The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Awalnya tidak sempat terpikir untuk membukukan kumpulan tulisan ini, karena memang sudah di upload di facebook. Jadi buat apa menghimpunnya dan membuatnya menjadi buku. Tinggal baca saja di facebook. Namun seiring dengan trend media sosial, facebook sudah tidak semenarik dulu seperti awal kemunculannya. Banyak media sosial baru bermunculan, yang lebih menarik bagi sebagian orang, sehingga banyak yang beralih dan lambat laun mengabaikan facebook. Akhirnya Aku jadi berfikir, bagaimana kalau pada akhirnya facebook gulung tikar dan menyudahi sepak terjangnya di dunia maya? Bukan karena kehilangan facebooknya yang aku khwatirkan, tapi dokumen seperti tulisan yang pernah aku upload di facebook harus ikut musnah juga. Sebagian data tulisan yang ada di facebook tidak tersimpan di dalam laptopku.
Meskipun aku memprediksikan kalau facebook tidak akan gulung tikar semudah itu, tapi internet bisa saja musnah dengan sekejap akibat lain hal. Karena itu akhirnya aku menyimpan semua tulisan yang pernah aku upload di facebook. Tapi dipikir-pikir sayang juga kalau tidak disebarkan lagi, maka dihimpunlah tulisan-tulisan ini menjadi sebuah buku. Aku membuatnya menjadi buku berbentuk pdf, karena belum di tawarkan kepada penerbit atau mencetaknya sendiri. Yang ada didalam pikiranku sekarang adalah bagaimana supaya tulisanku dapat dibaca saja dulu. Secara teknis yang bisa dan sangat mudah untuk dilakukan adalah dengan membuatnya menjadi format pdf.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by official.upegraf, 2023-12-29 01:38:56

Beraku

Awalnya tidak sempat terpikir untuk membukukan kumpulan tulisan ini, karena memang sudah di upload di facebook. Jadi buat apa menghimpunnya dan membuatnya menjadi buku. Tinggal baca saja di facebook. Namun seiring dengan trend media sosial, facebook sudah tidak semenarik dulu seperti awal kemunculannya. Banyak media sosial baru bermunculan, yang lebih menarik bagi sebagian orang, sehingga banyak yang beralih dan lambat laun mengabaikan facebook. Akhirnya Aku jadi berfikir, bagaimana kalau pada akhirnya facebook gulung tikar dan menyudahi sepak terjangnya di dunia maya? Bukan karena kehilangan facebooknya yang aku khwatirkan, tapi dokumen seperti tulisan yang pernah aku upload di facebook harus ikut musnah juga. Sebagian data tulisan yang ada di facebook tidak tersimpan di dalam laptopku.
Meskipun aku memprediksikan kalau facebook tidak akan gulung tikar semudah itu, tapi internet bisa saja musnah dengan sekejap akibat lain hal. Karena itu akhirnya aku menyimpan semua tulisan yang pernah aku upload di facebook. Tapi dipikir-pikir sayang juga kalau tidak disebarkan lagi, maka dihimpunlah tulisan-tulisan ini menjadi sebuah buku. Aku membuatnya menjadi buku berbentuk pdf, karena belum di tawarkan kepada penerbit atau mencetaknya sendiri. Yang ada didalam pikiranku sekarang adalah bagaimana supaya tulisanku dapat dibaca saja dulu. Secara teknis yang bisa dan sangat mudah untuk dilakukan adalah dengan membuatnya menjadi format pdf.

Keywords: Tulisan,cerita,sastra,esay,beraku

Beraku | 1


Beraku | ii


Beraku | iii Judul Asli Beraku Penulis: Deli Luthfi Rahman Ilustrasi: Deli Luthfi Rahman Desain Sampul: Deli Luthfi Rahman UPEGRAF Jl. Soekarno-Hatta. Komp. Bumi Panyileukan Bandung 40614 Jawa Barat Tlp. (022) 7835045 Terbitan I, November 2019 11 – 10 - 2019 Copyrights @upegraf All right reserved


Beraku | iv


Beraku | v Asbabul Beraku Malam hari itu aku belum tidur, karena memang belum ngantuk, tetapi istri, anak-anakku, dan kedua mertuaku sudah mendahuluiku untuk tidur. Aku jadi bingung harus berbuat apa, mau teriak-teriak takut disangka ada yang menyakiti, mau jajan sudah pada tutup, mau joged malu, mau ngeliatin orang tidur disangka gak ada kerjaan, ya sudah akhirnya aku putuskan untuk membuka akun facebook yang sudah lama tidak di buka. Barangkali disana ada teman-teman yang senasib tidak tahu harus ngapain. Saat membuka facebook, aku melihat tulisan yang pernah aku upload dulu. Aku baca ulang tulisan tersebut, karena memang setelah masuk facebook aku jadi bingung mau apa. Aku memang tidak terlalu bisa lama-lama memantau media sosial, entah kenapa, tapi memang belakangan jadi begitu, tidak sesemangat dulu. Ketika membaca tulisan tersebut, aku jadi terbayang waktu menulisnya dulu, bersama kondisi perasaan yang memang begitu. Disisi lain, aku pun merasa geli dan kadang tertawa, kenapa dulu aku sampai sebegitunya. Memang benar dulu mungkin itu seperti yang menyakitkan dan terkadang lebay, tapi hari ini beberapa hal jadi bisa kita tertawai, baik itu dari cara penulisannya, cara berfikirnya, cara menyikapi dan lain sebagainya. Selain membaca tulisan, aku juga membaca isi komentarnya. Banyak temanteman berkomentar, yang kini sudah tidak saling berkabar dan dulu tidak menyangka seakrab itu. Itu pun kadang membuat aku jadi tertawa. Maka terlintas dalam pikiranku untuk menyimpan tulisan-tulisan di facebook pada


Beraku | vi hardisk laptop. Bisa saja facebook bubar atau dibubarkan, sehingga tulisanku juga ikut bubar. Sangat sayang sekali jika tulisanku menghilang begitu saja, itu adalah kenang-kenangan perasaan dan pemikiranku dari masa lalu. Baik-buruk atau benar-salahnya itu yang pernah aku lakukan pada masanya, sehingga aku bisa belajar atau sekedar mentertawakan dari masa depan. Setelah berfikir beberapa saat, akan sangat sayang juga jika tulisanku hanya ada di dalam laptopku saja. Maka aku putuskan untuk menyusunnya menjadi sebuah buku dalam format pdf. Mungkin itu bisa di cetak, tapi aku belum punya uang untuk memperbanyaknya. Mungkin juga ada penerbit yang mau, tapi aku belum memberikannya ke penerbit manapun. Sehingga membuatnya menjadi format pdf lebih simpel dan mudah untuk dilakukan. Dalam fikiranku yang terpenting aku bisa membaginya dengan kawan-kawanku yang hari ini belum tentu berteman denganku di masa lalu. Keesokannya aku memberitahukan kepada istriku, kalau aku akan mengumpulkan tulisan-tulisan di facebook menjadi sebuah buku. Ini penting dilakukan bukan karena ingin dipuji atau terlihat punya pekerjaan, tapi lebih karena dalam tulisan masa lalu banyak berkaitan dengan para wanita yang pernah aku kejar atau aku pacari. Ingatlah, masa lalu bisa mempengaruhi masa depan, apalagi urusan beginian yang harus dibicarakan supaya tidak ada salah paham atau prasangka yang tidak-tidak. Aku katakan kepada istriku, Umamah, bahwa tidak ada maksud apapun selain ingin mengumpulkan, mendokumentasikan dan membagikannya. Dia pun tidak keberatan, karena tidak banyak makan. Maka mulailah aku menyusunnya, dengan membaginya menjadi empat tema atau bagian. Pertama, CATATAN; berisi tentang cerita-cerita yang pernah aku lakukan dimasa lalu baik bersama keluarga, teman, pasangan, atau kecengan.


Beraku | vii Dibuat saat dulu masih menggunakan Blackberry, karena keyboardnya yang memang enak dipakai untuk menulis, sehingga bisa dilakukan dimana saja, saat di wc, menunggu teman, dosen, di jalan, atau dimana pun. Itu hal yang bisa aku lakukan agar terlihat seperti yang banyak quota bbm, padahal Cuma mengetik. Tema Kedua adalah, HIKAYAT; berisi tentang cerita imajinatif berdasarkan inspirasi yang pernah aku alami. Mungkin sedikit harus lebay dan perubahan nama atau tempat, sedikit metafora, agar lebih misterius dan menghasilkan daya magis. Setelah aku mengumpulkan dan menyusun kedua tema tadi, ternyata jumlah halamannya menjadi terlalu banyak dan akan beresiko terhadap kemalasan orang membaca. Maka untuk tema ketiga dan keempat akan aku pisah ke dalam buku selanjutnya, karena memang sedikit berbeda baik dari cara penulisan ataupun cara pengungkapannya. Tema ketiga, MONOLOG; Berisi tentang curhatan yang dikemas menggunakan bahasa pada masanya. Keempat, PUISI; berisi puisi-puisi masa lalu tentang sesuatu atau sesorang. Sebenarnya masih ada tulisan yang tidak aku masukan, pertama tulisan yang agak serius, opini, artikel dan lain sebagainya. Nanti saja itu aku kumpulkan, untuk konsumsi pribadi. Yang selanjutnya tulisan mengani cerita perjalananku mencari perempuan, hingga akhirnya menemukan Umamah yang sekarang sudah menjadi istriku. Cerita mengenai itu aku tulis dalam buku yang berbeda, alhamdulilah sudah 98%, hampir rampung. Doakan saja mudah-mudahan di 2020 ada yang mau menerbitkannya. Buku ini aku beri judul “BERAKU, Cerita yang Berkumpul”. Kenapa judulnya harus itu? Aku juga tidak tahu, namun yang terfikir saat ini adalah itu. Cocok atau tidak dengan isinya aku tidak terlalu memperdulikannya, yang terpentin cocok dengan maksudku. Penulisannya pun sengaja tidak aku ubah, karena itu


Beraku | viii biar terasa sensasi aku yang berada di masa lalu. Jadi maaf kalau ada yang kurang huruf atau typo, itu bukan karena ingin orisinil, tapi sedikit malas untuk mengeditnya. Mudah-mudahan dapat di maklumi. Dalam setiap tulisannya pun sengaja aku mencantumkan tanggal dan tahun pembuatannya, supaya tidak salah arti, mana yang dimasa lalu atau masa yang sekarang, terlebih lagi jika ada orang yang terkait di dalamnya. Sehingga bisa menjadi maklum kenapa aku melakukan itu. Aku ucapkan, selamat membaca, lumayan daripada tidak ada yang dibaca. Bandung, 25 November 2019


Beraku | ix


Beraku | 1 Ber aku Ini adalah pagi hari menjelang siang, ketika aku sedang di WC, berjongkok menghadap tembok dan juga membawa HP. Ini adalah ketika aku sedang membuang sesuatu yang harus dibuang, sebagai mekanisme tubuh dalam mengeluarkan sampah didalamnya. Banyak istilah untuk menyebut aktivitas tersebut, ada yang menyebutnya berak, ada yang menyebutnya ee, ada yang menyebutnya panggilan alam, ada yang menyebutnya setor, ada yang menyebutnya semedi, ada yang menyebutnya miceun, modol, ngising, atau juga singing. Jangan aneh jika harus banyak istilah untuk menyebutnya, itu karena orang senang melakukannya, siapapun itu, apapun pangkatnya, apapun profesinya, bagaimanapun moralnya, berapapun usianya, orang suka melakukan aktivitas tersebut. Mungkin kalian pikir, ini tidak penting untuk ditulis, tapi aku pikir ini sesuatu yang bagus untuk aku abadikan lewat sebuah


Beraku | 2 tulisan. Meskipun sudah canggih, aku lebih senang menuangkannya dalam bentuk tulisan, bukan foto atau vidio, karena itu membatasi imajinasi untuk membayangkan aktivitas yang sungguh sudah menjadi kebutuhan manusia di muka bumi. Aku dan keluarga mempunyai tempat khusus untuk berak, kami menyebutnya WC. Kalian tau WC? itu adalah suatu tempat yang bisa membuat kita merasa kesepian, karena harus berada sendirian di dalamnya. Kecuali waktu kecil dulu, aku pernah mandi bersama kawan-kawanku. Tapi sekarang sudah tidak berani. Kami merasa malu untuk melakukannya, karena sudah berubah menjadi besar. Tapi kalau kalian ke Mall atau tempat semacamnya, WC biasa digunakan beramai-ramai, hanya dibedakan berdasarkan jenis kelaminnya saja. Akan aku beritahu tandanya, agar kalian tidak tertukar masuk WC. Jika ada gambar orang memakai rok dengan dan di kepalanya berambut panjang, maka itu WC untuk wanita. Tapi jika ada gambar orang tidak memakai rok dan kepalanya bulat, itu untuk laki-laki. Pernah suatu saat ketika rambutku lumayan panjang, aku ingin memakai sarung ke Mall, tujuannya agar bisa kencing di wc wanita. Sehingga nanti kalau ada yang marah, aku bisa punya alasan sambil memperlihatkan gambar tanda tadi, “ini gambarnya juga pakai sarung, rambutnya juga panjang” Kalau mereka masih marah akan aku bilang lagi, “Masa wanita yang pakai celana panjang dan berambut pendek saja boleh masuk ke tempat ini. Harusnya ke WC laki-laki dong”. Tapi aku urungkan keinginanku tadi. Padahal katanya emansipasi, tapi WC-nya dipisah, kalau ada wanita masuk WC laki-laki, laki-laki tidak akan marah, tapi sebaliknya jika ada laki-laki masuk WC wanita, wanita pasti akan marah dan menganggapnya cabul. Ya begitulah emansipasi di sini. Tidak harus aku jelaskan, nanti akan panjang.


Beraku | 3 Baiklah kembali kepada cerita WC. Tidak usah aku ceritakan bagaimana bentuk WC dirumahku, karena itu tidak penting. Yang jelas itu adalah WC gaya indonesia, yang ada kloset, ada tempat sabun, ada bak, ada ember atau jolang, ada keran air, ada pasta gigi, ada gayung, ada shampo, ada gantungan, ada kuman, kadang ada kecoa, yang paling menenangkan ada pintu, yang menjaga kami dari kontak dunia luar. WC adalah ruang isolasi yang digunakan untuk urusan pribadi. Aku tidak mau WC gaya barat, karena biasanya suka ada tisue. Kalau ada tisue nantinya kaya di rumah makan. Aku juga tidak suka toilet duduk, karena trauma. Dulu pernah ketika aku kecil, berak di toilet duduk, dan pantatku masuk kedalamnya. Sangat tidak aman bagi keberlangsungan aktivitas berak. Maka toilet jongkok lebih aku sukai, karena bisa juga melatih otot kaki supaya kuat. Kesannya seperti berlatih kungfu, ada posisi kuda-kudanya. Oh iya, selain berak, WC di rumahku juga bisa dipakai pipis, mandi dan apapun yang terkait dengannya. Aku bersyukur, WC di rumahku gratis, tidak harus membayar jika sudah beres melakukannya. Meskipun dulu sempat terpikir untuk membuat kencleng di depan WC, supaya aku bisa menambah penghasilan. Namun aku mengurungkan pikiran itu, karena nanti bisa merusak reputasiku. Bisa jadi nanti aku disebut cowo matre. Biarlah kami sekeluarga menjadi yang tulus, tanpa harus memungut bayaran di WC. WC di rumahku adalah satu-satunya tempat, yang jika kawanku berkunjung, tidak aku ajak kesana. Kalau kawanku ingin memasukinya, harus sendiri saja, biar terasa seperti uji nyali di televisi berhantu. Jika sudah tidak kuat di WC tinggal lambaikan tangan ke arah keran untuk menyudahi segala apa yang kita lakukan. Aku selalu berpesan kepada orang yang di WC supaya memakai celananya jika mau kembali ke dunia luar. Biar efektif dan tidak ada yang lupa, nanti aku akan buat tulisannya di WC, "Ini WC, silahkan kalau mau telanjang juga. Tapi jika keluar dari sini, mohon segera dilengkapi penutup tubuhnya.


Beraku | 4 Terimakasih". Tulisan itu tinggal di print untuk nanti aku pajang di WC rumahku. Aku tidak tahu kenapa Abah (ayah) membangun WC posisinya di belakang. Padahal di depan saja, biar nanti kalau ada orang yang mau ikut ke belakang, bisa tertipu. Dikiranya itu WC, padahal dapur. Kalian tahu, di WC itu jangan bersuara, nyanyi-nyanyi, apalagi berdiskusi atau orasi. Karena WC bukan tempat karouke atau ruangan rapat yang bisa kita seenaknya ngomong apapun disana. Heninglah disana, biar orang-orang luar tahu, kalau kita orang dalam WC sedang khusyu melakukan sesuatu. Kecuali bunyi air yang mengalir dari keran ke bak, itu boleh bersuara. Iya, ini aku masih berak. Masih belum ada tanda ingin berhenti. Harus terus aku tuntaskan. Oh iya akan aku ceritakan tentang berak, karena berak adalah sesuatu yang penuh makna. Dulu, abahku pernah bercerita tentang kakekku yang mengatakan kalau berbuat baik itu harus seperti berak atau ee. Ini bukan jorok, tapi ini serius. Kalian bisa bayangkan bagaimana kalau kita ingin berak? Tidak ada yang mau menahannya, kita ingin segera melakukannya. Begitu juga dengan berbuat baik, kita tidak bisa menanhannya, ingin sesegera mungkin melakukannya. Kalian pernah menahan berak? Jika kalian tahan akan merasa gelisah, berkeringat, tidak fokus, mondar-mandir kesana-kemari, yang ada dalam pikiran kalian hanya cara untuk menyalurkan berak itu. Begitu juga dengan berbuat baik, jika kita menahannya akan merasa gelisah, resah, tidak enak perasaan, yang ada dalam pikiran kita bagaimana caranya menyalurkan kebaikan itu. Kalian pernah merasa malu karena ketahuan berak? Mudahmudahan tidak pernah mengalaminya, karena itu bisa membuat kalian malu. Begitu juga dengan berbuat kebaikan. Dalam melakukan kebaikan jangan pernah ingin diketahui orang lain, dan malu lah kalian jika berbuat kebaikan ingin diketahui orang lain, seperti berak. Kalian pernah merasa sayang dengan sesuatu yang kalian keluarkan saat berak? Tidak pernahkan? Kalian tidak harap


Beraku | 5 berak itu kembali kepada kalian, dan menghitung berapa jumlah berak yang kalian keluarkan. Kalian ikhlas mengeluarkannya. Belum pernah ada orang yang berkata, “Aduh lebar euy, taina palid kaditu (aduh sayang euy, tainya mengalir kesana)”. Begitu juga dengan berbuat kebaikan, jangan pernah merasa sayang dengan apa yang kita keluarkan. Apalagi menghitung banyaknya yang kita keluarkan. Kemudian orang lain membalsnya. Harus ikhlas dan tulus seperti berak. Itulah berak, yang menjadi filosofi hidup keluargaku. Mungkin kalian merasa jijik dengan berak, padahal kalian pun harus melakukannya. Kalian tahu, ini aku masih berak. Jadi aku hentikan dulu menulis tentangnya. Biarlah aku menikmatinya. Kalian pun pasti menikamtinya. Biarkanlah kenikmatan berak itu hanya kita masing-masing yang tahu. Percayalah, orang yang tidak mengalami kenikamatan berak, berarti orang tersebut sedang sakit. Tanyalah Dokter kalau begitu. Terimakasih sudah membaca, maaf aku harus meneruskan berakku. Dan, itu sudah ada yang bilang bau di luar. Bandung, 14 Februari 2015 Saat berak di WC


Beraku | 6 Ibuku yang Selamat Aku akan menceritakan tentang ibuku. Ibuku adalah seorang wanita, yang dinikahi oleh seorang pria yang kini aku panggil dia Abah. Tanpa pernikahan, mustahil sekarang aku bisa memanggilnya Ibu. Dulu sebelum aku ada di dunia, ibuku dan abah bersusah payah untuk bisa menghadirkanku dalam doa dan usaha dengan cara berkasih sayang. Dari Ibu dan Abahku lah aku dibentuk dengan seizin Allah, Dzat yang Maha Pencipta. Tidak aku ingat bagaimana keadaa di alam rahim sana, seperti apa tempatnya pun aku lupa. Namun itu alam rahim, alam kasih sayang yang dimiliki oleh setiap wanita yang suatu saat nanti akan menjadi ibu, untuk menyimpan


Beraku | 7 sesuatu yang akan tumbuh dari bagian dirinya, yang tercampur dari peran sang ayah dan dari kemurnian ruh yang ditiupkan Allah pada bulan ke empat. Waktu di alam rahim sana, aku tidak memakai baju, celana atau apapun. Aku telanjang bulat dan aku tidak perlu malu, karena ibuku melindunginya dengan pakaian yang dipakainya selama ini. Aku juga tidak perlu mencari pekerjaan atau uang untuk makan. Percayalah ibuku selalu mengirimkan berbagai jenis makanan untukku di alam rahim sana. Ibuku juga tidak perlu mencari pekerjaan untuk makan, karena sudah diwakili oleh Abahku. Abahku juga tidak perlu merasa repot serta risau dalam mendapatkan uang dan makanan, karena selalu memintanya kepada Allah, dan itu adalah yang halal serta baik. Ibuku dulu suka mual-mual saat aku pertama kali hadir di rahimnya, bukan karena merasa jijik denganku, tapi karena utk pertama kali baginya ada sesuatu yang hadir di dalam perutnya. Ibuku bilang, aku mulai ada di rahimnya saat dia sedang menghadapi ujian akhir di sekolahnya. Waktu itu ibuku kelas 3 SMA dan sudah menikah. Sewaktu di alam rahim aku sering tidur dan akan bangun jika ingin menendang. Percaya atau tidak, manusia sudah bermimpi ketika di alam rahim, mimpi yang pertama kali adalah memimpikan detak jantung, dan itu adalah detak jantung sang ibu. Pasti sekarang kita sudah lupa. Iya kan? Mimpi itu adalah sesuatu yang mudah dilupakan. Tidak percaya? Coba ingat-ingat lagi mimpi kita seminggu yang lalu, apakah kita masih bisa mengingatnya? Lupa kan? Aku menetap di rahim ibuku selama sembilan bulan. Bukan karena bosan, tapi memang sudah seharusnya seperti itu. Itulah hari kelulusanku dari rahim ibuku, hari kelulusan itu disebut dengan hari kelahiran. Disambut dengan suka


Beraku | 8 cita oleh siapapun yang ada di dunia, terlebih ibu dan abahku. Karena mereka senang melihatku berhasil dan lulus. Pertama kali lulus, aku disimpan di atas pelukan ibuku, dan semenjak hari kelulusan itu lah aku mulai bekerja, mencari sumber makanan yang di titipkan Allah melalui ibuku, itu adalah air susu. Sesuatu hal yang hebat ketika aku lulus dari rahim ibuku adalah bahwa aku mengetahui ternyata aku tidak mengetahui mengenai apapun. Disanalah aku mulai belajar. Belajar bagaimana cara mengeluarkan ASI dari ibuku, belajar mendengar, belajar menangis, belajar melihat, belajar berbicara, belajar berjalan dll. Ibu dan Abahku senang dan bangga kepadaku meskipun aku tidak tahu apa-apa. Aku jadi mersa senang, karena tidak disebut bodoh oleh mereka yang ada di sekitarku. Mereka maklum, karena aku bayi. Kemudian aku tumbuh dan banyak bertanya mengenai dunia kepada ibuku, juga kepada abahku. Bahwa bagaimana aku harus bersikap ketika melihat dan mengalami sesuatu yang terasa baru untukku. Oh kalian harus tau, ibuku itu hebat, selain mempunyai rahim, dia juga mempunyai surga, dan itu berada di telapak kakinya. Abahku tidak punya, yang Abahku bisa lakukan adalah menjaga surga tersebut agar tidak hilang dari kaki ibuku. Aku tidak bisa menjadi seperti ibuku, karena aku seorang lelaki. Mungkin itu bisa diwakili oleh adiku yang perempuan, yang sebentar lagi akan memiliki surga di telapak kakinya. Penjaganya adalah suaminya yang pernah aku ospek ketika pertama kali mereka menikah. Tiba-tiba aku dihinggapi keinginan segera menjadi seorang penjaga surga di telapak kaki seorang perempuan. Kemudian aku harus tumbuh dan tidak bisa selamanya menjadi bayi yang serba dimaklumi ketika tidak tahu apa-apa. Aku menjadi remaja, setelah aku bermimpi yang tidak bisa aku ceritakan. Itu adalah ketika semua urusan


Beraku | 9 menjadi tanggung jawabku. Oh, semua perubahan selalu ditandai dengan mimpi. Dulu di alam rahim sana pertama kali bermimpi adalah degub jantung ibuku, kemudian saat remaja bermimpi yang membuat jantungku berdegubdegub. Mimpi itu adalah hasrat kehidupan. Dari lingkungan aku mulai tahu, bahwa pria dan wanita bisa saling mencintai. Mulai saat itu lah aku tertarik kepada lawan jenis. Dari waktu ke waktu aku mempunyai kekasih, mulai dari cinta monyet sampai cinta gorila. Aku jadi tahu kalau wanita selalu meminta kita untuk membuat laporan, dimana pun kita berada, dan apa yang sedang kita lakukan, adalah hal yang harus diberitahukannya. Jika kita pria lupa laporan maka wanita akan kecewa. Mereka selalu bertanya banyak untuk mengetahui tentang kita, tidak rela membiarkan kita jauh darinya. Aku jadi tersadar, jika kekasih kita yang tidak melahirkan kita, dan baru cinta beberapa saat saja, tidak bisa jauh dan ingin selalu tahu tentang kita. Apalagi Ibu kita yang sudah jelas melahirkan dan sudah lama mencintai kita, jauh sejak dalam kandungan, yang terdapat dalam diri kita darah dan dagingnya, tentu saja tidak ingin jauh dan selalu ingin lebih tahu. Namun kita sering mengabaikannya dan merasa bisa jauh darinya, lupa laporan, lupa memberi tahu tentang kita yang sedang tumbuh, bahkan terkadang lupa mengunjunginya. Hebatnya ibu kita tidak pernah marah dan meminta putus gara-gara tidak begitu, kita tahu, itu adalah kekuatan cinta, yang bisa memaafkan segala kesalahan yang diperbuat terhadapnya. Aku berlindung kepada Allah yang maha menyanyangi dan maha bijaksana, yang menititpkan aku di dalam rahim seorang Ibu. Ibuku itu bukan orang yang suka tidur terlalu malam, namun akhi-akhir ini ibuku sering tidur amat malam, itu gara-gara menunggu Mas Bram dan Mba


Beraku | 10 Hana main. Semoga Mas Bram dan Mba Hana nanti tidak main malam-malam, siang hari saja lah mainnya, biar ibuku bisa tidur seperti sedia kala. Ibuku adalah guru ngaji, yang dulu setiap aku nakal akan dibicarakan tetangga di forum-forum gosip. Anak guru ngaji selalu dituntut tampil sempurna bak malaikat oleh ibu-ibu yang lainnya. Ibu mana yang tidak marah ketika anaknya disalahkan, makanya waktu itu ibuku marah padaku, tapi tidak terlintas dibenaknya sedikitpun untuk mengutukku menjadi batu seperti Malin Kundang. Kemudian dulu ketika aku nakal, Ibu-Ibu kawanku melarang anak-anaknya bermain bersamaku. Karena menurut mereka aku lah yang menyebabkan mereka nakal. mereka ibu yang baik sehingga tidak mau menyebut anaknya nakal. Bagiku, siapapun, seorang ibu, menghendaki anak-anaknya untuk menjadi baik. Mengajarkannya menyikapi kehidupan, menjaga dan melindunginya, seperti dalam rahimnya dulu. Tidak peduli seberapa tua anaknya. Bagi seorang ibu dia adalah anaknya yang dulu bayi dan harus dilindunginya sampai kapanpun. Terimakasih Ibu, sudah menjagaku dari sejak dahulu kala sampai nanti yang akan datang. Terimakasih ibu, sudah memberi uang jajan dan mengurusku sampai menjadi orang hebat. Aku tidak mungkin lahir jika tidak ada seorang ibu. Selamat Hari ibu, dan itu adalah selamanya, tidak ditentukan waktu. Bandung, 22 Desember 2014 di hari Ibu


Beraku | 11 Abahku yang Mulia Kau tahu abahku? Dia adalah ayahku yang aku memanggilnya abah, dan dia adalah salah satu penyebab ibuku harus mengandung selama sembilan bulan. Aku juga bagian dari dirinya, yang dulu berada di dalam tubuhnya, sewaktu masih berbentuk cairan, hasil dari pengolahan sari pati yang dimakannya. Aku tidak sendiri berada di dalam tubuh abah, ada banyak disana yang menunggu sepertiku. Tapi aku tidak kenal mereka, karena memang tidak harus kenalan. Pada waktu yang tepat dan waktu yang ditunggu-tunggu oleh Abah, maka aku dipindahkan ke dalam tubuh ibuku. Tidak hanya aku, mereka yang tadi bersamaku ikut juga. Kami berlomba-lomba menuju tempat yang kokoh di dalam tubuh ibuku, nama tempat tersebut adalah rahim. Sejak dulu aku sudah


Beraku | 12 dilatih menghadapi setiap tantangan, agar yang terkuat bisa menempati tubuh ibuku. Itu namanya bukan kesurupan, tapi kehamilan. Jika aku ingat akan aku ceritakan bagaimana perjalanan ke alam rahim sana. Tapi waktu itu aku masih berbentuk air yang hina, jadi tidak ingat. Yang jelas perjalanan ke rahim sana cukup panjang, melalui beberapa tantangan.Tantangan ke rahim memang harus banyak, biasa lah wanita selalu selektif. Sehingga melalui tantangan tersebut bisa diketahui siapa yang pantas mendapatkan tempat dirahim sana, untuk nantinya bisa bertemu dengan orang-orang yang terlibat menciptkanku. Meskipun aku dari air yang hina, tapi orangtuaku akan sedih dan marah jika ada yang menghinaku. Karena mereka tahu orang yang menghina tersebut adalah dulu yang hina juga, semakin tampak kehinaannya ketika menghina. Aku senang, ternyata aku lah yang berhasil melalui ujian dan tantangan itu, meskipun tidak diberi kunci jawaban tapi akhirnya aku yang berhasil. Abahku senang dan bangga, karena melihat salah satu air hina yang dulu berada di dalam tubuhnya, bisa sampai dengan selamat. Nah, di rahim sana itulah aku dititipkan oleh abahku, supaya aku yang dulu air hina bisa menjadi mulia. Oh iya, ketika dulu sewaktu masih zamannya kakek moyangku, Nabi Adam A.S, semua air yang hina itu telah di tanya oleh Allah, "Apakah kalian menyaksikan bahwa Aku adalah Tuhan kalian?" Kemudian kami menjawab, "iya aku bersaksi". Mungkin Abah juga pada saat itu masih sama sepertiku, berbentuk air yang hina. Tapi akhirnya banyak dari kami yang lupa dengan perjanjian itu, sehingga benar-benar dalam kehinaan. Oleh karena itu di rahim ibu, abah menitipkanku supaya suatu saat nanti aku akan selalu ingat tentang hari perjanjian itu, sehingga tidak termasuk dalam


Beraku | 13 kehinaan. Maka Abah dan ibuku selalu bertugas mengingatkanku, dan Allah yang memberi petunjuk. Sejak di dalam rahim ibu, aku di isolasi dari dunia luar, termasuk dari Abahku. Aku mengerti, itu demi tujuan untuk menjadi mulia, makanya harus dikarantina. Tapi jika Abah rindu, maka dia akan menengokku pada waktuwaktu tertentu, sesuai kesepakatan dengan Ibuku. Aku tidak tahu apa yang aku lakukan, maklumlah belum mengerti. Tidak harus aku ceritakan bagaimana di rahim ibuku sana, itu rahasia anak dan Ibu. Lebih berkesan jika disimpan, daripada diceritakan. Setelah habis masa karantina selama sembilan bulan, maka aku bertemu dengan Abah. Itu adalah masa-masa yang indah bagi kami. Ada tangis bahagia bersama kami, Ibuku menangis, aku juga menangis, abah juga menangis, tapi menangisnya di dalam hati karena malu sama kumis. Sebagai lulusan pertama dari rahim ibu, Abah bangga sekali. Aku kira untuk menjadi mulia itu cukup dengan di karantina selama sembilan bulan saja disana, tapi nyatanya tidak. Ketika abah menggendongku, aku tahu dia berkata di dalam hatinya, "Nak, kau sudah belajar teori untuk menjadi mulia di rahim ibumu. Ini dunia sebagai tempat engkau mempraktekan teori itu". Kalian tahu apa yang aku lakukan ketika tahu perjalanan menjadi mulia baru dimulai? Aku menangis lagi di pangkuan abah. Abah mencoba menenangkanku, dia seolah-olah mengatakan, "kalem Nak, akan aku ajari bagaimana caranya menjadi mulia, itu gampang, salah satu caranya adalah tiru aku". Sejak saat itu aku berusaha menirunya. Tapi untuk menirunya tidak selalu gampang. Karena ternyata di dunia itu tidak hanya ada abah dan ibuku saja.


Beraku | 14 Ada orang lain juga, yang berusaha meyakinkan aku untuk meniru mereka. Sehingga aku menjadi bingung. Kemudian abah berusaha menenangkanku, seolah-olah di mengatakan, "Tenang, Nak, akan aku ingatkan dan ajarkan, mana yang boleh kau tiru dan mana yang tidak boleh. Untuk menjadi mulia, kau harus meniru manusia yang mulia juga, itu adalah Nabi Muhammad SAW. Aku juga menirunya" Ketika aku mulai bisa berbicara dan bisa menyebutkan beberapa kata, aku mulai meniru apa yang aku temui. Ketika banyak yang ngomong "anjing", aku pun menirunya. Akhirnya aku jadi suka ngomong "anjing". Abah tidak suka, Ibuku juga. karena itu adalah bahasa kasar dalam budaya kami. Disentilnya pelan mulutku ini, supaya aku tahu itu tidak boleh diucapkan. Semakin mereka menyentil mulutku, semakin aku ucapkan kata "anjing" itu. Waktu itu Aku tidak tahu, kenapa kata itu tidak boleh diucapkan. Ketika aku kecil, aku melihat pisau tergelatak. Maka aku memainkannya. Ibu ketakutan melihatnya, kemudian dia mengambilnya dariku. Setelah ibu merebut pisau itu aku menangis, karena ingin tahu dan memainkan pisau itu. Kemudian Abah memberikannya sambil berkata kepada ibu, "Dia belum tahu itu bahaya dan bisa membuatnya terluka jika tidak hati-hati, biarkan dia mencobanya, setelah tahu nanti dia tidak akan bermain-main dengan itu lagi". Kemudian aku memainkan pisau itu. Karena ketidak tahuanku, maka pisau yang aku mainkan itu membuat tanganku terluka. Aku menangis karena sakit dan menjauhi pisau itu. Kemudian Abah memberikan pisau itu kembali, tapi aku jadi tidak mau memainkannya. Soalnya di rahim ibuku tidak diberikan materi tentang pisau, jadi aku tidak tahu. Nanti saja kalau sudah besar aku belajar.


Beraku | 15 Kau tahu Abahku, dia adalah yang pernah mengajakku naik angkot tanpa memakai sendal membeli ikan koki di pasar ikan. Aku tadinya ingin meniru ikan koki juga, tapi tidak jadi, karena harus tidur di aquarium. Kenapa aku diajaknya membeli ikan koki? Oh mungkin supaya tahu kalau di dunia ini juga ada binatang yang harus disayang. Sebagai air yang hina, yang pernah ada di dalam tubuhnya, abah terus mengingatkanku untuk menjadi mulia. Waktu kecil dulu aku malas untuk mengaji, kemudian Abah marah dan memukulku. Abah memukul telapak kakiku dengan sapu lidi, dan aku tahu pukulannya itu tidak keras, bahkan tidak membekas di kakiku. Tapi aku tahu itu Abah yang sedang marah, dan itu yang membuatku menangis. Kalau saja kak seto tahu, dia pasti akan marah pada Abah. Tapi waktu itu kak Seto masih belum eksis melindungi anak-anak. Kak seto masih asik menjadi si Komo. Hari ini aku bersyukur, Abah pernah marah dan memukul ketika aku tidak mau mengaji. Itu dia lakukan supaya aku tidak selalu menuruti kemalasanku. Bagaimana aku bisa menjadi mulia, kalau aku selalu menuruti kemalasanku. Kalian juga harus tahu, meskipun nilai ujian sekolahku kecil, Abah tidak pernah marah, apalagi memukul. Sewaktu aku masih remaja dulu, Abah juga tidak pernah marah ketika aku pulang larut malam atau bahkan subuh. Tapi yang membuatnya marah adalah ketika aku pulang dalam keadaan belum shalat. Aku sempat bingung, ada ayah kawanku yang akan marah jika anaknya mendapat nilai kecil atau pulang larut malam, tapi tidak marah kalau lupa shalat. Kenapa berbeda dengan Abahku? Ternyata aku tahu hari ini, itu demi tujuannya untuk merubah air yang hina menjadi mulia.


Beraku | 16 Iya itu Abahku, yang Namanya Ali. Banyak yang suka menjual batu Abah, karena sedang ngetrend akhir-akhir ini, terkenal dengan sebutan batu Ali. Abahku sering heran, kenapa orang-orang kembali ke zaman batu, padahal sekarang sudah zaman internet. Tapi itulah kenyataannya, mungkin untuk nostalgia kepada penadahulunya, Meganthropus Paleojavanicus. Tapi Abahku disni malah memainkan whatsup, facebook, twitter, line, dan viber, bukan memainkan batu Ali. Iya itu Abahku, yang ketika muda dulu berambut gondrong sebahu dan melamar ibuku yang santri. Untung ibuku tidak menyuruhnya untuk memotong rambut, nanti bisa hilang kekuatan Abah, kaya Samson. Iya itu Ibuku, yang mau dengan Abah, yang memakai ikat kepala dan bergaya selengehan. Sehingga akhirnya mereka menjadi sepasang kekasih dan membuat Abah bisa apel ke kontrakan ibuku yang berada di depan rumahnya. Kemudian Abah akan mengajak ibuku pergi makan batagor unus pada hari jumat, karena waktu itu pesantren tempat ibu bersekolah libur. Kemudian kalian tahu mengapa abah mengajak ibu makan batagor setiap hari jumat? Karena dia tahu kalau sebenarnya Batagor Unus juga libur pada hari jumat. Maka setiap mengajak ibu ke sana, akhirnya selalu tidak jadi beli batagor karena tutup, dan berakhir dengan alternatif lain yaitu membeli gorengan. Jum’at selanjutnya, Abah mengajak Ibu ke Batagor Unus lagi, dan berkahir dengan membeli gorengan lagi. Kata Abah, itu adalah strategi. Iya ini Abahku sekarang yang sudah tua, yang sebentar lagi akan pensiun. Sedang duduk melihat pertandingan UFC setiap malam di TV. Iya ini Abahku sekarang yang sudah ingin melihat aku menyalurkan Air yang hina miliku sendiri, sehingga menjadikannya mulia. Ibuku juga sudah tidak sabar. Tapi sabarlah Abah dan Ibu, aku harus mencari wanita yang tepat, untuk kemudian


Beraku | 17 aku lantik dia sebagai istriku. Masa harus dicicil, hamil dulu baru melantik jadi istrinya kemudian, kan itu bukan tindakan orang mulia. Iya inilah Abahku yang sudah tua yang menceritakan segala pengalaman hidupnya. Supaya kelak aku bisa belajar darinya, bahwa untuk menjadi mulia harus menyimpan dunia di tanganku bukan di hatiku. Iya inilah Abahku yang sudah tidak bisa begadang dan harus tidur ditemani ibu, karena besok harus mengahadapi kantornya. Iya inilah aku, yang belum ngantuk dan belum bisa ditemani wanita di dalam kamar. Oh ternyata aku masih harus belajar mandiri, tidur tanpa di temani. Bandung, 6 Maret 2015


Beraku | 18 Keberatan Hari ini panas, karena ini siang. Jika dingin, berarti itu malam menjelang subuh. Tapi Bandung hari ini sedang panas saat Sheilla mengajakku ke perpustakaan di daerah Kawaluyaan, namanya BAPUSIPDA. Sheilla sudah pergi duluan, mungkin dia sudah tidak sabar ingin segera sampai di sana sehingga tidak mau menungguku. Tapi tidak apa-apa, karena aku pun harus membersihkan kosan dulu, cuci piring, cuci gelas, cuci sendok, cuci lantai, cuci dinding, cuci kasur, cuci pintu, cuci jendela, cuci tangan, cuci kaki, cuci badan, cuci mulut dan cuci mata. Aku lakukan itu supaya terlihat rajin saja, bersihnya mah itu bonus. Setelah semua itu aku selesaikan, aku beranjak pergi ke sana, ke tempat Sheilla dengan setia menungguku. Tapi tiba-tiba aku lapar. Maka aku makan dulu di si


Beraku | 19 Teteh. Kalian harus tau si Teteh itu namanya Lastri. Sudah punya anak dua, dan punya suami satu. Dia menjual makanan bagi orang yang kelaparan. Para mahasiswa biasanya suka makan disana, karena bisa menggunakan kartu kredit untuk makan. Tinggal gesek kemudian dibayar nanti. Tapi anak-anak kosan senang menyebutnya sebagai hutang. Aku juga melakukan hal tersebut, biar terlihat keren, makan pakai kartu kredit. Menu yang disajikan pun konsisten, jarang berubah. Ada telor, bihun, orek tempe, sosis, dan sayur sop. Hari itu aku makan telor dan sosis. Supaya terlihat makanan eropa. Agar terlihat nasionalis juga, aku tambahkan nasi untuk menemaninya. Setelah usai makan, dengan langkah yang cepat aku pergi ke tempat angkot. Aku tidak mau Sheilla menunggu terlalu lama, takut dia tidak sabar bertemu aku. Jadi langkahku juga harus cepat. Naik angkot yang bisa cepat juga. Angkot yang menggunakan NOS kaya di filem Fast to farious. Tadinya aku mau ngomong sama supir angkotnya, "Mang kalau ini pake yang kilat gak? Aku mau pake yang kilat aja, biar lekas sampai" Kan surat juga kalau kilat cepat sampainya. Tapi supir angkotnya sudah tahu, bahwa aku buru-buru. Maka ia mengemudikan angkot seperti pembalap. Aku turun dari angkot. Oh iya, kalau di indonesia password untuk turun itu "kiri". Itu code yang disepakati penumpang dan pengemudi agar terlihat elegan dan profesional. Meskipun ibuku suka mengajarkan untuk pakai kanan, tapi untuk urusan angkot aku lebih setuju "kiri". Untuk menuju tempat dimana Sheilla sudah menunggu, aku harus berjalan menuju komplek kawaluyaan. Karena tempatnya tidak dipinggir jalan. aku kira kalau tempatnya berada dipinggir jalan nanti akan dibubarkan satpol PP. Tapi ternyata tidak, bukan dipinggir jalan karena dapat tanah untuk membangunnya di sana, di dalam komplek.


Beraku | 20 Aku berjalan penuh kebimbangan. Karena sudah lama dia menunggu disana. Perempuan kalau disuruh menunggu akan marah. Karena memang perempuan tidak suka menunggu. Perempuan menginginkan lelaki yang cepat untuk melakukan sesuatu, cepat mendapat uang, cepat kaya, cepat datang kalau dipanggil, cepat mau kalau disuruh, dll. Kecuali cepat ketika berhubungan, baru itu perempuan tidak suka. Akhirnya aku sampai di depan gedung BAPUSIPDA. Aku tidak langsung masuk ke dalam gedung. duduk di tempat parkiran supaya aku mengetahui keadaan. Supaya bisa lebih mengenal medan. Hanya sepuluh menit aku berada diluar, tapi agar membuat sheilla tenang, aku sudah memberi kabar bahwa aku sudah sampai di depan gedung. Alhamdulilah, dia tenang dan senang aku sudah sampai. Kemudian memberi tahu tempatnya duduk yang berada di lantai dua. Dia menyayangiku, supaya tidak kesasar di gedung itu. Aku pun masuk untuk menghindari dia menungguku. Masuk menuju lantai dua dengan menggunakan tangga berjalan. Keren, tangganya berjalan akunya diam. Ah, tidak olahragawi, padahal menaiki tangga kita bisa sehat. Sesampainya di lantai dua aku melihat perpustakaan dengan tulisan di atasnya "RUANG BACA UNTUK DEWASA". Aku penasaran ada apa di dalamnya, apakah ada majalah dewasa? Artikel-artikel dewasa? Ah sepertinya nanti aku harus masuk dan membaca di sana, tapi sekarang harus menuju Sheilla terlebih dahulu, itu lebih penting. Sheilla sedang duduk di atas sofa berwarna hijau. Aku hampiri dia dan memberinya salam. Sheilla kemudian tersenyum dan kembali fokus kepada laptopnya. Mungkin dia marah karena menungguku, sehingga aku dibiarkannya. Aku pun duduk dan membuka laptop. Kami berdua, tapi saling diam dan berfokus kepada laptop masing-masing. Tapi aku yakin kali ini dia


Beraku | 21 sudah tidak marah, karena memberikan carger laptopnya untuk menghidupi laptopku yang batrainya sudah jelek. Oh indahnya berbagi carger, bisa meredakan suasana marah. Satu jam sudah berlalu, kemudian dia menutup laptopnya. Dia memandangiku yang sedang main laptop. Kalau dia tidak memandangiku berarti aku tidak kelihatan. Tapi aku yakin aku terlihat olehnya. kemudian aku pun menutup laptop untuk bisa sama dengan dirinya. Supaya bisa berbincang-bincang dan tidak saling diam. Kalian tahu apa yang kami perbincangkan? Lebih baik aku rahasiakan, karena itu urusan keluarga. jadi aku lewati bagian dimana kami berbicara masalah keluarga. Dia kaget ketika melihatku membawa tas. Wajar saja kaget, karena dia sudah tahu kalau masuk ke tempat tersebut tidak boleh membawa tas. Aku jadi ikutan kaget, ini mah supaya bisa menemaninya kaget saja. Tidak ada security yang menghentikan atau memarahiku karena membawa tas. Mungkin mereka malu kalau marah. Karena security di adakan untuk menajaga kemanan bukan untuk kemarahan. setelah sheilla kaget, dia menakutiku kalau aku akan dimarahi oleh security pas pulang nanti. Tapi aku tidak takut, karena aku yakin security itu untuk keamanan bukan kemarahan. Sheilla juga memberti tahuku kalau dia kesini tidak sendiri. Dia ditemani oleh tiga temannya. Maka kami pun menunggu tiga temannya keluar dari ruang baca dewasa. Aku mau su'udzon, habis baca apa mereka dari ruang baca dewasa. Tapi tidak jadi su'udzonnya, karena mereka sudah dewasa. Aku bisa melihat dari wajah mereka yang keibuan. Mereka keluar dari ruang baca dan duduk ditempat yang berbeda dengan kami. Mungkin karena mereka malu ada aku disana, malu karena ketahuan keluar dari ruang baca dewasa.


Beraku | 22 Aku dan sheilla pun pergi ke tempat mereka duduk untuk mengajak pulang. Tapi sebelum pulang kami berbincang-bincang dulu sebentar, berkenalan jurusan masing-masing. Tapi tidak menyebutkan nama masing-masing. Mungkin supaya terlihat misterius dan rahasia. Namun akhirnya aku tahu, tiga temannya itu bernama, Irma, Eva, dan yang satu lagi aku lupa. Kami berempat pulang, dan untuk bisa pulang kami harus keluar dari gedung tersebut. Saat menuju jalan keluar aku teringat dengan perkataan Sheilla, kalau security itu akan marah karena aku membawa tas ke atas. Untuk membuktikan hal tersebut aku keluar mendekati security. Anehnya mereka tidak marah. Tuh kan, aku yakin mereka tidak akan marah. Ah Sheilla terlalu paranoid. Kami pulang menelusuri jalan untuk bisa sampai ke tempat angkot. Aku beritahu pasword agar angkot bisa berhenti, kamu tinggal acungkan telunjukmu ke arah angkot. Maka angkot tersebut akan berhenti. Kamu tahu apa sebabnya? Itu karena sudah menjadi kesepekatan anatara penumpang dan pemngemudi juga. Seperti halnya menyebut "kiri" jika ingin turun. Kami menaiki angkot hijau jurusan Cicadasi-Cibiru. Aku sebenarnya takut, karena pada waktu itu hanya aku penumpang laki-laki satu-satunya yang berada di angkot. Aku takut dipekosa di sana. Syukurlah, tidak lama kemudian ada penumpang lelaki juga yang naik. Jadi aku aman dari yang aku takutkan. Angkot malaju normal, tidak terlalu cepat dan juga tidak terlalu pelan. Karena itu sore hari yang harus dinikmati oleh banyaknya kendaraan yang hampir melebihi kapasitas jalan. Di Cibiru kami pun turun. Seperti biasa aku tinggal menyebutkan password "kiri", dan angkot pun berhenti. Kami berjalan menuju kosan. Tepatnya aku mengantar mereka dan Sheilla ke kosannya. Karena aku takut mereka tidak sampai kosan dengan nyaman. Namun Irma, ingin pergi dulu ke ATM untuk


Beraku | 23 mengambil uang. Aku, Sheilla, dan Eva menunggu di ATM. Oh iya lupa aku ceritakan, kawannya sheilla yang aku lupa lagi namanya itu sudah pulang duluan di jemput oleh pacarnya menggunakan motor, kepergiannya diiringi oleh ucapan kami, "adeuuuhh,, adeuuuuh..adeuuuuhh." Itu juga kode, supaya mereka terlihat sebagai seorang kekasih. Setelah Irma selesai mengambil uang, kami pergi ke tujuan awal kami, yaitu menuju kosan. Tapi Irma tergoda untuk masuk tempat herbal life, namanya Cibiru klub. Ternyata disana itu tempat berjualan minuman herbal bernutrisi tinggi sesuai kebutuhan tubuh yang dapat menyehatkan. Mereka mau di cek, dan itu gratis. Kami pun masuk kesana dan memeriksa keadaan kami. Karena alatnya belum datang, maka kami pun tidak bisa diperiksa dan dipersilahkan menunggu. Agar menunggunya nyaman, Teteh yang bekerja di klub tersebut memberi kami teh herbal. Katanya itu untuk menambah stamina. Aku minum dan habiskan teh tersebut. Benar saja staminaku bertambah, aku bisa mengangkat kursi yang terbuat dari plastik yang sedang aku duduki. Rasanya ingin mencoba mengangkat Sheilla untuk membuktikan khasiat teh tersebut. Tapi malu, nanti disangkanya pamer. Mentang-mentang punya yang bagus, sampe diangkat-angkat. Akhirnya alat yang kami tunggu-tunggu pun datang. Dan segera kami diperiksa. Aku tidak akan menjelaskan secara detail bagaimana hasilnya, karena itu sensitif bagi wanita. Yang jelas mereka terlalu keberatan, sedangkan aku terlalu keringanan. Tapi aku senang umur organku lebih muda 10 tahun dari umurku. Terlihat awet muda. Tapi ternyata setelah dijelaskan itu tidak baik juga. Tapi tidak apa-apa. Aku berpikir positif saja. Setelah kami dianalisis oleh ibu pemilik herbal life, yang ternyata dosen ditempat kami kuliah, kami jadi tahu apa yang tubuh kami butuhkan. Panjang


Beraku | 24 lebar ibu terbut menjelaskan kepada kami, sehingga tidak terasa magrib pun tiba. Kami harus berpamitan, karena kami tidak mau menginap disana. Dalam perjalanan pulang Irma dan Eva mampir di tempat makan. Sedangkan aku dan sheilla mampir di tempat jus. Sheilla mentraktirku minum jus. Tadinya mau aku yang bayar. Tapi Sheilla menghalangi niat baikku. Mungkin dia tidak mau kalau aku menyimpan jasa dengan mentraktirnya jus. Sehingga dia nanti tidak bebas terhadapku. Kalian sudah tau kan, hutang yang tidak bisa dibayar itu hutang jasa. Nah sheilla tidak mau seperti itu. Padahal aku mau membayarkan jusnya bukan karena dia ingin punya hutang jasa tethadapku. Tapi supaya si penjual jus tidak marah karena jusnya tidak dibayar. Ya sudah tidak apa-apa biar Sheilla yang bayar. Mungkin dia senang membayar. Setelah semua selesai, kami pun pulang menuju kosan. Aku mengantar mereka bertiga ke kosan yang sama. Karena mereka satu kosan. Jadi aku tidak bisa mengantarnya ke tempat kos yang berbeda. Setelah aku antar mereka, aku pun pulang menuju ke kosan. Sayang kosan kita berbeda, kalau saja sama tidak perlu repot untuk berjalan kembali melewati kampus dan meloncati benteng kampus untuk menuju kosan saudaraku. Akhirnya aku sampai dan aku lapar. Maka aku makan di si teteh lagi, dengan menu yang sama sepertti tadi siang. Karena menu yang disajikan cukup konsisten dan tidak pernah berubah-rubah. Terimakasih Sheilla, terimakasih Irma, terimakasih Eva, dan terimakaih satu lagi temannya yang aku lupa namanya. Apapun itu semoga kesenangan milkik kita. Mari kita makan dan menikmati hidangan seadanya. Bandung, 07 Mei 2014 Dikamar Kosan Bukbis


Beraku | 25 Bersama Salma Diluar kosan hujan gerimis. Alhamdulilah di dalam tidak ikut hujan, karena kosannya pake atap. Entah lah kalau dikosan tidak ada atap, mungkin tidak bisa dipakai tempat berteduh. Aku didalam kosan yang teduh dari hujan sedang berbaring. Melihat adam yang sedang membuat power point untuk sidang proposal penelitian dan Nazmi yang sedang menonton film jepang. Kenapa aku berbaring sambil melihat mereka? Karena badan mereka pada besar, jadi mau tidak mau akan terlihat. Coba kalau mereka sebesar kuman,mungkin saat berbaring aku tidak akan melihat keberadaan mereka. Hujan masih terus turun, itu sudah terjadi sangat lama. Iya, dari Sejak zaman dahulu kala hujan masih turun sampai sekang, tidak pernah naik, pasti selalu turun. Bersama hujan yang turun ini, aku jadi teringat kejadian siang bersama Salma. Dia adalah wanita, meskipun sbnrnya aku belum membuktikan secara


Beraku | 26 detil bahwa dia seorang wanita. Tapi karena dia memakai kerudung dan rok, bagiku sudah yakin dia seorang wanita. Kumis dan janggutnya pun tidak ada. Maka Aku yakin dia seorang wanita. Salma itu kata orang keren. Karena dia wanita yang jago bermain gitar. Sangat jarang wanita berkrudung bisa memainkan gitar. Nah dia mah bisa. Entah kenapa? Mungkin dia senang dengan gitar. Sampai-sampai dia menganggap gitar itu sebagai pacarnya, sering diajak tidur bareng, dan sering dibawa kemana-mana. Maka jangan aneh kalau orang lain kuliah bawa buku, dia malah bawa gitar. Meskipun bukan di jurusan musik. Mulai saat itu, entah kenapa aku ingin menyamar jadi gitarnya, jadi bisa dibawa kemana-mana, diajak tidur bareng, dan dijadikan pacarnya. Nanti gitanya biar menyamar jadi aku saja. Bertukar posisi dulu. Salma ini punya grup musik yang isinya perempuan semua. Ada Uci yang jadi vokalis, Rahma yang memainkan violin, dan Salma sendiri yang bermain guitar. Aku pernah menawarkan diri kepada Salma, jika membutuhkan pemain 'kecrek' aku siap. Tapi katanya tidak butuh. Ya sudah tidak jadi. Mereka perempuanperempuan keren, daripada memainkan hati pria lebih baik memainkan alat musik. Sayang aku hanya bisa memainkan kecrek. Ya sudah daripada tidak memainkan apapun, memainkan hati wanita pun. Jadi. Kata orang badan Salma gendut, tapi menurutku tidak. Itu bukan gendut, tapi tulangnya besar, jadi terlihat gemuk. Dari dulu tulang Salma memang sudah besar, itu Bukan karena jasa mak Erot, tapi dari lahir sudah begitu. Dia juga senang memakai pewarna kuku berwarna hitam, katanya biar keliatan gothic. Tapi aneh, ketika aku suruh dia untuk goyang itik malah marah. Masa ghotic ga bisa goyang itik.


Beraku | 27 Tadi siang aku bersama dia duduk bersama, berbincang tentang hal yang menurut orang lain tidak begitu penting. Tapi menurut kami itu penting. Sambil makan lontong kari dan segelas es kelapa dia tertawa mendengar ceritaku. Sudah aku bilang dia memang keren. Dia multi talenta, bisa melakukan apapun. Bayangkan saja sambil makan dia bisa sambil tertawa. Mengerjakannya dalam satu waktu. Keren kan? Kami berdua berada di kafetaria kampus. Disana banyak orang. Banyak mahasiswa dan mahasiswi yang sedang jajan juga. Tapi maaf, aku tidak memperhatikan mereka. Karena sibuk memperhatikan cerita masa remaja Salma yang senang manjat pohon. Entah kenapa ketika mendengar cerita itu, aku menjadi yakin bahwa teori evolusi Darwin memang benar, bahwa manusia itu dulunya kera. Tapi tidak lama aku jadi ragu lagi kepada Darwin setelah berpikir tentang aku sendiri. Mungkin teori Darwin itu khusus bagi Salma. Dia juga bercerita tentang keinginannya membeli gitar baru. Tapi dia tidak punya cukup uang dan sedang mengumpulkannya. Tadinya aku mau kasih dia uang, tapi aku takut dia tersinggung kalau aku kasih uang. Nanti dia merasa seperti pengemis. Jadi aku suruh dia untuk bekerja. Dia ingin pekerjaan yang mudah tapi menghasilkan banyak uang. Ya sudah aku suruh untuk budidaya tuyul. Eh dia malah ketawa. Padahal tuyulnya ini mah organik. Tuyul organik itu tidak harus mencukur halis untuk melihatnya. Jadi tidak harus repot-repot mengorbankan halisnya. Tiba-tiba aku berpikir tentang perempuan zaman sekarang yang suka mencukur alisnya. Mungkin mereka punya tuyul. Nah, agar orang lain tidak curiga, alisnya digambar dengan menggunakan make up. Tapi aku tidak mau menuduh, jadi tidak usah aku katakan kepada mereka.


Beraku | 28 Tiba-tiba waktu harus cepat berlalu. Aku dan Salma pun harus menyudahi pertemuan kami. Aku menghampiri si bapak tukang es kelapa untuk membayar makanan hasil karyanya. Aku kasih dia uang seratus ribu, dia malah tanya, "ga ada uang kecil A?". Aku tidak bawa uang kecil. Aku pergi ke tukang lontong Kari, untuk membayar, eh si bapak tukang lontong juga malah nanya, "ga ada uang kecil A?". Aneh ah mereka itu, dikasih uang yang gede malah minta yang kecil. Atau jangan-jangan mereka itu baik. Tidak mau merepotkan pembeli. Ah ya sudah, akhirnya Salma yang membayar. Karena dia mempunyai uang yang kecil, padahal badannya besar. Sedangkan aku hanya punya uang yang besar, padahal badanku kecil. Akhirnya aku mengantarkan Salma ke depan Kampus untuk pulang naik angkot. Aku tidak tega jika harus menyuruhnya berjalan pulang. Rumahnya jauh di Padalarang. biasanya dia suka bawa motor ke kampus, tapi aku larang bawa motor ke kampus. Itu kan berat. Sudah bawa gitar saja cukup, jangan ditambah bawa motor, nanti malah repot. Aku harus mengakhiri mengingat Salma siang tadi, karena sudah malam. aku harus melihat Adam dan Nazmi yang malah menjadi bermain game PES. Hujan di luar sana pun sudah reda. Aku lihat jalanan diluar masih basah memantulkan cahaya lampu luar kosan yang tampak indah. Aku pun lapar dan harus tidur untuk menahannya. Senangnya mengingat Salma siang tadi. Maaf Kartini aku tidak mengingatmu. Jangan iri sama Salma karena aku lebih ingat dia. Bandung, 21 April 2014 Kamar Kosan Bukbis


Beraku | 29 Makan di Korea Ini sabtu siang aku bersama Tami pergi ke Korea. Kalian tahu Tami? Tami adalah kawanku dari luar kota, yaitu kabupaten. Dia adalah seorang wanita, aku tahu dia seorang wanita karena dia tidak memakai celana, tapi memakai rok. Selain itu, dia memakai kerudung. Bajunya berwarna kuning yang tidak konsisten, karena cenderung berwarna krem. Celana dan kerudungnya berwarna hitam. Dalaman bajunya juga berwarna hitam, aku tahu karena itu cuma tebakan yang bisa jadi salah. Memakai jam tangan yang ada kumisnya. Memakai lipstik berwarna merah redup seperti lampu lima watt. Memakai lensa mata, mungkin lensanya jenis Tele, jadi supaya bisa melihat benda jauh. Tapi itu kawanku Tami yang mengajakku untuk menemaninya pergi ke Korea. Aku harus mau, karena kalau membantahnya nanti aku menjadi teman yang durhaka. Bisa-bisa Tami mengutukku menjadi batu, terus nanti kalau aku jadi


Beraku | 30 batu dia akan menjualnya di pinggir jalan, terus nanti dia gosok-gosok aku yang menjadi batu di hadapan orang. Ah tidak Tami, lebih baik aku menemanimu, dari pada harus menjadi batu yang kau jual. Aku manusia yang tidak bisa dibeli, jangan manfaatkan aku sebagai kepentinganmu. Maka dari itu aku menemaninya. Kalian tahu kenapa Tami mengajakku ke Korea? Itu karena kami berdua hanya ingin makan. Biasa lah, Tami kalau makan maunya di Korea. Kaya sekali dia, atau mungkin sudah bosan dengan makanan yang ada di indonesia, sehingga harus pergi ke sana. Ah entahlah, aku juga tidak tahu. Kenapa Korea sungguh berarti baginya? Mungkin Tami sudah merasa bagian dari Korea, atau mungkin suka dengan suasananya. Sesampainya kami di tempat makan yang aku lupa lagi nama tempatnya, kami di sambut oleh seorang pelayan sambil mengucapkan bahasa Korea. Kemudian Tami menerjemahkannya padaku, bahwa yang diucapkan oleh pelayan tadi adalah "selamat datang". Aku seperti turis saja, sedangkan Tami yang jadi guidenya. Tami bisa berbagai bahasa. Sebenarnya aku juga bisa berbagai bahasa, bahasa indonesia, bahasa sunda, bahasa tubuh, bahasa hati, dan bahasa-bahasi, tapi untuk bahasa korea aku belum bisa, maklum malamnya gak belajar. Terimakasih Tami sudah menerjemahkan, nanti main ke rumahku, ada kucing yang tidak aku mengerti bahasanya, mungkin kau bisa menerjemahkannya supaya kami bisa berkomunikasi dan akrab. Kami pun duduk di meja paling pojok dekat jendala. Di luar tampak jalan banyak mobilnya, mungkin lalulintas sedang padat, maklumlah hari sabtu. Cuacanya pun sedang mendung, maklum juga sedang musimnya. Pelayan lelaki mendatangi kami sambil membalikan tablet. Tablet itu tidak bisa dimakan atau mengobati, karena yang aku maksud bukan obat tablet. Tetapi itu barang


Beraku | 31 elektronik yang orang pakai untuk menjadi khusyu menikmati kesendiriannya. Tablet itu adalah yang menjadi buku menunya. Keren, di korea buku menu pakai tablet segala. Di tablet tersebut tertera menu pilhan makanan, minuman, menu untuk request lagu, menu untuk berfoto. Canggih sekali korea, di Indonesia masih menggunakan kertas. Tapi aku lebih suka buku menu di Indonesia, tidak harus di charge dan juga tidak perlu listrik. Tami memilih duduk di sofa panjang, sedangkan aku duduk di depannya. Aku tidak mau disisinya, takut diapa-apakan sama dia. Maklumlah, aku tidak nyaman jika dia pegang-pegang, karena bukan muhrim, meskipun sebenarnya ingin. Tapi jangan, ini demi menjaga kita sebagai manusia yang suka khilaf. Kemudian Tami membuka menu makanan di tablet tersebut, "Upe, kamu mau makan apa?" Katanya sambil menggeser-geser menu. "Ah yang penting ada Nasinya, Tam" jawabku. "Ini mau?" Sambil menunjukan menu bergambar semangkuk nasi yang diatasnya ada telor ceplok, wortel, bayam, bawang bombai dan daging cincang. "Pedes ga?" Tanyaku lagi. "Engga". Jawab Tami. "Oh iya, udah apa ajalah. Yang penting ga pedes sama ada nasinya. Kalau udah di perut mah sama, keluarnya pun sama" kataku. Setelah mendengar itu Tami memandangku dengan tatapan jijik. Padahal seharusnya yang jijik bukan akunya, tapi hampasnya. Mungkin dia jadi membayangkan aku yang sedang.


Beraku | 32 "Minumnya apa, Pe?" Tanya dia kembali. "Air aja, Tam, minumnya" jawabku. "Iya air apa? Tuh ini lihat" katanya sambil menunjukan gambar berbagai jenis minuman yang tertera dilayar tablet. Kemudian aku melihat pisang coklat susu yang dijadikan minuman. Aku tertarik. Tapi tidak jadi, meskipun Tami sudah mengatakan kalau itu enak, ada pisangnya. Tapi aku takut setelah makan pisang berubah menjadi monyet. Nanti Tami membenarkan teori Darwin. Padahal itu cuma ketakutanku saja. Tami memang suka pisang, dia mengaku bukan hanya penyuka pisang, tapi juga mempromosikan orang-orang untuk makan pisang. Aku lebih senang menyebutnya SPG pisang. Tapi anehnya Tami malah memilih minuman yang memaki jeruk lemon. Ah SPG pisang tidak konsisten, katanya suka pisang, tapi malah minuman berbumbu jeruk, jadi saja aku memesan minuman yang sama karena bingung. Akhirnya aku tidak lagi dibingungkan dengan pilihan menu makanan, karena sudah dipesan melalui tablet, dan langsung masuk ke tablet di kasir sana untuk segera dihidangkan. Tidak menunggu lama pelayan datang membawa pesanan. Menyimpan dua mangkok besar nasi, dan dua minuman. Ah ini aku, yang ditawari Tami mau pake sendok atau sumpit. Tapi dia langsung mengambilkan aku sendok. Aku minta sumpit, tidak mau sendok. Di indonesia juga sering makan pake sendok mah, ini waktunya pake sumpit, biar makannya penuh perjuangan, karena susah. Kalian tahu, ternyata makanan itu panas, mungkin sedang sakit. Kalian tahu juga, ternyata minumannya itu dingin, mungkin minuman yang kemarin. Tapi tetap kami nikmati sambil mengobrol.


Beraku | 33 Kami mengobrol masalah apapun yang bisa dibicarakan. Obrolan tentang pernikahan pun kami bicarakan. Karena Tami sebentar lagi akan menikah. Tami dan calon suaminya sudah lama pacaran, sudah 5 tahun lamanya. Waktu yang cukup lama untuk mengganti status. Di facebook saja tiap jam bisa mengganti status, masa pacaran selama 5 tahun tidak bisa mengganti status sih. Hebat Tami bisa berpacaran begitu lama, mungkin memakai pengawet. Tapi obrolan mengenai pernikahan tidak begitu lama, karena aku suka jadi ingin juga. Kalian tahulah aku tidak mau membicarakan bagaimana bulan madunya, karena Tami pun sudah tahu harus seperti apa. Itu bukan hal yang harus dibicarakan dengan sembarang orang, karena itu adalah sesuatu yang harus dipraktekan dengan orang yang bukan sembarang. Tami juga berbicara mengenai sekolahnya dulu yang dirinya banyak ditembak oleh guru-gurunya. Tami tidak mati meskipun sudah ditembak, bukan karena sakti, tapi karena ditembak menggunakan kata-kata sebagai permintaan untuk menjadi kekasih mereka. Tami tidak mau, dan menolak para gurunya, karena Tami ke sekolah untuk belajar bukan menjadi pacar gurunya. Aku pikir gurunya salah strategi, seharusnya jangan meminta-minta, apalagi minta cinta, tapi memberi. Bukan memberi barang atau uang, berilah kenyamanan untuknya saat bersama dia, sehingga dia akan mencari untuk suatu saat yang belum bisa dipastikan. Kalian tahu kenapa Tami menceritakan semua itu padaku? itu karena dia aku paksa untuk bercerita. Karena kalau tidak, kita tidak ada topik untuk dibicarakan, dan berakhir dengan kesunyian. Tami juga bercerita mengenai dirinya yang suka pulang larut malam. Kenapa tiba-tiba saat itu aku jadi tidak suka dia pulang larut malam ya? Oh itu karena aku takut dia disangka kunti, perempuan yang suka berkeliaran di malam hari. Atau aku tidak ingin dia dianggap rondawati yang bertugas berkeliaran di malam hari menjaga rumah


Beraku | 34 sambil memukul-mukul tiang listrik. Kasian, tiang listrik itu tidak bersalah, malah dipukul-pukul. Kalian tahu, Tami juga bercerita dirinya yang tidak suka rokok. Kenapa tibatiba aku jadi ingin merokok ya? Oh mungkin biar dia tahu bahwa barang yang tidak disukainya aku bakar, supaya musnah menjadi abu. Sebenarnya aku juga mau cerita yang sama ke Tami, kalau aku tidak suka rokok, aku lebih suka lawan jenis. Tapi aku tidak ceritakan, nanti dia merasa tersinggung dan dianggap melawan. Ya, Inilah kami sekarang yang sudah selesai menghabiskan makanan masingmasing. Kemudian dilanjutkan dengan Tami yang menawariku makan pisang yang dibekalnya dari kosan. Aku jawab tidak mau pisang, karena laki-laki sudah punya. Tami kecewa, karena pisang pemberiannya aku tolak. Maaf Tami, harap kau mengerti. Mungkin lain kali, karena sekarang sudah kenyang. Aku pun mengajaknya pulang karena itu sudah sore. Tami segera pergi ke kasir dan membayar makanan. Aku melarangnya biar aku saja yang bayar, tapi dia cekatan dan langsung mengeluarkan uang. Tami kau harus tahu, aku bukan lelaki bayaran, yang bisa seenaknya saja kau bayar. Tapi sudah tanggung Tami yang bayar, dan uangku senang, tidak jadi di DO olehku dari dompet. katanya, “nanti saja kalau pergi lagi, kamu yang bayar”. Yess, akhirnya nanti aku balas, biar tau rasanya jadi perempuan bayaran. Kami keluar dari tempat makan, pelayan mengantar kami keluar. Kemudian aku jadi ingin bersikap ramah, dan berbicara bahasa Korea kepadanya, "sarang heo (aku tidak tahu bagaimana menulisnya)" pelayan itu pun tertawa. Kemudian di susul oleh Tami yang ikut tertawa juga. "Upe, itu artinya cinta" kata Tami sambil tertawa. Aku kira itu artinya terimakasih. Ah biarin.


Beraku | 35 Tami dan aku pulang naik angkot dari korea. Angkot jurusan CibaduyutKarangsetra. Kalian jangan kaget kenapa di Korea ada angkot, itu bukan Korea sesungguhnya. Itu rumah makan Korea yang ada di salah satu Mall Bandung. Bukan Korea asal film Full House, tapi korea yang hadir di Indonesia dengan makanannya. Korea hebat, sudah mengutus rumah makannya ke Indonesia, mungkin yang lainnya akan menyusul. Sehingga indonesia menjadi Korea. Tidak usah aku ceritakan bagaimana kami di angkot dalam perjalanan pulang. Karena nanti aku capek nulisnya. Sudah sampai sini saja aku ceritakan tentang Tami dan aku di Korea. Semoga indonesia juga mengutus makanannya kesana. Sehingga Korea juga bisa tahu kalau Indonesia ada dan memiliki banyak makanan yang lezat. Bandung, 7 Maret 2015 Sehabis pulang dari Korea


Beraku | 36 Lupa dan Menghilang Siang itu terang dan dalam kondisi sebagaimana semestinya yang panas. Ada aku yang sedang duduk memakai baju, juga celana, sepatu, membawa tas, dan memegang sebotol air mineral. Sedangkan di sana banyak lewat mahasiswamahasiswi yang baru pulang kuliah. Setiap mereka lewat di depanku, mereka melihatku dengan wajah yang penuh iba. Mungkin mereka pikir aku gila, karena selalu ngomong sendiri. Mereka mah tidak tahu, ngomong sendiri itu bukan gila, tapi jentel, masa harus diwakilin sih kalau ngomong. Ya harus sendiri atuh ngomong mah. Masa aku harus minta tolong sama orang yang lewat untuk ngomong “panas” karena sedang panas cuacanya. Sendiri aja lah ngomongnya, kan mandiri. Diantara yang lewat itu salah satunya ada yang aku kenali, Kalian tau mengapa aku kenal? Karena aku tahu mereka adalah orang Thailand yang dulu pernah aku main ke sekretariat perkumpulannya, untuk mewawancarai mereka


Beraku | 37 dengan menggunakan bahasa indonesia. Tadinya mau pakai bahasa inggris, tapi aku terikat sumpah pemuda, “Bahasa kita satu, bahasa indonesia”. Jadi mereka terpaksa mencoba memahamiku yang terikat sumpah pemuda yang berbicara menggunakan bahasa indonesia. Alhamdulilah, mereka juga bisa mengerti, setelah aku mengatakan ada subtitle di bawah. Kalau subtitlenya jelek, aku suruh download lagi yang hasil terjemahan Penakatsuki atau lebahganteng, biasanya lebih bagus. Tapi itu tidak penting, karena mereka sudah mengerti tanpa melihat subtitle. Mereka pengertian sekali. Oh iya, kalian harus memahami kenapa aku duduk sendiri di pinggir jalan sambil panas-panasan. Sebenarnya aku sedang menjemput kawanku di kosannya yang tepat berada disebrang tempat aku duduk. Aku harus menjemputnya bukan karena biar romantis, tetapi lebih karena dia tidak tahu dimana letak kafetaria kampus meskipun sebentar lagi dia akan lulus di kampus yang ada kafetarianya itu. Mengenaskan sekali sudah 4 tahun kuliah disana, tidak tahu letak kafetarianya. Kayanya ga suka jajan di kampus, jadi gak tahu. atau Cuma alasan supaya bisa aku jemput. Ah entah lah, tapi yang jelas aku mengerti kalau kami langsung bertemu di kafetaria kampus maka akan timbul dua kemungkinan, dia yang menunggu aku, atau aku yang menunggu dia di kafetaria yang banyak orang itu. Dan dia tidak suka keramaian, apalagi jika sambil menunggu. Makanya dia ingin datang bersama-sama ke kafetaria. Nama kawanku itu Noorshi, katanya sih wanita. Meskipun sebenarnya aku belum yakin dia wanita, harus di cek dulu. Tapi aku takut, takut disangka kepo karena ingin tahu lebih dalamannya. Ya sudah, aku coba percaya kalau dia wanita. Noorshi aku temui untuk digunakan menjadi narasumber dalam tulisanku. Makanya harus bertemu, tidak bisa tidak. Noorshi yang tidak suka keramaian itu dulu pernah aku suruh diam di wc, biar dia tahu kalau di dalam wc dia akan sendirian. Tapi dia bilang aku aneh. Justru dia yang aneh, katanya


Beraku | 38 tidak suka keramaian, disuruh diam di wc tidak mau, padahal wc kan tempat menyendiri. Gak ada yang ke WC banyakan, pasti sendirian. Kalau ada WC yang banyak orang, itu namanya WC umum, WC yang bisa dipakai banyakan. Aku masih menunggu bersama panas selama 45 menit. Kemudian setelah itu aku lihat dia keluar dari kosannya membuka pagar yang ada gemboknya. Dia keluar memakai baju, memakai rok, memakai kerudung, membawa tas. Ah, renacanaku gagal untuk memastikan dia seorang wanita. Aku kira dia keluar tidak akan memakai baju, sehingga aku bisa tau kebenarannya. Tapi tidak apaapa, lain kali akan aku selidiki. Dia keluar kemudian pergi tidak menghampiriku yang sudah menunggu 45 menit bersama panas. Asalnya ku mau terkejut karena dia tidak melihatku, tapi tidak jadi. Karena aku tahu aku tidak bisa menghilang, dia hanya tidak melihatku duduk. Aku ikuti dia dari belakang. Sengaja tidak aku panggil dia, supaya dia tidak tahu sebenarnya aku ada dibelakangnya yang mengendap-ngendap seperti seorang agen rahasia. Kamu harus tau rencanaku waktu itu yang akan datang tiba-tiba dari belakang dan mengambil tasnya kemudian lari. Aku yakin dia akan kaget dan berteriak maling, kemudian aku dikutuk olehnya menjadi batu karena menjadi maling, seperti maling kundang. Tapi tanpa disangka-sangka dia mengetahui keberadaanku. Ah, gagal. Sekarang giliran dia yang terkejut karena tidak melihatku dari tadi. Dia malah bertanya-tanya darimana tadi aku. Mau bilang mengemis, pasti dia tidak akan percaya. Mau bilang baru ketemu Power Ranggers, juga dia tidak akan percaya. Ya sudah aku bilang padanya, kalau aku mempunyai ilmu menghilang, eh dia malah percaya. Dia adalah satu-satunya orang yang mempercayaiku bisa tidak kelihatan. Mungkin baginya aku adalah kawan kepercayaan, sehingga apapun yang aku katakan dia percaya. Dia senang ketika menemukanku, dan


Beraku | 39 mendapatiku ada dibelakangnya. Matanya berbinar-binar ketika melhat keberadaanku, seperti menemukan apa yang dicarinya selama ini, karena memang sudah janji untuk bertemu. Akhirnya kami berjalan berdampingan, dia disisiku, aku disisinya, berjalan menuju kafetaria kampus yang penuh orang. Saat kami masuk pintu kafetaria, semua orang menatap kami. Ah, mungkin itu Cuma perasaanku, tapi dengan segera aku memeriksa resleting celanaku, takut terbuka dan menarik perhatian orang. Tapi masa yang melihat ke arah kami Cuma laki-laki? Masa iya sih, lakilaki ingin melihat resletingku yang terbuka. Mereka juga kan punya, tinggal cek saja sendiri. Ternyata aku GR, mereka bukan melihat ke arahku, tapi ke arah Noorshi. Mungkin bagi mereka Noorshi cantik, tapi bagiku Noorshi belum jelas, apakah cantik atau tampan. Seperti yang tadi aku bilang, belum aku pastikan kebenarannya, apakah Noorshi pria atau wanita. Kami berjalan menuju lantai dua. Saat dekat tangga ada si Ibu yang berjualan makanan. Namanya aku tidak tahu, lupa belum kenalan. Si Ibu itu menawari kami makan. Alangkah baik dan perhatian sekali si Ibu, sudah rela menawari kami makan. Katanya ada jengkol. Kemudian aku katakan pada si Ibu, “Ibu, ini kawanku suka jengkol” sambil menunjuk ke arah Noorshi. Tiba-tiba orangorang yang sedang duduk dan jajan di depan kami malah tertawa. Kenapa mereka tertawa, padahal aku hanya menunjuk Noorshi untuk diberi jengkol oleh si ibu itu. Aku hiraukan mereka, karena aku tidak mau tertawa tapi mau jajan di lantai atas. Saat melewati mereka yang tertawa, kalian tau apa yang terjadi? Tidak tau kan? Harus tidak tau, supaya aku ceritakan. Mereka yang tertawa memanggilmanggil nama Noorshi, seperti yang menggoda. Kalian tau apa yang dilakukan Noorshi saat dipanggil mereka? tidak tau kan? Harus tidak tau, supaya aku


Beraku | 40 ceritakan. Noorshi memperlambat jalannya dan melihat ke arah mereka. Kemudian Noorshi diam melihat mereka. Kalian tau apa yang aku rasakan? Tidak tau kan? Harus tidak tau, supaya aku ceritakan apa yang aku rasakan. Aku tidak suka ketika wanita yang bersamaku dipanggil orang yang tidak dikenalnya malah diam menatap, seolah-olah senang dipanggil-panggil. Aku tidak mau Noorshi seperti wanita panggilan, yang dipanggil-panggil lantas datang menunggu tindakan selanjutnya. Kalian tau apa yang Noorshi tanyakan padaku? Tidak tau kan? Iya akan aku ceritakan, Noorshi malah bertanya, “siapa, kenal gak?” Mungkin Noorshi lupa, kalau yang dipanggil kan dia, bukan aku. Kenapa masih tanya aku kenal atau tidak? Untuk menentramkan hatinya, aku jawab saja kalau mereka temanku. Dan benar saja, ternyata salah satu dari mereka adalah temanku, dan aku baru tau salah satunya temanku justru setelahnya, ketika keluar dari kantin. Pada waktu mereka memanggil Noorshi, aku tidak tau, karena tidak memperhatikan. Kalian tau bagaimana mereka tau nama Noorshi? Tidak tau kan? Aku juga tidak tau. Mungkin Noorshi terkenal. Setelah itu, kami langsung menuju tempat makan. Membeli apa saja yang dapat mengisi perut. Aku memesan Nasi dan ayam goreng serta segelas es kelapa, sedangkan Noorshi hanya memesan es kelapa saja. Katanya mau baso, tapi nanti makannya setelah aku beres makan. Biar apa ya? Biar bergantian saling menjaga. Ketika aku makan, dia yang jaga. Setelah itu dia yang makan, nanti aku yang jaga. Sangat aman sekali makan dengannya, sampai harus begitu caranya. Setelah selesai aku makan. Maksudnya bukan noorshi yang aku makan, tapi Nasi dan Ayam. Kami turun ke lantai bawah kafetaria. Ini demi menyenangkan perut Noorshi yang ingin makan baso. Sekarang giliran aku yang jaga, dia yang makan. Aku memperhatika sekitar, takut ada yang tiba-tiba menyerang kami. Aku mau pinjam pisau sama tukang baso, tapi tidak jadi, takut Noorshi nanti


Click to View FlipBook Version