BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA i (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata
ii BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata
BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA iii (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata Heru Marwata BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya)
iv BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata Judul BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Penulis Heru Marwata ISBN: 978-623-6244-77-7 Cetakan: Pertama, Juni 2023 Ukuran 14 x 21 Cm Tebal viii + 164 halaman Penerbit: Teras Budaya Jakarta Alamat JL. Raya Lenteng Agung Timur, Gg H Zakaria 1 No 32 Tlp 021-72737356/ WA: 081298960280 email: [email protected] Jakarta Selatan Copyright© Hak cipta dilindungi undang-undang
BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA v (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata Sekapur Sirih Alhamdulillah wa syukurillah, akhirnya, berkat tawaran dan bantuan Om Remmy Novaris D.M. dan Penerbit Teras Budaya serta Dapur Sastra Jakarta, saya berkesempatan menerbitkan antologi kecil yang berjudul BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) ini. Antologi kecil yang berisi 81 karya Si Tahu Bulat HM ini memuat 75 pentigraf (Cerpen Tiga Paragraf), 2 prosa_puisi_tanka yang saya tulis untuk menyambut lahirnya antologi pentigraf, dan 4 cerita bebas yang tidak berkaitan dengan pentigraf. Di antara 75 pentigraf dalam antologi ini ada beberapa yang sudah diterbitkan dalam antologi bersama, dan hampir semua sudah saya pajang di grup Facebook, di dinding pribadi, di grup-grup, dan khususnya di “Kampung Pentigraf Indonesia” yang diasuh Suhu Tengsoe Tjahjono. Dua di antara 4 cerita bebas telah saya pajang belasan tahun di Kompasiana, satu cerita telah terbit dalam kumpulan cerpen bersama, dan satu sisanya sedang dalam persiapan untuk terbit dalam antologi bersama beberapa penulis. Ke81 karya “tahu bulat” ini semua bisa ditemukan di Facebook dan sebagian ada di Instagram. Beberapa di antaranya juga pernah saya bacakan atau dibacakan orang lain sehinga ada rekaman pembacaan yang bisa ditemukan di media sosial. Buku antologi sederhana ini saya maksudkan sebagai sarana pendokumentasian tulisan, selaras dengan moto saya “menulis dan teruslah berkarya karena karya adalah salah
vi BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata satu penanda nyata keberadaanmu di dunia”. Moto itu pula yang menginspirasi saya untuk menambahkan anak judul (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) dalam antologi ini. Karya ini juga saya harapkan bisa menjadi salah satu contoh kecil bagi para mahasiswa peminat sastra, khususnya yang mengikuti mata kuliah “Penulisan Kreatif” (yang pernah saya ampu di FIB UGM). Saya juga memaksudkan buku ini sebagai salah satu referensi serta bahan ajar (pelengkap) pada mata kuliah yang saya asuh sampai saat ini, yakni “Sastra Siber” dan “Pengantar Teori Estetika Resepsi”. Antologi sederhana ini tidak akan lahir tanpa bantuan dan dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada beberapa sahabat dan pihak yang telah memungkinkan antologi ini terbit dan karya-karya “tahu bulat” di dalamnya tercipta. Pertama dan yang utama, ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Suhu Tengsoe Tjahjono sebagai penemu dan penggagas pentigraf (Cerpen Tiga Paragraf) sekaligus pengasuh dan pengelola grup Facebook “Kampung Pentigraf Indonesia”. Kedua, ini juga tidak bisa saya lupakan, ucapan terima kasih saya alamatkan kepada para penulis pentigraf, baik yang aktif menulis di grup Facebook maupun yang secara berkala ikut menerbitkan pentigrafnya dalam antologi bersama yang diinisiasi oleh Suhu Tengsoe Tjahjono. Ketiga, terima kasih juga saya haturkan kepada para sahabat di Facebook dan Instagram yang telah berkenan mengapresiasi dan memberi catatan atau masukan pada pentigraf yang saya tulis. Dalam konteks sahabat dari dunia maya ini, pasti saya tidak akan melupakan bantuan khusus Om Remmy Novaris D.M. yang memungkinkan antologi kecil ini berada di tangan para pembaca.
BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA vii (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata Akhirnya, selaras pepatah “tak ada gading yang tak retak” (dan tak ada tembok yang “tak klethak”), saya persembahkan antologi sederhana ini ke sidang pembaca, lengkap dengan segala kekurangan dan kelemahan serta (bahkan juga kemungkinan) kesalahannya. Saya ucapkan terima kasih jika ada pembaca yang berkenan memberikan masukan atau kritik dan saran atas karya kecil ini. Semoga ada pembaca, khususnya para mahasiswa, yang tertarik untuk menjadikan antologi ini sebagai bahan bacaan pemicu kreativitas bersastra, dan syukur alhamdulillah kalau ada yang berkenan menjadikannya sebagai bahan bahasan dalam tugas akhir mereka. Sekecil apa pun, semoga ada manfaat yang menyertai kehadiran dan penerbitan antologi ini. Amin. = salam tahu bulat dari #pondokilusikatatanpaarti = Ngayogyakarta Hadiningrat, akhir Juni 2023 Heru Marwata Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Departemen Bahasa dan Sastra Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
viii BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata Berkarya (Menulis) dan teruslah berkarya (menulis), apa pun kapan pun di mana pun, karena karya (termasuk tulisan) adalah salah satu penanda nyata keberadaanmu di dunia. (Si Tahu Bulat HM - Heru Marwata)
BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA ix (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata DAFTAR ISI Sekapur Sirih iii Daftar Isi vii Belajar Bersastra dari Dunia Maya 1 Corona 9 Jingga 11 Bibirmu 11 Agama 11 Lagu Anak Petani 13 Masih Bolehkah Aku Mengaku Muslim? 15 Cat Cinta Berbayar Nyawa 17 Tentang 1.000 Guru 19 Menghitung Jarak Pandemi 21 Pocung: Harya Suman *) 23 Maskumambang Pandhawa Lima 25 Tembang Perang di Kurusetra 26 Semar 27 Arjuna: Lelananging Jagat Lancuring Bawana 28 Sencaki Ya Setiyaki 30 Sumpah Dewi Drupadi 32 1. Diancuuuk (1) 35 2. Diancuuk (2) 36 3. Diancuk (3, Habis) 37 4. Diancuk #4 (Lanjutan #1, #2, Dan #3) 38 5. Pembunuhan Berencana (1) (Tragedi Dini Hari) 39 6. Pembunuhan Berencana (2) 40 7. Pembunuhan Berencana (3) 41 8. Pembunuhan Berencana (4) 42 9. Pembunuhan Berencana (5) 43 10. Pembunuhan Berencana (6) 44
x BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata 11. Pembunuhan Berencana (7) 45 12. Pembunuhan Berencana (8) 46 13. Tangan Tuhan Selalu Bermain Cantik 47 14. Kamar Pengantin 48 15. Di Lubuk Hati 49 16. Ke Relung Hatimu 50 17. Air Susu dan Air Tuba 51 18. Tangis Bombay Ayu Tingting 52 19. Nyolong Pêthèk *) 53 20. Sunan Jaga Kali 54 21. Warungku-Warungmu 55 22. Rezeki yang Bertukar 57 23. Jari-Jemari 58 24. Entut (Kentut) 59 25. Tikungan Mesra 61 26. Maido *) 62 27. Bagong 64 28. Walah-Walah 65 29. Mantan 66 30. Mesin Ketikku 67 31. Aku Takut 68 32. Rumah Kesembuhan 69 33. Cincin Pertunangan 70 34. Ratu Komplain 71 35. Anak Mencari Bapak 72 36. Gendam Berbalas 73 37. Tahun 2045 74 38. Sujud Terakhir 76 39. Cara Laki-laki 77 40. Pengamen Bangjo 78 41. Surga Bagi Para Penyair 79 42. Jarkoni 81
BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA xi (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata 43. Pegangan 83 44. Tulak Sarik Lan Wewalating Siti 84 45. Amplop Sumbangan 85 46. Dasar Lik Mukidi 86 47. Rampok Pengemis Rampok 87 48. Pesan Tangan 88 49. Semoga “Tak Ada Dusta di Antara Kita” 89 50. Kiriman 90 51. Mampir, Mas 91 52. Mengupas Waktu 93 53. Perbincangan Rahasia: Tentang Jarum Patah Berkarat 94 54. Bayi Kita Pasti Tertukar 96 55. Walah Tiwas Ngarep 97 56. Gendam Berbalas 99 57. Cuilan Emas 100 58. Melamar Kerja 102 59. Ilmu Hitam 103 60. Mawar 104 61. Penjahat Gadungan 105 62. Hacker? 106 63. Oh, Ternyata 107 64. Kesurupan 108 65. Tetap Manusia 110 66. Box Office 111 67. Kangen Gesper 112 68. Wawancara 113 69. Berak dan Kentut (Hmm Judule Njijiki) 114 70. Buruh Gendhong 115 71. Pesanan Om Bob 116 72. Gembala Angin 117 73. Kenang-kenangan dari Sebuah Pondok 118
xii BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata 74. Nama-Nama yang Dipahat di Batu Karang 120 75. Pasung Jiwa *) 121 76. Peribahasa (Ibarat Bagai Seperti Andai) 123 77. Sekian Jalan Menuju Pasar 125 78. Aku Bunuh Kakekku 127 79. Bakul Kacang Godhog 137 80. Curhatan Seorang Mahasiswi 142 81. Satu Rasa Dua Dunia 151
BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA 1 (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA Seperti judul yang kupilih untuk tulisan ala tahu bulat *) ini, dalam rangka mangayubagya kolega, senior, guru, dan sekaligus sahabat yang akan memasuki purnatugas, aku ingin menegaskan bahwa dunia maya, dunia internet, atau dunia siber dan media sosial telah memberikan pelajaran berharga bagiku dalam seni mengolah kata berupa karya sastra. Terlepas dari adanya kekhawatiran mengenai dampak negatif yang ditimbulkannya, dunia maya dan media sosial juga memberikan ruang yang sangat luas untuk belajar dan berekspresi. Bukankah kebebasan berekspresi juga merupakan kebutuhan penting? aku bukan dan aku tak ingin menjadi penyair karena aku hanya penggemar kata-kata tanpa makna itu hanya itu dan hanya itu Yongin, Korea, #pondokilusikatatanpaarti, 01092017
2 BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata Demikian pernah kutuliskan dalam status facebook sekitar lima tahun lalu (1 September 2017). Meskipun bukan, dan juga tidak ingin menjadi, nyatanya sejak akhir tahun 2015 atau awal tahun 2016, aku banyak berhubungan dengan puisi dan penyair di dunia maya. Saat itu aku juga menjadi anggota grup penulis di facebook. Salah satu grup penulis yang aku ikuti secara intensif dalam arti aku cukup rajin mengirim tulisan atau, katakanlah, puisi a la “tahu bulat” adalah grup #puisi3baris. Grup penulis #puisi3baris diinisiasi dan dijaga oleh Salimi Ahmad bersama beberapa penulis seperti Foeza Hutabarat dan RD Kedum. Dalam grup yang didirikan September 2015 ini aku menjadi anggota sejak awal 2016. Saat itu, setelah mengenal gaya puisi tiga baris, aku belajar menulis dan mengirimkan tiga (3) puisi setiap hari, nyaris tanpa jeda. Di grup ini memang ada batasan bagi setiap penulis dalam mengirimkan atau mengunggah karya, yakni tiga puisi per hari, kecuali pada saat tertentu ketika ada keleluasaan. Yang menarik dari grup ini adalah adanya pengumuman judul yang harus ditulis oleh para anggota. Judul “berjamaah” itu diumumkan tengah malam. Setiap hari ada judul baru. Ini merupakan sebuah tantangan bagi para anggota. Pada Mei 2016 komunitas #puisi3baris menerbitkan antologi bersama berjudul ANTOLOGI PUISI GERHANA, dan lima buah puisi-(puisian) yang aku kirim dinyatakan lolos kurasi serta ikut diterbitkan. Antologi ini memang secara khusus diterbitkan untuk memperingati Peristiwa Gerhana Matahari Total di sebagian wilayah Indonesia yang terjadi pada Rabu, 9 Maret 2016. Sampai akhir tahun 2017 aku sudah menulis dan mengirimkan ratusan puisi tiga baris ke
BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA 3 (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata grup tersebut. Dari ratusan puisi yang kukirim, kemudian kupilih 333 buah untuk aku terbitkan dalam antologi pribadi berjudul 999 BARIS PERSEMBAHAN KEPADA TUHAN, BAGI KELUARGA, PADA SEMESTA JAGAT RAYA (terbit Juli 2017). Antologi ini pernah dijadikan bahan diskusi di FIB UGM. Setelah aktif di grup #puisi3baris, ada dua grup penulis lagi yang aku ikuti, menjadi anggota, dan mengirimkan karya setiap hari. Grup pertama adalah #TerasPuisi yang dijaga oleh Foeza Hutabarat, RD Kedum, Ahmadi Al-Maksumi Nst., Windu Setyaningsih, dan Ning Purwa. Di grup ini aku kemudian diangkat menjadi salah satu admin sampai sekarang. Berbeda dengan grup #puisi3baris, #TerasPuisi bercirikan puisi lima baris dengan lima kata setiap baris. Seperti halnya di grup #puisi3baris, setiap hari admin (dan kadang-kadang anggota tertentu diminta membantu) Teras Puisi mengumumkan judul berjamaah yang harus ditulis oleh anggota grup. Di grup ini setiap hari anggotanya bisa mengunggah lima puisi (maksimal). Sebagai anggota dan sekaligus admin grup, sejak tahun 2017 hingga saat ini (2022, sudah lima tahunan), setiap hari aku juga berusaha menulis lima puisi. Dengan demikian, selama lima tahunan aku sudah menulis dan mengunggah puisi a la tahu bulat sejumlah kira-kira 5 (puisi) x 365 (hari) x 5 tahun) = 9.000-an puisi. Grup #TerasPuisi pernah dua kali menerbitkan antologi bersama: 1) Antologi 66 Penyair Teras Puisi (2016) dan Kelindan Diksi di Teras Puisi (2019). Pada dua antologi itu aku menyertakan karya dan sekaligus memberikan catatan atau pengantar. Dalam kaitan dengan grup ini, aku juga pernah menerbitkan buku
4 BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata berjudul Belajar Berpuisi Bersama Teman-Teman Teras (2018). Buku ini merupakan kumpulan catatan dan puisi anggota Teras Puisi. Grup kedua yang menjadikan aku sebagai admin adalah KAK (Kata Ala Katak). Ini adalah grup penulis haiku dan tanka, puisi khas Jepang. Di sinilah aku mulai mengenal dan kemudian mempelajari haiku serta tanka secara agak intensif. Sejak tahun 2017 sampai 2019 (sebelum pandemi Covid-19), aku termasuk rajin menulis prosa_ puisi_tanka dan mengunggahnya ke grup. Ketika KAK menerbitkan antologi, aku juga ikut di dalamnya. Di grup ini aku mengenal beberapa penulis haiku andal seperti Beni Guntarman (Almarhum), Lisbeth Ho, Irene Tan, Stella Christansi Ekaputri, dan Must An. Kalau dihitung, pasti sudah beratus-ratus haiku dan tanka atau varian puisi_ tanka, prosa_tanka, dan prosa_puisi_tanka yang aku tulis dan aku unggah ke grup KAK. Mulai tahun 2017 aku menambahkan tagar (tanda pagar) untuk setiap karya yang aku unggah ke grup penulis dan atau media sosial seperti instagram dan facebook. Tagar itu adalah #pondokilusikatatanpaarti. **)) Tagar ini masih aku pergunakan sampai sekarang. Ternyata tagar ini sangat bermanfaat untuk mencari tulisan apa pun yang telah/pernah aku kirim ke media sosial, khususnya facebbok. Tagar ini, bersama “salam tahu bulat” telah menjadi ciri khas Heru Marwata sebagai penulis amatiran. Bertemu dan Belajar Dari
BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA 5 (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata Mulai tahun 2017 aku banyak bertemu penulis dan belajar dari mereka, baik sebagai pribadi maupun sebagai bagian dari grup penulis. Nama Cunong Nunuk Suraja, Gambuh R. Basedo, Rissa Churia, Tengsoe Tjahjono, Nanang Suryadi, Fakhri Syarkawi, Kuniawan Junaedhie, Julia Utami, Wardjito Soeharso, Moktavianus Masheeka, Remmy Novaris DM, Erry Amanda, Yanie Wuryandari, Rg. Bagus Warsono, Esti Nuryani Kasam, Emi Suy, Ery, Dyah NKusuma, Suyitno Ethek, Sosiawan Leak, Sulis Bambang, Suyadi San, Lisbeth Ho, RD Kedum, dan para aktivis sastra facebook selalu berseliweran dalam pikiranku. Dari mereka aku banyak belajar tentang tulis-menulis, dan kadangkadang juga terprovokasi untuk menulis. Dunia maya dan media sosial telah memberikan ruang pertemuan yang nyaris tidak terbatas. Seperti halnya interpretasi yang tanpa tepi, imajinasi adalah wilayah jelajah yang sangat luas. Interpretasi dan imajinasi adalah dua ranah yang sangat menarik untuk dijelajahi dan dieksplorasi. Dua hal ini ternyata juga telah mengantarkanku untuk bertemu dengan, dan kemudian belajar dari, mereka yang sudah cukup lama dan intens mengelanainya. Banyak nama aktivitas facebook dari “jamaah fesbukiyah” yang aku kenal dan ternyata membawa berkah perkenalan. Fakhri Syarkawi dan kawan-kawan yang “menggawangi” grup “Haiki Lituli” telah mengajakku memasuki gaya menulis haiku yang agak diplesetkan. Di grup itu penulis bebas mengunggah karya sebanyak-banyaknya. Gaya tulis yang diadopsi adalah gaya haiku, tetapi hanya diambil model jumlah suku katanya. Grup “Haiki Lutuli” bisa dikatakan sebagai grup penulis puisi tiga baris dengan
6 BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata ketentuan haiku, yakni 575 (baris pertama 5 suku kata, baris kedua 7, dan baris ketiga 5, persis model haiku). Karena ada kebebasan mengunggah karya, di grup ini cukup banyak juga (beratus-ratus) lituli (lima tujuh lima) yang aku unggah ke grup. Ketika grup menerbitkan antologi bersama, aku juga ikut serta. Sulis Bambang telah memberi kesempatan aku ikut dalam penerbitan antologi Menjemput Rindu di Taman Maluku. Sosiawan Leak menginspirasiku untuk ikut dalam antologi Puisi Melawan Korupsi. Wardjito Soeharso telah mengajakku ikut adalan antologi Bersyiar dengan Syair. Suyadi San telah mengajakku ikut dalam antologi 1000 Guru Menulis Puisi (yang melibatkan guru dan dosen seluruh Indonesia) dan Sendja Djiwa Guru Budi (antologi yang khusus dipersembahkan kepada Pak Budi, seorang guru yang meninggal karena dianiaya muridnya). Rg. Bagus Warsono telah mengajak aku terlibat dalam penulisan antologi yang sangat berbeda, yakni antologi tulisan tangan yang berjudul Mblekethek. Julia Utami dan Kurniawan Junaedhi telah berkali-kali mengajakku ikut dalam penerbitan antologi tulisan, baik puisi maupun catatan inspiratif. Dua kali aku ikut antologi puisi Menjaga Kebhinekaan yang dimotori Julia Utami. Bersama penerbit Kosa Kata Kita dan Kurniawan Junaedhie aku sudah ikut dalam beberapa antologi tulisan Ibuku Surgaku (kumpulan tulisan untuk memperingati Hari Ibu), Sang Acarya (Guruku Inspirasiku) (kumpulan tulisan untuk memperingati Hari Guru), Anakku Permataku, Surat Cinta untuk Orang Tercinta, Soneta Extravaganza, dan Saat Terindah dalam Hidupku, serta Kisah-kisah Hidupku.
BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA 7 (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata Pertemuan virtual dan perkenalan lewat dunia maya dengan Rissa Churia memicu aku ikut dalam penerbitan Seri Antologi Wayang-2: Sabda Tama Wayang Purwa. Pertemuan dan perkenalan dengan Moktavianus Masheeka kemudian mengarahkanmu untuk ikut menjadi admin grup penulis “Taman Inspirasi Sastra Indonesia” (TISI). Grup ini sudah menerbitan beberapa buku seri penyair membaca Indonesia, dan aku ikut di dua antologi di antaranya, yakni Antologi 93 Penyair Membaca Ibu dan Antologi 77 Penyair Membaca Pahlawan. Di grup TISI aku sekaligus menjadi penjaga rubrik “Inspirasi Wicara Aksara” Bersama Sastri Sunarti Sweeney. Bagaimana dengan Esti Kasam dan Tengsoe Tjahjono? Bersama Esti aku ikut dalam antologi Bukit Kapur Mempertahankan Keseimbangan di Tengah Ketidakpastian dengan enam buah puisi a la tahu bulat yang berbicara mengenai corona dan segala “tetek bengek”-nya. Tengsoe Tjahjono adalah penggagas beberapa grup sastra di facebook: Putiba (Puisi Tiga Baris, Puisi Tiga Bait), Cerita Pendek Tiga Kalimat, dan Cerita Pendek Tiga Paragraf (Pentigraf). Ketiga kelompok ini juga menerbitkan antologi Bersama. Aku ikut dalam antologi yang digagas Tengsoe dengan tiga grup tersebut. Aku ikut dalam antologi pentigraf Papan Iklan di Pintu Depan, Seperti Andai Ibarat Bagai, dan Nama-nama yang Dipahat di Batu Karang, antologi cerita tiga kalimat Taruntum, antologi puisi tiga bait Resital Musim.
8 BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata Hasil Pembelajaran Setelah menjadi bagian beberapa grup penulis di facebook, baik sebagai anggota maupun admin, aku merasa mendapatkan banyak keuntungan dan manfaat. Dari grup #puisi3baris aku belajar menulis puisi pendek. Dari grup #TerasPuisi belajar menulis puisi lima baris yang lumayan padat. Grup KAK memberikan pengalaman dan pengenalan atas gaya puisi kuno dari Jepang yang disebut haiku dan tanka. Grup Putiba, Cerita Pendek Tiga Kalimat, dan Pentigraf Tengsoe Tjahjono mengajak mengembara dalam dunia luas lewat puisi dan cerita pendek yang sangat pendek. Apakah semua itu ada hasilnya? Apakah ada wujudnya? Inilah beberapa di antara puisi dan cerita pendek yang pernah aku tulis dan lolos kurasi untuk diterbitkan dalam antologi.
BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA 9 (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata CORONA (terbit dalam buku FIB UGM) (Tembang Pocung Sederhana: Sayektine Urip amung mampir ngombe Tangeh lamun langgeng Kabeh mesthi bakal bali Nyang Ngarsane Gusti Kang Hakarya Jagat) Konon bermula dari Wuhan Empat belas hari setelah perhelatan Tak ada yang telah mengaku membawa Bahkan saling tuding menjadi penyebabnya Awalnya seperti pelan mobil tahun 70-an Kemudian melesat bagaikan F-One Menjelajah penjuru dunia Membawa sebar petaka Covid-19 melanda wilayah yang luas Seperti novel best seller ranking teratas Menerabas jalur melontar tanpa batas Menciptakan kepanikan di mana-mana Memicu portal dan tabir penutup kota Menggiring curiga atas nama sesama Masker menghilang tak ditemukan Sanitizer dicari betapa sulitnya Berbondong orang belanja kebutuhan Mencoba menimbun segala rupa Takut besok gang-gang terkunci Persediaan habis tak bisa beli
10 BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata On line on line, daring daring Work from home kerja dari rumah Banyak sektor bagai terbanting Sepi, macet, jatuh, dan lungkrah Jalan-jalan kampung ditutup rapat Tempat ibadah kehilangan jemaat Tak ada pertemuan tak ada rapat Penduduk pun saling menyekat Corona telah menelan butiran waktu Entah sampai kapan akan meraja Ibarat badai semoga segera berlalu Berganti cerita yang penuh asa Mari, mari, kita berupaya dan berdoa Memohon pertolongan pada Sang Maha Mari, mari, kita galang toleransi hati Menyemai empati meyebarkan simpati Mengembangkan sikap saling menghargai Lancarkan komunikasi eratkan silaturahmi Tetap saling menyapa dan saling jaga Lewat segala rupa media Mari, mari, kita seia sekata Mengatasi penyebaran corona Memutus rantai dan menghapusnya Dari berbagai belah bumi tercinta Salam tahoe boelat dari #pondokilusikatatanpaarti Ngayogyakarta Hadiningrat, 15 April 2020
BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA 11 (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata Terbit dalam antologi Kelindan Diksi di Teras Puisi JINGGA bibirmu adalah senja terjingga tempatku melabuhkan rindu menuju peraduan kenangan usai menempuh jarak jauh antarwaktu di bilik ruang Yongin-Korea, #pondokilusikatatanpaarti 17032019 BIBIRMU akan selalu ada bara rindu di tungku tersemat pada bibirmu mengajakku mengembara menjelajahi kedalaman cinta Yongin-Korea, #pondokilusikatatanpaarti, 03042019 AGAMA kakekku yang “gagrak lama” *) pernah berkata di depan cucu-cucunya “agama kuwi agemane manungsa” **) “sing penting dudu pangakune” ***) nanging amalane, ngono wae ****) Yongin-Korea, #pondokilusikatatanpaarti, 02042018
12 BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata Catatan: *) orang dari generasi lama dengan pemikiran lama, sekaligus orang model kuna **) agama itu pakaian manusia ***) yang penting bukan pengakuannya saja ****) (karena yang lebih penting) adalah implementasinya, penerapannya dalam kehidupan
BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA 13 (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata Ada di antologi Menjaga Kebhinekaan LAGU ANAK PETANI cempe-cempe undangna barat gedhe tak opahi duduh tape *) begitulah lagu anak petani saat ngundha layangan **) sambil menggembala domba di wajah damai pedesaan hati enggan saling mendendam tangan tak pernah saling menikam lagu anak petani bersahut gayut saling paut pertemanan hanya terpisah oleh maut cempe-cempe, undangna barat gedhe tak opahi duduh tape dan semilir udara pun terbagi rata lagu anak petani tak kenal nada monopoli tak kenal dentang hegemoni lagu anak petani menyapa sapu negeri
14 BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata dari ujung ke ujung NKRI Yongin, Korea, #pondokilusikatatanpaarti, 19112018 Catatan: *) lagu berbahasa Jawa yang jika diterjemahan bebas ke bahasa Indonesia kira-kira menjadi: anak-anak kambing datangkanlah angin yang besar/cepat ‘kan kuberi upah air tape (ketan atau ketela/singkong) *)) menerbangkan layang-layang
BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA 15 (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata Dalam antologi Bersyiar dengan Syair MASIH BOLEHKAH AKU MENGAKU MUSLIM? masih bolehkah aku mengaku muslim jika hati dan pikiranku sering bertikai jika sholatku hanya penggugur kewajiban jika nuraniku sering terlindas kepentingan jika keluhanku selalu melebihi takar ikhtiar jika puasaku hanya menahan haus dan lapar jika kata dan perbuatanku sering berseberangan jika masih banyak menggerutu dibanding bersyukur jika permohonanku selalu melebihi semua upaya jika imanku pasang surut mengikuti musim jika takwaku masih selalu digoda tanya jika doa-doaku memaksa Tuhan dan, masih bolehkah aku mengaku muslim jika sujudku masih tak khusuk jika hatiku masih kasar dan selalu berbulu jika mulutku masih sering menebar ghibah dan gosip jika lisanku masih lebih banyak menuliskan kebohongan jika tanganku masih lebih sering meminta daripada memberi jika jantungku masih lebih mendetakkan fitnah beserta kebencian jika tulisanku masih lebih banyak mengundang mudharat daripada manfaat jika langkah kakiku masih lebih banyak menuju lorong gelap daripada jalan terang jika darahku masih lebih sering menggelegakkan emosi daripada pengendapan sadar diri
16 BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata lalu, masih bolehkah aku tetap mengaku muslim jika yang kulihat lebih banyak aroma syahwat daripada rambu akhirat jika yang lebih memaksaku adalah atasan dan kolega daripada panggilan-Nya jika yang aku cium masih lebih banyak harum badani daripada wewangi surgawi jika yang lebih kupentingkan masih kebutuhan duniawiah daripada asupan rohaniah ah, masih bolehkah aku mengaku muslim jika aku lebih gelisah tak pergi ke mal daripada ke masjid jika tanganku lebih sering bergandeng dengan iblis daripada malaikat jika aku seperti itu, dan masih selalu seperti itu masih bolehkah aku mengaku muslim Yogyakarta, PK, #pondokilusikatatanpaarti, 07062017
BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA 17 (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata Dalam antologi Sendja Djiwa Guru Budi CAT CINTA BERBAYAR NYAWA (Tragedi Dunia Pendidikan) balada siapa sangka pelajaran seni rupa pada kelas sebuah SMA menorehkan kisah kanvas luka ketika goresan cat cinta di pipi siswa berbayar nyawa pahlawan tanpa tanda jasa kisah sedih duka melanda dunia pendidikan generasi penjaga bangsa masa depan menafikan etika dan kesopanan mudah menarikan tangan layangkan pukulan ramu cekikan kematian tragedi, tragedi saat anak hilang bakti saat pendidik tak dihargai saat sekolah kehilangan misi saat lingkungan habis arti peduli mulut bangsa kelu membisu sepi mengenyam pedih dan peri membekukan apresiasi melenyapkan temali dan harga diri
18 BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata cat cinta berbanyar nyawa akan adakah serial kisahnya belum cukupkah nganga gurat lama murid menganiaya guru hingga mati semoga tak pernah ada lagi diakhiri cerita ini Guru Budi Yongin, #pondokilusikatatanpaarti, 25 Februari 2018
BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA 19 (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata Dalam antologi 1000 Guru Menulis Puisi TENTANG 1.000 GURU tentang nasib, tampaknya sudah semakin baik tentang penghasilan, tampaknya semakin menjanjikan apalagi setelah sertifikasi, kredit rumah pun berani tambah motor atau kredit kendaraan, bahkan tambah “koskosan” tentang karier, tampaknya juga sudah semakin tajir tentang tugas dan beban, tampaknya semakin ringan apalagi jika dibantu guru wiyata bakti, atau tenaga honorer supersakti tentang prestasi, tampaknya semakin menjulang tinggi apalagi di kota-kota besar, yang fasilitasnya serba cetar didukung penuh pemerintah, melimpah dan serba mudah tentang tugas mendidik, tampaknya semakin apik meski ada yang lebih suka mengajar, menghadiri aneka seminar tentang penghargaan dan apresiasi? tentang kenaikan pangkat dan tentang promosi jabatan? tampaknya semua semakin baik, minimal tak perlu lagi “loba-lobi”, apalagi jual beli tentang eksistensi, tampaknya semakin berjati diri minimal bisa ditemukan di sini, di antologi seribu guru menulis puisi tentang pengabdian, tampaknya sudah tak terpisahkan tak lagi pengab ditambah dian, dengan konsekuensi “kapan-kapan” tentang kreativitas, makin penuh vitalitas tentang inisiatif, makin mantap dan aktif
20 BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata tentang 1.000 guru oh, kenapa hanya seribu bukankah jumlahnya jutaan ah, semua pasti makin berjaya menulisguratkan ilmu melukislekatkan pengetahuan menyemaitumbuhkembangkan akhlak dan kebaikan berbagi kisah dan pengalaman mengarahkan hidup dan masa depan menyiapkan generasi penerus andalan mencerdaskan bangsa dalam kehidupan jangan tanya soal gaji jangan singgung soal pendapatan jangan bicara soal insentif jangan bincangkan soal kesulitan jangan singgung soal ketulusan semua itu tidak penting karena guru adalah tugas dan panggilan mengajar adalah kesukaan mendidik adalah tujuan cukup sebut soal “rasa” misalnya “rasa keadilan” antara yang PNS dan honorer cukup di satu saluran misalnya di lintas batas jalan aliran gaji dan penghasilan di pusat dan pinggiran tentang menulis puisi mungkin itu hanya soal hobi tentang 1.000 guru mungkin juga hanya soal jumlah jadi, kalau perlu, lupakan saja Yongin, Korea, 26 Juni 2018
BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA 21 (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata Terbit dalam antologi Menjaga Keseimbangan dalam Ketidakpastian MENGHITUNG JARAK PANDEMI ribuan kilo meter terlampaui ujung akhir masih belum pasti bahkan lekuk liku perjalanan masih terus memasang hambatan kerinduan terpaksa hanya terus dipupuk pertemuan menjadi kisah nan langka hasrat keinginan dibiarkan meringkuk agar kelanjutan kisah tak jadi sirna kadang melintas rombongan pecundang menantang rintang asumsi penghalang menyesal diri ketika tumbang atas nama kekonyolan perang menghitung jarak pandemi sulit menentukan angka terakhir angka awal masih dibincang yang di tengah pun slalu bergeser cerita dewa dewi sangat dinanti lewat jalur ganesha dan saraswati seperti tiupan angin surgawi hinggap sebentar lenyap kembali “masih jauhkah?” sebuah tanya menunjuk jari
22 BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata “hitung sendiri sesukamu” sebuah jawab pun terdengar “aku sudah kangen perjumpaan” kata penanya “tak hanya kamu” imbuh penjawab menghitung jarak pandemi memajang nomor-nomor tak pasti menjumlah angka hidup dan mati mengisikosongkan ruang memori menghitung jarak pandemi menakar rentang nyata dan mimpi menghitung jarak pandemi kita tunggu akhirnya nanti Salam tahoe boelat dari #pondokilusikatatanpaarti, 17092020
BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA 23 (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata Ada dalam Seri Antologi Wayang-2 SABDATAMA WAYANG PURWA POCUNG: HARYA SUMAN *) Harya Suman Pokale pancen culika Seneng ngadu-adu Ngrusak raketing kekancan Seduluran malih dadi pasulayan Patih srei Arane Tri Gantal Pati Dasar gawan bayi Janji mesthi nyulayani Senengane apus krama laku nista Wektu iki Akeh uwong kang nyengkuni Tansah gawe gendra Ora lega rasa ati Yen negara dadi aman ayem tentrem Kota Gudheg, #pondokilusikatatanpaarti, 10 April 2021 *) Saya tulis dan persiapkan tembang ala pocung ini untuk meramaikan acara peluncuran antologi geguritan berjudul Ngayawara karya Na Dhien (Kristy) yang rencananya akan digelar di Yogyakarta. Acara itu batal diselenggarakan karena pandemi COVID-19. Secara
24 BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata khusus, sebenarnya syair ini akan saya baca (tembangkan sebagai tembang pocung) sebagai pengantar untuk membaca gurit Na Dhien yang berjudul “Pokale Harya Suman”.
BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA 25 (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata MASKUMAMBANG PANDHAWA LIMA Pandu Kunti Madrim Titahing jawata Nurunke satriya Pambrasta budi angkara Saindhening jagat raya Ya Pandhawa lima Ratu Yudhistira Bima Wijasena Harjuna Raden Janaka Kembar Sadewa Nakula Pancen wus pinasthi Sareng para putra Meper laku murka Aneng Tegal Kurusetra Ngruwat Kurawa Hastina Satriya Amarta Kekasihing dewa Jalma kang utama Ginaris ing jitabsara Hamemayuning bawana Kota Budaya, #pondokilusikatatanpaarti,11 April 2021
26 BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata TEMBANG PERANG DI KURUSETRA tembang perang di kurusetra bernada dentang pedang saling menikam keris dan lembing saling menusuk gada dan bindi saling menghantam angkara harus musnah kebaikan harus berjaya pandhawa merentang panah kurawa kehilangan nyawa tembang perang di kurusetra saksi bisu permusuhan wangsa dipicu nafsu ‘tuk berkuasa melanggar sumpah janji setia perang baratayudha harus terjadi kucurkan darah deraikan air mata takdir mencuci sehampar bumi mengikis habis murka semesta tembang perang di kurusetra senjata bicara korban pun jatuh kata-kata tlah hilang makna tergantikan genderang tabuh tembang perang di kurusetra menumpas angkara melibas murka kalah tumbang menang arang kranjang wangsa kuru porak poranda saling menerjang Kota Pelajar, #pondokilusikatatanpaarti,12 April 2021
BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA 27 (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata SEMAR semar mesem adalah ajian semar mendem adalah sajian kentut semar adalah persenjataan kuncung semar adalah kebijaksanaan menyeimbangkan laras hidup keinsanan meluruskan laku bengkok kadewan membimbing ksatria panutan semar dewa kamanungsan jika ada dewata berlaku menyimpang ismaya akan segera melagukan tembang menyematkan alat timbang di nada sumbang menerakan garis lempang di jalur yang timpang jika para bendara sakit, sedih, dan terancam badranaya segera mencarikan peredam jika anak asuhnya akan tenggelam semarlah yang pertama karam kini masih adakah semar yang mengejawantah menjadi penenang, pengarah, dan pewarah menjadi penjaga, penegak, serta pelurus arah sejarah jika permusuhan, pertikaian, dan peperangan merajalela jika nafsu angkara dan laku murka bersimaharaja jika maling, begal, kecu, perampok berjaya mungkin semar memang telah tiada Kota Revolusi, #pondokilusikatatanpaarti,15 April 2021
28 BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata ARJUNA: LELANANGING JAGAT LANCURING BAWANA adalah parta lengan nggendhewa pinenthang anak-anak panahnya bermata elang tak pernah luput sasaran yang terbidik bahkan jantung hati bidadari kahyangan adalah permadi titik akhir aura ketampanan batas kulminasi wajah rupawan bagi kaum hawa selalu jadi pujaan ke mana pun melewati persinggahan adalah janaka dikerubuti wanita cantik jelita dipuja gadis berbagai belah dunia semua siap dinikahi dan dijadikan istri bahkan dimadu, dijadikan kedua atau ketiga adalah arjuna lelananging jagat lancuring bawana pria paling lelaki di antara kaum adam idaman sejati di dunia para perempuan hampar bumi kolong langit kejantanan adalah palgunadi kumbaljali atau kumbang ali-ali ciptaning mintaraga atau pandusiwi
BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA 29 (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata indratanaya atau disebut juga jahnawi parantapa, dananjaya, jisnu, atau kerti adalah herjuna panah sejati untuk segala hati panah asmara untuk segala cinta panah kematian untuk segala medan panah segala panah untuk segala ranah Kota Perjuangan, #pondokilusikatatanpaart, 15 April 2021
30 BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata SENCAKI YA SETIYAKI pastilah raden setiyaki sencaki dari garbaruji adik dewi setiyaboma ipar sang raja dwaraka yuyudana ya wresniwira tambakyuda si warsiniputra padmanegara klan warsneya juga disebut singamulangjaya berjuluk si bima kunthing bersenjata gada wesi kuning di medan perang tanpa tanding musuh pun berlari “sipat kuping” *) dalam bharatayuda di medan khurusetra sebagai senapati amarta berhadapan dengan satru lama putra somadata dari negeri bahlika ksatria rupa raksasa bernama burisrawa keteteran satyaki dalam perang tanding nyaris tewas pula tangannya terpiting diterkam burisrawa dan terbanting tanpa siasat tepat bathara kresna lewat kelebat panah dananjaya yuyudana akan tinggal nama
BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA 31 (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata sejarah trah kuru mewarnai para perkasa aneka negeri dalam kisah cerita abadi lahir, hidup, dan mati *) melarikan diri secepat-cepatnya Kota Berhati Nyaman, #pondokilusikatatanpaarti, 04 November 2021
32 BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata SUMPAH DEWI DRUPADI hutang nazarnya harus dilunasi tidak akan rambutnya dikeramasi kecuali darah dursasana yang mati drupadi setia menanti dan mengikuti dentang di medan perang yang terjadi padang kurusetra telah menjadi saksi lunaslah sumpah dan janji sang dewi sewaktu bima berjalan mendekati memeras ludira ke dalam panci begitulah lahir satu kisah di antara perseteruan dua bersaudara hastina dan amarta yang bertabur bunga dendam membara saling serang, saling tikam, dan saling meniadakan nyawa bumi pun bersimbah darah dan tumpah curah air mata perang besar bharatayudha telah menjadi penanda rupa neka napsu dunia akan selalu mencipta luka korban harta & benda pun tak ternilai harganya cukup sudah lelakon pertikaian antarmanusia antarnegeri, antarbangsa, dan antarsesama di antara makhluk sang pencipta semesta aman dan damailah segenap alam raya salam tahu bulat dari #pondokilusikatatanpaarti, 11 Desember 2021
BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA 33 (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata Catatan Akhir Urusan atau takaran banyak-sedikit atau besarkecil bisa saja sangat subjektif sifatnya. Demikian pula halnya dengan manfaat atau keuntungan yang didapatkan seseorang dari pergaulan, pertemanan, dan keterlibatan dalam grup-grup penulis yang ada di dunia maya. Hanya aja, secara pribadi, dan ini pasti sangat subjektif, aku merasa mendapatkan banyak manfaat dan keuntungan lewat perjumpaan dengan aktivis penulis di dunia maya, khususnya facebook. “Buku Wajah” telah mempertemukanku dengan banyak penulis yang darinya, lewat persahabatan dan obrolan, aku mendapatkan tambahan ilmu, wawasan, serta guru-guru (semua secara gratis) untuk belajar berbagai hal yang berkaitan dengan karya sastra, terutama puisi dan prosa. Apakah manfaat atau keuntungan yang aku maksud berhubungan dengan kualitas karya yang aku ciptakan? Pertanyaan ini tidak bisa aku jawab (sendiri). Yang jelas, dengan gaya menulis “tahu bulat” rasanya memang sulit meningkatkan mutu tulisan. Tidak apa, bagiku yang penting tetap terus “menggoreng tahu” … sreeeeeeng … dan lahirlah karya sastra (kalau boleh ikut nebeng dalam format konsep dan bangunan besarnya) karena, bagiku lagi, sebulat atau selonjong apa pun, bahkan sematang atau segosong apa pun, tahu itu tetaplah (merupakan hasil) karya, dan bagiku—lagi-lagi—karya adalah salah satu penanda nyata dari keberadaanku di dunia. Oleh karena itu, di akhir tulisan ini, akan kutuliskan salam spesialnya, “salam tahu bulat dari #pondokilusikatatanpaarti” dan “cuuuuusss”. *) Istilah “tahu bulat” sangat berkaitan dengan gaya menulis
34 BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata yang aku terapkan, yakni tulis dadakan tanpa perenungan. Yang aku hasilkan, baik puisi maupun prosa, adalah olahan atas ide yang melintas dalam pikiran dan spontan aku tuliskan. Ini sesuai dengan iklan tahu bulat: goreng dadakan (kualitas) lima ratusan. **) Tanda pagar atau tagar ini memang aku pergunakan selaras dengan gaya menulisku yang dadakan tanpa perenungan. Aku menulis dari pondok ilusi kata tanpa arti dengan gaya tahu bulat. Beberapa tahun terakhir ini sebutan “tahu bulat” sudah melekat dalam diri Heru Marwata, lengkap dengan salam dan lokasi berkaryanya.
BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA 35 (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata 1. DIANCUUUK (1) Beberapa hari ini aku diganggu oleh teman lama yang konsultasi serius soal cinta. Berkali-kali dia bilang bahwa dia dan pasangannya sudah benar-benar saling cinta, cinta mati, katanya. Namun, sayang sekali, ternyata keluarga dari kedua belah pihak tidak menyetujui, apalagi merestui. Mereka bahkan menolak keras hubungan itu dilanjutkan. “Kalian ‘kan sudah sama-sama sangat dewasa”, kataku. “Jadi, sebenarnya mungkin kalian bisa menentukan jalan hidup kalian tanpa campur tangan keluarga kalau memang mereka benarbenar tidak bisa menerima”, tambahku. Berhari-hari dia terus menyampaikan aneka persoalan dan meminta bantuan solusi. Aku benar-benar ikut pusing. Pagi ini dia mengejar-ngejar minta bantuan solusi karena semua jalan telah buntu dan mentok. Akhirnya, setelah menimbang 1.001 alasan, keluarlah fatwaku yang paling gila. “Gini saja, Bro, kalian kawin lari saja, sahkan di pengadilan, lalu kamu ajak pasanganmu kembali setelah hamil dan punya anak, pasti keluarga kalian akan berubah pikiran”, kataku. Jawabannya ternyata mengejutkanku. “Hamil bagaimana?” tanyanya. “Ya hamil beneran, mengandung”, imbuhku. “Yah, mana mungkin, kami ini pasangan sejenis”, jawabnya. Diancuuuuk!!!!! salam #pentigraf tahu bulat dari #pondokilusikatatanpaarti, 10032021
36 BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata 2. DIANCUUK (2) Kemarin pas bersih-bersih laci aku nemu kalung keramik yang kubeli dari seorang teman yang dulu datang ke rumah khusus mengiklankannya. Aku bersihkan kalung itu, lalu aku ingatingat khasiat yang dulu disebutkan teman yang menjualnya. Pokoknya bagus untuk kerja jantung, melancarkan peredaran darah, menguatkan otot, dan menyehatkan badan. Karena iklannya sampai berbusa-busa, apalagi yang jualan juga teman, kasihan ha ha ha, aku pun tertarik membelinya. Padahal waktu itu harganya cukup mahal, kira-kira 1,5 juta kurs saat ini. Lalu aku pakailah kalung keramik yang sudah aku bersihkan itu sampai siang tadi. Terasa agak adem, memang. Terus terang kalung ini nyaris belum pernah kupakai. Nah, sore ini mendadak aku ingin tahu kabar teman lama itu, lalu aku pun meneleponnya. Setelah sambung dan saling sapa, aku pun bertanya, “Isih dodolan kalung sakti ora, Bro?” Jeda sebentar, lalu ... “Halah, ora Mas, aku mung diapusi, dikerjain,” jawabnya. “Maksudmu?” tanyaku lagi. “Ternyata itu ‘kalungkalungan’ belaka, gak ada manfaatnya. Paling-paling memberati leher,” imbuhnya. Diancuuuuk tenaaan!!!!! salam #pentigraf tahu bulat dari #pondokilusikatatanpaarti, 11032021
BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA 37 (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata 3. DIANCUK (3, habis) Tadi malam ada panggilan masuk ke nomorku. Kontak itu tanpa nama. Sengaja aku tidak menjawabnya karena kapok setelah berkali-kali “kecelik” menerima panggilan dari nomor tak dikenal dan ternyata berasal dari petugas promosi. Banyak yang mereka iklankan. Yang paling sering adalah tawaran asuransi dan atau kredit. Bahkan, pernah ada tawaran ... (ha ha ha rahasia). Entah mereka itu mendapatkan kontakku dari mana. Bahkan, aku sempat curiga bahwa ada pihak kedua yang telah menjual “data” kita (kita beneran ini) ke pihak ketiga, keempat, kelima, dst. Pagi ini nomor yang sama memanggil dan memanggil lagi, sampai belasan kali. Akhirnya, dengan mempertimbangkan kemungkinan adanya sesuatu yang urgen, atau sok penting, dengan ogah-ogahan dan setengah terpaksa, aku pun menjawab panggilan itu. “Diancuk, ditelepon wong tuwa gak gelem njawab,” terdengar suara nyerocos dari seberang sana. Jelas itu suara Om Totok, salah satu pamanku yang legendaris. “Om Totok sing diancuk ganti nomor gak ngabari,” jawabku tak mau kalah. “Sapa sing diancuuk, jajali?” tambahku. “Kowe, cuk,” sergahnya, dan kami pun kemudian ngobrol heboh setelah saling mendancukkan diri. “Dasar diancuuk tenan,” batinku. salam #pentigraf tahu bulat dari #pondokilusikatatanpaarti, 13032021
38 BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata 4. DIANCUK #4 (lanjutan #1, #2, dan #3) “Tumbèn kèlingan ambèk aku, Cuk,” begitu jawaban teman kuliahku saat kusapa lewat WA. Lalu aku telepon dia, lewat WA juga, yang gratis ha ha ha. Setelah saling menanyakan kabar dan ngobrol ngalor ngidul, dia berucap. “Aku janê rada khawatir jé yèn mbok kontak ki,” katanya di selasela obrolan. Ha ha ha aku tentu ingat dan maklum karena saat tinggal di asrama dia adalah dewa penyelamatku. Padanyalah aku sering pinjam ‘dana talangan’ kalau kehabisan uang saku dan beasiswa belum cair. Kami pun ngakak bersama ketika mengenang istilah yang kami buat, “bank oncit/plêcit”, karena dia akan selalu segera, bahkan sampai ngejar-ngejar, nagih utang begitu beasiswaku cair. Yang membuatku jengkel, ternyata dia tetap juga bilang masih deg-degan kalau aku mengontaknya. Tentu saja dia tidak takut lagi kalau aku akan pinjam uang karena secara ekonomi kami sudah sama-sama mapan. Ketika kudesak apa alasannya, aku pun hanya bisa mengumpat “diancuk tenan” ketika dia menjawab, “Aku wêdi yèn mbok tawani bukumu njur aku kudu tuku merga gak kêpénak, padahal aku gak butuh,” selorohnya. salam #pentigtaf tahu bulat dari #pondokilusikatatanpaarti, 14092021