The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Teras Budaya Jakarta, 2023-06-28 01:19:26

Heru Marwata

Heru Marwata (e-book)

Keywords: Antologi Puisi

BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA 139 (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata Pak K. Dia masak semua jajanan rebusnya dengan tungku dan kayu, bukan dengan kompor. Dia bilang supaya yang direbusnya benar-benar masak. Namun, dari sebuah sumber kami mendapatkan cerita bahwa dia masak dengan kayu bakar karena pemilik kamar kontrakannya juga menjual kayu bakar. Dia selalu membeli kayu bakar dari pemilik rumah yang dikontrak kamarnya. Salut. Suatu saat kami sengaja mengundang Pak K dalam sebuah pertemuan kecil. Kami ingin mendengar cerita Pak K tentang kejujurannya, tentang kualitas jualannya, dan tentang beberapa hal yang berkaitan dengan kehidupannya. Ternyata, sebagaimana kami, Pak K juga mempunyai penjual bahan jualan yang terpercaya. Untuk membeli kacang tanah, dia tidak pernah harus memilih-milih penjual dan dagangan. Demikian pula untuk dagangan pisang, jagung, ubi, dan kedelai. Semua sudah menjadi semacam jaringan kejujuran. Di antara mereka bahkan tidak ada tawar-menawar harga. Semua sudah berlangsung lama. Tidak pernah ada yang merasa tertipu atau dirugikan soal dagangan. Semua barang dagangan itu termasuk pilihan dan sudah dipilih secara baik. Jaringan kejujuran itu telah tumbuh sebagai kerja sama yang saling jaga dan menguntungkan. Ketika kami tanya apa keinginan Pak K yang belum terwujud dan ingin sekali direalisasikan, kami pun ‘trenyuh’ dan sangat tersentuh. Sudah lama dia menabung dan tidak pernah mengambil tabungan itu kecuali sangat terpaksa karena dia ingin pergi haji bersama istrinya. Alhamdulillah, belum lama ini ada salah seorang anggota grup kecil kami yang ingin sekali memberikan bantuan naik haji bagi orang yang dipandang sangat tepat. Lewat grup WA kami mendiskusikan keinginan Pak K dan istrinya. Ternyata


140 BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata teman kami yang dititipi amanah kelebihan harta itu setuju untuk membantu Pak K pergi haji bersama istrinya. Bahkan, semua urusan Pak dan Bu K dari A sampai Z diuruskan oleh salah seorang anak teman kami. Pak K sama sekali tidak perlu mengeluarkan biaya. Bahkan, tabungannya pun tetap utuh, tidak perlu diambil karena uang saku pun telah disiapkan. Awalnya Pak K begitu terkejut mendapatkan berita itu. Bahkan, dia seperti tidak percaya. Berkali-kali dia mengucapkan banyak terima kasih dan mensyukuri anugerah Allah itu. Setelah semua prosedur ditempuh, Alhamdulillah, Pak dan Bu K tinggal menunggu jadwal keberangkatan ke tanah suci. Anak-anaknya juga sangat bergembira atas limpahan kasih sayang Allah kepada orang tua mereka lewat tangan yang tidak terduga. Dua hari sebelum berangkat, Pak K berpamitan sambil menitipkan sesuatu kepada kami. Dia membungkus titipan itu dalam kotak kecil. Katanya, isinya hanya kunci kamar kontrakan dan kertas. Kami pun menerima dan menyimpannya. Kami memantau perjalanan haji Pak dan Bu K lewat biro dan pembimbingnya. Semua berjalan lancar. Sampai seluruh rukun ibadah haji selesai, semua berjalan lancar tanpa kendala. “Innalilahi wa Inna Ilaihi Raji’un .... Pak, kami kabarkan bahwa tadi saat thowaf pamitan, Pak K mendadak jatuh dan meninggal ketika mendekati Hajar Aswat dan Bu K meninggal ketika mencium Makam Nabi Ibrahim As”. Itulah pesan singkat lewat WA dari pembimbing rombongan jamaah Pak dan Bu K. Dua minggu setelah rombongan jamaah Pak dan Bu K sampai tanah air, kami mengadakan pengajian dan doa bersama. Kami undang anak-anak Pak K. Lalu, kami serahkan kotak kecil


BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA 141 (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata yang dititipkan Pak K kepada kami. Atas saran pembimbing rombongan, kotak itu dibuka oleh anak Pak K. Ternyata isinya benar-benar kunci kamar kontrakan dan sebuah surat. Dengan persetujuan hadirin, surat itu dibaca oleh pembimbing rombongan haji. “Alhamdulillah, keinginan kami untuk pergi haji kesampaian berkat bantuan hartawan yang budiman. Semoga Allah mengabulkan keinginan kami lainnya, yakni meninggal di tanah suci. Aamiin aamiin aamiin YRA”. Di bawahnya ada catatan bahwa kamar kontrakannya sudah disewa untuk lima tahun atas nama teman sekontrakan Pak K yang paling miskin. Lalu, tabungan Pak K yang rencananya akan dipakai naik haji dihibahkan kepada Pak M, pemilik kamar kos yang disewanya. Ternyata Pak M juga ikutan menabung seperti Pak K untuk pergi haji. --TAMAT--


142 BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata Akhirnya, bukan yang terakhir, sementara, penggalan calon novel saya itu terbit “dulu” sebagai salah satu cerpen dalam antologi yang dieditori oleh Om Nadjib Kartapati Z yang berjudul Menyemai Rampai (2022). 80. CURHATAN SEORANG MAHASISWI Beberapa tahun lalu seorang mahasiswi saya menghubungi lewat WhatsApp (WA). Setelah saya jawab salamnya, dia bertanya, dengan nada yang tampak serius, “Pak, saya boleh curhat ya, Pak? Saya sedang galau tingkat dewa. Kan Bapak pernah bilang kalau mahasiswa boleh curhat ke Bapak”. Yah, ini namanya kalah set. Lalu, sebagai Bapak yang baik, kalah cacak menang cacak, saya pun menjawab, “Ya, tentu saja boleh. Silakan. Sepanjang bisa, saya pasti akan membantu, apalagi hanya mendengar curhatan”. “Tapi, ini serius, Pak. Sangat serius. Ini menyangkut kehormatan dan harga diri saya, Pak. Bagaimana, Pak?” lanjutnya. Waduh, kepalang basah, ya sudah mandi sekali. Saya pun menjawab, “Baiklah, tidak ada masalah. Bagaimana cerita soal kehormatan dan harga diri itu?” “Ciyuussss, Pak?” tanyanya. “Iyalah, kenapa tidak?” jawab saya. Lalu dia menulis. Saya menunggu dengan agak deg-degan karena dia mengawali percakapan dengan menyinggung soal harga diri dan kehormatan. Saya sudah membayangkan bahwa


BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA 143 (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata ada yang sudah terkoyak. Ah, saya berdoa, semoga mahasiswi yang cukup akrab dengan saya dan juga saya kenal baik ini tidak sedang dalam masalah. Apalagi dia ini terhitung pintar dan rajin. Kasihan kalau dia menghadapi masalah berkaitan dengan kehormatan dan harga dirinya sementara saya hanya bisa membantunya dari jauh. “Begini, Pak. Bapak tahu kan, saya adalah mahasiswa dari jalur Bidik Misi,” tulisnya. Saya biarkan dia terus menulis. “Nah, minggu lalu saya pulang kampung. Pas juga saat itu teman dekat saya sejak SMA, he he he pacar saya, Pak, ngaku deh ke Bapak, juga pulang kampung. Kami pun bertemu. Kami ketemu di masjid kampung saat salat ashar. Lalu dia bilang akan main ke rumah untuk membicarakan hal serius. Wah, jujur, Pak, saya takut kalau dia ngajak kawin karena keluarga kami sudah saling tahu dan juga memberi restu. Pokoknya saya sudah pasang kuda-kuda, kalau sampai dia ngajak kawin, eh nikah, saya akan bilang bahwa saya harus minta izin dulu ke dosen pembimbing saya. Saya akan segera kontak Bapak dan meminta bantuan agar saya, entah bagaimana caranya, dan saya yakin Bapak bisa membantu saya, agar saya tidak segera dikawinkan. Saya ingin lulus, menjadi sarjana dulu, baru acara lainnya. Ha ha ha, maaaf ya, Pak,” tulisnya cukup panjang. Saya belum bisa menebak ke mana kira-kira arah lari alùrnya. Masih gelap. Lalu saya bilang, “Ya, terus bagaimana? Coba lanjutkan dulu biar tidak jadi suspense atau foreshadowing, biar klimaksnya enak dan denouement-nya melegakan,” sambung saya. “Pokoknya seru deh, Pak. Bapak harus dengar penuh ceritanya. Besok saya akan kenalkan pacar saya itu ke Bapak. Gayanya kebapakan, kayak Bapak deh. Dia juga suka sekali humor meski humornya tidak bisa spontan dan sesegar humor


144 BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata Bapak. Ha ha ha saya membayangkan Bapak tengah ke-GRan karena saya bilang lucu dan tidak garing dot com. Kami, heheehee, saya dan teman-teman, selalu menunggu kuliah Bapak. Kami suka sekali mendengar suara Bapak. Bahkan, si ... (menyebut sebuah nama) itu sampai diam-diam merekam suara Bapak dengan HP saat kuliah.” “Wis-wis-wis, terus soal kehormatan dan harga diri mau njur kepriwe?” tanya saya sambil menikmati ke-GR-an dan membayangkan tangan si ... uthak-uthek di tas itu ternyata merekam saya. Moga-moga yang direkam pas bagus dan isinya pas benar sehingga tidak menjadi sarang penyesatan berjamaah. Amin. “Pacar saya itu sudah bekerja di Jakarta, Pak. Gajinya lumayan. Sebagai lulusan SMK yang pintar dan sangat kreatif, belum setahun bekerja saja dia langsung mendapatkan kepercayaan dari bosnya yang membuka bengkel besar dengan layanan khusus urusan aksesoris mobil. Nah, sebagai penghargaan atas prestasi dan kinerjanya yang bagus, bosnya itu nawarin beasiswa untuk kuliah. Bahkan, bosnya itu bilang, beasiswanya tidak mengikat. Kalau sudah lulus dan ada pekerjaan lebih menjanjikan, katanya, dia boleh memilih. Waaah saya heran, Pak. Kenapa ya orang Tionghoa itu kalau sudah percaya, kok bisa jadi baik sekali. Lha wong pacar saya itu selalu ditawari kok kalau mau pinjam motor/mobil. Alhamdulillah, Pak, dia itu termasuk kesayangan bosnya. Wah, maaaf Pak, ngelantur.” Saya masih menahan diri dan tidak berkomentar. “Jadi, intinya pacar saya itu menolak beasiswa. Dia bilang ingin kuliah langsung praktik di bengkel bosnya itu. Sebagai ungkapan terima kasih atas kepercayaan si bos itu, dia akan


BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA 145 (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata bekerja sebaik-baiknya sambil terus sekalian belajar. Konon bosnya kemudian berkata bahwa karena sudah berjanji akan memberi beasiswa, dana beasiswa itu boleh digunakan untuk siapa saja, misalnya saudara atau adiknya. Nah, karena dia anak ragil, kakak-kakaknya sudah bekerja, katanya saat itulah dia ingat saya. Sumpah, Pak, katanya dia bilang gitu, dan saya tersipu dalam hati. Dia pun kemudian menyampaikan ke bosnya bahwa, kalau boleh, akan mengambil beasiswa itu untuk pacarnya. Wah, tentu saja bosnya bertanya-tanya, kok untuk pacar. Bukankah pacar belum tentu akan menjadi istri. Lalu pacar saya cerita tentang saya. Herannya, Pak, boleh gak percaya deh, katanya si bos itu bertanya begini, ‘Apa pacarmu rajin mengaji dan pergi ke masjid seperti kamu, dan apakah dia berkerudung?’ katanya begitu, Pak. Entah apa hubungannya wong bosnya itu orang Tionghoa. Katanya sih beragama Konghucu. Maklum, Pak, namanya pacar beneran, dia pun menceritakan semua kebaikan saya. Bahkan, disebutnya pula nilai-nilai saya yang selalu bagus selama kuliah. Singkat cerita bosnya tidak keberatan, bahkan mendukung, dana beasiswanya dialihkan ke saya. Dana itu akan ditransfer setiap bulan ke rekening saya untuk biaya kuliah di Yogya. Alhamdulillah, Pak, beasiswa yang saya terima itu ternyata cukup besar. Suatu saat saya pingin deh, sebagai ungkapan rasa syukur, menraktir Bapak di warung Yu Par di Bonbin.” Sampai di situ saya nyaris menemukan alur ceritanya berkaitan dengan kehormatan dan harga diri. Dengan mengingat gayanya di ruang kuliah, model pergaulan, dan terutama pekerjaan ujiannya, saya berharap horizon harapan saya tidak meleset. “Baiklah, selamat ya, saya senang sekali mendengarnya. Lalu, bagaimana tadi soal kehormatan dan harga diri?” saya bertanya.


146 BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata Saya langsung merasa bahwa tebakan saya tidak keliru ketika dia mulai menulis, “Pak, bagaimana cara mengundurkan diri dari status sebagai mahasiswa Bidik Misi?” Makcles dan maknyes hati saya. Bahkan, mata saya pun sempat berkaca-kaca. Mahasiswi saya yang satu ini memang luar biasa. Sudah saya duga sejak awal bahwa anak ini sangat dewasa dan toleran sekaligus aktif dan kreatif. Halus budi dan solehah. Ini mahasiswi UGM yang sangat ideal. Berkali-kali ia menulis cerita atau puisi atau feature dan meminta saya untuk membaca serta mengomentarinya. Saya selalu menangkap kata-kata penuh makna dalam tulisannya. Dia pun kemudian bercerita lebih lanjut bahwa dengan beasiswa yang diatur Tuhan lewat tangan pacarnya yang punya bos orang Tionghoa yang menaruh kepercayaan padanya, dia sudah merasa tidak berhak lagi mengambil kesempatan menjadi Bidik Misi. Dia ini, menurut saya, adalah salah satu mahasiswa yang cukup langka. Bukankah tidak akan ada yang mempermasalahkan atau memrotesnya atas pendanaan ganda yang dia terima karena statusnya sangat berbeda? Namun, begitulah dia. Saya sangat bangga pada mahasiswa yang pikirannya jernih dan sikapnya sangat ceria serta selalu optimis dengan semboyannya bahwa berbagi kesempatan tidak akan pernah menutup jalan dan pintu-pintunya ini. Semoga kelak kau sukses menjadi manusia, Ndhuk. Amin. Akhirnya, dia pun memproses pengunduran dirinya sebagai mahasiswa Bidik Misi dan menjadi mahasiswa mandiri dengan penuh kebanggaan. Semoga ke depan akan saya dapatkan mahasiswa seperti ini. Saya mengakhiri cerita ini dengan derai air mata bahagia dan membayangkan kehidupannya di masa depan dengan suaminya sebagai sepasang suami-istri teladan. Oh, tapi sayang seribu sayang, untung tak dapat


BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA 147 (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata dikejar, malang tak dapat diraih ... ternyata ketika wisuda sarjana dengan predikat cumlaude dengan IPK nyaris 4 dia pingsan saat menerima ijazah di GSP (Grha Sabha Pramana). Konon saat namanya dipanggil untuk menerima ijazah, dia sempat membaca pesan WA pacarnya, “Dik, maaf aku tak bisa mengejar waktu wisudamu, ada kecelakaan di Bumiayu”. Agak sempoyongan ia menuju mimbar untuk menerima ijazah dan kemudian jatuh pinsan usai berjabat tangan dengan dekan. Ternyata pesan pendek itu adalah pesan terakhir kekasihnya. * Demikianlah takdir berjalan dan mengalir. Manusia hanya sebatas berada di wilayah usaha sekerasnya, doa sekhusyuknya, dan setelah itu biarkan tangan Tuhan yang bekerja. Putaran waktu selalu berlaku. Kadang pelan dan terasa begitu lamanya sebuah peristiwa berproses. Namun, kadang gelaran masa begitu cepat dan bak kilat segera mengelanai jagat raya. Tiga bulan telah lewat sejak pelepasan wisudawan bulan Agustus di GSP UGM. Ketika sedang mengajar di sebuah kelas di Gedung Bahasa, Hankuk University of Foreign Studies (HUFS) Global Campus Yongin, Korea, kurasakan HP yang ada di saku celana berkali-kali bergetar. Ini sebenarnya hal biasa karena saya mengaktifkan media sosial dan segala “susu ashma” atau “tetek bengek” aplikasi di dalamnya. Sebut saja FB, IG, Line, WhatsApp, Kakao Talk, WeChat, Twitter, dll. karena telanjur memakai semboyan, “Jika belum bisa menjadi pembuat, mari kita minimal menjadi pemakai yang hebat”. Usai jam mengajar di lantai 5 saya menuju ruang dosen di lantai 3. Lewat tangga karena memang tidak ada lift. Begitu masuk ruang dengan memencet kode kunci dan menempelkan


148 BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata kartu pembuka pintu, saya duduk di sofa dan membuka HP. Ada pesan dari nomor +62 89***** tanpa nama. “Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh, selamat siang, Pak. Apa kabar, Pak? Ini saya, Ime (panggilanku untuk Siti Fatimah), saya ganti nomor Pak.” Alhamdulillah, semoga anak ini baik-baik saja. Aku kehilangan kontaknya beberapa hari usai Ime wisuda dan pingsan saat prosesi yang mestinya sangat membahagiakan itu. “Waalaikum salam wr.wb, Ime. Alhamdulillah baik. Bagaimana denganmu?” jawabku. “Baik, Pak. Pak, boleh saya telepon lewat Kakao Talk?” dia menulis di WA. “Boleh,” jawabku sambil menunggu. Lalu mengalirlah cerita Ime lewat telepon. Aku senang karena ia diterima bekerja di Badan Bahasa, Jakarta. Untuk sekadar mengecek sambil sok gaya, aku pun menyebut beberapa nama teman yang bekerja di sana. Ketika aku sebut nama beberapa tokoh di Badan Bahasa, Ime terkejut karena itu nama-nama pejabat. Pendek kata, ia telah bekerja dan bangkit dari kesedihan kehilangan kekasihnya. ** “Selamat siang Mbak. Apa ini rumah Mbak Siti Fatimah?” tanya seorang pemuda sipit saat Ime membuka pintu. “Saya akan menyerahkan barang ini kepada Mbak Siti Fatimah,” lanjut pemuda sipit itu. Ime pun membuka pintu lebih lebar dan mempersilakan tamunya masuk. Entah kenapa, jantung Ime rasanya bergetar hebat begitu menerima sebuah kotak dari pemuda itu. Bahkan, debaran dada Ime belum juga reda


BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA 149 (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata setelah pemuda tinggi putih itu pamitan serta masuk ke mobilnya dan kemudian berlalu. Ime seperti kamitenggengen (bahasa Jawa = terpukau, terpesona, kaget, heran, seperti kena sihir). Di kamar, Ime membuka kotak kecil dari kayu berukir dengan kunci gembok yang dilekatkan di bagian bawah kotak. Ia terpukau dan kaget begitu melihat isi kotak: tiga buah cincin dalam tatakan berbeludru merah. Bukan emas, tetapi seperti titanium. Berulir bagus dan anggun sekali, dan bertuliskan nama di bagian dalamnya: namanya, Siti Fatimah, nama almarhum kekasihnya, M. Ikhsanuddin, dan yang satu tanpa nama. Sungguh semacam teka-teki atau enigma dalam terminologi Roland Barthes, bisik Ime dalam hati dan penuh tanda tanya. Ia pun melayang ke kampus mengenang kuliah semiotika bersama dosen yang dikaguminya, yang selalu tertawa di medsos: qqqqqqqqqqqk. (ini adalah ketawa ala Prof. Faruk Tripoli) * Jonathan adalah teman baik M. Ikhsan. Hubungan mereka selayaknya kakak adik. Padahal, John, panggilan Jonathan Aditama adalah anak bosnya, pemilik bengkel besar di Jakarta, tempatnya bekerja. “Bisa nemani aku besok sore, John?” tanya Ikhsan suatu hari. “Boleh, San,” jawab Jonathan. Suatu sore mereka berdua pergi ke sebuah mal besar di pusat kota Jakarta. Ikhsan akan memesan cincin kawin. “Kenapa memesan cincin tiga buah? Kan cukup dua untuk kamu dan pacarmu, San?” tanya Jonathan heran. John lebih


150 BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata heran lagi ketika Ikhsan menjawab, “Kan ada kamu, John”. Keduanya sama-sama kaget. Entah kenapa di dada mereka ada desir halus, seolah ada panggilan takdir yang akan mengubah jalan hidup mereka. Inikah yang disebut firasat? Takdirlah yang akan menjawabnya. *) Heru Marwata atau HM si Tahu Bulat hanyalah penggemar kata-kata biasa.


BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA 151 (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata 81. SATU RASA DUA DUNIA Setali tiga uang adalah ungkapan dari duniaku. Juga dua sisi satu mata uang. Artinya, semua sama saja, dan keduanya tak terpisahkan. Jangan tanya mana yang lebih tepat. Itu sangat tergantung. Begitu juga dunia, yang konon teramat dahsyat, yang sayang hanya kukenal sepotong kecil, yang sayang juga hanya yang dekat-dekat dengan diriku, sebagai sebuah pribadi. Namun, yang sepotong itu pun rasanya tak muat menjejali benakku, menyesaki otakku. Juga potongan dunia yang satu ini, yang tidak aku kenali secara ragawi, tetapi aku jelajahi secara jiwani, yang mengawali ‘potongan’ kisah ini. Seperti kebiasaanku kalau mulai bertutur kata, apalagi yang berbau susastra, kupilihpilahlah kata yang menurutku enak didengar. Saat itu aku sedang berjalan di antara tegak dan hijaunya pohon cemara. (Sekali lagi, sengaja kupilih pohon cemara karena konon lebih puitis daripada pohon pisang, dan lebih merdu daripada deretan pohon melinjo atau rumpunrumpun salak pondoh. Itulah yang terjadi kalau memori sudah telanjur tercekoki oleh bait-bait puisi dan baris-baris melodi dari dunia sastra. Semua serba harus ditimbang, tidak realistis, terlalu sok egoestetis. Munafik!) Entah dari mana datangnya, tiba-tiba saja (aku memang suka mengawali kisah dengan mesin dewa-dewa dari Yunani kuno, biar saja dicap jelek atau lemah oleh para strukturalis) ada seorang gadis yang memegang tanganku erat sekali dan kemudian melayang membawaku terbang di antara awan-awan serta membeberkan kisah lain dari dunia yang berbeda. Mas, aku tahu istrimu cemburu. Oh ya, dari mana kau tahu? Itulah instingku sebagai wanita.


152 BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata Tapi, kamu kan cuman ciptaanku, kreasi, tiruan dunia ide, bohong-bohongan, karanganku. Ya justru itulah kelebihanku. Aku telah berkembang melampaui imajinasimu. Oh ya? Bagaimana caranya? Aku tumbuh suburkan semangat mimetikku dengan menyemaikan seluruh benih gagasan yang kau tuangkan ke benakku. Waw ... hebat sekali. Apa kau lebih pintar dariku? O, tentu tidak. Sepandai apa pun aku dan semenjulang apa pun imajinasi yang dapat kubangundiritegakkan di dunia angan, sesungguhnya tak akan pernah melebihi ketinggian khayalmu mengembangkan dunia maya yang aku labuhi. Tapi, kau tahu istriku cemburu. Ya, itu hanya gagasan balasan atas kisah yang kau jalankan atasku. Maksudmu? Aku begitu istimewa di matamu, kau begitu mengagungkan cintaku, kau menempatkan aku di relung terdalam dan termanis romantis di lubuk hatimu, siapa yang tak kan mencemburuiku, Mas? Lho, sebentar, itu kan relung hati laki-laki yang kuciptakan untukmu, bersamamu, itu tidak nyata, itu bukan aku. Ya, kau boleh bilang begitu, tetapi coba tanyakan ke hati nuranimu. Temukan jawaban pertanyaanku, apakah kau tak berharap istrimu seperti aku? Ya ... ya, memang, kau adalah istriku dari dunia ide. Nah, ngaku kan? Tapi, istriku tak pernah membaca karyaku, bagaimana ia tahu? Kamu salah Mas, kau suntuk membuat kisah kasih dan jalan hidupku kan? Kau menghabiskan banyak waktu untukku kan? Bahkan, kau mengenali setiap lekuk liuk kecil dalam detail jiwa ragaku kan? Iya memang, tetapi kan istriku tidak tahu?


BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA 153 (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata Kamu salah lagi Mas, di mana kau simpan aku? Di flash disk. Lalu, di mana lagi? Di hard disk, kepingan CD, tapi istriku tidak pernah membuka file-file simpananku. Iya memang, lalu di mana lagi Mas? Di mana ya ...? Tidak ada lagi. Hanya itu. Salah Mas, salah lagi, kau simpan juga aku dalam mimpimu. Tidak! Jangan mengada-ada ya! Akuilah Mas, dua hari yang lalu apa yang kau lakukan dengan istrimu? Biasa, kami bercumbu, bermesra, bercinta, itu biasa, minimal memang satu atau paling telat dua hari sekali, biasanya sih selalu lebih, kami harus melakukannya, santapan rohani, pupuk gairah jiwani, rutin, bahkan otomatis seperti mesin. Kata temanku itu artinya sama dengan memperbarui cinta. Lalu, kenapa? Apa hubungannya? Ya itulah .... Mas. Iya, kenapa? Ingat-ingatlah Mas! Gak ada apa-apa. Biasa. Normal. Tak ada masalah. Andai kau rekam Mas, pasti kau tahu? Iiiihhh gila. Bocor sampai internet bisa kacau duniaku, karierku, rumah tanggaku, ih amit-amit. Coba ingat lagi. Ini PR untukmu, Mas. No way. Tidak ada PR-PR-an. PR adalah yang biasa aku berikan pada tokoh-tokoh imajinerku. Nah, giliranmu Mas, sekarang coba rasakan beban PR yang biasa kau berikan kepada kami. Kami? Kalian? Ya, kami, aku, dan insan-insan imajiner ciptaanmu lainnya.


154 BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata Tidak, katakan saja, Nur, jangan bikin aku penasaran. Nah, itu sudah kelihatan kan? Apanya? Mas panggil aku apa? Nur, memang kenapa? Mas panggil istri Mas apa? Ma, Nurma, gak aneh kan? Aneh dong ... Apa yang aneh? Nur dengan Ma atau Nurma ya jelas beda kan Mas. Tidak! Jujurlah Mas, itu sangat beda. Lalu, kenapa? Istri Mas itu sangat peka, sangat sensitif, ia adalah belahan jiwa, tahu banyak tentang jiwa yang belahan satunya. Perubahan kecil saja pada Mas pasti terasakan, terdeteksi, Mas, oleh radarradar tercanggih ciptaan-Nya. Meski hanya Nur dan Ma atau Nurma? Ya. Pasti! Kok kamu tahu? Aku juga insan dari dunia Mas kan? Jadi, aku juga banyak tahu. Termasuk .... Termasuk apa? Selera Mas, dong! Masak? Iya. Percayalah Mas, banyak sekali yang aku tahu karena sebagian besar pikiran Mas itu telah tertuanglimpahruahkan ke pikiranku. Lho, kok bukan ke pasanganmu dari dunia imajinerku? Ya itu, lewat dia dan lewat aku Mas. Lewat kami. Kami juga saling bersapa lho, Mas.


BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA 155 (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata Gila! Kenapa Mas? Lama-lama aku bisa hanya dan cukup bercinta denganmu, dong? O, itu tidak mungkin, Mas. Kenapa tidak? Karena aku maya Mas, maya, hanya seperti bayangan, seperti mimpi, padahal Mas suka yang nyata, kan? Tapi dengan tahu seleraku kan kamu bisa menyenangkanku? Ya, tapi itu kan hanya dalam pikiran Mas. Lalu tadi kau bilang istriku cemburu, bagaimana? Ya itu tadi, Nur, Ma dan Nurma. Berapa kali Mas membisikkan nama istri Mas ketika bercinta? Minimal 15 x, dan kutambah dengan sayang. Hahahaha .... Kenapa tertawa? Lho ya jelas ketawa. Itu kan Mas di duniaku. Tidak, eh bukan! Nah, berarti sama kan? Apanya? Itu tadi, minimal 15 x, ditambah kata sayang, persis kan? Terus? Ingat Mas, Nur adalah wanita ideal Mas di dunia ciptaan Mas untuk laki-laki yang juga ciptaan Mas, yang mungkin merupakan pangejawantahan Mas, sementara Ma atau Nurma adalah wanita ideal ciptaan Tuhan untuk Mas di dunia nyata, di dunia ciptaan-Nya. Astaga. Bukan begitu Mas ungkapannya. Apa? Astaga itu di duniaku. Di dunia Mas biasanya Mas bilang Astaghfirullah.


156 BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata Ya, ya, campur aduk. Nah, itulah yang membuat istri Mas cemburu. Oh my God. Ya Allah, Mas. Ya Allah .... Nah, begitulah. Lain kali hati-hati Mas. Apakah berarti aku harus atau telah menciptakan wanita khayalan persis istriku? Ya terserah Mas. Cuman, aku memang merasa seperti istri Mas lho. Tapi kamu tidak pernah MELAWAN, kamu kan manut saja seperti keinginanku. Itu berbeda Nur. Ah, masak. Aku juga sering melawan. Tapi kan tidak padaku? Ah, masak, lalu pada siapa? Pada laki-laki khayalanku. Tapi, siapa laki-laki yang Mas khayalkan itu? Ya laki-laki imajiner. Seberapa imajiner? Sangat. Oh ya? Coba Mas ingat lagi semua hal tentang laki-laki yang menjadi pasanganku di dunia ciptaan Mas itu. Lalu ... Ya, ingat-ingat saja, mirip atau tidak? Tidak, tidak mirip. Ya pasti tidak mirip. Nah, kan. Lalu? Lha iya jelas tidak mirip, lha wong persis kok, Mas. Plek! Aku merenung, membayangkan laki-laki imajiner yang kulemparlontarkan ke dunia yang kuciptakreasikan dalam khayalanku untuk Nur. Aku runut namanya, asalnya, kisahnya, ya ampun ..... ya, ya persis sekali. Mana bisa? Tapi, nyatanya memang bisa, begitulah adanya. Mungkin benar kata pujangga


BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA 157 (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata bahwa kalau ingin menulis mulailah dengan dunia yang paling kaukenali agar jalannya lancar dan mulus. Benar juga, ya! Aku selami lagi dunia ideku. Aku tanyai setiap orang yang berpapasan denganku. Aku cari informasi tentang aku dan tentang tokohku. Ajaib ... sungguh, plek, sama persis. Gila. Bagaimana Mas? (Aku tak bisa menjawabnya.) Sama kan? (Aku masih diam.) Persis kan? (Aku tetap membisu.) Nah, sekarang mau bilang apa? (Aku tetap tak dapat berkata-kata. Mataku nanar menatapnya. Wanita cantik yang membawaku terbang. Rambutnya panjang, legam. Tingginya semampai, tetapi bukan semeter tak sampai, lho. Degup jantungnya menggema. Denyut nadinya menggelinjang, membawa aroma panas dan bara cinta. Senyumnya menggoda. Bibirnya merah, menantang kejantananku (mungkin juga kejantanan setiap pria. Ssssst, istriku juga kudapatkan setelah memenangkan pesona sekian banyak pria lho, hahaha ....), dan kerlingannya, sungguh menghanyutkan aku di danau matanya yang biru, membawa aku berlayar di samudera hatinya, memuncultenggelamkan aku dalam gelombang cintanya, menghempaslemparkanku ke tepian, dan menyeretku lagi di tengah kedalaman, lalu melontarkan anganku tinggi-tinggi melayang di antara bulan bintang, merengkuhku kembali dalam ikatan yang nikmat, dan mendekap aku di antara petir dan halilintar, mendekapku lagi dalam pusaran badai dan tiupan taupan, berlayar, mengayuh, berenang, berpeluk lepas berdegup rampas, lalu memasuki dunia mimpi para dewata, dewa-dewa cinta, dalam riak riuh


158 BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata rendah aliran hangat darah merah anak cucu Adam-Hawa .... oh, siapakah kamu sebenarnya? Nur, Ma, atau Nurmakah, sayang?) Terima kasih Rumah Literasi Sumenep http://www.rumahliterasisumenep.org/2021/08/ lima-pentigraf-heru-marwata.html yang telah berkenan memuat lima pentigraf tahu bulat saya. Salam literasi tanpa henti.


BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA 159 (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata Daftar Pustaka: (Buku/Antologi yang memuat tulisan Heru Marwata, baik prosa, puisi, maupun tulisan inspiratif) Achaer, Erndra (Ed.). 2022. Gotong Royong Antologi Koperasi. Jakarta: Teras Budaya. Ahmad, Salimi (Ed.). 2016. Antologi Puisi Gerhana. Jakarta: Teras Budaya. Arimi, Sailal (Ed.). 2022. Isu Bahasa dan Sastra: Pergulatan Teori dan Analisis. Yogyakarta: Gre Publishing. Gans (Ed.). 2018. Menjemput Rindu Di Taman Maluku (Antologi Puisi Bengkel Sastra Taman Maluku). Yogyakarta: Bengkel Sastra Taman Maluku. Halaman Yuan dan Penemu Pola Tuang. 2018. Pengenalan Puisi Pola Tuang. Tanjung Pinang: Yayasan Halaman Yuan. Ho, Lisbeth & Irene Tan Siu Hong (Ed.). 2018. Antologi Tanka Indonesia. ?: Kata Ala Katak. Isa (Ed.). 2018. Antologi Tulisan Tangan Penyair “Satrio Piningit”. Yogyakarta: Penebar Media Pustaka. Kartapati Z., Nadjib (Ed.). 2022. Menyemai Rampai (Persembahan 22 Cerpenis). Yogyakarta: Phoenix Publisher. Kasam, Esti Nuryani. 2020. Mempertahankan Keseimbangan di Tengah Ketidakpastian (Kumpulan Tulisan, Indonesia Merefleksi Pandemi). Yogyakarta: Elmatera. Kedum, RD (Ed.). 2017. 66 Penyair Teras Puisi. Lubuklinggau: Kampung Teras Puisi.


160 BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata Kotan, Julia Daniel (Ed.). 2017. Kita Adalah Indonesia (Antologi Puisi Penyair Penjaga Kebhinekaan). Jakarta: Taresi Publisher. _____. 2019. Zamrud Khatulistiwa (Kita Adalah Indonesia Seri-2). Jakarta: Kosakata Kita. Leak, Sosiawan dkk. (Ed.). 2017. Puisi Menolak Korupsi 6: Membedah Korupsi Kepala Daerah. Yogyakarta: Elmatera. Leonora, Ivonne Audrey dan Tuti Susilawati (Kurator). 2023. Deklarasi Puisi untuk Negeri. Jakarta: Teras Budaya. Mahayana, Maman S. (Ed.). 2018. Antologi Puisi Guru: Tentang Sebuah Buku dan Rahasia Ilmu. Depok: Perkumpulan Rumah Seni Asnur. Marwata, Heru. 2017. 999 Baris Persembahan Kepada Tuhan, Bagi Keluarga, Pada Semesta Jagat Raya. Yogyakarta: TS Publisher. _____. 2018. Belajar Berpuisi Bersama Teman-Teman Teras. Yogyakarta: TS Publisher. Marwata, Heru (Ed.). 2022. Kelindan Diksi Di Teras Puisi (Antologi Penyair TP II). Yogyakarta: TS Publisher. Masheka, Octavianus dkk. (Ed.). 2021. 93 Penyair Membaca Ibu. Jakarta: Teras Budaya. _____. 2022. Penyair Membaca Pahlawan. Jakarta: Teras Budaya. _____. 2023. Bahasa Ibu Bahasa Darahku. Jakarta: Teras Budaya. Maulana (Ed.). 2022. Sabdatama Wayang Purwa: Antologi 16 Penyair Keluarga Istana Puisi (Seri Antologi Wayang-2). Yogyakarta: Samudra Printing.


BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA 161 (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata Mochklas, Mochammad. 2017. Temukan Alasan untuk Raih Kesuksesan Anda (Find Your Why to Success). Surabaya: TS. Publisher. Munjid, Ahmad & Abdul Gaffar Karim (Ed.). 2019. Menjadi Gadjah Mada Menjadi Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. San, Suyadi (Ed.). 2018. Sendja Djiwa Pak Budi: Antologi Puisi Mengenang Almarhum Achmad Budi Cahyono. Medan: Gerhana Media Kreasi. Sayoko, Hardho dkk. (Ed.). 2018. Warna Warni Dalam Lituli. ?: PT Actual Potensi Mandiri. Soeharso, Wardjito (Ed.). 2017. Antologi Puisi Berayiar dengan Syair: Mengetuk Nurani dengan Puisi. Semarang: Sukarno Pressindo. Sudjana, Taufiq (Ed.). 2021. Perjalanan Mencari Jeder (Esai-Esai Pentigraf). Bekasi: Yayasan Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat. Suwignyo, Agus (Ed.). 2020. Pengetahuan Budaya dalam Khazanah Wabah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Tirta, Wanto (Ed.). 2020. Terus Berkarya Di Usia Senja (Brengkesan 72 Tahun Ahmad Tohari). Purwokerto: Cablaka. Tjahjono, Tengsoe (Ed.). 2018. Papan Iklan Di Pintu Depan dan Cerita-Cerita Lainnya (Kitab Cerpen Tiga Paragraf). Jakarta, Delima. _____. 2020. Taruntum: Kitab Cerita Tiga Kalimat. Sidoarjo, Jawa Timur. TanKali. _____. 2021. Nama-Nama Yang Dipahat Di Batu Karang: Kitab Cerpen Tiga Paragraf. Sidoarjo, Jawa Timur:


162 BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata TanKali. _____. 2021. Sekian Jalan Menuju Pasar (Kitab Cerpen Tiga Paragraf). Sidoarjo, Jawa Timur: TanKali. _____. 2022. Resital Musim: Kitab Puisi Tiga Bait. Sidoarjo, Jawa Timur: Delima. _____. 2022. Ibarat Bagai Seperti Andai: Kitab Cerpen Tiga Paragraf. Sidoarjo, Jawa Timur: Delima. _____. 2023. Kitab Cerpen Tiga Paragraf. Sidoarjo, Jawa Timur: Delima. _____. 2023. Studio Kita: Kitab Cerpen Tiga Paragraf. Sidoarjo, Jawa Timur: Delima. Utami, Julia (Ed.). 2020. Buku Antologi Guru dan Dosen 2020 “Sang Acarya”. Jakarta: Kosa Kata Kita. _____. 2021. Guruku Inspirasiku. Jakarta: Kosakata Kita. _____. 2021. Anakku Permataku: Himpunan Tulisan Inspiratif Tentang Anak-Anak Kita. Jakarta: Kosakata Kita. _____. 2021. Soneta Extravaganza: Jalan Kenangan Ibuku. Jakarta: Kosakata Kita. _____. 2022. Saat Terindah Dalam Hidupku. Jakarta: Kosakata Kita. _____. 2022. Surat Cinta Untuk Orang Tercinta. Jakarta: Kosakata Kita. _____. 2022. Autobiografi Mini: Kisah-Kisah Hidupku. Jakarta: Kosakata Kita. _____. 2022. Kado Untuk Bunda. Jakarta: Kosakata Kita. _____. 2023. Kuntum-Kuntum Kasih Sayang. Jakarta: Kosa Kata Kita. Woko, Adri Darmaji dkk. (Ed.). 2021. Sang Acarya: Antologi Puisi Guru dan Dosen. Jakarta: Kosakata Kita.


BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA 163 (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata _____. 2021. Hujan Baru Saja Reda (Antologi Puisi Rumahan). Jakarta: Kosakata Kita. Wulandari, Arsanti dkk. (Ed.). 2022. Seragam Beragam: Antologi Puisi Dosen FIB UGM. Yogyakarta: Interlude. Wuryandari, Yanie. 2021. Izinkan Aku Mencintaimu. Yogyakarta: Madani Berkah Abadi.


164 BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata


BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA 165 (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata Heru Marwata (HM) hanyalah penggemar kata-kata sederhana. Orang yang menyebut dirinya sebagai HM si Tahu Bulat karena hobinya menulis puisi-puisian dan cerpen-cerpenan serta tulisan lainnya secara cepat ala iklan “tahu bulat” (digoreng, dadakan, lima ratusan) ini lahir di Yogya, lebih dari setengah abad silam. Sejak awal 90-an ia bergabung ke almamaternya menjadi staf pengajar di Program Studi Sastra Indonesia, Departemen Bahasa dan Sastra, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada (FIB UGM) Yogyakarta. Hobinya jalan-jalan, baik karena tugas/dinas maupun urusan pribadi, telah membawanya ke beberapa wilayah Indonesia dan mancanegara. Berdasarkan stempel di paspornya ia pernah mengunjungi Kamboja (1x), Malaysia (berkali-kali), Singapura (1x), Filipina (1x), Vietnam (1x), Tiongkok/China (termasuk Hong Kong dan


166 BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata Macao) (berkali-kali), Korea (berkali-kali), Belanda (2x), Prancis (2x), Norwegia (1x), Jepang (1x), dan Saudi Arabia (1x). Obsesi berikutnya adalah jalan-jalan ke Amerika dan Australia. Dulu pernah bercita-cita untuk “menjajah” atau mengajar di beberapa universitas/perguruan tinggi di Yogya. Oleh karena itu, di samping mengajar di beberapa fakultas di UGM (Fak. Psikologi, FISIPOL, FEB, SV), ia pernah menjadi dosen di UIN Sunan Kalijaga, AKPER Notokusumo, STIE Kerja Sama, STIE Widya Wiwaha, UTY, STIE SBI, UWMY, UPN Veteran, dan UII. Si Tahu Bulat ini pernah menjadi dosen tamu di Guangdong University of Foreign Studies (GDUFS), Guangzhou, China (2010—2011). Pada tahun 2017 hingga 2019 ia menjadi Visiting Professor di Department of Malay-Indonesia Interpretation and Translation, Hankuk University of Foreign Studies (HUFS), Kampus Yongin, Korea Selatan. Karena punya hobi menulis, ia selalu berusaha menulis apa pun (atau istilahnya, selalu menggoreng tahu bulat), kapan pun, dan di/ke mana pun sebagai catatan pribadi. Sebagian besar catatan itu diunggah ke FB dan IG. Penggemar bulutangkis ini sama sekali bukan penyair dan juga sama sekali tidak ingin menjadi penyair. HM si Tahu Bulat menulis untuk mencari dan menemudapatceritakan kesenangan pribadi dalam menjalani kehidupan dan sekaligus mensyukuri anugerah Sang Pencipta yang berupa kegemaran berkata-kata. Menurutnya yang penting berkarya, apa saja, karena karya adalah penanda eksistensi kehidupannya yang paling nyata. “Tahu Bulat”-nya (tulisan sok puitis yang diproduksi di


BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA 167 (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata penggorengannya) sebagian terdokumentasikan secara pribadi dan bersama sahabat-sahabatnya. Ia sudah mengikutkan karyanya dalam banyak sekali, puluhan, antologi bersama: Antologi Puisi3Baris berjudul GERHANA (2016), Antologi 66 Penyair Teras Puisi (2017), Antologi Puisi Penyair Penjaga Kebhinnekaan KITA ADALAH INDONESIA (2017), ANTOLOGI PUISI BERSYIAR DENGAN SYAIR: Mengetuk Nurani dengan Puisi (2017), Antologi PUISI MENOLAK KORUPSI (2017), Antologi Puisi Untuk Rohingya (2017), Antologi Puisi SENDJA DJIWA GURU BUDI (2018), Antologi Puisi Penyair Indonesia (2018), Antologi Puisi HISKI (2018), Antologi Puisi dan Tulisan Inspiratif (serial Swadaya Menulis dari Rumah, tahun 2020, 2021, 2022, 2023), antologi Sabdatama Wayang Purwa: Antologi 16 Penyari Keluarga Istana Puisi (Seri Antologi Wayang-2) (2022), Antologi Bersama Dwibahasa Seri ke-2 BAHASA IBU BAHASA DARAHKU (Taman Inspirasi Sastra Indonesia 2023), Kitab Puisi Tiga Paragraf (2019, 2020, 2021, 2022, 2023), Antologi Puisi Koperasi (2023), Antologi 93 Penyair Membaca IBu (2022), Antologi Penyair Membaca Pahlawan (2023), dan lain-lainnya. Di samping mengikutkan karya tahu bulatnya dalam puluhan antologi prosa dan puisi serta tulisan inspiratif bersama, ia juga menerbitkan artikel sebagai book chapter bersama koleganya, serta menerbitkan antologi tunggal 999 BARIS PERSEMBAHAN KEPADA TUHAN, BAGI KELUARGA, PADA SEMESTA JAGAT RAYA (2017), dan buku sederhana berjudul BELAJAR BERPUISI BERSAMA TEMAN-TEMAN TERAS (B3T3).


168 BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata HM bisa dihubungi via email [email protected] atau [email protected] atau herumarwata@ yahoo.com dan bisa ditemukan di Facebook, Instagram, Line, Kakao Talk, WeChat, Telegram, Youtube, serta WhatsApp.


BELAJAR BERSASTRA DARI DUNIA MAYA 169 (Pentigraf dan Cerita Keberadaannya) Heru Marwata


Click to View FlipBook Version