Manajemen Keuangan Islam
Manajemen Keuangan Islam
Manajemen Keuangan Syariah Teori dan Praktik Copyright© PT Penamudamedia, 2024 Penulis: Moh Fakhrurozi, M.E.Sy., Yuliawati, S.E., M.E., Hj. Liliany Purnama Ratu, S.Kom., M.M., Raju Maulana, SE., MM., Agusdiwana Suarni, SE., M.Sc.Acc., Mukhtar Adinugroho, S.E., M.SEI., Ari Wibowo, S.E., M.Sc., Mappasessu, SH, MH., Makhda Intan Sanusi, S.H., M.E., Fudzi Hanafi, S.E., M.E., Dewi Anggraini, Se., M.Si., Jeane F D Talakua, S.IP,M.Si. ISBN: 978-623-8586-49-3 Desain Sampul: Tim PT Penamuda Media Tata Letak: Enbookdesign Diterbitkan Oleh PT Penamuda Media Casa Sidoarium RT 03 Ngentak, Sidoarium Dodeam Sleman Yogyakarta HP/Whatsapp : +6285700592256 Email : [email protected] Web : www.penamuda.com Instagram : @penamudamedia Cetakan Pertama, Mei 2024 x + 216, 15x23 cm Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin Penerbit
v Kata Pengantar engan penuh rasa syukur, kami hadirkan buku berjudul "Manajemen Keuangan Syariah: Teori dan Praktik". Buku ini merupakan upaya kami untuk membahas secara komprehensif mengenai konsep, prinsip, dan aplikasi manajemen keuangan yang berlandaskan prinsip syariah. Semoga buku ini dapat memberikan pemahaman yang mendalam serta bermanfaat bagi pembaca dalam mengelola keuangan dengan perspektif yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Semoga buku ini dapat menjadi panduan yang berharga bagi para pembaca dalam memahami dan mengimplementasikan prinsip-prinsip manajemen keuangan syariah dengan baik. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku ini dan berharap isi buku ini dapat memberikan kontribusi yang positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan praktik manajemen keuangan syariah. D
vi Daftar Isi Kata Pengantar ...................................................................... v Daftar Isi ............................................................................. vi Bab 1. Pendahuluan Keuangan Syariah ..................................... 1 A. Pengertian Manajemen Keuangan.................................... 3 B. Konsep Dasar Manajemen Keuangan Islam ...................... 4 C. Ruang Lingkup Manajemen Keuangan Syariah.................. 5 D. Perbedaan dengan Manajemen Keuangan Konvensional ... 7 E. Fungsi Manajemen keuangan Islam ................................. 8 F. Fungsi Manajer Keuangan..............................................11 G. Kriteria Perusahaan Syariah ...........................................14 H. Relevansi Manajemen Keuangan Syariah dalam Konteks Global...........................................................................15 Bab 2. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Syariah ................... 17 A. Pengertian Manajemen Keuangan Syariah.......................17 B. Fungsi Manajemen Keuangan Syariah.............................18 C. Sejarah dan Landasan Hukum Manajemen Keuangan Syariah .........................................................................21 D. Ruang Lingkup Manajemen Keuangan Syariah.................31
vii Bab 3. Ncf[c W[eno U[ha ^[h L_acncg[mc Sy[lc’[b ..................... 32 A. Konsep Dasar Nilai Waktu Uang (Time Value of Money)... 32 B. Time Value of Money dalam Ekonomi Konvensional ^[h Sy[lc’[b.................................................................. 37 C. KritikAtas Time Value of Money dan Perbedaan antaraTime Value of Money dan Economic Value of Time.. 44 D. Legitimasi Sy[lc’[bAtas TimeValue ofMoney................... 48 Bab 4. Institusi Keuangan Syariah .......................................... 52 A. Bank Syariah................................................................. 53 B. Asuransi Syariah ........................................................... 58 C. Pegadaian Syariah ......................................................... 61 D. Lembaga Pembiayaan Syariah........................................ 64 E. Pasar Modal Syariah ...................................................... 65 F. Instrument Pasar Modal Syariah.................................... 66 Bab 5. Laporan Keuangan Konvensional dan Syariah ............... 68 A. Laporan Keuangan ........................................................ 68 Bab 6. Investasi Syariah dan Asuransi Syariah ......................... 73 A. Investasi Syariah ........................................................... 73 B. Asuransi Syariah ........................................................... 78
viii Bab 7. Pengelolaan Risiko dalam Keuangan Syariah ................. 88 A. Perkembangan Industri Keuangan Syariah ......................90 B. Signifikansi Pengelolaan Risiko dalam Konteks Keuangan Syariah .........................................................................95 C. Identifikasi Laporan Risiko dalam Keuangan Syariah........98 D. Pendekatan Tradisional dan Kritis Terhadap Pengelolaan Risiko ......................................................................... 102 E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko dalam Keuangan Syariah........................................................ 105 F. Strategi-strategi Pengelolaan Risiko dalam Keuangan Syariah ....................................................................... 108 G. Pendekatan Teoritis dalam Pengelolaan Risiko............... 111 H. Pengaruh Teori Keuangan dan Ekonomi Islam dalam Pengelolaan Risiko....................................................... 113 I. Kontribusi Teori-teori Manajemen Risiko Konvensional dalam Konteks Keuangan Syariah ................................. 114 J. Implementasi Praktis Strategi Pengelolaan Risiko .......... 116 K. Studi Kasus tentang Penerapan Strategi Pengelolaan Risiko dalam Praktek Keuangan Syariah ........................ 118 L. Analisis Pelaksanaan Strategi Pengelolaan Risiko ........... 121 M. Kesimpulan................................................................. 122 N. Rekomendasi .............................................................. 124 Bab 8. Instrumen Keuangan Syariah ..................................... 127 A. Pengenalan tentang Instrumen Keuangan Syariah.......... 129
ix Bab 9. Etika dan Tata Kelola dalam Keuangan Syariah ............. 144 A. Tata Kelola Syariah.......................................................147 B. Pilar Penting Good Corporate Governance (GGC) ............150 C. Tujuan Tata Kelola Syariah............................................151 Bab 10. Perencanaan Keuangan Syariah ................................ 155 A. Prinsip Dasar Perencanaan Keuangan Syariah................159 B. Tahapan Perencanaan Keuangan...................................161 C. Produk dan Layanan Keuangan Syariah .........................163 D. Implementasi Perencanaan Keuangan Syariah ...............164 Bab 11. Modal dalam Perusahaan Syariah .............................. 167 A. Pengertian Modal (Capital)............................................167 B. Pembagian Modal Secara Umum ...................................168 C. Bentuk Permodalan Perusahaan Syariah ........................169 Bab 12. Tantangan dan Peluang dalam Manajemen Keuangan Syariah ................................................................. 179 A. Tantangan Manajemen Keuangan Syariah......................185 B. Peluang Manajemen Keuangan Syariah..........................191 Daftar Pustaka ................................................................... 196 Tentang Penulis ................................................................. 209
x
Manajemen Keuangan Islam - 1 Pendahuluan Keuangan Syariah ALAM era globalisasi ini, keuangan telah menjadi salah satu elemen utama yang memengaruhi stabilitas ekonomi suatu negara. Bagi umat Muslim, keuangan tidak hanya menjadi instrumen ekonomi, tetapi juga merupakan bagian integral dari kehidupan mereka yang mempresentasikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam. Konsep manajemen keuangan Islam muncul sebagai paradigma baru yang memadukan prinsip-prinsip keuangan konvensional dengan ajaran Islam. Keuangan Islam memiliki akar yang dalam dalam ajaran Islam, yang memiliki pandangan unik tentang konsep keadilan, kehalalan, dan keseimbangan dalam setiap transaksi keuangan. Dalam manajemen keuangan Islam, prinsip-prinsip ini menjadi panduan dalam pengambilan keputusan keuangan, investasi, dan pengelolaan risiko. Sebagai bagian dari sistem keuangan Islam yang lebih luas, manajemen keuangan Islam juga menghadapi tantangan dan peluang yang unik dalam mengintegrasikan prinsipprinsip syariah dengan praktek-praktek keuangan modern. Pemahaman yang mendalam tentang manajemen keuangan Islam menjadi urgen bagi para praktisi, akademisi, dan D
2 - Manajemen Keuangan Islam pemangku kepentingan yang terlibat dalam industri keuangan global. Manajemen keuangan telah menjadi pijakan utama dalam menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dalam beberapa dekade terakhir, keuangan syariah telah berkembang menjadi subjek yang mendapat perhatian besar di antara praktisi dan akademisi. Dengan prinsip-prinsip yang didasarkan pada ajaran Islam, manajemen keuangan syariah menawarkan pendekatan yang unik dan beretika dalam pengelolaan keuangan. Buku ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang luas terkait manajemen keuangan syariah. Pendekatan terstruktur akan digunakan untuk menjelaskan konsep dasar dalam manajemen keuangan Islam, prinsip-prinsip Syariah, perbedaan dengan manajemen keuangan konvensional, serta relevansi dan implikasinya dalam praktik bisnis dan keuangan global. Buku ini akan membahas persoalan-persoalan dalam manajemen keuangan Syariah meliputi Bab 1 Pendahuluan; Bab 2 Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Syariah; Bab 3 Nilai Waktu Uang dan Legitimasi Syariah; Bab 4 Institusi Keuangan Syariah; Bab 5 Laporan Keuangan Konvensional dan Syariah; Bab 6 Pembiayaan Syariah; Bab 7 Investasi Syariah dan Ansuransi Syariah; Bab 8 Pengelolaan Risiko dalam Keuangan Syariah; Bab 9 Instrumen Keuangan Syariah; Bab 10 Etika dan Tata Kelola dalam Keuangan Syariah; Bab 11 Perencanaan Keuangan Syariah; Bab 12 Modal dalam Perusahaan Syariah; dan Bab 13 Tantangan dan Peluang dalam manajemen Keuangan Syariah.
Manajemen Keuangan Islam - 3 A. Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan yaitu proses perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, dan pengawasan atas sumber daya keuangan suatu perusahaan, dengan tujuan untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Manajemen keuangan syariah merupakan implementasi dari manajemen keuangan yang mengacu pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai syariah Islam dalam pengelolaan keuangan. Prinsip-prinsip tersebut diturunkan dari ajaran Islam sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW, serta interpretasi ulama-ulama Islam tentang hukum-hukum keuangan. Pada dasarnya, manajemen keuangan syariah bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan keuangan dengan mematuhi prinsip-prinsip syariah antara lain larangan terhadap riba (bunga), gharar (ketidakpastian), maisir (perjudian), dan kegiatan ekonomi yang bertentangan dengan etika Islam. Manajemen keuangan syariah bertujuan untuk menciptakan keadilan, keberkahan, dan keberlanjutan dalam pengelolaan keuangan, serta untuk memastikan bahwa setiap transaksi keuangan telah sesuai dengan ajaran Islam. Dalam prakteknya, manajemen keuangan syariah meliputi berbagai aspek semacam perencanaan keuangan, pengelolaan risiko, pembiayaan, investasi, dan pelaporan keuangan, yang semuanya diatur oleh prinsip-prinsip syariah. Manajemen keuangan syariah juga menerapkan konsep bagi hasil (profit and loss sharing) dalam transaksi
4 - Manajemen Keuangan Islam keuangan, di mana laba dan rugi dibagi secara adil dari pihak-pihak yang terlibat. B. Konsep Dasar Manajemen Keuangan Islam Manajemen keuangan Islam didasarkan pada prinsipprinsip yang diambil dari Al-Qur'an dan Sunnah. Prinsipprinsip utama dalam manajemen keuangan Islam meliputi: 1. Keadilan dan Kesetaraan Transaksi keuangan dalam Islam harus adil dan setara bagi semua pihak yang terlibat. Tidak ada unsur penindasan atau eksploitasi dalam transaksi tersebut. 2. Kehalalan dan Ketaatan Semua transaksi keuangan harus mematuhi hukum-hukum Islam dan tidak melanggar larangan syariah, seperti larangan riba (bunga), maisir (judi), dan gharar (ketidakpastian). 3. Keterbukaan dan Keterpercayaan Manajemen keuangan Islam mendorong transparansi dan keterbukaan dalam semua aspek operasional dan keuangan entitas. 4. Kebijaksanaan dan Pertanggungjawaban Pengelolaan keuangan harus dilakukan secara bijaksana dan bertanggung jawab, dengan mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi dari setiap keputusan yang diambil.
Manajemen Keuangan Islam - 5 C. Ruang Lingkup Manajemen Keuangan Syariah Dalam manajemen keuangan, aspek-aspek yang dibahas yang tercakup dalam pengelolaan keuangan suatu entitas, seperti perencanaan keuangan, pengelolaan kas, penganggaran, analisis investasi, pengelolaan risiko keuangan, pelaporan keuangan, dan sebagainya. Dengan demikian, ruang lingkup manajemen keuangan mencakup berbagai aktivitas dan tanggung jawab yang terkait dengan pengelolaan sumber daya keuangan agar tepat dan efisien. Manajemen keuangan Islam mencakup pengelolaan keuangan yang patuh terhadap prinsipprinsip syariah, dengan fokus pada keadilan, transparansi, pembiayaan tanpa bunga, investasi berbasis prinsip bagi hasil, dan pengelolaan risiko. Ruang lingkup manajemen keuangan syariah meliputi berbagai aspek dalam pengelolaan keuangan yang mematuhi prinsip-prinsip syariah Islam. Beberapa aspek penting dalam ruang lingkup manajemen keuangan syariah: 1. Pengelolaan Aset Manajemen keuangan syariah mencakup pengelolaan aset dengan memperhatikan prinsipprinsip syariah, seperti larangan riba dan spekulasi serta pematuhan terhadap prinsip keadilan dan transparansi. Ini melibatkan alokasi aset dalam portofolio investasi yang sesuai dengan kriteria syariah dan pemantauan kinerja investasi secara berkala.
6 - Manajemen Keuangan Islam 2. Pendanaan dan Investasi Ruang lingkup ini meliputi pembiayaan dan investasi yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, seperti mudharabah, musyarakah, murabahah, dan lain-lain. Manajemen keuangan syariah memastikan bahwa sumber dana diperoleh dan dialokasikan secara adil dan sesuai dengan hukum Islam. 3. Pengelolaan Risiko Manajemen risiko dalam konteks keuangan syariah mencakup identifikasi, evaluasi, dan pengelolaan risiko yang terkait dengan operasi keuangan. Ini termasuk risiko akad (kontrak), risiko pasar, risiko operasional, dan risiko kepatuhan syariah. Pengelolaan risiko yang efektif membantu melindungi kepentingan pemangku kepentingan dan memastikan keberlanjutan bisnis. 4. Pengelolaan Likuiditas Pengelolaan likuiditas dalam manajemen keuangan syariah berfokus pada menjaga keseimbangan antara aset dan kewajiban yang likuid dengan memperhatikan prinsip-prinsip syariah. Hal ini mencakup manajemen kas, pengelolaan likuiditas jangka pendek dan jangka panjang, serta pengelolaan dana darurat. 5. Pelaporan Keuangan Pelaporan keuangan dalam manajemen keuangan syariah harus mematuhi standar akuntansi syariah dan memberikan informasi yang transparan dan akurat kepada pemangku kepentingan. Ini melibatkan
Manajemen Keuangan Islam - 7 penyusunan laporan keuangan yang mencerminkan posisi keuangan dan kinerja perusahaan dengan jelas dan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. 6. Kepatuhan Syariah Manajemen keuangan syariah menempatkan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah sebagai prioritas utama. Ini mencakup memastikan bahwa semua transaksi keuangan dan kegiatan bisnis sesuai dengan ajaran Islam dan mematuhi hukum-hukum yang berlaku. Manajemen keuangan syariah yang luas ini mencakup perusahaan atau entitas sebagai berikut : a. Lembaga Keuangan Bank: Bank umum syariah dan bank pembiayaan rakyat Syariah. b. Lembaga Keuangan Non-Bank: Pasar modal, pasar uang, perusahaan asuransi, dana pensiun, perusahaan modal venture, lembaga pembiayaan, dan lembaga keuangan syariah mikro. D. Perbedaan dengan Manajemen Keuangan Konvensional Meskipun ada beberapa kesamaan dalam prinsipprinsip dasar manajemen keuangan antara Islam dan konvensional, ada juga perbedaan yang signifikan. Beberapa perbedaan utama antara manajemen keuangan Islam dan konvensional meliputi:
8 - Manajemen Keuangan Islam 1. Bunga (Riba) vs. Bagi Hasil (Profit Sharing) Salah satu perbedaan paling mendasar adalah dalam pendekatan terhadap keuntungan dari investasi. Dalam manajemen keuangan Islam, keuntungan dari investasi harus didasarkan pada bagi hasil yang adil, sedangkan dalam manajemen keuangan konvensional, bunga sering kali menjadi sumber utama pendapatan. 2. Spekulasi dan Risiko Manajemen keuangan Islam mendorong pengurangan spekulasi dan risiko yang tidak perlu dalam transaksi keuangan. Praktik-praktik seperti perdagangan derivatif yang bersifat spekulatif tidak diperbolehkan dalam konteks keuangan syariah. 3. Aset Riil vs. Aset Finansial Manajemen keuangan Islam cenderung lebih memprioritaskan investasi dalam aset riil yang memberikan manfaat langsung kepada masyarakat, daripada aset finansial yang hanya berorientasi pada penghasilan keuangan semata. E. Fungsi Manajemen keuangan Islam Secara umum, manajemen keuangan Islam bertujuan untuk mengelola keuangan sesuai dengan prinsip syariah Islam meliputi larangan riba, gharar, dan maysir, serta mendukung tercapainya tujuan sosial-ekonomi Islam. Manajemen keuangan Islam memiliki beberapa fungsi utama, di antaranya:
Manajemen Keuangan Islam - 9 1. Pengelolaan Dana (Fund Management): a. Mengumpulkan dan mengelola dana yang bersumber dari zakat, infak, sedekah, dan wakaf. b. Menyalurkan dana kepada yang berhak sesuai syariat Islam. 2. Pembiayaan (Financing): a. Menyediakan pembiayaan berdasarkan prinsipprinsip Islam, seperti mudharabah, musyarakah, murabahah, ijarah, dan lain-lain. b. Memastikan pembiayaan sesuai dengan kebutuhan dan tidak melanggar prinsip-prinsip syariah. 3. Investasi (Investment): a. Menginvestasikan dana yang ada pada instrumen investasi yang sesuai dengan syariah Islam. b. Memaksimalkan hasil investasi dengan tetap menjaga kepatuhan terhadap aturan Islam. 4. Manajemen Risiko (Risk Management): a. Mengidentifikasi, mengukur, dan mengelola risiko-risiko yang mungkin timbul dalam aktivitas keuangan Islam. b. Menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam mengelola risiko, seperti pembagian risiko dan pelarangan riba. 5. Tata Kelola (Governance): a. Memastikan kepatuhan terhadap prinsip syariah Islam dalam setiap aktivitas keuangan.
10 - Manajemen Keuangan Islam b. Menerapkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan Islam. 6. Perencanaan dan Penganggaran (Planning and Budgeting): a. Menyusun rencana dan anggaran keuangan sesuai dengan prinsip syariah. b. Memastikan alokasi dana sesuai dengan prioritas dan tujuan yang selaras dengan ajaran Islam. 7. Pengawasan dan Pengendalian (Monitoring and Control): a. Melakukan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan agar sesuai dengan aturan syariah. b. Menerapkan sistem pengendalian internal yang efektif untuk mencegah penyimpangan. 8. Pelaporan dan Akuntabilitas (Reporting and Accountability): a. Menyusun laporan keuangan yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. b. Memastikan informasi keuangan dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan. 9. Edukasi dan Pengembangan (Education and Development): a. Memberikan edukasi dan sosialisasi mengenai konsep dan praktik manajemen keuangan Islam. b. Mengembangkan kompetensi sumber daya manusia dalam bidang keuangan syariah.
Manajemen Keuangan Islam - 11 10. Kepatuhan Syariah (Sharia Compliance): a. Memastikan setiap aktivitas keuangan sesuai dengan prinsip dan aturan syariah Islam. b. Melibatkan dewan pengawas syariah untuk memberikan fatwa dan rekomendasi. F. Fungsi Manajer Keuangan Manajer keuangan berfokus pada pengelolaan keuangan secara umum di dalam sebuah perusahaan atau organisasi. Tanggung jawab utama manajer keuangan termasuk perencanaan keuangan, penganggaran, pemantauan kas, analisis risiko keuangan, pengelolaan modal kerja, pengelolaan investasi jangka pendek, serta pelaporan keuangan. Tujuan utama dari manajer keuangan adalah untuk memastikan keberlanjutan keuangan perusahaan, memaksimalkan nilai pemegang saham, dan mengelola risiko keuangan dengan efektif. Bila tujuan utama tersebut dapat tercapai, maka kinerja atau performance dari manajer keuangan tersebut dapat dinilai baik. Peran manajer keuangan sangat penting dalam mengelola aspek keuangan suatu perusahaan atau entitas secara efektif. Fungsi manajer keuangan meliputi berbagai tanggung jawab dan tugas yang bertujuan untuk mengelola aspek keuangan suatu perusahaan atau entitas dengan efektif.
12 - Manajemen Keuangan Islam Fungsi utama dari manajer keuangan meliputi: 1. Perencanaan Keuangan Manajer keuangan bertanggung jawab untuk merencanakan strategi keuangan jangka pendek dan jangka panjang untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan. Ini termasuk penetapan anggaran, proyeksi arus kas, dan perencanaan modal. 2. Pengelolaan Likuiditas Manajer keuangan memastikan ketersediaan likuiditas yang cukup untuk memenuhi kewajiban keuangan perusahaan, seperti pembayaran hutang dan biaya operasional. Mereka mengelola kas dan investasi dengan bijaksana untuk mengoptimalkan penggunaan dana. 3. Pengelolaan Risiko Keuangan Manajer keuangan mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola risiko keuangan yang mungkin dihadapi perusahaan, seperti risiko pasar, risiko kredit, dan risiko operasional. Mereka mengembangkan strategi untuk mengurangi risiko dan melindungi nilai kekayaan perusahaan. 4. Pengambilan Keputusan Investasi Manajer keuangan memutuskan alokasi dana untuk investasi jangka panjang yang sesuai dengan tujuan perusahaan dan toleransi risiko. Mereka melakukan analisis investasi yang cermat untuk memilih proyek-proyek yang paling menguntungkan.
Manajemen Keuangan Islam - 13 5. Pembiayaan Manajer keuangan mengelola struktur modal perusahaan dengan memilih sumber dana yang paling efisien dan sesuai dengan prinsip-prinsip keuangan. Mereka dapat memilih antara utang, ekuitas, atau instrumen keuangan lainnya untuk mendapatkan dana yang diperlukan. 6. Pelaporan Keuangan Manajer keuangan menyusun laporan keuangan yang akurat dan transparan untuk memberikan informasi kepada pemangku kepentingan internal dan eksternal. Mereka memastikan bahwa laporan keuangan mematuhi standar akuntansi yang berlaku. 7. Pengelolaan Pajak Manajer keuangan mengembangkan strategi perpajakan yang efisien untuk mengurangi beban pajak perusahaan dan memaksimalkan pengembalian investasi. Mereka memastikan kepatuhan terhadap peraturan perpajakan yang berlaku. 8. Pengelolaan Hubungan dengan Pihak Eksternal Manajer keuangan menjalin hubungan yang baik dengan pemegang saham, regulator, auditor, dan pihak eksternal lainnya untuk memastikan kepatuhan terhadap peraturan dan menjaga reputasi perusahaan. 9. Evaluasi Kinerja Keuangan Manajer keuangan terlibat dalam evaluasi kinerja keuangan perusahaan, menganalisis data keuangan,
14 - Manajemen Keuangan Islam dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan dan pengembangan selanjutnya. Fungsi-fungsi di atas memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan keuangan perusahaan dan meningkatkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya. Manajer keuangan bertanggung jawab untuk mengambil keputusan yang strategis dan mengelola risiko dengan bijaksana untuk mencapai tujuan keuangan perusahaan secara efektif. G. Kriteria Perusahaan Syariah Kriteria perusahaan Syariah menurut ketentuan pasar modal diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 35 /Pojk.04/2017 Tentang Kriteria Dan Penerbitan Daftar Efek Syariah menyatakan bahwa : 1. Perusahaan tidak melakukan kegiatan dan jenis usaha sebagai berikut : a. perjudian dan permainan yang tergolong judi; b. jasa keuangan ribawi; c. jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar) dan/atau judi (maisir); d. memproduksi,mendistribusikan, memperdagangkan, dan/atau menyediakan antara lain: 1) barang atau jasa haram zatnya (haram lidzatihi); 2) barang atau jasa haram bukan karena zatnya (haram lighairihi) yang ditetapkan oleh DSN MUI;
Manajemen Keuangan Islam - 15 3) barang atau jasa yang merusak moral dan/atau bersifat mudarat; dan atau 4) barang atau jasa lainnya yang bertentangan dengan prinsip Syariah berdasarkan ketetapan dari DSN-MUI; dan e. melakukan kegiatan lain yang bertentangan dengan prinsip Syariah berdasarkan ketetapan dari DSN-MUI; 2. Perusahaan memenuhi kriteria rasio yaitu : a. total utang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total aset tidak lebih dari 45% (empat puluh lima persen); dan b. total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan dengan total pendapatan usaha (revenue) dan pendapatan lain-lain tidak lebih dari 10% (sepuluh persen). H. Relevansi Manajemen Keuangan Syariah dalam Konteks Global Dalam era globalisasi ini, manajemen keuangan syariah semakin mendapatkan perhatian karena keterbukaannya terhadap praktisi dan investor non-Muslim. Keuangan syariah menawarkan pendekatan yang etis dan berkelanjutan dalam pengelolaan keuangan, yang dapat menguntungkan semua pihak terlibat. Penerapan prinsip-prinsip manajemen keuangan syariah akan memberikan manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan. Dengan meminimalkan risiko spekulatif dan
16 - Manajemen Keuangan Islam mempromosikan investasi dalam aset riil, keuangan syariah dapat membantu mengurangi ketimpangan ekonomi dan berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan.
Manajemen Keuangan Islam - 17 Dasar-dasar Manajemen Keuangan Syariah A. Pengertian Manajemen Keuangan Syariah Kata "manajemen" berasal dari kata kerja Inggris "to manage", yang berarti "merencanakan". Karena kata "manajemen" berakar dari kata "perencanaan", manajemen selalu dikaitkan dengan proses perencanaan. Jadi, manajamen pada dasarnya adalah proses perencanaan untuk melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam perencanaan. Perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian sumber daya perusahaan adalah beberapa langkah yang termasuk dalam disiplin ilmu manajemen. Keuangan merupakan bagian penting dari manajemen karena merupakan salah satu subdivisi perusahaan yang sangat penting. Seluruh tindakan perusahaan yang berkaitan dengan pendanaan operasional hingga pengeluran yang tepat untuk mencapai efisiensi anggaran dan efektifitas dalam menghasilkan keuntungan dikenal sebagai manajemen keuangan. Pengertian dari manajemen keuangan syariah itu sendiri adalah serangkaian kegiatan dari mulai perencanaan, pengorganisasian, staffing, pelaksanaan, dan pengendalian fungsi-fungsi keuangan dengan ber-landaskan
18 - Manajemen Keuangan Islam prinsip-prinsip syariah (Muhamad, 2016). Dengan kata f[ch, g[h[d_g_h e_o[ha[h my[lc’[b g_loj[e[h serangkaian aktivitas perusahaan yang di dalamnya mencangkup kegiatan perencanaan, kemudian analisis serta pengendalian keuangan perusahaan yang berkaitan dengan bagaimana dana perusahaan diperoleh, bagaimana menggunakan dana serta mengelola aset yang dimiliki perusahan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dengan tetap memperhatikan kesesuaiannya terhadap prinsip-prinsip syariah yang didasarkan pada aturan Allah SWT yang terkandung di dalam Quran dan Alhadist (Hayati & Utami, 2019). Sehingga, di dalam manajemen keuangan syariah tentu tujuan dari suatu entitas bisnis bukan sekedar memaksimalkan keuntungan akan tetapi dalam segala aspek manajemen dan aktivitas dalam perusahaan juga harus didasarkan pada implikasi ruhani dengan memperhatikan pertanggungjawaban kepada Allah SWT sang pemilik kekayaan sesungguhnya. B. Fungsi Manajemen Keuangan Syariah Keputusan dalam keuangan sutu perusahaan sangat berkaitan erat dengan fungsi manajemen keuangan dan tentunya memainkan peranan yang sangat penting. Keputusan tersebut meliputi keputusan pendanaan, keputusan investasi, dan keputusan bagi hasil (keputusan dividen). Semua keputusan tersebut tentunya berorientasi kepada tujuan perusahaan. Apabila tujuan perusahaan tercapai maka tentu akan meningkatkan nilai dari perusahaan tersebut yang tercermin dari naiknya harga saham perusahaan. Dalam keuangan syariah, naiknya
Manajemen Keuangan Islam - 19 nilai saham perusahaan tentu akan berimplikasi pada kesejahteraan pemegang saham. Dengan demikian, tentu juga akan berpengaruh pada besarnya zakat yang akan dikeluarkan oleh para pemegang saham tersebut. 1. Keputusan Pendanaan Keputusan pendanaan adalah suatu keputusan yang berkaitan dengan bagaimana perusahaan memperoleh modal untuk kegiatan operasional. Kegiatan operasional suatu perusahaan tentu tidak akan berjalan sebagaimana mestinya tanpa modal atau dana. Dana tersebut bisa berasal dari modal, pembiayaan, dan hibah. Dalam pengertian yang lain, keputusan pendanaan juga diartikan sebagai keputusan struktur modal, yaitu suatu aktifitas dimana seorang manajer keuangan menganalisis serta mempertimbangkan sumber dana yang ada seefektif dan seefisien mungkin untuk meningkatkan keuntungan perusahaan dengan cara mengatur beban biaya yang dikeluarkan perusahaan sekecil mungkin untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar yang nantinya dana tersebut juga akan bermanfaat untuk kegiatan pendanaan perusahaan yang mencangkup kegiatan usaha serta kebutuhan investasi demi kelancaran masa depan dari perusahaan tersebut. 2. Keputusan Investasi Dana yang dimiliki perusahaan juga harus diinvestasikan agar dapat menghasilkan keuntungan. Salah satu tugas dari manajer keuangan adalah membuat keputusan tentang investasi yaitu berkaitan dengan besaran dana yang digunakan untuk investasi
20 - Manajemen Keuangan Islam dan juga risiko yang mungkin terjadi. Keputusan investasi yang tepat dapat meningkatkan keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan. Keputusan investasi juga sangat penting karena menentukan masa depan bisnis. Namun demikian, keuntungan dari investasi juga tidak dapat dipastikan karena akan muncul di masa depan dan hanya dapat diprediksi atau diproyeksikan. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi besok, lusa, atau kapan pun. Hal ini akan menjadi risiko karena masa depan juga tidak pasti. Oleh karena itu, ada hubungan antara risiko yang mungkin terjadi dan keuntungan yang diharapkan. Sehingga, manajer keuangan harus dapat mengevaluasi risiko yang mungkin akan terjadi. 3. Keputusan Bagi Hasil Bagi hasil (dividen) adalah keuntungan yang diharapkan para investor dan pemegang saham dari investasi mereka dalam perusahaan. Mereka berfungsi sebagai indikator seberapa tinggi atau rendah tingkat kemakmuran para investor saat mereka menanamkan dananya di sana. Tingkat kemakmuran mereka berkorelasi positif dengan dividen dan hasil yang mereka peroleh. Namun, manajer keuangan harus mempertimbangkan banyak hal untuk mendapatkan dividen dan keuntungan yang akan diberikan kepada investor dan pemegang saham. Posisi keuangan perusahaan harus selalu sehat agar perusahaan dapat bertahan. Keputusan ini juga dapat dipengaruhi oleh pertimbangan ekspansi bisnis. Keputusan dividen atau bagi hasil adalah keputusan
Manajemen Keuangan Islam - 21 keuangan yang melibatkan berapa persentase laba yang akan dibagikan kepada investor atau pemegang saham, stabilitas bagi hasil (dividen) yang dibagikan, dividen saham, pemecahan saham (stock split), dan penarikan kembali saham yang beredar. C. Sejarah dan Landasan Hukum Manajemen Keuangan Syariah 1. Sejarah Manajemen Keuangan Syariah Ekonomi Islam telah menjadi isu internasional dan mempengaruhi banyak bidang, termasuk manajemen keuangan. Ekonomi Islam mempunyai pandangan yang berbeda dengan keuangan konvensional baik dalam konsep maupun aplikasinya. Dalam manajemen keuangan Islam merujuk pada aturan yang terkandung dalam ayat suci Al-Quran dan Hadits Nabi Muhammad SAW termasuk di dalamnya perintah untuk mencatat semua transaksi dengan benar dan adil sesuai dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 282. Pada abad ke-7, Rasullulah SAW adalah pemimpin negara pertama yang menerapkan ide-ide baru tentang keuangan negara. Pada masa itu, semua kekayaan negara harus dikumpulkan dan kemudian didistribusikan sesuai dengan kebutuhan negara. Kharaj, zakat, khumus, jizyah adalah sumber dari APBN termasuk kafarat dan harta waris serta sumber APBN lainnya. Bait al-Mal adalah tempat pengumpulan dana yang ada di Masjid Nabawi pada masa Nabi SAW. Pemasukan negara yang terkumpul hanya disimpan dalam waktu singkat karena segera
22 - Manajemen Keuangan Islam didistribusikan secara keseluruhan kepada masyarakat. Dana dialokasikan untuk membiayai syiar Islam, pendidikan, serta kebudayaan. Namun demikian, pencatatan belum dilakukan secara lengkap dan teperinci karena belum banyak orang yang dapat membaca, menulis, dan memahami aritmatika dasar. Seiring dengan perkembangan keuangan berbasis syariah, bank syariah mulai dibuka untuk membantu kaum muslimin dalam bermuamalah sesuai dengan nilai-nilai ke-Islaman. Pada tahun 1975 Bank Pembangunan Islam telah dibuka di Arab Saudi. Pada tahun 1979 Perusahaan Asuransi Islam Sudan adalah perusahaan pertama yang menawarkan asuransi syariah. Selanjutnya, pada tahun 1996 Citibank sebagai lembaga keuangan besar pertama yang membuka divisi perbankan syariah. Untuk mengatur industri keuangan syariah yang berkembang begitu pesat, pada tahun 1990 terbentuk Organisasi Akuntansi dan Audit untuk Lembaga Keuangan Islam yaitu, AAOIFI (The Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions). AAOIFI telah mengeluarkan pedoman yang diadopsi oleh lembaga keuangan di seluruh dunia seperti di Kerajaan Bahrain, Pusat Keuangan Internasional Dubai, Yordania, Lebanon, Qatar, Sudan, Suriah, Australia, Indonesia, Malaysia, Pakistan, Kerajaan Arab Saudi, dan Afrika Selatan. Negara-negara Barat ekonomi Islam dianggap sebagai sebuah pengetahuan yang ilmiah dan telah mengakui kekuatan prinsip-prinsip investasi berbasis syariat Islam. Bank Islam Inggris (The Islamic Bank of
Manajemen Keuangan Islam - 23 Britain) dibuka pada tahun 2004. Bank tersebut merupakan perbankan komersial Islam pertama yang didirikan oleh masyarakat di luar dunia Muslim. Keuangan Islam semakin menguat setelah terbukti tetap stabil setelah krisis ekonomi tahun 2008 (Hassan, 2018 dalam Darmawan, 2022). Tentunya hal ini membuat dunia Barat lebih perhatian terhadap keuangan Islam. Di Inggris sendiri membuka lima bank syariah yang telah berlisensi, dengan 20 bank lainnya juga menawarkan produk keuangan berbasis syariah. Selanjutnya, di Amerika Bank syariah pertama dibuka di Amerika Selatan pada tahun 2017. Salah satu prinsip utama syariah Islam adalah bahwa Allah SWT Sang pemilik segala kekayaan yang ada di langit dan di bumi. Harta dan juga kekayaan yang dimiliki oleh manusia hanyalah titipan dari Allah SWT pemilik sesungguhnya. Sehingga, dalam pengelolaannya juga harus sesuai dengan syariat yang telah diperintahkan oleh Allah SWT. Dalam mencari harta kekayaan juga harus tetap menjaga keseimbangan dan tidak boleh membuat kerusakan serta dilarang untuk tamak. Kebutuhan juga harus seimbang yaitu seorang Muslim harus menafkahi keluarganya dan dirinya sendiri. Namun, mereka juga harus menggunakan harta dengan bijak serta menyisakan sebagian harta yang dimilikinya untuk orang lain dengan membayar zakat dan berinfak atau bersedekah. 2. Landasan Hukum Manajemen Keuangan Syariah Manajemen keuangan syariah merupakan salah satu pondasi dalam menjalankan kegiatan bisnis atau
24 - Manajemen Keuangan Islam usaha yang dilakukan seorang muslim dalam pengelolaan keuangan. Dalam aktifitasnya, tentu bermuara pada keridaan Allah SWT. Sehingga, langkah yang diambil tentu harus bersesuaian dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan Allah SWT. Dalam pembahasan landasan hukum manajemen keuangan syariah ini dibagi menjadi dua bagian. Pertama, landasan hukum secara filosofis. Sementara bagian kedua, landasan hukum berdasarkan yuridis. Dalam landasan filosofis membahas tentang nilai-nilai keimanan dan ketauhidan serta prinsip-prinsip dalam manajemen keuangan syariah. Sedangkan landasan hukum secara yuridis kaitannya dengan peraturanperaturan yang dibuat oleh Dewan Syariah Nasional – Majlis Ulama Indonesia (DSN-MUI) yang berlaku di Indonesia yang tentunya juga peraturan-peraturan tersebut disesuaikan dengan syariat Islam. Berikut beberapa landasan hukum manajemen keuangan syariah (Sobana, 2017; Hayati & Utami, 2019; Rambe & Herlambang, 2021). a. Landasan Hukum Berdasarkan Filosofis Dalam pandangan Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib dan teratur segala proses harus diikuti dengan baik. Ini merupakan prinsip dalam ajaran Islam, dan juga salah satu landasan teori dalam manajemen dalam Islam. Sebenarnya, manajemen bisa diartikan mengatur segala sesuatu agar dilakukan dengan baik, cepat, dan tuntas merupakan, dan merupakan hal yang disyariatkan dalam ajaran Islam. Dalam konsep manajemen syariah yang dirumuskan Hafidhuddin &
Manajemen Keuangan Islam - 25 Tanjung (2003) ^[f[g \oeohy[ \_ldo^of ‚M[h[d_g_h Sy[lc[b ^[f[g Pl[ence‛, g[h[d_g_h my[lc[b [^[f[b perilaku yang terkait dengan nilai-nilai keimanan dan ketauhidan, setiap perilaku orang yang terlibat dalam sebuah kegiatan dilandasi dengan nilai tauhid. Oleh karena itu, diharapkan perilakunya akan terkendali dan tidak terjadi perilaku KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) karena menyadari adanya pengawasan dari yang Maha Tinggi, yaitu Allah SWT yang akan mencatat setiap amal perbuatan yang baik maupun yang buruk. Hal ini berbeda dengan perilaku dalam manajemen konvensional yang sama sekali tidak terkait bahkan memisahkan dengan nilai-nilai tauhid. Orang-orang yang menerapkan manajemen konvensional tidak merasa adanya pengawasan yang melekat, kecuali semata-mata pengawasan dari pemimpin atau atasan. Sehingga, inilah yang membedakan manajemen konvensional dengan manajemen syariah. Dalam manajemen keuangan syariah ada beberapa prinsip-prinsip yang harus diketahui, dipahami dan dilakukan yaitu prinsip manajemen keuangan syariah yang diajarkan Al-Quran. Prinsipjlchmcj g[h[d_g_h e_o[ha[h my[lc[’[b y[ha diajarkan Al-Quran adalah sebagai berikut: 1) Setiap perdagangan harus didasari sikap saling rida atau atas dasar suka sama suka di antara dua pihak sehingga para pihak tidak merasa dirugikan atau dizalimi. 2) Penegakan prinsip keadilan (justice), baik dalam takaran, timbangan, ukuran mata uang (kurs), maupun pembagian keuntungan.
26 - Manajemen Keuangan Islam 3) Kasih sayang, tolong-menolong, dan persaudaraan universal. 4) Dalam kegiatan perdagangan tidak melakukan investasi pada usaha yang diharamkan seperti usaha yang merusak mental dan moral, misalnya narkoba dan pornografi. Demikian pula, komoditas perdagangan haruslah produk yang halal dan baik. 5) Prinsip larangan riba, serta perdagangan harus terhindar dari praktik gharar, tadlis, dan maysir. 6) Perdagangan tidak boleh melalaikan diri dari beribadah (shalat dan zakat) dan mengingat Allah. b. Landasan Hukum Berdasarkan Yuridis 1) Perbankan Syariah Pada tahun 2008, sebagai amanah dar UndangUndang No.21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, dibentuk suatu komite dalam internal Bank Indonesia untuk menindak lanjuti implementasi fatwa MUI yaitu, Pembentukan Komite Perbankan Syariah (PBI No. 10/32/PBI/2008 tanggal 20 November 2008). 2) Pasar Modal Syariah Beberapa fatwa DSN MUI terkait pasar modal antara lain: Fatwa DSN MUI No. 32/DSN MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah, Fatwa DSN MUI No. 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal, Fatwa DSN MUI No. 41/DSNMUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah, Fatwa DSN MUI No. 59/DSN-MUI/V/2007 tentang Obligasi Syariah Mudharabah Konversi, dan terakhir DSN MUI juga telah mengesahkan fatwa mengenai Surat
Manajemen Keuangan Islam - 27 Berharga Negara Syariah (sukuk). Pada tahun 2008 DSN MUI telah menerbitkan 2 fatwa, yaitu Fatwa DSNMUI Nomor: 65/DSN-MUI/III/2008 tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) Syariah dan fatwa DSN-MUI Nomor: 66/DSN-MUI/III/2008 tentang Waran syariah pada tanggal 6 Maret 2008. 3) Reksa Dana Syariah Aturan mengenai penerbitan instrumen reksa dana syariah datur dalam Lampiran Keputusan Ketua Bapepam LK KEP-130/BL/2006 tentang penerbitan efek syariah dan Lampiran KEP-131/BL/2006 tentang akadakad yang digunakan dalam Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal. 4) Pasar Uang Syariah Kebijakan mengenai pasar uang syariah di Indonesia didasarkan pada Peraturan Bank Indonesia Nomor: 10/36/PBI/2008 tanggal 10 Desember 2008 tentang Operasi Moneter Syariah. 5) Asuransi Syariah Asuransi syariah masih terbatas dan belum diatur secara khusus dalam undang-undang. Secara lebih teknis operasional perusahaan asuransi/perusahaan reasuransi berdasarkan prinsip syariah mengacu kepada SK Dirjen Lembaga Keuangan No. 4499/LK/2000 tentang jenis, penilaian dan pembatasan investasi perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan sistem syariah dan beberapa Keputusan Menteri Keuangan (KMK), yaitu KMK No. 422/KMK.06/2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi; KMK No. 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi
28 - Manajemen Keuangan Islam dan Perusahaan Reasuransi; dan KMK No. 426/KMK.06/2003 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Disamping itu, perasuransian syariah di Indonesia juga diatur di dalam beberapa fatwa DSNMUI antara lain fatwa DSN-MUI No. 21/DSNMUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah. Fatwa DSN-MUI No. 51/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Mudharabah Musyarakah pada Asuransi Syariah, Fatwa DSN-MUI No. 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Wakalah Bil Ujrah Pada Asuransi dan Reasuransi Syariah, Fatwa DSN-MUI No.53/DSNMUI/III/2006 n_hn[ha [e[^ T[\\[lo’ j[^[ Amol[hmc dan Reasuransi Syariah. 6) Dana Pensiun Syariah Peraturan Menteri Keuangan No: 199/PMK.010/2008 tentang Investasi Dana Pensiun mengatur instrumen investasi dana pensiun. Bagi dana pensiun yang beroperasi secara syariah, investasi hanya bolh dilakukan pada instrumeninstrumen yang dibenarkan oleh prinsip syariah dan memerhatikan komponen tingkat keuntungan, risiko yang dapat diterima, kbutuhan likuiditas, dan divertifikasi. 7) Sewa Guna Usaha (Leasing) Syariah Usaha leasing dilakkan berdasarkan akad ijarah dengan landasan akad yaitu Fatwa DSN-MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan ijarah dan akad ai-ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik dengan landasan syariah yaitu Fatwa DSN-MUI No. 27/DSN-
Manajemen Keuangan Islam - 29 MUI/III/2002 tentang al-ijarah al-Muntahiyah bi alTamlik atau al-Ijarah wa al-Iqtina. 8) Anjak Piutang Syariah Anjak piutang dilakukan berdasarkan akad wakalah bil ujrah. Wakalah bil Ujrah adalah pelimpahan kuasa oleh satu pihak (al muwakkil) kepada pihak lain (al wakil) dalam hal-hal yang boleh diwakilkan dengan pemberian keuntungan (ujrah). Landasan hukum anjak piutang syariah yaitu Fatwa DSN-MUI No. 10/DSN-MUI/IV/2000 tentang Wakalah. 9) Usaha Kartu Plastik Syariah Kartu plastik dalam pengembangannya juga telah diakomodasi oleh keuangan syariah khususnya dalam Fatwa DSN-MUI No. 42/DSN-MUI/V/2004 tentang syariah charge card dan No.54/DSN-MUI/X/2006 tentang syariah card. 10) Pegadaian syariah Payung hukum gadai syariah dalam hal pemenuhan prinsip-prinsip syariah brpegang pada Fatwa DSN-MUI No. 25/DSN-MUI/III/2002 tanggal 26 Juni 2002 tentang rahn yang menyatakan bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn diperblehkan, dan fatwa DSN-MUI No:26/DSN-MUI/III/2002 tentang gadai emas. Sedangkan dalam aspek kelembagaan tetap menginduk kepada Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1990 tanggal 10 April 1990. 11) Lembaga Pengelola Zakat (BAZ dan LAZ) Di Indonesia, pengelola zakat diatur berdasarkan Undang-undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelola Zakat dengan Keputusan Menteri Agama (KMA) No.
30 - Manajemen Keuangan Islam 581 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 dan keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No. D/291 Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat. 12) Lembaga Pengelola Wakaf Dalam konteks negara Indonesia, amalan wakaf sudah dilaksanakan leh masyarakat muslim Indonesia sejak sebalum merdeka. Oleh karena itu, pihak pemerintah telah menetapkan undang-undang khusus yang mengatur tentang perwakafan di Indonesia, yaitu undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. Untuk melengkapi undang-undang tersebut, pemerintah juga telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang-Undang nomor 41 Tahun 2004. 13) Baitul mal wat Tamwil (BMT) Pengembangna BMT sendiri meruakan hasil prakarsa dari Pusat Inkubasi Usaha Kecil dan Menengah (PINBUK) yang merupakan badan pekerja yang dibentuk oleh Yayasan Inkubasi Usaha Kecil dan Menengah (YINPUK). YINPUK sendiri dibentuk oleh Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), dan Direktur Utama Bank Muamalat Indonesia (BMI) dengan akta notaris Leila Yudoparipurno, SH. Nomor 5 tanggal 13 Maret 1995.
Manajemen Keuangan Islam - 31 D. Ruang Lingkup Manajemen Keuangan Syariah Ruang lingkup manajemen keuangan syariah (Sobana, 2017) diantaranya adalah sebagai berikut: 1. M[h[d_g_h e_o[ha[h my[lc’[b ^[lc m_ac [encpcn[mhy[. Yang terdiri dari aktivitas perolehan dana, aktivitas perolehan aktivitas, dan aktivitas penggunaan dana yang kesemuanya harus sesuai dengan aturan-aturan syariat Islam. 2. M[h[d_g_h e_o[ha[h my[lc’[b ^[lc m_ac f_g\[a[hy[. Pertama adalah lembaga keuangan bank termasuk ^c^[f[ghy[ B[he Ugog Sy[lc’[b (BUS) ^[h B[he P_g\c[y[[h R[ey[n Sy[lc’[b (BPRS). K_^o[ [^[f[b lembaga keuangan non-bank termasuk di dalamnya pasar modal syariah, pasar uang (Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) dengan instrumen Sertifikat Investasi Mudharabah Ahn[l\[he (IMA)), [mol[hmc my[lc’[b, dana pensiun, dan modal ventura. Ketiga adalah lembaga pembiayaan yang terdiri dari lembaga sewa guna usaha (leasing), perusahan anjak piutang (factoring), kartu plastik, pembiayaan konsumen (consumer finance), dan pega^[c[h my[lc’[b. K__gj[n [^[f[b L_g\[a[ K_o[ha[h Sy[lc’[b Mceli (LKMS) yang terdiri dari Lembaga pengelola zakat (Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAM), lembaga pengelola wakaf, dan Baitul Mal wat Tamwil (BMT).
32 - Manajemen Keuangan Islam Nilai Waktu Uang dan Legitimasi Syari’ah ALAM perekonomian Islam, tidak ada sistem pemberian uang seperti pada perekonomian konvensional. Dalam Islam, uang dijadikan sebagai alat bisnis dan tidak ada nilainya. Islam mengajarkan bahwa uang dan barang itu berbeda. Karena uang tidak mempunyai nilai intrinsik, maka uang tidak dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Uang tidak memiliki nilai waktu; Sebaliknya, perusahaan mempunyai manfaat ekonomi sementara yang berdampak pada karyawannya. Namun, diakui bahwa sistem ekonomi dan keuangan konvensional mempunyai nilai waktu. Uang saat ini berbeda dengan uang di masa lalu. A. Konsep Dasar Nilai Waktu Uang (Time Value of Money) 1. Pengertian Nilai Waktu Uang Nilai Waktu Uang (Time Value of Money) adalah konsep yang menyatakan bahwa nilai uang saat ini berbeda dengan nilai uang di masa depan. Konsep ini didasarkan pada prinsip bahwa sejumlah uang yang diterima saat ini lebih berharga daripada jumlah yang D
Manajemen Keuangan Islam - 33 sama di masa mendatang. Berikut adalah pengertian lebih lanjut tentang Nilai Waktu Uang:Nilai Uang Saat Ini (Present Value): Ini adalah nilai uang yang Anda miliki saat ini. Nilai uang saat ini lebih berharga karena dapat diinvestasikan atau digunakan untuk tujuan lain saat ini. a. Nilai Uang di Masa Depan (Future Value): Ini adalah nilai uang yang akan Anda terima di masa depan. b. Nilai uang di masa depan lebih rendah karena adanya faktor-faktor seperti inflasi, risiko investasi, dan opportunity cost dari penggunaan uang saat ini. c. Tingkat Suku Bunga: Tingkat suku bunga merupakan faktor penting dalam menentukan nilai waktu uang. Semakin tinggi tingkat suku bunga, semakin besar perbedaan antara nilai uang saat ini dan nilai uang di masa depan. d. Diskonto (Discounting): Proses menghitung nilai uang di masa depan menjadi nilai uang saat ini dengan mempertimbangkan tingkat suku bunga dan waktu. Komponen (Compounding): Proses menghitung nilai uang saat ini menjadi nilai uang di masa depan dengan mempertimbangkan tingkat suku bunga dan waktu. Konsep Nilai Waktu Uang sangat penting dalam bidang keuangan, seperti investasi, pinjaman, penganggaran modal, dan penilaian proyek. Dengan memahami konsep ini, Anda dapat membuat
34 - Manajemen Keuangan Islam keputusan keuangan yang lebih baik dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya keuangan Anda. William R. Lasher (2008) mengemukakan bahwa time value of money didasarkan pada gagasan bahwa sejumlah uang di tangan seseorang saat ini bernilai lebih dari jumlah yang sama dijanjikan pada beberapa waktu masa depan.1 2. Nilai Waktu Uang dalam Pandangan Islam a. Dasar Nilai Waktu dalam Islam Setiap orang memiliki 24 jam dalam sehari, tetapi nilai waktu itu akan berbeda dari satu orang ke orang lain. Perbedaan dalam nilai waktu tergantung pada bagaimana seseorang menggunakan waktu. Semakin kuat dan produktif, semakin tinggi harga waktu. Kemahiran dan kecukupan waktu akan memberikan lebih banyak keuntungan bagi individu yang mewujudkannya. Siapa pun yang dalam semua kenyataan melakukannya akan memperoleh manfaat di dunia ini dan di akhirat. b. Nilai Keuntungan dalam Islam Dalam Islam, manfaat tidak hanya di dunia, tetapi juga manfaat di akhirat. Oleh karena itu, penggunaan waktu tidak hanya harus berhasil dan mahir, tetapi juga harus didasarkan pada kepercayaan. Sayyid Qutb mengatakan bahwa waktu adalah hidup. Namun, penghargaan Islam terhadap waktu tidak diwujudkan dalam rupiah tertentu atau persentase bunga tetap. Karena hasil yang nyata dari
Manajemen Keuangan Islam - 35 pemanfaatan waktu ini bersifat variabel, bergantung pada jenis usaha, sektor industri, keadaan pasar stabilitas politik dan masih banyak lagi. Islam mewujudkan penghargaan pada waktu dalam bentuk kemitraan usaha dengan konsep bagi hasil.3 1) William R. Lasher, Financial Management: a Practical Approach, USA: Thomson South- Westren, 2008, hlm. 344. 2) Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011, hlm. 504. 3) Mob[gg[^ Sy[`c’c Ahnihci, Hukum Harga Tangguh (Time Value of Money) dalam Islam Abu Al-Maira, 2012,hlm. 17. Dalam hipotesis perusahaan bebas, uang tunai sebagai barang pertukaran, meskipun dalam Islam uang tunai hanyalah mode perdagangan pertukaran dan tidak memiliki pengganti, uang tunai tidak dapat diperdagangkan. Pada dasarnya, uang tunai tidak memiliki kemampuan, tetapi uang tunai menjadi berguna ketika digunakan sebagai kendaraan perdagangan sumber daya nyata untuk membeli tenaga kerja dan produk. Uang tunai dibebaskan dari devaluasi seperti yang terjadi pada barang dagangan produk. Aspek keuangan Islam tidak merasakan bunga karena bunga termasuk dalam klasifikasi riba. Islam juga tidak memahami konsep nilai waktu uang. Menurut Islam apa yang penting adalah waktu, nilai
36 - Manajemen Keuangan Islam finansial waktu. Antusiasme Islam terhadap waktu tercermin dalam banyak komitmen Allah Yang Mahakuasa yang ditemukan dalam Al-Qur'an, yang memanfaatkan ungkapan waktu. 3. Dasar-dasar Konsep Nilai Waktu Uang Menurut ekonom konvensional, ada dua hal yang mendasari konsep time value of money, yaitu:4 a. Kehadiran dari inflasi; b. Preferensi konsumsi sekarang untuk konsumsi masa depan. Dalam ekonomi konvensional kompensasi ini disebut real interest rate. Berapa besar kompensasi ini ditentukan oleh preferensi terhadap current consumption; semakin besar preferensinya, semakin besar kompensasinya. Apabila tingkat ekspektasi inflasi ditambahkan atas real interest rate, hasil penjumlahan ini disebut nominal interest rate. 4. Kedudukan Nilai Waktu Uang Konsep nilai waktu uang ini penting untuk dipahami oleh seorang manajer keuangan karena konsep ini merupakan dasar untuk:5 a. menghitung harga saham; b. menghitung harga obligasi; c. memahami metode Net Present Value; d. melakukan analisis komparatif antara beberapa alternatif; e. menghitung bunga atau tingkat keuntungan;
Manajemen Keuangan Islam - 37 f. menghitung amortisasi utang dan lain-lainnya. Dalam ekonomi konvensional, uang memiliki nilai waktu. Uang yang ada sekarang lebih disenangi daripada uang yang didapatkan pada waktu yang akan datang dalam jumlah yang sama disebut juga dengan time preference. Dalam sistem kapitalisme, tidak ada perbedaan antara uang dan barang. Uang merupakan barang komoditas sehingga uang bisa diperjualbelikan dengan harga yang disepakati, bebas dispekulasikan. Uang juga memiliki nilai waktu dan seseorang apabila menggunakan uang orang lain, ia harus mengembalikannya berdasarkan nilai waktunya yang ditentukan dengan bunga.6 B. Time Value of Money dalam Ekonomi Konvensional dan Syari’ah 1. Time Value of Money dalam Ekonomi Konvensional Dalam teori konvensional diakui bahwa nilai waktu uang menjadi bagian penting dari suatu bisnis disebabkan tujuan berbisnis adalah laba. Laba dapat diperoleh dengan menerapkan konsep nilai waktu uang dalam pengelolaannya. Apalagi jika dana bisnis tersebut didapatkan dari pihak ketiga, seperti bank konvensional. Nilai waktu uang menjadi konsep sentral dalam teori keuangan konvensional.7 Dalam ekonomi konvensional terdapat beberapa perhitungan terhadap nilai waktu uang. Perhitungan tersebut adalah sebagai berikut.8
38 - Manajemen Keuangan Islam a. Tingkat Bunga Perspektif keuangan tradisional tentang nilai waktu uang tunai dapat menawarkan pendukung keuangan kesempatan untuk menyisihkan uang yang didapat sekarang sebagai usaha dan mendapatkan pendapatan. Dengan keyakinan pendapatan, biaya pinjaman dapat digunakan untuk mengkomunikasikan nilai waktu uang. Biaya pinjaman memungkinkan untuk mengubah nilai pendapatan yang didapat atau dibayarkan pada kesempatan tertentu ke waktu yang berbeda. Namun, hipotesis bunga adalah ilegal dalam Islam. 1) Tingkat bunga sederhana ( simple interest ) Tingkat bunga sederhana adalah bunga yang dibayarkan atau diperoleh berdasarkan nilai pertama atau nilai utama yang diperoleh atau dipinjamkan. Nilai tunai dari biaya pinjaman langsung adalah faktor dari tiga faktor: berapa banyak uang yang diperoleh atau dipinjamkan atau nilai utama, biaya pinjaman per rentang waktu dan jumlah rentang waktu ketika nilai utama diperoleh atau dipinjamkan. 2) Tingkat bunga majemuk ( compound interest ) Tingkat bunga majemuk adalah premi yang dibayarkan atau didapat dari kredit (usaha) yang ditambahkan ke nilai utamanya sebentar-sebentar. Ini menunjukkan bahwa premi pada kepala kredit juga akan dibebankan atau mendapatkan bunga
Manajemen Keuangan Islam - 39 pada periode berikutnya. Selanjutnya, bunga diperoleh dari bunga dan nilai utama dari jangka waktu yang lalu. Pengaruh penggunaan tingkat bunga majemuk terhadap nilai suatu investasi setelah melewati masa tertentu sangat besar apabila dibandingkan dengan pengaruh yang ditimbulkan oleh tingkat bunga sederhana. Perbedaan besar antara pengaruh tingkat bunga sederhana dan majemuk ini disebabkan oleh pengaruh bunga-berbunga atau bunga majemuk. Konsep bunga majemuk dapat digunakan untuk memecahkan berbagai masalah keuangan secara luas dalam ekonomi konvensional.9 b. Nilai yang Akan Datang (Future Value) Future value karena mengalami proses bunga-berbunga (compounding). Jadi, future value adalah nilai pada masa mendatang dari uang yang ada sekarang. Future value dapat dihitung dengan konsep bunga majemuk dengan asumsi bahwa bunga atau tingkat keuntungan yang diperoleh dari suatu investasi tidak diambil (dikonsumsi), tetapi diinvestasikan kembali. Nilai uang pada masa mendatang (future value) ditentukan oleh tingkat suku bunga tertentu yang berlaku di pasar keuangan. c. Nilai Sekarang (Present Value) Present value atau nilai sekarang merupakan kebalikan dari future value, yaitu besarnya jumlah uang pada permulaan periode atas dasar tingkat
40 - Manajemen Keuangan Islam bunga tertentu dari sejumlah uang yang baru akan diterima beberapa waktu atau periode yang akan datang. Jadi, present value (nilai sekarang) menghitung nilai uang pada waktu sekarang bagi sejumlah uang yang baru akan dimiliki beberapa waktu kemudian. Proses mencari present value disebut dengan melakukan proses diskonto (discounting). Discounting adalah proses menghitung nilai sekarang dari sejumlah uang yang akan diterima atau dibayar pada masa mendatang. 2. Time Value of Money dalam Perspektif Ekonomi Islam Dalam sistem perbankan Islam, para sarjana Islam masih berbeda pendapat tentang konsep time value of money apakah diterima dalam Islam, baik teori maupun praktiknya. Konsep nilai waktu uang merupakan konsep dasar di bidang keuangan. Konsep ini memformulasikan bahwa uang saat ini lebih berharga daripada uang pada waktu yang akan datang. Satu juta rupiah hari ini memiliki nilai lebih daripada satu juta rupiah pada masa depan. Ada beberapa alasan utama uang hari ini lebih bernilai dibandingkan dengan masa yang akan datang, yaitu sebagai berikut.10 a. Uang Kehilangan Nilainya dari Waktu ke Waktu Daya beli uang terus jatuh, terutama disebabkan oleh adanya inflasi dalam perekonomian. Sebagai contoh di Indonesia, uang seribu rupiah bisa membeli