Teori Ilmu Psikologi 141 kekebalan yang lebih kuat, lebih sedikit rentan terhadap penyakit kronis, dan memiliki tingkat stres yang lebih rendah. Selain itu, kebahagiaan juga terkait dengan peningkatan produktivitas dan kinerja di berbagai bidang kehidupan. Dengan memahami pentingnya kebahagiaan dan menerapkan prinsip-prinsip psikologi positif dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat memaksimalkan potensi kita untuk mencapai kehidupan yang lebih bermakna, sehat, dan produktif. Konsep kebahagiaan memang sering kali didefinisikan dari berbagai sudut pandang, baik yang memiliki muatan moral maupun yang netral secara moral. Seligman menyoroti perbedaan antara definisi moralladen dan morally-neutral. Definisi moral-laden menekankan bahwa kebahagiaan terkait erat dengan pelaksanaan kebaikan moral yang artinya bahwa kebahagiaan tercapai ketika individu hidup sesuai dengan nilai-nilai moral yang diakui. Sementara itu, dalam definisi moral-neutral, kebahagiaan lebih dikaitkan dengan kesejahteraan subjektif dan pencapaian kenikmatan pribadi. Dari lain sisi, Carr menawarkan pandangan tentang kebahagiaan sebagai kondisi psikologis yang positif. Penekanannya adalah bahwa kebahagiaan sebagai sebuah kondisi psikologis yang mencakup kepuasan terhadap masa lalu, tingkat emosi positif yang tinggi, dan rendahnya tingkat emosi negatif. Ini menyoroti bahwa kebahagiaan bukan hanya tentang kepuasan saat ini, tetapi juga tentang bagaimana individu melihat masa lalunya dan mengelola emosi mereka. Hal ini menyoriti bahwa kebahagiaan
142 Teori Ilmu Psikologi bukanlah kondisi statis, tetapi merupakan hasil dari berbagai faktor yang saling berinteraksi dalam kehidupan individu. Gagasan psikologi positif mengusung konsep pengembangan karakter sebagai landasan untuk mencapai kebahagiaan yang autentik dan fungsi optimal dalam kehidupan. Fokus utamanya adalah pada upaya menggali dan mengembangkan sisi-sisi kekuatan atau karakter yang dimiliki individu (Seligman, 2002). Dengan penguatan dan pengembangan karakter yang positif, individu diharapkan dapat mencapai kebahagiaan yang murni dan berfungsi secara optimal dalam berbagai aspek kehidupannya, baik sebagai individu, anggota keluarga, maupun anggota masyarakat dan negara. Melalui pemahaman dan peningkatan karakter, individu diharapkan dapat memanfaatkan potensi mereka secara maksimal untuk berkontribusi dalam pembangunan bangsa. Dengan demikian, psikologi positif menekankan pentingnya pengembangan kekuatan karakter sebagai fondasi untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan yang lebih besar, serta untuk memberdayakan individu dalam berbagai konteks kehidupan mereka. Dalam diri setiap individu sebenarnya terdapat sifatsifat tertentu yang dikagumi dan dihormati, dikagumi dan dihargai oleh orang lain yang kemudian disebut kekuatan katrakter. Kekuatan karakter adalah karakter baik yang dapat mengarahkan manusia pada arah kebajikan (virtue) yang tersermin pada pikiran, perasaan, dan tingkah laku seseorang (Peterson and Seligman, 2004). Maka dengan demikian, kekuatan karakter mencerminkan beragam
Teori Ilmu Psikologi 143 atribut positif yang membantu individu untuk berkembang secara pribadi, berinteraksi secara positif dengan orang lain, dan mencapai kehidupan yang lebih bermakna dan memuaskan. Klasifikasi VIA (Values in Action) merupakan hasil dari penelitian kolaboratif yang melibatkan lebih dari lima puluh ilmuwan, dipimpin oleh Christopher Peterson dan Martin Seligman. Mereka bertujuan untuk mengidentifikasi kualitas-kualitas yang secara universal dianggap sebagai bagian terkuat dari manusia, yang mendasari kekuatan karakter. Dalam klasifikai VIA dikelompokkan dalam enam kebajikan yang terdiri dari dua puluh empat kekuatan karakter. Dari keenam klasifikasi terssebut antara lain yaitu: pertama Wisdom (Head Strengths) yang terdiri dari kekuatan karakter creativity (kreativitas), curiosity (rasa ingin tahu), love of learning (cinta belajar), judgement (penilaian), perspevtive (perspektif). Kedua, Courage (Heart Strengths) yang terdiri dari bravery (keberanian), perseverance (kegigihan), honesty (kejujuran), zest (semangat). Ketiga, Humanity (Strengths of Others) yang di dalamnya ada love (cinta), kindness (kebaikan), social intelligence (intelegensi sosial). Keempat, yaitu Temperance (Strengths of Self) terkait dengan kekuatan karakter forgiveness (memaafkan), humility (kerendahan hati), prudence (kehati-hatian), self-regulation (regulasi diri). Kelima adalah Justice (Community Strengths) yang terdiri dari kekuatan katakter fairness (keadilan dan persamaan), leadership (kepemimpinan), teamwork (kerja tim). Dan yang keenam yaitu, Transcendence (Strength of
144 Teori Ilmu Psikologi Spirit) terdiri dari kekuatan karakter appreciation of beauty and excellence (apresiasi keindahan dan keunggulan), gratitude (rasa syukur), humor (humor), spirituality (spiritualitas), hope (harapan). Hal yang luar biasa dari kekuatan karakter adalah dampaknya pada kehidupan dalam kesejahteraan pribadi, kualitas hubungan, dan kontribusi pada komunitas. Kekuatan karakter memainkan peran yang cukup penting dalam meningkatkan kesejahteraan pribadi seseorang. Karena dengan mengenali dan memanfaatkan kekuatan karakter seseorang akan cenderung memiliki tingkat kepuasan hidup yang lebih tinggi, optimisme yang lebih besar, serta kemampuan mengatasi tantangan dan kesulitan hidup dengan optimal. Kekuatan karakter juga memiliki keterkaitan dengan kualitas hubungan seseorang dengan orang lain. Misalnya seseorng dengan kekuatan karakter seperti kejujuran, empati, atau keramahan cenderung memiliki kemampuan membangun hubungan yang lebih dekat, saling percaya, dan memuaskan dengan orang-orang di sekitarnya. Hal ini juga akan membentuk dasar hubungan yang sehat dan berkelanjutan. Dalam membangun komunitas yang kuat dan harmonis, kekuatan karakter juga memiliki andil di dalamnya. Ketika seseorang mampu memanfaatkan kekuatan karakter untuk saling memberikan dukungan satu sama lain, bekerja sama, dan berkontribusai untuk kepentingan bersama, maka akan tercipta komunitas yang makmur, berkelanjutan, dan sejahtera bersama. Dengan demikian, kekuatan karakter tidak hanya bermanfaat pada
Teori Ilmu Psikologi 145 diri sendiri, namun lebih jauh dari pada itu juga memiliki dampak positif dalam merangsang hubungan tingkat hubungan interpersonal dan komunitas luas. Dari hal ini perlu disadari betapa bergunanya untuk kita mengenali dan mengembangkan kekuatan karakter untuk menciptakan kehidupan yang lebih bermakna dan maksimal. Kekuatan karakter tidak sama dengan kekuatan pribadi, di mana tidak semua kekuatan pribadi adalah kekuatan karakter. Bakat tidak tentu sama dengan kekuatan karakter, karena bakat lebih merujuk pada kemampuan alami atau potensi yang dimiliki seseorang dalam suatu bidang tertentu, seperti kemampuan bermain musik, menulis, olahraga, seni, ataupun ketrampilan teknis. Seringnya, bakat merupakan hasil dari faktorfaktor geneik dan pembawaan individu dan tidak mudah berubah. Begitu juga dengan minat dan hasrat, adalah hal yang berbeda dengan kekuatan karaketer. Minat membuat seseorang merasa tertarik dan berkeinginan untuk melibatkan diri dalam topik, aktivitas, atau bidang tertentu yang disukai. Hasrat lebih kepada dorongan atau keinginan yang kuat untuk melakukan atau mencapai sesuatu yang diinginkan. Keduanya dapat mempengaruhi pengembangan ketrampilan tertentu sesuai keinginanannya karena ketertarikan atau motivasi yang kuat memungkinan seseorang belajar dan mengembangkan ketrampilan tersebut. Kekuatan karakter tidak hanya mencerminkan sifatsifat positif yang ada dalam diri individu, tetapi juga
146 Teori Ilmu Psikologi tercermin dalam perbuatan atau tindakan dalam kehidupan sehari-hari. sehingga kekuatan karakter bukan sekedar menjadi bagian intergral dari identitas dan kepribadian seseorang, tetapi juga menjadi cara untuk berkontribusi positif dalam lingkungan sekitar dan membentuk hubungan yang sehat serta bermakna dengan orang lain. maka kekuatan karakter ini dapat menjadi suatu kebaikan yang seseorang tunjukkan ke dunia. Memahami dan mengembangkan kekuatan karakter setidaknya membantu seseorang untuk memandang suatu peristiwa dari dua perspektif. Pertama, ketika segala sesuatu dalam hiduonya berjalan dengan baik, kekuatan karakter dapat membantu melihat apa yang terbaik dari dalam diri sendiri maupun orang lain. Kedua, saat segala sesuatunya berjalan buruk tidak seperti yang diharapkan, seseorang dapat menggunakan kekuatan karakter untuk memberikan keseimbangan pada perjuangan yang dihadapi, yang akan mengalihkan fokus dari yang negatif menjadi fokus pada arah positif. Psikologi positif menekankan pentingnya memilih sudut pandang yang positif dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Namun demikian, bukan berarti kemudian menutup mata terhadap realitas atau mengabaikan masalah yang ada, tetapi bagaimana membawa respon dan reaksi terhadap realitas tersebut. Dengan manjalani hidup dengan pandangan yang lebih positif akan membantu menciptakan kesejahteraan yang lebih dalam dan bermakna bagi diri sendiri maupun orang lain. Ini dapat ditandai juga sebagai pengingat bahwa seseorang memiliki kontrolnya sendiri atas cara memandang dunia dan
Teori Ilmu Psikologi 147 mengelola pikiran serta emosi sehingga terciptalah kehidupan yang bermakna dan memuaskan. Setiap individu mungkin memiliki perspektif subjektif tersendiri dalam meandang kehidupan dan menentukan kualitas hidupnya. Kualitas hidup dapat digambarkan sebagai perasaan subjektif seseorang mengenai kesejahteraan dirinya, yang didasarkan pada pengalaman hidup secara keseluruhan pada saat ini. pencapaian kehidupan manusia yang ideal atau sesuai keinginan juga menjadi bagian dari kualitas hidup. Kualitas hidup merupakan suatu keseimbangan dari kesempatan atau keterbatasan kehidupan seseorang yang juga sebagai hasil dari proses interaksi antara idividu dengan lingkungannya (Renwick, R., Brown and Nagler, 1996). Kualitas hidup dapat dipahami sebagai keseluruhan kesejahteraan hidup yang mencakup dua aspek penting yaitu evaluasi objektif dan subjektif. Evaluasi objektif terkait dengan berbagai dimensi seperti kesehatan fisik dan mental, pendapatan, kondisi kehidupan di rumah, kualitas hubungan pertemanan, aktivitas sehari-hari, dan peran sosial. Ini juga mencerminkan kondisi faktual dan lingkungan eksternal yang memengaruhi kualitas hidup seseorang. Sementara, evaluasi subjektif mengacu pada kepuasan pribadi individu terhadap kondisi hidupnya, yang dalam hal ini mencerminkan persepsi dan penilaian subjektif individu terhadap kebahagiaan, kepuasan, dan makna dalam hidup mereka. Pentingnya evaluasi subjektif menyoroti bahwa kepuasan hidup tidak hanya bergantung pada faktor-faktor objektif atau penilaian para ahli, tetapi
148 Teori Ilmu Psikologi juga pada evaluasi individu terhadap kehidupan mereka sendiri. Kualitas hidup dan kepuasan hidup terkait erat dengan kesejahteraan subjektif (subjective well-being), yang menekankan pentingnya persepsi individu terhadap keadaan hidup mereka sebagai indikator utama dari kualitas hidup mereka. Kesejahteraan subjektif dapat dipahami sebagai bentuk bagaimana seseorang memandang dan memaknai kehidupannya, yang dalam hal ini juga merupakan gabungan antara aspek kogitif dan afektif dari kehidupan seseorang. Aspek kognitif kesejahteraan subjektif melibatkan penilaian rasional atau kognitif terhadap kehidupan, seperti tingkat kepuasan hidup atau pemenuhan terhadap tujuan dan kebutuhan pribadi. Di satu sisi yang lain, aspek afektif melibatkan reaksi emosional terhadap pengalaman hidup, yang mencakup pengalaman emosi positif seperti kegembiraan, sukacita, dan kedamaian, serta rendahnya tingkat emosi negatif seperti kecemasan, depresi, atau stres. Ini menyoroti kompleksitas dari kesejahteraan subjektif seseorang dan pentingnya menggabungkan baik penilaian kognitif maupun afektif dalam memahami kebahagiaan dan kualitas hidup seseorang secara menyeluruh. Kesejahteraan menjadi saalah satu gambaran kualitas hidup individu dan masyarakat, oleh karenanya banyak juga para ahli filsafat membicarakan tentang kehidupan yang baik, dan kemudian salah satu kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa kehidupan yang baik yaitu kebahagiaan. Kebahagiaan tidak hanya memengaruhi individu secara subjektif tetapi juga memiliki dampak yang
Teori Ilmu Psikologi 149 signifikan pada kesejahteraa. Dengan memiliki rasa bahagia, seseorang cenderung memiliki tingkat stres yang lebih rendah. Hal ini dikarenakan kebahagiaan dapat mengurangi tekanan dan meningkatkan kesejahteraan mental. Selain itu, kebahagiaan juga dapat meningkatkan aktivitas sosial. Yang mana ketika seseorang merasa bahagia cenderung lebih aktif dalam berinteraksi dengan orang lain dan terlibat dalam kegiatan sosial. Dari hal itu juga dapat membantu memperkuat hubungan sosial dan memperluas jaringan dukungan. Bahkan tidak cukup sampai di situ, afek positif yang terkait dengan kebahagiaan juga dapat meningkatkan tingkat energi dan produktivitas seseorang. Ketika seseorang merasa bahagia cenderung lebih termotivasi untuk mencapai tujuan mereka dan lebih efektif dalam menyelesaikan tugas-tugas mereka. Pada akhirnya, penting juga untuk memahami bahwa kebahagiaan bukan hanya tujuan akhir dalam hidup, tetapi juga merupakan bagian integral dari kesejahteraan individu dan masyarakat secara keseluruhan. Berangkat dari hak tersebut, upaya untuk meningkatkan kebahagiaan individu dapat berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan yang lebih luas. B. Strategi untuk meningkatkan kebahagiaan dan makna hidup Mengembangkan kehidupan bermakna dan dalam kebahagiaan bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan, karena itu membutuhkan refleksi mendalam, pertimbang-
150 Teori Ilmu Psikologi an nilai-nilai, dan komitmen untuk melakukan perubahan positif dalam kehidupan. Mengubah pandangan dari peristiwa buruk atau tidak sesuai harapan menjadi peristiwa yang lebih baik dan mengubah pengalaman hidup yang tidak bermakna menjadi lebih bermakna adalah bagian mendalam dari perjalanan menuju kehidupan yang bermakna. Untuk mencapai hal tersebut melibatkan upaya untuk mengatasi rintangan, belajar dari pengalaman-pengalaman sulit, dan mencari makna dalam setiap aspek kehidupan, baik dalam kesulitan maupun dalam kegembiraan. Dalam proses itu, seringnya juga memerlukan ketekunan, keberanian, dan komitmen yang kuat untuk terus berusaha bahkan ketika menghadapi tantangan dan kegagalan. Dengan proses uang tentunya tidak mudah itu, ketika seseorang berhasil mengembangkan kehidupan yang bermakna, hasilnya bisa memuaskan dan memenuhi untuk kebahagiaan jiwa. Dari lain sisi, juga perlu untuk diingat bahwa makna hidup ini bersifat subjektif dan dapat bervariasi antara individu. Apa yang diaanggap bermakna bagi seseorang bisa jadi tidak sama dengan orang lain. Karena kebutuhan dan pandangan seseorang terhadao kehidupan tidaklah sama. Oleh kareannya, setiap individu yang ingin menamukan kebermaknaan hidup perlu melakukan eksplorasi internal yang mendalam untuk menemukan apa yang benar-benar penting dan berarti bagi dalam kehidupan mereka. Setidaknya ada tiga hal yang ditekanakn dalam psikologi positif untuk mencapai kehidupan yang bahagia
Teori Ilmu Psikologi 151 (Seligman, 2002). Pertama, have a pleasant life (life of enjoyment). Menikmati hidup dan mencari kenikmatan adalah bagian penting dari pengalaman manusia. Namun demikian, terlalu banyak fokus pada hal baik bisa mengarah pada sesuatu yang berlebihan. Seperti treadmill hedonic yaitu semakin mencari kenikmatan, semakin sulit merasa puas dan habituasi yaitu kebosanan akibat seuatu hal yang terlalu banyak. Oleh karena itu, mempertahankan keseimbangan adalah sebuah kunci. Menghargai momen-momen kecil dan bersyukur atas apa yang kita miliki bisa membantu menghindari jebakan-jebakan tersebut. Disamping itu, penting untuk menemukan kebahagiaan dalam hal-hal yang lebih dalam, seperti hubungan yang berarti, pertumbuhan pribadi, dan kontribusi positif kepada orang lain dan dunia di sekitar kita. Saat kita memahami batasbatas kebahagiaan dan mempraktikkan kesadaran diri, kita bisa menikmati hidup dengan lebih dalam dan berkelanjutan. Ketika mengalami kesedihan, kecewa, atau kegagalan akan ada batas waktunya. Begitupun dengan kebahagiaan atau kegembiraan bisa sewaktu-waktu beralih menjadi kesedihan. Semakin tinggi merasakan bahagia mungkin juga ketika tiba waktunya kesedihan datang rasanya akan terlalu berat. Jika dalam hidup hanya menginginkan perasaan bahagia saja yang datang kita tidak akan atau di mana letak rasa bagaia itu. Kedua, have a good life (life of engagement). Eudaimonia, atau hidup yang bermakna, adalah konsep penting yang ditawarkan dalam filsafat Aristoteles. Hal ini
152 Teori Ilmu Psikologi berfokus pada pencapaian kebahagiaan melalui keterlibatan dalam kegiatan atau pekerjaan yang memungkinkan kita untuk mengekspresikan potensi dan nilai-nilai terbaik kita. Ketika kita sepenuhnya terlibat dalam sesuatu yang kita lakukan, waktu tampak berhenti, dan kita merasakan keadaan khusyuk yang membenamkan diri dalam pengalaman tersebut. Melibatkan diri dalam aktivitas yang memicu eudaimonia bukan hanya tentang kesenangan atau kenikmatan sesaat, tetapi tentang merasakan kepuasan yang mendalam dan makna yang mendalam dalam hidup. Termasuk dalam hubungan yang intim dan bermakna, pekerjaan yang memuaskan secara intelektual atau kreatif, atau kontribusi positif terhadap lingkungan sekitar. Hal yang penting juga untuk mencari kegiatan yang sesuai dengan nilai-nilai pribadi dan minat kita, serta yang memungkinkan untuk merasa terhubung dan memenuhi diri. Dengan mengembangkan pola pikir dan perilaku yang mendukung kebermaknaan hidup, kita dapat mencapai hidup yang lebih bermakna dan memuaskan. Ketiga, have a meaningful life (life of contribution). Hidup yang bermakna melalui kontribusi kepada orang lain atau mahluk lain adalah salah satu cara untuk menemukan tujuan yang mendalam dalam hidup kita. Ketika kita melayani dan berkontribusi, kita merasa terhubung dengan sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri, dan ini memberikan rasa makna yang mendalam. Kehiduapn yang luas ini bisa kita gunakan untuk terhubungan dengan lingkungan sekiar, alam, manusia,
Teori Ilmu Psikologi 153 budaya atau sesuatu yang membuat kita menikmati betapa kita memiliki makna yang besar dari pada diri sendiri. Ketika berpartisipasi dalam organisasi, kelompok, tradisi, atau gerakan yang sesuai dengan nilai-nilai dan minat kita, kita dapat merasa bahwa hidup kita memiliki dampak positif yang abadi. Ini bisa berupa menyumbangkan waktu, energi, atau sumber daya untuk membantu orang lain, atau mungkin melalui advokasi untuk isu-isu yang kita yakini. Betapa kehidupan ini begitu bermakna, manusia dengan sensitivitasnya bisa merasakan kehadiaran hal-hal di luar dirinya yang ikut terlibat dalam kehidupan ini. Dengan menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri, kita tidak hanya meningkatkan kesejahteraan orang lain, tetapi juga memperkaya dan memperdalam makna hidup kita sendiri. Kontribusi kita dapat membantu membangun komunitas yang lebih baik, menciptakan perubahan positif, dan meninggalkan warisan yang berarti bagi generasi yang akan datang. Psikologi positif yang dikembangkan oleh Martin Seligman memperkenalkan konsep penting tentang kehidupan yang baik. Menurut Seligman, kehidupan yang baik bukan hanya tentang mencari kebahagiaan sesaat, tetapi juga tentang penggunaan kekuatan dan kebajikan yang dimiliki individu untuk menciptakan kepuasan yang berkelanjutan dan makna dalam kehidupan mereka. Mengenali dan memahami kekuatan karakter dengan baik juga bisa menjadi pendekatan yang relevan untuk mencapai kebermaknaan secara subjektif.
154 Teori Ilmu Psikologi Menggunakan dan mengembangkan kekuatan karakter dengan baik bagi seseorang akan mampu mengatasi tantangan dan kesulitan dalam hidup dengan lebih baik. Seperti kekuatan kebijaksanaan dan pengetahuan, kebenarian, cinta dan kemanusiaan, keadilan, kesederhanaan, spiritualitas dan transendensi menjadi cara yang cukup baik untuk membentuk dasar kebahagiaan yang berkelanjutan. Konsisten pada latihan yang sehat dan pengembangan kekuatan individu sebagai kunci menuju kehidupan yang baik. Dan itu melibatkan pengakuan dan penggunaan kembali kekuatan khas individu dalam bidang-bidang utama kehidupan mereka. Ketika seseorang dapat menggunakan kekuatan dan kebajikan mereka secara konsisten dalam kegiatan sehari-hari, ini dapat menghasilkan kepuasan yang berlimpah dan kebahagiaan yang sejati. Kehidupan yang baik, menurut Seligman, melibatkan keseimbangan antara kebahagiaan, hubungan yang bermakna, dan pekerjaan yang memberikan makna. Dari semua itu juga mencakup aspek-aspek penting dari kehidupan yang membentuk pengalaman manusia secara menyeluruh. Namun demikian, Seligman juga menyoroti pentingnya mencari makna yang lebih dalam dalam kehidupan, sehingga bukan hanya sekadar kebahagiaan yang bersifat sementara. Psikologi positif mendorong orang untuk melangkah lebih jauh dalam pencarian kehidupan yang bermakna, yang melibatkan penggunaan kekuatan dan kebajikan mereka untuk mencapai tujuan
Teori Ilmu Psikologi 155 yang lebih besar dan memberikan kontribusi yang berarti kepada dunia. Psikologi positif mengajak orang untuk mengintegrasikan kebahagiaan yang berkelanjutan dengan pencarian makna yang lebih dalam dalam kehidupan setiap individu. Melalui latihan yang sehat, pengembangan kekuatan, dan pencarian makna, seseorang dapat membangun kehidupan yang baik yang memberikan kepuasan dan kebahagiaan yang berkelanjutan.
156 Teori Ilmu Psikologi Praktik dan Penelitian Kode Etik Psikologi Proki Karandja Hawur, S.Pd. sikolog berkomitmen untuk meningkatkan pengetahuan ilmiah dan profesional tentang memahami dan mengenal perilaku tentang diri mereka sendiri dan orang lain. Psikolog menggunakan pengetahuan dalam membantu kondisi seseorang, organisasi, dan masyarakat yang mengalami masalah psikologis dengan konseling dan psikoterapi. Psikologi bisa dengan studi dan penelitian dapat memberi nasihat kepada otoritas kesehatan, pendidikan, dan badan lainnya terkait strategi sosial. Dalam melakukan hal ini, para psikolog menjalankan peran profesi seperti peneliti, pendidik, ahli diagnosa, terapis, supervisor, konsultan, administrator, interventionist sosial, dan sanksi ahli. Psikologi dalam praktek menghormati dan memberikan perlindungan terhadap pelayanan dimasyarakat untuk menjamin kesejahteraan manusia hak-hak sipil dan asasi manusia. Psikolog dalam penelitian mendapatkan kebebasan bertanya P
Teori Ilmu Psikologi 157 maupun berekspresi terhadap penelitiannya. Psikolog dalam menjalankan dan membangun profesional dalam praktik ataupun ilmiahnya melalui penelitian, harus sesuai dengan kode etik yang ada. Kode etik ini memberikan seperangkat prinsip dan standar umum yang menjamin pedoman bagi Psikolog. Kode Etik ini diartikan untuk memberikan batasan khusus yang terdiri dari sebagian besar situasi yang dihadapi oleh psikolog. Tujuannya adalah kesejahteraan dan perlindungan individu dan kelompok dengan siapa psikolog bekerja dan pendidikan anggota, siswa, dan masyarakat mengenai standar etika. Pengembangan perangkat standar etika yang dinamis untuk perilaku psikolog yang berhubungan dengan pekerjaan memerlukan komitmen pribadi dan upaya seumur hidup untuk bertindak secara etis; untuk mendorong perilaku etis oleh siswa, pengawas, karyawan, dan kolega; dan untuk berkonsultasi dengan orang lain mengenai masalah etika. A. Prinsip-Prinsip dalam Praktik dan Penelitian Psikologi 1. Prinsip-Prinsip Umum Prinsip-prinsip umum berbeda dengan standar etika. Tujuan dibuatnya prinsip-prinsip umum untuk membimbing para psikolog untuk menuju etika tertinggi dalam profesinya menurut American Psychological Association (APA) ada 5 prinsip-prinsip umum dalam praktik psikologi.((APA), 2016) a. Prinsip A: Beneficence dan Nonmaleficence
158 Teori Ilmu Psikologi Psikolog memberikan manfaat bagi orang-orang dalam pelayanan agar tidak memberikan dampak kerugian. Psikolog memperhatikan kesehatan fisik dan mental agar tidak memberikan dampak bias pada saat pelayanan. b. Prinsip B:Kesetiaan dan Tanggung Jawab Psikolog dalam pelayanan maupun praktik menjunjung tinggi standar perilaku profesional, memperjelas peran dan kewajiban profesional mereka. Psikolog bekerja sama dengan profesional dan lembaga lain untuk kepentingan orang-orang dalam pelayanan mereka sejauh diperlukan. c. Prinsip C: Integritas Psikolog dalam pelayanan dimasyarakat selalu berusaha untuk meningkatkan dan melakukan kejujuran dan kebenaran dalam sains, pengajaran, dan praktik psikologi Pada aktivitas ini, psikolog tidak mencuri, menipu, atau terlibat dalam penipuan, dan penafsiran fakta yang salah secara sengaja. Psikolog berusaha keras untuk menepati janjinya dan menghindari komitmen yang tidak jelas atau tidak bijaksana. d. Prinsip D: Keadilan Psikolog memberikan keadilan hak yang sama untuk semua orang dalam menerima dan mendapatkan manfaat dari proses, prosedur dan pelayanan mereka. Pada saat pengambilan tindakan, psikolog memastikan batasan kompetensi dan
Teori Ilmu Psikologi 159 keterbatasan keahlian mereka tidak membiarkan praktik yang tidak adil. e. Prinsip E: Menghormati Hak dan Martabat Rakyat Psikolog menghormati dan menghargai hak individu atas privasi, kerahasiaan, dll. Psikolog menghargai adanya perbedaan yang ada disekitar masyarakat seperti agama, negara, bahasa, suku, ras, budaya maupun status sosial. 2. Prinsip-Prinsip Psikologi Indonesia Profesi psikologi diIndonesia menyusun sebuah kode etik, yang disebut kode etik psikologi Indonesia. Seluruh lulusan pendidikan psikologi diIndonesia, baik jenjang S1 - S3 bergabung dengan organisasi profesi psikologi yang disebut Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI). Ada lima prinsip etis yang terdapat dalam kode etik psikologi (HIMPSI, 2010). a. Prinsip hormat pada harkat dan martabat manusia. Prinsip etis ini didasari oleh penghormatan pada hak asasi manusia (HAM). Penghormatan atas taraf dan martabat manusia berarti menghormati setiap perbedaan budaya, status sosial, kebangsaan, dll. b. Prinsip integritas dan sikap ilmiah. Tanggung jawab profesi dalam bentuk integritas (kejujuran). Integritas dalam sikap ilmiah berkaitan dengan seseorang berintegritas akan senantiasa menjaga kejujuran, ketepatan, kebenaran dalam keilmuan serta pengajaran.
160 Teori Ilmu Psikologi c. Prinsip profesional. Kualitas sikap para anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk melakukan pekerjaan-pekerjaannya. d. Prinsip manfaat. Tindakan dalam pengambilan keputusan seseorang terdiri dari asas manfaat atau kegunaan. e. Prinsip keadilan. Terpenuhinya hak atau kedudukan semua orang sama. Prinsip keadilan dalam etika profesi psikologi bahwa kejujuran dan ketidak berpihakan merupakan hak setiap orang. 3. Prinsip-prinsip Penelitian a. Etik Penelitian (KEPK). The Belmont’s Report pada tahun 1976 dalam laporan Belmont disampaikan. Semua riset yang melibatkan manusia sebagai subyek, harus berdasarkan Komik Etik Penelitian (KEPK) 3 prinsip dasar etika penelitian (EP). Dibawah ini akan dijabarkan contoh tindakan melakukan 3 prinsip dasar etika penelitian. 1) Menghormati atau menghargai orang (respect for person) menurut (Katrachanca & Koleske, 2017) dalam penelitiannya mengidentifikasi empat kategori utama menunjukkan rasa hormat kepada peserta: Interaksi tim studi pribadi, proses komunikasi studi, inklusi, serta persetujuan dan otorisasi.
Teori Ilmu Psikologi 161 2) Interaksi tim studi pribadi; Pada saat melakukan penelitian, hal yang harus dilakukan sebagai bentuk menghargai partisipan penelitian yaitu tunjukkan kebaikan, kesabaran, tidak menghakimi, dan minat pada peserta sebagai pribadi, menghubungi peserta untuk memastikan mereka memahaminya, tunjukkan penghargaan atas kontribusi peserta, dan tekankan manfaat studi bagi individu dan masyarakat. 3) Proses komunikasi; Pada saat melakukan penelitian, hal yang harus dilakukan sebagai bentuk menghargai partisipan penelitian yaitu menawarkan berbagai cara untuk menghubungi partisipan (telepon, email, dll.), komunikasi harus dilakukan dengan menggunakan bahasa yang pantas (jangan terlalu spesifik, terlalu rumit, atau tidak dalam bahasa yang relevan), dan berikan pertanyaan sederhana terkait dengan penelitian kepada partisipan. b. Inklusi (Penyertaan); Pada saat melakukan penelitian, hal yang harus dilakukan sebagai bentuk menghargai partisipan penelitian yaitu memastikan bahwa informasi yang diberikan dapat dipahami oleh semua calon peserta dan bahwa orang-orang dari semua ras dan etnis, tingkat pendidikan, kemampuan, bahasa, dan budaya dapat berpartisipasi (materi yang jelas dan
162 Teori Ilmu Psikologi sederhana, untuk memastikan siapa pun dapat menjawab pertanyaan), pentingnya menawarkan dukungan dan akomodasi untuk meningkatkan aksesibilitas. c. Persetujuan dan otoritas; Pada saat melakukan penelitian, hal yang harus dilakukan sebagai bentuk menghargai partisipan penelitian yaitu transparansi mengenai unsur-unsur utama persetujuan sebagai rasa bagian dari rasa hormat, dan menginginkan penjelasan yang jelas dan menyeluruh mengenai tujuan, desain, prosedur, nilai, risiko dan manfaat penelitian, praktik pengumpulan data, dan perlindungan privasi. Menyajikan informasi penelitian secara netral. Menghargai bahwa mereka dapat memilih hasil mana yang ingin mereka terima dan bahkan berubah pikiran dikemudian hari. Menepati janji terkait privasi, termasuk hanya menggunakan data peserta sebagaimana diizinkan. d. Kualitas Berbuat baik/menguntungkan (beneficence). Pada tindakan berbuat baik atau kebaikan harus berada diatas kewajiban. Penerapan beneficence dalam penelitian mempermtibangkan penelian atau penimbangan risiko/manfaat yang mungkin diberikan kepada partisipan penelitian. Ada beberapa cara untuk memaksimalkan manfaat.(Barrios et al., 2022) 1) Manfaat sebagai kemungkinan dalam pengambilan risiko. Manfaat dan risiko hidup berdampingan dalam penelitian dan dapat
Teori Ilmu Psikologi 163 disajikan pada saat penelitian berlangsung dengan mengupayakan agar manfaatnya selalu lebih besar dari pada resikonya dan resikonya harus diminimalkan. 2) Memaksimalkan kemungkinan manfaat dengan melindungi peserta dan mencegah mereka kehilangan manfaat 3) Memaksimalkan manfaat yang mungkin menjamin kesejahteraan peserta atau melakukan upaya untuk menjamin kesejahteraan dalam hal pengetahuan baru yang dihasilkan dalam penelitian. 4) Memaksimalkan kemungkinan manfaat kerentanan, yang mana memadai tidak boleh dibatasi pada perlindungan terhadap bahaya tetapi meminimalkan keadaan yang menghalangi partisipan memperoleh manfaat penelitian. e. Keadilan (justice). Teori ini berkaitan erat dengan sikap adil seseorang pada orang lain ada beberapa contoh keadilan. 1) Penelitian tidak boleh terlalu melibatkan orang-orang dari kelompok yang tidak mungkin menjadi penerima manfaat dari penerapan penelitian selanjutnya 2) Rancangan dan penentuan rasio risiko manfaat yang dapat diterima harus dievaluasi dengan standar yang sama
164 Teori Ilmu Psikologi 3) Penerima manfaat dari hasil penelitian harus mencangkup masyarakat ditempat penelitian. B. Prinsip-prinsip umum dalam penelitian dan publikasi American Psychological Association (APA) 1. Persetujuan institusional diperlukan. Psikolog sebelum melakukan penelitian, mereka harus memberikan informasi terkait proposal penelitian dan mendapatkan persetujuan serta penelitian yang akan dilakukan sesuai dengan protokol penelitian yang disetujui. 2. Persetujuan yang di informasikan untuk penelitian. Saat memperoleh persetujuan berdasarkan informasi sebagaimana disyaratkan: a. Tujuan penelitian, durasi dan prosedur b. Hak mereka untuk menolak berpartisipasi dan menarik diri dari penelitian setelah partisipasi dimulai c. Konsekuensi yang dapat diduga dari penolakan atau penarikan diri; d. Faktor-faktor yang dapat diperkirakan secara wajar dan diperkirakan akan mempengaruhi kesediaan mereka untuk berpartisipasi seperti potensi risiko, ketidak nyamanan, atau dampak buruk e. Manfaat penelitian prospektif f. Batasan kerahasiaan g. Insentif partisipasi
Teori Ilmu Psikologi 165 h. Siapa yang harus dihubungi jika ada pertanyaan mengenai penelitian dan hak-hak peserta penelitian. Psikolog yang melakukan penelitian penggunaan perlakukan eksperimental memberitahukan kepada peserta di awal penelitian tentang: a. Eksperimental dari perlakuan tersebut b. Layanan yang akan atau tidak akan tersedia bagi kelompok kontrol jika diperluka c. Cara penugasan ke kelompok perlakuan dan kontrol akan dilakukan d. Tersedianya alternatif pengobatan jika seseorang tidak ingin berpartisipasi dalam penelitian atau ingin mengundurkan diri setelah penelitian dimulai e. Kompensasi atau biaya untuk berpartisipasi. 3. Penjelasan dan persetujuan untuk merekam suara dan gambar dalam penelitian. Psikolog terlebih dahulu meminta persetujuan pada partispan penelitian sebelum merekam suara atau gambar untuk dikumpulkan sebagai data kecuali penelitian hanya terdiri dari pengamatan naturalistik di tempat umum dan rekaman tidak menyebabkan identifikasi pribadi partisipan atau bahaya. 4. Peserta penelitian (Klien/pasien atau pelajar). Pada saat psikolog melakukan penelitian dengan para partisipan penelitian, psikolog mengambil tindakan untuk melindungi calon partisipan dan konsekuensi buruk karena menolak atau menarik diri dari
166 Teori Ilmu Psikologi partsipan. Partisipan harus mendapatkan kegiatan yang adil. 5. Penjelasan dan persetujuan untuk penelitian. Psikolog hanya boleh memberikan persetujuan berdasarkan informasi. Jika diizinkan oleh undangundang federal atau institusi dan jika penelitian tidak dianggap menimbulkan kesusahan atau bahaya dan melibatkan: a. Studi tentang praktik pendidikan normal, kurikulum, atau metode manajemen kelas yang dilakukan di lingkungan pendidikan b. Hanya kuesioner anonim, observasi naturalistik, atau penelitian arsip yang mengungkapkan jawaban tidak akan menempatkan partisipan pada risiko tanggung jawab pidana atau perdata atau reputasi dll. c. Studi tentang faktor-faktor yang berkaitan dengan efektivitas pekerjaan atau organisasi yang tidak menimbulkan risiko terhadap kelayakan kerja peserta, dan kerahasiaannya dilindungi C. Menyelesaikan Masalah Etis Psikolog dalam tugas profesionalnya pada pelayanan praktik maupun penelitian, kemungkinan besar akan menghadapi konflik antara tanggung jawab etis mereka dan tuntutan organisasi tempat mereka bekerja. Kode Etik juga memperjelas bahwa psikolog harus tetap berkomitmen terhadap Standarnya ketika tanggung jawab etis bertentangan dengan tuntutan organisasi atau dengan hukum, peraturan, atau otoritas hukum lain yang
Teori Ilmu Psikologi 167 mengatur. Jika konflik tersebut muncul, psikolog diarahkan untuk mengklarifikasi konflik tersebut dan berupaya menyelesaikannya dengan cara yang sesuai dengan Kode Etik. Berikut konflik yang secara garis besar akan dihadapi psikolog dan solusi untuk menyelesaikan konflik sesuai Kode Etik. 1. Penyalahgunaan Karya Psikolog Apabila Psikolog melanggar wewenang di bidang profesi psikolog dan Kode Etik Psikologi baik itu bersifat ringan, sedang atau berat. Psikolog yang melakukan pelanggaran tetap mendapatkan sanksi sesuai pelanggaran apa yang telah dilakukan. Pelanggaran yang dimaksudkan adalah menyalahi standar proses, standar prosedur dan manipulasi data seperti psikolog yang tidak memiliki izin praktik serta layanan psikolog yang menyimpang. Adapun contoh satu kasus yang mana merupakan kesalahan layanan psikolog. Contoh: Seorang psikolog mendiagnosis bahwa orang tersebut bipolar, tapi pada kenyataannya orang tersebut hanya siklotimia dan tidak bipolar. Oleh karena itu, psikolog tersebut telah lalai dalam mendiagnosis dan menangani klien. Psikolog tersebut akan mendapatkan sanksi sebagaimana diatur dalam kode etik psikologi Indonesia. Psikolog apabila melakukan kesalahan harus memperbaiki (Merevisi apa yang telah disampaikan, mengganti teori baru yang sudah diperbaiki) kesalahannya sehingga tidak merugikan orang lain yang menggunakan jasa psikolog tersebut.
168 Teori Ilmu Psikologi 2. Konflik Antara Etika dan Hukum, Peraturan, atau Otoritas Hukum Lainnya Standar perilaku moral, etika, dan hukum yang dimiliki psikolog adalah masalah pribadi yang sama seperti halnya warga negara lainnya. Psikolog harus menyadari standar masyarakat yang berlaku dan dampak dari layanan profesional. Kepercayaan terhadap psikologi dan psikolog dipegang oleh masyarakat umum. Berdasarkan hal itu, Psikolog mematuhi undang-undang pemerintah dan peraturan institusi yang relevan apabila masih dalam kejadian biasa. Jika tanggung jawab etis psikolog bertentangan dengan hukum, peraturan, atau otoritas hukum lain yang mengatur, psikolog mengklasifikasi sifat konflik tersebut, menyatakan komitmen mereka terhadap Kode Etik dan mengambil langkah-langkah yang wajar untuk menyelesaikan konflik tersebut sesuai dengan Prinsip Umum dan Standar Etika Psikologi Kode Etik. Dalam keadaan apa pun standard ini tidak boleh digunakan untuk membenarkan atau membela pelanggaran hak asasi manusia. Salah satu kasus psikologi yang berhubungan dengan hal ini yaitu pengaduan etika yang diajukan terhadap psikolog John Leso atas perannya dalam perlakuan kasar terhadap tahanan difasilitas penahanan Teluk Guantanamo (Eidelson, 2015). 3. Konflik Antara Etika dan Tuntutan Organisasi Jika tuntutan organisasi di mana psikolog berafiliasi atau tempat mereka bekerja bertentangan dengan Kode Etik ini, psikolog mengklasifikasi sifat
Teori Ilmu Psikologi 169 konflik, menyatakan komitmen mereka terhadap Kode Etik, dan mengambil langkah-langkah yang wajar untuk menyelesaikan apa pun, standar ini tidak boleh digunakan untuk membenarkan atau membela hak asasi manusia. 4. Bekerja sama dengan Komite Etika Psikolog bekerja sama dalam menyelidiki etika, proses hukum, dan persyaratan yang dihasilkan dari HIMPSI atau asosiasi psikologis negara apa pun yang berafiliasi dengan mereka. Dengan melakukan hal ini, mereka mengatasi masalah kerahasiaan apa pun. Kegagalan untuk bekerja sama itu sendiri merupakan pelanggaran etika. Namun, mengajukan permohonan untuk menunda penyelesaian suatu keluhan etika sambil menunggu hasil litigasi bukan merupakan tindakan tidak bekerja sama. 5. Penyelesaian Informal atas Pelanggaran Etis Ketika psikolog meyakini bahwa telah terjadi pelanggaran etika yang dilakukan oleh psikolog lain, mereka berusaha menyelesaikan masalah tersebut dengan memberitahukannya kepada individu tersebut, jika penyelesaian informal tidak melanggar apa pun. 6. Pengaduan yang Tidak Pantas Psikolog tidak mengajukan atau mendorong pengajuan pengaduan etika yang dibuat dengan mengabaikan secara sembrono atau dengan sengaja mengabaikan fakta yang akan menyangkal tuduhan tersebut.
170 Teori Ilmu Psikologi 7. Diskriminasi yang Tidak Adil Terhadap Keluhan Apabila ada terdapat keluhan, HIMPSI dan MP tidak menolak siapa pun yang ingin mengajukan keluhan karena terkena pelanggaran etika. Namun, keluhan harus berdasarkan fakta-fakta yang jelas dan masuk akal. Contoh kasus: Terdapat dua psikolog yaitu NN dan AB. Ada klien berinisial AB. Namun semua psikolog sedang dalam urusan dan diberikan ke NN. Setelah ada salah satu psikolog senior berinisial SH kembali dan berniat memberikan penangan kepada klien AB. Namun NN menolak. Padahal penangganan yang diberikan oleh NN ke AB tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Kasus seperti ini menunjukkan pelanggaran kode etik dilakukan oleh psikolog NN kepada psikolog SH. 8. Melaporkan Pelanggaran Etis Jika suatu pelanggaran etika telah merugikan seseorang atau organisasi. Psikolog mengambil tindakan rujukan ke komite etika profesi tingkat negara bagian atau nasional, dewan prizinan negara bagian, atau lembaga yang berwenang. Stadar ini tidak berlaku ketika sudah adanya campur tangan, maka akan melanggar hak kerahasiaan atau ketika psikolog diminta untuk meninjau pekerjaan psikolog lain. Salah satu contoh kasus pelanggaran etis. Kasus pelecehan seksual berdasarkan media pemberitaan kumpacaran.com., seorang selebgram dan public figure menyebarluaskan aksi seorang praktisi psikologi dengan nama Dedy Susanto yang diduga melakukan pelecehan seksual pada klien-kliennya.
Teori Ilmu Psikologi 171 Klien yang ditangani Dedy Susanto menjelaskan bahwa mereka telah mengalami pelecehan seksual oleh Dedy Susanto. Para klien menceritakan bahwa mereka mengalami trauma untuk datang kembali ke psikolog. Hal ini membuat banyak masyarakat memiliki rasa takut untuk datang menemui psikolog karena takut mengalami hal yang sama. Kasus seperti ini menunjukkan pelanggaran kode etik D. Kompetensi Psikolog dalam praktik profesional psikologi maupun penelitian, apabila terjadi suatu konflik. Psikolog harus mempunyai kompetensi diri yang baik. Hal ini penting untuk mengatasi potensi masalah dan konflik pribadi. Masalah pribadi dapat berasal dari berbagai sumber, mulai dari ketegangan antara nilai-nilai pribadi dll. Hal ini dapat berdampak buruk pada kompetensi profesional psikolog, yang pada gilirannya berpotensi berdampak negatif pada klien. Oleh karena itu, pentingnya seorang psikilog memiliki kompetensi diri yang baik. 1. Batas Kompetensi a. Psikologi dalam pelayanan, mengajar, dan melakukan penelitian dengan manusia hanya dalam batas kompetensinya. Batasan kompetensinya mencangkup pendidikan, pelatihan, pengalaman yang diawasi, konsultasi, studi, atau pengalaman profesional. b. Pengetahuan ilmiah atau profesional dalam disiplin psikologi dalam pelaksanaan layanan atau
172 Teori Ilmu Psikologi penelitian secara efektif. Keefektifan ini terkait dengan pemahaman akan usia, jenis kelamin, identitas gender, ras, etnis, budaya, asal kebangsaan, agama, bahasa, dan status sosial ekonomi. Psikolog yang berencana untuk memberikan layanan, mengajar, atau melakukan penelitian yang melibatkan populasi, bidang, teknik, atau teknologi yang baru bagi mereka melakukan pendidikan, pelatihan, pengalaman yang diawasi, konsultansi, atau studi yang relevan c. Ketika psikolog diminta untuk memberikan layanan dalam keadaan darurat kepada individu yang layanan kesehatan mental. Namun, Psikolog tersebut belum memperoleh kompetensi yang diperlukan. Psikolog dapat memberikan layanan tersebut. Layanan dihentikan segera setelah keadaan darurat berakhir atau layanan yang sesuai telah tersedia d. Dalam mempertahankan kompetensi psikolog melakukan upaya berkelanjutan untuk mengembangkan dan mempertahankan kompetensi mereka. Para psikolog mendapatkan kompetensi yang dibutuhkan dapat menggunakan penelitian, pelatihan, konsultasi, atau studi yang relevan. e. Di bidang-bidang yang baru muncul dimana standar pelatihan persiapan yang diakui secara umum belum ada. Psikolog tetap mengambil langkah-langkah yang wajar untuk memastikan kompetensi pekerjaan mereka dan untuk
Teori Ilmu Psikologi 173 melindungi klien/pasien, pelajar, pengawas, peserta penelitian, organisasi, klein, dan orang lain dari bahaya f. Saat bekerja pada industri atau perusahaan tertentu, misalnya peran forensik. Psikolog wajib menyesuaikan peraturan peradilan atau administratif yang mengatur peran mereka. g. Psikolog mengalami masalah dan konflik pribadi . Ketika Psikolog menyadari adanya masalah pribadi yang mungkin menghalangi mereka dalam melakukan tugas pekerjaan yang kompeten, maka psikolog mengambil tindakan tepat untuk mendapatkan konsultasi atau bantuan profesional dalam menentukan apakah mereka harus membatasi, menangguhkan, atau menghentikan tugas mereka yang berhubungan dengan pekerjaan dan pelayanan. 2. Batasan Kompetensi Hubungan Manusia a. Diskriminasi yang tidak adil. Dalam pelayanan pekerjaan, psikolog tidak melakukan diskriminasi yang tidak adil berdasarkan perbedaan-perbedaan berdasarkan usia, jenis kelamin, identitas, gender, ras, etnis, budaya, asal negara, agama, orientasi seksual, status sosial ekonomi, atau dasar apa pun yang dilarang oleh hukum b. Pelecehan seksual. Psikolog tidak terlibat dalam pelecehan seksual seperti ajakan seksual, rayuan fisik, atau perilaku verbal atau nonverbal yang bersifat seksual. Pelecehan lainnya psikolog tidak
174 Teori Ilmu Psikologi dengan sadar terlibat dalam perilaku yang melecehkan atau merendahkan orang-orang yang berinteraksi dengan mereka berdasarkan perbedaan-perbedaan sosial yang ada dimasyarakat. c. Banyak hubungan. Psikolog tidak melakukan hubungan dalam peran profesional dalam pelayanan dengan seseorang dan pada saat yang sama berada dalam peran lain dengan orang yang sama. Hubungan tersebut dapat mengganggu objektivitas, kompetensi, atau efektivitas psikolog dalam menjalankan fungsinya sebagai psikolog. Jika seorang psikolog menemukan bahwa faktorfaktor yang tidak terduga, telah timbul hubungan ganda yang berpotensi merugikan, psikolog tersebut mengambil langkah-langkah wajar untuk menyelesaikannya dengan mempertimbangkan banyak hal dan didasarkan pada kode etik yang ada. d. Permintaan layanan pihak ketiga. Psikolog setuju memberikan layanan kepada seseorang atas permintaan pihak ketiga. Psikolog harus mengklarifikasi sejak awal layanan tersebut sifat hubungan dengan semua individu atau organisasi yang terlibat. Klarifikasi mencangkup terapis, konsultan, ahli diagnosa, atau saksi ahli. Hal yang harus psikolog lakukan adalah 1). Identifikasi siapa kliennya 2). Dinformasikan tentang layanan yang diberikan atau informasi yang diperoleh 3). Batasan kerahasiaan.
Teori Ilmu Psikologi 175 e. Penjelasan dan persetujuan. Ketika psikolog melakukan penelitian atau memberikan layanan penilaian, terapi, konseling, atau konsultasi secara langsung atau melalui transmisi elektronik atau bentuk komunikasi lainnya untuk mendapatkan persetujuan dari individu. Bagi orang-orang yang secara hukum tidak mampu memberikan persetujuan, psikolog tetap 1). Memberikan penjelasan yang tepat 2) meminta persetujuan individu 3) mempertimbangkan preferensi dan kepentingan terbaik orang tersebut, dan 4) memperoleh izin yang sesuai dari orang yang berwenang secara hukum, jika persetujuan pengganti tersebut diizinkan atau diwajibkan oleh individu. Psikolog dengan tepat mendokumentasikan persetujuan izin, dan persetujuan secara tertulis atau lisan. 3. Privasi dan Kerahasiaan Menjaga kerahasiaan. Psikolog mempunyai kewajiban utama dan melakukan tindakan pencegahan dalam melindungi informasi rahasia melalui media apa pun. Batasan kerahasiaan dapat diatur oleh undang-undang profesional atau ilmiah. Batasan Kerahasiaan. a. Rekaman. Sebelum merekam suara atau gambar individu yang menerima layanan, psikolog harus memperoleh izin dari individu tersebut atau perwakilan hukum mereka. b. Psikolog memasukkan laporan dan konsultasi tertulis dan lisan, hanya informasi yang berkaitan dengan tujuan komunikasi tersebut dilakukan.
176 Teori Ilmu Psikologi Psikolog mendiskusi informasi rahasia yang diperoleh hanya sebatas untuk tujuan ilmiah atau profesional dalam pekerjaan. Informasi yang diberikan hanya sebatas yang diperlukan untuk mencapai tujuan konsultasi c. psikolog dapat mengungkapkan informasi rahasia dengan persetujuan yang sesuai dari klien dan organisasi, orang lain yang berwenang secara hukum atas nama klien/pasien kecuali dilarang oleh hukum.
Teori Ilmu Psikologi 177 Tantangan dan Peluang Psikologi ke Depan Eduardus Mujiarto Sujasmin, S.Mat sikologi abad 21 diharapkan mampu memberikan dampak dalam pengambilan kebijakan, pendidikan, dan bidang lainnya. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak permasalahanpermasalahan sosial yang terjadi pada masyarakat. Oleh karena itu, psikologi hadir dengan membawa inovasi-inovasi terbaru dalam praktik dan penelitian sebagai upaya membantu mengatasi masalah-masalah tersebut. A. Tren-tren baru dalam Penelitian dan Praktik Psikologi Psikologi saat ini telah banyak berkembang seiring banyaknya tuntutan dalam kehidupan masyarakat. American Psychological Association (APA) pada tahun 2023 melihat bahwa tren penelitian psikologi semakin P
178 Teori Ilmu Psikologi cepat berkembang dan menjadi lebih inklusif. Media sosial turut memberikan dampak yang signifikan dalam menciptakan tren-tren baru baik dalam praktik maupun penelitian psikologi. Pendekatan penelitian tradisional seperti menggunakan media boneka untuk mengetahui fungsi kognitif dan psikososial mulai diperdebatkan oleh beberapa peneliti. Untuk itu, para psikolog mulai merencanakan strategi untuk menyesuaikan penelitian dengan perkembangan zaman. Berikut disajikan beberapa tren-tren baru baik dalam penelitian maupun praktik psikologi. 1. Penelitian menjadi lebih Inklusif Para peneliti dibidang psikologi saat ini mulai meninggalkan praktik-praktik penelitian tradisional seperti menggunakan pendekatan penelitian baru yang termasuk siapa saja subjek yang terlibat dalam penelitian dan bagaimana penelitian tersebut dilakukan. Rasisme dan kesenjangan masyarakat menjadi isu kuat yang mendasari pergeseran tren-tren penelitian. Fokus utama yang diteliti terkait keberagaman dan inklusivitas menjadi suatu temuan yang penting untuk menguatkan hasil penelitian terdahulu. Peneliti mulai menekankan kesetaraan, keberagaman dan inklusivitas sebagai upaya untuk mengatasi kesenjangan sosial dan menegakkan keadilan. 2. Penelitian Berupaya Mengatasi Misinformasi Maraknya isu-isu yang tidak akurat menjadi suatu masalah besar bagi peneliti. Penelitian psikologi mulai
Teori Ilmu Psikologi 179 menetapkan masalah ini sebagai bagian dari fokus utama penelitian. Para peneliti mulai mematahkan teori-teori konspirasi yang merebak pada kalangan masyarakat dengan metode yang didukung secara ilmiah. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar informasi-informasi yang beredar merupakan hasil temuan ilmiah dengan bukti yang kuat. 3. Penelitian Melibatkan Audiens yang Lebih Luas Melihat kemajuan teknologi yang semakin pesat peneliti memandang hal ini sebagai suatu keuntungan untuk memperluas jangkauan sampel penelitian. Teknologi mempermudah semua lapisan masyarakat untuk dapat mengakses hasil-hasil penelitian ilmiah tanpa memandang waktu dan tempat. 4. Kolaborasi antar cabang Ilmu Pengetahuan Lainnya Psikologi terus berupaya untuk membantu cabang ilmu lainnya mengatasi masalah dan tantangan sosial yang dihadapi. Penelitian psikologi mulai mengarah pada permasalahan kesehatan mental anak, masalah sosial-budaya, dan politik. Tren-tren di atas menunjukkan bahwa penelitian dan praktik psikologi terus berkembang dan menekankan pada kesetaraan, inklusivitas, dan komitmen untuk mengatasi isu-isu sosial. B. Potensi Pengembangan Teknologi dan Implikasinya dalam Psikologi Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin cepat memberikan dampak yang signifikan
180 Teori Ilmu Psikologi terhadap segala aspek kehidupan manusia. Hal ini juga berdampak perilaku dan arah perkembangan penelitian psikologi. Teknologi membantu penelitian psikologi untuk dapat diterapkan langsung pada masalah nyata. Tumbuhnya minat masyarakat terhadap sosial media dan aplikasi-aplikasi hasil teknologi dilihat sebagai sebuah peluang besar bagi peneliti mengembangkan masingmasing ilmu pengetahuan yang diminati. Psikologi saat ini telah melihat ternyata terdapat pengaruh media sosial dan algoritma perangkat lunak dalam meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan kemampuan sosial individu. Contohnya mudahnya adalah gawai membantu pengguna untuk mengingat kembali informasi-informasi lama, memandu arah, membandingkan antar informasi, dan lain sebagainya. Peneliti psikologi mulai bereksplorasi dengan teknologi untuk mencapai beberapa tujuan. Beberapa penelitian terbaru menggunakan machine learning sebagai media pembantu untuk melihat perilaku psikologis seseorang. Melalui fitur-fitur yang disediakan, peneliti melihat adanya informasi sosial yang relevan dari seseorang yang menggunakan teknologi. Lebih lanjut, Artificial Intelligence (AI) merupakan salah satu hasil teknologi yang marak dikembangkan saat ini. Peneliti menggunakan AI sebagai alat bantu penelitian sehingga peneliti lebih mendapatkan banyak sumber informasi dan acuan dalam pengambilan keputusan. Penggunaan AI juga dapat menciptakan lingkungan kognitif yang menjadi salah satu landasan penelitian psikologi.
Teori Ilmu Psikologi 181 Teknologi membantu peneliti untuk memperoleh audiens yang lebih luas. Mudahnya mengakses internet dari berbagai waktu dan tempat mempermudah peneliti menyebarluaskan hasil penelitian dan kajian. Teknologi berperan sebagai alat penyaluran informasi yang mudah diakses dan ekonomis. Peneliti tidak hanya dapat membagi hasil penelitian pada masyarakat global tetapi dapat mencapai masyarakat global. Dengan kecepatan penyebaran informasi ini, hasil penelitian psikologi lebih mudah dikonsumsi oleh setiap lapisan masyarakat. Teknologi juga membantu menarik perhatian generasi muda sebagai salah satu objek penelitian psikologi. Media sosial dan segala aktivitasnya dapat dipantau dan dijadikan sebagai topik penelitian terbaru. Dengan kemudahan yang diperoleh berkat kemajuan teknologi, peneliti psikologi lebih mudah menemukan variabel-variabel penelitian yang baru dan unik dari suatu populasi. Tidak hanya melalui media sosial, psikologi juga tertarik meneliti tentang pengaruh game mobile yang difasilitasi dengan konten pendidikan dan seni. Psikologi melihat penggunaan teknologi berbasis game ini dapat membentuk karakter suatu individu. Namun demikian, kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi juga memberikan beberapa dampak negatif. Melihat hal ini, psikologi menetapkan beberapa batasan dalam menggunakan teknologi. Penelitian psikologi tidak hanya menekankan keunggulan penggunaan teknologi tetapi juga memberikan langkah-langkah preventif untuk mencegah penyalahgunaan media sosial. Beberapa masalah yang ditimbulkan dari penggunaan teknologi
182 Teori Ilmu Psikologi bukanlah suatu masalah sepele. Oleh karena itu, peneliti psikologi menetapkan hal ini sebagai salah satu aspek utama yang harus diteliti. Psikologi hadir sebagai pembatas setiap tindakan dalam memanfaatkan teknologi yang sedang berkembang. Psikologi menjadi petunjuk dalam mengeksplorasi teknologi sehingga memberikan dampak positif dan mengurangi dampak buruknya. Mengingat tingkat penggunaan teknologi yang didominasi oleh remaja dan anak muda, psikologi berupaya untuk mengoptimalkan penggunaan teknologi tetapi meminimalisir efek-efek buruk dari penggunaan teknologi yang berlebih. Oleh karena itu, hendaknya penggunaan teknologi didasarkan pada hasil penelitian psikologi psikologi yang relevan. Dengan berlandaskan ilmu psikologi, penggunaan teknologi akan menjadi efektif dan mengurangi masalahmasalah sosial yang terdapat pada masyarakat.
Teori Ilmu Psikologi 183 Daftar Pustaka Ary, D, Jacobs, LC, Sorensen, C & Razavieh, A 2010, Introduction to Research in Education, edk 8, Nelson Education Education Ltd, Canada. A., C.-H. (2000) The underlying causes of forest decline, The underlying causes of forest decline. Available at: https://doi.org/10.17528/cifor/000626. Ashraf, S. (2021) Finding the Enemy Within: Blasphemy Accusations and Subsequent Violence in Pakistan, Finding the Enemy Within: Blasphemy Accusations and Subsequent Violence in Pakistan. Available at: https://doi.org/10.22459/few.2021. Ataliç, H., Can, A. and Cantürk, N. (2016) ‘Herzberg’s Motivation- Hygiene Theory Applied to High School Teachers in Turkey’, European Journal of Multidisciplinary Studies, 1(4). Available at: https://doi.org/10.26417/ejms.v1i4.p90-97. Adiarti, W., 2015. Perkembangan AUD 2. Semarang: Unnes Press. Astuti, H. P., 2013. Perkembangan Anak Usia Dini 1. 1 penyunt. Yogyakarta: Deepublish. Anderson, J.R. 2010. Cognitive Psychology and Its Implications. Seventh Edition. Worth Publishers. NewYork (APA), A. P. A. (2016). Revision of Ethical Standard 3.04 of the
184 Teori Ilmu Psikologi ‚Ethical Principles of Psychologists and Code of Conduct‛ (2002, as amended 2010). American Psychologist, 71(9), 900. https://doi.org/10.1037/amp0000102 American Psycological Association (2022) Clinical Psychology. Available at: https://www.apa.org/ed/graduate/specialize/clinical (Accessed: 2 May 2024). Berk, L. E., 2006. Child Development. United States: Pearson International Edition. Brewer, J. A., 2007. Introduction to Early Childhood Education Preschool Through Primary Grades. United States: Pearson. Barrios, L. M., Ariadna, G., Levy, M., Díaz-Anzaldúa, A., & Camarena, E. E. (2022). Reflections of an Ethics Committee. Yale Journal of Biology and Medicine, 95, 389–398. Baddeley, A.D. 2005. Essentials of Human Memory ‚Cognitive Psychology A Modular Course‛. Taylor R Francis eLibrary. ISBN 0-203-34516-9.Inggris Braisby, N & Gellatly. 2005. Cognitive Psychology. Oxford University Press. New York Brown, C. 2007. Cognitive Psychology. SAGE Publications. London. Thousand Oaks. New Delhi Bojadziev, M. et al. (2016) ‘Age Related Preferences of Leadership Style: Testing McGregor’s Theory X and Y’, Journal of Management Research, 8(4). Available at: https://doi.org/10.5296/jmr.v8i4.10088.
Teori Ilmu Psikologi 185 Cowley, H.P. et al. (2022) ‘A framework for rigorous evaluation of human performance in human and machine learning comparison studies’, Scientific Reports, 12(1). Available at: https://doi.org/10.1038/s41598-022-08078- 3. Carr, A. (2004) Positive Psychology: The Science of Happiness and Human Strength. New York: Routledge. Departemen Kesehatan RI (2000) Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta. Dodi, N., 2016. Penerapan Pendekatan Konstruvistik dalam Pendidikan bagi Anak Usia Dini Dalam Rangka Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jurnal Of Educational Studies. Eidelson, R. J. (2015). ‚No Cause for Action‛: Revisiting the Ethics Case of Dr. John Leso. Journal of Social and Political Psychology, 3(1), 198–212. https://doi.org/10.5964/jspp.v3i1.479 Enggar, A., Ilmiah, S. and Yunitasari, E. (2022) ‘IDENTIFICATION OF INCOMPLETE FILLMENT OF MEDICAL RECORDS DOCUMENTS BASED ON EXPECTANCE MOTIVATION THEORY IN RSUD dr. R. KOESMA TUBAN’, International Nutrition and Health Administrations Journal, 1(1). Available at: https://doi.org/10.47710/inhaj.v1i1.3. Fasthoff, R.M., Nolte, L. and Kortsch, T. (2023) ‘Effectiveness of Digital and Analog Stress Management Interventions within Occupational Health Management in the Public Sector’, Merits, 3(4). Available at: https://doi.org/10.3390/merits3040037.
186 Teori Ilmu Psikologi Fu, X. (2024) ‘Intention-to-use low-carbon travel modes - An investigation integrating Maslow’s hierarchy of (driving) needs and the theory of planned behavior’, Sustainable Cities and Society, 101. Available at: https://doi.org/10.1016/j.scs.2024.105187. Grande, I. et al. (2016) ‘Bipolar disorder’, The Lancet, 387(10027), pp. 1561–1572. Goldstein, E.B. 2008. Cognitive Psychology ‚Connecting Mind, Research, and Everyday Experience‛. Thomson Wadsworth Harwanto, A.P., Triwahyudi, E. and Putri, R.D. (2023) ‘Lanskap Dinamika Skizofrenia: Studi Literatur Terkait Perilaku Pengidap Skizofrenia’, Flourishing Journal, 3(3), pp. 79–89. Hasnida, 2015. Analisis Kebutuhan Anak Usia Dini. 2 penyunt. Jakarta Timur: PT. Luxima Metro Media. Howitt, D & Cramer, D 2011, Introduction to Research Methods in Psychology, edk 3, Pearson Limited, London. Hurlock, E. B., 1980. Perkembangan Anak Jilid 1. 6 penyunt. Jakarta: Erlangga. Handayani, R., 2023. Konsep Pembelajaran Anak Inklusif dan Strategi Pembelajaran untuk Anak Inklusif. Jurnal Pendidikan Tambusai. HIMPSI. (2010). Kode Etik Psikologi Indonesia. Pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia, 11–19. http://himpsi.or.id/phocadownloadpap/kode-etikhimpsi.pdf
Teori Ilmu Psikologi 187 Irham, M., 2013. Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Ismi, S. F., 2021. Peran Psikologi Pendidik dalam Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jurdikbud, p. 3. Kalat, J. W. (2011). Introduction to psychology. Wadsworth, Cengage Learning. Katrachanca, S. M., & Koleske, A. J. (2017). Demonstrating ‚respect for persons‛ ini clinical research: Findings from quatitative interviews with diverse genomics research participants. Physiology & Behavior, 176(5), 139–148. Lazarević, S. and Lukić-Nikolić, J. (2021) ‘Importance of workplace wellness programmes in protection of employee health’, Sport - nauka i praksa, 11(2). Available at: https://doi.org/10.5937/snp2102091l. Mahyadi Mahyadi and Mochammad Isa Anshori (2023) ‘Umpan balik dan Evaluasi Terhadap kinerja Organisasi: A Literature Review’, Jurnal Ilmu Manajemen, Ekonomi dan Kewirausahaan, 3(2). Available at: https://doi.org/10.55606/jimek.v3i2.1781. Merians, A.N. et al. (2023) ‘Post-traumatic stress disorder’, Medical Clinics, 107(1), pp. 85–99. Muñoz, R.F., 2022. Harnessing Psychology and Technology to Contribute to Making Health Care a Universal Human Right. Cognitive and Behavioral Practice 29, 4–14. doi:10.1016/j.cbpra.2019.07.003
188 Teori Ilmu Psikologi Magpiroh, N. L., 2023. Psikologi Pendidikan: Teori, Perkembangan, Konsep, dan Penerapannya dalam Konteks Pendidikan Modern. Anfa Mediatama, p. 3. Muhamad, S., 2023. Penerapan Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam di SDIT Alam Nurul Islam Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Islam. Ostermann, T., Röer, J.P., Tomasik, M.J., 2021. Digitalization in psychology: A bit of challenge and a byte of success. Patterns. doi:10.1016/j.patter.2021.100334 Oladejo, S.Y. and Adenuga, A.O. (2023) ‘Sociological application of behavioural theories to work performance of academic staff in Nigerian universities’, Przegląd Krytyczny, 5(1). Available at: https://doi.org/10.14746/pk.2023.5.1.4. Peng, J. et al. (2024) ‘Balancing stakeholder benefits: A manyobjective optimal dispatch framework for home energy systems inspired by Maslow’s Hierarchy of needs’, Advances in Applied Energy, 13. Available at: https://doi.org/10.1016/j.adapen.2023.100160. Puteri, A. P., 2021. Hubungan Antara Kontrol Diri dan Dukungan Sosial dengan Motivasi Belajar pada Mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Surabaya. Jurnal Penelitian Psikologi. Parsons, T.D., 2022. Ethics in Technology for Clinical Psychology, in: Comprehensive Clinical Psychology, Second Edition. Elsevier, pp. 307–320. doi:10.1016/B978-0-12-818697-8.00007-8
Teori Ilmu Psikologi 189 Paulus, M., Caporaso, J., 2024. Prospects and challenges in the use of puppets in developmental psychology: Royal road to the child’s mind or a dead end? Cognitive Development 69. doi:10.1016/j.cogdev.2023.101399 Passer, Michael W. & Ronald E. Smith (2009). Psychology The Science of Mind and Behaviour. New York. McGrawHill. Peterson, C. and Seligman, M.E.. (2004) Character Strenghts and Virtues, American Psychological Association. Renwick, R., Brown, J. and Nagler, M. (1996) Quality of Life in Health Promotion and Rehabilitation. California: Sage Publication, Inc. Rojas, M., Méndez, A. and Watkins-Fassler, K. (2023) ‘The hierarchy of needs empirical examination of Maslow’s theory and lessons for development’, World Development, 165. Available at: https://doi.org/10.1016/j.worlddev.2023.106185. Rihi, J. R., 2023. Peran Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi di SMA Negeri 7 Kupang. Prosiding Ilmu Pendidikan dan Keguruan. Suryana, D., 2011. Perkembangan Anak Usia Dini Berbasis Psikologi Perkembangan. Padang, HIMPAUDI Tanah Datar. Sumanto, J., 2020. Perkembangan Peserta Didik. 1 ed. Tangerang Selatan - Banten: Unpam Press. Shute, R., 2004. Child Development: Thinking About Theoris. s.l.:s.n.
190 Teori Ilmu Psikologi Syarifuddin, 2022. Teori Humanistik dan Aplikasinya dalam Pembelajaran di Sekolah. Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan. Sypniewska, B., Baran, M. and Kłos, M. (2023) ‘Work engagement and employee satisfaction in the practice of sustainable human resource management – based on the study of Polish employees’, International Entrepreneurship and Management Journal, 19(3). Available at: https://doi.org/10.1007/s11365-023-00834- 9. Savitri, P.A.C. and Swandi, N.L.I.D. (2023) ‘Intervensi Kecemasan Pada Mahasiswa: Literature Review’, Psikobuletin: Buletin Ilmiah Psikologi, 4(1), pp. 43–55. Simanjuntak, T.D., Noveyani, A.E. and Kinanthi, C.A. (2023) ‘Prevalensi dan Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Simtom Depresi pada Penduduk di Indonesia (Analisis Data IFLS5 Tahun 2014-2015)’, Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia, 6(2), pp. 97–104. Saleh, AA 2018, Pengantar Psikologi, Penerbit Aksara Timur, Makassar. Sternberg, R.J. 2009. Cognitive Psychology. Wadsworth Cengage Learning. USA Santrock, J., 2022. Life-Span Development. s.l.:Penerbit Erlangga. Seligman, M.E.. (2002) Authentic Happiness: Using The New Positive Psychology to Relaize Your Potential for Lasting Fulfillment. New York: Free Press. Seligman, M.E.. (2011) Flourish: A Visionary New