KARAMNYA REZIM NARKOBA
83
KARAMNYA REZIM NARKOBA
84
KARAMNYA REZIM NARKOBA
Mobil milik Morison ikut disita polisi. Seluruh aset tersangka
senilai hampir Rp3 milyar, hasil bisnis gelap sabu, disita untuk
negara. Aset tersebut berupa sejumlah rumah, mobil, sepeda
motor, dan perhiasan emas berlian.
85
Motor besar milik Morison yang disita
di halaman Polres Metro Jakarta Barat.
KARAMNYA REZIM NARKOBA
Salah satu lapak
di Kampung Ambon.
86
Lapak Mangga
Runtuhnya pasar sabu di Kampung Ambon ditandai dengan
penggerebekan Lapak Mangga, Sabtu (16/3/2013). Pemiliknya adalah
Morison Manuel Yunus alias Ison (45).
Ison adalah pengedar sabu terbesar kedua di Kampung Ambon. Ia
pengedar berpengaruh, pemberani, dan punya hubungan yang sempat
membuat saya agak takut.
KARAMNYA REZIM NARKOBA 87
Sebelum Ison ada Michael Glenn Manuputty. Michael berasal dari
keluarga berada. Ayahnya bekerja di Pertamina. Mereka tinggal di
Komplek Pertamina tak jauh dari Kampung Ambon. Tapi waktu jua yang
menuntun Michael Glenn Manuputty masuk ke Kampung Ambon dan
berdagang narkoba.
Di tahun 2002 dia memulai benderanya sebagai pengedar sabu besar
di Kampung Ambon. Tahun 2009 dia tertangkap. Kini Michael menghuni
Lembaga Pemasyarakatan Tangerang, Banten.
Rumah Kembar milik Morison
di Jalan Safir RT 05/07,
Kompleks Permata.
KARAMNYA REZIM NARKOBA
88
Lapak Mangga milik Morison di
Komplek Permata. Dulu, lapak ini selain
menjadi lapak terluas, juga menjadi
lapak paling populer disana.
KARAMNYA REZIM NARKOBA
89
KARAMNYA REZIM NARKOBA
Sejak saat itu nama besar Michael berpindah ke Ison. Ison juga bukan
berasal dari Kampung Ambon. Dia pendatang. Masuk ke Kampung
Ambon lantaran menikah dengan perempuan yang tinggal di Kampung
Ambon.
Saat Michael Glenn Manuputty mulai mengakar di Kampung Ambon
tahun 2007 dan jadi makin kaya pada tahun 2008, Ison cuma pengedar
kecil. Baru tahun 2010 Ison memulai bisnis sabu. Dalam waktu tiga tahun
90 dia kaya raya.
Lapak Mangga milik Morison
di Komplek Permata.
KARAMNYA REZIM NARKOBA
91
Sketsa penangkapan para pasien Narkoba di salah
satu lapak di Kampung Ambon, tahun 2012.
KARAMNYA REZIM NARKOBA
Anggota SatNarkoba
Polres Metro Jakarta
Barat, saat menggerebek
di salah satu lapak sabu
tahun 2012.
92
KARAMNYA REZIM NARKOBA
93
Sketsa para pasien Narkoba yang diringkus polisi saat digerebek di
salah satu lapak sabu di Kampung Ambon, tahun 2012.
KARAMNYA REZIM NARKOBA
94
Polisi berpakaian preman menyambangi salah
satu lapak sabu di Kampung Ambon.
Sketsa polisi sedang memborgol salah
satu pasien Narkoba yang tertangkap
saat menggunakan Narkoba di salah
satu lapak, tahun 2012.
KARAMNYA REZIM NARKOBA
95
Pada penggerebekan 29 Juni 2012, tiba-tiba listrik di Kampung Ambon mati. Dengan menggunakan
senter polisi menggiring satu-satu pasien yang tertangkap di lapak Jalan Berlian Nomor 8.
Dari hasil sabu-nya, Ison memiliki empat rumah di Kampung Ambon,
dua mobil, dan 700 gram perhiasan emas. Salah satunya adalah rumah
Lapak Mangga di Jalan Berlian. Beberapa rumah lain ia jadikan tempat
menyimpan sabu. Salah satu rumah yang ia huni ada di Perumahan
Harvest, Cileungsi, Bogor dan Sentul City.
KARAMNYA REZIM NARKOBA
Tak banyak yang saya tahu soal Ison. Tapi Lapak Mangga milik Ison
membuat saya tertantang.
Mei 2012-Maret 2013, sebanyak 57 pelaku ditahan, 122 penyabu
dirawat. Meski demikian, operasi yang berjalan hampir setahun itu
tidak membuat pengelola Lapak Mangga tutup. Padahal lapak ini sudah
beberapa kali kami gerebek.
Selama masa itu, kami bukan cuma intensif menggerebek, tapi
96 juga rutin mengacak-acak jadwal penggerebekan. Kami tak pernah
menggerebek di jam yang sama. Minggu ini malam hari, kemudian
Minggu depan sore, lalu dua minggu berikutnya kami bisa datang di pagi
hari. Sampai akhirnya Lapak Mangga kami gerebek lagi tanggal 16 Maret
2013.
Sebelum pukul 17.00 saya sudah mengumpulkan anggota di Taman
Tomang, Jakbar. Rencananya, tim bergerak ke Kampung Ambon pukul
17.00.
Di tengah percakapan dengan anggota, saya mendengar informasi
dari warga, lapak-lapak di Kampung Ambon tutup. Ini artinya, rencana
operasi sudah bocor.
Saya lalu membatalkan operasi. Saya biarkan beberapa anggota
menyiarkan kabar ini. Saya minta para Kanit membawa anggota tim
membuat operasi sendiri-sendiri sementara saya pergi sendiri ke Jalan
Biak, tak jauh dari Taman Tomang. Di sana, lewat telepon genggam, saya
mengikuti perkembangan situasi dari satu informan.
KARAMNYA REZIM NARKOBA
Pasien Narkoba
meringkuk di lapak
Jalan Berlian.
97
KARAMNYA REZIM NARKOBA
98
KARAMNYA REZIM NARKOBA
99
Tim gabungan sedang menyiapkan
penggerebekan di salah satu lapak di
Komplek Permata, tahun 2012.
KARAMNYA REZIM NARKOBA
100 Perhiasaan milik Morison Manuel Yunus,
bandar sabu di Kampung Ambon. Perhiasan
hasil bisnis gelap sabu senilai Rp 700 juta ini
disita untuk negara.
KARAMNYA REZIM NARKOBA
101
Kendaraan dinas SatNarkoba Polres Metro
Jakarta Barat. Kendaraan ini memiliki
fasilitas pemeriksaan urine.
KARAMNYA REZIM NARKOBA
102
KARAMNYA REZIM NARKOBA
103
Dua warga Kampung Ambon seorang
bapak dan ibu (kedua dan ketiga dari kiri)
ketakutan melihat polisi bersenjata lengkap
menggerebek salah satu lapak.
Saat itu saya berharap ada anggota yang kembali ke kantor Polres
Metro Jakbar. Sebab, saya menduga operasi bocor dari seseorang di
kantor Polres Metro Jakbar, yang melihat ada anggota Sat Narkoba
meninggalkan kantor Polres.
Jadi, bocornya rencana operasi bukan dari anggota Sat Narkoba yang
saya kumpulkan di Taman Tomang tadi.
Pukul 20.00 saya mendapat kabar, suasana di Kampung Ambon
kembali ramai. Lapak Mangga pun buka. Saya senang sekaligus tak
KARAMNYA REZIM NARKOBA
104
Suasana usai penggerebekan
di Kampung Ambon.
KARAMNYA REZIM NARKOBA
105
Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Barat,
AKBP Gembong Yudha memimpin apel
di Kampung Ambon usai melakukan
penggerebekan di salah satu lapak.
sabar. Pukul 21.00 saya menghubungi para Kanit. Jantung saya berdebar
kencang.
Semua Kanit saya minta kembali ke Taman Tomang bersama anggota
mereka masing-masing dan bergerak bersama ke Kampung Ambon.
Sebelum bergerak, kami saling mencocokkan jam.
Pukul 22.00 kami tiba di Kampung Ambon, menyebar dan bergerak
mengepung Lapak Mangga. Tak ada kesulitan berarti. Sebanyak 70 orang
diringkus, 100 gram sabu, 60 sepeda motor Ps, dan uang tunai Rp 75 Juta
kami sita. Meski demikian, kami gagal menangkap orang-orang dekat
Ison yang akan mengantar kami ke Ison.
KARAMNYA REZIM NARKOBA
Sepekan kemudian, tujuh orang dekat itu baru bisa kami tangkap
pukul 06.00. Dari ketujuh orang itu semuanya menyebut Ison pemilik
Lapak Mangga.
Ketika saya tengah merencanakan penangkapan Ison, muncul kabar,
jabatan saya sebagai Kasat Narkoba bakal dicopot setelah Ison membayar
Rp 500 juta kepada seorang petinggi polisi, entah siapa. Saya sempat
khawatir kabar itu bukan cuma kabar burung. Tapi kemudian saya
106 berpikir, yang terjadi terjadilah. Kun fayakun.
Setelah Ison tuntas di meja hijau saya lega, ternyata dia tidak sebesar
para godfather Italia. Dia tidak mengantongi polisi di kantongnya seperti
dia mengantongi uang receh bak Don Corleone di novel The Godfather
karya Mario Puzo.
Memburu Ison
Awalnya kami kesulitan melangkah memburu Ison. Sebab, kami tidak
tahu wajah dan posturnya. Demikian pula nomor telepon genggamnya.
Tetapi setelah bermacam langkah kami tempuh, kami mendapat informasi
tentang keluarga Ison.
Ia memiliki tiga anak. Satu anak ikut bersama Ison dalam pelarian
dengan istrinya. Dua anak lainnya yang sudah besar tetap tinggal di
Kampung Ambon. Mereka tinggal bersama neneknya.
Setelah mendapat informasi ini, saya bisa saja menemui kedua anak
Ison dan bertanya tentang ayahnya, atau “menyandera” anak Ison agar
KARAMNYA REZIM NARKOBA
107
Rumah Morison
Manuel Yunus di
Perumahan Harvest,
Cileungsi, Kabupaten
Bogor. Ditempat inilah
Ison ditangkap, 22
September 2013.
ayahnya menyerahkan diri. Tapi menurut saya, cara-cara seperti itu
kurang etis. “Kalau yang bermasalah ayahnya, kenapa keluarganya yang
direpotkan?” ucap saya dalam hati.
Setelah mendapatkan bermacam informasi, kami akhirnya menduga
kuat, Ison ada di Perumahan Harvest, Cileungsi, Kabupaten Bogor.
Dan benar, Ison tinggal di sana bersama istri, anak bungsu, dan dua
pembantunya. Ia kami tangkap pada 22 September 2013 atau enam bulan
setelah penggerebekan Lapak Mangga miliknya.
KARAMNYA REZIM NARKOBA
108
Rumah Babby Marcela (27) di Jalan Safir No. 121 di Kampung
Ambon. Ia ditangkap pada 20 Desember 2012. Babby adalah
anak salah seorang bandar sabu, Iwan Setiawan alias Edo.
Saat kami tangkap pukul 01.30, Ison dan istrinya sedang tidur. Seperti
sebuah bahtera, pasar sabu Kampung Ambon mulai karam setelah bandar
besar ini kami tangkap. Meski demikian, sejumlah operasi masih terus
kami lakukan setelah Ison kami tangkap, dan hasilnya tentu sudah jauh
berkurang.
KARAMNYA REZIM NARKOBA
Setiap hari, satu dua penyabu masih datang sembunyi-sembunyi
membeli sabu dan memakainya di luar. Sebagian di antara mereka tertipu
para pengedar yang mengemas tawas dan menjualnya sebagai sabu.
Diskotek Stadium 109
Kalau di Jaktim ada dua lokasi pasar sabu paling menonjol, maka
Jakbar pun memiliki dua lokasi pasar sabu yang menonjol – Kampung
Ambon dan Diskotek Stadium.
Tidak seperti dua pasar sabu di Jaktim, dua pasar sabu di Jakbar selain
mendapat pasokan sabu dari Cina dan Iran, juga mendapat pasokan
dari sejumlah industri rumahan sabu di komplek apartemen di kawasan
Taman Palem, Cengkareng, dan di beberapa komplek perumahan di
Tangerang perbatasan. Maklum, pengonsumsi sabu di Jakbar jauh lebih
banyak dan lebih rutin ketimbang di Jaktim.
Mereka bisa datang dari luar Jakbar, dari luar Jakarta, atau bahkan
dari luar Pulau Jawa. Sebagian di antara mereka memanfaatkan ruang-
ruang karaoke di sentra tempat hiburan malam di Mangga Besar, Jakbar,
sebagai tempat menyabu.
Diskotek Stadium mulai saya pelajari setelah Kampung Ambon relatif
bersih dari sabu. Kami mulai menyisir diskotek ini pada Desember 2013.
Saat itu tim saya sudah sangat solid, artinya, bisa dipercaya, cekatan dan
paham lapangan. Demikian pula tim pengintai yang saya bentuk saat
aktif menggerebek Kampung Ambon.
KARAMNYA REZIM NARKOBA
110
KARAMNYA REZIM NARKOBA
111
Tempat Hiburan Malam Stadium di Jalan Hayam
Wuruk, Jakarta Pusat, akhirnya dicabut ijinnya dan
ditutup setelah terbukti tempat tersebut menjadi
pasar gelap sabu dan ekstasi.
KARAMNYA REZIM NARKOBA
112
Tempat Hiburan Malam Stadium .
Saya lalu mengukur tingkat kemapanan diskotek ini sebagai pasar
Narkoba. Sejak beroperasi tahun 1996 sampai 2014, pasar Narkoba di
sana, nyaris tak tersentuh. Luar biasa.
Empat kali kami menggrebek diskotek ini sebelum akhirnya Ermon
Tomasoa, bandar ekstasi dan sabu di sana, kami tangkap pada 4 April
2014. Di lantai tiga, kami menemukan brankas berisi ribuan pil ekstasi
dan puluhan kilogram sabu.
KARAMNYA REZIM NARKOBA
113
Tempat Hiburan Malam Stadium .
KARAMNYA REZIM NARKOBA
114
Tempat Hiburan Malam Stadium diberi garis
polisi setelah ijinnya dicabut dan ditutup.
KARAMNYA REZIM NARKOBA 115
Mei 2014, seorang polisi tewas di diskotek ini. Peristiwa tersebut
memicu kami menuntaskan pasar sabu di sana. Di lantai dasar, kami
menemukan locker-locker. Setelah kami bongkar, ada ribuan butir
ekstasi dan puluhan kilogram sabu seperti yang kami temukan di lantai
tiga saat menangkap Ermon.
Esok harinya, temuan ini saya laporkan Kapolres Metro Jakbar,
Komisaris Besar Fadil Imran. Beliau meminta saya menyurati Kasudin
Pariwisata Jakbar yang ditembuskan ke Wagub (Wakil Gubernur) DKI
Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama. Surat dan lampirannya berisi temuan
kami di lapangan dalam dua kali penggrebekan.
Hari Sabtu dan Minggu tak ada jawaban. Tak ada yang mengajak kami
bertemu Pemprov maupun Sudin Pariwisata Jakbar. Tetapi kemudian
saya membaca di media massa, Wagub mencabut ijin Diskotek Stadium.
Saya tidak menyangka akan secepat ini. Sebab sebelumnya saya
membayangkan, mengaramkan pasar sabu di Diskotek Stadium akan
sama sulitnya dengan mengaramkan Kampung Ambon.
Dalam satu tayangan televisi saya melihat dan mendengar, Wagub
mengaku ditelpon Kabareskrim Polri, Bapak Komisaris Jenderal Suhardi
Alius. Kabareskrim menanyakan keberanian Wagub menutup Diskotek
Stadium. Yang ditanya balik bertanya, “Bapak berani tidak?”. Kabareskrim
pun menjawab, “Berani”.
Usai menutup telepon, Wagub memanggil Kasatpol Pamong Praja,
dan Kadis Pariwisata. Wagub meminta mereka mencabut ijin dan
menutup Diskotek Stadium hari itu juga. Kasatpol kaget. Begitu juga
KARAMNYA REZIM NARKOBA
Kadis Pariwisata. Kasatpol bahkan sempat bertanya, “Apakah bapak
yakin?” Dijawab Wagub, “Yakin”.
Saat buku ini ditulis, empat pasar Narkoba di Jakarta sudah relatif
karam. Tapi bukan berarti persoalan sosial di keempat titik tersebut
selesai. Ada persoalan lain yang bakal muncul dan memicu kejahatan,
“Kemiskinan, dan pengangguran,”.
116 Tempat Hiburan tanpa Narkoba
Penutupan Diskotek Stadium menjadi bagian dari Program Hiburan
Sehat Tanpa Narkoba. Berbeda dengan RW Bebas Narkoba yang
dilakukan dengan cara persuasif, program ini menekankan cara represif
lewat operasi senyap SatNarkoba Polres Metro Jakbar. Operasi ini sudah
berjalan sejak awal Januari 2014
Sebelum mencari dan menetapkan target, SatNarkoba memetakan
jalur Narkoba di tempat hiburan malam. Setelah dipetakan, dua sampai
tiga anggota ditugaskan menyelidiki.
Setelah target dibidik, operasi senyap pun dilakukan. Selain lebih
efektif, cara ini dilakukan agar tidak merugikan pengelola tempat hiburan
malam yang bersangkutan.
Sejak awal 2014 hingga buku ini selesai ditulis, SatNarkoba Polres
Metro Jakbar lewat operasi senyap-nya, telah mengungkap 24 kasus
Narkoba di tempat hiburan malam.
KARAMNYA REZIM NARKOBA 117
Selain melakukan operasi senyap, SatNarkoba Polres Metro Jakbar
juga menyuluh dan membina manajemen dan pekerja tempat hiburan
malam agar tidak menjadi korban Narkoba atau terlibat urusan ini.
Salah satu hambatan membebaskan tempat hiburan malam dari
peredaran Narkoba adalah pelanggaran jam buka sebagian tempat
hiburan malam. Pemprov DKI Jakarta menetapkan, jam buka tempat
hiburan malam berlangsung pukul 20.00 hingga pukul 02.00. Padahal,
sepengamatan kami, peredaran Narkoba berlangsung tengah malam
hingga dini hari.
Manajer Operasional Diskotek dan Karaoke Illigals, Sandra Irawan,
mendukung program tersebut. Menurut dia, sikap tegas pemerintah
mencabut ijin Diskotek Stadium, menakutkan bagi kalangan pengusaha
tempat hiburan malam.
Di Illigals, lanjut Sandra, para pengunjung yang akan masuk tempat
hiburan malam ini harus melewati pemeriksaan ketat. Banner dan
pamflet tentang larangan membawa, menjual maupun mengonsumsi
Narkoba pun terpasang di beberapa bagian dinding.
“Jika ada Narkoba kami akan langsung berkoordinasi dengan pihak
kepolisian. Jika ada karyawan kami yang terlibat kasus ini maka kami
bisa memastikan bahwa kami tidak terlibat. Polisi sudah selayaknya
menindak yang bersangkutan, ” tegas Sandra.
KARAMNYA REZIM NARKOBA
118
KARAMNYA REZIM NARKOBA
RW Bebas 119
Narkoba
KARAMNYA REZIM NARKOBA
120
KARAMNYA REZIM NARKOBA
Sejak menjadi Kepala Satuan Narkoba (Kasat Narkoba) Polres 121
Metro Jakbar, saya mulai memetakan kejahatan Narkoba
di tiap wilayah. Tiga kecamatan -- Kali Deres, Kebon Jeruk,
dan Cengkareng kemudian menjadi perhatian khusus kami.
Beberapa lokasi di ketiga wilayah ini biasanya dijadikan gudang
penyimpanan dan industri rumahan sabu dan ekstasi. Mereka memilih
tempat tinggal kontrakkan di apartemen atau pemukiman mewah.
Para bandar Narkoba memanfaatkan kedekatan wilayah tersebut
dengan letak Bandara (Bandar Udara) Internasional Soekarno-Hatta.
Dengan demikian, selain lebih dekat mengambil paket Narkoba dari
Bandara, mereka mudah kabur ke luar Pulau Jawa atau ke luar negeri.
Pilihan lokasi di apartemen atau pemukiman mewah, membuat
mereka relatif aman. Sebab, umumnya para penghuni apartemen dan
pemukiman mewah bersikap tertutup dan individualis. Mereka kurang
peduli terhadap tetangga dan lingkungan tempat tinggal mereka.
Sepanjang tahun 2012 sampai 2014, Polres Metro Jakbar mengungkap
12 sentra pemasok sabu dan ekstasi di ketiga wilayah tersebut. Para
bandar di sana sebagian memiliki jaringan bisnis gelap Narkoba di
luar negeri. Mereka datang dari Malaysia, Cina, dan Iran. Bisnis utama
mereka sabu – mengimpor atau membuat sabu. Selebihnya membuat
ekstasi. Beberapa perumahan, antara lain perumahan Citra dan Surya di
kawasan Kalideres, menjadi salah satu lokasi ideal bisnis gelap mereka.
KARAMNYA REZIM NARKOBA
Jika sentra pemasok sabu dan ekstasi berada di ketiga kecamatan,
maka pasar sabu dan ekstasi di Jakbar ada di Kampung Ambon,
Cengkareng, dan kawasan hiburan malam serta kos-kosan para pekerja
malam di Manggabesar – Tamansari, dan di Jalan Hayam Wuruk - Jalan
Gajah Mada.
Satu-satunya pasar putaw dan heroin kualitas rendah yang menonjol
di Jakbar berada di Kampung Boncos, Kota Bambu Selatan RW 03,
122 Palmerah. Di sana, ratusan orang tewas karena berlebihan mengonsumsi
kedua jenis Narkoba ini. Sebagian di antara mereka sekarat karena
terjangkit AIDS (Acquired Immunodeficieency Syndrome). AIDS adalah
infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh akibat virus
HIV (Human Immunodeficiency Virus).
Kampung Boncos mulai dikenal sebagai pasar putaw dan heroin tahun
1996, yaitu ketika para preman di Tanah Abang datang dan menjadikan
kampung ini pasar kedua jenis Narkoba.
Setelah perang besar terhadap sabu dan ekstasi di wilayah pemasok
dan pasar kedua jenis Narkoba ini bersama BNN, dan Polda Metro Jaya,
produksi, impor, dan peredaran sabu dan ekstasi, turun drastis.
jakbar paling menonjol
Sebelum genderang perang besar terhadap Narkoba ditabuh, setiap
tahun SatNarkoba Polres Metro Jakbar rata-rata mengungkap 1.000
kasus, tertinggi dibandingkan wilayah lain di Jakarta.
KARAMNYA REZIM NARKOBA 123
Tahun 2012 jumlah kasus narkoba masih mencapai 1.041 kasus. Dari
jumlah itu polisi menangkap 1.331 tersangka yang terdiri dari 1.233 laki-
laki dan 98 perempuan. Selain itu, polisi menyita ganja 460.002,93 gram,
heroin 274,142 gram, sabu 22.940,89 gram, ektasi 206.034,98 butir
dan golongan psikotropika lainnya, 62.766,5 butir. Di tahun tersebut,
penangkapan di tempat umum dilakukan 609 kali, sedang di pemukiman
dan tempat hiburan malam masing-masing 363 kali, dan 43 kali.
Pada tahun 2013, pengungkapan kasus Narkoba turun menjadi 990
kasus. Sebanyak 1.297 orang ditangkap. Sebanyak 1.213, pria, sedang 84
lainnya, perempuan. Dari mereka polisi menyita ganja 149.773,91 gram,
heroin 415,38 gram, sabu 12.597,78 gram, ektasi 7.537 butir, dan golongan
psikotropika lainnya, 3.673,5 butir. Di tahun tersebut, penangkapan di
tempat umum dilakukan 482 kali, di pemukiman 456 kali, dan di tempat
hiburan malam 9 kali.
Pada periode Januari-Juli 2014, Polres Metro Jakbar mengungkap 487
kasus dan menangkap 657 tersangka. Mereka terdiri dari 597 pria dan 60
perempuan. Dari mereka polisi menyita ganja 174.624,63 gram, heroin
22,31 gram, sabu 6.452 gram, ektasi 13.914 butir, dan jenis psikotropika
lainnya, 1.468 butir. Di tahun tersebut penangkapan di tempat umum
dilakukan 163 kali, di pemukiman 248 kali, di tempat hiburan malam 24
kali, dan di kampus atau sekolah, 22 kali.
Tidak demikian dengan pasar putaw dan heroin kelas rendah di
Kampung Boncos. Memberantas Narkoba di sana, lebih sulit. Sebab, polisi
sulit mendapat tempat rehabilitasi para pecandu yang ditangkap di sana.
KARAMNYA REZIM NARKOBA
Para pengelola tempat rehabilitasi cenderung enggan menampung
para pecandu yang sebagian besar berasal dari keluarga pra sejahtera.
Akibatnya, para pecandu kembali ke Kampung Boncos sampai maut
menjemput mereka.
Peran Para Ibu PKK
Melihat karakteristik peredaran Narkoba yang berbeda di tiap wilayah,
124 saya berinisiatif menggagas sistem penangkal peredaran Narkoba di
tiap wilayah lewat Program RW Bebas Narkoba. Program ini bertujuan
mencegah Narkoba masuk kawasan pemukiman.
Akhir April 2013, program ini mulai berjalan. Di tahap awal ada
delapan kecamatan. Satu kecamatan diwakili satu RW. Hingga kini
program RW Bebas Narkoba sudah menjangkau 26 RW.
Lingkungan RW yang ikut dalam program ini dipilih berdasarkan
fakta pengungkapan kasus Narkoba. Pilihan juga didasarkan riwayat
dan jumlah warga yang pernah menjadi korban Narkoba. Pencegahan
berjalan melalui dua proses yaitu, mengubah mental penduduk, dan
memperbaiki fisik lingkungan.
Langkah pertama yang kami lakukan adalah mendekati warga.
Biasanya kami mengadakan jajak pendapat para ketua RT, RW, dan tokoh
masyarakat. Setelah itu kami menyuluh dan membina warga setempat.
Bersama warga kami mengevaluasi dan memperbaiki sarana dan
prasarana lingkungan. Dana didapat secara swadaya.
KARAMNYA REZIM NARKOBA
Setelah itu, sistem keamanan kami tingkatkan. Bersama para
pengurus lingkungan kami mendampingi menyegarkan organisasi
kemasyarakatan seperti Karang Taruna dan Ibu-ibu PKK (Pembinaan
Kesejahteraan Keluarga). Kini, sebanyak 80 persen penggiat RW bebas
Narkoba adalah ibu-ibu PKK. Mereka lah yang dengan cermat dan tekun
mengikuti perkembangan keluarga mereka.
Babinkamtibmas 125
Setelah menyuluh dan membina, kami melakukan pendampingan
lebih intensif. Pelaksana tugas diserahkan Babinkamtibmas (Bintara
Pembinaan dan Keamanan Ketertiban Masyarakat) Polsek Metro
setempat. Mereka mendampingi perangkat RW Bebas Narkoba yang
terdiri dari RT, RW, dan tokoh masyarakat sekitar yang biasanya terdiri
dari 10-15 orang.
Perangkat lingkungan mendata warganya, sementara warga
didorong aktif mengawasi para pendatang. Babinkamtibmas melakukan
patroli, ikut menghidupkan kegiatan kemasyarakatan, serta membuka
komunikasi dengan Puskesmas sehubungan dengan usaha pengobatan
serta rehabilitasi para pecandu.
Perbaikan sarana dan prasarana lingkungan dilakukan bersama
remaja Karung Taruna. Mereka umumnya memperbaiki fasilitas olahraga
dan meningkatkan kegiatan rohani.
KARAMNYA REZIM NARKOBA
Juara
Bisa ditebak, hambatan utama menjalankan program RW Bebas
Narkoba adalah soal dana. Karena sifat program ini membina dan
menyuluh, maka polisi tak bisa memberi anggaran yang memadai. Untuk
mengatasinya, kami mengajak perusahaan mau mengucurkan dana CSR
(Corporate Social Responcibility) nya. Cara lain, mengggandeng instansi
126 terkait.
Beruntung, di tengah sulitnya melibatkan perusahaan atau instansi
terkait, ada sebagian warga yang mudah merogoh kocek mereka. Di
RW 03 Tanjung Duren Utara, Grogol Petamburan misalnya. Warga rela
mengeluarkan anggaran untuk perbaikan fasilitas fisik dan menjalankan
berbagai macam kegiatan kepemudaan untuk mencegah masuknya
Narkoba di lingkungan mereka.
Di RW 04 Kelurahan Kalideres, program RW Bebas Narkoba juga
dilakukan swadaya. Lingkungan yang dulu dikenal sebagai salah satu
pasar sabu dan ganja, kini sudah bersih. RW ini bahkan kemudian
menjadi juara dua RW Bebas Narkoba tingkat DKI Jakarta.
Bagian dari Sigahtan
Dalam perkembangannya, program RW Bebas Narkoba menjadi
bagian dari Sistem Pencegahan Kejahatan (Sigahtan) Polres Metro
Jakbar. Pelaksana utama program ini diserahkan ke jajaran Polsek Metro.
KARAMNYA REZIM NARKOBA
Setiap Kapolsek Metro wajib menjaring dua RW menjalankan program
ini sementara jajaran Polsek Metro wajib mengintensifkan penyuluhan
dan pembinaan sistem pencegahan Narkoba di wilayahnya. Mereka
harus mampu menjalin pola komunikasi dengan perangkat RW untuk
mendorong warga saling mengenal satu sama lain.
127
KARAMNYA REZIM NARKOBA
Program Rw Bebas Narkoba
di Komplek Permata Cengkareng
128 Ruang Lingkup Program
1. Tempat pelaksanaan :
RW 07 Komplek Permata,
Kedaung Kali Angke, Cengkareng, Jakbar
2. Waktu pelaksanaan :
01 Juli - 31 Desember 2014
3. Personel :
Para Pamen, Pama dan Bintara dalam Surat Perintah
Struktur Organisasi
1. Penanggungjawab : Kapolres
2. Wakil Penanggungjawab : Wakapolres
3. Ketua Program : Kasat Binmas
4. Wakil Ketua Program : Kapolsek Cengkareng
KARAMNYA REZIM NARKOBA 129
5. Para Kepala Bidang meliputi :
a. Bidang Preemtif : Wakasat Binmas
b. Bidang Preventif : Kasat Sabhara
c. Bidang Represif : Kasat Narkoba
d. Bidang Deteksi : Kasat Intel
e. Bidang Penindakan Internal : Kasi Propam
f. Bidang Humas dan Dokumentasi : Kasi Humas
g. Bidang Hubungan Kelembagaan : Wakasat Narkoba
6. Kepala Bagian Analisa dan Evaluasi : KBO Satuan Narkoba
Perincian tugas masing-masing bidang adalah
sebagai berikut :
1. Bidang Preemtif
a. Melakukan kunjungan door to door system ke rumah-rumah warga
dengan membawa buku kunjungan guna melakukan pendataan
terhadap anggota keluarga di masing-masing rumah warga tersebut.
b. Ikut serta secara aktif dalam mengidentifikasi permasalahan
yang terjadi di lingkungan serta melakukukan upaya pemecahan
masalah dengan melibatkan unsur Polri, tokoh masyakat, tokoh
pemuda dan tokoh agama setempat.
KARAMNYA REZIM NARKOBA
c. Memberikan edukasi terutama tentang dampak negatif
penyalahgunaan narkoba dan permasalahan kamtibmas lainnya
kepada kelompok-kelompok masyarakat secara berkelanjutan.
d. Melatih keterampilan kepada para remaja, pemuda dan komponen
masyarakat lainnya untuk mendukung warga di lingkungan
berwiraswasta sehingga terhindar dari peredaran gelap narkoba.
e. Membina dan menyuluh terhadap para tukang ojek yang
130 kecenderungannya operasional di pintu-pintu depan lingkungan
untuk ikut aktif menciptakan daya cegah bagi warga luar lingkungan
dari peredaran gelap narkoba.
f. Menjalin komunikasi intensif polisi dengan warga secara periodik
dalam kegiatan diskusi atau rembuk bersama guna menampung
aspirasi, saran, kritikan masyarakat secara terbuka dan dialogis
terhadap program yang sedang berjalan di lingkungan.
2. Bidang Preventif
a. Berpatroli dialogis dengan warga, baik dengan berjalan kaki
maupun menggunakan sarana kendaraan dengan pengaturan
petugas, waktu, rute dan metode patroli yang jelas.
b. Bersama-sama dengan anggota bidang preemtif melakukan door
to door system dengan membawa buku kunjungan guna mendata
anggota keluarga di masing-masing rumah warga tersebut.
KARAMNYA REZIM NARKOBA 131
c. Menjaga aktivitas warga di dalam lingkungan dan melakukan
filterisasi pada akses pintu-pintu masuk terhadap warga luar yang
masuk ke lingkungan.
d. Menindak tertangkap tangan saat melakukan filterisasi terhadap
orang yang masuk maupun keluar dari lingkungan yang kedapatan
padanya narkoba.
e. Mensosialisasi dampak buruk narkoba saat melakukan kunjungan
door to door system maupun saat pertemuan dengan warga secara
berkesinambungan.
f. Melatih keterampilan kepada kelompok remaja dan pemuda
secara periodik dan berkelanjutan.
3. Bidang Represif
a. Menginventarisir kelompok warga yang masih terlibat dalam
peredaran gelap narkoba dan pemakai narkoba serta tempat-
tempat potensial yang masih digunakan untuk bertransaksi
narkoba.
b. Menindak secara persuasif dan menegakkan hukum terhadap
kelompok warga yang masih terlibat peredaran gelap narkoba.
c. Mendorong masyarakat untuk mau berpartisipasi aktif memberi
informasi tentang kelompok pengedar dan pemakai narkoba.
KARAMNYA REZIM NARKOBA
d. Meyakinkan korban atau keluarga korban tentang pentingnya
rehabilitasi bagi pemakai narkoba secara persuasif sehingga Polri
tidak mengedepankan tindakan represif terhadap pemakai tersebut.
e. Menjadi fasilitator bagi korban pemakai narkoba untuk mendapat
rehab pada tempat-tempat yang sudah ditentukan.
f. Mensosialisasikan hasil pengungkapan jaringan narkoba di
Komplek Permata kepada warga sehingga memberikan efek
132 edukasi dan efek deteren (efek cegah) bagi warga tersebut.
4. Bidang Penindakan Internal
a. Menginventarisir oknum anggota Polri yang terindikasi menjadi
pengedar maupun pemakai narkoba di Komplek Permata.
b. Menangkap oknum anggota Polri yang terindikasi menjadi
pengedar maupun pemakai narkoba di Komplek Permata.
c. Membina secara berkesinambungan terhadap oknum anggota
Polri yang terindikasi menjadi pengedar maupun pemakai narkoba
di Komplek Permata.
d. Terhadap oknum anggota Polri yang tidak dapat dibina maka dapat
diproses dengan penegakan hukum internal Polri maupun pidana.
e. Berkoordinasi dengan Provost TNI untuk menindak oknum TNI
yang terindikasi menjadi pengedar maupun pemakai narkoba di
Komplek Permata.