The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Modul Relawan Penanggulangan Bencana disusun melalui pendekatan kompetensi dengan memperhatikan berbagai referensi pelatihan kebencanaan yang disesuaikan dengan peraturan yang berlaku dan kondisi di Indonesia

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by ruswan.bks, 2021-11-17 22:01:01

Modul Relawan Penanggulangan Bencana

Modul Relawan Penanggulangan Bencana disusun melalui pendekatan kompetensi dengan memperhatikan berbagai referensi pelatihan kebencanaan yang disesuaikan dengan peraturan yang berlaku dan kondisi di Indonesia

Keywords: Sistem Nasional PB,Karakteristik Bencana di Indonesia,Konsepsi Manajemen Bencana,Prinsip Dasar Manajemen Bencana,Membangun Karakter Kemanusiaan,Perencanaan PB,Peran Relawan Saat Tanggap Darurat,Peran Relawan Saat Pemulihan,Peran Relawan Dalam Aspek Logistik dalam PB,Komunikasi Radio,Navigasi,Pertolongan Pertama,Evakuasi,Pendampingan Psikososial

43. Stretcher/Litter : Tandu.
44. Triage: Pemilahan korban pada kejadian korban missal dengan memberi label berwarna

MERAH (gawat darurat, prioritas 1), KUNING (prioritas 2), HIJAU (prioritas 3), dan
HITAM (meninggal, prioritas 0).
45. Vulnus punctum : Luka tusuk.
46. Vulnus scissum: Luka sayat/iris.

D. Referensi

1. American Heart Association in collaboration with International Liaison Committee on
Resuscitation at the 2005 Consensus Conference: “Guideline 2005 for Cardiopulmonary
Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care”. Part 3 Overview of CPR-Circulation.
2005; 112: IV-12-IV-18.

2. American Red Cross: “First Aid and Safety Handbook”.1992.
3. Badan SAR Nasional,Departemen Perhubungan: “Medical First Responder Basic”. 2006.
4. Bergenon, J. David and Bizjak, Gloria: “Brady Instructor’s Manual First Responder”. 2001.
5. British Red Cross Society: “The basic guideto emergency aid for home, school,and work”.

British Red Cross New Ninth Edition Fully Revised. Copyright © 1993. Dorling Kindersley
Limited. Text copyright © 1993.
6. Handayani, Heri S.: “First Aid. Cara benar pertolongan pertama dan penanganan darurat”.
Diterjemahkan dari ”Handbook of First Aid and Emergency Care”. Zydlo, Stanlay M.; Hill,
James A.. The American Medical Association, Random House,New York. Edisi pertama,
September 2009.
7. International Maritime Organisation: “The Ship’s Captain Medical Guide”. 1992.
8. O’ Keefe,et al: “Brady Emergency Care”. 2005.
9. Stoy, Walt A.: “Mosby’s First Responder”. 2005.
10. U.S. Army Field Manual FM21_11: “First Aid for Soldier”. 27 October 1988.
11. U.S. Army Field Manual FM21_76: “Survival”. 5 June 1992.
12. U.S. Army Field Manual FM8_10_6: “Medical Evacuation in the Theatre of Operation,
Tactics, Techniques, and Procedures”. 31 October 1991.
13. Webb, Michael; Scott JP, Roy; Beale, Sir Peter: “Emergency First Aid”. First Published 1997.
Illustration copyright © 1997 by Dorling Kindersley Limited. Text copyright © 1997 by The St.
John Ambulance andBrigade.

Sub Modul 15
Evakuasi

A. UMUM
Bencana merupakan hal yang terjadi secara tidak

terduga, sehingga seringkali menyebabkan jatuhnya
korban dalam jumlah yang tidak sedikit. Untuk
menolong para korban bencana tersebut kegiatan yang
utama harus dilakukan adalah evakuasi. Kegiatan ini
harus dilakukan secepat dan sesegera mungkin agar
korban bencana tersebut dapat segera tertolong dan
menghindari banyaknya korban yang meninggal dunia.

Kemampuan evakuasi ini mutlak diperlukan oleh para relawan kebencanaan, sebab mereka
nanti akan berada di garis depan saat kegiatan evakuasi. Selain itu, dalam kaitannya dengan
kegiatan evakuasi, pertolongan pada korban dalam bencana yang berhubungan dengan air (water
rescue) juga sangat penting untuk diketahui oleh para relawan sehingga pada kondisi apapun para
relawan akan selalu siap dalam bekerja.

Kompetensi umum yang dituntut setelah mempelajari modul ini ialah para peserta yang dalam
hal ini relawan diharapkan memiliki wawasan yang baik mengenai kegiatan evakuasi agar mereka
dapat selalu siap jika dibutuhkan di lapangan. Indikator-indikator yang dapat dijadikan ukuran
pemahaman para peserta terhadap materi dalam modul ini, dapat dirasakan apabila para peserta,
dapat:
(1) Memahami mengenai tujuan evakuasi.
(2) Memahami pertimbangan dalam evakuasi.
(3) Memahami elemen kemampuan evakuasi.
(4) Memahami teknik pertolongan di air.
(5) Memahami aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam penyelamatan
(6) Memahami dan mampu menganalisa potensi korban

Konsep-konsep yang harus peserta pahami, dapat dirumuskan ke dalam topik-topik berikut:
1. Tujuan evakuasi.
2. Pertimbangan dalam evakuasi.
3. Elemen kemampuan evakuasi.
4. Bahaya di perairan.

Untuk membantu peserta memahami isi modul ini dengan cepat, peserta perlu melakukan hal-
hal sebagai berikut:
(1) Bacalah modul ini tahap demi tahap. Mulailah dengan kegiatan belajar 1 (satu) dan seterusnya.
(2) Jika peserta mengalami kesulitan dalam memahami materi pada halaman atau sub bahasan

tertentu, diskusikan dengan teman peserta atau fasilitator yang sekiranya dapat membantu
untuk memahami materi modul ini.
(3) Setelah selesai memahami materi pada setiap kegiatan belajar sebaiknya peserta mengerjakan
latihan-latihan, menjawab soal-soal dan kemudian cocokkan jawaban peserta dengan kunci
jawaban yang tersedia.
(4) Jika skor/nilai hasil belajar peserta masih belum memenuhi persyaratan minimal, sebaiknya
peserta tidak terburu-buru untuk mempelajari materi berikutnya. Lakukan pengulangan untuk
pengujian dengan menjawab soal-soal hinggga benar-benar mendapat skor/nilai minimal untuk
melanjutkan ke materi berikutnya.
(5) Biasakanlah berdiskusi kelompok, mengerjakan soal-soal latihan pemahaman, mengikuti
tutorial, atau berdiskusi langsung dengan penulis modul.

B. KEGIATAN BELAJAR
Tujuan belajar pada materi ini peserta diharapkan dapat: (1) memahami mengenai tujuan

evakuasi, (2) memahami pertimbangan dalam evakuasi, (3) memahami elemen kemampuan
evakuasi, (4) mampu menjelaskan bahaya di perairan, (5) mampu memahami ombak dan arus, (6)
mampu menjelaskan langkah-langkah pada sebuah keadaan darurat, dan (7) mampu menjelaskan
prinsip-prinsip upaya pertolongan

B.1 Materi
Untuk memperoleh tujuan belajar tersebut mari kita simak materi belajar berikut.

1. Tujuan Evakuasi
Tujuan memindahkan/evakuasi korban adalah:
a. Menyelamatkan jiwa.
b. Mencegah cacat.
c. Membantu proses penyembuhan.
d. Memindahkan dari tempat bahaya ke tempat yang mempunyai fasilitas memadai.

2. Pertimbangan Evakuasi
Evakuasi dilakukan apabila ada bahaya api, lalu lintas, asap beracun atau hal lain yang dapat

membahayakan korban maupun penolong. Apabila tidak ada hal yang membahayakan sebisa
mungkin lakukan pertolongan pertama di tempat korban ditemukan.

3. Syarat yang harus dipertimbangan dalam evakuasi:
a. Keselamatan.
1) Diri Sendiri: a. PPE misal. helm, kacamata, sarung tangan dan sepatu; b. Peralatan yang
memadai sesuai kondisi; c. Mengakui kekurangan yang ada pada dirinya.
2) Orang di Sekitar korban
3) Korban
b. Medis
1) Kondisi Korban Stabil (jalan napas terbuka, pernapasan normal, sirkulasi baik)
2) Perdarahan terkontrol
3) Patah tulang sudah diimobilisasi/dibidai
4) Luka sudah diatasi sementara
5) Pengawasan dalam evakuasi

4. Pemindahan
Dalam memindahkan korban hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Nilai kesulitan saat proses pemindahan,
b. Rencanakan gerakan sebelum mengangkat/memindahkan korban,
c. Kehati-hatian, angkat korban perlahan untuk menghindari cedera lebih parah, perhatikan

bagian kepala, leher dan tulang belakang terutama saat korban tak sadar.
d. Keamanan, kenyamanan korban selama evakuasi/tata letak sudah sesuai.
e. Peralatan memadai.
f. korban tetap stabil.
g. Kecepatan sampai ke rumah sakit.
h. Pengawasan selama tranportasi.
Pemindahan korban dapat digolongkan menjadi 2 (dua), yaitu:
a. Pemindahan Darurat

Dilakukan bila ada bahaya yang mengancam, misal. Ancaman kebakaran, ancaman
ledakan, ancaman bangunan runtuh, adanya bahan berbahaya dan cuaca buruk. Biasanya
dilakukan bila penolong kurang jumlahnya atau tidak cukup kuat mengangkat korban.
Contoh cara pemindahan darurat:
1) Tarikan lengan
2) Tarikan bahu
3) Tarikan baju korban
4) Tarikan selimut
5) Teknik menjulang

b. Pemindahan Biasa
Dilakukan jika keadaan tidak membahayakan korban maupun penolong. Cara pemindahan
biasa, contoh:
1) Teknik angkat langsung
2) Teknik angkat anggota gerak

5. Elemen kemampuan Evakuasi
a. Pertolongan Pertama (First Aid)
b. Tehnik Evakuasi/pemindahan
1) Peralatan dan fungsinya
2) Pembuatan/pengikatan tandu darurat.
3) Simpul dan Tali Temali (Rope and Knoting)
4) Pertolongan di air (Water Rescue)

6. Peralatan Evakuasi dan fungsinya
a. PPE (Helm, Kacamata, Sarung tangan, sepatu)
Berfungsi melindungi penolong dari cedera dan resiko tertular penyakit berbahaya ketika
melakukan evakuasi.
b. Tandu (beroda, lipat, kursi, basket, scoope, papan spinal/LSB, selimut, Improvisasi)
Berfungsi sebagai alat bantu evakuasi korban ke tempat yang aman.

7. Pembuatan/pengikatan tandu darurat
Apabila peralatan tandu tidak ada/tidak memadai sedangkan korban memerlukan evakuasi
segera, maka penolong dapat memanfaatkan alat-alat disekitarnya untuk membuat tandu.
Syarat-syarat dasar yang harus dimiliki sebuah tandu adalah:
a. Aman, yaitu: pengikatan harus kuat, korban terlindung dari kemungkinan benturan, mudah
di pegang oleh penolong saat pelaksanaan evakuasi.
b. Nyaman, yaitu: selama pergerakan evakuasi korban merasa nyaman, ukuran tandu tidak
sempit.
c. Tidak memperparah korban

8. Macam-macam tandu darurat berdasarkan bahan pembuatannya:
a. Menggunakan selimut
Bentangkan selimut di tanah, taruh dua batang kayu/bambu dengan jarak 1/3 lebar selimut,
lipat selimut menutupi kedua buat batang kayu/bambu tersebut. Berat korban akan menahan
lipatan pada tempatnya.

b. Menggunakan tali (clove hitch stretcher)

Langkah 1: bentuk 8-10 loop untuk

membentuk alas tandu, panjang loop

disesuaikan dengan tinggi korban, lebar

kurang lebih 25-30 cm.

Langkah 2: Ambil bagian tali yang

panjang, dan ikat satu sisi dengan simpul Gambar 15.1 Membuat tandu darurat
clove, menyisakan kurang lebih 10 cm

untuk tempat memasukkan bambu

Langkah 3: Lakukan hal yang sama pada sisi yang lain hingga sisa tali terpakai semua,

Langkah 4: Masukkan 2 batang bambu ke simpul kanan dan kiri.

c. Menggunakan baju

Gunakan dua buat baju yang berbahan kuat dan 2 bilah kayu/bambu yang diselipkan ke

dalam baju sebagai penyangga

9. Simpul dan Tali Temali (Rope and Knotting)

1. Tali (ropes) Bagan 1.2 Sistem Kelembagaan

Dalam segala kegiatan kedaruratan, tali merupakan hal yang mutlak dibutuhkan.

Jenis-jenis tali:

1) tali serat alami

Tali ini terbuat dari bahan-bahan alami (serat daun alami, serat kulit kelapa atau serat

rerumputan), tali ini kekuatan bebannya rendah, tidak disarankan untuk kegiatan

ascender/descender.

2) tali sintesis

Tali ini merupakan tali buatan dengan bahan sintesis, lebih kuat dan ringan sehingga

mudah dibawa. Tali ini paling sering digunakan. Beberapa tali sintesis yakni:

a) polypropylene

Tali yang terbuat dari bahan ini tidak menjadi lemah dalam keadaan basah. Oleh

karena itu sering dipergunakan dalam olah raga air. Namun tali ini tidak tahan

terhadap sinar matahari yang berlebihan.

b) polyester

Keunggulan tali ini tahan terhadap gesekan, punya kelenturan yang baik dan

renggannya kecil.

c) nylon

Tali ini pada umumnya 17 % lebih ringan daripada polyster, tali ini terbuat dari

bahan yang sangat elastis sehingga tidak dapat dipergunakan untuk menarik sesuatu
yang berat. Tali ini tidak bias terkena air karena dapat menyerap air sehingga tali
menjadi sangat berat.
d) hauzerlaid
Tali sintesis yang dijalan seperti serat alam dengan mesin, sering dipakai terutama
untuk berlatih turun tebing.
e) karmantle
Tali karmantle mempunyai 2 bagian, yakni :
* kern (tali) yang terdiri dari serat putih
* mantle (luar) yang merupakan anyaman untuk melindungi tali.

polypropylene polyester nylon

Hawserlaid kernmantel

Gambar 15.2. Jenis-jenis tali

2. Simpul (Knotting)
Simpul adalah ikatan pada tali/tambang atau media lain yang sengaja dibuat untuk
keperluan tertentu. Banyak digunakan dalam kegiatan panjat tebing.
Jenis-jenis simpul
1) Simpul Delapan (figure eight knot) Digunakan pada ujung tali dan untuk
menghubungkan tali dengan sabuk pengaman. Bentuk nya menyerupai angka delapan.
2) Simpul Delapan ganda (double figure eight knot) Bentuk sama dengan simpul delapan
tapi menggunakan dua tali.
3) Simpul Italia (Italian Knot) Untuk menambat pengaman dan dipakai untuk rappling,
belaying.

4) Simpul Kambing (bowline knot)

Untukmengikat tali pada sabuk

pengaman

5) Simpul kacamata Untuk menambat

tali pada bilayer yang dipakai pada

tengah tali.

6) Simpul nelayan ganda (double

fisherman knot) Untuk menyambung

dua tali yang tidak sama besar tetapi

sejenis dan licin.

7) Simpul sambung pita (tipe knot)

Untuk menyambung pita atau Gambar 15.3. Contoh-contoh simpul tali
webbing.

8) Simpul jerat (prussik) Untuk mengunci pada tengah tali utama dan untuk menambah

ketinggaian.

9) Simpul pengunci (over hand) Untuk pengunci pada tengah tali utama dan ujung tali

yang terpasang.

10) Simpul mati Untuk menyambung tali yang sama besar.

11) Simpul pangkal untuk mengikat tali pada tiang.

10. Pertolongan di Air (Water Rescue)
Selain di daratan, bencana juga seringkali terjadi di perairan. Apabila itu terjadi relawan harus
Bagan 1.2 Sistem Kelembagaan

memiliki pengetahuan tentang pertolongan di air. Pengetahuan tentang pertolongan darurat di air
dapat menentukan hidup dan mati. Water rescue merupakan teknik pertolongan korban/evakuasi
yang dilakukan di air.

Sebelum melakukan pertolongan di air, maka relawan perlu mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut:
a. Perhitungan / pertimbangan

Kemampuan penolong untuk memilih dan menentukan kemampuan yang dimiliki, serta metode
yang harus dilakukan. Penolong harus bisa memilih metode pertolongan yang paling cepat
dengan resiko kecil.
b. Pengetahuan
Pengetahuan mengenai bahaya-bahaya ketika berada di air, contoh: panik, letih, kram, arus air,
ombak dan biota air.

c. Keahlian
Seorang relawan harus mempunyai keahlian di setiap aspek pertolongan di air.

d. Kesiapan fisik dan mental
Seorang relawan harus dalam kondisi fit sebelum melakukan pertolongan, kesiapan mental juga
dibutuhkan karena berhubungan dengan jiwa yang terancam.

11. Perlengkapan water rescue
Adapun perlengkapan dalam pertolongan di air adalah sebagai berikut:
1) Perahu

Perahu water rescue harus tahan benturan dan abrasi, biasanya terbuat dari campuran sintetis
nylon, EPDM (karet sintetis), PVC, neophrene, dan hipalon. Perahu haruslah mudah
dikendalikan.
2) Pompa
Berfungsi memasukkan udara ke dalam perahu, dibagi 2 (dua): pompa tangan dan pompa kaki.
3) Repair Kit
Terdiri dari lem, benang, nylon, jarum jahit dan bahan penambal.
4) Tali Penyelamat (rescue rope)
Berfungsi untuk penyelamatan, juga berguna untuk lining saat scouting. Tali yang digunakan
terbuat dari bahan nylon berwarna mencolok agar dapat dilihat oleh korban.
5) Kantung Kedap Air (Dry Bag)
Berfungsi untuk menyimpan kamera, obat-obatan, makanan dan benda-benda lain agar tidak
basah.
6) Carabiner
Alat yang terbuat dari alumunium alloy, berfungsi menghubungkan satu alat dengan lainnya,
misalnya throw bag dengan D-ring (cincin yang ada disamping perahu)
7) Dayung
Berfungsi untuk manuver, mengarahkan, menambah dan mengurangi kecepatan perahu. Biasa
berbentuk T-grip di pegangannya dan belah (blade) di dayungnya.
8) Helm
Berfungsi melindungi kepala dari benturan, terbuat dari bahan yang kuat tapi ringan dengan
lubang-lubang kecil diatasnya.
9) Jaket Pelampung
Berfungsi untuk mengapungkan tubuh dan melindungi bagian tubuh dari benturan.
10) P3K
Obat-obatan dan peralatan perawatan harus disesuaikan dengan kondisi medan, cuaca dan

waktu tempuh menuju korban.
11) Peluit

Untuk membantu memberikan kode bahaya tertentu.
12) Rescue Sled Inflatable Litter

Digunakan untuk mengevakuasi korban
13) Flotation Colar

Alat tambahan evakuasi dengan ditambah basket stretcher agar dapat mengapung.
14) Ring Buoy

Alat penyelamatan korban tenggelam, digunakan dengan cara melemparkannya ke korban agar
dipegang.
15) Peralatan Selam
Seperti snorkel, baju selam, tabung oksigen, google, dan lain-lain.
16) Sea view underwater viewer
Alat untuk melihat keadaan di bawah air.
17) dll

12. Personal Flotation Device (PFD)
PFD atau Jaket Penyelamat adalah perlengkapan utama yang harus dipakai relawan saat

melakukan pertolongan di air. Bentuk PFD bermacam-macam, ada yang berbentuk jaket, rompi
sederhana, full body suit, dan sebagainya tergantung kegunaannya.

Berdasarkan bahan pembuatnya, jenis-jenis PFD antara lain: PFD syntetic fiber, PFD
pelampung busa atau PFD pelampung udara. Dibuat berwarna terang sehingga mudah terlihat.
Bentuk-bentuk PFD:
1) Pelampung Udara, mempunyai daya apung tinggi tetapi rentan terhadap benturan keras

(misal. Bebatuan) sehingga cukup berisiko. Terbuat dari vinil yang berat/lebat dengan 1 (satu)
kantong udara yang dapat digelembungkan dengan menarik tali atau memukul klep. Kantong
akan terisi oleh gas asam-arang.
2) Pelampung Padat, terbuat dari spons, cukup tahan terhadap benturan namun apabila terendam
dalam air pada jangka waktu yang lama maka daya apung pelampung akan berkurang.

13. Klasifikasi PFD
PFD dapat diklasifikasikan menjadi 5 tipe2:
1. Tipe I / Off-shore life jacket

2 The united states coast guard

digunakan pada korban di air, posisi korban dapat dari depan maupun dari belakang penolong
dan mempunyai daya apung 20 pon. Merupakan PFD yang baik agar tetap mengapung pada air
yang bergelombang apabila pertolongan terlambat datang. Biasanya dapat ditemukan pada
kapal-kapal komersial.
2. Tipe II / Near-shore buoyant vest
hampir sama dengan tipe I tetapi mempunyai ukuran lebih besar, mempunyai daya apung 15,5
pon dan digunakan pada air yang tenang.
3. Tipe III / Flotation aid
merupakan pelampung yang paling nyaman dan memiliki banyak ukuran, daya apung 15,5 pon
dan dengan posisi wajah diatas
4. Tipe IV / Throwable device
penggunaannya dengan melemparkannya kepada korban, berbentuk seperti cincin yang dapat
mengapung dengan tali untuk menarik. Pemakaiannya dengan mendekatkannya ke dada, PFD
ini sangat penting dalam keadaan darurat.
5. Tipe V / Special use devices
dirancang untuk aktivitas tertentu, petunjuk penggunaan biasanya terdapat pada label di
pelampung.

14. Cara masuk ke air
adakalanya relawan perlu masuk ke dalam air untuk menolong korban, berikut adalah cara masuk
air yang aman dalam pertolongan di air:
1. Slide in entry

digunakan jika relawan tidak mengetahui kondisi perairan maupun kedalaman. Cara ini paling
aman dilakukan.
Langkah 1. buat posisi seaman mungkin ditepi air, masukkan salah satu kaki
Langkah 2. rasakan pijakan kaki apakah berbahaya atau tidak
Langkah 3. jatuhkan badan dan gunakan tangan untuk menahan berat badan.
2. Step in
digunakan jika air jernih, kedalaman diketahui dan tidak ada benda
membahayakan di air.
Langkah 1. lihat arah tujuan di air
Langkah 2. melangkah dengan berhati-hati pada tepian perairan
Langkah 3. ketika telah masuk ke air, pastikan lutut dan kaki
menekuk/fleksi atau kaki menyentuh bokong

3. Compact jump
digunakan untuk mencapai kedalaman yang lebih dari 2 meter.
Langkah 1. letakkan kedua tangan menyilang pada dada
Langkah 2. melangkah di tepian air dengan satu kaki dan masuk ke air dengan kedua kaki
dalam posisi lurus, gerakan tubuh vertikal dan memakai pelindung sesuai kebutuhan.
Langkah 3. setelah dalam air pengereman dapat dilakukan dengan tangan atau kaki.

4. Straddle entry
digunakan jika masuk ke air yang dalam dari ketinggian yang rendah dan korban dapat terlihat.
Teknik ini tidak digunakan pada ketinggian lebih dari 1 m/perairan dangkal.
Langkah 1. ambil jarak yang cukup dari tepian
Langkah 2. lakukan loncatan dengan satu kaki lurus dan kaki lainnya agak menekuk, posisi
tangan lurus ke samping dan ke depan. Pandangan lurus ke depan.
Langkah 3. setelah di air, lakukan gerakan menekan tangan ke bawah dan gerakkan kaki seperti
gunting, jaga agar kepala tetap diatas air.

5. Shallow dive
digunakan pada perairan yang jernih, kedalaman air dapat diketahui dan keadaan dibawah air
dapat dilihat.

15. Metode pertolongan sendiri (self rescue)
dasarnya adalah agar tidak menambah korban baru, relawan harus memiliki kemampuan untuk
menyelamatkan diri sendiri terlebih dahulu.
Beberapa hal yang harus diketahui ketika melakukan self rescue diantaranya adalah:
1. Daya apung (buoyancy)

dibagi menjadi 3, yaitu: daya apung positif/tubuh berada di permukaan, daya apung
negatif/tubuh tenggelam dan diantara keduanya.

Gambar 15.4. Daya apung (buoyancy)

2. Mengambang

adalah usaha mengambangkan tubuh tanpa melakukan gerakan, tekanan air akan mendorong

tubuh keatas dengan sendirinya. Biasanya dilakukan untuk beristirahat diantara upaya

penyelamatan.

3. treading

adalah usaha berenang mengambang secara vertikal, kepala

berada diatas permukaan air, biasanya untuk mengetahui

arah penyelamatan.

4. Berenang

ada 4 gaya dalam renang yang harus dikuasai seorang

relawan, yaitu: gaya bebas, gaya punggung, gaya dada dan

gaya kupu-kupu. Gambar.15.5 treading

5. Menggunakan pelampung

pelampung berfungsi menjaga hidung dan mulut agar tetap berada diatas air, digunakan dengan

cara dipegang atau disandar ke bawah lengan. Pelampung tidak untuk dinaiki.

Gambar 15.6. Gaya renang

16. Teknik water rescue
1) Mengenali korban

a. korban panik/tidak bisa berenang
keadaan korban: 1) gerakan tidak teratur, vertikal dengan permukaan air
2) pandangan tidak tertuju ke daratan
3) konsentrasi tertuju pada pernapasan
4) ekspresi wajah panik, mata terbuka lebar

5) tidak mengikuti perintah/tidak kooperatif
penyelamatan : 1) kemungkinan membahayakan penolong

2) penolong harus berpengalaman
3) tetap beri semangat tanpa melakukan kontak
b. korban kelelahan (perenang kelelahan)
keadaan korban: 1) posisi membentuk sudut dengan permukaan air
2) pandangan ke daratan
3) kepala timbul tenggelam
4) gerakan tangan dan tungkai masih bisa berenang
5) ekspresi wajah cemas
6) masih kooperatif
penyelamatan : 1) dampingi tanpa melakukan kontak
2) tetap beri semangat
c. korban terluka
keadaan korban: 1) posisi memegangi bagian yang cidera
2) ekspresi wajah panik, cemas, mengeluh sakit
penyelamatan : 1) bawa ke tepi sambil perhatikan cedera korban
2) beri penanganan
d. korban pasif
keadaan korban: 1) posisi tengkurap, bisa di permukaan/dasar air
2) tidak kooperatif
3) masih aktif jika menerima rangsangan
penyelamatan : 1) beri rangsangan suara atau sentuhan
2) bawa korban ke tepi
2) Prioritas
prinsip-prinsip dasar yang harus diketahui penolong:
a. Keselamatan penolong adalah yang utama
b. hindari kontak dengan korban, gunakan alat bantu untuk menambah jangkauan, jaga jarak
dengan korban
c. kontak dengan korban adalah pilihan terakhir
d. penolong wajib menggunakan pelampung
3) Mendekati korban
4) Evakuasi
5) Melepaskan diri
6) Bloking

B.2 Rangkuman
1. Evakuasi korban bertujuan untuk Menyelamatkan jiwa, mencegah cacat, membantu proses

penyembuhan, memindahkan dari tempat bahaya ke tempat yang mempunyai fasilitas
memadai yang harus mempertimbangkan aspek keselamatan, medical, pemindahan.
2. Elemen yang harus di milliki seorang evakuator dalam mengevaluasi korban adalam
kemampuan dalam first aid, memahami tentang teknik pemindahan termasuk pemahaman
tentang peralatan evakuasi.
3. Rope adalah serat yang dirajut sedemikian rupa sehingga mempunyai kekuatan sesuai dengan
besar kecilnya yang bisa di manfaatkan dalam evakuasi korban dengan dilengkapi dengan
peralatan pendukung evakuasi lainnya seperti carabiner, prusik, puley,webbing, tandu, dan
sebaginya.
4. Prinsip pembuatan tandu untuk korban yaitu aman, nyaman, dan tidak memperparah korban.
5. Pembagian tugas sesuai dengan pertimbangan lokasi dan prediksi korban yang akan ditolong.

B.3 Tes Formatif
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas!
1) Dibawah ini yang bukan merupakan tujuan evakuasi korban adalah …

a. Menyelamatkan jiwa
b. Mencegah cacat
c. Membantu proses penyembuhan
d. Menambah penghasilan
2) Elemen yang harus di milliki seorang evakuator dalam mengevaluasi korban adalah …
a. Kemampuan motivasi
b. Kemampuan analisis
c. Kemampuan dalam first aid
d. Kemampuan bertempur
3) Tandu darurat dapat dibuat dari bahan sebagai berikut:
a. Kaos oblong
b. Kapas
c. Daun pisang
d. Selimut
4) Berikut adalah simpul yang digunakan untuk membuat tandu tali:
a. Simpul clove
b. Simpul pita
c. Simpul italia
d. Simpul prussik

5) Teknik membawa korban pada pertolongan di air adalah:
a. Perlahan
b. Hidung korban berada diatas air
c. Korban mengarahkan gerakan penolong
d. Penolong dapat bergerak bebas
Setiap soal bobotnya dua puluh (20). Hitunglah perolehan skor peserta dengan mengalikan

jumlah jawaban yang betul dengan bobot soal. Jika perolehan skor peserta masih di bawah 40,
peserta tidak dibolehkan untuk melanjutkan ke materi berikutnya, lakukanlah pengulangan
pemahaman terhadap materi ini hingga peserta benar-benar memperoleh skor di atas 40.

C. Glossary
Prusik: adalah jenis tali yang biasa digunakan untuk pendakian karena sangat kuat, dalam ukuran
yang lebih besar tali ini disebut kern mantel.
Tali kermantel: Salah satu jenis tali nylon yang sangat kuat.

D. Referensi

1. Juliati Susilo, dkk. 2008. Pertolongan Pertama Palang Merah Remaja Madya. Palang Merah

Indonesia. Jakarta.

2. Pengantar Pertolongan di Air diakses dari http://www.ksrunhas.org tanggal

19 September 2010.

3. Aditya Perdana DW, 2008. Pengenalan Dasar Water Rescue. Jakarta: Dharma Wiguna.

4. Puguh Sihwidijono, 2004. Pertolongan Korban di Air Tenang Dan Self Rescue. Jamnas VII

PTBMMKI.

5. No Name, 2007. Teknik Renang, diakses dari http://www.wikipedia/renang tanggal

29 September 2010.

6. Pengantar Pertolongan di Air diakses dari http://www.ksrunhas.org tanggal 29 September 2010.

7. No Name, 2007. Personal Floatating Device diakses dari http://www.fishstate.pa.us/pdf

tanggal 29 September 2010.

8. No Name, 2007. Personal Floatating Device diakses dari http://www.pawaterrescue/pdf

tanggal 29 September 2010.

9. Puguh Sihwidijono, 2004. Pertolongan Korban di Air Tenang Dan Self Rescue. Jamnas VII

PTBMMKI.

10. Syofyan, 2007. Peran Pemerintah Dalam Penanggulangan Bencana di Sumatera Barat. Seminar

Nasional Penanggulangan Bencana Jamnas XI PTBMMKI.

11. Ino Supriatno, 2006. Teknik Mendayung, diakses dari

http://www.hmgunpad/artikel/olahragaarusderas tanggal 29 September 2010.

12. No Name, 2007. Teknik Renang, diakses dari http://www.wikipedia/renang tanggal
29 September 2010.

13. No Name, 2007. Water Safety, diakses dari http://www.irishwatersafety.com tanggal
29 September 2010.

14. No Name, 2007. Water Safety, http://www.marinesafetyvictoria/watersavety tanggal
29 September 2010.

Sub Modul 16
Pendampingan Psikososial
Terhadap Korban Bencana (Trauma Healing)

A. UMUM
Memahami apa yang dimaksudkan dengan

Pendampingan Psikososial sangatlah penting.
Pemahaman ini dibutuhkan sehingga kegiatan-kegiatan
apapun yang dilaksanakan di tengah-tengah masyarakat
pasca terjadi bencana tidak mengaburkan makna dan
tujuan sesungguhnya yang diharapkan dari
pendampingan psikososial. Oleh karena itu, untuk dapat
semakin memahami, akan dibahas dalam bagian bahan
bacaan ini segala sesuatu yang terkait dengan pendampingan psikososial secara umum.
Kompetensi umum yang diharapkan setelah mempelajari modul ini ialah dengan membaca
bagian bahan bacaan ini peserta pelatihan yang dalam hal ini adalah relawan dapat memahami
prinsip dari pendampingan Psikososial dan hal-hal penting ketika melaksanakan pendampingan
Psikososial. Indikator-indikator yang dapat dijadikan ukuran pemahaman para peserta terhadap
materi dalam modul ini, dapat dirasakan apabila para peserta, dapat:
(1) Memahami mengenai definisi psikososial, masalah psikososial, dan pendampingan psikososial.
(2) Memahami mengenai dampak psikososial dari terjadinya bencana.
(3) Memahami mengenai karakteristik pendamping/Relawan psikososial.
(4) Memahami mengenai intervansi psikososial dan bentuk-bentuknya.
(5) Memahami mengenai prinsip-prinsip yang harus dijadikan pedoman dalam memberikan
pendampingan psikososial.

Konsep-konsep yang harus peserta pahami, dapat dirumuskan ke dalam topik-topik berikut:
(1) Definisi psikososial.
(2) Dampak psikososial bencana.
(3) Karakteristik pendamping psikososial.
(4) Bentuk intervensi psikososial.
(5) Prinsip dalam memberikan pendampingan psikososial

Untuk membantu peserta memahami isi modul ini secara cepat, peserta perlu melakukan hal-
hal sebagai berikut:
(1) Bacalah modul ini tahap demi tahap. Mulailah dengan kegiatan belajar 1 (satu) dan

seterusnya.
(2) Jika peserta mengalami kesulitan dalam memahami materi pada halaman atau sub bahasan

tertentu, diskusikan dengan teman peserta atau fasilitator yang sekiranya dapat membantu
untuk memahami materi modul ini.
(3) Setelah selesai memahami materi pada setiap kegiatan belajar sebaiknya peserta mengerjakan
latihan-latihan, menjawab soal-soal dan kemudian cocokkan jawaban peserta dengan kunci
jawaban yang tersedia.
(4) Jika skor hasil belajar peserta masih belum memenuhi persyaratan minimal, sebaiknya peserta
tidak terburu-buru untuk mempelajari materi berikutnya. Lakukan pengulangan untuk
pengujian dengan menjawab soal-soal hingga benar-benar mendapat skor minimal untuk
melanjutkan ke materi berikutnya.
(5) Disarankan berdiskusi kelompok, mengerjakan soal-soal latihan pemahaman, mengikuti
tutorial, atau berdiskusi langsung dengan penyusun modul/fasilitator/pelatih.

B. KEGIATAN BELAJAR
Tujuan belajar pada materi ini peserta diharapkan dapat: (1) Memahami Definisi psikososial,

masalah psikososial dan pendampingan/ dukungan psikososial,
(2) Memahami dampak psikososial dari terjadinya bencana, (3) Memahami karakteristik
pendamping/Relawan psikososial, (4) Memahami bentuk intervensi psikososial, (5) Memaparkan
prinsip-prinsip dalam memberikan pendampingan psikososial.

B.1 Materi
Untuk memperoleh tujuan belajar tersebut mari kita simak materi belajar berikut.

1. Pendampingan Psikososial
1) Psikososial : segala sesuatu yang menyangkut aspek psikologis dan aspek sosial dari individu
2) Masalah-masalah psikososial: masalah-masalah yang dapat memberikan pengaruh terhadap

kondisi psikologis dan sosial seseorang, sehingga terdapat hubungan yang erat antara kondisi
psikologis dan kondisi sosial, dimana kondisi psikologis dapat berpengaruh terhadap kondisi
sosial, dan sebaliknya.
3) Pendampingan psikososial: bantuan pada masyarakat yang memperhatikan hubungan dinamis
yang terjadi secara terus-menerus dan saling mempengaruhi antara aspek psikologis dan aspek
sosial dalam lingkungan dimana individu/masyarakat berada.

a. Inti Dari Pendampingan Psikososial

Penerimaan Diri Membantu korban untuk mampu menerima
kenyataan, melanjutkan kehidupan
Support Memberikan dukungan
Melepaskan diri Dengan menerima kenyataan, akan membantu
dari kejadian korban untuk sedikit demi sedikit melepaskan diri
dari kejadian, melibatkan dalam kegiatan Relawan
Mengekspresikan Memberikan kesempatan korban untuk
perasaan menumpahkan perasaannya
Menjaga kebersihan Seringkali setelah melewatu fase yang penuh stres,
dan keselamatan diri sendiri cenderung terlupakan
diri sendiri
Ambil sisi Membantu korban agar bisa mengambil hikmah
positifnya dari kejadian yang dialami

b. Tahapan Respon Normal Dan Recovery Terhadap Pengalaman Traumatik

Gambar 16.1 Tahapan Respon Normal Dan Recovery Terhadap Pengalaman Traumatik.
c. Dampak Psikososial dari terjadinya bencana
Reaksi terhadap bencana
Reaksi trauma adalah hal yang wajar terjadi setelah kondisi krisis. Kondisi lain yang mungkin
terjadi berkaitan dengan kebutuhan psikososial pasca bencana adalah:
1) Bencana dapat menyebabkan rusaknya bangunan fisik dan terhambatnya pasokan air bersih dan

makanan. Kebutuhan dasar ini perlu segera dipenuhi.
2) Bencana menjauhkan bahkan membuat orang-orang kehilangan sanak saudara, tetangga atau

teman sehingga menyebabkan dukungan sosial melemah atau mungkin hilang
3) Perubahan dinamika dalam keluarga. Kehilangan pencari nafkah atau perubahan peran secara

mendadak karena kehilangan orangtua misalnya.
4) Struktur sosial menjadi berantakan. Komunitas terpecah, rasa percaya meyusut.
5) Ketiadaan tempat untuk berkumpul bersama
6) Ketika tekanan meningkat mungkin timbul sikap pasif. Tekanan juga dapat memicu timbulnya

kekerasan

Reaksi Yang Muncul Setelah Bencana

Reaksi Anak-anak

• Masalah tidur, mimpi buruk • Butuh objek untuk rasa aman.

• Mudah tersinggung, susah diatur, • Perubahan cara berpakaian, pola makan,

gampang bosan toilet habits.

• Kesulitan mengerjakan masalah • Keterpakuan terhadap sumber trauma,

sehari-hari takut ada bencana susulan

• Banyak menuntut, banyak • Relasi dengan adik/kakak: konflik,

mengatur, atau memisahkan diri, kompetisi, agresi, atau memisahkan diri

tidak bicara, menolak apapun.

• Penurunan kemampuan belajar • Gangguan fisik: denyut jantung, otot

kaku, sesak napas, sakit kepala, dll.

Dampak Psikososial Peristiwa Traumatik

Berikut beberapa kondisi “Mitos Seputar Bencana” serta faktor emosional masyarakat setelah
mengalami bencana

Mitos Realita
Orang-orang Orang-orang berperilaku cukup rasional dan bertanggung
panik jawab, terkecuali jika sama sekali tak ada tempat yang
aman, tak ada informasi, dan tak ada yang mengarahkan
Tidak dapat Secara umum orang-orang justru mampu menjaga orang
menjaga diri disekitarnya, jika memungkinkan bisa menolong orang
sendiri lain yang membutuhkan

Terlalu Orang-orang mampu memilih dan merespon informasi
banyak yang dianggap berasal dari sumber yang bisa dipercaya
informasi
berakibat
buruk

Emosi Kondisi

Shock  Tidak percaya dengan apa yang baru terjadi
Rasa takut  Membisu, membatu, bencana seperti mimpi
 Tidak mengerti apa yang terjadi
Marah
 Takut cedera, atau mati
Tidak  Bencana akan terulang lagi
berdaya  Muncul perilaku panik, berlari kesana kemari
 Muncul ketakutan yang tidak berhubungan

 Terhadap sumber bencana
 Terhadap apa yang baru terjadi
 Merasa diperlakukan tidak adil
 “Kenapa harus saya?!”

 Situasi krisis menunjukkan betapa tidak berdayanya
kita

Sedih  Akibat kehancuran dan kehilangan
Malu  Dunia bukan lagi tempat yang aman

Karena diekspos sebagau orang yang tanpa daya,
 emosional dan membutuhkan orang lain
Karena tidak bertindak “ideal” seperti yang
Rasa bersalah  diharapkan ketika bencan terjadi

Karena kehilangan lebih sedikit dari orang lain

Untuk membantu memfasilitasi dan meningkatkan mekanisme pemulihan diri, pengetahuan
mengenai sumber-sumber daya tradisional dan budaya sangat penting diketahui oleh pendamping
masyarakat. Yang bisa dilakukan adalah mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut:
a. Secara budaya pendekatan apa yang tepat dan cocok untuk membantu orang-orang dalam situasi

distress.
b. Pada siapa biasanya anggota-anggota masyarakat mencari dukungan sosial.
c. Bagaimana cara orang-orang atau struktur tersebut didukung.

Identifikasi faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor risiko.

Faktor Pendukung Faktor Resiko
Lokasi geografis misalnya Lokasi geografis misalnya keadaan yang
keadaan desa yang aman dari dekat dengan pusat gempa
gempa.
Pengalaman bencana Kurang pengalaman dalam menghadapi
sebelumnya. bencana
Transportasi Ketiadaan jalan atau desa terpencil dari
pusat kota
Sumber daya masyarakat. Ketiadaaan tempat penyelamatan
Misalnya guru, tenaga medis, misalnya sekolah, bangunan besar
relawan dsb.
Kelompok-kelompok Ketiadaan kelompok swadaya masyarakat
swadaya masyarakat
Masyarakat yang toleran, Masyarakat yang labil
gotong royong

2. Karakteristik Relawan Pendamping
a. Karakteristik Relawan

1) Ketenangan, kematangan emosi.
2) Kemampuan mendampingi, meliputi: empati, bersahabat, terbuka, respek, dan “mau

mendengarkan.”
3) Toleransi stress tinggi terhadap kondisi kerja yang sulit, tidak menentu, yang meliputi jam

kerja panjang, akomodasi & fasilitas terbatas, rentan konflik antar relawan.
4) Sosiabilitas tinggi, kemampuan membangun dan membina relasi.
5) Peka & mampu memanfaatkan potensi diri (serba bisa).
6) Memahami perbedaan budaya.
b. Etika Relawan
1) Menjaga Rahasia.
2) Menunjukkan sikap hormat.
3) Menghargai (kesetaraan).
4) Sadari batas-batas kemampuan diri.
5) Sadari tanggungjawab yang memerlukan dedikasi.
6) Menempatkan kepentingan orang yang ditolong di atas kepentingan pribadi.
7) Jangan menggunakan tenaga yang tidak kompeten.
8) Jangan menggunakan alat/cara yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
9) Jangan melakukan tindakan yang dapat merugikan
10) Jangan cepat memberi penilaian apa yang diutarakan korban

c. Keterampilan utama yang dibutuhkan relawan
1) Keterampilan Memimpin

Situasi masyarakat yang didampingi bisa berbeda-beda latar belakang, keadaan dan
masalahnya. Namun yang penting adalah kemampuan untuk mengambil inisiatif dan tanggung
jawab serta kendali dalam situasi krisis dan darurat. Kemampuan inilah yang dibutuhkan sebagai
keterampilan memimpin.
2) Keterampilan Komunikasi

Seorang pendamping harus mampu memiliki keterampilan komunikasi yang baik.
Keterampilan komunikasi yang baik menciptakan kepercayaan di tengah masyarakat, mendorong
anggota-anggota dalam masyarakat berbicara mengenai pendapat mereka, memperantarai dialog
antar kelompok dan sebagainya.

Keterampilan komunikasi seorang oleh seorang pendamping dibutuhkan adanya empati,
mendengarkan aktif, asertif, berkomunikasi dengan jelas dengan memperhatikan feedback dan
faktor-faktor yang mungkin menganggu dalam proses komunikasi.
3) Keterampilan Meresolusi Konflik

Sering kali dalam kehidupan sehari-hari terdapat perbedaan pendapat antarsatu orang dengan
yang lain, antar teman bahkan antar anggota keluarga. Begitupula yang terjadi dalam masyarakat.
Masyarakat terdiri dari berbagai macam orang yang berbeda-beda. Banyaknya pendapat dan
keinginan mungkin sebanyak kepala yang ada dalam masyarakat tersebut. Gesekan-gesekan antara
keinginan yang berbeda-beda rentan menimbulkan konflik.
d. Tipe-tipe konflik yang mungkin muncul antar kelompok/individu di masyarakat:
1) Konflik kepentingan
2) Perbedaan pendapat dan ide
3) Konflik yang muncul akibat kepentingan pihak luar
4) Permusuhan atau kompetisi antar individu atau kelompok
5) Perlakuan tidak adil dan tidak sama
6) Konflik akibat pembuat masalah
7) Konflik struktur sosial
8) Kesalahpahaman, gosip dan berita yang tidak jelas (rumor)

3. Bentuk Intervensi Psikososial
a. Korban Bencana Harus Melanjutkan Hidup

Gambar 16.2 Masa-masa yang dilalui Seseorang

b. Sasaran Intervensi Pendampingan Psikososial
1) Masyarakat
2) Organisasi/lembaga : PGRI, Desa, Karang
Taruna, PKK, Posyandu, dll.
3) Kelompok : Anak (siswa sekolah), orang tua
siswa
4) Individu

c. Pendekatan
1) Pengembangan Masyarakat
2) Dukungan Kelompok
3) Individual
Tiap pendekatan punya kelebihan dan kekurangan, maka harus diperhitungkan karakteristik

wilayah. Contoh: Bantul dan Aceh.

3. Teknik Dalam Melakukan Pendampingan
a. Bermain: biasanya untuk anak-anak, misalnya Bermain pasir, lilin (malam), Bernyanyi,

Permainan kerjasama
1) Senam, olah tubuh
2) Mewarnai, melukis, menggambar
3) Menggunting, melipat
4) Menempel
5) Cerita-cerita tradisional
6) Drama, panggung boneka, bermain peran (energizer atau ice breaker)
b. Konseling kelompok:

1) Tujuannya untuk melepas ketegangan
2) Memfasilitasi ekspresi perasaan
3) Memfasilitasi saling membantu dan terbuka diantara anggota kelompok
4) Tidak untuk memecahkan masalah
5) Mengajarkan “mendengar aktif”
c. Konseling individual
d. PRA (Participatory Rural Appraisal)
e. Pemberdayaan ekonomi
4. Alur pendampingan Psikososial

Gambar 16.3 Alur pendampingan Psikososial

Pengayaan
Mengelola Stres, Burn-Out, dan Trauma

“Apabila tekanan udara dalam kabin terganggu, maka masker oksigen akan jatuh dari
langit-langit di atas kepala anda. Kenakan masker oksigen pada mulut dan hidung dan
bernafaslah seperti biasa. Penumpang yang membawa anak-anak harus mengenakan
maskernya terlebih dahulu sebelum menolong anaknya“
A. Pendahuluan

Instruksi ini disampaikan oleh para awak pesawat terbang tentang bagaimana
bersikap di tengah situasi darurat. Pesan utama dari instruksi ini adalah memastikan
keselamatan diri terlebih dahulu sebelum menyelamatkan orang lain. Prinsip ketika

menghadapi situasi darurat di pesawat ini juga merupakan prinsip penting yang perlu
dicamkan oleh pekerja kemanusiaan. Memastikan keselamatan diri terlebih dahulu
merupakan syarat mutlak untuk dapat membantu orang lain secara tepat dan efektif.

Oleh karena itu, sebagai pekerja kemanusiaan dibutuhkan pemahaman akan
pentingnya mengelola diri sendiri untuk dapat menjalankan pekerjaan kemanusiaan secara
efektif. Dalam bagian bacaan ini, akan dipaparkan latar belakang pentingnya membantu
diri sendiri sebagai seorang pekerja kemanusiaan dan beberapa tips-tips sederhana untuk
membantu diri sendiri.

B. Pekerja Kemanusiaan: Pekerjaan yang mudah atau sulit ?
Menjadi pekerja kemanusiaan atau bekerja di daerah pasca bencana alam atau

konflik sosial dengan kondisi masyarakat yang trauma bukanlah suatu pekerjaan yang
mudah. Pekerjaan-pekerjaan ini sangat beresiko tinggi mengalami masalah psikologis yang
cukup serius. Terus-menerus berhadapan dengan orang-orang yang mengalami berbagai
perasaan negatif: takut, cemas, sedih, marah, kecewa sebagai akibat dari pengalaman
traumatis merupakan suatu tekanan bagi pekerja kemanusiaan. Selain itu, bekerja di tempat
yang sangat minim fasilitas misalnya: tidak ada tempat rekreasi/hiburan, tidak ada tempat
ibadah, sarana transportasi terbatas dan lain-lain karena hancur sehingga tidak dapat
digunakan kembali juga merupakan sumber masalah bagi pekerja kemanusiaan. Tuntutan
terhadap pekerjaan yang tinggi secara fisik dan mental dari organisasi tempat pekerjaan
namun sumberdaya pendukung terbatas menjadi pokok permasalahan dalam melaksanakan
pekerjaan kemanusiaan. Selain itu, seringkali terdapat tuntutan yang tinggi terhadap diri
sendiri. Adanya keinginan untuk berbuat lebih terhadap masyarakat yang didampingi dan
selalu siap membantu dalam kondisi apapun. Tuntutan terhadap diri sendiri ini pun
seringkali menimbulkan masalah.

Ada anggapan yang kurang tepat tentang pekerja kemanusiaan baik seperti: staf
LSM, peliput berita, guru, tenaga kesehatan maupun tentara. Mereka dianggap memiliki
kualitas yang sangat luar biasa yang akan membuat mereka secara emosi dan psikologis
sangat kuat. Kualitas luar biasa ini dilihat sebagai penyebab anggapan bahwa mereka tidak
akan mengalami masalah meskipun bekerja di situasi yang tidak wajar dengan orang-orang
dengan pengalaman khusus. Akibat dari anggapan ini adalah kurang dipedulikannya
kebutuhan para pekerja kemanusiaan.

Perhatian dan pemenuhan kebutuhan para pekerja kemanusiaan kurang penting
dibandingkan dengan pemenuhan kebutuhan orang-orang yang trauma, dampingan para
pekerja kemanusiaan. Alasan bahwa kebutuhan pekerja kemanusiaan kurang penting ini

tidak hanya merupakan pemikiran organisasi yang mengutus para pekerja kemanusiaan
tetapi juga merupakan pemikiran dari pekerja kemanusiaan itu sendiri; “Saya disini untuk
membantu bukan untuk merepotkan !”

Memenuhi kebutuhan para pekerja kemanusiaan bukan berarti memberikan
kebebasan untuk melakukan/mendapatkan untuk mendapatkan apapun yang diinginkan.
Hal yang utama dalam pemenuhan kebutuhan para pekerja kemanusiaan adalah menjaga
kemampuan mereka dalam berfungsi secara efektif dan efisien. Usaha ini merupakan
bagian penting dari pelayanan kemanusiaan.

Pada kegiatan kemanusiaan, lebih mudah mengenali stress yang terjadi pada orang
lain (masyarakat dampingan) daripada diri sendiri sebagai seorang pekerja kemanusiaan.
Menyadari kelemahan diri sendiri sangatlah sulit. Seringkali pekerja kemanusiaan
beranggapan bahwa merasakan perasaan negatif yang mendalam seperti: ketakutan,
kemarahan dan perasaan ketidakmampuan akan nampak seperti tanda-tanda kelemahan.
Berbagai perasaan negatif yang dialami ini menantang harga diri karena membiarkan orang
lain yang harusnya dapat ditolong. Selain itu menampilkan perasaan-perasaan negatif
tersebut juga dianggap sesuatu yang memalukan khususnya terhadap rekan-rekan sekerja.
Akibatnya pekerja kemanusiaan seringkali memaksakan diri untuk menolong meskipun
sebenarnya diri sendiri berada dalam kondisi yang perlu ditolong. Memang bagi para
pekerja kemanusiaan lebih mudah untuk menempatkan diri sebagai penolong/pendamping
daripada menyadari bahwa diri sendiri perlu bantuan/dukungan.

Oleh karena itu, terdapat beberapa hal yang perlu dipahami menyangkut pekerja
kemanusiaan dalam kegiatan kemanusiaan yang dilakukan di daerah pasca bencana atau
konflik sosial, yaitu sebagai berikut :
1) Sadarilah bahwa ketika berada di daerah pasca bencana alam atau konflik sosial,

siapapun dapat mengalami pengaruh dari keadaan yang ada termasuk para pekerja
kemanusiaan yang terlatih dan profesional.
“ Ani (bukan nama sebenarnya) seorang pembaca berita terkenal di sebuah stasiun
televisi swasta. Ia terkenal cerdas dan berpengalaman. Ia merasakan bagaimana
pengalamannya ketika bertugas meliput kondisi pasca tsunami di Banda Aceh
berdampak luar biasa terhadap dirinya. Disana ia harus berhadapan dengan masyarakat
yang trauma, menyaksikan kondisi kota Banda Aceh yang sangat porak-poranda.
Kesedihan yang luar biasa dialaminya. Bayangan tentang kondisi yang dilihatnya terus
teringat olehnya meskipun ia telah kembali ke Jakarta. Akibatnya ia mudah menangis,
mudah terbangun ketika tidur ”

2) Pekerja kemanusiaan dituntut untuk melakukan tugasnya dengan baik karena
keberadaan mereka pada dasarnya untuk membantu bukan untuk menambah beban.
Pemahaman para pekerja kemanusiaan terhadap berbagai perasaan, emosi, pikiran
yang mengganggu untuk kemudian dikelola dengan baik merupakan suatu hal yang
sangat penting. Pekerja kemanusiaan perlu merawat dirinya untuk tetap efektif.

3) Perhatian dari organisasi yang melaksanakan pekerjaan kemanusiaan terhadap para
pekerjanya sama pentingnya dengan perhatian terhadap kelompok sasaran/masyarakat
yang diberikan bantuan/program.

Mengenali Kelelahan & Kejenuhan yang Luar Biasa dalam Pekerjaan
Kisah seorang prajurit

Seorang prajurit yang ditugaskan di daerah konflik menembak 5 orang rekannya, 4 orang
meninggal akibat perbuatannya. Setelah diselidiki, perbuatan prajurit terjadi karena ia
mengalami depresi berat. Ia bertugas di daerah konflik selama 11 bulan. Ia tidak tahan
melihat situasi dan kondisi yang terjadi di tempat ia bertugas.

Berbagai permasalahan yang mungkin ditemui pekerja kemanusiaan di lapangan
dapat menyebabkan para pekerja kemanusiaan merasa marah dan putus asa, tidak mampu,
merasa bersalah, sinis, atau sebaliknya, membutuhkan perasaan aman. Perasaan ini
mungkin menyusahkan dan membuatnya merasa ada sesuatu yang salah dengan dirinya.
Kemampuan untuk saling menerima kelemahan antar pekerja kemanusiaan merupakan
sesuatu yang sulit terjadi. Ketika pekerja kemanusiaan lain atau orang-orang yang
didampingi menampilkan kemarahan, hal ini dirasakan sebagai bentuk permusuhan
pribadi. Kepercayaan terhadap Tuhan menjadi goyah karena adanya perasaan akan “
mengapa Tuhan membiarkan ini terjadi? ”. Pengalaman-pengalaman ini merupakan
tampilan dari pengalaman kelelahan yang luar biasa terkait dengan pekerjaan kemanusiaan
yang dijalankan. Kelelahan yang luar biasa ini dikenal dengan istilah burn-out.
Gejala burn-out
Adapun gejala-gejala dari burn-out :
a. Kelelahan yang parah.
b. Kehilangan semangat.
c. Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi.
d. Gejala psikosomatik (lihat penjelasan di bagian stress & trauma).
e. Sulit tidur.
f. Kepercayaan yang berlebihan, merasa dirinya sebagai orang yang sangat penting.

g. Sinis.

h. Tidak efisien dalam menjankan tugas/pekerjaan.

i. Tidak mempercayai rekan kerja atau pimpinan.

j. Penggunaan alkohol berlebih termasuk konsumsi kafein dan merokok secara berlebih.

Pada halaman berikut, terdapat suatu alat bantu berupa kuesioner yang dapat

mendeteksi kelelahan mental Anda berkaitan dengan pekerjaan yang Anda jalani: apakah

Anda mengalami kelelahan mental-burn out atau Anda sedang berjalan menuju kelelahan

mental tersebut?

Isilah kuesioner ini ketika anda sedang merasa ada ketidakberesan pada diri anda

akibat pekerjaan. Anda diminta untuk menjawab sesuai (S) atau tidak sesuai (TS) terhadap

pernyataan yang diberikan. Alat bantu ini akan sangat bermanfaat terutama jika anda

menjawab jujur sesuai dengan yang anda alami.

No Keadaan diri S/TS
1 Saya merasa hasil kerja saya tidak sebaik biasanya.
2 Saya tidak lagi memiliki keinginan untuk memulai sesuatu dalam

pekerjaan
3 Saya kehilangan minat saya terhadap apa yang saya kerjakan
4 Saat ini, stress saya dalam bekerja lebih tinggi daripada biasanya
5 Saya merasa sangat lelah, rasanya ingin meninggalkan pekerjaan
6 Saya sering merasa sakit kepala
7 Saya sering merasa sakit perut
8 Saya kehilangan berat badan (Berat badan saya menurun)
9 Saya mengalami masalah dengan tidur
10 Napas saya terasa pendek iramanya
11 Saya akhir-akhir ini mudah marah
12 Suasana hati saya mudah berubah-ubah
13 Saya gampang merasa frustrasi
14 Kecurigaan saya semakin bertambah dibandingkan biasanya
15 Saya merasa tidak berdaya dibandingkan biasanya
16 Penggunaan minuman beralkohol atau obatan-obatan meningkat
17 Saya lebih kaku daripada biasanya
18 Akhir-akhir ini saya suka meragukan kemampuan saya/orang lain
19 Saya merasa banyak bekerja tetapi rasanya hasilnya sangat sedikit
20 Rasa humoris saya menghilang

4) Jika anda menyetujui lebih dari 10 pernyataan diatas, anda sedang berjalan menuju

kelelahan mental yang luar biasa. Waspadailah.

5) Jika anda menyetujui lebih dari 15 pertanyaan diatas, anda mengalami kelelahan

mental yang luar biasa.

Trauma Sekunder
Sumber stress lain adalah pengalaman pekerja kemanusiaan sebagai saksi

penderitaan orang lain. Pekerja kemanusiaan seringkali dihadapkan pada emosi orang-
orang yang terkena dampak bencana secara langsung, sehingga dapat mengidentifikasikan
dirinya seperti mereka. Respons emosional seperti yang dialami oleh orang-orang yang
terkena dampak langsung dari suatu bencana (=respon stress traumatik) juga dialami oleh
pekerja kemanusiaan yang tidak mengalami langsung bencana. Respons emosional ini
muncul sebagai akibat dari seringnya pekerja kemanusiaan dihadapkan pada cerita-cerita
dan reaksi orang-orang yang dimiliki sering kali terjadi.

Bila bekerja pada daerah yang terjadi konflik, pekerja kemanusiaan dapat menjadi
target tindak kekerasan. Pekerja kemanusiaan dapat mengalami kekerasan, penahanan, dan
gangguan atau hinaan. Pada situasi tertentu , akan sulit untuk meminta bantuan hukum
untuk keamanan karena polisi atau militer merupakan bagian dari permasalahan yang ada.
Hal ini dapat meningkatkan rasa tidak berdaya, marah, takut dan cemas, perasaan
dikhianati dan kehilangan, lemah, kehilangan kepercayaan. Berbagai perasaan ini akan
terus berlanjut bahkan sampai pekerja kemanusiaan kembali ke tempat asal mereka.
Berbagai perasaan ini juga memberikan dampak terhadap kehidupan pribadi pekerja
kemanusiaan. Simak kisah nyata dari seorang pekerja kemanusiaan berikut ini:

Kisah Seorang Pekerja Kemanusiaan

Siti (bukan nama sebenarnya), staf sebuah LSM di Aceh, mengalami luka fisik saat terjadi
kontak senjata; punggungnya terserempet peluru. Hal ini membuat ia sangat ketakutan bila
bertemu dengan orang bersenjata. Ketakutannya terus merembet dan berlebihan, ia menjadi
serba takut akan keamanan nyawanya. Dia harus berpindah-pindah mencari tumpangan di
rumah kawan-kawannya di Medan, Jakarta bahkan Malaysia. Suaminya yang tidak tahan
melihat perilaku Siti akhirnya menjatuhkan talak cerai.

Sumber: Majalah Tempo

Mengelola stress dan burn-out pada relawan
Merawat diri sendiri (self care)

“ Membantu diri sendiri adalah usaha-usaha yang sangat individual yang dilakukan
pekerja kemanusiaan dalam mengatasi berbagai perasaan, pikiran yang dirasakan
mengganggu sebagai akibat dari tugas yang dijalankan “
Langkah-langkah self-care
Pekerja kemanusiaan akan menghadapi berbagai permasalahan ketika akan memulai,

melaksanakan, dan setelah menyelesaikan tugasnya dan kembali ke rumah, ke kehidupan
normalnya. Oleh karenanya, hal-hal berikut penting untuk dilakukan oleh para pekerja
kemanusiaan.
1) Persiapkan segala sesuatunya sebelum bertugas.

Dengan mempersiapkan diri sebaik mungkin sebelum penugasan, kita akan dapat
mengatasi secara lebih efektif berbagai masalah termasuk masalah psikologis yang
akan kita hadapi. Hal-hal yang penting untuk dipelajari adalah:
a. Respon-respon umum yang mungkin terjadi terhadap stres akibat pekerjaan

kemanusiaan dan tanda-tanda kelelahan luar biasa sebagai akibat dari pekerjaan
pada diri sendiri dan rekan sekerja.
b. Tambahlah pengetahuan kita mengenai pendampingan. Kita pasti mengetahui
peribahasa yang menyatakan bahwa pengetahuan adalah kekuatan. Semakin
banyak pengetahuan kita mengenai pekerjaan yang ditekuni maka kita dapat
menjadi pekerja kemanusiaan yang lebih baik dan efektif. Ada berbagai cara
untuk menambah pengetahuan kita: membaca buku, mengikuti pelatihan,
berdiskusi dengan sesama pekerja kemanusiaan, melihat pelaksanaan kegiatan
serupa di lembaga lain atau bidang lain yang terkait dengan pekerjaan
kemanusiaan yang dijalani.
c. Jika kita berasal dari lingkungan budaya yang berbeda dari tempat yang akan kita
datangi, pelajari sebanyak mungkin mengenai budaya setempat.
2) Jaga diri kita sendiri selama masa penugasan.
a. Pastikan kita memiliki waktu istirahat yang cukup
b. Jaga kesehatan tubuh kita. Usahakan untuk makan dan istirahat yang cukup.
Mengalihkan diri dari tugas untuk makan, minum, mencuci, beristirahat, mungkin
tampak seperti membuang-buang waktu tapi hal tersebut akan membantu kita
untuk bertugas secara maksimum dan efisien.
c. Lakukanlah aktivitas fisik yang dapat mengurangi stres, misalnya berjalan-jalan,
berolahraga, dan lain-lain. Bentuk aktivitas yang bersifat rekreatif lainnya juga
dapat membantu mengurangi stres, misalnya: bermain kartu, membaca buku,
bermain musik, dan lain-lain.
d. Hiduplah secara seimbang. Tidak membuat pekerjaan menjadi satu-satunya hal
yang menghabiskan waktu kita adalah hal yang justru sangat penting agar dapat
terus menjalankan pekerjaan tersebut dengan baik. Sebanyak apa pun pekerjaan
kita, kita harus tetap meluangkan waktu untuk beristirahat, beribadah, makan,

berkumpul bersama keluarga, menikmati hobi, meluangkan waktu sendiri, dan
berolahraga.
e. Ingatlah bahwa kita tidak sendiri. Kadang-kadang, ketika kita merasa tertekan,
kita tetap berusaha melakukan segalanya sendiri, tanpa pernah berpikir untuk
minta bantuan orang lain. Padahal, kita bukanlah orang yang harus mengerjakan
semua pekerjaan yang ada (misal: menghilangkan ketakutan masyarakat untuk
memulai aktivitas kembali). Jangan takut meminta bantuan orang lain. Bangunlah
hubungan dan komunikasi yang baik dengan sesama, misal: sesama pekerja
kemanusiaan dari satu lembaga atau lembaga yang berbeda. Jika memungkinkan,
bentuklah pertemuan rutin sesama pekerja kemanusiaan dari berbagai
organisasi/institusi untuk saling bercerita dan mendukung.
f. Kita memang tidak mampu melakukan segalanya, bantulah sesuai kemampuan
kita. Lawanlah perasaan tidak mampu dengan melakukan sesuatu, meskipun kecil.
Kita memang tidak dapat menyelesaikan semua masalah, tetapi kita dapat
membuat keadaan satu atau beberapa orang yang kita dampingi menjadi lebih
baik. Jika pagi tadi kita membuat salah satu anak yang kita dampingi tersenyum
maka saat itulah kita telah membuat dunia terasa lebih baik bagi anak tersebut.
g. Kelola waktu dengan baik. Salah satu sumber tekanan ialah kita merasa banyak
hal yang harus dilakukan dalam waktu yang singkat! Jika kita mengatur waktu
kita dengan baik, hidup kita menjadi lebih teratur dan mengurangi tekanan-
tekanan yang mungkin akan muncul. Langkah pertama dalam mengelola waktu,
adalah dengan mengetahui apa yang kita lakukan, membuat catatan mengenai
bagaimana kita biasanya menghabiskan waktu. Catatan ini memberikan tanda
dimana kita biasanya membuang-buang waktu dan dimana kita mengadakan
“penghematan”. Kita dapat membuat catatan ini dengan cara membuat daftar
tugas yang biasa kita lakukan: catat jumlah waktu yang kita habiskan untuk
masing-masing tugas.
3) Kurangi respon stress
Pelajari beberapa cara mengatasi dan mengelola stress yang dapat digunakan untuk
melindungi diri secara emosional. Cobalah beberapa cara berikut:
a. Bayangkan suasana yang menyenangkan (misalnya, taman yang indah) atau
bayangkan kita sedang melakukan aktivitas yang menyenangkan (misalnya,
berjalan-jalan di dalam hutan) untuk menghindarkan pemikiran-pemikiran yang
menakutkan tentang bencana dan ketidakmungkinan melakukan semua yang

seharusnya dilakukan. Usahakan untuk membayangkan suasana dan aktivitas
menyenangkan ini secara mendetil.
b. Tarik napas dalam-dalam. Fokuskan perhatian kepada udara yang mengalir masuk
dan keluar tubuh anda. Bayangkan ketegangan pada otot dahi anda mengalir keluar
tubuh anda pada setiap hembusan napas.
4) Untuk mengurangi stres pada staf, organisasi sebaiknya:
a. Mengurangi birokrasi dan pekerjaan dalam bentuk laporan yang berlebihan, tidak
sesuai dan merepotkan.
b. Kembangkan suasana saling mendukung di tengah para pekerja kemanusiaan dan
supervisornya.
c. Sediakan informasi yang cukup mengenai tugas yang harus dilakukan dan
informasi mengenai bencana secara keseluruhan.
d. Sediakan kebutuhan untuk para pekerja kemanusiaan.
e. Tetapkan aturan dan jadwal kerja.
f. Bina komunikasi.
g. Sediakan fasilitas yang memadai untuk istirahat, tidur, makan, mencuci.
h. Sediakan makanan, waktu untuk istirahat.
i. Jaga lingkungan dari kebisingan dan mengurangi keruwetan dalam tugas.
j. Kenali dan berikan penghargaan terhadap apa yang dilakukan oleh para pekerja
kemanusiaan.
5) Berbagi pengalaman
a. Carilah seorang/beberapa teman dekat di lapangan.
b. Bicaralah dengan orang lain mengenai pengalaman dan apa yang kita butuhkan.
c. Ambil bagian dalam kegiatan diskusi kelompok dengan para pekerja kemanusiaan
lain. Kegiatan diskusi kelompok ini diharapkan dapat menghindari situasi yang
menekan.
d. Usahakan membina hubungan dengan keluarga di rumah dan teman-teman dari
tempat asal kita.

Persiapkan diri untuk kembali ke rumah
Saat kita kembali ke rumah, persiapkan diri untuk ditanya mengenai berbagai pengalaman
yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan oleh keluarga dan teman. Jangan
berkecil hati kalau kita tidak mendapatkan dukungan yang seperti yang diharapkan.
Setelah sampai di rumah, hal-hal sebaiknya kita lakukan antara lain:

1) Beristirahat total (mungkin sampai beberapa hari)

2) Perlahan-lahan kembali ke rutinitas sehari-hari
3) Memahami bahwa adalah suatu hal yang wajar jika kita ingin bicara pada seseorang

mengenai pengalaman kita di lapangan (atau sebaliknya, tidak ingin berbicara sama
sekali)
4) Mengerti jika terkadang kita mengalami suasana hati yang cepat berubah, hal ini juga
sangat wajar terjadi.

Hal-hal berikut perlu dihindari sebagai cara untuk mengatasi stress yang dialami pekerja
kemanusiaan :
(1) Menggunakan obat terlarang, terlalu banyak merokok, atau minum minuman keras

untuk melupakan masalah,
(2) Memikirkan masalah terus-menerus,
(3) Mengkritik orang lain, merendahkan orang lain,
(4) Membawa ketegangan dalam pekerjaan ke rumah atau sebaliknya,
(5) Melampiaskan kemarahan atau kekesalan pada orang lain,
(6) Lari dari masalah,

“Berusaha untuk selalu menyenangkan semua orang meski kondisi tidak memungkinkan
merupakan suatu beban/sumber stress pekerja kemanusiaan. Belajarlah untuk mengatakan
“tidak” ketika kita memang tidak mau, atau tidak mampu melakukan apa yang diminta
orang lain pada kita.”

Cara-cara sederhana untuk mengelola stress bagi pekerja kemanusiaan
(1) Relaksasi.

Perasaan nyaman yang dibutuhkan tubuh ketika mengalami stress dapat diciptakan
atau dihadirkan
Latihan Menghadirkan Suasana Positif
“Ambil posisi duduk/tidur yang senyaman mungkin. Pejamkan mata, atur nafas anda,
Bayangkan diri anda sedang berada di puncak gunung dengan orang-orang yang anda
kasihi...Udara yang sangat segar dirasakan oleh tubuh anda...Oh.. betapa nyamannya...
Ketika anda memandang terhampar alam yang begitu indah... Suara angin semilir
menggetarkan pepohonan di kiri-kanan anda... Anda pun merasakan nikmatnya angin
semilir tersebut... Sayup-sayup terdengar suara air terjun yang bergemericik...diiringi
kicauan burung-burung yang begitu merdu. Oh... betapa tentramnya hati ini... Nikmat

sekali keindahan yang dapat dirasakan........... Perlahan-lahan buka mata anda dalam
hitungan ketiga, 1...2...3... “
a. Iringan musik yang lembut dapat digunakan untuk menghadirkan suasana positif anda.
b. Suasana positif tiap orang berbeda-beda, ada yang menyukai suasana di gunung, ada

yang menyukai suasana di pantai atau suasana yang lain. Meskipun secara fisik tidak
berada di tempat tersebut, suasana tersebut bisa dihadirkan secara sengaja oleh kita.
(2) Bernapas dalam-dalam.

Ketika berada dalam suasana yang penuh tekanan, irama nafas seseorang tidak
teratur dan cenderung pendek. Dengan mengatur nafas kita, tarikan dan hembusan,
kita dapat mendatangkan suasana santai yang memungkinkan kita untuk dapat
melihat permasalahan secara positif dan mampu berpikir secara lebih jernih.

Latihan Bernapas Dalam-dalam
“ Ambillah posisi yang paling nyaman untuk tubuh anda. Tutuplah mata anda... Letakkan
tangan kanan kiri anda di perut dan tangan kanan anda di dada. Bernapaslah melalui
hidung. Kembangkan perut anda ketika mengambil nafas dan kempiskan perut anda ketika
sedang menghembuskan nafas. Bernapaslah seperti biasa... Perhatikan irama nafas anda...
ketika anda menarik udara dan ketika anda menghembuskannya... Sekarang atur napas
anda...
a. Ambil nafas anda dalam 3 hitungan..1...2...3... tahan napas anda selama 3

hitungan..1...2...3... hembuskan perlahan dalam 3 hitungan pula 1...2...3...
b. (Ulangi selama beberapa kali; setelah lancar melakukan pengaturan terhadap napas

dalam 3 hitungan dapat diperluas menjadi 5 atau 10 hitungan)
c. Sambil menghembuskan nafas, bayangkan berbagai beban di tubuh anda

dihembuskan bersamaan dengan hembusan nafas anda.

(3) Senam tangan
Pada tangan kita terdapat berbagai syaraf yang mengatur kondisi fisik kita. Senam
tangan dapat dilakukan pada berbagai tempat ketika sedang duduk, melakukan
pekerjaan dan lain-lain. Teknik-teknik senam tangan bisa kita lihat dan pelajari
bersama pada Lampiran A.

(4) Berbagi
Pekerja kemanusiaan perlu memiliki rekan kerja/orang lain yang dapat dipercayai
sebagai tempat berkeluh kesah tentang masalah yang dihadapi. Keluarkan berbagai

pikiran dan perasaan negatif. Bercerita kepada diri sendiri atau berbicara kepada diri
sendiri untuk menyemangati atau memberikan dorongan kepada diri sendiri
merupakan sesuatu yang positif, mis: “Saya pasti bisa...”; “ Tidak ada cobaan yang
diberikan melampaui kekuatan kita”; “Hei masalah ! Saya punya Allah yang selalu
membantu saya “
Berbagi dengan orang lain, atau dengan Allah melalui do‟a bisa menjadi cara terbaik
untuk meringankan beban, merasa diri tidak sendiri, dan untuk melatih diri mengatasi
masalah dengan lebih baik. Mengungkapkan apa yang kita rasakan kepada sesama
akan membantu mereka memahami permasalahan kita. Mungkin saja mereka dapat
menemukan cara praktis untuk menolong kita (misalnya, menawarkan bantuan,
memberikan ide pemecahan masalah, dll).

(5) Menulis/Menggambar
Menulis/menggambar tentang pengalaman dan perasaan diri juga merupakan sesuatu
yang positif. Hal yang utama adalah membuat sesuatu yang dirasakan, dipikirkan
yang sifatnya abstrak menjadi suatu yang konkret; tulisan atau gambar. Keuntungan
positifnya adalah kita bisa melihat kembali apa yang telah terjadi dalam diri kita
sehingga tahu bagaimana bersikap dan bereaksi dengan tepat/positif terhadap
pengalaman kita.

B.2 Rangkuman
1. Psikososial : segala sesuatu yang menyangkut aspek psikologis dan aspek sosial dari individu.
2. Keterampilan utama yang dibutuhkan relawan: keterampilan kemimpin, keterampilan

komunikasi dan keterampilan meresolusi konflik.
3. Tipe-tipe konflik yang mungkin muncul antar kelompok/individu di masyarakat: Konflik

kepentingan, Perbedaan pendapat dan ide, Konflik yang muncul akibat kepentingan pihak luar,
Permusuhan atau kompetisi antar individu atau kelompok, Perlakuan tidak adil dan tidak sama,
Konflik akibat pembuat masalah, Konflik struktur sosial, Kesalahpahaman, gosip dan berita
yang tidak jelas (rumor)
4. Teknik pendampingan psikososial : Bermain, Konseling kelompok: (modifikasi), Konseling
individual, PRA (Participatory Rural Appraisal), Pemberdayaan ekonomi.

B.3 Tes Formatif

Pilihlah jawaban yang menurut anda paling benar.

1. Bantuan pada masyarakat yang memperhatikan hubungan dinamis yang terjadi secara terus-

menerus dan saling mempengaruhi antara aspek kejiwaan dan aspek sosial dalam lingkungan
dimana individu/masyarakat berada di sebut dengan…

a. Pendampingan medis. c. Pendampingan sosial.

b. Pendampingan psikososial. d. Pendampingan psikologis.

2. Reaksi yang muncul setelah bencana yang terjadi pada anak-anak adalah sebagai berikut
kecuali…..

a. Mudah tersninggung. c. Penurunan kemauan belajar.

b. Banyak menuntut. d. Semua jawaban benar.

3. Keterampilan yang harus di miliki relawan dalam melakukan pendampingan psikosial adalah
sebagai berikut….

a. Peka & mampu memanfaatkan potensi diri.

b. Memahami perbedaan budaya.

c. Jawaban a dan b benar.

d. Jawaban a dan b salah.

4. Berikut ini adalah mitos-mitos seputas bencana kecuali,

a. Orang mampu memilih dan merespon informasi yang bisa di percaya

b. Tidak dapat menjaga diri sendiri

c. Terlalu banyak informasi

d. Orang-rang menjadi panik

5. Di bawah ini adalah etika-etika yang harus dimiliki relawan dalam melakukan pendampingan
psikososial, kecuali…

a. Menjaga rahasia

b. Menyadari batas-batas kemampuan diri

c. Jangan cepat memberi penilaian terhadapat pendapat korban

d. Mampu melakukan tindakan medis terhadap korban

Setiap soal bobotnya dua puluh (20). Hitunglah perolehan skor peserta dengan mengalikan
jumlah jawaban yang betul dengan bobot soal. Jika perolehan skor peserta masih di bawah 40,
peserta tidak dibolehkan untuk melanjutkan ke materi berikutnya, lakukanlah pengulangan
pemahaman terhadap materi ini hingga peserta benar-benar memperoleh skor di atas 40.

C. Glossary
PRA (Participatory Rural Appraisal): adalah pendekatan yang digunakan oleh NGO dan lembaga
pembangunan internasional. Bertujuan untuk memasukkan pengetahuan dan pendapat masyarakat
pedesaan dalam perencanaan dan manajemen.

D. Referensi
1. Christenson James A. & Robinson, Jr. Jerry W. 1989. Community Development in Perspective.

Iowa: Iowa State University Press/ Ames
2. 1996. Australian Emergency Manual: Disaster Recovery. Emergency Management Australia.
3. Bartholomew L. Kay, Et al. 2001. Intervention Mapping: Designing Theory And Evidence

Based Health Promotion Programs. New York: McGraw Hill
4. Dalton James H. Et al. 2001. Community Psychology: Lingking Individuals and Communities.

Wardsworth
5. Borden, Kenneth S. & Horowitz Irwin A. 2002. Social Psychology, 2nd edition. New Jersey.
6. Juan Jose Lopez Ibor. 2005. Disasters and Mental Health. World Psychiatric Assosiation.

Wiley.
7. 2007. Trauma Psychology: Issues in Violence, Disaster, Helath, and Illness. London:Praeger.
8. 2008. Markas Pusat Palang Merah Indonesia (PMI). Manual Pelatihan Program Dukungan

Psikososial (Psychososial Support Program).

Penutup

Sebagaimana disampaikan pada bagian awal, bahwa Modul Relawan Penanggulangan
Bencana ini disusun sebagai pedoman bagi penyelenggara pelatihan baik ditingkat Pusat maupun
daerah untuk dapat melaksanakan pelatihan dasar terhadap para relawan penanggulangan bencana
di wilayah kerja masing-masing.

Dalam penyusunan Modul Relawan Penanggulangan Bencana ini sangat disadari bahwa
dengan segala keterbatasan yang dimiliki oleh penyusun masih terdapat banyak kekurangan
sehingga ke depan masih diperlukan perbaikan dan penyempurnaan.

Oleh karena itu sangat diharapkan adanya masukan dari berbagai pihak agar Modul
Relawan Penanggulangan Bencana ini semakin lengkap sebagai sebuah panduan. Selanjutnya atas
segala bentuk koreksi, saran dan usulan perbaikan dari semua pihak diucapkan terima kasih.


Click to View FlipBook Version