Manajemen Keuangan Islam - 41 secangkir kopi pada tahun 2000-an, tetapi hari ini seribu rupiah yang sama tidak dapat membeli secangkir kopi. Oleh karena itu, nilai seribu rupiah jatuh selama bertahun-tahun. b. Uang Memiliki Biaya Kesempatan Jika seorang memiliki uang hari ini, ia dapat menginvestasikan uang tersebut dalam beberapa usaha bisnis. Dengan demikian, ia akan meningkatkan jumlah uang seseorang pada masa depan. Dalam analisis konvensional, pendapatan bunga merupakan salah satu biaya kesempatan dari uang, tetapi pendapatan berbasis bunga dilarang dalam Islam. 3. Asas-asas Wujudnya Nilai Waktu Uang dalam Islam Adapun asas terhadap wujudnya nilai waktu uang dalam Islam adalah sebagai berikut.11 a. Konsep Keutamaan Nilai Waktu (Tafdhil Al-Zaman) Para fuqaha telah membincangkan masalah nilai keutamaan waktu lebih awal daripada sarjana ekonomi Barat. Fuqaha menyatakan bahwa waktu sekarang lebih berharga dan bernilai dibandingkan dengan waktu yang akan datang. Kemudian, setelah munculnya sistem ekonomi kapitalis yang berdasarkan riba menjadikan konsep keutamaan nilai waktu sebagai justifikasi menghalalkan riba, sarjana Islam menolak konsep ini dengan alasan bahwa hal tersebut merupakan suatu konsep riba.
42 - Manajemen Keuangan Islam Pakar ekonomi mengakui bahwa waktu mempunyai nilai komersial dalam ekonomi yang dapat memengaruhi harga barang, bahkan Islam juga mengakui hal yang sama. Namun, Islam mempunyai pandangan yang berbeda dengan analisis ekonomi konvensional, meskipun para sarjana Islam berbeda pendapat mengenai penerimaan konsep positive time preference (PTP) dalam Islam. Perbedaan pendapat terjadi pada saat suatu rate tertentu digunakan sebagai faktor diskonto. Mereka yang tidak menerima konsep ini karena Islam tidak membolehkan riba, dan pihak lain yang menerima konsep ini berdasarkan adanya praktik penjualan dalam bentuk \[c’ [m-salam, murabahah atau \[c’ [f-muajjal yang ternyata tidak dilarang dalam Islam. Dalam praktik penjualan yang demikian, harga komoditas boleh berbeda dengan harga spot-nya dengan adanya pelibatan waktu dalam proses pertukaran. Secara sederhana, ini dianggap bentuk pengakuan time value of money. Apa yang diterima oleh Islam mengenai konsep positive time preference (PTP) adalah waktu sekarang lebih bernilai daripada waktu yang akan datang yang menyebabkan penggunaan barang pada waktu sekarang lebih diutamakan penggunaannya pada waktu yang akan datang.
Manajemen Keuangan Islam - 43 b. Kebolehan Menaikkan Harga Barang Disebabkan oleh Tangguhan Kebolehan menaikkan harga disebabkan oleh tangguhan (al- ‘[d[f) membuktikan bahwa waktu juga mempunyai nilai ekonomiyang dapat diberikan imbalan (‘iwadh) dalam bentuk uang. Meskipun terjadi perdebatan di kalangan fuqaha, mayoritas ulama berpendapat bahwa menaikkan harga barang disebabkan oleh faktor penangguhan bayaran yang terjadi dalam berbagai kegiatan jual beli dan transaksi bertangguh seperti \[c’ bi nb[g[h ‘[dcf dan \[c’ al-inah tidak dibenarkan. Mereka bersandarkan dalil dari Al-Quran ayat 275 surat Al- Baqarah dan hadis-hadis yang membolehkan jual beli tangguh serta bayaran yang lebih daripada jual beli tunai. Karena jual beli bayaran secara bertangguh adalah boleh, jelas bahwa tangguhan dalam jual beli seperti ini merupakan waktu mempunyai nilai ekonomi yang mendasari kewujudan nilai waktu uang dalam ekonomi Islam. Time value of money sangat erat kaitannya dengan riba karena waktu diberikan nilai harga secara tersendiri bisa menyebabkan terjadinya riba al-nasiah. Aplikasi nilai waktu uang yang seperti ini dapat dilihat dalam kontrak pinjam-meminjam atau sewa-menyewa yang mengenakan bunga sebagai keuntungan. Hal ini karena nilai bunga yang dikenakan semata-mata imbalan kepada al-ajal. Oleh karena itu, al-ajal dalam hal ini adalah diharamkan oleh syara’.
44 - Manajemen Keuangan Islam Konsep dan aplikasi nilai waktu uang (time value of money) dalam Islam berbeda dengan sistem konvensional meskipun kedua-duanya menghasilkan tambahan ke atas harga barang yang dikontrakkan. Tambahan (ziyadah) yang dihasilkan melalui pemakaian konsep nilai waktu uang dalam Islam tidak dianggap sebagai riba yangdiharamkan. Akan tetapi, tambahan yang didapatkan dari aplikasi nilai waktu uang dalam sistem konvensional dianggap riba hakiki. Gagasan tentang nilai waktu uang kontras antara penggunaannya dalam Islam dan kerangka tradisional. Perbedaan yang paling mencolok dalam Islam adalah bahwa uang bukanlah barang, dan nilai waktu uang dalam kerangka tradisional memungkinkan riba yang jelas tabu dalam Islam. C. Kritik Atas Time Value of Money dan Perbedaan antaraTime Value of Money dan Economic Value of Time 1. Kritik Atas Time Value of Money Definisi time value of money yang mengatakan bahwa uang hari ini sangat berharga karena dapat digunakan untuk berinvestasi tidak akurat karena setiap investasi selalu mempunyai kemungkinan untuk mendapat positive, negative, atau no return. Bagi ekonom konvensional ada dua hal yang menjadi alasan mereka akan konsep time value of money, yaitu:12
Manajemen Keuangan Islam - 45 a. presence of inflation; b. preference present comsumption to future comsumption. Argumen yang pertama tidak dapat diterima karena tidak lengkap kondisinya. Dalam setiap perekonomian selalu ada keadaan inflasi dan keadaan deflasi. Apabila keberadaan inflasi menjadi alasan adanya time value of money, seharusnya keberadaan deflasi menjadi alasan adanya negatif time value of money. 2. Ketidakpastian Return Sebenarnya, dalam ekonomi konvensioanl, penerapan time value of money tidak senaif yang dibayangkan, misalnya dengan mengabaikan ketidakpastian return yang akan diterima. Apabila unsur ketidakpastian menyebut kompensasinya sebagai discount rate. Jadi, istilah discount rate lebih bersifat umum dibandingkan dengan istilah interest rate. 13 Dalam masalah keuangan tradisional, kerentanan pengembalian diubah menjadi kepastian melalui premi untuk kerentanan. Dalam setiap usaha, jelas, umumnya ada kemungkinan mendapatkan pengembalian positif, pengembalian negatif, dan tidak kembali. Kehadiran kemungkinan ini menyebabkan kerentanan. Kemungkinan mendapatkan pengembalian negatif dan tidak kembali ini diperdagangkan (perdagangan liabilitas) dengan sesuatu yang pasti, untuk lebih spesifik premi kerentanan.
46 - Manajemen Keuangan Islam 3. Perbedaan antara Time Value of Money dan Economic Value of Time Dalam ekonomi my[lc’[b, penggunaan discount rate dalam menentukan harga \[c’ go’[dd[f (membayar tangguh) dapat digunakan. Hal ini dibenarkan karena: a. jual beli dan sewa menyewa adalah sektor riil yang menimbulkan economic value added (nilai tambah ekonomis); b. tertahannya hak si penjual (uang pembayaran) yang telah melaksanakan kewajibannya (menyerahkan barang atau jasa) sehingga ia tidak dapat melaksanakan kewajibannya kepada pihak lain. Begitu pula, penggunaan discount rate dalam menentukan nisbah bagi hasil, dapat digunakan. Nisbah ini akan dikalikan dengan pendapatan aktual (actual return), bukan dengan pendapatan yang diharapkan (expected return). Transaksi bagi hasil berbeda dengan transaksi jual beli atau transaksi sewa-menyewa karena dalam transaksi bagi hasil, hubungannya bukan antara penjual dengan pembeli atau penyewa dengan yang menyewakan. Adapun perbedaan antara interest rate dan discount rate dalam pandangan ekonomi konvenmcih[f ^[h _eihigc my[lc’[b, m_j_lnc n_lfcb[n j[^[ tabel berikut.14
Manajemen Keuangan Islam - 47 Tabel 1 Perbedaan antara Interest Rate dan Discount Rate dalam Pandangan Ekonomi Konvensional dan Ekonomi Syariah Certainty Return Uncertainty Return Ekonomi Konvensional Ekonomi Sy[lc’[b Ekonomi Konvensional Ekonomi Sy[lc’[b 1 2 3 4 Interest rate ditentukan oleh: 1. Preferency current comcumtio 2. Expected inflation. Keuntungan dalam jual beli/ sewa menyewa secara bayar tangguh ditentukan oleh: 1. Tingkat keuntungan setiap kali transaksi. 2. Frekuensi transaksi dalam satu periode Discount rate ditentukan oleh: 1. Preferency current comcumtion 2. Expected inflation. Premium for uncertainty, dengan kata lain, actual return dipaksakan harus sama dengan expected return-nya - Discount rate ditentukan atas dasar harapan keuntungan (expected return), dan digunakan untuk menentukan nisbah bagi hasil - Bagi hasil yang harus dibayar adalah nisbah bagi hasil dikalikan dengan pendapatan aktualnya (actual return) Sumber: Muhammad (2004) Islam tidak mengenal time value of money, yang dikenal adalah economic value of time. Contohnya, dalam g_habcnoha hcm\[b \[ac b[mcf ^c B[he Sy[lc’[b. Dalam proses penentuan nisbah ini, return on capital harus diperhitungkan. Return on capital ini tidak sama dengan return on money. Return on capital bergantung pada jenis bisnisnya dan berkaitan dengan sektor riil,
48 - Manajemen Keuangan Islam sedangkan return on money berkaitan dengan interest rate. Penentuan nisbah bagi hasil harus dilakukan di awal, dan untuk itu digunakan projected return. Jika ternyata actual return dari bisnis yang dibiayai tidak sama dengan angka proyeksinya, yang digunakan adalah angka aktual, bukan angka proyeksi. Hal ini menunjukkan bahwa Islam tidak mengenal time value of money. Time mempunyai economic value jika waktu tersebut dimanfaatkan dengan menambah faktor produksi yang lain sehingga menjadi capital dan dapat memperoleh return. D. Legitimasi Syari’ah Atas Time Value of Money Menurut Dowling dan Pfeffer (Ghozali dan Chariri, 2007), legitimasi adalah hal yang penting bagi organisasi, batasan yang ditekankan oleh norma-norma dan nilainilai sosial, dan reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya analisis perilaku organisasi dengan memerhatikan lingkungan. Teori legitimasi berfokus pada interaksi antara perusahaan dan masyarakat. Teori ini menyatakan bahwa organisasi adalah bagian dari masyarakat sehingga harus memerhatikan norma-norma sosial masyarakat karena kesesuaian dengan norma sosial dapat membuat perusahaan semakin legitimate. 15 Teori legitimasi menjadi landasan bagi perusahaan untuk memerhatikan hal yang menjadi
Manajemen Keuangan Islam - 49 harapan masyarakat dan mampu menyelaraskan nilainilai perusahaannya dengan norma-norma sosial yang berlaku di tempat perusahaan tersebut melangsungkan kegiatannya. Deegan, Robin, dan Tobin menyatakan bahwa legitimasi perusahaan akan diperoleh jika terdapat kesamaan antara hasil dengan yang diharapkan oleh masyarakat dari perusahaan sehingga tidak ada tuntutan dari masyarakat. Perusahaan dapat melakukan pengorbanan sosial sebagai refleksi dari perhatian perusahaan terhadap masyarakat. Prinsip teori legitimasi muamalat dalam Islam, yaitu semua sistem (manhaj) kegiatan, sasaran kegiatan dan prinsip pokok yang berdasarkan syariat-syariat Islam. Jadi, semua item dari definisi di atas harus berdasarkan syariat-syariat Islam karena semua sudah diatur dalam Al-Quran. Al-Quran mengakui legitimasi bisnis dan memaparkan prinsip dan petunjuk dalam masalah bisnis yang dapat diklasifikasikan dalam tiga bagian, yaitu: (1) kebebasan dalam usaha; (2) keadilan sosial; (3) tata krama perilaku bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011, hlm. 89.Al-Quran memberikan kemerdekaan penuh untuk melakukan transaksi sesuai dengan yang dikehendaki dengan batasbatas yang ditentukan oleh syariat. Kekayaan dianggap sebagai sesuatu yang tidak bisa diganggu gugat dan tindakan penggunaan harta orang lain dengan cara tidak halal atau tanpa izin dari pemilik yang sah merupakan hal
50 - Manajemen Keuangan Islam yang dilarang. Oleh karena itu, penghormatan hak hidup, harta, dan kehormatan merupakan kewajiban agama.17 Pengakuan Al-Qur'an tentang kepemilikan properti adalah alasan keabsahan seorang Muslim untuk pergi dengan pilihan dalam hal propertinya, apakah ia akan menggunakan, menjual, atau memperdagangkan propertinya untuk satu jenis kekayaan lagi. Al-Quran memberikan kesempatan ideal untuk melanjutkan pekerjaan, baik interior maupun luar. Pembatasan kontrol moneter dan perdagangan juga ditunda karena menyangkut peluang investor keuangan. Namun perlu diingat bahwa legalitas dan kebebasan tidak diartikan sebagai menghapuskan semua larangan tata aturan dan norma yang ada dalam kehidupan berbisnis. Seorang Muslim diwajibkan melaksanakan secara penuh dan ketat semua etika bisnis yang ditata oleh Al-Quran pada saat melakukan semua transaksi, yaitu: 1. adanya ijab kabul (tawaran dan penerimaan) antara dua pihak yang melakukan transaksi; 2. kepemilikan barang yang ditransaksikan itu benar dan sah; 3. komoditas yang ditransaksikan berbentuk harta yang bernilai; 4. harga yang ditetapkan merupakan harga yang potensial dan wajar; 5. adanya opsi bagi pembeli untuk membatalkan kontrak jika mendapatkan kerusakan pada komoditas yang akan diperjualbelikan (khiyar ar-
Manajemen Keuangan Islam - 51 lo’y[b); 6. adanya opsi bagi pembeli untuk membatalkan kontrak yang terjadi dalam jangka waktu tertentu yang disepakati oleh kedua belah pihak (khiyar asysyarth). Penggunaan konsep nilai waktu uang dalam proses pengakuan unsur laporan keuangan, terutama pengakuan pendapatan dan biaya yang merefleksikan aktivitas operasi entitas tidak secara eksplisit tampak dalam proses pengakuan tersebut. Tampak jelas, yaitu pada konsep pengukuran dalam akuntansi. Suwardjono membenarkan bahwa tujuan penggunaan nilai sekarang dalam pengukuran akuntansi untuk menangkap atau merefleksi perbedaan ekonomis antara sehimpunan aliran kas masa datang dan untuk mengestimasi nilai wajar. Namun, apabila konsep pengakuan unsur laporan keuangan berdasarkan konsep nilai waktu uang, ia menjadi asumsi yang mendasari konsep pengukuran akuntansi. Secara mendasar konsep pengakuan tetap sarat dengan penggunaan konsep nilai waktu uang.18
52 - Manajemen Keuangan Islam Institusi Keuangan Syariah ALAM Perkembangan dunia perekonomian saat ini, institusi keuangan syariah telah menjadi perhatian dunia sebagai alternatif yang menggabungkan prinsipprinsip agama dengan aktivitas keuangan. Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya kepatuhan terhadap nilai-nilai etika dan moral dalam transaksi keuangan, institusi keuangan syariah menjadi semakin relevan dan berperan penting dalam mengisi kebutuhan tersebut. Institusi keuangan syariah, yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, menawarkan berbagai produk dan layanan keuangan yang berbeda dengan institusi keuangan konvensional. Hal ini mencakup larangan terhadap riba (bunga), maisir (perjudian), gharar (ketidakpastian), dan transaksi yang melanggar prinsip-prinsip moral Islam lainnya. Sebaliknya, institusi keuangan syariah didasarkan pada konsep-konsep seperti profit and loss sharing, aset berbasis riil, dan tanggung jawab sosial. Pendekatan ini menawarkan solusi yang sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika Islam, sambil tetap memenuhi kebutuhan keuangan dan investasi masyarakat secara umum. Dengan demikian, institusi keuangan syariah bukan hanya merupakan pilihan bagi mereka yang mengutamakan kepatuhan agama, tetapi juga D
Manajemen Keuangan Islam - 53 menjadi pilihan menarik bagi investor yang mencari alternatif yang stabil dan berkelanjutan. Untuk lebih jelasnya, dalam buku ini akan dijelaskan beberapa insitusi keuangan syariah yang ada di Indonesia. A. Bank Syariah Sejarah berdirinya Bank Syariah di Indonesia jika dipelajari berdasarkan sumber dari Bank Indonesia, bahwa Perkembangan perbankan syariah dunia dimulai pada 1890, yaitu keberadaan The Barclays Bank yang membuka cabang di Kairo Mesir dan pertama kali mendapat kritik tentang bunga bank. Pada 1900-1930 mulai tersebar adanya pemahaman bahwa bunga bank adalah riba. Pada 1930-1950, pertama kalinya ekonomi Islam memberikan alternatif aktivitas partnership yang sesuai dengan syariah.(Dewi Nurul Musjtari, 2012) Inisiatif pendirian Bank Islam Indonesia dimulai pada 1980 melalui diskusi-diskusi bertemakan bank Islam sebagai pilar ekonomi Islam. Sebagai uji coba, gagasan perbankan Islam dipraktikkan dalam skala yang relatif terbatas di antaranya di Bandung. Perkembangan bank syariah di Indonesia dimulai pada tahun 1992 dengan didirikannya Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah pertama di Indonesia. Pendirian Bank Muamalat ini merupakan tonggak penting dalam mengembangkan sistem keuangan syariah di Indonesia. Berdasarkan UU No 21 Tahun 2008 Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri
54 - Manajemen Keuangan Islam atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Bank Umum Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah. Seiring dengan perkembangan regulasi, industri perbankan syariah terus tumbuh pesat di Indonesia. Selain Bank Muamalat, beberapa bank syariah lainnya mulai berdiri, Pemerintah Indonesia memberikan dukungan yang kuat terhadap perkembangan bank syariah dengan berbagai insentif dan kebijakan yang mendukung. Hal ini termasuk penyediaan dana talangan dari Bank Indonesia dan program-program pemberdayaan ekonomi syariah. Salah satu bank syariah yang cukup besar yaitu Bank Syariah Indonesia. BSI merupakan bank hasil merger antara PT Bank BRIsyariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank BNI Syariah. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara resmi mengeluarkan izin merger tiga usaha bank syariah tersebut pada 27 Januari 2021 melalui surat Nomor SR-3/PB.1/2021. Selanjutnya, pada 1 Februari 2021, Presiden Joko Widodo meresmikan kehadiran BSI.
Manajemen Keuangan Islam - 55 Berdasarkan data yang dikutip dari (Hutauruk, 2024) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat jumlah aset perbankan syariah terus meningkat. Pada akhir 2023, aset bank umum syariah dan unit usaha syariah (UUS) mencapai Rp 868,98 triliun, tumbuh 11,1% secara tahunan. Aset tersebut berasal dari 33 perusahaan yang terdiri dari 14 BUS dan 19 UUS. 1. Perbedaan Bank Syariah dan Bank konvensional Secara umum hal-hal yang membedakan antara bank syariah dengan bank konvensional adalah sebagai beri- kut: Tabel 1. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional No. Jenis Perbandingan Bank Syariah Bank Konvensional 1. Bentuk Investasi Berinvestasi pada usaha yang halal Bebas nilai 2. Perolehan Keuntungan Atas dasar bagi hasil, margin keuntungan dan fee Sisstem Bunga 3. Tujuan Profit dan falah oriented Profit oriented 4. Prinsip mengacu pada hukum Islam mengacu pada peraturan nasional dan internasional berdasarkan hukum yang berlaku
56 - Manajemen Keuangan Islam 5. Denda umumnya tidak ada aturan denda seperti itu. Sebagai gantinya, pihak bank syariah akan melakukan kesepakatan bersama. terdapat denda yang harus dibayarkan oleh nasabah ketika terlambat melakukan pembayaran 2. Akad dan Produk Bank Syariah a. Produk Penghimpunan Dana Menurut Asnaini dan Yustati, (2017) Produk penghimpunan dana pada bank syariah meliputi Giro [^[f[b Scgj[h[h \_l^[m[le[h Ae[^ q[^c’[b atau akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah. Tabungan adalah simpanan \_l^[m[le[h [e[^ q[^c’[b [n[o chp_mn[mc ^[h[ berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Deposito adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara Nasabah Penyimpan dan Bank Syariah dan/atau UUS.
Manajemen Keuangan Islam - 57 Akad yang diterapkan dalam bank syariah pada produk penghimpunan dana adalah: 1) Akad W[^c’[b 2) Akad Mudharabah 3) Akad Al-Moz[l[’[ 4) Akad Mutsaqah b. Produk Jasa Bank Syariah juga dapat melakukan kegiatan memberikan jasa kepada nasabah dengan mendapatkan imbalan berupa sewa atau keuntungan, jasa tersebut antara lain: 1) Sharf (Jual-Beli Valuta Asing) Pada prinsip syariahnya, perdagangan valuta asing dapat dianalogikan dan dikategorikan dengan pertukaran antara perak dan emas. Emas dan perak sebagai mata uang tidak boleh ditukarkan dengan sejenisnya misalnya rupiah dengan rupiah atau US Dollar (USD) kepada dolar kecuali sama jumlahnya. Landasan hukumnya adalah Q.S. Al-Baqarah: 275: ‚il[ha-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan antaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat) sesungguhnya jual-beli itu sama dengan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari tuhannya lalu terus berhenti (dari mengambil riba) maka baginya apa yang baginya apa yang diambilnya dahulu (sebelum datang larangan) dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali
58 - Manajemen Keuangan Islam (mengambil riba) maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di ^[f[ghy[‛. 2) Ijarah (Sewa) Adalah menyewakan simpanan dan jasa tatalaksana administrasi dokumen (custodian), dalam hal ini bank mendapatkan imbalan sewa dari jasa tersebut. Ijarah pada sewa sama maknanya dengan ijarah pada produk pembiayaan. 3) Wakalah Wakalah atau wikalah berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian mandat. 4) Kafalah Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga dalam rangka memenuhi kewajiban yang ditanggung (g[e`of ‘[hbo) apabila pihak yang ditanggung cidera janji atau wanprestasi. 5) Akad Qardh Qardh m_][l[ \[b[m[ \_l[lnc ‚jiniha[h‛. Dikatakan demikian karena uang yang diutangkan akan memotong sebagian hartanya. Menurut terminologi, isti- lah qardh berarti harta yang dipinjamkan seseorang kepada orang lain untuk dikembalikan setelah memiliki kemampuan. B. Asuransi Syariah Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional, (2001), Asuransi Syariah adalah usaha saling tolong- menolong
Manajemen Keuangan Islam - 59 diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi ^[f[g \_hnoe [m_n ^[h [n[o n[\[llo’ y[ha g_g\_lce[h pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah. Dalam bahasa Arab, asuransi disebut at-n[’gch yang berasal dari kata amana yang memiliki arti memberi perlindungan, ketenangan, rasa aman dan bebas dari rasa takut. Menurut Undang-undang Presiden Republik Indonesia, (2014) tentang Asuransi Syariah, menjelaskan bahwa yang disebut Asuransi Syariah adalah kumpulan perjanjian, yang terdiri atas perjanjian antara perusahaan asuransi syariah dan pemegang polis dan perjanjian di antara para pemegang polis, dalam rangka pengelolaan kontribusi berdasarkan prinsip syariah guna saling menolong dan melindungi dengan cara memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita peserta atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya peserta atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya peserta dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana. 1. Perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi konvensional Secara umum terdapat perbedaan antara asuransi syariah dan asuransi konvensional, yaitu :
60 - Manajemen Keuangan Islam No. Asuransi Konvensional Asuransi syariah 1. Proteksi Konvensional memiliki konsep pengelolaan Transfer Risk Proteksi Syariah memiliki konsep pengelolaan Sharing Risk 2. Premi Asuransi diakui sebagai pendapatanpendapatan meskipun premi asuransi belum dibayarkan Premi Asuransi benar-benar diakui sebagai pendapatan jika diterima secara tunai 3. Dana asuransi yang terhimpun dikelola untuk kepentingan bisnis perusahaan dengan keuntungan yang dinikmati oleh perusahaan dan pemegang saham Dana asuransi takaful yang terhimpun dikelola dengan konsep mudharabah. 4. asuransi konvensional bersifat tabaduli (jual beli antara nasabah dengan perusahaan) Prinsip akad asuransi syariah adalah takaful (tolongmenolong). 5. dalam konvensional, dana pembayaran klaim diambil dari rekening milik perusahaan. Untuk kepentingan pembayaran klaim nasabah, dana diambil dari rekening n[\[llo’ (^[h[ mimc[f) m_folob peserta yang sudah diikhlaskan untuk keperluan tolong menolong bila ada peserta yang terkena musibah 6. dalam asuransi konvensional, keuntungan sepenuhnya menjadi milik perusahaan. Jika tak ada Keuntungan investasi dibagi dua antara nasabah selaku pemilik dana dengan perusahaan selaku
Manajemen Keuangan Islam - 61 klaim nasabah tak memperoleh apa-apa pengelola, dengan prinsip bagi hasil Sumber : (Gemala Dewi, 2004) 2. Akad Pada Asuransi Syariah Akad yang dipakai dalam asuransi syariah adalah akad tijarah yaitu akad sesama peserta dengan perusahaan asuransi yang bersifat dan bertujuan komersial yang terdiri dari akad wakalah bil ujrah, mudharabah, atau mudharabah musytarakah. Akad yang kedua merupakan akad n[\[llo’ yang merupakan kebalikan dari akad tijarah yang mana dalam akad ini tidak ditujukan untuk komersil tapi ditujukan untuk tolongmenolong antar perserta asuransi syariah. (Asnaini And Yustati, 2017). C. Pegadaian Syariah Pegadaian syariah, juga dikenal sebagai pegadaian berbasis syariah, adalah institusi keuangan yang menyediakan layanan pinjaman dengan jaminan barang bergerak atau non-gerak, tetapi beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Gadai dalam bahasa Arab disebut Rahn. Rahn menurut bahasa adalah jaminan hutang, gadaian, seperti juga dinamai Al-Habsu, artinya penahanan.(Heri Sudarsono, 2007) Dalam definisinya rahn adalah barang yang digadaikan, rahin adalah orang mengadaikan, sedangkan murtahin adalah orang yang memberikan pinjaman.
62 - Manajemen Keuangan Islam Adapun pengertian rahn menurut Imam Abu Zakaria AlAnshary, dalam kitabnya Fathul Wahab,mendefinisikan rahn adalah menjadikan benda sebagai kepercayaan dari suatu yang dapat dibayarkan dari harta itu bila utang tidak dibayar. (Muhammad, 2003) 1. Dasar Hukum Pegadaian Syariah Dasar hukum pegadaian syariah didasarkan pada prinsip-prinsip hukum Islam (syariah) yang melarang riba (bunga) dan mengatur transaksi keuangan berdasarkan prinsip keadilan, transparansi, dan tanggung jawab sosial. Beberapa dokumen hukum yang menjadi dasar bagi pegadaian syariah antara lain: a. Al-Quran dan Hadist Firman Allah di dalam Al-Quran QS Al-Baqarah (2) : 283 yang artinya : ‚Jce[ e[go ^[f[g j_ld[f[h[h (^[h \_lgo'[g[f[b tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan persaksian. dan Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu e_ld[e[h.‛
Manajemen Keuangan Islam - 63 Selain itu juga dijelaskan dalam Hadits nabi dari Anas r.a berkata, ‚R[mofoff[b g_haa[^[ce[h \[do besinya kepada seorang Yahudi di Madinah dan g_ha[g\cf ^[lchy[ a[h^og ohnoe e_fo[la[ \_fc[o‛. (H.R. Bukhari no. 1927, Kitab Al-Bayu, Abg[^, N[m[’c, dan Ibnu Majah) b. Ijma Ulama para ulama sepakat untuk memperbolehkan gadai dalam islam, karena mengacu pada kisah Nabi Muhammad SAW yang telah diterangkan dalam Hadist Riwayat Bukhari No. 1927. Dasar dari Idg[’, Bahwa kaum muslimin sepakat diperbolehkan rahn (a[^[c) m_][l[ my[lc’[n e_tika berpergian (safar) dan ketika di rumah (tidak berpergian) kecuali Mujahid berpendapat yang berpendapat rahn (gadai) hanya berlaku ketika berpergian berdasarkan ayat di atas. Akan tetapi, pendapat Mujahid ini dibantah dengan argumentasi Hadits di atas. Di samping itu, penyebutan safar (berpergian) dalam ayat di atas keluar dari yang umum (kebiasaan). 2. Perbedaan Pegadaian Syariah dan Pegadaian Konvensional No. Pegadaian Syariah Pegadaian Konvensional 1. Biaya administrasi berdasarkanbarang Biaya administrasi berupa prosentase yang didasarkan pada golongan barang 2. Dikenakan jasa penitipan Dikenakan bunga
64 - Manajemen Keuangan Islam 3. Kelebihan uang hasil dari lelang barang dikembalikan kepada nasabah setelah dipotong sisa utang nasabah, atau diserahkan kepada lembaga ZIS Kelebihan uang hasil lelang tidak dikembalikan kepada nasabah, tetapi menjadi milik pegadaian Sumber : (Asnaini And Yustati, 2017) D. Lembaga Pembiayaan Syariah Perusahaan Pembiayaan Syariah adalah pembiayaan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara perusahaan pembiayaan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan pembiayaan tersebut dalam jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Perusahaan pembiayaan syariah merupakan institusi keuangan yang memberikan layanan pembiayaan berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam. Perusahaan ini beroperasi dengan cara yang berbeda dengan perusahaan pembiayaan konvensional, karena tidak melibatkan bunga (riba) dan berlandaskan pada prinsip-prinsip keadilan, transparansi, dan tanggung jawab social. Adapun beberapa Lembaga Pembiayaan meliputi: 1. Perusahaan Pembiayaan, merupakan badan usaha yang khusus didirikan untuk melakukan Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen, dan/atau usaha Kartu Kredit. 2. Perusahaan Modal Ventura, adalah badan usaha
Manajemen Keuangan Islam - 65 yang melakukan usaha pembiayaan/penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (Investee Company) untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham, pe- nyertaan melalui pembelian obligasi konversi, dan atau pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha. 3. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur, adalah badan usaha yang didirikan khusus untuk melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana pada proyek infrastruktur. 4. Koperasi Syariah, adalah koperasi yang memberikan layanan pembiayaan dan dukungan ekonomi kepada anggotanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah. E. Pasar Modal Syariah Pasar modal syariah adalah bagian dari pasar modal konvensional yang beroperasi sesuai dengan prinsipprinsip syariah Islam. Dalam pasar modal syariah, terdapat instrumen investasi dan mekanisme transaksi yang tidak melanggar prinsip-prinsip Islam, seperti larangan riba (bunga), maisir (perjudian), gharar (ketidakpastian), dan haram (kegiatan yang dilarang oleh Islam). Pasar modal syariah bertujuan untuk memberikan alternatif investasi kepada para investor yang ingin berinvestasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Pasar modal syariah menawarkan berbagai instrumen investasi yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, seperti saham syariah, obligasi syariah (sukuk), reksa dana syariah, dan
66 - Manajemen Keuangan Islam instrumen-instrumen lainnya yang telah disesuaikan dengan prinsip-prinsip Islam. Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 2003 mengeluarkan fatwa tentang kebolehan bertransaksi di pasar modal selama mekanisme dan objeknya tidak bertentangan dengan prinisp syariah. Fatwa yang dikeluarkan oleh DSN berkaitan dengan ketentuan umum pasar modal syariah, prinsip-prinsipnya, emiten yang menerbitkan efek syariah, kriteria dan jenis efek syariah, transaksi yang dilarang dan penentuan harga saham. F. Instrument Pasar Modal Syariah Intrumen pasar modal syariah berbeda dengan instrumen pasar modal konvensional. Sejumlah instrumen syariah di pasar modal sudah diperkenalkan kepada masyarakat. Saham yang memenuhi kriteria syariah adalah saham yang dikeluarkan perusahaan yang bergerak di bidang usaha yang sesuai dengan syariah. Berikut adalah beberapa instrumen pasar saham syariah yang umum diperdagangkan: 1. Saham Syariah Saham syariah adalah saham dari perusahaan yang memenuhi kriteria syariah yang telah ditetapkan. Kriteria ini biasanya mencakup larangan terhadap bisnis yang bertentangan dengan prinsipprinsip Islam, seperti alkohol, perjudian, dan produksi barang-barang yang tidak halal.
Manajemen Keuangan Islam - 67 2. Indeks Saham Syariah Indeks saham syariah adalah indeks yang mengukur kinerja saham-saham yang memenuhi kriteria syariah. Indeks ini digunakan sebagai tolak ukur untuk memantau dan mengevaluasi performa pasar saham syariah. ISSI merupakan indeks saham yang mencerminkan keseluruhan saham syariah yang tercatat di BEI. 3. Reksa Dana Saham Syariah Reksa dana saham syariah adalah produk investasi kolektif yang dikelola oleh manajer investasi dan berinvestasi pada portofolio saham-saham syariah. Investor dapat membeli unit penyertaan reksa dana ini untuk mendiversifikasi portofolio investasinya di pasar saham syariah. 4. Obligasi Syariah (Sukuk) Obligasi syariah, atau yang lebih dikenal dengan nama sukuk, adalah instrumen utang yang diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan dengan mematuhi prinsip-prinsip syariah. Sukuk ini memberikan imbal hasil kepada pemegang sukuk.
68 - Manajemen Keuangan Islam Laporan Keuangan Konvensional dan Syariah A. Laporan Keuangan Dokumen penting yang berisi catatan keuangan perusahan baik dalam bentuk kas, transaksi, memperlihatkan aktifitas posisi harta, utang, modal, dan laba atau rugi perusahaan dalam periode tertentu. Laporan keuangan perusahaan berdasarkan PSAK 1 tentang penyajian laporan keuangan telah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 19 Desember 2013 dimana PSAK ini merevisi PSAK 1 tentang penyajian laporang keuangan yang telah diterbitkan pada tanggal 15 Desember 2009. Komponen laporan keuangan lengkap terdari dari 6 bagian diantaranya: 1. Laporan Posisi keuangan pada akhir periode yang dikenal dengan Neraca (Financial Statement) 2. Laporan Laba Rugi dan penghasilan komprehensip lain selama periode 3. Laporan perubahaan ekuitas selama periode 4. Laporan arus kas selama periode 5. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijkan akuntansi yang signigikan dan informasi
Manajemen Keuangan Islam - 69 penjelasan lain mengenai kondisi perusahaan periode tertentu. 6. Laporan posisi keuangan pada awal periode terdekat sebelumnya ketika entitas menerepakan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian Kembali pos-pos laporan keuangan atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya. 1. Perbedaan Perusahan Konvensional dan Syariah Perusahaan Syariah dan Konvensional dalam terdapat perbedaan pada dapat dilihat tabel berikut ini; Tabel 1. Perbedaan Laporan Keuangan Konvensional dan Syariah No Keterangan Konvensional Syariah 1 Prinsip Aturan Nasional dan International yang berlaku Hukum Islam (AlQol’[h ^[h H[^cmn, serta diatur oleh fatwa ulama 2 Tujuan dan Fungsinya Keuntungan dengan prinsip yang dianut oleh masyarakat Prinsip syariah, demokrasi ekonomi dan prinsip kehatihatian. 3 Sistem Operational Suku Bunga dalam setiap transksi yang berlangsung karena suku Bunga dan perjanjian Tidak melakukan suku bunga dalam setiap transaksi yang berlangsung karena suku bunga bisa dikatakan sebagai riba. Sistem
70 - Manajemen Keuangan Islam umum berdasarkan pada aturan Nasional yang berlaku operational bank syariah menggunakan akad bagi hasil atau nisbah antara bank dan nasabah. 4 Pengawas Kegiatan Undang-Undang 10 tahun 1998 mengenai perbankan Dan PSAK sesuai jenis entitas perusahaan, serta diawasi oleh dewan komisaris Undang-Undang 10 tahun 1998 mengenai perbankan Dan PSAK sesuai jenis entitas perusahaan Serta Dewan pengawas Syariah Nasional, dewan pengawas syariah, dan dewan komisaris. 5 Hubungan dengan customer, Nasabah dan Bank Antara pihak perusahaan, dan jika diperbankan antara debitur dan kreditur. Nasabah berperan sebagai kreditur, sedangkan pihak bank Dalam perusahaan syariah dan bank syariah terdapat 4 jenis mitra diataranya; 1. Penjual dan pembeli 2. Kemitraaan 3. Sewa 4. Penyewa
Manajemen Keuangan Islam - 71 berperan sebagai debitur. 6 Pengelolaan Dana Pengelolaan dana digunakan pada seluruh dini bisnis menguntungka n dibawah aturan UndangUndang yang berlaku di setiap Negera Pengelolaan dana berdasarkan aturan Islam 7 Kesepakatan yang berlaku Perjanjian dilakukan dengan hukun Nasiolan Menggunakan Akad dengan disertai oleh hukum Islam. 8 Denda Denda harus dibayarkan oleh nasabah ketika terlambat melakukan pembayaran, dan besaran bunga atau dendanya bisa meningkat bila nasabah tidak bisa membayar hingga batas waktu uang telah ditentukan Tidak ada aturan denda seperti bank konvensional, pihak bank suariah akan melakukan kesepakatan bersama diawal kontrak
72 - Manajemen Keuangan Islam 2. Perbedaan isi dari Laporan Keuangan Konvensional dan Syariah. Laporan keuangan perusahaan konvensional dan syariah hanya terletak pada transaksi yang terjadi secara umum sama dalam hal posisi keuangan karena telah diatur oleh PSAK sesuai dengan standar dan jenis perusahaan. Untuk mengatahui laporan keuangan perusahaan dapat diakses pada website masingmasing perusahaan dari tahun ke tahun.
Manajemen Keuangan Islam - 73 Investasi Syariah dan Asuransi Syariah A. Investasi Syariah 1. Definisi Investasi Syariah dan Dasar Hukum Investasi syariah adalah investasi yang didasarkan prinsip-prinsip syariah baik investasi sektor riil maupun sektor keuangan, Islam mengajarkan investasi yang menguntungkan untuk semua pihak dan melarang manusia mencari rezeki dengan berspekulasi/tata cara lainnya yang merugikan satu/semua pihak (Nafik, 2009). Islam melarang transaksi yang terdapat spekulasi, mengandung gharar, riba, dan maysir. Oleh karena itu dalam berinvestasi di sektor perbankan maupun di pasar modal harus dilakukan dengan sangat selektif dan sangat hati-hati, sehingga tidak masuk dalam investasi yang bertentangan dengan syariah. Investasi dikenal dalam Islam dan dianjurkan bagi setiap kaum muslim. Hal ini sesuai dengan Firman Aff[b SWT ^[f[g Af Qol’[h Surat Al Hasyr ayat 18 yang berbunyi:
74 - Manajemen Keuangan Islam Alnchy[ : ‚H[c il[ha-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok dan bertaqwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu e_ld[e[h.‛ (QS. Af H[myl Ay[n 18) Dalam keterangan surat Al Hasyr ayat 18 di atas menerangkan bahwa Allah SWT memerintahkan untuk memperhatikan perbuatannya di hari esok atau memperisapkan dirinya untuk hari esok. Hal ini berarti investasi akhirat dan dunia tampaknya menjadi hal yang dianjurkan bagi orang yang beriman kepada Allah SWT dengan selalu taqwa kepada-Nya. 2. Ciri-Ciri Investasi Syariah a. Aktivitas Bisnis yang Tidak Bertentangan dengan Prinsip Islam Produk investasi memiliki bentuk yang beragam, ada yang berupa saham, obligasi, reksa dana, dan lain sebagainya. Investasi syariah memiliki ketentuan di mana aktivitas bisnis yang dilakukan oleh penerbit investasi syariah harus tidak boleh bertentangan dengan syariat islam. Pada misalnya investasi syariah tidak cocok dilakukan untuk perusahaan yang bergerak di produksi alkohol. b. Menghindari Riba Sesuai dengan prinsip islam yang melarang adanya riba, investasi syariah juga tidak menggunakan riba (contohnya bunga) sebagai imbal hasil investasi dari investor. Sistem yang diterapkan oleh investasi
Manajemen Keuangan Islam - 75 syariah biasanya adalah berbentuk bagi hasil. Bagi hasil adalah di mana investor akan memperoleh sebagian keuntungan dari perusahaan, akan tetapi bisa saja investor akan mendapat kerugian apabila perusahaan juga mengalami kerugian. c. Musyawarah Untung-Rugi Dalam investasi syariah, musyawarah atau perjanjian atau akad perlu dilakukan.Baik investor atau pihak emiten harus melakukan musyawarah untuk mendapatkan mufakat. Dengan adanya perjanjian tersebut, investor dapat setidaknya terhindar dari informasi menyesatkan (gharar) maupun risiko berlebih (masyir). 3. Jenis atau Produk Investasi Syariah Selanjutnya, produk investasi apa saja yang dapat menjadi investasi syariah? Berikut ini adalah pembahasan mengenai beberapa jenis produk investasi syariah. a. Saham Syariah Saham syariah adalah bukti kepemilikan atas perusahaan yang tentunya akan sesuai dengan prinsip islam. Investasi saham secara umum sendiri dapat dikategorikan sebagai kegiatan musyarakah atau syirkah, di mana investor melakukan penyertaan modal dan memperoleh penghasilan berupa hak bagi hasil usaha (dividen). Karena bentuk investasi saham ini, sebenarnya investasi saham tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
76 - Manajemen Keuangan Islam Namun, tidak semua saham dapat dikategorikan sebagai saham syariah. Hal yang harus diingat adalah aktivitas bisnis dari perusahaan yang menerbitkan aset investasi harus tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah. Investor saham di Indonesia dapat berinvestasi saham syariah dengan melihat kepada Daftar Efek Syariah (DES). DES adalah daftar dari saham yang tidak bertentangan dengan syariat islam pada pasar modal. Hanya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan pihak yang mendapat persetujuan dari OJK yang dapat menetapkan DES. Pihak yang dapat menjadi Pihak Penerbit DES adalah 1) Pihak yang memperoleh persetujuan dari OJK 2) Manajer Investasi Syariah 3) Manajer investasi yang memiliki Unit Pengelolaan Investasi Syariah b. Obligasi Syariah (Sukuk) Produk investasi syariah selanjutnya adalah obligasi syariah atau yang sering disebut sebagai sukuk. Obligasi syariah atau sukuk adalah salah satu efek yang berbentuk sertifikat maupun bukti kepemilikan yang mana investor akan mendapat penghasilan berupa uang sewa (ujrah) atau imbal hasil lainnya dengan persentase tertentu. Hal yang paling membedakan antara obligasi syariah dengan obligasi konvensional adalah imbal hasilnya yang bukan merupakan bentuk bunga. c. Reksadana Syariah
Manajemen Keuangan Islam - 77 Reksa dana syariah adalah merupakan suatu wadah investasi yang diorganisasikan oleh manajer investasi di mana investasi dilakukan dengan menyetorkan dana kepada efek syariah pada misalnya saham syariah, suku, dan efek syariah lainnya. Perbedaan utama dari reksa dana syariah dan reksa dana konvensional adalah pengelolaan reksa dana syariah yang memperhatikan syariat-syariat islam. Selain itu, instrumen aset yang diinvestasikan pada reksa dana syariah haruslah instrumen efek perusahaan yang aktivitas bisnisnya tidak bertentangan dengan prinsip Islam. 4. Manfaat Investasi Syariah Investasi syariah selain memberikan penghasilan untuk investor ternyata juga memiliki beberapa manfaat lain lho. Berikut ini adalah manfaat berinvestasi pada investasi syariah. a. Investasi Halal Investasi syariah merupakan investasi yang halal di mana seluruh kegiatan investasi harus berpedoman pada prinsip dan syariat islam. Produk investasi syariah akan menghindari riba serta aktivitas bisnis perusahaan yang bertentangan dengan syariah. Untuk itu, dapat dipastikan bahwa investasi syariah merupakan kegiatan yang halal. b. Minim Resiko Penipuan Proses investasi syariah akan selalu menghindari hal buruk seperti halnya penipuan, pemerasan, dan tindakan buruk lainnya. Selain itu investasi syariah
78 - Manajemen Keuangan Islam biasanya akan menjunjung tinggi prinsip transparansi di mana investasi syariah (seperti sukuk) biasanya akan melakukan pelaporan mendetail soal proses bisnis perusahaan. Kegiatan transparansi ini tentunya dilakukan agar aktivitas bisnis perusahaan dapat dipastikan sesuai dengan prinsip dan syariat islam dan akhirnya investor dapat terhindar dari risiko penipuan. c. Resiko Kerugian Yang Kecil Investasi syariah memiliki risiko kerugian yang cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan investasi konvensional. Hal ini terjadi karena investasi syariah didasarkan atas unsur kekeluargaan. Investasi syariah pun memiliki akad atau perjanjian sebelum disahkannya investasi jadi investor dan penerbit efek dapat saling berunding untuk mendapatkan kata mufakat bersama dan akhirnya risiko investasi ini menjadi minim. B. Asuransi Syariah 1. Pengertian Asuransi Syariah Kata asuransi berasal dari bahasa Belanda, assurantie. Dalam hukum Belanda, disebut verzekering yang artinya pertanggungan. Dari istilah assurantie ini, kemudian timbul istilah assuradeur yang berarti penanggung dan geassureerde yang berarti tertanggung (Sula, 2014). Secara umum, definisi asuransi adalah perjanjian antara penanggung (perusahaan asuransi) dengan
Manajemen Keuangan Islam - 79 tertanggung (peserta asuransi) yang dengan menerima premi dari tertanggung, penanggung berjanji akan membayar sejumlah pertanggungan manakala tertanggung : a. Mengalami kerugian, kerusakan atau kehilangan atas barang/kepentingan yang diasuransikan karena peristiwa tidak pasti dan tanpa kesengajaan; dan b. Didasarkan hidup atau matinya seseorang. Secara baku, definisi asuransi atau pertanggungan menurut UU Asuransi adalah penjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penganggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Istilah asuransi dalam konteks asuransi Islam terdapat beberapa istilah, antara lain at-n[’gch, n[e[`of dan Islamic insurance. Istilah-istilah tersebut secara substansial tidak jauh berbeda dan mengandung makna yang sama, yakni pertanggungan (Djazuli, dkk., 2019).
80 - Manajemen Keuangan Islam Asuransi dalam bahasa Arab disebut at-n[’gch. P_h[haaoha ^cm_\on go’[ggch m_^[hae[h n_ln[haaoha ^cm_\on go’[ggch L[bo [n[o gomn[’gch. At-T[’gch ^c[g\cf ^[lc e[n[ [g[h[ y[ha g_gcfcec [lnc memberi perlindungan, ketenangan, rasa aman dan bebas dari rasa takut, sebagaiman firman Allah SWT: ‚D[h (Aff[b) g_ha[g[he[h g_l_e[ ^[lc e_n[eon[h.‛ (QS. Al Quraisy ayat 4) Men-n[’gch-kan sesuatu artinya adalah seseorang membayar/menyerahkan uang cicilan agar ia atau ahli warisnya mendapatkan sejumlah uang sebagaimana telah disepakati, atau mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang. Sebagaimana dikutip oleh Hasan Ali, Mohd. M[’mog Bcff[b g_h^_`chcmce[h \[bq[ n[e[`of [^[f[b jaminan bersama yang disediakan oleh sekelompok masyarakat yang hidup dalam satu lingkungan yang sama terhadap risiko atau bencana yang menimpa jiwa seseorang, harta benda, atau segala sesuatu yang berharga. 2. Konsep Asuransi Syariah Konsep dasar asuransi syariah adalah tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan (al birri wat taqwa). Konsep tersebut sebagai landasan yang diterapkan dalam setiap perjanjian transaksi bisnis dalam wujud tolong menolong (akad takaful) yang menjadikan semua peserta sebagai keluarga besar yang saling menanggung satu sama lain di dalam menghadapi risiko, sebagaimana firman Allah SWT yang memerintahkah e_j[^[ ecn[ ohnoe n[’[qoh
Manajemen Keuangan Islam - 81 (tolong menolong) yang berbentuk al birri wat taqwa (e_\[ce[h ^[h e_n[eq[[h) ^[h g_f[l[ha n[’[qoh dalam bentuk al itsmi wal udwan (dosa dan permusuhan). Konsep tolong menolong ini diwujudkan dalam pelaksanaan perjanjian. Kontribusi atau premi yang dikumpulkan dari para peserta asuransi akan ^cn_gj[ne[h ^[f[g m[no q[^[b y[cno ^[h[ n[\[llo’ yang kemudian jika terjadi klaim diantara para peserta uang tersebut akan digunakan. Perusahaan asuransi hanya bertindak sebagai penghimpun dana dan pengelola dana. Sehingga para peserta saling menolong dalam kebaikan. Ada 3 hal yang dalam praktik bisnis asuransi konvensional dianggap biasa, tetapi dalam praktik asuransi syariah dilarang, yakni gharar, maisir, dan riba. Gharar (ketidakpastian) adalah keadaan yang ada dalam kehidupan manusia. Semua umat manusia dihadapkan dengan ketidakpastian dalam kehidupan sosial dan bisnis, ketidakpastian tersebut dapat diterjemahkan sebagai risiko. Islam tidak melarang manusia menghadapi risiko dan ketidakpastian dalam hidup. Namun, Islam melarang transaksi atau jual beli yang dapat mengandung unsur ketidakpastian atau gharar tersebut. Setiap transaksi harus jelas jumlah dan keadaannya, tidak boleh terjadi kerancuan. Maisir (perjudian atau spekulasi) adalah perjudian bertentangan dengan prinsip- prinsip dasar keadilan, kesetaraan (kesamaan), kejujuran, etika dan moral, merupakan nilai-nilai yang wajib dijunjung tinggi
82 - Manajemen Keuangan Islam dalam Islam (Iqbal, 2005). Meskipun dalam teori, asuransi konvensional juga dimaksudkan untuk menghindari bentuk-bentuk perjudian dalam kontrak penjualan, dalam praktiknya susah untuk dihindari. Riba (Bunga Uang) adalah jual-beli yang mengandung unsur ribawi dalam waktu dan atau jumlah yang tidak sama (Iqbal, 2005). Oleh karena itu, kontrak pertukaran antara pihak penanggung dengan pihak tertanggung mengandung unsur ribawi, yaitu berupa ganti rugi yang melibatkan jumlah dan skala waktu yang berbeda. Untuk menghindari atau mengeliminasi unsurunsur yang diharamkan diatas seperti gharar, maisir, dan riba dalam asuransi syariah, berikut ini merupakan alternatif yang dapat digunakan adalah dengan kontrak wakalah (kontrak peragenan atau perwakilan). Dalam operasionalnya, perusahaan asuransi syariah melakukan kerjasama dengan para peserta asuransi (pemegang polis asuransi) atas dasar prinsip al-wakalah bil ujrah. Akad wakalah bil ujrah adalah akad pemberian kuasa dari peserta kepada perusahaan asuransi syariah (pengelola takaful) untuk mengelola dana peserta atau melakukan kegiatan lain dengan imbalan pemberian ujrah (Soemitra, 2014). 3. Jenis Asuransi Syariah Secara umum, jenis usaha asuransi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : a. Asuransi Jiwa (life insurance), yaitu usaha yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko
Manajemen Keuangan Islam - 83 yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan. b. Asuransi Umum (general insurance), yaitu usaha yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti. c. Reasuransi, yaitu usaha yang memberikan jasa dalam pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi kerugian dan perusahaan asuransi jiwa. Pada dasarnya, produk asuransi jiwa dapat dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu: a. Asuransi Berjangka (term insurance), yaitu manfaat asuransi dibayarkan oleh perusahaan asuransi apabila peserta asuransi mengalami musibah yang mengakibatkan meninggal dalam masa perjanjian. b. Asuransi Seumur Hidup (whole life insurance), yaitu manfaat asuransi yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada ahli waris apabila peserta asuransi meninggal. c. Asuransi Dwiguna (endowment insurance), yaitu manfaat asuransi dibayarkan oleh perusahaan asuransi apabila peserta meninggal dalam masa perjanjian atau tetap hidup sampai akhir perjanjian. Asuransi syariah menawarkan dua jenis asuransi yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
84 - Manajemen Keuangan Islam a. Asuransi Jiwa, adalah bentuk asuransi yang memberikan perlindungan dalam menghadapi musibah kematian dan kecelakaan atas diri asuransi. Pada musibah kematian yang akan menerima santunan sesuai dengan perjanjian adalah keluarga atau ahli warisnya atau orang yang ditunjuk dalam hal orang yang tidak punya ahli waris. Pada musibah kecelakaan yang tidak mengakibatkan kematian, santunan akan diterima oleh peserta yang mengalami musibah atau yang masih hidup. b. Asuransi Umum, adalah bentuk asuransi yang memberi perlindungan dalam menghadapi bencana atau kecelakaan atas harta milik peserta asuransi seperti rumah, kendaraan bermotor, dan bangunan pabrik. Adapun jenis asuransi syariah bersifat umum antara lain asuransi syariah kebakaran, asuransi syariah kendaraan bermotor, asuransi syariah risiko pembangunan, asuransi syariah pengangkutan barang, asuransi syariah risiko mesin. 4. Dasar Hukum Asuransi Syariah Hukum asuransi syariah merupakan panduan boleh atau tidaknya praktek asuransi syariah di Indonesia. Dalam penerapannya, perusahaan asuransi ayariah harus berdiri dan beraktivitas sesuai hukum Islam yang telah disyariatkan dan disepakati oleh pemerintah. Meski begitu, pertimbangan mengenai asuransi syariah dari berbagai sisi hukum dapat dibagi
Manajemen Keuangan Islam - 85 menjadi beberapa sumber. Di bawah ini adalah dasar hukum asuransi syariah. a. Hukum asuransi syariah dalam agama Islam dan sesuai Alquran Dalam Alquran dan Hadits, hukum asuransi berbasis syariah dan penerapannya terdapat dalam beberapa ayat, yaitu: 1) Af M[c^[b [y[n 2: ‚D[h nifiha-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam \_l\o[n ^im[ ^[h j_f[haa[l[h.‛ 2) Ah Ncm[[ [y[n 9: ‚D[h b_h^[ef[b n[eon e_j[^[ Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka khawatir terhadap g_l_e[.‛ 3) HR Muslim dari A\o Hol[cl[b: ‚B[l[ha mc[j[ melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia, Allah akan melepaskan e_mofcn[h ^[lchy[ j[^[ b[lc ec[g[n.‛ b. Hukum asuransi syariah menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pada awalnya, hukum asuransi konvensional bertentangan dengan syariat Islam. Hingga akhirnya pada 2001, Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa asuransi berbasis syariah diperbolehkan dalam ajaran Islam. Adapun fatwa MUI yang menegaskan kehalalan asuransi syariah antara lain:
86 - Manajemen Keuangan Islam 1) Fatwa No 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah 2) Fatwa No 51/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Mudharabah Musytarakah pada Asuransi Syariah 3) Fatwa No 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Wakalah Bil Ujrah pada Asuransi Syariah dan Reasuransi Syariah 4) Fatwa No 53/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Tabarru pada Asuransi Syariah 5. Keunggulan Asuransi Syariah a. Pengelolaan Dana Menggunakan Prinsip Syariah Perbedaan pertama asuransi syariah dan konvensional adalah dalam pengelolaan dananya. Asuransi syariah harus memenuhi prinsip-prinsip syariah, misalnya dana tersebut tidak dapat diinvestasikan pada saham dari emiten yang memiliki kegiatan usaha perdagangan atau jasa yang dilarang menurut prinsip syariah, termasuk perjudian atau kegiatan produksi dan distribusi barang dan jasa haram. b. Transparansi Pengelolaan Dana Peserta Asuransi Pengelolaan dana perusahaan asuransi syariah dilakukan secara transparan, baik terkait penggunaan kontribusi, surplus underwriting, maupun pembagian hasil investasi. Pengelolaan dana tersebut bertujuan untuk mengoptimalkan keuntungan bagi peserta asuransi secara kolektif maupun secara individu.
Manajemen Keuangan Islam - 87 c. Adanya Alokasi dan Distribusi Surplus Underwriting Surplus underwriting adalah selisih lebih dari total kontribusi pemegang polis ke dalam dana tabarru' setelah ditambah recovery klaim dari reasuransi dikurangi pembayaran santunan atau klaim, kontribusi reasuransi, dan penyisihan teknis, dalam satu periode tertentu. Pada asuransi syariah, moljfom oh^_lqlcncha ^[j[n ^c\[ace[h e_ ^[h[ n[\[llo’ di mana pemegang polis yang memenuhi kriteria dan perusahaan asuransi akan mendapatkan surplus underwriting sesuai dengan persentase yang ditetapkan di dalam polis.
88 - Manajemen Keuangan Islam Pengelolaan Risiko dalam Keuangan Syariah NDUSTRI keuangan syariah telah mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir, mencerminkan minat yang semakin meningkat dalam produk dan layanan keuangan yang sesuai dengan prinsipprinsip syariah. Namun, dengan pertumbuhan tersebut juga datang tantangan besar dalam mengelola risiko yang kompleks dan beragam yang terkait dengan operasi keuangan syariah. Risiko-risiko ini meliputi risiko operasional, risiko kepatuhan syariah, risiko pasar, dan banyak lagi, yang semuanya memerlukan pendekatan pengelolaan risiko yang efektif untuk memastikan stabilitas dan keberlanjutan industri ini. Namun, dalam praktiknya, strategi pengelolaan risiko yang ada sering kali belum cukup memadai, menghadirkan tantangan baru bagi para praktisi dan pengambil kebijakan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis strategi pengelolaan risiko yang efektif dalam konteks keuangan syariah, serta menyumbangkan wawasan baru yang dapat membantu meningkatkan pemahaman dan praktik dalam industri ini. Dengan demikian, penelitian ini berpotensi memberikan kontribusi yang signifikan terhadap literatur keuangan syariah dan memberikan panduan berharga bagi praktisi, regulator, dan akademisi. I
Manajemen Keuangan Islam - 89 Pertumbuhan pesat industri keuangan syariah tidak hanya mencerminkan respons terhadap permintaan pasar yang meningkat akan produk dan layanan keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, tetapi juga merupakan hasil dari peningkatan kesadaran global akan pentingnya keuangan yang berkelanjutan dan beretika. Secara global, industri keuangan syariah telah menjadi bagian integral dari sistem keuangan, terutama di negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim. Namun, di samping pertumbuhan yang mengesankan, industri ini juga dihadapkan pada berbagai risiko yang kompleks dan dinamis. Risiko-risiko ini meliputi tantangan operasional seperti kepatuhan syariah, perubahan regulasi, dan keamanan data, serta risiko pasar seperti fluktuasi nilai tukar dan volatilitas pasar. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang risiko-risiko ini dan strategi pengelolaannya menjadi krusial untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan berkelanjutan industri keuangan syariah. Dalam konteks ini, penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam strategi pengelolaan risiko yang efektif dalam keuangan syariah, yang dapat memberikan panduan berharga bagi para praktisi dan pengambil kebijakan dalam menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi oleh industri ini. Dengan adanya pemahaman yang mendalam tentang risiko-risiko kompleks yang dihadapi oleh industri keuangan syariah, penting bagi praktisi, regulator, dan akademisi untuk mengembangkan strategi pengelolaan risiko yang efektif. Strategi-strategi ini haruslah tidak hanya memperhitungkan aspek-aspek teknis dalam pengelolaan risiko, tetapi juga harus konsisten dengan prinsip-prinsip syariah yang mendasari industri ini. Dalam konteks inilah, penelitian ini menawarkan
90 - Manajemen Keuangan Islam kontribusi yang berharga dengan menganalisis secara kritis strategi pengelolaan risiko yang ada dan mengidentifikasi praktek terbaik yang dapat diadopsi oleh lembaga keuangan syariah. Diharapkan hasil penelitian ini tidak hanya meningkatkan pemahaman tentang risiko dan pengelolaannya dalam industri keuangan syariah, tetapi juga memberikan panduan praktis bagi pemangku kepentingan dalam menghadapi tantangan yang terus berkembang dalam industri ini. Selain itu, pemahaman yang lebih baik tentang strategi pengelolaan risiko dalam konteks keuangan syariah juga dapat membuka peluang baru untuk inovasi dan pengembangan produk-produk keuangan yang lebih sesuai dengan prinsipprinsip syariah. Dengan mengintegrasikan pendekatan yang holistik terhadap pengelolaan risiko, lembaga keuangan syariah dapat meningkatkan daya saingnya di pasar global dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap integritas dan keberlanjutan industri ini. Oleh karena itu, penelitian ini tidak hanya bertujuan untuk menganalisis tantangan dan peluang dalam pengelolaan risiko keuangan syariah, tetapi juga untuk merangsang diskusi dan inovasi di dalam industri tersebut. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan masa depan industri keuangan syariah dan lebih luas lagi, bagi pemahaman tentang prinsip-prinsip keuangan yang berkelanjutan dan inklusif. A. Perkembangan Industri Keuangan Syariah Perkembangan Industri Keuangan Syariah telah menjadi sorotan global dalam beberapa dekade terakhir,