11. Persetujuan Pertolongan:
Saat memberikan pertolongan, relawan PB wajib memakai dan menunjukkan ID Card saat
memberikan pertolongan dan jika diperlukan agar meminta izin kepada korban terlebih dahulu atau
kepada keluarga dan orang disekitar bila korban tidak sadar. Ada 2 macam izin yang dikenal dalam
pertolongan pertama:
a. Persetujuan yang dianggap diberikan atau tersirat (Implied Consent):
Persetujuan yang diberikan penderita sadar dengan cara memberikan isyarat, atau penderita
tidak sadar, atau pada anak kecil yang tidak mampu atau dianggap tidak mampu
memberikan persetujuan.
b. Persetujuan yang dinyatakan (Expressed Consent):
Persetujuan yang dinyatakan secara lisan maupun tulisan oleh penderita.
12. Ilmu Urai Tubuh Manusia (Anatomy) dan Ilmu Faal (Physiology):
a. Posisi Anatomis:
Tubuh manusia diproyeksikan menjadi suatu posisi
yang dikenal sebagai posisi anatomis, yaitu berdiri
tegak, kedua lengan di samping tubuh, telapak
tangan menghadap ke depan. Kanan dan kiri
mengacu pada kanan dan kiri penderita.
b. Bidang Anatomis:
Dalam posisi seperti ini tubuh manusia dibagi
menjadi beberapa bagian oleh
Gambar 14.8. Posisi Anatomis.
3 buah bidang khayal:
1) Bidang Medial; yang membagi tubuh menjadi kiri dan kanan.
2) Bidang Frontal; yang membagi tubuh menjadi depan (anterior) dan bawah (posterior).
3) Bidang Transversal; yang membagi tubuh menjadi atas (superior) dan bawah (inferior).
Gambar 14.7. Peralatan Pertolongan
Istilah lain yang juga dipergunakan adalah untuk menentukPaenrtsaumaatuuntittuikkRleubmihahdTeaknagtgkae. titik
referensi (proximal) dan lebih jauh ke titik referensi (distal).
Bagan 1.2 Sistem Kelembagaan
13. Pembagian tubuh manusia:
Tubuh manusia dikelilingi oleh kulit dan
diperkuat oleh rangka. Secara garis besar, tubuh
manusia dibagi menjadi:
a. Kepala : Tengkorak, wajah, dan rahang bawah
b. Leher : Batang leher, Jakun, tengkuk
c. Batang tubuh : Dada, perut, punggung, dan
panggul
d. Anggota gerak atas : Sendi bahu, lengan atas,
lengan bawah, siku, pergelangan tangan,
tangan.
e. Anggota gerak bawah : Sendi panggul, tungkai
atas, lutut, tungkai bawah, pergelangan kaki,
kaki. Gambar 14.9. Bagian-bagian Tubuh
Manusia.
14. Rongga dalam tubuh manusia:
Selain pembagian tubuh maka juga perlu dikenali 5 buah rongga yang terdapat di dalam tubuh
yaitu:
a. Rongga tengkorak (Cavum Cranii): Berisi otak
dan bagian-bagiannya.
b. Rongga tulang belakang (Cavum vertebrae):
Berisi bumbung saraf atau “spinal cord.”
c. Rongga dada (Cavum Thoraxis): Berisi jantung
Bagan 1.2 Sistem Kelembagaan
dan paru-paru.
d. Rongga perut (Cavum Abdominis): Berisi
berbagai berbagai organ pencernaan.
e. Rongga panggul (Pelvis): Berisi kandung
kemih, sebagian usus besar, dan organ
reproduksi dalam.
Untuk mempermudah, perut manusia dibagi
menjadi 4 bagian yang dikenal sebagai kwadran
(quadrant), sebagai berikut:
Gambar 14.10. Rongga-rongga dalam a. Kwadran kanan atas (berisi hati, kandung
Tubuh Manusia. empedu, pancreas dan usus).
b. Kwadran kiri atas (berisi organ lambung, limpa
dan usus).
c. Kwadran kanan bawah (berisi terutama organ usus termasuk usus buntu).
d. Kwadran kiri bawah (berisi terutama usus).
15. Sistem dalam tubuh manusia:
Agar dapat hidup tubuh manusia memiliki beberapa
sistem:
a. Sistem Rangka /musculoskeletal syst.
1) Menopang bagian tubuh.
2) Melindungi organ tubuh.
3) Tempat melekat otot dan pergerakan tubuh.
4) Memberi bentuk tubuh. Gambar 14.11. Sistem Kerangka Tubuh
b. Sistem Otot (muscular system): Memungkinkan Manusia (Musculoskeletal System).
tubuh dapat bergerak.
c. Sistem pernapasan (respiratory system):
Pernapasan bertanggung jawab untuk memasukkan oskigen dari udara bebas ke dalam
darah dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh.
d. Sistem peredaran darah (circulatory system): Sistem ini berfungsi untuk mengalirkan darah
ke seluruh tubuh.
e. Sistem saraf (nervous system): Mengatur hampir semua fungsi tubuh manusia. Mulai dari
yang disadari sampai yang tida disadari.
f. Sistem pencernaan (digestive system): Berfungsi untuk mencernakan makanan yang masuk
dalam tubuh sehingga siap masuk ke dalam darah dan siap untuk dipakai oleh tubuh.
g. Sistem Kelenjar Buntu (endocrine system).
h. Sistem Saluran Kemih (urinary system).
i. Kulit (skin). Gambar 14.10. Rongga-rongga dalam
j. anca Indera. Tubuh Manusia.
k. Sistem Reproduksi (reproductive system).
16. Penilaian Terhadap Korban (Casualty Assessment):
a. Penilaian Keadaan:
Menilai keadaan dapat menggunakan tiga kriteria seperti dibawah ini:
1) Bagaimana kondisi saat itu?
2) Apakah kemungkinan – kemungkinan yang akan terjadi?
3) Bagaimana mengatasinya? Bagan 1.2 Sistem Kelembagaan
b. Lokasi:
Pada saat tiba di lokasi kejadian seorang Penolong Pertama harus:
1) Memastikan keselamatannya (termasuk pemakaian APD dan memastikan keadaan
aman).
2) Memastikan keselamatan penderita.
3) Menentukan kesan umum kejadian (mekanisme cedera) dan mulai melakukan
penilaian dini dari penderita (bila penderita sadar, perkenalkan diri).
4) Mengenali dan mengatasi cedera/gangguan yang mengancam nyawa.
5) Stabilkan dan teruskan pemantauan korban.
6) Memperkenalkan diri: Nama dan organisasi, Kemampuan dan Izin untuk menolong.
7) Mencari sumber informasi langsung, didapatkan dari:
a) Kejadian itu sendiri.
b) Si korban (bila sadar).
c) Keluarga atau saksi.
d) Mekanisme kecelakaan.
e) Perubahan bentuk yang nyata atau cedera yang jelas.
f) Gejala dan tanda spesifik suatu cedera atau penyakit.
17. Penilaian Dini (Primary Assessment):
Penilaian dini merupakan suatu proses untuk mengenali dan mengatasi keadaan yang dapat
mengancam nyawa korban.
a. Langkah – langkah penilaian dini:
1) Kesan umum: Tentukan kasus Trauma atau
Medis.
Leher: Periksa bagian depan dan belakang,
pasang cervical collar (neck collar) bila perlu.
2). Periksa kesadaran (Response):
Ada 4 tingkatan yang umum dipakai untuk
menentukan tingkat respons seseorang yaitu Gambar 14.19. Penolong Pertama
sadar (Alert), bereaksi bila dipanggil (Verbal), sedang memasang Cervical Collar.
Manusia.
bereaksi dengan rangsangan nyeri (Painful), tidak sadar (Unresponsive).
A = Alert : Korban sadar sepenuhnya dan mengenali keberadaannya dan
lingkungannya.
V = Verbal : Korban bereaksi bila dipanggil/dapat mengikuti perintah sederhana.
P = Painful = Nyeri : Korban hanya bereaksi pada rangsangan nyeri.
U = Unresponsive : Korban tidak bereaksi pada rangsangan apapun, tidak membuka
mata, tidak bereaksi terhadap suara maupun terhadap rasa nyeri.
Seseorang dalam keadaan tidak sadar yang berat tentunya memerlukan jalan napas baik
dan pertolongan pendukung lainnya.
3). Pastikan jalan napas (Airway) terbuka dengan baik.
4). Nilai pernapasannya (Breathing):
Pernapasan diperiksa dengan cara lihat (Look), dengar (Listen) dan rasakan (Feel). Ada
tidaknya napas ditentukan dalam 3 –5 detik pertama.
5). Nilai sirkulasi (Circulation) dan hentikan perdarahan berat (Severe Bleeding):
Untuk memeriksa ada tidaknya nadi pada penderita diperiksa selama 5 – 10 detik.
6). Hubungi bantuan, informasi-kan status keadaan terakhir korban.
”Penilaian dini harus diselesaikan dan semua keadaan yang mengancam nyawa sudah
harus ditanggulangi sebelum melanjutkan dengan pemeriksaan fisik.”
b. Pemeriksaan Fisik (Physical Examination [Body Check]):
1) Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk membantu kita dalam
mengidentifikasi keadan-keadaan yang mengancam nyawa korban, meliputi seluruh
tubuh penderita.
2) Bertujuan untuk mengetahui adanya tanda-tanda sakit atau cidera pada korban
3) Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis dan berurutan, dilakukan dari ujung
kepala sampai ujung kaki namun dapat berubah sesuai dengan kondisi korban.
c. Prinsip Pemeriksaan Korban: Tindakan ini
Pemeriksaan korban merupakan ketrampilan yang harus dilatih.
melibatkan panca indera kita berupa:
1) Penglihatan/Inspeksi (Inspection).
2) Perabaan/Palpasi (Palpation).
3) Pendengaran/Auskultasi (Auscultation).
d. Kasus Cedera (Trauma) dibandingkan Kasus Medis:
Cara pemeriksaan korban kecelakaan (Trauma) dengan penderita penyakit berbeda.
Tanda-tanda dari suatu cedera (Trauma) dapat jelas terlihat dan teraba. Masalah Medis lebih
berupa gejala yang dirasakan hanya oleh penderita. Untuk mendapatkan data yang lengkap
kita harus dapat membuat korban menjelaskan gejalanya dengan baik dan jelas.
Wawancara Trauma Medis
Pemeriksaan 20 % 80 %
80 % 20 %
Pada cedera beberapa hal yang harus dicari adalah:
1) Perubahan bentuk D (Deformity)
2) Luka terbuka O (Open Wounds)
3) Pelunakan T (Tenderness)
4) Pembengkakan S (Swelling)
Beberapa tanda mungkin sangat nyata, sedang yang lainnya mungkin tidak tampak,
biasanya pada cedera organ dalam dan cenderung serius.
1) Pada saat melakukkan pemeriksaan selalu perhatikan korban.
2) Perhatian menunjukan bahwa kita peduli dan biasanya akan memudahkan kita
memperoleh data yang diperlukan.
18. Pemeriksaan Fisik Ujung Kepala – Ujung Kaki (Head-To-Toe):
a. Kepala (Head):
1). Kulit kepala dan tulang tengkorak.
2). Telinga dan hidung.
3). Anak mata (Pupil).
4). Mulut. Gambar 14.20. Penolong Pertama
5). Wajah dan tulang-tulangnya. sedang memeriksa Kepala Korban.
Gambar 14.21. Penolong Pertama b. Leher (Neck):
sedang memeriksa Leher Korban. 1). Lakukan dari bagian depan ke belakang..
2). Periksa Trachea.
c. Dada (Thorax):
1). Periksa tulang rusuk hingga ke bagian belakang, tapi
jangan sampai mengangkat korban.
2). Periksa tulang dada (Sternum).
Gambar 14.22. Penolong Pertama sedang memeriksa GDaamdabadran14P.1er0u.tRKoonrgbgaan-.rongga dalam
Tubuh Manusia.
d. Perut (Abdomen):
1). Periksa ketegangan dinding perut.
2). Luka yang ada.
3). Periksa kuadran perut bagian yang nyeri terakhir.
e. Punggung (Back): Gambar 14.23. Penolong Pertama
1). Bagian dada belakang. sedang memeriksa Punggung Korban.
2). Tulang belakang.
3). Periksa luka tembus, luka tusuk, luka robek. Gambar 14.24. Penolong Pertama
4). Bila ada akumulasi darah di panggul, pertanda sedang memeriksa Panggul Korban.
cedera perut.
.
f. Panggul (Pelvis):
1). Terdiri dari Ileum kanan dan kiri, Ischium dan
tulang Pubic.
2). Patah tulang panggul akan mengakibatkan
hilangnya darah sebanyak 2 liter.
3). Pada daerah kemaluan : Ereksi konstan
(Priapismus) pada laki–laki.
19. Alat gerak bawah (Lower Extremity dan Alat gerak atas (Upper Extremity) : Cek Pulse,
Motoric, and Sensoric (PMS).
Gambar 14.25. Penolong Pertama sedang Gambar 14.10. Rongga-rongga dalam
memeriksa Alat Gerak Bawah. Tubuh Manusia.
.
Gambar 14.26. Penolong Pertama sedang
memeriksa Alat Gerak Atas.
.
20. Memeriksa Tanda Vital (Vital Sign):
Parameter yang dikelompokkan dalam tanda vital adalah :
a. Denyut nadi (Pulse).
b. Pernapasan (Breathing).
Gambar 14.10. Rongga-rongga dalam
Tubuh Manusia.
Bagan 1.2 Sistem Kelembagaan
c. Suhu tubuh (Body Temperature).
d. Tekanan darah (Blood Pressure).
21. Riwayat Korban (History):
S.A.M.P.L.E.
a. S igns and symptoms - (Gejala dan tanda).
b. A llergies - (Alergi).
c. M edications - (Pengobatan).
d. P ertinent History - (Riwayat penyakit sekarang).
e. L ast oral intake - (Makan dan minum terakhir).
f. E vent - (Peristiwa).
Penolong pertama tidak membuat diagnosis berdasarkan hasil temuannya
22. Pemeriksaan Berkelanjutan (On Going Assessment):
Pemeriksaan diteruskan secara berkala. Setiap 5 menit untuk korban yang tidak stabil, dan
setiap 15 menit untuk korban yang stabil keadaannya.
Periksa kembali:
a. Kesadaran.
b. Jalan nafas.
c. Pernafasan, beri nafas buatan bila perlu.
d. Denyut Nadi.
e. Lakukan lagi pemeriksaan korban, bila perlu.
f. Perawatan yang telah anda berikan.
g. Tenangkan korban.
Jangan tinggalkan korban sendirian
23. Pelaporan:
a. Data korban:
b. Semua pemeriksaan dan tindakan yang telah
diberikan:
1) Keluhan utama. Gambar 14.27. Penolong Pertama,
2) Kesadaran. sedang menyerahkan Laporan kepada
3) Status ABC.
4) Riwayat korban. Petugas Medis.
.
5) Perawatan yang diberikan.
c. Pertolongan dilaporkan secara singkat dan jelas kepada penolong selanjutnya.
24. Bantuan Hidup Dasar dan Resusitasi Jantung Paru (RJP):
Tubuh manusia terdiri dari beberapa sistem, diantaranya yang utama adalah:
a. Sistem pernafasan (Respiratory System).
b. Sistem peredaran darah (Circulatory System).
Kedua sistem ini merupakan komponen utama untuk mempertahankan hidup seseorang.
Terganggunya salah satu atau kedua fungsi ini dapat mengakibatkan ancaman kehilangan
nyawa pada seseorang.
25. Dalam istilah kedokteran dikenal dua istilah mati (Death):
a. Mati klinis (Clinical Death):
Muncul bila korban mengalami henti nafas dan henti jantung, sel-sel otak mulai rusak
dalam waktu 4 – 6 menit, tetapi korban masih dapat ditolong dengan Resusitasi Jantung
Paru (RJP)/Cardiopulmonary Resuscitation (CPR).
Penanganan yang baik masih memberikan kesempatan kedua sistem tersebut berfungsi
kembali
b. Mati biologis (Biological Death):
Mati biologis adalah kematian sel/jaringan yang sifatnya menetap. Kita sudah
mengetahui bahwa otak merupakan pusat pengatur kegiatan seluruh tubuh manusia yang bila
rusak tentu akan berakibat pada tubuh lainnya.
26. Tanda-tanda pasti kematian:
a. Lebam mayat (lividity).
b. Kaku mayat (rigor mortis).
c. Pembusukan (decomposition).
d. Tanda lainnya (cedera mematikan).
Hanya dokter yang berhak menyatakan seseorang meninggal ”
Salah satu cara yang paling dikenal untuk mengatasi mati klinis adalah dengan Resusitasi
Jantung Paru atau RJP (Cardio-Pulmonary-Resuscitation [CPR]). Tindakan ini telah mengalami
perubahan yang mendasar dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir sampai cara yang kita kenal
kini.
27. Prinsip dasar RJP dikenal dengan singkatan A, B dan C, yaitu:
a. Airway Control atau penguasaan jalan napas.
b. Breathing Support atau pernapasan buatan/bantuan napas.
c. Circulatory Support atau bantuan sirkulasi lebih dikenal dengan pijat jantung luar
28. Airway Control (Penguasaan Jalan Nafas):
Tindakan ini merupakan prioritas pada semua penderita. Prosedurnya sangat bervariasi
mulai dari yang sederhana sampai yang paling rumit dan penanganan bedah. Tindakan-tindakan lain
kecil peluangnya untuk berhasil bila jalan napas seseorang masih terganggu.
29. Beberapa cara membuka jalan nafas yang dikenal adalah:
a. Tekan dahi angkat dagu (Head-Tilt/Chin-Lift).
b. Manouver rahang bawah (Jaw-Thrust Manouver).
Gambar 14.28. Head-Tilt/Chin-Lift. Gambar 14.29. Jaw-Thrust Maneuver.
Jangan lupa untuk memeriksa mulut penderita apakah ada suatu benda yang dapat menyumbat
saluran napas (sisa makanan, gigi palsu, dan lain-lain). Pembersihannya dapat dilakukan dengan
cara sapuan jari. Tetapi cara ini tidak boleh dilakukan pada bayi dan anak kecil.
30. Sumbatan Jalan Nafas:
a. Penyebab sumbatan jalan napas:
1) Lidah: lidah jatuh ke belakang, umumnya terjadi pada orang yang tidak sadar.
2) Epiglottis: muncul bila ada alergi, dan kejang.
3) Benda asing: makanan, es, mainan,
gigi, muntahan dan cairan yang
menutup bagian atas saluran nafas.
4) Luka: disebabkan karena luka tusuk
pada leher, remuk pada wajah,
menghirup udara panas (kebakaran),
menelan bahan kimia. Gambar 14.30. Tanda-tanda umum
5) Sakit: infeksi saluran nafas, asma (universal) korban tersedak.
.
dan lain-lain.
b. Sumbatan yang terjadi dapat bersifat total atau sebagian (partial):.
1) Sumbatan sebagian: penyebab sumbatan berada di kerongkongan, tetapi tidak menutup
seluruh jalan nafas.
2) Sumbatan total: korban tidak dapat berbicara, bernafas atau batuk dan kedua tangan
korban memegangi leher (tanda-tanda universal tersedak).
Pada sumbatan sebagian/parsial mungkin tidak diperlukan tindakan khusus, walau
penderita harus secepat mungkin dibawa ke rumah sakit karena jika kesulitan ini
berkepanjangan dapat menimbulkan kegagalan pernapasan.
Khusus untuk sumbatan total dikenal adanya Perasat Heimlich (Heimlich manouver).
31. Beberapa Cara Untuk Membebaskan Jalan Napas Pada Tersedak (Choking):
Gambar 14.31. Gambar atas dan bawah: Heimlich Manouver (Abdominal Thrust)
pada korban yang sadar.
32. Bila penderita menjadi tidak sadar, lakukan langkah-langkah Bantuan Hidup Dasar
(BHD)/Basic Life Support (BLS):
a. Langkah-langkah Bantuan Hidup Dasar, mencakup 4 elemen penting:
1) Pengkajian awal,
2) Penanganan jalan napas,
3) Bantuan napas,
4) Resusitasi jantung.
b. Bantuan Hidup Dasar, berarti tidak selalu dilengkapi dengan peralatan/alat bantu seperti:
“facemask”, pembalut dan lain sebagainya
c. Tujuan Bantuan Hidup Dasar :
Untuk mempertahankan jalan nafas dan sirkulasi darah yang adekwat sampai bantuan medis
tiba
33. Kenali Kejadian, Segera Minta Bantuan, Lakukan Urutan Tindakan Pertolongan
Bantuan Hidup Dasar
a. Periksa DRABC (Danger, Respons, Airway, Breathing Circulation)!
1) Langkah 1 – Danger (Bahaya):
a) Lihat Bahaya di sekitar lokasi kejadian.
b) Pastikan anda, rekan anda dan korban dalam keadaan aman dari bahaya. Jangan
menjadi korban berikutnya!!
c) Kondisi bahaya meliputi:
(1) Bahaya terhadap diri sendiri.
(2) Bahaya terhadap rekan kerja dan orang lain.
(3) Bahaya terhadap korban.
d) Deteksi kondisi bahaya, dengan:
(1) Lihat.
(2) Dengar.
(3) Cium.
e) Amankah lokasi kejadian??
Sebelum melakukan tindakan pertolongan pertama, periksalah:
(1) Bahaya Electrical.
(2) Bahaya Kimia/racun
(3) Bahaya Gas Toxic dan Noxious
(4) Bahaya Struktur yang tidak stabil
(5) Bahaya Api dan minyak
(6) Bahaya Alat yang tidak stabil
2) Langkah 2 – Respons (Kesadaran):
a) Periksa apakah korban responsive atau tidak – sadar atau tidak?
b) Panggil nama korban dan tepuk bahunya.
c) Jika korban ada respons (sadar):
(1) Biarkan posisi korban seperti yang anda temukan.
(2) Minta bantuan segera.
(3) Bila anda sendiri segera tinggalkan korban, cari bantuan dan segera kembali.
(4) Kaji ulang kondisi korban secara teratur – DRABC.
d) Jika korban tidak ada respons (tidak sadar):
(1) Teriak minta tolong/aktifkan sistem Emergency (gawat darurat).
(2) Bila tidak memungkinkan memeriksa korban dengan posisi tertelungkup –
Balikkan tubuh korban segera menjadi posisi terlentang.
(3) Buka Jalan Napas (Airway)
Gambar 14.36. Penolong Pertama meminta bantuan dan membalikkan
tubuh korban dari posisi tertelungkup ke posisi terlentang.
3) Langkah ke 3 – airway (membuka jalan nafas):
a) Tata laksana:
(1) Buka jalan napas korban.
(2) Bersihkan jalan napas
(3) Pertahankan jalan napas terbuka
b) Prosedur membuka Airway – Head Tilt Chin Lift:
Gambar 14.37. Head-tilt/Chin-lift. Gambar 14.38.
Blind Finger-Sweep.
c) Peringatan: Hal yang Harus Dihindari pada ‘Head Tilt-Chin Lift’ :
(1) Jangan menekan jaringan lunak di bawah dagu terlalu dalam, karena dapat
menyumbat jalan napas.
(2) Jangan menggunakan ibu jari untuk mengangkat dagu
(3) Jangan menutup rapat mulut korban (kecuali pernapasan mulut-ke-hidung
merupakan teknik terpilih untuk korban)
34. Breathing Support (Pernapasan Buatan):
Oxygen yang dikandung udara disekitar kita kurang lebih 21 %. Proses bernapas manusia
hanya memanfaatkan sekitar 5 % saja, yang berarti udara yang kita keluarkan masih mengandung
sebanyak 16 % oxygen. Udara ini dapat diberikan kepada korban yang mengalami henti napas
sampai ada sumber oksigen yang lebih tinggi kandungannya.
Gambar 14.10. Rongga-rongga dalam Tubuh Gambar 14.10. Rongga-
Manusia. rongga dalam Tubuh
35. Ada beberapa tehnik yang dikenal untuk memberikan pernapasan buatan diantaranya:
a. Mulut ke masker (Mouth-to-Mask Resuscitation).
b. Mulut ke mulut (Mouth-to-Mouth Resuscitation [Rescue Breathing]).
c. Mulut ke mulut dan hidung (Mouth-to-Nose Resuscitation).
d. Dengan peralatan dikenal Bag Valve Mask (BVM)
36. Contoh pernafasan dari mulut ke mulut ---- Rescue breathing.
Gambar 14.39. Rescue Breathing Gambar 14 40. Mouth-to-Mask
(Mouth-to-Mouth Resuscitation). Resuscitation.
a. Frekuensi pernapasan:
Dewasa : 10 – 12 x pernapasan / menit masing-masing 1,5 – 2 detik.
Anak : 20. x pernapasan / menit masing-masing 1 – 1,5 detik.
Bayi baru lahir : 40 x pernapasan / menit masing-masing 1 – 1,5 detik.
b. Bahaya bagi penolong:
1) Penyebaran penyakit.
2) Kontaminasi bahan kimia.
3) Muntahan penderita.
Saat memberikan pernapasan buatan petunjuk yang dipakai untuk menentukan cukup
tidaknya udara yang diberikan adalah gerakan naiknya dada korban. Jangan sampai
memberikan udara berlebihan, karena akan mengakibatkan udara juga masuk dalam
lambung serta mungkin akan menimbulkan kerusakan pada paru-paru.
Pada beberapa keadaan kita mungkin akan menemukan sumbatan setelah melakukan
pernapasan buatan yang ditandai dengan beratnya upaya kita memberikan udara. Dalam
sGitaumabsai rs1e4p.e1r0t.iRionnigmgaa-kroangkgitaadahlaarmus kembali ke tindakan A seperti telah dijelaskan diatas
(membukaTujabluahn Mnaapnauss)i.a. Gambar 14.10. Rongga-rongga dalam
Tubuh Manusia.
c. Tanda pernapasan yang baik/normal:
1) Dada dan perut bergerak naik dan turun seirama dengan pernapasan.
2) Udara terdengar dan terasa saat keluar dari mulut/hidung.
3) Penderita nampak nyaman.
4) Frekuensinya cukup.
d. Tanda Pernafasan yang tidak baik/tidak normal:
1) Gerakan dada kurang baik.
2) Ada suara napas tambahan.
3) Gerakan bantu napas.
4) Wajah dan bibir berwarna biru (Cyanosis).
5) Frekwensi kurang/berlebihan.
6) Perubahan status mental/kesadaran.
e. Tidak bernapas:
1) Tidak ada gerakan dada/perut.
2) Tidak terdengar aliran udara dari mulut/hidung.
37. Circulatory Support: cukup
Tindakan paling penting pada Circulatory
Gambar 14.41.
Support ini adalah Pijatan Jantung Luar. Ingat: Menentukan Posisi Penekanan.
menghentikan perdarahan besar merupakan
tindakan yang sangat penting dan harus segera
dilakukan bila seorang korban ditemukan dalam
keadaan perdarahan besar.
Pijatan Jantung Luar dapat dilakukan
mengingat sebagian besar dari jantung terletak
diantara tulang dada dan tulang punggung,
sehingga penekanan dari luar dapat menyebabkan
terjadinya efek pompa pada jantung yang dinilai
untuk mengatur peredaran darah minimal pada
keadaan mati klinis.
38. Posisi Penekanan:
Penekanan dilakukan pada garis tengah tulang dada kurang lebih 2 jari dari pertemuan tulang
rusuk paling bawah kiri dan kanan. Secara umum dapat dikatakan bahwa bila jantung berhenti
berdenyut maka pernapasan akan berhenti juga, namun keadaan ini tidak berlaku sebaliknya.
Seseorang mungkin hanya mengalami kegagalan pernapasan dengan jantung yang masih berdenyut,
walau kalau kelamaan akan berakhir terjadinya henti jantung juga karena kekurangan oxygen.
39. Resusitasi Jantung Paru (RJP):
Resusitasi Jantung Paru harus dimulai sesegera mungkin saat menemukan korban mengalami
henti nafas dan henti jantung.
Tindakan ini merupakan gabungan dari ketiga komponen A, B dan C.
Pelaksanaannya terlihat pada skema dasar resusitasi.
a. Pastikan korban tidak sadar.
b. Panggil bantuan.
c. Cek ABC:
1) Airway/jalan nafas: gunakan cara yang tepat dalam membuka jalan nafas.
2) Breathing/nafas: LDR (Lihat, Dengar, Rasakan [Look, Listen, Feel]. Jika korban tidak
bernafas, berikan 2 nafas awal.
3) Circulation: periksa nadi 5 – 10 detik. Jika nadi tak teraba, lakukan RJP.
a) Pada orang dewasa dan anak-anak rasio untuk RJP untuk satu atau dua orang
penolong adalah (menurut American Heart Associaton, tahun 2006): 30 kompresi
dada : 2 ventilasi.
b) Pada bayi hanya dikenal satu rasio yaitu: 5 kompresi dada :1 ventilasi.
40. Tempat kompresi untuk RJP dewasa:
a. Posisikan korban. Harus ditempat yang rata dan keras, lengan korban disamping badan
korban.
b. Ekspos dada korban. Buka baju korban dan berikan privasi.
c. Posisikan penolong. Berlutut disisi kanan atau kiri korban, lutut dibuka selebar bahu.
d. Tentukan titik xyphoid process. Cari dari pertemuan dua tulang iga paling bawah korban.
Gambar 14.39. Rescue Breathing
Gambar 14.42. Lokasi penempatan Gambar 14.43. Posisi yang benar dari
tangan untuk Pijat Jantung Luar. tangan untuk Pijat Jantung Luar.
e. Tentukan titik kompresi. Letakkan 2
jari diatas pertemuan tulang iga
paling bawah dan letakan salah satu
tumit tangan dan tangan yang lain
ditempatkan diatasnya (saling
mengunci):
f. Posisikan bahu. Tegak lurus dengan
telapak tangan.
g. Lakukan kompresi dada. Lengan
lurus dan dikunci. Ayunan dari
pinggang melalui bahu. Lepaskan
tekanan setiap kali selesai kompresi. Gambar 14.44. Penolong Pertama sedang
Jangan angkat tangan dari titik melakukan Pijat Jantung Luar.
kompresi.
Bila korban menunjukan tanda-tanda pulih, maka tindakan RJP dihentikan atau hanya
diarahkan ke sistem yang belum pulih saja. Biasanya yang paling lambat pulih adalah
pernapasan spontan.
41. Catatan Untuk Pelaksanaan RJP:
RJP yang baik bukan berarti penderitanya akan selamat, tetapi ada hal-hal yang dapat
dipantau untuk menentukan keberhasilan tindakan maupun pemulihan sistem pada korban.
a. Saat melakukan pijatan jantung luar (PJL), suruh seseorang menilai nadi karotis (Carotid
Pulse), bila ada denyut maka berarti tekanan kita cukup baik.
b. Gerakan dada terlihat naik turun dengan baik pada saat memberikan pernapasan buatan.
c. Reaksi pupil mungkin kembali normal.
d. Warna kulit penderita akan berangsur-angsur baik.
e. Penderita mungkin akan menunjukan refleksi meGnaemlabnard1a4n.1b0e.rgReornagkg.a-rongga dalam
f. Denyut nadi akan kembali. Tubuh Manusia.
42. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi saat melakukan RJP:
a. Patah tulang dada dan tulang iga.
b. Bocornya paru-paru (Pneumothorax).
c. Perdarahan paru-paru (Haemothorax).
d. Luka dan memar pada paru-paru.
e. Robekan pada hati.
Bagan 1.2 Sistem Kelembagaan
K ESALAHAN PADA RJ P
Kesalahan Hasil
Penderita tidak pada bidang keras. Kompresi tidak efektif.
Penderita tidak horizontal. Bila kepala penderita lebih tinggi maka
jumlah darah yang ke otak berkurang.
Head-tilt / chin-lift kurang baik. Jalan napas terganggu, ventilasi tidak
maksimal.
Kebocoran saat melakukan pernapasan Ventilasi tidak efektif.
buatan.
Lubang hidung kurang tertutup rapat dan Ventilasi tidak efektif.
mulut penderita kurang terbuka saat
pernapasan buatan.
Letak tangan kurang tepat, arah tekanan Patah tulang iga, luka dalam paru-paru,
kurang baik. Kompresi tidak maksimal.
Tekanan terlalu dalam atau terlalu cepat. Jumlah darah yang dialirkan kurang.
Rasio kompresi dan ventilasi tidak baik. Oxygenisasi darah kurang.
43. Perdarahan (Bleeding) dan Syok (Shock):
Review Organ:
a. Jantung:
1) Bagian kanan jantung menerima darah dari seluruh tubuh dan meneruskannya ke paru –
paru untuk di beri oxygen.
2) Bagian kiri jantung menerima darah yang mengandung oxygen dari paru–paru dan
mengedarkannya keseluruha tubuh.
Pembuluh Nadi (Artery): Merupakan pembuluh darah yang mengangkut darah yang
kaya oxygen ke seluruh tubuh. Perdarahan pada pembuluh darah arteri biasanya
berwarna merah terang.
Kapiler (Capilair): Setiap pembuluh nadi secara bertahap dibagi dalam pembuluh darah
yang lebih kecil sampai akhirnya menjadi kapiler, pembuluh darah terkecil yang dekat
dengan kulittubuh. Disinilah terjadi pertukaran antara oxygen dan carbondioxide serta
zat-zat yang diperlukan lainnya.
Pembuluh balik (Vena): Adalah pembuluh darah yang membawa darah kembali ke
jantung. denyutannya tidak sekuat denyut arteri, merupakan pembuluh darah yang
dilewati darah yang berisi carbondioxide. Perdarahan di pembuluh darah vena berwarna
merah gelap.
b. Denyut Nadi (Pulse):
Denyut nadi dapat mudah teraba pada bagian tubuh yang pembuluh nadinya berada di
permukaan dekat kulit di atas tulang. Setiap kali jantung berdenyut maka kita dapat meraba
denyut nadi pada tempat-tempat tertentu, misalnya:
Nadi karotis (carotis) : di leher.
Nadi radial (radialis) : di pergelangan tangan.
Nadi femoral (femoralis) : di lipatan paha.
c. Darah (Blood):
Darah terdiri dari:
1) Sel darah merah.
2) Sel darah putih.
3) Keping darah.
4) Plasma darah.
Pada umumnya jumlah darah orang dewasa berkisar antara 4 – 6 liter.
Fungsi darah: Secara umum berfungsi:
1) Transportasi oxygen dan zat makanan.
2) Melawan penyakit/infeksi.
3) Membuang zat sampah.
Kemampuan pembekuan darah biasanya antara 6 – 7 menit.
44. Perdarahan (Bleeding):
a. Perdarahan Luar (External Bleeding):
Pada perdarahan luar jelas terlihat
adanya darah yang keluar dari suatu luka.
Macam-Macam Perdarahan Luar
(External Bleeding):
1) Perdarahan Arteri: Gambar 14.47. Perdarahan Luar
Darah yang keluar berwarna merah (External Bleeding).
segar/terang dan memancar mengikuti denyut nadi.
2) Perdarahan Vena:
Darah mengalir keluar secara merata, berwGaarmnabamr 1e4ra.4h3t.uPa/ogseisliapya. ng benar dari
3) Perdarahan Kapiler: tangan untuk Pijat Jantung Luar.
Darah mengalir secara perlahan, jumlahnya sedikit, hampir mirip dengan perdarahan
vena.
45. Penanganan Perdarahan Luar:
a. Tekanan langsung.
b. Tinggikan bagian yang luka.
c. Tekan titik penekanan.
d. Imobilisasi bagian yang luka (pada alat gerak ).
e. Tourniquet.
Gambar 14.49. Gambar kiri Tekanan langsung (Direct Pressure) gambar kanan penekanan pada
Titik Tekan Perdarahan (Pressure Point).
46. Perdarahan Dalam (Internal Bleeding):
Perdarahan dalam dapat ringan sampai mengancam nyawa. Darah yang hilang tidak terlihat
pada luka dalam. Contohnya luka robek pada hati, patah tulang tertutup dengan perdarahan.
Gejala dan tandanya sangat bervariasi tergantung
dari letak luka dalam dan berkumpulnya darah pada bagian
tubuh, diantaranya:
a. Batuk darah segar.
b. Muntah darah hitam.
c. Bagian tubuh luar memar.
d. Dinding perut tegang dan nyeri.
e. Sesak napas.
f. Riwayat benturan benda tumpul. Gambar 52. Perdarahan Dalam (Internal
Bleeding).
47. Penanganan Perdarahan Dalam:
Dalam penanganan perdarahan dalam terdapat 4 (empat) langkah yang harus dilakukan, yaitu:
a. Jaga jalan napas, beri oxygen bila tersedia.
b. Jaga suhu pasien senyaman mungkin.
c. Rawat shock.
d. Bawa ke Rumah Sakit.
48. Perfusi (Perfussion):
Perfusi merupakan sirkulasi darah ke organ – organ penting (masuk glossary). Perfusi ditandai
dengan masuknya darah yang kaya oxygen melalui arteri dan keluar ke pembuluh vena. Proses
perfusi inilah mempertahankan kehidupan sel dan organ dengan memasukkan oxygen, zat makanan
dan mengeluarkan zat sampah. Kegagalan perfusi akan mengakibatkan kematian organ.
Gambar 14.10. Rongga-rongga dalam
49. Shock:
Shock merupakan kegagalan sistem sirkulasi untuk memberikan darah yang mengan-dung
oxygen keseluruh tubuh ( perfusi jaringan yang tidak baik ).
Penyebab shock:
a. Kegagalan jantung memompa darah.
b. Kehilangan darah dalam jumlah besar.
c. Pelebaran pembuluh darah, sehingga darah tidak mengisi pembuluh darah dengan baik.
Ada beberapa macam shock namun semuanya sama
hasilnya yaitu perfusi organ tidak adekuat.
Tanda-tanda shock:
a. Pernapasan : Dangkal dan cepat.
b. Nadi : Cepat tapi lemah.
Gambar 14.53. Mempertahankan suhu c. Kulit : Pucat, dingin dan lembab.
tubuh pada penderita Shock. d. Wajah : Pucat, mungkin Cyanosis.
e. Mata : Menerawang, Pupil dilatasi.
Gejala Shock adalah mual dan mungkin muntah, haus, lemah, vertigo dan gelisah serta takut.
Penanganan Shock:
a. Awasi jalan napas, beri oxygen bila ada.
b. Hentikan perdarahan bila ada.
c. Tinggikan tungkai sekitar 20 – 30 cm.
d. Kecuali kita mencurigai adanya cedera tulang punggung, korban tetap terlentang.
e. Pertahankan suhu tubuh penderita, tetapi jangan sampai membuat suhu penderita terlalu
tinggi.
f. Rawat luka ringan.
50. Cedera Jaringan Lunak Dan Organ Dalam:
Gambar 14.10. Rongga-rongga dalam
a. PenuTtuubpuhLuMkaanDusaian. Pembalut:
1) Penutup luka
Bahan yang digunakan untuk menutupi luka yang membantu menghentikan
perdarahan dan turut mencegah kontaminasi lebih lanjut.
2) Pembalut
Bahan untuk penahan luka agar tetap ditempatnya.
3) Penutup kedap (occlusive)
Bahan kedap air yang dipakai pada luka untuk mencegah keluar masuknya udara dan
Bagan 1.2 Sistem Kelembagaan
mencegah kelembaban organ dalam.
4) Penutup tebal
Setumpuk bahan penutup luka setebal kurang lebih 2-3 cm.
b. Penggunaan: Pemakaian penutup luka dan pembalut seyogyanya harus:
1) Mengontrol perdarahan.
2) Memasang penutup luka dengan cara aseptik.
3) Menutup seluruh permukaan luka.
4) Memastikan penutup luka dan pembalut kuat, terikat baik dan nyaman, namun tidak
terlalu keras sehingga mengganggu sirkulasi.
5) Pastikan tidak ada ujung bebas yang bisa tersangkut.
6) Jangan menutup ujung jari.
Perawatan pra RS untuk luka dan jaringan luka ditujukan untuk menghentikan perdarahan dan
mencegah kontaminasi.
51. Luka Tertutup (Closed Wound):
Luka tertutup adalah Cedera jaringan lunak tanpa terputusnya/rusaknya jaringan kulit.
Penanganannya adalah sebagai berikut :
a. R. I. C. E.: Rest, Ice, Compress, Elevate.
b. Awasi tanda vital korban perubahan mendadak pada tanda – tanda vital, dapat menjadi
indikasi cedera organ dalam.
c. Rawat shock.
d. Bawa ke rumah sakit secepat mungkin.
52. Luka Terbuka (Open Wound):
Luka terbuka adalah cedera jaringan lunak disertai terputusnya/rusaknya jaringan kulit.
a. Jenis luka terbuka:
1) Luka lecet (Abrasio).
2) Luka sayat dan luka robek (Vulnus
Scissum dan Laceratio).
3) Luka tusuk (Puncture Wound/Vulnus
punctum).
4) Avulsi (Avulsion). Gambar 14.54. Luka lecet
5) Amputasi (Amputation). (abrasion).
6) Luka remuk.
7) Luka tembak (Gun Shot Wound).
8) Luka gigitan.
b. Penanganan luka terbuka:
1) Paparkan seluruh luka dan sekitarnya.
2) Hentikan berdarahan.
3) Cegah kontaminasi.
4) Tutup luka dan balut.
5) Buat korban senyaman mungkin.
6) Rawat Shock bila perlu.
53. Penanganan Beberapa Luka Khusus:
a. Luka tusuk (Puncture Wound):
1) Tutup seluruh permukaan yang tertusuk.
2) Periksa apakah ada luka tusuk keluar (tembus).
b. Benda menancap:
1) Jangan pernah mencabut benda, kecuali pada pipi dan menggangu jalan napas.
2) Hentikan perdarahan.
3) Stabilkan benda yang menancap.
c. Avulsi (Flap kulit):
1) Bersihkan permukaan luka.
2) Kembalikan flap ke posisi semula.
3) Hentikan perdarahan.
4) Tutup dengan penutup tebal dan balut.
d. Amputasi:
1) Bersihkan luka.
2) Hentikan perdarahan.
3) Pasang penutup oklusif dan balut.
4) Simpan bagian amputasi dalam kantong es.
e. Cedera Pipi:
1) Jaga jalan napas.
2) Bila perlu pasang penutup luka di dalam dan diluar mulut.
3) Periksa mulut dengan seksama.
4) Periksa apakah ada perdarahan di dalam mulut atau lebih di dalam.
5) Pasang penutup luka dan balut.
a) Bila ada benda menancap maka lepaskan benda tersebut ke arah yang akan
menimbulkan cedera lanjut paling sedikit.
b) Kecuali ada cedera leher atau tulang punggung miringkan kepala korban ke salah
satu sisi untuk mengalirkan darah.
f. Perdarahan Hidung:
1) Jaga jalan napas.
2) Tekan kedua cuping hidung.
3) Perintahkan korban duduk diam.
4) Periksa apakah ada cairan otak yang keluar (CSF, Certebro Spinal Fluid), jangan
menutup hidung.
5) Jangan mengeluarkan benda dalam hidung.
6) Bila ada avulsi pakai pembalut penekan.
g. Luka pada mulut:
1) Jaga jalan napas.
2) Pada bibir yang sobek gunakan pembalut gulung dan letakkan di antara bibir dan gusi.
Hati-hati sumbatan jalan napas.
3) Avulsi bibir, berikan tekanan pada luka.
4) Luka pada bagian dalam mulut, jangan penuhi mulut korban, penutup yang diletakkan
antara gusi dan pipi cukup asal difiksasi untuk mencegah masuk kesaluran napas.
h. Luka pada mata:
1) Hindari penekanan berlebihanpada luka tusuk dimata.
2) Jangan mencabut bendayang menancap bila ada.
3) Stabilkan benda yang menancap, namun jangan menekan bola mata.. Benda yang
menancap juga harus ditutup.
4) Ikat atau balut penutup luka dengan baik.
5) Tutup juga mata yang sehat.
6) Rawat shock bila perlu.
7) Berikan oxygen bila perlu.
8) Bawa ke rumah sakit.
Catatan: bola mata yang keluar juga dirawat seperti benda menancap.
i. Luka pada telinga:
Telinga luar : Telinga tengah :
1. Luka ringan, pakai penutup luka 1. Jangan memasukan sesuatu ke dalam
dan balut. telinga.
2. Luka berat, Pasang penutup luka
2. Berikan celah agar cairan dari dalam
pada telinga yang luka dan perluas telinga masih dapat mengalir keluar.
sampai sisi kepala.
3. Daun telinga lepas atau hampir 3. Pasang penutup luka yang bersih
terlepas, Bila hampir lepas , pakai secara longgar untuk menyerap
penutup tebal dan balut. Bila lepas, cairan..
simpan bagian yang lepas
dibungkus kapas, basah-kan dan
masukan dalam kantong es.
4. Jangan berikan penekanan.
Darah, cairan bening atau cairan bersemu darah yang mengalir dari telinga meru-
pakan petunjuk adanya patah tulang tengkorak atau cedera kepala berat.
j. Cedera perut:
Rongga perut berisi organ-organ dalam, baik padat maupun berongga.
Gejala dan tanda cedera perut.
1) Nyeri atau kejang pada daerah perut,
lokal atau luas.
2) Posisi menjaga atau tiduran dengan
posisi janin.
3) Nyeri tekan pada perut.
Gambar 14.60.a. Perawatan luka di 4) Tanda-tanda shock.
perut dengan usus keluar. 5) Dinding perut kaku, tegang dan
kembung.
6) Rasa tidak nyaman yang berkembang menjadi sesak nyeri yang hebat.
7) Nyeri didaerah panggul atau punggung bawah.
8) Nyeri yang menjalar ke bahu.
9) Muntah darah segar/hitam.
10) Buang air besar (b.a.b.) berdarah hitam atau segar.
Penanganan cedera perut:
1) Hati-hati korban muntah.
2) Rawat semua luka:
a) Jangan berupaya memasukan organ
yang terburai.
b) Jangan mencabut benda yang
menancap.
cG)aPmebrairks1a4.t1a0n.dRaovnigtgala-sreocnagrgaaberkala.
dalam Tubuh Manusia.
d) Letakkan korban pada posisi
telentang. Gambar 14.60.b. Perawatan luka di
e) Rawat shock. perut dengan usus keluar.
Luka perut disertai keluarnya organ dalam:
1) Jangan mengembalikan organ ke dalam perut.
2) Tutup dengan penutup kedap.
Bagan 1.2 Sistem Kelembagaan
3) Tutup dengan penutup luka besar dan balut.
54. Patah Tulang (Fracture), Dislokasi, Sprain dan Strain:
a. Patah Tulang (Fracture):
1) Fungsi sistem rangka:
a) Membentuk tubuh.
b) Melindungi organ penting.
c) Pergerakan tubuh.
d) Membentuk sel darah merah.
Gambar 14.61. Sistem Kerangka Ada 2 macam tulang yaitu tulang pipih dan
pada manusia. tulang pipa.
b. Definisi Patah tulang (Fracture):
Patah tulang merupakan terputusnya jaringan tulang
c. Jenis patah tulang:
1) Patah tulang tertutup (Closed Fracture):
Bagian tulang yang patah tidak kontak dengan udara dan kulit diatasnya masih utuh.
2) Patah tulang terbuka (OpenFracture):
Bagian tulang yang patah kontak dengan udara, kulit diatasnya terputus/rusak, tulang tidak
selalu terlihat. Patah tulang terbuka memerlukan pertolongan medis yang lebih cepat karena
adanya risiko kontaminasi yang cukup besar.
Gambar 14.10. Rongga-rongga Gambar 14.63. Klasifikasi Patah
dalam Tubuh Manusia. Tulang (Fracture): dari kiri ke kanan
Gambar 14.62. Patah Tulang oblique, communinated, spiral,
(Fracture), gambar atas patah tulang compound.
tertutup (A) dan patah tulang terbuka
(B), gambar bawah patah tulang
terbuka akibat luka tembak (C).
3) Tanda dan gejala patah tulang:
a) Perubahan bentuk atau bengkoknya bagian tubuh yang cedera, bandingkan dengan sisi
yang sehat.
Baganb1).2RSaisstaemsakKietldemanbangyaearni tekan pada saat disentuh atau digerakkan.
c) Crepitus – suara berderak.
d) Bengkak.
e) Memar dan perubahan warna.
f) Terlihat bagian tulang yang patah.
g) Persendian sukar atau tidak dapat digerakkan.
h) Mati rasa dan kelumpuhan.
i) Terganggunya sirkulasi pada bagian distal yang cedera yang ditandai dengan perubahan
warna kulit, suhu atau pengisian kapiler.
55. Dislokasi:
Dislokasi adalah keluarnya salah satu tulang dari sendinya.
Gejala dan tanda:
a. Perubahan bentuk.
b. Bengkak, ringan sampai berat disekitar sendi.
c. Nyeri dan kaku atau perasaan tertekan pada daerah sendi.
d. Gangguan gerak pada sendi yang cidera.
Gambar 14.64. Dislokasi Gambar 14.65. Dislokasi Gambar 14.66. Dislokasi
sendi siku (os radius). sendi bahu (kepala sendi os pangkal paha (kepala sendi
humerus). os femur).
56. Sprain Dan Strain (Terkilir):
a. Sprain: Cedera pada sendi dimana ligament tertarik atau robek sebagian.
b. Strain: Cedera dimana otot dan atau tendon-nya tertarik.
Gejala dan tandanya serupa dengan dislokasi.
Dislokasi, patah tulang dan sprain mungkin ditemukan bersamaan pada satu cedera.
Gambar 14.67. AGnamatobmary1d4a.1r0i .oRtootn(gmguas-cle), ligamGenatm, dbaanr 1te4n.1d0o.nR. ongga-
Gambar 14.10. Rongga- rongga dalam Tubuh rongga dalam Tubuh
rongga dalam Tubuh Manusia. Manusia.
Manusia.
Gambar 14.68. Gambar kiri sprain (pada pergelangan kaki kiri),
gambar kanan strain (pada otot bahu kiri)
Gambar 14.69. Perawatan sprain dan strain R.I.C.E.: dari kiri ke kanan Rest (diistirahatkan), Ice (dikompres
dingin), Compress (dipasangi pembalut tekan), Elevate (ditinggikan).
57. Pembidaian (Splinting):
Pemasangan alat bantu untuk menstabilkan bagian tubuh
yang nyeri, berubah bentuk atau bengkak. Tujuan utama
pembidaian adalah untuk mencegah gerakan dari bagian tubuh.
Untuk menjamin efektifitasnya maka bidai terpasang harus
meliputi tulang dan kedua sendi yang mengapit bagian yang
cedera.
a. Tujuan pembidaian adalah:
1) Mencegah pergerakan sendi atau bagian tulang yang
patah.
2) Mengurangi rasa sakit dan derita.
3) Mengurangi kerusakan pada jaringan lunak.
4) Mengontrol perdarahan dan bengkak.
5) Membantu mencegah terjadinya shock.
b. Beberapa jenis bidai:
1) Bidai lurus.
2) Bidai lipat.
3) Traksi.
4) Gendongan (sling dan swath), Bidai improvisasi. Gambar 14.70. Immobilisasi
patah tulang lengan, dengan
lengan baju (gambar atas) dan
dengan sling (gambar bawah).
c. Ketentuan umum pembidaian:
Tanpa memperhatikan jenis dan macam bidai secara umum pembidaian aturan
umumnya yaitu:
1) Sedapat mungkin komunikasi-kan rencana penolong dengan korban.
2) Sebelum membidai rawat luka dan perdarahan lebih dahulu.
3) Selalu buka atau bebaskan pakaian pada daerah sendi sebelum membidai, buka
perhiasan di daerah patah atau dibawahnya.
4) Periksa denyut nadi, gerakan dan sensasi.
5) Jangan berupaya merubah posisi bagian yang cedera. Upayakan membidai dalam posisi
ketika ditemukan.
6) Lapisi bidai dengan bahan yang lunak.
7) Isilah bagian yang kosong antara tubuh dengan bidai dengan bahan pelapis.
8) Bila cedera terjadi pada sendi upayakan juga untuk membidai sendi diatas dan
bawahnya.
9) Jangan membidai berlebihan.
58. Penanganan patah tulang, dislokasi dan sprain:
Pemeriksaan melibatkan indera kita, inspeksi, palpasi dan auskultasi.
1) Lakukan penilaian dini:
a) Kesan umum korban.
b) Cek kesadarannya.
c) Cek ABC nya.
d) Menginformasikan/melaporkan kondisi korban umur, jenis kelamin, keluhan utama,
tingkat kesadaran (kondisi ABC) pada unit gawat darurat yang akan datang membantu.
2) Lakukan pemeriksaan fisik:
a) Cari perubahan bentuk yang nyata.
b) Cari luka.
c) Cari tempat yang nyeri.
d) Cari bagian yang bengkan dan berubah warna.
e) Periksa bagian distal sebelum dan sesudah pembidaian yaitu denyut nadi, fungsi
motorik dan sensasi (Pulse, Motoric, and Sensoric [PMS]).
3) Stabilkan cedera secara manual.
4) Paparkan bagian yang cedera.
5) Rawat luka dan perdarahan.
6) Siapkan bahan untuk bidai.
7) Bidai bagian yang cedera dengan hati-hati.
8) Periksa kembali denyut nadi, motorik dan sensasi (PMS).
9) Kompres dengan es bagian yang cedera untuk mengurangi rasa sakit.
10) Atasi shock bila terjadi.
Gambar 14.71. Berbagai jenis pembidaian.
59. Cedera Kepala, Tulang Belakang, dan Dada:
a. Cedera Kepala:
Fungsi utama dari tulang tengkorak adalah untuk memberikan perlindungan pada otak.
Tulang tengkorak tidak mudah patah, tetapi bila tulang tengkorak patah, maka terdapat
kemungkinan adanya trauma pada kepala.
Patah tulang tengkorak bisa terbuka dan tertutup, Penolong Pertama harus mencurigai
adanya cidera pada otak dan tulang belakang.
Ingat!
Jangan mencoba mencabut benda yang menancap di kepala tetapi distabilkan.
Jangan menghalangi aliran cairan otak yang keluar melalui hidung dan telinga/ luka
ditelinga.
Tutup dengan memakai penutup kassa steril (jangan terlalu kencang).
\
1) Gejala Dan Tanda Cedera Kepala:
a) Perubahan status mental mulai dari bingung sampai tidak sadar.
b) Nyeri atau peradangan di sekitar cedera.
c) Luka terbuka yang dalam atau gumpalan darah pada kulit kepala.
d) Ada bagian tengkorak yang teraba lembut atau lebih dalam.
e) Memar di muka.
f) Memar di belakang telinga (battle’s sign).
g) Memar di sekeliling mata (racoon’s eyes).
h) Salah satu atau kedua mata lebih dalam.
i) Pupil tidak simetris.
j) Sakit kepala sangat hebat atau muncul mendadak.
k) Darah atau cairan otak keluar melalui hidung/telinga.
l) Penurunan tanda vital.
m)Mual muntah.
n) Postur abnormal.
2) Penanganan cedera kepala:
a) Lakukan penilaian dini.
b) Hentikan perdarahan.
c) Imobilisasi kepala dan leher.
d) Berikan oxygen bila ada.
e) Tutup dan balut luka.
f) Baringkan korban dengan baik, hati-hati dengan kemungkinan korban muntah.
g) Penilaian tingkat kesadaraannya, monitor tanda vital.
b. Cedera Otak:
1) Terbuka/tertembus: cedera otak biasanya berkaitan dengan patah tulang tengkorak atau
tertembus benda asing.
2) Tertutup: Cedera otak tertutup tidak berkaitan dengan patah tulang tengkorak walaupun
kulit kepala mengalami luka, namun demikian, otak masih mungkin mengalami cedera
serius.
Gejala dan tanda khas cedera otak:
1) Muntah.
2) Mual.
3) Lemah.
4) Gangguan penglihatan.
5) Sakit kepala.
6) Tidak sadar atau penurunan response.
7) Perubahan posture.
8) Gangguan pernapasan.
Catatan:
Jika disertai dengan cidera berat pada wajah maka perhatikan airway. Pastikan jalan
napas terbuka dengan baik tanpa terlalu menggerakkan kepala korban .
c. Cedera Tulang Belakang/Cedera Spinal:
Cedera spinal adalah cedera pada sumsum tulang belakang (medulla spinalis) dengan
atau tanpa kerusakan tulang belakang:
1) Tabrakan mobil/motor.
2) Orang yang tertabrak mobil.
3) Terjatuh dari tempat yang tinggi.
4) Kecelakaan saat menyelam.
5) Gantung diri.
6) Trauma benda tumpul.
7) Luka tembus pada kepala, leher atau badan.
8) Luka tembak.
9) Kecelakaan akibat olah raga kecepatan (ski, selancar, balap motor dll.).
10) Korban trauma yang tidak sadar.
Gejala dan tanda:
1) Mati rasa pada alat gerak.
2) Kelumpuhan pada alat gerak.
3) Kesulitan bernafas.
4) Hilangnya kemampuan mengontrol keinginan buang air besar/kecil.
5) Priapismus/ereksi konstan pada penis (tanda klasik cedera tulang spinal), pada pria.
d. Cidera Punggung:
1) Perubahan bentuk pada leher.
2) Perubahan bentuk yang jelas pada tulang spinal.
3) Cedera kepala.
4) Gumpalan darah didaerah bahu punggung, perut atau kaki.
5) Rasa sakit saat bergerak disepanjang tulang spinal.
6) Rasa sakit temporer/tetap pada tulang spinal / tungkai bawah walau tak ada gerakan.
7) Nyeri tekan pada lokasi cedera.
Catatan:
Gejala dan tanda tersebut diatas biasanya tidak khas atau tidak langsung terlihat. Tidak
ditemukankannya hal-hal di atas tidak menyingkirkan kemungkinan adanya cedera spinal.
Penyulit pada cedera spinal:
1) Henti napas, karena kelumpuhan otot dada.
2) Shock neurogenic.
3) Kelumpuhan umum.
Penanganan cedera spinal:
1) Selidiki mekanisme cedera.
2) Lakukan stabilisasi manual netral satu garis lurus pada leher dan kepala saat. pertama
kali kontak dengan patient.
3) Lakukan penilaian dini.
4) Berikan oxygen bila ada.
5) Lakukan pemeriksaan korban dan berikan perawatan.
6) Pertahankan stabilitas manual sampai ada stabilitas penuh.
e. Cedera Leher:
Luka terbuka yang besar pada leher dapat mengakibatkan masuknya udara ke dalam
peredaran darah yang dikenal sebagai emboli. Emboli dapat mengakibat-kan sumbatan
sehingga korban dapat mengalami serangan jantung atau stroke sehingga akhirnya
meninggal.
Gejala dan tanda cedera leher:
1) Adanya luka.
2) Sukar bicara atau kehilangan suara.
3) Sumbatan jalan napas.
4) Deviasi trachea.
5) Perubahan bentuk.
Penanganan cedera leher:
1) Bila ada luka terbuka besar pasang oklusif yang dilapisi dengan penutup tebal.
2) Baringkan korban dengan baik.
3) Bila ada benda yang menancap stabil-kan dengan penutup luka yang tebal dan jangan
sekali – kali dicabut.
f. Cedera Dada:
Cedera pada dada umumnya terjadi karena tumbukan dengan benda tumpul atau
tertusuk.
Gejala dan tanda cedera dada:
1) Nyeri pada daerah yang cedera.
2) Perubahan bentuk pada dada,batuk darah.
3) Napas dangkal,mungkin ada bunyi tambahan di sekitar daerah cedera.
4) Rasa nyeri yang bertambah bila bernapas.
5) Posture pasien terkesan melindungi bagian yang cedera.
6) Memar yang jelas dan luas di daerah dada.
7) Mungkin diketemukan bunyi krepitus pada perabaan.
8) Pelebaran pembulu balik leher,mata merah,sianosis,bagian tubuh atas bengkak.
Penanganan cedera dada:
1) Pertahankan jalan nafas.
2) Berikan oxygen.
3) Posisikan korban senyaman mungkin.
4) Bila ada luka tusuk pasang penutup occlusive, dengan membiarkan satu sisi tetap
terbuka agar udara dari dalam masih dapat mengalir keluar tapi tidak sebaliknya.
60. Luka Bakar dan Kedaruratan Karena Suhu:
a. Luka Bakar (diurutkan / dikelompokkan ke 4 bagian) :
Luka bakar merupakan cedera yang disebabkan oleh panas / suhu yang tinggi, bahan kimia,
listrik atau radiasi.
1) Penyebab:
a) Suhu: panas (api, uap panas dan benda panas), dingin (suhu dan benda yang sangat
dingin).
b) Radiasi: sinar ultraviolet (termasuk sinar matahari) dan bahan radio aktif.
c) Bahan kimia: acid dan alkalis.
d) Sengatan listrik dan petir.
2) Penggolongan Luka Bakar:
Berdasarkan dalamnya, luka bakar dibagi menjadi :
a) Luka bakar superficial (derajat satu):
Hanya meliputi lapisan kulit yang paling atas saja (epidermis). Ditandai dengan
kemerahan, Nyeri dan kadang-kadang bengkak.
b) Luka sedikit lebih dalam (derajat dua):
Luka bakar yang meliputi lapisan paling luar kulit dan lapisan kedua dibawah-nya.
Luka bakar jenis ini paling sakit, ditandai dengan gelembung-gelembung pada kulit
berisi cairan, bengkak, kulit kemerahan atau putih, lembab dan rusak.
c) Luka bakar dalam (derajat tiga):
Seluruh lapisan kulit terbakar, termasuk lapisa lemak, otot, pembuluh darah, syaraf
dan tulang pada beberapa kasus. Luka bakar ini paling berat dan ditandai dengan:
(1) Kulit kering.
(2) Pucat dan putih.
(3) Hangus (gosong) dan hitam.
(4) Matirasa (kerusakan saraf).
(5) Daerah sekitarnya nyeri.
Berbeda dengan derajat satu dan dua luka bakar derajat tiga tidak lagi menimbulkan
nyeri.
Gambar 14.72. Struktur kulit normal. Gambar 14.73. Luka bakar listrik
derajat tiga.
3) Luas Luka Bakar: Anak Dewasa
Kepala 9 % 18 %
Alat gerak atas
Tubuh depan @9% @9%
Tubuh belakang
Kemaluan 18 % 18 %
Alat gerak bawah
18 % 18 %
Total
1 % termasuk tubuh depan
@18% @ 14%
100% 100%
4) Derajat Berat Luka Bakar:
Derajat berat luka bakar ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu luasnya permukaan
tubuh yang mengalami luka bakar dan lokasinya.
Gambar 14.10. Rongga-rongga dalam Gambar 14.10. Rongga-rongga dalam
Tubuh Manusia. Tubuh Manusia.
a) Luka bakar ringan:
(1) Luka bakar derajat tiga kurang dari 2 % luas, kecuali pada wajah, tangan, kaki,
kemaluan atau saluran napas.
(2) Luka bakar derajat dua kurang dari 15 %.
(3) Luka bakar derajat satu sampai dengan 50 %.
b) Luka bakar sedang:
(1) Luka bakar derajat tiga antara 2 % sampai 10 %, kecuali pada wajah, tangan, kaki,
kemaluan atau saluran napas.
(2) Luka bakar derajat dua antara 15 % sampai 30 %.
(3) Luka bakar derajat satu lebih dari 50 %.
c) Luka bakar berat:
(1) Semua luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas, cedera jaringan lunak
dan cedera tulang.
(2) Luka bakar derajat dua atau tiga pada wajah. Tangan, kaki, kemaluan atau saluran
napas.
(3) Luka bakar derajat tiga diatas 10 %.
(4) Luka bakar derajat dua lebih dari 30 %.
(5) Luka bakar yang disertai cedera alat gerak.
(6) Luka bakar sirkumferensial.
5) Beberapa pertimbangan tambahan:
a) Sebab luka bakar:
(1) Luka bakar karena sengatan listrik: luka bakar kecil tetapi kerusakan didalam
tubuh berat.
(2) Luka bakar karena bahan kimia: luka bakar ini perlu mendapatkan perhatian
khusus karena bahan kimia masih bisa menempel di kulit dan terus membakar
untuk beberapa waktu, serta bisa masuk ke aliran darah.
b) Bagian tubuh yang terkena:
(1) Wajah.
(2) Tangan dan kaki.
(3) Kemaluan, pantat paha dalam dan selangkangan..
(4) Sendi.
c) Faktor Penyulit:
(1) Usia penderita kurang dari 5 tahun atau lebih dari 55 tahun.
(2) Adanya penyakit.
6) Penanganan luka bakar:
a) Scene Safety.
b) Personal Safety.
(1) Hentikan proses luka bakarnya. Alirkan air dingin pada bagian yang terkena.
Bila ada bahan kimia alirkan air terus menerus sekurang-kurangnya 20 menit
(2) Buka pakaian dan perhiasan.
(3) Lakukan penilaian dini.
(4) Berikan oxygen bila ada, berikan pernapasan buatan bila perlu.
(5) Tentukan derajat berat dan luas luka bakar.
(6) Tutup luka bakar, jangan memecahkan gelembungnya. Bila yang terbakar
adalah jari-jari maka balut masing-masing jari tersediri.
(7) Upayakan penderita senyaman mungkin..
7) Luka Bakar Bahan Kimia:
Penanganan:
(1) Scene safety.
(2) Personal safety.
(3) Bila penderita ter-kontaminasi, upayakan membersihkan korban dari jauh,
jangan sampai penolong juga terkena bahan kimia.
(a) Sikat bahan kimia yang bersifat padat, seperti soda api, sebelum
menyiramnya dengan air..
(b) Aliri dengan air bagian yang terkena sekurang-kurangnya selama 20 menit,
lepaskan bekas pakaian dan perhiasan korban yang terkontaminasi.
(c) Pasang penutup luka steril pada bagian luka.
(d) Atasi shock bila ada.
8) Luka Bakar Listrik:
Pada luka bakar listrik bahaya yang dihadapi adalah kemungkinan terjadinya henti
napas dan henti jantung, kerusakan jaringan saraf dan organ dalam. Luka bakar listrik
mungkin kecil diluarnya tetapi parah pada tubuh bagian dalam. Mengingat sifat listrik
yang konduktif, misalnya kerusakan jaringan tulang.
Penanganan luka bakar listrik:
a) Scene Safety.
b) Personal Safety.
(1) Lakukan penilaian dini.
(2) Periksa dan cari sekurang-kurangnya dua luka bakar yaitu luka bakar masuk dan
luka bakar keluar.
(3) Pakai penutup luka yang kering dan steril pada luka
(4) Atasi shock bila ada.
Catatan: RJP pada penderita tersengat listrik harus dipertimbangkan dan penderita di-
monitor dengan ketat, karena henti napas dan henti jantung sering berulang.
9) Luka Bakar Inhalasi:
Dapat terjadi akibat udara panas, asap atau bahan racun yang masuk ke saluran
napas. Gejala dan tandanya pada awalnya mungkin ringan dan berangsur-angsur
menjadi berat.
a) Gejala dan tanda:
(1) Bulu hidung hangus.
(2) Luka bakar pada wajah.
(3) Bagian yang hangus (gosong) dalam cairan ludah.
(4) Bau hangus (gosong) pada pernapasan.
(5) Gangguan pernapasan.
(6) Serak, batuk, sukar bicara.
(7) Gerakan dada terhambat.
(8) Cyanosis.
b) Penanganan luka bakar inhalasi:
(1) Berikan humidified oksigen jika ada.
(2) Monitor jalan nafas dan nafas korban.
(3) Berikan bantuan nafas jika diperlukan.
b. Kedaruratan Karena Suhu
1) Paparan Panas:
Panas dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh. Umumnya ada 3 macam gangguan
yang terjadi:
a) Kejang panas (Heat cramps).
b) Kelelahan panas (Heat exhaustion).
c) Sengatan panas (Heat stroke).
a) Kejang Panas (Heat Cramps):
Kejang otot yang terjadi akibat kehilangan garam tubuh yang berlebihan melalui
keringat.
(1) Gejala dan tanda:
(a) Kejang pada otot yang disertai nyeri, biasanya pada otot tungkai dan perut.
(b) Kelelahan.
(c) Mual.
(d) Mungkin pingsan.
(2) Penanganan kejang panas:
(a) Bawa korban ke tempat yang teduh.
(b) Berikan minuman ber-elektrolit (oralit) bila ada dan penderita sadar.
(c) Bila tidak ada air biasa dapat diberikan.
b) Kelelahan Panas (Heat Exhaustions):
Terjadi akibat kondisi yang tidak fit pada saat melakukan aktivitas di lingkungan
yang suhu udaranya relatif tinggi, sehingga mengakibatkan terganggunya aliran
darah.
(1) Gejala dan tanda-tanda:
(a) Pernapasan cepat dan dangkal.
(b) Nadi lemah.
(c) Kulit teraba dingin, keriput, lembab dan selaput lendir pucat, keringat
berlebihan.
(d) Lemah.
(e) Pusing, kadang pingsan.
(2) Penanganan kelelahan panas:
(a) Baringkan korban ditempat yang teduh.
(b) Kendorkan pakaian yang mengikat.
(c) Naikkan tungkai (elevasi) 20 – 30 cm.
(d) Berikan oxygen bila ada.
(e) Berikan air bila korban sadar.
(f) Bawa ke RS.
c) Sengatan Panas (Heat Stroke):
Merupakan keadaan yang mengancam nyawa. Suhu tubuh menjadi terlalu tinggi dan
pada banyak kasus penderita tidak lagi berkeringat. Bila tidak diatasi dengan segera
maka sel otak akan segera mati.
(1) Gejala dan tanda:
(a) Pernapasan cepat dan dalam.
(b) Nadi cepat dan kuat diikuti nadi cepat tetapi lemah.
(c) Kulit teraba kering, panas kadang kemarahan.
(d) Dilatasi pupil.
(e) Kehilangan kesadaran.
(f) Kejang umum atau tremor pada otot.
(2) Penanganan sengatan panas:
(a) Turunkan suhu tubuh penderita secepat mungkin.
(b) Letakan kantong es pada ketiak, lipat paha, dibelakang lutut dan sekitar
mata kaki serta disamping leher.
(c) Bila ada masukan penderita ke dalam bak berisi air dingin dan tambahkan es
ke dalamnya.
2) Paparan Dingin:
a) Hypothermia:
Udara dingin dapat menyebabkan suhu tubuh menurun. Suhu lingkungan tidak
perlu sampai beku untuk mencetuskan hipothermia. Ada beberapa keadaan yang
memperburuk hipothermia yaitu faktor angin dan kekurangan makanan.
(1) Gejala dan tanda hypothermia sedang:
(a) Menggigil.Terasa melayang.
(b) Pernapasan cepat nadi lambat.
(c) Gangguan penglihatan.
(d) Reaksi mata lambat.
(e) Gemetar.
(2) Gejala dan tanda hypothermia berat:
(a) Pernapasan sangat lambat.
(b) Denyut nadi sangat lambat.
(c) Unresponsive.
(d) Pupil dilatasi dan tidak bereaksi.
(e) Alat gerak kaku.
(f) Tidak menggigil.
(3) Penanganan Hypothermia:
Rawat penderita dengan hati-hati, berikan rasa nyaman, pastikan situasi aman,
gunakan APD dan minta bantuan.
(a) Penilaian dini dan lakukan pemeriksaan korban.
(b) Pindahkan penderita dari lingkungan dingin.
(c) Jaga jalan napas dan berikan oxygen bila ada.
(d) Ganti pakaian yang basah, selimuti penderita, upayakan agar tetap kering.
(e) Bila penderita sadar dapat diberikan minuman hangat secara pelan-pelan.
(f) Pantau tanda vital secara berkala.
61. Pemindahan Korban (Evakuasi Medis)
a. Umum:
Saat tiba di lokasi kita mungkin menemukan bahwa seorang korban mungkin harus
dipindahkan. Pada situasi yang berbahaya tindakan cepat dan waspada sangat penting. Penanganan
korbana yang salah akan menimbulkan cedera lanjutan atau cedera baru.
b. Mekanika Tubuh:
Mekanika tubuh adalah penggunaan tubuh dengan baik untuk melakukan pengangkatan dan
pemindahan korban agar tidak terjadi cedera pada penolong.
Cara yang salah dapat menImbulkan cedera, saat mengangkat ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, antara lain:
1) Rencanakan pergerakan sebelum mengangkat.
2) Gunakan tungkai jangan punggung.
3) Upayakan untuk memindahkan beban serapat mungkin dengan tubuh.
4) Lakukan gerakan secara menyeluruh dan upayakan agar bagian tubuh saling menopang.
5) Bila dapat kurangi jarak atau ketinggian yang harus dilalui korban/benda.
Hal-hal tersebut diatas harus selalu dilakukan bila akan memindahkan atau mengangkat
korban. Kunci yang paling utama adalah menjaga kelurusan tulang belakang. Upayakan kerja
berkelompok, terus berkomunikasi dan lakukan koordinasi.
Akan tetapi mekanika tubuh yang baik tidak akan membantu mereka yang tidak siap secara
fisik.
c. Memindahkan Penderita:
1) Kapan saatnya penderita harus dipindahkan?
2) Apakah penilaian dan pemeriksaan penderita harus selesai sebelum pengangkatan?
3) Berapa lama waktu yang harus dipakai untuk menjaga tulang belakang?
Ini semua tergantung dari keadaan. Secara umum bila tidak ada bahaya maka jangan
memindahkan penderita.
d. Pemindahan Darurat:
Hanya dilakukan bila ada bahaya langsung terhadap penderita. Contoh situasi yang menuntut
dilakukannya pemindahan darurat:
1) Kebakaran atau bahaya kebakaran.
2) Ledakan atau bahaya ledakan.
3) Sukar untuk mengamankan penderita dari bahaya lingkungannya:
a) Bangunan yang tidak stabil.
b) Mobil terbalik.
c) Kerumunan massa yang resah.
d) Material berbahaya.
e) Tumpahan minyak.
f) Cuaca ekstrim.
4) Memperoleh akses menuju penderita lainnya.
5) Bila tindakan penyelamatan nyawa tidak dapat dilakukan karena posisi penderita, misalnya
melakukan RJP.
Bahaya terbesar pada pemindahan darurat adalah memicu terjadinya cedera spinal. Ini dapat
dikurangi dengan melakukan gerakan searah dengan sumbu panjang badan dan menjaga kepala dan
leher semaksimal mungkin.
e. Contoh Pemindahan Darurat:
1) Shirt drag (Tarikan baju).
2) Blanket drag (Tarikan selimut).
3) Shoulder/forearm drag (Tarikan bahu/lengan).
4) Sheet drag (Tarikan kain).
5) Piggyback carry (Menggendong).
6) One rescuer crutch (Menyokong).
7) Cradle carry (Membopong).
8) Fireman’s carry (Memanggul).
9) Fore-and-aft carry/Extrtemity carry (Menggotong).
f. Pemindahan Biasa:
Bila tidak ada bahaya langsung terhadap penderita, maka penderita hanya dipindahkan bila
semuanya telaj siap dan penderita selesai ditangani.
Contoh Pemindahan Biasa:
1) Angkatan langsung.
2) Angkatan ekstremitas (alat gerak [extremity lift]).
g. Posisi Penderita:
Bagaimana meletakkan penderita tergantung dari keadaannya:
1) Penderita dengan shock ---- elevasi 20 – 30 cm.
2) Penderita dengan gangguan pernapasan ---- duduk.
3) Penderita dengan nyeri perut ---- terbaring miring dengan kedua lutut ditekuk.
4) Penderita yang tidak sadar, muntah-muntah ---- posisi nyaman.
5) Penderita trauma, terutama dengan kecurigaan cedera spinal ---- imobilisasi-kan di spine
board.
6) bagi korban yang tidak sadar dan tidak ada kontraindikasi ---- Posisi pemulihan (Recovery
Position).
Tidak mungkin untuk membahas semua keadaan. Situasi di lapangan dan keadaan penderita
akan memberikan petunjuk bagaimana posisi yang terbaik.
h. Peralatan Evakuasi:
1) Stretcher beroda.
2) Stretcher portable.
3) Scoop stretcher.
4) Vest type extrication device (Kendrick’s
Extrication Device = KED).
5) Stair chair.
6) Basket stretcher.
7) Flexible stretcher.
8) Draw sheet. Gambar 14.76. Evakuasi Medis oleh 2
9) Backboard (Spine Board [panjang dan (dua) orang penolong dengan cara
Extremity Lift.
setengan badan]).
62. Pemilahan Korban (Triage):
a. Umum:
Triage berasal dari bahasa Perancis yang berarti pemilahan. Dalam dunia medis istilah ini
dipergunakan untuk tindakan pemilahan korban berdasarkan prioritas pertolongan atau
transportasinya.
Pertolongan korban banyak merupakan salah satu tindakan pertolongan yang paling
menantang bagi pelaku pertolongan pertama. Dalam bahasa Inggeris dikenal dengan Mass Casualty
Incident. Hal yang paling mendasar pada keadaan ini adalah jumlah korban atau penderita lebih
banyak dari penolong, terutama pada awal kejadian.
Salah satu hal yang perlu dilakukan untuk mengurangi terjadinya ketidak pastian dilapangan
adalah dengan mengacu kepada protokol penatalaksanaan penanggulangan korban banyak dari
suatu wilayah bila ada.
Gambar 14.10. Rongga-rongga dalam
Tubuh Manusia.
b. Incident Command System (ICS):
Disini tidak dijelaskan secara rinci mengenai hal ini karena bahasan ini merupakan satu topik
pelatihan sendiri. Perlu diketahui oleh penolong bahwa sistem ini sebenarnya sudah ada dan baku,
pelaksanaannya tergantung dari masing-masing daerah.
Di Indonesia ICS ini sering dikenal sebagai POS KOMANDO (POSKO), yang tugas dasarnya
adalah mengatur penanggulangan korban banyak atau bencana. Bagaimana melakukan pemilahan
korban, bagaimana dan kemana korban dievakuasi, menggunakan apa, siapa yang bertugas dimana,
kemana dan semua hal lain yang berhubungan dengan pengaturan dilokasi.
Secara umum pada penanggulangan korban banyak perlu diatur tempat / area, sedemikian
rupa sehingga ada:
1) Daerah triage: Pada dasarnya daerah ini merupakan areal kejadian
2) Daerah pertolongan: Setelah pasien ditentukan Triage-nya maka dipindahkan ke darah
penampungan dimana pertolongan diberikan.
3) Daerah transportasi: Pada daerah ini berkumpul semua kendaraan yang akan digunakan untuk
mengevakuasi para korban, termasuk pencatatan data pengiriman
4) Daerah penampungan penolong dan peralatan. Sebagai penolong kita harus mengetahui sistem
yang ada, terutama apa yang harus dilakukan pada fase awal, pada dasarnya penolong harus :
a) Mendirikan pos komando (posko) dan komandonya.
b) Menilai keadaan.
c) Meminta bantuan sesuai keperluan.
d) Mulai melakukan Triage.
c. Penilaian keadaan:
Setelah menentukan suatu kejadian sebagai kasus dengan korban banyak maka hal yang
paling penting dilakukan adalah menahan diri untuk tidak langsung memberikan pertolongan
kepada perorangasn. Nilai hal-hal sebagai berikut:
1) Keadaan.
2) Jumlah korban.
3) Tindakan khusus.
4) Sumber daya yang kira-kira diperlukan.
5) Hal lain yang dapat berdampak pada situasi dan kondisi.
6) Berapa banyak sektor yang diperlukan..
7) Wilayah atau areal penampungan.
Buat suatu laporan singkat, sehingga bantuan yang akan datang akan sesuai dengan keperluan.
d. Pelaksanaan Triage:
Seperti yang telah dikatakan di awal triage adalah tindakan pemilahan penderita untuk
menentukan prioritas pertolongan.
Prinsip utama dari triage adalah menolong pada penderita yang mengalami cedera atau
keadaan yang berat namun memiliki harapan hidup.
Salah satu metode yang paling sederhana dan umum digunakan adalah metode “S.T.A.R.T.”.
atau Simple Triage and Rapid Treatment. Metode ini membagi penderita menjadi 4 kategori, yaitu:
1) Prioritas 1 – Merah:
Merupakan prioritas utama, diberikan kepada para penderita yang kritis keadaanya seperti
gangguan jalan napas, gangguan pernapasan, perdarahan berat atau perdarahan tidak terkontrol,
penurunan status mental.
2) Prioritas 2 - Kuning:
Merupakan prioritas berikutnya diberikan kepada para penderita yang mengalami keadaan
seperti luka bakar tanpa gangguan saluran napas, nyeri yang berat atau banyak, bengkak/perubahan
bentuk alat gerak, cidera punggung.
3) Prioritas 3 – Hijau:
Merupakan kelompok yang paling akhir prioritasnya, dikenal juga sebagai “walking
wounded” atau orang yang dapat berjalan sendiri, orang dengan cidera ringan dan hanya
membutuhkan perawatan minimal tanpa ada kekhawatiran cidera tersebut menjadi parah. Termasuk
korban dengan nyeri ringan, bengkak / perubahan bentuk pada alat gerak, luka – luka kecil.
4) Prioritas 0 (terakhir) – Hitam:
Diberikan kepada mereka yang meninggal atau mengalami cedera yang mematikan antara lain : a)
perdarahan hebat di kepala, b) luka parah di tubuh dengan organ tubuh keluar.
Untuk memudahkan pelaksanaan triage maka dapat dilakukan suatu pemeriksaan sebagai
berikut:
a) Kumpulkan semua penderita yang dapat/mampu berjalan sendiri ke areal yang telah ditentukan,
dan diberi mereka LABEL HIJAU.
b) Setelah itu alihkan kepada penderita yang tersisa periksa:
e. Pernapasan:
1) Bila pernapasan lebih 30 ppm beri LABEL MERAH
2) Bila penderita tidak bernapas maka upayakan membuka jalan napas dan bersihkan jalan
napas satu kali, bila pernapasan spontas mulai maka beri LABEL MERAH
3) Bila pernapasan kurang dari 30 ppm Nilai waktu pengisian kapiler.
f. Waktu pengisian Kapiler:
1) Lebih dari 2 detik berarti kurang baik, beri LABEL MERAH hentikan perdarahan besar
bila ada.
2) Bila kurang dari 2 detik, maka nilailah status mental-nya.
3) Bila penerangan kurang maka periksa nadi radial penderita. Bila tidak ada maka ini berarti
bahwa tekanan darah penderita sudah rendah dan perfusi jaringan sudah menurun.
g. Pemeriksaan status mental:
1) Pemeriksaan untuk mngikuti perintah-perintah sederhana.
2) Bila penderita tidak mampu menikuti perintah sederhana maka beri LABEL MERAH.
3) Bila mampu beri LABEL KUNING.
Setelah memberikan label kepada penderita maka tugas anda berakhir, segera lanjutkan ke
penderita berikut sampai anda meyakini koran.
Penderita dapat berjalan? HIJAU
TIDAK
TIDAK Penderita YA
bernapas?
Penderita
TIDAK bernapas YA MERAH > 30 ppm Frekuensi
HITAM setelah jalan pernapasan
napas dibuka?
< 30 ppm
>2‘ Cek waktu
TIDAK pengisian
kapiler
<2‘
Status Mental
perintah
sederhaYnAa?
KUNING
Gambar 14.77. Bagan Pelaksanaan Metode Start
B.2 RANGKUMAN
1. Pertolongan Pertama yaitu pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau korban
kecelakaan yang memerlukan penanganan medis dasar untuk mencegah cacat atau maut.
Bertujuan untuk menyelamatkan jiwa penderita, mencegah cacat korban, memberikan rasa
nyaman dan menunjang proses penyembuhan.
2. Komponen Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu yaitu:
a) Akses dan Komunikasi:Masyarakat harus mengetahui kemana mereka harus meminta
bantuan, baik yang umum maupun yang khusus.
b) Pelayanan Pra Rumah Sakit: Secara umum semua orang boleh memberikan pertolongan.
3. Kewajiban Pelaku Pertolongan Pertama:
Dalam menjalankan tugasnya ada beberapa kewajiban yang harus dilakukan:
a) Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang sekitarnya.
b) Dapat menjangkau penderita.
c) Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa.
d) Meminta bantuan/rujukan.
e) Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan keadaan korban.
f) Membantu pelaku pertolongan pertama lainnya.
g) Ikut menjaga kerahasiaan medis penderita.
h) Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang terlibat.
i) Mempersiapkan penderita untuk di-transportasi.
4. Di dalam undang-undang ditemukan beberapa pasal yang mengatur mengenai Pertolongan
Pertama, namun belum dikuatkan dengan peraturan lain untuk melengkapinya.
5. Diperlukan persetujuan dalam melakukan pertolongan kepada korban.
a) Persetujuan yang dianggap diberikan atau tersirat (Implied Consent): Persetujuan yang
diberikan penderita sadar dengan cara memberikan isyarat, atau penderita tidak sadar, atau
pada anak kecil yang tidak mampu atau dianggap tidak mampu memberikan persetujuan.
b) Persetujuan yang dinyatakan (Expressed Consent): Persetujuan yang dinyatakan secara
lisan maupun tulisan oleh penderita.
6. Penilaian dini adalah Suatu proses untuk mengenali dan mengatasi keadaan yang dapat
mengancam nyawa korban. Hal-hal yang perlu di perhatikan adalah: Kesan umum, Tentukan
kasus Trauma atau Medis. Periksa kesadaran (Response), Pastikan jalan napas (Airway) terbuka
dengan baik. Nilai pernapasannya (Breathing), Nilai sirkulasi (Circulation) dan hentikan
perdarahan berat (Bleeding), Hubungi bantuan, informasi-kan status keadaan terakhir korban.
B.3 TES FORMATIF:
Pilihlah jawaban yang menurut anda paling benar!
1. Tujuan Pertolongan Pertama yang dilakukan oleh First Aider kepada korban adalah…
a. Mencegah cacat.
b. Memberikan rasa nyaman dan tenang
c. Mencegah Kematian
d. Semua jawaban benar
2. Yang termasuk dalam peralatan dasar pelindung diri pertolongan pertama adalah di bawah ini,
kecuali…
a. Helm
b. Sarung tangan latex
c. Alat pacu jantung
d. Masker penolong
3. Istilah Mouth-to-Mask Resuscitation atau mulut ke masker adalah salah satu teknik yang dapat
di gunakan dalam meberikan bantuan….
a. Perdarahan dalam
b. Pernapasan buatan
c. Teknik tandu
d. Teknik perban
4. Kegagalan sistem sirkulasi untuk memberikan darah yang mengandung oxygen keseluruh
tubuh (perfusi jaringan yang tidak baik ) adalah pengertian dari:
a. Shock
b. Perfusi
c. Stress
d. Trauma
5. Pemasangan alat bantu untuk menstabilkan bagian tubuh yang nyeri, berubah bentuk atau
bengkak. Tujuan utama pembidaian adalah untuk mencegah gerakan dari bagian tubuh. Untuk
menjamin efektifitasnya maka bidai terpasang harus meliputi tulang dan kedua sendi yang
mengapit bagian yang cedera disebut dengan:
a. Amputasi
b. Pembidaian
c. Evakuasi dengan menggunakan tandu
d. Pengkompresan
Setiap soal bobotnya dua puluh (20). Hitunglah perolehan skor peserta dengan mengalikan
jumlah jawaban yang betul dengan bobot soal. Jika perolehan skor peserta masih di bawah 40,
peserta tidak dibolehkan untuk melanjutkan ke materi berikutnya, lakukanlah pengulangan
pemahaman terhadap materi ini hingga peserta benar-benar memperoleh skor di atas 40.
C. GLOSSARY:
1. A.V.P.U.: Temuan pada Pemeriksaan Kesadaran pada korban, Sadar (Alert), Bereaksi pada
rangsangan suara(Verbal), Bereaksi pada rangsangan nyeri (Painful), Tidak sadar
(Unresponsive).
2. Abrasio: Luka lecet.
3. Alat Pelindung Diri (APD)/Personal Protective Equipment (PPE): Perlengkapan Dasar
Pertolongan Pertama, terdiri dari Sarung Tangan (gloves), kaca mata pelindung (safety
goggles), masker pelindung (safety mask), masker resusitasi (resuscitation mask), baju
pelindung (apron/gown), topi/helm Bag Valve Mask (BVM).
4. Amputatio : Luka amputatsi.
5. Anatomy: Ilmu Urai Tubuh Manusia.
6. Bantuan Hidup Dasar (BHD)/Basic Life Support (BSL): Pemberian Nafas Buatan pada
korban yang diketahui tidak bernafas setelah dilakukan Pemeriksaan Jasmani (Physical
Examination).
7. Basket Stretcher : Tandu Basket.
8. Blanket Drag: Memindahkan korban dengan tarikan selimut.
9. Breathing : Pernafasan.
10. Circulation : Peredaran Darah.
11. Closed wound : Luka tertutup.
12. Craddle Carry: Memindahkan korban dengan cara membopong.
13. D.O.T.S.: Temuan pada Pemeriksaan Fisik pada korban dengan ditemukannya Perubahan
Bentuk (Deformity), Luka Terbuka (Open Wound), pelunakan (Tenderness), Pembengkakan
(Swelling).
14. Fireman’s Carry: Memindahkan korban dengan caramemanggul tubuh korban.
15. Fore-and-aft Carry : Memindahkan korban oleh 2 (dua) orang penolong dengan cara
menggotongnya di bahu (oleh penolong kesatu) dan kaki /belakang lutut (oleh penolong
kedua). Disebut juga Extremity carry..
16. Head-tilt/chin-lift: Cara membuka jalan nafas korban dengan mengangkat dagu dan
mendorong dahi korban.
17. Jaw-thrust: Cara membuka jalan nafas dengan mendorong rangan bawah korban, pada korban
yang diduga mengalami cedera leher.
18. Kendrick’s Extrication Device (KED): Peralatan untuk memindahkan korban dari posisi duduk
(pada kecelakaan mobil) ke tandu.
19. Laceratio: Luka robek.
20. Motoric : Gerakan otot.
21. Neil Robertson Stretcher : Tandu Neil Robertson.
22. One Rescuer Crutch: Memindahkan korban dengan cara menyokong/memapah korban.
23. Open wound : Luka terbuka.
24. Patah Tulang (Fracture) : Retak atau putusnya jaringan tulang, terdiri dari patah tulang
tertutup (closed fracture) dan patah tulang terbuka (open fracture).
25. Pemindahan Korban/Evakuasi Medis (Medical Evacuation): Segala usaha dan kegiatan
dalam rangka pengangkutan/pemindahan korban dari satu tempat ke tempat lain yang fasilitas
kesehatannya lebih lengkap.
26. Penolong Pertama (First Aider/First Responder): Orang yang pertama datang di tempat
kejadian dan memiliki pengetahuan medis dasar.
27. Perfusi (Perfussion) : Sirkulasi darah ke organ – organ penting.
28. Pertolongan Pertama (First Aid): Pertolongan yang segera diberikan kepada orang yang
menderita sakit atau kecelakaan sebelum petugas kesehatan tiba.
29. Physiology : Ilmu Faal Tubuh Manusia.
30. Piggyback Carry: Memindahkan korban dengan cara menggendong.
31. Pulse : Denyut Nadi.
32. Resusitasi Jantung Paru (RJP)/Cardio-Pulmonary Resuscitation (CPR): Kombinasi dari
Pernafasan Buatan dan Pijat Jantung Luar pada Korban yang mengalami Henti Nafas dan Henti
Jantung.
33. Rule’s of Nine (Rumus Sembilan)/Rumus Wallace, dan Palm of hundred (Rumus Telapak
Tangan): Metode penghitungan luasnya luka bakar pada tubuh korban.
34. S.A.M.P.L.E.: Pelaporan oleh Penolong Pertama kepada Petugas Medis yang datang
menggantikannya, tanda dan gejala (Sample), alergi (Allergic Reaction), pengobatan
(Medicantous), riwayat sakit (Pertinent History), makanan yang terakhir dimakan (Last Intake),
kejadian (Event).
35. S.T.A.R.T. : Metode TRIAGE Simple Triage and Rapid Treament.
36. Scoop Stretcher : Tandu Scoop.
37. Sensoric : Rasa raba.
38. Shirt Drag : Memindahkan korban (evakuasi medis) dengan cara menarik baju korban.
39. Shock : Kegagalan sistem sirkulasi untuk memberikan darah yang mengandung oxygen
keseluruh tubuh (perfusi jaringan yang tidak baik).
40. Shoulder/Fore-arm Drag: Memindahkan korban dengan cara menarik bahu/lengan korban
(Disebut juga: Cara Rautek)..
41. Spine-board: Tandu untuk mengangkut korban dengann cedera spinal
42. Splint : Bidai.