The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Awalnya, Kampung Ambon adalah kawasan pasar gelap ganja hingga tahun 2008 sampai akhirnya diporakporandakan Satuan Brimob (Brigade Mobil) Kedung Halang, Bogor, Jawa Barat. Operasi dilakukan sejak Juli hingga Desember 2008.

Setelah polisi meninggalkan Kampung Ambon, bisnis gelap Narkoba beralih
ke sabu tahun 2009. Kampung Ambon pun kian riuh rendah. Hanya dengan
mengantar jemput para pemadat, penghasilan para pengojek sepeda motor di sana mencapai Rp 700.000 sehari. Para juru parkir pun memperoleh pendapatan yang sama. Para penimbang sabu mendapat Rp 8 juta per bulan. Para pencuci cangklong Rp 3,5 juta, petugas kebersihan rumah, Rp 2 juta sampai Rp 3 juta.

Setiap pekan, para bandar membagi “uang berisik” kepada para tetangga
sebesar Rp 350 ribu. Uang tersebut diberikan sebagai tanda maaf karena
ketidaknyamanan warga terhadap kehadiran lapak-lapak yang menjadi sumber suara gaduh.

Mei 2012 sampai Maret 2013 menjadi masa Polres Metro Jakbar menabuh
genderang perang besar di Kampung Ambon. Pasar gelap sabu di kampung yang kini disebut Komplek Permata itu mulai gulung tikar setelah bandar besar terakhir, Morison Manuel Yunus ditangkap pada 22 September 2013, yaitu enam bulan setelah lapak pemadat paling ramai miliknya, Lapak Mangga, diporakporandakan.

Usai perang besar, Polres Metro Jakarta Barat melakukan berbagai langkah preventif dan preemtif lewat program RW Bebas Narkoba. Program yang dilakukan bersama seluruh pemangku kepentingan ini, bertujuan memulihkan kehidupan sosial dan ekonomi warga di RW 7, Kedaung Kaliangke, Cengkareng tersebut.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by edi ismail, 2020-01-20 09:55:59

KARAMNYA REZIM NARKOBA

Awalnya, Kampung Ambon adalah kawasan pasar gelap ganja hingga tahun 2008 sampai akhirnya diporakporandakan Satuan Brimob (Brigade Mobil) Kedung Halang, Bogor, Jawa Barat. Operasi dilakukan sejak Juli hingga Desember 2008.

Setelah polisi meninggalkan Kampung Ambon, bisnis gelap Narkoba beralih
ke sabu tahun 2009. Kampung Ambon pun kian riuh rendah. Hanya dengan
mengantar jemput para pemadat, penghasilan para pengojek sepeda motor di sana mencapai Rp 700.000 sehari. Para juru parkir pun memperoleh pendapatan yang sama. Para penimbang sabu mendapat Rp 8 juta per bulan. Para pencuci cangklong Rp 3,5 juta, petugas kebersihan rumah, Rp 2 juta sampai Rp 3 juta.

Setiap pekan, para bandar membagi “uang berisik” kepada para tetangga
sebesar Rp 350 ribu. Uang tersebut diberikan sebagai tanda maaf karena
ketidaknyamanan warga terhadap kehadiran lapak-lapak yang menjadi sumber suara gaduh.

Mei 2012 sampai Maret 2013 menjadi masa Polres Metro Jakbar menabuh
genderang perang besar di Kampung Ambon. Pasar gelap sabu di kampung yang kini disebut Komplek Permata itu mulai gulung tikar setelah bandar besar terakhir, Morison Manuel Yunus ditangkap pada 22 September 2013, yaitu enam bulan setelah lapak pemadat paling ramai miliknya, Lapak Mangga, diporakporandakan.

Usai perang besar, Polres Metro Jakarta Barat melakukan berbagai langkah preventif dan preemtif lewat program RW Bebas Narkoba. Program yang dilakukan bersama seluruh pemangku kepentingan ini, bertujuan memulihkan kehidupan sosial dan ekonomi warga di RW 7, Kedaung Kaliangke, Cengkareng tersebut.

KARAMNYA REZIM NARKOBA

ANEV SAT NARKOBA AGUSTUS 2014

SATUAN NARKOBA

• TSK MARKUS SETIADI ALS MARKUS ALS KOMENG,

BB 1,05 KG GANJA 183

K • TSK ARSALI ALS ALI, BB : 2 KG GANJA

A • TSK MUH. FADILAH ALS MUMU, BB : 158 GR SHABU,
78 BTR INEKS)
S 1 • TKS TEJA SUDIRMAN SALIM ALS TEJA ALS JASON

U DAN DODDY SETIAWAN, BB 2.380 BTR H5, 4.260 BTR
S INEKS DAN 1.147 GR SABU
• DARJIYANTO ALS ANTO ALS DANIL, BB 363 BTR

INEKS, 4.000 BTR H5 BUTIR, 6,7 GR SHABU DAN 0,24

GR KETHAMINE

M • WAHYU SULISTIANTO, YANMA POLDA, BB 1,68 GR
E
N 2 SHABU DAN 99 BTR INEKS
• SANDY HENDRIANTO, BB 137 GR HEROIN DAN 0,28 GR

O SHABU

N SUPENDI ALS PENDI, BB 17 BTR INEKS, 2.000 BTR INEKS
DAN 3,69 GR
J 3 MODUS : NARKOBA DILAKBAN DLM BULATAN
O
DISPENSER

L

SUBNIT NARKOBA POLSEK

NIHIL

BALAI PERTEMUAN POLISI – WARGA RW 07, 11 SEPTEMBER 2014

KARAMNYA REZIM NARKOBA

DATA TSK – BB – TKP UNGKAP SAT

BARANG BUKTI YANG DISITA

184 TERSANGKA JENIS NARKOBA JULI AGUSTUS

KERJA POLRI - 1 GANJA 135,66 4.217,74
DIK TNI - - HEROIN - 137,68
PNS - - SHABU 1.489,34
WIRASWASTA 7 12 ECSTASY 104,63 5.029
KARYAWAN 10 32 GOL. IV 45 8.384
MAHASISWA - 7 -
LAIN” 9 46
SD 5 6 TKP UNGKAP
SMP 4 17
SMA 14 45 TEMPAT HIBURAN - 5
PT / UNIV 3 6 PEMUKIMAN 11 27
- -
KAMPUS / SEKOLAH 10 25
SARANA UMUM - 1
HOTEL

BALAI PERTEMUAN POLISI – WARGA RW 07, 11 SEPTEMBER 2014

KARAMNYA REZIM NARKOBA

DATA UNGKAP UNIT-UNIT (JULI – AGUSTUS 2014)

TSK – BB – TKP UNGKAP UNIT 1 UNIT 2 UNIT 3

POLRI -- -1--

PNS -- - --

PEKERJAAN WIRASWASTA 47 - 332
KARYAWAN 1 15 3 10 6 7
185
TSK MAHASISWA -4 -3--

LAIN” 6 10 2 814

SD 42 - 113

SMP 25 5 725
DIK 4 28 - 12 5 5

SMA

PT / UNIV 11 - 52 -

GANJA 5,66 4.099,12 - 91,6 130 27,02

HEROIN -- - 137,68 - -

SHABU 62,11 1.382,03 1,71 76,49 40,81 30,82
BB 40 4.753
- 252 5 24
ECSTASY

GOL. IV - 6.384 - - - 2.000

BAYA -- - ---

TEMPAT HIBURAN -- - 4 -1

PEMUKIMAN 6 13 1 945

TKP KAMPUS / SEKOLAH -- - ---

SARANA UMUM 2 15 2 466

HOTEL -- -1--

BALAI PERTEMUAN POLISI – WARGA RW 07, 11 SEPTEMBER 2014

KARAMNYA REZIM NARKOBA

SAT RESNARKOBA UNIT I UNIT I UNIT II UNIT II UNIT III UNIT III
SUBNIT I SUBNIT II SUBNIT I SUBNIT II SUBNIT I SUBNIT II
JULI AGST JULI AGST JULI AGST JULI AGST JULI AGST
BULAN 5 14 JULI AGST
36 3 14 1 11 27 76
CT 9 12 88 34 94 36
-- -- --
CC -- -- 1 -- - 24
-- -- - -- -
P POLRI 35 12 - -1 - --
15 - 10 2 3- 31
E TNI -1 -3 3 10 -1 34 --
46 24 2 17 -
186 K PNS 11 31 11 -- 11 --
E 23 1 -4 13
4 13 2 3 45 -1
R WIRASWASTA 1 15 17 -- 42 -1
- 3.139,12 1 5 - 91,6 2-
J KARYAWAN -- 5,66 960 -- -- - 0,56 33
A 34,11 1.157,72 -- - 137,68 1,31 15,89 --
40 4.633 28 224,31 0,40 60,6 -- 14,73 25,32
TSK A MAHASISWA - 6.383 - 120 - 252 -- 5 22 --
N -- -1 -- -- - 2.000
LAIN-LAIN -- -- -- -- -- -3
58 -- -4 16 -1
SD -- 15 -3 -- 43 --
D SMP -6 -- -- 11 --
I -- 29 13 -- 32 24
K SMA -- -1 - --
13
PT / UNIV
--

GANJA 130 26,46

HEROIN --

SHABU 26,08 5,5
BB
-2
ECSTASY

GOL. IV --

BAYA --

TEMPAT HIBURAN --

PEMUKIMAN -2

TKP KAMPUS / SEKOLAH --

SARANA UMUM 34

HOTEL --

BALAI PERTEMUAN POLISI – WARGA RW 07, 11 SEPTEMBER 2014

KARAMNYA REZIM NARKOBA

POLSEK JAJARAN SEK SEK SEK SEK SEK SEK SEK SEK
PALMA KARENG KADER DUREN TAMBORA TAMAN JERUK KEMBANG
BULAN JULI AGS JULI AGS JULI AGS JULI AGS JULI AGS JULI AGS JULI AGS JULI AGS
24 26 22 56 13 68 -3 14
CT 25 94 32 28 5 11 7 14 4- 32
-- -- -- -- -- -- -- --
CC -- -- -- -- -- -- -- --
-- -- -- -1 -- -- -- - --
POLRI -1 -- -- -1 1- -1 -2 -3
P 12 2- -2 14 -- 13 -1 -1
E TNI -- -- -- -- -- --
- - 2- 63 -3 67 -1 12
K PNS 11 17 -1 42 11 23 -2 13 187
E 1- -1 1- 2- -- 35 -- -2
13 15 11 16 -2 23 -2 -1
R WRSWS -1 21 -- -1 -- -- -- --
-- -- - 51,01 39,69 - -1 104,49 5,5 -- - 43
J KRYWN 23,5 15,17 - 94,5 -- 6,54 - -- -- -- --
A - 0,6 -- 715,59 95 5,97 75,56 0,4 14,2 7,16 6,21 - 1,5 0,2 0,4
0,69 1,65 0,4 5,58 -- -- -- -- -- --
TSK A MHSW -- -- -- -- -- -- -- --
N -- -- -- -- -- -- -- --
LAIN” -- -- -- -- -- -- -- --
-- -- 2- 23 13 46 -2 --
SD -2 11 -- -- -- -- -- --
-- -- -2 23 -- 22 -1 14
DI SMP 22 15 -- 1- -- -- -- --
K SMA -- --

UNIV

GANJA

HEROIN

SHABU
BB

ECSTASY

GOL. IV

BAYA

T. HIBURAN

PEMUKIMAN

TKP KAMPUS

SRN UMUM

HOTEL

BALAI PERTEMUAN POLISI – WARGA RW 07, 11 SEPTEMBER 2014

KARAMNYA REZIM NARKOBA

188 SOSIALISASI PERATURAN BERSAMA

PER BER KETUA MA-MENKUMHAM-MENKES-MENSOS-JAKGUNG-KAPOLRI-KA BNN
TGL 11 MARET 2014 TTG PENANGANAN PECANDU NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN

NARKOTIKA KE DALAM LEMBAGA REHABILITASI

TUJUAN : KOOR DAN KERJASAMA OPTIMAL TURUNKAN PECANDU NARKOBA MELALUI PROGRAM
PENGOBATAN, PERAWATAN, DAN PEMULIHAN KORBAN BAIK SBG TSK, TDW MAUPUN TERPIDANA

DGN CARA REHAB MEDIS DAN REHAB SOSIAL

CARA BERTINDAK :
1. PECANDU SBG TSK DPT AJUKAN PERMOHONAN TERTULIS UTK REHAB MELALUI KELUARGA / PH
2. REHAB BARU DPT DILAKS STLH PECANDU DPT REKOM / ASESMEN DARI TIM ASESMEN TERPADU
3. TIM ASESMEN TERPADU YAITU TIM DOKTER.TIM PSIKOLOG, DAN TIM HUKUM (POLRI, BNN,

JAKSA, KUMHAM) YG MEMILIKI SKEP DARI MASING-MASING INSTANSI
4. PECANDU SBG TSK STATUS ANAK LIBATKAN BAPAS
5. PERTIMBANGAN UTK REHAB BHW TSK ADALAH PENYALAHGUNA NARKOBA / PECANDU /

KORBAN BUKAN PD JUMLAH PENYITAAN BB, BKN PENGEDAR ATAU JARINGANNYA

TEMPAT REHAB DI JABODETABEK : POLI BNN JAKTIM, RS DUREN SAWIT JAKTIM, REHAB LIDO BNN
BOGOR, PKM CIPUTAT

JUKNIS : STR KAPOLRI NOMOR: 701 / VIII / 2014 TANGGAL 22 AGT 2014

BALAI PERTEMUAN POLISI – WARGA RW 07, 11 SEPTEMBER 2014

KARAMNYA REZIM NARKOBA

ATENSI KASAT 189

PENEKANAN KAPOLDA METRO JAYA YG BARU (IRJEN POL UNGGUNG CAHYONO) BAHWA
KASUS NARKOBA DIJADIKAN PRIORITAS PROGRAM UTK CIPTAKAN STABILITAS KAMTIBMAS

DI JAKARTA, IMPLEMENTASINYA BAGI SAT DAN UNIT YAITU :
- TINGKATKAN UNGKAP KASUS MENONJOL, BERKUALITAS
- FOCKS PADA WILAYAHNYA, MASY MERASA AMAN DAN NYAMAN
- SOSIALISASI AKTIF TTG DAMPAK NARKOBA, SOLUSI REHABILITASI BAGI KORBAN /

PECANDU NARKOBA DI MASYARAKAT
- AKTIFKAN / MAKSIMALKAN GIAT DI LAPANGAN (REPRESIF MAUPUN PRE-EMTIF /

PREVENTIF)

PARA PA BERTANGGUNG JAWAB PADA KEAMANAN BB NARKOBA SEHINGGA TDK TERJADI
KEBOCORAN / BB DIJUAL / DIGUNAKAN ANGGOTA

PARA PA HARUS LAKS WASDAL THDP ANGGOTA AGAR TDK ADA LALGI ANGGOTA YG
MENGGUNAKAN NARKOBA ATAU MENJADI BAGIAN DARI PEREDARAN NARKOBA

HASIL PENGUNGKAPAN YG SDH CUKUP BUKTI (CB) AGAR DILAPORKAN KE KOMPOL HERU
(KASUBBAG HUMAS) UNTUK DIMASUKAN KE WEBSITE POLRES DAN MEDIA ONLINE,
TERMASUK BAHAN PRESS RELEASE UTK KASUS YG DI EKSPOSES KE MEDIA

ANALISA IT / PERBANKAN AGAR DI INTENSIFKAN SHG DAPAT UNGKAP KASUS YG SIGNIFIKAN
DAN DAPAT SITA ASSET PARA PELAKU KEJAHATAN NARKOBA
UNTUK MEMUTUS MATA RANTAI PEREDARAN NARKOBA

POS TERPADU RW 07 KOMPLEKS PERMATA CENGKARENG, -- SEPTEMBER 2014

KARAMNYA REZIM NARKOBA

Menjemput Harapan

A190 wal Agustus 2014, telepon di rumah Yeni Ritiauw (45), Ketua
RW 7, Kedaung Kali Angke, Cengkareng, berdering. Seorang

ibu yang tinggal di lingkungan RT 1 RW 7, mengeluh. Dia takut

rumahnya kedatangan dua polisi yang mencacah jiwa keluarganya.

“Memang kita mau dipindah kemana bu RW? Ini untuk apa sih
sebenarnya. Untuk apa kami didata lagi,” kata ibu yang keluarganya
sudah sejak tahun 1973 tinggal disitu. Yeni meminta ibu itu tenang.

“Itu program polisi setelah komplek ini aman. Tidak akan terjadi apa-
apa. Tak akan ada pemindahan warga,” kata Yeni. Setelah telpon ditutup,
Yeni menggelengkan kepala, mengangkat bahu, lalu tersenyum sambil
membuang nafas.

Sebenarnya Yeni sudah memberitahu seluruh ketua RT mengabarkan
soal pendataan yang akan dilakukan polisi. Tapi masih ada saja yang
kemudian meneleponnya saat melihat polisi ada di depan pagar.

Setelah pasar sabu di Kampung Ambon (kini Komplek Permata)
karam, polisi mendata rinci setiap keluarga di sana. Data ini selanjutnya

KARAMNYA REZIM NARKOBA

191

KARAMNYA REZIM NARKOBA

192

Pembagian hadiah. Usai merayakan lomba 17 Agustus
di Kampung Ambon. Penyelenggara acara, yakni Polisi
bersama Badan Narkotika Nasional (BNN) membagikan

hadiah kepada para pemenang lomba.

akan dimanfaatkan sebagai bekal memulihkan kondisi sosial dan ekonomi
warga. Dengan data tersebut, instansi terkait kelak bisa membantu warga
sesuai kebutuhan.

Setelah pasar sabu di lingkungan RW 7 ini karam, sebagian warga yang
mengandalkan hidupnya dari bekerja di lapak-lapak sabu, kehilangan
nafkah. Tatanan sosial termasuk sistem keamanan lingkungan akibat
pasar sabu pun, rusak.

KARAMNYA REZIM NARKOBA 193

Polres Metro Jakbar, lewat Sistem Pencegahan Kejahatan (Sigahtan)
ingin menata kembali sistem keamanan lingkungan di sana.

Kepala Unit Pembinaan Masyarakat Polsek Cengkareng, Ajun
Komisaris Raden Sigit Kumono mengaku masih kesulitan mendekati
warga. Sebagian warga di Jalan Kristal dan Jalan Virus yang paling keras.
Ketika polisi mengetuk, warga tak mau membuka pintu.

Ada yang hanya membuka jendela. Sigit dibiarkan tetap diluar pagar.
Dari dalam rumah, pemilik rumah berteriak menghardik, “Mau apa?”.
“Mau mendata”, jawab Sigit. “Kita sudah didata di kelurahan. Pak polisi
pergi saja ke kelurahan”. Mendengar itu Sigit geleng kepala.

Meski demikian, ada keluarga yang mau terbuka. Mempersilakan
polisi masuk dan mau menyampaikan informasi seperti diminta polisi.
Sampai akhir Agustus 2014 door to door system ini baru berjalan empat
hari. Tim pendata berjumlah 56 anggota Binmas dari beberapa Polsek di
Jakbar.

Dalam empat hari polisi sudah mendata 444 warga di sembilan RT di
RW 7 Komplek Permata. Di komplek itu, keluarga eks Batalyon X, KNIL
memadati sembilan RT di RW 7.

Dari hasil pendataan tampak, di beberapa rumah, satu rumah bisa
dihuni dua sampai empat keluarga. Sebanyak 65 persen warga di sana,
menganggur. “Dari sini sebenarnya sudah kelihatan apa yang bisa
dilakukan untuk warga. Yaitu menggerakan perekonomian warga,” kata
Sigit.

KARAMNYA REZIM NARKOBA

194

Anak-anak di Kampung Ambon ceria
mengikuti lomba makan kerupuk. Lomba
digelar di halaman pos terpadu Jalan Mirah,

Komplek Permata.

KARAMNYA REZIM NARKOBA

195

Babinkamtibmas Polres Metro Jakarta Barat tengah
menjelaskan program Door to door system kepada seluruh

jajaran pengurus RT dan RW di Kampung Ambon.

KARAMNYA REZIM NARKOBA

196

Anak-anak
Kampung
Ambon dengan
semangat
mengikuti

lomba
memindahkan

bendera ke
dalam botol.

KARAMNYA REZIM NARKOBA

Ibu-ibu Kampung ambon 197
mengikuti lomba balap
karung.

KARAMNYA REZIM NARKOBA

198

Anak-anak
di Kampung
Ambon
mengikuti
lomba
memasukan
paku kedalam
botol.

KARAMNYA REZIM NARKOBA 199

Untuk meningkatkan keamanan lingkungan, Kapolres Metro Jakbar
Fadil Imran meminta PLN memasang dan menyalakan lampu jalan.
Pohon-pohon besar. Salah satu di antaranya adalah pohon besar di depan
Pos Terpadu polisi di sisi utara Kampung Ambon. Kini tinggi pohon itu
tinggal tiga meter saja dengan daun yang tak lagi rindang.

Tanggal 17 Agustus 2014, Polres Metro Jakbar menggelar acara 17-an.
Acara kemerdekaan hari itu menjadi acara kemerdekaan paling ramai di
sana. Salah seorang warga, Frida Kasegel-Maulud (47) mengaku terharu.
“Itulah hari dimana anak-anak tak lagi takut pada polisi”.

Usaha Kecil

Tahun 2012, BNN (Badan Narkotika Nasional) mulai memberi
keterampilan usaha kecil untuk warga. Di tahun itu, kata Kepala Seksi
Monitoring dan Evaluasi Masyarakat Perkotaan Direktorat Pemberdayaan
Alternatif BNN, Joko Purnomo, membuka berbagai pelatihan memasak,
perbaikan telepon genggam, sablon, merangkai bunga, perbaikan sepeda
motor, dan membuat asesori.

Jumlah peserta masing-masing kegiatan umumnya 50 orang. “Ada
pelatihan yang berlangsung sepekan, tetapi ada pula yang hanya dua hari.
Warga yang tertarik ingin memperdalam keterampilannya, kami siapkan
tempat pelatihan lanjutan lainnya,” ujar Joko.

Pelatihan sablon dan perbaikan sepeda motor bisa dilanjutkan di satu
gerai di Jalan Daan Mogot, Jakbar, sedang pelatihan lanjutan merangkai

KARAMNYA REZIM NARKOBA

200

KARAMNYA REZIM NARKOBA

201

bunga ada di Pasar Rawa Belong. “Pelatihan lanjutan perbaikan telepon
genggam ada di salah satu gerai di ITC Roxy Mas,” jelas Joko. Untuk
pelatihan lanjutan membuat aksesori, BNN belum punya tempat. Tapi
bagi yang berminat, BNN bisa menyediakan tenaga pelatihnya.

Salah seorang warga, Gwen Samosamo (45), kini sudah membuka
usaha kecil asesoris. “Saya mengikuti pelatihan tahun 2012. Sejak April
2014, setiap bulan saya mulai mengirim produk asesori ke Bali. Rp 1,5
juta setiap bulan,” tuturnya.

KARAMNYA REZIM NARKOBA

202

Pemuda Kampung Ambon merosot
setelah hampir mencapai puncak dalam
lomba panjat pinang. Lomba 17 Agustus
2014 ini merupakan yang pertama
sepanjang berdirinya Komplek Permata.

KARAMNYA REZIM NARKOBA

203

Endang Rahayu (22) dan Sheynda Lohy Nitalessy (48), Ketua RT 07/07 Komplek Permata, Cengkareng,
Jakarta Barat.

Gwen adalah pekerja disain yang kerap mendisain vila atau rumah
tinggal. Pada 2007, ia pergi ke Bali mendesain satu vila di Bali Utara. Di
sana ia berkenalan dengan pemilik vila, Kadek. Kadek lalu membeli dan
membantu mengembangkan jaringan pasar bisnis asesori Gwen. Gwen
lalu memperluas bisnisnya lewat media sosial.

Frida yang juga ikut pelatihan membuat asesori kini memasarkan
produknya melalui teman-teman SMP nya yang tinggal di Depok.
Keluarga Frida yang tinggal di Manado, Bali, dan Ambon pun membantu
memasarkan produk Frida.

KARAMNYA REZIM NARKOBA

“Terakhir, pada Natal 2013, kakak ipar saya datang dari Manado. Saat
pulang dia membawa tiga lusin kalung dan gelang seharga Rp 500.000.
Kemudian Marten Maulud, kakak kandung Frida yang tinggal di Bali juga
membeli selusin kalung seharga Rp 400.000,” jelas Frida.

Tak semua usaha berjalan mulus. Ada pula yang gulung tikar seperti

yang terjadi dengan usaha konveksi milik Shery. Usahanya sempat

berjalan setahun. Dia mengirim produknya ke satu konveksi lain di

204 Kemayoran, Jakarta Pusat.
Setiap bulan Shery mengirim produknya ke konveksi di Kemayoran

tersebut, tetapi pembayaran dilunasi setiap empat bulan. Sistem

pembayaran seperti itu akhirnya membuat Shery kesulitan membayar

pegawai dan mencari modal tambahan untuk membeli bahan. Kini Shery

bekerja di satu konveksi di Tambora, Jakbar.

Beberapa warga lain -- Endang Rahayu (22), Indra Tuanakotta (22),
dan Nikita Tahapari (22) pernah membuka usaha sablon. Usaha mereka
hanya bertahan setahun. Meski demikian, mereka merasa beruntung
sudah memiliki keterampilan menyablon. Kini, ketiganya kuliah setelah
mendapat bea siswa dari satu perusahaan swasta. Bea siswa ini juga
bagian program BNN.

“Saya baru mau masuk semester lima. Sekarang sedang magang di
bagian Human Resoursces Department Agung Podomoro Land,” kata
Endang. Sementara itu Hendrik tengah ikut tes kerja. Dia hendak kuliah
sambil bekerja.

KARAMNYA REZIM NARKOBA

Penjara 205
yang Meluap

KARAMNYA REZIM NARKOBA

206

KARAMNYA REZIM NARKOBA

Ketika mengunjungi rumah tahanan (Rutan) di Jakarta, awal 207
November 2005, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
(HAM) Hamid Awaludin seperti dikutip Kompas (6/4/2007)
menjelaskan, tahun 1998, setelah terjadi krisis ekonomi
tahun 1997, penghuni penjara mulai meluap.

Di tengah kecenderungan naiknya penghuni penjara, muncul
kejahatan baru yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya, yaitu
Narkoba. Penghuni penjara karena kasus Narkoba, datang seperti air
bah. Sebanyak 60 persen penghuni, terutama di kota-kota besar, berlatar
belakang narkoba.

Rutan Pondok Bambu yang berkapasitas 504 orang, dihuni 1.100
perempuan. Rutan Salemba yang berdaya tampung 1.000-an orang, diisi
4.309 penghuni. Bahkan Rutan di Surabaya yang kapasitas huniannya
hanya 400 orang, dihuni 2.400 orang.

Ini bisa terjadi karena jumlah narapidana (Napi) yang masuk lebih
banyak dari yang ke luar. Di Rutan Salemba, misalnya, setiap hari masuk
50 orang, sementara yang keluar cuma sembilan orang.

Tingkat kesehatan penghuni penjara pun, kata Direktur Bina
Perawatan Ditjen Pemasyarakatan Paulus Sugeng, berbanding terbalik
dengan tingkat hunian penjara Semakin banyak penghuni penjara,
semakin buruk kondisi kesehatan penghuninya.

KARAMNYA REZIM NARKOBA

208

Tahun 2006, muncul catatan ada 813 Napi yang tewas di penjara atau
rata-rata setiap harinya dua Napi meninggal. Jakarta terbanyak, 321 tewas.

Kendali dari Penjara

Sementara itu di sisi lain, kata Kepala Bagian Humas BNN, Sumirat
Dwianto, eksekusi terpidana mati kasus Narkoba, lamban. Belasan tahun

KARAMNYA REZIM NARKOBA 209

para terpidana mati ini menunggu eksekusi. Merekalah yang kemudian
paling aktif menggerakkan bisnis Narkoba dari balik penjara dengan
melibatkan sebagian pengelola penjara.

Kompas, Selasa (1/7/2008) menulis, Direktur IV Tindak Pidana
Narkoba BNN Brigadir Jenderal (Pol) Indradi Thanos mengungkap,
sudah lebih dari 75 persen peredaran narkoba di Jakarta dan sekitarnya
dikendalikan dari tiga lembaga pemasyarakatan, yaitu Cipinang,
Tangerang, dan Salemba.

Apa yang ia sampaikan bukan omong kosong saat BNN menangkap
Obina alias Sije, warga negara Nigeria, yang sudah tiga tahun menjadi
bandar heroin di Indonesia. Omzetnya sebulan lebih dari sekilogram
atau bernilai sekitar Rp 1,2 miliar. Obina, kata Kepala Unit II BNN kala
itu, Komisaris Besar Siswandi, membangun jaringan dengan melibatkan
sejumlah narapidana di beberapa lembaga pemasyarakatan.

Pemain Narkoba lainnya, Kamir Santoso, akhir Desember 2010
ditangkap BNN. Ia, seperti ditulis Windoro Adi, ditangkap di apartemen
di Guangdong, Cina, setelah tinggal di sana selama setahun.

Dia adalah kaki tangan Mafia Triad. Pengikutnya tersebar di
Hongkong, Makau, Vietnam, Taiwan, dan sejumlah negara lain. Ia
membangun jaringan di antara kaum Cina perantauan. Setiap hari, dia
dan jaringannya menjual 1-1,5 kilogram sabu.

Buat Kamir, penjara di Indonesia menjadi tempat paling aman
untuk membangun dan menggerakkan bisnis gelapnya. Lembaga
Pemasyarakatan Tangerang, Banten; Rutan Salemba dan Cipinang di

KARAMNYA REZIM NARKOBA

Jakarta; Penjara Banceuy di Bandung; bahkan Nusakambangan, Jawa
Tengah, pernah ia singgahi.

Tahun 2006, dari tangannya petugas menyita 52.254 butir ekstasi, 8,5

kilogram sabu, dan berbagai prekursor serta alat produksinya. Setelah

dijebloskan di Lapas Narkotika Cipinang, polisi kembali menggerebek

kamar tahanannya dan menyita 22,7 kilogram sabu. Karena diduga

terlibat, sipir Zaenudin dan Nusantara Ariyanto ditangkap, sementara

210 sipir lainnya, Deni Sastori, buron.
Setelah bebas tahun 2009, Kamir bertemu Deni di Cina, Mei 2010.

Keduanya melanjutkan bisnis gelap sabu mereka. Atas nama Machine

Development and Products Factory Room 1033 Huaxing Garden

Kwontong Kowloon Hongkong, mereka mengirim paket sabu sebanyak 1

kilogram ke PT Kaisar Sentosa di Cipinang Muara, Jakarta Timur.

Dengan bantuan keuangan Kamir, Deni membangun dan mengelola
tiga pabrik sabu di Cipinang Lontar, Jakarta Timur. Saat pabrik digerebek,
petugas BNN menyita 2,5 kilogram sabu, prekursor ephedrine 38,6 gram,
dan ketamin seberat 11,8 gram. Nilai seluruhnya Rp 6 miliar.

Saat mendekam di penjara Nusakambangan tahun 2007, Kamir
menjalin hubungan dengan Kepala Lapas Marwan Adli. Dengan bantuan
Marwan, Kamir membangun bisnis Narkobanya di sana dibantu
terpidana Narkoba, Hartoni dan Kapten. Marwan saat ini jadi terdakwa
dan dituntut 20 tahun penjara.

Di sanalah Kamir dan kawan-kawannya setiap hari mampu menjual
sabu 1-2 kilogram atau senilai sekurang-kurangnya Rp 1 miliar-Rp 2 miliar.

KARAMNYA REZIM NARKOBA

211

KARAMNYA REZIM NARKOBA

Lewat bantuan sipir, Kamir membangun jaringan bisnisnya lewat
internet. Hampir seluruh penjara di Tanah Air menjadi simpul bisnis
gelap Kamir.

Selain di Cipinang Lontar, mereka juga memiliki pabrik sabu di
Pademangan IV, Pademangan Timur, Jakarta Utara. Dari sana, petugas
pernah menyita 22.254 butir ekstasi dan 8,36 kilogram sabu. Pabrik sabu
mereka lainnya ada di Mediterania, Kelapa Gading, Jakarta utara.

212 Sulit mendapatkan saksi yang memberatkan Kamir dan kelompoknya.
Narapidana Narkoba, Benny dan Afon, diberitakan tewas karena jatuh

dari kamar mandi. Yudi, warga Tangerang, ingkar bersaksi tentang Kamir

setelah istri dan anaknya tewas dengan cara mencurigakan.

Didera Narkoba

Sementara itu, di Panti Rehabilitasi Permata Hati Kita di Ciawi, Bogor,
Jawa Barat, korban pusaran bisnis gelap Narkoba yang berjatuhan,
dirawat. Tiga di antaranya berinisial UK, YON, dan ING.

UK (35) dirawat dipanti tersebut sejak 1994. Pria berkulit hitam ini,
mengonsumsi putaw dan heroin. Tahun 1996, ia mulai mengonsumsi
sabu, tetapi akhirnya ia kembali mengonsumsi heroin dan menjadi
pecandu berat.

Lima tahun berikutnya UK di penjara setelah aparat SatNarkoba
Polda Metro Jaya menggerebek rumahnya, di kawasan Jakarta Selatan.
Saat dipenjara pertama kali selama lima bulan, usianya 20 tahun.

KARAMNYA REZIM NARKOBA 213

Tahun 2001 UK masuk program dasar pemulihan selama enam bulan
di Yayasan Permata Hati Kita. Menjalani enam bulan, dia keluar. Tetapi
kemudian ia kembali menjadi pecandu dan kembali ke panti rehabilitasi
yang sama tahun 2005-2006.

Sepanjang tahun 2007 sampai 2012 dia berhenti mengonsumsi putaw.
Tapi selama lima tahun itu UK mengonsumsi sabu, ekstasi, dan happy
five secara rutin.

Bersama adik dan dua rekannya, ia sempat mengembangkan usaha
perumahan. Karena kecanduan berat, usaha yang mereka bangun, nyaris
hancur. Setiap hari, UK dan istrinya menghabiskan uang Rp 2,4 juta
untuk membeli heroin. Adiknya lalu memintanya mundur dan masuk
panti rehabilitasi.

Keluarga lalu membawanya ke panti pada pertengahan 2013. Di awal
menghuni panti, setiap hari dia empat kali sakaw (menggigil ketagihan).

Sementara UK dirawat, istrinya terus mengonsumsi heroin sampai
akhirnya dijebloskan ke Rutan (Rumah Tahanan) Pondok Bambu selama
dua tahun. “Anak saya tinggal bersama neneknya,” ucap UK saat ditemui
dipanti, September 2014.

Penghuni panti lain, YON (43) mengaku mulai mengonsumsi sabu
tahun 2009. Kala itu anaknya sudah tiga.

Sebelum menyandu sabu, masa depannya cerah. Usahanya sebagai
pemasok travo di PLN, maju. Setelah kecanduan, usaha YON berantakan.
“Ke kantor hanya kalau ingat saja,” kata YON.

KARAMNYA REZIM NARKOBA

Saat ke kantor, YON hanya menyuruh pegawainya membeli sabu, dan
mengonsumsi di kantornya. Para pegawainya yang melihat dia menyandu,
mulai mengabaikan tugas dan merusak keuangan kantor. Uang untuk
menjamu klien, mereka habiskan berfoya-foya di tempat hiburan malam.
Kantor kehilangan kendali.

Tak tahan lagi dengan sepak terjang YON, istri dan ibu YON membawa
YON ke panti.

214 Masih dipanti yang sama, ING (45), pria bertubuh pendek berkulit
gelap, terganggu jiwanya karena ganja. Dia dibawa ke panti enam tahun

lalu oleh keluarganya.

ING sering memakai ganja dan mabuk minuman keras sejak lulus
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta tahun 1992. Dia lebih suka
menyendiri dengan ganja. Karena ganja, ia tak bekerja, apalagi menikah.

Suatu hari, di tahun 2008, ING menghilang selama satu bulan.
Keluarganya bingung dan datang ke paranormal. Sang paranormal
lalu menunjukkan, dimana ING berada. Ia berada di satu terowongan
penyeberangan bawah tanah, di depan Kampus IPB, Bogor, Jawa Barat.

Paranormal itu benar, keluarga menemukan ING di sana. ING lalu
dijemput petugas panti dan dirawat. Staf Yayasan Permata Hati Kita,
Frans Markus Siagian yang datang ketika itu, kaget melihat ING. Rambut
ING gondrong dan brewokan. ING memakai baju putih compang-
camping dan celana pendek.

KARAMNYA REZIM NARKOBA

215

KARAMNYA REZIM NARKOBA

Saat Frans datang, ING sedang duduk sambil membakar sampah di
terowongan penyeberangan itu. Tak bisa diajak bicara. “Seperti orang
gila. Sudah gila saat itu,” kata Frans.

Tapi waktu itu ING tak jadi dibawa ke panti rehabilitasi karena

mengamuk. Keluarga lalu membawanya ke rumah keluarga di Sunter,

Jakarta Utara. Setelah ING tidur di rumah, baru Frans kembali datang

ke rumah keluarga ING di Sunter pukul 23.00. ING diberi obat tidur dan

216 penenang, lalu dibawa ke panti.
“Dua tahun pertama adalah masa berat untuk Pak ING. Dia tak bisa

diajak komunikasi. Setiap hari ada obat dari psikiater yang harus ia

minum, termasuk obat penenang,” kata Frans.

Setelah enam tahun tinggal di panti rehabilitasi, kondisi ING jauh
membaik. Tapi ia tak pernah pulih seperti sebelum ia memakai ganja.
Sampai sekarang, setiap pekan ING tetap harus bertemu psikiater, dan
minum obat.

Kini, setelah membaca buku ini,
masihkah Anda ragu bahwa Narkoba cuma
membuat hidup Anda, keluarga, dan teman-

teman Anda menjadi sia-sia?


Click to View FlipBook Version