Bab 6 Peningkatan Ekonomi Rumah Tangga Melalui Budi daya Sayuran Organik 87
konsumsi sayuran organik dan pentingnya gizi pada tiap jenis sayuran organik
akan mendorong peningkatan permintaan sayuran organic. Produk tanaman
organik masih terbatas dikonsumsi oleh orang-orang yang sadar akan
kesehatan. Namun, dengan demikian munculnya produk pertanian organik di
setiap pameran dan ditunjang oleh promosi mengenai pentingnya kesehatan,
tidak menutup kemungkinan di tahun mendatang banyak orang beralih ke
produk tanaman organik (Pracaya, 2005).
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa budi daya tanaman
memberikan manfaat seperti menghasilkan makanan yang cukup aman dan
bergizi sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
peningkatan daya saing produk agribisnis, meningkatkan pendapatan
petani/keluarga, menciptakan lingkungan yang aman dan sehat, meningkatkan
dan menjaga produktivitas lahan, menciptakan lapangan kerja baru. Kegiatan
budi daya ini berdasarkan hasil-hasil penelitian telah membuktikan
memberikan sumbangan tambahan pendapatan keluarga petani, serta dengan
sentuhan teknologi saat ini, kegiatan budi daya ini dapat memanfaatkan lahan -
lahan sempit seperti pekarangan. Berikut akan diuraikan pemanfaatan
pekarangan rumah untuk budi daya tanaman organik, serta dalam skala usaha
tani.
6.2.1 Budi daya Sayuran Organik Memanfaatkan
Pekarangan
Pekarangan merupakan areal sebidang tanah di sekitar rumah yang mudah
diusahakan dengan tujuan untuk meningkatkan pemenuhan gizi melalui
perbaikan menu keluarga. Pekarangan sering juga disebut sebagai lumbung
hidup, warung hidup atau apotik hidup. Dalam kondisi tertentu, pekarangan
dapat memanfaatkan kebun/rawa di sekitar rumah. (Riah, 2005)
Riah (2005), menyatakan bahwa pekarangan yang dimanfaatkan untuk
dikelola melalui pendekatan terpadu. Kegiatan dengan menanam berbagai
jenis tanaman, ternak dan ikan, sehingga akan menjamin ketersediaan bahan
pangan yang beraneka ragam secara terus-menerus, guna pemenuhan gizi
keluarga. Sayur-sayuran sebagai tanaman hortikultura seringkali sebagai
tanaman pokok yang ditanam di lahan pekarangan. Tanaman hortikultura
termasuk tanaman yang secara tidak langsung memiliki nilai keindahan. Itulah
sebabnya, banyak orang yang menanam sayur-sayuran di pekarangan.
88 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
Gambar 6.3: Pemanfaatan Pekarangan dengan Sayur Organik (Dardirjo,
2020)
Selanjutnya, Agus (2001), pemanfaatan lahan pekarangan dapat dilakukan
dengan tiga model penanaman yaitu penanaman secara konvensional,
penanaman dengan menggunakan pot dan penanaman secara vertikultur.
Penanaman konvensional adalah penanaman tanaman langsung di tanah dan
prinsipnya sama dengan berkebun sayuran dalam arti sebenarnya, tetapi
skalanya lebih kecil sesuai dengan lahan yang tersedia. Sementara, penanaman
dengan menggunakan pot adalah sebuah alternatif untuk lebih memperbanyak
jumlah tanaman dan jenis sayur yang diusahakan dan penanaman secara
vertikultur adalah pola bercocok tanam yang menggunakan wadah tanam
vertikal untuk mengatasi keterbatasan lahan. Dan setiap model penanaman
membutuhkan persiapan tersendiri.
Menurut Sopiah (2006), untuk memilih jenis-jenis tanaman yang akan ditanam
di pekarangan memerlukan kiat tersendiri. Beberapa faktor yang harus
diperhatikan di antaranya adalah luas pekarangan, iklim dan manfaat dari
tanaman yang dihasilkan. Beberapa tanaman yang dikembangkan di
pekarangan dapat digolongkan dalam beberapa jenis yaitu: (i) tanaman pagar;
(ii) tanaman hias berkhasiat obat; (iii) tanaman sayur-sayuran; (iv) tanaman
buah-buahan.
Masih menurut Sopiah, lahan pekarangan memiliki berbagai fungsi sebagai
berikut:
1. Fungsi Lumbung Hidup; untuk menghadapi musim paceklik,
pekarangan biasanya dapat membantu penghuninya menyediakan
sumber pangan yang hidup (lumbung hidup) seperti: tanaman
Bab 6 Peningkatan Ekonomi Rumah Tangga Melalui Budi daya Sayuran Organik 89
palawija, tanaman pangan dan hortikultura, hasil binatang peliharaan,
dan ikan.
2. Fungsi Warung Hidup; pekarangan menyediakan berbagai jenis
tanaman dan binatang peliharaan yang setiap saat siap dijual untuk
kebutuhan keluarga pemiliknya.
3. Fungsi Apotek Hidup; pekarangan menyediakan berbagai jenis
tanaman obat-obatan, misalnya: sembung, jeruk nipis, kunir, kencur,
jahe, kapulaga dan sebagainya. Tanaman tersebut dapat digunakan
untuk obat-obatan tradisional yang tidak kalah khasiatnya dengan
obat-obatan yang diproduksi secara kimiawi.
4. Fungsi Sosial; lahan pekarangan yang letaknya berbatasan dengan
tetangga biasanya digunakan untuk ngumpul-ngumpul hajatan,
tempat bermain, berdiskusi, dan kegiatan sosial lainnya. Hasil
pekarangan biasanya saling ditukarkan dengan hasil pekarangan
tetangga untuk menjalin keeratan hubungan sosial.
5. Fungsi Sumber Benih dan Bibit; pekarangan yang ditanami berbagai
jenis tanaman dan untuk memelihara ternak atau ikan mampu
menyediakan benih ataupun bibit baik berupa biji-bijian, stek,
cangkok, okulasi maupun bibit ternak dan benih ikan.
6. Fungsi Pemberi Keasrian; pekarangan yang berisi berbagai jenis
tanaman, baik tanaman merambat, tanaman perdu maupun tanaman
tinggi dan besar, dapat menciptakan suasana asri dan sejuk.
7. Fungsi Pemberi Keindahan; pekarangan yang ditanami dengan
berbagai jenis tanaman bunga-bungaan dan pagar hidup yang ditata
rapi akan memberi keindahan dan ketenangan bagi penghuninya.
Melihat fungsi di atas, bahwa pekarangan adalah sebidang tanah darat yang
terletak langsung di sekitar rumah tinggal dan jelas batas-batasannya, ditanami
dengan satu atau berbagai jenis tanaman dan masih mempunyai hubungan
kepemilikan dan fungsional dengan rumah yang bersangkutan. Hubungan
fungsional yang dimaksudkan disini adalah meliputi hubungan sosial budaya,
hubungan ekonomi, serta hubungan biofisika.
Yulida (2012), menguraikan dalam penelitiannya bahwa kontribusi
pendapatan petani dari usahatani lahan pekarangan terhadap pendapatan rumah
90 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
tangga, telah memberikan kontribusi yang cukup membantu pendapatan
rumah tangga petani. Keadaan tersebut dinyatakan oleh keseluruhan petani
sehingga petani memanfaatkan lahan pekarangan mereka untuk berusaha tani
yang dibantu oleh penyuluh pertanian. Kontribusi usahatani lahan pekarangan
terhadap ekonomi rumah tangga petani telah menambah pendapatan rumah
tangga petani dalam usaha tani lahan pekarangan dengan kontribusi sebesar
4,47%.
6.2.2 Budi daya Sayuran Organik dalam Skala Usaha Tani
Salah satu pertimbangan petani untuk mengembangkan usaha tani sayuran
organik adalah adanya faktor keuntungan dan permintaan pasar serta harga
pasar produk sayuran organik relatif tinggi dan stabil. Pada kenyataan, petani
sayuran organik tidaklah serta merta mendapatkan keuntungan ekonomi, tetapi
mungkin memperoleh kepuasan tertentu, sehingga usaha tani sayuran organik
tetap dipertahankan sebagai salah satu sumber mata pencarian.
Pada usaha tani sayuran organik yang didalamnya terdapat biaya investasi
akan memerlukan waktu lebih lama untuk mendapatkan keuntungan finansial.
Beberapa konsep operasional terkait dengan analisis finansial usaha tani
sayuran organik (misal luas lahan satu hektar) sebagai berikut:
1. Hasil sayuran organik adalah jumlah produk sayuran yang diperoleh
dari usaha tani organik, baik berupa sayuran daun, buah, umbi atau
bunga (kg/ha)
2. Harga adalah harga jual sayuran organik yang diterima bersih oleh
petani (Rp/kg)
3. Nilai produksi adalah hasil perkalian antara jumlah produksi sayuran
dengan harga jual yang diterima petani. Nilai produksi disebut juga
dengan penerimaan usaha tani (Rp/ha)
4. Biaya produksi (cost) merupakan semua biaya yang dikeluarkan oleh
petani untuk mengelola usaha tani sayuran organic (Rp/ha).
5. Pendapatan bersih merupakan selisih antara nilai produksi dengan
biaya produksi (Rp/ha).
6. Biaya produksi terdiri atas biaya variabel dan biaya tetap. Biaya
variabel adalah semua pengeluaran usaha tani yang manfaatnya
langsung habis pada satu musim tanam. Biaya tetap adalah
Bab 6 Peningkatan Ekonomi Rumah Tangga Melalui Budi daya Sayuran Organik 91
pengeluaran usaha tani yang manfaatnya tidak habis dalam satu
musim (contoh pajak bumi atau sewa lahan, upah kerja, greenhouse,
pembelian peralatan).
7. Nilai B/C adalah rasio pendapatan bersih (benefit) dengan biaya
(cost) usaha tani sayuran organic. Nilai B/C menunjukkan besarnya
pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap rupiah biaya usaha tani
yang dikeluarkan. Kriteria kelayakan finansial adalah jika
peningkatan rasio B/C lebih besar dari pada nol atau bernilai positif.
8. Titik impas atau Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan di
mana nilai jual hasil sayuran organik dapat menutupi semua biaya
variabel usaha taninya, sehingga petani tidak mengalami kerugian
tetapi juga tidak memperoleh keuntungan. Titik impas ini dapat
dihitung dalam satuan produksi (kg/ha) atau harga jual (Rp/kg).
Dalam usaha tani sayuran organik dapat diperoleh dengan cara membuat
catatan usaha tani yang diisi langsung oleh petani atau disebut Farm Record
Keeping (FRK). Data dan informasi pada FRK kemudian diartikan sebagai
tabel usaha tani. Penggunaan investasi untuk pengembangan usaha tani
sayuran organik, misal pembangunan rumah kasa, perlu dihitung penyusutan.
Sebagai contoh, biaya pembuatan rumah kasa sebesar Rp. Y, nilai sisa pada
akhir masa pakai diperkirakan 10%, dan umur ekonomis bangunan 10 tahun,
maka biaya penyusutan per tahun adalah Rp (Y x 90%)/10. Hal yang sama
dapat dilakukan pada peralatan lain (sprayer, cangkul, dll) serta sewa lahan.
Analisis finansial usaha tani sayuran organic dapat dilakukan dengan
menghitung rasio B/C, BEP, NPV (Net Present Value) dan IRR (Internal Rate
of Return). Ilustrasi analisis finansial usaha tani sayuran organik seperti
disajikan pada Tabel 6.1. Irawan (2018), memberikan contoh analisis usaha
tani sayuran organik pada salah satu operator pertanian organik (X) berbasis
sayuran di Kabupaten Bogor. Operator organik X tersebut mencatat secara
lengkap, permintaan, harga jual dan aplikasi teknik budi daya organik sayuran
pada lahan usaha taninya. Operator organik X memproduksi 22 jenis sayuran
organik yang dipasarkan kepada mitra (pasar swalayan) dan konsumen
langsung. Berdasarkan catatan transaksi penjualan, permintaan sayuran
organik operator X yang relatif konsisten tiap bulannya seperti disajikan pada
Gambar 6.4.
92 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
Gambar 6.4: Jumlah Permintaan Sayuran Organik Operator X Per Bulan
(Irawan, 2018)
Contoh analisis usaha tani sayuran Horenso (Bayam Jepang) yang ditanam
secara monokultur dengan lahan berbentuk bedeng seluas 14 m2. Keperluan
sarana produksi setiap bedeng selama satu musim tanam (35 hari) meliputi
benih, kompos, pupuk kandang, kapur, pestisida nabati, perangkap hama,
bahan lain seperti plastik kemasan dan tenaga kerja untuk kegiatan usaha tani
seperti pengolahan tanah, persemaian sebagaimana disajikan pada Tabel 6.2.
Biaya tetap usaha tani sayuran organik minimal dua yakni sewa lahan dan
biaya penyusutan alat dan bangunan. Untuk usaha tani sayuran organik
dilakukan pada tanah milik (SHM) maka biaya yang diperhitungkan terkait
dengan lahan, hanya pajak tanah atau PBB. Besaran tarif PBB tanah (lahan
kering) adalah Rp. 80.357/m2/tahun. Selanjutnya biaya penyusutan alat dan
bangunan yang digunakan dalam usaha tani sayuran organik akan bervariasi
antar operator organik, tergantung pada luas lahan, jumlah dan jenis sayuran
yang diusahakan, bentuk atau hasil usaha tani yang dipasarkan. Sebagai
ilustrasi disajikan contoh perhitungan biaya penyusutan bangunan dan alsintan
oleh suatu operator disajikan pada Tabel 6.1.
Masih dalam laporan Irawan (2018), bahwa jumlah tenaga kerja yang
diperlukan untuk mengelola 1 bedengan sayur Horenso adalah 1 jam kerja
laki-laki dan 12 jam kerja wanita. Tenaga kerja laki-laki diperlukan untuk
kegiatan pengolahan tanah, sementara tenaga kerja perempuan pada kegiatan
usaha tani. Tahun 2016 di beberapa daerah sentra sayuran lahan kering, upah
tenaga kerja laki-laki sekitar Rp. 6.000/jam dan wanita Rp. 5.000/jam.
Bab 6 Peningkatan Ekonomi Rumah Tangga Melalui Budi daya Sayuran Organik 93
Berdasarkan informasi Tabel 6.2. dapat dinyatakan bahwa usaha tani sayuran
Horenso organik secara finansial menguntung petani. Pada tingkat
produktivitas Horenso 11 kg/bedeng dan harga jual Rp. 29.500/kg, keuntungan
mencapai Rp. 149.787/bedeng/musim tanam. Indikator kelayakan finansial
usaha tani tersebut dicirikan oleh nilai R/C sebesar 1,86 yang berarti bahwa
setiap pengeluaran modal Rp. 100 akan menghasilkan penerimaan usaha tani
naik Rp. 186. Tingkat pengembalian modal usaha mencapai 86%/35 hari, jauh
lebih tinggi daripada suku bunga pinjaman modal ke bank yang berkisar
12%/tahun serta sensitivitas kelayakan usaha tergolong tidak rentan, artinya
pada tingkat produktivitas yang sama (11 kg/bedeng) kelayakan usaha tani
akan tetap positif (layak) selama harga jual tidak lebih kecil dari Rp.
15.8333/kg.
Masih berdasarkan informasi Irawan (2018), bahwa contoh ilustrasi dengan
tanpa memperhitungkan biaya sertifikasi organik, apabila di ekstrapolasi, yakni
jika operator organik mampu mengelola usaha tani sayuran Horenso organik
sebanyak 45-50 bedeng/bulan (seluas 630-700 m2) maka nilai keuntungan
usaha tani berkisar Rp 6,8 – 7,5 juta/bulan.
Tabel 6.1: Contoh Perhitungan Biaya Penyusutan (Irawan, 2018)
Bangunan Harga Jumlah Total Umur Nilai Sisa Penyu-
dan (Rp) Unit Biaya Ekonomi % Rp sutan
Rp
Alsintan s
Green House 1.200.0 1 1.200.000 5 10 120.00 216.000
00
Meja 4 600.000 4 10 60.000 135.000
Persemaian 150.000
Cangkul 6 193.500 1 10 19.350 174.150
Kored 32.250 2 45.000 1 10 4.500 40.500
Parang 22.500 3 90.000 1 10 9.000 81.000
Gunting 30.000 4 300.000 2 10 30.000 135.000
Ember 75.000 5 75.000 1 10 7.500 67.500
Gentong Air 15.000 3 292.500 2 10 29.250 131.625
Selang Air 97.500 15 112.500 2 10 11.250 50.625
Meja
Wraping 7.500 2 30.000 2 20 6.000 12.000
Bangku 15.000
Sprayer 4 90.000 2 10 9.000 40.500
Timbangan 22.500 3 1.125.000 5 20 225.000 180.000
375.000 1 4 10 22.500 50.625
225.000 Total 225.000 1.314.525
4.378.500
94 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
Tabel 6.2: Contoh Analisis Usaha Tani Sayuran Horenso Organik (Irawan,
2018)
No Deskripsi Kebutuhan Harga (Rp/Unit) Total Nilai (Rp)
1 Pajak Tanah (14 m2) - - 108
2 Penyusutan Alsintan - -
3 Total Biaya Tetap (A) z- - 12.605
4 TK Laki-laki (jam kerja) 1 12.713
5 TK Wanita (jam kerja) 6.000
6 Benih (butir) 12 5.000 6.000
7 Pupuk Kandang (kg) 1000 60.000
8 Kompos (kg) 5
9 Kapur Pertanian (kg) 10 250 5.000
10 Pestisida Nabati (liter) 2 500 2.500
11 Perangkap OPT (unit) 20.000 1.000
12 Bahan Lainnya (paket) 0,25 10.000 5.000
13 Transportasi (paket) 1,3 5.000 13.000
14 Total Biaya Variabel (B) 3 50.000 15.000
1 4.500 50.000
15 Total Biaya Usaha Tani 1 4.500
(C=A+B) - - 162.000
-
16 Produksi (kg) dan - 174.713
Nilainya (R) 11
29.500 324.500
17 Keuntungan Usaha Tani -
(R-C) - 149.787
-
18 Rasio R/C - - 1,86
19 BEP Harga (Rp/kg) - - 15.883
- 5,9
20 BEP Produksi
(kg/bedeng)
6.3 Keputusan Membeli Sayuran
Organik
Kesadaran masyarakat terhadap produk-produk pertanian yang aman terhadap
kesehatan tubuh manusia saat ini semakin meningkat. Kesadaran ini
ditunjukkan masyarakat dengan membeli produk - produk pertanian yang
aman yakni tidak mengandung bahan kimia sintetis atau pestisida. Hal ini
sejalan dengan tren gaya hidup sehat terutama dikota - kota besar yang mulai
mengerti akan dampak negatif dari penggunaan bahan kimia atau penggunaan
pupuk anorganik pada produk pertanian.
Lesmana dan Hidayat (2008), menyatakan bahwa produk pertanian organik
pada era sekarang, sangat menarik bagi petani maupun konsumen dikarenakan
tidak adanya penggunaan bahan kimia sintetis yang dapat menimbulkan
Bab 6 Peningkatan Ekonomi Rumah Tangga Melalui Budi daya Sayuran Organik 95
bahaya bagi kesehatan tubuh manusia dan lingkungan. Kesadaran akan pola
hidup sehat membuat meningkatnya permintaan terhadap produk organik bagi
sebagian besar konsumen. Hal ini menjadikan para petani mulai merubah
sistem pola cocok tanam yang tidak menggunakan bahan kimia adalah sistem
pola cocok tanam pertanian organik.
Gambar 6.5: Komunitas Masyarakat Pencinta Sayuran Organik (Simarmata,
MMT, 2020)
Menurut SPOI (Statistik Pertanian Organik Indonesia) tingkat pertumbuhan
konsumsi sayuran organik di Indonesia dari tahun 2008 hingga tahun 2012
adalah sebesar 4,66%. Pergeseran konsumsi dari sayuran non organik ke
sayuran organik meningkat setiap tahunya. Meskipun kesadaran masyarakat
akan pentingnya menjaga kesehatan meningkat, namun tidak semua
masyarakat beralih untuk konsumsi sayuran organik, perkembangan konsumsi
sayuran organik masih terbatas dan biasanya dilakukan oleh lapisan
masyarakat tertentu saja yang mengetahui manfaat sayuran organik.
Efek eksternalitas seperti efek bandwagon, di mana seorang konsumen ingin
memiliki suatu barang karena seseorang atau sekelompok orang lain juga
memiliki barang tersebut, memberikan kontribusi yang memengaruhi
seseorang untuk memutuskan membeli sayuran organik. Anggiasari (2016),
dalam laporan penelitian mengungkap beberapa kendala yang sering dihadapi
konsumen dalam konsumsi sayuran organik adalah harga sayuran organik
yang lebih mahal dan tempat penjualan yang masih terbatas, biasanya hanya
tersedia di tempat - tempat tertentu sehingga sulit terjangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat. Selain hal tersebut, beberapa faktor-faktor yang
96 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
memengaruhi keputusan pembelian sayuran organik yaitu usia, jumlah
pendapatan keluarga, tingkat pendidikan, harga dan kualitas sayuran.
Sementara itu, keputusan untuk membeli sayuran organik juga dilaporkan oleh
Devi dan Hartono (2015), dalam penelitiannya mengungkap bahwa secara
parsial, variabel seperti jumlah pendapatan keluarga per bulan, tingkat
pendidikan formal, intensitas berhubungan dengan kelompok acuan, dan
motivasi pembelian berpengaruh secara positif terhadap keputusan konsumen
dalam membeli sayuran organik. Semakin tinggi jumlah pendapatan keluarga,
tingkat pendidikan formal, intensitas berhubungan dengan kelompok acuan,
dan motivasi pembelian, maka semakin tinggi pula peluang konsumen untuk
membeli sayuran organik.
Menurut Widyastuti (2018), bahwa kualitas dan harga merupakan variabel
terpenting untuk memutuskan pembelian sayuran organik. Sedangkan variabel
seperti gaya hidup sehat belum memberikan pengaruh yang nyata, artinya
konsumsi sayuran organik belum sebuah suatu gaya hidup untuk menjaga
kesehatan mereka. Sedangkan keputusan pembelian sayuran organik
dipengaruhi secara signifikan oleh kualitas dan harga produk. Manfaat lebih
yang diberikan sayuran organik dibandingkan sayuran non - organik dengan
harga yang sesuai pasaran sebagai pertimbangan konsumen untuk melakukan
keputusan pembelian.
Bab 7
Aplikasi Sistem Pertanian
Organik pada Budidaya Sayur
Umur Genjah
7.1 Pendahuluan
Pertanian merupakan suatu upaya manusia dalam mencukupi kebutuhan
primer yaitu kebutuhan pangan. Pertanian juga menjadi penggerak roda
perekonomian bila dilihat dari sumber daya alam di Indonesia yang begitu
melimpah. Perkembangan sistem pertanian terus meningkat dan berkembang,
hingga saat ini sudah banyak tersebar ilmu tentang sistem pertanian yang lebih
modern. Kekayaan alam Indonesia yang melimpah, dimanfaatkan sebagai
sistem dalam pertanian organik dengan memanfaatkan bahan alami, tidak
memakai bahan kimia sintetis seperti pestisida dan pupuk kimia.
“Back to nature” kata demikian mungkin sekarang sering kita dengar
menggaung sebagai motivasi dalam Pertanian organik (Organic Farming),
kegiatan tersebut merupakan pola pertanian model lama dengan
memanfaatkan bahan alami, antara lain pupuk organik, pestisida serta zat
98 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
pengatur tumbuh (ZPT). Pangan yang murah, sehat, dan mudah dalam
penggunaannya dapat dibuat dengan sederhana dikenal sebagai pertanian
organik. Pertanian saat ini lebih didominasi pertanian anorganik dari pada
pertanian organik. Penggunaan pupuk kimia sintetik maupun pestisida kimia
mudah dalam aplikasinya (Bande, La Ode Santiaji, dkk, 2020).
Pertanian organik merupakan suatu bagian integral dari pertanian yang
berkelanjutan dengan memanfaatkan bahan organik alami (Mayrowani, 2012).
Tujuan untuk menyediakan produk pertanian yang menghasilkan bahan
pangan aman sehat dapat menjaga kesehatan konsumen, produsen dan ramah
lingkungan. Ungkapan “hidup sehat” telah menggema baik Nasional maupun
Internasional, diharapkan produk pertanian dapat memberikan jaminan
kualitas mutu “aman dikonsumsi (food safety attributes), ramah lingkungan
(eco-labelling attributes) dan kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes).
Adapun tujuan dari Pertanian organik di antaranya:
1. Diharapkan menjadi produk yang berkualitas
2. Meningkatkan dan mendorong kualitas ekosistem pertanian
3. Membudidayakan tanaman secara alami
4. Mengurangi pencemaran yang diakibatkan oleh penerapan teknik
pertanian
5. Meningkatkan kesuburan tanah dalam jangka panjang
6. Mempertimbangkan dampak sosial dan ekologis
7. Memelihara dan meningkatkan keragaman genetik.
Gambar 7.1: Data pertumbuhan luas lahan organik di Indonesia (Sumber:
SPOI 2014 – Aliansi Organik Indonesia)
Bab 7 Aplikasi Sistem Pertanian Organik pada Budidaya Sayur Umur Genjah 99
7.2 Gambaran Pertanian Organik Di
Indonesia
Menurut peraturan menteri pertanian tentang sistem pertanian organik nomor
64/Permentan/Ot.140/5/2013 Pasal 1. Produk Organik merupakan suatu
produk yang dihasilkan sesuai dengan standar sistem pangan organik termasuk
bahan baku pangan olahan organik, bahan pendukung organik, tanaman dan
produk olahan ternak (termasuk non pangan). Langkah Kementerian Pertanian
RI dalam pembangunan pertanian organik di Indonesia pada tahun 2010
dengan mencanangkan program Go Organic yaitu terbitnya SNI 6729: 2002
serta SNI 6729: 2016, tentang panduan prinsip produksi pangan organik dan
sistem pertanian organik. Dilihat pada gambar 7.1 bahwa tahun 2010 luas
lahan pertanian organik yang tersertifikasi di Indonesia mencapai puncak
tertinggi yaitu 103.908,09 Ha. Sedangkan pada tahun 2011 sampai 2014 terjadi
penurunan luas lahan pertanian organik dari 90135,3 ha menjadi 67426,57
pada tahun 2014.
Aplikasi sistem pertanian organik dapat meningkatkan kesuburan tanah dalam
jangka panjang, meningkatkan siklus hidup biologi dalam menjaga ekosistem
pertanian serta mempertimbangkan dampak sosial dan ekologis pada
lingkungan. upaya peningkatan produksi tanaman sayuran organik yang ramah
lingkungan dan bebas residu pestisida mutlak perlu dilakukan. Salah satunya
adalah dengan menggunakan pupuk organik yang berkualitas dan pemanfaatan
pupuk hayati mikoriza (Astiko, 2015). Penggunaan pestisida yang semakin
banyak, dapat mengakibatkan terganggunya keseimbangan lingkungan, antara
lain musuh alami mati, resistensi hama, patogen, dan mengakibatkan
pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh adanya residu pestisida dalam
tanah, dan air. Konsep baru dalam budidaya tanaman sayuran berumur genjah
yang tidak hanya didasarkan pada aspek ekonomi, tetapi juga perlu
berwawasan lingkungan sehingga tercipta pola pertanian yang berkelanjutan
(Astiko, 2014).
7.3 Budidaya Sayuran Umur Genjah
Budidaya sayur umur Genjah merupakan budidaya jenis tanaman yang
berumur pendek (genjah) atau dihasilkan secara singkat dan tidak perlu
100 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
membutuhkan waktu yang lama, dengan masa panen kurang lebih 3 bulan atau
90 hari. Tanaman tersebut bisa dipanen dalam 1 kali, kemudian akan mati dan
diganti oleh tanaman yang baru, meskipun demikian beberapa tanaman dapat
dipanen lebih dari satu kali panen seperti tomat, bayam, cabai, dan kangkung
potong. Seiring meningkatnya kesadaran masyarakat dalam budidaya tanaman
genjah, memberikan berbagai manfaat bagi masyarakat seperti mencukupi
kebutuhan pangan keluarga dan meningkatkan pendapatan keluarga.
Sayuran itu sendiri merupakan salah satu komponen dari bahan makanan yang
sehat, dewasa ini kebutuhan sayuran semakin meningkat sejalan dengan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan. Oleh karena itu
maka perlu upaya yang dapat meningkatkan produksi tanaman dengan
melakukan pengembangan pertanian organik. Sehingga pengembangan
pertanian organik ke depan mempunyai prospek yang bagus, jika dikelola
dengan baik, dan menerapkan prinsip - prinsip pertanian berkelanjutan serta
menuju sistem pertanian terencana yang berkelanjutan (Amar Ma’ruf 2017).
7.4 Aplikasi Budidaya Organik pada
beberapa jenis Sayuran Umur Genjah
Hortikultura merupakan cara dalam budidaya tanam yang menggunakan
media kebun atau pekarangan sebagai lahan budidaya. Komoditas tanaman
sayuran merupakan komoditas yang banyak dibudidayakan oleh para petani,
maka akan memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan meningkat tiap tahunnya.
Tanaman sayuran juga memiliki keunggulan dibandingkan dengan tanaman
pangan, dikarenakan tanaman sayuran memiliki masa panen dan umur panen
yang singkat. Hal tersebut yang menjadi pendorong petani dalam
membudidayakan tanaman sayuran. Menanam sayuran memiliki kelemahan
atau risiko, salah satunya karena belum adanya jaminan pasar yang
mengakibatkan harga fluktuatif sehingga harga menjadi tidak stabil, hal
tersebut tentu menjadikan tantangan tersendiri bagi petani. Menyediakan
produk pertanian (bahan pangan) yang aman bagi kesehatan produsen dan
konsumen serta menjaga keseimbangan lingkungan dengan menjaga siklus
alaminya (Winarno, 2002).
Mengetahui teknik budidaya dengan pola sistem pertanian organik pada
budidaya sayur umur genjah, dapat membantu petani dalam budidaya tanaman
Bab 7 Aplikasi Sistem Pertanian Organik pada Budidaya Sayur Umur Genjah 101
sayuran dan bermanfaat dalam perencanaan tanaman. Contoh untuk penerapan
sistem tumpangsari, harus memperhatikan masa dan umur panen pada
tanaman sayuran. Tabel umur panen pada beberapa jenis tanaman sayuran
umur genjah.
Tabel 7.1: Umur Panen Pada Beberapa Jenis Tanaman Sayur Umur Genjah
Urut Tanaman Panen Pertama Muncul Tunas
(dalam hari)
1 Bayam 21 - 25 HST 2 - 4+
2 Buncis 45 - 50 HST 3 - 7+
3 Kangkung 25 - 30 HST 3 - 5+
4 Kol 45 - 70 HST 3 - 9+
5 Mentimun 30 - 40 HST 1 - 3+
6 Pakcoy 30 - 45 HST 3 - 5+
7 Sawi 25 - 30 HST 3 - 10+
8 Selada 40 - 50 HST 3 - 5+
Secara teknis menanam sayuran bisa dilaksanakan pada lahan dengan ukuran
luas maupun dilahan yang sempit, seperti lahan pekarangan atau sering dikenal
dengan urban farming (bagi masyarakat perkotaan yang memiliki lahan
pekarangan yang sempit), pada lahan dan menggunakan polybag.
102 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
7.5 Teknik Budidaya Organik pada
Tanaman Sayuran Umur Genjah
7.5.1 Klasifikasi Jenis Tanaman Umur Genjah
Tabel 7.2: Klasifikasi Jenis Tanaman Umur Genjah
No. Jenis Klasifikasi
Tanaman
Kerajaan Divisi Kelas Ordo Famili Spesies
1 Bayam Plantae Magnoliophyta Magnoliopsida Caryophyllales Amaranthaceae Amaranthus L.
2 Buncis Plantae Tracheophyta Magnoliopsida Fabales Fabaceae PhaseolusvulgarisL.
3 Kangkung Plantae Tracheophyta Magnoliopsida Solanales Convolvulaceae Ipomea Reptans Poir
4 Kol Plantae Tracheophyta Magnoliopsida Brassicales Brassicaceae B. oleracea
5 Mentimun Plantae Tracheophyta Magnoliopsida Cucurbitales Cucurbitaceae Cucumis sativus L
6 Pakcoy Plantae Spermatophyta Dicotyledonae Rhoeadales Brassicaceae Brassica rapa L.
7 Sawi Plantae Spermatophyta Angiospermae Papavorales Brassicaceae Brassica juncea L.
8 Selada Plantae Spermathophyta Magnoliopsida Asterales Lactuca sativa var.
Asteraceae Crispa L
Sumber: Budidaya Tanaman Sayuran BPTP Jambi 2010
Bab 7 Aplikasi Sistem Pertanian Organik pada Budidaya Sayur Umur Genjah 103
7.5.2 Tahapan Budidaya Organik pada Jenis Tanaman
Umur Genjah
Tabel 7.3: Tahapan Budidaya Organik pada Jenis Tanaman Umur Genjah
Budidaya SayurUmurGenjah
No. Jenis Pengendalian
Tanaman Hama dan
Penyakit Panen dan Pasca
Gambaran umum PenyiapanBenih Persiapan lahan Penanaman Perawatan Tanaman Panen
1 Bayam Bayam Perbanyakandengan biji. Buatbedengan dengan Benih bayamditebar Padaprosesperawatan Hamayang Pemanenan mulaiusia
(Amaranthus) Benih daritanaman tinggi 30cm, lebar 100 secaralangsung halyangpentingyaitu menyerangtanaman 25setelah tanamdengan
Tumbuhan ini berumur sekitar 3bulan. cmdanpanjangdapat menggunakan tangan pengaturan air,terutama yaitu kutu daun,ulat tinggiberkisar 20cm,
berasaldariAmerika Dayaperkecambahan mengikutikeadaan atau saringan. Upayakan padafaseawal daun, tungau,serta panen rata-ratamencapai
tropis tersebar rendah.Benihbaik dapat lahan,untuk jarak antar benihdapatdisebar penebaranbenih awal. karatputih.Padausia 20ton/ha.Tanaman ini
seluruh dunia. Jenis disimpan sampai1tahun bedeng30cm.Arah secararata. Jumlah tebar Penyiramandilakukan 2 tanammenginjak 2 baikdibudidayakan
tanaman inijuga dan tidak memerlukan bedengandibuatdari benih yaitu 0,5- 1 kalisehari, lakukan minggu,bilaterlihat secaraorganik karena
dikenalsebagai masadorman. Kebutuhan timur kebaratagar gram/m2. Lakukan penyiangan gulma daunmenguning belumdijumpai
nabatisumber zat dalam1hayaitu 5-10kg. memperoleh cahaya pencampuranbenih setelahbayam makaberikanpupuk seranganhamapenyakit
besi yang yang secaralangsung. pH dengan tanahdan pupuk berkecambah serta tambahan,seperti yangseriusyang
pentingbagi tubuh. rendah <6netralkan komposkemudian dapat membersihkan rumput menggunakanpupuk mengakibatkan
Budidaya tanaman dengankapur atau ditebarkan pada yangtumbuh disekitar komposdarikotoran kegagalanpanen.Pupuk
bayamdapat dolomit,pH>7perlu bedengan. tanaman. ayamyangtelah yangdibutuhkan juga
dilakukan secara dinetralkan difermentasi. sangatsedikit(cukup
organikdannon menggunakan belerang. dengan pupuk organik).
organikdalam Kebutuhan pupuk 10
perlakuannya. ton/ha,simpan selama
2-3hari.
2 Buncis Buncis(Phaseolus Perbanyakan tanaman Tanahdibajak guna Masukan benih tanaman Penyiramandilakukan Hamatanaman yang Buncisberbunganpada
vulgarisL.) masuk dengan menggunakan menggemburkan media buncispadalubang bilaterjadikondisi menyerangyaitu usiatanam40hari.
dalamtanaman bijiyangterseleksi. Buah tanam,campurkan tanamyangsebelumnya kekeringan. Naikan kumbangpemotong Kemudian diusia50
polong-polongan dijemur sampaikering kapur secukupnyabila sudahdibuat, isisetiap tanah yangberada daun,dapatmerusak harisudahbisa
yangberasaldari dibawah sinar matahari kondisitanah asam. lubangtanamsebanyak disekitaran tanaman jaringan pengangkut. dilakukanpemanenan.
amerikatengahdan langsung,kuranglebih 1- Tinggibedengan 30cm 2bijibibittanaman, padausiatanam2 Kumbangtersebut Seharidapatdilakukan
selatan.Berumur 2hari,kemudian kupas dengan lebar 100cm setelah itu tutup dengan minggu,bergunauntuk menyebabkan pemanenan sebanyak 2
pendek termasuk kulitbuah untuk dan jarak antarbedeng tanah secararatadan membersihkan tanaman tanamankeringdan kalidengan
dalamtanaman mengambilbijinya. 30cm.Pupukkandang lakukan penyiraman yangmengganggu. gagalberbungan, pemotongan, lakukan
hortikulturayang Simpanbijidalambotol atau kompos berkala, bilakondisi Pemasangan lenjerpada antisipasidengan pemotongansecara
penting,karena kacayangbersih,setelah dimasukan dalam tanah kering. Dalam1 minggu ke-2, pemberian perlahan supayabunga
banyak mengandung terisipenuh tutup lubangtanam, sekitar 1 halahan membutuhkan Gabungkan 4lenjer biopestisidaberasal tidak jatuh.Produksi
vitamin danprotein menggunakan abu kayu. genggaman tangan, kuranglebih 50kgbenih dipangkalatas.Pada dariekstrakbuah panen pertamadan
yangbergunadalam Abukayu bermanfaat dalam1hatanaman tanaman. Tanaman mingguke3lakukan gadung. Hama keduaberkisar sebesar
menurunkan tekanan untukmenyerap memerlukankurang buncisberkecambah pemupukansusulan. tanaman yang 2-4 ton/ha. Panen
darahdan kelembaban padabotol lebih 20ton pupuk atau padausiatanam3-7hari. Pemberianpupuk menyeranglalat berikutnyaakan
metabolismegula tersebut. kompos, supaya Harike7tanaman sudah komposkuranglebih 1 kacang, ulatbunga, mencapaipuncak. Panen
darah. Kandungan hasilnyabagusbiarkan mulaiberkecambah kepaltangan,dengan kutudaun, darihasilbudidaya
seratenzim yang selama 2-3 hari. secaraserempak. kebutuhan pupuk sekitar penggerek biji,dan tanaman buncis
tinggimembantu 20ton/ha. ulatgrayak.Langkah mencapai48ton/ha
dalammenurunkan pengendaliannya
beratbadan. dengan carakultur
teknis(merotasi
tanaman dan
penanaman
serempak).
3 Kangkung Budidayakangkung Perbanyakandengan biji, Lahanpengolahan Biji ditanampada Penyiramandilakukan 2 Hamayang Panenpadaumur +25
(Ipomoeareptana), dalamluasan 1Ha tanah dengan bedengan dengan lubang kalidalamsehari. menyerangkutu HST, dengan cara
tanamanmerambat dibutuhkanbenih sekitar menggunakan cangkul tanamberjarak 20x20 Pengendalian hama daun,ulatgrayak, mencabutkemudian
hidupdidaerah 10kg.Bijikangkung supayatanah menjadi cm,satu lubangtanam dengan pengendalian dan penyakit memotongpada pangkal
perairan (tumbuhan termasukdikotilatau gemburdengan 5-7bijikangkung, guna gulma. 3HSTberikan tanaman yang tanamankuranglebih 2
hidrofit),secara berkepingdua. Padajenis kedalaman bidangolah memaksimalkan titik pupukkandangpada menyerangyaitu cmdiatastanah.
organikdapat kangkungdarat, bijiyang 20-30cm,kemudian tanam.Disarankan konsentrasi 4kg/m2. karatputih,berasal Sebaiknyahasilpanen
tumbuhdisawah dan dihasilkanoleh tanaman dilanjutkandengan dalampenanaman tambahkan jugaPOC dariAlbugo ipomoea disimpan ditempatyang
lahan perkebunan dapatdigunakanuntuk membuatbedengan lakukangsecara sebanyak 3liter/hapada reptans. Langkah tidak terkenasinar
holtikultura.Hasil perbanyakan tanaman dariarah baratketimur berselingatau zigzag usia1-2minggu HST pengendaliandengan mataharilangsung
olahanmakanandari secara generatif. supayasinar matahari ataudenganmodel menggunakan sehinggatidak mudah
tanamankangkung dapatmasuk maksimal, larikan lurus/berbaris.. pestisidanabati layu atau lakukan
menjadi tumis Lebar bedengan 100 karena mudah perendaman bagian
104 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
kangkung, bakwan cm dengan tinggi 30 terurai, dalam akarnya menggunakan
kangkungdan cm dan jarak abtar Penggunaan harus air.
berbagai olahan bedengan 30 cm.. Bila dilakukan dengan
kuliner lainnya pH lahan rendah baik seperti
menghasilkan tambahkan kapur atau pemberian
makanan yang lezat kalsit supaya dapat konsentrasi dalam
dan bergizi. menaikan derajat penangananya..
keasaman pada tanah
dengan konsentrasi 1,5
t/ha.
4 Kol Tanaman Kol Buatmediasemaidalam Pengolahan tanah Penanaman dengan Pemupukandiberikan Pemilihanbibit Potongbagianbawah
(Brassicaoleracea bedengan sedalam7cm, dengan mencangkul jarak 50x 50cmjenis sebelumtanamdari tanaman yangbebas batangkemudian
L),tanaman ini lakukanpengolahan sedalam20-30cm. bertajuk lebardan jenis hasilfermentasikotoran daripenyakitdapat sisakan 6 s/d 7helai
berdaunhijau serta median tanah danpupuk Bedengandibuatdari bertajuk tegak 45x65 ayam, konsentrasi4 menjadiupaya daun gunamembungkus
mengandung organikperbandingan baratketimur agar cm.Bibityangbaik kg/m2. Umur tanam10, dalampengendalian bunga, apabilakeadaan
vitamin C, 1:1,sebelumnyaberikan mendapatkan sinar untukditanamberumur 20dan 30hariberikan penyakittanaman, bungasudahpadat.
sedangkan untuk kol naungan.Benih direndam mataharisecara kuranglebih 1bulan pupuk cair.Umur 2 upayalain seperti Setelahdipanen
yangberdaunputih terlebihdahuludengan maksimal. Ukuran memiliki3-5helaidaun. mingguberikan pupuk sanitasikebun,rotasi sebaiknyahasilpanen
mengandung larutanfrevikur N bedengan lebar 100cm, Kemudian lakukan ureapadakonsentrasi4 dalamtanamandan disimpan padatempat
Vitamin Asertakol sebanyak 0,1%selama2 dengan tinggi30cm penanaman untuk 1 gr + ZA 9 gram,SP36 9 hindaritanaman teduhsupayatidak
bungamengandung jam,lalukeringkan.benih dan jarakbedengan 40 lubangtanamdiisisatu gramdan KCL7 gram. yangmengalami mudah layu.Sortasi
vitamin B.Suhu ditanamsecararata, cmsertapanjang bibit tanaman. Umur 4minggu HST kerusakan akibat tanaman dilakukan
udararendah dan dengan sebelumnya disesuaikandengan berikan tambahan gigitan serangga. untuk memisahkan
lembabdenganpH melakukan penyiraman kondisilahandan pupuk anorganik seperti Bila tanah masam bagian tanaman yang
tanah berkisar 6-7. terlebihdahulu, disarankan tidak lebih urea2gram+ ZA 4,5 lakukanpengapuran tua,busuk dan sakit.
kemudianmediasemai dari15m. Sebelum gram/tanaman. danmembuang
dapatditutupkembali. tanamlakukan tanaman yang
pengapuran dengan terserang. Pestisida
konsentrasi2t/ha( pH yang dipakai aman
tanah <5,5). terhadap tanaman
seperti pestisida
biologidan pestisida
nabati.
5 Mentimun Mentimun (Cucumis Mediapada Pengolahan tanah Jumlahdaun 2-3helai Pembersihan gulma Hamatanaman yang Umur tanam75-85
sativus L.) perkecambahan dengan cara sudah bisaditanam. dibarengidengan menyerangseperti panen pertama,masa
merupakanfalimi menggunakanpasir mencangkul30-35cm Penanaman berbaris30 pemberianpupuk kumbang, panen tersebut
dariCucuebitaceae. (sudah disaringhalus), padalahan tanam, x40cm jarak untuk kompos, sedangkan menyebabkan daun berlangsungsekitar 1-
Mentimun dapat tebalmedia7-8cm,alur balikan tanahdan tanaman, buatrambatan penyulumanbisa berlubang, 1,5 bulan. Padamasa
diolahmenjadi tanamdibuatsedalam1 biarkan 2minggu. modeltunggaldan ditemukan tanaman sedangkan kumbang panen,mentimun
makanan segar, cmdan jarak tanam Pengapurandilakukan gandadengan lubang yangmati.Pengajiran totolhitammembuat mengalamikehilangan
bahan dasar acardan tanaman 5cm, panjang padausiatanam3-4 tanamberupaalur.Jarak umur 5HSTberfungsi kerusakanpada kandungan air yang
bisajugasebagai alur 4cm(sesuaikan minggudengan kapur tanamsistemrambatan sebagaitempat daun. Upayadalam banyak sehingga
Jus/minuman. panjangbak). Bilasudah dolomi,pHtanah <6 piramida60x90cm. merambat. Umur 3 penanggulangan mengakibatkanbuat
Mentimun mampuh berkecambah benih konsentrasi 1t/ha, Sedangkan persegi minggu lakukan hama tersebut akankeriputdan layu.
tumbuhdenganbaik dipindahkanpadamedia kemudianbersihkan panjangjarak tanam50 pemangkasan. dilakukan secara Makadariitu setelah
padaiklimyang dipolybag.Pindahkan gulma,rumput,pohon x80menggunkan Penyiraman 2kali langsungdengan panen lakukan
baik,optimumpada bibitkelapangan setelah lain.Buatbedengan sistemrambatan para- sehariselama15-30 mengambilhama penyimpanan pada
pertumbuhandi berdaun 3-4helaidan lebar 100cmdengan para. menit. tersebut, membuang tempatyangsejuk.sejuk.
iklimkeringpada berumur 12hari. tinggi 30dan 30cm telur, larva,imago
ketinggian 400mdpl, untuk jarakantar sebagai sumber
dengan temperatur bedengan. Komposkan inokulumpenyakit
21,1°C- 26,7°C. pH pupukkandaqng berikutnya..
6-7dengan tektur sebanyak 0,5kg,pada
berkadar liatrendah. setiap lubangtanam
pada2minggu sebelum
tanam.
Bab 7 Aplikasi Sistem Pertanian Organik pada Budidaya Sayur Umur Genjah 105
6 Packhoy Tanaman Packhoy Mediabedengan yaitu Pembuatanmedia Penanaman bibitdapat Penyiraman 2kali Sanitasilahandan Panen tanamanPackhoy
(BrassicarapaL.) pupukorganik,dicampur semaidengan cara dilakukanpadaumur 21 sehari.Penyulaman drainasesangatperlu umur 45hari.Produksi
termasukkedalam bersamatanah 1:1 mencangkulpada hari,setelahditanam umur 1minggu, diperhatikan guna skalakecilhingga10-20
sayuran genjah atau denganketebalan semai7 kedalaman 30cm,agar kemudian bibit pembersihan gulma sebagaikontrol t/ha.Hasilpanen
berumurpendek(+ cm.Rendambenih tanah menjadigembur. dipindahkan ke umur 2minggu. dalambudidayaini. tanamanpakcoytidak
45hari).Sayuran menggunakanprevikur N Bedengandibuatsearah bedengan yang Lakukan pemupukan Gunakanpupuk dapatbertahan dengan
yangmenjadisalah dengan konsentrasi0,1% daribaratketimur sebelumnyasudah padausia3harisetelah organik yangmudah umur simpan sekitar 10
satu tanaman penting kuranglebih 2jam, supayasinar matahari dibuat,dengan jarak tanam,daripupuk larutsepertipestisida hari. Supayakualitasnya
dibudidayakan di setelah itu keringkan. dapatmasukdengan tanam30x 30cm.Pada organikhasilfermentasi daribahan organik. tetap baik maka
Asia.Daun tanaman Benih ditebar pada baik,luasbedengan mediatanam kotoran ayam, Pengaturan tempatkan pada wadah
bertangkaidengan bagian atasbedengan, lebar 120cm, dengan sebelumnyatelah konsentrasi2-4kg/m2. pemberianpupuk yangberlubang.
warnahijau tua. sebelumnyasudah tinggi 30cm, dan jarak dilakukanpenyiraman Berikanureaumur 2 pestisidaseperti
Tangkai daun disiapkan,denganukuran bedengan 30cm. terlebih dahulu. minggu dengan pemilihanbahan
melekatpadabatang 1x10m,bagian atas Lakukan pengapuran konsentrasi100 kg/ha. dasarpupuk,takaran
tangkai yang semai dtutup bilahpHtanah asam Tambahkanpupuk cair konsentrasi,volume
tertekan,tinggi menggunkan jerami menggunakan dolomit 3liter/ha, umur 10- 20 penyemprotan,dan
tanamanberkisar keringselama2hari. agar dapatmenaikan setelah tanam. waktupenyiraman.
sekitar 15-30cm. derajatkeasaman
dengan konsentrasi 1,5
t/ha,dilakukanpada
usia tanam 4 minggu.
7 Sawi Tanaman sawi Kebutuhan benih sawi Lakukanpengeolahan Penanaman dapat Penggemburan media Jenishamayang Pemanenan dengan
(BrassicajunceaL.) 650gr/ha.Lakukan mediatanamdengan dilakukan bilatanaman tanamdapatdilakukan menyerangulatdaun mencabuttanaman,
Komoditasbaik perendaman benih kedalaman 30cm, sudahberdaun 3-4helai, berbarengan dengan kubis, gunakan kemudianpotongpada
untuk dibudidayakan selama2jam, ketebalan bedengan dibuatarah adapun jarak tanam penyiangan lahan atau diadegma bagian pangkaltanaman.
dan memilikinilai media7cm.Media baratketimur,ukuran yangdianjurkan disesuaikandengan semiclausuma Pemanenan padaumur
komersilyangbaik, berasaldaripupuk bedengan lebar 100cm, berukuran 20x20cm. sebaran gulma. sebagaiparasitoid 40harisetelah tanam.
mengandung organik yangdicampur dengan tinggi30cm Lakukan penanaman Sebelumusiatanaman 3 hamaPlutella Bila hasil panen
vitamin A.Tanaman dengan tanah dan panjang padasoreharikarena harilakukan xylostellauntuk disimpan maka
inimempunyai perbandingan 1:1.Setelah disesuaikanpada suhu dankelembaban pemupukan,pupuk dari mengendalikan tempatkan padatempat
prospekbaikuntuk benihditanamlakukan kondisilapangan. Jarak mediatanamtidak kotoran ayam hamatersebut. yangtidak terkenasinar
diusahakan di penutupan mediasemai bedengankuranglebih kerlalu tinggi. Bila difermentasi, Gunakanpestisida matahari langsung,
indonesiadilihatdari padabagian atasnya, 30cm.pHlahan rendah ditemukan tanaman konsentrasipemberian yangmudah larut Sortasidilakukanpada
aspekklimatologi, kemudianditambahkan bisadilakukan yangmatimakalakukan 2-4kg/m2. tambahkan sepertipestisida tanaman, guna
aspek teknis,aspek ditutupdengan pengapuran pada penyulaman. pupukureasebanyak nabati,dalam menseleksitanaman tua,
ekonomidan sosial. menggunakan alang- mingguke2-4sebelum 150kg/ha. Kemudian penggunaanyadapat tanamanbusuk atau
Sebagaitanaman alangselama2-3hari. tanam. tambahkan POC3 diatursesuai tanaman sakit.
sayuranorganik liter/ha. kebutuhan dan
sebagaiolahan aturanpakai.
makanan yang
bernilai gizi.
8 Selada Tanaman Selada Penyemaian biji Pengolahan media Bibitditanambilasudah Penyemaian 2 kali Hama tanaman yang Umur 2bulan setelah
(Lactucasativa L) dilakukan terlebih dahulu. tanamdengan memiliki3-4helaian sehari,Penyulaman menyerangantara tanamsudahbisa
Familicompositae Setelahpenanamanbenih mencangkulsedalam daun,setelah itu setelah tanampadausia lain ulatdaun, dipanen,potongpangkal
termasukdalam diratakan kembalipada 20-30cm, setelah pindahkan kemedia 10hari.Pemupukan nyamuk kecil, batang bagian bawah
sayuranberumur mediabedengan. Media mediadiolah tanamdibedengan. umur 3hari,dengan belalang. tanaman. Hasilpanen
semusim.Tanaman tanamdaripupukorganik dilanjutkandengan Jarak tanam25x25cm, pupukorganik hasil Pengendalian yangbaikberkisar 15
inimenjaditanaman dicampurdengan tanah 1: pembuatan bedengan, (tergantungjenis).Bila fermentasipada dengan caramekanik ton/ha. Tanaman salada
favoritmasyarakat 1.Setelah benih ditanam arah bedengan dibuat jenisbibittanman konsentrasi 3kg/m2. atau secaralangsung mudah layusetelah
yangdijadikan dapatditutupdengan membujur kebarat- semakinbesar atau padausia2minggu dengan dipungut dipanen makadariitu
sebagaisalado. jeramikeringselama3 timur,dengan lebar tinggimakasemakin tambahkan pupuk urea oleh tanaman, untuk menjaga
Tumbuhandengan hari.Pemindahanbibit bedengan 1m,0,3m, lebar jugauntuk jarak 150kg/ha. Berikan Pestisidayang kualitasnya, lakukan
baik padamkondisi dilakukan padaumur 7-8 denganpanjang15cm tanamnya. campuran pupuk urea dipakaimudah larut perendaman padabagian
lahan yang harikedalampotplastik dan jarakbedengan 30 dan organikpadasetiap sepertiPestisida akar tanaman didalam
mengandunghumus, atau polybag. cm.pHrendah lakukan tanaman. Tambahkan nabati,pestisida air.
denganpHberkisar pengapuran jugapupuk cair 3 biologi.Penyakit
5-6,5. menggunakan
liter/ha, umur 10dan 20 tanaman yang
dolomite,dengan hst. menyerangantara
konsentrasi 1,5t/ha, lain cacar daun dan
aduk secara merata bercakhitampada
tanah padalahan. daun.
106 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
7.6 Pupuk Organik dan Pestisida Nabati
7.6.1 Pupuk Organik
1. Pupuk Organik Padat (POP)
Tabel 7.4: Bahan Dalam Pembuatan POP
Pupuk Organik Padat (POP)
No. Bahan Jerami Pupuk Pupuk Pupuk Exspres Trichokom
Kandang Kandang+ Kandang pos
Arang Tanah
1 Jerami 200 kg - - - --
2 Kotoran ternak - 300 kg 200 kg 10 kg - 100 kg
3 Tanah -- - 20 kg - -
4 Jerami/sekam/serbuk - - - - 200 kg -
gergaji
5 Bokashi jadi -- - - 20 kg -
6 Trichoderma padat - - - - - 250 gram
7 Dedak 10 kg 10 kg 10 kg 10 kg 20 kg -
8 Arang sekam - - 100 kg 10 kg - 10 kg
9 Sekam 200 kg 200 kg - - --
10 Gula pasir 100 ml 100 ml 100 ml 50 ml 50 ml -
11 EM 4 200 ml 200 ml 20 ml 200 ml 200 ml -
12 Air secukup secukupnya secukupnya secukupnya secukupnya secukupnya
nya
Sumber: Budidaya Tanaman Sayuran BPTP Jambi 2010
Penggunaan POP dalam Budidaya tanaman sayuran, digunakan untuk pupuk
kandang atau pupuk kompos dengan konsentrasi takaran 2-4 kg/m2,
penggunaan tergantung pada kondisi kesuburan tanah tergantung kesuburan
tanah.
Pemanfaatan pada umumnya sama, dalam aplikasinya seperti:
a. Bahan jerami serta pupuk kandang berguna dalam tahap fermentasi
pada mulsa yang bersumber dari bahan organik.
b. Bahan pupuk kandang, pupuk kandang dicampurkan dengan tanah,
berguna dalam media awal pembibitan dan pada media tanam pada
usia semai.
c. Bahan ekspres berguna sebagai mulsa, tanaman sayuran dan buah.
Bab 7 Aplikasi Sistem Pertanian Organik pada Budidaya Sayur Umur Genjah 107
Kelebihan:
Adanya peran probiotik dalam pembuatan bokashi, dapat mempersingkat
proses fermentasi menjadi cepat, berkisar selama 4 - 7 hari dalam prosesnya.
Hasil dari bokashi tidak mengeluarkan bau, tidak mudah membusuk, tidak
panas, tidak mengandung hama dan penyakit, baik menjaga pertumbuhan dan
produksi tanaman.
2. Pupuk Organik Cair
Tabel 7.5: Bahan dalam Pembuatan POC
Pupuk Organik Cair (POC)
No. POC Kotoran Hewan POC MOL Hijau POC Bahan Sabut
Kelapa
Bahan dan Alat
1 Kotoran hewan kambing Pucuk daun (contoh daun pepaya) 1 Sabut kelapa 25 kg
atau domba kg
2 Air bersih Kotoran Sapi, kambing / ayam 1 Kg Drum 1 buah
3 Ragi tape Gula pasir sebanyak ½ kg Air 40 liter
4 Tong / drum 100-120 Air kelapa 100 ml
liter
5 Tanah selokan sebanyak ½ kg
Air sebanyak 40 liter
6 Tong / drum 50 liter
7
Sumber: Budidaya Tanaman Sayuran BPTP Jambi 2010
a. POC dari Kotoran Hewan Domba
Aplikasi Penggunaan: 15 cc pupuk organik cair ditambah 1 liter air,
kemudian kocok secara perlahan dan berikan pada tanaman dengan
kurang lebih 200 ml per tanaman. Berikan pada tanaman pada usia
tanam 1 minggu sebanyak 1 kali. Ampas dalam drum sebagai bahan
dalam pembuatan kompos.
Catatan: Baik diterapkan sebagai pupuk tanaman pada jenis tanaman
sayur-sayuran atau tanaman hortikultura lain.
b. POC MOL Hijau
Aplikasi Penggunaan: Masukan dalam ember plastik 200 ml dari
MOL hijau, kemudian campurkan dengan air sebanyak 4 liter. Aduk
hingga merata, siram pada media tanam di lahan. Penyiraman MOL
108 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
pada tanaman (bukan pada batang tanaman) tidak dilakukan tiap hari,
cukup 3 hari sekali.
Catatan: MOL hijau berwarna hijau pekat dan berbau agak
menyengat.
c. POC Bahan Sabut Kelapa
Sebagai pengganti pupuk kimia (KCL), panen hasil pemberian pupuk
cair ini tidak berbeda jauh dengan hasil panen yang didapat dari
pemberian pupuk kimia.
7.6.2 Pestisida Nabati Pengendalian Hama Tanaman
Tabel 7.6: Bahan Dalam Mengendalikan Organisme Penggangu Tanaman
(OPT)
Pestisida Nabati Mengendalikan
No. Bahan OPT Hama T. Ulat bawang Hama Hama Belalang
Parvispinus merah, cabe Pengisap dan Ulat
-
1 Daun mimba 8 kg - -- -
2 Daun mindi
-- - 6 kg 50 lembar
3 Daun sirsak - 50-100 - - -
lembar
5 lembar
4 Gadung racun -- 1 kg -
-
5 Daun -- 1 kg - -
Tembakau 20 g
20 liter
6 Lengkuas 6 kg - - 6 kg -
6 kg - 1 kg 6 kg -
7 Serai 20 g 15 g
20 liter 5 liter - -
8 Deterjen - 5 liter 20 liter
- - 1 liter 1 liter
9 Air - 50 gram 250 gram
10 EM 4
11 Gula pasir
Sumber: Budidaya Tanaman Sayuran BPTP Jambi 2010
Cara Pembuat:
a. Pengendali OPT yaitu tumbuk halus daun mimba, lengkuas dan serai
kemudian campurkan air 20 liter, rendam 24 jam. Setelah itu saring
larutan menggunakan kain yang halus. Tambahkan 600 liter air pada
hasil saringan, larutan tersebut dapat digunakan untuk lahan dengan
luas 1 ha.
Bab 7 Aplikasi Sistem Pertanian Organik pada Budidaya Sayur Umur Genjah 109
b. Mengendalikan Hama T. Parvispinus
Haluskan daun sirsak serta tambahkan air 5 liter, deterjen dan
kemudian diendapkan satu malam. Lakukan penyaringan larutan
dengan kain halus, pada 1 liter larutan ditambahkan dengan air 10
liter.
c. Pengendalian Hama Ulat pada Tanaman Bawang Merah dan Cabe
Semua bahan dihaluskan kemudian tambahkan Em4 dan gula sebagai
bahan fermentasi. Fermentasi bahan selama 1 minggu, kemudian
dapat digunakan.
d. Mengendalikan hama pengisap dan namur
Haluskan semua bahan, tambah larutan Em4 serta gula. lama
fermentasi 1 minggu, saring hasil dari fermentasi. Penggunaan
dengan menyemprotkan pada tanaman, pada konsentrasi 100
ml/tangki dengan frekuensi penyemprotan 2 kali seminggu.
e. Mengendalikan hama belalang dan ulat
f. Haluskan daun sirsak dan tembakau, tambahkan deterjen aduk
merata, diamkan semalam. Penggunaan dengan menyemprotkan pada
tanaman pagi atau sore hari dengan konsentrasi 1 - 3 liter air.
Dilakukan sebanyak 2 kali dalam 1 minggu.
110 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
Bab 8
Bimbingan Teknik Budi daya
Sayuran Organik Bebas Residu
Pestisida dan Pupuk Sintetik
8.1 Pendahuluan
Masyarakat di seluruh dunia telah melaksanakan praktek budi daya tanaman
sejak ribuan tahun yang lalu. Praktek budi daya tanaman yang telah
dilaksanakan dalam berbagai bentuk, salah satunya pertanian organik.
Pertanian organik merupakan bentuk pertanian yang tidak menggunakan
bahan kimia sintetik dalam pelaksanaan budi dayanya. Dalam pelaksanaan
budi dayanya, pertanian organik dilaksanakan dengan memanfaatkan ekologi
hutan sebagai kebun hutan atau perladangan. Sistem pemanfaatan ekologi
hutan itu merupakan sistem pelaksanaan budi daya tanaman yang
menghasilkan sumber pangan pada masa prasejarah.
Sejak praktek bercocok tanam di masa prasejarah, pertanian organik telah
dilaksanakan secara tradisional dengan memanfaatkan bahan-bahan yang
bersumber dari alam. Dalam perkembangannya, pertanian organik modern
112 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
dilaksanakan dengan didasarkan pada prinsip kesehatan, ekologi, keadilan dan
perlindungan.
Prinsip-prinsip yang dilaksanakan dalam pertanian organik modern itu
didasarkan pada kelestarian dan dapat bermanfaat dalam meningkatkan
kesehatan alam (tanah) maupun makhluk hidup (tanaman, hewan, dan
manusia). Selanjutnya pertanian organik modern menggabungkan ilmu
pengetahuan mengenai ekologi dan teknologi modern dalam melaksanakan
budi daya tanaman berdasarkan proses biologis secara alami. Berdasarkan
proses biologis secara alami, pertanian organik modern memanfaatkan proses
alami yang ada di alam untuk mendukung produktivitas tanaman. Proses alami
yang ada di alam yang digunakan dalam pertanian organik modern yaitu
pemanfaatan tanaman legume untuk penyerapan unsur hara, pemanfaatan
musuh alami (predator, parasitoid, dan patogen) untuk mengatasi serangan
organisme pengganggu tanaman, melaksanakan rotasi tanaman untuk
mengembalikan kondisi tanah, dan memanfaatkan bahan-bahan alami sebagai
bahan untuk pupuk dan pestisida.
8.2 Pertanian Organik
Pertanian organik merupakan bagian integral dari pertanian berkelanjutan
dengan penggunaan bahan organik alami (Mayrowani, 2012). Pertanian
organik dilaksanakan untuk beberapa tujuan diantaranya menghasilkan produk
yang berkualitas dengan kuantitas memadai, membudi dayakan tanaman
secara alami, mendorong dan meningkatkan siklus hidup biologis dalam
ekosistem pertanian, meningkatkan kesuburan tanah untuk jangka panjang,
menghindarkan seluruh bentuk cemaran yang diakibatkan dari penerapan
teknik pertanian, memelihara dan meningkatkan keragaman genetik, dan
mempertimbangkan dampak sosial dan ekologis (Imani et al., 2018).
8.3 Pembuatan Pupuk Organik Padat
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari tanaman dan atau hewan terdiri
atas bahan organik yang telah melalui proses rekayasa. Pupuk organik dapat
berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk
Bab 8 Bimbingan Teknik Budi daya Sayuran Organik Bebas Residu Pestisida 113
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik berupa
kompos dan pupuk kandang dewasa ini sudah biasa digunakan petani untuk
memperbaiki produktivitas tanah. Kompos adalah hasil penguraian parsial dari
campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh
populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat,
lembab, dan aerobik atau anaerobik, sehingga dapat dimanfaatkan untuk
memperbaiki sifat-sifat tanah. Kompos mengandung hara-hara mineral yang
esensial bagi tanaman. Dengan penambahan kompos ke dalam tanah akan
memacu perkembangan mikroorganisme dalam tanah sehingga gas CO2 yang
dihasilkan mikroorganisme akan dipergunakan untuk fotosintesis tanaman dan
menghasilkan hormon-hormon pertumbuhan (Suhastyo, 2017). Pembuatan
pupuk kompos berikut adalah kompos pupuk kandang sapi yang dimodifikasi
dari (Ratriyanto et al., 2019).
Bahan yang digunakan antara lain:
1. Pupuk kandang sapi sebanyak 200 kg.
2. Arang sekam/arang serbuk gergaji sebanyak 200 kg
3. Dedak padi halus sebanyak 10–20 kg
4. Gula pasir ¼ kg
5. Bioactivator (EM-4, Biang Kompos) sebanyak 1 l
6. Air secukupnya
Gambar 8.1: Pupuk Kandang Sapi Untuk Pembuatan Pupuk Organik
(Widowati et al., 2018)
114 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
Cara pembuatan:
1. Dilarutkan bioaktivator atau biang kompos ke dalam 200 liter air. Air
yang dicampurkan dengan bioaktivator selanjutnya ditambahkan gula
pasir sebanyak 2 kg. Larutan bioaktivator yang sudah ditambah gula
selanjutnya diaduk hingga merata (homogen).
2. Semua bahan (jerami, sekam padi, dedak halus dan kotoran ternak)
dicampur dan diaduk secara merata. Setelah semua bahan tercampur
merata kemudian campuran bahan dibuat berlapis-lapis sesuai
keinginan.
3. Bahan-bahan kompos yang telah diaduk rata dan disusun berlapis-
lapis tersebut selanjutnya ditempatkan di lokasi yang teduh dengan
ukuran gundukan disesuaikan.
4. Bahan-bahan kompos yang telah tercampur disiramkan larutan
bioaktivator secukupnya secara merata.
5. Jika gundukan bahan dibuat secara berlapis, maka setelah disiram
dengan larutan bioaktivator, maka adonan berikutnya dinaikkan lagi
secara berlapis, dan di atasnya disiram lagi dengan larutan
bioaktivator, begitu seterusnya sampai bahan tadi habis.
6. Setelah selesai penyiraman dengan larutan bioaktivator, gundukan
bahan tersebut ditutup dengan terpal atau karung goni sampai rapat
(Gambar 8.2).
7. Setelah 24 jam, suhu bahan-bahan kompos dikontrol. Jika suhu dalam
bahan-bahan kompos tersebut mencapai 500 ℃ atau lebih, maka
penutup bahan campuran kompos harus dibuka. Setelah penutup
dibuka dilakukan pembalikan agar suhunya kembali normal. Setelah
dilakukan pembalikan bahan kemudian ditutup kembali.
8. Pengecekan suhu selanjutnya dilakukan setiap 5 jam.
9. Setelah 7 hari pupuk kompos sudah dapat digunakan sebagai pupuk
organik.
10. Ciri pupuk kompos yang jadi diantaranya bila bahan dikepal, air tidak
menetes dan jika kepalan tangan dibuka, bahan mengembang dan
punya aroma bau yang khas (Lasmini, Monde and Nasir, 2020).
Bab 8 Bimbingan Teknik Budi daya Sayuran Organik Bebas Residu Pestisida 115
Gambar 8.2: Proses Pembuatan Pupuk Organik (Widowati et al., 2018)
8.4 Pembuatan pupuk organik cair
Pupuk organik cair adalah larutan hasil dari pembusukan bahan-bahan organik
yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang kandungan
unsur haranya lebih dari satu unsur. Pada umumnya pupuk cair organik tidak
merusak tanah dan tanaman meskipun digunakan sesering mungkin. Selain itu,
pupuk cair juga dapat dimanfaatkan sebagai aktivator untuk membuat kompos.
Pupuk organik cair dapat dibuat dari beberapa jenis sampah organik yaitu
sampah sayur baru, sisa sayuran basi, sisa nasi, sisa ikan, ayam, kulit telur,
sampah buah seperti anggur, kulit jeruk, apel dan lain-lain. Bahan organik
basah seperti sisa buah dan sayuran merupakan bahan baku pupuk cair yang
sangat bagus karena selain mudah terdekomposisi, bahan ini juga kaya akan
hara yang dibutuhkan tanaman. Pupuk organik cair dapat dibuat dengan
menggunakan teknologi komposting yang sederhana dengan metode
(Kasmawan, 2018).
Bahan yang digunakan antara lain:
1. Hijauan (sampah sayur dan buah) sebanyak 5 kg
2. Kotoran ternak matang sebanyak 1 kg
3. Terasi 100 g
4. Gula merah 200 g
5. Air 4 l
6. Bakteri EM4 200 ml
116 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
7. Wadah plastik (galon)
8. Pipa/ selang plastik
Cara pembuatannya:
1. Disiapkan tempat pengomposan atau disebut komposter, yang dapat
dibuat dari wadah plastik (galon) cukup tebal yang dilengkapi dengan
tutup.
2. Wadah plastik (galon) yang digunakan sebagai komposter dibiarkan
tertutup rapat selama pengomposan. Komposter selanjutnya
dihubungkan dengan pipa/ selang plastik yang dipasang rapat pada
tutupnya.
3. Ujung pipa/ selang plastik lainya dicelupkan pada botol yang bersi air
sekitar 2/3 bagian. Pemasangan pipa/ selang plastik itu bertujuan
sebagai saluran pembuangan gas hasil fermentasi tanpa adanya udara
masuk ke dalam komposter
4. Hijauan yang telah dikumpulkan dicincang 1 cm kemudian
dimasukkan ke dalam komposter melalui tutup komposter.
5. Kotoran ternak yang telah matang juga dimasukkan ke dalam
komposter bersama hijauan yang telah dicincang
6. Terasi dan gula merah terlebih dahulu dilarutkan dengan air dan
selanjutnya dimasukkan ke dalam komposter yang berisi hijauan dan
kotoran ternak
7. Komposter yang telah berisi campuran pupuk cair selanjutnya
ditambahkan bakteri EM4 dan air. Penambahan air diupayakan
hingga memenuhi perbandingan campuran bahan organik dan air
sekitar 2:1
8. Komposter selanjutnya ditutup kencang dan memasukkan ujung
selang penghubung dengan botol berisi air.
9. Komposter selanjutnya disimpan di tempat sejuk dan teduh.
10. Pengadukan bahan organik di dalam komposter dapat dilakukan
setelah dua hari pengomposan
Bab 8 Bimbingan Teknik Budi daya Sayuran Organik Bebas Residu Pestisida 117
11. Bila pengomposan telah berlangsung dengan sempurna, yang
dicirikan seperti bau tape yang sedang masak, pemanenan pupuk
dapat dilakukan.
12. Pada umumnya, pupuk tersebut dapat dipanen setelah 12 hari
pengomposan. Lamanya waktu panen sangat bergantung kepada jenis
bakteri yang digunakan.
13. Pemanenan produk jadi (pupuk cair) dilakukan melalui tutup
komposter.
14. Produk hasil pengomposan bahan organik dengan komposter dapat
dipanen dengan metode penyaringan.
15. Produk pupuk organik cair kemudian dikemas dalam botol plastik
dan disimpan di tempat aman dan sejuk
16. Pupuk organik cair selanjutnya dapat digunakan ke sayuran organik
Gambar 8.3: Proses pembuatan pupuk organik cair menggunakan teknologi
komposting sederhana (a) Pemasukan bahan hijauan, (b) Pemasukan limbah
kotoran ternak, (c) Pemasukan larutan terasi, gula merah, dan EM4 (d)
Penempatan komposter di tempat teduh dengan pemasangan selang
penghubung komposter
Kandungan pupuk organik cair yang dihasilkan dari teknologi pengomposan
sederhana dipengaruhi oleh jenis hijauan dan jenis limbah kotoran ternak yang
digunakan. Kandungan N pupuk tertinggi sebesar 0,16 % diperoleh dari
campuran daun gamal dan kotoran sapi, kandungan P tertinggi sebesar 153,75
mg/L diperoleh dari campuran daun gamal, pandan, bunga rampai/sesaji dan
kotoran babi, dan kandungan K tertinggi sebesar 663,98 mg/L diperoleh dari
campuran rumput liar dan cincangan tebu, dan kotoran sapi (Tabel 9.1).
118 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
Tabel 8.1: Bahan pokok (hijauan dan kotoran ternak) dan hasil analisa kimia
pupuk organik cair (Kasmawan, 2018)
Bahan pokok pupuk Kandungan pupuk cair
N (%) P (mg/L) K (mg/L)
Hijauan Limbah ternak 0,04 146.7 296,4
0,07 153,75 246,48
Bayam dan kangkung Kotoran babi 0.06 112,31 556,47
0,07 117,41 663,98
Daun gamal, pandan, bunga Kotoran babi 0,16 145,67 251,47
Kulit pisang Kotoran sapi
Rumput liar dan tebu Kotoran sapi
Daun gamal Kotoran sapi
8.5 Pembuatan Pestisida Nabati
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahannya berasal dari tanaman atau
tumbuhan dan bahan organik lainya yang berkhasiat mengendalikan serangan
hama atau penyakit pada tanaman. Pestisida nabati yang banyak
direkomendasikan untuk digunakan antara lain karena banyak tanaman/
tumbuhan yang berpotensi dapat melindungi tanaman dari serangan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Tanaman atau tumbuhan yang
dapat dijadikan pestisida nabati diantaranya mimba (Azadirachta indica), sereh
(Cymbopogon nardus), marigold (Tagetes erecta), srikaya (Annona
squamosa), tembakau (Nicotiana tabacum), tuba (Derris elliptica), daun
pepaya, daun sirsak (Annona muricata L.), piretrum (Chrysanthemum
cinerariaefolium), aglaia (Aglaia odorata), bengkuang (Pachyrhizus erosus),
mindi (Melia azedarach), cengkeh (Syzygium aromaticum), bawang putih
(Allium sativum), bawang daun (Allium fistulosum), dan jengkol
(Archidendron pauciflorum).
Penggunaan pestisida nabati selain dapat mengurangi pencemaran lingkungan,
harganya relatif lebih murah apabila dibandingkan dengan pestisida kimia
(Ekawati and Purwanto, 2013). Untuk menghasilkan pestisida nabati dapat
dibuat secara sederhana dengan berbagai cara diantaranya penggerusan,
penumbukan, pembakaran, atau pengepresan untuk menghasilkan produk
berupa tepung, abu, atau pasta. Selain itu pestisida nabati juga dapat didapat
dengan cara rendaman untuk mendapatkan ekstrak. Pestisida nabati juga dapat
dibuat dengan rebusan bagian tanaman atau tumbuhan misalnya akar, batang,
umbi, batang, daun, biji, dan buah. Berikut cara membuat pestisida nabati yang
merupakan modifikasi dari (Sutriadi et al., 2020).
Bab 8 Bimbingan Teknik Budi daya Sayuran Organik Bebas Residu Pestisida 119
Bahan yang digunakan antara lain:
1. Daun nimba 8 kg
2. Lengkuas 6 kg
3. Serai 6 kg
4. Detergent/sabun colek 20 g
5. air 20 l
Cara membuat:
1. Daun nimba, lengkuas, dan serai ditumbuk atau dihaluskan.
2. Seluruh bahan diaduk dalam 20 liter air kemudian direndam selama
24 jam.
3. Setelah itu larutan disaring dan larutan hasil penyaringan diencerkan
kembali.
4. Untuk 1 liter dapat dilarutkan dengan 30 liter air dan larutan tersebut
dapat digunakan untuk 1 hektar.
8.6 Budi daya Sayuran Organik di Lahan
8.6.1 Pengolahan lahan
Pengolahan Lahan ialah proses penggemburan tanah yang bertujuan untuk
membuat keadaan tanah siap untuk ditanam. Tanah yang siap untuk ditanam
ditandai dengan tanah yang dapat dijadikan sebagai tempat persemaian, bebas
gulma, dan siap untuk penetrasi akar. Pengolahan tanah juga ditujukan khusus
untuk pengendalian hama dan penyakit, menghilangkan sisa-sisa tanaman, dan
pengendalian erosi. Pengolahan tanah dimulai dengan pencangkulan tanah dan
membuat bedengan (Gambar 8.4).
Pencangkulan tanah dilakukan dengan cara membalik tanah, sehingga bagian
bawah terangkat ke atas dan mendapat sinar matahari. Pencangkulan juga
dilakukan untuk membuat struktur tanah menjadi remah dan gembur, sehingga
lebih mudah untuk ditanami. Struktur tanah yang remah dan gembur diperoleh
dengan dua kali proses pencangkulan. Tahapan penggemburan tanah diberikan
pupuk kompos yang telah matang. Pemberian pupuk kompos sebanyak 21 ton
120 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
per ha (Susanti, 2015) sampai 30 ton per ha (Pujisiswanto and Pangaribuan,
2008). Setelah dilakukan pencangkulan, lahan dibuat bedengan dengan lebar
80-100 cm (Fatchullah, 2016).
Gambar 8.4: Persiapan lahan dengan pencangkulan tanah dan membuat
bedengan (Widowati et al., 2018)
8.6.2 Benih/ Bibit
Benih/bibit yang digunakan adalah benih bersertifikat. Penyediaan benih/ bibit
bersertifikat disesuaikan antara jumlah benih yang digunakan dengan luas
lahan yang akan ditanami, dengan penanaman satu lubang per tanaman.
Beberapa jenis sayuran bisa ditanam langsung di lahan penanaman tanpa
penyemaian. Namun, beberapa jenis sayuran harus dilakukan penyemaian
terlebih dahulu. Penyemaian benih sayuran sebelum ditanam di lahan
penanaman bertujuan agar tanaman lebih mudah beradaptasi dengan
lingkungan. Penyemaian bisa dilakukan secara langsung di lahan penanaman,
yaitu di lahan bedengan. Penyemaian sayuran juga dapat dilakukan pada kotak
atau wadah tanah persemaian. Setelah disemai selama 2 minggu, bibit
dipindah tanam pada lahan bedengan dari tempat persemaiannya. Teknik
pemindahan bibit dilakukan dengan dicabut secara hati-hati, diberi tanah halus
atau pupuk kandang, dan dilindungi dengan mulsa.
Biji yang akan disemai sebaiknya direndam terlebih dahulu dengan air hangat,
kemudian dibungkus dengan kain basah. Perendaman air hangat dan
pembungkusan kain basah ini dapat mempercepat perkecambahan. Selain
mempercepat perkecambahan, perendaman dengan air hangat juga bisa
Bab 8 Bimbingan Teknik Budi daya Sayuran Organik Bebas Residu Pestisida 121
membantu menghilangkan sisa-sisa bakteri dan cendawan yang terbawa benih
sayuran.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk melindungi bibit sayuran dari
serangan hama dan penyakit diantaranya dengan pemberian mulsa. Pemberian
mulsa dapat mencegah penguapan di musim kemarau. Namun pemberian
mulsa tidak dianjurkan pada musim hujan. Pada musim hujan, pemakaian
mulsa akan menambah kelembaban lahan yang dapat meningkatkan
pertumbuhan jamur penyebab penyakit di tanah.
8.6.3 Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah kegiatan yang meliputi penyiraman, pemupukan,
penyiangan, penyulaman, penyiangan, dan pengendalian hama penyakit.
Penyiraman dilakukan apabila tanah kering. Pemupukan dilakukan sesuai
dengan dosis anjuran. Penjarangan dilakukan apabila jarak tanam terlalu rapat.
Penjarangan dilakukan untuk menghindari adanya kompetisi makanan dan
juga mencegah kelembaban. Penyulaman dilakukan apabila ada tanaman yang
mati. Penyiangan gulma yang tumbuh di sekitar tanaman dapat dilakukan
secara manual dengan cara dicabut menggunakan tangan atau menggunakan
alat. Pengendalian hama penyakit dapat dilakukan dengan penyemprotan
pestisida nabati pada saat terlihat gejala penyakit dan serangan hama.
8.6.4 Pengairan
Penyiraman dilakukan dua kali dalam sehari pada pagi dan sore hari.
Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor. Pada musim hujan tidak
perlu dilakukan penyiraman. Pada musim hujan, air yang turun biasanya
mampu untuk mencukupi kebutuhan air yang diperlukan sayuran. Pada saat
hujan deras, air berlimpah sehingga harus disalurkan dari areal pertanaman
melalui parit yang merupakan jarak antar bedengan. Hal ini dilakukan supaya
sayuran tidak tergenang oleh air.
8.6.5 Panen
Panen sayuran harus memperhatikan beberapa hal yaitu waktu panen, umur
panen, cara panen, serta penggunaan alat bantu berupa pisau untuk
mengurangi kerusakan terhadap sayur yang dipanen. Masa panen setiap
sayuran berbeda-beda. Sayuran yang dipanen harus sudah mencapai tingkat
perkembangan umur dan fisiologi panen. Ciri-ciri sayuran yang siap dipanen
122 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
yang akan dijadikan standar dalam menentukan waktu panen, seperti umur
tanaman, keadaan fisik berupa warna atau bentuk. Umur tanaman dapat
dihitung dari saat tanam, yaitu biji yang ditanam atau disemai.
Panen sebaiknya dilakukan pada saat tidak turun hujan dan berkabut. Bila
dipanen ketika daun masih basah, dapat menyebabkan daun rapuh, mudah
rusak, dan mudah terinfeksi. Panen dapat dilakukan pada waktu pagi, siang
atau sore. Namun waktu panen yang dianjurkan sebaiknya dilakukan pada sore
hari, karena sayuran yang akan dipasarkan, pada pagi hari sudah sampai pada
konsumen.
8.6.6 Pasca panen
Pasca panen tanaman sayuran tidak akan terlepas dari tindakan pra panen dan
panen. Kegiatan pasca panen mampu menekan kerusakan hasil semaksimal
mungkin. Beberapa tindakan pasca panen yang dianjurkan diantaranya dengan
mengumpulkan sayuran di tempat yang sejuk, mencuci sayuran dengan air
yang mengalir, dan pemilihan daun yang rusak. Pencucian sayuran bertujuan
untuk mencegah masuknya mikroba bakteri dan kotoran yang melekat,
melindungi konsumen dari bahaya residu, serta untuk lebih menarik minat
konsumen. Tindakan pembersihan yaitu dengan memotong bagian bagian
yang tidak berguna dan pencucian sayuran. Bagian sayuran yang busuk harus
dipotong atau dibuang supaya tidak mencemari sayuran yang lain.
Tindakan yang dilakukan setelah sayuran dicuci yaitu pengemasan.
Pengemasan yang dilakukan tidak hanya berfungsi untuk mempermudah
pengangkutan, tetapi juga untuk melindungi mutu sayuran serta menarik minat
konsumen untuk membelinya (Purnawati, Gitosaputro and Viantimala, 2015).
8.7 Jenis Sayuran Organik dan Pola
Tanam
Sayuran yang dapat dibudi dayakan secara organik meliputi kelompok sayuran
daun, sayuran buah, sayuran bunga, sayuran umbi dan sayuran batang.
Pengelompokan ini didasarkan pada bagian yang dikonsumsi. Berikut adalah
pengelompokan sayuran berdasarkan bagian yang dikonsumsi:
Bab 8 Bimbingan Teknik Budi daya Sayuran Organik Bebas Residu Pestisida 123
Tabel 8.2: Pengelompokan sayuran berdasarkan bagian yang dikonsumsi
(Afifi, 2007)
Bagian yang dikonsumsi Sayuran
Sayuran daun
bayam hijau, bayam merah, bawang daun, caisim, daun
Sayuran buah singkong, kangkung, kalian, kol, pakcoy, petsay, sawi
Sayuran bunga putih, selada keriting, selada head, seledri, dan spinach
Sayuran umbi
Sayuran batang baby corn, buncis, cabai, jagung manis, kacang merah,
kacang kapri, kecipir, labu parang, labu siap, mentimun,
paria, terong, tomat, dan zukini
brokoli dan kembang kol
bit merah, kentang, lobak, dan wortel
asparagus
Pola tanam sayuran organik dapat dilakukan secara monokultur dan tumpang
sari. Pola tanam sayuran organik secara monokultur adalah pada satu
hamparan terdapat satu jenis komoditas sayuran. Sedangkan pola tanaman
sayuran tumpang sari terdiri atas beberapa jenis komoditas sayuran dalam
suatu hamparan tertentu. Pola tanam sayuran organik secara tumpangsari
bertujuan agar penggunaan tiap bedengan lahan lebih efektif. Pola tanam
tumpang sari juga dilakukan untuk memutuskan siklus hama dan menghindari
terjadinya kompetisi hara.
Pola tanam sayuran organik secara tumpangsari disarankan harus memenuhi
beberapa syarat diantaranya jenis sayuran buah ditumpangsarikan dengan
sayuran berdaun, sayuran umbi-umbian ditumpangsarikan dengan sayuran
berdaun, tanaman sayuran berakar serabut ditumpangsarikan dengan tanaman
sayuran berakar tunggal, tanaman sayuran yang berumur panjang (satu
musim/tiga bulan) ditumpangsarikan dengan tanaman sayuran berumur
pendek (tiga minggu), dan tanaman yang tahan naungan ditumpangsarikan
dengan tanaman yang lebih tinggi.
Tabel 8.3: Pola Tanam Sayuran Organik (Tarigan, 2009)
Tanaman satu musim Tanaman sela Tanaman monokultur
Buncis Bayam merah Bayam hijau
Brokoli
Terong ungu Kailan Cabai keriting
Jagung manis Spinach Kacang merah
Bayam hijau Kangkung
Tomat Seledri Labu parang
Timun lokal Petsay Labu siam
Timun jepang Selada keriting Tomat
Kubis bunga Selada head Wortel
Kubis putih Pakcoy
Kapri
124 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
Cabai hijau Bawang daun
Cabai keriting Brokoli
Cabai rawit Caisin
Kacang merah Bit
8.8 Budi daya Sayuran Organik Dengan
Sistem Vertikultur
Vertikultur adalah cara budi daya tanaman yang dilakukan secara vertikal atau
bertingkat ke atas. Budi daya tanaman dengan sistem vertikultur
memungkinkan untuk melakukan kegiatan budi daya sayuran dengan
memanfaatkan tempat secara efisien. Dalam budi daya vertikultur ini, sayuran
ditanam dengan memanfaatkan ruang tumbuh ke atas, luasan lahan yang
digunakan tidak besar, sehingga cocok untuk diterapkan pada wilayah
perkotaan yang memiliki pekarangan terbatas.
Budi daya sayuran organik dengan sistem vertikultur tidak berbeda dengan
budi daya di lapangan, yang membedakannya hanyalah wadah tanam yang
digunakan. Pada sistem vertikultur wadah tanam yang digunakan berupa
barang bekas yang tidak dimanfaatkan lagi seperti kaleng bekas cat, ember
bocor, sisa pipa, sisa talang air dan sebagainya. Sistem budi daya sayuran
organik secara vertikultur dengan menggunakan metode (Sesanti et al., 2013)
sebagai berikut:
Pembuatan wadah tanam vertikultur menggunakan talang air, bahan dan alat
yang diperlukan:
1. Talang air
2. Tutup talang air
3. Pengait
4. Pupuk organik kompos
5. Tanah gembur
6. Sekam
7. Serutan atau gergaji kayu
8. Gergaji besi
9. Palu
10. Paku
Bab 8 Bimbingan Teknik Budi daya Sayuran Organik Bebas Residu Pestisida 125
11. Tang
12. Gunting
Cara membuat:
1. Diukur talang air sepanjang 1 m kemudian dipotong
2. Ditutup bagian ujung talang air yang telah dipotong dengan
menggunakan penutup (Gambar 8.5).
Gambar 8.5: Ujung Talang Air Diberi Tutup (Werdhany, 2012)
3. Bagian bawah talang dilubangi sebagai tempat air keluar (Gambar
8.6)
Gambar 8.6: Bagian Bawah Talang Dilubangi Untuk Mengeluarkan Air yang
Berlebih (Werdhany, 2012)
126 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
4. Pasang pengait pada tembok kemudian letakan talang air yang telah
dipotong pada tembok
5. Wadah tanam media vertikultur juga dapat disusun di rak besi secara
bertingkat
6. Wadah tanam media vertikultur siap diisi media tanam untuk budi
daya sayuran daun.
Pembuatan wadah tanam vertikultur dengan menggunakan pipa air, bahan dan
alat yang diperlukan:
1. Pipa air
2. Pot ukuran sedang
3. Tanah, kompos
4. Sekam
5. Serutan, atau gergaji
6. Gergaji besi
7. Kayu
8. Lampu spritus
9. Spidol
Cara membuat:
1. Diukur pipa air sepanjang 1 m kemudian dipotong.
2. Dibagi pipa air menjadi empat bagian secara vertikal lalu buat garis
dengan menggunakan spidol
3. Diukur 10 cm pada garis yang sudah dibuat pada pipa secara spiral
lalu tandai dengan menggunakan spidol (Gambar 8.6).
Bab 8 Bimbingan Teknik Budi daya Sayuran Organik Bebas Residu Pestisida 127
Gambar 8.7: Pipa dibagi menjadi empat bagian secara vertikal dan dibuat
garis secara spiral (Werdhany, 2012)
4. Gergaji pipa air pada tanda yang sudah dibuat, usahakan berkas
gergaji tidak lebih dari 5 cm.
5. Dipanaskan bagian bawah hasil gergaji, kemudian ungkit lubang
bekas gergaji ke arah luar dengan menggunakan kayu sehingga
terbentuk lubang.
6. Wadah tanam media vertikultur siap diisi media tanam untuk budi
daya sayuran daun (Gambar 8.7).
Gambar 8.8: Media vertikultur pipa air siap digunakan untuk budi daya
sayuran organik (Werdhany, 2012)
128 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
Bab 9
Pemberdayaan Lahan
Pekarangan Untuk Budi daya
Sayur Berorientasi Organik
9.1 Pendahuluan
Lahan pekarangan merupakan salah satu salah satu cara alternatif demi
mewujudkan ketersediaan pangan, ketahanan serta kemandirian pangan dalam
rumah tangga. Alternatif tersebut adalah teknik agroekosistem yang baik
dalam mencukupi kebutuhan hidup petani atau pemiliknya, memiliki potensi
yang tidak kecil, bahkan dapat bermanfaat jauh lebih besar bagi kesejahteraan
masyarakat sekitar dan pemenuhan kebutuhan pasar, sehingga dapat
meningkatkan penghasilan petani atau kesejahteraan masyarakat dalam
pemenuhan kebutuhan gizi (Jayaputra, Nurrachman, Santoso, dan Jaya, 2020).
Lahan pekarangan adalah lahan terbuka yang berada di sekitar rumah tinggal
memberikan lingkungan yang menarik dan nyaman serta sehat. Penghuni akan
betah tinggal dirumah, jika di sekitar rumah dipelihara dengan baik dan dapat
dimanfaatkan sesuai dengan keinginan seperti menanam tanaman yang
130 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
produktif yaitu tanaman obat-obatan dan tanaman hortikultura (sayuran dan
buah-buahan). Pemanfaatan tanaman produktif di pekarangan memberikan
keuntungan dan kepuasan jasmani serta rohani. Pemanfaatan lahan pekarangan
yang secara optimal dapat terjadi peningkatan kualitas, nilai dan
keanekaragaman hayati sehingga tercipta pengelolaan sumberdaya alam lokal
yang intensif dan ekstensif (Iskandar dan Indriyani, 2018; Hamzah dan Lestari,
2016). Pemanfaatan lahan pekarangan rumah ini memberikan manfaat dari
segi ekonomi, lingkungan (sesuai dengan pemilihan komoditas). Pemanfaatan
lahan pekarangan dapat memberikan manfaat dari segi tambahan penghasilan
untuk keluarga yang ramah lingkungan dan dapat mendukung ketahanan
pangan nasional, yaitu produk pertanian organik (Iskandar dan Indriyani, 2018;
Hamzah dan Lestari, 2016).
Aset penting bagi perkembangan budi daya usahatani yaitu dilakukan usaha
untuk mendukung pemenuhan pangan dan gizi keluarga pada skala rumah
tangga. Kegiatan tersebut dilakukan demi tercapainya penyediaan pangan
bergizi untuk tanaman sayuran (Iskandar dan Indriyani, 2018). Untuk
pemenuhan kebutuhan pangan keluarga dilakukan kegiatan pemanfaatan lahan
pekarangan yang belum optimal. Salah satu kegiatan yang dilakukan yaitu
model Kawasan Rumah Pangan Lestari oleh Badan Litbang Pertanian (m-
KRPL). Kegiatan ini dilakukan dalam upaya untuk memanfaatkan potensi
lahan, kesejahteraan keluarga melalui gerakan optimalisasi pemanfaatan lahan
pekarangan (Tando, 2018).
Pemanfaatan potensi sumberdaya lahan pekarangan di sekitar rumah
merupakan upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan pokok
tentang ketahanan pangan. Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya
masalah kerawanan pangan yaitu bencana alam dan bencana sosial dilakukan
pemanfaatan lahan pekarangan tersebut (Ashari, Saptana dan Purwantini,
2012). Pemanfaatan lahan pekarangan seperti pada tanaman hortikultura,
pangan, TOGA (Tanaman Obat Keluarga), peternakan, perikanan, dan
kegiatan lainnya yang bisa menjadi peluang untuk memenuhi kebutuhan
keluarga. Kegiatan tersebut masih belum optimal karena terkendalanya
beberapa inovasi dan pemanfaatan lahan pekarangan yang belum mencapai
target (Ashari, Saptana dan Purwantini, 2012).
Bab 9 Pemberdayaan Lahan Pekarangan 131
9.2 Pertanian Organik
Pertanian organik merupakan salah satu upaya pertanian berkelanjutan dalam
kegiatan yang ramah lingkungan untuk memberikan manfaat dan keuntungan
yang maksimal. Upaya tersebut dapat meningkatkan produksi sayuran organik.
Tujuan dilakukan penerapan teknologi budi daya sayuran organik adalah
penggunaan bahan kimia berkurang karena BO (bahan organik) tersebut
sangat penting bagi hara tanaman yang berperan dalam menyusun dan
memperbaiki struktur tanah dan tekstur tanah (Tando, 2018). Ilmu tentang
pertanian organik merupakan kegiatan budi daya bercocok tanam sudah lama
dikenal karena menggunakan bahan alami dan dilakukan secara tradisional.
Pertanian organik modern diartikan sebagai sistem bercocok tanam budi daya
pertanian yang menggunakan bahan alami tanpa bahan kimia sintesis.
Kegiatan tersebut dikelola berdasarkan prinsip kesehatan, ekologi, keadilan
dan perlindungan (Mayrowani, 2012).
Menurut Badan Standarisasi Nasional (2002), Organik diartikan suatu produk
yang telah disertifikasi oleh lembaga resmi dan diproduksi sesuai dengan
standar produksi organik. Pertanian organik yaitu daur ulang secara hayati
yang dilakukan berdasarkan suatu sistem produksi pertanian, yaitu kegiatan
berupa bercocok tanam yang ramah lingkungan untuk mengurangi dampak
yang dapat ditimbulkan bagi lingkungan sekitar (Khorniawati, 2014). Ciri
umum dari kegiatan pertanian organik yaitu menggunakan varietas lokal,
pestisida organik, dan pupuk. Demi terciptanya kegiatan lingkungan yang
lestari, kegiatan praktek dari pertanian organik tidak menjamin produknya
bebas dari residu karena masih ada polusi dari lingkungan (udara, tanah dan
air). Tujuan dari pertanian organik adalah untuk menjaga produktivitas
kehidupan di tanah, tumbuhan, hewan dan manusia serta mengoptimalkan
kesehatan (Khorniawati, 2014).
Menurut (Khorniawati, 2014), menyatakan bahwa Prinsip-prinsip Pertanian
Organik, yaitu:
1. Prinsip ekologi, Prinsip ekologi ini didasarkan pada proses dan daur
ulang ekologis yang bersifat universal dan pengoperasiannya bersifat
spesifik-lokal.
2. Prinsip perlindungan, pengelolaan pertanian organik harus secara
hati-hati karena untuk melindungi kesejahteraan generasi sekarang
132 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
dan yang akan datang, melindungi dari kesehatan serta lingkungan
hidup.
3. Prinsip kesehatan, harus meningkatkan kesehatan tanah, tanaman,
hewan dan manusia.
4. Prinsip keadilan, membangun hubungan yang menjamin keadilan
terkait dengan kesempatan hidup bersama dan lingkungan
Indonesia dikenal dengan sebutan “Negara Agraris” karena Indonesia
memiliki luas lahan yang dapat dimanfaatkan sehingga Indonesia dapat
memproduksi dan mengembangkan produk pangan organik lokal.
Perkembangan luas area pertanian organik di Indonesia pada tahun 2007-2011
diperlihatkan pada Gambar 2.1. Luas area pertanian organik di Indonesia di
tahun 2007 yaitu 40.970 ha, dan mengalami peningkatan tajam tahun 2008
yaitu 208. 535 ha, kemudian luas area pertanian organik mengalami sedikit
peningkatan di tahun 2009 yaitu 214.985 ha dan pada tahun 2010 luasnya
menjadi 238.872 ha. Luas area pertanian organik di Indonesia mengalami
penurunan pada tahun 2011 menjadi 225.063 ha. Hal tersebut terjadi karena
tingkah laku dari pelaku tani yang tidak melakukan kegiatan sertifikasi produk
(Khorniawati, 2014).
Gambar 9.1: Perkembangan Luas Area Pertanian Organik di Indonesia pada
Tahun 2007-2011 (Khorniawati, 2014)
Perkembangan pertanian organik di dunia juga berkembang dengan cepat,
namun persentase luas lahan pertanian organik dunia terhadap dari total luas
lahan pertanian masih rendah yaitu 0.9% dilihat pada Tabel 11.2
Bab 9 Pemberdayaan Lahan Pekarangan 133
Tabel 9.1: Persentase Luas Lahan Pertanian Organik terhadap Total Lahan
Organik Dunia (Khorniawati, 2014)
Wilayah Luas Pertanian (ha) Lahan Pertanian Organik (%)
Uni Eropa 8.346.372 4.7
Oceania 12.152.108 2.8
9.259.934 1.9
Eropa 8.558.910 1.4
Amerika Latin 2.652.624 0.7
Amerika Utara 3.581.918 0.3
1.026.632 0.1
Asia 37.232.127 0.9
Afrika
Total
9.3 Budi daya Tanaman Sayur
Budaya untuk kembali ke alam (back to nature) menyebabkan meningkatnya
kesadaran masyarakat akan bahaya mengkonsumsi sayuran yang mengandung
bahan kimia dan pola hidup sehat yang menggunakan sayuran yang ditanam
skala rumah tangga karena aman dikonsumsi, kandungan nutrisi yang tinggi
serta ramah lingkungan (Widyawati, dan Rizal, 2015).
9.3.1 Budi daya Tanaman Sayuran Skala Rumah Tangga
Budi daya tanaman sayuran skala rumah tangga dilakukan dengan
memanfaatkan kondisi pekarangan yang tersisa. Budi daya tanaman sayuran
skala rumah tangga dilakukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Masyarakat atau petani dengan pekarangan luas menanam tanaman sayuran
dengan ditanam langsung dalam bedengan maupun guludan. Pada kondisi
lahan yang sempit diterapkan memanfaatkan polybag atau pot untuk menanam
berbagai jenis sayuran (Widyawati, dan Rizal, 2015).
Teknik budi daya tanaman sayuran skala rumah tangga dilakukan masyarakat
memanfaatkan benih yang ada di sekitar rumah untuk dikembangkan di kebun
atau pekarangan. Pola tanam yang tepat memberikan pendapatan maksimal
dan pola tanam tertentu sesuai dengan keadaan lingkungan fisik, sosial dan
ekonominya (Widyawati, dan Rizal, 2015).
134 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
9.3.2 Budi daya Tanaman Sayuran di Pekarangan Luas
Tahap dalam budi daya tanaman dimulai dari persiapan lahan, pembenihan,
atau pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan panen:
1. Persiapan dan pengolahan lahan
Persiapan yang dilakukan pada tahap pertama yaitu melakukan
pengolahan tanah tahap pertama dengan membabat rumput atau
gulma. Setelah itu menggali atau membongkar tanah dengan cangkul
sehingga menjadi bongkahan partikel kecil. Penanaman sayuran
dilakukan di bedengan. Jarak tanam disesuaikan dengan kebutuhan
dari tanaman atau disesuaikan dengan jarak tanam, tingkat kesuburan
tanah, dan jenis tanaman obat yang akan ditanam (Widyawati, dan
Rizal, 2015).
2. Persiapan bibit
Perbanyakan tanaman sayuran dilakukan dengan beberapa cara yaitu
dengan cara generatif yaitu menggunakan benih atau biji tanaman.
Tempat persemaian diberi naungan agar terlindungi dari panas
matahari yang menyengat dan hujan deras menyebabkan benih
menjadi mati sia-sia. Media pada tahap persemaian yaitu pupuk
kandang, pasir, dan campuran tanah. Semua media dimasukkan ke
dalam polibag. Kemudian benih ditanam secara teratur yaitu satu
lubang semai diisi dengan satu buah benih atau biji tanaman. Benih
tersebut dipelihara dengan melakukan penyiraman yang disesuaikan
dengan kondisi lingkungan, setelah bibit memiliki 2-4 daun dapat
dipindahkan ke lubang tanam (Widyawati, dan Rizal, 2015).
3. Penanaman
Sebelum penanaman, sebaiknya bibit dicelupkan ke dalam larutan air
kelapa untuk perlakuan benih agar menekan patogen penyebab
penyakit yang mungkin terbawa bibit yang akan berkembang di
lapangan. Bibit tersebut ditanam pada lubang tanaman pada lubang
tanam yang telah disediakan dan ditutup dengan tanah halus. Tanah
disekitar pangkal batang dipadatkan dengan cara ditekan agar media
semai dan media benar-benar menyatu (Widyawati, dan Rizal, 2015).
Bab 9 Pemberdayaan Lahan Pekarangan 135
4. Pemupukan
Pemberian pupuk dilakukan pada pagi hari atau sore hari sampai
matahari mulai terbenam. Pupuk yang digunakan yaitu dari bahan
organik seperti pupuk bokashi, pupuk kompos, dan pupuk kandang
(Widyawati, dan Rizal, 2015).
5. Penyiangan
Tahap selanjutnya yaitu penyiangan untuk mengendalikan gulma dan
tanaman pengganggu. Penyiangan dilakukan pada masa sepertiga
sampai setengah dari umur tanaman. Pengendalian gulma dilakukan
secara kultur dengan pengaturan jarak tanam dan secara mekanis
dengan melakukan pembabatan serta secara kimia menggunakan
herbisida (Widyawati, dan Rizal, 2015).
6. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan untuk mendekatkan unsur hara di sekitar
tanaman dan memperkokoh tanaman agar tidak mudah rebah,
menutupi bagian tanaman di dalam tanah. Tahap pembumbunan
dilakukan sesuai dengan tingkat erosi tanah di bawah tanaman.
Penyiraman dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman obat
dilakukan penyiraman dengan gembor, selang atau alat lain untuk
lahan pada skala luas (Widyawati, dan Rizal, 2015).
7. Pengendalian hama penyakit
Pemberian pestisida alami dibuat dengan cara ekstrak tanaman seperti
daun sirsak, sereh, lengkuas, daun brotowali, biji mimba, daun
tembakau, daun sirih, daun brotowali. Pengendali penyakit dilakukan
dengan cara memusnahkan tanaman terserang sehingga tidak
menulari tanaman lainnya. Untuk penyakit virus yang
penyerbukannya diperantarai serangga seperti kutu pucuk, kutu daun,
maka pengendalian dilakukan dengan cara menghalangi serangga
vektor melalui aplikasi pestisida alami (Widyawati, dan Rizal, 2015).
8. Panen
Pemanenan dilakukan dengan cara sistem cabut akar (sawi, selada,
kangkung, seledri, bawang daun, bayam. Pemanenan sayuran
dilakukan secara bertahap sesuai dengan fase pematangan buah dan
136 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
sebaiknya menggunakan gunting atau pisau tajam kecuali cabai dapat
dipanen dengan cara menarik buah berlawanan arah dengan arah
buah (Widyawati, dan Rizal, 2015).
9.3.3 Budi daya Tanaman Sayuran di Pekarangan Sempit
Budi daya tanaman sayuran pada lahan sempit dilakukan dengan cara
menggunakan media pot maupun polybag. Teknik budi daya yang biasa
diterapkan oleh masyarakat menggunakan media tanah dengan campuran
bahan organik yaitu bokashi, serbuk gergaji, pupuk kompos, kotoran ternak,
dan lain-lain (Widyawati, dan Rizal, 2015)
1. Persiapan media tanam
Media tanah yang digunakan adalah tanah yang subur, tanah yang
baik. Tanah yang subur dan baik dilihat dari tekstur tanah yang
gembur dan komposisinya seimbang antara tanah liat, pasir, remah
serta memiliki kandungan unsur hara. Selain itu dibutuhkan media
lain yaitu media pasir dan pupuk (Widyawati, dan Rizal, 2015).
2. Penanaman
Bibit tanaman yang sudah tumbuh dengan tinggi sekitar 10 cm
dimasukkan ke dalam polibag, pot maupun karung bekas yang sudah
berisi tanah dengan campuran pupuk kandang. Benih atau bibit
tanaman sayuran dimasukkan ke dalam polibag pada lubang tanam
lalu ditutup menggunakan media tanah kemudian dipadatkan. Setelah
proses penanaman, media tanah disiram menggunakan air agar media
tanam dapat disiram menggunakan air agar media tanam dapat
menyerap air sehingga bibit bisa lebih cepat tumbuh. Setelah
ditanam, sebaiknya disimpan pada tempat naungan sampai tanaman
dapat beradaptasi dengan lingkungan (Widyawati, dan Rizal, 2015).
3. Pemeliharaan
Tanaman sayuran yang sudah ditanam dalam pot, polybag maupun
karung beras dipelihara dan dijaga ketersediaan airnya dengan
penyiraman yang teratur agar dapat tumbuh dengan baik. Dan untuk
mempertahankan unsur hara dilakukan pemupukan secara teratur 3-4
kali sampai panen, penyiangan untuk mengendalikan gulma dengan