The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

CARA MENGIMPLEMENTASIKAN TEKN OLOGI DALAM PENDIDIKAN

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by romadhan07, 2022-06-29 11:23:51

TEORI DAN IMPLEMENTASI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

CARA MENGIMPLEMENTASIKAN TEKN OLOGI DALAM PENDIDIKAN

Keywords: teory,teknologi,pendidikan

:| The Learning

University

|MPLEMENTASI
PEMBELAJARAN
D| ERA & PASCA
PANDEMI COVID-19

Editor:

Henry Praherdhiono

Eka PramOnO Adi
Yulias Prihatmoko

Penulis:

Henry Praherdhiono

Eka PramOno Adi
Yulias Prihatmoko

Nunung Nindigraha
Yerry Soepriyanto
Henny Indreswari

Herlina |ke Oktaviani

JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI NMALANG

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN
DI ERA DAN PASCA
PANDEMI COVID-19

Henry Praherdhiono
Eka Pramono Adi
Yulias Prihatmoko
Nunung Nindigraha
Yerry Soepriyanto
Henny Indreswari

Herlina Ike Oktaviani

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN
DI ERA DAN PASCA
PANDEMI COVID-19

Penulis:
Henry Praherdhiono
Eka Pramono Adi
Yulias Prihatmoko
Nunung Nindigraha
Yerry Soepriyanto
Henny Indreswari
Herlina Ike Oktaviani

Editor:
Henry Praherdhiono
Eka Pramono Adi
Yulias Prihatmoko

Penerbit
CV. Seribu Bintang
Malang – Jawa Timur - Indonesia
website: www.SeribuBintang.co.id
email : [email protected]
FB : www.fb.com/cv.seribu.bintang

ISBN : 978-623-7000-24-2
Edisi Pertama, April 2020
Hak Cipta dilindungi oleh Undang-undang

Daftar Isi

KATA PENGANTAR................................................................ v
BAGIAN 1. MENGAPA PENGEMBANGAN SUMBER
DAYA MANUSIA DIUTAMAKAN DI ERA DAN PASCA
PANDEMI ?............................................................................... 1

Pendahuluan ............................................................................ 4
Implementasi Pendidikan Melalui TIK..................................... 6
Dampak Pendidikan Berbasis TIK.......................................... 12
Kesimpulan............................................................................ 14
Daftar Pustaka........................................................................ 16
BAGIAN II. IMPLEMENTASIHEUTAGOGY MELALUI
KONSTRUKSI PEMBELAJARAN PERSONAL .................. 21
Transformasi ke Pembelajaran Personal................................. 24
Heutagogy Pada Lingkup Belajar dan Kebutuhan Personal..... 30
Mempersiapkan Layanan Belajar di Era dan Pasca pandemi... 36
Kesimpulan............................................................................ 44
Daftar Pustaka........................................................................ 46
BAGIAN III. MEMFASILITASI PEMBELAJARAN ONLINE
DI TENGAH PANDEMI MELALUI PENINGKATAN
PERFORMAGURU................................................................ 49
Pendahuluan .......................................................................... 52
Proses Pengembangan Kemampuan Guru dalam Perspektif
Manajerial.............................................................................. 56
Penguatan Penggunaan Teknologi dalam Pembelajaran di era
Pandemi................................................................................. 65
Proses Evaluasi...................................................................... 76
Kesimpulan............................................................................ 82
Daftar Pustaka........................................................................ 85

BAGIAN IV. MENDIRIKAN KANTONG BELAJAR
DINDING SEKOLAH SEBAGAI KORESPONDESI
BELAJAR DIERA PANDEMI................................................89

DPeundkahuulnugana..n..K..e..b.i..j.a..k.a..n..d..i..S.e..k.o..l..a.h..D..a..s.a..r..p..a.d..a..K..o.n..d..i.s..i..P..a.n..d..e..m.i..9.942

PKeesinmpguleamn.b..a..n.g..a..n...M.o..d..e..l...K.o.r.e.s.p.o.n..d.e.n.s.i.......................................................1.0.938

Daftar Pustaka ......................................................................104
BAGIAN V. MENGKONSTRUKSI KAMPUS MOBILE ....107

Pendahuluan.........................................................................110
Komputer dalam Kerangka Kurikulum, Pedagogy dan Sumber
Belajar..................................................................................113
Implementasi Tutorial yang tersedia secara cloud-computing 122
Kesimpulan...........................................................................127
Daftar Pustaka ......................................................................129
BAGIAN VI. PEMBELAJARAN PERSONAL SEBAGAI
LAYANAN KEBUTUHAN KHUSUS....................................133
Pendahuluan.........................................................................136
Teknologi Layanan Kebutuhan Khusus.................................140
Wujud Layanan Kebutuhan Khusus ......................................144
Kesimpulan...........................................................................153
Daftar Pustaka ......................................................................154

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kami panjatkan ke pada Allah
SWT, Tuhan YME yang telah memberikan kemampuan para
penulis menyelesaikan buku yang berjudul “Implementasi
Pembelajaran di Era dan Pasca Pandemi Covid-19”. Buku ini
merupakan karya bersama dan dipersembahkan dalam rangka Hari
Pendidikan Nasional.

Implementasi Pembelajaran di Era dan Pasca Pandemi
Covid-19 merupakan pemikiran penulis menyumbangkan ide dan
gagasan. Bahwa pembelajaran di Era dan pasca Pandemi Covid-19
yang terpenting adalah peningkatan performansi personal
pebelajar. Sehingga perangkat pembelajaran menyesuaikan dengan
kondisi kebutuhan pebelajar. Gagasan tersebut dimaksudkan
sebagai “pengejawantahan” keilmuan pada bidang Teknologi
Pendidikan terhadap kondisi pandemi serta untuk mempersiapkan
kondisi pasca pandemi. Definisi keilmuan Teknologi Pendidikan
adalah memberikan fasilitas pembelajaran untuk peningkatan
performa pebelajar sehingga mampu meningkatkan kecerdasan
humanistik pebelajar untuk melakukan kajian dan penelitian.
Kecerdasan humanistik pebelajar yang kini diharapkan tumbuh dan
berkembang di era pandemi dalam keilmuan Teknologi Pendidikan
merupakan peningkatan kapabilitas personal agar mampu
mengembangkan ide/gagasan yang antisipatif terhadap
permasalahan pendidikan dan pembelajaran. Penulis memiliki
komitmen terhadap kondisi yang terjadi yaitu mewabahnya virus
corona yang sangat cepat. Semua komponen bangsa serta

masyarakat berjibaku dalam rangka memutus penyebaran covid
19. Sebelum pandemi covid benar-benar melumpuhkan sendi-sendi
kehidupan, perlu upaya-upaya nyata sebagai wujud perjuangan di
bidang masing-masing. Saat inilah sebagai komponen bangsa dan
bagian dari masyarakat, penulis mengupayakan kemampuan untuk
berjuang bersama-sama mencari solusi bagaimana pembelajaran
dapat terlaksana di era dan pasca pandemi covid-19.

Akhir dari kata pengantar, bahwa buku yang dihasilkan
bukan merupakan buku yang terbaik. Penulis menyadari memiliki
keterbatasan keluasan dan kedalaman keilmuan teknologi
pendidikan yang kami kuasai , namun buku ini wujud perasaan
yang sama, keinginan yang sama, serta harapan yang sama dari
kami penulis untuk mengelola kondisi yang diakibatkan oleh
pandemi covid-19 menjadi potensi keilmuan dalam melahirkan ide
dan gagasan pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran di masa
yang akan datang. Penulis meyakini bahwa masa depan yang indah
akan terwujud dengan mengukir karya-karya dari masa sekarang.

Malang, April 2020
Penulis

BAGIAN 1.
MENGAPA PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA MANUSIA
DIUTAMAKAN DI ERA DAN
PASCA PANDEMI ?

(sebuah kajian lampau terhadap perspektif desain,
pengembangan dan pengelolaan teknologi)

Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

Henry Praherdhiono
[email protected]
Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Malang

Eka Pramono Adi
[email protected]
Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Malang

Yulias Prihatmoko
[email protected]
Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Malang

Nunung Nindigraha
[email protected]
Teknologi Pembelajaran, Universitas Negeri Malang

2

Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

Abstrak

Banyak negara di dunia berkembang, termasuk negara-negara
berkembang, membuat investasi yang signifikan dalam TIK
(teknologi informasi dan komunikasi) pendidikan. Bahkan dengan
sumber daya yang sangat terbatas dalam keuangan, beberapa
negara membeli satu laptop untuk setiap siswa sekolah dasar atau
sekolah menengah. Perlu sebuah pengkajian kebijakan dan alasan
alasan yang digunakan oleh pemerintah untuk membenarkan
investasi ini, isu yang terlibat dalam pelaksanaan TIK di negara
negara berkembang, dan penelitian yang tersedia tentang dampak
investasi TIK. Dokumen kebijakan dari berbagai negara
berkembang dianalisis untuk mengidentifikasi tujuan kebijakan
utama dan program pelaksanaan wewenang untuk mencapai tujuan
pendidikan. Dasar pemikiran termasuk penggunaan TIK
pendidikan untuk mendukung pembangunan ekonomi, kemajuan
sosial, dan reformasi pendidikan. Hasil analisis pada negara-negara
berkembang adalah adanya tantangan implementasi sangat unik
yang terkait dengan infrastruktur, pemeliharaan, isi, dan pelatihan
guru, serta upaya digunakan untuk mengatasi tantangan
ini. Tantangan tersebut meliputi terbatas infrastruktur listrik atau
internet di daerah pedesaan, terbatasnya ketersediaan staf
pendukung teknis terampil, dominasi bahasa minoritas, dan staf
pengajar yang tidak kompeten. Pendidikan masa depan adalah
perkembangan TIK dalam Pendidikan di negara-negara
berkembang yang disertai penelitian tentang dampak merupakan
hal yang diperlukan untuk menentukan kontribusi TIK akan
membuat di negara-negara tersebut lebih berkembang dan maju.

Kata kunci: kebijakan, dampak, pembangunan ekonomi, reformasi
pendidikan, metode penelitian

3

Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

Pendahuluan

Pendidikan berbasis TIK (teknologi informasi dan
komunikasi) di negara-negara berkembang telah
menghasilkan jumlah yang signifikan. Sangat menarik dalam
beberapa tahun terakhir, sebagian besar disebabkan oleh One
Laptop per Child (OLPC) dan apa yang dulu disebut “komputer
US $ 100 dolar”. Di antara klaim yang lebih kontroversial yang
dibuat adalah bahwa dengan menyediakan laptop murah untuk
setiap anak, sebuah negara dapat mengatasi kebutuhan
pendidikannya, memerangi kemiskinan, dan berkontribusi terhadap
pembangunan ekonomi. Dukungan kekuatan dan dukungan OLPC
telah membentuk kehadiran di banyak negara
berkembang. Menurut situs Web OLPC, 38 negara berkembang
menerapkan OLPC atau bereksperimen dengan hardware XO
(nama perangkat keras) mereka dan sistem operasi Gula. Peru dan
Uruguay adalah pelaksana terbesar, saat ini menyebarkan 870.000
dan 510.000 komputer XO, masing-masing.

Gambar 1. Web site resmi OLPC
Hardware XO OLPC bukan satu-satunya program yang
berfokus pada TIK di negara berkembang. Sekarang ada lebih dari

4

Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

30 perangkat TIK murah tersedia (Vota, 2010). Ada banyak
inisiatif nasional dan internasional lainnya yang mendukung
penggunaan komputer untuk meningkatkan pendidikan di negara
berkembang, yang disponsori oleh organisasi multinasional atau
perusahaan swasta. Dalam konteks ini, bahkan negara-negara maju
setidaknya, membuat TIK di sekolah-sekolah memberi prioritas
teratas dalam kebijakan, meskipun sumber daya yang sangat
terbatas yang mereka miliki. Sebagai perbandingan ke Singapura,
misalnya, dengan PDB US $ 182 miliar dan PDB per kapita US $
36.500, Namibia memiliki GDP US $ 9,2 miliar dan PDB per
kapita US $ 4.267, Rwanda memiliki GDP US $ 5 miliar dan PDB
per kapita US $ 506. Negara-negara berkembang mengalokasikan
investasi TIK dengan cara untuk meningkatkan kualitas guru,
untuk memungkinkan lebih banyak siswa dapat mengakses layanan
pendidikan, atau untuk lebih mempersiapkan mereka dalam
ekonomi global yang kompetitif.

Eksplorasi kecenderungan pendidikan masa depan adalah
mengeksplorasi manfaat, potensi, dan tantangan TIK. Eksplorasi
perlu dilakukan dalam bidang pendidikan terutama di negara
negara berkembang. Fokus eksplorasi harus dilandasi oleh analisa
lain yaitu dokumen kebijakan sebagai alasan pemerintah
pemerintah mendukung investasi pendidikan untuk TIK. Hasil
eksplorasi akan mampu menggambarkan struktur dokumen
pendidikan sebagai landasan pengembangan kebijakan dan
program pemerintah serta menentukan prioritas kebijakan
pemerintah

5

Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

Implementasi Pendidikan Melalui
TIK

Implementasi pendidikan dengan memanfaatkan perangkat
TIK perlu secara kontinyu diawasi. Ketika pemerintah benar-benar
melaksanakan program pendidikan melalui TIK, perlu
dibayangkan bagaimana pemangku kebijakan, akan mendapatkan
sejumlah tantangan yang dihadapi. Pengawasan pelaksanaan
pendidikan perlu dilasanakan di negara-negara berkembang. Hal
hal yang perlu diperhatikan sebagai tantangan meliputi:
• Ketersediaan infrastruktur TIK
• Sistem yang mendukung di tingkat sekolah
• Kemampuan guru dalam penggunaan TIK di kelas
• Pengembangan konten yang relevan
• Keterlibatan masyarakat untuk memperluas dampak dan

keberlanjutan
• Pembiayaan keseluruhan kepemilikan TIK

Gambar 2. Web resmi putekkom untuk sekolah berbasis TIK

6

Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

Ketersediaan Infrastruktur TIK. Setidaknya, TIK harus
diinstal di sekolah dalam rangka untuk digunakan oleh guru dan
siswa. Hal ini mungkin tampak sederhana, tetapi di negara-negara
berkembang umumnya infrastruktur buruk, tidak semua sekolah
yang dapat dipetakan, dan di mana populasi siswa tidak diketahui
secara tepat, hanya beberapa sekolah yang memberikan jumlah
yang tepat dari komputer untuk masing-masing akan dapat menjadi
masalah program ini (Zimmerman, 2008). Selain itu, banyak
sekolah di negara berkembang tidak memiliki listrik, tidak
memiliki fasilitas penyimpanan TIK aman, dan tidak memiliki
akses Internet atau pengetahuan TIK lokal untuk mendukung
sistem sekali di tempat (Farrell & Issacs, 2007a).

Sistem yang Mendukung di Tingkat Sekolah. Setelah terinstal,
TIK memerlukan perawatan dan dukungan penentu kebijakan,
pelasana dan praktisi seperti guru yang bekerja secara
berkelanjutan untuk memastikan fungsi yang tepat di lingkungan
sekolah.

Kemampuan guru dalam penggunaan TIK di kelas. Tantangan
dalam penyebaran TIK pendidikan tidak berhenti setelah teknologi
ini di dalam kelas. Pelatihan guru dalam pengoperasian komputer
dan penggunaannya dalam pengajaran mereka adalah sebagai
tantangan seperti yang diperlukan. Di Makedonia, Badan
Pembangunan Internasional AS (USAID) mulai pelatihan guru
sebelum komputer di sekolah. Pelatihan komprehensif: 14.000
guru primer dan sekunder tingkat dari seluruh 460 sekolah
menerima pelatihan digunakan komputer dasar, dan kemudian di

7

Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

cara efektif dan kreatif memanfaatkan teknologi dalam ruang kelas
dan pedagogi mereka. Guru lokal menjadi master trainer dan
pelatih guru, semakin maju skills development melalui kursus yang
ditawarkan, mulai dari kelas keterampilan TIK dasar yang
bertujuan membantu para guru dengan keterampilan dasar
komputer teknis, untuk pelatihan yang ditujukan untuk integrasi
teknologi ke dalam kurikulum.
Namun Hosman dan Cvetanoska (2010) menemukan bahwa 2
tahun kemudian, 65% guru tidak menggunakan komputer di kelas
dalam 2 bulan sebelum penelitian. Mengejutkan 44% dari para
guru melaporkan bahwa mereka tidak pernah menggunakan
komputer di kelas, meskipun mereka dilaporkan menggunakan
TIK dalam mempersiapkan bahan ajar dan tes (72%) dan untuk
pelajaran-perencanaan (63%). Guru dikutip kedua kurangnya
pelatihan dan konten yang relevan untuk underutilization
infrastruktur TIK.

Pengembangan konten yang relevan. Bahkan dengan guru terlatih
dan termotivasi tidak cukup. Penyebaran pelaksanan Pendidikan
berbasis TIK memerlukan lokal konten yang relevan dan
kurikulum bagi guru dan siswa. Konten adalah sebuah tantangan,
terlepas dari media apa yang digunakan guru dan siswanya. Dari
19 negara dianalisis dalam Bank Dunia (2008) studi pada sekolah
menengah, hanya Botswana melaporkan pemberian buku teks yang
memadai di dekat dengan rasio 1:1 untuk semua mata pelajaran
dan semua nilai. Di 18 negara lain buku teks sekunder berada
dalam pasokan serius singkat untuk sebagian besar. Kekurangan
ini magnified dalam penyebaran TIK pendidikan dengan relatif

8

Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

baru alat TIK, kompleksitas pembuatan konten digital, dan
kurangnya keseluruhan konten digital dalam bahasa setempat
(Unwin, 2007).

Gambar 3 Konten Pembelajaran yang dapat diakses oleh
sekolah di Indonesia

Keterlibatan masyarakat untuk memperluas dampak dan
keberlanjutan. Di Yordania, JEI menunjukkan bagaimana sektor
swasta dapat terlibat untuk mendukung penyebaran TIK
pendidikan. Empat puluh tujuh organisasi global bermitra dengan
Kementerian Pendidikan untuk mengembangkan EduWave e
learning lingkungan dan melengkapi 100 “Sekolah Penemuan”
dengan sumber daya TIK dalam pendidikan tambahan (Khatib,
2007).

9

Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

“ Penyebaran pelaksanan Pendidikan berbasis
TIK memerlukan lokal konten yang relevan dan
kurikulum bagi guru dan siswa. Konten adalah
sebuah tantangan, terlepas dari media apa
yang digunakan guru dan siswanya

Pembiayaan keseluruhan kepemilikan TIK. Tapi mungkin yang
paling menantang dari semua untuk negara-negara berkembang
adalah mengelola biaya investasi TIK mereka. Sebagai biaya
komputer pribadi telah menurun, biaya keseluruhan penggelaran
TIK pendidikan pada tingkat nasional juga menurun. Namun tidak
diragukan lagi, perangkat keras dan perangkat lunak bukan
merupakan biaya terbesar dalam penyebaran TIK
pendidikan. Dukungan dan pelatihan adalah biaya berulang yang
umumnya dua kali dari biaya penyebaran TIK dalam pendidikan,
lebih besar dari hardware dan software (Vital Wave Consulting,
2008). Ini terbaik dapat dilihat dalam analisis Biaya Total
Kepemilikan (TCO) yang dilakukan oleh Vital Wave Consulting
(2008) untuk beberapa jenis komputer untuk di konfigurasi pada
sekolah-sekolah India. Terlepas dari jenis perangkat keras
komputer atau perangkat lunak dikerahkan, TCO adalah relatif
konstan US $ 2.800 per komputer selama 5 tahun karena tenaga
kerja biaya yang terlibat dalam penyebaran TIK pendidikan. Biaya
Rencana Uruguay Ceibal teknologi hanya US $ 276 per komputer,
tetapi pada 400.000 komputer, itu US $ 110 juta di agregat. Bukti
anekdotal menunjukkan bahwa biaya mana dimasukkan, biaya
keseluruhan adalah signifikan. Program Jordania US $ 380 juta
yang disponsori oleh Bank Dunia dan donor lainnya. Tambahan
dari The Jordan Education Initiative adalah US $ 6 juta dari

10

Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

pemerintah Yordania dan US $ 25 juta dalam bentuk tunai dan
dalam bentuk jasa dari sektor swasta untuk mendukung 100
sekolah (Khatib, 2007).

Gambar 4. USAID Indonesia

11

Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

Dampak Pendidikan Berbasis TIK

Gambar 6. Web Site World Links
Diakui masih sedikit jumlah studi di negara-negara
berkembang yang melaporkan dampak TIK pada siswa dalam
pembelajaran. Umumnya, itu adalah negara-negara yang memiliki
program yang lebih mapan yang telah beroperasi lebih lama yang
mau melaporkan hasil ini. Seringkali studi mengukur pendapat
tentang dampak TIK pada siswa karena guru dalam kegiatan
pembelajaran. Dalam evaluasi World Links, Kozma et al. (2004)
menemukan bahwa siswa yang berpartisipasi dan guru yang
berpartisipasi sering melaporkan bahwa siswa belajar keterampilan
komunikasi, pengetahuan tentang budaya lain, kemampuan
berkolaborasi, dan keterampilan Internet daripada guru dan siswa
yang tidak berpartisipasi aktif. Selain data laporan diri ini, sebuah
studi yang terhubung (Quellmalz & Zalles, 2000) di satu negara,
Uganda, menggunakan penilaian kinerja yang dirancang khusus
untuk secara langsung mengukur belajar siswa dalam keterampilan
ini, pengujian baik siswa yang berpartisipasi dan

12

Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

nonparticipating. Studi ini menemukan bahwa terdapat sekolah
yang masuk dalam World Links melakukan langkah-langkah
komunikasi dan penalaran dengan informasi terhadap sekolah
sekolah non-World Links.

Gambar 5 Penggunaan 1 laptop untuk 1 Anak
Meskipun One Laptop per program anak relatif baru,
telah ada tekanan yang cukup untuk menunjukkan dampaknya pada
siswa belajar, sebagian karena grand klaim yang dibuat oleh
program. Studi Santiago et al (2010) melakukan penilaian awal
belajar pada siswa, diambil pada bidang akademik (misalnya
matematika, keterampilan TIK), non akademik (misal keterampilan
pemecahan masalah, kolaborasi dll), dan perilaku (kehadiran,
motivasi dll). Dengan kurang dari 3 bulan penggunaan, tidak
mengherankan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada
langkah-langkah ini antara sekolah eksperimen dan
kontrol. Namun, ada hubungan positif antara nilai tes TIK dan
penggunaan guru komputer di kelas selama 3 hari atau lebih per
minggu.

13

Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

Kesimpulan

TIK dalam pendidikan memiliki prospektif di negara
negara berkembang di era dan pasca pandemi. Banyak negara telah
atau sedang merumuskan kebijakan TIK yang melibatkan investasi
yang signifikan pada hardware, software, jaringan, dan dukungan
teknis. Harapannya adalah bahwa investasi ini akan menghasilkan
sistem reformasi pendidikan, peningkatan keadilan sosial, dan
pembangunan ekonomi, agar siswa menjadi siap untuk bergabung
dengan ekonomi global yang sangat kompetitif.

Masih relatif sedikit penelitian tentang TIK di negara
berkembang. Tapi literatur yang ada telah menunjukkan bahwa
saat ini tantangan secara signifikan lebih besar daripada manfaat
yang telah disadari sampai saat ini. Tidak ada cukup bukti untuk
membenarkan biaya besar komputasi dari setiap negara
berkembang. 1), pembelian komputer dan pemasangan jaringan
keduanya bermasalah di negara berkembang dan, dengan
sendirinya, adanya manfaat untuk membawa perubahan. 2) teori
(Kozma, 2011a) dan penelitian awal menunjukkan bahwa
kebijakan dan program TIK harus mencakup lainnya. Perubahan
terkoordinasi di berbagai bidang seperti pelatihan guru, praktek
pedagogis, kurikulum, dan penilaian. Penelitian dimasa yang akan
datang diperlukan pada guru dan kegiatan pembelajaran dan
praktikum pebelajar. Harapannya adalah bahwa penelitian dapat
mengubah manusia sebagai bagian dari upaya pengembangan TIK
yang terkoordinasi. Sebagai program pendidikan, penelitian lebih
lanjut akan diperlukan pada dampaknya pada siswa belajar. Hanya
setelah program TIK berada di tempat selama beberapa tahun,

14

Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

mungkin puluhan tahun, penelitian yang dapat dilakukan pada
jangka panjang dampak sosial dan ekonomi dari investasi TIK
pendidikan. Maka akan kita tahu jika janji TIK bidang Pendidikan
akan direalisasikan di negara berkembang. Sampai saat ini, hal itu
akan menjadi penting untuk menjaga perspektif yang seimbang dan
mengambil pendekatan sistematis untuk kebijakan TIK dan
pelaksanaan Pendidikan dan pembelajaran.

15

Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

Daftar Pustaka

Alnoaimi, T. (2011). Case study: Jordan. In
R. Kozma (Ed.), Transforming education: The power of
ICT policies (pp. 101–132). Paris: UNESCO.

Alnoaimi, T., Hinostroza, E., Issacs, S., Kozma, R., & Wong, P.
(2011). Using ICT policy to transform education. In
R. Kozma (Ed.), Transforming education: The power of
ICT policies (pp. 197–222). Paris: UNESCO.

Bannerjee, A., Cole, S., Du flo, E., & Lindenn, L. (2007).
Remedying education: Evidence from two randomized
experiments in India. The Quarterly Journal of
Economics, 122 (3), 1235–1264.

Bransford, J., Brown, A., & Cocking, R. (2000). How people
learn: Brain, mind, experience, and school. Washington,
DC: National Academic Press.

Cervantez, R., Warschauer, M., Nardi, B., & Sambasivan, N.
(2011). Infrastructures for low-cost laptop use in Mexican
schools. Paper presented at CHI 2011, May 7–12,
Vancouver, BC, Canada.

Centro para la Inclusión Tecnológica y Social
(2010). Área de Monitoreo y Evaluación de Impacto Social
del Plan Ceibal. Montevideo, Uruguay; CITS

Farrell, G., & Issacs, S. (Eds.). (2007a). Survey of ICT in
education in Africa . Volume 1: Summary report based on
53 country surveys. Washington, DC: infoDev.

Farrell, G., & Issacs, S. (Eds.). (2007b). Survey of ICT in
education in Africa. Volume 2: 53 country reports.
Washington, DC: infoDev.

Farrell, G., Issacs, S., & Trucano, M. (2007). The NEPAD e
schools demonstration project : A work in progress.
Washington, DC: infoDev, World Bank.

Fraj, F., Al-Quraan, M., Al-Dababseh, A., & Al-Obaidy, S. (2010).
The impact of emplying technology in teaching a
mathematics course. International Journal of Innovation
and Learning, 8 (2), 170–188.

Gaible, E. (2009). Survey of ICT and education in the Caribbean .
Washington, DC: infoDev, World Bank.

16

Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

Hinostroza, E., Jara, I., & Brun, M. (2011). Case study: Uruguay.
In R. Kozma (Ed.), Transforming education: The power of
ICT policies (pp. 133–172). Paris: UNESCO.

Hosman, L., & Cvetanoska, M. (2010). Technology, teachers and
training: Combining theory with Macedonia’s
experience. ICTD 2010. https://edutechdebate.org/wp
content/uploads/2011/02/Teacher_ Training_Macedonia.pd
f

InfoDev & Price, Watherhouse, and Cooper. (2010). Essay
II : ICT in school education (Primary and secondary).
Washington, DC:infoDev, World Bank.

International Society for Technology in Education [ISTE].
(2007). National educational technology standards and
performance indicators for students. Eugene, OR: ISTE.

Issacs, S. (2011a). Case study: Namibia. In
R. Kozma (Ed.), Transforming education: The power of
ICT policies (pp. 75–100). Paris: UNESCO.

Issacs, S. (2011b). Case study: Rwanda. In
R. Kozma (Ed.), Transforming education: The power of
ICT policies (pp. 173–196). Paris: UNESCO.

Khatib, H. (2007). Jordan Education Initiative. Middle East
Educator
Magazine, 5, http://middleeasteducator.com/issue/septe
mber_2007/ article/jordan_education_initiative_02-19-09
09-02-03 .

Kozma, R. (2005). Monitoring and evaluation impact of ICT4E: A
review. In D. Wagner (Ed.), Monitoring and evaluation
for ICTs in education: A handbook for developing
countries. Washington, DC: infoDev, World Bank.

Kozma, R. (2008). Comparative analyses of policies for ICT in
education. In J. Voogt & G. Knezek (Eds.), International
handbook of information technology in education (pp.
1083–1096). Amsterdam: Kluwer.

Kozma, R. (2011a). A framework for ICT policies to transform
education (pp 27–44). In R. Kozma (Ed.), Transforming
education: The power of ICT policies. Paris: UNESCO.

Kozma, R. (Ed.) (2011b). Transforming education: The power of
ICT policies. Paris: UNESCO.

Kozma, R. (2011b). The technological, economic, and social
contexts for educational ICT policy (pp 11–26). In

17

Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

R. Kozma (Ed.), Transforming education: The power of

ICT policies. Paris:UNESCO.

Kozma, R., McGhee, R., Quellmalz, E., & Zalles, D. (2004).

Closing the digital divide: Evaluation of the World Links

program. International Journal of Educational

Development, 24 (4), 361–381.

Law, N., Plegrum, W., & Plomp, T. (2008). Pedagogy and ICT

use in schools around the world: Findings from the IEA

SITES 2006 study. Hong Kong: Comparative Education

Research Center, University of Hong Kong.

Light, D., McMillan Culp, K., Menon, R., & Shulman, S.

(2006). Intel Teach to the Fuuture Essentials course:

Impact survey results for 2005. New York, NY:

EDC/Center for Children and Technology.

Means, B., & Olson, K. (1995). Technology’s role in education

reform: Findings from a national study of innovating

schools. Washington, DC: U.S. Department of

Education, Offic e of Educational Research and

Improvement.

Means, B., Roschelle, R., Penuel, W., Sabelli, N., & Haertel, G.

(2004). Technology’s contribution to teaching and

policy: Efficiency, standardization, or transformation? In

R. Floden (Ed.), Review of Research in Education, 27 (p.

2004). Washington, DC: American Educational Research

Association.

Means, B., Toyama, Y., Murphy, R., Bakia, M., & Jones, K.
(2009). Evaluation of evidence-based practices in online

learning: A metaanalysis and review of online learning

studies. Washington, DC: Department of Education.

Papert, S. (1993). Mindstorms: Children, computers, and powerful

ideas (2nd ed.). NY: Basic Books.

Partnership for the 21st Century. (2005). A report on the

landscape of 21st century assessment. Washington, DC:

Author.

Plomp, T., Anderson, R., Law, N., & Quale, A. (Eds.).

(2009). Crossnational information communication

technology: Policies and practices in education (2nd ed.).

Charlotte, NC: Information Age Publishing.

Quellmalz, E., & Zalles, D. (2000). World Links for Development:

Student assessment Uganda field test. Menlo Park, CA:

SRI International.

18

Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

Rosa, R., Nussbaum, M., Cusille, P., Marianov, V., Correa,
M., Fores, P., et al. (2002). Beyond Nintendo: Design and
assessment of educational video games for fi r st and
second grade students. Computers and Education, 40 (1),
71–94.

Sachs, J. (2005). The end of poverty: Economic possibilities for
our time . New York, NY: Penguin Press.

Santiago, A., Severin, E., Cristia, J., Ibarraran, P., Thompson, J.,
& Cueto, S. (2010). Experimental assessment of the
program “One Laptop Per Child” in Peru. Washington,
DC: Inter-American Development Bank.

SchoolNet, E. (2006). The ICT impact report: A review of studies
of ICT impact on schools in Europe. Brussels:
European SchoolNet.

Tamim, R., Bernard, R., Borokhovski, E., Abrami, P., & Schmidt,
R. (2011). What forty years of research says about the
impact of technology on learning: A second-order meta
analysis and validation study. Review of Educational
Research, 81 (1), 4–28.

Tolani-Brown, N., McCormac, M., & Zimmermann, R. (2009). An
analysis of the research and impact of ICT in education in
developing country contexts. Journal of Education for
International Development, 4 (2), 1–12.

Trilling, B., & Fadel, C. (2009). 21st century skills: Learning for
life in our times. San Francisco, CA: Jossey-Bass.

UNESCO. (2008). ICT competency standards for teachers: Policy
framework. Paris: UNESCO.

United States Agency for International Development (2007).
Jordan ERfKE support project . http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/
PDACD723.pdf
Unwin, T. (2007). Survey of e - Learning in

Africa . http://www.gg.rhul. ac.uk/ict4d/elareport.pdf
Vital Wave Consulting (2008). Affordable computing for schools

in developing
countries . http://www.vitalwaveconsulting.com/pdf/Affo
rdable_Computing_June08.pdf
Vota, W. (2010). Updated quick guide to low-cost ICT devices
for educational systems in the developing world .
Washington, DC: infoDev, World Bank.
Wagner, D. (2005). Overview (p. 5–10). In D. Wagner, B. Day, T.
James, R. Kozma, J. Miller, & T. Unwin

19

Mengapa Pengembangan Sumber Daya Manusia Diutamakan Di Era Dan Pasca Pandemi ?

(Eds.), Monitoring and evaluation of ICT in education
projects. Washington, DC: infoDev, World Bank.
Wong, P. (2011). Case study: Singapore. In
R. Kozma (Ed.), Transforming education: The power of
ICT policies (pp. 45–74). Paris: UNESCO.
World Bank. (2008). School textbooks and school library
provisions in Sub-Saharan Africa . Washington, DC:
World Bank.
Zimmerman, R. (2008). Technology Use in Education
Development. Presentation given at USAID conference,
December 16, Washington, DC.
Zucker, A., & Light, D. (2009). Laptop programs for
students. Science, 323, 82–85.

20

BAGIAN II. IMPLEMENTASI
HEUTAGOGY MELALUI
KONSTRUKSI
PEMBELAJARAN PERSONAL

(sistem pengelolaan pembelajaran di era pandemi dan
masa depan)

Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

Henry Praherdhiono
[email protected]
Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Malang

Eka Pramono Adi
[email protected]
Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Malang

Yulias Prihatmoko
[email protected]
Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Malang

22

Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

Abstrak
Pembelajaran di era pandemi covid 19 dan di masa yang akan
datang memerlukan konsep belajar personal dengan berbagai
pilihan. Personalisasi dalam konsep pembelajaran merupakan
wujud membangun kompetensi hingga kapabilitas pebelajar pada
generasi milenia. Pembelajaran dalam konsep personal
membutuhkan tranformasi. Inspirasi wujud transformasi dimulai
dari dunia industri mempengaruhi pemikiran peneliti bidang
pendidikan. Heutagogy merupakan konsep didaktik yang
membangun mahasiswa secara personal.
Kata kunci: Heutagogy, pembelajaran personal

23

Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

Transformasi ke Pembelajaran
Personal

Apakah perlu ditanyakan bahwa perguruan tinggi
perlu bertransformasi di era pandemi dan dimasa yang akan
datang? Jawaban tersebut mengacu pada ujaran tahun 2000an
yang dikenal dengan tahun 2K. Apapun akan mengalami
perubahan namun ada yang tetap yaitu perubahan itu sendiri.
Seperti halnya goyonan hukum pada tahun 90an dimana pasal
1 menyebutkan bahwa dosen tidak pernah salah dan pasal 2
menyatakan jika dosen melakukan kesalahan sengaja atau
tidak, maka aturan dikembalikan ke pasal 1. Arah pertanyaan
yang sebenarnya telah ketahui jawabannya namun perlu
ditegaskan untuk meyakinkan. Transformasi bukan
merupakan kondisi bahwa lembaga harus menyerah setelah
dinyatakan kalah oleh perubahan teknologi. Ini dikarenakan
bahwa lembaga, kumunitas, perkumpulan masih menjadi
penonton wayang dengan lakon “Revolusi Industri”.
Seandainya lembaga, komunitas, perkumpulan sebagai
dalang dari transformasi, maka lembaga, komunitas,
perkumpulan justru menjadi subjek transformasi atau yang
akan membuat transformasi. Perubahan itu sesungguhnya ada
ditangan dalang (mengatur jalannya wayang) atau sutradara.
Kapan romantis, kapan dramatis, kapan perang, kapan
berubah, sebenarnya ada ditangan dalang atau sutradara
transformasi.

24

Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

Gambar 1 Ilustrasi Otomasi
(Smart factory and industry 4.0 and connected production

robots.., n.d.)

Setelah terjadinya pandemi covid 19, akan terjadi
pemikiran bahwa banyak hal yang harus dipersiapkan.
Pemikiran yang terjadi adalah banyak orang yang
menginginkan perlunya antisipasi terhadap pembelajaran
yang selalu berubah dalam rangka penyesuaian setiap
kondisi. Salah satu indikasi keinginan masyarakat adalah
kegiatan yang rutin, kegiatan yang memiliki pola yang sama,
kegiatan yang tidak membutuhkan inovasi baik dalam masa
pandemi covid 19 ataupun dimasa yang akan datang akan
digantikan oleh mesin, sehingga pelayanan akan tetap jalan
baik waktu terjadi pandemi, maupun kondisi dimasa yang
akan datang. Mesin itu bernama otomasi. Otomasi dalam
kampus menjadi harapan banyak khalayak. Salah satu imbas
dari otomasi telah menjangkiti beberapa perpustakaan di
berbagai perguruan tinggi ternama didunia. Perpustakaan

25

Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

yang merupakan jantung perguruan tinggi sangat
memerlukan otomasi dalam pelayanannya (Suku & Pillai,
2005). Aspek otomasi perpustakaan seperti infrastruktur
teknologi informasi, kegiatan in-house, layanan informasi
dan penggunaannya, pengembangan tenaga kerja, hingga
sampai anggaran. Walaupun menyisakan masalah yaitu
proses identifikasi mengantisipasi kerusakan buku non digital
dan meramal saran pada layanan.

Gambar 2. Tahun Fase Industri sumber (Group, n.d.)
Pembelajaran merupakan perubahan yang terjadi

pada seseorang untuk melalui proses dan waktu serta
melibatkan lingkungan belajar. Pembelajaran dalam diri
seseorang bukan merupakan peristiwa otomasi. Karena
manusia merupakan subjek belajar. Otomasi yang diharapkan
dilakukan pada layanan pembelajarannya. Layanan
pembelajaran yang dikenai otomasi merupakan pembahasan

26

Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

menarik di era dan pasca pendemi. Bagaimana otomasi
layanan pembelajaran yang terjadi “di luar kampus”, yaitu
terjadinya usaha besar-besaran dalam melakukan peningkatan
berkelanjutan sebagai persyaratan utama bagi perusahaan
manufaktur dunia dalam mengupayakan layanan
pembelajaran yang fleksibel, pembelajaran seumur hidup
untuk karyawannya untuk selalu siap menghadap kondisi di
era dan pasca pandemi, dalam sistem pemrosesan informasi
dan kemampuan belajar adaptif (Monostori et al.,
1996). Perubahan kondisi tersebut tidak dapat dipungkiri
sejak adanya pembelajaran dalam Sistem Manufaktur yang
Cerdas, tersedianya literatur yang melimpah, dan dengan
banyak kontribusi dari pembelajaran terbuka, berbagai survei
pembelajaran yang mampu mewujudkan sistem dengan
perilaku cerdas merupakan kebutuhan masyarakat di era dan
pasca pandemi seperti yang tertera pada gambar 2. Internet
hanya merupakan alat semata, sedangkan kebutuhan
masyarakat merupakan realitas kondisi yang harus dilayani.
Pendekatan simbolik, sub-simbolik dan aplikasinya dalam
pembuatan layanan pembelajaran diperlakukan secara sama,
bersama dengan solusi layanan pembelajaran otomasi yang
mencoba mengintegrasikan manfaat dari personalisasi. Setiap
anggota lembaga, komunitas, dan perkumpulan memiliki
kebutuhan yang berbeda, dan membutuhkan pilihan-pilihan

27

Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

yang berbeda. Inilah yang dimaksud dengan tren layanan
pembelajaran di era dan pasca pandemi.

Gambar 3. Perkembangan Industri Sumber
(ekinpublishinggroup, 2018)

“ Setelah terjadinya pandemi covid 19, akan
terjadi pemikiran bahwa banyak hal yang
harus dipersiapkan. Pemikiran yang terjadi
adalah banyak orang yang menginginkan
perlunya antisipasi terhadap pembelajaran
yang selalu berubah dalam rangka
penyesuaian setiap kondisi.

Kemenangan pembelajaran personal pada revolusi
industri 5.0 telah mengabadikan perlunya perubahan.
Kerangka Advanced Learning Factory (ALF) menyediakan
proses yang diperlukan untuk mendefinisikan dan
menjalankan instrumen pelatihan yang memenuhi permintaan
dari industri (Plorin et al., 2015). Setiap pelatihan
menggabungkan modul-modul dasar yang memungkinkan
dilakukannya pelatihan individu secara efisien. Keefektifan

28

Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

pendekatan ini terbukti dengan cara statistik. Diusulkan
bahwa pengetahuan, pengalaman, dan motivasi sebelumnya
mendorong keberhasilan belajar terlepas dari sejumlah
konsep pembelajaran lainnya. Lebih lanjut dalam
pengembangan pembelajaran ALF ditemukan bahwa
interaksi langsung membantu proses pembelajaran yang
mengesankan. Kerangka pembelajaran ALF tampaknya
mendukung untuk setiap tren baru layanan pembelajaran
termasuk dalam era revolusi industri 5.0 seperti pada gambar
3. Oleh karena itu pekerjaan lebih lanjut diperlukan untuk
mengembangkan modul baru yang mendukung
pengembangan ALF untuk menangani era industri 5.0. Dunia
industri sangat responsif terhadap perubahan dengan
mengadopsi pembelajaran personal.

29

Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

Heutagogy Pada Lingkup Belajar dan
Kebutuhan Personal

Pembelajaran di era pandemi merupakan
pembelajaran untuk membangun pemikiran tanpa harus
melakukan pertemuan-pertemuan secara fisik, sedangkan
pasca pandemi covid 19 merupakan pembelajaran personal
dan pembelajaran secara sosial dimana individu telah menjadi
sosok yang matang dalam konsep diri. Konsep belajar dan
pembelajaran bukan merupakan proses yang pendek, namun
akar psikologi dalam bidang Pendidikan merupakan “mesin
utama” Teknologi Pendidikan di Indonesia. Kehidupan
sesungguhnya, seperti yang dikaji oleh psikologi Pendidikan,
Individu merupakan pemilik hidupnya. Penyesuain terhadap
kepemilikan hidup sangat tergantung dengan individu
pebelajar di era pandemi covid 19 maka perlu antisipasi pada
pasca pandemi dengan melakukan pendekatan heutagogy
untuk melayani dan mefasilitasi pembelajaran. Heutagogy
merupakan keilmuan yang ramah terhadap pemberdayaan
individu. Pendekatan heutagogy bukan pendekatan baru
dalam pembelajaran. Berbagai catatan mengemukakan bahwa
pendekatan heutagogy bahkan telah tercatat pada serbet di
sebuah restoran pada tahun 2000 (Hase, 2009; Hase &
Kenyon, 2000, 2007, 2013). Pendekatan heutagogy
sebanarnya juga bukan ide yang paling bagus untuk
dilaksanakan secara khusus di Perguruan Tinggi. Dengan

30

Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

adanya pandemi covid 19 mulai terkuak, bahwa berdasarkan
berbagai diskusi yang dilakukan dosen diberbagai Perguruan
Tinggi, muncul ketidakpuasan umum dengan cara Pendidikan
yang selama ini telah terlaksana, karena sangat tergantung
dengan keberadaan dosen secara fisik sehingga tidak sesuai
dengan kondisi pandemi. Pasca pandemi perlu dikontruksi
pendekatan heutagogy yang dimaksudkan untuk
menumbuhkan kemampuan pebelajar dalam memperluas
batas pengetahuan, sikap dan keterampilan. Mungkin
beberapa anggapan mengenai adanya pendekatan, model,
strategi pembelajaran yang paling sesuai untuk era dan pasca
pandemi, mungkin benar adanya, namun jika ada yang
mengatakan bahwa hanya heutagogy sebagai pendekatan,
model, strategi pembelajaran yang paling sesuai dan benar
merupakan nilai “mutlak” tentunya akan sulit disepakati.
Secara umum siapa yang tidak mengakui keilmuan pedagogi?
Namun yang tidak disepakati di era pandemi adalah pedagogi
yang berorientasi hanya pada pengajar semata. Pembelajaran
memerlukan pengembangan kearah yang lebih aspiratif.

31

Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

Gambar 4. Rancangan Pembelajaran di LMS
Pembelajaran berbasis online yang dijalankan di

Universitas Negeri Malang platform LMS tertentu,
memberikan wahana heutagogy. Mahasiswa sebagai
pebelajar pada masa dan pasca pandemi, bukan merupakan
objek pembelajaran. Mahasiswa sebagai manusia dewasa
perlu didekati dengan cara yang dewasa seperti dalam
pembelajaran andragogy. Perintah bukan satu-satunya jalan
untuk membuat mereka belajar. Kenyamanan lingkungan
belajar perlu diwujudkan aspek teknis pengantar teks dalam
pembelajaran online (Praherdhiono, 2014). Seperti pada
gambar Sipejar saya mencoba membangun kebersamaan
dengan mahasiswa.

32

Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

Gambar 5. Pendekatan Permasalahan Umum menjadi bahan
Personal

Arah angin selalu berubah. Tidak ada yang abadi
dalam kehidupan di dunia. Perlu menjadi kajian bersama
bahwa kelemahan pembelajaran saat ini yang masih
dipandang sebagai kegiatan yang mekanikal tidak dapat
diterapkan disemua bidang pembelajaran. Kemerdekaan
berpikir para ilmuan dan praktisi pendidikan adalah
“gugatan” terhadap pemberdayaan kepada pebelajar.
Pembelajaran harus menjadi student centered learning.
Rogers dan Freiberg (1994) menjelaskan kekuatan untuk
belajar benar-benar ada di tangan pebelajar dan bukan hanya
pengajar. Rogers dan Freiberg (1994) juga menyadari, bahwa
manusia tumbuh dari anak usia dini benar-benar memiliki
potensi namun tidak diantisipasi oleh sistem pendidikan.
Pembelajaran yang dilakukan hanya memenuhi target
pengguna lulusan, bahkan membingungkan dalam kegiatan
pembelajaran (Ackoff & Greenberg, 2008; Greenberg &

33

Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

Ackoff, 2011). Sistem pembelajaran yang menjadi otonomi
dosen dapat mengganggu kemampuan alami mahasiswa di
perguruan tinggi untuk 1) mengeksplorasi, 2) mengajukan
kerisauannya, 3) membuat koneksi dalam lingkup sosial, dan
untuk belajar. Pendekatan heutagogy yang dilaksanakan
merupakan kontinyuitas dari pandangan humanistik tentang
bagaimana orang belajar dalam student centered learning
(Carl R. Rogers & Freiberg, 1969) dan juga beberapa
penelitian student centered learning di lingkungan belajar
terbaru sebagai lawan teacher centered learning (Tharayil et
al., 2018; Wilson et al., 2018; Zarouk et al., 2018).

Gambar 6. Mahasiswa sebagai Makhluk Personal

Pemikiran manusia merupakan makhluk individu dan
sosial adalah kunci dari belajar yang sesuai di era dan pasca
pandemi. Setiap individu akan belajar jika lingkungan belajar
memberikan dukungan. Sebagai kasus yang mungkin dapat
mewakili adalah kasus Mahasiswa Universitas Negeri

34

Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

Malang pada jurusan Teknologi Pendidikan yang telah
mengenal berbagai layanan belajar yang mengakomodir
interaksi antar individu atau dengan sumber belajar melalui
bantuan teknologi. Teknologi yang digunakan di era pandemi
akan mengubah perilaku dan budaya baru bagi para pebelajar
pada pasca pandemi. Media dan teknologi memiliki potensi
untuk membangun pebelajar baik dari sisi kreatif maupun
inovatif, namun pada saat yang sama dengan juga memiliki
potensi penyalahgunaan dan bahkan lebih kasar lagi
membantu “pelecehan” verbal, fisik dll (Goodboy et al.,
2018; Padrón et al., 2018). Beberapa kenyataan yang dialami
oleh mahasiswa adalah kehadiran teknologi dalam
pembelajaran tidak selalu menguntungkan mayoritas
pebelajar atau selalu meningkatkan pembelajaran (Mayer et
al., 2018). Tidak ada jaminan bahwa belajar akan
berlangsung dengan baik hanya dengan sumber belajar
digital. Mahasiswa yang aktif dalam teknologi media sosial
tidak serta merta meningkatkan literasi digitalnya. Kenyataan
itu tidak mampu kita pungkiri. Media sosial adalah media
yang selama ini menjadi trend di Malang bahkan Indonesia.
Namun bisa jadi di negara lainnya (diluar Indonesia)
mungkin bisa sebaliknya.

35

Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

Mempersiapkan Layanan Belajar di
Era dan Pasca pandemi

Pada pendidikan formal akan ada perubahan
mendasar yaitu hilangnya batas dengan pendidikan in-formal
maupun non-formal. Beberapa elemen tersebut menjadi
trans-pembelajaran seperti yang terlihat pada gambar 7

Gambar 7. Rancangan Trans-Pembelajaran di Era dan pasca
Pandemi

36

Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

Sebagai penyelenggara pendidikan perlu
mengantisipasi pembelajaran pasca pandemi setelah
pebelajar melakukan pembelajaran di era pandemi.
Penyelenggara perlu melakukan rangkaian kegiatan dalam
menyesuaiakan kearah pembelajaran yang mengutamakan
individu dalam pendekatan heutagogy. Langkah-langkah
tersebut adalah langkah kongkrit dan terukur seperti gambar
8

PERSETUJUAN FASILITATOR

(deklarasi lembaga terhadap (mempersiapkan dan
dukungan layanan pembelajaran) memberdayakan pengajar)

PILIHAN PERJANJIAN

(membanguntoupjsuianp)erangkat dan (membangun komitmen antara
pebelajar dan pengajar)

PENINJAUAN PENILAIAN

(upayammeenliankgukaktaknabnicmabpianigaann) untuk (menyepakati insrumen

penghargaan individu)

UMPAN BALIK

(berbagi pengalaman dan ide antar
individu)

Gambar 8. Tahapan implementasi heutagogi
Persetujuan. Pada tahap persetujuan adalah adanya
persetuan dalam wujud deklarasi yang menyatakan bahwa
lembaga, komunitas atau perkumpulan menyepakati bahwa
individu memiliki hak mendapatkan bimbingan terhada

37

Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

pilihan hidup. Sehingga tahap perjanjian bergantung pada
tingkat otonomi yang diberikan kepada fasilitator dari
lembaga penyelenggara pendidikan. Hal ini menyangkut
persetujuan penggunaan pendekatan heutagogy dalam
pembelajaran sebelum diterapkan dalam kurikulum.
Lembaga penyelenggara pendidikan berupa 1) dewan
akademik, dan 2) para pembuat keputusan seperti kepala
departemen, direktur, ketua, 3) Senior (orang yang dianggap
senior dalam lembaga terkait). Jika dalam kegiatan pelatihan
di perusahaan, mungkin perlu meyakinkan CEO atau manajer
tentang perubahan dalam pelatihan. Pada tahap perjanjian
bukan menjadi keharusan jika heutagogy dapat
diimplementasikan tanpa harus memerlukan persetujuan dan
menjadi otonom fasilitator

“ Mahasiswa sebagai pebelajar pada masa dan
pasca pandemi, bukan merupakan objek
pembelajaran. Mahasiswa sebagai manusia
dewasa perlu didekati dengan cara yang
dewasa seperti dalam pembelajaran
andragogy.

Fasilitator. Pada tahap ini diperlukan sesorang maupun tim
untuk memfasilitasi pembelajaran. Orang atau tim yang
memfasilitasi kemajuan pebelajar digambarkan sebagai
fasilitator. Peran mereka adalah membimbing dan
memastikan bahwa hasil pembelajaran akan dioptimalkan

38

Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

melalui pemberdayaan individu untuk mampu menentukan
arah pembelajarannya. Interaksi dengan pelajar perlu
dibangun dan diimplementasikan. Dosen dan pengajar yang
berperan sebagai fasilitator secara teoritis mungkin mudah,
namun secara praktis sangatlah sulit. Dosen dan pengajar
harus memiliki minat dan filosofis bahwa kegembiraan
belajar dihidupkan ketika pembelajaran berpusat kepada
mahasiswa menjadi komitmen. Dosen dan pengajar yang
berkomitmen dan dituangkan pada rencana pembelajaran.

Pilihan. Pebelajar memiliki keinginan jangkauan
pembelajaran yang luas, sempit mendalam merupakan
kewajaran. Minat pebelajar pasti memiliki perbedaan,
Beberapa pebelajar ingin mendapatkan pemahaman
mendalam tentang bidang yang sangat kompleks, sementara
pebelajar yang lain justru memiliki kecenderungan belajar
pada bidang pembelajaran yang mendalam tapi lebih sempit.
Peran fasilitator adalah membimbing pelajar lebih jelas
mendefinisikan apa yang ingin mereka pelajari. Fasilitator
akan mempertimbangkan tiga hal: 1) relevansi, 2)
pencapaian, dan 3) tingkat. Apa yang ingin dipelajari oleh
pelajar harus relevan dengan program studi yang menjadi
pilihan saat ini, topiknya harus sesuai dan bukan hanya
menarik bagi pebelajar. Fasilitator harus mampu menghitung
berapa banyak waktu yang tersedia untuk pelajar dalam

39

Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

menyelesaikan pilihan sebagai jalan hidup mereka. Juga
sebagai fasilitator penting untuk menentukan tingkat sebagai
ketetapan ruang lingkup pembelajaran yang dianggap sebagai
capaian pembelajaran atau mendefinisikan capaian
kesuksesan. Perlu dihindari oleh fasilitator adalah pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada pengajar yaitu dengan
memilihkan konten dan proses pembelajarannya secara
otoriter.

“ Sebagai penyelenggara pendidikan perlu
mengantisipasi pembelajaran pasca pandemi
setelah pebelajar melakukan pembelajaran di
era pandemi. Penyelenggara perlu melakukan
rangkaian kegiatan dalam menyesuaiakan
kearah pembelajaran yang mengutamakan
individu dalam pendekatan heutagogy.

Perjanjian. Pelajar dan fasilitator menyepakati beberapa hal
yaitu 1) kerangka waktu untuk pembelajaran, 2) metodologi
yang akan digunakan, 3) frekuensi tinjauan kemajuan dan 4)
bentuk penilaian akhir (jika diperlukan). Perjanjian dapat
dilakukan secara verbal maupun didokumentasikan secara
tertulis. Pebelajar kemudian dapat diingatkan tentang
tanggung jawab mereka, jika rencana pembelajaran berjalan
di luar jalur. Secara tegas perlu dinyatakan bahwa perjanjian
bukan merupakan kontrak formal dan mengikat. Sebaliknya,
perlu ada fleksibilitas yang tinggi, sehingga jika keadaan

40

Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

berubah, program pembelajaran dapat beradaptasi. Misalnya
perlu diakomodasi tentang temuan aspek pembelajaran oleh
pebelajar yang menurut mereka relevan atau menarik bagi
mereka, dan mereka ingin mengubah fokus pembelajaran
mereka.

Peninjauan. Definisi pembelajaran heutagogy
mengasumsikan bahwa ketika orang diberikan pengetahuan
dan keterampilan baru, ada kemungkinan bahwa pelajar akan
mengembangkan wawasan baru yang tidak diketahui oleh
fasilitator. Proses untuk memperoleh wawasan pebelajar atau
pengalaman belajar sering kita definisikan sebagai
pembelajaran. Pebelajar kemungkinan memiliki 1)
pertanyaan baru, 2) tantangan dan 3) kemungkinan jalan
lebih lanjut untuk mereka kejar. Sehingga penting bagi
fasilitator untuk menemukan atau meninjau secara berkala
tentang 1) kemajuan apa yang telah dibuat dan 2) apa
kebutuhan baru pebelajar. Sesi peninjauan dapat melibatkan
pertemuan yang disepakati dengan fasilitator sebagai
individu atau kelompok, tatap muka atau menggunakan
teknologi yang tersedia. Bisa pula melakukan kegiatan
sinkron atau asinkron menggunakan Learning Management
System. Tinjauan juga dapat tertanam dalam pengalaman
belajar dengan meminta peserta terlibat dalam refleksi

41

Implementasi Heutagogy Melalui Konstruksi Pembelajaran Personal

kelompok dan individu yang menghasilkan keluaran yang
dapat dilaporkan.

Penilaian. Umumnya proses dan kegiatan penilaian
dilakukan pada akhir periode pembelajaran yang ditentukan,
namun bisa saja diwujudkan penilaian dilakukan selama
proses pembelajaran yang disepakati. Penilaian secara khusus
merupakan pendekatan yang berpusat pada pebelajar.
Penilaian merupakan upaya memberikan informasi sejauh
mana capaian pebelajar berdasarkan tujuan yang ingin diraih
pebelajar.

“ Definisi pembelajaran heutagogy
mengasumsikan bahwa ketika orang diberikan
pengetahuan dan keterampilan baru, ada
kemungkinan bahwa pelajar akan
mengembangkan wawasan baru yang tidak
diketahui oleh fasilitator.

Umpan balik. Permasalahan umpan balik merupakan cara
mengarahkan pebelajar pada tindakan tertentu berdasarkan
nasehat pengajar. Umpan balik bukan merupakan keharusan,
namun mungkin lebih tepatnya mengajak diskusi secara
mendalam di mana pebelajar dan fasilitator bertukar ide dan
pengalaman yang dapat memberikan manfaat. Pebelajar
dapat berbicara tentang tantangan yang dihadapi (dan

42


Click to View FlipBook Version