The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku motivasi best seller karya Bambang Suharno. mendapat endorsement dari Motivator no 1 Indonesia Andrie Wongso

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by gallusindonesiautama, 2023-05-05 04:57:44

MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI

Buku motivasi best seller karya Bambang Suharno. mendapat endorsement dari Motivator no 1 Indonesia Andrie Wongso

Keywords: bambang suharno,buku menggali berlian

KARAKTER, MOTIVASI, TINDAKAN & KEPEMIMPINAN 177 Anda akan lebih mudah berkata, “Yes, saya pasti bisa mengatasinya.” Cara ini akan mempercepat proses menemukan solusi jitu. Boleh juga mengenakan pakaian khusus yang bisa membuat Anda tampil lebih percaya diri. Seperti seorang jenderal yang mengenakan pakaian dinas. Namun, berhati-hatilah. Saat menghadapi tantangan, jangan mengaitkan diri Anda dengan kegagalan masa lalu. Hal ini justru akan membuat Anda lemah dan frustasi. ***


178 MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI


KARAKTER, MOTIVASI, TINDAKAN & KEPEMIMPINAN 179 14 Transformasi Makna Perbedaan mendasar antara pejuang dengan orang biasa adalah pejuang menganggap segala sesuatu (kesulitan) sebagai tantangan, sedangkan orang biasa mengganggapnya sebagai kutukan ~Don Juan Bayangkan seandainya kejadian ini menimpa Anda. Setelah bekerja selama lebih dari 10 tahun di sebuah perusahaan, dengan prestasi yang bagus, tiba-tiba perusahaan memutuskan memberhentikan Anda dengan alasan efisiensi dan mengurangi dampak krisis global. Dengan mem-PHK Anda, perusahaan bisa mencari tenaga pengganti yang lebih muda, lebih cekatan, dan mau dibayar separuh lebih murah. Bagaimana perasaan Anda? Sebagian orang akan marah, sakit hati, dan merasa dikhianati. Mereka merasa sudah tua dan tak berharga lagi. Makna yang mereka lekatkan menempatkan mereka pada keadaan emosi yang sangat tidak menguatkan. Dengan tingkat emosi seperti ini, apa yang terjadi jika mereka melamar kerja di perusahaan lain? Pastinya, calon pemberi kerja melihat mereka sebagai


180 MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI manusia yang kalah dan tidak punya semangat. Seandainya lamaran diterima, mereka akan menjadi manusia yang tidak termotivasi untuk berprestasi, karena memiliki pengalaman buruk dengan perusahaan sebelumnya. Mereka akan berpikir, “Buat apa bekerja keras lagi di perusahaan, toh, nantinya perusahaan dengan mudah mendepak saya!” Tak semua orang memaknai kejadian PHK dengan cara tersebut. Beberapa orang mampu memaknai kejadian buruk menjadi sesuatu yang membuat hidup lebih cemerlang. Mereka mampu melakukan transformasi makna. Bagi korban PHK yang siap mencari perusahaan baru untuk bekerja, PHK dimaknai sebagai kesempatan untuk meninggalkan perusahaan yang tidak tahu berterima kasih kepada karyawan terbaik. Ia pun memilih untuk pindah ke perusahaan yang lebih menghargai karyawannya. Dengan memandang pengalaman PHK seperti itu, mereka melekatkan makna yang sangat berbeda dengan orang lain pada umumnya. Orang-orang ini mampu menempatkan diri pada keadaan emosi yang justru membangkitkan kekuatan. Emosi ini membuat perusahaan yang akan merekrut menjadi sangat yakin karena telah menemukan SDM yang sangat berharga. Situasi ini jelas sangat berbeda dengan situasi karyawan yang memaknai kejadian PHK sebagai malapetaka. Apapun kejadiannya, jika Anda merasa sebagai korban, dampak lanjutannya akan menjadi lebih buruk. Pasalnya, Anda dalam posisi menyalahkan pihak luar, sedangkan pihak luar tidak bisa Anda kendalikan. Satu-satunya yang bisa dikendalikan adalah diri sendiri. Disebabkan tujuan hidup adalah mengubah kejadian buruk menjadi lebih baik, jalan terbaik dalam menghadapi situasi seburuk apapun adalah mengendalikan diri sendiri dengan melakukan transformasi makna. Transformasi makna adalah memandang kejadian dari sisi positif. Ibarat terhalang batu saat berjalan, batu tersebut tidak kita anggap sebagai penghalang. Namun, batu penghalang tersebut bisa digunakan sebagai batu pijakan untuk meloncat. Kejadian buruk yang dialami akan lebih mudah ditangani jika kita mampu melakukan transformasi makna ke arah positif. Apapun yang kita alami hakikatnya adalah yang terbaik. Disebabkan Tuhan Maha Tahu dan Maha Berkehendak, Dia-lah yang membuat kejadian terbaik untuk manusia.


KARAKTER, MOTIVASI, TINDAKAN & KEPEMIMPINAN 181 Mengapa pengalaman yang sama dapat menghancurkan seseorang dan bisa memberdayakan orang lain menuju tingkat kesuksesan baru? Hal ini disebabkan setiap orang dapat memberi makna yang berbeda terhadap sesuatu kejadian. Seorang anak penjahat bisa ikut menjadi penjahat ketika dewasa. Namun, bisa jadi sebaliknya, menjadi anak yang saleh dan bertekad membuktikan dirinya sebagai orang baik-baik. Hal ini tak lepas dari bagaimana mereka memaknai nasib sebagai anak penjahat. Banyak orang meyakini bahwa kejadian di sekitar kitalah yang membentuk nasib yang kita alami. Mereka percaya bahwa orang yang lebih berbahagia dan lebih sukses disebabkan kejadian yang lebih baik dalam kehidupannya. Pandangan ini tidak benar, yang benar adalah nasib kita merupakan hasil reaksi kita terhadap kejadian yang kita alami. Jack Canfield mengatakan, kejadian plus reaksi sama dengan hasil. Rumusnya menjadi K + R = H (kejadian + respon = hasil). Oleh sebab itu, apapun kejadiannya, buatlah makna yang positif. ***


182 MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI


KARAKTER, MOTIVASI, TINDAKAN & KEPEMIMPINAN 183 Membagi Pendapatan 15 yang Terbatas Berapapun uang yang kamu dapatkan, ingatlah untuk selalu membagi uangmu ke dalam 5 bagian yang proporsional, agar hidupmu lebih berguna ~Li Ka-Shing Li Ka-Shing adalah seorang miliarder Hong Kong, satu-satunya orang Asia yang masuk dalam 10 besar orang terkaya di dunia. Ia lahir di Choazhou, China, pada tahun 1928. Masa kecilnya dilewati dengan hidup prihatin karena ayahnya meninggal saat ia berusia 12 tahun. Li harus menyambung hidup dengan bekerja dari satu tempat ke tempat lain. Kini, berkat ketekunan dan kegigihannya, ia memiliki Hutchison Whampoa Limited (HWL) dan Cheung Kong Holding, perusahaan operator terminal kontainer dan pengecer produk kecantikan terbesar di dunia. Dalam hal keuangan, Li Ka Shing memberikan petuah tentang cara mengelola uang dengan bijak. Ia menguraikan sebuah rencana 5 tahun yang sangat inspiratif untuk mengubah nasib. “Seandainya pendapatan bulanan kamu hanya sekitar Rp4 juta, kamu bisa hidup dengan baik. Saya akan membantu membagi uangmu ke dalam 5 bagian,” pesannya.


184 MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI Apa saja 5 bagian yang dimaksud Li Ka Shing? Kumpulan uang yang pertama untuk kebutuhan hidup sehari-hari yang sangat sederhana. Anggarkan uang maksimal Rp38 ribu per hari. Sarapan cukup dengan bihun atau mi, sebutir telur, dan segelas susu. Makan siang pun sehemat mungkin. Untuk makan malam masak sendiri, cukup dengan 2 jenis sayuran dan segelas susu sebelum tidur. Untuk satu bulan, biaya untuk makan seperti ini kira-kira menghabiskan Rp1,2 juta. Kumpulan uang yang kedua untuk networking, perluasan jaringan pertemanan. Tentunya hal ini akan membuat Anda dikenal oleh banyak orang. Anggarkan tagihan telepon sekitar Rp185 ribu, kemudian Anda bisa mentraktir teman 2 kali dalam sebulan, masing-masing Rp200—300 ribu. Siapa yang Anda traktir? Selalu ingat mentraktir makan siang untuk orang-orang yang lebih pandai atau memiliki wawasan lebih, yang lebih kaya, atau yang telah membantu Anda berkarir. Pastikan melakukan hal ini setiap bulan. Setelah satu tahun, lingkaran pertemanan akan menghasilkan nilai yang luar biasa. Kumpulan uang yang ketiga untuk belajar. Sisihkan sekitar Rp200 ribu untuk membeli buku. Jika tidak memiliki banyak uang, Anda harus banyak belajar. Bacalah buku dengan teliti serta pelajari pelajaran dan strategi yang diajarkan dalam buku tersebut. Kemudian, cobalah membuat ringkasan buku dengan bahasamu sendiri. Cobalah untuk berbagi pengetahuan dengan orang lain tentang isi buku tersebut sehingga akan meningkatkan kepercayaan dan daya tarik Anda. Simpan uang hingga Rp300 ribu untuk menghadiri sesi pelatihan. Ketika memiliki pendapatan tambahan, cobalah untuk berpartisipasi dalam pelatihan lanjutan. Kumpulan uang yang keempat untuk berlibur ke luar negeri. Manjakan dirimu dengan pergi berlibur minimal sekali dalam setahun. Teruslah tumbuh besar dari pengalaman hidup. Tinggallah di penginapan murah untuk menghemat biaya liburan. Kumpulan uang yang kelima untuk investasi. Tabung Rp1 juta dan kembangkan sebagai modal awal bisnis apapun, yang penting halal. Walaupun rugi dan kehilangan uang, Anda tidak akan kehilangan terlalu banyak. Bagaimana pun, ketika mulai mendapatkan uang, hal itu akan meningkatkan rasa percaya diri dan keberanian serta mempelajari pengalaman baru dalam menjalankan bisnis. Ketika memperoleh uang lebih banyak, Anda bisa mulai melakukan investasi jangka panjang dan mendapatkan jaminan jangka panjang terhadap kekayaan finansial. Jadi—tidak peduli apapun yang terjadi—dana yang cukup akan selalu tersedia dan kualitas hidup akan terjamin.


KARAKTER, MOTIVASI, TINDAKAN & KEPEMIMPINAN 185 Nah, setelah berusaha selama setahun dan penghasilan masih tetap Rp4 juta, itu berarti Anda belum sukses tumbuh sebagai ‘seseorang’. Anda seharusnya benar-benar malu terhadap diri Anda sendiri. “Pergilah ke supermarket dan beli tahu yang paling keras. Ambilah dan hantamkan tahu itu ke kepalamu karena kamu layak mendapatkannya,” pesan Li Ka-Shing. Yusuf Mansur—ustad yang juga pengusaha—menambahkan satu pesan. Ia mengatakan, jika mau kaya, sisihkan dulu pendapatan untuk bersedekah. Berapa pun miskinnya kita, berbagilah dengan yang lebih miskin. Kemudian sisanya untuk konsumsi dan investasi. Petuah Li Ka-Shing, Yusuf Mansur, maupun tokoh yang lain menegaskan bahwa hidup bisa didesain, karir bisa direncanakan, dan kebahagiaan bisa dipersiapkan. Jadi, mulailah berencana membagi pendapatan sejak sekarang. ***


186 MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI


KARAKTER, MOTIVASI, TINDAKAN & KEPEMIMPINAN 187 16 Memilih Kata Kata-kata bisa lebih tajam dari pedang. Alkisah, ada seorang pengemis buta di sebuah kota yang meminta tolong kepada seseorang untuk menulis sebuah kalimat di sebuah kertas kardus. Isi tulisan yang dimaksud yaitu, “Saya Buta, Tolonglah saya”. Setelah tulisan jadi, sang pengemis meletakkan tulisan itu di depan tempat ia duduk bersila. Ia pun meminta-minta di pinggir jalan yang ramai dengan lalu-lalang para pekerja. Satu demi satu orang lewat dan melihat tulisan itu. Sebagian memberi uang receh, sebagian lainnya tidak mempedulikannya. Tulisan “Tolonglah saya” nyaris tak punya pengaruh positif. Ia seperti sebuah kabar memelas yang membuat orang membantu sekaedarnya. Mungkin saja, kalimat itu sudah sangat biasa sehingga membuat masyarakat kurang mempedulikannya. Begitulah, pengemis itu menjalankan “usahanya” setiap hari dengan hasil yang begitu-begitu saja. Hingga suatu siang, di tengah suasana yang mulai terik, seorang perempuan muda lewat dan melihat tulisan itu. Ia tampak berjalan


188 MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI agak terburu-buru menuju kantornya di seberang jalan. Namun, sejenak kemudian ia berbalik, tetapi bukan untuk memberi uang melainkan mengganti tulisan di atas kertas kardus. Setelah itu, ia segera melenggang kembali ke arah kantornya tanpa berkata sepatah kata pun. Pengemis tua itu hanya merasakan ada seseorang, yang sedang melakukan sesuatu di atas kertas. Batinnya sedikit curiga. “Janganjangan orang ini berniat buruk, mau mengambil uang receh hasil minta-minta hari ini,” batinnya. Tak disangka, yang terjadi sebaliknya. Setelah perempuan muda itu pergi, terjadi perubahan yang luar biasa. Tiba-tiba, hampir setiap orang yang lewat dan membaca tulisan itu langsung merogoh kocek dan memberikan sumbangan. bahkan dengan nilai yang bukan receh lagi. “Aneh, apa yang sebenarnya dilakukan orang itu, ya? Kok sekarang setiap orang lewat langsung memberi uang yang jumlahnya cukup banyak?” tanya pengemis itu dalam hati. Pengemis itu pun penasaran. Ia bertanya kepada salah satu orang yang memberi sumbangan. “Kenapa Anda memberi uang yang cukup banyak kepada saya?” tanyanya setelah tahu orang ini memberikan uang kertas. “Karena tulisan ini, Pak,” jawab si Dermawan. “Maaf, bisakah saya meminta tolong kepada Anda untuk membacakan tulisan itu?” pinta pengemis. Si Dermawan pun membacanya dengan suara jelas, “Hari ini begitu indah, tetapi saya tidak dapat menikmatinya.” Ia melanjutkan, “Nah, kalimat inilah yang sangat menyentuh hati saya. Saya baru sadar, betapa Tuhan telah memberikan harta yang sangat berharga buat saya, yang membuat saya bisa menikmati indahnya dunia. Sementara Bapak tidak dapat menikmatinya.” Luar biasa, bukan? Hanya dengan mengubah kata, dampak yang ditimbulkan bisa sangat berbeda. Pepatah mengatakan, pena bisa lebih tajam dari pedang. Maknanya, sebuah kalimat bisa sangat mempengaruhi pembacanya, baik negatif maupun positif. Kata-kata yang baik dapat menularkan kebaikan. Begitu pula sebaliknya. Dalam dunia penjualan, pilihan kata sangat penting untuk mempengaruhi calon konsumen. Misalnya sebuah pertanyaan, “Apakah Bapak akan membeli produk saya?” Dampaknya akan berbeda dengan pertanyaan, “Bapak mau pesan dua atau tiga?”


KARAKTER, MOTIVASI, TINDAKAN & KEPEMIMPINAN 189 Nah, menurut Anda, pertanyaan mana yang akan menghasilkan penjualan? Menurut saya, pertanyaan pertama punya kecenderungan untuk dijawab, “Tidak beli.” Dulu, ada iklan multivitamin yang bunyi kalimat promosinya “Untuk memulihkan kesehatan setelah sakit”. Kalimat promosi ini membuat penjualan vitamin terbatas untuk orang yang baru pulih dari sakit. Beberapa tahun kemudian, kalimat iklan pun diubah menjadi “Untuk memulihkan stamina”. Sejak itu, multivitamin tersebut semakin populer karena semua orang terdorong untuk membeli multivitamin, baik yang sehat, sakit, dan yang baru sembuh dari sakit. Begitu pun dalam memotivasi seseorang. Coba perhatikan kata-kata yang digunakan pimpinan dalam menggambarkan tentang tantangan ekonomi di era MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Ada pemimpin yang bicara kepada anak buahnya, “Ini adalah kabar baik. Kita akan mendapatkan peluang yang hebat.” Ada pula pemimpin yang mengatakan, ”Mau-tidak mau, kita akan menghadapi tantangan yang berat ini.” Bahkan ada yang lebih menakutkan lagi, “Tahun ini kita menghadapi situasi yang sangat berat dan tidak jelas. Siapsiap saja jika perusahaan ini akan mem-PHK karyawan.” Anthony Robbin memiliki pandangan menarik mengenai kata-kata yang mempengaruhi orang lain. “Kita perlu melihat sumbu motivasi sesorang, apakah mereka cenderung ingin meraih sesuatu atau ingin menjauhi sesuatu,” katanya. Orang berbuat baik dan taat beribadah di dunia, bisa dipengaruhi karena rasa takut terhadap hukuman neraka, bisa juga karena ingin menikmati keindahan surga. Faktor lainnya adalah kecenderungan pengaruh eksternal dan internal. Ada sebagian orang yang mengambil keputusan untuk berubah karena dorongan faktor luar. Sementara sebagian lainnya lebih dominan akibat pengaruh internal. Suatu hari, ketika Anthony Robbin mempromosikan sebuah seminar, ada seseorang yang menemuinya dan langsung berkata, ”Saya tidak percaya dengan manfaat seminar Anda.” Robbin tahu, orang seperti ini adalah tipe internal, yang tidak mempan dipengaruhi dengan referensi dan testimoni. Ia pun menjawab, ”Anda sendirilah


190 MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI satu-satunya yang mengetahui, siapa yang rugi jika Anda tidak ikut seminar ini.” Apa yang terjadi? Jawaban itu justru membuat orang tersebut memutuskan untuk ikut seminar. Betapa pentingnya memilih kata yang tepat dalam berkomunikasi, baik publik maupun personal. Pasalnya, kata-kata bisa lebih tajam dari pedang. ***


KARAKTER, MOTIVASI, TINDAKAN & KEPEMIMPINAN 191 17 Strategi Sapi Ungu Produk yang menakjubkan bisa berubah menjadi sesuatu yang biasa dalam waktu singkat. Suatu saat, Seth Godin—seorang pakar pemasaran kelas dunia— berkendara melewati daerah pinggiran Perancis bersama keluarganya. Tatkala melewati padang rumput yang luas, mereka dibuat terpukau oleh ratusan sapi yang sedang merumput. Sejauh beberapa kilometer, mereka memandang takjub pada pemandangan indah yang baru mereka temui. Ratusan sapi yang gemuk dan sehat sedang menikmati rumput hijau yang segar. Namun, setelah 20 menit, keluarga Godin mulai bosan dan menganggap pemandangan itu sebagai hal biasa. Pemandangan yang semula mengagumkan dan indah, kini tampak menjadi pemandangan biasa. Sebuah ide terbersit dalam pikiran Godin. Seandainya dalam kerumunan sapi tersebut terdapat sapi berwarna ungu, pasti akan menjadi sesuatu yang luar biasa dan menjadi sangat menarik bagi Godin dan keluarganya. Sebagai pakar pemasaran, Godin langsung mendapat inspirasi untuk melahirkan konsep sapi ungu (purple cow) sebagai strategi pemasaran di tengah persaingan bisnis yang semakin hari semakin ketat. Ia berpendapat, produk yang menakjubkan bisa berubah menjadi sesuatu yang biasa dalam waktu singkat. Pada saat itulah pemenang persaingan adalah mereka yang dapat menyajikan produk dengan unik, berbeda, dan menarik perhatian.


192 MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI Untuk menjadi pemenang dalam persaingan bisnis, ada tiga cara yang bisa dilakukan. Pertama, menjadi pelopor. Contohnya Aqua, sebagai pelopor air minum dalam kemasan, atau teh botol Sosro, pelopor teh dalam botol. Mereka adalah pemenang di area bisnisnya karena menjadi pelopor. Jika menjadi pelopor tidak bisa, ada cara kedua, yaitu menjadi yang terbaik. Menjadi yang terbaik tidak mudah. Pasalnya, setiap kali menjadi terbaik, besok pagi mungkin saja sudah muncul produk baru yang lebih baik. Pebisnis Jepang menggunakan konsep Kaizen, yakni perbaikan tiada henti. Mereka berpandangan bahwa setiap kali mampu meningkatkan kinerja, cara baru yang lebih bagus akan ditemukani. Tak heran jika produk-produk Jepang—baik elektronik maupun otomotif—bisa menguasai pasar dunia, meskipun negara tersebut bukan pelopor dan penemu teknologi. Jika menjadi yang terbaik juga tidak mampu, ada jurus ketiga, yaitu menjadi berbeda. Perbedaan yang unik atau perbedaan yang membuat konsumen takjub akan membuat produk bersaing di pasaran. Itulah yang disarankan Godin dalam strategi bersaing. Diskusi tentang tantangan persaingan dalam pasar tunggal ASEAN demikian hangat. Beberapa pelaku bisnis menyatakan bahwa produk peternakan unggas akan terancam oleh produk-produk luar negeri, antara lain dari Thailand. Negara Gajah Putih itu sudah terbiasa masuk ke pasar Eropa dan negara lainnya. Jadi, mereka terbiasa menguasai pasar internasional. Peternakan di Thailand juga sudah menggunakan teknologi paling modern, efisien dalam tenaga kerja, dan mendapat dukungan pemerintah berupa dukungan infrastruktur, insentif pajak, bunga bank rendah, dan dukungan lainnya. Apakah tidak ada peluang bagi Indonesia untuk menang dalam persaingan ASEAN? Jika ditanyakan pada Godin, kemungkinan jawabannya adalah “masih”, yaitu dengan menjalankan strategi sapi ungu. Pasalnya, semua negara bersaing di tingkat efisiensi produksi dan Indonesia kemungkinan kalah di area ini. Oleh sebab itu, Indonesia bisa menciptakan produk berbeda yang unik dan menarik, misalnya produk ayam organik, telur omega tiga, telur rendah kolesterol, dan produk kreatif lainnya. Ini keunikan dari sisi content . Selain itu, keunikan dari sisi konteks juga perlu dikembangkan. Sebagai contoh, pengembangan produk peternakan hasil karya remaja pesantren,


KARAKTER, MOTIVASI, TINDAKAN & KEPEMIMPINAN 193 siswa-siswa SMK, pemuda di daerah terpencil, peternakan ramah lingkungan, yang sekaligus bisa dijadikan sebagai tujuan wisata. Banyak kreativitas lain yang perlu dikembangkan. Banyak sapi yang bisa dijadikan sebagai sapi ungu. Jadi, tunggu apa lagi? Buat sapi ungu versi Anda sendiri. ***


194 MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI


KARAKTER, MOTIVASI, TINDAKAN & KEPEMIMPINAN 195 18 Tingkat Penerimaan Hal terpenting bukanlah apa yang kita harapkan, melainkan apa yang bisa kita terima ~Adam Khoo dan Stuart Tan Ingin meraih kesukseskan? Buatlah impian yang jelas dan sampaikan impian itu ke orang lain. Jangan takut untuk bermimpi dan jangan takut dicemooh orang. Silahkan bercita-cita memiliki penghasilan setinggi mungkin, bercita-cita keliling dunia bersama keluarga, bercita-cita atau membangun tempat ibadah dan sekolah gratis. Impikan apapun. Kata Bung Karno, “Gantungkan cita-citamu setinggi bintang di langit!” Dalam upaya meraih cita-cita, ada satu faktor yang sangat penting, yaitu tingkat penerimaan Anda. Dalam buku Master Your Mind Design Your Destiny, Adam Khoo, seorang motivator asal Singapura, menegaskan bahwa hal terpenting adalah bukan hal yang kita harapkan, melainkan apa yang kita bisa terima dalam hidup. Itulah yang disebut “tingkat penerimaan”. Misalkan, Anda memimpikan punya penghasilan bersih Rp100 juta per bulan, rumah bagus di tengah kota, mobil mewah, dan sejumlah simbol


196 MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI kekayaan lainnya. Namun, dengan latar belakang keluarga dan pengalaman selama ini, Anda masih bisa menerima pendapatan 3 juta/bulan. Pendapatan sebesar 3 juta itulah yang disebut tingkat penerimaan anda. Tingkat penerimaan menjadi begitu penting diperhatikan karena— faktanya—pendapatan kita umumnya berada di sekitar tingkat penerimaan tersebut. Misalkan suatu saat penghasilan Anda kurang dari 2juta, pikiran bawah sadar Anda akan menyentuh “tombol panik” dan Anda akan melakukan berbagai kreativitas agar memperoleh pendapatan di atas “tingkat penerimaan” tersebut. Dari banyak kasus, kondisi panik membuat orang lebih kreatif dan berhasil menaikkan pendapatan minimal sesuai tingkat penerimaannya. Bukan hanya soal pendapatan, tingkat penerimaan juga berlaku dalam banyak hal di kehidupan sehari-hari. Anda ingin mengunjungi 100 negara dalam 10 tahun? Jika keinginan ini hanya sebatas keinginan dan Anda merasa tidak apa-apa jika hanya bisa pergi ke kawasan ASEAN, tingkat penerimaan ini cenderung akan membuat impian 100 negara hanya tercapai sampai wilayah ASEAN. Di sinilah letak perlunya mengkaji ulang cita-cita besar dan tingkat penerimaan. Cita-cita besar dan kerja keras belum cukup untuk menghasilkan keberhasilan yang nyata, Jika Anda memiliki tingkat penerimaan yang rendah. Saat memiliki cita-cita yang tinggi, naikkan tingkat penerimaan secara bertahap sehingga target bisa tercapai secara bertahap. Dengan menaikkan tingkat penerimaan, Anda akan lebih dekat dengan impian. Proses menaikkan tingkat penerimaan membutuhkan kemampuan dalam menangani stres. Bukan hanya kerja keras, Anda juga membutuhkan langkah inovasi. Jangan lupa, Anda pun perlu berdoa meminta jalan terbaik dari-Nya. Brad Sugar—pebisnis asal Australia—menambahkan saran, yang bisa mendukung pandangan Adam Khoo. Ia mengatakan, nasib Anda 5 tahun ke depan tergantung pada (1) apa yang Anda pelajari, (2) dengan siapa saja anda berteman atau bekonsultasi, dan (3) aksi apa yang Anda lakukan sehari-hari. Dapat dikatakan, setelah menaikkan tingkat penerimaan, langkah selanjutnya adalah melakukan 3 hal sebagaimana saran Brad Sugar. Jika ingin berkunjung ke 100 negara, Anda perlu mempelajari soal travelling, tempat wisata, jasa wisata, harga tiket, harga sewa hotel, dan keperluan lainnya. Sering bersilaturahmi dengan rekan-rekan yang pernah


KARAKTER, MOTIVASI, TINDAKAN & KEPEMIMPINAN 197 keliling dunia bisa memotivasi dan Anda akan mendapatkan pengetahuan tentang “kiat meraih impian keliling dunia”. Selanjutnya, lakukan aksi mengumpulkan dana untuk meraih impian Anda. Tingkat penerimaan adalah pertanda sebuah keharusan, bukan anjuran. Adam Khoo mengatakan bahwa sebagian besar manusia ingin meraih impian, tetapi jarang menganggapnya sebagai keharusan. Cita-cita itu hanya sebatas sebagai anjuran saja. Jika cita-cita hanya berupa anjuran, Anda akan mudah berhenti ketika hambatan menghadang. Sudah menyetel tingkat penerimaan Anda? Segeralah! ***


198 MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI


KARAKTER, MOTIVASI, TINDAKAN & KEPEMIMPINAN 199 Menyikapi Gelombang 19 Perubahan Dengan kesabaran, pekerjaan menjadi lebih cepat diselesaikan. Di era digital, banyak peristiwa perubahan dunia yang terjadi sangat cepat dan mencengangkan. Nokia—yang dulu menjadi raja handphone— tiba-tiba tak mampu bersaing dengan pendatang baru bernama Blackberry. Selanjutnya, dalam waktu yang tidak lama, Blackberry pun ditenggelamkan teknologi android. Jejaring sosial Friendster sangat populer di awal tahun 2000-an, tergusur oleh Facebook yang semula hanya jaringan internal data mahasiswa. Selanjutnya muncul Twitter, Instagram, Path, dan berbagai media sosial lainnya Munculnya taksi online seperti Uber dan Grab mampu mengguncang taksi konvensional. Perang antara konvensional dan online ini sampai menimbulkan gejolak di beberapa negara. Persaingan antarperusahaan besar di berbagai sektor kini menjadi kurang menarik untuk diamati. Hal yang lebih menarik perhatian adalah


200 MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI terganggunya perusahaan papan atas oleh pendatang baru yang sama sekali tidak diperhitungkan. Bukan hanya satu dua perusahaan, fenomena ini juga bisa terjadi per sektor bisnis, sebagaimana kasus bisnis angkutan konvensional yang harus bersaing dengan angkutan online. Sektor bisnis tour & travel, hotel, dan beberapa sektor lainya bisa diguncang oleh sistem baru yang lebih memberi kenyamanan bagi konsumen. “Ini adalah fenomena munculnya inovasi disruptif,” kata Joseph L. Bower dan Clayton M. Christensen dalam sebuah artikel di Harvard Business Review. Sebagaimana dikutip oleh pakar ekonomi dari UI, Berly Martawardaya, Christensen mengatakan bahwa inovasi disruptif dalam bisnis merupakan inovasi yang menciptakan sebuah tren baru dan jejaring industri baru, yang akhirnya mengganggu pasar dan nilai yang telah ada, lalu menggantikan yang lama, menjadi pemimpin pasar, dan membuat aliansi di dalamnya. Teknologi disruptif pada layanan transportasi publik sempat menjadi topik panas. Para pendatang baru—dengan model bisnis yang berbeda— berhasil menawarkan harga yang jauh lebih rendah dan pelayanan yang lebih baik. Para perusahaan mapan yang telah menikmati keuntungan tinggi dalam waktu lama pun terkejut. Situasi ini membuat banyak orang berlomba-lomba untuk bekerja lebih keras demi memenangkan persaingan. Mereka berpandangan, pada era persaingan yang semakin ketat, setiap orang harus bekerja lebih keras. Untuk efisiensi, sebagian besar pekerjaan ditangani sendiri dan jumlah karyawan harus lebih sedikit. Dengan begitu, gaji yang diterima bisa tetap tumbuh. Agar kerja karyawan efisien, jam kerja ditambah, jika perlu tidak ada libur. Alternatif lain, karyawan tidak harus ke kantor, yang penting kerja borongan bisa diselesaikan dengan lancar dan dalam waktu yang telah ditetapkan. Jika tidak demikian, perusahaan sebesar apapun akan amblas ditelan pesaing baru yang efisien dan gesit. Lalu, bagaimana sikap terbaik kita dalam menghadapi pergerakan yang sangat cepat? Dalam sebuah acara talkshow di radio, Arvan Pradiansyah mengatakan, justru saat ini—dimana perubahan bergerak cepat dan semua orang ingin melakukan segala hal dengan cepat—dibutuhkan satu sikap yang kerap dilupakan orang, yaitu sabar. Kecepatan membutuhkan kesabaran. Perlu dipahami, kesabaran yang dimaksud bukanlah sikap pasrah, melainkan tekun. Contohnya, karena segala


KARAKTER, MOTIVASI, TINDAKAN & KEPEMIMPINAN 201 pekerjaan perlu dikerjakan dengan lebih cepat, Anda membuat instruksi ke bawahan dengan cepat dan berharap anak buah langsung memahami apa yang Anda katakan. Namun, yang sering terjadi, cara ini justru menimbulkan kesalahpahaman. Diberi perintah A, yang dikerjakan B. Di sinilah letak kebutuhan sikap sabar. Anda harus meluangkan waktu untuk mengetahui latar belakang sehingga bisa memahami alasan anak buah dalam melakukan sebuah tindakan. Dengan kesabaran, pekerjaan menjadi lebih cepat diselesaikan. Teknik mendelegasikan pekerjaan yang sederhana pun membutuhkan kesabaran. Stephen Covey—penulis buku The Seven Habits of Highly Effective People— mengatakan jika perintah Anda fokus pada proses, maka banyak salah paham yang akan terjadi. Ubahlah fokus Anda pada hasil. Ketika mendelegasikan pekerjaan, buatlah kesepakatan mengenai hasil. Misalnya Anda meminta seorang karyawan membeli minuman kemasan. Anda sudah menjelaskan toko yang menjual, jenis minuman, merek, dan ukuran botolnya. Namun, toko yang Anda maksud ternyata tutup dan ia langsung kembali ke kantor dan melaporkan bahwa ia belum mendapat minuman kemasan karena tokonya tutup. Sementara itu, rapat sudah akan dimulai. Jika karyawan tersebut sedikit lebih kreatif, ia akan membeli minuman kemasan, tetapi—mungkin—tidak sesuai dengan harapan. Jika Anda bersabar dengan cara menjelaskan bahwa Anda ingin rapat Pukul 14.00 diikuti oleh sejumlah orang, terdiri dari para pimpinan perusahaan dan sebagainya, karyawan Anda akan memikirkan cara agar semua syarat tersebut terpenuhi. Itu hanya satu contoh. Intinya, kesabaran dan ketekunan dibutuhkan dalam dunia yang serba ingin cepat. Mereka yang berhasil mengguncang perusahaan besar adalah yang sabar mencermati sesuatu dan akhirnya menemukan teknologi baru yang siap melakukan inovasi disruptif. ***


202 MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI


KARAKTER, MOTIVASI, TINDAKAN & KEPEMIMPINAN 203 Abaikan Semuanya, 20 Kecuali Masa Depan Tidak meninggalkan produk yang sudah ketinggalan zaman akan menimbulkan beberapa kesalahan yang harus dibayar mahal Pada umumnya, para CEO perusahaan merancang masa depan dengan menyusun pengembangan bisnis dari setiap unit bisnis yang sudah ada. Unit yang belum berkembang diupayakan untuk dikembangkan. Sementara yang sudah berkembang ditingkatkan terus dengan inovasi-inovasi baru. Namun, tunggu dulu! Anda tahu Jack Welch? Saat dipercaya memegang tampuk kepemimpinan General Electric (GE), langkah yang ia lakukan pada tahun-tahun pertama adalah menjual 117 unit usaha dalam groupnya, demi meraih kembali kejayaan GE. Ia mengikuti saran konsultan manajemen terbaik di dunia Peter F. Drucker. Peter F Drucker dikenal sebagai penulis, guru, dan konsultan manajemen paling berpengaruh di korporasi internasional. Menurutnya, langkah pertama dalam kebijakan pertumbuhan (korporasi) bukanlah memutuskan “apa


204 MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI dan bagaimana membuat pertumbuhan”, tetapi memutuskan produk apa yang harus diabaikan. Agar tumbuh, sebuah bisnis harus memiliki kebijakan sistematis untuk menyingkirkan produk-produk yang tumbuh berlebihan, kuno, dan tidak produktif. Tidak meninggalkan produk yang sudah ketinggalan zaman akan menimbulkan beberapa kesalahan yang harus dibayar mahal. Sebagai contoh, pada tahun 2000, General Motor (GM) dan Ford di Amerika Serikat masih agresif memproduksi mobil yang sangat boros bahan bakar dalam jumlah besar, padahal harga bahan bakar minyak terus melambung dan gerakan ramah lingkungan semakin kencang. Meskipun isu penggunaan energi alternatif pengganti bahan bakar fosil telah berlangsung sejak 1970-an dan semakin menguat tahun 1990-an, GM dan Ford dengan keyakinannya merasa belum saatnya mengikuti wacana penghematan bahan bakar. Mungkin mereka berpikir bahwa wacana penghematan bahan bakar “nggak level” dengan produk otomotif Amerika yang berkelas. Di sisi lain, perusahaan otomotif Jepang—Toyota—mengabaikan strategi image “mobil sebagai barang mewah dan layak boros”. Perusahaan ini memfokuskan pada pengembangan teknologi mobil hybrid Prius, yang harganya lebih terjangkau. Para pimpinan Toyota tahu bahwa mobil hybrid adalah kunci untuk mengurangi emisi karbon dan konsumsi bahan bakar. Mereka cukup puas dengan margin keuntungan yang tipis, tetapi menjadi pemain utama dalam pasar mobil hybrid yang semakin marak. Sebagaimana diuraikan Jeffrey A. Krames dalam buku Inside Drucker’s Brain, pada tahun 1997, Toyota meluncurkan mobil hybrid dan didistribusikan ke seluruh dunia pada 2001. Dalam waktu singkat, mobil baru ini menjadi primadona baru di Jepang, Eropa, dan Amerika Utara serta menyabet berbagai penghargaan. Sungguh dramatis, hal yang tidak terbayangkan sama sekali pada dekade silam. Prius berperan besar dalam melejitkan Toyota menjadi nomor satu di dunia otomotif. Sementara itu, Ford dan GM terus limbung dan mengalami kerugian besar. Ford menderita kerugian $12,7 miliar pada 2006 dan GM rugi $38,7 miliar pada 2007. Sementara pada triwulan ketiga tahun 2007 saja, Toyota meraup keuntungan $13,1 miliar. Jack Welch melakukan hal serupa. Agar GE dapat tumbuh lebih pesat, langkah yang ia lakukan adalah memutuskan produk apa yang harus diabaikan sebagaimana saran Drucker. Pada dekade pertama kepemimpinannya, Jack Welch menjual 117 usaha yang tidak sesuai dengan visi perusahaan. Tahun 1984, ia menjual GE Houseware, divisi yang sangat dikenal oleh rumah tangga


KARAKTER, MOTIVASI, TINDAKAN & KEPEMIMPINAN 205 di AS (produknya antara lain pemanggang roti dan pengering rambut). Bagi kebanyakan orang, langkah Welch terlihat konyol. Namun, bagi Jack Welch, lebih penting mengabaikan produk pemanggang roti untuk sebuah visi GE yang jelas. Selanjutnya, sejarah membuktikan GE menjadi perusahaan yang sangat sukses di dunia. GE adalah contoh sempurna bagaimana berfokus pada pelanggan dan pasar bisa sangat membantu perusahaan dalam meraih kesuksesan. Akhirnya, Welch dinobatkan sebagai “Manager of the Century” oleh majalah “Fortune”. Banyak perusahaan-perusahaan yang menggurita tidak berhasil mengabaikan kegiatan tertentu karena semuanya dirasa penting. Bahkan terkadang mereka harus mengabaikan visi perusahaan demi sebuah peluang sesaat. Akibatnya mereka kehilangan fokus dan pada saat itulah pesaing akan mudah menggantikan posisinya. Perusahaan-perusahaan yang unggul tidak mudah terserang penyakit sindrom glory of the past atau bangga pada kejayaan masa silam. Sindrom ini muncul ketika para kompetitor mulai lebih agresif menjelajahi pasar dengan produk dan pelayanan yang lebih berkualitas. Di sisi lain, sang market leader terlalu asyik dengan dirinya sendiri, merasa produknya yang paling bagus, dan mulai alpa pada pelayanan. Para manajer terkungkung dalam penjara jabatan dan loyalitas. Padahal, dalam situasi yang sesungguhnya, perusahaan sudah mulai bergoyang. Produk mulai usang dan para customer mulai hijrah ke produk kompetitor. Untuk perusahaan yang sudah mulai menyalahkan lingkungan, menyalahkan kebijakan pemerintah yang membuat ia sulit bertahan di posisi puncak, atau gemar bernostalgia tentang keunggulan masa lalu, Drucker dengan tegas berpesan agar mengabaikan semua itu dan fokus pada masa depan. “Ya, abaikan semuanya, kecuali masa depan”. ***


206 MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI


KARAKTER, MOTIVASI, TINDAKAN & KEPEMIMPINAN 207 21 Berfikir Kritis Kemampuan mengevalusi dan memutuskan untuk menggunakan informasi yang benar memerlukan keterampilan berpikir kritis Prof. David Beng, seorang peneliti dari Boston University-USA, telah melakukan riset selama 5 tahun untuk mengetahui khasiat berbagai macam daun tanaman tropis. Hasil risetnya telah dipublikasikan di Journal of Human Medicine yang terbit awal tahun 2015 lalu, dan artikel hasil risetnya itu cukup menghebohkan dunia pengobatan, khususnya pengobatan penyakit kanker. Dalam laporan risetnya, David Beng mengemukakan bahwa daun singkong asal negara tropis memiliki kandungan zat yang mampu meredam proliferasi sel kanker. Itu sebabnya ia kemudian menyimpulkan bahwa masyarakat negara tropis yang suka makan daun singkong jarang terkena penyakit kanker. Ia menyarankan daun singkong sebaiknya cukup direbus saja lalu dimakan, tidak perlu dibuat sayur, agar khasiat antikankernya lebih optimal. Makan daun singkong dua hari sekali akan mampu menghambat tumbuhnya sel kanker dalam tubuh.


208 MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI Anda percaya dengan tulisan di atas? Itu adalah tulisan hasil imajinasi saya yang ngawur. Jadi tulisan itu jangan Anda percaya karena saya buat sebagai contoh tentang mudahnya membuat berita bohong di ruang publik dan tersebar masif melalui media sosial. Saat ini, kita hidup di era keterbukaan informasi. Setiap hari, kita mendapatkan berbagai macam informasi melalui broadcast Blackberry, Whatsapp, Facebook, Twitter, dan media lainnya. Coba amati, pada bagian akhir broadcast biasanya terdapat semacam “kata bijak” agar kita segera meneruskan informasi yang belum tentu benar tersebut. Ada yang di akhir ceritanya tertulis “meneruskan info ini berarti menyelamatkan ribuan orang”. Ada yang menulis “indahnya berbagi”. Jika broadcast tersebut mengandung unsur religius, di bagian akhir biasanya ada petuah untuk segera bertindak menyebarluaskan informasi sebagai amal ibadah. Padahal, jika disikapi secara kritis, banyak informasi berupa berita bohong alias hoax yang beredar. Bahkan sebagian berupa fitnah terhadap tokoh, industri atau pun institusi. Bisa dibayangkan, betapa bahayanya ikut menyebarkan berita bohong, apalagi fitnah. Saya pernah menerima broadcast yang terkesan sangat meyakinkan tentang dialog seorang pasien dengan dokter. Sang dokter mengatakan kepada pasiennya bahwa penyakit kista di rahimnya akibat suka makan sayap dan leher ayam, di mana biasa disuntikan hormon yang berbahaya. Sangat mungkin, sudah ratusan ribu orang percaya dengan informasi menyesatkan ini. Di era keterbukaan informasi, kita perlu lebih kritis menangkap informasi. Ibarat makanan, informasi yang beredar itu ada yang berupa makanan bergizi, ada yang tidak bergizi, dan ada pula yang berupa sampah atau racun. Disebabkan informasi merupakan makanan bagi otak, kita perlu memilih dan melakukan crosscheck, apakah makanan itu cukup bergizi untuk otak kita atau sebaliknya? Menuntut ilmu hingga perguruan tinggi adalah melatih berpikir kritis. Berpikir kritis mengandung aktivitas mental dalam memecahkan masalah, menganalisis asumsi, menguji rasionalitas, mengevaluasi, melakukan penyelidikan, dan mengambil keputusan. Dalam proses pengambilan keputusan, kemampuan mencari, menganalisis, dan mengevaluasi informasi sangatlah penting. Ciri orang yang berpikir kritis adalah selalu mencari dan memaparkan hubungan antara masalah yang didiskusikan dengan masalah atau pengalaman lain yang relevan.


KARAKTER, MOTIVASI, TINDAKAN & KEPEMIMPINAN 209 Menurut Prof. Potter, ada tiga alasan pentingnya keterampilan berpikir kritis di masa sekarang. Pertama, adanya ledakan informasi. Saat ini, terjadi ledakan informasi yang datang dari broadcast informasi dan puluhan ribu website mesin pencari di internet. Informasi dari berbagai sumber tersebut—bisa jadi—banyak yang ketinggalan zaman, tidak lengkap, atau tidak kredibel. Untuk dapat menggunakan informasi ini dengan baik, evaluasi perlu dilakukan terhadap data dan sumber informasi tersebut. Kemampuan mengevalusi dan memutuskan untuk menggunakan informasi yang benar memerlukan keterampilan berpikir kritis. Oleh karena itu, keterampilan berpikir kritis sangat perlu dikembangkan masyarakat. Ketidakmampuan berpikir kritis menyebabkan banyak orang yang percaya pada berita bohong. Kita lihat, banyak orang seenaknya menuduh seorang tokoh sebagai antek komunis, antek liberalisme, atau pun penjahat perang. Kedua, adanya tantangan global. Saat ini terjadi krisis global yang serius. Untuk mengatasi kondisi krisis ini diperlukan penelitian dan pengembangan keterampilan berpikir kritis. Berpikir kritis bukanlah berpikir negatif. Justru sebaliknya, dengan berpikir kritis kita dapat menggali informasi lebih dalam. Ketiga, adanya perbedaan pengetahuan warga negara. Sejauh ini, mayoritas orang di bawah 25 tahun sudah bisa meng-upload berita mereka. Beberapa informasi yang tidak dapat diandalkan dan bahkan mungkin sengaja menyesatkan bisa dengan mudah dimuat di internet. Berpikir kritis bukan hanya untuk menyaring informasi di dunia maya. Berulangnya kasus penipuan investasi yang jelas-jelas tidak masuk akal, beredarnya berita takhayul, dan penipuan berkedok undian berhadiah adalah sedikit contoh akibat masyarakat belum bersikap kritis terhadap informasi. ***


210 MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI


KARAKTER, MOTIVASI, TINDAKAN & KEPEMIMPINAN 211 Pilih Rencana 22 atau Spontan Mereka yang gagal membuat rencana, pada dasarnya sedang merencanakan kegagalan. Presiden AS, Barack Obama mengatakan bahwa impian adalah setengah dari rencana, rencana adalah setengah dari kerja keras, dan kerja keras adalah setengah dari keberhasilan. Sementara Andrie Wongso berpendapat, rencana ibarat peta, sekaligus kompas dalam kehidupan. Jika salah membaca peta, bisa jadi kita tidak punya arah dalam usaha menggapai impian. “Untuk itu tetapkan rencana dan jadikan rencana sebagai dasar sebuah tindakan untuk mencapai kesuksesan,” tegasnya. Namun, Bob Sadino—pengusaha sukses nan nyentrik—berpendapat sebaliknya. Menurutnya, rencana bisa menjadi bencana. “Rencana adalah racun, rencana sama dengan bencana,” tegas Bob dengan gaya meyakinkan. Menurutnya, orang-orang terpelajar kerapkali dipersulit oleh rencananya sendiri. Mereka sangat pintar membuat rencana dan berdiskusi untuk membuat sebuah langkah. Bahkan untuk merencanakan bisnis kecil saja membutuhkan


212 MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI penyusunan rencananya bisa berpuluh-puluh halaman, dimulai dengan latar belakang, maksud dan tujuan, waktu dan tempat, analisis kelayakan usaha, susunan organisasi, saran, dan penutup. Untuk menyusun rencana itu pun mereka berdebat. Berbagai literatur harus dibahas demi kesempurnaan sebuah rencana. Namun, dengan rencana detil tersebut, rencana justru—sering—sulit dilaksanakan. Pasalnya, setiap hendak melangkah, banyak aspek yang harus dipertimbangkan dan perlu diperdebatkan. Sampai akhirnya, rencana tinggal rencana, tak jelas pelaksanaannya. Menurut pandangan Bob, orang-orang pintar tersebut justru terlihat bodoh, meskipun pintar menyusun rencana. Mereka menyiapkan rencana cadangan, bukan hanya satu melainkan dua atau tiga. Ada plan A, Plan B, Plan C, dan seterusnya. “Jadi, buat apa rencana kalau akhirnya dibuat plan A-Z?” tanyanya seakan menggugat kepintaran praktisi manajemen. Bagi Bob Sadino, jalan hidup ini berkelok-kelok, tidak ada yang lurus dan berurutan. Jika mau belajar dari alam, lihatlah sungai. Apakah ada sungai yang lurus dari hulu ke hilir? Pasti tidak ada. Dia berkelok-kelok, putar sana-putar sini, dan akhirnya sampai ke muaranya. Tuhan sudah menunjukkan seperti itulah hidup manusia—lateral, bukan linear. Memang, ada dua kelompok orang dalam menjalankan kegiatan. Ada orang yang lebih suka merencanakan detil (dominan otak kiri). Ada pula kelompok yang menyukai spontanitas dan alamiah (dominan otak kanan). Jika diundang ke pesta, mereka yang tipe rencana detil akan membawa peta yang tertera di undangan. Jika kebingungan mencari alamat, ia akan menelepon pihak pengundang dan meminta bantuan arah alamat dengan sejelas-jelasnya. Adapun kelompok spontan lebih memilih menikmati perjalanan. Dengan melihat peta sekilas, mereka langsung berjalan menikmati segala hal yang bisa dilihat di jalan. Jika bingung, mereka segera turun dan bertanya ke orang yang kira-kira mengetahui lokasi tersebut. Jika masih sulit, mereka akan mencari warung, membeli permen atau camilan, untuk bertanya arah ke lokasi. Dalam dunia bisnis pun demikian. Ada tipe perencana dan ada tipe spontan. “Eh, ada peluang menyediakan 500 ekor ayam per hari untuk restoran. Yuk, kita coba bikin peternakan ayam!” Itulah cara orang yang spontan merespon peluang bisnis.


KARAKTER, MOTIVASI, TINDAKAN & KEPEMIMPINAN 213 “Gimana caranya?” “Gampang, kita tanya saja ke Dinas Peternakan untuk perizinannya. Untuk urusan teknis, kita cari ahlinya.” Bagi tipe perencana, munculnya peluang akan direspons dengan melakukan analisis kelayakan usaha, menentukan parameter-parameternya, kemudian merancang agenda kegiatan tahap demi tahap. Jika rencana ini berjalan, ia akan rajin mengevaluasi situasi dan membandingkan antara rencana dengan realisasi. Memang benar, jika seseorang memilih menyusun rencana detil sebelum memulai bisnis, ia bisa terjebak mengalami ketakutan dengan rencananya sendiri. Apalagi bagi mereka yang belum berpegalaman mencoba bisnis. Mereka mulai berhitung bagaimana jika ditipu orang, bagaimana jika kurs rupiah berubah, bagaimana jika produk tidak laku, bagaimana jika produknya dicuri orang, dan berbagai pertanyaan lain yang semakin menciutkan nyali untuk berbisnis. Bukan berarti rencana tidak diperlukan, tetapi bentuk rencananya kurang tepat. Bagi pemula, rencana sebaiknya dibuat secara global dan mampu memberi semangat untuk memulai, bukan justru membuat takut memulai. Sebaliknya, tipe spontan lebih berani melakukan hal baru, kreatif, dan imajinatif. Mereka mudah untuk memulai bisnis, meskipun terkadang kurang fokus dan mudah berpindah bisnis. Mereka akan dapat mengendalikan dan memfokuskan bisnisnya jika sudah mendapatkan visi yang tajam dan mulai belajar menerapkan sistem manajemen. Jadi, tidak ada pertentangan yang hakiki tentang pentingnya sebuah rencana. Pasalnya, Bob yang tidak suka rencana—sejatinya—hanya sedang mengritik sistem pembelajaran di kampus yang lebih dominan otak kiri (analitis) sehingga lulusannya kurang berani mengambil risiko untuk melakukan hal-hal baru. ***


214 MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI Karakter, Motivasi, Tindakan, dan Kepemimpinan


KARAKTER, MOTIVASI, TINDAKAN & KEPEMIMPINAN 215 Bagian 4 Kepemimpinan Karakter, Motivasi, Tindakan, dan Kepemimpinan


216 MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI


KARAKTER, MOTIVASI, TINDAKAN & KEPEMIMPINAN 217 1 Berfikir dan Berperilaku Pada hakikatnya, semua orang adalah pribadi yang unggul. “Perlakukanlah orang lain sebagaimana engkau mengharapkan orang lain memperlakukanmu,” demikian petuah yang sering kita dengar. Namun, boleh jadi, kita perlu mengevaluasi petuah ini. Pasalnya, setiap orang sebenarnya memiliki kemauan yang berbeda-beda, tergantung cara berpikir dan berperilakunya. Jika Anda senang diberi penghargaan di atas panggung, belum tentu staf Anda senang diperlakukan dengan cara yang sama. Jika Anda senang diberi bunga, belum tentu orang lain juga senang diberi bunga. Jadi, perlakukan orang lain sebagaimana mestinya, sesuai tipe orang tersebut. Pesan ini disampaikan oleh Agus Purwanto, Certified Associate Emergenetics International-Asia saat memberikan workshop emergenetics di depan pengurus ASOHI Pusat. Menurut Agus, Emergenetics merupakan salah satu psychometrics tools berdasarkan pada brain research terkini. Saat


218 MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI ini, di berbagai negara, Emergenetics semakin populer karena tool ini dapat memberikan arah obyektif dalam mengembangkan individu dan tim. Keunggulan emergenetics adalah mampu secara jelas mendeteksi tipe setiap orang dalam hal berpikir dan bertingkah laku (thinking and behavior), yang diterjemahkan dalam bentuk diagram yang mudah dipahami. Konsep Emergenetics diciptakan oleh Geil Browning PhD dari Colorado Amerika Serikat, yang kini mengembangkan lembaga The Browning Group International. Sebagai pendidik, peneliti, trainer, dan pembicara bereputasi internasional, ia telah membuat perubahan yang signifikan dalam kehidupan ratusan ribu orang melalui konsep Emergenetics. Menurut Browning, siapa diri kita sekarang merupakan hasil watak tertentu yang muncul (emerged) dari pengalaman kehidupan kita, ditambah genetik (ciri-ciri genetik) kita. Interaksi antara nature dan nurture ini merupakan dasar dari Emergenetics. Dengan memahami profil Emergenetic, kita dapat lebih memahami diri sendiri dalam melakukan pendekatan pada situasi baru, cara kita menyelesaikan berbagai hal, cara orang lain melihat kita, cara meningkatkan hubungan, dan cara berkomunikasi dengan orang yang tidak seperti kita. Menerapkan Emergenetics di tempat kerja akan membuat kita bisa mengambil keputusan karir yang optimal, mendorong kreativitas dan kinerja, meningkatkan profit, membuat keputusan yang lebih baik, membentuk tim “penasihat” yang tepat, menulis kajian kinerja yang efektif, memberikan presentasi yang menarik, menjual kepada berbagai jenis pelanggan, dan memotivasi segala macam karyawan. Melalui serangkaian kuesioner online, Emergenetics dapat menilai cara berpikir kita ke dalam 4 jenis, yaitu Analitis (blue preference), Struktural (green preference), Sosial (social preference) dan Konseptual (yellow preference). Sementara keunggulan perilaku kita dinilai dengan mengukur tingkat ekspresi (expressiveness), keasertifan (assertiveness), dan fleksibilitas (flexibility). Berbeda dengan konsep lainnya—di mana para pakar biasanya mencampuradukan antara berpikir dan berperilaku—pendekatan emergenetics memisahkan cara berpikir dan berperilaku. Perbedaan lainnya, Emergenetics memastikan bahwa semua jenis manusia, baik cara berpikir maupun berperilaku, sudah baik adanya. Agus Purwanto memberikan contoh tokoh dunia yang ternyata


KARAKTER, MOTIVASI, TINDAKAN & KEPEMIMPINAN 219 memiliki perbedaan dalam cara berpikir. Gregory Mendel—peletak dasar teori genetika modern—memiliki blue preference alias cara berpikir analitis. Jenderal D. Eisenhower—pemimpin operasi D-Day di Pantai Normandia pada 6 Juni 1942—memiliki green preference alias cara berpikir struktural. Bunda Theresa—pemimpin organisasi nirlaba yang menyantuni anak miskin di banyak Negara—memiliki red preference alias pola pikir sosial. Sementara Albert Einstein—penemu teori relativitas yang sangat menghebohkan— memiliki yellow preference alias berpikir secara konseptual. Jadi, janganlah menghakimi diri sendiri sebagai pribadi yang lebih jelek dari orang lain. Pasalnya, semua orang pada hakikatnya adalah pribadi yang unggul. Jadilah Anda sebagai pribadi yang unggul dengan tipe Emergenetics apapun. ***


220 MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI


KARAKTER, MOTIVASI, TINDAKAN & KEPEMIMPINAN 221 Pertimbangan 2 Keputusan Kapan pun kamu mengalami konflik dengan seseorang, ada satu faktor yang bisa membedakan antara konflik yang merusak dan konflik yang memperkuat hubungan, yaitu sikap ~Timothy Bentley Disadari atau tidak, banyak sekali keputusan-keputusan yang harus diambil, mulai dari bangun tidur di pagi hari sampai kembali ke tempat tidur di malam hari. Banyak keputusan yang harus diambil, mulai dari keputusan memilih menu makanan, menelepon seseorang, mengirim email, membaca buku, jam tidur, jam makan, mencari peluang baru, menabung, hingga investasi baru. Ketika Anda menyediakan waktu untuk membaca buku ini, sikap tersebut juga salah satu hasil dari sebuah keputusan. Setiap pengambilan keputusan tak lepas dari beragam pertimbangan. Sebagaimana surat keputusan resmi biasanya terdapat klausul menimbang, mengingat, dan memperhatikan sebagai tahap sebelum mengambil keputusan. Dalam mengambil keputusan, terdapat empat tipe berpikir berdasarkan konsep Emergenetics, yang dipopulerkan oleh Geil Browning dari Amerika


222 MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI Serikat dan populer di berbagai negara, termasuk Indonesia. Ragam tipe berpikir ini akan berpengaruh dalam mempertimbangkan sesuatu untuk mengambil keputusan. Keempat tipe berpikir manusia tersebut adalah tipe analitikal, tipe struktural, tipe konseptual, dan tipe sosial. Melalui serangkaian tes secara online, Emergenetics dapat menunjukkan tipe berpikir seseorang. Dengan mengetahui tipe berpikir, seseorang akan lebih mudah meningkatkan komunikasi dengan orang lain, baik yang setipe maupun berbeda tipe. Pemahaman terhadap tipe berpikir membuat kita bisa memahami perbedaan setiap orang dalam mempertimbangan sesuatu hingga menghasilkan keputusan. Misalkan, ketika akan melakukan PHK terhadap karyawan, tipe analitikal menggunakan pertimbangan berdasarkan alasan mengapa harus mem-PHK dan dampaknya bagi perusahaan. Dengan hasil analisis yang baik, mereka dapat mengambil keputusan waktu PHK dan terhadap siapa saja. Sementara orang dengan tipe struktural akan lebih fokus pada tata aturan perusahaan. Jika mendapatkan karyawan bersalah, ia akan mengecek tata-tertib karyawan. Jika terdapat pelanggaran, ia akan melakukan tindakan sesuai dengan peraturan. Jika sudah diputuskan untuk mem-PHK, mereka akan melihat tata aturan mem-PHK seperti berapa kali harus mendapat surat peringatan, aturan pesangon, dan sebagainya. Tipe konseptual akan lebih mempertimbangkan ide-ide selain PHK atau mencari formula PHK dengan tahapan yang berbeda dari kebiasaan. PHK yang selama ini dilakukan perusahaan bagi tipe konseptual kurang menarik, bahkan istilah PHK sendiri bisa diubah agar lebih memotivasi. Sebagai contoh, istilah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) diganti dengan Berkarya di Tempat Baru. Jika perlu diadakan semacam seremonial meriah untuk melepas karyawan yang di-PHK. Sementara tipe sosial sebagaimana namanya akan mempertimbangkan dampak sosial yang terjadi di lingkungan perusahaan maupun lingkungan keluarga yang terkena PHK. Tipe ini akan merasa cemas dengan nasib karyawan yang terkena PHK, yang mengalami masa menganggur yang lama. Berbeda dengan tipe struktural, yang lebih mementingkan aturan perusahaan dibandingkan sosial. Lantas, bagaimana sebaiknya keputusan penting dibuat? Dalam keadaan normal, pemimpin yang baik akan melihat semua aspek. Mereka akan melakukan analisis tentang latar belakang masalah, menguasai


KARAKTER, MOTIVASI, TINDAKAN & KEPEMIMPINAN 223 duduk perkaranya, hingga sampai pada kesimpulan perlunya melakukan PHK. Selanjutnya, cek tata aturan perusahaan. Kemudian diperlukan ide baru apakah PHK memang harus dilakukan saat ini. Apakah ada alternatif lain? Terakhir, harus juga dipertimbangkan bagaimana sisi kemanusiaannya, apakah PHK ini akan berdampak besar bagi keluarganya, bagi hubungan dengan rekan kerja dan sebagainya. Ini hanya sekedar contoh mengenai PHK. Dalam pengambilan keputusan apapun, kita cenderung mempertimbangkan sesuatu yang sesuai dengan tipe berpikir kita. Tak heran, tim yang bagus selalu terdiri dari orang-orang memiliki tipe berpikir yang berbeda sehingga bisa saling melengkapi. Beberapa waktu lalu, Walikota Surabaya Tri Rismaharini membuat keputusan relokasi pasar ke lokasi yang lebih bersih dan tidak mengganggu lalu lintas. Bagi tipe struktural, hal yang pertama dilihat adalah pedagang sudah melanggar aturan tata tertib kota sehingga harus segera dipindah ke lokasi yang sudah disediakan pemerintah kota. Seandainya Walikota hanya mempertimbangkan dari sisi tata aturan saja, sangat mungkin terjadi pertengkaran antara Satpol PP dengan pedagang yang akan dipindah. Tak usah heran, ujung-ujungnya pasti terjadi ricuh. Untunglah, Walikota Surabaya tersebut mencari ide baru agar semua pedagang mau pindah ke lokasi yang telah ditentukan. Muncullah ide cemerlang yang terbukti tidak menimbulkan pergolakan antara pihak pemerintah dengan para pedagang. Pemkot meminta agar penyalur barang menghentikan secara bertahap pasokan ke lokasi kaki lima. Apa yang terjadi kemudian? Para pembeli merasa bahwa barang dagangan di lokasi itu kurang lengkap dan secara bertahap mencari lokasi pasar baru. Demikian seterusnya hingga satu demi satu para pedagang pindah ke pasar yang sudah disediakan pemerintah karena jumlah pembeli di tempat lama semakin sedikit. Keputusan relokasi dapat dieksekusi dengan mulus tanpa pergolakan.***


224 MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI


KARAKTER, MOTIVASI, TINDAKAN & KEPEMIMPINAN 225 3 Sekolah Kepemimpinan Mimpi besar adalah perkalian antara keyakinan yang kokoh dan kuat dengan ikhtiar yang keras, cerdas, dan tak kenal menyerah; tim building yang akan merapikan dan memuluskannya. Saat sedang mencari gagasan untuk bahan menulis artikel refleksi, tibatiba seorang rekan memberikan sebuah buku yang berjudul “Sekolah Calon Pemimpin”. Langsung terpikir di benak saya, buku setebal 468 halaman ini bisa menjadi bahan artikel yang bisa menginspirasi para pembaca. Saya pun mencoba membuka secara acak. Hampir semuanya berisi kisah-kisah unik para remaja yang sedang menempuh pendidikan di SMA Islam Terpadu yang sangat berbeda dengan parasiswa SMA lain pada umumnya. “Inspiratifnya, dalam kesatuan menyeluruh, tekad bocah-bocah yang katanya ingusan itu mampu berhimpun, sejak menggali ide, menganalisis gagasan, dan melakukan eksekusi sebuah misi besar,” kata rekan yang memberikan buku tersebut. Jawaban ini masih terasa normatif. Saya pun mencoba menggalinya lagi.


226 MENGGALI BERLIAN DI KEBUN SENDIRI Pada akhirnya, saya menemukan kisah menarik, yaitu ketika para siswa mendapat tugas menggalang dana untuk bisa keluar negeri secara mandiri. Luar negeri ini bukan Singapura atau Malaysia, yang biaya tiketnya tidak jauh berbeda dengan tiket Jakarta Bali, melainkan ke Eropa, Australia, dan negara lain yang cukup jauh. Para siswa dituntut mampu bekerjasama sejak awal hingga akhir. Mereka berkumpul dalam satu grup dan mendapat tugas menggalang dana. Mereka dilarang meminta dana kepada orang tua. Pertanyaannya, apa yang bisa membuat seseorang yang baru dikenal bisa—tiba-tiba—peduli dan berkomitmen untuk membantu biaya ke luar negeri? Di sinilah tantangannya. Mereka membuat proposal dan melakukan presentasi ke berbagai instansi, baik pemerintah maupun swasta. Dari kegiatan ini—setidaknya—ada 3 hal yang bisa dipelajari sekaligus, yaitu cara mengolah ide menjadi tulisan dan teknik public speaking untuk meyakinkan orang lain dan teknik bernegosiasi. Dalam buku tersebut diceritakan bahwa pernah seorang siswa—melalui bantuan gurunya—bisa ikut hadir dalam acara buka puasa bersama di rumah seorang mantan menteri. Bisa dibayangkan, seorang siswa SMA harus memberanikan diri untuk menyapa seorang mantan pejabat negara, kemudian meminta bantuan. Lucunya lagi, siswa ini belum mengenal wajah menteri yang jadi tuan rumah, mungkin karena terbatasnya waktu nonton TV di asrama atau karena saking seringnya ganti menteri di Indonesia. Singkat cerita, sang mantan menteri ini kemudian bersedia menyumbang lebih dari Rp100 juta. Mereka berhasil meraih mimpi besar, ke Eropa secara bersama-sama dengan biaya yang mereka cari sendiri. Seperti itulah cara belajar kepemimpinan di sekolah yang diceritakan di buku ini. Sekolah ini mendidik siswanya dengan kegiatan ekstrakurikuler yang dirancang dengan sangat baik. Bisa jadi, para pendiri sekolah tersebut berpandangan bahwa kegiatan ekstrakurikuler itu yang akan menghasilkan pemimpin, padahal kegiatan kurikuler biasanya hanya dianggap sebagai pelengkap saja. Siswa ditanamkan kedisiplinan dan perjuangan dengan kerja keras (struggle). Dari bangun pagi, paling telat pukul 03.30, dengan rangkaian salat malam, subuh, duha, baru ke sekolah hingga pukul 15.30. Tentu ada saat jeda istirahat, di antaranya untuk


Click to View FlipBook Version