pemberian label, penyimpanan dan penggunaan bahan. Hal ini penting terutama jika yang
ditangani merupakan salah satu jenis bahan kimia berbahaya. Bahaya yang ditimbulkan
karena bahan kimia reaktif bervariasi dari pelepasan energi yang kecil hingga yang
merusak, sehingga dalam penanganan bahan kimia di Laboratorium harus memperhatikan
sifat fisik-kimia bahan seperti : titik nyala, titik leleh, konsentrasi dll.
1. Penyimpanan bahan yang mudah terbakar
a. Padatan
Padatan yang mudah terbakar biasanya dalam bentuk serbuk dan dapat
meledak jika dimasukkan air atau digerus. Contoh: logam alkali, logam
hidrida dan beberapa senyawa organometallic. Penyimpanan bahan seperti
ini harus dijauhkan dari air dan dijaga kelembabannya
b. Larutan
Bahan larutan yang mudah terbakar harus diketahui titik nyala (flash point)
dan temperatur nyala suatu bahan. Bahan dengan titik nyala dibawah
temperatur ruang harus benar-benar dikontrol sedangakan bahan dengan
titik nyala diatas temperatur ruang akan terbakar jika dipanaskan
melampaui titik nyalanya. Karbondisulfida mempunyai titik nyala diatas
100ºC, sedangkan eter sangat mudah terbakar.
c. Gas cair
Tabung gas di Laboratorium harus dilengkapi dengan regulator tekanan.
2. Faktor fisika kimia bahan
Bahaya yang ditimbulkan oleh bahan kimia reaktif biasanya terjadi karena
mengabaikan faktor fisik kimia yaitu pengaruh kinetika reaksi. Faktor penting
yang harus diperhatikan adalah kecepatan reaksi dalam hubungannya dengan
konsentrasi dan kenaikan temperatur selama reaksi. Menurut hukum aksi
massa, konsentrasi reaktan berpengaruh terhadap kecepatan reaksi dan
pelepasan panas oleh karena itu jangan menggunakan konsentrasi yang terlalu
pekat terutama untuk reaksi yang belum ada referensinya. Konsentrasi
maksimum yang aman adalah 10%, sedangkan untuk bahan reaktif sebaiknya
menggunakan konsentrasi 2-5%. Kecepatan reaksi akan naik secara
101
eksponensial dengan naiknya temperatur, biasanya kenaikan temperatur 10ºC
akan menaikkan kecepatan reaksi dua kali.
3. Kondisi operasional
Jika tidak ada referensi mengenai kondisi reaksi yanga akan dilakukan, maka
hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
1) Kontrol terhadap temperatur
Digunakan pemanasan dengan emperatur tidak terlalu tinggi
disertai dengan pendinginan larutan dan fase gasnya
2) Perbandingan dan konsentrasi reaktan
3) Kemurnian bahan, jangan sampai terdapat kotoran yang dapat
menjadi katalis
4) Perhatikan viskositas media reaksi
5) Gunakan pelarut jika terlalu kental
6) Kontrol terhadap kecepatan penambahan bahan. Bahan dapat
ditambahkan bertetes-tetes
7) Pengadukan
8) Kontrol terhadap tekanan reaksi atau distilasi
9) Proteksi terhadap bahaya radiasi
10) Padatan yang sensitive dijaga agar jangan sampai ada gesekan dan
gunakan alat proteksi yang cukup jika akan mengisolasi atau
mengeringkan.
4. Reaksi dekomposisi
Pengaruh reaksi yang berjalan lambat, seperti hidrolisis senyawa yang sensitif
terhadap uap air pada penyimpanan atau autooksidasi yang sensitif terhadap
udara, maka tidak dengan segera akan terjadi kecelakaan tetapi terjadi dalam
waktu mingguan atau bulanan. Dalam waktu tersebut energy kinetik (dalam
tekanan gas) atau energy endotermis (senyawa peroksidasi) akan terakumulasi
sampai batas tertentu.
102
Reaksi dekomposisi yang berjalan cepat biasanya karena adanya kenaikan
temperatur, sehingga dampak yang dapat ditimbulkan adalah kebakaran selama
proses atau setelah reaksi dekomposisi. Jika disertai nyala biasanya karena ada
sumber api didekatnya atau temperatur reaksi melebihi temperatur autoignition
dari reaktan atau produk.
5. Komposisi, struktur dan reaktivitas kimia
Ketidakstabilan dan reaktivitas senyawa sering dihubungkan dengan struktur
molekul suatu senyawa. Senyawa menjadi teroksidasi atau terhidrolisis secara
cepat dan terbakar jika bersinggungan dengan udara (dan uap airnya) termasuk
dalam golongan senyawa piroforik yang meliputi :
- logam kalsium, titanium
- hidrida logam : kalium hidrida
- hidrida logam yang teralkilisasi penuh atau sebagian: dietilalumunium
hidrida, trietilbismuth
- turunan alkil logam: dietiletoksialumunium, dimetilbismuthklorida
- turunan non logam: diboran, dimetilfosfin, trietilharsin
- logam karbonil: besi pentakarbonil, oktakarbonildikobalt
Beberapa katalis hidrogenasi yang menyerap hidrogen (sebelum dan sesudah
digunakan) juga dapat menyala jika terpapar udara.
6. Reaksi yang berbahaya
Bahan yang tertulis di bagian kiri tabel jika bercampur dengan bahan yang
tertulis di bagian kanan tabel merupakan reaksi eksotermis sehingga dalam
penyimpanannya harus diperhatikan
Tabel B.1.a Reagen eksotermis bahan kimia
Asam asetat Asam kromat, asam nitrat, peroksida, dan permanganat
Asetat anhidrid, Senyawa hidroksil, etilen glikol, asam perklorat
aseton campuran asam asam sulfat dan nitrat pekat, hydrogen peroksida
asetilen Tembaga, perak, merkuri
Alakali dan alkali tanah Karbon dioksid, karbon tetraklorida
Logam seperti: natrium, kalium, litium, Karbon dioksid, karbon tetraklorida
magnesium, dan kalsium
Bubuk aluminium Pelarut terhalogenasi atau teroksigenasi
103
Amoniak anhidrous Merkuri, klorin, kalsium hipoklorit,
Ammonium nitrat Asam, bubuk logam, cairan mudah terbakar, klorat
anilin Asam nitrat, hydrogen peroksida
bromine Ammonia, asetilen, butadiene
Kalsium oksida Air
Karbon aktif Kalsium hipoklorit, oksidan lainya
klorat Garam ammonium, asam, logam, sulfur, fosfor
Asam kromat, dan kromium trioksida Asam asetat, gliserol,
klorin Ammonia, asetilen, terpentin, benzene,
Klorin dioksida Ammonia, hydrogen sulfida
tembaga Asetilen, hydrogen peroksida
hidrazin Hydrogen peroksida, asam nitrat, garam logam berat
Hidrokarbon (benzene, butana, propane, Peroksida, asam nitrat pekat, asam kromat,
terpentin, dll)
Hydrogen sianida Asam nitrat, alkali
Hydrogen fluorida amonia
Hydrogen peroksida Tembaga, kromium, besi,
iodin Asetilen, amonia
merkuri Asetilen, amonia
Asam nitrat pekat Asam asetat, aseton, alcohol, anilin, asam kromat, hydrogen
sianida, hydrogen sulfide, cairan yang mudah terbakar, gas yang
mudah terbakar, lemak, pelumas (gemuk).
Asam oksalat Perak, merkuri, urea
Pada tabel dibawah ini jika bahan pada bagian kiri bercampur dengan bahan pada bagian
tengah akan menghasilkan gas beracun
Tabel B.1.b Reagen Potensial Penghasil Gas Toksik
Senyawa arsenik Agen pereduksi (reduktor) arsine
sianida asam Hydrogen sianida
hipoklorit asam Klorin atau asam hipoklorit
nitrat Asam sulfur Nitrogen dioksida
Asam nitrit Tembaga, logam berat Nitrogen dioksida (asap nitrous)
nitrit asam Asap nitrous
fosfor Alkali atau reduktor Fosfin
sulfida asam Hydrogen sulfida
104
B.2 Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk Bahan Kimia
Untuk dapat mendukung jaminan kesehatan dan keselamatan kerjamaka para
pelaksana yang bekerja di laboratorium harus mengetahui dan memiliki pengetahuan serta
keterampilan untuk menangani bahan kimia khususnya dari segi potensi bahaya yang
mungkin ditimbulkan. Informasi atau pengetahuan yang harus diketahui pelaksana
laboratorium antara lain:
a. prosedur kerja standardi laboratorium
b. Lokasi penempatan bahan kimia yang aman dan sehat
c. Batas paparan yang diperbolehkan menurut standar Occupational safety and Health
Administration (OSHA)
d. Tanda bahaya bahan kimia
e. Lokasi, keberadaan dan interpretasi Material Safety Data Sheet (MSDS)
MSDS adalah dokumen yang dibuat khusus tentang suatu bahan kimia mengenai
pengenalan umum, sifat bahan, cara penanganan, penyimpanan dan pengelolaan limbah
buangan bahan tersebut. Berdasarkan isi dari MSDS maka dokumen tersebut harus
diketahui dan digunakan oleh para pelaksana yang terlibat dengan bahan tersebut. Bahan
kimia baik yang digunakan dalam skala industri dan laboratorium dibuat oleh produsen
dan hasil produksiselanjutnya dikemas untuk dipasarkan. Pendistribusian bahan kimia baik
secara transportasi darat, laut dan udara tetap harus memperhatikan factor keselamatan dan
keamanan. Dalam penyimpanan bahan para konsumen tetap harus memperhatikan
petunjuk dari produsen. Setelah selesai digunakan, maka limbah dari bahan tersebut harus
dikumpulkan dan diolah sebelum dapat dibuang ke lingkungan. Dengan demikian semua
pihak mulai dari produsen, pengangkut, penyimpan, pengguna dan pembuang harus
mengetahui MSDS dari suatu bahan. Pengetahuan ini akan mendukung budaya terciptanya
kesehatan dan keselamatan kerja. Ketersediaan MSDS di suatu tempat kerjajuga
merupakan salah satu kriteria yang dipersyaratkan untuk perolehan standar laboratorium
dan standar industri. Dengan demikian penyebarluasan informasi mengenai MSDS perlu
dilakukan pada berbagai pihak dan dalam hal ini perlu juga diketahui bagi pelaksana di
laboratorium pada kalangan industri.
105
B.2.a Informasi MSDS
Secara garis besar, MSDS mengandung informasi tentang uraian umum bahan, sifat
fisik dan kimiawi, cara penggunaan, penyimpanan, dan pengelolaan bahan buangan.
MSDS dibuat oleh berbagai pihak seperti produsen bahan, institusi yang bergerak dan
terkait denagn kesehatan dan keselamatan kerja pada industri ataupun perguruan tinggi.
Terkait dengan kepentingan para pembuat MSDS maka format dokumen MSDS tidak
seragam dan masing-masing mungkin menonjolkan uraian yang terkait dengan
kepentingan mereka. Akan tetapi terdapat beberapa informasi yang minimal terdapat dalam
MSDS secara umum.
Pada bagian berikut akan diuraikan informasi yang umumnya terdapat pada dokumen
MSDS. Informasi tersebut antara lain:
1. Informasi umum
a. tanggal pembuatan
b. alamat produsen atau supplier
c. nomor seri CAS (Chemical Abstract Serial Number)
d. nama kimia
e. nama perdagangan dan sinonim
f. nama kimia lainnya
g. rumus struktur dan rumus kimia
h. tanda bahaya kimia
2. Informasi tentang komponen berbahaya
a. batas paparan tiap komponen
b. komposisi
c. persen berat
3. Informasi data fisika
a. titik didih
b. tekanan uap
c. kerapatan uap
d. titik beku atau titik leleh
e. kerapatan cairan
106
f. persen penguapan
g. kelarutan
h. penampakan fisik dan bau
4. Informasi tentang data kemudahan kebakaran dan ledakan
a. titik nyala
b. batas kemampuan terbakar
c. batas temperatur terendah yang menimbulkan ledakan
d. batas temperatur tertinggi yang menimbulkan ledakan
e. media/bahan kimia yang digunakan untuk pemadaman
f. prosedur khusus untuk pemadaman
5. Informasi tentang data reaktivitas
a. stabilitas bahan
b. pengaturan lokasi penempatan bahan
c. produk dekomposisi yang berbahaya
d. produk polimerisasi yang berbahaya
6. Informasi tentang bahaya kesehatan
a. efek terkena paparan yang berlebihan
b. prosedur pertolongan darurat dan pertolongan pertama akibat kecelakaan
c. kontak pada mata
d. kontak pada kulit
e. terhirup pada pernafasan
7. Informasi prosedur pengumpulan, pengelolaan dan pengolahan limbah
a. langkah yang harus diambil untuk pengumpulan limbah
b. prosedur pengelolaan dan pengolahan limbah di lapangan
c. prosedur pengelolaan dan pengolahan limbah di laboratorium
d. metode pemusnahan limbah bahan kimia
8. Informasi perlindungan bahan kimia
a. perlindungan respiratory
b. ventilasi
c. sarung tangan pelindung
d. pelindung mata
107
e. peralatan pelindung lainnya
f. pengawasan lingkungan
9. Informasi penanganan awal khusus
a. penanganan khusus dalam penggunaan dan penyimpanan
b. penanganan awal lainnya
10. Data transportasi
a. nama dan jenis transportasi tanda kelas bahaya bahan
b. tanda label
c. tanda merk
d. prosedur darurat akibat kecelakaan
e. prosedur penanganan awal yang harus dilakukan selama transportasi
B.2.b Arti Tanda Bahaya Pada MSDS
Pada MSDS tanda bahaya dikelompokkan menjadi 4 hal, yakni bahaya dari segi
kesehatan, kemudahan terbakar, reaktivitas bahan dan bahaya khusus. Tanda bahaya pada
dokumen MSDS bias menggunakan kesepakatan symbol belah ketupat yang terdiri dari 4
bagian dengan arti:
1. bagian sebelah kiri berwarna biru menunjukkan skala bahaya kesehatan
2. bagian sebelah atas berwarna merah menunjukkan skala bahaya kemudahan
terbakar
3. bagian sebelah kanan berwarna kuning menunjukkan skala bahaya reaktivitas
4. bagian sebelah bawah berwarna putih menunjukkan skala bahaya khusus
lainnya
108
Masing-masing bagian akan terisi dengan angka skor tertentu dengan nilai 0, 1, 2,
3, atau 4 tergantung dari tingkat bahaya bahan kimia. Skor 0 mengindikasikan
bahan kimia tidak berbahaya, skor 1 menunjukkan bahaya pada level rendah dan
skor 4 menunjukkan bahan tersebut termasuk sangat berbahaya. Detail arti bahaya
tersebut diuraikan pada tabel berikut.
Tabel B.2.b.1 Arti bahaya pada dokumen MSDS
Skor Arti
Bahaya Terhadap Kesehatan
4 Bahan kimia yang dengan sangat sedikit paparan (exposure)
dapat menyebabkan kematian atau sakit parah
3 Bahan kimia yang dengan sedikit paparan dapat menyebabkan
sakit serius atau sakit parah
2 Bahan kimia yang dengan paparan cukup intens atau
berkelanjutan dapat menyebabkan kemungkinan sakit parah atau
sakit menahun
1 Bahan kimia yang dengan terjadinya paparan dapat
menyebabkan iritasi atau sakit
109
0 Bahan kimia yang akibat paparan yang termasuk dalam kondisi
terbakar tidak mengekibatkan sakit atau bahaya kesehatan
Bahaya Kemudahan Terbakar
4 Bahan kimia yang akan teruapkan dengan cepat dengan
sempurna pada tekanan atmosfer dan temperatur kamaratau
bahan kimia yang segera terdispersi di udara dan bahan kimia
tersebut akan terbakar dengan cepat
3 Bahan kimia berupa cairan atau padatan yang dapat menyala
pada semua temperatur kamar
2 Bahan kimia yang harus dipanaskan atau dikondisikan pada
temperatur tinggi tertentu sehingga dapat menyala
1 Bahan kimia yang harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum
nyala dapat terjadi
0 Bahan kimia yang tidak dapat terbakar
Bahaya Reaktivitas
4 Bahan kimia yang secara sendirian memiliki kemungkinan
meledak atau terdekomposisi dan menimbulkan ledakan atau
bereaksi pada tekanan dan temperatur normal
3 Bahan kimia yang secara sendirian memiliki kemungkinan
meledak atau terdekomposisi dan menimbulkan ledakan atau
bereaksi tetapi memerlukan bahan inisiator atau harus
dipanaskan pada kondisi tertentu sebelum inisiasi atau bahan
yang bereaksi dengan air dan menimbulkan ledakan
2 Bahan kimia yang segera menunjukkan perubahan kimia drastis
akibat kenaikan temperatur atau tekanan atau reaksi secara cepat
dengan air dan mungkin membentuk campuran bahan peledak
dengan air
Lain-lain
1 Bahan kimia yang secara sendirian stabil tetapi dapat menjadi
tidak stabil akibat kenaikan temperatur atau tekanan
110
0 Bahan kimia yang secara sendirian stabil kecuali pada kondisi
nyala api dan bahan tidak reaktif dengan air
Untuk MSDS yang dibuat dalam file teks, maka tanda bahaya diatas dituliskan
dalam bentuk 4 atau 3 angka berurutan. Penulisan pada jenis MSDS ini adalah sebagai
berikut: [4,1,1,0] atau [4,1,1]. Kode angka tersebut secara berurutan mengartikan tingkat
bahaya dari segi kesehatan, kemudahan terbakar, reaktivitas dan bahaya khusus lainnya.
B.2.c Teknik Penelusuran MSDS
Dokumen MSDS dapat diperoleh dari berbagai sumber baik yang bersifat
komersial maupun yang bisa diakses dengan gratis. Beberapa sumber informasi tentang
MSDS misalnya dari perpustakaan perguruan tinggi atau institusi riset, buku atau CD room
tentang K3, indeks merck, kantor institusi yang terkait dengan kesehatan pekerja dan
lingkungan, industri dan produsen bahan kimia atau dari internet.
Teknik penelusuran dengan internet cukup membantu guna memperoleh informasi
dokumen MSDS. Beberapa situs menyediakan MSDS yang secara gratis akan tetapi ada
beberapa situs yang mengharuskan pengguna membayar sebelum dapat mendownload file
MSDS. Contoh situs penyedia MSDS yang bersifat komersial adalah
http://www.msdsonline.com sedangkan situs penyedia MSDS non komersial adalah
http://www.state.nj.us/health/eoh/rtkweb/rtksfs.htm. Penelusuran juga dapat
memanfaatkan fasilitas web-link terkait MSDS yang tersedia, misal:
http://www.ilpi.com/msds/. Penelusuran lainnya dapat dilakukan dengan memanfaatkan
searching engine seperti: google atau yahoo.
B.2.d Strategi Pengelolaan MSDS
Pengelolaan MSDS untuk mendukung upaya mendukung kesehatan dan
keselamatan kerja di laboratorium harus mengikuti tahap-tahap sebagai berikut:
a. inventarisasi bahan-bahan kimia yang terkait di unit kerja bersangkutan.
b. pengumpulan dan penelusuran dokumen MSDS
c. modifikasi MSDS
Setelah dokumen MSDS diperoleh maka dilakukan modivikasi dan apabila
mungkin diterjemahkan dalam bahasa yang dikuasai oleh mayoritas pengguna.
111
Modifikasi MSDS dilakukan sesuai dengan kepentingan penggunaan, sarana
dan fasilitas yang tersedia. Untuk bahan kimia yang memiliki kemiripan sifat,
tingkat bahaya atau prosedur penanganannya maka dokumen MSDS
dikelompokkan atau dibuat menjadi satu MSDS tersendiri.
d. sosialisasi dokumen MSDS kepada para pengguna laboratorium
Hasil MSDS yang telah dibuat sesuai kepentingan lokal diperbanyak dan
diletakkan di perpustakaan serta di unit kerja selanjutnya diperlukan pelatihan
tentang hal-hal teknis yang terkandung pada MSDS.
B.3 Pelabelan Bahan
Pelabelan bahan terutama bahan-bahan kimia di laboratorium berperan penting
dalam hal General Laboratory Practices (GLP) dan keselamatan kerja di laboratorium.
Salah satu dari aturan keselamatan kerja di laboratorium adalah tidak membiarkan adanya
bahan dalam laboratorium, baik di glassware, container, atau di tempat lainnya TANPA
LABEL. Selain harus berlabel, isi label harus memberikan cukup informasi sehingga kita
bisa menggunakan bahan tersebut dengan baik. Label harus memberi informasi
keselamatan tambahan untuk membantu ketika bekerja dengan bahan tersebut, alat
pelindung diri (APD) yang harus digunakan ketika menangani bahan tersebut, jenis baju
yang harus digunakan, instruksi pertolongan pertama, informasi penyimpanan dan
prosedur yang harus dihadapi jika terjadi kebakaran, atau tertumpah. Label peringatan
mungkin bisa ditulis dengan kata : ”Bahaya“ ; “Peringatan” atau mungkin dengan bahaya
fisik yang mungkin terjadi, misalnya : “Reaktif air “, “mudah terbakar”‘ atau “explosif”
atau bahaya kesehatan seperti “karsinogen “, ” korosif” atau “irritan” . Berikut adalah
contoh label pada bahan kimia.
a). Bahan Kimia pro analisa ( kemasan asli, belum diencerkan )
Informasi yang perlu di tulis
Nama bahan
No Katalog
Tanggal Penerimaan
Jumlah yang diterima (misalnya diterima 4 botol, maka di tulis mis : 1 of 4
, 2 of 4, dst )
112
Penerima
Masa kadaluarsa
Lambang Hazards
b). Bahan kimia yang sudah diencerkan
informasi yang perlu ditulis dalam label :
Nama bahan :
Kadar :
Tanggal Pelaksanaan Pembuatan dan standardisasi
Pelaksana Pembuatan dan Standardisasi
Masa kadaluarsa
Lambang hazard
B.4 Teknik Preparasi Bahan
Preparasi dapat diartikan sebagai persiapan ataupun sebagai pembuatan (sintesis)
suatu material (baik berupa larutan atau bahan tertentu). untuk tujuan analisis, preparasi
dapat berupa pengubahan sampel menjadi larutan cair sehingga dapat diukur besaran
fisikanya, seperti absorbansi, pH, potensial, dan sebagainya. ada berbagai teknik preparasi
dalam rangka analisisyang dikenal dan pemilihan teknik-teknik tersebut tergantung pada
fase maupun jenis sampel yang akan dianalisis, jenis analit yang akan ditentukan. Preparasi
dalam arti sintesis juga dapat berarti pengubahan suatu bahan menjadi bahan lain, baik
melalui proses fisika maupun kimia. Sebagai contoh adalah pembuatan karbon aktif dari
tempurung kelapa, pembuatan Fe2O3-zeolit dari ion Fe(III) dalam larutan dll.
Berbagai teknik preparasi yang diartikan sebagai persiapan maupun sebagai
pembuatan (sintesis suatu material) umumnya meliputi proses pelarutan, pemisahan dan
pengawetan.
B.4.a Pelarutan sampel
Tujuan pelarutan sampel adalah mengubah sampel menjadi larutan cair baik dalam pelarut
air ataupun pelarut organik. Metode pelarutan bergantung pada fase dan jenis sampel yang
113
akan digunakan atau dianalisis serta jenis analitnya. Fase sampel meliputi gas, cair dan
padat. Jenis sampel dapat berupa paduan logam, mineral maupun bahan organik.
a) Sampel berfasa gas
Untuk sampel berfase gas misal CO2, partikel Pb atau Hg diudara dapat
dilakukan dengan cara menghisap gas tersebut dan menyerapkannya kedalam
absorben atau suatu larutan. Larutan yang biasa digunakan adalah NaOH
sehingga terjadi reaksi CO2 + 2 NaOH Na2CO3. Larutan garam karbonat
selanjutnya dapat dianalisis sehingga jumlah CO2 dalam sampel dapat
ditentukan. Larutan yang biasa digunakan untuk melarutkan partikel logam
adalah asam mineral seperti HCl, HNO3 dan H2SO4. Dalam larutan asam
partikel logam akan terlarut menjadi ion-ionnya.
b) Sampel berfasa cair
Untuk analit yuang berupa logam, preparasi sampel fase cair biasanya bertujuan
untuk pengawetan atau pencegahan pembentukan koloid antara ion logam
dengan senyawa organik. Preparasi biasanya dilakukan dengan cara
penambahan seperti HCl, HNO3 dan H2SO4 sehingga logam-logam yang ada
akan tetap eksis sebagai ion. Preparasi untuk sampel senyawa organik, misal
senyawa fenol dan turunannya atau senyawa lain yang volatile misalnya aseton
biasanya dilakukan untuk mencegah terjadinya proses biodegradasi,
fotodegradasi maupun penguapan. Preparasi yang dapat dilakukan untuk
mencegah biodegradasi adalah dengan cara melindungi sampel dari bakteri
pendegradasi. Foto degradasi dapat dicegah dengan cara melindungi sampel
dari cahaya. Preparasi untuk mencegah penguapan dapat dilakukan dengan cara
menyimpan dalam lemari pendingin atau dalam es.
c) Sampel berfasa padat
Preparasi sampel padatan logam dengan cara pelarutan umumnya
menggunakan asam mineral. Sedangkan untuk mineral lain yang mengandung
silica yang tinggi digunakan asam fluoride (HF) untuk mendestruksi sampel.
Sedangkan logam-logam lain dapat digunakan asam HCL ataupun HClO4.
Untuk bahan organik umumnya dilakukan dengan cara pengabuan pada suhu
114
tinggi. Selanjutnya abu yang diperoleh dilarutkan dalam asam mineral sehingga
diperoleh ion logam yang terlarut.
B.4.b Pemisahan
Teknik pemisahan campuran bergantung pada jenis, wujud, dan sifat komponen
yang terkandung di dalamnya. Komponen yang berwujud padat dan cair, dapat dipisahkan
dengan cara filtrasi atau penyaringan. Sementara campuran homogen dapat dipisahkan
dengan distilasi, ekstraksi, rekristalisasi, kromatografi, dan pertukaran ion. Teknik
pemisahan campuran yang dipilih harus meperhatikan faktor: ukuran partikel, titik didih,
kelarutan, pengendapan, difusi, dan adsorbsi. Teknik pemisahan campuran umumnya
dilakukan antara lain filtrasi, sentrifugasi, evaporasi, destilasi, ekstraksi, adsorbsi,
kromatografi, sublimasi, dan kristalisasi.
Filtrasi
Filtrasi adalah proses pemisahan campuran heterogen yang mengandung cairan dan
partikel-partikel padat dengan menggunakan media filter yang hanya meloloskan cairan
dan menahan partikel-partikel padat. Contoh proses filtrasi sederhana adalah proses
penyaringan dengan menggunakan media filter kertas saring. Proses filtrasi dapat
dibedakan berdasarkan adanya tekanan dan tanpa tekanan. Proses pemisahan dengan
tekanan, umunya dengan cara divakumkan (disedot dengan pompa vakum). Proses
pemisahan dengan teknik ini sangat tepat dilakukan, jika jumlah partikel padatnya lebih
besar dibandingkan dengan cairannya.
Sentrifugasi
Sentrifugasi adalah proses yang memanfaatkan gaya sentrifugal untuk sedimentasi
campuran dengan menggunakan mesin sentrifuga atau pemusing.
Evaporasi (Penguapan)
Penguapan adalah pemisahan campuran dengan cara menguapkan pelarut (air) dalam
campuran tersebut. Misalnya air garam diletakkan dalam suatu wadah lalu dipanaskan. Air
akan menguap sementara garam akan tertinggal. Proses pemisahan dengan cara penguapan
115
ini dapat terjadi karena zat terlarut (garam) memiliki titik didih yang lebih tinggi daripada
zat pelarutnya.
Destilasi
Destilasi adalah merupakan teknik pemisahan campuran yang didasari atas perbedaan
perbedaan titik didih atau titik cair dari masing-masing zat penyusun campuran homogen.
Dalam proses pemisahan campuran ini terdapat dua tahap proses yaitu tahap penguapan
dan dilanjutkan dengan tahap pengembangan kembali uap menjadi cair atau padatan. Atas
dasar ini maka perangkat destilasi menggunakan alat pemanas dan pendingin.
Ekstraksi
Ekstraksi merupakan metode pemisahan dengan melarutkan bahan campuran dalam
pelarut yang sesuai. Dasar metode pemisahan ini adalah kelarutan bahan dalam pelarut
tertentu.
Adsorbsi
Adsorbsi adalah teknik pemisahan untuk membersihkan suatu bahan dari pengotornya
dengan cara penarikan bahan pengadsorbsi secara kuat sehingga menempel pada
permukaan bahan pengadsorbsi. Metode ini dipakai untuk memurnikan air dari kotoran
renik atau mikroorganisme, memutihkan gula yang berwarna coklat pada proses
produksi gula pasir.
Kromatografi
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran menjadi komponennya dengan bantuan
perbedaan sifat fisik masing-masing komponen. Alat yang digunakan terdiri atas kolom
yang di dalamnya diisikan fasa stasioner (padatan atau cairan).
Sublimasi
Sublimasi adalah perubaha wujud zat dari padat ke gas atau sebaliknya. Prinsip kerja
pemisahan campuran sublimasi secara umum adalah memisahkan zat yang mudah
menyublim dengan sebuah sublimator sehingga menjadi gas/uap. Biasanya gas yang
dihasilkan proses pemisahan ini akan ditampung lalu didinginkan (dikondensasi) kembali.
Kristalisasi
116
Kristalisasi merupakan salah satu teknik pemisahan campuran dari komponen-komponen
lain penyusunnya. Kristalisasi ada dua macam, yaitu kristalisasi penguapan dan kristalisasi
pendinginan.
B.4.c Pemekatan
Pemekatan atau peningkatan konsentrasi perlu dilakukan jika konsentrasi larutan analit
dalam sampel terlalu kecil, yang akan memberikan hasil analisis yang kurang akurat.
Pemekatan dapat dilakukan dengan ekstraksi, pertukaran ion, maupun penguapan pelarut.
B.4.d Pengawetan sampel
Pengawetan sampel dilakukan jika analit bersifat tidak stabil misalnya mudah mengendap,
membentuk koloid, atau mudah menguap. Untuk analit yang mudah mengendap
pengawetan dilakukan dengan penambahan larutan asam, sedangkan untuk analit yang
mudah menguap maka pengawetan dilakukan dengan cara pendinginan.
B.5 Pemesanan dan Pengadaan Bahan
Agar lebih efisien, pemesanan pengadaan bahan untuk laboratorium, perlu memperhatikan
dan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Daftar Rencana Pemesanan Bahan.
Buatlah daftar nama bahan kimia yang digunakan, jumlah perkiraan penggunaan
(quarter, semester, atau tahunan), jenis yang digunakan dan stok bahan yang ada.
Jangan tergoda membeli bahan lebih dari yang dibutuhkan, walaupun harga yang
ditawarkan sangat menarik.
2. Penyusunan daftar pemesanan bahan yang tersentralisasi.
Jika kebutuhan bahan laboratorium banyak jenisnya dan diperuntukan untuk
berbagai praktikum mata pelajaran, sebaiknya dilakukan reakapitulasi dan
penyatuan data kebutuhan bahan untuk menyatukan pembeliannya dalam satu
manajemen. Selain bisa mendapatkan harga yang lebih baik, sekolah juga bisa
mengoptimalkan jumlah pemakaian pada bahan – bahan yang digunakan dalam
jumlah minimal.
3. Ketersediaan personel penerimaan barang, dan penyimpanan bahan yang
kompeten.
117
Ketersediaan personel penerimaan barang, dan penyimpanan bahan yang
kompeten dimaksudkan agar penanganan bahan terutama bahan kimia tidak
cepat rusak. Penyimpanan yang baik dan benar juga dapat menghindari
terjadinya bahaya kerusakan ruangan, kebakaran, dll. Jika diperlukan personel
yang terkait dengan penanganan bahan dapat di beri pelatihan prosedural yang
memadai atau di fasilitasi untuk meningkatkan kompetensinya dalam penaganan
bahan laboratorium.
118
Bagian 10
Manajemen Kepala Laboratorium
Dr. Thaqibul Fikri Niyartama, M.Si
Pengertian laboratorium:
Laboratorium adalah suatu ruang atau tempat yang tertutup maupun terbuka yang
memungkinkan dilakukannya percobaan dan penelitian. Tempat tertutup ini dapat
merupakan suatu ruangan tertutup yang dibatasi oleh tembok dan atap tempat dilakukannya
percobaan atau penelitian, sehingga ruang yang tertutup selanjutnya disebut pengertian
terbatas dari laboratorium. Laboratorium ruang terbuka adalah ruangan terbuka atau
lingkungan seperti halnya kebun ataupun bentang alam yang ada di darat, laut maupun
udara tempat dilakukannya percobaan atau penelitian. Ilmu Kebumian, maupun ilmu
Biologi menggunakan bentang alam dan alam terbuka sebagai bagian laboratoriumnya.
Laboratorium adalah tempat yang dilengkapi peralatan untuk melangsungkan eksperimen
sains, penelitian ilmiah maupun melakukan pengujian dan analisis serta juga sebagai
tempat memproduksi bahan kimia atau obat. Aktivitas yang dilakukan di laboratorium
tidak selalu menggunakan alat-alat laboratorium canggih maupun yang umumnya tersedia,
akan tetapi dapat juga memanfaatkan alat-alat sederhana.
Laboratorium yang terkait pengajaran dapat berarti sebagai kumpulan dari para
siswa yang melakukan pengamatan percobaan atau penelitian atas pengelolaan guru.
Laboratorium dapat menggunakan ruangan tertutup (laboratorium, rumah kaca, kelas
sendiri) atau menggunakan ruangan terbuka (Sutara dan Sahromi, 1999).
Fungsi laboratorium:
Science classroom-laboratory adalah laboratorium yang kegiatan di dalamnya
terintegrasi dengan kegiatan belajar sains. Setiap pelajaran sains, berupa percobaan atau
bukan percobaan, berlangsung di ruang laboratorium. Di dalam ruang laboratorium dapat
berlangsung pemberian informasi oleh guru, dapat dilakukan percobaan oleh siswa,
percobaan demonstrasi oleh guru atau oleh siswa, diskusi dalam kelompok kecil, dan
diskusi kelas dibimbing oleh guru. Oleh karena itu, ruang Science classroom-laboratory
119
haruslah ruang yang bersifat fleksibel di mana tata letak perabot ruang mudah diubah-ubah
sehingga berbagai jenis kegiatan dapat dilakukan di dalam ruang itu juga.
Dengan demikian, laboratorium memiliki fungsi sebagai tempat penunjang
kegiatan kelas, atau sebaliknya. Hal ini tergantung dari strategi yang digunakan oleh guru.
Fungsi lain dari laboratorium adalah sebagai tempat pertunjukkan/peragaan (displays).
Apabila benda-benda yang disimpan merupakan benda-benda tua atau spesimen tua, di sini
laboratorium berfungsi sebagai museum kecil. Laboratorium juga berfungsi sebagai
perpustakaan dan workshop, serta fungsi lainnya, misalnya sebagai kegiatan ekstra
kurikuler, penelitian pengembangan, pusat fotografi, pusat yang memiliki alat-alat
duplikasi dan reproduksi. Hal yang langsung tampak ialah laboratorium sebagai pusat
kegiatan praktikum. Berdasarkan penjelasan tersebut, laboratorium di samping berfungsi
sebagai tempat kegiatan melakukan pengamatan, percobaan, dan penelitian, juga dapat
berfungsi sebagai tempat pameran, museum kecil, perpustakaan, sumber-sumber, serta
tempat pembuatan alat-alat/bahan-bahan. Namun, dalam bahasan ini kita sederhanakan,
fungsi laboratorium kita batasi sebagai tempat melakukan praktikum individual maupun
kelompok. Praktikum mempunyai pengertian sebagai strategi pembelajaran yang
memungkinkan siswa dapat mempraktekkan secara empiris dalam belajar IPA,
mengintegrasikan kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif menggunakan sarana
laboratorium
Kegiatan laboratorium dapat menunjang prestasi siswa dalam aspek-aspek :
Kelengkapan bagi pembelajaran teori yang telah diterima sehingga antara teori dan praktek
bukan merupakan dua hal yang terpisah, melainkan suatu kesatuan.
Kajian teori maupun praktek saling menunjang untuk memberikan keterampilan kerja
ilmiah (konseptualisasi dari fenomena ilmiah) bagi siswa, keterampilan proses
(mengamati, mengukur, memanipulasi objek fisik), keterampilan menganalisis, maupun
keterampilan berkomunikasi.
Memberikan dan memupuk keberanian untuk mencari hakekat kebenaran ilmiah dari
sesuatu obyek dalam lingkungan alam
Menambah keterampilan dalam mempergunakan alat media yang tersedia untuk mencari
dan menentukan kebenaran.
Memupuk rasa ingin tahu siswa sebagai modal sikap ilmiah.
120
Tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran IPA secara praktek yang memerlukan
peralatan khusus yang tidak mudah dihadirkan di ruang kelas
Jenis laboratorium :
Kadang-kadang atas pertimbangan efisiensi, suatu ruangan laboratorium
difungsikan sekaligus sebagai ruangan kelas untuk proses belajar mengajar IPA.
Laboratorium jenis ini dikenal sebagai Science classroom-laboratory. Kelebihan jenis
laboratorium ini berrsifat multi guna. Contoh tata letak laboratorium jenis ini dapat dilihat
pada gambar berikut ini:
Gambar 1 memperlihatkan denah ruang dan tata letak perabot Science classroom-
laboratory
Untuk SMA pada umumnya dibuatkan hanya dua ruang laboratorium, satu untuk fisika dan
satu lagi digunakan bersama sebagai laboratorium biologi dan kimia. Contoh tata letak
laboratorium yang umumnya ada di Indonesia adalah sebagai berikut:
121
Gambar 2 memperlihatkan laboratorium Fisika dan Kimia atau Biologi
Standar sarana dan prasarana
Dalam Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 disebutkan bahwa komponen fasilitas
laboratorium IPA di SMA meliputi:
(1) bangunan/ruang laboratorium,
(2) perabot,
(3) peralatan pendidikan,
(4) alat dan bahan percobaan,
(5) media pendidikan,
(6) bahan habis pakai,
(7) perlengkapan lainnya.
Oleh karena kompleksitas tugas yang diemban oleh laboratorium sebagai bagian
pembelajaran siswa, maka pengelola laboratorium yang profesional dan terstandar
menjadi mutlak diperlukan. Permendiknas No. 26 tahun 2008 pasal 1 menyatakan:
Pasal 1
(1) Standar tenaga laboratorium sekolah/madrasah mencakup kepala laboratorium
sekolah/madrasah, teknisi laboratorium sekolah/madrasah, dan laboran
sekolah/madrasah.
Pengelola laboratorium sesuai dengan Permendiknas No. 26 tahun 2008 terdiri atas:
Kepala laboratorium sekolah/madrasah,
Teknisi laboratorium sekolah/madrasah,
Laboran sekolah/madrasah.
122
Agar kesinambungan daya guna laboratorium dapat dipertahankan,
laboratoratorium perlu dikelola secara baik. Pengelola laboratorium mempunyai tanggung
jawab terhadap efektifitas dan efisiensi laboratorium termasuk fasilitas, alat-alat dan
bahan-bahan praktikum. Pengelola laboratorium dalam menjalankan semua tugas yang
melekat pada laboratorium harus berupaya agar manajemen laboratorium dapat dijalankan
dengan menerapkan prinsip kedisiplinan. Prinsip kedisiplinan ini diterapkan pada seluruh
pengguna laboratorium bersama-sama dengan pengelola agar terwujud efisiensi kerja yang
tinggi. Pengelola laboratorium terutama kepala laboratorium diharapkan dapat terus
mengingatkan, memantau dan mengevaluasi tugas, wewenang dan fungsi dari masing
masing komponen yang ada di laboratorium Harapannya kedisiplinan terbentuk menjadi
pola kebiasaan dan perilaku setiap pengguna laboratorium. Selain itu, pengelola
laboratorium maupun pengguna laboratorium harus ada kerja sama yang baik, sehingga
setiap kesulitan dapat dipecahkan/diselesaikan bersama.
Pada sekolah menengah, biasanya laboratorium dikelola oleh seorang penanggung
jawab laboratorium yang diangkat dari salah seorang guru IPA (fisika, kimia atau biologi).
Di Perguruan Tinggi yang bertindak sebagai panggung jawab laboratorium adalah kepala
laboratorium yang dapat diangkat oleh Ketua Jurusan atau Pimpinan Perguruan Tinggi,
tergantung status laboratoriumnya, apakah laboratorium pusat atau laboratorium Jurusan.
Di Sekolah Menengah, pengelola laboratorium bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah.
Selain pengelola laboratorium biasanya terdapat pula seorang teknisi laboratorium. Tugas
teknisi laboratorium membantu penyiapan bahan-bahan / alat-alat praktikum, pengecekan
secara periodik, pemeliharaan dan penyimpanan alat dan bahan. Agar kinerja pengelola
laboratorium berjalan baik, perlu disusun struktur organisasi laboratorium. Pada struktur
organisasi tersebut, dicantumkan pula para guru mata pelajaran fisika, kimia dan biologi
sebagai penanggung jawab masing-masing alat/bahan. Sebagai contoh struktur organisasi
tersebut dapat dilihat pada bagan berikut:
123
Kepala/koordinator laboratorium mempunyai tugas pengelolaan menyangkut beberapa
aspek yaitu:
perencanaan,
penataan,
pengadministrasian,
pengamanan,
perawatan, dan
pengawasan
Tugas penanggung jawab laboratorium selain mengkoordinir berbagai aspek laboratorium,
juga mengatur penjadualan penggunaan laboratorium. Penjadualan ini dikoordinasikan
dengan bagian kurikulum dan mempertimbangkan usulan-usulan guru. Pada laboratorium
dengan peralatan lab yang rumit atau kompleks, biasanya perlu diangkat seorang operator
alat. Operator alat bertanggung jawab terhadap alat yang dioperasikannnya, oleh karena itu
operator harus selalu siap jika sewaktu-waktu alat tersebut digunakan. Tugas operator alat
ini dapat juga dilakukan oleh teknisi atau laboran.
124
Manajemen Laboratorium
Suatu laboratorium dapat dikelola dengan baik sangat ditentukan oleh beberapa faktor yang
saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Beberapa peralatan laboratorium yang canggih,
dengan staf profesional yang terampil belum tentu dapat berfungsi dengan baik, jika tidak
didukung oleh adanya manajemen laboratorium yang baik. Manajemen laboratorium
merupakan usaha untuk mengelola laboratorium dan merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan laboratorium sehari-hari. Untuk mengelola laboratorium yang
baik harus dipahami terlebih dahulu
perangkat-perangkat manajemen laboratorium. Semua perangkat jika dikelola secara
optimal akan mendukung terwujudnya penerapan manajemen laboratorium yang baik.
Dengan demikian manajemen laboratorium dapat dipahami sebagai suatu tindakan
pengelolaan yang kompleks dan terarah, sejak dari perencanaan tata ruang sampai dengan
perencanaan semua perangkat penunjang lainnya dan pusat aktivitasnya adalah tata ruang.
Perangkat-perangkat laboratorium adalah sebagai berikut:
1. Tata ruang
2. Alat yang baik dan terkalibrasi
3. Infrastruktur
4. Administrasi laboratorium
5. Organisasi laboratorium
6. Fasilitas pendanaan
7. Inventarisasi dan keamanan
8. Keterampilan SDM
9. Peraturan dasar
10. Penanganan masalah umum
11. Jenis-jenis pekerjaan
Administrasi laboratorium
Agar laboratorium dapat berfungsi sesuai dengan maksud pengadaannya, maka
laboratorium perlu digunakan dan dikelola dengan sebaik-baiknya. Tanpa penggunaan dan
125
pengelolaan yang baik, pengadaan laboratorium beserta alat-alat dan bahan yang
diperlukan hanyalah akan merupakan suatu pemborosan.
Mengelola laboratorium sekolah meliputi 4 kegiatan pokok, yaitu:
1. mengadakan langkah-langkah yang perlu untuk terus mengupayakan agar
kegiatan siswa di dalam
laboratorium bermakna bagi siswa dan proses pembelajaran menjadi lebih
efektif dan efisien;
2. menjadwal penggunaan laboratorium oleh guru-guru agar laboratorium dapat
digunakan secara merata dan efisien oleh siswa yang memerlukan. Penjadwalan
terutama diperlukan jika jumlah ruang laboratorium lebih sedikit daripada
keperluan nyata sekolah;
3. mengupayakan agar peralatan laboratorium terpelihara dengan baik, sehingga
dapat digunakan dalam waktu yang lama dan selalu siap digunakan;
4. mengupayakan agar penggunaan laboratorium berlangsung dengan aman dan
mengupayakan langkah-langkah yang perlu untuk menghindari terjadinya
kecelakaan.
Dokumen Pengelolaan Laboratorium :
Struktur organisasi
Tata tertib
Pengadaan alat/bahan
Administrasi alat/bahan
Untuk memudahkan cara penggunaan peralatan laboratorium, perlu diatur cara
pendataan (data collecting) tentang semua peralatan laboratorium yang dimiliki.
Pencatatan daftar peralatan dapat berupa buku, sistem kartu atau penyusunan daftar
peralatan laboratorium dengan sistem komputer dsb. Semua data peralatan yang disusun
harus jelas informasinya. Adapun daftar yang digunakan dalam administrasi laboratorium
di antaranya sebagai berikut:
Administrasi alat/bahan:
Inventarisasi alat/bahan
126
Kartu Stok
Daftar alat/bahan sesuai LKS
Label
Format permintaan dan peminjaman
Program kegiatan Lab
Jadwal kegiatan Lab
Buku harian
Untuk memudahkan pemeriksaan alat dan bahan laboratorium perlu dilakukan
inventarisasi yang sistematik. Inventarisasi ini dapat dibuat pada suatu buku atau secara
komputasi sebagai daftar induk. Hal-hal yang umum diperlukan pada inventarisasai
mencakup:
Kode Alat/bahan
Nama alat/bahan
Spesifikasi alat/bahan (Merk, tipe, dan pabrik pembuat alat)
Sumber pemberi alat dan tahun pengadaannya
Tahun penggunaan
Jumlah atau kuantitas
Kondisi alat, baik atau rusak
Setiap alat / barang /bahan / zat yang masuk atau diterima di sekolah, baik yang berasal
dari permintaan sekolah melalui usulan mapun yang berasal dari bantuan (dropping)
harus dicatat dalam daftar penerimaan alat/bahan. Contoh formatnya adalah sebagai
berikut:
127
Perlengkapan Laboratorium:
Laboratorium yang baik harus dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk
memudahkan pemakai laboratorium dalam melakukan aktivitasnya. Fasilitas tersebut ada
yang berupa fasilitas umum (utilities) dan fasilitas khusus. Fasilitas umum merupakan
fasilitas yang dapat digunakan oleh semua pemakai laboratorium contohnya penerangan,
ventilasi, air, bak cuci (sinks), aliran listrik, gas. Fasilitas khusus berupa peralatan dan
mebelair, contohnya meja siswa/mahasiswa, meja guru/dosen, kursi, papan tulis, lemari
alat, lemari bahan, dan ruang timbang, lemari asam, perlengkapan P3K, pemadam
kebakaran dll. Perlengkapan laboratorium dapat dirinci antara lain:
Perabot
Alat peraga pendidikan
Perkakas
Kotak PPPK beserta isinya
Alat pemadam kebakaran
Alat pembersih
Kumpulan buku
128
Bagian 11
Prosedur Operasional Standar (POS) Laboratorium
Oleh Muhammad Arief Rochman, M.T
A. Pendahuluan
Dalam sebuah organisasi, membangun sebuah sistem sangat penting untuk
diperhatikan. Dengan sistem yang dibangun maka pekerjaan dalam organisasi akan
lebih rapi dan lebih efisien. Organisasai yang sudah menerapkan sistem akan lebih
kompetitif, dapat bersaing dengan organisasi lain. Dengan demikian ketika suasana
kompetitif sudah dijalankan maka tidak lain yang akan didapatkan adalah kesuksesan
organisasi dalam mencapai tujuan.
B. Definisi SOP
• SOP adalah Instruksi sederhana, untuk menyelesaikan tugas rutin dengan cara
yang paling efektif dalam rangka memenuhi persyaratan operasional.
• Serangkaian instruksi tertulis yang didokumentasikan dari aktivitas rutin dan
berulang yang dilakukan oleh suatu organisasi.
• Secara mudah , SOP adalah sistem yang disusun untuk memudahkan, merapikan
dan menertibkan pekerjaan kita.
C. Mengapa menulis SOP
Diantara alas an untuk menuliskan SOP adalah sebagi berikut;
1. Untuk menyediakan informasi yang diperlukan untuk sebuah pekerjaan yang
baik
2. Untuk memastikan bahwa suatu kegiatan dikerjakan dengan baik, benar dan
konsisten.
3. Untuk memastikan bahwa kegiatan dilakukan sesuai dengan peraturan
pemerintah
4. Untuk menyediakan sebuah cek list bagi auditor
129
5. Untuk menjelaskan langkah-langkah dalam sebuah proses, so mudah ketika
menjelaskan ketika ada investigasi.
6. Untuk menyediakan historical record bagaimana, mengapa dan kapan suatu
langkah dalam suatu proses mesti dilaksanakan
7. Untuk menyediakan sebuah cek list bagi auditor
8. Untuk menjelaskan langkah-langkah dalam sebuah proses, so mudah ketika
menjelaskan ketika ada investigasi.
9. Untuk menyediakan historical record bagaimana, mengapa dan kapan suatu
langkah dalam suatu proses mesti dilaksanakan
10. Untuk memastikan keamanan
11. Untuk memaksimalkan operasional dan kebutuhan produksi
12. Untuk memastikan pelatihan yang konsisten
13. Untuk memastikan kebenaran dan Consistent Performance
14. Karena ini membuat sesuatu menjadi lebih baik/Just Because It Makes Good
Sense
15. Karena mereka ingin membantu pekerja baru untuk melakukan pekerjaan dengan
benar.
16. Karena suatu pekerjaan akan lebih mudah dikerjakan dengan SOP daripada tidak
(menggunakan SOP).
17. Karena orang memerlukan direction/ arahan dan penyelesaian yang
menyenangkan
18. Karena mereka membantu orang / pegawai untuk fokus pada aktivitas yang
terarah untuk mencapai tujuan.
19. Karena Perubahan hanya akan dapat diraih ketika sistem dapat
dikendalikan/dikontrol
D. Siapa yang Menulis SOP
SOP dapat dibuat oleh setiap induvidu yang berhubungan dengan item kegiatan
rutin yang ada, dan sebaiknya SOP dikerjakan secara tim.
130
E. Format SOP
• Simple Steps
• Hierarchical Steps
• Graphic
• Flowcharts
• Hybrid Flowchart
F. Sistematika Penulisan SOP
Format SOP tidak baku, akan tetapi format di bawah dapat sebagi rujukan untuk
membuat SOP.
Header
Judul
A. Tujuan
B. Definisi
C. Ruang Lingkup
D. Referensi
E. Prosedur
F. Flowchart
G. Lampiran
Kolom pengesahan
G. Tips menulis SOP
1. Gunakan salah satu format dan bakukan untuk organisasi Anda
2. Judul yang ditulis harus ringkas, jelas, padat, dan mampu memudahkan
seseorang ketika akan mencari SOP tersebut.
3. Mulai tiap aktifitas dengan kata kerja aktif seperti:
Analisa, Mulai, Cek, Hapus, Masuk, Mulailah, Kirim, Simpan, dll
131
H. Flow Chart dalam SOP
1. Terminator, simbol untuk menunjukkan awal atau akhir dari aliran proses.
Umumnya, diberi kata-kata ‘Start’, ‘End’, ‘Mulai’, atau ‘Selesai’.
2. Process, simbol untuk menunjukkan sebuah langkah proses atau operasi.
Umumnya, menggunakan kata kerja dalam deskripsi yang singkat dan jelas.
3. Connector, tanda panah yang menunjukkan arah aliran dari satu proses ke proses
yang lain.
4. Decision, simbol untuk menunjukkan sebuah langkah pengambilan keputusan.
Umumnya, menggunakan bentuk pertanyaan, dan biasanya jawabannya terdiri
dari ‘yes’ dan ‘no’ atau ‘ya’ dan ‘tidak’ yang menentukan bagaimana alur
dalamflowchart berjalan selanjutnya berdasarkan kriteria atau pertanyaan tersebut.
132
133
134
135
136
Bagian 12
Karya Tulis Ilmiah berbasis Laboratorium
MENULIS KARYA ILMIAH, BUKTI PROFESIONALME
PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
JAMIL SUPRIHATININGRUM,
M.Pd.Si
Dr. ISMA KURNIATANTY
TUJUAN PEMBELAJARAN
Membekali peserta agar mampu mengembangkan karya tulis ilmiah yang berbasis
laboratorium
PENDAHULUAN
Menulis merupakan aktivitas yang biasa dilakukan oleh setiap orang. Menulis merupakan
hal yang mudah, tetapi menulis ilmiah bagi sebagian orang tidak mudah. Menulis ilmiah
berbeda dengan menulis biasa karena dibutuhkan pengetahuan keilmuan dan penguasaan
bahasa yang disertai dengan aturan tata tulis yang meliputi teknik penyusunan, sistematika
penulisan dan bahasa keilmuan.
AGAR MENULIS ITU MUDAh
Pada prinsipnya menulis itu mengarang. Sejak di SD, kita sudah dilatih mengarang,
sehingga siapapun yang sudah lulus SD pasti bisa mengarang. Semakin tinggi pendidikan
kita, kualitas mengarang kita semakin baik. Agar menulis itu mudah, perlu ditanamkan
mindset untuk membangun sikap percaya diri secara sehat serta visi, tujuan, sasaran yang
akan membangkitkan motivasi juang yang disertai dengan alasan yg rasional, ekonomi,
psikologis, sosial, bahkan moral-spiritual, mengapa saya ingin menulis?
Selain itu dibutuhkan juga komitmen. Janji pada diri sendiri bahwa “saya akan
menulis ttg x, dlm waktu Y, sampai tuntas” dan kemudian membuat rencana tindaknya.
Menulis akan menjadi mudah dengan membiasakan diri membaca untuk mengembangkan
ide. Keep your Mind Thinking” kemudian “Keep Your Hand Moving “
137
PRA SYARAT PENULIS
1. Ambisi
• Menguasai latar belakang disiplin ilmu
• Ada ide, bahan, kemampuan berbahasa tulisan dengan baik
• Adanya sarana pengembangan, misalnya perpustakaan
• Melihat realitas
2. Motivasi
• Mengembangkan bakat
• Memberi pengetahuan kepada pembaca
• Ingin dikenal banyak orang
• Mempunyai bahan, sayang kalau tidak ditulis
• Memperoleh penghasilan sampingan
• Menemukan identitas & kepercayaan diri, kepuasan batin.
Syarat Minimal Penulis
1. Bisa menulis
2. Tekun membaca artikel apa saja
3. Banding-bandingkan gaya tulisan semua artikel yang sudah dibaca
4. Coba berlatih menulis tentang apa saja
5. Bergerak cepat, untuk tetap aktual
6. Bisa mensiasati keinginan redaksi
LANGKAH PENULIS MAU MENULIS
1. Menetapkan spesialisasi (pendidikan, minat, ketrampilan, bakat)
2. Memelihara dan terus meningkatkan kerangka pemikiran (Frame Of
Reference)
melalui pendidikan formal, membaca, diskusi, seminar dan kursus.
3. Membuat file pribadi yang selalu di up grade dan mempunyai data pendukung.
4. Mengembangkan kemampuan memori/ingatan yang kuat
5. Membina kerja sama (network) dengan tokoh/lembaga informasi
6. Memahami terus menerus pasar dan perubahan
138
MENULIS ILMIAH
• Menulis ilmiah: argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan lewat
bahasa tulisan
• Menulis karya ilmiah dibebani oleh aturan penulisan yg telah ditetapkan, spt
teknik penyusunan, sistematika tulisan, maupun bahasa keilmuan
• Menulis non ilmiah tidak terikat oleh aturan-aturan.
• Ada banyak bentuk dan cara penulisan ilmiah.
• Harus tahu teknik-teknik penulisan, memahami dasar pikiran yg melandasi
tulisannya.
• Pemilihan bentuk dan cara penulisan merupakan masalah selera dan preferensi
perorangan dengan memperhatikan berbagai faktor, seperti masalah apa yg
sedang dikaji, siapa pembaca tulisan itu, dan dalam rangka kegiatan keilmuan apa
karya ilmiah tersebut disampaikan.
• Kemampuan berbahasa dan penggunaan tata bahasa yang benar merupakan
ekspresi dari logika berpikir yang benar pula, sehingga isinya dapat dengan mudah
dimengerti pembaca.
• Penguasaan teknik penulisan ilmiah dalam bentuk dan jenisnya
mencerminkan kemampuan seseorang dalam menyatakan isi hati dan pikirannya.
• Menurut Sommerset Maugham: seorang yang pikirannya semrawut akan
menulis semrawut pula. Menulis tergantung mood.
• E. Bright Wilson: kejelasan menulis mrpk masalah psikologis.
• Menulis karya ilmiah yg baik memerlukan keterampilan dan
kemampuan mengorganisasikan ide ke dalam tulisan, penguasaan teknik
penyusunan, mahir dalam penggunaan bahasa Indonesia secara efektif, kepekaa
terhadap perubahan social di masyarakat untuk mendapatkan ide masalah
Apa sebenarnya karya ilmiah
itu ?
Karangan/tulisan: organisasi ide/pesan secara
tertulis.
Karangan/tulisan ilmiah: organisasi ide/pesan secara tertulis yg berdasarkan hasil
pengamatan, peninjauan, penelitian dlm bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu
dgn sistematika penulisan yg bersantun bahasa dan isinya dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya (keilmiahannya).
139
KARYA TULIS ILMIAH POPULER
NON PENELITIAN HASIL PENELITIAN
1. Mencari ide tulisan 1. Membuat kerangka tulisan
2. Membuat kerangka tulisan 2. Menentukan sistimatika tulisan
3. Menentukan sistimatika tulisan 3. Mendesain tulisan (Penampilan
4. Mendesain tulisan (Penampilan dan
dan Pelaporan) 4. Pelaporan)
5. Mengirim ke media massa 5. Mengirim ke media massa
KRITERIA KARYA ILMIAH
Madyo Ekosusilo dan Bambang Triyanto (1999 : 11 – 12)
1. Mengandung suatu masalah dan pemecahannya.
2. Masalah yang dikemukakan harus objektif.
3. Tulisan harus lengkap.
4. Tulisan harus disusun dgn metode dan sistem tertentu.
CIRI-CIRI KARYA
ILMIAH
1. Logis, artinya memiliki argumentasi yang dapat diterima oleh akal sehat.
2. Sistematis, artinya disusun berdasarkan urutan yang berjenjang dan
berkesinambungan menurut alur berfikir yang benar.
3. Objektif, artinya sesuai dengan realita yang ada dan tidak bersifat fiktif (rekaan).
4. Tuntas dan menyeluruh, artinya segi-segi masalah yang dikemukakan ditelaah
secara lengkap dan menyeluruh.
5. Saksama, artinya sungguh-sungguh dan teliti serta berusaha menghindarkan diri
dari berbagai kesalahan (meminimalkan kesalahan).
6. Jelas, artinya dapat mengungkapkan maksud secara jernih dan tidak
menimbulkan salah tafsir/persepsi.
7. Kebenarannya dapat teruji.
8. Terbuka, artinya dapat berubah kapan saja bila ada pendapat baru yang
dapat menyanggah kebenarannya.
9. Berlaku umum (universal), artinya kesimpulannya berlaku untuk semua
orang dimana saja dan kapan saja.
10. Penyajiannya memperhatikan santun bahasa dan tata tulis yang sudah
berlaku.
140
SYARAT-SYARAT KARANGAN ILMIAH
Menurut Deborah C. Andrews (1978 : 68 – 69): karya ilmiah yg baik adalah bila tulisan
tsb mampu menjelaskan sesuatu yg belum diketahui pembaca scr jelas & ringkas tanpa
membingungkan.
5 prinsip dasar karya ilmiah yg baik (Deborah C.
A):
• Good writing is accurate (tulisan yang baik bersifat akurat), memberikan
gambaran apa adanya tanpa memutar-balikkan fakta.
• Good writing is clear (tulisan yang baik bersifat jelas), dapat dipahami
dan dimengerti oleh pembaca. Mengungkapkan ide dalam bahasa yang baik,
sehingga tidak menimbulkan salah tafsir/persepsi.
• Good writing is concise (tulisan yang baik bersifat ringkas), mengena
ke permasalahan, tidak bertele-tele yang justru mengaburkan ide pokok. Penting
untuk menggunakan kata-kata, kalimat dan alinea yg efektif.
• Good writing is conventional (tulisan yang baik bersifat konvensional),
konvensional dalam hal penggunaan bahasa (ejaan, kata, frase, kalimat),
pengambilan kata-kata serapan (daerah atau asing) maupun konvensional dalam hal
penulisan.
• Good writing is appropriate (tulisan yang baik bersifat padu dan utuh),
penulis harus mampu menerangkan materi, bentuk, dan cara yang dipilihnya ke
dalam suatu wacana informasi yang tepat dan sesuai dengan pembaca yang
ditujunya.
BAGAIMANA PENYAJIAN KARYA ILMIAH?
Ketentuan umum: ukuran & macam kertas, cara pengetikan, margin, font dan jenis
tulisan, dan bentuk cover
Penyajian karya ilmiah:
1. Pendahuluan: judul, nama penulis, keterangan tempat & waktu, abstrak.
2. Isi: pendahuluan, analisis atau pembahasan, kesimpulan, & saran.
Pendahuluan berisi: (1) latar belakang masalah, (2) identifikasi masalah (bila
perlu), (3) pembatasan masalah, (4) perumusan masalah, (5) pembahasan, & (6)
kegunaan / implikasi.
3. Penutup: daftar pustaka
141
CARA MENGUTIP SUMBER ACUAN
• mengutip lebih d ar i 5 baris, ditulis dlm alinea terpisah dgn spasi 1, diawali dan
diakhiri tanda petik ganda.
• kutipan terlalu panjang dan mau ambil bagian yg diperlukan, digunakan 3 tanda
titik pd bagian yang dihilangkan.
• Meringkas kutipan yang terlalu panjang dibolehkan asal tidak mengubah artinya.
• sulit menemukan sumber acuan utama, gunakan kutipan secara tidak langsung.
• tidak diketahui nama pengarangnya, ditulis Anonim.
• nama pengarang lebih dari 3 orang, ditulis pengarang pertama diikuti et. al. / dkk.
BAGAIMANA SEBAIKNYA BAHASA KARYA ILMIAH?
1. Pungtuasi
Pembubuhan/penggunaan tanda
baca
2. Diksi
Pilihan kata yg tepat yg diberlakukan dlm suatu penulisan, meliputi: makna
denotatif
dan konotatif, dialek dan bahasa umum, kata tunggal dan idiom, kata umum dan
istilah.
3. Kalimat Efektif
Bentuk kalimat yg disusun utk mencapai daya informasi yang tepat dan baik,
meliputi: struktur bahasa, penggunaan bahasa, penegasan kalimat penting. Efektif
juga berarti:
• Hemat dalam pemakaian kata, frase, atau bentuk-bentuk bahasa.
• Menghindari: (a) pengulangan subjek kalimat, (b) kata yang tidak perlu,
dan
(c) pemakaian kata penghubung yang berlebihan.
4. Variasi
Membuat kalimat tdk monoton dan menjemukan
Meliputi: (a) variasi kata, (b) variasi awal kalimat, (c) variasi susunan
SPO.
142
MASALAH DAN KIAT-KIAT DALAM MENULIS KARYA ILMIAH
1. Masalah: Sulit menemukan masalah
Kiat: Banyak bergaul, membaca buku, ikut kegiatan ilmiah → mengasah kepekaan
terhadap masalah sekitar
2. Masalah: Sulit menuangkan ide dalam tulisan
Kiat: banyak belajar menulis, setiap ide coba ditulis, jangan takut salah, ide
jgn dibuang percuma, jgn dibaca berulang-ulang, banyak ikut seminar, mau
dikritik, berguru pd teman yang sering ikut seminar/menulis karya ilmiah →
terlatih dan terbiasa dgn alur pikir ilmiah
3. Masalah: Kemampuan bahasa kurang
Kiat: minimal tahu EYD, tahu penggunaan kalimat efektif, banyak baca karya
ilmiah, banyak belajar menulis, punya teman bahasa (sbg konsultan), berlatih
mentransfer ilmu kepada teman melalui forum resmi / tak resmi → tahu penulisan
yg benar
4. Masalah: Kemampuan hakikat keilmuan
Kiat: banyak membaca, senang menjelajahi per-pustakaan, tidak malu bertanya,
banyak referensi, bergaul ilmiah, banyak teman, banyak wawasan, tidak malas
dan mudah putus asa → tahu penulisan yg benar
143
CONTOH IDE DARI DIRI SENDIRI
Misalnya anda duduk di bawah pohon dan melihat mobil berseliweran. Apa anda mempunyai
ide ? Apa yg harus ditulis ?
Ban mobil ? Ban yang gundul ? Yang dibahas ? bawah pepohonan yg rindang di pinggir
jalan raya, mobil
• Ban cepat gundul apa kualitasnya jelek
• Apa jalan terbuat dari semen atau dari kita sendiri misalnya ban terlalu kempes atau
terlalu besar tekanan anginnya antara ban belakang dan depan tidak sejajar/tidak lurus
Dari uraian di atas didapatkan :
Ide Umum : tentang mobil
Ide khusus : tentang ban mobil
Topik : ban yg gundul
Tema : faktor penyebab ban gundul
Batasan tema : ban gundul bukan karena kualitas ban yang jelek/ban itu selalu dipakai
dijalan yg terbuat dari semen
MENGENAL IDE TULISAN
Memiliki bahan yg didapat dari jurnal atau bacaan lainnya
Memperkaya diri dengan referensi, mengembangkan ide-ide
Sikap yg di butuhkan penulis :
• Banyak latihan, penciuman terhadap berita, dijadikan
• lecutan ide
• Berwawasan luas, peka menangkap & mengantisipasi masalah,
• latihan kerja keras
• Mempertajam feeling bahwa bahan referensi ini memiliki nilai, sehingga tidak rugi
mengkliping foto kopinya
• Banyak membaca referensi ilmiah (Jurnal Artikel) dan melihat suatu masalah
• Pandai melihat peluang, cari cara yang bisa diangkat
• menjadi tulisan
• Topik ide dipersempit kedalam pembahasan
144
CONTOH TOPIK IDE DIPERSEMPIT KE DALAM PEMBAHASAN
1. Ide Tulisan : Musim Kemarau
2. Mempersempit Pembahasan:
• Teknik membuat hujan buatan
• Pohon-pohon meranggas pada musim kemarau, tetapi bisa hidup lagi bila
musim hujan (Mengapa pohon semacam itu bisa tahan)
• Waspada terhadap pencemaran di sungai (karena konsentrasi zat bisa lebih
besar, air sungai hanya mengalir sedikit)
• Musim kemarau suka terjadi kebakaran hutan, bagaimana cara mengantisipasi
kebakaran itu dan bagaimana melacak luas kebakaran dengan bantuan satelit
145
BAGAIMANA MEMBUAT KERANGKA TULISAN ILMIAH POPULER ?
1. Merumuskan masalah
• Terjadi manakala ada kesenjangan antara harapan dan kenyataan
• Dirumuskan dengan kalimat tanya
• Ada variabel atau fokus yang akan dikaji
• Menarik untuk dikaji, diinformasikan kepad masyarakat
2. Bagaimana menentukan latar belakang masalah?
Menuliskan setting yang mendorong munculnya masalah yang
didalamnya ada fakta, fenomena, isue-isue masyarakat
3. Bagaimana cara melakukan pembahasan masalah?
• Melihat variabel atau fokus dalam permasalahan
• Mengembangkan konsep-konsep yang ada, atas dasar acuan
• Membuat preposisi-preposisi dan analisis
• Membuat kesimpulan-kesimpulan
146
KESIMPULAN
147
Bagian 13
Tata Cara Penulisan Modul Praktikum
PENYUSUNAN MODUL PETUNJUK PRAKTIKUM
Pengertian Praktikum:
kegiatan dimana siswa berperan aktif dalam mengerjakan suatu pembuktian
teori yang telah diperoleh menjadi suatu keadaan nyata
serangkaian percobaan-percobaan yang dilakukan dengan cermat, teliti dan
terarah untuk memperoleh data sehingga dari kumpulan data ini dapat diambil
suatu kesimpulan untuk menemukan dan menguji kebenaran suatu konsep
Peran Praktikum:
pengalaman kerja ilmiah nyata
merangsang siswa agar berlatih berpikir dengan cara-cara kritis dan ilmiah
memotivasi siswa dan menstimulasi minat mereka pada bidang tertentu
Tujuan Praktikum:
membantu siswa memperdalam pemahaman teori melalui praktek secara
langsung;
mengembangkan keterampilan ilmiah;
memperoleh pengetahuan sesuai bidang;
merangsang pikiran dengan menafsirkan eksperimen;
mengenal ketelitian dan keterbatasan kerja laboratorium;
merekam secara cermat dan mengkombinasikan hasil secara jelas;
mengembangkan tanggung jawab perorangan dan reliabilitas dalam
pelaksanaan eksperimen;
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dalam menanalisa
dan memecahkan masalah;
merencanakan dan melaksanakan kerja laboratorium dengan menggunakan
sumber-sumber laboratorium secara efektif.
Jenis Praktikum
1. Berdasarkan jumlah peserta per satuan kegiatan:
Praktikum individual
Praktikum berkelompok
Demonstrasi
2. Berdasarkan cara pengendalian:
Praktikum mandiri
Praktikum terkendali
148
Tantangan Metode Percobaan Kelemahan
Keunggulan Lebih cocok untuk bidang
Membuktikan kebenaran saintek
Memancing siswa menemukan
Perlu berbagai fasilitas
terobosan baru Menuntut ketelitian, keuletan,
Hasil-hasil percobaan yang
dan ketabahan
berharga dapat dimanfaakant Setiap percobaan tidak selalu
untuk kemakmuran umat
manusia memberikan hasil yang
diharapkan, karena ada faktor X
Perlu cost yang tinggi untuk
aspek operasional dan isu
biosafety
Tahap-tahap kegiatan praktikum:
1. Persiapan praktikum
- Mempelajari tujuan dan prosedur praktikum yang ada di dalam petunjuk
praktikum
- Menggunakan alat dan bahan yang ada
2. Pelaksanaan
- Penggunaan alat yang benar
- Pengamatan percobaan
- Pencatatan hasil pengamatan
- Mengambil, menyajikan, dan menganalisis data
- Menyimpulkan hasil percobaan
- Mengkomunikasikan hasil percobaan
3. Penyusunan laporan praktikum
- melaporkan apa yang telah dipraktikumkan dan data yang diperoleh
- Bagi siswa yang tidak membuat laporan praktikum hendaknya diberi
sanksi
4. Penilaian praktikum
- tidak hanya dilakukan untuk penilaian laporan praktikum saja, tetapi juga
penilaian
terhadap kemampuan dalam berpraktikum
- siswa akan mengetahui kekurangan-kekurangan dalam melaksanakan
praktikum
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
Siswa perlu dibekali dengan Keamanan Keselamatan Kerja (K3) sebelum
praktikum
Siswa perlu dikenalkan dengan pengetahuan nama dan kegunaan alat-alat
laboratorium
149
Praktikum tidak harus selalu dilakukan di dalam ruangan, namun juga bisa di
luar ruangan
Ada interaksi dengan berbagai alat dan bahan untuk mengobservasi gejala-
gejala yang diamati secara langsung
Faktor-faktor penunjang keberhasilan praktikum
Persiapan yang matang (siswa dibekali petunjuk pelaksanaan percobaan, K3,
dan
pengetahuan alat dan bahan)
Buku petunjuk percobaan yang lengkap dan komprehensif
Buku petunjuk praktikum
Buku resep, siswa belajar sesuai dengan langkah-langkah yang ada di dalam
buku
Open ended, siswa hanya diberikan clue dan garis besar saja, pengembangan
selanjutnya tergantung pada kreativitas siswa
Pengetahuan tentang Alat & Bahan
Alat- alat laboratorium mempunyai jenis dan bentuk yang beraneka ragam
sehingga
tiap-tiap alat mempunyai nama khusus.
Siswa perlu mengetahui fungsi dari alat-alat yang digunakan di laboratorium
PENYUSUNAN MODUL PETUNJUK PRAKTIKUM
Pengertian Modul
Modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari secara
mandiri karena dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri. Modul memuat evaluasi
sebagai feedback untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.
Karakteristik modul
1. Self Instructional
- Tujuan dirumuskan dengan jelas;
- Materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit kecil;
- Diberikan contoh;
- Ada soal, tugas;
- Kontekstual;
- Bahasa sederhana dan komunikatif;
- Ada rangkuman materi pembelajaran;
- Ada instrumen penilaian untuk ‘self assessment’;
- Ada kunci untuk mengetahui ketercapaian; dan
- Dilengkapi referensi.
150