Bab 7. Bukti dan Dokumentasi Audit 191 2. Contoh Dokumentasi Audit Dokumentasi audit yang biasa ditemukan meliputi: rencana dan program audit, kertas kerja neraca saldo, analisis dan daftar akun, memorandum audit, dan jurnal penyesuaian dan reklasifikasi. a. Rencana dan program audit. rencana audit berisi strategi yang diikuti auditor dalam melaksanakan audit yang menggambarkan pemahaman auditor mengenai klien dan potensi risiko audit. Juga berisi kerangka kerja dasar mengenai bagaimana sumber daya diaudit. program audit berisi prosedur yang akan dilaksanakan oleh auditor. b. Kertas keja neraca percobaan menghubungkan jumlah di laporan keuangan dengan kertas kerja audit. c. Analisis dan daftar akun. Kertas kerja analisis akun biasanya memasukkan aktivitas di akun tertentu selama periode tersebut. d. Memorandum audit. Kebanyakan pekerjaan auditor didokumentasikan dalam memorandum tertulis termasuk diskusi mengenai hal-hal seperti pengendalian internal, pengamatan persediaan, kekeliruan yang teridentifikasi dan masalah yang dihadapi selama audit. 3. Organisasi Dokumentasi Dokumentasi audit perlu diorganisasikan sehingga anggota tim audit dapat menemukan bukti audit untuk mendukung tiap akun laporan keuangan. Laporan keuangan berisi akun dan jumlah yang ditampilkan dilaporan audit. Akun berasal dari kertas kerja neraca
192 AUDITING saldo, yang meringkas akun buku besar umum yang terdapat disetiap skedul utama dan setiap skedul utama meliputi akun buku besar umum yang merupakan bagian dari akun laporan keuangan. 4. Kepemilikan Dokumentasi Audit Dokumentasi audit adalah milik auditor termasuk juga dokumen yang disiapkan oleh klien atas permintaan auditor. Auditor menyimpan dokumen audit untuk suatu periode yang wajar dalam rangka memenuhi kebutuhan proaktiknya dan kewajiban hukum atas penyimanan catatan. Meski auditor memiliki dokumen audit tapi tidak boleh diperlihatkan kecuali dalam kondisi tertentu. 5. Pengarsipan Dan Penyimpanan Dokumen Audit Standar legal dan audit talah lama mengharuskan auditor untum menyimpan berkas auditnya untuk beberapa tahum setelah laporan audit diterbitkan. Contoh diterbitkannya UU sarbanes-oxley yang menerbitkan panduan baru mengenai pengarsipan dan penyimpanan berkas audit. Sarbanes dan standar PCAOB (SA seksi 3) mensyaratkan bahwa dokumentasi audit disimpan selama tujuh tahun dari tanggal selesainnya perikatan yang ditunjukan oleh tanggal laporan auditor. H. Istilah-Istilah Penting 1. Evidence 2. Sifat Bukti Audit 3. Jenis Bukti 4. Konfimasi 5. Tracing
Bab 7. Bukti dan Dokumentasi Audit 193 6. Vouching 7. Kompetensi Bukti 8. Obyektifitas 9. Compliance 10. Substantif 11. Prosedur Audit 12. Relevansi 13. Sumber Bukti
194 AUDITING
195 BAB 8 PERENCANAAN AUDIT DAN PROSEDUR ANALITIS
196 AUDITING A. Defenisi Perencanaan audit awal (initial audit planning) berdasarkan cakupan perencanaan, perencanaan audit dapat dikategorikan dua kelompok utama yaitu, perencanaan organisasi audit dan perencanaan penugasan audit (Rachman 2018). Sebelum melakukan dua perencanaan awal dalam audit terdapat empat hal yang semuanya harus dilakukan lebih dulu dalam audit yaitu: 1. Auditor memutuskan untuk menerima atau tidaknya klien baru mapun terus melayani klien sekarang. 2. Auditor mengidentifikasi keinginan atau kebutuhan klien audit. Informasi ini selanjutnya mempengaruhi proses perencanaan selanjutnya. 3. Untuk menghindari kesalahpahaman, auditor harus memahami syarat- syarat penugasan yang ditetapkan klien. 4. Auditor mengembangkan strategi audit keseluruhan, termasuk didalamnya staf penugasan dan spesialis audit yang diperlukan. Ada tiga alasan utama mengapa seorang auditor harus merencanakan penugasan dengan tepat (Abdullah Halim 2018) : 1. Untuk memungkinkan auditor mendapatkan bukti yang tepat dan mencukupi pada situasi yang dihadapi, 2. Untuk membantu menjaga biaya audit tetap wajar 3. Untuk menghindari kesalahpahaman dengan klien. Terdapat dua risiko audit (Musfiroh 2018) , yaitu : 1. Risiko audit yang dapat diterima (acceptable audit risk) adalah ukuran seberapa besar auditor bersedia menerima bahwa laporan keuangan akan salah saji
Bab 8. Perencanaan Audit dan Prosedur Analitis 197 secara material setelah audit diselesaikan dan pendapat wajar tanpa pengecualian telah dikeluarkan. 2. Risiko inheren adalah ukuran penilaian auditor atas kemungkinan adanya salah saji yang material dalam suatu saldo akun sebelum mempertimbangkan keefektifan pengendalian internal. Manfaat dari perencanaan audit yang sebaik-baiknya, yaitu (Thian 2021) : 1. Mendapatkan bahan bukti yang kompeten. Perencanaan audit sebaik-baiknya dilakukan agar auditor dapat menentukan kecukupan bahan bukti yang diperlukannya sesuai dengan risiko dan materialtias tiap-tiap pos laporan keuangan. 2. Membantu menentukan sumber daya yang diperlukan dan biaya audit. Dengan perencanaan, auditor dapat menetukan prosedur audit yang dilakukan sehingga lamanya pemeriksaan dan biaya audit dapat diperkirakan. Dengan perencanaan, auditor dapat menentukan prioritas prosedur audit individual sebelum waktunya penyelesaian dan juga dapat meningkatkan disiplin dalam penyelesaian proses audit. B. Langkah-langkah Perencanaan Audit Langkah langkah dalam kegiatan perencanaan audit adalah (Arum Ardianingsih 2021) : 1. Memahami Bisnis Industri Klien. Informasi yang harus diperoleh dalam rangka pengetahuan tentang bisnis yang diharapkan meliputi: a. Kondisi ekonomi secara umum. b. Industri dimana klien menjalankan usahanya. c. Rasio-rasio keuangan rata-rata industri.
198 AUDITING d. Entitas klien. Tiga alasan utama untuk mendapatkan pemahaman yang baik tentang industri klien dan lingkungan eksternal adalah : a. Risiko berkaitan dengan industri tertentu yang mempengaruhi penilaian auditor terhadap risiko bisnis klien dan risiko audit yang diterima dan juga yang mempengaruhi auditor saat penerimaan penugasan industri yang berisiko. Contoh kasus ini seperti industri simpan-pinjam dan asuransi kesehatan. b. Risiko inheren tertentu sudah umum bagi semua klien dalam industri tertentu. Contohnya meliputi kemungkinan keusangan persediaan dalam industri pakaian jadi, risiko inheren atas penagihan piutang usaha dalam industri pinjaman konsumen, serta cadangan untuk risiko inheren kerugian dalam industri asuransi kecelakaan. c. Banyak industri yang memiliki persyaratan akuntansi yang harus dipahami auditor dalam mengevaluasi kesesuaian laporan keuangan klien dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Sebagai contoh, apabila auditor melakukan audit atas sebuah pemerintahan, auditor harus memahami prinsip dan standar akuntansi pemerintahan. Juga ada PSAK bagi perusahaan konstruksi, kereta api, organisasi nirlaba, lembaga keuangan, dan banyak organisasi lainnya. 2. Memahami dan Menilai Struktur Pengendalian Internal. Pengendalian Internal merupakan proses yang dilakukan oleh Dewan Komisaris, manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan
Bab 8. Perencanaan Audit dan Prosedur Analitis 199 keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan, b. Efektivitas dan efisiensi operasi, c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku (Rustam, Adiningrat, and Adil 2018). Tujuan pemahaman terhadap pengendalian intern adalah untuk merencanakan audit. Pemahaman atas pengendalian intern meliputi pemahaman atas desain pengendalian yang relevan dengan audit atas laporan keuangan dan pemahaman atas operasi pengendalian intern. Pengetahuan tersebut harus digunakan untuk (Musfiroh 2018) : a. Mengidentifikasi tipe kesalahsaji potensial dan kecurangan yang mempengaruhi laporan keuangan Mempertimbangkan faktor-faktor yang berdampak terhadap risiko salah saji material. b. Mendesain pengujian substantif c. Kesimpulan atas efektifitas struktur pengendalian intern harus meliputi Penilaian menyeluruh struktur pengendalian intern klien dan sikap tim pengendalian, yaitu: 1) Pengendalian intern yang memadai dan penilaian atas pengendalaian (rely on control) 2) Pengendalian intern memadai tetapi tim tidak akan menguji pengendalian karena pengujian substantif secara langsung lebif efektif. 3) Pengendalian intern tidak memadai dan tim tidak mengandalkan pada pengendalian intern. 4) Penilaian atas risiko kecurangan (risk of fraud) 5) Tindak lanjut kemungkinan risiko audit yang tidak bisa ditanggulangi oleh pengendalian intern klien.
200 AUDITING 3. Menentukan Tingkat Materialitas Awal dan Salah Saji yang Bisa Diterima. Materialitas adalah besaran nilai yang jika dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap informasi tersebut. Pertimbangan kuantitatif tentang prosentase salah saji terhadap (Rachman 2018) : a. Laba bersih sebelum pajak. b. Total aktiva. c. Total aktiva lancar. d. Total ekuitas pemegang saham. Dalam perencanaan audit, tim harus menetapkan materialitas pada dua tingkat berikut ini yaitu Tingkat laporan keuangan (materialitas awal) dan Tingkat saldo akun (salah saji yang bisa diterima/tolerable error). Penentuan materialitas awal didasarkan dari sudut pandang pemakai laporan keuangan. Selain itu, materialitas awal juga dipengaruhi pengalaman tim audit terhadap salah saji yang ditemukan pada audit tahuntahun sebelumnya apabila terdapat perulangan audit. 4. Menentukan Tingkat Risiko Audit Awal Dalam menentukan risiko audit jika tanpa disadari, auditor tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Jenis-jenis risiko (Koerniawan 2021) : a. Risiko audit yang dapat diterima adalah ukuran besaran auditor dalam menerima salah saji material dalam laporan keuangan setelah audit diselesaikan dan opini wajar tanpa pengecualian telah dikeluarkan. b. Risiko bawaan adalah kerentanan saldo akun maupun golongan transaksi suatu salah saji material,
Bab 8. Perencanaan Audit dan Prosedur Analitis 201 dengan mengasumsi tidak adanya kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern terkait. c. Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak dapat dicegah ataupun dideteksi tepat waktu oleh struktur pengendalian intern entitas. d. Risiko deteksi adalah risiko yang timbul akibat auditor tidak mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam asersi. 5. Melakukan Komunikasi dengan Auditor Lain Komunikasi dengan auditor lain tergantung posisi KAP, sebagai auditor utama atau auditor lainnya. Apabila melakukan tindakan auditor lain dan menerima instruksi auditor utama, KAP harus menjawab tiap pertanyaan auditor lain. Komunikasi antar auditor meliputi: a. Petunjuk audit. b. Jadwal penyerahan laporan-laporan yang diinginkan dari auditor lain. c. Pernyataan independen dari auditor lain. d. Rencana audit yang disusun oleh auditor lain. e. Audit clearence oleh auditor lain. f. Kuesioner audit yang harus diisi oleh auditor lain. g. Catatan penyelesaian audit. h. Rincian saldo dan transaksi antar afiliasi. i. Check list pengungkapan. j. Review kejadian setelah tanggal neraca. 6. Menyusun Rencana Audit Rencana audit merupakan ringkasan perikatan, ikhtisar sifat dan karakteristik operasi bisnis klien serta strategi audit secara keseluruhan. Tujuan penyusunannya Rencana Audit adalah (Rachman 2018) :
202 AUDITING a. Menyediakan bukti dokumentasi bahwa kantor telah memenuhi standar lapangan pertama. b. Menyediakan alat bagi auditor untuk mengkoordinasikan, menjadwalkan dan mensupervisi kegiatankegiatan yang dilaksanakan oleh anggota tim yang terlibat dalam perikatan. Cakupan Rencana Audit meliputi: a. Tujuan perikatan. b. Kondisi bisnis dan industri klien. c. Pengendalian intern. d. Area-area kritis dan penting. e. Penetapan materialitas. f. Risiko audit. g. Rencana sample. h. Personalia dan jadwal. Rencana Audit merupakan proses akumulatif, bisa dirubah jika dalam peelaksanaan terdapat perkembangan kasus pemeriksaan. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan lapangan dijumpai adanya ketidaksesuaian antara yang direncanakan dengan kondisi lapangan, maka auditor in-charge segera menginformasikan penyimpangan ini, saran perubahan terhadap rencana audit, kepada manager dalam sebuah memorandum. Manager kemudian menginformasikan perubahan ini kepada Partner untuk mendapatkan persetujuan. Perubahan terhadap rencana audit yang telah disetujui oleh Partner diringkaskan dalam Revisi Rencana Audit (Arum Ardianingsih 2021). 7. Menyusun Audit Program Audit program adalah daftar terinci prosedur audit yang dilakukan dalam proses audit. Audit program tentatif dibuat sebagai bagian perencanaan audit. Karena
Bab 8. Perencanaan Audit dan Prosedur Analitis 203 sifatnya tentatif, audit program seringkali dimodifikasi sesuai perkembangan audit. Audit program didesain sebagai upaya pemenuhan tujuan audit atas transaksi dan akun-akun utama dalam laporan keuangan (Abdullah Halim 2018). Tujuan audit adalah untuk menguji asersi manajemen dalam laporan keuangan yang meliputi: a. Eksistensi atau keberadaan. b. Kelengkapan. c. Hak dan kewajiban. d. Penilaian atau alokasi. e. Penyajian dan pengungkapan. C. Pelaksanaan Prosedur Analisis Prosedur analitis adalah evaluasi infromasi keuangan yang dilakukan dengan memperlajari hubungan logis antara data keuangan dan non keuangan yang meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat dengan ekspektasi dari auditor (Thian 2021). Tujuan prosedur analisis dalam perencanaan audit adalah membantu perencanaan sifat, saat, dan luas prosedur audit yang akan digunakan untuk memperoleh bukti tentang saldo akun atau jenis transaksi tertentu. Tujuan pelaksanaan prosedur analitis pendahuluan: 1. Memahami bidang usaha klien 2. Penetapan kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya 3. Indikasi adanya kemungkikan salah saji dalam laporan keuangan 4. Mengurangi pengujian audit yang terinci
204 AUDITING Tahap-tahap dalam prosedur analisis: 1. Mengidentifikasi perhitungan/perbandingan yang harus dibuat 2. Mengembangkan harapan 3. Melaksanakan perhitungan/perbandingan 4. Menganalisis data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan 5. Menyelidiki perbedaan signifikan yang tidak terduga dan mengevaluasi perbedaan tersebut. 6. Menentukan dampak hasil prosedur analitik terhadap perencanaan audit. D. Jenis Prosedur Analitis Prosedur analitis berguna sebagai bukti audit bergantung pada auditor yang mengembangkan ekspektasi terkait saldo akun atau rasio dicatat, tanpa memperhatikan jenis prosedur analitis yang digunakan (Mukrimaa et al. 2016). Auditor mengembangkan ekspektasi saldo akun ataupun rasio dengan pertimbangan informasi periode sebelumnya, tren industri, ekspektasi anggaran yang disiapkan klien, dan informasi nonkeuangan. Biasanya auditor membandingkan saldo dan rasio klien dengan saldo dan rasio yang diharapkan menggunakan satu maupun lebih jenis prosedur analitis berikut. Dalam setiap kasus, auditor membandingkan data klien dengan: 1. Data industri. 2. Data periode sebelumnya yang serupa. 3. Hasil yang diharapkan yang ditentukan klien. 4. Hasil yang diharapkan yang ditentukan auditor. 5. Hasil yang diharapkan dengan menggunkan data nonkeuangan.
Bab 8. Perencanaan Audit dan Prosedur Analitis 205 E. Istilah-Istilah Penting 1. Resiko Audit 2. Resiko Inheren 3. Rasio Keuangan Industri 4. Rely on control 5. Salah Saji 6. Risk of fraud 7. Materialitas 8. Audit clearence 9. Check list pengungkapan 10. Standar lapangan 11. Prosedur analitik 12. Entitas 13. Analyze
206 AUDITING
195 BAB 9 SAMPLING AUDIT
196 AUDITING AMPLING audit adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut. Sampling audit diterapkan pada: 1. Pengujian pengendalian 2. Pengujian substantif Sampling audit tidak dapat dilaksanakan pada semua prosedur audit. A. Ketidakpastian & Sampling Audit Ketidakpastian yang melekat pada penerapan prosedurprosedur audit risiko audit. Sampling audit diterapkan pada: 1. Risiko pengendalian, untuk memberi informasi yang berhubungan dgn penentuan risiko pengendalian oleh auditor. 2. Risiko deteksi, untuk membantu auditor dlm mengkuantifikasi dan mengendalikan risiko deteksi B. Risiko Sampling & Risiko Nonsampling 1. Risiko sampling adalah kemungkinan suatu sampling yang telah diambil dengan benar tidak mewakili populasi. Untuk suatu desain sampel tertentu, risiko sampling akan bervariasi secara berlawanan dengan ukuran sampelnya; semakin kecil ukuran sampel, semakin tinggi risiko samplingnya. 2. Risiko Nonsampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan dengan sampling, seperti: S
Bab 9. Sampling Audit 197 a. kesalahan manusia b. ketepatan penerapan prosedur terhadap tujuan audit c. kesalahan dalam menafsirkan hasil sampel d. kesalahan karena mengandalkan pada informasi keliru yang diterima dari pihak lain. 1) Risiko ini tidak dapat diukur secara sistematis 2) perbedaan keduanya terletak pada sampling statistik menggunakan hukum probabilitas, sedangkan nonstatistik tidak. C. Teknik Sampling Audit 1. Sampling Atribut Sampling Atribut adalah proses statistik yang digunakan dalam prosedur audit yang bertujuan untuk menganalisis karakteristik populasi tertentu. Praktik ini sering digunakan untuk menguji apakah pengendalian internal perusahaan diikuti dengan benar atau tidak. Tanpa kemampuan untuk mengandalkan pengendalian, akan sangat sulit dan sangat mahal untuk melakukan audit yang berarti. 2. Sampling Variabel Sampling Variabel adalah tehnik statistik yang digunakan oleh auditor untuk menguji kewajaran suatu jumlah atau saldo dan untuk mengestimasi jumlah rupiah saldo atau kuantitas lain. Auditor dapat menghadapi dua keputusan dalam pengujian substantif yaitu melakukan estimasi suatu jumlah atau menguji kewajaran suatu jumlah.
198 AUDITING Teknik Sampling Jenis Pengujian Tujuan Sampling atribut Pengujian pengendalian Untuk menaksir teknik deviasi dari pengendalian yang telah ditetapkan dalam suatu populasi. Sampling variabel Pengujian substantive Untuk menaksir jumlah total rupiah suatu populasi atau jumlsh rupiah kekeliruan dlm suatu populasi. D. Pengujian Pengendalian 1. Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk of assessing control risk too low) yaitu risiko menentukan tingkat risiko pengendalian, berdasarkan hasil sampel, terlalu rendah dibandingkan dengan efektivitas operasi prosedur atau kebijakan struktur pengendalian yang sesungguhnya. 2. Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk of assessing control risk too high) yaitu risiko menentukan tingkat risiko pengendalian, berdasarkan hasil sampel, terlalu tinggi dibandingkan
Bab 9. Sampling Audit 199 dengan efektivitas operasi prosedur atau kebijakan struktur pengendalian yang sesungguhnya. E. Pengujian Substantif 1. Risiko Keliru Menerima Risiko keliru menerima (risk of incorrrect acceptance) adalah risiko mengambil kesimpulan, berdasarkan hasil sampel, bahwa saldo rekening tidak berisi salah saji secara material, padahal kenyataannya saldo rekening telah salah saji secara material. 2. Risiko Keliru Menolak Risiko keliru menolak (risk of incorrrect rejection) adalah risiko mengambil kesimpulan, berdasarkan hasil sampel, bahwa saldo rekening berisi salah saji secara material, padahal kenyataannya saldo rekening tidak berisi salah saji secara material. F. Jenis Risiko Sampling untuk Pengujian Pengendalian 1. Keefektifan Operasi Sesungguhnya Kebijakan atau Prosedur SPI Klien a. Cukup untuk penetapan tingkat risiko pengendalian direncanakan 1) Keputusan yang benar 2) Risiko Penetapan, risiko pengendalian terlalu tinggi (audit tidak efisien). b. Tidak cukup untuk penetapan tingkat risiko pengendalian 1) Risiko Penetapan, risiko Pengendalian Terlalu Rendah Penetapan tk risiko (Audit tidak efektif) 2) Keputusan yang benar
200 AUDITING 2. Penetapan tingkat risiko (Audit tidak efektif) pengendalian berdasarkan sampel a. Mendukung penetapan teknik risiko pengendalian direncanakan b. Tidak mendukung penetapan teknik risiko pengendalian G. Jenis Risiko Sampling untuk Pengujian Substantif 1. Saldo Rekening Menurut Catatan Klien yang Ditetapkan dengan Benar a. Salah saji Tidak material 1) Keputusan yang benar 2) Risiko Keliru Menolak (Audit tidak efisien) b. Salah saji Material 1) Risiko Keliru Menerima (Audit tidak efektif) 2) Keputusan yang benar 2. Estimasi sample tentang Saldo Rekening atau Kekeliruan dlm Saldo Rekening a. Mendukung kesimpulan bahwa Saldo Rekening Tidak Salah Saji secara Material b. Mendukung kesimpulan bahwa Saldo Rekening Salah Saji Material H. Perancangan Sample Atribut untuk Pengujian Pengendalian Tahapan rencana sampling audit: 1. Menentukan tujuan audit Tujuan utama pengujian pengendalian yaitu mengevaluasi keefektifan rancangan dan pengoperasian pengendalian intern.
Bab 9. Sampling Audit 201 2. Merumuskan populasi dan unit sampling a. Populasi adalah kelompok transaksi yg akan diuji 1) Homogenitas menjadi pertimbangan utama 2) Ukuran populasi tidak berpengaruh pada ukuran sampel b. Unit sampling adalah suatu elemen individual dalam populasi 1) Punya pengaruh pada efisiensi audit 3. Menetapkan atribut-atribut Atribut adalah karakteristik dalam populasi yg akan diuji, misalnya berupa tanda tangan. 4. Menentukan ukuran sample Untuk dapat menentukan suatu ukuran sampel bagi setiap atribut atau pengendalian yang akan diuji, auditor harus merumuskan suatu nilai yang akan (numerical value) untuk setiap faktor berikut: a. Risiko penetapan risiko pengendalian terlalu rendah b. Tingkat deviasi bisa ditoleransi c. Tingkat deviasi populasi diharapkan d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ukuran Sampel Faktor Hubungan terhadap Ukuran Sampel 1. Risiko penetapan risiko pengendalian terlalu rendah. 2. Tingkat deviasi dapat ditoleransi. 3. Tingkat deviasi populasi diharapkan 4. Ukuran populasi a. 5.000 unit ke Terbalik Terbalik Langsung
202 AUDITING atas b. lebih kecil dari 5.000 unit Tidak berpengaruh Langsung 5. Menentukan metoda pemilihan sampel a. Pemilihan sampel harus mewakili populasi b. Secara acak Metode yang paling banyak digunakan dlm sampling atribut: a. Sampling nomor acak (random number sampling) b. Sampling sistematik (sistematic sampling) 6. Melaksanakan rencana sampling a. Setelah rencana sampling dirancang, unsur-unsur sampel dipilih dan diperiksa untuk menentukan sifat dan frekuensi deviasi dari pengendalian yang telah ditetapkan. b. Deviasi dokumen yang hilang, tidak ada paraf, ada selisih antara detil dokumen dengan catatan, harga tidak diotorisasi, dan lain-lain. c. Jika sampel berupa dokumenbisa memilih lebih banyak, gunanya untuk mengganti dokumen yang dibatalkan, dan lain-lain. 7. Mengevaluasi hasil sampling a. Deviasi yang ditemukan harus ditabulasi, diringkas, dan dievaluasi. b. Pertimbangan dalam evaluasi antara lain: 1) Tingkat deviasi sampel 2) Batas atas deviasi 3) Cadangan untuk risiko sampling 4) Aspek kualitatif deviasi
203 BAB 10 REPOSISI PERAN AUDIT INTERNAL
204 AUDITING A. Pengertian Audit Internal Audit internal merupakan pengawasan manajerial yang fungsinya mengukur dan mengevaluasi sistem pengendalian dengan tujuan membantu semua anggota manajemen dalam mengelola secara efektif pertanggungjawabannya dengan cara menyediakan analisis, penilaian, rekomendasi, dan komentar-komentar yang berhubungan dengan kegiatankegiatan yang ditelaah (Suginam, 2017). Audit internal dilakukan oleh orang yang berprofesional yang memiliki pemahaman mengenai budaya, kerja, sistem, dan kegiatan operasional suatu entitas. Aktivitas audit internal memberikan jaminan bahwa pengendalian internal yang dijalankan perusahaan telah cukup memadai untuk memperkecil terjadinya risiko, dan menjamin bahwa kegiatan operasional perusahaan telah berjalan secara efektif dan efisien, serta memastikan bahwa sasaran dan tujuan organisasi tercapai (Hery, 2018). Institut Internal Auditor (IIA) mendefinisikan audit internal sebagai aktivitas independen dan objektif dengan tujuan verifikasi dan konseling, dilakukan secara berurutan untuk berkontribusi pada nilai tambah bagi organisasi dan untuk meningkatkan operasinya (IIA, 2019). Audit internal timbul sebagai suatu cara atau teknik guna mengatasi resiko yang meningkat akibat semakin pesatnya laju perkembangan dunia usaha. Dimana, pesatnya perkembangan tersebut terjadi karena adanya perubahan secara dinamis dan tidak dapat diprediksi sehubungan dengan era globalisasi sehingga sumber informasi yang sifatnya tradisional dan informal sudah tidak lagi mampu
Bab 10. Reposisi Peran Audit Internal 205 memenuhi kebutuhan para manajer yang bertanggung jawab atas hal-hal yang tidak teramati secara langsung. Audit internal dilakukan oleh seorang yang berasal dari dalam organisasi yang bersangkutan yang disebut dengan auditor internal. Keberadaan profesi auditor internal didalam suatu organisasi membantu perusahaan mencapai tujuannya dengan pendekatan yang sistematis dan ketat agar dapat melakukan evaluasi dan peningkatan efektivitas terhadap manajemen resiko, pengendalian dan proses tata kelola (Sari, Devi Atika dan Suhikmat, 2017). Menurut (Hery, 2016) tujuan utama pemeriksaan (audit) intern adalah untuk meyakinkan: 1. Keandalan Informasi Pemeriksa (auditor) internal harus meninjau keandalan (reliabilitias dan integritas) berbagai informasi finansial dan pelaksanaan pekerjaan atau operasi, serta berbagai cara yang dipergunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasi, dan melaporkan informasi. 2. Kesesuaian dengan Kebijaksanaan, Rencana, Prosedur dan Peraturan Perundang-undangan Pemeriksa internal harus meninjau sistem yang telah ditetapkan untuk memastikan kesesuaiannya dengan berbagai kebijaksanaan, rencana, prosedur, ketentuan perundang-undangan dan peraturan yang dimiliki. Jadi pemeriksa intern bertanggung jawab dalam menentukan apakah sistem tersebut telah mencukupi dan efektif serta apakah berbagai kegiatan yang diperiksanya benar-benar telah memenuhi persyaratan yang diperlukan. 3. Perlindungan terhadap Aset Pemeriksa internal harus meninjau berbagai alat atau cara yang digunakan untuk melindungi aset
206 AUDITING terhadap berbagai jenis kerugian seperti kerugian yang diakibatkan oleh pencurian, kegiatan yang ilegal atau tidak pantas dan, bila dipandang perlu, memverifikasi keberadaan dari suatu aset. Pada saat memverifikasi keberadaan suatu aset, pemeriksa harus mempergunakan prosedur pemeriksaan yang sesuai dan tepat. 4. Penggunaan Sumber Daya secara Ekonomis dan Efisien Pemeriksaan yang berhubungan dengan keekonomisan dan efisiensi penggunaan sumber daya haruslah mengidentifikasi berbagai keadaan seperti: (1) fasilitasfasilitas yang tidak dipergunakan sepenuhnya, (2) pekerjaan yang tidak produktif, (3) berbagai prosedur yang tidak dapat dibenarkan berdasarkan pertimbangan biaya, dan (4) terlalu banyak atau sedikitnya jumlah staf. 5. Pencapaian Tujuan Pemeriksa internal haruslah menilai pekerjaan, operasi, atau program untuk menilai apakah hasil yang dicapai telah sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dan apakah pekerjaan, operasi atau program tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan rencana. B. Fungsi (Peran) Audit Internal Peran internal auditor adalah suatu fungsi penilaian independen yang ada dalam suatu organisasi dengan tujuan menguji dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan organisasi yang dilaksanakan. Tujuannya adalah untuk membantu para anggota organisasi agar mereka dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk hal itu, internal auditor akan melakukan analisa-analisa dan penilaianpenilaian serta memberikan rekomendasi dan saran-saran.
Bab 10. Reposisi Peran Audit Internal 207 Peran penting internal auditor didalam suatu organisasi adalah audit internal telah menangani sekitar 30% efisiensi dan efektivitas kegiatan perusahaan. Disamping itu internal auditor semakin banyak memberikan pelayanan kepada manajemen dimana aktivitas audit tidak lagi terfokus pada keuangan namun telah banyak kebidang operasional antara lain produksi, penjualan, distribusi, personil, dan lain sebagainya (Asikin, 2006). (Suginam, 2017) mengatakan bahwa dalam perkembangannya, peran yang dijalankan auditor internal dapat digolongkan dalam tiga jenis, yaitu sebagai watchdog, konsultan, dan katalis. 1. Watchdog Watchdog adalah peran tertua dari auditor internal yang mencakup pekerjaan menginspeksi, observasi, menghitung, cek dan ricek. Adapun tujuannya adalah memastikan ketaatan terhadap hukum, peraturan dan kebijakan organisasi. Proses audit yang dilakukan adalah audit kepatuhan. Fokus pemeriksaannya adalah adanya variasi atau penyimpangan dalam sistem pengendalian internal. Audit kepatuhan mengidentifikasi penyimpangan sehingga dapat dilakukan koreksi terhadap sistem pengendalian internal. Oleh karena sifat pekerjaannya, peran watchdog biasanya akan menghasilkan rekomendasi yang mempunyai dampak jangka pendek. 2. Konsultan Melalui peran ini, manajemen akan melihat bahwa selain sebagai watchdog, auditor internal dapat memberikan manfaat lain berupa saran dalam pengelolaan sumber daya organisasi yang dapat membantu tugas para manajer. Peran konsultan membawa auditor internal untuk selalu meningkatkan pengetahuan baik tentang
208 AUDITING profesi auditor maupun aspek bisnis, sehingga dapat membantu manajemen dalam memecahkan masalah. 3. Katalis Katalis adalah suatu zat yang berfungsi untuk mempercepat reaksi namun tidak ikut bereaksi. Peran auditor internal sebagai katalisator yaitu memberikan jasa kepada manajemen melalui saran-saran konstruktif dan dapat diaplikasikan bagi kemajuan perusahaan namun tidak ikut dalam aktivitas operasional perusahaan. Peran Auditor Internal dalam GCG (Good Corporate Governance) menurut (Hery, 2018) adalah: 1. Membantu direksi dan dewan komisaris dalam menyusun dan mengimplementasikan kriteria GCG sesuai dengan kebutuhan perusahaan 2. Membantu direksi dan dewan komisaris dalam menyediakan data keuangan dan operasi serta data lain yang dapat dipercaya, accountable, akurat, tepat waktu, obyektif, mudah dimengerti dan relevan bagi para stakeholder untuk pengambilan keputusan. Sehubungan dengan hal tersebut, auditor internal berperan penting untuk limited assurance atas data atau informasi yang tersedia. Namun, perlu ditekankan di sini, bahwa keyakinan yang dapat diberikan oleh auditor internal memang pada umumnya masih bersifat terbatas karena kedudukan dan derajat independensi auditor internal itu sendiri yang bersifat terbatas (masuk dalam susunan struktur organisasi perusahaan) dibandingkan apabila keyakinan tersebut diberikan oleh pihak lain yang ada di luar perusahaan. 3. Membantu direksi dan dewan komisaris dalam mengawasi penerapan atas seluruh ketentuan yang
Bab 10. Reposisi Peran Audit Internal 209 berlaku, serta memastikan bahwa seluruh elemen perusahaan dalam setiap aktivitasnya telah mengikuti ketentuan secara konsisten. 4. Membantu direksi menyusun dan mengimplementasikan struktur pengendalian inernal yang andal dan memadai. Auditor internal dalam konteks ini harus memastikan bahwa struktur tersebut telah tersedia secara memadai dan telah berfungsi atau diikuti oleh setiap elemen perusahaan. Struktur pengendalian internal yang baik akan dapat membantu terciptanya akuntabilitas dan transparansi, khususnya akuntabilitas dan transparansi dalam bidang akuntansi, keuangan, dan operasional perusahaan. Akuntabilitas dan transparansi yang merupakan jiwa dari corporate governance ini akan sulit diperoleh tanpa adanya struktur pengendalian internal yang baik dan memadai. 5. Menstimulasi direksi dan dewan komisaris untuk mengembangkan dan mengimplementasikan sistem audit yang baik, khususnya mendorong pembentukan komite audit yang ideal, merancang pedoman audit internal, serta menumbuhkan efektivitas penggunaan dan pemanfaatan hasil kerja auditor independen. Audit internal berfungsi sebagai penilaian independen yang dibentuk oleh perusahaan guna memeriksa dan mengevaluasi semua aktivitas-aktivitas perusahaan (Solihudin dan Ikatrinasari, 2015). Adanya fungsi audit internal dalam perusahaan dapat meningkatan efektivitas agar dapat mencapai tujuan dari perusahaan tersebut (Arief, 2016). Keberhasilan auditor internal juga sangat tergantung pada kemampuannya dalam mengelola risiko. Auditor internal diharapkan dapat mengembangkan cara-cara yang proaktif dalam mengantisipasi risiko yang dapat meng-
210 AUDITING hambat tercapainya tujuan perusahaan. Pemahaman atas penilaian risiko akan meningkatkan kualitas fungsi audit internal. Karena setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu diliputi dengan berbagai risiko, maka manajemen risiko yang efektif akan sangat diperlukan. Penting bagi auditor internal untuk memahami masalah manajemen risiko yang ditimbulkan dari globalisasi, sehingga risiko global ini nantinya akan dapat dikelola secara baik dan komprehensif (Hery, 2016). C. Aktivitas Audit Internal Aktivitas auditor internal menurut (Hery, 2016): 1. Memeriksa dan menilai baik buruknya pengendalian atas akuntansi keuangan dan operasi lainnya 2. Memeriksa sampai sejauh mana hubungan para pelaksana terhadap kebijakan, rencana dan prosedur yang telah ditetapkan 3. Memeriksa sampai sejauh mana aset perusahaan di pertanggung jawabkan dan dijaga dari berbagai macam bentuk kerugian 4. Memeriksa kecermatan pembukuan dan data lainnya yang dihasilkan oleh perusahaan 5. Menilai prestasi kerja para pejabat/pelaksana dalam menyelesaikan tanggung jawab yang telah ditugaskan. Menurut (Hery, 2018) Aktivitas audit internal pada dasarnya dapat digolongkan ke dalam dua macam bentuk, yaitu: 1. Financial Auditing Kegiatan ini antara lain mencakup pengecekan atas kecermatan dan kebenaran segala data keuangan, mencegah terjadinya kesalahan atau kecurangan dan
Bab 10. Reposisi Peran Audit Internal 211 menjaga kekayaan perusahaan. Tugas-tugas ini dapat dilaksanakan tanpa suatu evaluasi yang memerlukan penelitian lebih mendalam dan hasil audit ini diukur dengan tolak ukur yang mudah, yaitu ‚benar‛ atau ‚salah‛. Dengan kata lain, audit keuangan berusaha untuk memverifikasi adanya aset dan untuk memperoleh kepastian bahwa terhadap aset itu telah diadakan pengamanan yang tepat. Di samping itu yang lebih penting lagi adalah bahwa keserasian dari sistem pembukuan serta pembuatan laporan akan diperiksa dalam financial auditing ini. 2. Operational Auditing Kegiatan pemeriksaan lebih ditujukan pada bidang operasional untuk dapat memberikan rekomendasi yang berupa perbaikan dalam cara kerja, sistem pengendalian dan sebagainya. Pada perkembangan fungsi (peran) audit intenal saat ini, auditor internal sepertinya sedikit mengurangi kegiatan pemeriksaan dalam bidang keuangan, dan lebih banyak perhatiannya diberikan pada kegiatan pemeriksaan operasional. Namun intinya adalah bahwa pemeriksaan operasional ini meliputi perluasan dari pemeriksaan intern pada semua operasi perusahaan, dan tidak membatasi diri pada bidang keuangan dan akuntansi semata, oleh karena aktivitas keuangan dan akuntansi berhubungan erat dengan hampir semua aktivitas yang berlangsung dalam perusahaan. D. Permasalahan yang Dihadapi Auditor Internal (Hery, 2016) mengatakan bahwa berbagai penilaian dan persepsi negatif sering ditujukan terhadap fungsi internal
212 AUDITING audit. Adapun permasalahan yang dihadapi auditor internal adalah: 1. Auditor internal dianggap masih jauh perannya untuk dapat menjadi seorang konsultan internal (yang merupakan ekspresi tertinggi dalam peran pengawas internal) 2. Usulan yang diberikan auditor internal kepada auditee seringkali banyak konsep dibanding penerapannya 3. Internal audit saat ini masih belum memiliki Rencana Induk Pengawasan (Master Plan of Controlling) yang baik dan perencanaan audit yang masih belum terintegrasi sehingga proses audit dan temuannya sering tampak ‚dibuat-buat‛. Pada akhirnya, banyak sekali dijumpai sikap tidak optimis dari auditee akan peran dan tanggung jawab bagian audit internal 4. Konflik peran secara psikologis yang dialami pemeriksa intern kemungkinannya adalah melekat dalam peran (fungsi) pemeriksa intern itu sendiri. Di satu pihak, ia berusaha memberikan nasihat, tetapi di pihak lain ia sebagai polisi (‚policeman‛) sehingga banyak dijumpai individu yang merasa kurang senang dalam melaksanakan perannya sebagai auditor internal. 5. Hanya sedikit yang mengetahui keberadaan profesi CIA (internal auditor) karena kebanyakan orang hanya mengetahui keberadaan mengenai auditor independen. 6. Tidak ada dukungan pihak Top Executive perusahaan terhadap orientasi hasil pekerjaan audit internal. Seringkali timbul selisih pendapat antara Top Executive dengan auditor internal akan sesuatu hal yang sifatnya sangat teknis menyangkut operasional perusahaan.
Bab 10. Reposisi Peran Audit Internal 213 E. Paradigma Baru Audit Internal Pada masa lalu, audit internal telah memusatkan perhatian pada aspek-aspek pengendalian internal (internal control) dalam pengertian sempit. Akibatnya pekerjaan seorang auditor internal terkesan membosankan karena hanya terbatas pada serangkaian tugas-tugas pengecekan (internal checking) untuk memastikan ketaatan terhadap prosedur-prodesur dan peraturan-peraturan yang berlaku (Hery, 2016). Auditor internal harus dapat memberikan pelayanan prima kepada manajemen, tidak hanya sebatas pada pengawasan kebijakan manajemen saja. Laporan audit internal umumnya masih syarat dengan informasi mengenai kesalahan-kesalahan perilaku manusia, sehingga terkesan mencari kesalahan. Ejekan ‚the guys who comes after the battle and bayonet the wounded‛ sering ditujukan pada auditor internal yang lebih dipandang sebagai polisi dari pada sebagai konsultan. Kedepan pembentukan paradigma baru auditor internal harus berfokus pada pemecahan masalah bukan mencari kesalahan. Seorang auditor internal harus merubah paradigma lama menjadi sebuah paradigma baru seperti terlihat pada tabel berikut:
214 AUDITING Tabel 1. Perubahan Peran Auditor Internal Paradigma Baru Dan Paradigma Lama (Sumber: Tampubolon, 2005) Uraian Peran Auditor Internal Paradigma Lama Paradigma Baru Peran Pengawas Konsultan dan Katalisator Pendekatan Detektif (mendeteksi terjadinya suatu masalah) Preventif (mencegah masalah) Sikap Seperti layaknya seorang polisi Sebagai mitra bagi perusahaan Ketaatan/Kepat uhan Semua policy/kebijakan Hanya policy yang relevan Fokus Kelemahan/penyimpan gan Penyelesaian yang konstruktif Audit Financial/Compliance Audit Financial, compliance, operational audit, dan quality assurance Dampak yang diberikan Jangka pendek Jangka menengah dan jangka panjang
Bab 10. Reposisi Peran Audit Internal 215 Berdasarkan tabel paradigma diatas, terlihat bahwa peran pengawas (watchdog) telah berubah menjadi konsultan dan katalisator. Uraian terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Peran auditor internal sebagai pengawas Pada awalnya audit internal dikenal sebagai suatu pendekatan berbasis pada sistem yang dalam perkembangan selanjutnya beralih ke internal audit berbasis proses. Pada saat itu auditor internal lebih banyak berperan sebagai mata dan telinga manajemen, karena manajemen butuh kepastian bahwa semua kebijakan yang ditetapkan akan dilaksanakan oleh pegawai. Orientasi auditor internal banyak dilakukan pemeriksaan pada tingkat kepatuhan para pelaksana terhadap ketentuan-ketentuan yang ada (compliance) (Tampubolon, 2005). Fokus dari audit ini adalah ditemukannya penyimpangan yang perlu dikoreksi, keterlambatan, kesalahan, prosedur atau pengendalian internal dan segala hal yang dampaknya hanya bersifat jangka pendek. Aktivitasnya yaitu meliputi inspeksi, observasi, perhitungan, pengecekan yang memiliki tujuan dalam memastikan kepatuhan dan ketaatan pada ketentuan, kebijakan serta peraturan yang telah ditetapkan. Peran auditor internal sebagai pengawas biasanya menghasilkan saran atau rekomendasi yang memberikan dampak jangka pendek. Peran auditor internal sebagai pengawas dapat diartikan sama dengan polisi, yaitu auditor internal memiliki tugas untuk menjaga keamanan, kelancaran, kesesuaian aktivitas dengan peraturan yang berlaku di perusahaan tertentu, di mana dengan tindakannya itu
216 AUDITING membantu perusahaan dalam pencapaian tujuan jangka pendek (Priantinah ,Denies dan Megasari Chitra Adhisty, 2012). 2. Peran auditor internal sebagai konsultan Dunia usaha yang semakin berkembang dan mulai menyadari bahwa dalam menjalani suatu usaha mengandung risiko, mulailah bermunculan mengenai kebutuhan untuk mengimplementasikan internal audit berbasis risiko (Risk Based Internal Auditing). Sesuai dengan definisi baru, kegiatan audit internal bertujuan untuk memberikan layanan pada organisasi. Karena kegiatan tersebut, maka auditor internal memiliki fungsi sebagai pemeriksa sekaligus berfungsi sebagai mitra manajemen. Pada dasarnya seluruh tingkatan manajemen dapat menjadi klien auditor internal. Oleh karena itu auditor internal wajib melayani klien dengan baik dan mendukung kepentingan klien dengan tetap mempertahankan loyalitasnya (Tampubolon, 2005). Peran konsultan yang dijalankan auditor internal diharapkan dapat membantu satuan kerja operasional dalam mengelola risiko dengan mengidentifikasi masalah dan memberikan saran untuk tindakan perbaikan yang memberi nilai tambah untuk memperkuat organisasi. Audit yang dilakukan yaitu audit operasional dengan memberikan keyakinan bahwa organisasi telah memanfaatkan sumber daya organisasi yang ada secara efektif, efisien dan ekonomis. Rekomendasi yang diberikan auditor internal biasanya bersifat jangka menengah. Peran sebagai konsultan mengharuskan dan membawa auditor internal untuk selalu meningkatkan pengetahuan yang dimilikinya baik terkait dengan profesi auditor maupun aspek bisnis,
Bab 10. Reposisi Peran Audit Internal 217 sehingga dapat membantu manajemen dalam mengantisipasi terjadinya masalah (Supriyanto Ilyas dan Maulana, 2007). Peran auditor internal sebagai konsultan selain bertugas melakukan pengawasan, peran ini juga bertugas sebagai mitra dalam mengelola risiko dan memberikan masukan, rekomendasi, nasihat-nasihat yang diharapkan dapat membantu dalam pemecahan masalah yang sedang dihadapi karyawan, terutama masalah yang berhubungan dengan kegiatan operasional perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai (Priantinah, Denies dan Megasari Chitra Adhisty, 2012). 3. Peran auditor sebagai katalisator Auditor internal di masa mendatang dimungkinkan berperan sebagai katalisator yang akan ikut andil dalam menentukan tujuan perusahaan. Perubahan penuh ke arah Risk Based Internal Auditing (RBIA) akan terjadi, yang di mana auditor internal akan ikut berperan mulai dari penentuan tujuan yang hendak dicapai sampai dengan menentukan tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut. Peran yang dijalankan auditor internal sebagai katalisator adalah mengarahkan agar pelaksanaan quality management dapat sesuai dengan yang direncanakan. Peran auditor internal sebagai katalisator bertindak sebagai fasilitator dan agent of change. (Harry Andrian Simbolon, 2010 dalam Priantinah, Denies dan Megasari Chitra Adhisty, 2012). Auditor internal sebagai katalisator terlibat aktif dalam melakukan penilaian risiko yang terdapat dalam proses bisnis perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan sikap proaktif dari pihak auditor internal dalam
218 AUDITING mengenali risiko-risiko yang dihadapi atau mungkin dihadapi manajemen dalam pencapaian tujuan perusahaan. Peran katalisator yang dijalankan auditor internal tidak saja terbatas pada tindakan perbaikan dan memberikan nasihat tetapi juga mencakup dalam system design and development, review terhadap kompetensi sumber daya manusia dalam suatu fungsi organisasi, keterlibatan dalam penyusunan corporate planning, evaluasi kinerja, budgeting, strategy formulation dan usulan perubahan strategi (Harry Andrian Simbolon, 2010 dalam Priantinah ,Denies dan Megasari Chitra Adhisty, 2012). Peran auditor internal sebagai katalisator hampir sama dengan peran auditor internal sebagai konsultan yang merupakan paradigma baru dari peran auditor internal. Peran ini mendampingi klien dalam mengenali resiko yang dapat mengancam pencapaian tujuan perusahaan dan akan ikut bertugas dan bekerjasama dengan manajemen dalam penentuan tujuan dari suatu perusahaan yang berdampak untuk jangka panjang (Priantinah ,Denies dan Megasari Chitra Adhisty, 2012).
219 DAFTAR PUSTAKA Abdul Halim. 2015. Auditing Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan. Edisi 5. UPP STIM YKPN Sukrino Agus. 2011. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik. Edisi 4. Salemba Empat Hery. 2016. Edisi 1. Auditing Asurans. Grasindo Arief, R. (2016). "Peran Audit Internal atas Kualitas Pemeriksaan Laporan Keuangan Yang Dilakukan oleh Audit Eksternal pada Sebuah Perusahaan," Jurnal Ekonomi, 7 (1),hal 74–81 Asikin, B. (2006) ‚Pengaruh Sikap Profesionalisme Internal Auditor Terhadap Peranan Internal Auditor Dalam Pengungkapan Temuan Audit,‛ Jurnal Bisnis, Manajemen, dan Ekonomi. Vol.7, No.3, hal. 792-810. Hery. (2016). "Auditing dan Asurans," Jakarta:PT Grasindo. Hery. (2018). "Modern Internal Auditing," Jakarta:PT Grasindo. Priantinah, Denies dan Megasari Chitra Adhisty. (2012) "PERSEPSI Karyawan Tentang Peran Auditor Internal Sebagai Pengawas, Konsultan Dan Katalisator Dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan (Studi Kasus Di Hotel Inna Garuda Yogyakarta)" Jurnal Nominal Vol I No I Hal 35-49.
220 Sari, Devi Atika Dan Suhikmat. (2017) "Peran Audit Internal Dan Komite Audit Terhadap Pencapaian Tujuan Corporate Governance Pada Pt.Telekomunikasi Indonesia, Tbk," Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Borobudur Vol 11 No.2 Hal 42-50. Solihudin, M.,Dan Ikatrinasari, F. (2015) "Peningkatan Kinerja Audit Internal Dengan Metode Evaluasi Di Seksi Quality Assurance (Qa) Pt Surya Toto Indonesia Tbk," Jurnal Ilmiah Teknik Industri, 3(3),Hal 166–176. Suginam. (2017) "Pengaruh Peran Audit Internal Dan Pengendalian Intern Terhadap Pencegahan Fraud" (Studi Kasus Pada Pt. Tolan Tiga Indonesia), Owner Riset & Jurnal Akuntansi Volume 1 Nomor 1, Februari 2017 Hal 22- 28. Supriyanto Ilyas dan Maulana Prima Aryawan. (2007) "Pergeseran Paradigma tentang Fungsi Audit internal Serta Kaitannya dengan Aspek Teknologi Informasi dalam Organisasi Perguruan Tinggi". Jurnal Universitas Widyatama, hal. 4-5. Tampubolon, Robert. (2005). "Risk and System Based Internal Audit". Jakarta: Elex Media Komputindo The Institute of Internal Auditors. (2009) Code of Ethics. Tersedia pada: https://global.theiia.org/standardsguidance/mandatory-guidance/Pages/Code-of-Ethics.aspx (Diakses 10 Agustus 2020). Abdullah Halim. 2018. Auditing : Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan (Edisi 4/Jilid 1). Yogyakarta: UPP STIM YKPN. http://library.usd.ac.id/web/index.php?pilih=search&p=1& q=0000125217&go=Detail.
221 Hery A. 2021. Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan. Penerbit Yrama Widya. Bandung Munawir. 2005. Auditing Modern. BPFE Yogyakarta Syofyan E. 2022. Pengaruh Rotasi Audit, Tenura Audit, dan Spesialisasi Auditor Terhadap Kualitas Audit. UNISMA Press. Malang Ardianingsih A. 2017. Audit Laporan Keuangan. Bumi Aksara. Jakarta Abdullah Halim. 2018. Auditing : Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan (Edisi 4/Jilid 1). Yogyakarta: UPP STIM YKPN. http://library.usd.ac.id/web/index.php?pilih=search&p=1& q=0000125217&go=Detail. Koerniawan, Iwan. 2021. AUDITING Konsep Dan Teori Pemeriksaan Akuntansi. Mukrimaa, Syifa S. et al. 2016. 6 Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar AUDITING Dasar-Dasar Pemeriksaan Laporan Keuangan. Yogyakarta: Tanah Air Beta. Rachman, Tahar. 2018. ‚Auditing 1. Prinsip Dasar Pemeriksaan Laporan Keuangan.‛ Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952.: 10–27. Rustam, Andi, Andi Arifwangsa Adiningrat, and Muhammad Adil. 2018. 1 LPP Unismuh Makassar Bahan Ajar Auditing -1 (Penerapan Praktisi Jasa Audit) Buku 1. Abdullah Halim. 2018. Auditing : Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan (Edisi 4/Jilid 1). Yogyakarta: UPP STIM YKPN. http://library.usd.ac.id/web/index.php?pilih=search&p=1& q=0000125217&go=Detail.
222 Arum Ardianingsih, S E. 2021. Audit Laporan Keuangan. Bumi Aksara. https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=1NKkCQA AQBAJ&oi=fnd&pg=PA1&dq=buku+auditing&ots=mXgOG7 L1KR&sig=mN13kT-oRZU3PQKlCdE3iN7NQU&redir_esc=y#v=onepage&q=buku auditing&f=false. Koerniawan, Iwan. 2021. AUDITING Konsep Dan Teori Pemeriksaan Akuntansi. Mukrimaa, Syifa S. et al. 2016. 6 Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar AUDITING Dasar-Dasar Pemeriksaan Laporan Keuangan. Yogyakarta: Tanah Air Beta. Musfiroh, Luluk. 2018. Prinsip, Auditing IDasar Pemeriksaan Laporan Keuangan. IAIN Jember. Rachman, Tahar. 2018. ‚Auditing 1. Prinsip Dasar Pemeriksaan Laporan Keuangan.‛ Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952.: 10–27. Rustam, Andi, Andi Arifwangsa Adiningrat, and Muhammad Adil. 2018. 1 LPP Unismuh Makassar Bahan Ajar Auditing -1 (Penerapan Praktisi Jasa Audit) Buku 1. Thian, Alexander. 2021. Dasar-Dasar Auditing. Penerbit Andi. https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=MTQmEA AAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=buku+auditing&ots=y6gQ6U BIi4&sig=8NnOPzRIMWK9wQIaz9- alvweD7o&redir_esc=y#v=onepage&q=buku auditing&f=false.
223 TENTANG PENULIS Hj. Nyayu Fadilah Fabiany, S.E.,M.S.Ak Lahir di Palembang tanggal 24 Juni 1989. Penulis saat ini adalah dosen tetap pada Program Studi Akuntansi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Jambi. Selain mengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Jambi penulis juga aktif sebagai Tuton di Universitas Terbuka sejak tahun 2020 hingga saat ini. Penulis menyelesaikan pendidikan S1 tahun 2014 pada Jurusan Akuntansi, kemudian menyelesaikan S2 tahun 2015 pada Jurusan Magister Ilmu Akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi dan saat ini penulis sedang menempuh pendidikan Doktor Ilmu Ekonomi di Universitas Jambi di tahun 2022. Penulis aktif melakukan riset pada bidang Ilmu akuntansi yang terbit pada jurnal nasional yang terakreditasi maupun tidak terakreditasi pada bidang akuntansi dan berhasil meraih pendanaan penelitian dari Kemenristekdikti pada tahun 2020. Penulis saat ini mencoba menekuni bidang menulis, buku pertama yang pernah ditulis adalah buku Akuntansi Biaya (2022),
224 Sistem Akuntansi (2023), Mengapa Pentingnya Akuntansi Biaya dan Manajemen dalam Keberhasilan Bisnis Anda (2023). Jalin silaturahmi dengan penulis melalui email : [email protected] Laura Prasasti, S.E., M.S.Ak. lahir di Jambi pada tanggal 07 Desember 1988. Ia menyelesaikan kuliah dan mendapat gelar Sarjana Ekonomi pada tahun 2011. Ia merupakan alumnus Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Jambi. Pada tahun 2012 mengikuti Program Magister Ilmu Akuntansi dan lulus pada tahun 2014 dari Universitas Jambi. Pada tahun 2016 diangkat menjadi Dosen Akademi Akuntansi dan Komputer Stephen Jambi yang sekarang sudah bergabung dengan STIKOM menjadi UNAMA (Universitas Dinamika Bangsa) Jambi dan ditempatkan di program studi Komputerisasi Akuntansi. Sukses menerbitkan buku kolaborasi sebanyak 5 buku berjudul Etika Profesi: Membangun Profesionalisme Diri, Manajemen Risiko Perusahaan, Sistem Informasi Akuntansi Menggunakan Peachtree Accounting, Akuntansi Biaya serta Akuntansi Koperasi dan UMKM. Penulis dapat dihubungi melalui email [email protected].
225 Eka Julianti Efris Saputri, S.E., M.Ak Lahir di Sungai Penuh tanggal 11 Juli 1992. Penulis adalah Dosen S1 Akuntansi di Universitas Adiwangsa Jambi dan Pernah menjabat sebagai Ka.Prodi S1 Akuntansi di Fakultas Hukum dan Ekonomi Bisnis Universitas Adiwangsa Jambi. Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Akuntansi di Universitas Jambi Pada tahun 2014 dengan gelar Sarjana Ekonomi (S.E) dan melanjutkan Pendidikan Magister Ilmu Akuntansi pada tahun 2015 dengan memperoleh Magister Akuntansi (M.Ak) di tahun 2018. Penulis aktif melakukan riset pada bidang Sosial Humaniora berfokus pada Ilmu akuntansi, berhasil meraih Pendanaan Penelitian dari Kemenristekdikti pada tahun 2019 dan tahun 2021, dan berhasil menerbitkan buku perdananya yang berjudul Akuntansi Biaya. Ayu Feranika, S.E, M.S.Ak. adalah Staf pengajar di Universitas Dinamika Bangsa Jambi pada jurusan komputerisasi akuntansi. Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) dari Universitas Negeri Jambi pada tahun 2013 dengan Kosentrasi Akuntansi Manajemen, dan Magister Ilmu akuntansi (M.S.Ak) dari Universitas Negeri Jambi tahun 2016. Penulis juga Aktif sebagai Anggota Ikatan Dosen Akuntansi Indonesia. Pada tahun 2014 Penulis Pernah bekerja di Kantor Akuntan publik di Kota Jambi sebagai konsultan pajak dan Staf dibagian administrasi mahasiswa di Universitas Dinamika Bangsa Jambi Pada tahun 2015. Sejak
226 menjadi staf pengajar di Universitas Dinamika Bangsa, Penulis aktif melakukan riset yang terbit pada jurnal nasional yang terakreditasi maupun tidak terakreditasi pada bidang akuntansi keuangan, akuntansi sektor publik, akuntansi manajemen dan sistem informasi akuntansi serta buku perdana pada bidang sistem informasi akuntansi dan perbankan, pengantar akuntansi dan akuntansi biaya. Eva Setia Rini Damanik, S.E, M.S.Ak, adalah Dosen di prodi Akuntansi Universitas Graha Karya Muara Bulian. Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) dari Universitas Negeri Jambi pada tahun 2012 dengan Kosentrasi Akuntansi Keuangan, dan Magister Ilmu akuntansi (M.S.Ak) dari Universitas Negeri Jambi tahun 2014. Penulis telah memiliki sertifikat pendidik dan Aktif sebagai Anggota Ikatan Dosen Akuntansi Indonesia.Saat ini Penulis menjabat sebagai ketua prodi akuntansi di universitas graha karya muara bulian Sejak menjadi Dosen Tetap di Universitas Graha karya muara bulian, Penulis aktif melakukan riset yang terbit pada jurnal nasional yang terakreditasi maupun tidak terakreditasi pada bidang akuntansi keuangan, akuntansi sektor publik, akuntansi manajemen serta buku perdana pada bidang akuntansi biaya.
227