Buta, Bisu, Tuli
Semenjak kau tersakiti,
Kau menjadi buta, bisu dan tuli.
Kau tak mampu lagi melihat,
Tentang harapan yang terbit disetiap fajar selepas subuh.
Kau tak mampu lagi berkata - kata,
Tentang sakit yang semakin menggila.
Kau tak mampu lagi mendengar,
Tentang betapa bodohnya dunia.
Kunas Saleh
199
Walau Tanpa Aku
Ku akan merelakan kau,
Bila kau merasa bahagia,
Walau tanpa ku.
Pastikan langkah kau,
Sentiasalah punya erti,
Walau tanpa ku.
Jika ada sedih menyelimuti kau,
Sentiasalah menjadi kuat,
Walau tanpa ku.
Andai hari berat menanti kau,
Sentiasalah ada doa yang cukup,
Walau tanpa ku.
Dan...
Semoga setiasalah baik,
Walau tanpa aku.
Kunas Saleh
200
Sudahlah
Aku dan sepi sedang berdiskusi,
Tidak ingin kopi,
Hanya ingin secangkir diksi,
Biar aku lebih dalam mencintai sepi.
Di jalan yang semakin lenggang,
Tak lagi ku kuat memegang sayang,
Bahkan puisi yang ditulis pun merasa sendiri,
Dan semuanya berhenti jatuh hati.
Senyum hilang nyawa,
Entah berapa kali aku hanyut dalam ilusi,
Dan berterusan memarahi takdir,
Yang konon di tulis sendiri.
Jalan hidup yang terus memanjang,
Dengan hati yang tetap berkecamuk,
Sudah penat dengan tangisan,
Cukuplah aku ditemani pesona tuhan.
Kunas Saleh
201
Selamat Ulang Tahun, Puan
Semoga di hari mu kedepannya nanti akan lebih bahagia serta
penuh dengan harapan yang baik.
Hari ini adalah awal dari petualangan besar lainnya,
Tambah satu lagi usiamu,
Tambah juga pasti kedewasaanmu,
Jadi teruslah mewujudkan mimipi yang masih belum sempat.
Ini hanya ucapan sederhana dalam bentuk doa,
Yang berharap kau sentiasa dipeluk tuhan,
Dalam apa juga keadaan.
Langit tak selalu biru,
Hujan tak selalu badai,
Tertawa tak selalu bahagia,
Nikmatilah semua.
Kunas Saleh
202
Sedang Tidak Bahagia
Kota ini terlalu terlalu riuh,
Atau aku yang takut kesendirian,
Aku sudah memberi semua,
Tapi tetap saja begitu.
Suasana malam dimusim panas,
Menjadikan gelap yang penuh keringat,
Tanpa turun hujan di luar,
Hanya genangan yang membasahi pipi.
Senyum tanpa bahagia,
Ketawa menutup air mata,
Ku lakukan ini dengan bersungguh,
Dan hanya aku yang tahu.
Meratap setiapnya sendirian,
Dengan alunan yang penuh berontak,
Dan mula berdansa bersama jenuh,
Yang temani aku sejak semua hancur.
Perlahan tapi pasti,
Aku harus keluar dari rumah ini,
Mencari sesuatu yang baru,
Meninggalkan kenangan bernama kamu.
Kunas Saleh
203
Doa ku
Kamu tetaplah doa yang selalu ku baca,
Pada tiap pagi hari ku,
Sebelum aku memakai sepatu.
Untuk kamu ....
Yang membuat jantung ku berdetak dua kali lebih cepat,
Aku mencintai mu dengan sangat.
Aku tidak tahu yang mana paling tepat,
Antara aku merindui tawa mu,
Atau hangatnya senyum mu.
Cuma yang mampu aku simpulkan,
Aku mencintai semua hal tentang mu,
Tanpa aku harus ada cebisan ragu.
Setiap waktu yang ku punya,
Masih aku tetap percaya,
Kamu adalah jawapan dari setiap doa.
Jadi jangan usai,
Kerana cerita belum dimula.
Kunas Saleh
204
Tak Mungkin
Bagaimana mampu lupa,
Senyumnya saja masih sama,
Bukan aku tiada usaha,
Cuma tak punya cara untuk menghapuskan.
Telah menghabiskan banyak malam,
Untuk sekadar mengenang,
Dan pagi yang datang perlahan,
Menghembus debu harap yang masih melekat.
Sudah lama tidak merasa berbunga - bunga,
Yang terakhir saat kita bertemu.
Bersama mata mu membunuh rindu,
Sambil kita saling memeluk waktu.
Mungkin tidak cukup sempurna,
Setidaknya kita cuba melengkapi,
Walau sebenarnya tahu kita akan terpisah,
Kerana satu atau dua hal yang tak terduga.
Pada akhirnya,
Salah satu dari kita harus pergi,
Sejauh mungkin untuk melupakan,
Tanpa izin untuk kembali.
Kunas Saleh
205
Untuk Aku
Terima kasih untuk jiwa dan raga,
Yang sentiasa mahu berjuang bersama,
Walau sering tertinggal oleh lajunya waktu,
Namun tetap menjadi aku.
Terima kasih untuk segenap hati,
Telah memberi rasa apa adanya,
Merahsiakan setiap sakit dalam diamnya,
Dengan rela penuh derita.
Terima kasih untuk setiap fikiran,
Sanggup menanggung setiap beban,
Dan dengan sarat menyimpan semua kenangan,
Kadang menjadi sesak kerana ego yang tak mahu melupakan.
Kunas Saleh
206
Pedih
Terbakar dalam sendiri,
Hanya sekadar memakai topeng tawa,
Berpura seperti tak pernah kalah,
Walau beban membunuh semua perlahan.
Menunggu ada yang datang,
Membawa secebis pengertian,
Tentang sepi yang berpanjangan,
Dan semakin dekat dengan kehancuran
Diam memang bukan pilihan,
Tapi tak siapa mahu mendengarkan,
Walau kau tahu tu,
Lebih senang kau membiarkan.
Senja itu tak ku lihat jingga,
Bersama pena dan selarik kertas,
Terisi semua bait - bait doa,
Yang sentiasa aku minta.
Kunas Saleh
207
TAMMAT
© 2020 Niskala Hak Cipta Terpelihara