Pengantar Ilmu Pendidikan - 141 kewajiban. Semoga Indonesia tetap jaya dan berkembang. Suatu saat kita ingin melihat rangking IQ negara Indonesia yang sangat majemuk, sangat luas, banyak negarawan berada minimal dalam 5 besar negara di Asia Tenggara. InsyaAllah
142 - Pengantar Ilmu Pendidikan endidikan adalah fondasi penting dalam pembentukan individu, masyarakat, dan peradaban. Melalui pendidikan, pengetahuan dan nilai-nilai diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Namun, untuk memahami pendidikan secara komprehensif, penting untuk mengidentifikasi dan menganalisis aspek-aspek pokok yang terlibat dalam proses pendidikan. Aspek-aspek ini membentuk kerangka kerja yang kompleks di mana pendidikan beroperasi. (Lasmono, 2020). Aspek-aspek pokok dalam pendidikan mencakup berbagai elemen yang melibatkan guru, siswa, kurikulum, metode pengajaran, serta aspek lain yang secara bersama-sama memengaruhi hasil pendidikan. Dalam tulisan ini, kami akan menjelajahi berbagai aspek penting dalam pendidikan, dari P 11 Aspek-aspek Utama dalam Pendidikan
Pengantar Ilmu Pendidikan - 143 kurikulum hingga etika, dan bagaimana pengertian dan pengelolaan aspek-aspek ini dapat mengarah pada peningkatan kualitas pendidikan. Penting untuk mengingat bahwa pendidikan bukan hanya tentang menyampaikan informasi, tetapi juga tentang membentuk karakter, mempromosikan inklusi, dan menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan holistik siswa. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang aspek-aspek pendidikan ini memiliki dampak yang signifikan pada proses pendidikan yang efektif dan berkelanjutan. Dalam tulisan ini, kita akan menggali setiap aspek penting dalam pendidikan, memberikan wawasan tentang peran dan relevansinya, dan membantu kita lebih memahami kompleksitas pendidikan sebagai sebuah entitas yang terus berkembang. Dengan memahami aspek-aspek utama dalam pendidikan, kita dapat lebih baik mengidentifikasi tantangan dan peluang dalam perbaikan sistem pendidikan, sehingga setiap individu memiliki akses ke pendidikan berkualitas dan berkelanjutan, yang pada gilirannya akan berkontribusi pada perkembangan positif masyarakat dan dunia pada umumnya. (Mahmudah & Putra, 2021). A. Kurikulum Kurikulum adalah istilah yang merujuk pada rencana pembelajaran atau program pendidikan yang digunakan dalam pengaturan sistem pendidikan, baik di sekolah, perguruan tinggi, maupun dalam berbagai konteks pembelajaran formal maupun nonformal. Ini mencakup berbagai unsur seperti materi pembelajaran, metode pengajaran, tujuan pendidikan, dan cara mengevaluasi hasil
144 - Pengantar Ilmu Pendidikan pembelajaran. Secara lebih khusus, definisi kurikulum mencakup: 1. Materi Pembelajaran: Ini mencakup bahan ajar, topik, konsep, dan informasi yang akan diajarkan kepada siswa. Materi pembelajaran dapat mencakup mata pelajaran seperti matematika, ilmu pengetahuan, bahasa, seni, dan sebagainya. 2. Metode Pengajaran: Ini merujuk pada cara guru atau instruktur menyampaikan materi kepada siswa. Metode pengajaran bisa melibatkan ceramah, diskusi, proyek, eksperimen, atau penggunaan teknologi. 3. Tujuan Pendidikan: Kurikulum juga menggambarkan tujuan yang ingin dicapai melalui pendidikan. Ini bisa berupa peningkatan pengetahuan, pengembangan keterampilan, pemahaman nilai-nilai, atau persiapan untuk karir. 4. Pemilihan dan Pengorganisasian Materi: Kurikulum menentukan bagaimana materi diajarkan dan diatur. Ini termasuk pemilihan buku teks, perangkat pembelajaran, serta pengorganisiran materi dalam urutan yang logis. 5. Evaluasi Pembelajaran: Kurikulum mencakup metode penilaian untuk mengukur sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pendidikan. Ini bisa mencakup penggunaan tes, proyek, tugas, atau penilaian berbasis kinerja. Pengembangan kurikulum adalah proses yang kompleks yang memerlukan perencanaan yang cermat dan pemikiran
Pengantar Ilmu Pendidikan - 145 mendalam tentang apa yang harus diajarkan dan bagaimana cara terbaik untuk mengajar materi tersebut. Tujuan utama dari sebuah kurikulum adalah untuk memberikan arah dan struktur bagi pengajaran, sehingga siswa dapat mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Kurikulum juga bisa bervariasi antara satu institusi pendidikan dengan institusi lainnya dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan spesifik dari pendidikan tersebut. B. Tujuan Kurikulum Tujuan dan peran kurikulum dalam pendidikan sangat penting karena mereka memberikan arah, struktur, dan tujuan pembelajaran. Mari kita bahas lebih lanjut tujuan dan peran kurikulum dalam konteks pendidikan: (Mahmudah & Putra, 2021) 1. Mengarahkan Pembelajaran: Salah satu tujuan utama kurikulum adalah memberikan arah kepada pengajaran dan pembelajaran. Ini membantu guru, siswa, dan orang tua memahami apa yang harus dipelajari dan dicapai. 2. Mengembangkan Pengetahuan dan Keterampilan: Kurikulum merancang pengalaman pembelajaran untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam berbagai mata pelajaran. Tujuannya adalah membantu siswa mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang topik tertentu. 3. Mempersiapkan Siswa untuk Masa Depan: Kurikulum harus mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan masa depan, baik dalam karir maupun dalam
146 - Pengantar Ilmu Pendidikan kehidupan sehari-hari. Ini mencakup pengembangan keterampilan yang relevan dan pemahaman yang dapat diaplikasikan. 4. Mengintegrasikan Nilai dan Etika: Kurikulum juga berperan dalam mengintegrasikan nilai-nilai, etika, dan norma sosial dalam pendidikan. Ini membantu membentuk karakter siswa dan mempromosikan perilaku yang positif. 5. Mendorong Kreativitas dan Inovasi: Kurikulum yang baik mendorong siswa untuk berpikir kreatif, memecahkan masalah, dan berinovasi. Ini penting untuk pengembangan kemampuan kritis dan kreatif siswa. 6. Mengukur Hasil Pendidikan: Tujuan kurikulum juga mencakup pengukuran hasil pembelajaran. Ini memungkinkan pendidik untuk mengevaluasi sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pendidikan dan menyesuaikan pengajaran sesuai kebutuhan. C. Peran Kurikulum: 1. Pemandu Pembelajaran: Kurikulum berperan sebagai panduan bagi guru dalam menyusun rencana pengajaran dan mengatur materi pembelajaran. 2. Standar Kualitas: Kurikulum menetapkan standar kualitas pendidikan. Ini memberikan landasan untuk mengevaluasi dan memperbaiki mutu pendidikan.
Pengantar Ilmu Pendidikan - 147 3. Mengintegrasikan Mata Pelajaran: Kurikulum membantu mengintegrasikan berbagai mata pelajaran sehingga siswa dapat melihat keterkaitan antara topik-topik yang diajarkan. 4. Kustomisasi dan Fleksibilitas: Kurikulum bisa disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan lingkungan pendidikan tertentu. Ini memungkinkan pengembangan kurikulum yang sesuai dengan keberagaman siswa. 5. Pengembangan Karir Guru: Kurikulum juga dapat berperan dalam pengembangan karir guru. Mereka perlu memahami dan mengajar kurikulum dengan baik. 6. Evaluasi dan Penilaian: Kurikulum membantu menentukan cara siswa akan dinilai dan diukur dalam mencapai tujuan pendidikan. Ini berkaitan dengan metode penilaian dan evaluasi. Kurikulum adalah instrumen kunci dalam pendidikan yang menghubungkan pengajaran dan pembelajaran dengan hasil yang diinginkan. Ini membantu menciptakan pengalaman pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan siswa serta tuntutan masyarakat dan masa depan. D. Jenis-Jenis Kurikulum Ada beberapa jenis kurikulum yang digunakan dalam sistem pendidikan, dan setiap jenis memiliki pendekatan yang berbeda terhadap penyusunan, pengembangan, dan penyampaian materi pendidikan. Beberapa jenis kurikulum yang umum digunakan meliputi:
148 - Pengantar Ilmu Pendidikan 1. Kurikulum Berbasis Mata Pelajaran (Subject-Centered Curriculum): Kurikulum ini terfokus pada mata pelajaran atau disiplin ilmu tertentu seperti matematika, ilmu pengetahuan, bahasa, dan sebagainya. Materi pembelajaran diorganisasi berdasarkan mata pelajaran, dan siswa mempelajari topik-topik dalam mata pelajaran yang berbeda secara terpisah. Ini adalah pendekatan yang tradisional dalam pengajaran dan masih banyak digunakan di berbagai sistem pendidikan. 2. Kurikulum Berbasis Proyek (Project-Based Curriculum): Kurikulum ini menekankan pembelajaran melalui proyek atau tugas berbasis masalah. Siswa diberi proyekproyek yang memerlukan pemecahan masalah, penelitian, dan kolaborasi. Ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, kreativitas, dan aplikasi praktis pengetahuan. 3. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Competency-Based Curriculum): Kurikulum ini berfokus pada pengembangan kompetensi dan keterampilan tertentu. Siswa diharapkan untuk mencapai standar kompetensi tertentu sebelum naik ke tingkat berikutnya. Ini memungkinkan siswa untuk maju berdasarkan kemampuan mereka, bukan hanya melalui waktu yang dihabiskan di kelas. 4. Kurikulum Berbasis Tema (Theme-Based Curriculum): Kurikulum ini mengorganisasi pembelajaran berdasarkan tema atau topik tertentu yang luas. Siswa mempelajari berbagai mata pelajaran dalam konteks
Pengantar Ilmu Pendidikan - 149 tema tertentu, seperti "Lingkungan" atau "Masa Depan." Ini mempromosikan pengintegrasian dan pemahaman menyeluruh. 5. Kurikulum Berbasis Masalah (Problem-Based Curriculum): Kurikulum ini menekankan pembelajaran melalui pemecahan masalah. Siswa diberikan masalah yang memerlukan pemecahan, penelitian, dan analisis. Ini mendorong pemikiran kritis dan keterampilan penyelesaian masalah. 6. Kurikulum Berbasis Hidup (Life Skills-Based Curriculum): Kurikulum ini mencakup pengembangan keterampilan yang berkaitan dengan kehidupan seharihari, seperti keterampilan sosial, finansial, atau keterampilan untuk menghadapi tantangan kehidupan. Ini bertujuan untuk membekali siswa dengan keterampilan praktis yang diperlukan untuk sukses dalam kehidupan. 7. Kurikulum Berbasis Hasil (Outcome-Based Curriculum): Kurikulum ini berfokus pada hasil pembelajaran yang diinginkan. Standar hasil spesifik ditetapkan, dan pengajaran disusun untuk mencapai hasil ini. Penilaian berfokus pada sejauh mana siswa mencapai hasil tersebut. 8. Kurikulum Tersembunyi (Hidden Curriculum): Ini mencakup nilai-nilai, norma sosial, dan aspek budaya yang tidak diajarkan secara eksplisit dalam
150 - Pengantar Ilmu Pendidikan kurikulum, tetapi siswa belajar melalui pengalaman di lingkungan sekolah. Ini mencakup aspek sosialisasi dan pembentukan karakter siswa. Pendekatan kurikulum dapat berbeda antara negara, lembaga pendidikan, dan bahkan tingkat pendidikan. Seringkali, kombinasi dari beberapa jenis kurikulum digunakan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan yang beragam. E. Proses Perancangan Kurikulum Proses perancangan kurikulum adalah langkah-langkah sistematis yang digunakan untuk merancang, mengembangkan, dan mengevaluasi rencana pembelajaran yang efektif. Proses ini melibatkan berbagai tahapan yang mempertimbangkan tujuan pendidikan, kebutuhan siswa, metode pengajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. Berikut adalah langkah-langkah dalam proses perancangan kurikulum: (Maemonah Maemonah, 2012) 1. Identifikasi Tujuan Pendidikan: Tahap awal dalam perancangan kurikulum adalah mengidentifikasi tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Tujuan ini harus jelas, spesifik, dan relevan dengan kebutuhan siswa dan masyarakat. 2. Analisis Kebutuhan: Identifikasi kebutuhan siswa adalah langkah penting dalam perancangan kurikulum. Ini melibatkan pengumpulan informasi tentang siswa, seperti tingkat pengetahuan, keterampilan, minat, dan kebutuhan khusus.
Pengantar Ilmu Pendidikan - 151 3. Pemilihan dan Penentuan Isi Kurikulum: Setelah tujuan dan kebutuhan siswa ditentukan, materi pembelajaran harus dipilih. Ini melibatkan pemilihan topik, konsep, dan informasi yang akan diajarkan kepada siswa. 4. Pengembangan Kurikulum: Setelah pemilihan materi, kurikulum harus dikembangkan dengan merinci materi pembelajaran, menentukan urutan pengajaran, mengidentifikasi metode pengajaran yang akan digunakan, dan merencanakan penilaian. 5. Pengorganisasian Materi: Materi pembelajaran harus diatur secara logis dan sesuai dengan rencana pembelajaran. Pengorganisasian ini dapat mencakup pengelompokan materi ke dalam unit-unit atau pelajaran-pelajaran. 6. Penyusunan Metode Pengajaran: Metode pengajaran harus dipilih berdasarkan tujuan pembelajaran, materi, dan kebutuhan siswa. Guru perlu mempertimbangkan berbagai metode seperti ceramah, diskusi, proyek, atau praktik langsung. 7. Penilaian dan Evaluasi: Dalam proses perancangan kurikulum, metode penilaian dan evaluasi harus dipertimbangkan. Ini mencakup pengembangan instrumen penilaian seperti tes, tugas, dan rubrik yang sesuai dengan tujuan dan materi pembelajaran.
152 - Pengantar Ilmu Pendidikan 8. Pengembangan Rencana Pelaksanaan (Lesson Plans): Guru perlu mengembangkan rencana pelaksanaan yang merinci bagaimana materi akan diajarkan dalam setiap pelajaran. Ini mencakup waktu yang akan dihabiskan, sumber daya yang diperlukan, dan langkahlangkah pengajaran. 9. Pengujian dan Revisi: Setelah kurikulum diimplementasikan, evaluasi berkelanjutan diperlukan untuk memastikan efektivitasnya. Dalam proses ini, kurikulum dapat direvisi berdasarkan umpan balik dari siswa dan pengajar. 10.Implementasi Kurikulum: Kurikulum kemudian diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan. Ini melibatkan pengajaran siswa sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. 11.Evaluasi Hasil Pembelajaran: Hasil pembelajaran diukur dan dievaluasi sesuai dengan instrumen penilaian yang telah ditentukan. Ini memungkinkan pemantauan pencapaian tujuan pendidikan. Proses perancangan kurikulum adalah langkah penting dalam menghasilkan pengalaman pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan tujuan pendidikan. Dengan mengikuti langkah-langkah ini, lembaga pendidikan dapat mengembangkan kurikulum yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan siswa.
Pengantar Ilmu Pendidikan - 153 Proses ini juga terus berlanjut dengan perbaikan dan pengembangan berkelanjutan. 12.Metode Pengajaran Metode pengajaran adalah pendekatan atau strategi yang digunakan oleh seorang guru atau instruktur untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan, atau nilai kepada siswa atau peserta didik. Metode ini mencakup langkah-langkah dan teknik yang diterapkan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Definisi metode pengajaran seringkali melibatkan penggunaan berbagai pendekatan, teknik, alat, dan strategi untuk membuat materi pembelajaran menjadi lebih mudah dipahami, menarik, dan efektif bagi siswa. Tujuan dari metode pengajaran adalah untuk memfasilitasi proses belajar siswa dan membantu mereka mencapai pemahaman yang baik tentang materi yang diajarkan. (Samio, 2018). 13.Pentingnya Metode Pengajaran yang Efektif Pentingnya metode pengajaran yang efektif sangat besar dalam dunia pendidikan. Metode pengajaran yang baik dapat memiliki dampak positif yang signifikan pada proses pembelajaran dan perkembangan siswa. Berikut adalah beberapa alasan mengapa metode pengajaran yang efektif sangat penting: 14.Meningkatkan Pemahaman Siswa: Metode pengajaran yang efektif dapat membantu siswa memahami materi pelajaran dengan lebih baik. Ini membantu dalam pengenalan konsep-konsep yang sulit,
154 - Pengantar Ilmu Pendidikan membangun dasar pengetahuan yang kuat, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis. 15.Mengoptimalkan Motivasi Siswa: Metode pengajaran yang menarik dan berinteraksi dapat meningkatkan motivasi siswa. Siswa cenderung lebih terlibat dalam proses pembelajaran ketika mereka merasa tertarik dan relevansi materi dengan kehidupan mereka. 16.Meningkatkan Retensi Informasi: Metode pengajaran yang memanfaatkan prinsipprinsip psikologi pembelajaran, seperti pengulangan dan asosiasi, dapat membantu siswa untuk lebih baik mengingat informasi yang dipelajari. 17.Mengakomodasi Gaya Belajar Beragam: Siswa memiliki gaya belajar yang beragam. Metode pengajaran yang efektif dapat dirancang untuk mengakomodasi berbagai gaya belajar, termasuk visual, auditori, kinestetik, dan sebagainya. 18.Mendorong Kemampuan Berpikir Kritis: Metode pengajaran yang melibatkan siswa dalam pemecahan masalah, analisis, dan evaluasi mendorong perkembangan kemampuan berpikir kritis dan analitis. 19.Memfasilitasi Pembelajaran Kolaboratif: Beberapa metode pengajaran mendorong kolaborasi dan komunikasi antara siswa. Ini membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial dan kemampuan bekerja dalam tim.
Pengantar Ilmu Pendidikan - 155 20.Meningkatkan Retensi Jangka Panjang: Dengan menggunakan metode pengajaran yang mendalam, siswa cenderung lebih baik mengingat dan memahami materi pelajaran dalam jangka panjang, bukan hanya untuk tes sementara. 21.Membantu Guru dalam Menilai Kemajuan Siswa: Metode pengajaran yang efektif membantu guru dalam mengukur kemajuan siswa dan menilai apakah tujuan pembelajaran telah tercapai. 22.Meningkatkan Keterlibatan Orang Tua dan Keluarga: Dengan metode pengajaran yang efektif, siswa lebih mungkin untuk berbicara tentang pembelajaran mereka dengan orang tua dan keluarga, menciptakan dukungan yang lebih besar untuk proses pembelajaran. 23.Pembentukan Perspektif dan Nilai: Metode pengajaran yang baik dapat membantu siswa mengembangkan pemahaman yang lebih luas tentang dunia, mendorong toleransi, inklusivitas, dan pengembangan nilai-nilai positif. Pemilihan dan penggunaan metode pengajaran yang efektif adalah kunci kesuksesan dalam dunia pendidikan. Guru yang memahami berbagai metode pengajaran dan mampu menyesuaikan pendekatan mereka dengan kebutuhan siswa dapat mencapai hasil pembelajaran yang lebih baik dan membantu siswa meraih potensi mereka secara maksimal.
156 - Pengantar Ilmu Pendidikan 24.Berbagai Metode Pengajaran Berikut adalah beberapa berbagai metode pengajaran yang dapat digunakan dalam pendidikan: a. Metode Ceramah: Guru menyampaikan informasi secara lisan kepada siswa. Ini adalah metode pengajaran yang paling tradisional dan biasanya digunakan untuk menyampaikan informasi dasar.. Diskusi: Siswa berpartisipasi dalam percakapan kelompok untuk memahami, menganalisis, dan mendiskusikan materi pelajaran. Ini dapat mempromosikan pemikiran kritis dan berbagi berbagai sudut pandang. b. Pembelajaran Berbasis Proyek: Siswa mengerjakan proyek yang melibatkan penelitian, perencanaan, dan implementasi. Ini membantu siswa mengembangkan keterampilan praktis dan aplikasi pengetahuan. c. Pembelajaran Berbasis Masalah: Siswa diberikan masalah yang harus mereka selesaikan dengan menggunakan pengetahuan yang mereka miliki. d. Pembelajaran Kooperatif: Siswa bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas atau proyek bersama, mempromosikan kerja sama dan keterampilan sosial. e. Pembelajaran Mandiri: Siswa bertanggung jawab untuk mengelola pembelajaran mereka sendiri dengan sedikit bimbingan guru. f. Pembelajaran Berbasis Kasus: Siswa mempelajari studi kasus atau situasi nyata untuk mengembangkan pemahaman konsep dalam konteks nyata.
Pengantar Ilmu Pendidikan - 157 g. Pembelajaran Berbasis Gamifikasi: Menggunakan unsur permainan untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. h. Pembelajaran Aktif: Siswa terlibat dalam kegiatan fisik atau eksperimen untuk memahami konsep tertentu. i. Pembelajaran Daring (Online): Menggunakan platform dan sumber daya online untuk menyampaikan materi pelajaran dan berinteraksi dengan siswa melalui internet. j. Simulasi: Siswa mengalami situasi yang disimulasikan untuk memahami bagaimana konsep atau keterampilan dapat diterapkan dalam konteks nyata. k. Pembelajaran Berbasis Teknologi: Menggunakan teknologi seperti komputer, perangkat lunak pembelajaran, dan perangkat mobile untuk mendukung pembelajaran. l. Pembelajaran Berbasis Keterampilan: Fokus pada pengembangan keterampilan praktis yang dapat langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. m. Pembelajaran Berdasarkan Pengalaman (Experiential Learning): Siswa mempelajari dengan berpartisipasi dalam pengalaman langsung, seperti magang atau kunjungan lapangan. n. Pembelajaran Jarak Jauh (Daring): Siswa belajar dari jarak jauh tanpa hadir fisik di kelas, seringkali menggunakan platform daring. Pemilihan metode pengajaran yang sesuai tergantung pada tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, dan konteks pembelajaran. Kombinasi metode
158 - Pengantar Ilmu Pendidikan pengajaran yang beragam seringkali dapat memberikan hasil pembelajaran yang lebih efektif dan menarik. F. Pendekatan Pendidikan Aktif Pendekatan Pendidikan Aktif adalah suatu metode atau filosofi pendidikan yang menekankan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini berbeda dari pendekatan tradisional di mana siswa lebih passif dan hanya menerima informasi dari guru. Dalam pendekatan pendidikan aktif, siswa diharapkan terlibat aktif dalam memahami dan memproses informasi, serta membangun pengetahuan mereka sendiri. Beberapa ciri khas dari Pendekatan Pendidikan Aktif adalah: 1. Pembelajaran Berpusat pada Siswa: Siswa ditempatkan di pusat pembelajaran. Mereka diberi kesempatan untuk menjelajahi, bertanya, dan mengejar minat mereka sendiri. Guru berperan sebagai fasilitator atau pemandu daripada sebagai sumber pengetahuan utama. 2. Kolaborasi: Siswa seringkali diajak untuk bekerja sama dalam kelompok, berdiskusi, dan memecahkan masalah bersama. Kolaborasi ini dapat mempromosikan pemahaman yang lebih mendalam dan kemampuan berkomunikasi. 3. Proyek dan Masalah: Pendekatan ini seringkali menggunakan proyek atau studi kasus sebagai cara untuk mengajarkan konsep-konsep. Siswa belajar melalui pemecahan masalah nyata atau kreativitas dalam menyelesaikan proyek.
Pengantar Ilmu Pendidikan - 159 4. Pemecahan Masalah: Siswa diajarkan keterampilan pemecahan masalah yang aktif. Mereka diajak untuk mengidentifikasi masalah, merancang solusi, dan menguji ide-ide mereka. 5. Pembelajaran Berbasis Pengalaman: Siswa diberikan pengalaman langsung, baik melalui eksperimen, permainan peran, kunjungan lapangan, atau kegiatan praktis lainnya. Hal ini membantu mereka mengaitkan teori dengan praktik. 6. Kemandirian: Siswa diberikan tanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri. Mereka belajar untuk mengatur waktu, mengatur sumber daya, dan mengembangkan kemampuan belajar sepanjang hidup. Pendekatan Pendidikan Aktif diterapkan dalam berbagai metode pembelajaran seperti metode eksperimen, pemecahan masalah, pendekatan berbasis proyek, pembelajaran kooperatif, dan lain-lain. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman yang mendalam, kreativitas, kemampuan berpikir kritis, dan kemandirian siswa. Pendekatan ini juga menekankan pentingnya pembelajaran sepanjang hayat, di mana siswa diajarkan untuk terus belajar bahkan setelah mereka meninggalkan lingkungan sekolah formal. Dengan fokus pada peran aktif siswa, pendekatan ini bertujuan untuk menghasilkan individu yang lebih siap menghadapi dunia yang terus berubah dengan keterampilan yang relevan.
160 - Pengantar Ilmu Pendidikan G. Evaluasi Dan Penilaian Penting untuk memahami perbedaan antara evaluasi dan penilaian. Evaluasi lebih bersifat holistik dan digunakan untuk mengukur efektivitas keseluruhan program atau kegiatan, sementara penilaian lebih terfokus pada kemajuan individu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kedua konsep ini penting dalam pengembangan pendidikan yang efektif dan dapat memberikan informasi yang berharga untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengajaran. 1. Peran Evaluasi dalam Pendidikan Evaluasi memainkan peran yang sangat penting dalam sistem pendidikan. Peran evaluasi dalam pendidikan meliputi: 2. Mengukur Pencapaian Tujuan Pembelajaran: Evaluasi digunakan untuk mengukur sejauh mana siswa telah mencapai tujuan dan standar yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Ini membantu dalam menilai apakah pembelajaran telah efektif dan apakah siswa telah memahami materi pelajaran dengan baik. 3. Memberikan Umpan Balik: Evaluasi memberikan umpan balik kepada siswa tentang kemajuan mereka dalam belajar. Ini dapat membantu siswa memahami kekuatan dan kelemahan mereka dan memberi mereka kesempatan untuk meningkatkan kinerja mereka. 4. Mengidentifikasi Kebutuhan Siswa: Evaluasi dapat membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan dan tantangan individual siswa. Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang kemampuan
Pengantar Ilmu Pendidikan - 161 dan kebutuhan siswa, guru dapat menyusun rencana pembelajaran yang lebih sesuai. 5. Pemantauan Proses Pembelajaran: Evaluasi dapat digunakan untuk memantau progres siswa sepanjang pembelajaran. Ini memungkinkan guru untuk mengidentifikasi masalah sejak dini dan memberikan dukungan tambahan jika diperlukan. 6. Mengukur Efektivitas Pengajaran: Evaluasi juga digunakan untuk mengevaluasi efektivitas metode pengajaran dan strategi pembelajaran. Guru dan lembaga pendidikan dapat mengidentifikasi strategi yang bekerja dan yang tidak, dan membuat perbaikan. 7. Basis Pengambilan Keputusan: Hasil evaluasi dapat digunakan oleh guru, administrator sekolah, dan pembuat kebijakan untuk membuat keputusan yang lebih baik tentang pengembangan kurikulum, alokasi sumber daya, dan perbaikan sistem pendidikan. 8. Akuntabilitas: Evaluasi juga merupakan alat akuntabilitas dalam pendidikan. Ini membantu menilai sejauh mana lembaga pendidikan, guru, dan siswa telah mencapai target yang telah ditetapkan. 9. Peningkatan Berkelanjutan: Evaluasi yang berkelanjutan dapat membantu dalam proses perbaikan berkelanjutan dalam pendidikan. Ini membantu dalam mengidentifikasi tren dan pola yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
162 - Pengantar Ilmu Pendidikan 10. Mengukur Pencapaian Tujuan Pendidikan: Evaluasi juga digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan pendidikan jangka panjang, seperti meningkatkan literasi, angka kelulusan, atau tingkat partisipasi dalam pendidikan. 11. Penilaian Efektivitas Kebijakan Pendidikan: Evaluasi dapat digunakan untuk mengevaluasi efektivitas kebijakan pendidikan, termasuk program pendidikan, kebijakan kurikulum, dan program dukungan siswa. Dengan kata lain, evaluasi adalah alat penting dalam pemantauan, pengukuran, perbaikan, dan pengelolaan sistem pendidikan. Ini memainkan peran integral dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan memastikan bahwa siswa menerima pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. H. Jenis-Jenis Penilaian Ada berbagai jenis penilaian yang digunakan dalam pendidikan untuk mengukur kemajuan siswa, memahami pencapaian mereka, dan memberikan umpan balik yang berguna. Berikut adalah beberapa jenis penilaian utama: 1. Penilaian Formatif: Penilaian formatif dilakukan sepanjang pembelajaran untuk memberikan umpan balik berkelanjutan kepada siswa dan guru tentang kemajuan siswa. Ini membantu siswa untuk memahami kekuatan dan kelemahan mereka dan memberikan guru informasi untuk menyesuaikan pengajaran. 2. Penilaian Sumatif: Penilaian sumatif dilakukan pada akhir suatu periode pembelajaran, seperti ujian akhir semester atau tes standar. Tujuannya adalah untuk
Pengantar Ilmu Pendidikan - 163 mengukur pencapaian akhir siswa dalam konteks tertentu. 3. Penilaian Diagnostik: Penilaian diagnostik dilakukan pada awal pembelajaran untuk mengukur pengetahuan awal dan keterampilan siswa sebelum memulai materi baru. Ini membantu guru merancang pengajaran yang sesuai dengan tingkat pemahaman siswa. 4. Penilaian Portofolio: Penilaian portofolio melibatkan pengumpulan dan penilaian sejumlah besar pekerjaan siswa, termasuk proyek, tugas, dan refleksi. Ini memberikan gambaran yang komprehensif tentang kemajuan siswa dan kualitas kinerja mereka sepanjang waktu. 5. Penilaian Observasi: Dalam penilaian observasi, guru atau penilai lainnya mengamati perilaku dan aktivitas siswa di dalam dan di luar kelas. Ini dapat digunakan untuk menilai keterampilan sosial, kemampuan kolaborasi, dan partisipasi siswa. 6. Penilaian Ujian Tertulis: Penilaian ini melibatkan penggunaan pertanyaan pilihan ganda, esai, atau tugas tertulis lainnya untuk mengukur pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan siswa. Ini sering digunakan dalam penilaian sumatif. 7. Penilaian Oral: Penilaian oral melibatkan percakapan dan presentasi lisan siswa. Ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berbicara, kemampuan berargumentasi, dan keterampilan komunikasi lainnya. 8. Penilaian Dalam Kelompok: Penilaian dalam kelompok melibatkan penilaian hasil kerja kelompok siswa dalam
164 - Pengantar Ilmu Pendidikan berkolaborasi untuk menyelesaikan tugas atau proyek. Ini dapat mencakup penilaian individual atau kelompok. 9. Penilaian Kinerja: Penilaian kinerja melibatkan penilaian tindakan langsung siswa dalam situasi yang mensimulasikan situasi nyata. Ini sering digunakan untuk mengukur keterampilan praktis, seperti keterampilan laboratorium, keterampilan seni, atau keterampilan kerajinan. 10. Penilaian Kendala Waktu: Penilaian kendala waktu membatasi waktu yang diberikan siswa untuk menyelesaikan tugas atau ujian tertentu. Ini mengukur kemampuan siswa untuk bekerja dalam batas waktu yang ketat. 11. Penilaian Diri: Dalam penilaian diri, siswa diberi kesempatan untuk menilai diri sendiri dan merenungkan kemajuan mereka. Ini dapat membantu siswa dalam pengembangan kemampuan refleksi dan penilaian diri. 12. Penilaian Kepribadian dan Sikap: Penilaian ini berfokus pada aspek kepribadian, sikap, dan nilai siswa. Ini digunakan untuk mengukur perkembangan karakter dan etika siswa. 13. Penilaian Berbasis Proyek: Penilaian berbasis proyek melibatkan siswa dalam proyek panjang yang mensimulasikan situasi nyata. Proyek ini mencakup berbagai keterampilan dan pengetahuan yang digunakan untuk menyelesaikannya. Penggunaan berbagai jenis penilaian tergantung pada tujuan pembelajaran, konteks pembelajaran, dan jenis keterampilan yang ingin diukur. Kombinasi yang
Pengantar Ilmu Pendidikan - 165 bijak dari berbagai jenis penilaian dapat memberikan gambaran yang komprehensif tentang kemajuan siswa dalam pembelajaran.
166 - Pengantar Ilmu Pendidikan A. Evaluasi Kurikulum Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Pasal 1, Butir 19 UU RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional). (Kartowagiran, 2010) Kurikulum ialah alat yang berperan penting dalam pendidikan, tanpa adanya kurikulum yang baik maka akan sulit tercapainya tujuan dan sasaran pendidikan. Kurikulum dikembangkan didasarkan pada prinsip bahwa peserta didik untuk mengembangkan kompetensinya guna menjadi mausia 12 Evaluasi dan Perubahan Kurikulum
Pengantar Ilmu Pendidikan - 167 yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Laksono and Izzulka, 2022) Peranan penting dari evaluasi kurikulum yaitu sebagai penentuan kebijakan pendidikan pada umumnya, sebagai pengambil keputusan dalam memilih dan menetapkan pengembangan kurikulum. Evaluasi kurikulum sebaiknya dilakukan tidak hanya pada akhir program atau tahun pelajaran, tetapi juga pada beberapa poin dilakukan evaluasi selama proses implementasi dari program tersebut. Pada dasarnya evaluasi dalam pendidikan berkaitan dengan 2 peran utama yaitu (Murray Print, 1992): 1. Evaluasi Produk Evaluasi kinerja peserta didik dalam konteks pembelajaran. Evaluasi ini semacam menentukan seberapa baik peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran. 2. Evaluasi Proses Evaluasi ini berkaitan mengenai pengalaman dan kegiatan yang terlibat dalam situasi belajar. Evaluasi proses digunakan ketika membuat penilaian tentang interaksi sekolah serta kelas, seperti interaksi antara guru dan peserta didik, metode instruksional, tindakan guru, dan sebagainya.
168 - Pengantar Ilmu Pendidikan Tabel 1. Evaluasi Kurikulum – dalam 2 perspektif Evaluasi Kurikulum sebagai produk tetap Evaluasi Kurikulum sebagai proses yang berkembang Definisi Evaluasi bersifat teknikrasional dan proses produktif Evaluasi bersifat kolaborasi, pembuatan makna-proses Pengumpulan objektif dan sistemik informasi mengenai kualitas kurikulum berdasarkan proses yang diprediksi Proses yang dinamis, kolaboratif, kontekstual, serta tergantung waktu; fokus pada mendeskripsikan kurikulum Berdasarkan pada model, pedoman, dan standar; universal Dinamis, reflektif, proses pengembangan diri yang berakar pada ide-ide dan prinsip Umumnya preskriptif Umumnya deskriptif Evaluasi formatif dan sumatif Pada dasarnya formatif Fokus pada peniaian dan keputusan Fokus pada membangun pengetahuan yang berorientasi pada tindakan Penggunaan, tujuan, dan sasaran Kualitas dan nilai Penggunaan instrumental, konseptual, dan persuasive. Penggunaan instrumental, konseptual, dan persuasive saling terkait Pengukuran implementasi kurikulum Memahami perencanaan, evolusi, dan pencapaian
Pengantar Ilmu Pendidikan - 169 dan hasil Memberikan umpan balik mengenai pengembangan proses (formatif) Mengusulkan arah perencanaan; memfasilitasi keputusan Memberikan informasi mengenai dampak dan akuntabilitas kurikulum (sumatif) Mengamati, merefleksikan, membangun serta menegosiasikan pengetahuan khusus konteks Kualitas ditentukan oleh perbedaan antara apa yang diinginkan dan diamati Nilai dari sebuah kurikulum adalah kualitasnya; nilai melekat pada kurikulum. Deskripsi tidak dapat dipisahkan Deskripsi dan penilaian ialah suatu yang berbeda Kualitas bergantung pada konteks dan diungkapkan secara kondisional Kualitas ditentukan dan dinyatakan tegas secara absolut Mengabsahkan berbagai persepsi nilai dan kualitas Preferensi untuk konsep kualitas terpadu Penilaian berkelanjutan terhadap nilai-nilai ekstrinsik, sistemik, dan intrinsik Nilai ekstrinsik, sistemik, dan intrinsic sebagian besar ditetapkan pasca implementasi
170 - Pengantar Ilmu Pendidikan Metodologi, struktur, desain dan metode Top-down, eksternal, diarahkan dan dikendalikan oleh para ahli (hierarkis dan otoritatif) Partisipatif, terorganisir sendiri, berkembang Pra-perencanaan desain, instrument, kritesia, serta standar Objek, instrument, dan kriteria ditentukan oleh negosiasi antara pemangku kepentingan saat proses Kondisi terkendali Pengaturan alami Terikat aturan; terstandarisasi Fleksibel, berakar pada konteks, pengetahuan pribadi, dan kolektif Metodologi ilmiah Mode interaktif dan dialogis pada konstruksi pengetahuan tergantung pada proses perencanaan Penekanan pada kuantitatif Penekanan pada analisis kualitatif’ Terminologi mencerminkan absolut dan kepastian Terminologi relative dan interpretivis Evaluator Peneliti individu; otioritas tunggal Salah satu mitra dalam komunitas pengembang (pemangku kepentingan) Evaluator internal dan eksternal berbeda Tidak ada perbedaan antar evaluator internal dan eksternal
Pengantar Ilmu Pendidikan - 171 Evaluasi terdiri dari pengukuran dan penilaian. Adapun cakupan penilaian hanya satu aspek, sedangkan evaluasi mencakup beberapa aspek dalam program(Eko Putro Widoyoko, 2018). Jika yang dinilai merupakan sistem pembelajaran secara keseluruhan, maka istilah yang tepat untuk menilai system pembelajaran adalah evaluasi. Sedangkan istilah penilaian jika yang dinilai hanya satu ataupun beberapa komponen pembelajaran, seperti hasil belajar. (Laksono and Izzulka, 2022) Evaluasi memiliki kedudukan yang sangat penting dan strategis dikarenakan evaluasi merupakan suatu bagian yang tak terpisahkan dari pembelajaran itu sendiri. Evaluasi bersifat kualitatif dan kuantitatif. Umumnya evaluasi memungkinkan pendidik untuk, 1. Memutuskan apakah akan mempertahankan, merevisi, atau mengganti kurikulum yang ada 2. Menilai individu (terutama guru dan siswa) dalam hal pengajaran dan pembelajaran 3. Memutuskan apakah manajerial sekolah dan programnya harus dipertahankan atau direformasi.(Ornstein and Hunkins, 2018) Adapun bagian dari evaluasi juga berfokus pada lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat dimana sekolah berada. Oleh karena itu, evaluasi kurikulum memiliki fokus pada membandingkan yang ideal, yang direncanakan, yang diajarkan, serta yang diuji. (Levine, 2002) Yang terpenting pelaksanaan evaluasi harus bersifat komprehensif (menyeluruh) demi efisiensi waktu sehingga tidak mengulang-ulang kesalahan maupun kekurangan yang sudah pernah terjadi.
172 - Pengantar Ilmu Pendidikan B. Perubahan Kurikulum Perubahan kurikulum ialah sebuah proses transformasi fenomena dan memiliki dimensi tingkat, skala, derajat, kontinuitas, dan arah. Kurikulum mengalami perubahan apabila terdapat perbedaan dalam satu atau lebih komponen kurikulum antar dua periode tertentu.(Soetopo dan Soemanto, 1991) Berbagai kebijakan perubahan kurikulum didasarkan pada hasil analisis, evaluasi, prediksi, dan berbagai tantangan yang dihadapi baik internal maupun eksternal yang terus berubah. Kurikulum sebagai produk kebijakan bersifat dinamis, kontekstual dan relative.(Sconce and Howard, 1993) Oleh karenanya prinsip dasar dalam kebijakan kurikulum adalah change and continuity yaitu perubahan yang dilakukan secara terus menerus. Ketika perubahan kurikulum terjadi, prosesnya melibatkan : 1. Mengungkapkan kebutuhan/masalah – kekhawatiran awal 2. Inisiasi/adopsi 3. Implementasi – mempengaruhi perubahan ke dalam praktik 4. Pelembagaan – konsolidasi perubahan ke dalam praktik Ada sejumlah faktor yang mendorong terjadinya perubahan kurikulum yaitu(Wibowo, 2014): 1. Perkembangan IPTEK Perkembangan dari berbagai cabang ilmu pengetahuan menghasilkan atau menimbulkan cara-cara baru di dalam proses belajar mengajar.
Pengantar Ilmu Pendidikan - 173 2. Pertumbuhan yang pesat dari penduduk dunia dengan bertambahnya penduduk, maka makin bertambah pula jumlah orang yang membutuhkan pendidikan. Perubahan kurikulum penting untuk menjawab tantangan zaman dan memenuhi kebutuhan pendidikan yang terus berkembang. Kurikulum bersifat dinamis dan dapat diubah sesuai dengan perubahan dan perkembangan budaya serta zaman.
174 - Pengantar Ilmu Pendidikan DAFTAR PUSTAKA Agustina, S., & Istiqomah, I. (2022). Tantangan dan strategi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 19(1). Alsubaie, M. A. (2021). The Relationship between the Understanding of Basic Education Concepts and the Achievement of the Educational Objectives by Teachers. Journal of Education and Learning, 10(2), 243-255. Anderson, B. R. O'G. (1998). "Pemikiran Edukasi dalam Politik Orde Baru." Dalam Pensée, Ideologi, dan Filsafat Orde Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Aritonang, J.S. (2006) Sejarah Pendidikan Nasional Indonesia. Jakarta: Grasindo. Arikunto, Suharsimi., dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing. New York: Longman. Annur, C. M. (2022) Rerata Skor IQ Penduduk Indonesia Terendah Kedua di Asia Tenggara, Ini Hasil Studinya, databoks dalam https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/09/28/re rata-skor-iq-penduduk-indonesia-terendah-kedua-di-asiatenggara-ini-hasil-studinya (diakses November 2023) Award, E. M. 1979. System Analysis and Design. Illninois: Richard D. Irwin.
Pengantar Ilmu Pendidikan - 175 Branch , R. M. 2009. Instructional Design: The ADDIE Approach. New York: Springer. Basuki, S. (1991). Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia. Bunyamin. (2022). Manajemen Pendidikan. In PT. Usaha Terpadu UHAMKA. Baharuddin and Makin, Moh. (2016) Manajemen pendidikan Islam. Malang : UIN-Maliki Press. Bottery, Mke. 1993. The Ethics of Educational Management. London: Cassel Educational Limited. Becker, G. S. (1964). Human Capital: A Theoretical and Empirical Analysis, with Special Reference to Education. New York: National Bureau of Economic Research. Bunyamin. 2022. Manajemen Pendidikan. Kalibata: T. Usaha Terpatu UHAMKA. Blackburn, S. (2004) Education in Indonesia. Routledge. Chetty, R., Friedman, J. N., Hendren, N., & Stepner, M. (2017). The Equality of Opportunity Project. Quarterly Journal of Economics, 137(1), 251-324. Dabalen, A., & Wane, W. (2021). Education, Human Capital, and the Future of Work. The World Bank. Djatmiko, R. D. (2016) Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: Deepublish. Dr. Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan AL-QUR’AN, Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2005, hlm. 21-22 Dewey, J. (2017). Education and Experience. Simon and Schuster.
176 - Pengantar Ilmu Pendidikan Dick, W., Carey, L., & Carey, J. O. 2014. The Systematic Design of Instruction (8 ed.). New York:Pearson. Dewantara, K.H. (1950) Kumpulan Pidato Ki Hadjar Dewantara. Gadjah Mada University Press. Elson, R.E. (2009). Suharto: A Political Biography. Cambridge University Press. Errington, J. (1998). Education and Social Change in Indonesia. Bijdragen tot de Taal-, Land-en Volkenkunde, 154(1), 75- 105. Eko Putro Widoyoko (2018) Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Efrina, .. L. (2021). Meningkatkan Mutu Melalui Implementasi Manajemen Di Madrasah Tsanawiyah Hidayatul Mubtadiin . Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 214–219. Emha, M. (2002). Pedoman Penggunaan Laboratorium Sekolah. Bandung: PT Remaja Roesda Karya. Evers, A. T., van der Heijden, B. I., & Kreijns, K. J. (2021). The Impact of Teachers' Pedagogical Technological Knowledge on the Use of Digital Resources for Learning. Computers & Education, 166, 104178. Fealy, G., & Reid, A. (2003). The Political Economy of Indonesian Education: The Strengths and Limits of Decentralization. Indonesia, 75, 25-54. Forlin, C., Loreman, T., & Sharma, U. (2020). The Role of Understanding the Concept of Inclusion in Developing Inclusive Practices. International Journal of Inclusive Education, 24(8), 881-896.
Pengantar Ilmu Pendidikan - 177 Freire, P. (2021). Pedagogy of the Oppressed. Penguin Books. Freire, P. (2018). Pedagogy of the Oppressed. Bloomsbury Publishing. Gardner, H. (2011). Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences. Basic Books. Gagne, R. M., Briggs, L. J., & Wager, W. W. 1992. Principles of Instructional Design (4 ed.). New York: Harcourt Brace College Publishers. Gutmann, A. (2019). Democratic Education. Princeton University Press. Gatot Kusjono, E. S. (2019). Pengaruh Kualitas Layanan Pendidikan Terhadap Kepuasan Peserta. http://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jpdk/ citationstylelanguage/get/apa?submissionId=7776&public ationId=7786, 65-76. Hartinawati. (2015, Banten: Universitas Terbuka). Pengelolaan Laboratorium IPA. Jurnal Pendidikan, 3. Hidayat, R., & Utomo, A. (2022). Tantangan dan strategi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Jurnal Ilmiah Pendidikan, 1(1). Hikmah, I., & Ilyas, M. (2020). Peran kebijakan pendidikan dalam membentuk lingkungan pendidikan yang baik. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 17(1), 1–10. Hamre, B. K., & Pianta, R. C. (2020). Effective Teacher-Student Interactions and the Development of Children's Executive Functions. Advances in Child Development and Behavior, 59, 117-141.
178 - Pengantar Ilmu Pendidikan Hamdani, Ihsan, A Fuad. 2001. Filsafat pendidikan Islam Untuk fakultas tarbiyah komponen MKK. Bandung: Pustaka Setia. Harper and Brothers. 1947. Higher education fo American democracy. New York: Education United Staate. Hermawan, Haris. 200. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta Pusat: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia. Hikmat. (2009) Menejemen Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. H. Abuddin, N. (2012). Pemikiran pendidikan Islam & barat. PT RajaGrafindo Persada. Idris, H., & Zahara. (1992). Pengantar Pendidikan Jilid I. PT. Grasindo. IABEE. 2018. International Common Criteria and Criteria Guide of the Indonesian Accreditation Board for Engineering Education (IABEE). Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. 2009. Models of Teaching (8 ed.). New Jersey: Pearson Education,Inc. Johnson, M. K., Estrada, D., & Garza, E. (2020). The Function of Education in Promoting a Just and Sustainable Future. Kartowagiran, B. (2010) ‘Evaluasi kurikulum*)’, (3), pp. 1–9. Kulwinder Pal, 2019. Educational Management. New Delhi: Lovely Professional University Phagwara Kristiawan, M. (2016). Filsafat Pendidikan: The Choice Is Yours. Jogjakarta: Valia Pustaka. Kahin, George McTurnan. (2003). Nationalism and Revolution in Indonesia. Cornell University Press.
Pengantar Ilmu Pendidikan - 179 Kurniawan, A. (1999). Lingkungan pendidikan: teori dan aplikasinya dalam pendidikan. Rineka Cipta. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. (2010). "Pendidikan Karakter di Indonesia." Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kementerian Kebudayaan. 2020. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 5 Tahun 2020. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2020. Panduan Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi di Era Industri 4.0 untuk Mendukung Merdeka Belajar-Kampus Merdeka. Lermer, J., Mergendoller, J, Boss,S. 2015. Setting The Standard for Project Based Learning. ASCD Alexandria, VA USA. Lukito, Ratnawati. (2016). Budi Utomo, Sekolah Nasional. Kepala Unit Penerbit dan Percetakan Balai Kajian Leithwood, K., Day, C., Sammons, P., Harris, A., & Hopkins, D. (2004). Seven Strong Claims About Successful School Leadership. Nottingham: National College for School Leadership Laksono, T. A. and Izzulka, I. F. (2022) ‘Evaluasi Pengembangan Kurikulum Pendidikan’, Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(3), pp. 4082–4092. doi: 10.31004/edukatif.v4i3.2776. Lasmono, S. (2020). Manajemen Hubungan Lembaga Pendidikan Dengan Masyarakat. In Manajemen Pendidikan (Tinjauan Teori dan Praktis). Levine, T. (2002) ‘Stability and change in curriculum evaluation’, Studies in Educational Evaluation, 28(1), pp. 1–33. doi:
180 - Pengantar Ilmu Pendidikan 10.1016/S0191-491X(02)00010-X. Lickona, T. (2018). "Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility." Bantam. Langgulung, Hasan. 1989. Manusia dan Pendidikan : Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan Pendidikan. Jakarta : Pustaka Al Husna. Lubis, Zutirta. 2022. Upaya Pengawas Sekolah untuk Meningkatkan Kinerja Kepala Sekolah dalam Pengelolaan Administrasi Sekolah Melalui Supervisi Manajerial di 3 SMA Binaan Kota Medan Tahun Pelajaran 2021/2022. Jurnal Edukasi Nonformal.Vl. 3. No. 2. Maemonah Maemonah. (2012). Aspek-aspek dalam pendidikan karakter. Forum Tarbiyah, 10(1). https://media.neliti.com/media/publications/135140-IDaspek-aspek-dalam-pendidikan-karakter.pdf Mahmudah, F. N., & Putra, E. C. S. (2021). Tinjauan pustaka sistematis manajemen pendidikan: Kerangka konseptual dalam meningkatkan kualitas pendidikan era 4.0. Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan, 9(1), 43–53. https://doi.org/10.21831/jamp.v9i1.33713 Mudyahardjo, Radja. Pengantar Pendidikan,Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, Moh. Suardi, Tri, A., & Syofrianisda. (2016). Dasar-dasar Pendidikan. Parama Ilmu. Muhaimin, Suti’ah, dan Sugeng Listyo Prabowo. 2009 Manajemen Pendidikan: Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah Jakarta: Prenada.
Pengantar Ilmu Pendidikan - 181 McKinsey & Company. (2021). Education for the future: The impact of AI on jobs and skills. Diakses dari [link]. MacDougall, Bonar. (2010). Penyebar Kejuangan Pendiri Republik Indonesia DR. Soetomo. Buku Obor. Mahmud, M. (2012 ). Manajemen Mutu Perguruan Tinggi Jakarta . Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Moenir, H. (2005). Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Marlon, R. (2019). Prasasti Membangun Asrama Dharmawangsa Sebagai Salah Satu Pusat Pendidikan Agama. Notoatmodjo: Jurnal Sejarah UIN Walisongo, 3(2), 180- 193. Monash, J. (1999) ‘‚Inclusive Education in Post-Reform Indonesia.‛’, Journal of Educational Studies, 16(2). Muljana, S. (2006) Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara. Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara. Murray Print (1992) Curriculum Development and Design. 4th edn. Sydney: National Library of Australia. Manul, R. A. (2022). Pengaruh lingkungan pendidikan terhadap kreativitas pembelajaran anak di SMPN 20 Muaro Jambi. Manul, R. A, 2(1), 1–10. Marimba, A. D. (1989). Pengantar filsafat pendidikan. Al-Ma’arif. Nurhayati, N., & Utomo, A. (2022). Kebijakan pendidikan dalam membentuk lingkungan pendidikan yang baik. Jurnal Ilmiah Pendidikan, 1(1), 1–10.
182 - Pengantar Ilmu Pendidikan Noddings, N. (2019). Education and Democracy in the 21st Century. Teachers College Press. Noddings, N. (2020). Philosophy of Education. Westview Press. Nucci, L. P. (2020). "Education in the Moral Domain." Cambridge University Press. Ornstein, A. C. and Hunkins, F. P. (2018) Curriculum: Foundation, Principles and Issues, Seventh Edition, Pearson Education. Palmer, P. (2021). "To Know as We Are Known: Education as a Spiritual Journey." HarperOne. Parasuraman, A. V. (1994). Reassesment of Expectations as A Comparison Standard in Measuring Service Quality: Implications for Futher Research. Journal of Marketing Vol. 58. January, 11-124. Prayitno dan Erman Amti. (1999). Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. Presiden RI. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Puspita, Dalima. 2023. Tantangan Pendidikan di Indonesia dalam era digital dalam https://ebizmark.id/artikel/tantanganpendidikan-di-indonesia-dalam-era-digital/ (diakses November 2023) Piaget, J. (1970). Science of Education and the Psychology of the Child. New York: Orion Press. Robertson, R. (1992). Globalization: Social Theory and Global Culture. London: Sage.
Pengantar Ilmu Pendidikan - 183 Rogers, E. M. (2003). Diffusion of Innovations. New York: Free Press. Rest, J. R. (2017). "Morality." Harvard University Press. Ricklefs, M.C. (1991). A History of Modern Indonesia Since c. 1200 (3rd ed.). Stanford University Press. Reid, A. (1981). Indonesian Nationalism and the Dutch: The Indonesian Elite and the Netherlands, 1918-1942. Equinox Publishing. Reid, Anthony. Nationalism and Colonialism in Modern Indonesia. Singapore: NUS Press, 2012. Rodiyah. 2015. Manajemen Pendidikan Sebuah Konsep dan Aplikasi. Jember: IAIN Jember Press. Sumarto, S., & Bazzi, S. (2019). Fiscal Policy, Inequality, and Poverty in Indonesia Salis, Edward. 2021. Total Quality Manajement in Education, Manajemen Mutu Pendidikan, terj. Ahmad Ali Riyadi. Yogyakarta: IRC. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Dengan Pendekatan Baru. Cet. XIV; Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2008. Spady, W. G. 1994. Outcome-Based Education: Critical Issues and Answers. Arlington USA: The American Association of School Adininistrators. Samio, S. (2018). Aspek – Aspek Pertumbuhan Dan Perkembangan Peserta Didik. Best Journal (Biology Education, Sains and Technology), 1(2), 36–43. https://doi.org/10.30743/best.v1i2.791 Sconce, C. and Howard, J. (1993)
184 - Pengantar Ilmu Pendidikan ‘Curriculum_Evalutation_a_new_approach_Nurse_Educa tion_today_vol14_i4_1994.pdf’, Nurse Education Today, 14(4), pp. 280–286. Soetopo dan Soemanto (1991) Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Sumitro. (2005). Pengantar Pendidikan . UNY. Sari. (2016a). Pengaruh lingkungan pendidikan terhadap prestasi belajar siswa. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 13(1), 1–10. Sari, A. P. (2016b). Pengaruh lingkungan pendidikan terhadap motivasi belajar siswa. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 13(1). Soedijarto. (1977). Pendidikan masyarakat. LP3ES. Sutarno, N. S. (2006). Dasar-dasar perpustakaan sekolah. Gramedia Pustaka Utama. Sukarno, Hatta. (2004). Capability, Volume 1. Yayasan Obor Indonesia. Sutopo and Oki Rahadianto (2014) ‘‚Colonial Education and Nationalism in Indonesia‛ ’, Journal of Southeast Asian Studies, 45(3), pp. 421–439. Sachs, J. D. (2015). The Age of Sustainable Development. Columbia University Press. Strike, K. A. (2019). "Ethics, Politics, and Education: An Introduction." Rowman & Littlefield. Sukmadinata, Nana Syaodih. (2011). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Pengantar Ilmu Pendidikan - 185 Suryadi, A. (2010). Permasalahan Dan Alternatif Kebijakan Peningkatan Relevansi Pendidikan. Retrieved 2010, from Studi Relevansi Pendidikan Kerjasama UPI dengan balitbang Kemendiknas: http://file.upi.edu/ Direktori/ Proceeding/Seminar_ Internas. NFE. Tjiptono, F. (2008). Service Management (Edisi Kedua). Yogyakarta: Andi Offset. Tarigan, Y. N. (2015). Peran Asrama Keagamaan Hindu-Buddha di Nusantara pada Abad VI-XI. Jurnal Sejarah Arkeologi dan Heritage Budaya, 30(1), 91-100. Tawil, S., & Harley, A. (2004). Education in a Multilingual World. Paris: UNESCO. United Nations Development Programme (UNDP). (2018). Human Development Indicators: Indonesia. UNDP. (2020). Human Development Report 2020: The Next Frontier - Human Development and the Anthropocene. United Nations Development Programme. UNESCO. (2015). Education 2030: Incheon Declaration and Framework for Action. United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization. Vickers, A. (2005). A History of Modern Indonesia. Cambridge University Press. Wibowo, H. (2014) ‘Perubahan kurikulum di indonesia : studi kritis tentang upaya menemukan kurikulum pendidikan islam yang ideal’, Raudhah, IV(1), pp. 49–70. Wibowo, F. (1997). "Perubahan Sosial, Sistem Pendidikan, Reformasi, dan Indonesianisasi." Dalam Sistem
186 - Pengantar Ilmu Pendidikan Pendidikan Indonesia dalam Prospek Orde Baru: Menuju Indonesianisasi. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Wulandari, D. (2022). Lingkungan pendidikan yang kondusif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Jurnal Pendidikan, 4(1). Widyastono. (2012). Muatan Pendidikan Holistik Dalam Kurikulum Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 102-112. Wijaya, D. (2012). Mengapa Sekolah Melakukan Marketing. In Pemasaran Jasa Pendidikan (p. 23). Jakarta, Salemba: Salemba Empat. Wiggins, G. (2020). Educative Assessment: Designing Assessments to Inform and Improve Student Performance. John Wiley & Sons. World Bank. (2020). World Development Report 2019: The Changing Nature of Work. Washington, DC: World Bank. https://www.smpksantopetrusjember.sch.id. (17.10.2023). Retrieved Oktober Kamis, 2023, from https://www.smpksantopetrusjember.sch.id/profil/strate gi-pencapaian-mutu: https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&sour ce=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjLnJHc3pO CAxXCzjgGHXDwDt0QFnoECBUQAQ&url=https%3A%2F %2Fsmpksantopetrusjember.sch.id%2F&usg=AOvVaw0g xIdWzs-ryqWKBkrV3g9z&opi=89978449
Pengantar Ilmu Pendidikan - 187 TENTANG PENULIS Iman Cahyanto adalah seorang dosen yang mengajar di program studi Manajemen Pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Wiralodra sejak September 2022. Ia lahir di Indramayu 40 tahun yang lalu sebagai anak bungsu dari lima bersaudara dan tumbuh besar di keluarga yang berprofesi sebagai guru. Saat ini ia tinggal di kota Mangga bersama istri Wiwi Kurniani, S.H., dan tiga anak mereka, yaitu Tabares Ibnu Faqih, Theo Aldrich Sagiv, dan Taalea Zahaunnisa Mecca. Penulis menyelesaikan pendidikan dasarnya di SDN Sumur Bandung pada tahun 1995, kemudian melanjutkan ke sekolah menengah pertama di SLPT Negeri 1 Haurgeulis dan lulus pada tahun 1998. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan kejuruan di SMK Angkasa 1 Kalijati Subang dan lulus pada tahun 2001. Beberapa tahun kemudian, Ia melanjutkan pendidikan sarjananya di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Wiralodra dan lulus pada tahun 2009. Dua tahun kemudian, Ia melanjutkan pendidikan pascasarjananya di Program Studi Manajemen Pendidikan Universitas Wiralodra dan lulus pada tahun 2015. Satu tahun kemudian, Ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan doktoralnya di Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Nusantara dan berhasil menyadang gelar doktor pada tahun 2022.
188 - Pengantar Ilmu Pendidikan Penulis memulai karirnya sebagai tenaga kependidikan di Universitas Wiralodra pada tahun 2010. Pada tahun 2014, Penulis dipromosikan menjadi Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Universitas Wiralodra dan menjabat hingga tahun 2022. Selama perjalanan karirnya, penulis banyak belajar dari Dr. Ujang Suratno, S.H., M.Si, yang merupakan Rektor Universitas Wiralodra. Ia juga terlibat dalam berbagai organisasi, seperti Panitia Pengawas Pilkada Kabupaten Indramayu sebagai Asisten Panwascam pada tahun 2005, BEM Universitas Wiralodra sebagai Presiden Mahasiswa pada periode 2006-2007, BEM Indramayu sebagai Ketua Umum pada periode yang sama, dan BEM Nusantara sebagai periode 2006-2007. Selain itu, Iman Cahyanto juga pernah menjabat sebagai Koordinator Humas di Unit Kegiatan Mahasiswa BESIK's (Bengkel Seni Kampus) pada periode 2007-2008, Sekretaris GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) pada periode yang sama, Ketua Komisi Komunikasi dan Jaringan Wilayah III Cirebon di FOKALISMAS (Forum Komunikasi Lingkung Seni Mahasiswa Sunda) pada periode 2007-2008, dan Anggota Dewan Kesenian Indramayu pada periode 2009-2011. Ia juga terlibat dalam beberapa tim pemantau independen, seperti Tim Pemantau Independen Ujian Nasional pada jabatan Pemantau E pada tahun 2006, 2007, dan 2008, Tim Quick Count KOMPAS Pilkada Gubernur Jawa Barat pada jabatan Koordinator Wilayah Indramayu pada tahun 2008, serta Tim Pemantau Independen KPU Pemilu Legislatif pada jabatan pemantau pada tahun 2009, Anggota Dewan Kesenian Indramayu pada periode 2009-2011, Bendahara Umum Cabang Olahraga Persatuan Drum Band Indonesia (PDBI) Cabang Indramayu pada periode 2020-2025, dan Ketua VII Ikatan Keluarga Alumni Universitas Wiralodra pada periode 2021-2026.
Pengantar Ilmu Pendidikan - 189 Dalam karirnya sebagai dosen muda penulis telah menerbitkan karya buku dan artikel dengan bidang keilmuan manajemen pendidikan, ilmu pendidikan dan teknologi pendidikan. Buku perdananya yang terbit berjudul ‚Pengembangan dan Penerapan ICT dalam Manajemen Pendidikan‛. Saat ini penulis aktif terlibat dalam penulisan book chapter dengan judul ‚Manajemen Pendidikan‛, dan ‚Pengantar Ilmu Pendidikan‛. M ustafidatus Showinah, S.Pd.I., lahir di Kab. Semarang, 7 Januari 1990. Menyelesaikan pendidikan formalnya di MI Karangduren Kecamatan Tengaran, SMP Negeri 2 Tengaran dan SMA Negeri 1 Tengaran. Kemudian ia melanjutkan ke jenjang Madrasah Diniyah PP. Wahid Hasyim Yogyakarta dan S1 jurusan Pendidikan Agama Islam di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, lulus tahun 2013. Mengawali pengadiannya di MI Wadas Kecamatan Kajoran, SMK Al-Huda Salaman Magelang, dan di tahun 2014 melanjutkan pengabdian di SMA Negeri 1 Tengaran, Kab. Semarang, Jawa Tengah sampai saat ini. Baginya menulis adalah salah satu jalan untuk mengabdikan diri menjadi orang yang memberi manfaat bagi orang lain, juga sebagai jalan dakwah li mardhotillah. Dr. Suroyo, M.Pd., lahir di Sleman, Yogyakarta. Latar belakang Pendidikan dari TK-SMA di Yogyakarta, S1 PPKn diperoleh tahun 2001 di Universitas Riau. Pendidikan S2 diraih tahun 2007 pada Jurusan PIPS Konsentrasi Pendidikan
190 - Pengantar Ilmu Pendidikan Sosiologi Antropologi pada Universitas Negeri Padang. Sementara gelar Doktor (Dr.) diraih pada jurusan Cultural Studies pada Universitas Udayana melalui program Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri (BPPDN). Tahun 2014 mengikuti Sandwich-Like Program ke Universita degli ‚L’ Orientale‛ di Napoli Italia lewat beasiswa Dikti. Pada tahun 2018 telah menyelesaikan Program Doktoral dan bertugas Kembali di Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Riau. Bidang kajian utama adalah kajian budaya. Supentri adalah penulis yang telah mengabdikan dirinya di dunia pendidikan dan penelitian. Ia memulai perjalanan akademisnya dengan mengejar gelar S1 di Universitas Riau, di mana ia memperoleh dasar-dasar yang kuat dalam bidang yang ia cintai. Setelah berhasil menyelesaikan gelar sarjana, Supentri tak berhenti di situ. Ia merasa terdorong untuk terus mendalami ilmu pengetahuan dan meningkatkan pemahamannya dalam bidangnya. Oleh karena itu, ia melanjutkan pendidikannya ke tingkat S2 di Universitas Negeri Padang. Di sini, ia mengejar studi yang lebih mendalam dan memperluas cakrawala pengetahuannya. Selama perjalanan akademisnya, Supentri telah aktif dalam penelitian dan penulisan ilmiah. Semoga karya tersebut memberikan kontribusi berharga dalam memahami topik-topik yang relevan dalam bidang pendidikan.