The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by matericlarabiologi, 2021-10-15 06:42:35

Modul Diklat Kepala Lab IPA

Modul Diklat Kepala Lab IPA

Kompetensi Kepala Laboratorium Sekolah/Madrasah

DIMENSI KOMPETENSI SUB-KOMPETENSI

KOMPETENSI 1.1 Menampilkan 1.1.1. Bertindak secara konsisten sesuai
1. Kompetensi diri sebagai dengan norma agama, hukum, sosial,
Kepribadian pribadi yang 1.1.2. dan budaya nasional Indonesia
dewasa, mantap, 1.1.3. Berperilaku arif
dan berakhlak 1.1.4. Berperilaku jujur
mulia Menunjukkan

kemandirian

1.1.5. Menunjukkan rasa percaya diri

1.2 Menunjukkan 1.1.6. Berupaya meningkatkan kemampuan diri
komitmen 1.2.1. Berperilaku disiplin
terhadap tugas 1.2.2. Beretos kerja yang tinggi
1.2.3. Bertanggung jawab terhadap tugas

1.2.4. Tekun, teliti, dan hati- hati dalam
melaksanakan tugas

1.2.5. Kreatif dalam memecahkan masalah
yang berkaitan dengan tugas profesinya

1.2.6. Berorientasi pada kualitas

2. Kompetens2i .1 Bekerja sama 2.1.1 Menyadari kekuatan dan kelemahan diri

Sosial dalam 2.1.2 Memiliki wawasan tentang pihak lain yang

pelaksanaan tugas dapat diajak kerja sama

2.1.3 Bekerjasama dengan berbagai pihak secara
efektif

Berkomunikasi 2.2.1 Berkomunikasi dengan berbagai pihak secara
secara lisan dan santun, empatik, dan efektif
tulisan 2.2.2 Memanfaatkan berbagai peralatan TIK untuk
berkomunikasi

3. Kompetensi 3.1 3.1.1 Merencanakan
Administratif Merencanakan kebutuhan bahan, peralatan, dan suku cadang
pemanfaatan laboratorium
laboratorium 3.1.2 Memanfaatkan katalog sebagai acuan dalam
sekolah/madrasah merencanakan bahan, peralatan, dan suku cadang
laboratorium
3.1.3 Membuat daftar bahan, peralatan, dan suku
cadang yang diperlukan laboratorium
3.1.4 Merencanakan kebutuhan bahan dan
perkakas untuk perawatan dan perbaikan peralatan
laboratorium

51

4. Kompetensi 3.2 Mengatur 3.1.5 Merencanakan jadwal perawatan dan
Profesional penyimpanan perbaikan peralatan laboratorium
bahan, peralatan, Mencatat bahan,
perkakas, dan peralatan, dan fasilitas laboratorium dengan
suku cadang memanfaatkan peralatan teknologi informasi dan
laboratorium komunikasi (TIK)
3.2.2 Mengatur tata letak bahan, peralatan, dan
4.1 Menyiapkan fasilitas laboratorium
kegiatan 3.2.3 Mengatur tata letak bahan, suku cadang, dan
laboratorium perkakas untuk perawatan dan perbaikan peralatan
laboratorium
4.2 Merawat 4.1.1 Menyiapkan petunjuk penggunaan peralatan
peralatan dan laboratorium
bahan di 4.1.2 Menyiapkan paket
laboratorium bahan dan rangkaian peralatan yang siap pakai
4.3 Menjaga untuk kegiatan praktikum
kesehatan dan 4.1.3 Menyiapkan penuntun kegiatan praktikum
keselamatan kerja KOMPETENSI KHUSUS
di Teknisi Laboratorium IPA, Fisika, Kimia, Biologi
laboratorium dan Program Produktif SMK

a) Membuat peralatan praktikum sederhana
b) Membuat paket bahan siap pakai untuk

kegiatan praktikum
Teknisi Laboratorium Bahasa

Membuat rekaman audio visual dalam
berbagai media untuk kepentingan
pembelajaran
Teknisi Laboratorium Komputer
a) Memelihara kelancaran jaringan komputer
(LAN)
b) Mengoperasikan program aplikasi sesuai
dengan kebutuhan mata pelajaran
4.2.1.Mengidentifikasi kerusakan peralatan dan
bahan laboratorium
4.2.2.Memperbaiki kerusakan peralatan
laboratorium
4.3.1.Menjaga kesehatan diri dan lingkungan kerja
4.3.2.Menggunakan peralatan kesehatan dan
keselamatan kerja di laboratorium
4.3.3.Menangani bahan-bahan berbahaya dan
beracun sesuai dengan prosedur yang berlaku

52

sekolah/madrasah 4.3.4.Menangani limbah laboratorium sesuai
dengan prosedur yang berlaku

4.3.5.Memberikan pertolongan pertama pada
kecelakaan

Kompetensi laboran Sekolah/Madrasah

DIMENSI KOMPETENSI SUB-KOMPETENSI

KOMPETENSI 1.1 Menampilkan diri 1.1.1 Bertindak secara
1. Kompetensi sebagai pribadi yang konsisten sesuai dengan norma agama,
Kepribadian dewasa, mantap, dan hukum, sosial, dan budaya nasional
berakhlak mulia Indonesia

1.2 Menunjukkan 1.1.2 Berperilaku arif
komitmen terhadap 1.1.3 Berperilaku jujur
tugas 1.1.4 Menunjukkan kemandirian
1.1.5 Menunjukkan rasa percaya diri
2. Kompetensi 2.1 Bekerja sama 1.1.6 Berupaya meningkatkan kemampuan
Sosial dalam diri
pelaksanaan 1.2.1 Berperilaku disiplin
tugas 1.2.2 Beretos kerja yang tinggi
1.2.3 Bertanggung jawab terhadap tugas
2.2 Berkomunikasi 1.2.4 Tekun, teliti, dan hati-hati dalam
secara lisan dan tulisan melaksanakan tugas
1.2.5 Kreatif dalam
3. Kompetensi 3.1 Menginventarisasi memecahkan masalah yang berkaitan dengan
Administratif bahan praktikum tugas profesinya
1.2.6 Berorientasi pada kualitas
2.1.1 Menyadari kekuatan dan kelemahan diri
2.1.2 Memiliki wawasan
tentang pihak lain yang dapat diajak kerja
sama
2.1.3 Bekerjasama dengan berbagai pihak
secara efektif
2.2.1 Berkomunikasi dengan berbagai pihak
secara santun, empatik, dan efektif
2.2.2 Memanfaatkan berbagai peralatan TIK
untuk berkomunikasi
3.1.1 Mencatat bahan laboratorium
3.1.2 Mencatat penggunaan bahan
laboratorium

53

3.1.3 Melaporkan penggunaan bahan
laboratorium

3.2 Mencatat kegiatan 3.2.1 Mencatat kehadiran guru dan peserta

praktikum didik

3.2.2 Mencatat penggunaan alat

3.2.3 Mencatat penggunaan penuntun
praktikum

3.2.4 Mencatat kerusakan alat

3.2.5 Melaporkan keseluruhan kegiatan
praktikum secara periodic

4. Kompetensi 4.1 Merawat ruang 4.1.1 Menata ruang laboratorium
Profesional laboratorium 4.1.2 Menjaga kebersihan ruangan
sekolah/madrasah laboratorium

4.1.3 Mengamankan ruang laboratorium

4.2 Mengelola bahan 4.2.1. Mengklasifikasikan bahan dan
dan peralatan peralatan praktikum
laboratorium
sekolah/madrasah 4.2.2. Menata bahan dan peralatan
praktikum

4.2.3. Mengidentifikasi kerusakan bahan,
peralatan, dan fasilitas laboratorium

4.2.4. Menjaga kebersihan alat laboratorium
4.2.5. Mengamankan bahan dan peralatan

laboratorium

Khusus untuk laboran biologi:
Merawat tanaman untuk kegiatan praktikum
Memelihara hewan untuk praktikum

4.3. Melayani kegiatan 4.3.1. Menyiapkan bahan sesuai dengan
praktikum penuntun praktikum

4.3.2. Menyiapkan peralatan sesuai dengan
penuntun praktikum

4.3.3. Melayani guru dan peserta didik dalam
pelaksanaan praktikum

4.4 Menjaga 4.3.4. Menyiapkan kelengkapan pendukung
praktikum (lembar kerja, lembar rekam
kesehatan dan data, dan lain-lain)
keselamatan kerja
di laboratorium 4.4.1. Menjaga kesehatan diri dan lingkungan
sekolah/madrasah kerja

4.4.2. Menggunakan peralatan kesehatan dan
keselamatan kerja di laboratorium

4.4.3. Menangani bahan-bahan berbahaya
dan beracun sesuai dengan prosedur
yang berlaku

54

4.4.4. Menangani limbah laboratorium sesuai
dengan prosedur yang berlaku

4.4.5. Memberikan pertolongan pertama pada
kecelakaan

55

Bagian 6
Konsep Manajemen Laboratorium IPA

Dr. Widodo

LABORATORIUM IPA – SEBAGAI LABORATORIUM PENDIDIKAN
LABORATORIUM
Permenpan dan Reformasi Birokrasi No.3/2010
Unit penunjang akademik pada lembaga pendidikan
Merupakan ruangan tertutup atau terbuka, bersifat permanen atau bergerak
Dikelola secara sistematis untuk kegiatan pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala
terbatas, dengan menggunakan peralatan dan bahan berdasarkan metode keilmuan tertentu,
dalam rangka pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Permendikbud No.24 Tahun 2007 : Tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah
Laboratorium merupakan salah satu standar sarana dan prasarana yang harus dimiliki untuk
memenuhi proses pembelajaran.

Pada Laboratorium terdapat peralatan, bahan, dan metode tertentu.
Peralatan:
perkakas, mesin, perlengkapan, dan alat-alat kerja lain yang secara khusus dipergunakan untuk
praktikum, pengujian, kalibrasi dan produksi dalam skala terbatas.
Bahan:
segala sesuatu yang diolah/digunakan untuk praktikum, pengujian, kalibrasi dan produksi
dalam skala terbatas.
Metode:
kerangka berfikir berdasarkan teori keilmuan, fakta,
dan verifikasi ilmiah.
Fungsi Laboratorium IPA sebagai Labratorium Pendidikan:
Pembelajaran-Penelitian-Pengabdian Masyarakat

Kedudukan Laboratorium IPA Sekolah sebagai Laboratorium Pendidikan dalam Tipe
Laboratorium
Tipe Laboratorium

56

TIPE I TIPE II TIPE III TIPE IV
Lab. Ilmu dasar Lab. Ilmu dasar Lab. Terpadu
Lab. Bidang
Keilmuan

Terdapat di Di Sekolah Di Perguruan Di Di
Tinggi-persiapan Jurusan/Program Fakultas/Universitas
Alat Kategori I dan II (sem 1, 2) studi perguruan
Bahan Umum tinggi Kategori I , II dan III
Fungsi Praktikum siswa Kategori I dan II
Kategori I , II dan Umum dan Khusus
Umum III Praktikum dan
Praktikum penelitian (mhs,
mahasiswa Umum dan Khusus dosen), pengabdian

Praktikum dan
penelitian (mhs,
dosen)

MANAJEMEN

Manajemen adalah seni menyelesaikan pekerjaan bersama /melalui orang lain. Definisi
Mary Parker Follet ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan
orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.[Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen
sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan
sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan
dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada
dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal

Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti "seni
melaksanakan dan mengatur.“
Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yang berarti
"mengendalikan," terutama dalam konteks mengendalikan kuda, yang berasal dari bahasa latin
manus yang berarti "tangan". Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris
menjadi ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.
(Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen
diakses 20 April 2016)
KATA KUNCI MANAJEMEN
Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang
dimiliki

57

Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar
menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil
Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok
berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha.

KEDUDUKAN LABORATORIUM (LAB. PENDIDIKAN) dalam LEMBAGA
PENDIDKAN
Penunjang Akademik
Sarana-Prasarana Pembelajaran

PENDIDIKAN

Bentuk aktualisasinya berupa:
PEMBELAJARAN
KULIAH
PELATIHAN, TRAINING
PRAKTIKUM

PEMBELAJARAN:
Upaya membelajarkan si-belajar
Belajar: Pengaitan pengetahuan baru pada struktur kognitif yang sudah dimiliki si-belajar
Ilmu Pembelajaran: Disiplin yang menaruh perhatian pada upaya untuk meningkatkan
pemahaman dan memperbaiki proses pembelajaran (Degeng, 2013)

VARIABEL PEMBELAJARAN
 KONDISI PEMBELAJARAN
 BIDANG STUDI
 STRATEGI PEMBELAJARAN
 HASIL PEMBELAJARAN

(Reigeluth, dkk. dalam Degeng, 2013)

LABORATORIUM
• Membentuk kondisi pembelajaran sebagai konsekuensi karakteristik/sifat bidang studi
• Wahana yang menimbulkan konsekuensi metode-strategi pembelajaran yang khas

(banyak kerja, sedikit bicara, penggunaan alat-bahan)
58

• Mempertegas, menguatkan bentuk-bentuk dan tingkatan (kualitas, kuantitas) hasil belajar
yang diharapkan

MANAJEMEN LABORATORIUM

PLANING ORGANIZING DIRECTING GOAL

ALAT, ALAT, ALAT,
BAHAN, BAHAN, BAHAN,
SARANA SARANA SARANA

KEGIATAN KEGIATAN ORANG KEGIATAN ORANG

ORANG

UANG

UANG UANG

PERENCANAAN LABORATORIUM
• SARANA, PRASARANA, ALAT, BAHAN
– INVENTARISIR
– LENGKAPI
– PERBAIKI
– ADAKAN, AJUKAN
• KEGIATAN, PROSES
– RUMUSKAN TIME LINE, JADWAL
– SUSUN ACARA DAN LANGKAH KEGIATAN (RUTIN MAUPUN AD
HOC)
– LENGKAPI MANUAL, PEDOMAN, PROSEDUR
• SARANA, PRASARANA, ALAT, BAHAN
– INVENTARISIR
– LENGKAPI
– PERBAIKI
– ADAKAN, AJUKAN

59

• KEGIATAN, PROSES
– RUMUSKAN TIME LINE, JADWAL
– SUSUN ACARA DAN LANGKAH KEGIATAN (RUTIN MAUPUN AD
HOC)
– LENGKAPI MANUAL, PEDOMAN, PROSEDUR

PENGORGANISASIAN LABORATORIUM
• SARANA, PRASARANA, ALAT, BAHAN
– KELOMPOKKAN
– TEMPATKAN DAN TATA (PERTIMBANGKAN ERGONOMI,
KEAMANAN, KEAWETAN, SPESIFIKASI, SIFAT, MOBILITAS DLL)
– TETAPKAN APA
DIKELOLADIADAKAN/DISIAPKAN/DIKERJAKAN/DISIMPAN SIAPA
• KEGIATAN, PROSES
– KELOMPOKKAN KEGIATAN
– TETAPKAN PENANGGUNGJAWAB/KOORDINATOR
– LAKUKAN MEETING,RAPAT
– KOMUNIKASIKAN, RELEASE, EKSEKUSI
– BATASI LINGKUP RUANG/SARANA/ALAT/BAHAN/WAKTU
– TETAPKAN TARGET/HASIL
• ORANG
– BAGI KEWENANGAN
– SHARE DAN PAPARKAN TEAM
– BENTUK TEAM EFEKTIF
– CIPTAKAN KONDISI KOMUNIKASI EFEKTIF, SISTEMATIS, EFISIEN
– KEMBANGKAN HUBUNGAN PERSONAL FUNGSIONAL
– HARGAI DAN INGATKAN
– APRESIASI SECARA ADEQUAT
• UANG
– TEMPATKAN DI BANK/TEMPAT PENYIMPANAN AMAN
– PARTISI SESUAI RAB

60

PENGARAHAN/PENGENDALIAN
• SARANA, PRASARANA, ALAT, BAHAN
– BUAT FORM/KARTU/BLANKO KENDALI ALAT-BAHAN-SARANA
– CHECK SCR PERIODIK FUNGSI
– CHECK SCR PERIODIK KEBERADAAN, POSISI, STATUS
– RAWAT
• KEGIATAN, PROSES
– BUAT JURNAL PELAKSANAAN PRAKTIKUM
– PANTAU SECARA PERIODIK
– PERKIRAKAN CAPAIAN TARGET
– DOKUMENTASIKAN
• ORANG
– CIPTAKAN PEMANTAUAN MELEKAT
– EFEKTIFKAN JALUR ARAHAN, KENDALI, KOORDINASI
– PANTAU POSISI DALAM JADUAL, TIME LINE, RUANG, TEMPAT,
KEGIATAN, SECARA PERIODIK
• UANG
– BUAT MEKANISME KENDALI PENGELUARAN
– BUAT PEMBUKUAN AKURAT
– KUMPULKAN BUKTI PEMBAYARAN

KEGIATAN MANAJERIAL TERSEBUT PADA PELAKSANAANYA DILAKUKAN
TERPADU DAN SISTEMIK OLEH PENGELOLA

TIP DAN TRIK
AWAS JANGAN TERJEBAK PADA PENGENDALIAN YANG EKSTREM
AREA MANAJEMEN LABORATORIUM

• BENDA-BARANG..JEBAKAN: TERLALU HATI-HATI-NGAWUR
• KEGIATAN...JEBAKAN: LITERER/SAKLEK-LIAR

– Ngelmu iku kelakone kanthi laku
• ORANG....JEBAKAN: UNDERESTIMATE-OVERESTIMATE

– Jalma tan keno kiniro
• UANG....JEBAKAN: PELIT-BOROS

61

– Jer basuki mawa bea
• TULISAN, DOKUMEN, LITERASI adalah PERINGATAN....dan

KONSEKUENSI,....bukan HASIL....Jebakan: Dokumen menjadi TUJUAN dan
dianggap ESESENSI BENDA KEBERHASILAN
• ADMINISTRASI merupakan KONSEKUENSI......Jebakan: Administrasi sebagai
TUJUAN dan ESENSI
• MANAJEMEN .....SEBENTUK IMPROVISASI BUKAN SEMATA INOVASI
• KEBERHASILANNYA MEWUJUDKAN KEPUASAN...KHUSNUL QOTIMAH....
• JEBAKAN:

– MANAJEMEN MENIMBULKAN KEBUASAN-KETIDAKTERURUSAN
DAN CHAOS

– CATATAN MUTU adalah DOKUMEN, merupakan peringatan..bukan hakekat
MANAJEMEN

• SISTEMATIS versus ABSURD---jaga/kendalikan
• Seringkali sesuatu yang terlalu sistematis berulang-ulang menjadi kehilangan kesan-

rasa-mood-nyawa
• MANAJEMEN—SENI...: improvisasi, orisinalitas, inovasi

DETAIL PENGELOLAAN

62

PENGELOLA LABORATORIUM
(“Pelaksana manajemen”)

• Kepala Sekolah-Wakasek
• Kepala/Koordinator Laboratorium
• Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP) /Laboran/Teknisi
• Guru bidang terkait

PENGELOLAAN LAB
• Perancangan kegiatan laboratorium
• Pengoperasian peralatan dan penggunaan bahan
• Pemeliharaan/perawatan peralatan dan bahan
• Pengevaluasian Pemeliharaan/perawatan sistem kerja Laboratorium
• Pengembangan kegiatan Laboratorium

Perancangan kegiatan • Penyusunan program kegiatan tahunan, semester
laboratorium • Penyusunan kebutuhan peralatan lab.
• Penyusunan kebutuhan bahan lab.
Pengoperasian peralatan dan • Penyusunan SOP (penggunaan peralatan dan
penggunaan bahan
bahan)
Pemeliharaan/perawatan peralatan
dan bahan • Persiapan Peralatan dan bahan
• Penjelasan pengoperasian peralatan dan
Pengevaluasian
Pemeliharaan/perawatan sistem kerja penggunaan bahan (tidak lepas dari kegiatan
Laboratorium supervisi)
• Supervisi proses pengujian, kalibrasi dan/ atau
produksi
• Pengoperasian peralatan dan penggunaan bahan
• Pengelolaan/penanganan material handling (sisa
bahan)
• Verifikasi /validasi hasil (pengukuran., kalibrasi,
kinerja alat)
• Pengujian dan verifikasi unjuk kerja alat
• Pengawasan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3)
• Pengambilan dan pengujian sampel (penelt.&
pengab.)
• Pelaporan kegiatan praktikum

• Penyusunan jadwal pemeliharaan/perawatan
peralatan dan bahan

• Pembersihan peralatan dan bahan
• Penataan peralatan dan bahan
• Penyimpanan peralatan dan bahan
• Melakukan kalibrasi alat

• Evaluasi SOP pengoperasian peralatan dan
penggunaan bahan (umum)

• Evaluasi SOP pemeliharaan/perawatan peralatan
dan bahan(umum)

• Evaluasi pedoman penilaian peralatan dan bahan
(umum)

63

Pengembangan kegiatan • Evaluasi pemeliharaan/perawatan peralatan dan
Laboratorium
bahan (khusus)
• Evaluasi hasil kalibrasi alat
• Evaluasi kinerja alat
• Evaluasi penerapan metode kerja dan penggunaan

alat

• Pengembangan kinerja peralatan
• Pengembangan metode kerja peralatan
• Pengembangan metode pengujian,

kalibrasi,dan/atau produksi
• Pengembangan mutu produk (skala lab.)
• Pengembangan sistem pengelolaan laboratorium

Daftar Acuan

Permendikbud No.24 Tahun 2007 : Tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah
Degeng, N. S. 2013. Ilmu Pembelajaran. Bandung: Sahabat Kalam Hidup
Permenpan dan Reformasi Birokrasi No.3/2010 : Tentang Jabatan Fungsional Pranata Laboratorium

Pendidikan dan Angka Kreditnya
Permendikbud No.49 Tahun 2014 : Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi

64

Bagian 7
Peran Laboratorium IPA dalam Menunjang Pembelajaran

PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS LABORATORIUM

Dr. DAS SALIRAWATI, M.Si

PENDAHULUAN

Kimia merupakan salah satu cabang dari IPA. Belajar IPA, termasuk kimia berarti
mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan objek alam semesta, makhluk hidup dan
tak hidup, dan materi dengan segala perubahan yang menyertainya. Dalam pembelajaran
kimia sangat memerlukan kegiatan penunjang berupa praktikum maupun eksperimen di
laboratorium. Hal ini dikarenakan kimia dibangun dengan metode ilmiah. Melalui tahapan
metode ilmiah, maka diperoleh produk-produk ilmiah kimia, seperti konsep, prinsip, aturan,
hukum, dan teori. Dengan demikian mempelajari kimia berarti harus mencakup kimia sebagai
produk dan kimia sebagai proses.

Metode praktikum adalah salah satu bentuk pendekatan keterampilan proses. Bagi
peserta didik SMA diadakannya praktikum selain dapat melatih bagaimana penggunaan alat
dan bahan yang tepat, juga membantu pemahaman mereka terhadap materi kimia yang
diajarkan di kelas. Selain itu, bagi peserta didik yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,
maka melalui praktikum mereka dapat memperoleh jawaban dari rasa ingin tahunya secara
nyata.

Namun demikian tidak semua SMA memiliki laboratorium yang memadai, sehingga tidak
semua konsep kimia yang diajarkan diikuti praktikum di laboratorium. Untuk
melaksanakan praktikum yang berkaitan dengan materi pokok yang diajarkan di kelas
diperlukan seperangkat alat dan bahan yang kadang-kadang sulit dipenuhi oleh sekolah.

Ketiadaan alat dan bahan kimia sering menjadi kendala tidak dilakukannya praktikum,
meskipun guru pengampu memiliki petunjuk praktikumnya. Oleh karena itu sangat diperlukan
kreativitas guru kimia dalam mencari alternatif bahan dan alat lain yang dapat digunakan agar
praktikum tetap dapat dilaksanakan. Dengan demikian pelaksanaan praktikum tidak
bergantung pada fasilitas laboratorium yang ada di sekolah, tetapi cukup menggunakan bahan
dan alat yang dengan mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan kenyataan di lapangan, sebagian besar guru kimia di SMA relatif hanya
sedikit melakukan kegiatan praktikum, yaitu hanya bergantung pada alat dan bahan yang
tersedia atau sesuai dengan petunjuk praktikum yang ada. Jarang sekali ditemukan guru yang
mencoba merancang percobaan sendiri tanpa melihat buku petunjuk praktikum. Padahal dari

65

tahun ke tahun topik praktikum tidak ada perkembangannya alias hanya itu-itu saja, Jika

dalam petunjuk praktikum tidak ada topik percobaan dari suatu materi pokok yang diajarkan
di kelas, maka tidak ada guru yang berinisiatif dan kreatif memunculkan rancangan percobaan
baru. Akibatnya kadang-kadang topik praktikum tidak sejalan dengan materi pokok yang
dibahas di kelas.

Praktikum merupakan kegiatan wajib yang harusnya menyertai setiap pembelajaran
materi di kelas. Berkaitan dengan hal itu, maka penting bagi guru kimia untuk dibekali
pengetahuan mengenai bagaimana cara mengembangkan praktikum yang berbasis ling-
kungan, sehingga kendala fasilitas laboratorium yang tidak memadai dapat diatasi dengan
baik. Pelatihan ini berusaha membuka mata guru-guru kimia bahwa sesungguhnya mereka
dapat menciptakan praktikum kimia sederhana dengan menggunakan alat dan bahan yang ada
di lingkungan sekitar.

KERJA ILMIAH
Seperti diketahui bahwa IPA, termasuk kimia menyangkut aspek empiris, dimana

seorang guru diharapkan pula memiliki kompetensi kerja ilmiah yang nantinya akan
ditampilkan ketika membimbing peserta didik praktikum. Kerja ilmiah yang dimaksud
meliputi aspek penyelidikan/penelitian, komunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas &
pemecahan masalah, sikap dan nilai ilmiah (Depdiknas, 2003 : 2).

Seorang guru dituntut untuk dapat menyajikan materi ajar dengan berbagai pendekatan
dan strategi yang kesemuanya diharapkan mampu mengaktifkan peserta didik. Oleh karena itu,
guru harus kreatif dan inovatif menciptakan berbagai kegiatan yang tidak hanya dilakukan di
dalam kelas, tetapi di luar kelas dan laboratorium. Menurut John W. Hansen & Gerald G.
Lovedahl (2004) ”belajar dengan melakukan” merupakan sarana belajar yang efektif, artinya
seseorang akan belajar efektif bila ia melakukan. Hal ini sesuai dengan yang diharapkan
kurikulum kita yang baru, dimana guru harus lebih banyak memberikan kegiatan aktif kepada
peserta didik, sehingga pemahaman mereka terhadap materi ajar akan lebih efektif. Confucius
menyatakan bahwa “what I do, I understand” (apa yang saya lakukan, saya paham (Mel
Silberman, 2002 : 1), artinya ketika seorang guru banyak memberikan aktivitas yang bersifat
keterampilan, maka peserta didik akan memahaminya secara lebih baik.

Penelitian yang dilakukan Amy J. Phelps & Cherin Lee (2003) yang dilakukan dari
tahun 1990 – 2000 terhadap guru-guru baru yang mengajar kimia (salah satu cabang IPA)
menunjukkan bahwa semua guru tersebut setuju bahwa mengajar kimia tidak dapat dilakukan
tanpa laboratorium. Lebih lanjut dikatakan bahwa laboratorium adalah esensial untuk
mengajar IPA, termasuk kimia. Namun demikian, kompetensi kerja ilmiah seorang guru tidak

66

hanya dapat diamati melalui cara mengajar atau cara guru mendemonstrasikan suatu
percobaan di laboratorium, tetapi juga dapat ditinjau dari bagaimana seorang guru dapat
berkomunikasi ilmiah, menciptakan percobaan sederhana yang dapat dilakukan peserta didik
di rumah sebagai bentuk kreativitasnya, dan juga sikap dan nilai ilmiah yang ditunjukkan
dalam kesehariannya.

Menurut Sylvia Kerr & Olaf Runquist (2005) seorang guru sebaiknya selalu berusaha
meningkatkan kualitas profesionalismenya. Selain memiliki bekal bagaimana mengajar kimia
yang baik, guru juga perlu memiliki keterampilan laboratorium sebagai penunjang
pelaksanaan tugas di lapangan serta kemampuan pemecahan masalah, sehingga tidak mudah
menyerah ketika menghadapi berbagai masalah yang berkaitan dengan tugas mengajarnya.
Dengan keterampilan laboratorium yang baik dan kemampuan memecahkan masalah, seorang
guru senantiasa dapat berbuat dan berkreasi merancang kegiatan praktikum bagi peserta
didiknya meskipun dalam kondisi sarana dan prasarana laborato-rium yang serba kekurangan.

KEGIATAN PRAKTIKUM (PRACTICAL WORK)
Menurut Kerr dalam bukunya Science Work in School Science, seperti dikutip oleh

Sudomo (1966 : 6), kegiatan praktikum merupakan percobaan yang ditampilkan oleh guru
dalam bentuk demonstrasi, demonstrasi secara kooperatif oleh sekelompok peserta didik,
maupun percobaan dan observasi oleh peserta didik. Kegiatan tersebut dapat berlangsung di
laboratorium atau di tempat lain.

Dalam pelaksanaannya di kelas, bentuk kegiatan praktikum bervariasi, mulai dari yang
sangat sederhana sampai pada yang lebih kompleks. Kegiatan praktikum dapat
diklasifikasikan menjadi 4 kelompok, yaitu :
a. Eksperimen standar, kegiatan ini dilakukan oleh peserta didik dimana langkah kerjanya

telah tersedia dan disusun secara lengkap.
b. Eksperimen penemuan (discovery experiment), pada kegiatan ini pendekatan percobaan

diarahkan oleh guru, tetapi langkah kerjanya dikembangkan sendiri oleh peserta didik.
c. Demonstrasi, pada kegiatan ini percobaan dilakukan oleh guru untuk sekelom-pok

peserta didik dimana peserta didik mungkin dilibatkan maupun tidak dalam diskusi
tentang langkah kerja atau dalam pelaksanaan percobaan.
d. Proyek, pada kegiatan ini peserta didik dihadapkan pada problem/masalah. Masalah
tersebut merupakan hal yang baru bagi peserta didik dan untuk menyelesaikannya perlu
penelitian yang mendalam. Untuk melakukannya diperlukan waktu yang lebih lama
dibandingkan dengan 3 jenis kegiatan terdahulu.

67

PERANAN KEGIATAN PRAKTIKUM DALAM PEMBELAJARAN KIMIA
Dalam pembelajaran kimia, kegiatan praktikum memiliki peranan yang sangat penting.

Hal ini karena praktikum memiliki peranan dapat :
1. memotivasi peserta didik dalam belajar

Kegiatan praktikum dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan sejumlah keterampilan proses kimia yang penting dan sikap ilmiah. Hal itu
dimungkinkan terjadi, karena kegiatan praktikum sangat menarik, mengasyikkan dan
mendorong peserta didik untuk berinisiatif, berimajinasi dan bekerjasama (dalam kerja
kelompok).

Selain itu sejumlah hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak sangat menikmati
kegiatan praktikum di sekolah. Mengingat peserta didik tertarik dan menikmati kegiatan
praktikum, maka tidaklah berlebihan jika kita berharap peserta didik akan termotivasi untuk
belajar lebih giat dan lebih berkualitas.

2. memberikan kesempatan untuk mengembangkan sejumlah keterampilan
Para ahli berpendapat bahwa dengan mengerjakan kegiatan praktikum, peserta didik

memperoleh keterampilan-keterampilan proses IPA (termasuk kimia), misalnya
keterampilan :
a. melakukan pengamatan (observing) b.
melakukan pengukuran (measuring) c.
menginterpretasi (interpreting)
d. melakukan manipulasi (manipulating)
e. mengajukan hipotesis (hypothesizing)
f. menarik kesimpulan (concluding)
g. mengkomunikasikan hasil (communicating)

Pada pembelajaran kimia, guru harus selektif dalam menentukan jenis kegiatan
praktikum di sekolah, sehingga keterampilan proses yang diharapkan berkembang pada diri
peserta didik dapat terwujud.

3. meningkatkan kualitas belajar peserta didik
Tidak diragukan lagi bahwa melalui pengalaman langsung (first-hand experiences),

peserta didik dapat belajar lebih mudah dibandingkan dengan belajar melalui sumber
sekunder, misalnya buku. Hal tersebut sangat sesuai dengan pendapat Bruner yang
menyatakan bahwa anak belajar dengan pola inactive melalui perbuatan (learning by doing)

68

akan dapat mentrasnfer ilmu pengetahuan yang dimilikinya pada berbagai situasi (Tresna
Sastrawijaya, 1998 : 17).

Melalui praktikum, peserta didik dapat memiliki banyak pengalaman, baik berupa
pengamatan langsung atau bahkan melakukan percobaan sendiri dengan objek tertentu.
Dengan pengalaman langsung itu proses belajar dapat berlangsung lebih mudah dan hasil
belajarnya tidak mudah dilupakan sebagaimana pepatah kuno dari Cina yang mengatakan:

“saya mendengar ...... dan saya lupa”
“ saya melihat ...... dan saya ingat”
“saya mengerjakan ...... dan saya mengerti”

Jadi, dengan mengerjakan learning by doing peserta didik menjadi aktif dalam
belajarnya. Dengan keaktifan tersebut dapat diharapkan hasil belajarnya semakin baik.

KREATIVITAS MENCIPTAKAN PRAKTIKUM
Metode praktikum sangat dianjurkan dalam pembelajaran kimia, karena sesuai dengan

tujuan pendidikan yang meliputi 3 aspek, yaitu mengembangkan pengetahuan, menanamkan
sikap ilmiah, dan melatih keterampilan. Melalui praktikum peserta didik memperoleh
pemahaman yang mendalam tentang suatu konsep, sebab mereka melakukan dan melihat
sendiri. Seperti diungkapkan Sheal (1989) bahwa seseorang belajar 90% dari apa yang
dikatakan dan dilakukan.

Pembelajaran kimia di SMA saat ini masih sangat kurang memberikan muatan empiris
dalam bentuk praktikum. Padahal selain dapat memberikan kegembiraan dalam belajar,
praktikum dapat meningkatkan motivasi mereka dalam belajar sekaligus memantapkan
pemahaman konsep. Kurangnya praktikum karena keberadaan buku petunjuk praktikum yang
masih minim dan alasan-alasan teknik dari sistem kerja pendidik itu sendiri, seperti tidak ada
waktu, tidak ada fasilitas laboratorium sekolah, dan lain-lain.

KIAT MENCIPTAKAN PRAKTIKUM BERBASIS LINGKUNGAN
Penggunaan buku petunjuk praktikum sangat besar peranannya dalam proses

pembelajaran kimia, sehingga seolah-olah buku ini menjadi “buku sakti” ketika seorang guru
akan melaksanakan praktikum di laboratorium. Hal ini dapat dibenarkan, apabila buku
petunjuk praktikum itu berisi percobaan-percobaan yang mudah dilakukan, tidak beresiko
tinggi (tidak membahayakan peserta didik), alat dan bahannya mudah didapat dan disediakan,
termasuk harganya terjangkau. Dengan kata lain, buku petunjuk praktikum yang baik haruslah
memenuhi syarat didaktik, konstruksi, dan teknis.

69

Bila dilihat dari buku petunjuk praktikum yang sudah ada di lapangan, nampaknya
tidak semua materi pokok yang ada dalam kurikulum mata pelajaran kimia terwakili oleh
suatu topik percobaan. Ironisnya, sebagian besar buku petunjuk praktikum yang beredar di
pasaran isinya sama, tidak ada yang memiliki kelebihan, misalnya menyajikan topik
percobaan yang berbeda dan baru/aktual. Meskipun semua percobaan bertujuan mengaktifkan
peserta didik, namun akan lebih menarik minat belajar peserta didik bila buku petunjuk praktikum
berisikan aktivitas percobaan sederhana yang menarik dengan bahan dan alat yang digunakan
dapat diperoleh di lingkungan sekitar, sehingga peserta didik dapat mencobanya di
rumah.

Untuk memunculkan percobaan yang demikian, guru kimia dituntut mampu
menciptakan atau mengonstruksi percobaan sendiri melalui kaji pustaka dari berbagai sumber,
seperti buku petunjuk praktikum dari negara lain, atau memunculkan ide praktikum
berdasarkan kreativitas sendiri. Hal ini hanya dapat dilakukan jika guru memiliki minat, kemauan,
dan kemampuan serta bermodalkan peka terhadap fenomena di sekitar, kritis dan kreatif.
Kreativitas menciptakan praktikum sederhana dapat dilakukan guru, jika konsep dasar kimia
dikuasai guru dengan baik. Dengan modal ini, guru mampu berpikir bagaimana suatu alat dan
bahan di lab dapat digantikan dengan alat dan bahan yang ada dalam kehidupan sehari-
hari.

Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan guru jika akan mencoba menciptakan
percobaan sederhana berbasis lingkungan yang nantinya dapat dipraktikkan bersama dengan
peserta didik di lab maupun di rumah, yaitu:
1. Pelajari secara mendalam materi ajar tersebut, lalu coba cari hubungan setiap konsep yang

ada dengan fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
2. Setelah kita dapat menemukan suatu fenomena, cobalah berpikir bagaimana mengang-kat

fenomena tersebut menjadi suatu rancangan percobaan sederhana.
3. Buatlah langkah-langkah pengujian / pembuktiannya.
4. Ujicobalah sesuai dengan rancangan yang kita buat.
5. Tulis rancangan kita dengan format urutan sederhana yang terdiri dari : judul, tujuan

percobaan, dasar teori, bahan dan alat, cara kerja, tabel dasar (untuk menuliskan data yang
harus dikumpulkan), kesimpulan, daftar pustaka.

Untuk dapat menemukan fenomena yang berkaitan dengan materi ajar mungkin dirasa
sulit oleh guru, namun sebenarnya semakin banyak guru membaca buku dan membuka
internet, semakin besar kepekaan guru terhadap fenomena alam di sekitarnya.

70

PENUTUP
Dengan jumlah SMA/MA yang demikian besar, tugas Pemerintah untuk memberi-kan

pendidikan dan menyediakan sarana prasarana sekolah yang lengkap menjadi sangat berat.
Dalam kondisi yang demikian, maka sudah sewajarnya kita tidak berpikir untuk selalu mengharap
uluran tangan dari Pemerintah bila ingin memajukan anak didik kita, tetapi lebih berpikir
bagaimana dengan kondisi yang serba sederhana dan cenderung terbatas sarana prasarana ini kita
dapat menyikapi dengan bijak. Peran aktif guru memang sangat diharapkan dalam meningkatkan
kualitas pendidikan di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (1995). Spiel das wisen schafft. Bergembira dengan sains. Terjemahan :

Hardjapamekas, Djajang, M. P. Bandung : Titian Ilmu.

Amy J. Phelps & Cherin Lee. (2003). The power of practice : what students learn from how
we teach. Journal of Chemical Education, 80 (7), 829 – 832.

Aldrin E. Sweeney & Jeffrey A. Paradis. (2003). Addressing the professional preparation of
future science teachers to teach hands – on science : a pilot study of a laboratory
model. 80 (2), 171 – 173.

Brandt, Ronald. (1993). What do you mean professional. Educational Leadership. Nomor 6 50,
March.

Carolin R. M (2005). “Best Practices” in teaching and learning : Challenging current paradigms
and redefining their role in education. The College Quarterly. 8 (3), 1-7

Depdiknas. (2003). Standar kompetensi mata pelajaran sains. Jakarta : Depdiknas.

Janice Pratt VanCleave. (1991). Gembira bermain dengan ilmu kmia : 101 Percobaan yang
Pasti Berhasil. Jakarta : Temprint.

Janice Pratt VanCleave. (2003). Percobaan-percobaan yang menakjubkan. Bandung : Pakar
Raya.

J. Bassett. (1978). Vogel’s Textbook of Quantitative Inorganic Analysis. Great Britain :
Longman Group.

John W. Hansen & Gerald G. L.. (2004). Developing technology teachers : questioning the
industrial tool use model. Journal of Technology Education. 15 (2), 20 – 32.

Mel Silberman. (2002). Active learning : 101 Strategi pembelajaran aktif. Yogyakarta :
Yappendis.

Sylvia Kerr & Olaf Runquist. (2005). Are we serious about preparing chemists for the 21st
century workplace or are we just teaching chemistry ?. Journal of Chemical
Education. 82 (2), 231 – 239.

71

BERBAGAI CONTOH PERCOBAAN BERBASIS LINGKUNGAN

PERCOBAAN 1

A. Judul Percobaan : Identifikasi Buffer Phospat pada Minuman Bersoda

B. Tujuan Percobaan :

Membuktikan bahwa ion phospat pada minuman bersoda berfungsi sebagai buffer.

C. Dasar Teori :

Larutan penyangga atau dapar atau buffer adalah suatu larutan yang mampu

mempertahankan pH-nya ketika ditambah sedikit asam, basa maupun pengenceran. Larutan

penyangga merupakan campuran asam lemah dengan garamnya (basa konjugasi-nya) atau

campuran antara basa lemah dengan garamnya (asam konjugasinya). Contoh larutan

penyangga antara lain:

CH3COOH + CH3COONa (buffer asam)

NH4OH + NH4Cl (buffer basa)

Dalam minuman bersoda terdapat buffer, yaitu ion phospat yang mempertahankan pH
minuman tersebut, sehingga minuman dapat tahan lebih lama dalam penyimpanan.

D. Prinsip Percobaan :

Jika dalam minuman bersoda ditambah sedikit asam, atau sedikit basa, atau

pengenceran sampai 10 kali ternyata tetap memberikan pH dengan pergeseran yang kurang

dari 0,5, maka berarti dalam minuman bersoda terbukti mengandung buffer phospat yang

berfungsi mempertahankan pH minuman tersebut.

E. Alat dan Bahan :

1. Alat : beaker glass, labu ukur, gelas ukur, pH meter, pipet tetes, kaca arloji.

2. Bahan : minuman bersoda, larutan HCl 0,1 M, larutan NaOH 0,1 M, larutan

NH4OH 0,1 M, larutan CH3COOH 0,1 M, Akuades

F. Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan;
2. Menuangkan minuman bersoda ke dalam gelas kimia sebanyak 25 mL;
3. Mengukur pH minuman bersoda setelah tidak berbusa lagi;
4. Menambahkan 0,5 mL HCl 0,1 M ke dalam minuman bersoda tersebut;

72

5. Mengamati perubahan pH yang terjadi dengan pH meter;
6. Dengan cara yang sama, menambahkan 1 mL HCl 0,1 M dan mengukur pH-nya.
7. Mengulangi langkah 2 – 6, tetapi larutan HCl diganti dengan larutan NaOH 0,1 M,

CH3COOH 0,1 M, dan NH4OH 0,1 M;
8. Mengencerkan minuman bersoda 2, 4, 6, 8, dan 10 kali, dan setiap hasil pengen-ceran

diukur pH-nya dengan menggunakan pH meter.

G. Data Hasil Percobaan :

Perlakuan pH
Fanta Coca Cola Sprite
HCl 0,1 M
Mula-mula 0,5 mL
Penambahan CH3COOH 0,1 M 1,0 mL
0,5 mL
Pengenceran NaOH 0,1 M 1,0 mL
0,5 mL
NH4OH 0,1 M 1,0 mL
2 kali 0,5 mL
4 kali 1,0 mL
6 kali
8 kali
10 kali

PERCOBAAN 2

A. Judul Percobaan : Larutan Isotonik

B. Tujuan Percobaan :

Menguji sifat isotonik minuman bermerek isotonik dengan menggunakan larutan infus

yang sesuai dengan larutan standar dalam tubuh manusia.

C. Dasar Teori :

Saat ini banyak minuman energi yang melabeli produknya sebagai minuman isotonik

yang mampu menggantikan ion-ion tubuh yang hilang pada saat beraktivitas semakin marak.

Benarkah minuman isotonik tersebut bersifat isotonik terhadap larutan standar dalam tubuh

manusia? Hal ini tentunya sangat menggelitik kita untuk membukti-kannya. Sebagai larutan

standar digunakan cairan infus yang berisi larutan NaCl 0,15 M. Pemilihan infus dikarenakan

di dalamnya terdapat kandungan garam fisiologis yang memiliki kepekatan yang sama dengan

larutan standar dalam tubuh manusia, sehingga diasumsikan cairan infus berisotonik dengan

larutan standar dalam tubuh manusia.

73

Untuk membandingkan nilai π harus dengan menggunakan jembatan penolong, yaitu
∆Tb dan ∆Tf kedua larutan (infus dan minuman isotonik), karena tekanan osmosis sulit untuk
diamati secara fisik. Pengujian keisotonikan kedua larutan tersebut dapat dilakukan secara
teoretis sebagai berikut :
1. Berdasarkan pendidihan larutan dapat diketahui kenaikan titik didih larutan

∆Tb = Tb Larutan – Tb Pelarut muni
∆Tb = Kb × m × i

2. Berdasarkan pendinginan larutan dapat diketahui penurunan titik beku larutan
∆Tf = Tf Pelarut murni – Tf Larutan
∆Tf = Kf × m × i

Untuk mempermudah perhitungan, maka digunakan pelarut yang sama yaitu air,
sehingga nilai Kb dan Kf kedua larutan sama. Karena kedua larutan merupakan larutan
elektrolit, maka digunakan faktor van Hoff. Berdasarkan rumus yang digunakan, maka
besarnya molalitas dan faktor van Hoff dapat diketahui. Kedua larutan ini memiliki kepekatan
yang sangat encer, sehingga diasumsikan nilai molalitas (m) ≈ molaritas (M), sehingga:

π=M×R×T×i

Besarnya R dan T pada kedua larutan dapat diabaikan dalam proses perhitungan,

karena nilai R dan T kedua larutan sama, sehingga larutan dikatakan isotonik jika :

π M1 × R×T × 1i karena R dan T sama , maka
1=
π 2 M 2 × R×T × i2

π = M1 × i1 karena M ≈ m, maka
1

π 2 M 2 × i2

π = m1 × i1 Nilai m × i didapatkan dari perhitungan ∆Tb atau ∆Tf.
1

π 2 m2 × i2

D. Prinsip Percobaan :

Larutan dalam infus mengandung garam fisiologis yang memiliki kepekatan yang

sama dengan larutan standar dalam tubuh manusia, sehingga diasumsikan cairan infus

berisotonik dengan larutan standar dalam tubuh manusia. Jika minuman isotonik memiliki

tekanan osmosis yang setara dengan infus, berarti secara tidak langsung minuman isotonik

tersebut isotonik terhadap larutan standar dalam tubuh.

74

E. Alat dan Bahan :

1. Alat : termometer, beaker glass, tabung reaksi, gelas ukur, pembakar

spirtus, kaki tiga, kasa asbes, dan statif, freezer.

2. Bahan : akuades, es batu, minuman isotonik berbagai merk, dan larutan infus

(NaCl 0,15 M).

F. Cara Kerja
Cara I (Pemanasan) :
a. Menyiapkan alat dan bahan;
b. Mengambil sampel akuades, minuman isotonik dan infus dengan volume yang sama

(secukupnya), kemudian menuangkan masing-masing pada beaker glass;
c. Merangkai alat untuk menentukan titik didih masing-masing larutan;
d. Dengan melihat besarnya titik didih akuades, maka dapat ditentukan kenaikan titik didih

minuman isotonik dan infus.

Cara II (Pendinginan) :
1. Menyiapkan alat dan bahan;
2. Mengambil sampel akuades, minuman isotonis dan infus dengan volume yang sama

(secukupnya), kemudian menuangkan masing-masing pada beaker glass;
3. Memasukkan ke dalam freezer untuk menentukan titik beku masing-masing larutan;
4. Dengan melihat besarnya titik beku akuades, maka dapat ditentukan penurunan titik beku

minuman isotonik dan infus.

G. Data Hasil Percobaan : Cara I (Pemanasan) Cara II (Pendinginan)
Larutan
Tb (oC) ∆Tb (oC) Tf (oC) ∆Tf (oC)
Akuades *)
Larutan Infus
Minuman Isotonik
a. Merk ……………….
b. Merk ……………….
c. Merk ……………….

Keterangan : *) Tetapan titik didih akuades (Kb) = 0,52
Tetapan titik beku akuades (Kf) = 1,86

75

PERCOBAAN 3

A. Judul Percobaan : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

B. Tujuan Percobaan :

Menunjukkan pengaruh konsentrasi, luas permukaan sentuh, dan suhu terhadap laju reaksi.

C. Dasar Teori :

Secara umum laju reaksi kimia didefinisikan sebagai pengurangan konsentrasi

pereaksi atau pertambahan konsentrasi hasil reaksi dalam suatu reaksi kimia per satuan waktu.

Laju reaksi dari suatu reaksi kimia ada yang lambat, tetapi ada pula yang cepat. Ada beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi, yaitu:

1. Konsentrasi
Laju reaksi biasanya berlangsung dengan cepat apabila konsentrasi zat-zat yang

bereaksi salah satu atau keduanya diperbesar, sebaliknya reaksi akan berjalan dengan laju
yang lambat apabila konsentrasi diperkecil. Hal ini karena semakin besar konsentrasi,
semakin besar kemungkinan terjadinya tumbukan efektif antara zat yang bereaksi, sehingga
reaksi semakin bertambah cepat. Tumbukan yang efektif adalah tumbukan antara zat yang
bereaksi yang melampaui energi aktivasi, yaitu energi minimum untuk terjadinya reaksi.

2. Luas Permukaan Sentuh
Ukuran partikel zat-zat yang bereaksi berpengaruh terhadap lambat cepatnya laju

reaksi. Semakin besar ukuran partikel, maka semakin sedikit permukaan sentuh antar partikel yang
bereaksi, sehingga laju reaksi menjadi lambat. Sebaliknya, semakin kecil ukuran partikel, maka
semakin banyak permukaan sentuh antar partikel yang bereaksi, sehingga laju reaksi menjadi
cepat. Jadi, jika laju reaksi antara zat-zat yang bereaksi berbentuk serbuk tentu lebih cepat laju
reaksinya dibandingkan yang berbentuk bongkahan /kepingan dengan massa yang yang sama.

3. Suhu

Suhu sangat berperan dalam menentukan laju suatu reaksi. Pada umumnya suhu yang

tinggi akan meningkatkan laju reaksi dan suhu yang lebih rendah akan menurunkan laju reaksi.

Hal ini karena dengan suhu yang tinggi gerakan partikel yang bereaksi akan lebih cepat,

sehingga tumbukan yang efektif semakin banyak, akibatnya laju reaksi semakin cepat.

D. Prinsip Percobaan :

Semakin besar konsentrasi, semakin luas permukaan sentuh, dan semakin tinggi suhu

zat-zat yang bereaksi, maka semakin cepat laju reaksinya.

76

E. Alat dan Bahan :

1. Alat : tabung reaksi, rak tabung reaksi, beaker glass, gelas ukur, pembakar

spirtus, termometer, balon, stopwatch, spidol.

2. Bahan : asam asetat glasial, cangkang telur, akuades, garam Inggis, larutan

amoniak.

F. Cara Kerja
1. Konsentrasi

a. Mengambil 3 tabung reaksi masing-masing diisi dengan 1 mL larutan asam asetat
glasial yang diencerkan 10 kali, 50 kali, dan 100 kali;

b. Menyiapkan 3 tabung reaksi, masing-masing diisi dengan 1 sendok serbuk cangkang
telur (cangkang telur yang dihaluskan);

c. Menyiapkan balon, diisi 5 mL asam asetat glasial pengenceran 10 kali;
d. Memasang mulut balon pada mulut tabung reaksi yang berisi serbuk cangkang telur;
e. Menyiapkan stopwatch, kemudian ketika larutan dalam balon dituangkan stopwatch

mulai dijalankan. Sambil menunggu balon berdiri, letakkan tabung reaksi di rak tabung
reaksi;
f. Stopwatch dihentikan ketika balon sudah berdiri. Mencatat waktu yang diperlukan
mulai dari penuangan larutan asam asetat sampai berdirinya balon.
g. Lakukan langkah c – f tetapi dengan larutan asam asetat hasil pengenceran lainnya (50
kali dan 100 kali).

2. Luas Permukaan Sentuh
a. Menyiapkan 2 balon, masing-masing diisi dengan 5 mL larutan asam asetat glasial hasil
pengenceran 10 kali;
b. Menyiapkan 1 tabung yang diisi dengan serbuk cangkang telur dan 1 tabung reaksi lagi
diisi dengan cangkang telur yang dipatah-patahkan. Massa serbuk cangkang yang
ditambahkan sama dengan massa cangkang telur yang dipatah-patah.
c. Memasang mulut balon pada mulut tabung reaksi yang berisi serbuk cangkang telur;
d. Menyiapkan stopwatch, kemudian ketika larutan dalam balon dituangkan stopwatch
mulai dijalankan. Sambil menunggu balon berdiri, letakkan tabung reaksi di rak tabung
reaksi;
e. Stopwatch dihentikan ketika balon sudah berdiri. Mencatat waktu yang diperlukan
mulai dari penuangan larutan asam asetat glasial sampai berdirinya balon.

77

f. Lakukan langkah c – e tetapi dilakukan terhadap cangkang telur yang dipatah-patah.

3. Suhu
a. Mengambil 3 beaker glass, masing-masing diisi dengan 10 mL larutan garam Inngris
yang telah dibuat sebelumnya.
b. Mengambil 3 tabung reaksi lagi, masing-masing diisi 10 mL larutan amoniak;
c. Mengukur suhu larutan garam Inggris dengan termometer;
d. Mengambil salah satu tabung yang berisi amoniak dan meletakkan di atas kertas putih
yang diberi tanda silang dengan spidol;
e. Menyiapkan stopwatch, kemudian ketika larutan garam Inggris dituangkan dalam
tabung reaksi yang berisi larutan amoniak stopwatch mulai dijalankan;
f. Stopwatch dihentikan ketika tanda silang dari spidol tidak nampak Mencatat waktu
yang diperlukan mulai dari penuangan larutan garam Inggris sampai tidak terlihatnya
tanda silang dari spidol..
g. Lakukan langkah d – f tetapi dengan memanaskan terlebih dahulu larutan garam
Inggris hingga suhunya naik 10o dan 20o dari suhu semula.

G. Data Hasil Percobaan : Serbuk Cangkang Telur Waktu (Menit)
1. Konsentrasi 1 sendok
1 sendok
Volum Asam Asetat Glasial 1 sendok
5 mL Pengenceran 10 kali
5 mL Pengenceran 50 kali
5 mL Pengenceran 100 kali

2. Luas Permukaan Sentuh Bentuk Cangkang Telur Waktu (Menit)

Volum Asam Asetat Glasial Serbuk
Pengenceran 10 kali Serpihan/Patahan
5 mL

5 mL

3. Suhu Volum Larutan Amoniak Waktu (Menit)
Larutan Garam Inggris 10 mL
10 mL
10 mL, suhu mula-mula (T) 10 mL
10 mL, suhu T + 10o
10 mL, suhu T + 20o

78

PERCOBAAN 4

A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Asam Cuka secara Titrasi Asam-Basa de-ngan

Indikator Rhoeo Discolor

B. Tujuan Percobaan :

Menentukan kadar berbagai asam cuka yang beredar di pasaran secara titrasi asam-basa

dengan indikator rhoeo discolor

C. Dasar Teori :

Titrasi adalah penentuan konsentrasi suatu larutan (misal larutan A) berdasarkan

reaksinya dengan larutan lain yang telah diketahui konsentrasinya (misal larutan B). Untuk

mengetahui banyaknya volum larutan B yang tepat dapat bereaksi dengan larutan A (disebut

titik ekivalen), maka digunakan indikator tertentu yang dapat menandai titik akhir titrasinya.

Salah satunya indikator pp, yang ketika digunakan dapat menandai titik akhir titrasi ketika larutan

berubah warna menjadi pink atau sebaliknya. Dengan titrasi dapat ditentukan konsentrasi

dalam larutan analit yang dicari. Besarnya kesalahan titrasi adalah selisih antara titik ekivalen

dengan titik akhir titrasi.

Asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu cara analisis kuantitatif volumetrik

berdasarkan reaksi asam-basa secara titrasi. Kedua analisis tersebut dibedakan pada larutan

standar yang digunakan. Asidimetri merupakan penentuan konsentrasi / kadar suatu larutan

basa dengan larutan standar yang digunakan asam, sebaliknya alkalimetri merupakan

penentuan konsentrasi / kadar suatu larutan asam dengan larutan standar yang digunakan basa.

Titrasi asam asetat atau asam cuka (CH3COOH) dengan larutan natrium hidroksida
(NaOH) sebagai larutan standar akan menghasilkan garam CH3COONa yang berasal dari sisa
asam lemah dan basa kuat yang kemudian terhidrolisis. Reaksi hidrolisis ini merupakan reaksi
keseimbangan yang dapat ditulis sebagai berikut :

CH3COOH (aq) + NaOH (aq) CH3COONa (aq) + H2O (l)

Pada titrasi ini sebagian asam asetat (asam cuka) dan basanya akan tinggal dalam
larutan. Saat titik ekivalen (titik akhir titrasi) terjadi, banyaknya asam asetat (asam cuka) dan NaOH
bebas adalah sama, tetapi karena asam asetat termasuk elektrolit lemah, maka ion H+ yang
dibebaskan sangat sedikit, dan akan lebih banyak tinggal sebagai molekul CH3COOH. Sedangkan
basa bebasnya (NaOH) merupakan elektrolit kuat yang hampir terionisasi sempurna,

79

membebaskan ion hidroksil (OH-) dalam larutan. Hal ini mengakibat-kan titrasi akan berakhir
pada pH di atas 7.

Adanya asam dan basa yang bersifat kuat dan lemah menyebabkan garam yang
dihasilkan dari reaksi netralisasi tidak selalu bersifat netral (pH ≈ 7), tetapi tergantung pada
sifat asal dari asam dan basa yang membentuk garam. Hanya garam yang berasal dari asam
dan basa kuat yang dapat menghasilkan garam yang bersifat netral. Bila garam terbentuk dari
asam kuat dan basa lemah, maka garam yang dihasilkan bersifat asam, dan sebaliknya (J.
Basset, 1978 : 236-247).

Indikator alami dapat dibuat dari bagian tanaman yang berwarna, misalnya kelopak
bunga sepatu, daun kubis ungu, daun bayam merah, rhoeo discolor, kayu secang, dan kunyit.
Sebenarnya hampir semua tumbuhan berwarna dapat dipakai sebagai indi-kator tetapi
terkadang perubahan warnanya tidak jelas. Oleh karena itu hanya beberapa saja yang sering
dipakai, misalnya daun kubis ungu yang memberikan warna merah dan hijau, daun bayam
merah yang memberikan warna merah dan kuning, daun rhoeo discolor yang memberikan
warna pink dan hijau kekuningan.

Bila daun rhoeo discolor diiris-iris dan dikeringkan lalu dilarutkan dalam alkohol,
maka akan diperoleh larutan dengan warna kuning kemerahan. Dalam suasana asam
warnanya berubah menjadi merah muda (pink) dan dalam suasana basa berubah menjadi hijau.
Dengan demikian larutan daun rhoeo discolor juga dapat digunakan sebagai indikator alami.

D. Prinsip Percobaan :

Jika larutan asam cuka dititrasi menggunakan larutan NaOH dengan indikator rhoeo

discolor, maka ketika banyaknya volum larutan asam cuka tepat dapat bereaksi dengan

larutan NaOH (titik ekivalen), maka akan ditandai dengan berubahnya larutan asam cuka dari

pink menjadi hijau kekuningan yang menunjukkan titik akhir titrasi telah tercapai. Hasil titrasi

ini dapat digunakan untuk menentukan kadar berbagai asam cuka yang beredar di pasaran.

80

E. Alat dan Bahan :

1. Alat : beaker glass, labu ukur, pipet volum, pipet tetes, labu erlenmeyer, statif &

klem, buret, timbangan analitik, gelas arloji,

2. Bahan : kristal asam oksalat dihidrat (H2C2O4. 2H2O), Kristal NaOH p.a buatan E.
Merck, indikator pp, berbagai merek asam cuka di pasaran, alkohol 70%,

akuades, daun rhoeo discolor.

F. Cara Kerja
1. Standarisasi Lar. NaOH dengan Lar. Standar Primer Asam Oksalat (H2C2O4)

a. Menimbang 1,26 gram H2C2O4. 2H2O, melarutkan dalam 10 ml akuades. Kemudian
memasukkan dalam labu takar 100 ml dan menambahkan akuades dengan pipet tetes
sampai tanda batas.

b. Menimbang 2,1 gram NaOH, melarutkannya dalam akuades, memasukkan ke dalam
labu takar 500 mL dan mengencerkannya dengan akuades sampai tanda etsa.

c. Memasukkan 5 ml larutan NaOH ke dalam erlenmeyer dan menambahkan 1 tetes
indikator pp lalu titrasi dengan larutan asam oksalat 0,1 M hingga warna pink hilang.

d. Melakukan prosedur 1.c sebanyak 5 kali dan mencatat volum asam oksalat yang
diperlukan untuk mengubah warna pink menjadi tidak berwarna.

2. Pembuatan Indikator Daun Rhoeo discolor
a. Mencuci daun rhoeo discolor dari kotoran. Mengiris kecil-kecil dengan pisau, lalu
menimbang sebanyak 10 gram.
b. Memasukkan dalam botol gelas dan menuangkan 100 mL alkohol 70% ke dalamnya.
Tutup botol rapat-rapat.
c. Membiarkan beberapa saat agar terjadi pelarutan warna pada daun tersebut. Saring
untuk mendapatkan filtratnya. Bila kurang bersih disaring dengan kertas saring. Filtrat siap
digunakan sebagai indikator.

3. Titrasi Berbagai Asam Cuka yang Beredar di Pasaran dengan Titran NaOH
a. Mengambil 5 ml salah satu merek larutan asam cuka dengan pipet volum.
b. Memasukkan ke dalam labu erlenmeyer 50 ml dan menambahkan 5 tetes indikator
rhoeo discolor.
c. Mentitrasi larutan tersebut dengan larutan standar NaOH sampai tepat timbul warna
hijau kekuningan.
d. Titrasi diulang sebanyak 3 kali (triplo).

81

e. Mengulangi percobaan a - d, tetapi dengan menggunakan asam cuka merek lainnya.
f. Mengulangi percobaan a – d, tetapi dengan menggunakan indikator pp untuk salah satu

merek asam cuka saja (hanya untuk mengecek keakuratan indikator rhoeo discolor.
Jika percobaan ini dilakukan di sekolah, langkah f tidak perlu dilakukan).

G. Data Hasil Percobaan : Perc 1 VNaOH Perc 3
Perc 2
Merek Asam Cuka

1.
2.
3.
Kontrol (pp)

82

Bagian 8
Pengelolaan Limbah

PENGELOLAAN LIMBAH LABORATORIUM IPA

HARJITO, M.Si

Mengapa perlu memahami cara mengelola laboratorium?
• Tuntutan bidang pekerjaan (calon kimiawan atau guru kimia)
• Manager lab harus memahami pengelolaan laboratorium
• Standar Kompetensi Guru (SKGP, 2004): Guru harus kompeten dalam pengelolaan
laboratorium serta dalam melakukan inovasi
• Laboratorium adalah wahana yang sangat tepat untuk pengembangan kompetensi
keterampilan proses dan afektif siswa

Peraturan yang mendukung
Peraturan Pemerintah RI Nomor 85 Tahun 1999 tentang perubahan atas peraturan pemerintah
nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan limbah B3.
Pasal 2 :

Pengelolaan limbah B3 bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3, serta
melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai
fungsinya kembali
Pasal 3 :
Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang menghasilkan limbah B3
dilarang membuang limbah B3 yang dihasilkannya itu secara langsung ke dalam media
lingkungan hidup tanpa pengolahan terlebih dahulu.
lampiran 3, golongan limbah dari sumber yang spesifik

Definisi limbah
Limbah : produk buangan yang telah dipakai

Sisa usaha dan/atau kegiatan
Limbah bahan kimia = buangan bahan kimia yang telah dipakai, campuran bahan kimia,
barang yang belum dipakai namun sudah rusak

83

Limbah laboratorium :

• Kuantitasnya kecil

• Pembuangannya tidak kontinyu
• Toksik
• Jenisnya beragam

Limbah B3
sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3 yang karena sifat dan/atau
konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung atau tidak, akan dapat mencemarkan
dan/atau kerusakan lingkungan hidup dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.

Spesifikasi limbah laboratorium :
Hampir semua limbah lab. mengandung bahan kimia yang mempunyai sifat berbeda dan
dapat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.
Metode pengelolaan limbah laboratorium untuk setiap jenis limbah adalah khas, tergantung
pada sifat, fisik, dan karakteristiknya.
Karakteristik limbah :

• Mudah meledak;
• Mudah terbakar;
• Beracun;
• Reaktif;
• Infeksius;
• Korosif.

Limbah mudah meledak :
• Limbah yang pada suhu 25oC dan tekanan standar 760 mmHg dapat meledak;
• Limbah yang melalui reaksi kimia dan/atau fisika dapat menghasilkan gas dengan
suhu dan tekanan tinggi;
• Contoh: KClO3 dengan H2SO4, senyawa nitrat dengan senyawa klorat, TNT;
• Metode pengujian : Bomb Calorimeter

84

Limbah mudah terbakar :
• Limbah cair mengandung alkohol < 24% vol. dan atau pada titik nyala 60oC akan
menyala bila kontak dengan api, percikan api, atau sumber nyala lain pada tekanan
udara 760 mmHg;
• Limbah non cair pada temperatur & tekanan standar mudah menyebabkan kebakaran
melalui gesekan, penyerapan atau perubahan kimia sec. spontan & bila terbakar
menyebabkan kebakaran terus menerus;
• Limbah bertekanan yang mudah terbakar, bertitik nyala rendah;
• Contoh : pelarut organik (dietil eter, aseton, toluen, etanol, bensin, eter, alkohol), gas
(metan, asetilen, hidrogen);
• Metode pengujian : Flash Point Tester

Limbah bersifat reaktif :
• Limbah pada kondisi pH 2 – 12,5 dapat menghasilkan gas, uap atau asap beracun dlm
jumlah membahayakan manusia & lingkungan;
• Limbah mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar;
• Limbah yang bila bercampur dengan air dapat meledak, menghasilkan gas, uap/asap
beracun dlm jml membahayakan manusia;
• Contoh : Bahan reaktif thd air (bahan + air --- produk + H2 + energi), bahan reaktif thd
asam oksidator (KClO3 + H + --- K + + HClO3);
• Metode pengujian : analisa sianida, sulfida, amoniak

Limbah infeksius :
Limbah terinfeksi kuman penyakit menular
Contoh : limbah biologi mengandung bakteri

Limbah korosif :
• Limbah penyebab iritasi kulit;
• Limbah penyebab perkaratan pada lempeng baja dg laju korosi > 6.35 mm/th pa
temperatur 55oC;
• Umumnya pH< 2 utk asam & >12.5 utk basa;
• Contoh : HCl, HNO3,H2SO4, NaOH, KOH;
• Metode pengujian : plat baja

85

Dampak Limbah B3

No Unsur logam Sumber dan cara penyebaran Efek yang ditimbulkan
1 Arsen (As)
Alamiah Kegiatan manusia Sangat beracun
2 Barium (Ba)
Pelapukan batuan sulfida Proses pertambangan, Konsumsi dalam waktu
lama menyebabkan
dan emisi gas panas Industri insektisida arsenik, gangguan otot dan
jantung, dan merusak
bumi dan Pembakaran bahan ginjal
bakar minyak dan gas Menurunkan estetika (air
keruh dan bau amis,
Pelarutan mineral barit Limbah industri cat dan warna coklat pada baju )
Menyebabkan karapuhan
(BaSO4) kertas, dan proses tulang dan nyeri dengan
pengeboran intensitas tinggi, serta
beracun
3 Besi (Fe) Pelarutan kulit bumi dan Air limbah elektroplating Konsentrasi tinggi
bijih besi beracun

4 Kadmium Pelepasan dari sel Limbah industri cat, baterai, Gangguan kulit,
(Cd) mikroorganisme dan plastik, dan proses kerusakan liver dan
elektroplating karsinogenik
-
5 Kobal (Co) - Air limbah industri cat dan Beracun dan merusak
tekstil, dan emisi sistem syaraf
pembakaran mineral
Karsinogenik
6 Kromium - Air limbah elektroplating,
penyamakan kulit, industri Beracun bagi biota dan
heksavalen tekstil dan pembuatan cat. ikan. Konsentrasi tinggi
Industri pembuatan baterai menyhebabkan iritasi
(Cr (VI))
Kerusakan otak dan
7 Mangan (Mn) Pelarutan mineral ginjal

8 Merkuri (Hg) Emisi gas panas bumi Limbah industri pembuatan Beracun jika dihirup
termometer, lampu, baterai,
9 Nikel (Ni) Pelarutan kulit bumi pembasmi serang, dan soda
kostik, dan ekstraksi emas
dan perak

Air limbah proses
elektroplating, dan
pembuatan baterai kering

10 Tembaga (Cu) Pelarutan mineral Air limbah proses
kalkopirit (CuFeS) dan elektroplating, industri
atau malasit pembuatan soda kostik, cat,
(Cu(OH)2CuCO3) dan pestisida, dan kegiatan
pertambangan

11 Timbal (Pb) Pelarutan batuan galena Industri pembuatan cat dan
(PbS) soda kostik, dan kegiatan
pertambangan, serta emisi
kendaraan bermotor

12 Selenium (Se) - Industri pembuatan
komponen listrik

86

13 Zenk (Zn) Pelepasan dari sel biota Air limbah proses Tidak beracun bagi
elektroplating, industri manusia dan ikan
pembuatan cat, baterai, dan
soda kostik

Cara zat kimia menyakiti manusia

• Inhalation/Menghirup
• Kontak dengan kulit
• Tertelan

Konsep Manajemen Limbah
• Konsep manajemen limbah : Menghindari, mengurangi dan membuang limbah
laboratorium
• Setiap orang yang mengembangkan, menghasilkan, mengolah dan memproses bahan
mempunyai komitmen untuk menghindari limbah.
• Jika tidak mungkin untuk dihindari maka jumlah limbah harus dikurangi dengan
pengumpulan terpisah dan daur ulang.
• Akhirnya setelah semua usaha ini dilakukan jumlah limbah yang masih tersisa harus
dibuang tanpa menimbulkan resiko terhadap kesehatan dan lingkungan.
• Selama pembuangan, air limbah berada dibawah ambang batas sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Manajemen Pengelolaan Limbah
• Laboratorium menetapkan kebijakan dan prosedur pengelolaan limbah serta menjamin
komitmen terhadap penerapannya.
• Laboratorium memiliki kebijakan untuk minimisasi limbah sebelum menghasilkan dan
mengolah limbah
• Menetapkan personil yang bertanggungjawab terhadap penerapan prosedur
pengelolaan limbah.

87

• Menetapkan perencanaan pengadaan dan pemeliharaan fasilitas prosedur pengelolaan
limbah, dan sebagainya.

• Melakukan evaluasi penerapan prosedur pengelolaan limbah

Pengelolaan Limbah Laboratorium
1. Pengumpulan
2. Transportasi
3. Penyimpanan
4. Pemanfaatan (Recycle, Reuse, recovery)
5. Pengolahan
6. Pembuangan

Pengumpula
n
Tidak membuang residu zat kimia ke saluran pembuangan air !!!
Pengumpula
n

• Karakteristik limbah
• Keamanan
• Effisiensi pengolahan
• Kemungkinan dilakukan Recycle, Reuse atau Recocery

Pengumpulan dan Penyimpanan
sesuai dengan Keputusan Kepala BAPEDAL Kep-01/BAPEDAL/09/1995, tentang Tata Cara
dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun, menggunakan:

• Dalam kondisi yang baik, tidak bocor, berkarat atau rusak;
• Terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik limbah;
• Mampu mengamankan limbah yang disimpan di dalamnya;
• Diberi simbol sesuai dengan karakteristiknya, serta perlakuan yang dilakukan;
• Memiliki penutup yang kuat saat dilakukan pemindahan atau pengangkutan.
Pertimbangan :
• Pemuaian limbah ada ruangan untuk pengembangan volume, sebaliknya tidak ada

ruang kosong untuk limbah yg dapat bereaksi sendiri
• Pembentukan gas selama penyimpanan ada ruangan untuk pembentukan gas
• Kenaikan tekanan selama penyimpanan kemasan tahan terhadap kenaikan tekanan

88

Tempat Penyimpanan
• memiliki rancang bangun dan luas ruang penyimpanan sesuai dengan karakteristik dan
jumlah limbah B3 yang dihasilkan;
• terlindung dari masuknya air hujan, baik secara langsung maupun tidak;
• dibuat tanpa plafon, memiliki penghawaan yang memadai untuk mencegah terjadinya
akumulasi gas di dalam ruang penyimpanan, serta memasang kasa atau bahan lain
untuk mencegah masuknya burung atau binatang kecil lainnya ke dalam ruang
penyimpanan;
• memiliki system penerangan yang memadai untuk pergudangan atau inspeksi rutin.
Jika menggunakan lampu, sakelar harus terpasang di sisi luar bangunan;
• pada bagian luar tempat penyimpanan diberi symbol sesuai dengan yang berlaku;
• lantai harus kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak retak;

Persyaratan alat lain yang perlu ada di sekitar ruang penyimpanan adalah shower, alarm dan
pemadam kebakaran

Apa saja yang perlu dilakukan Pengumpulan
Semua tahap kegiatan laboratorium yang mengahsilkan limbah, misal:

• Sisa kemasan
• Sisa contoh uji
• Wadah peraksi
• Sisa analisis (termasuk glassware dan sampel yang telah diberi pereaksi)
• Tissue dan kertas saring
• Sisa sampel atau bahan kimia yang tidak memenuhi spesifikasi atau sudah kadaluarsa

Lembar Pengendalian Pembuangan Limbah

Nama Laboratorium : ……………………..

Kategori : ……………………..

Volume : ……………………..

89

• Harus diisi oleh pembuang limbah setiap kali dia membuang limbah
• Tersedia dalam tiap-tiap laboratorium.
• Kemudian diserahkan kepada pengelola limbah apabila limbah dalam kontainer

sudah penuh dan disimpan dalam ruang penyimpanan
Transportasi

• pengangkutan/pemindahan kontainer di laboratorium ke ruang penyimpanan apabila
kontainer sudah penuh. Atau pengangkutan dari kawasan laboratorium ke perusahaan
pengolah limbah dengan aman.

• Kontainer yang disimpan di ruang penyimpanan harus tetap diberi label yang aman
beserta nomor urutnya.

Pengolahan
Secara Fisika, Kimia dan Biologi
Pengelolaan Limbah Cair
Koagulasi -Flokulasi -Sedimentasi

90

• Limbah yang keruh oleh koloid/padatan yang sangat halus sulit terdeposit
• Jenis B3 dalam limbah tidak spesifik
• Penambahan koagulan : tawas atau polimer
Diagram Alir Proses Ipal Kombinasi Anaerob dan Aerob

91

Gambar Biofilter Type Sarang Tawon

Limbah Padat
Jenis Limbah padat laboratorium meliputi :

• Kertas/kain yang terkontaminasi bahan kimia
• Sisa proses pengendapan dalam analisis di laboratorium
• Sisa proses sedimentasi dari limbah laboratorium
Pengolahan Limbah Padat
• Incinerasi
• Slude Drying
• Solidifikasi
Limbah padat anorganik : Solidifikasi/Stabilisasi

92

Tujuan :
Mengubah sifat fisik dan kimia limbah B3
Cara :
Penambahan senyawa pengikat B3 agar pergerakan senyawa B3 ini terhambat atau terbatasi
dan membentuk massa monolit dengan struktur yang kekar.

Limbah Gas
Limbah gas berupa :

• penggunaan ventilasi yang menggunakan ’exhaust’ yang kurang efektif;
• penyimpanan bahan yang mudah menguap;
• tumpahan bahan kimia
• Permasalahan yang sering timbul adalah dari ’fume hood’’ yang bermasalah, yang bisa

berakibat terhadap kesehatan personil laboratorium dan lingkungan.

Pengolahan yang dapat dilakukan adalah :
• Laboratorium harus memiliki lemari asam untuk organic, yaitu yang dilengkapi
dengan karbon aktif, sehingga aman digunakan untuk bekerja dengan bahan-bahan
volatile dan organic berbahaya. Sedangkan ketika laboratorium bekerja menggunakan
bahan berbahaya anorganik, diperlukan lemari asam yang dilengkapi dengan
penetralisir, biasanya basa kuat, NaOH.

Limbah Gas
• Absorpsi
• Lemari asam

Lemari Asam – Bukan Tempat Menyimpan Bahan Kimia !!!

93

Pembuangan
• sebelum dibuang ke lingkungan, laboratorium harus memastikan bahwa limbah,
termasuk sisa analisis telah aman dibuang ke lingkungan melalui hasil pengujian dan
dibandingkan dengan baku mutu sesuai peraturan perundangan lingkungan hidup yang
berlaku;
• jika diperlukan, bisa dilakukan incinerasi terhadap limbah yang ada dengan memenuhi
persyaratan perundangan lingkungan hidup yang berlaku.

Penanganan dan pemusnahan bahan kimia tumpahan dilaboratorium
Tumpahan Asam-asam Anorganik

Tumpahan asam-asam anorganik seperti HCl, HF, HNO3, H3PO4, H2SO4 haruslah
diperlakukan dengan penanganan khusus. Bahan tumpahan tersebut permukaannya
ditutup dengan NaHCO3atau campuran NaOH dan Ca(OH)2 dengan perbandingan1:1.
Selanjutnya diencerkan dengan air supaya berbentuk bubur dan selanjutnya dibuang
kebak pembuangan air limbah.
Basa Akali dan Amonia
Tumpahan basa-basa alkali dan ammonia seperti amonia anhidrat, Ca(OH)2, dan NaOH
dapat ditangani dengan mengencerkannya dengan air dan dinetralkan dengan HCl 6 M.
Kemudian diserap dengan kain dan dibuang.
Bahan-Bahan Kimia Oksidator
Tumpahan bahan-bahan kimia oksidator (padat maupun cair) seperti amonium
dikromat, amonium perklorat, asam perklorat, dan sejenisnya dicampur dengan reduktor
(seperti garam hypo, bisulfit, ferro sulfat) dan ditambahkan sedikit asam sulfat 3 M.
selanjutnya campuran tersebut dinetralkan dan dibuang.
Bahan-Bahan Kimia Reduktor
• Tumpahan bahan-bahan kimia reduktor ditutup atau dicampurkan dengan NaHCO3

(reaksi selesai) dan dipindahkan ke suatu wadah.. Selanjutnya kedalam campuran
tersebut ditambahkan Ca(OCl)2 secara perlahan-lahan dan air (biarkan reaksi
selesai). Setelah reaksi selesai cmpuran diencerkan dan dinetralkan sebelum
dibuang ke perairan.
• Untuk pemusnahan bahan reduktor (seperti Natrium bisulfit, NaNO2, SO, Na2SO2)
dapat dipisahkan antara bentuk gas dan padat. Untuk gas (SO2), alirkan kedalam
larutan NaOH atau larutan kalsium hipoklorit. Untu k padatan, campurkan dengan

94

NaOH (1:1) dan ditambahkan air hingga terbentuk slurry. Slurry yang
terbentuk ditambahkan kalsium hipoklorit dan air dan dibiarkan selama 2 jam.
Selanjutnya dinetralkan dan dibuang ke perairan.
Sianida dan Nitrit
Tumpahan sianida ditangani dengan menyerap tumpahan tersebut dengan
kertas/tissu dan diuapkan dalam lemari asam, dibakar, atau dipindahkan kedalam
wadah dan dibasakan dengan NaOH dan diaduk hingga terbentuk slurry.
Kemudian ditambahkan ferro sulfat berlebih dan dibiarkan lebh kurang 1 jam
dan dibuang keperairan.
Pemusnahan nitrit
dilakukan dengan menambahkan kadalamnya NaOH dan alkohol. Setelah 1 jam
uapkan alkohol dan ditambahkan larutan basa kalsium hipoklorit. Setelah 24 jam
dapat dibuang ke perairan.

95

Bagian 9
Manajemen Pengelolaan Alat dan Bahan Laboratorium IPA

Karmanto, M.Sc.
[email protected]

Kompetensi Pelatihan:
1. Memahami karakteristik alat dan isntrumen di laboratorium
2. Memahami karakteristik bahan dan cara penanganannya
3. Memahami teknik labeling bahan
4. Memahami teknik dasar preparasi bahan/sampel

A. Manajemen Alat
Keberhasilan dan keselamatan kerja di laboratorium sangat ditentukan oleh

ketepatan di dalam pemilihan dan penggunaan peralatan yang ada. Peralatan yang ada
dapat berumur panjang, menunjukan kinerja tetap tinggi, dan tetap aman, jika dengan
digunakan benar dan dirawat dengan baik. Cara penanganan peralatan sangat bergantung
pada jenis dan sifat alat. Setiap orang yang bekerja di laboratorium perlu mengetahui
karakter setiap peralatan yang digunakan. Secara garis besar ada dua istilah untuk peralatan
laboratorium yakni alat dan instrumen. Istilah alat biasanya digunakan untuk peralatan
laboratorium yang tidak menggunakan listrik dan/atau rangkaian elektronika dalam cara
kerjanya, sedangkan istilah instrumen merujuk pada peralatan laboratorium yang
menggunakan listrik dan/atau rangkaian elektronika dalam mekanisme kerjanya.
A.1 Alat

Kebanyakan alat laboratorium terbuat dari gelas, plastik dengan berbagai jenis dan
sifat. Keuntungan dan kelemahan penggunaan jenis bahan alat tertentu harus
dikompromikan dengan dampak yang ditimbulkan pada kualitas data yang dihasilkan.
Oleh karenanya karakteristik jenis bahan dari perlatan laboratorium mutlak untuk diketahui
dan di pahami oleh seluruh pengguna laboratorium.
A.1.a Alat Gelas

Alat gelas umumnya dibuat dari senyawa silikat kompleks yang sifatnya
bergantung pada jenis dan kandungan kationnya. Penambahan kation seperti Fe(III) dan
Ni(II) pada struktur dasar gelas menghasilkan warna gelas yang berbeda. Sifat termal gelas
dapat berubah dengan penambahan boron oksida (B2O3). Gelas yang mengandung boron

96

oksida dikenal dengan gelas borosilikat seperti gelas jenis pyrex dan Klimax. Gelas ini
memiliki ketahanan termal tinggi biasanya gelas borosilikat dengan kandungan alkali
rendah. Gelas jenis ini bebas dari unsur seng, logam berat (arsen dan antimony) dan tahan
panas (sampai 600 oC dalam waktu pendek), korosi dan perubahan panas mendadak. Gelas
ini tidak mengakibatkan kontaminasi pada larutan karena hanya mengandung sedikit
komponen sekalipun dipanaskan. Gelas kuarsa adalah gelas dengan kandungan silica tinggi
memiliki ketahanan termal dan stabilitas kimia tinggi. Gelas jenis ini dibuat dengan
menghilangkan semua kandungan unsur kecuali silika dari gelas boronsilikat.

Gelas bebas boron memiliki ketahanan yang tinggi terhadap alkali, tetapi memiliki
ketahanan termal yang relatif rendah. Gelas flint adalah gelas soda api yang mengandung
silicon, kalsium, dan natrium oksida. Gelas jenis ini murah, tetapi tidaktahan panas, mudah
pecah paada perubahan temperatur, tidak tahan kimia, mudah meleleh, dan mudah
dibentuk. Jenis gelas ini seperti gelas berwarna, gelas terlapisi, gelas optic merupakan jenis
gelas yang memiliki komposisi tertentu untuk keperluan tertentu pula.

A.1.b Alat berbahan Plastik dan Karet
Alat plastik pada laboratorium seperti beker, botol, labu, alat ukur, corong, tabung

sentrifus, dan pipet telah banyak digunakan terutama jika diperlukan alat yang tahan
terhadap korosi dan tidak dituntut kekuatan lentur yang tinggi. Tigon adalah senyawa
plastik polivinil termodifikasi yang jernih, fleksibel, dan tahan terhadap bahan kimia
sehingga banyak digunakan untuk mengalirkan cairan, gas, dan suspensi koloid. Tigon
seringkali sulit dihubungkan dengan bahan logam atau gelas. Untuk mempermudah
seringkali diolesi dengan pelumas atau larutan sabun. Tigon dapat berubah menjadi tidak
berwarna jika kontak dengan larutan yang mengandung seng atau tembaga. Selang Teflon
sering digunakan untuk menggatikan tigon karena lebih tahan terhadap senyawa organik,
asam dan basa, serta temperatur tinggi (300 oC).

Selang karet latex direkomendasikan untuk semua koneksi gelas yang memerlukan
selang dengan elastisitas tinggi dalam waktu yang lama. Neopren merupakan karet sintetik
yang tidak terpengaruh oleh minyak, alkali, air panas, dan senyawa korosif. Selang jenis
ini tidak direkomendasikan untuk hidrokarbon terklorinasi dan aromatic.

97

A.1.c Pencucian alat gelas dan plastik
Alat gelas harus dicuci segera setelah digunakan dan ditempatkan dalam larutan

asam lemah dengan sedikit deterjen sampai bersih. Alat gelas dapat dicuci dengan mesin
pencuci automatic jika dimungkinkan dan segera dikeringkan pada oven 100 oC dengan
terbalik. Dalam penyimpanan diusahakan terhindar dari debu. Ultrasonic cleaner dapat
digunakan untuk mempercepat kerja deterjen dan penggunaan vibrasi frekuensi tinggi akan
menyebabkan tanah atau kotoran lepas dari dinding tabung.

A.2 Instrumen
Istilah instrumen biasanya digunakan untuk peralatan laboratorium yang

menggunakan listrik dan/atau rangkaian elektronika dalam mekanisme kerjanya.
Berdasarkan teknik instalasinya instrumen laboratorium dibedakan menjadi:

- Instrumen ringan (portable): pH meter, sentrifugator, timbangan analitik,
ekstraktor, dll.

- Instrumen Berat (terinstal permanen): Spektrofotometer uV-Vis, Spektrofotometer
infra merah, kromatografi gas dll.

A.2.a Instrumen Portable
Pengamanan pada instrumen portable biasanya dibuat dengan menurunkan voltase

yang digunakan (tidak lebih dari 50V). Penempatan dan perawatan instrumen bergantung
pada jenis dan tingkat kepekaan istrumen. Setiap instrumen disarankan selalu dilengkapi
dengan buku catatan (Logbook) yang memonitor penggunaan dan mulai terjadinya
kerusakan instrumen. Berikut ini contoh penanganan alat timbang yang sering digunakan
dalam laboratorium. Ada dua jenis timbangan yakni timbangan mekanik dan timbangan
elektronik. Umumnya untuk keperluan praktikum masih digunakan timbangan mekanik,
sedangkan untuk kepentingan penelitian digunakan timbangan elektronik karena lebih
mudah dan cepat. Tingkat keterbacaan tergantung pada kapasitasnya. Apabila dituntut
tingkat ketelitiaan tinggi maka kapasitas timbangan itu rendah dan sebaliknya. Misal
timbangan dengan tingkat ketelitian 0,01 mg maka kapasitas timbanganya 200 g, dan untuk
kapasitas 5 kg tingkat ketelitiannya 0,1 g. Semua timbangan memerlukan tempat yang

98

bebas getaran. Semakin sensitif suatu alat timbang diperlukan perlindungan ekstra tidak
hanya dari getaran tapi juga dari angin yang dapat mengganggu kesetimbangan.

Gambar neraca timbangan dengan berbagai tingkat ketelitian pembacaan.
A.2.b Instrumen Berat

Instrumen berat adalah instrumen yang instalasinya permanen dan biasanya
membutuhkan daya listrik yang besar. Agar umur instrumen bisa bertahan lebih lama dan
tidak menimbulkan bahaya terutama bagi orang yang menggunakan maka dalam
penanganan instrumen berat perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Instalasi listrik
Instalasi sistem listrik disesuaikan dengan kebutuhan listrik yang digunakan oleh
instrumen beserta aksesoris pelengkap lainnya. Biaya penyediaan kapasitas listrik
yang lebih besar daripada yang tersedia diawal diperlukan untuk penambahan daya
listrik dan beberapa modifikasi lainnya.

b. Ukuran ruang
Ukuran ruangan yang diperlukan untuk instalasi instrumen tidak boleh terlalu
sempit sehingga masih memungkinkan terjadi sirkulasi udara, dengan demikian
panas yang ditimbulkan oleh instrumen saat beroperasi dapat dikurangi. Besar dan
ukuran ruangan bergantung pada jenis dan ukuran instrumen yang akan diinstal.

c. Kondisi lingkungan
Instrumen harus diinstal dalam kondisi lingkungan kering dan bebas debudengan
temperatur sekitar 20-25 ºC. Jika tidak digunakan harus ditutup atau dilindungu

99

agar tidak terkena kotoran atau kemasukan binatang seperti tikus, kecoa, cicak dll.
Untuk ruangan yang kemungkinan dapat mengandung zat yang mudah terbakar
atau meledak maka sebaiknya dihindari penempatan instrumen pada daerah
tersebut.
d. Petunjuk penggunaan instrumen
Suatu pabrik yang memproduksi suatu instrumen biasanya telah menyediakan
petunjuk penggunaan instrumen yang bersangkutan. Oleh karena itu, seseorang
yang akan menginstal atau akan mengoperasikan instrumen tersebut harus
mempelajari dan menguasai secara baik buku petunjuk yang tersedia.

Berikut ini beberapa contoh instrumen yang memerlukan penanganan khusus:
1. Lemari asam
Instrumen dan instalasi listrik dalam almari asam akan mengalami kontak langsung
dengan kondisi basah dan lembab, pengaruh korosif bahan kimia, pelarut, elektrolit,
debu, bahan mudah terbakar dan variasi temperatur. Oleh karena itu, keadaan
paling ideal dalam lemari asam adalah tidak terdapat instalasi listrik. Stop kontak
listrik diusahakan diluar dekat dengan lemari. Instrumen portable yang digunakan
dalam lemari asam secepatnya dikeluarkan apabila sudah tidak digunakan.
2. Furnace dan oven
Instrumen ini digunakan dengan temperatur tinggi sehingga penempatan harus
dijauhkan dari bahan kimia yang mudah terbakar dan didekatkan pada jendela
terbuka untuk memperlancar sirkulasi udara.

Instrumen hendaknya dioperasikan oleh personel yang berwenang dan kompeten serta
dibuatkan instruksi kerja pengoperasian alat dan instruksi kerja uji kinerja alat. Setiap
instrumen hendaknya dibuatkan rekaman kinerja alat dalam bentuk buku catatan.

B. Manajemen Bahan
B.1 Penanganan Bahan

Guna menjaga kesehatan dan keselamatan kerja, dalam penanganan bahan di
laboratorium, perlu memperhatikan prosedur pengambilan bahan, pengemasan bahan,

100


Click to View FlipBook Version