Muhammad Dzulfaqori Jatnika | 141 Namun, memiliki saudara perempuan seibu dan seorang istri, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: Penyebut: 12 Tabel 5. 24 Bagian Seorang Saudara Perempuan Seibu dan Istri Ahli Waris Bagian (Pembilang) Saudara Perempuan Seibu 2 Istri 3 Sisa 7 Berdasarkan perhitungan di atas menunjukkan bahwa Istri akan mendapatkan harta, sedangkan Saudara Laki-Laki Seibu akan mendapatkan harta. Namun, masih terdapat sisa sebanyak harta yang dapat digunakan untuk keperluan sedekah ataupun infaq. Hal ini sudah sesuai dengan dalil yang telah disebutkan sebelumnya. c. Seseorang yang telah meninggal dia tidak meninggalkan ahli waris seorang bapak dan anak. Namun memiliki saudara laki-laki seibu dan seorang ibu, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: Penyebut: 6
142 | Matematika Ekonomi & Keuangan Syariah Tabel 5. 25 Bagian Seorang Saudara Laki-Laki Seibu dan Ibu Ahli Waris Bagian (Pembilang) Saudara Laki-Laki Seibu 1 Ibu 2 Sisa 3 Berdasarkan perhitungan di atas menunjukkan bahwa Ibu akan mendapatkan harta, sedangkan Saudara Laki-Laki Seibu akan mendapatkan harta. Namun, masih terdapat sisa sebanyak harta yang dapat digunakan untuk keperluan sedekah ataupun infaq. Hal ini sudah sesuai dengan dalil yang telah disebutkan sebelumnya. d. Seseorang yang telah meninggal dia tidak meninggalkan ahli waris seorang bapak dan anak. Namun memiliki saudara perempuan seibu dan seorang ibu, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: Penyebut: 6 Tabel 5. 26 Bagian Seorang Saudara Perempuan Seibu dan Ibu Ahli Waris Bagian (Pembilang) Saudara Perempuan 1
Muhammad Dzulfaqori Jatnika | 143 Seibu Ibu 2 Sisa 3 Berdasarkan perhitungan di atas menunjukkan bahwa Ibu akan mendapatkan harta, sedangkan Saudara Perempuan Seibu akan mendapatkan harta. Namun, masih terdapat sisa sebanyak harta yang dapat digunakan untuk keperluan sedekah ataupun infaq. Hal ini sudah sesuai dengan dalil yang telah disebutkan sebelumnya. 12. Bagian Saudara Laki-Laki Dan Saudara Perempuan Seibu Lebih Dari Satu Orang Bagian ini akan merujuk pada dalil di bawah ini “Maka apabila saudara-saudara seibu tersebut lebih dari satu, mereka akan bersama-sama menerima bagian yang setara dengan sepertiga harta tersebut setelah pelaksanaan wasiat atau pelunasan hutang tanpa memberatkan pihak waris. Demikian itu adalah aturan yang telah ditetapkan oleh Allah, yang Maha Mengetahui dan Maha Penyantun.” (QS. An-Nisa Ayat 12). Sebagai contoh: a. Seseorang yang telah meninggal dia tidak meninggalkan ahli waris seorang bapak dan anak. Namun, memiliki saudara seibu lebih dari satu dan
144 | Matematika Ekonomi & Keuangan Syariah seorang suami, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: Penyebut: 6 Tabel 5. 27 Bagian Suami, Seorang Saudara Perempuan Seibu, dan Seorang Saudara Laki-Laki Seibu Ahli Waris Bagian (Pembilang) Suami 3 3 Saudara Perempuan Seibu 2 1 Saudara Laki-Laki Seibu 1 Sisa 1 1 Berdasarkan perhitungan di atas menunjukkan bahwa suami akan mendapatkan harta, sedangkan Saudara Seibu masing-masing akan mendapatkan harta dengan rincian Saudara LakiLaki Seibu mendapatkan harta dan Saudara Perempuan Seibu juga mendapatkan harta. Namun, masih terdapat sisa sebanyak harta yang dapat digunakan untuk keperluan sedekah ataupun infaq. Hal ini sudah sesuai dengan dalil yang telah disebutkan sebelumnya.
Muhammad Dzulfaqori Jatnika | 145 b. Seseorang yang telah meninggal dia tidak meninggalkan ahli waris seorang bapak dan anak. Namun, memiliki dua orang saudara laki-laki seibu, seorang saudara Perempuan seibu dan seorang istri, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: Penyebut: 3 x 12 = 36 Tabel 5. 28 Bagian Istri, Seorang Saudara Perempuan Seibu, dan Dua Orang Saudara LakiLaki Seibu Ahli Waris Bagian (Pembilang) Istri 3 9 9 Saudara Perempuan Seibu 4 12 4 Saudara Laki-Laki Seibu 4 Saudara Laki-Laki Seibu 4 Sisa 7 15 Berdasarkan perhitungan di atas menunjukkan bahwa Istri akan mendapatkan harta, sedangkan Saudara Seibu akan mendapatkan harta dengan rincian kedua Saudara Laki-Laki Seibu masing-
146 | Matematika Ekonomi & Keuangan Syariah masing mendapatkan harta dan Saudara Perempuan Seibu juga mendapatkan harta. Namun, masih terdapat sisa sebanyak harta yang dapat digunakan untuk keperluan sedekah ataupun infaq. Hal ini sudah sesuai dengan dalil yang telah disebutkan sebelumnya. c. Seseorang yang telah meninggal dia tidak meninggalkan ahli waris seorang bapak dan anak. Namun memiliki seorang saudara laki-laki seibu, dua orang saudara perempuan seibu, dan seorang ibu, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: Penyebut: 6 x 3 = 18 Tabel 5. 29 Bagian Ibu, Seorang Saudara Laki-Laki Seibu, dan Dua Orang Saudara Perempuan Seibu Ahli Waris Bagian (Pembilang) Ibu 1 3 3 Saudara Laki-Laki Seibu 2 6 2 Saudara Perempuan Seibu 2 Saudara Perempuan Seibu 2 Sisa 3 9
Muhammad Dzulfaqori Jatnika | 147 Berdasarkan perhitungan di atas menunjukkan bahwa Ibu akan mendapatkan harta, sedangkan Saudara-Saudara Seibu akan mendapatkan harta dengan rincian kedua Saudara Perempuan Seibu masing-masing mendapatkan harta dan Saudara Laki-Laki Seibu juga mendapatkan harta. Namun, masih terdapat sisa sebanyak harta yang dapat digunakan untuk keperluan sedekah ataupun infaq. Hal ini sudah sesuai dengan dalil yang telah disebutkan sebelumnya. 13. Warisan Kalalah Bagian ini akan merujuk pada dalil di bawah ini “Mereka mencari nasihat hukum (fatwa) darimu mengenai kalālah. Katakanlah, "Allah memberikan petunjuk hukum kepadamu tentang kalālah, yaitu ketika seseorang meninggal tanpa memiliki anak tetapi memiliki saudara perempuan, maka bagian saudara perempuannya adalah separuh dari harta yang ditinggalkannya.” (QS. An-Nisa Ayat 176). Sebagai contoh: a. Seseorang yang telah meninggal dia tidak meninggalkan ahli waris seorang bapak dan anak. Namun, memiliki saudara perempuan kandung, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: Penyebut: 2
148 | Matematika Ekonomi & Keuangan Syariah Tabel 5. 30 Bagian Seorang Saudara Perempuan Sekandung Ahli Waris Bagian (Pembilang) Saudara Perempuan Sekandung 1 Sisa 1 Berdasarkan perhitungan di atas menunjukkan bahwa Saudara Perempuan Kandung akan mendapatkan harta. Namun, masih terdapat sisa sebanyak harta yang dapat digunakan untuk keperluan sedekah ataupun infaq. Hal ini sudah sesuai dengan dalil yang telah disebutkan sebelumnya. b. Seseorang yang telah meninggal dia tidak meninggalkan ahli waris seorang bapak dan anak. Namun, memiliki saudara perempuan sebapak, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: Penyebut: 2 Tabel 5. 31 Bagian Seorang Saudara Perempuan Sebapak Ahli Waris Bagian (Pembilang) Saudara Perempuan Sebapak 1 Sisa 1
Muhammad Dzulfaqori Jatnika | 149 Berdasarkan perhitungan di atas menunjukkan bahwa Saudara Perempuan Sebapak akan mendapatkan harta. Namun, masih terdapat sisa sebanyak harta yang dapat digunakan untuk keperluan sedekah ataupun infaq. Hal ini sudah sesuai dengan dalil yang telah disebutkan sebelumnya. c. Seseorang yang telah meninggal dia tidak meninggalkan ahli waris seorang bapak dan anak. Namun memiliki saudara perempuan sekandung dan seorang istri, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: Penyebut: 4 Tabel 5. 32 Bagian Istri dan Seorang Saudara Perempuan Sekandung Ahli Waris Bagian (Pembilang) Istri 1 Saudara Perempuan Sekandung 2 Sisa 1 Berdasarkan perhitungan di atas menunjukkan bahwa Istri akan mendapatkan harta, sedangkan Saudara Perempuan Sekandung akan mendapatkan harta. Namun, masih terdapat sisa sebanyak harta yang dapat digunakan untuk keperluan
150 | Matematika Ekonomi & Keuangan Syariah sedekah ataupun infaq. Hal ini sudah sesuai dengan dalil yang telah disebutkan sebelumnya. d. Seseorang yang telah meninggal dia tidak meninggalkan ahli waris seorang bapak dan anak. Namun memiliki saudara perempuan sebapak dan seorang istri, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: Penyebut: 4 Tabel 5. 33 Bagian Seorang Saudara Perempuan Sebapak dan Istri Ahli Waris Bagian (Pembilang) Saudara Perempuan Sebapak 2 Istri 1 Sisa 1 Berdasarkan perhitungan di atas menunjukkan bahwa Istri akan mendapatkan harta, sedangkan Saudara Perempuan Sebapak akan mendapatkan harta. Namun, masih terdapat sisa sebanyak harta yang dapat digunakan untuk keperluan sedekah ataupun infaq. Hal ini sudah sesuai dengan dalil yang telah disebutkan sebelumnya.
Muhammad Dzulfaqori Jatnika | 151 14. Bagian Saudara Laki-Laki Sekandung Dan Saudara LakiLaki Sebapak Bagian ini akan merujuk pada dalil di bawah ini “Dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak.” (QS. An-Nisa Ayat 176). Sebagai contoh: a. Seseorang yang telah meninggal dia tidak meninggalkan ahli waris seorang bapak dan anak. Namun, memiliki seorang saudara laki-laki sekandung, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: Penyebut: 1 Tabel 5. 34 Bagian Seorang Saudara Laki-Laki Sekandung Ahli Waris Bagian (Pembilang) Saudara Laki-Laki Sekandung Berdasarkan perhitungan di atas menunjukkan bahwa Saudara Laki-Laki Sekandung akan mendapatkan seluruh harta warisan. Hal ini sudah sesuai dengan dalil yang telah disebutkan sebelumnya. b. Seseorang yang telah meninggal dia tidak meninggalkan ahli waris seorang bapak dan anak. Namun, memiliki seorang saudara laki-laki
152 | Matematika Ekonomi & Keuangan Syariah sebapak, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: Penyebut: 1 Tabel 5. 35 Bagian Seorang Saudara Laki-Laki Sebapak Ahli Waris Bagian (Pembilang) Saudara Laki-Laki Sebapak Berdasarkan perhitungan di atas menunjukkan bahwa Saudara Laki-Laki Sebapak akan mendapatkan seluruh harta warisan. Hal ini sudah sesuai dengan dalil yang telah disebutkan sebelumnya. c. Seseorang yang telah meninggal dia tidak meninggalkan ahli waris seorang bapak dan anak. Namun, memiliki dua orang saudara laki-laki sekandung, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: Penyebut: 2 Tabel 5. 36 Bagian Dua Orang Saudara Laki-Laki Sekandung Ahli Waris Bagian (Pembilang) Saudara Laki-Laki Sekandung Saudara Laki-Laki Sekandung
Muhammad Dzulfaqori Jatnika | 153 Berdasarkan perhitungan di atas menunjukkan bahwa kedua Saudara Laki-Laki Sekandung akan berbagi seluruh harta warisan. Masing-Masing Saudara Laki-Laki Sekandung akan mendapatkan harta. Hal ini sudah sesuai dengan dalil yang telah disebutkan sebelumnya. d. Seseorang yang telah meninggal dia tidak meninggalkan ahli waris seorang bapak dan anak. Namun, memiliki dua orang saudara laki-laki sebapak, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: Penyebut: 2 Tabel 5. 37 Bagian Dua Orang Saudara Laki-Laki Sebapak Ahli Waris Bagian (Pembilang) Saudara Laki-Laki Sebapak Saudara Laki-Laki Sebapak Berdasarkan perhitungan di atas menunjukkan bahwa kedua Saudara Laki-Laki Sebapak akan berbagi seluruh harta warisan. Masing-Masing Saudara Laki-Laki Sebapak akan mendapatkan harta. Hal ini sudah sesuai dengan dalil yang telah disebutkan sebelumnya. e. Seseorang yang telah meninggal dia tidak meninggalkan ahli waris seorang bapak dan anak. Namun, memiliki seorang saudara laki-laki
154 | Matematika Ekonomi & Keuangan Syariah sekandung dan seorang suami, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: Penyebut: 2 Tabel 5. 38 Bagian Seorang Saudara Laki-Laki Sekandung dan Suami Ahli Waris Bagian (Pembilang) Saudara Laki-Laki Sekandung Sisa Suami Berdasarkan perhitungan di atas menunjukkan bahwa Saudara Laki-Laki Sekandung akan berbagi seluruh harta warisan dengan Suami. MasingMasing Saudara Laki-Laki Sekandung dan Suami akan mendapatkan harta. Hal ini sudah sesuai dengan dalil yang telah disebutkan sebelumnya. f. Seseorang yang telah meninggal dia tidak meninggalkan ahli waris seorang bapak dan anak. Namun, memiliki seorang saudara laki-laki sebapak dan seorang suami, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: Penyebut: 2 Tabel 5. 39 Bagian Seorang Saudara Laki-Laki Sebapak dan Suami Ahli Waris Bagian (Pembilang) Saudara Laki-Laki Sebapak Sisa Suami
Muhammad Dzulfaqori Jatnika | 155 Berdasarkan perhitungan di atas menunjukkan bahwa Saudara Laki-Laki Sebapak akan berbagi seluruh harta warisan dengan Suami. Masing-Masing Saudara Laki-Laki Sebapak dan Suami akan mendapatkan harta. Hal ini sudah sesuai dengan dalil yang telah disebutkan sebelumnya. 15. Bagian Saudara Perempuan Sekandung Dan Saudara Perempuan Sebapak Bagian ini akan merujuk pada dalil di bawah ini “Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan.” (QS. An-Nisa Ayat 176). Sebagai contoh: a. Seseorang yang telah meninggal dia tidak meninggalkan ahli waris seorang bapak dan anak. Namun, memiliki dua orang saudara perempuan sekandung, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: Penyebut: 3 Tabel 5. 40 Bagian Dua Orang Saudara Perempuan Sekandung Ahli Waris Bagian (Pembilang) Saudara Perempuan Sekandung 2 1 Saudara Perempuan 1
156 | Matematika Ekonomi & Keuangan Syariah Sekandung Sisa 1 Berdasarkan perhitungan di atas menunjukkan bahwa kedua Saudara Perempuan Sekandung akan berbagi seluruh harta warisan. Masing-Masing Saudara Perempuan Sekandung akan mendapatkan harta. Namun, masih tersisa sebanyak harta yang dapat digunakan untuk keperluan sedekah ataupun infaq. Hal ini sudah sesuai dengan dalil yang telah disebutkan sebelumnya. b. Seseorang yang telah meninggal dia tidak meninggalkan ahli waris seorang bapak dan anak. Namun, memiliki dua orang saudara perempuan sebapak, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: Penyebut: 3 Tabel 5. 41 Bagian Dua Orang Saudara Perempuan Sebapak Ahli Waris Bagian (Pembilang) Saudara Perempuan Sebapak 2 1 Saudara Perempuan Sebapak 1 Sisa 1
Muhammad Dzulfaqori Jatnika | 157 Berdasarkan perhitungan di atas menunjukkan bahwa kedua Saudara Perempuan Sebapak akan berbagi seluruh harta warisan. Masing-Masing Saudara Perempuan Sebapak akan mendapatkan harta. Namun, masih tersisa sebanyak harta yang dapat digunakan untuk keperluan sedekah ataupun infaq. Hal ini sudah sesuai dengan dalil yang telah disebutkan sebelumnya. c. Seseorang yang telah meninggal dia tidak meninggalkan ahli waris seorang bapak dan anak. Namun, memiliki empat orang saudara perempuan sekandung dan istri, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: Penyebut: 12 Tabel 5. 42 Bagian Empat Orang Saudara Perempuan Sekandung dan Istri Ahli Waris Bagian (Pembilang) Saudara Perempuan Sekandung 8 2 Saudara Perempuan Sekandung 2 Saudara Perempuan Sekandung 2 Saudara Perempuan Sekandung 2
158 | Matematika Ekonomi & Keuangan Syariah Istri 3 3 Sisa 1 Berdasarkan perhitungan di atas menunjukkan bahwa keempat Saudara Perempuan Sekandung akan berbagi seluruh harta warisan dengan istri. Masing-Masing Saudara Perempuan Sekandung akan mendapatkan harta, sedangkan istri akan mendapatkan harta. Namun, masih tersisa sebanyak harta yang dapat digunakan untuk keperluan sedekah ataupun infaq. Hal ini sudah sesuai dengan dalil yang telah disebutkan sebelumnya. d. Seseorang yang telah meninggal dia tidak meninggalkan ahli waris seorang bapak dan anak. Namun, memiliki empat orang saudara perempuan sebapak dan istri, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: Penyebut: 12 Tabel 5. 43 Bagian Empat Orang Saudara Perempuan Sebapak dan Istri Ahli Waris Bagian (Pembilang) Saudara Perempuan Sebapak 8 2 Saudara Perempuan 2
Muhammad Dzulfaqori Jatnika | 159 Sebapak Saudara Perempuan Sebapak 2 Saudara Perempuan Sebapak 2 Istri 3 3 Sisa 1 Berdasarkan perhitungan di atas menunjukkan bahwa keempat Saudara Perempuan Sebapak akan berbagi seluruh harta warisan dengan istri. MasingMasing Saudara Perempuan Sebapak akan mendapatkan harta, sedangkan istri akan mendapatkan harta. Namun, masih tersisa sebanyak harta yang dapat digunakan untuk keperluan sedekah ataupun infaq. Hal ini sudah sesuai dengan dalil yang telah disebutkan sebelumnya. 16. Bagian Saudara Laki-Laki Dan Perempuan Sekandung Dan Saudara Laki-Laki Dan Perempuan Sebapak Bagian ini akan merujuk pada dalil di bawah ini “Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudari perempuan. Allah menerangkan (hukum ini)
160 | Matematika Ekonomi & Keuangan Syariah kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nisa Ayat 176). Sebagai contoh: a. Seseorang yang telah meninggal dia tidak meninggalkan ahli waris seorang bapak dan anak. Namun, memiliki seorang saudara laki-laki sekandung dan seorang saudara perempuan sekandung, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: Penyebut: 3 Tabel 5. 44 Bagian Seorang Saudara Laki-Laki Sekandung dan Saudara Perempuan Sekandung Ahli Waris Bagian (Pembilang) Saudara Laki-Laki Sekandung 2 Saudara Perempuan Sekandung 1 Berdasarkan perhitungan di atas menunjukkan bahwa Saudara Laki-Laki Sekandung akan berbagi seluruh harta warisan dengan Saudara Perempuan Sekandung. Namun, bagiannya tidak sama karena Saudara Laki-Laki Sekandung akan mendapatkan bagian harta, sedangkan Saudara Perempuan Sekandung akan menerima bagian harta. Hal ini sudah sesuai dengan dalil yang telah disebutkan sebelumnya.
Muhammad Dzulfaqori Jatnika | 161 b. Seseorang yang telah meninggal dia tidak meninggalkan ahli waris seorang bapak dan anak. Namun, memiliki seorang saudara laki-laki sebapak dan seorang saudara perempuan sebapak, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: Penyebut: 3 Tabel 5. 45 Bagian Seorang Saudara Laki-Laki Sebapak dan Seorang Saudara Perempuan Sebapak Ahli Waris Bagian (Pembilang) Saudara LakiLaki Sebapak 2 Saudara Perempuan Sebapak 1 Berdasarkan perhitungan di atas menunjukkan bahwa Saudara Laki-Laki Sebapak akan berbagi seluruh harta warisan dengan Saudara Perempuan Sebapak. Namun, bagiannya tidak sama karena Saudara Laki-Laki Sebapak akan mendapatkan bagian harta, sedangkan Saudara Perempuan Sebapak akan menerima bagian harta. Hal ini sudah sesuai dengan dalil yang telah disebutkan sebelumnya. c. Seseorang yang telah meninggal dia tidak meninggalkan ahli waris seorang bapak dan anak. Namun memiliki seorang saudara laki-laki sekandung, seorang saudara perempuan
162 | Matematika Ekonomi & Keuangan Syariah sekandung dan seorang istri, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: Penyebut: 4 Tabel 5. 46 Bagian Seorang Laki-Laki Sekandung, Seorang Saudara Perempuan Sekandung, dan Istri Ahli Waris Bagian (Pembilang) Saudara LakiLaki Sekandung Sisa 3 2 Saudara Perempuan Sekandung 1 Istri 1 1 Berdasarkan perhitungan di atas menunjukkan bahwa Istri akan mendapatkan harta, sedangkan Saudara Sekandung akan mendapatkan harta dengan rincian Saudara Laki-Laki Sekandung akan mendapatkan harta dan Saudara Perempuan Sekandung mendapatkan harta. Hal ini sudah sesuai dengan dalil yang telah disebutkan sebelumnya. d. Seseorang yang telah meninggal dia tidak meninggalkan ahli waris seorang bapak dan anak. Namun memiliki seorang saudara laki-laki sebapak, seorang saudara perempuan sebapak dan seorang istri, maka perhitungannya adalah sebagai berikut:
Muhammad Dzulfaqori Jatnika | 163 Penyebut: 4 Tabel 5. 47 Bagian Seorang Saudara Laki-Laki Sebapak, Seorang Saudara Perempuan, dan Istri Ahli Waris Bagian (Pembilang) Saudara LakiLaki Sebapak Sisa 3 2 Saudara Perempuan Sebapak 1 Istri 1 1 Berdasarkan perhitungan di atas menunjukkan bahwa Istri akan mendapatkan harta, sedangkan Saudara Sebapak akan mendapatkan harta dengan rincian Saudara Laki-Laki Sebapak akan mendapatkan harta dan Saudara Perempuan Sebapak mendapatkan harta. Hal ini sudah sesuai dengan dalil yang telah disebutkan sebelumnya. e. Seseorang yang telah meninggal dia tidak meninggalkan ahli waris seorang bapak dan anak. Namun memiliki dua orang saudara laki-laki sekandung, tiga orang saudara perempuan sekandung dan seorang istri, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: Penyebut: 4 x 7 = 28
164 | Matematika Ekonomi & Keuangan Syariah Tabel 5. 48 Bagian Istri, Dua Orang Saudara Perempuan Sekandung, dan Dua Orang Saudara Laki-Laki Sekandung Ahli Waris Bagian (Pembilan) Istri 1 7 7 Saudara Perempuan Sekandung Sisa 3 21 3 Saudara Perempuan Sekandung 3 Saudara Perempuan Sekandung 3 Saudara Laki-Laki Sekandung 6 Saudara Laki-Laki Sekandung 6 Berdasarkan perhitungan di atas menunjukkan bahwa Istri akan mendapatkan harta, sedangkan Saudara Sekandung akan mendapatkan harta dengan rincian Saudara Laki-Laki Sekandung masing masing akan mendapatkan harta dan Saudara Perempuan Sekandung masing-masing
Muhammad Dzulfaqori Jatnika | 165 akan mendapatkan harta. Hal ini sudah sesuai dengan dalil yang telah disebutkan sebelumnya. f. Seseorang yang telah meninggal dia tidak meninggalkan ahli waris seorang bapak dan anak. Namun memiliki dua orang saudara laki-laki sebapak, tiga orang saudara perempuan sebapak dan seorang istri, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: Penyebut: 4 x 7 = 28 Tabel 5. 49 Bagian Istri, Tiga Orang Saudara Perempuan Sebapak, dan Dua Orang Saudara LakiLaki Sebapak Ahli Waris Bagian (Pembilan) Istri 1 7 7 Saudara Perempuan Sebapak Sisa 3 21 3 Saudara Perempuan Sebapak 3 Saudara Perempuan Sebapak 3 Saudara LakiLaki Sebapak 6 Saudara LakiLaki Sebapak 6
166 | Matematika Ekonomi & Keuangan Syariah Berdasarkan perhitungan di atas menunjukkan bahwa Istri akan mendapatkan harta, sedangkan Saudara Sebapak akan mendapatkan harta dengan rincian Saudara Laki-Laki Sebapak masing masing akan mendapatkan harta dan Saudara Perempuan Sebapak masing-masing akan mendapatkan harta. Hal ini sudah sesuai dengan dalil yang telah disebutkan sebelumnya. g. Seseorang yang telah meninggal dia tidak meninggalkan ahli waris seorang bapak dan anak. Namun memiliki dua orang saudara laki-laki sekandung, seorang saudara perempuan sekandung, dan seorang istri, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: Penyebut: 4 x 5 = 20 Tabel 5. 50 Bagian Istri, Seorang Saudara Perempuan Sekandung, dan Dua Orang Saudara Laki-Laki Sekandung Ahli Waris Bagian (Pembilan) Istri 1 5 5 Saudara Perempuan Sekandung Sisa 3 15 3 Saudara LakiLaki Sekandung 6 Saudara LakiLaki Sekandung 6
Muhammad Dzulfaqori Jatnika | 167 Berdasarkan perhitungan di atas menunjukkan bahwa Istri akan mendapatkan harta, sedangkan Saudara Sekandung akan mendapatkan harta dengan rincian Saudara Laki-Laki Sekandung masing masing akan mendapatkan harta dan Saudara Perempuan Sekandung akan mendapatkan harta. Hal ini sudah sesuai dengan dalil yang telah disebutkan sebelumnya. h. Seseorang yang telah meninggal dia tidak meninggalkan ahli waris seorang bapak dan anak. Namun memiliki dua orang saudara laki-laki sebapak, seorang saudara perempuan sebapak, dan seorang istri, maka perhitungannya adalah sebagai berikut: Penyebut: 4 x 5 = 20 Tabel 5. 51 Bagian Istri, Seorang Saudara Perempuan Sebapak, dan Dua Orang Saudara LakiLaki Sebapak Ahli Waris Bagian (Pembilan) Istri 1 5 5 Saudara Perempuan Sebapak Sisa 3 15 3 Saudara LakiLaki Sebapak 6 Saudara LakiLaki Sebapak 6
168 | Matematika Ekonomi & Keuangan Syariah Berdasarkan perhitungan di atas menunjukkan bahwa Istri akan mendapatkan harta, sedangkan Saudara Sebapak akan mendapatkan harta dengan rincian Saudara Laki-Laki Sebapak masing masing akan mendapatkan harta dan Saudara Perempuan Sebapak akan mendapatkan harta. Hal ini sudah sesuai dengan dalil yang telah disebutkan sebelumnya.
Muhammad Dzulfaqori Jatnika | 169 1. Seseorang yang telah meninggal dia meninggalkan ahli waris seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan, maka hitunglah: a. Berapa bagian anak laki-laki dan perempuan b. Apabila jumlah harta warisan yang dibagikan adalah Rp 1.000.000.000, maka berapa bagian anak laki-laki dan anak perempuan? 2. Seseorang yang telah meninggal dia meninggalkan ahli waris seorang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan, maka hitunglah: a. Berapa bagian anak laki-laki dan perempuan? b. Apabila jumlah harta warisan yang dibagikan adalah Rp 5.000.000.000, maka berapa bagian anak laki-laki dan dua orang anak perempuan? 3. Seseorang yang telah meninggal dia meninggalkan ahli waris seorang suami, seorang anak laki-laki, dan seorang anak perempuan, maka hitunglah: a. Berapa bagian suami, anak laki-laki, dan perempuan? b. Apabila jumlah harta warisan yang dibagikan adalah Rp 2.000.000.000, maka berapa bagian suami, anak lakilaki, dan seorang anak perempuan? 4. Seseorang yang telah meninggal dia meninggalkan ahli waris seorang istri, seorang anak laki-laki, dan seorang anak perempuan, maka hitunglah: a. Berapa bagian istri, anak laki-laki, dan perempuan?
170 | Matematika Ekonomi & Keuangan Syariah b. Apabila jumlah harta warisan yang dibagikan adalah Rp 4.000.000.000, maka berapa bagian istri, anak laki-laki, dan seorang anak perempuan? 5. Seseorang yang telah meninggal dia tidak meninggalkan ahli waris seorang bapak dan anak. Namun, memiliki seorang saudara laki-laki sekandung, maka hitunglah: a. Berapa bagian saudara laki-laki sekandung? b. Apabila jumlah harta warisan yang dibagikan adalah Rp 10.000.000.000, maka berapa bagian saudara laki-laki sekandung?
Muhammad Dzulfaqori Jatnika | 171
172 | Matematika Ekonomi & Keuangan Syariah ab ini menggambarkan esensi dari manajemen aset dan liabilitas dalam konteks Bank Syariah, yang menjadi fondasi utama untuk mencapai keberlanjutan, kepatuhan syariah, dan keberhasilan operasional. Dalam dunia perbankan syariah yang berkembang pesat, pengelolaan aset dan liabilitas bukan hanya sekadar praktek keuangan, melainkan juga implementasi prinsip-prinsip etika dan moral Islam. Bab ini dirancang untuk memberikan wawasan mendalam mengenai konsep-konsep dasar, strategi terbaik, dan peran krusial manajemen aset dan liabilitas dalam mendukung misi perbankan syariah. Dalam pandangan pertama, bab ini memperkenalkan latar belakang dan keunikan Bank Syariah sebagai lembaga keuangan yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Konteks ini memberikan landasan untuk memahami pentingnya pengelolaan aset dan liabilitas dalam mencapai tujuan perbankan syariah, yang tidak hanya berfokus pada profitabilitas, tetapi juga pada keadilan dan kepatuhan hukum Islam. Sub bab berikutnya mendalami konsep aset dan liabilitas dalam Bank Syariah, menyoroti perbedaan dan persamaan dengan perbankan konvensional. Aset dalam konteks ini bukan hanya sebatas instrumen keuangan, tetapi mencakup keberlanjutan ekonomi dan keuangan yang selaras dengan prinsip keadilan Islam. Liabilitas, di sisi lain, mencakup kewajiban keuangan yang memerlukan pengelolaan yang B
Muhammad Dzulfaqori Jatnika | 173 cermat untuk memastikan kepatuhan syariah dan kepercayaan nasabah. Penutup bab ini akan merangkum pentingnya memahami dan menerapkan manajemen aset dan liabilitas dalam konteks Bank Syariah. Dengan dasar yang kuat, pembaca diharapkan dapat memahami kompleksitas dan relevansi manajemen aset dan liabilitas dalam mendukung perbankan syariah yang berkelanjutan dan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. 1. Pengertian Bank Syariah Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah atau hukum Islam. Dibandingkan dengan bank konvensional yang beroperasi dengan transaksi berbasis bunga, Bank Syariah mengikuti prinsip-prinsip keuangan Islam yang melarang pembayaran atau penerimaan bunga (riba) serta mendorong investasi yang etis dan bertanggung jawab sosial. Bank Syariah tidak hanya menghindari praktik bunga, tetapi juga menerapkan pendekatan berbagi keuntungan dan kerugian, di mana nasabah dan bank berbagi hasil usaha atau investasi secara adil. Prinsip ini tercermin dalam konsep Mudarabah dan Musharakah, yang menunjukkan kemitraan dan pembagian keuntungan antara bank dan nasabah. Selain itu, bank Syariah juga menekankan transaksi berbasis aset, memastikan bahwa setiap transaksi keuangan didukung oleh aset nyata. Hal ini berbeda dengan praktik perbankan konvensional yang sering kali didasarkan pada janji pembayaran di masa depan.
174 | Matematika Ekonomi & Keuangan Syariah Pembiayaan berdasarkan aset, seperti konsep Murabahah (pembiayaan berdasarkan harga pokok ditambah keuntungan), menjadi umum dalam operasi bank Syariah. Prinsip ini membantu memastikan bahwa setiap transaksi keuangan terkait dengan keberlanjutan dan nilai-nilai Islam. Bank Syariah juga berkomitmen untuk menghindari investasi dalam kegiatan yang dianggap haram dalam Islam, seperti perjudian, minuman beralkohol, dan industri daging babi. Dengan demikian, bank Syariah tidak hanya menyediakan layanan keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, tetapi juga mempromosikan investasi yang sesuai dengan nilainilai etis dan moral Islam. Keseluruhan, bank Syariah menyediakan alternatif yang konsisten dengan ajaran agama Islam dalam dunia keuangan global. 2. Fungsi Bank Syariah Bank Syariah memiliki beberapa fungsi utama yang mencakup prinsip-prinsip ekonomi Islam dan memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai dengan ajaran agama Islam. Berikut adalah beberapa fungsi utama Bank Syariah: 1. Penyediaan Layanan Keuangan Tanpa Bunga (Riba), Salah satu fungsi utama Bank Syariah adalah menyediakan layanan keuangan tanpa menggunakan sistem bunga. Bank ini menggunakan prinsip bagi hasil (mudarabah dan musharakah) dan pembiayaan berbasis keuntungan (murabahah) untuk menggantikan
Muhammad Dzulfaqori Jatnika | 175 konsep bunga yang dianggap tidak sesuai dengan hukum Islam. 2. Fasilitator Transaksi, Bank Syariah berperan sebagai fasilitator transaksi dana zakat, wakaf, infaq, sedekah, dan lain-lain. 3. Promosi Investasi Etis, Bank Syariah mendorong investasi yang sesuai dengan prinsip-prinsip etis Islam. Mereka tidak terlibat dalam sektor-sektor yang dianggap haram, seperti perjudian, alkohol, atau industri daging babi. Sebaliknya, mereka mendukung investasi yang mempromosikan keberlanjutan dan keadilan sosial. 4. Edukasi Keuangan Islam, Selain menyediakan layanan keuangan, Bank Syariah juga berfungsi sebagai agen pendidikan keuangan Islam. Mereka memberikan edukasi kepada masyarakat tentang prinsip-prinsip keuangan Islam, serta memberikan pemahaman yang lebih baik tentang cara menggunakan layanan keuangan syariah. 1. Asset Aset adalah semua sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan yang memiliki nilai ekonomi dan dapat memberikan manfaat atau keuntungan di masa depan. Asset sendiri gabungan dari liabilitas dan ekuitas, sehingga memunculkan persamaan sebagai berikut: Asset = Liabilitas + Ekuitas
176 | Matematika Ekonomi & Keuangan Syariah Terdapat tiga macam kriteria asset sebagai berikut (Achmad & Sulastiningsih, 2009): a. Current Asset = Aset Lancar Aset yang diharapkan akan diubah menjadi uang atau digunakan dalam operasi perusahaan dalam waktu satu tahun atau kurang. Contoh: Kas, piutang usaha, persediaan barang dagang. b. Fixed Asset = Aset Tetap/Tidak Lancar Aset jangka panjang yang digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak diharapkan dijual dalam waktu singkat. Contoh: Tanah, bangunan, peralatan, mesin. c. Intangible Asset = Aset Tidak Berwujud Aset yang tidak memiliki bentuk fisik tetapi memiliki nilai ekonomi, seperti hak kekayaan intelektual. Contoh: Merek dagang, paten, hak cipta, lisensi. 2. Liabilitas (Kewajiban) Liabilitas adalah kewajiban atau tanggung jawab finansial suatu entitas. Ini mencakup semua utang atau kewajiban yang harus dilunasi atau dipenuhi oleh perusahaan atau individu dalam jangka waktu tertentu. Liabilitas dapat dibagi menjadi beberapa kategori utama: a. Liabilitas Lancar (Current Liabilities): Kewajiban yang diharapkan akan diselesaikan atau dibayar dalam jangka waktu satu tahun atau kurang.
Muhammad Dzulfaqori Jatnika | 177 Contoh: Utang usaha, utang dagang, beban gaji yang belum dibayar, pajak yang masih harus dibayar. b. Liabilitas Jangka Panjang (Long-Term Liabilities): Kewajiban yang diharapkan akan diselesaikan atau dibayar dalam jangka waktu lebih dari satu tahun. Contoh: Utang obligasi jangka panjang, hipotek, kredit jangka panjang. c. Liabilitas Modal Sendiri (Owner's Equity): Pada dasarnya merupakan kewajiban terhadap pemilik perusahaan. Ini mencakup investasi pemilik dan laba ditahan. Contoh: Modal saham, laba ditahan. d. Liabilitas Kontinjensi: Kewajiban yang mungkin timbul sebagai hasil dari peristiwa di masa depan, seperti gugatan hukum yang tertunda. Contoh: Gugatan hukum yang tertunda, garansi produk. e. Liabilitas Pajak Tangguhan: Kewajiban pajak yang akan dibayar di masa depan sebagai akibat dari perbedaan antara nilai buku dan nilai pajak aset atau kewajiban. Contoh: Pajak tangguhan atas keuntungan yang belum direalisasi. Penting untuk memahami struktur liabilitas suatu entitas karena ini memainkan peran penting dalam menilai risiko keuangan dan kelayakan bisnis. Analisis liabilitas bersama-sama dengan analisis aset membantu pihak terkait, termasuk investor, kreditur, dan manajemen, dalam memahami kesehatan keuangan suatu entitas.
178 | Matematika Ekonomi & Keuangan Syariah 3. Modal (Ekuitas) Modal adalah sumber daya finansial yang dimiliki oleh suatu entitas, seperti perusahaan atau individu. Modal menggambarkan sejauh mana entitas tersebut memiliki kemampuan untuk membiayai operasionalnya, menutupi kewajiban, dan menanggung risiko. Ada beberapa bentuk modal yang umumnya diidentifikasi: a. Modal Sendiri (Equity): Modal yang dimiliki oleh pemilik atau pemegang saham suatu perusahaan. Ini mencakup investasi awal pemilik dan akumulasi laba yang belum dibagi (labalah ditahan). b. Modal Asing (Debt): Modal yang dipinjam oleh perusahaan dalam bentuk utang. Ini termasuk pinjaman bank, obligasi, dan bentuk utang lainnya. c. Modal Campuran (Hybrid Capital): Bentuk modal yang merupakan kombinasi antara modal sendiri dan modal asing. Contohnya adalah instrumen keuangan seperti saham preferen yang memiliki karakteristik utang dan ekuitas. d. Modal Operasional (Operating Capital): Modal yang digunakan untuk mendukung operasional sehari-hari suatu perusahaan. Ini mencakup kas, piutang usaha, persediaan, dan kewajiban lancar. e. Modal Ventura (Venture Capital):
Muhammad Dzulfaqori Jatnika | 179 Modal yang disediakan oleh investor modal ventura kepada perusahaan-perusahaan yang sedang berkembang atau startup sebagai bentuk investasi. Modal memberikan dasar finansial untuk mengoperasikan bisnis dan melakukan investasi. Pemilik modal memiliki klaim terhadap aset dan pendapatan perusahaan, tetapi mereka juga bertanggung jawab atas risiko kegagalan. Penting untuk memahami struktur modal suatu entitas karena hal ini dapat memengaruhi kelayakan keuangan, peringkat kredit, dan strategi pertumbuhan perusahaan. Mari kita lihat contoh sederhana mengenai bagaimana matematika diterapkan pada aset dan liabilitas bank: Perhitungan Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio/CAR): Rasio kecukupan modal adalah salah satu cara untuk mengukur kemampuan bank untuk menutupi risiko-risiko yang mungkin timbul. Rasio ini dihitung dengan membandingkan modal inti (modal sendiri) bank dengan total aset dan risiko tertentu. Rumusnya adalah: CAR = ( ) x 100% Contoh Soal: Diketahui:
180 | Matematika Ekonomi & Keuangan Syariah Modal Inti (Equity): 50 juta Total Aset: 500 juta Risiko tertentu: 20 juta Ditanya: CAR? CAR = ( ) x 100% Dalam contoh ini, rasio kecukupan modal adalah sekitar 9.09%, yang berarti bank memiliki modal yang cukup untuk menutupi sekitar 9.09% dari total asetnya dan risiko tertentu. Perhitungan Bunga pada Pinjaman: Bank memberikan pinjaman dengan bunga. Misalkan suku bunga tahunan adalah 5% dan jumlah pinjaman adalah $1,000,000. Bunga tahunan (B) dapat dihitung menggunakan rumus berikut: B = ( ) Contoh Soal Diketahui: Pinjaman: 1,000,000 Suku Bunga: 5% Ditanya: Bunga Tahunan yang harus dibayar?
Muhammad Dzulfaqori Jatnika | 181 B = ( ) Dalam contoh ini, bunga tahunan yang harus dibayar oleh peminjam kepada bank adalah 50,000. Perhitungan Rasio Likuiditas: Rasio likuiditas mengukur kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban finansialnya. Salah satu rasio likuiditas yang umum digunakan adalah rasio lancar, yang dihitung dengan membandingkan aset lancar dengan liabilitas lancar. Rasio Lancar = ( ) Contoh Soal: Diketahui: Aset Lancar: 300 juta Liabilitas Lancar: 200 juta Ditanya: Rasio Lancar? Rasio Lancar = ( ) Dalam contoh ini, rasio lancar adalah 1.5, yang berarti bank memiliki aset lancar sebesar 1.5 kali dari
182 | Matematika Ekonomi & Keuangan Syariah liabilitas lancar, menunjukkan tingkat likuiditas yang baik. Perhitungan-perhitungan ini memberikan gambaran bagaimana matematika digunakan dalam konteks aset dan liabilitas bank untuk mengukur kinerja keuangan, risiko, dan likuiditas. Perbedaan antara aset dan liabilitas dalam konteks Bank Syariah dan konvensional umumnya mencerminkan perbedaan dalam prinsip-prinsip operasional dan kontrak keuangan yang mereka terapkan. Berikut adalah beberapa perbedaan utama: Bank Syariah: 1. Prinsip Bagi Hasil (Mudharabah dan Musyarakah): Bank Syariah cenderung menggunakan prinsip bagi hasil dalam pembiayaan dan investasi. Dalam transaksi Mudharabah, bank dan nasabah berbagi keuntungan atau kerugian dari suatu proyek. Dalam Musyarakah, kemitraan antara bank dan nasabah dibentuk untuk mencapai tujuan bersama. 2. Aset Berbasis Amanah: Aset Bank Syariah umumnya berbasis pada prinsip keamanan dan amanah. Bank bertanggung jawab untuk mengelola aset nasabah dengan itikad baik dan dengan tujuan menciptakan nilai tambah secara etis. 3. Pembiayaan Berbasis Kepemilikan Bersama: Pembiayaan yang diberikan oleh Bank Syariah dapat
Muhammad Dzulfaqori Jatnika | 183 mencakup prinsip kepemilikan bersama, seperti ijarah (leasing) dan murabahah (pembiayaan berdasarkan harga pokok ditambah keuntungan). Dalam ijarah, bank memiliki aset dan menyewakannya kepada nasabah, sementara dalam murabahah, bank membeli aset dan menjualkannya kepada nasabah dengan keuntungan yang telah ditetapkan. Bank Konvensional: 1. Sistem Bunga (Riba): Bank konvensional umumnya menggunakan sistem bunga (riba) dalam transaksi keuangan. Bunga menjadi komponen utama dalam pembiayaan dan investasi, dan bank mendapatkan keuntungan dari selisih bunga. 2. Aset dan Liabilitas Berbasis Bunga: Aset dan liabilitas bank konvensional seringkali terkait erat dengan instrumen bunga, seperti pinjaman dengan bunga dan obligasi bunga. Bank ini mendapatkan keuntungan dari selisih bunga antara aset (pemberian pinjaman) dan liabilitas (penarikan dana nasabah). 3. Pembiayaan Berbasis Utang: Pembiayaan yang diberikan oleh bank konvensional cenderung bersifat utang, di mana nasabah membayar bunga atas pinjaman yang diterima. Transaksi seperti ini tidak melibatkan pembagian keuntungan atau kerugian antara bank dan nasabah. Dengan demikian, perbedaan antara Bank Syariah dan bank konvensional terutama terletak pada prinsip-prinsip operasional, jenis kontrak keuangan yang digunakan, dan pendekatan dalam membagi keuntungan atau kerugian. Bank Syariah lebih menekankan pada prinsip keadilan dan
184 | Matematika Ekonomi & Keuangan Syariah berbagi risiko, sementara bank konvensional cenderung menggunakan sistem bunga untuk menciptakan keuntungan. Memahami dan menerapkan manajemen aset dan liabilitas sangat penting, terutama dalam konteks lembaga keuangan seperti bank, baik itu bank syariah maupun konvensional. Berikut adalah beberapa urgensi dari pemahaman dan penerapan manajemen aset dan liabilitas: 1. Pengelolaan Risiko Keuangan: Manajemen aset dan liabilitas membantu lembaga keuangan mengidentifikasi, mengukur, dan mengelola risiko keuangan. Ini mencakup risiko likuiditas, suku bunga, kredit, dan operasional yang terkait dengan aset dan liabilitas. 2. Pemeliharaan Likuiditas: Pemahaman yang baik tentang aset dan liabilitas memungkinkan lembaga keuangan untuk mengelola kecukupan likuiditasnya. Ini sangat penting untuk memastikan bahwa lembaga dapat memenuhi kewajiban pembayaran pada waktu yang diinginkan. 3. Optimalisasi Profitabilitas: Manajemen aset dan liabilitas membantu lembaga keuangan untuk memilih kombinasi aset yang menguntungkan dan meminimalkan biaya liabilitas. Ini dapat meningkatkan profitabilitas lembaga.
Muhammad Dzulfaqori Jatnika | 185 4. Kepatuhan Regulasi: Pemahaman dan penerapan manajemen aset dan liabilitas membantu lembaga keuangan untuk mematuhi peraturan keuangan dan perundang-undangan yang berlaku. Ini mencakup persyaratan likuiditas dan ketahanan terhadap perubahan pasar. 5. Keseimbangan Portofolio: Manajemen aset dan liabilitas membantu lembaga keuangan untuk mencapai keseimbangan yang tepat dalam portofolio mereka, menghindari konsentrasi risiko yang berlebihan pada satu jenis aset atau liabilitas. 6. Keberlanjutan Lembaga Keuangan: Manajemen aset dan liabilitas memainkan peran kunci dalam menjaga stabilitas lembaga keuangan. Dengan merinci dan mengelola aset dan liabilitas dengan baik, lembaga dapat membangun fondasi yang kuat untuk kelangsungan operasional jangka panjang. Pemahaman dan penerapan manajemen aset dan liabilitas bukan hanya relevan untuk lembaga keuangan, tetapi juga bagi perusahaan dan organisasi lain yang terlibat dalam aktivitas keuangan. Ini membantu memastikan pengelolaan risiko yang efektif, likuiditas yang memadai, dan keselarasan antara aset dan liabilitas dengan tujuan perusahaan atau lembaga.
186 | Matematika Ekonomi & Keuangan Syariah 1. Sebuah bank memiliki modal inti sebesar $80 juta, total aset sebesar $750 juta, dan risiko tertentu sebesar $30 juta. Hitunglah rasio kecukupan modal (CAR) bank tersebut. 2. Perhitungan Bunga pada PinjamanSeorang nasabah meminjam $500,000 dari sebuah bank dengan suku bunga tahunan sebesar 4%. Berapa total bunga yang harus dibayarkan oleh nasabah setelah satu tahun? 3. Sebuah bank memiliki aset lancar sebesar $400 juta dan liabilitas lancar sebesar $300 juta. Hitunglah rasio likuiditas (rasio lancar) bank tersebut.
Muhammad Dzulfaqori Jatnika | 187
188 | Matematika Ekonomi & Keuangan Syariah ab ini memperkenalkan tiga konsep utama dalam hukum Islam yang berkaitan dengan transaksi keuangan, yaitu Qard (pinjaman), Wadiah (penitipan amanah), dan Jual Beli. Konsep-konsep ini tidak hanya memiliki implikasi ekonomi, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai etika dan keadilan yang menjadi landasan dalam ajaran Islam terkait dengan keuangan dan bisnis. Pemahaman mendalam terhadap Qard, Wadiah, dan Jual Beli menjadi esensial dalam menjalankan aktivitas keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Pertama, Qard adalah prinsip pinjaman dalam Islam yang ditekankan pada keikhlasan dan tujuan kebajikan. Bab ini akan menguraikan prinsip-prinsip Qard, memaparkan bagaimana memberikan pinjaman dengan niat murni tanpa meminta tambahan bunga, serta memberikan panduan praktis untuk menerapkan konsep ini dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, konsep Wadiah, yang merujuk pada penitipan amanah, menggarisbawahi keamanan dan kepercayaan dalam transaksi. Bab ini akan membahas cara melaksanakan penitipan amanah dengan etika Islam, menyoroti hak dan kewajiban pihak-pihak yang terlibat, serta menjelaskan bagaimana mencegah penyalahgunaan dalam konteks Wadiah. Melalui pemahaman mendalam tentang Qard, Wadiah, dan Jual Beli, diharapkan pembaca dapat membangun dasar pengetahuan yang solid untuk menghadapi tantangan dan peluang dalam kehidupan ekonomi sehari-hari, sambil tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Islam dalam setiap transaksi keuangan. Bab ini merupakan panduan awal yang B
Muhammad Dzulfaqori Jatnika | 189 membuka pintu ke dalam pemahaman lebih lanjut tentang prinsip-prinsip ekonomi Islam. Akad Qardh adalah sebuah perjanjian atau transaksi dalam hukum Islam di mana satu pihak memberikan pinjaman kepada pihak lain tanpa adanya tambahan biaya atau keuntungan (tanpa bunga). Prinsip dasar dari akad Qardh adalah untuk membantu individu atau komunitas yang membutuhkan dana dengan memberikan pinjaman tanpa mengharapkan keuntungan finansial dari transaksi tersebut. Akad Qardh mencerminkan nilai-nilai keadilan, keberlanjutan, dan kepedulian sosial dalam hukum Islam. Dalam akad Qardh, niat kebaikan sangat penting. Pihak yang memberikan pinjaman harus memiliki niat murni untuk membantu pihak yang membutuhkan, tanpa mengharapkan keuntungan tambahan atau bunga sebagai imbalan. Seperti halnya transaksi lainnya dalam Islam, akad Qardh juga harus memenuhi syarat dan ketentuan tertentu. Transparansi, kejelasan, dan kesepakatan bersama mengenai waktu pengembalian dana harus diatur dengan jelas agar transaksi berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Dalam akad Qardh, pihak yang memberikan pinjaman dan pihak yang menerima pinjaman harus sepakat tentang jumlah yang dipinjamkan dan waktu pengembalian. Kesepakatan ini harus menjadi bagian yang jelas dan tertulis dari perjanjian.
190 | Matematika Ekonomi & Keuangan Syariah Preferensi dalam akad Qardh adalah untuk menggunakan dana yang dipinjamkan untuk tujuan yang produktif dan bermanfaat. Misalnya, untuk memenuhi kebutuhan mendesak, modal usaha, atau keperluan lain yang positif. Akad Qardh menjadi salah satu instrumen finansial dalam ekonomi Islam yang mempromosikan keadilan sosial dan keberlanjutan ekonomi. Transparansi, niat murni, dan ketaatan pada prinsip-prinsip syariah menjadi kunci utama dalam menjalankan akad Qardh secara benar. Wadiah adalah suatu akad atau perjanjian dalam hukum Islam di mana seseorang atau lembaga menitipkan harta atau uang kepada pihak lain untuk dijaga dan diawasi. Konsep Wadiah mencerminkan prinsip keamanan dan kepercayaan dalam transaksi, di mana pihak yang menitipkan amanah (penitip) mengandalkan pihak yang menerima amanah (penitipan) untuk menjaga dan mengembalikan amanah tersebut ketika diminta. Wadiah digunakan dalam berbagai konteks, termasuk penitipan harta berharga, uang, atau dokumen. Prinsip utama dalam Wadiah adalah kepercayaan. Pihak yang menitipkan harta atau uang memiliki kepercayaan kepada pihak yang menerima amanah untuk menjaganya dengan itikad baik dan keamanan. Pihak yang menerima amanah tidak diperbolehkan mengambil manfaat atau keuntungan dari harta atau uang