuri buah mangga yang manis ini karena jika nanti
harus berbagi dengan warga hutan pasti aku akan
mendapatkan satu atau dua buah saja,” kata Tito
kemudian.
Pak Beruang merasa sangat lega mendengarkan
itu karena Tito sudah jujur. Segera Pak Beruang
mengambil air dan menyiram kaki Tito. Ternyata setelah
disiram air, kaki Tito bisa terlepas dari lem itu. Tito
mengucapkan terima kasih kepada Pak Beruang karena
telah menolongnya.Tito juga meminta maaf kepada Pak
Beruang dan berjanji tidak akan mengulagi perbuatannya
lagi. Pak Beruang pun menasihati Tito.
“Tito, sebenarnya kamu tidak perlu mencuri,
mintalah saja maka akan kuberi, tetapi ingatlah Tito, kita
juga harus berbagi dengan teman kita. Dengan berbagi,
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 215
kita bisa terhindar dari sifat serakah. Lihat perbuatanmu
hari ini! Karena sikapmu yang serakah, kamu hampir saja
mencelakai dirimu sendiri karena sikap serakah akan
membuat hidup sseorang sengsara.”
Tito hanya bisa tertunduk malu ketika Pak Beruang
menasihatinya. Namun, Tito bersyukur Pak Beruang mau
memaafkannya dan tidak memberitahukan kejadian
tersebut kepada seluruh warga hutan. Sejak saat itu, Tito
tidak pernah mencuri lagi bahkan dia sering menolong
Pak Beruang berkebun. Sebagai imbalan karena Tito
suka menolong, Pak Beruang sering memberikan buah-
buah manis yang ada di kebunnya untuk Tito.
Cerpen Antologi Tahu Campur Versi Teenlit| 216