Mendirikan Kantong Belajar Dinding Sekolah Sebagai Korespondesi Belajar Diera Pandemi
Kondisi Sekolah Dasar yang berada di desa-desa tersebut
dapat dipastikan memiliki permasalahan kedaruratan pembelajaran.
Beberapa hal yang masih dipikirkan adalah bagaimana melayani,
membantu dan memberdayakan guru mereka yang masih memiliki
semangat mengajar di desa yang dijelaskan kominfo. Kondisi
semangat guru memang sangat ironis dengan kondisi di desa yang
tidak tersambung internet. Jika tidak mendapatkan jalan keluar,
maka semangat tersebut lambat laun akan memudar. Bahkan akan
mencapai titik klimaksnya yaitu muncul sikap apatis terhadap
kedaruratan pembelajaran akibat pandemi. Kedaruratan belajar dan
kedaruratan kondisi merupakan realitas yang masih diabaikan.
Kondisi ekonomi di desa yang belum mendapatkan
jaringan internet juga mengalami tekanan akibat pandemi. Kondisi
darurat ekonomi akibat corona yang sering dimunculkan, karena
memang merupakan realitas dan di sisi lain justru
di”hiperbola”kan. Kondisi realitas dampak corona terhadap
ekonomi sering dimunculkan dalam berbagai artikel (Anderson et
al., 2020; Fernandes, 2020; McKibbin & Fernando, 2020). Namun
hal tersebut berada dalam tataran makro. Sedangkan secara mikro,
dampak keuangan keluarga di tengah pandemi COVID-19 menjadi
pemicu untuk mengurangi kebutuhan yang masih bisa
ditangguhkan. Kondisi ekonomi keluarga menjadi realitas untuk
memperberat pelaksanaan pembelajaran di era pandemi. Alasan
ekonomi keuangan keluarga menjadi daya tolak terhadap
pelaksanaan pembelajaran secara online oleh masyarakat. Belum
lagi realitas masyarakat yang meng”hiperbola”kan kondisi
ekonomi akibat pandemi.
93
Mendirikan Kantong Belajar Dinding Sekolah Sebagai Korespondesi Belajar Diera Pandemi
Dukungan Kebijakan di Sekolah
Dasar pada Kondisi Pandemi
Pemaknaan pembelajaran yang utuh tanpa tatap muka
merupakan landasan kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar.
Kondisi darurat merupakan landasan pelaksanaan pembelajaran
tanpa tatap muka, memiliki konsekuensi terhadap pelaksanaan
pembelajaran secara mikro dan makro. Kondisi darurat merupakan
kondisi yang belum diantisipasi oleh pihak otoritas di Sekolah
Dasar, adalah pandemi COVID-19 terutama untuk proses
pembelajaran. Penyebaran COVID-19 sangat cepat,
mengakibatkan seluruh sistem kesehatan global semakin terbebani
oleh banyaknya orang yang membutuhkan diagnosis, isolasi dan
perawatan. Ketidaksiapan memiliki indikasi kekurangan dalam
berbagai fasilitas, sumber daya manusia, fasilitas kesehatan dan
fasilitas lainnya (Baden et al., 2020). Skala dan luasnya masalah
pandemi bagi pelaksanaan pembelajaran di Sekolah Dasar
membutuhkan respon penentuan kebijakan yang juga cepat. Seperti
halnya masalah makro dalam pembelajaran pada umumnya
membutuhkan penanganan yang cepat namun harus tepat. Harapan
semua orang adalah jangan sampai permasalahan di Sekolah Dasar
dengan kondisi tanpa jaringan internet, diselesaikan dengan suatu
metode namun menimbulkan permasalahan baru. Sedangkan hal
yang bersifat mikro adalah bagaimana pelaksanaan pembelajaran
tidak menimbulkan kerumitan interaksi bagi pebelajar, pengajar
dan sumber belajar dan tetap menjaga kemananan sosial dan
kontak secara fisik di tengah pandemi.
94
Mendirikan Kantong Belajar Dinding Sekolah Sebagai Korespondesi Belajar Diera Pandemi
Antisipasi dampak pandemi di Sekolah Dasar memerlukan
penanganan harus bersifat menyeluruh. Permasalahan kedaruratan
teknologi merupakan permasalahan yang memerlukan perhatian
bagi pemilik otoritas di Sekolah Dasar. Kemampuan guru di
Sekolah Dasar antara satu dengan yang lainnya tidak sama. Namun
permasalahannya adalah kesepakatan umum bahwa yang
digunakan adalah teknologi yang berbasis pada sistem online pada
kondisi darurat pandemi. Pemaknaan online tidak diarahkan
kepada pemaknaan proses pembelajaran yang tidak tatap muka.
Secara teknologi, pembelajaran online menjadi perhatian peneliti
dan praktisi dalam pelaksanaan pembelajaran (Liu et al., 2020;
Salkin et al., 2020; Xie & Yang, 2020). Karena teknologi berbasis
sistem online menjanjikan keragaman dan kemanfaatan dalam
memudahkan pembelajaran di era pandemi. Teknologi yang paling
diminati dalam teknologi online adalah media sosial. Media sosial
merupakan teknologi berbasis online yang paling umum digunakan
dalam berkomunikasi di tengah pandemi (Ienca & Vayena, 2020;
Nicomedes & Avila, 2020; Wiederhold, 2020). Berbagai
pengalaman dalam penggunaan media sosial menunjukkan akibat
yang positif dan negatif. Selain teknologi media sosial, beberapa
kebijakan mengarah pada teknologi web. Teknologi ini juga
menjadi teknologi yang diperhitungkan dalam kegiatan penyebaran
informasi di tengah pandemi (Jain & Singh, 2020; Zhou et al.,
2020). Teknologi web sering dimanfaatkan dalam penyebaran
informasi yang berupa Content Management System (CMS),
Learning Management System (LMS), Video conference (VC) dan
teknologi web lainnya. Kebijakan yang juga difasilitasi oleh
otoritas pendidikan adalah teknologi yang berbasis aplikasi. Alasan
95
Mendirikan Kantong Belajar Dinding Sekolah Sebagai Korespondesi Belajar Diera Pandemi
kebijakan mengarah pada penggunaan aplikasi adalah kegiatan
pembelajaran yang aplikasinya telah terpasang di smartphone
(Pandey et al., 2020). Beberapa iming-iming dari penyelenggara
aplikasi adalah gratis dan dapat digunakan dalam kegiatan
pembelajaran di tengah pandemi. Jika melihat karakteristik
kebijakannya untuk daerah yang tidak terdapat permasalahan
jaringan internet adalah tanpa tatapmuka dan menghindari kontak
fisik secara langsung. Antisipasi di Sekolah Dasar seharusnya
bukan berada pada bagaimana mengadakan jaringan internet,
namun bagaimana caranya pembelajaran tanpa melakukan kontak
fisik atau tatap muka.
Model pembelajaran di Sekolah Dasar memerlukan metode
korespondensi lokal untuk membangun komunikasi antara guru,
siswa dan orang tua. Kemandirian belajar merupakan pendekatan
pembelajaran yang diterapkan secara menyeluruh kepada siswa
Sekolah Dasar. Arah korespondensi adalah membangun
kemandirian siswa dengan penggunaan sumber belajar yang
dikirimkan guru melalui peran serta orang tua. Sumber belajar
secara korespondensi terkomunikasikan melalui media sederhana
yang dipasang di Sekolah Dasar. Landasan korespondensi di
tengah kondisi darurat pandemi adalah penyelarasan proses
pembelajaran daerah yang terdapat jaringan internet dan yang tidak
mendapatkan jaringan internet. Seperti kondisi yang mendapatkan
jaringan internet adalah menggunakan sumber belajar digital yang
disebarluaskan melalui teknologi media sosial untuk
mengeksplorasi kemampuan belajar siswa, sehingga proses belajar
dan pembelajaran menjadi sangat berharga (Kormos & Csizer,
2014; Libbrecht, 2015), serta terjadinya peningkatan kualitas
96
Mendirikan Kantong Belajar Dinding Sekolah Sebagai Korespondesi Belajar Diera Pandemi
pembelajaran era sekarang (Kewal Ramani dkk., 2018).
Korespondensi juga dapat dilakukan pada pembelajaran yang tidak
menggunakan internet, sebagai metode pembelajaran yang setara
dengan online.
Gambar 1. Metode memutuskan kondisi darurat
97
Mendirikan Kantong Belajar Dinding Sekolah Sebagai Korespondesi Belajar Diera Pandemi
Pengembangan Model Korespondensi
Keputusan pembelajaran menggunakan model
korespondesi ditentukan bersama antara kepala sekolah dan guru
dalam kondisi darurat. Menggunakan alur seperti yang tertera pada
gambar 1, kondisi dalam keadaan darurat harus segera diputuskan.
Kondisi darurat membutuhkan pemikiran taktis. Keputusan harus
didukung dengan data fasilitas pembelajaran apa yang tersedia dan
bisa dimiliki atau diusahakan. Data berikutnya yang perlu menjadi
pertimbangan adalah kemampuan guru yang dimiliki sekolah
tersebut. Guru merupakan sumber daya profesional yang
sebenarnya mampu mengembangkan dirinya berdasarkan kondisi,
namun untuk mengantisipasi kondisi darurat yang terpenting
adalah kemampuan guru saat ini sampai pada tingkatan yang mana.
Keputusan yang terbaik adalah keputusan tercepat yang
mendapatkan kesepakatan antara guru dan kepala sekolah.
Kondisi Sekolah Dasar di daerah yang tidak terdapat
jaringan internet, biasanya menggunakan tatap muka sebagai cara
menyampaikan pesan dan pembelajaran. Pembelajaran didominasi
guru yang mengupayakan, memindahkan pengetahuan yang telah
mapan kepada siswanya. Pada konstruksi pembelajaran tatap muka
memiliki rancangan pengiriman pesan yang sederhana yaitu guru
sebagai sumber belajar, sehingga menempatkan guru sebagai pusat
pembelajaran dan menggunakan seluruh kemampuan untuk
mengirim pesan, melalui presentasi, dengan sedikit sekali
melibatkan bahan atau aktivitas pembelajaran mandiri (Anzalone,
1995). Kemampuan guru yang tetap menjadi pusat pembelajaran
merupakan hal yang sulit dilakukan pada masa pandemi, karena
98
Mendirikan Kantong Belajar Dinding Sekolah Sebagai Korespondesi Belajar Diera Pandemi
sifatnya yang harus tatap muka. Korespondensi merupakan cara
yang memiliki kemiripan dengan perilaku guru dikarenakan
kondisi. Konsep korespondensi adalah adanya pengiriman pesan
dari guru ke siswa melalui perantara orang tua. Pandemi telah
membatasi dengan tidak diperkenankannya guru dan siswa
berkumpul.
Korespodensi dilakukan dengan cara membuat surat
layaknya guru menyapa siswanya satu persatu. Kemampuan guru
dalam berkomunikasi merupakan kemampuan alamiah setiap
pengajar yang harus diimplementasikan. Cara yang paling
memungkinkan adalah dengan membuat surat kepada setiap
siswanya. Surat yang diberikan kepada siswanya perlu diberikan
sentuhan psikologis, dalam hal ini melalui sentuhan personal,
sehingga surat yang dibuat oleh gurunya mampu membangkitkan
emosi siswa. Sapaan yang khas, bimbingan yang mengarah pada
bantuan secara psikologis, kerinduan untuk bertemu dan lain-lain
akan membangkitkan siswa tetap berada pada zona nyaman, dan
bahkan dapat meningkatkan kekuatan mental (France et al., 1995;
Gerber, 2008). Guru Sekolah Dasar merupakan sosok orang tua
sekaligus sahabat bagi siswanya. Guru bukan hanya bertindak
dengan memberikan tugas melalui surat-surat yang dikirimkan
secara personal, namun sekaligus juga memberikan penguatan
dalam bentuk bimbingan yang dikemas secara personal bagi
seluruh siswa. Guru adalah orang yang paling tahu kondisi masing
masing siswa di kelasnya, sehingga guru memiliki kesempatan
yang sangat banyak untuk menciptakan suasana psikologis yang
dapat membangun motivasi siswa. Dengan demikian siswa tidak
kehilangan kepercayaan diri dan tidak kehilangan semangat untuk
99
Mendirikan Kantong Belajar Dinding Sekolah Sebagai Korespondesi Belajar Diera Pandemi
melakukan seluruh tugas-tugas sekolahnya, karena siswa tahu -
gurunya tetap mendampingi dan menyapanya secara personal.
Siswa juga bebas menceriterakan apa yang dipikirkan dan
dirasakannya kepada guru. Kondisi ini akan memberikan dampak
positif yang sangat berarti bagi keberlangsungan belajar siswa di
rumah. Tentu kondisi ini masih tetap harus melibatkan orang tua
yang bisa menjadi mediator dalam proses pembelajaran tersebut.
Dapat dikatakan, orang tua menjadi kepanjangan tangan sekolah
dalam proses pembelajaran di era pandemi ini. Peran orang tua
sangat besar, karena orang tua diharapkan bisa memposisikan diri
tidak hanya sebagai orang tua di rumah, sebagai fasilitator
sekaligus mediator dengan pihak sekolah, tetapi juga harus bisa
bertindak sebagai teman, yang bisa juga melakukan kegiatan
kegiatan rekreatif bersama anak, untuk menjaga kondisi psikologis
anak dari kebosanan panjang yang bisa muncul.
Gambar 2. Alur Pengiriman Surat
100
Mendirikan Kantong Belajar Dinding Sekolah Sebagai Korespondesi Belajar Diera Pandemi
“ Korespodensi dilakukan dengan cara membuat
surat layaknya guru menyapa siswanya satu
persatu. Kemampuan guru dalam
berkomunikasi merupakan kemampuan
alamiah setiap pengajar yang harus
diimplementasikan. Cara yang paling
memungkinkan adalah dengan membuat surat
kepada setiap siswanya.
Bertolak dari kondisi tersebut, KANTONG BELAJAR
bisa digunakan sebagai media bagi guru dan siswa untuk
melakukan korespondensi. Kantong belajar mirip dengan kotak
saran yang ada di sekolah atau di kantor, namun tidak dibuat
tertutup melainkan terbuka seperti halnya kotak brosur. Kantong
belajar memiliki sekat-sekat atau terpisah berdasarkan kelas seperti
ilustrasi pada gambar 3. Namun ilustrasi bukan merupakan
panduan baku/model kantong belajar yang harus diikuti. Dengan
berbagai inovasi dan kreatifitas dari pihak sekolah, perlu dirancang
bentuk-bentuk yang sesuai dengan kearifan lokal setempat. Artinya
tidak ada bentuk baku dari kantong belajar.
101
Mendirikan Kantong Belajar Dinding Sekolah Sebagai Korespondesi Belajar Diera Pandemi
Gambar 3. Ilustrasi Kantong Belajar
102
Mendirikan Kantong Belajar Dinding Sekolah Sebagai Korespondesi Belajar Diera Pandemi
Kesimpulan
Pengembangan kantong belajar merupakan ide dalam
menangani kondisi darurat, dan dengan berbagai inovasi dapat
dilakukan dalam kegiatan belajar pada kondisi normal untuk tujuan
tertentu dalam pembelajaran. Keberadaan Sekolah Dasar yang
terletak di desa yang belum terjamah jaringan internet merupakan
keinginan untuk membantu bapak ibu guru yang merasa tidak
berdaya di tengah pandemi. Semangat bapak dan ibu guru
merupakan kecerdasan humanis kapabilitas profesi yang harus
mendapatkan apresiasi dan penguatan. Pemberdayaan guru melalui
penguatan pengelolaan inovasi akan membangun guru lebih
tanggap dan humanis dalam menyikapi pandemi.
103
Mendirikan Kantong Belajar Dinding Sekolah Sebagai Korespondesi Belajar Diera Pandemi
Daftar Pustaka
Anderson, R. M., Heesterbeek, H., Klinkenberg, D., &
Hollingsworth, T. D. (2020). How will country-based
mitigation measures influence the course of the
COVID-19 epidemic? The Lancet, 395(10228), 931–
934.
Anzalone, S. (1995). The case for multichannel learning.
Multichannel Learning: Connecting All to Education,
1–12.
Baden, T., Chagas, A. M., Molloy, J., & Godino, L. P.
(2020). Leveraging Open Hardware to alleviate the
burden of COVID-19 on global health systems.
Fernandes, N. (2020). Economic effects of coronavirus
outbreak (COVID-19) on the world economy.
Available at SSRN 3557504.
France, M. H., Cadieax, J., & Allen, G. E. (1995). Letter
therapy: A model for enhancing counseling
intervention. Journal of Counseling & Development,
73(3), 317–318.
Gerber, D. A. (2008). Authors of their lives: The personal
correspondence of British immigrants to North
America in the nineteenth century. NYU Press.
Ienca, M., & Vayena, E. (2020). On the responsible use of
digital data totackle the COVID-19 pandemic. Nature
Medicine, 1–2.
Jain, R., & Singh, A. K. (2020). Technological Approaches
for E-Content Development and Deployment: A
Qualitative Analysis From Experts’ Perspective.
International Journal of Information and
Communication Technology Education (IJICTE),
16(3), 92–112.
KewalRamani, A., Zhang, J., Wang, X., Rathbun, A.,
Corcoran, L., Diliberti, M., & Zhang, J. (2018).
Student Access to Digital Learning Resources outside
of the Classroom. NCES 2017-098. National Center
for Education Statistics.
104
Mendirikan Kantong Belajar Dinding Sekolah Sebagai Korespondesi Belajar Diera Pandemi
Kominfo: 24.000 Desa Belum Tersentuh Layanan Internet.
(n.d.). Retrieved April 8, 2020, from
https://inet.detik.com/telecommunication/d
4505284/kominfo-24000-desa-belum-tersentuh
layanan-internet
Kormos, J., & Csizer, K. (2014). The interaction of
motivation, self‐regulatory strategies, and
autonomous learning behavior in different learner
groups. Tesol Quarterly, 48(2), 275–299.
Libbrecht, P. (2015). Adaptations to a Learning Resource.
Acta Didactica Napocensia, 8(1), 67–74.
Liu, W., Yue, X.-G., & Tchounwou, P. B. (2020). Response
to the COVID-19 Epidemic: The Chinese Experience
and Implications for Other Countries.
Multidisciplinary Digital Publishing Institute.
McKibbin, W. J., & Fernando, R. (2020). The global
macroeconomic impacts of COVID-19: Seven
scenarios.
Nicomedes, C. J., & Avila, R. M. (2020). An Analysis on the
Panic of Filipinos During COVID-19 Pandemic in the
Philippines.
Pandey, R., Gautam, V., Bhagat, K., & Sethi, T. (2020). A
Machine Learning Application for Raising WASH
Awareness in the Times of COVID-19 Pandemic.
ArXiv Preprint ArXiv:2003.07074.
Salkin, P. E., Kaufman, E., Angelos, C., Berman, S.J., Bilek,
M. L., Chomsky, C. L., Curcio, A. A., Griggs, M.,
Howarth, J. W., & Merritt, D. J. (2020). The Bar
Exam and the COVID-19 Pandemic: The Need for
Immediate Action.
Wang, G., Zhang, Y., Zhao, J., Zhang, J., & Jiang, F. (2020).
Mitigate the effects of home confinement on children
during the COVID-19 outbreak. The Lancet,
395(10228), 945–947.
Wiederhold, B. K. (2020). Using Social Media to Our
Advantage: Alleviating Anxiety During a Pandemic.
Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking.
105
Mendirikan Kantong Belajar Dinding Sekolah Sebagai Korespondesi Belajar Diera Pandemi
Xie, Z., & Yang, J. (2020). Autonomous Learning of
Elementary Students at Home During the COVID-19
Epidemic: A Case Study of the Second Elementary
School in Daxie, Ningbo, Zhejiang Province, China.
Ningbo, Zhejiang Province, China (March 15, 2020).
Zhou, L., Wu, S., Zhou, M., & Li, F. (2020). 'School’s Out,
But Class’ On’, The Largest Online Education in the
World Today: Taking China’s Practical Exploration
During The COVID-19 Epidemic Prevention and
Control As an Example. But Class’ On’, The Largest
Online Education in the World Today: Taking
China’s Practical Exploration During The COVID-19
Epidemic Prevention and Control As an Example
(March 15, 2020).
106
BAGIAN V.
MENGKONSTRUKSI KAMPUS
MOBILE
Mengkonstruksi Kampus Mobile
Henry Praherdhiono
[email protected]
Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Malang
Yulias Prihatmoko
[email protected]
Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Malang
Eka Pramono Adi
[email protected]
Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Malang
Nunung Nindigraha
[email protected]
Teknologi Pembelajaran, Universitas Negeri Malang
108
Mengkonstruksi Kampus Mobile
Abstrak
Pembelajaran berbasis komputasi pada jurusan Teknologi
Pendidikan menghadapi tantangan yang menarik dalam
menyediakan kurikulum, pedagogi, learning object hingga sumber
belajar. Teknologi dikembangkan dalam rangka memenuhi
kebutuhan kekinian 1) mahasiswa sebagai calon teknolog,
pengembang, analis dll, 2) pengusaha, dan 3) secara umum
masyarakat. Pembelajaran berbasis sistem mobile harus
meningkatkan pengalaman belajar mahasiswa, dan oleh karena itu
teknologi tidak boleh dianggap terpisah tanpa memikirkan
landasan pedagogi yang sesuai untuk mengkontruksi kognitif,
afektif dan psikomotorik.
Kata kunci: Pembejaran berbasis komputer, kurikulum,
pedagogi
109
Mengkonstruksi Kampus Mobile
Pendahuluan
Banyak kampus telah memulai mengintegrasikan teknologi
pembejarannya dengan tablet. Beberapa sekolah telah
menyediakan tablet dengan sistem operasi Android atau tablet
dengan sistem operasi lainnya (Reychav, Warkentin, & Ndicu,
2016). Kondisi kelas dengan perbandingan 1 tablet :1 mahasiswa
merupakan cita-cita yang sebenarnya telah terlaksana (Bergström,
Häll, Kuuskorpi, & Jahnke, 2016). Beberapa hal justru menjadi
ironis, ketika seorang dosen menggunakan komputer untuk
membuat komponen pelajaran yang kurang maksimal. Penggunaan
pada umumnya masih merupakan langkah ke arah pembelajaran
sesuai kebiasaan dosen hanya saja dimediasi teknologi.
Pengembangan media pembelajaran masih pada hal-hal tradisional
seperti kuis, tes, dan lembar kerja. Penggunaan tablet akhirnya
kurang mewakili perubahan substantif pembelajaran dari hari-hari.
Seperti ketika dosen menjalankan komponen komputer seperti
mesin ketik. Di sisi lain, jika dosen melibatkan mahasiswa dalam
menggunakan komputer, sesungguhnya memiliki potensi
pembelajaran yang aktif akan meningkat (Agudo-Peregrina,
Iglesias-Pradas, Conde-González, & Hernández-García, 2014).
Faktanya adalah bahwa dosen cenderung masih belajar lebih
banyak atau lebih dari mahasiswa mereka untuk penggunaan tablet.
110
Mengkonstruksi Kampus Mobile
Kekuatan potensial
untuk mengubah
pengajaran dan
pembelajaran lebih
mungkin direalisasikan
jika tablet mahasiswa
selaras dengan tablet untuk
dosen. Semakin banyak
perkuliahan menggunakan
teknologi mobile saat ini
(Al-Okaily, 2015;
Edwards, 2016; Han & Shin, 2016). Sering menjadi perdebatan
dikarenakan biaya yang relatif tinggi dan beberapa kebijakan harus
dibuat sebagai akibat penggunaan tablet masih perlu dicatat
sebagai hal yang relatif. Berapa jumlah mahasiswa dan dosen yang
telah menggunakan perangkat mobile dan tablet? Atau mungkin
masih ada keraguan karena hasil belajar mahasiswa meningkat
setelah menggunakan perangkat mobile.
Berbagai penelitian telah dilakukan sebelum perangkat
mobile hadir untuk pembelajaran. Penggunaan teknologi
bersamaan dengan evolusi kurikulum, ada juga keragaman yang
lebih besar dalam pedagogi yang yang bersal dari kebiasaan
penggunaan teknologi komputasi (Cigdem & Topcu, 2015).
Prevalensi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah
menghasilkan serapan luas peluang berbasis web (Bogdanov,
Ullrich, Isaksson, Palmer, & Gillet, 2012), mobile kampus (Al
Okaily, 2015), pembelajaran jarak jauh (Bertin, 2010) dan e
learning (Iqbal, 2015). Penyelesaian pembelajaran berbasis
111
Mengkonstruksi Kampus Mobile
komputasi tidak menandai akhir dari proses pendidikan. Dunia
teknologi yang berubah dengan cepat mengharuskan para praktisi
untuk melakukan pengembangan profesional lanjutan yang
signifikan. Dengan demikian, ada banyak kemajuan dalam
pembelajaran seumur hidup.
112
Mengkonstruksi Kampus Mobile
Komputer dalam Kerangka
Kurikulum, Pedagogy dan Sumber
Belajar
Pembelajaran berbasis komputasi pada jurusan Teknologi
Pendidikan menghadapi tantangan yang menarik dalam
menyediakan kurikulum yang memenuhi tuntutan mahasiswa,
pengusaha, dan masyarakat. Perubahan
dan perkembangan teknologi yang pesat
menuntut agar kurikulum dengan
teknologi komputasi dan metode
pengajaran disesuaikan secara terus menerus (Antonoff et al.,
2016). Dengan demikian, kurikulum dengan menggunakan
teknologi komputasi harus dibuat seefisien mungkin dan berfokus
pada bidang subjek komputasi generik dan keterampilan yang
dibutuhkan untuk memasuki profesinya.
Mengingat kebutuhan bidang / subjek pembelajaran yang
berubah dengan cepat, komputasi harus dikembangkan terus
menerus demi mengimbangi teknologi baru dan tuntutan bisnis dan
industri. Namun demikian, ada sejumlah ketentuan kurikulum
umum, misalnya pengajaran pemrograman (Kesavan, 2016),
persyaratan yang mendasari berpikir matematika (Christoforides,
Spanoudis, & Demetriou, 2016), masalah desain untuk
pengembangan sistem (Dick, Carey, & Carey, 2006), desain basis
data (Ochoa, Klerkx, Vandeputte, & Duval, 2011), komunikasi dan
jaringan untuk sistem perangkat keras (De-Marcos, Domínguez,
Saenz-de-Navarrete, & Pagés, 2014). Isu yang tak kalah
berkembang adalah etika, masalah hukum dan sosial, lisensi dan
113
Mengkonstruksi Kampus Mobile
permintaan lulusan berkualitas tinggi atau bermutu tinggi terus
berada di garis depan setiap diskusi tentang profesionalisme
lulusan Teknologi Pendidikan.
Ada banyak tantangan yang
timbul dari kompleksitas kurikulum
komputasi, terutama tuntutan
keseimbangan antara teori dan praktik
(De Smet, Schellens, De Wever,
Brandt-Pomares, & Valcke, 2016).
Mahasiswa harus bisa melakukan
sesuatu dalam arti praktis dan juga memahami kekokohan
akademis yang mendasari subjek belajarnya. Pengajaran
pemrograman memerlukan keseimbangan yang baik antara
mengajarkan prinsip-prinsip pemikiran algoritmik,
menghubungkan bahasa pemrograman untuk merancang
metodologi, menguasai detail sintaksis bahasa tertentu dan
mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk merancang,
mengkompilasi dan mendiagnosis program sembari pada saat yang
sama membuat mahasiswa termotivasi. Banyak mahasiswa merasa
frustasi karena kegiatan pembelajaran dalam pemrograman. Perlu
dilakukan penyederhanaan sebelum mereka mampu menghasilkan
program yang mereka harapkan dapat mempelajari pembelajaran
pemrograman yang relatif mudah. Jika Pembelajaran berbasis
sistem mobile terus menerus disajikan dalam kegiatan yang sulit,
maka ini memiliki efek buruk pada motivasi mahasiswa.
Mahasiswa hanya perlu mengambil dasar-dasar keilmuan
pada tingkat yang berbeda, berdasarkan pengalaman sebelumnya.
Kelas dengan campuran keahliaan antara yang sudah pakar dan
114
Mengkonstruksi Kampus Mobile
pemula juga dapat
menimbulkan tantangan
pembelajaran, karena
dmseacnhaarbsaeirskweampkbeaarnalkgutbederelinasjgtaiarkn kecepatan mereka sendiri (Veletsianos &
Navarrete, 2012). Menjaga motivasi dan antusias sambil
memastikan tidak ada yang terintimidasi dan memastikan memiliki
kesempatan yang sama untuk mengembangkan kemampuan
mereka. Untuk itu pembelajaran perlu diberi “bumbu” imajinasi
dan keterampilan.
Dasar untuk pengajaran komputasi sebenarnya merupakan
pengembangan keterampilan matematika dan pemecahan masalah.
Belajar matematika, khususnya, matematika diskrit, memberi
kesempatan kepada mahasiswa dalam mempelajari komputer untuk
mengembangkan kemampuan, memikirkan dan menganalisis
struktur abstrak yang didefinisikan secara formal (Devlin, Roeder,
& Wasserman, 2003). Teknik matematika yang dikembangkan
sangat membantu dalam perancangan, pengembangan dan
pengujian sistem informasi. Perlu menjadi catatan adalah seberapa
jauh materi ini disampaikan untuk mahasiswa Teknologi
Pendidikan.
Sifat pembelajaran komputasi yang berkembang pesat
bersamaan dengan perubahan teknologi pendidikan mendorong
tinjauan teori pedagogi yang terus menerus. Kurikulum perlu
ditinjau secara kontinyu agar sesuai dengan teknologi. Pedagogi
juga perlu dikaji untuk menggabungkan manfaat teknologi yang
digunakan dan perkembangan teknologi (Birt & Cowling, 2016;
115
Mengkonstruksi Kampus Mobile
Farah, Ireson, & Richards, 2016). Dalam menanggapi prioritas
pembelajaran, pembelajaran teknologi berbasis komputer penting
untuk mempertahankan nilai-nilai akademis sebagai teknolog
pendidikan. Saat memeriksa pedagogi yang tepat, penting untuk
mempertimbangkan tanggung jawab institusi, mahasiswa dan
dosen. Meskipun ada perpindahan luas kepemilikan mahasiswa
terhadap pembelajaran (student centered learning), tanggung
jawab untuk menyediakan lingkungan belajar untuk memfasilitasi
hal ini tetap menjadi masalah akademis yaitu dosen, mahasiswa
dan penyelenggara pembelajaran (Annamalai, Tan, & Abdullah,
2016; Broadbent & Poon, 2015). Mengubah praktik dan mengubah
pemikiran saling terkait tidak dapat dipisah pisahkan, perubahan
dalam keduanya dapat menghasilkan konsekuensi tak terduga
karena konstruksi pemikiran tidak dapat dirancang (Mayer,
Moreno, Boire, & Vagge, 1999). Oleh karena itu penting bahwa
setiap perubahan dipikirkan dengan baik dan dampaknya
dievaluasi. Akademisi harus terus mengikuti praktik baik secara
terus-menerus menginformasikan perkembangan lokal dan
memastikan eksploitasi sumber belajar dan mempertimbangkan
pedagogi agar pembelajaran efektif.
Harapan mahasiswa adalah belajar tanpa batas dan
mencakup teknologi yang paling mutakhir. Kenyataannya, sumber
belajar dan fasilitas teknis seringkali ketinggalan jaman / “jadul”
(jaman dulu) atau tidak dapat diandalkan, dan akibatnya beberapa
mahasiswa mungkin merasa tidak puas atau terdemotivasi (Kwon,
2016; Mann, 2017). Banyak mahasiswa memiliki komputer sendiri,
yang seringkali memiliki spesifikasi lebih tinggi daripada yang bisa
diberikan oleh universitas. Ini memiliki kelebihan dalam
116
Mengkonstruksi Kampus Mobile
memungkinkan mereka memilih tempat studi mereka namun dapat
menimbulkan masalah lain seperti mengelola hak cipta perangkat
lunak.
Sumber belajar harus meningkatkan pengalaman belajar
mahasiswa, dan oleh karena itu teknologi tidak boleh dianggap
terpisah tanpa memikirkan kembali pedagogi yang sesuai (Birt &
Cowling, 2016). Ini akan memerlukan waktu dan dukungan untuk
pengembangan dosen, mahasiswa dan pengelola pembelajaran.
117
Mengkonstruksi Kampus Mobile
Implementasi Pemilihan Learning
Object Multiplatform Instan
Appy pie
https://www.appypie.com/
Salah satu yang populer saat ini adalah teknologi multi
platform. Tenologi ini dapat membangun aplikasi untuk semua
platform sistem operasi komputer. Salah satunya adalah appy pie
(membuat aplikasi semudah membuat kue pie). Appy Pie adalah
perangkat lunak Apps Apps Builder Software yang paling cepat
berkembang (App Maker) yang memungkinkan pengguna tanpa
keterampilan pemrograman, untuk membuat aplikasi Android &
iPhone untuk ponsel dan ponsel cerdas; Dan dipublikasikan ke
Google Play & iTunes (“Appy Pie Help Center, Appy Pie Support,
Appy Pie Frequently Asked Questions,” n.d.).
Appy Pie's Closed Beta dirilis pada 14 Januari 2013 di
Noida, India. Appy Pie menembak popularitas segera setelah rilis
Out of Beta-nya. Menemukan pengakuan luas dari pers dunia dan
blogosphere, Appy Pie's Marketplace mencetak lebih dari 850
Apps Mobile dalam waktu satu bulan. Usaha kecil dan menengah
menemukan Appy Pie sangat berguna untuk menjangkau
118
Mengkonstruksi Kampus Mobile
pelanggan baru dan juga terlibat dengan perusahaan yang sudah
ada.
Dengan Appy Pie, tidak perlu memasang atau mengunduh
apa pun, cukup menyeret & melepas laman aplikasi untuk
membuat aplikasi seluler online. Begitu App diterbitkan,
akan menerima aplikasi hibrida berbasis HTML5 yang bekerja
dengan Android, iPhone, iPad, Windows Phone dan Blackberry.
Sejak awal, Appy Pie telah menambahkan fitur aplikasi
baru bahkan setiap minggu. App adalah nama singkat untuk
Aplikasi. Aplikasi dibuat untuk serbaguna: permainan, buku, menu
restoran, berita, dan berbagai aplikasi utilitas lainnya. Perangkat
lunak Appy Pie Mobile App builder membantu membuat App
untuk berbagai keperluan dan memungkinkan membaginya dengan
teman. Bagian terbaik, gratis dan tidak melibatkan pengetahuan
coding sebelumnya.
119
Mengkonstruksi Kampus Mobile
Apps Geyser
https://www.Apps Geyser.com/
Apps Geyser adalah platform web gratis yang
memungkinkan konversi konten web menjadi Android App dalam
2 langkah mudah. Dibangun untuk membantu orang mentransfer
gagasan mereka ke dalam aplikasi. Apps Geyser adalah generator
App Do-It-Yourself yang paling cepat berkembang untuk Android:
• Diluncurkan 25 Januari 2011
• Mencapai 1 juta instalasi pada tanggal 14 April 2011
• 29.000 aplikasi dibuat pada platform pada tanggal 2 Juni
2011
o pengguna aplikasi per hari pada 21 Juli 2011
• Mencapai 50 juta instalasi pada tanggal 4 Juni 2012
• 100 juta instalasi dan tayangan iklan 4 miliar pada bulan
Oktober 2012
• 500.000 aplikasi dibuat pada platform pada bulan Juli
2013
Apps Geyser memungkinkan pengembangan untuk
berbagai hal. Apps Geyser memungkinkan membuat
berkomunikasi dan tampilan menarik (“What is Apps Geyser?,”
n.d.). Google Play sedang booming dan sangat mengubah cara
120
Mengkonstruksi Kampus Mobile
orang menggunakan Internet dan bagaimana mereka mencari
informasi. Pengguna Android lebih suka menggunakan aplikasi
daripada browser untuk mendapatkan informasi atau menggunakan
layanan, karena ini lebih mudah dan lebih praktis. Dengan
mengirimkan aplikasi ke Google Play, menjadi lebih mudah
ditemukan oleh jutaan pengguna. Dengan Apps Geyser semua
aplikasi android dapat cepat dibuat. Tidak perlu kode atau bahkan
tahu cara kerjanya. Cukup ikuti 2 langkah mudah dan tidak biaya
sepeser pun.
121
Mengkonstruksi Kampus Mobile
Implementasi Tutorial yang tersedia
secara cloud-computing
Apps Geyser selalu mencari untuk membuatnya lebih
mudah untuk membuat aplikasi, jadi jika ingin membuat aplikasi
dari blog WordPress, juga dapat membuatnya menggunakan plugin
WordPress (“Free Resources | Apps Geyser,” n.d.). Begini cara
kerjanya, selangkah demi selangkah, di blog Apps Geyser,
sehingga dapat melihat bagaimana hal itu dilakukan. Sebelum
memulai, pastikan memiliki informasi login dan kata sandi untuk
situs WordPress. Pertama harus menginstal salah satu plugin
ini: WordPress Mobile Pack atau Carrington Mobile
Theme. Jika keduanya tidak terinstal, ikuti petunjuk di bawah ini
untuk menginstal plugin sebelum menginstal plugin Apps Geyser
untuk menginstal salah satunya.
http://www.Apps Geyser.com/free_resources/
122
Mengkonstruksi Kampus Mobile
Langkah 1 : perlu masuk ke WordPress:
Biasanya melakukan ini dengan menavigasi ke http:
// www.yourblogsite.com/wp-admin
Langkah 2 : Masuk ke "Plugins-> Add New" pada menu di
sebelah kiri.
123
Mengkonstruksi Kampus Mobile
Ini akan membawa ke layar Install Plugins.
perlu mengetikkan: Apps Geyser dan klik Search.
Langkah 3 : perlu memasang plugin Apps Geyser.
124
Mengkonstruksi Kampus Mobile
Langkah 4 : Pilih install. (perlu memberikan nama login dan
kata sandi)
Setelah mengklik Activate Plugin, dapat menavigasi ke
plugin Apps Geyser.
Langkah 5 : Konfigurasi plugin Apps Geyser.
Disini memasukkan email dan password. Pastikan
memasukkan informasi ini dengan benar, karena
125
Mengkonstruksi Kampus Mobile
memerlukannya untuk masuk ke Dasbor Apps Geyser
nanti. Berikan aplikasi sebuah nama.
Langkah 6 : Aplikasi sudah siap! (Woo hoo!)
Langkah 7 : Klik 'Klik di sini untuk mendownload App
Android' dan akan sampai ke layar ini:
Langkah 8 : Aplikasi sekarang dapat didistribusikan ke
Pasar, dipasang, atau diberikan.
126
Mengkonstruksi Kampus Mobile
Kesimpulan
Pembelajaran berbasis sistem mobile merupakan
perubahan paradigma dalam pembelajaran. Pembelajaran berbasis
sistem mobile tidak harus selalu identik dengan logika matematika
dan pemrograman. Benang merah dari pembelajaran dalam
teknologi pendidikan merupakan pedagogi. Sehingga perlu
dilakukan perubahan cara berpikir dan memaknai learning object
hingga mudah diterima mahasiswa sebagai pebelajar. Pembelajaran
berbasis komputasi pada jurusan Teknologi Pendidikan merupakan
unsur kurikulum, pedagogi, learning object hingga sumber belajar.
Konten teknologi yang dikembangkan pada pembelajaran adalah
untuk menyuplai kebutuhan kekinian atau kemutakhiran atas
pemacahan masalah. Mahasiswa sebagai calon teknolog,
pengembang, analis dll baik secara akademis harus dikuatkan baik
secara teori maupun kemampuan untuk praktik. Agar mahasiswa
memiliki sikap untuk tetap optimis dalam menghadapi dan
memecahkan masalah yang dihadapi. Sebagai konteks wirausaha
pengguna jasa mahasiswa saat ini adalah pengusaha, baik pada
jajaran pemerintahan (misal BUMN) dan swasta. Secara umum
pengguna mahasiswa adalah masyarakat. Pembelajaran berbasis
sistem mobile harus meningkatkan pengalaman belajar mahasiswa,
dan oleh karena itu teknologi tidak boleh dianggap terpisah tanpa
memikirkan landasan pedagogi yang sesuai untuk mengkontruksi
kognitif, afektif dan psikomotorik.
Teknologi yang perlu dipilih diarahkan pada multiplatform
builder dan freeware. Biaya bukan merupakan kendala dalam
pembelajaran, namun hak cipta adalah item yang perlu digaris
127
Mengkonstruksi Kampus Mobile
bawahi. Jargon opensource umumnya membawa teknologi
teknologi yang berbiaya murah bahkan gratis. Namun software
gratis dan opensource saat ini tidak lagi identik dengan murahan
dan kurang “mumpuni”. Banyak aplikasi opensource, freeware
yang powerful untuk digunakan dalam pembelajaran
128
Mengkonstruksi Kampus Mobile
Daftar Pustaka
Agudo-Peregrina, Á. F., Iglesias-Pradas, S., Conde-González,
M. Á., & Hernández-García, Á. (2014). Can we
predict success from log data in VLEs? Classification
of interactions for learning analytics and their relation
with performance in VLE-supported F2F and online
learning. Computers in Human Behavior, 31, 542–
550.
Al-Okaily, R. (2015). Mobile learning and BYOD:
implementations in an intensive English program.
International Handbook of E-Learning Volume 2:
Implementation and Case Studies, 2, 311.
Annamalai, N., Tan, K. E., & Abdullah, A. (2016). Teaching
Presence in an Online Collaborative Learning
Environment via Facebook. Pertanika Journal of
Social Sciences & Humanities, 24(1).
Antonoff, M. B., Verrier, E. D., Allen, M. S., Aloia, L.,
Baker, C., Fann, J. I., … Vaporciyan, A. A. (2016).
Impact of Moodle-Based Online Curriculum on
Thoracic Surgery In-Training Examination Scores.
The Annals of Thoracic Surgery, 102(4), 1381–1386.
https://doi.org/10.1016/j.athoracsur.2016.03.100
Appy Pie Help Center, Appy Pie Support, Appy Pie
Frequently Asked Questions. (n.d.). Retrieved July 4,
2017, from http://snappy.appypie.com/support
Bergström, P., Häll, L., Kuuskorpi, M., & Jahnke, I. (2016).
Teacher’s Didactical Design in Finnish 1: 1 Tablet
Classrooms: Perspectives on Content and Meaning. In
The European Conference on Educational Research.
Bertin, J.-C. (2010). Second Language Distance Learning
and Teaching: Theoretical Perspectives and Didactic
Ergonomics: Theoretical Perspectives and Didactic
Ergonomics. IGI Global.
Birt, J., & Cowling, M. A. (2016). Mixed reality in higher
education: Pedagogy before technology.
129
Mengkonstruksi Kampus Mobile
Bogdanov, E., Ullrich, C., Isaksson, E., Palmer, M., & Gillet,
D. (2012). From LMS to PLE: A Step Forward
through OpenSocial Apps in Moodle. In Advances in
Web-Based Learning - ICWL 2012 (pp. 69–78).
Springer, Berlin, Heidelberg.
https://doi.org/10.1007/978-3-642-33642-3_8
Broadbent, J., & Poon, W. L. (2015). Self-regulated learning
strategies & academic achievement in online higher
education learning environments: A systematic
review. The Internet and Higher Education, 27, 1–13.
Christoforides, M., Spanoudis, G., & Demetriou, A. (2016).
Coping with logical fallacies: A developmental
training program for learning to reason. Child
Development, 87(6), 1856–1876.
Cigdem, H., & Topcu, A. (2015). Predictors of instructors’
behavioral intention to use learning management
system: A Turkish vocational college example.
Computers in Human Behavior, 52, 22–28.
De Smet, C., Schellens, T., De Wever, B., Brandt-Pomares,
P., & Valcke, M. (2016). The design and
implementation of learning paths in a learning
management system. Interactive Learning
Environments, 24(6), 1076–1096.
https://doi.org/10.1080/10494820.2014.951059
De-Marcos, L., Domínguez, A., Saenz-de-Navarrete, J., &
Pagés, C. (2014). An empirical study comparing
gamification and social networking on e-learning.
Computers & Education, 75,82–91.
Devlin, B., Roeder, K., & Wasserman, L. (2003). Analysis of
multilocus models of association. Genetic
Epidemiology, 25(1), 36–47.
Dick, W., Carey, L., & Carey, J. O. (2006). The systematic
design of instruction. JSTOR.
Edwards, R. (2016). Collaborative use of an e-portfolio: How
students managed the process. There and Back:
Charting Flexible Pathways in Open, Mobile and
Distance Education, 35.
130
Mengkonstruksi Kampus Mobile
Farah, M., Ireson, G., & Richards, R. (2016). A Content,
Pedagogy and Technology [CPT] Approach to
TPACK. Imperial Journal of Interdisciplinary
Research, 2(12).
Free Resources | Apps Geyser. (n.d.). Retrieved July 4, 2017,
from http://www.Apps Geyser.com/free_resources/
Han, I., & Shin, W. S. (2016). The use of a mobile learning
management system and academic achievement of
online students. Computers & Education, 102, 79–89.
https://doi.org/10.1016/j.compedu.2016.07.003
Iqbal, M. (2015). Peranan Aplikasi Soal Quiz Moodle
Dengan Sistem Elearning Pada Studi Kasus Di
Universitas Telkom. Prosiding SAINTIKS FTIK
UNIKOM, Vol.1(1). Retrieved from http://prosiding
saintiks.ftik.unikom.ac.id/jurnal/peranan-aplikasi
soal-quiz.25
Kesavan, P. (2016). A Holistic Perspective of Social Coding
and Social Computing Technologies: A Journey
towards a Professional Computer Programmer.
Technology, Psychology, and an Emergent Revolution
in the Study of Global Culture and Media, 1.
Kwon, H. (2016). Effect of Middle School Students’
Motivation to Learn Technology on Their Attitudes
toward Engineering. Eurasia Journal of Mathematics,
Science & Technology Education, 12(9).
Mann, M. D. (2017). Increasing Student Motivation To Learn
By Making Computer Game Technology More
Engaging: Measurable Outcomes That Determine
Success. Contemporary Issues in Education Research
(CIER), 10(2), 117–120.
Mayer, R. E., Moreno, R., Boire, M., & Vagge, S. (1999).
Maximizing constructivist learning from multimedia
communications by minimizing cognitive load.
Journal of Educational Psychology, 91(4), 638.
Ochoa, X., Klerkx, J., Vandeputte, B., & Duval, E. (2011).
On the use of learning object metadata: the GLOBE
experience. In European Conference on Technology
Enhanced Learning (pp. 271–284). Springer.
131
Mengkonstruksi Kampus Mobile
Reychav, I., Warkentin, M., & Ndicu, M. (2016). Tablet
Adoption with Smart School Website Technology.
Journal of Computer Information Systems, 56(4),
280–287.
Veletsianos, G., & Navarrete, C. (2012). Online social
networks as formal learning environments: Learner
experiences and activities. The International Review
of Research in Open and Distributed Learning, 13(1),
144–166.
What is Apps Geyser? (n.d.). Retrieved July 4, 2017, from
http://www.Apps Geyser.com/about/
132
BAGIAN VI. PEMBELAJARAN
PERSONAL SEBAGAI
LAYANAN KEBUTUHAN
KHUSUS
Pembelajaran Personal Sebagai Layanan Kebutuhan Khusus
Henry Praherdhiono
[email protected]
Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Malang
Nunung Nindigraha
[email protected]
Teknologi Pembelajaran, Universitas Negeri Malang
Yulias Prihatmoko
[email protected]
Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Malang
Eka Pramono Adi
[email protected]
Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Malang
134
Pembelajaran Personal Sebagai Layanan Kebutuhan Khusus
Abstrak
Semua orang secara personal adalah makhluk yang unik dan
berkebutuhan khusus bila menggunakan perangkat pembelajaran.
Oleh karena itu di dalam personalisasi perangkat dibutuhkan
pilihan-pilihan setting, software, hardware dan sistem operasi.
Pilihan-pilihan tersebuat akan membangun pengguna merasakan
wujud kenyamanan belajar dalam lingkungan yang sesuai dengan
kebutuhan. Layanan kebutuhan khusus melibatkan praktik
aksesibilitas, usabilitas, disabilitas dan inklusi dengan melibatkan
teknologi asistif dan adaptif.
Kata kunci: kebutuhan khusus, teknologi, perangkat
135
Pembelajaran Personal Sebagai Layanan Kebutuhan Khusus
Pendahuluan
Kesadaran bermasyarakat menjadi kunci untuk dapat
berdampingan dengan individu yang memiliki kebutuhan khusus.
Kesadaran mengapa diantara masyarakat memiliki berbagai
kebutuhan yang unik adalah perlunya saling membantu
memfasilitasi kubutuhan khusus pada pendengaran, kognitif, fisik,
ucapan, dan visual (Istenic Starcic & Bagon, 2014). Karena secara
religius bahwa individu tercipta dan selama proses kehidupan akan
mengalami keunikan masing-masing. Sebagai ilustrasinya adalah
beberapa masyarakat memiliki kebutuhan khusus sejak lahir atau
timbul karena permasalahan penyakit atau mungkin musibah
kecelakaan. Kondisi yang tidak dapat dielakkan adalah munculnya
kebutuhan secara khusus seiring bertambahnya usia. Pandemi
covid 19 mengenai seluruh umat manusia dengan resiko yang
berbeda-beda.
Kondisi kebutuhan secara khusus setiap individu
membutuhkan fasilitas pembelajaran yang berbeda-beda. Individu
yang unik memiliki beragam kemampuan, keterampilan, alat,
preferensi, dan harapan yang dapat memengaruhi cara mereka
menggunakan perangkat pembelajaran (Praherdhiono, 2014).
Misalnya, pertimbangkan aspek-aspek berikut:
• Kebutuhan khusus terkait usia: Kondisi usia adalah
kondisi yang jamak dialami oleh individu (Kiessling
et al., 2003). Banyak orang mengalami gangguan
terkait usia. Sebenarmya kebutuhan khusus karena
usia juga memiliki persyaratan fungsional yang sama
136
Pembelajaran Personal Sebagai Layanan Kebutuhan Khusus
dengan orang-orang berkebutuhan khusus lainnya,
hanya saja dari layanan terdapat perbedaan yang
signifikan dalam penggunaan teknologi bantuan,
tingkat keterampilan mengakses informasi secara
online.
• Multi Kebutuhan khusus: Beberapa orang memiliki
kombinasi berbagai jenis kebutuhan secara khusus,
sehingga dalam memfasilitasi pembelajaran perlu
pendekatan pendekatan yang kompleks (Eriksson &
Granlund, 2004). Ilustrasinya adalah jika seseorang
membutuhkan layanan khusus pada penglihatan dan
pendengaran, namun ada keinginan untuk belajar dari
sumber belajar yang berwujud teks dan audio, maka
perlu dirancang media yang asistif atau adaptif
dengan kebutuhan khususnya.
• Kondisi kesehatan: Berbagai kasus kebutuhan
khusus adalah adanya kebutuhan individu diakibatkan
karena kondisi kesehatan (Leiter et al., 2004).
Beberapa orang memiliki kondisi kesehatan yang
dapat memengaruhi stamina, ketangkasan, atau
konsentrasi mereka. Ilustrasinya adalah akibat
mengalami kelelahan, rasa sakit, atau gejala lain yang
dapat berdampak pada penggunaan fisik perangkat
pembelajaran maka dibutuhkan fasilitas pembelajaran
137
Pembelajaran Personal Sebagai Layanan Kebutuhan Khusus
yang memperhatikan dari sisi durasi atau tingkat
kenyamanan penggunaan perangkat belajar.
“ Beberapa orang memiliki kombinasi berbagai
jenis kebutuhan secara khusus, sehingga dalam
memfasilitasi pembelajaran perlu pendekatan
pendekatan yang kompleks
• Kebutuhan khusus yang bersifat sementara:
Dalam kondisi pandemi atau dalam kondisi kehususan
tertentu, bisa jadi merupakan kondisi yang sementara
(Anderson et al., 2020). Sebagai ilustrasi adalah
kondisi sementara pada saat terjadinya musibah
karena kecelakaan, atau tindakan medis seperti
pembedahan, atau masih dalam kondisi pengobatan.
Pada kondisi tersebut dimungkinkan individu
membutuhkan informasi dengan mengkases fasilitas
perangkat tertentu. Sehingga perlu diantisipasi atau
dibantu dengan desain perangkat yang sesuai
• Keterbatasan situasional: Kondisi yang sering
dialami setiap individu adalah kebutuhan karena
kondisi yang tengah berlangsung (Baden et al., 2020).
Sebagai ilustrasi adalah individu pengguna perangkat
mengalami kendala karena lingkungan terdapat
cahaya yang kuat sehingga memiliki kebutuhan
khusus untuk melihat layar. Atau keinginan
138
Pembelajaran Personal Sebagai Layanan Kebutuhan Khusus
mengakses audio pada kondisi yang teramat bising.
Kondisi tersebut membutuhkan perangkat yang
mampu memfasilitasi kebutuhan khusus pengguna.
Uraian tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan khusus
dapat dialami oleh setiap individu yang berada dalam konstruksi
sosial yang disebut kehidupan bermasyarakat.
139
Pembelajaran Personal Sebagai Layanan Kebutuhan Khusus
Teknologi Layanan Kebutuhan
Khusus
Pada kondisi pandemi dan dimasa mendatang, memerlukan
pemahaman bagi fasilitator, pengajar, guru, dosen, dll secara
menyeluruh terhadap kebutuhan khusus bagi pebelajar. Sehingga
perlu layanan yang khusus untuk setiap kondisi. Desain
pembelajaran memerlukan landasan layanan khusus secara
personal dengan mempertimbangkan keragaman yang luas sesuai
kebutuhan fungsional personal daripada mengategorikan orang
menurut klasifikasi medis. Klasifikasi medis secara umum
merupakan klasifikasi dengan penegasan kondisi individu
berdasarkan hasil diagnosa medis, sedangakan pada ranah
pembelajaran yang dibutuhkan lebih pada bagaimana memfasilitasi
pembelajaran secara personal yang memiliki keunikan.
Berbagai pendekatan dilakukan untuk layanan kebutuhan
khusus pebelajar secara personal. Secara umum pendekatan
pendekatan terhadap media pembelajaran adalah:
• Teknologi Asistif – Teknologi yang diperlukan oleh
individu yang memiliki kebutuhan secara khusus
berupa perangkat lunak dan perangkat keras yang
digunakan untuk meningkatkan interaksi pebelajar
dengan sember belajar melalui bantuan teknologi
(Edyburn, 2000). Ilustrasinya adalah perangkat lunak
pembaca teks yang ada di layar. Teknologi ini
memberikan asistensi dengan membacakan halaman
140
Pembelajaran Personal Sebagai Layanan Kebutuhan Khusus
web dengan untuk kebutuhan personal yang
mengalami keterbatasan dalam pembacaan. Hal lain
adalah teknologi yang mampu memperbesar tampilan
di layar untuk untuk jenis kebutuhan khusus low
vision. Tentunya banyak hal termasuk mengubah
suara menjadi teks bagi personal yang tidak
memungkinkan menggunakan keyboard atau mouse.
• Teknologi Adaptive – Teknologi adaptif mungkin
hampir mirip dengan asistif, namun keaktifan berada
pada perangkat (Mates, 2000). Ilustrasinya adalah
pengguna mengalami kesulitan melihat melihat
pergerakan mouse. Kondisi ini sering dialami
pengguna yang mungkin sudah terlalu lelah, karena
kesulitan tersebut pengguna diindikasikan sering
melakukan gerakan mouse berulang-ulang, maka
secara adaptif perangkat menyesuaikan dengan
melakukan perlambatan pergerakan mouse.
141
Pembelajaran Personal Sebagai Layanan Kebutuhan Khusus
Perangkat Accessibility, Usability, dan Inclusion
Accessibility, Usability, dan Inclusion merupakan
aspek perangkat yang digunakan dalam melayani kebutuhan
khusus pebelajar. Namun dalam tataran pelaksanaannya sering
membingungkan praktisi dalam mendefinisikan perangkat tersebut.
Untuk memudahkan praktisi pendidikan perlu digunakan definisi
praktis tentang perangkat layanan khusus berkaitan dengan
Accessibility, Usability, dan Inclusion (w3c_wai, n.d.)
• Accessibility: Layanan kebutuhan khusus yang ada
dalam setiap setting perangkat umumnya
dideklarasikan/ditulis dalam istilah Accessibility.
Setting setiap perangkat memberikan keunggulan
masing-masing untuk melayani secara khusus
kebutuhan unik tiap-tiap pebelajar. Sebagai
ilustrasinya adalah seseorang dengan kebutuhan
khusus dapat melakukan setting pada Aksesibilitas
dalam rangka memahami, melakukan menavigasi, dan
berinteraksi dengan perangkat. Hal ini berarti bahwa
setiap individu harus berperan dan berkontribusi
secara mandiri untuk melakukan setting yang
disesuikan secara personal.
Sehingga aksesibilitas merupakan: 1) Persyaratan
yang bersifat teknis seting/penyetelan, 2) Seting
tampilan untuk mempermudah interaksi pengguna
perangkat
142