39 PT. Dafa Perkasa Laporan Laba Rugi Total Per unit Penjualan 500 unit 50.000.000 100.000 Biaya Variabel 500 unit 20.000.000 40.000 Margin kontribusi 30.000.000 60.000 Biaya Tetap 30.000.000 Laba bersih 0 2. Pendekatan margin kontribusi per unit Margin kontribusi adalah sebuah perhitungan akuntansi melalui pengukuran profitabilitas yang merupakan selisih antara pendapatan (revenue) dengan biaya variabel (variabel cost). Untuk menghitung titik impas menggunakan pendekatan margin kontribusi per unit, jumlah biaya tetap harus sama degan margin kontribusi per unit. Margin kontribusi per unit dapat dihitung dengan mencari selisih antara harga jual per unit dengan biaya variabel per unit. Rumus yang digunakan untuk menghitung BEP sebagai berikut: Dengan menggunakan data dari PT Dafa Perkasa, kita mencari titik impas sebagai berikut:
40 Setiap penjualan satu unit produk di atas titik impas akan mengakibatkan peningkatan laba sebesar margin kontribusi per unit yang bernilai Rp 60.000. Dapat dihitung sebagai berikut: PT. Dafa Perkasa Laporan Laba Rugi Total Per unit Penjualan 501 unit 50.100.000 100.000 Biaya Variabel 501 unit 20.040.000 40.000 Margin kontribusi 30.060.000 60.000 Biaya Tetap 30.000.000 Laba bersih 60.000 3. Pendekatan rasio margin kontribusi Rasio margin kontribusi dapat menunjukkan presentase kontribusi dari setiap rupiah penjualan yang digunakan untuk menutup biaya tetap. Rasio ini cocok digunakan di perusahaan jasa yang pendapatannya tidak dapat diukur ke dalam unit produk (Sodikin, 2015). Rumus yang digunakan sebagai berikut:
41 Sebagai ilustrasi, PT Dafa Sejahtera memiliki rasio margin kontribusi sebesar 60 persen, maka titik impas dapat dihitung sebagai berikut: Sehingga, PT Dafa Sejahtera mencapai titik impas pada tingkat penjualan sebesar Rp 50.000.000. 4. Pendekatan grafis Titik impas dapat dilihat dari grafik BVL (costvolume-profit atau CVP graph) yang ditunjukkan pada perpotongan garis penjualan dengan garis biaya. Pendekatan grafis ini paling disukai oleh manajer dikarenakan pendekatan ini sangat jelas menggambarkan laba maupun rugi perusahaan dari setiap volume penjualan (Sodikin, 2015). Grafik BVL di atas menunjukkan proyeksi keuntungan atau kerugian pada berbagai level penjualan yang diukur melalui perbedaan garis total penjualan dengan total biaya. Titik di mana garis penjualan berpotongan dengan total biaya, yang
42 disebut titik impas ada pada penjualan sebanyak 500 unit sesuai dengan hasil perhitungan sebelumnya. Apabila penjualan berada di bawah titik impas, perusahaan akan mengalami kerugian dan kerugian akan meningkat ketika penjualan menurun. Sebaliknya, jika penjualan melampaui titik impas, perusahaan akan memperoleh laba dan besarnya laba akan meningkat seiring dengan peningkatan penjualan. Grafik laba-volume merupakan versi yang lebih sederhana dari grafik BVL, ditunjukkan pada grafik berikut: Pada grafik, titik impas menunjukkan jumlah penjualan dimana perusahaan tidak mendapatkan laba atau rugi yaitu sebanyak 500 unit. Laba meningkat sejalan dengan peningkatan volume penjualan ke arah kanan titik impas, sementara kerugian meningkat ke arah kiri titik impas seiring dengan penurunan volume penjualan.
43 C. Penggunaan Analisis Biaya-Volume-Laba 1. Target Laba Dengan menggunakan analisis BVL, kita dapat merencanakan laba dengan memproyeksikan jumlah penjualan yang seharusnya dicapai. Sebagai ilustrasi, PT Dafa Perkasa merencanakan laba bersih sebesar Rp 18.000.000, maka dapat dihitung sebagai berikut: 800 unit Jadi, dengan menjual 800 unit produk per bulan, target laba perusahaan dapat tercapai. 2. Analisis Sensitifitas Dalam proses perencanaan, penting dilakukan analisis sensitifitas untuk mempertimbangkan potensi perubahan satu atau lebih variabel independen yang bisa mempengaruhi target laba sebagai variabel dependen. Perubahan variabel independen tersebut sebagai berikut (Sodikin, 2015): a. Perubahan harga jual Manager mungkin memutuskan untuk menaikkan harga jual. Namun, harus dipertimbangkan risiko penolakan dan penurunan permintaan yang mungkin terjadi. Analisis BVL dapat membantu menentukan besarnya penurunan volume penjualan yang masih dapat mengcover total biaya tetap. b. Perubahan biaya variabel
44 Manager dapat memilih untuk mengurangi biaya variabel daripada menaikkan harga jual. Ini dapat dilakukan dengan mengurangi penggunaan bahan premium atau memodifikasi proses produksi untuk mengurangi biaya tenaga kerja langsung. Dua kebijakan ini dapat mengurangi biaya variabel per unit. c. Perubahan biaya tetap Manajemen sering mempertimbangkan peningkatan biaya tetap seperti biaya iklan atau biaya pelatihan yang diharapkan dapat meningkatkan volume penjualan. Peningkatan biaya tetap ini akan mempengaruhi titik impas dan tingkat penjualan yang dibutuhkan untuk mencapai target. d. Perubahan variabel-variabel secara simultan Kenyataannya, yang sering terjadi adalah perubahan lebih dari satu variabel secara simultan. Manajer bisa memilih stategi yang tepat dan sesuai dengan situasi yang sedang dihadapi oleh perusahaan. D. Margin of Safety (MoS) Margin of safety merupakan jumlah unit yang diharapkan dapat terjual melebihi titik impas. Sebagai ilustrasi, PT Dafa Perkasa telah menjual 600 unit produk, melebihi titik impas yang berjumlah 500 unit. Maka margin of safety sebanyak 100 unit. Jika dinyatakan dalam rupiah, margin of safety sebesar Rp 10.000.000 (100 x Rp 100.000).
45 E. Degree of Operating Leverage (DOL) Operating leverage merupakan ukuran seberapa besar biaya tetap yang digunakan perusahaan. Semakin tinggi biaya tetap, tingkat operating leverage juga menjadi semakin tinggi yang mengindikasikan sensitifitas laba bersih terhadap perubahan penjualan semakin besar. Degree of operating leverage diukur pada tingkat penjulan tertentu dengan rumus: PT. Dafa Perkasa Laporan Laba Rugi Total % Penjualan 600 unit 60.000.000 100% Biaya Variabel 600 unit 24.000.000 40% Margin kontribusi 36.000.000 60% Biaya Tetap 30.000.000 Laba bersih 6.000.000 Maka, DOL dapat dihitung sebagai berikut: Berdasarkan perhitungan di atas, pada tingkat penjualan Rp 60 juta dengan DOL sebesar 6 kali, maka setiap kenaikan penjualan sebesar 1 persen akan meningkatkan laba bersih sebesar 6 persen.
46 Tentang Penulis Ida Ayu Fatmayuni, S.M., M.M. Menyelesaikan pendidikan S1 Manajemen di Universitas Janabadra (2021) dan S2 Magister Manajemen di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta (2024). Saat ini penulis bekerja di salah satu bimbingan belajar di Yogyakarta sebagai tutor mahasiswa jenjang S1 untuk mata kuliah akuntansi, matematika bisnis, mikro ekonomi, makro ekonomi, statistika dan metode penelitian. Mengajar dan menulis adalah hobi penulis yang telah ditekuninya sejak masih menjadi mahasiswa S1.
47 Analisis Biaya Diferensial Eri Triharyati, S.E., M.Si. A. Biaya Diferensial Biaya diferensial adalah berbagai perbedaan biaya di antara sejumlah alternatif pilihan yang dapat digunakan perusahaan. Biaya diferensial atau biaya relevan sering pula disebut sebagai biaya marjinal atau biaya incremental. Biaya deferensial merupakan berbagai macam kemungkinan yang dapat terjadi dan dapat digunakan perusahaan dalam menghitung biaya yang akan dikeluarkan perusahaan(Rudianto, 2006). Biaya diferensial (Diferential cost )adalah perbedaan biaya atau pendapatan pada berbagai alternative, berbagai perbedaan biaya diantara sejumlah alternative pilihan yang dapat digunakan entitas (Syaiful Bahri, 2021). Biaya relevan adalah semua biaya yang akan terjadi dimasa datang, 5
48 kecuali unavoidable cost yaitu meliputi sunk cost dan biaya yang tidak berbeda.(Ahmad, 2017). Biaya relevan sering disebut juga dengan biaya deferensial yaitu biaya yang berbeda-beda akibat adanya tingkat produksi yang berbeda yang mengakibatkan perbedaan biaya tetap(Ari Purwanti, Darsono Prawironegoro, 2018). Biaya relevan bisa disebut sebagai biaya deferensial yaitu biaya yang mempunyai alternatif yang berbeda-beda.(Sujarweni, 2016). Biaya relevan adalah biaya masa yang akan datang ( future cost) yang berbeda besarnya pada berbagai alternatif.(Y.Anni Aryani, 2019) Beberapa defenisi dari biaya diferensial menurut ahli tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya diferensial adalah semua biaya yang akan terjadi dimasa yang akan datang yang mengakibatkan perbedaan biaya tetap yang berbeda-beda yang diakibatkan adanya tingkat produksi yang berbeda sehingga mengakibatkan alternatif yang berbeda dan mempengaruhi dalam hal pengambilan keputusan Manajemen. Untuk dapat mengidentifikasi biaya relevan digunakan analisis biaya Diferensial. Disebut diferensial karena memfokuskan pada perbedaan. Analisis diferensial mengkaji dampak dari berbagai alternatif tindakan terhadap laba entitas. Analisis diferensial ( differential analysis) adalah sebuah model keputusan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi perbedaan- perbedaan dalam pendapatan dan biaya yang berkaitan dengan pelbagai alternative tindakan (Sugiri Sodikin, 2015). Analisis biaya diferensial digunakan untuk menentukan kenaikan pendapatan, biaya,dan marjin laba sehubungan dengan beberapa
49 kemungkinan cara untuk menggunakan fasilitas tetap atau kapasitas yang tersedia sehingga dapat disimpulkan bahwa analisis diferensial yaitu suatu analisis yang digunakan untuk mengevaluasi pendapatan, biaya dan laba yang berkaitan dengan berbagai alternatif tindakan atau keputusan yang akan diambil sehubungan dengan fasilitas atau kapasitas yang tersedia. Terdapat dua kreteria agar suatu janis biaya dapat dikelompokkan sebagai biaya diferensial atau biaya relevan 1. Biaya tersebut merupakan biaya yang akan datang 2. Biaya tersebut berbeda diantara sejumlah alternatif. (Rudianto, 2006) B. Manfaat Analisis Biaya Diferensial Penggunaan biaya relevan didalam penyelesaian berbagai persoalan yang dihadapi perusahaan akan sangat bermanfaat bagi pengambilan keputusan perusahaan, beberapa persoalan tersebut antara lain : 1. Menerima Pesanan Tambahan PT.Venus Eriadi mempunyai kapasitas produksi 30.000 unit. Pada Bulan Januari 2024 Perusahaan telah memproduksi dan menjual sebanyak 16.000 unit dengan harga jual Rp.13.500 per unit dengan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi 16.000 unit tersebut sebagai berikut : Biaya Bahan Baku Langsung Rp.25.000.000 Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp.40.000.000
50 Biaya Overhead Variabel Rp.20.000.000 Biaya Overhead Tetap Rp.29.000.000 Biaya Pemasaran Variabel Rp.15.000.000 Biaya Pemasaran Tetap Rp. 9.000.000 Biaya Administrasi Rp.14.000.000 Pada akhir bulan Januari 2024 salah satu langganan PT.Venus Eriadi yaitu PT.Binar Almuqnni mengajukan penawaran pembelian sebanyak 10.000 unit produk PT.Venus Eriadi dengan harga Rp.9.000 per unit, bisakah tawaran tersebut diterima? Mengapa? Penyelesaian : a. Jika Total Pengeluaran Sebagai Dasar untuk Menghitung Biaya Per Unit Total Biaya : Unit yang di produksi Rp.152.000.000 : 16.000 = Rp.9.500 Per Unit Jika menggunakan dasar perhitungan diatas maka penawaran harga dari PT.Binar Almuqnni yaitu sebesar Rp.9.000 Per Unit jelas tidak bisa diterima (ditolak ) karena menurut perhitungan Total pengeluaran sebagai dasar untuk menghitung Biaya Per Unit didapat hasil Rp.9.500 Per Unit sehingga kalau kita terima kita akan mengalami kerugian sebesar Rp.500 Per Unit. b. Analisis Biaya Diferensial Langkah pertama yang harus dilakukan untuk Analisis Biaya Diferensial ini yaitu kita terlebih dahulu
51 memisahkan antara biaya tetap dengan biaya variabel sebagai berikut : Keterangan Biaya Tetap Biaya Variabel Biaya Bahan Baku Langsung Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Variabel Biaya Overhead Tetap Biaya Pemasaran Variabel Biaya Pemasaran Tetap Biaya Administrasi Total - - - Rp. 29.000.000 ------ Rp. 9.000.000 Rp. 14.000.000 Rp.52.000.000 Rp. 25.000.000 Rp. 40.000.000 Rp. 20.000.000 - Rp. 15.000.000 - - Rp.100.000.000 Untuk memproduksi 16.000 unit dibutuhkan biaya sebesar Rp. 152.000.000 yang terdiri dari biaya tetap sebesar Rp.52.000.000 dan biaya Variabel Rp.100.000.000. Biaya Tetap Sebesar Rp.52.000.000 tersebut adalah biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk kapasitas produksi sebesar 30.000 unit per bulan, sedangkan untuk bulan januari perusahaan hanya memproduksi sebesar 16.000 unit, jika volume produksi dinaikkan hingga 30.000 unit perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya tetap tambahan lagi. Oleh karena itu untuk tambahan produksi di akhir bulan januari sebesar 10.000 unit perusahaan tidak perlu menambah biaya tetap yang dikeluarkan, karena hanya menggunakan kapasitas produksi yang menganggur. Perusahaan cukup
52 mengeluarkan biaya variabel saja untuk tambahan produksi sebesar 10.000 unit. Untuk memproduksi 16.000 unit pertama dibutuhkan biaya variabel sebesar Rp.100.000.000, artinya biaya variabel per unitnya adalah = Rp.100.000.000:16.000 =Rp.6.250 per unit. Dan untuk pesanan tambahan sebesar 10.000 unit tersebut perusahaan cukup mengeluarkan biaya tambahan sebesar Rp.6.250 x 10.000 = Rp.62.500.000, sehingga marjin kontribusi yang diterima perusahaan adalah = Rp.9.000 - Rp.6.250 = Rp.2.750 per unit x 10.000 unit = Rp.27.500.000 Jadi jika suatu pesanan tambahan dengan harga penawaran lebih rendah dari harga jual perusahaan selama masih dapat menghasilkan marjin kontribusi ( selisih harga jual dengan biaya variabelnya) positif maka pesanan tambahan tersebut dapat diterima. Berikut adalah laporan laba/rugi untuk soal kasus tersebut diatas. Keterangan Penjualan Semula (16.000 unit) Penjualan Tambahan ( 10.000 unit) Penjualan Total (26.000 unit) Penjualan Biaya Bahan Baku Langsung Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Variabel Biaya Overhead Tetap Biaya Pemasaran Variabel Rp.216.000.000 Rp. 25.000.000 Rp. 40.000.000 Rp. 20.000.000 Rp. 29.000.000 Rp. 15.000.000 Rp.90.000.000 Rp. 15.625.000 Rp. 25.000.000 Rp. 12.500.000 - Rp. 9.375.000 Rp.306.000.000 Rp. 40.625.000 Rp. 65.000.000 Rp. 32.500.000 Rp. 29.000.000 Rp. 24.375.000
53 Biaya Pemasaran Tetap Biaya Administrasi Laba Usaha Rp. 9.000.000 Rp. 14.000.000 Rp.64.000.000 - - Rp. 27.500.000 Rp. 9.000.000 Rp. 14.000.000 Rp. 91.500.000 Jadi, penawaran pembelian sebanyak 10.000 unit produk dengan harga Rp.9.000 per unit tersebut bisa diterima walaupun harga jual tersebut lebih rendah dibandingkan harga jual normal yaitu Rp. 13.500 per unit karena setelah di analisis memakai analisis biaya diferensial menghasilkan nilai marjin kontribusi positif dan menghasikan total laba yang bertambah besar seperti terlihat pada tabel diatas kalau kita menjual 16.000 unit akan menghasilkan laba sebesar Rp.64.000.000 tetapi jika kita menerima pesanan tambahan atau tawaran dari PT.Binar Almuqnni laba usaha kita bertambah Rp.27.500.000 sehingga total laba yang dihasilkan perusahaan menjadi Rp.91.500.000 2. Menurunkan Harga Pesanan Khusus PT.Venus Eriadi mempunyai kapasitas produksi 140.000 unit. pada Bulan Januari 2024 Perusahaan telah memproduksi dan menjual sebanyak 100.000 unit dengan harga jual Rp.15.000 per unit dengan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi 100.000 unit tersebut adalah sbb : Biaya Bahan Baku Langsung Rp. 200.000.000 Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 350.000.000 Biaya Overhead Variabel Rp. 150.000.000
54 Biaya Overhead Tetap Rp.240.000.000 Biaya Pemasaran Variabel Rp.100.000.000 Biaya Pemasaran Tetap Rp. 40.000.000 Biaya Administrasi Rp.90.000.000 Pada akhir bulan Januari 2024 salah satu langganan PT.Venus Eriadi yaitu PT.Binar Almuqnni memesan sebanyak 40.000 unit produk PT.Venus Eriadi dengan spesifikasi khusus berupa asesoris tambahan dan kemasan khusus dengan harga Rp.12.000 per unit untuk pesanan tersebut , sedangkan biaya tambahan yang harus dikeluarkan oleh PT.Venus Eriadi untuk menambah asesoris dan kemasan khusus tersebut adalah sebesar Rp.1.200 per unit ditambah sewa mesin kemasan Rp.32.000.000. Bisakah tawaran tersebut diterima ? mengapa? Penyelesaian : a. Jika Total Pengeluaran Sebagai Dasar untuk Menghitung Biaya Per Unit Total Biaya : Unit yang di produksi Rp.1.170.000.000 : 100.000 = Rp.11.700 Per Unit, Jika biaya sebesar Rp.11.700 per unit ini ditambah biaya kemasan khusus sebesar Rp.1.200 Per Unit maka biaya yang harus dikeluarkan perusahaan menjadi Rp. 12.900 per unit ditambah biaya sewa mesin sebesar Rp. 32.000.000, Dengan metode perhitungan seperti ini, jelas harga jual sebesar Rp. 12.000 per unit tidak dapat diterima.
55 b. Analisis Biaya Diferensial Langkah pertama yang harus dilakukan untuk Analisis Biaya Diferensial ini yaitu kita terlebih dahulu memisahkan antara biaya tetap dengan biaya variabel sebagai berikut : Keterangan Biaya Tetap Biaya Variabel Biaya Bahan Baku Langsung Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Variabel Biaya Overhead Tetap Biaya Pemasaran Variabel Biaya Pemasaran Tetap Biaya Administrasi Total - - - Rp. 240.000.000 - Rp. 40.000.000 Rp. 90.000.000 Rp.370.000.000 Rp. 200.000.000 Rp. 350.000.000 Rp. 150.000.000 - Rp. 100.000.000 --- --- Rp.800.000.000 Untuk memproduksi 100.000 unit dibutuhkan biaya sebesar Rp. 1.170.000.000 yang terdiri dari biaya tetap sebesar Rp.370.000.000 dan biaya Variabel Rp.800.000.000. Biaya Tetap Sebesar Rp.370.000.000 tersebut adalah biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk kapasitas produksi sebesar 140.000 unit per bulan, sedangkan untuk bulan januari perusahaan hanya memproduksi sebesar 100.000 unit, jika volume produksi dinaikkan hingga 140.000 unit perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya tetap tambahan lagi. Oleh karena itu untuk tambahan produksi di akhir bulan januari sebesar 40.000 unit
56 perusahaan tidak perlu menambah biaya tetap yang dikeluarkan, karena hanya menggunakan kapasitas produksi yang menganggur. Perusahaan cukup mengeluarkan biaya variabel saja untuk tambahan produksi sebesar 40.000 unit, yaitu biaya asesoris tambahan dan biaya sewa mesin yang dihitung sebagai berikut= ( 40.000 unit x Rp.1.200) + Rp.32.000.000 = Rp.80.000.000 Jadi jika suatu pesanan tambahan dengan harga penawaran lebih rendah dari harga jual perusahaan selama masih dapat menghasilkan marjin kontribusi ( selisih harga jual dengan biaya variabelnya) positif maka pesanan tambahan tersebut dapat diterima. Berikut adalah laporan laba/rugi untuk soal kasus tersebut diatas. Keterangan Penjualan Semula (100.000 unit) Penjualan Tambahan (40.000 unit) Penjualan Total ( 140.000 unit) Penjualan Biaya Bahan Baku Langsung Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Variabel Biaya Overhead Tetap Biaya Pemasaran Variabel Biaya Pemasaran Tetap Biaya Administrasi Biaya Asesoris Biaya Sewa Mesin Laba Usaha Rp.1.500.000.000 Rp. 200.000.000 Rp. 350.000.000 Rp.150.000.000 Rp. 240.000.000 Rp. 100.000.000 Rp. 40.000.000 Rp. 90.000.000 - - Rp.330.000.000 Rp.480.000.000 Rp. 80.000.000 Rp. 140.000.000 Rp. 60.000.000 - Rp. 40.000.000 - - Rp. 48.000.000 Rp 32.000.000 Rp.80.000.000 Rp.1.980.000.000 Rp. 280.000.000 Rp. 490.000.000 Rp. 210.000.000 Rp. 240.000.000 Rp. 140.000.000 Rp. 40.000.000 Rp. 90.000.000 Rp. 48.000.000 Rp. 32.000.000 Rp.410.000.000
57 Jadi, penawaran pembelian sebanyak 40.000 unit produk dengan spesifikasi khusus tersebut dengan harga Rp.12.000 per unit tersebut bisa diterima walaupun harga jual tersebut lebih rendah dibandingkan harga jual normal yaitu Rp. 15.000 per unit karena setelah di analisis memakai analisis biaya diferensial menghasilkan nilai marjin kontribusi positif dan menghasikan total laba yang bertambah besar seperti terlihat pada tabel diatas kalau kita menjual 100.000 unit akan menghasilkan laba sebesar Rp.330.000.000 tetapi jika kita menerima pesanan tambahan atau tawaran dari PT.Binar Almuqnni laba usaha kita bertambah Rp.80.000.000 sehingga total laba yang dihasilkan perusahaan menjadi Rp.410.000.000. 3. Keputusan untuk Memproduksi Sendiri atau Membeli PT.Venus Eriadi mempunyai kapasitas produksi 140.000 unit Per tahun. Pada akhir Bulan Desember 2023 Perusahaan mengikat kontrak penjualan dengan departemen Pertanian untuk menjual produknya sebanyak 140.000 unit dengan harga Rp.15.000 per unit selama tahun 2024 mendatang. Taksiran biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi 140.000 unit tersebut sebagai berikut : Biaya Bahan Baku Langsung Rp. 225.000.000 Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 240.000.000 Biaya Overhead Variabel Rp. 120.000.000 Biaya Overhead Tetap Rp. 229.000.000 Biaya Pemasaran Variabel Rp. 115.000.000
58 Biaya Pemasaran Tetap Rp. 190.000.000 Biaya Administrasi Rp. 140.000.000 PT.Binar Almuqnni sebuah perusahaan yang memproduksi produk yang sama dengan produk PT.Venus Eriadi, menawarkan menjual produknya kepada PT.Venus Eriadi dengan harga Rp.8.000 per unitnya, Keputusan apakah sebaiknya yang harus diambil oleh PT.Venus Eriadi, apakah memproduksi sendiri produknya atau membeli dari PT.Binar Almugnni ? mengapa ? Penyelesaian : Jika PT.Venus Eriadi menghitung biaya yang akan dikeluarkan mempunyai prilaku yang sama semua maka manajemen perusahaan tersebut akan menghitung bahwa biaya yang akan dikeluarkan untuk menghasilkan 140.000 unit produk tersebut adalah total biaya dibagi dengan total unit di produksi = Rp.1.259.000.000 : 140.000 = Rp.8.993 per unit, sehingga tawaran PT.Binar Almuqnni, barang yang sama dengan kualitas yang sama dengan harga Rp.8.000 per unit terlihat jauh lebih menguntungkan, tetapi persoalannya tidak semua biaya memiliki perilaku yang sama. Biaya variabel yang seharusnya menjadi tanggungan perusahaan bisa dihindarkan jika perusahaan membeli produknya dari PT.Binar Almuqnni, tetapi biaya tetap tidak bisa dihindarkan baik perusahaan memproduksi sendiri produknya maupun membeli dari perusahaan lain,
59 Berikut tabel perbandingan jika perusahaan memproduksi sendiri dan membeli dari perusahaan lain : Keterangan Memproduksi Sendiri Membeli dari Pihak Lain Penjualan Biaya Bahan Baku Langsung Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Variabel Biaya Overhead Tetap Biaya Pemasaran Variabel Biaya Pemasaran Tetap Biaya Administrasi Pembelian Produk Laba Usaha Rp.2.100.000.000 Rp. 225.000.000 Rp. 240.000.000 Rp. 120.000.000 Rp. 229.000.000 Rp. 115.000.000 Rp. 190.000.000 Rp. 140.000.000 --- Rp. 841. 000 000 Rp.2.100.000.000 --------- ---------- --------- Rp. 229.000.000 ----- Rp. 190.000.000 Rp. 140.000.000 Rp. 1.120.000.000 Rp. 421.000.000. Dari tabel tersebut terlihat bahwa jika PT.Venus Eriadi memproduksi sendiri produknya dan menjualnnya dengan harga Rp.15.000 per unit akan menghasilkan laba usaha sebesar Rp. 841.000.000, sedangkan jika perusahaan membelinya dari PT.Binar Almuqnni dengan harga Rp.8.000 per unit hanya akan menghasilkan laba usaha sebesar Rp. 421.000.000. Hal ini terjadi karena perusahaan masih harus menanggung seluruh biaya tetap yang ada di tambah harus membeli produk jadinya dari PT.Binar Almuqnni (
60 140.000 unit x Rp.8.000 = Rp.1.120.000.000), jadi disarankan kepada pihak manajemen lebih baik memproduksi produknya sendiri dari pada membeli dari pihak lain karena laba yang dihasilkan lebih besar membuat sendiri dari pada membeli dari pihak lain. 4. Keputusan untuk Meneruskan atau Menghentikan Operasi Salah satu cabang PT.Usaha Sejahtera, yang berlokasi di Bandung memiliki kapasitas produksi sebesar 100.000 unit Per Tahun. Taksiran biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi 100.000 unit produk tersebut adalah sebagai berikut : Biaya Bahan Baku Langsung Rp. 225.000.000 Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 340.000.000 Biaya Overhead Variabel Rp. 120.000.000 Biaya Overhead Tetap Rp. 229.000.000 Biaya Pemasaran Variabel Rp. 115.000.000 Biaya Pemasaran Tetap Rp. 95.000.000 Biaya Administrasi Rp.140.000.000 Selama 3 tahun terakhir perusahaan ini mengalami kerugian terus menerus, disebabkan karena perusahaan tidak mampu menjual di atas Rp,15.000 per unit, tetapi hanya mampu menjual dengan harga sebesar Rp. 12.500 per unitnya. Pada akhir bulan desember 2023 Manajemen mempertimbangkan akan menutup cabang Bandung tersebut pada awal tahun 2024, Benarkah keputusan menutup cabang Bandung tersebut ? Mengapa ?
61 Penyelesaian: Jika cabang Bandung tersebut ditutup, biaya yang dapat dihindarkan oleh perusahaan hanya biaya variabel sedangkan biaya tetapnya tidak bisa dihindarkan atau dihapus begitu saja walaupun perusahaan berhenti beroperasi dan berproduksi Berikut perbandingan jika perusahaan terus beroperasi atau di tutup : Keterangan Terus Beroperasi Ditutup Penjualan Biaya Bahan Baku Langsung Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Variabel Biaya Overhead Tetap Biaya Pemasaran Variabel Biaya Pemasaran Tetap Biaya Administrasi Laba/ Rugi Rp.1.250.000.000 Rp. 225.000.000 Rp. 340.000.000 Rp. 120.000.000 Rp. 229.000.000 Rp. 115.000.000 Rp. 95.000.000 Rp. 140.000.000 Rp. ( 14.000.000) --- --- ----- --------- Rp. 229.000.000 ----------- Rp. 95.000.000 Rp. 140.000.000 Rp. ( 464.000.000) Keputusan Menejemen untuk menutup cabang Bandung tersebut salah karena dengan menutup cabang Bandung tersebut perusahaan akan mengalami kerugian lebih besar jika dibandingkan tetep terus beroperasi, kalau terus beroperasi
62 kerugian yang dialami oleh perusahaan sebesar Rp.14.000.000 tetapi jika manajemen menutup perusahaan dan menghentikan seluruh aktifitas produksi maka perusahaan tidak akan memperoleh pendapatan sama sekali karena tidak ada produk yang dijual maka kerugiannya lebih besar yaitu sebesar Rp.464.000.000, karena walaupun tidak berproduksi perusahaan tetap harus menanggung atau mengeluarkan biaya tetap sebesar Rp. 464.000.000 tersebut. Hal ini terjadi dengan asumsi fasilitas produksi seperti mesin yang dimiliki perusahaan dibiarkan tidak terpakai sama sekali, dengan kerugian sebeser itu jelas keputusan menutup cabang Bandung bukanlah keputusan yang bijaksana, oleh karena itu solusi yang lain harus dipikirkan agar persoalan kerugian tersebut bisa terselesaikan misal dengan menyewakan fasilitas produksi seperti mesin, gedung dan gudang. 5. Keputusan untuk Menjual Langsung Atau Memproses Lebih Lanjut PT.Sandang Indah mempunyai kapasitas produksi 100.000 meter kain per tahun, jika dijual langsung dalam bentuk kain tenun maka setiap meter kain memiliki harga jual Rp.45.000, sedangkan untuk menghasilkan 100.000 meter kain tersebut dibutuhkan biaya sebagai berikut : Biaya Bahan Baku Langsung Rp. 1.500.000.000 Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 200.000.000 Biaya Overhead Variabel Rp. 400.000.000
63 Biaya Overhead Tetap Rp. 1.000.000.000 Biaya Pemasaran Variabel Rp. 150.000.000 Biaya Pemasaran Tetap Rp. 300.000.000 Biaya Administrasi Rp. 250.000.000 Manajemen perusahaan sedang mempertimbangkan untuk memproses lebih lanjut produknnya menjadi pakaian jadi sehingga dibutuhkan biaya tambahan per unit produk dengan informasi sebagai berikut : Keterangan Pakaian Anak Kemeja Pria Pakaian Wanita Volume Produksi 60.000 Stel 50.000 Stel 40.000 Stel Harga Jual Per unit Rp.95.000 Rp.120.000 Rp.150.000 Biaya Tenaga Kerja Langsung per stel Rp. 4.000 Rp. 3.000 Rp. 5.000 Biaya Overhead Variabel per stel Rp. 4.500 Rp. 5.500 Rp. 6.000 Biaya Pemasaran Variabel Per stel Rp. 2.000 Rp. 2000 Rp. 2000 Pilihan yang harus diambil oleh manajemen perusahaan adalah : a. Apakah menjual produknya dalam bentuk kain tenun? b. Apakah memproses kain tenun lebih lanjut dan menjualnya nya dalam bentuk pakaian anak ?
64 c. Apakah memproses kain tenun lebih lanjut dan menjualnya nya dalam bentuk kemeja Pria? d. Apakah memproses kain tenun lebih lanjut dan menjualnya nya dalam bentuk pakaian Wanita ? Penyelesaian : Dengan berbagai alternatif penjualan tersebut maka perusahaan memiliki berbagai alternatif biaya dan laba yang dapat dipilih, jika a. Perusahaan menjual produknya dalam bentuk kain tenun saja tanpa memprosesnya lebih lanjut maka perusahaan akan memperoleh laba sebesar jumlah produk dikali harga jual dikurangi biaya yang dikeluarkan, atau = 100.000 Meter kain x Rp.45.000 - Rp.3.800.000.000 = Rp.700.000.000 b. Perusahaan memproses kain tenun lebih lanjut dan menjualnya dalam bentuk pakaian anak, maka perusahaan harus menambah biaya yang relevan dengan keputusan tersebut. Biaya Tenaga Kerja Langsung=Rp. 200.000.000 + ( 60.000 Stel x Rp.4.000 )= Rp.440.000.000 Biaya Overhead Pabrik = Rp. 400.000.000 + (60.000 Stel x Rp.4.500) = Rp.670.000.000 Biaya Pemasaran Variabel =Rp.150.000.000 + (60.000 Stel x Rp.2.000 ) = Rp.270.000.000 Jadi pilihan untuk memproses lebih lanjut kain tenun menjadi pakaian anak akan memperoleh laba sebesar Rp. 1.380.000.000
65 c. Perusahaan memproses kain tenun lebih lanjut dan menjualnya dalam bentuk kemeja Pria, maka perusahaan harus menambah biaya yang relevan dengan keputusan tersebut. Biaya Tenaga Kerja Langsung =Rp. 200.000.000 ( 50.000 Stel x Rp.3.000 )= Rp.350.000.000 Biaya Overhead Pabrik = Rp. 400.000.000 (50.000 Stel x Rp.5.500) = Rp.675.000,000 Biaya Pemasaran Variabel= Rp.150.000.000(50.000 Stel x Rp.2.000 ) = Rp.250.000.000 Jadi pilihan untuk memproses lebih lanjut kain tenun menjadi pakaian pria akan memperoleh laba sebesar Rp.1.275.000.000 d. Perusahaan memproses kain tenun lebih lanjut dan menjualnya dalam bentuk pakaian Wanita maka perusahaan harus menambah biaya yang relevan dengan keputusan tersebut. Biaya Tenaga Kerja Langsung =Rp.200.000.000 ( 40.000 Stel x Rp.5.000 )= Rp.400.000.000 Biaya Overhead Pabrik= Rp. 400.000.000 (40.000 Stel x Rp.6.000) = Rp.640.000.000 Biaya Pemasaran Variabel = Rp.150.000.000(40.000 Stel x Rp.2.000 ) =Rp.230.000.000 Jadi pilihan untuk memproses lebih lanjut kain tenun menjadi pakaian wanita akan memperoleh laba sebesar Rp.1.270.000.000
66 Keterangan Menjual Langsung Memprosesnya lebih lanjut dalam bentuk Pakaian Anak Kemeja Pria Pakaian Wanita Penjualan BBBL BTKL BOP Variabel BOP Tetap B. Pms.Variabe B.Pms. Tetap Biaya. Adm Laba Usaha Rp.4.500.000.000 Rp.1.500.000.000 Rp. 200.000.000 Rp. 400.000.000 Rp.1.000.000.000 Rp. 150.000.000 Rp. 300.000.000 Rp. 250.000.000 Rp.700.000.000 Rp.5.700.000.000 Rp.1.500.000.000 Rp.440.000.000 Rp.670.000.000 Rp.1.000.000.000 Rp.270.000.000 Rp.300.000.000 Rp.250.000.000 Rp.1.270.000.000 Rp.6.000.000.000 Rp.1.500.000.000 Rp.350.000.000 Rp.675.000.000 Rp.1.000.000.000 Rp.250.000.000 Rp.300.000.000 Rp.250.000.000 Rp.1.675.000.000 Rp.6.000.000.000 Rp.1.500.000.000 Rp.400.000.000 Rp.640.000.000 Rp.1.000.000.000 Rp.230.000.000 Rp.300.000.000 Rp.250.000.000 Rp.1.680.000.000 Dari tabel tersebut bisa diketahui bahwa memproses lebih lanjut kain tenun dalam bentuk Pakaian wanita akan lebih menguntungkan karena dari keempat alternatif yang ada bahwa memproses lebih lanjut kain tenun dalam bentuk Pakaian wanita menghasilkan laba yang paling tinggi dibandingkan tiga alaternatif yang lain.
67 Tentang Penulis Eri Triharyati, S.E., M.Si. lahir di Tugumulyo Musi Rawas Sumatera Selatan, Sunardi adalah nama Suaminya, Venus SAE nama anak pertama dan Binar adalah anak kedua. Riwayat pendidikan yaitu SD. Negeri 1 Nawangsasi, SMP.Negeri 1 Tugumulyo, SMA Negeri 1 Tugumulyo dan Menamatkan S1 Jurusan Akuntansi Di Universitas Muhammadiyah Palembang dan S2 Jurusan Ilmu Ekonomi di Universitas Sriwijaya Palembang. Saat ini bekerja sebagai Dosen Tetap pada Universitas Bina Insan Lubuk Linggau Fakultas Ilmu Ekonomi Sosial Humaniora (FIESHUM) Prodi Akuntansi. Saat ini Aktif melakukan pengajaran, penelitian dan pengabdian di bidang akuntansi.
68 Penetapan Harga Jual Produk Foza Hadyu Hasanatina, SE., M.Sc. A. Penetapan Harga dan Informasi Akuntansi Penetapan harga produk merupakan salah satu aspek penting dalam strategi pemasaran dan keuangan perusahaan. Informasi akuntansi dapat menjadi landasan yang kuat untuk mendukung pengambilan keputusan terkait degan harga produk. Beberapa informasi akuntansi yang dapat digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan terkait harga produk adalah biaya produksi, biaya tetap dan variabel, analisis break-even, pendapatan laba bersih, pemetaan persaingan, permintaan pasar, serta tujuan strategis. Biaya produksi memuat informasi mengenai biaya produksi produk. Komponen biaya yang termasuk 6
69 didalamnya adalah biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik yang dapat membantu dalam menetapkan harga jual yang mencakup biaya produksi dan memberikan margin keuntungan yang diinginkan. Selain itu, perlu adanya pemahaman perbedaan antara biaya tetap dan variabel dalam menentukan harga produk. Sedangkan analisis break-even membantu menentukan jumlah unit yang harus dijual agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Informasi ini berguna dalam menentukan harga minimum yang harus ditetapkan untuk menutupi biaya tetap dan variabel. Analisis marginal fokus pada kontribusi margin setiap unit produk terhadap biaya tetap dan laba. Ini membantu dalam menentukan seberapa besar harga harus dinaikkan atau diturunkan untuk memaksimalkan laba. Memahami harga produk pesaing dan posisi perusahaan di pasar juga dapat membantu dalam menentukan harga yang kompetitif. Namun perlu juga mempertimbangkan perbedaan kualitas, direfensiasi produk, dan strategi pemasaran. Selain itu, menganalisis permintaan pasar dan respon konsumen terhadap perubahan harga juga penting. Informasi ini dapat diperoleh melalui riset pasar dan data penjualan historis. Akhirnya, harga produk harus sesuai dengan tujuan strategis perusahaan. Apakah itu memaksimalkan laba, meningkatkan pangsa pasar, atau memperkuat citra merek. Dengan menggunakan informasi akuntansi ini secara bijak, perusahaan dapat membuat keputusan harga yang lebih terinformasi dan efektif.
70 B. Strategi Penetapan Harga Terdapat beberapa strategi penetapan harga. Setiap strategi penetapan harga memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Strategi penetapan harga ini dipilih oleh perusahaan tergantung pada tujuan bisnis, pasar target, dan karakteristik produk. Beberapa strategi penetapan harga diantaranya adalah: 1. Perhitungan Biaya Plus Mark-up (Cost-plus Pricing) Konsep Cost-plus Pricing (CPP) adalah metode penetapan harga yang melibatkan penentuan harga jual suatu produk dengan menambahkan markup tertentu ke biaya produksinya. Markup ini dimaksud untuk menutupi biaya variabel dan tetap, serta memberikan keuntungan bagi perusahaan. Berikut langkah-langkah umum dalam perhitungan biaya Cost-plus Pricing (CPP): a. Hitung Biaya Produksi Perusahaan perlu mengidentifikasi dan menghitung semua biaya yang terkait dengan produksi sebuah produk. Ini termasuk biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, biaya overhead, dan biaya produksi lainnya. b. Tentukan Markup Perusahaan harus menentukan markup yang diterapkan ke biaya produksi untuk menetapkan harga jual. Markup ini Biasanya dinyatakan sebagai presentase dari biaya produksi atau sebagai jumlah tetap. c. Tambahkan Markup ke Biaya Produksi
71 Setelah markup ditentukan, perusahaan menambahkannya ke biaya produksi untuk mendapatkan harga jual. Ini adalah harga minimum yang perlu dicapai untuk menutupi biaya dan memperoleh keuntungan. d. Periksa Harga Pasar Setelah menentukan harga berdasarkan Cost-plus Pricing, perusahaan juga harus memeriksa harga pasar untuk memastikan bahwa harga yang ditetapkan bersaing dan masuk akal dalam konteks pasar. Jika harga pasar lebih tinggi dari harga yang dihitung menggunakan CPP, perusahaan mungkin bisa mempertimbangkan menaikkan harga atau menawarkan nilai tambah untuk membenarkan harga yang lebih tinggi. Contoh perhitungan Cost-plus Pricing (CPP) adalah sebagai berikut: Misalkan biaya produksi suatu produk adalah sebagai berikut: Biaya bahan baku Rpc 50.000 Tenaga Kerja Rp 30.000 Biaya Overhead Rp 20.000 + Total Biaya Produksi Rp 100.000 Kemudian perusahaan memutuskan untuk menerapkan markup sebesar 30% ke biaya produksi. Langkah-langkah perhitungan CPP adalah sebagai berikut: Total Biaya Rp 100.000
72 Markup 30% Rp 30.000 Harga Jual = Rp 100.000 + Rp 30.000 = Rp 130.000 Dengan demikian, harga jual produk menggunakan metode Cost-plus Pricing (CPP) adalah Rp 150.000. 2. Harga Berbasis Permintaan (Demand-based Pricing) Harga berbasis permintaan (Demand-based Pricing) adlah strategi penetapan harga yang didasarkan pada Tingkat permintaan pasar terhadap suatu produk atau layanan. Dalam strategi ini, harga ditetapkan sesuai dengan Tingkat ketersediaan dan Tingkat permintaan yang ada. Tujuannya adalah untuk menetapkan harga yang optimal yang mencerminkan nilai yang diinginkan oleh konsumen dan mampu menarik sejumlah besar pembeli tanpa mengorbankan profitabilitas. Berikut konsep perhitungan harga berbasis permintaan: a. Identifikasi Tingkat Permintaan Perusahaan harus melakukan analisis pasar untuk memahami Tingkat permintaan terhadap produk atau layanan yang ditawarkan. Ini melibatkan penelitian pasar untuk memahami perilaku konsumen, preferensi, tren,, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan. b. Elastisitas Harga Perusahaan perlu memahami elastisitas harga produk. Elastisitas harga produk mengukur seberapa sentisif permintaan terhadap perubahan harga. Jika permintaan relative tidak berubah ketika harga berubah, produk tersebut dikenal sebagai inelastis
73 secara harga. Jika permintaan berubah secara signifikan ketika harga berubah, produk tersebut dikenal sebagai elastis secara harga. c. Penetapan Harga Optimal Berdasarkan analisis permintaan pasar dan elastisitas harga, perusahaan dapat menetapkan harga yang optimal. Jika permintaan sangat elastis, perusahaan mungkin mempertimbangkan menurunkan harga untuk menarik lebih banyak pembeli. Sebaliknya jika permintaan tidak elastis, perusahaan mungkin bisa menetapkan harga lebih tinggi untuk memperoleh keuntungan maksimal. Contoh perhitungan Harga Berbasis Permintaan adalah sebagai berikut: Misalkan sebuah perusahaan menjual produk yang permintaannya sangat elastis, artinya perubahan harga akan berdampak signifikan terhadap jumlah produk yang dibeli oleh konsumen. Harga saat ini = Rp 50.000. Permintaan saat ini = 100 unit Pendapatan saat ini = Rp 50.000 x 100 = Rp 5.000.000 Perusahaan ingin mengetahui bagaimana perubahan harga akan mempengaruhi pendapatan total. Setelah analisis, perusahaan menemukan bahwa elastisitas harga produk tersebut adalah -2, yang berarti bahwa setiap peningkatan harga sebesar 1% akan mengakibatkan penurunan permintaan sebesar 2%.
74 Misalkan perusahaan memutuskan untuk menaikkan harga sebesar 10%. Perhitungan pendapatan total akan sebagai berikut: Harga baru = Rp 50.000 + (10% x Rp 50.000) = Rp 50.000 + Rp 5.000 = Rp 55.000 Perkiraan penuruan permintaan = 10% x 2 = 20 unit Total pendapatan baru = Rp 55.000 x (100 – 20) = Rp 55.000 x 80 = Rp 4.400.000 Dengan demikian, dengan menaikkan harga sebesar 10%, perusahaan akan memperoleh pendapat Rp 4.400.000 3. Penetapan Harga Diferensial (Differential Pricing) Penetapan harga diferensiasi adalah strategi penetapan harga yang melibatkan penentuan harga yang berbeda untuk segmen pasar atau pelanggan yang berbeda, meskipun produk atau layanan yang ditawarkan sama. Strategi ini memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan harga dengan karakteristik dan preferensi spesifik dari setiap segmen pasar, sehingga dapat meningkatkan profitabilitas dan memenuhi kebutuhan konsumen dengan lebih baik. Berikut konsep perhitungan harga diferensiasi:
75 a. Identifikasi Segmen Pasar Perusahaan harus mengidentifikasi segmen pasar yang berbeda. Ini dapat dilakukan dengan menganalisis karakteristik demografis, geografis, psikografis, dan perilaku konsumen. b. Analisis Permintaan dan Elastisitas Setelah identifikasi segmen pasar, perusahaan perlu melakukan analisis terhadap permintaan dan elastisitas harga untuk setiap segmen. Ini membantu perusahaan dalam menentukan seberapa sensitive konsumen dalam segmen tersebut terhadap perubahan harga. c. Penentuan Harga Berdasarkan analisis segmen pasar dan elastisitas harga, perusahaan kemudian menerapkan harga yang berbeda untuk setiap segmen. Harga dapat lebih tinggi untuk segmen pasar dengan permintaan yang kurang elastis atau untuk produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi. d. Komunikasi Nilai Tambah Penting bagi perusahaan untuk mengkomunikasikan nilai tambah atau alasan di balik perbedaan harga kepada konsumen dalam setiap segmen pasar. Ini dapat dilakukan dengan melakukan strategi pemasaran sesuai dengan karakteristik segmen pasar masing-masing. Contoh perhitungan Penetapan Harga Diferensiasi adalah sebagai berikut: Misalkan perusahaan menyediakan layanan internet dengan kecepatan yang berbeda untuk dua
76 segmen pasar yang berbeda: rumah tangga biasa dan bisnis kecil. Analisis telah menunjukkan bahwa segmen bisnis kecil lebih cenderung memiliki permintaan yang kurang elastis dan lebih sensitive terhadap kualitas dan keandalan layanan. Berikut harga perhitungan harga diferensiasi: Harga layanan internet rumah tangga biasa: Rp 50.000 Harga layanan internet bisnis kecil” Rp 75.000 Meskipun kedua biaya produksi dan layanan yang disediakan sama untuk kedua segmen, harga yang lebih tinggi untuk bisnis kecil mencerminkan nilai tambah yang lebih tinggi yang diberikan kepada pelanggan dalam segmen tersebut, seperti keandalan layanan yang lebih tinggi, dukungan pelanggan yang lebih baik, dan kebutuhan akan kapasitas dan kecepatan yang lebih besar. Dengan demikian, perusahaan dapat meningkatkan profitabilitas dengan menyesuaikan harga dengan karakteristik dan kebutuhan spesifik dari setiap segmen pasar. 4. Penetapan Harga Berdasarkan Siklus Hidup Produk (Life-cycle Pricing) Penentuan harga berdasarkan siklus hidup (Lifecycle Princing) adalah strategi penetapan harga yang
77 mempertimbangkan tahapan siklis hidup produk atau layanan. Produk atau layanan melewati beberapa tahapan dalam siklis hidupnya, termasuk tahap peluncuran, pertumbuhan, kematangan, dan penurunan. Setiap tahap mungkin memerlukan pendekatan penetapan harga yang berbeda untuk memaksimalkan profitabilitas. Berikut konsep perhitungan harga berdasarkan siklus hidup produk: a. Tahap Peluncuran Pada tahap ini, produk atau layanan baru diperkenalkan ke pasar. Harga pada tahap ini Biasanya diberi diskon atau lebih rendah dari harga jangka Panjang untuk menarik konsumen dan membangun pangsa pasar. b. Tahap Pertumbuhan Pada tahap ini, produk atau layanan meningkat secara signifikan. Perusahaan mungkin menaikkan harga sedikit demi sedikit seiring dengan meningkatnya permintaan dan nilai produk atau layanan dalam mata konsumen. c. Tahap Kematangan Pada tahap ini, pertumbuhan permintaan mulai melambat dan pasar menjadi lebih jenuh. Perusahaan dapat mempertahankan harga atau menurunkan harga sedikit demi sedikit untuk tetap bersaing dan mempertahankan pangsa pasar. d. Tahap Penurunan Pada tahap ini, permintaan mulai menurun karena munculnya produk pengganti atau perubahan tren pasar. Perusahaan mungkin menurunkan harga secara signifikan untuk menghabiskan stok dan
78 memaksimalkan pendapatan sebelum mengeluarkan produk atau layanan baru. Contoh perhitungan harga berdasarkan sikluk hidup: Misalkan perusahaan mengembangkan aplikasi perangkat lunak baru. Berikut tahapan siklus hidup produk aplikasi tersebut beserta strategi penetapan harga yang sesuai: a. Peluncuran Pada tahap peluncuran, harga aplikasi dapat ditetapkan di bawah harga jangka Panjang untuk menarik konsumen dan membangun pasar. Misalkan harga peluncuran aplikasi tersebut adalah Rp 20.000, yang jauh lebih rendah dari harga jangka panjang yang direncanakan yaitu Rp 50.000. b. Petumbuhan Saat aplikasi mulai mendapatkan popularitas dan pangsa pasar lebih besar, perusahaan dapat mempertimbangkan menaikkan harga secara bertahap. Misalkan harga aplikasi dinaikkan menjadi Rp 25.000, Rp 30.000, Rp 35.000 dan seterusnya sampai pada jarha jangka panjang karena nilai dan permintaan meningkat. c. Kematangan Setelah aplikasi mencapai kematanan dan pertumbuhan pasar mulai melambat, perusahaan dapat mempertahankan harga atau menurunkan sedikit demi sedikit untuk tetap bersaing. Misalkan harga aplikasi tetap Rp 50.000 untuk mempertahankan kestabilan dalam pasar yang sudah jenuh.
79 d. Penurunan Akhirnya, ketika aplikasi mulai ketinggalan zaman atau munculnya aplikasi pengganti, perusahaan mungkin perlu menurunkan harga secara signifikan untuk memaksimalkan pendapatan sebelum mengeluarkan versi baru. Misalkan harga aplikasi turun menjadi Rp 25.000 atau bahkan ditawarkan secara gratis sebagai strategi promosi terakhir sebelum ditarik dari pasar. 5. Penetapan Harga Dinamis (Dynamic Pricing) Penetapan harga dinamis (dynamic pricing) adalah strategi harga yang melibatkan penyesuaian harga secara fleksibel berdasarkan faktor-faktor seperti permintaan pasar saat ini, ketersediaan stok, atau profil pelanggan. Strategi ini memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan harga secara realtime untuk mengoptimalkan pendapatan atau profitabilitas, serta untuk merespon perubahan dalam kondisi pasar. Berikut konsep perhitungan harga berdasarkan harga dinamis: a. Analisis Data Perusahaan perlu mengumpulkan data dan menganalisis data yang relevan, termasuk data permintaan pasar saat ini, informasi tentang perilaku pelangggan, data penjualan historis, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi harga. b. Penyesuaian Harga Perusahaan dapat menyesuaikan harga secara dinamis untuk mencerminkan kondisi pasar saat ini. Misalkan harga dapat dinaikkan saat permintaan
80 tinggi atau stok rendah, atau harga dapat diturunkan untuk menarik pelanggan saat permintaan turun. c. Segmentasi Pelanggan Perusahaan juga dapat menggunakan harga dinamis untuk menyesuaikan harga berdasarkan profil pelanggan. d. Pemantauan dan Penyesuaian Harga dinamis membutuhkan pemantauan yang terus menerus terhadap kondisi pasar dan respon pelanggan. Perusahaan perlu siap untuk melakukan penyesuaian harga sesuai kebutuhan untuk memaksimalkan pendapatan dan profitabilitas. Contoh perhitungan harga berdasarkan harga dinamis: Misalkan sebuah perusahaan ritel online menggunakan harga dinamis untuk menyesuaikan harga produk mereka berdasarkan permintaan pasar dan profil pelanggan. Perusahaan ini menjual produk elektronik dengan harga yang berubah-ubah berdasarkan kondisi pasar saat ini. a. Permintaan Tinggi Ketika permintaan tinggi untuk produk tertentu meningkat, perusahaan dapat menaikkan harga untuk memanfaatkan kenaikan permintaan. Misalkan ketika produk tersebut menjadi popular di musim liburan, harga bisa dinaikkan sebesar 10% untuk memaksimalkan pendapatan. b. Stok Rendah Jika stok produk tertentu rendah, perusahaan mungkin ingin menerapkan harga yang lebih tinggi
81 untuk membatasi permintaan dan menjaga keseimbangan antara penawaran dan permintaan. Harga bisa dinaikkan 20% untuk produk dengan stok yang sangat terbatas. c. Pelanggan Loyal Perusahaan dapat memberikan diskon khusus atau harga lebih rendah kepada pelanggan yang loyal atau berlangganan sebagai insentif untuk mempertahankan loyalitas mereka. Misalnya, pelanggan yang telah berlangganan selama lebih dari satu tahun dapat diberikan diskon tambahan sebesar 15%. 6. Penetapan Harga Berbasis Nilai (Value-based Pricing) Harga berbasis nilai (Value-based Pricing) adalah strategi penetapan harga yang menetapkan harga suatu produk atau layanan berdasarkan nilai yang diterima oleh pelanggan. Nilai tersebut didasarkan pada manfaat yang diberikan oleh produk atau layanan tersebut kepada pelanggan, bukan hanya biaya produksinya. Berikut konsep perhitungan harga berbasis nilai: a. Pemahaman Nilai Perusahaan harus memahami nilai yang diberikan oleh produk atau layanan mereka kepada pelanggan. Ini melibatkan identifikasi manfaat atau kegunaan produk dalam memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhan pelanggan. b. Penilaian Relatif Perusahaan juga perlu memahami nilai relative produk atau layanan mereka dibandingkan dengan
82 alternatif yang tersedia di pasar. Ini melibatkan Penilaian terhadap keunggulan produk, fitur, atau faktor lain yang membedakan produk tersebut dengan pesaing. c. Penetapan Harga Berdasarkan Nilai Setelah pemahaman nilai terbentuk, perusahaan dalam menetapkan harga yang mencerminkan nilai tersebut. Harga dapat ditentukan pada tingkat yang lebih tinggi jika produk atau layanan memiliki nilai yang lebih tinggi bagi pelanggan, meskipun biaya produksinya relative rendah. d. Komunikasi Nilai Penting bagi perusahaan untuk kommunikasikan nilai produk atau layanan kepada pelanggan. Ini melibatkan pemasaran yang efektif untuk menjelaskan manfaat dan keunggulan produk, serta mengkomunikasikan alasan di balik harga yang ditetapkan. Contoh perhitungan harga berdasarkan harga berbasis nilai: Misalkan perusahaan mengembangkan perangkat lunak manajemen proyek yang memiliki fitur-fitur canggih dan inovatif yang memungkinkan pengguna untuk mengelola proyek lebih efisien. Dalam menganalisis nilai produk mereka, perusahaan menemukan bahwa pengguna perangkat lunak ini dapat menghemat waktu hingga 30% dalam manajemen proyek dan mengurangi risiko kegagalan proyek secara signifikan.
83 Dengan mempertimbangkan manfaat ini, perusahaan memutuskan untuk menerapkan strategi harga berbasis nilai dengan mengenakan biaya langganan bulanan sebesar Rp 100.000 kepada pelanggan. Meskipun biaya produksi perangkat lunak relative rendah, harga ini mencerminkan nilai yang diberikan kepada pelanggan dalam bentuk penghematan waktu dan pengurangan risiko. 7. Penetapan Harga Kompetitif (Competitive Pricing) Harga kompetitif (Competitive Pricing) adalah strategi penetapan harga yang didasarkan pada harga pesaing di pasar. Dalam strategi ini, perusahaan menetapkan harga produk atau layanan mereka sedikit di bawah, sejajar, atau sedikit di atas harga pesaing, tergantung pada tujuan strategis perusahaan dan karakteristik produk atau layanan yang ditawarkan. Berikut konsep perhitungan harga kompetitif: a. Analisis Harga Pesaing Perusahaan melakukan analisis pasar untuk memahami harga produk atau layanan pesaing. Ini melibatkan pengumpulan data tentang harga yang ditawarkan oleh pesaing langsung dan produk atau layanan serupa. b. Penetapan Harga yang Sesuai Berdasarkan analisis harga pesaing, perusahaan menentukan apakah mereka ingin menetapkan harga di bawahm sejajar, atau di atas harga pesaing. Keputusan ini dapat dipengaruhi oleh strategi
84 pemasaran perusahaan, posisi merek, diferensiasi produk, dan tujuan profitabilitas. c. Faktor-faktor Tambahan Selain hanya meniru harga pesaing, perusahaan juga dapat mempertimbangkan faktor tambahan seperti: kualitas produk, layanan purna jual, merek, dan citra merek. Harga dapat disesuaikan lebih tinggi jika produk atau layanan menawarkan nilai tambah yang jelas kepada pelanggan. d. Reaksi terhadap Perubahan Harga Pesaing Perusahaan perlu memantau perubahan harga pesaing secara berkala dan merespons dengan cepat jika diperlukan. Strategi ini memungkinkan perusahaan untuk tetap bersaing dalam pasar yang dinamis. Contoh perhitungan harga berdasarkan harga berbasis nilai: Misalkan perusahaan mejual produk gadget elektronik. Setelah melakukan analisis harga pesaing, perusahaan menemukan bahwa harga pesaing untuk produk serupa adalah Rp 50.000. Berikt adalah beberapa scenario untuk penetapan harga kompetitif: a. Jika perusahaan ini menarik lebih banyak konsumen dan memperoleh pangsa pasar yang lebih besar, mereka dapat menetapkan harga di bawah harga pesaing, misalkan Rp 45.000 b. Jika perusahaan ingin mempertahankan kualitas produk mereka dan menjaga citra merek sebagai merek premium, mereka dapat menetapkan
85 harga sejajar dengan harga pesaing, yaitu Rp 50.000 c. Jika produk perusahaan memiliki fitur atau kualitas yang lebih unggul daripada pesaing, perusahaan dapat menetapkan harga di atas harga pesaing, misalkan Rp 55.000 untuk mencerminkan nilai tambah yang diberikan kepada pelanggan. Setiap strategi penetapan harga memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri. Pilihan strategi yang tepat akan sangat tergantung dengan situasi dan tujuan perusahaan.
86 Tentang Penulis Foza Hadyu Hasanatina, SE., M.Sc. adalah seorang pengajar pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, Semarang. Program Sarjana Ekonomi (SE) diselesaikan di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, Semarang. Selanjutnya melanjutkan studi Master of Science (M.Sc.) di Magister Sians Manajemen, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Foza Hadyu Hasanatina berupaya untuk terus mengembangkan keterampilan dan tumbuh secara professional dalam menyebarkan/pengembangan ilmu pengetahuan dan melakukan penelitian. Tertarik dan aktif dalam kampanye sosial dan pendidikan. Bidang ilmu meliputi: Manajemen Keuangan, Investasi, dan Financial Technology. Dan mengampu beberapa mata kuliah di antaranya adalah pasar keuangan, manajemen investasi, manajemen utang dan asset, penganggaran, akuntansi manajemen, dll.
87 Penetapan Harga Transfer Dewi Anggraini, SE., M.Si. A. Pengertian Harga Transfer Harga transfer adalah harga yang dibebankan satu divisi atau segmen ketika menyediakan barang-barang atau jasa kepada devisi atau segmen lain dalam organisasi yang bersangkutan, Biasanya untuk proses produksi dalam tahap berikutnya (Samryn, 2013). Penetapan harga transfer juga dapat terjadi antara perusahaan yang dikendalikan bersama yang merupakan bagian dari perusahaan lebih besar, anak perusahaan, atau afiliasi. Dengan adanya penetapan harga transfer memungkinkan perbaikan dalam penetapan harga, membawa efisiensi, dan membantu penyederhanaan dalam proses akuntansi. Hal ini juga memungkinkan 7
88 penghematan biaya tenaga kerja dengan merampingkan proses dan metode serta membantu mencapai profitabilitas yang lebih tinggi. Secara sederhananya, harga transfer adalah harga jual yang ditetapkan dalam kegiatan transaksi antar-divisi atau perusahaan dalam kelompok yang sama. Penetapan harga transfer memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungannya antara lain memberikan keringanan pajak, menghemat biaya, menghindari tarif dan menurunkan biaya bea, mengurangi pajak penghasilan, dan juga menurunkan tarif pajak. Sedangkan kerugiannya adalah antara lain beresiko memperoleh pajak berganda, beresiko menimbulkan sengketa pajak, dan membutuhkan investasi. Menurut Kamarudin (2014) dalam praktik ada tiga pendekatan umum yang digunakan dalam penentuan harga transfer, yaitu : 1. Penentuan harga transfer dengan menggunakan harga pokok : a. Harga pokok variabel. b. Harga pokok keseluruhan (harga pokok penuh). 2. Penentuan harga transfer atas dasar harga pasar. 3. Penentuan harga transfer atas dasar harga pasar yang dirundingkan. B. Harga Transfer Berdasarkan Harga Pokok Harga transfer menurut harga pokok merujuk pada biaya transfer yang didasarkan pada harga pokok atau biaya dasar suatu barang atau jasa. Harga pokok merupakan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk