The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Kehadiran Kompilasi Hukum Islam di Indonesia merupakan hasil ijtihad yang dapat dipertanggungjawabkan, lebih tepatnya beliau menyampaikan "Bahwa penyusunan dan perumusan kandungan Pasal demi Pasal dalam Kompilasi Hukum Islam, dilakukan dengan manhaj istinbat yang dapat dipertanggungjawabkan serta dapat pula diuji kebenarannya. Dalam penyusunannya tidak mengabaikan asas hukum Islam serta tidak memaksakan kepada satu mazhab tertentu, agar hukum Islam tetap wujud dan dapat dipergunakan untuk menyelesaikan segala masalah umat dalam era globalisasi saat ini. Dalam kaitan ini, prinsip yang harus dilaksanakan adalah prinsip maslahat yang berasaskan keadilan dan kemanfaatan, dalam rangka menjauhkan rakyat daripada keburukan dan kerusakan.

Sikap mendua masyarakat dalam memandang hukum keluarga (Islam) masih menonjol dari waktu ke waktu. Mereka memahami hukum keluarga (Islam) harus dipisahkan dari hukum positif. Dalam membicarakan suatu kasus, mereka berulang kali menyatakan, misalnya, "Ini sah menurut hukum Islam tapi tidak sah menurut pandangan negara" atau sebaliknya. Misal lain perkataan, "Yang penting sah menurut agama, sedangkan hukum negara hanya pembenaran administratif belaka". Akibatnya, ketakpastian hukum hampir tak terhindarkan.

Berbagai usaha yang dilakukan oleh para intelektual-intelektual dan cendikiawan Muslim di dunia, terlebih-lebih di Indonesia untuk melakukan pengembangan maupun pembaharuan-pembaharuan hukum keluarga Islam sudah banyak dilakukan, baik secara individual, kolektif maupun dengan menelaah-menelaah hasil putusan pengadilan, melakukan edukasi hukum kepada masyarakat guna untuk menyadarkan, bahwa apa yang diatur Negara dalam perundang-undangan/KHI adalah merupakan bentuk wujud menciptakan kemaslahatan, keadilan dan kepastian hukum.

Buku yang di tangan para pembaca ini merupakan kajian dengan menggunakan landasan ayat-ayat al-Quran, hadits dan penjelasannya, baik pendapat ulama mazhab maupun ulama kontemporer, kemudian penulis mencoba menyelaraskan apa yang diatur dalam Kompilasi Hukum Islam buku I hukum pernikahan.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by penamudamedia, 2024-02-11 22:18:27

Konkritisasi Aturan Munakahat di Indonesia (Keselarasan antara "Hukum Islam" dan "Hukum Nasional")

Kehadiran Kompilasi Hukum Islam di Indonesia merupakan hasil ijtihad yang dapat dipertanggungjawabkan, lebih tepatnya beliau menyampaikan "Bahwa penyusunan dan perumusan kandungan Pasal demi Pasal dalam Kompilasi Hukum Islam, dilakukan dengan manhaj istinbat yang dapat dipertanggungjawabkan serta dapat pula diuji kebenarannya. Dalam penyusunannya tidak mengabaikan asas hukum Islam serta tidak memaksakan kepada satu mazhab tertentu, agar hukum Islam tetap wujud dan dapat dipergunakan untuk menyelesaikan segala masalah umat dalam era globalisasi saat ini. Dalam kaitan ini, prinsip yang harus dilaksanakan adalah prinsip maslahat yang berasaskan keadilan dan kemanfaatan, dalam rangka menjauhkan rakyat daripada keburukan dan kerusakan.

Sikap mendua masyarakat dalam memandang hukum keluarga (Islam) masih menonjol dari waktu ke waktu. Mereka memahami hukum keluarga (Islam) harus dipisahkan dari hukum positif. Dalam membicarakan suatu kasus, mereka berulang kali menyatakan, misalnya, "Ini sah menurut hukum Islam tapi tidak sah menurut pandangan negara" atau sebaliknya. Misal lain perkataan, "Yang penting sah menurut agama, sedangkan hukum negara hanya pembenaran administratif belaka". Akibatnya, ketakpastian hukum hampir tak terhindarkan.

Berbagai usaha yang dilakukan oleh para intelektual-intelektual dan cendikiawan Muslim di dunia, terlebih-lebih di Indonesia untuk melakukan pengembangan maupun pembaharuan-pembaharuan hukum keluarga Islam sudah banyak dilakukan, baik secara individual, kolektif maupun dengan menelaah-menelaah hasil putusan pengadilan, melakukan edukasi hukum kepada masyarakat guna untuk menyadarkan, bahwa apa yang diatur Negara dalam perundang-undangan/KHI adalah merupakan bentuk wujud menciptakan kemaslahatan, keadilan dan kepastian hukum.

Buku yang di tangan para pembaca ini merupakan kajian dengan menggunakan landasan ayat-ayat al-Quran, hadits dan penjelasannya, baik pendapat ulama mazhab maupun ulama kontemporer, kemudian penulis mencoba menyelaraskan apa yang diatur dalam Kompilasi Hukum Islam buku I hukum pernikahan.

Konkritisasi Aturan Munakahat di Indonesia 85 ^clchy[ m_h^clc ^[h b[ln[ mo[gchy[.‛ (HR Abg[^ ^[h [hNasa‟i). c. Berhias untuk suami Seorang istri harus sering berhias untuk suaminya sehingga suaminya tidak tergoda untuk terjerumus kepada tindakan yang dilarang agama. Rasulullah saw. bersabda: Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ”[f[cbc q[ m[ff[g, ‚Sc[j[e[b q[hcn[ y[ha j[fcha \[ce?‛ J[q[\ \_fc[o, ‚Y[cno y[ha j[fcha g_hy_h[hae[h dce[ dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga g_g\o[n mo[gc \_h]c‛ (HR. Ah-Nasa'i no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih) d. Menata rumah tangga Di antara tanggung jawab istri adalah mengatur urusan rumah tangga. Hal ini berdasar sabda Nabi saw. Ketika beliau menikahkan Fathimah r.a., putrinya, dengan Ali r.a.. beliau berkata kepada Ali r.a., ‚K[go \_ln[haaoha d[q[\ n_lb[^[j olom[h-urusan di luar rumah, sedangkan kamu, Fathimah, bertanggung jawab atas urusan-olom[h ^c ^[f[g log[b.‛ Asma‟ binti Abi Bakar juga pernah berkata: ‚S[y[ g_f[y[hc [z-Zubair dalam semua urusan rumah tangga. Dia mempunyai seekor kuda, saya g_l[q[nhy[, g_g\_lc g[e[h, ^[h g_hd[a[hy[.‛ Alhasil, seorang istri berkewajiban menjaga dan mengatur rumah tangga. Ia harus bertanggung jawab dengan tugasnya itu. Dan, termasuk yang menjadi


86 Muhammad Hafis.,S.H.,M.H tanggung jawabnya adalah mengatur urusan-urusan rumah tangga dengan cermat. e. Melahirkan dan merawat anak Melahirkan merupakan kodrat wanita yang selalu menjadi keinginannya dalam hidup. Allah swt. Telah mensinyalir hal ini dalam firman-Nya, ‚Aff[b g_hd[^ce[h \[ac e[go cmnlc-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu anak-anak dan cucu-]o]o‛122 f. Memberi nafkah untuk kebutuhan rumah tangga apabila diperlukan Islam menganjurkan kepada istri yang berkecukupan untuk memberikan nafkah kepada suaminya yang sedang dilanda kesulitan dalam mencari rezeki. Para ahli fikih membolehkan istri untuk memberikan zakat hartanya kepada suaminya yang memang membutuhkan. Dasar dari keputusan fuqoha tersebut adalah pemberian zakat kepada sanak kerabat yang berhak harus diprioritaskan, dan suami merupakan kerabat yang paling dekat dari sang istri. Adapun kewajiban istri yang dalam UU Perkawinan Pasal 34 diatur secara garis besar pada ayat (2), dalam Kompilasi diatur secara lebih rinci dalam Pasal 83 dan 84. Pasal 83. a. Kewajiban utama bagi seorang istri ialah berbakti lahir dan batin kepada suami di dalam batas-batas yang dibenarkan oleh hukum Islam. 122 QS An Nahl (16): 72


Konkritisasi Aturan Munakahat di Indonesia 87 b. Istri menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga sehari hari dengan sebaik-baiknya. Pasal 84 a. Istri dapat dianggap nusyuz jika ia tidak mau melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat (1) kecuali dengan alasan yang sah. b. Selama istri dalam nusyuz, kewajiban suami terhadap istrinya tersebut pada Pasal 80 ayat (4) huruf a dan b tidak berlaku kecuali hal-hal untuk kepentingan anaknya. c. Kewajiban suami tersebut pada ayat (2) di atas berlaku kembali sesudah istri tidak nusyuz. d. Ketentuan tentang ada atau tidak adanya nusyuz dari istri harus didasarkan atas bukti yang sah. (lebih lanjut pada sub-bab pembahasan nusyuz)


88 Muhammad Hafis.,S.H.,M.H VII KONKRITISASI ATURAN NAFKAH DALAM PERNIKAHAN Q.S AL-BAQARAH [2]: 233 DAN KHI SLAM adalah agama yang menghendaki keadilan, menetapkan ketentuan yang seimbang antara kewajiban dan hak, tidak terkecuali dalam kehidupan rumah tangga. Rumah tangga diawali dengan perkawinan yang merupakan pintu gerbang sacral untuk membentuk keluarga yang sejahtera bagi setiap anggotanya. Dengan demikian sebagai konsekuensi dari suatu perkawinan adalah timbulnya kewajiban dan hak yang mesti diterima, kewajiban istri merupakan hak suami dan kewajiban suami merupakan hak istri. Dalam Qs. Al-Baqarah 2:233 sebagian ayatnya menjelaskan bahwa kewajiban suami diantaranya adalah menafkahi istrinya. menurut As-Al-Sayyid Sabiq yang wajib diberikan terhadap istri yang berupa penyediaan kebutuhan seperti makanan, pakaian I


Konkritisasi Aturan Munakahat di Indonesia 89 dan tempat tinggal, walaupun istri tersebut kaya, nafkah tetap merupakan suatu kewajiban123. istri dibatasi dan ditahan untuk suaminya, Istri wajib mentaati suaminya, tinggal di rumah, mengurusnya dan mengasuh anaknya.124 Sebagai penyeimbangannya maka suami wajib untuk mencukupi kebutuhan istri dan menafkahinya. Kadar nafkah yang wajib ditanggung oleh suami menurut Ibnu Qadimah suami berusaha mencukupi kebutuhan istri disesuaikan dengan kemampuannya.125 Pemberian nafkah dalam Islam merupakan salah satu perkara yang penting karena hal ini berhubungan dengan berlangsungnya hidup keluarga yang baik dan juga sebagai suatu upaya yang dimaksudkan untuk menghargai peran istri dalam rumah tangga. Pemenuhan nafkah yang baik dan sesuai merupakan salah satu kunci dalam menjaga pernikahan. Ketika ditinjau dari urgensinya, maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan ini layak untuk dibahas. A. Ayat dan Konteks Allah berfirman dalam Q.S al-Baqarah (2):233 sebagai berikut: 123 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Juz III (Beirut: dar-alFikr, 1983), hlm. 430. 124 Ibid.,hlm. 432. 125 Ali Ahmad Al Qolimi, Ahkamul Usrah fi as-Syari‟ah al-Islamiyyah, (Daru AnNushroh lil Jama‟ah: 2008), hlm. 230.


90 Muhammad Hafis.,S.H.,M.H Alnchy[:‚ D[h c\o-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena anaknya. Ahli waris pun (berkewajiban) seperti itu pula. Apabila keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan anaknya kepada orang lain, maka tidak ada dosa bagimu memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha M_fcb[n [j[ y[ha e[go e_ld[e[h.‛ 126 I\ho ‘A\\[m g_lcq[y[ne[h \[bq[ mol[n Af-Baqarah diturunkan di Madinah dan sebagian besar diturunkan permulaan tahun hijrah, kecuali ayat 281 yang turun di Mina j[^[ m[[n b[dc q[^[’,127 sedangkan riwayat lain dari Abdullah Ibnu Zubair, dan Zaid bin Tsabit menegaskan bahwa seluruh surat Al-Baqarah diturunkan di Madinah.128 Ayat sebelumnya, secara umum menjelaskan tentang penyusuan, nafkah serta ijarah. Penafsiran yang lengkap tentang ayat tersebut dijelaskan dalam tafsir Fath al- Qadir dan Fath al-Munir sebagai berikut: 126 Departemen Agama RI, Al-Hikmah Al-Qur an dan Terjemahannya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2008), hlm. 37. 127 Misbah bin Zainil Musthofa, Tafsir Jalalain, (Surabaya: Hidayah, Tt), hlm. 205. 128 Muhammad Nasib Rifa‟I, Taisiru al-Aliyyil Qadir li Ikhtisari Tafsir Ibnu Kasir, Alih bahasa Syihabuddin, (Jakarta: Gema Insani, 1999), I: 73.


Konkritisasi Aturan Munakahat di Indonesia 91 (hendaklah mereka menyusukan), susuan ini berbentuk berita tapi bermakna perintah, yang berfungsi untuk memberi penekanan agar hal itu diwujudkan.129 (Penuh) n_lg[moe mbc`[b go’[ee[^[b, y[ha g_h_a[me[h bahwa indikasi ini adalah hakiki, bukan perkiraan.130 (Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan) bolo` f[g \_le[cn[h ^_ha[h (y[l^i’h[) y[ha \_l[lnc f[g tersebut adalah manshub.131 hal ini ditujukan bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Ini menunjukkan, bahwa penyusuan selama dua tahun bukan sebuah keharusan, tapi merupakan penyusuan yang sempurna, sehingga boleh kurang dari itu.132 (Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu sebatas kemampuannya), takdirnya adalah (wa alal mauludi ) yang berarti kata al walad adalah naibul `[’cf dari al-maulud. 133yaitu al walad yang berarti anak, 129 Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir aqidah syari‟ah manhaj, jilid 1, (Damaskus: Darul Fikr, 2005), 565 130 Sayyid Ibrahim, Tafsir fathul qodir, alih bahasa Imam Muhammad as-Syaukani (Jakarta: Pustaka Azam, Tt), 940 131 Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir aqidah syari‟ah manhaj, jilid 1…., 565 132 Sayyid Ibrahim, Tafsir fathul qodir, alih bahasa Imam Muhammad as-Syaukani,hlm. 939. 133 Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir aqidah syari‟ah manhaj, jilid ,hlm. 565.


92 Muhammad Hafis.,S.H.,M.H menjadi pengganti pelaku dari al-maulud yang berarti dilahirkan. B. Macam-Macam Nafkah Keluarga Istilah nafkah adalah istilah yang diadopsi dari Bahasa arab dan memiliki banyak arti, disesuaikan dengan konteks penggunaannya dalam kalimat. Nafkah adalah bentuk kata dasar atau kata benda dari kata kerja anfaqa-yunfiqu yang berarti lari, atau habis dan musnah, atau dalam bentuk masdar infaqa yang berarti al-ikhraj yaitu mengeluarkan.134 Secara etimologis, nafaqa berarti perbuatan memindahkan dan mengalihkan sesuatu. Secara terminologi menurut alSayyid Sabiq nafkah yang wajib diberikan terhadap istri yang berupa penyediaan kebutuhan seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal, walaupun istri tersebut kaya, nafkah tetap merupakan suatu kewajiban.135 Jika dilihat dari pandangan ulama berbeda-beda, seperti penjelasan Imam Malik yang mengatakan bahwa nafkah adalah sesuatu berupa makanan yang bisa mencukupi keadaan atau kebutuhan manusia yang tidak melampaui batas.136 Adapun macam-macam nafkah terbagi kepada lima orang,137 yaitu: 1. Nafkah istri. Orang yang wajib memberinya nafkah adalah suaminya, baik istri yang hakiki seperti istri yang masih berada dalam perlindungan suaminya yang tidak di talak, atau istri yang ditalak dengan talak raj‟i sebelum masa iddahnya habis. 134 Wahbah Zuhaili, al-Fiqh al-Islam wa adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikr, 19989), jilid II, Cet.II. hlm. 765. 135 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Juz III (Beirut: dar-alFikr, 1983), hlm. 430. 136 Abdur Rohman Al-Jaziri, Fiqh „Ala Madzahibul Arba‟ah Juz 4, (Beirut: Darl al-Fikr, 1987), hlm. 556. 137 Ali Ahmad Al Qolimi, Ahkamul Usrah fi as-Syari‟ah al-Islamiyyah, ….hlm. 199.


Konkritisasi Aturan Munakahat di Indonesia 93 2. Nafkah wanita yang ditalak ba'in sejak masa iddahnya. Jika hamil, Orang yang wajib memberikan nafkah adalah suami yang mentalaknya, dan nafkah terhadap wanita yang ditalak dalam keadaan hamil ini dihentikan jika ia telah melahirkan bayinya, tapi jika ia menyusui anaknya, maka ia berhak mendapatkan upah atas penyusunnya. 3. Nafkah orang tua. orang yang wajib memberinya nafkah adalah anaknya. Nafkah ini dihentikan, jika ia telah kaya, atau anak yang menafkahinya jatuh miskin, sehingga ia tidak mempunyai sisa uang dari makanan sehari-harinya, karena Allah tidak membebani seseorang kecuali dengan apa yang Allah karuniakan kepadanya. 4. Nafkah anak. Orang yang wajib memberinya nafkah adalah bapaknya. Nafkah terhadap anak laki-laki dihentikan jika ia telah baligh dan nafkah terhadap anak perempuan dihentikan jika ia telah menikah. Tapi dikecualikan bagi anak laki-laki yang telah baligh, jika ia menderita sakit atau gila, maka nafkah terhadapnya tetap masih menjadi tanggungan orang tuanya (ayahnya). 5. Nafkah budak, orang yang wajib memberikannya nafkah adalah majikannya. Para budak yang laki-laki maupun yang perempuan, apabila ditahan untuk melakukan sesuatu pekerjaan, maka pemiliknya berkewajiban memberi nafkah atasnya dan memberi pakaian menurut yang ma'ruf (patut). Jenis nafkah ini dikategorikan dalam dua aspek, yaitu nafkah lahir dan nafkah batin. Nafkah lahir adalah semua kebutuhan yang berhubungan dengan kebutuhan jasmani termasuk sandang pangan.138 Sedangkan nafkah batin adalah kebutuhan rasa aman bagi istri dan keturunannya dari segala 138 Suryani, Kajian Hermeneutika Hadis Tanggung Jawab Nafkah ….hlm. 124.


94 Muhammad Hafis.,S.H.,M.H gangguan serta bahaya yang mengancam,139 Selain fungsi keamanan, nafkah batin juga mencankup sebagai nafkah yang berbentuk hubugan seksual.140 Hal tersebut didasarkan dengan hadist yang diriwayatkan oleh Abi Daud : Artinya: Telah menceritakan kepada kami Musa bin Img[’cf, n_f[b g_h]_lcn[e[h e_j[^[ H[gg[^, n_f[b g_ha[\[le[h e_j[^[ e[gc A\o Q[z[’[b Af B[b[fc, ^[lc Hakim bch Mo’[qcy[b Af Qomy[clc ^[lc [y[bhy[, c[ \_le[n[; aku katakan; wahai Rasulullah, apakah hak istri salah seorang diantara kami atasnya? Beliau Berkata: Engkau memberikan makan apabila engkau makan, memberikan pakaian apabila engkau berpakaian, janganlah engkau memukul wajah, jangan engkau menjelek-jelekkannya (dengan perkataan atau cacian) dengan mengatakan; semoga Allah memburukkan q[d[bgo.‛ C. Nafkah sebagai Kewajiban Suami Adapun penyebab diwajibkannya pemberian nafkah suami kepada istri adalah adanya akad pernikahan yang sah.141 Menurut Al-Sayyid Sabiq istri dibatasi dan ditahan untuk suaminya, istri wajib mentaati suaminya, tinggal di rumah, mengurusnya dan mengasuh anaknya. Sebagai penyeimbangannya maka suami wajib untuk mencukupi kebutuhan istri dan menafkahinya.142 Kadar nafkah yang wajib ditanggung oleh suami menurut Ibnu Qadimah suami berusaha mencukupi kebutuhan istri disesuaikan dengan 139 Husein Muhammad, fiqh Perempuan Refleksi Kiyai Atas Wacana Agama dan Gender, (Yogyakarta: Tp,Tt).hlm. 152. 140 Amir Syarifuddin. Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia. (Jakarta : Kencana, 2004), hlm. 165. 141 Okta Vinna Abriyanti, Hak Nafkah Istri dan Anak Yang Dilalaikan Suami Dalam Perspektif Kompilasi Hukum Islam (Studi Kasus Desa Purwodadi 13A Kecamatan Trimurjo, kabupaten Lampung Tengah), Skripsi hukum Keluarga IAIN Metro, 2017, hlm. 19. 142 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Juz III (Beirut: dar-alFikr, 1983), hlm. 432.


Konkritisasi Aturan Munakahat di Indonesia 95 kemampuannya.143 Pendapat ini merupakan hasil dari j_h^[j[n Ig[g Sy[`c’c y[ha g_g[h^[ha \[bq[ e[^[l h[`e[b disesuaikan dengan kemampuan suami dengan pendapat dari mazhab Maliki dan Mazhab Hambali, bahwa nafkah suami terhadap istri disesuaikan dengan kebutuhan istri.144 Pada penjelasan sebelumnya bisa kita lihat bahwa nafkah yang harus diberikan terhadap istri disesuaikan dengan kadar kemampuannya, mengacu pada firman Allah SWT QS. AtThalaq (65) ayat 7 : Artinya: Hendaklah orang yang mempunyai keluasan memberi nafkah menurut kemampuannya, dan orang yang terbatas rezekinya, hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak membebani kepada seseorang melainkan (sesuai) dengan apa yang diberikan Allah kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan setelah kesempitan. 145 Dalam Tafsir al-Misbah diterangkan, ayat ini menjelaskan tentang kewajiban suami untuk memberi nafkah dan kadar pemberiannya, dengan menyatakan bahwa hendaklah orang yang mampu yaitu mampu dan memiliki banyak rezeki untuk memberikan nafkah kepada istri dan anak-anaknya sebatas kadar kemampuannya dan dengan demikian hendaklah ia memberi sehingga anak istrinya kelapangan dan keluasaan berbelanja. Dan orang yang 143 Ali Ahmad Al Qolimi, Ahkamul Usrah fi as-Syari‟ah al-Islamiyyah,hlm. 230. 144 Abdur Rohman Al-Jaziri, Fiqh „Ala Madzahibul Arba‟ah Juz 4, (Beirut: Darl al-Fikr, 1987), hlm. 558. 145 Departemen Agama RI, Al-Hikmah Al-Qur an dan Terjemahannya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2008), hlm. 559.


96 Muhammad Hafis.,S.H.,M.H disempitkan rezekinya yaitu orang terbatas penghasilannya, maka hendaklah ia memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya artinya jangan sampai dia memaksakan diri untuk nafkah itu dengan cara mencari rezeki dari sumber yang tidak direstui Allah. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sesuai dengan apa yang allah berikan kepadanya, Karena itu janganlah (istri) menuntut terlalu banyak yang melebihi kadar kemampuan suami, karena Allah akan memberikan kelapangan setelah kesulitan.146 Kadar besarnya nafkah yang harus diberikan oleh suami kepada istri dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat para ulama mazhab. Walaupun pada dasarnya semua ulama mazhab sepakat bahwa besarnya nafkah yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan istri, hanya saja Imam Syafi'i menentukan jumlah besaran nafkah yang diberikan, sedangkan ulama mazhab lain tidak menentukan besarannya. Menurut Imam Syafi`i, kadar nafkah yang harus diberikan oleh suami miskin kepada istrinya adalah satu mud. Hal ini sebagaimana dijelaskan pula oleh Ibnu Rusyd: ‚Sy[`c'c \_lj_h^[j[n \[bq[ h[`e[b cno ^cn_hnoe[h \_m[lhy[. Atas orang yang kaya dua mud, atas orang yang sedang satu setengah mud, dan orang miskin satu mud.147 Adapun beberapa macam kriteria nafkah yang wajib dan tidak wajib diberikan kepada istri diantaranya:148 1. Wajib bagi suami memberi nafkah kepada istri yang telah Di dukhul walau belum mencapai usia baligh. 2. Tidak wajib bagi suami memberi nafkah kepada istri yang sama-sama telah balligh namun istri menolak untuk didukhul, atau tidak mampu untuk didukhul. 146 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol 14, ( Jakarta: Lintera Hati, 2002 ),hlm. 303. 147 Abdul Wahid Muhammad Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid,..hlm. 519. 148 Ali Ahmad Al Qolimi, Ahkamul Usrah fi as-Syari‟ah al-Islamiyyah,..hlm. 233.


Konkritisasi Aturan Munakahat di Indonesia 97 3. Wajib bagi suami memberikan nafkah kepada istri yang sedang hamil dan tertalak \[’ch ^_ha[h n[f[e nca[, ebofo’ atau fasakh yang bukan terjadi Bersama akad, sekalipun suami mati sebelum kandungan dilahirkan selama istri tidak berbuat nusyuz. 4. Tidak wajib bagi suami memberi nafkah kepada istri y[ha n_ha[b g_h_gjob g[m[ ‘c^^[b myo\b[n (cmnlc y[ha digauli laki-laki lain).149 5. Tidak wajib bagi suami memberi nafkah istri yang meninggalkan rumah kediaman Bersama tanpa izin suami, atau bepergian tanpa izin suami dan tidak disertai oleh mahramnya. 6. Tidak wajib bagi suami menafkahi istri yang murtad atau berpindah ke agama lain.150 D. Nafkah Pasca Perceraian Kewajiban suami memberi nafkah masih berlaku sampai dengan terjadinya perceraian sesudah jatuhnya talak, dengan harapan bahwa dapat mengembalikan suami istri menjadi pasangan kembali.151 Bentuk nafkah Pasca Perceraian terdiri dari 3 bentuk, diantaranya: 1. Nafkah Mon’[b Uf[g[ `cecb g_h^_`chcmce[h gon’[b [^[f[b ‚H[ln[ benda yang diserahkan suami pada istrinya karena j_l]_l[c[h‛.152 K[n[ gon’[b m_lcha ^caoh[e[h ohnoe 149 Zainuddin Abdul Aziz Al—Malibariy, Fathul Mu‟in. terj. Aliy As‟ad. (Kudus: Menara kudus, 1980), hlm. 198-200. 150 Djaman Nur, Fiqih Munakahat, (Semarang: Dimas Semarang. Tt), 106 151 Abdul Hamid Kisyik, Bimbingan Islam untuk Mencapai Keluarga Sakinah (Bina‟AlUsrah Al- Muslimah: Mausu‟ah Al-Za waj A1-Islami), Penerjemah: Ida Nursida (Bandung: Mizan Pustaka 2005), hlm. 136. 152 Abdur Rohman Al-Jaziri, Fiqh „Ala Madzahibul Arba‟ah Juz 4..,hlm. 576.


98 Muhammad Hafis.,S.H.,M.H menyebut barang atau uang pemberian suami kepada istri yang ditalak sebelum dicampuri terlebih dahulu sesuai dengan kesanggupan dan keikhlasannya. Ketentuan t_hn[ha gon’[b m_\[a[c cgjfce[mc y[ha goh]of akibat perceraian didasarkan pada beberapa ayat alQol’[h [hn[l[ f[ch mol[n Af-Baqarah ayat 236: Alnchy[: ‚<.^[h b_h^[ef[b e[go \_lce[h mo[no gon’[b (mo[no j_g\_lc[h) e_j[^[ g_l_e[. Ol[ha y[ha mampu menurut kemampuannya dan orang yang miskin g_holon e_g[gjo[hhy[ jof[...‛ 153 Surat Al-Baqarah ayat [2]: 241 Artinya: "Kepada wanita-wanita yang diceraikan (b_h^[ef[b ^c\_lce[h if_b mo[gchy[) gon’[b g_holon y[ha g[’lo` m_\[a[c mo[no e_q[dc\[h \[ac il[ha- orang yang takwa." 154 Jumhur ulama sepakat menyatakan bahwa suami q[dc\ g_g\_lce[h gon’[b e_j[^[ cmn_lc y[ha ^cn[f[e k[\f al-dukhul dan maharnya belum ditentukan.155 2. N[`e[b ‘I^^[b Menurut ash-Sbih’[hc iddah adalah suatu nama bagi suatu masa tunggu yang wajib dilakukan oleh wanita untuk tidak melakukan perkawinan setelah kematian 153 Departemen Agama RI, Al-Hikmah Al-Qur an dan Terjemahannya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2008), hlm. 38. 154 Ibid., hlm. 39. 155 Abdur Rohman Al-Jaziri, Fiqh „Ala Madzahibul Arba‟ah Juz 4…,hlm. 578.


Konkritisasi Aturan Munakahat di Indonesia 99 suaminya atau perceraian dengan suaminya, baik dengan melahirkan anaknya, atau beberapa kali suci atau haid, atau beberapa bulan tertentu.156 Jumhur ulama sepakat menyatakan bahwa apabila q[hcn[ y[ha g_hd[f[hc c^^[b [ec\[n n[f[e l[d’c [n[o ^[f[g keadaan hamil, suaminya wajib menyediakan nafkah yang dibutuhkan wanita tersebut, dengan syarat wanita tersebut tidak durhaka, serta taat dalam menjalani talak l[d’chy[.157 Kemudian bagi Perempuan yang dalam iddah talak \[’ch, e[f[o ^c[ g_ha[h^oha c[ \_lb[e juga mengambil kediaman, nafkah, dan pakaian. Berdasarkan al-Qol’[h surat at-Talaq ayat 6: Alnchy[: ‚dce[ g_l_e[ (cmn_lc-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada g_l_e[ h[`e[bhy[ bchaa[ g_l_e[ \_lm[fch.‛ (Qs. atTalaq:6).158 E. Nafkah Anak Anak adalah seorang yang dilahirkan dari perkawinan antara seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut bahwa seseorang yang dilahirkan oleh wanita meskipun tidak pernah melakukan pernikahan tetap 156 Ibid, hlm. 579. 157 Zainuddin Abdul Aziz Al—Malibariy, Fathul Mu‟in. terj. Aliy As‟ad. (Kudus: Menara kudus, 1980), hlm. 231. 158 Departemen Agama RI, Al-Hikmah Al-Qur an dan Terjemahannya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2008), hlm. 559.


100 Muhammad Hafis.,S.H.,M.H dikatakan anak.159 Nafkah anak menjadi tanggung jawab ayah, baik setelah pernikahan, selama masa iddah, setelah selesai masa iddah, ataupun setelah mantan istri menikah lagi.160 Jumhur ulama sepakat menyatakan bahwa ketika suami mentalak istrinya dan kemudian memiliki anak yang masih kecil dan ditinggalkan bersama ibunya, nafkah anak tersebut menjadi kewajiban ayahnya, baik istri tersebut dalam keadaan berkecukupan ataupun tidak.161 F. Hikmah Pensyariatan Nafkah Pada masa Arab pra Islam, hubungan antar jenis kelamin banyak ditandai dengan perceraian yang terjadi, seks bebas dan ikatan perkawinan yang bebas, yang kemudian sulit membedakan antara perkawinan dengan prostitusi.162 Pada masa itu masyarakat Arab terkenal dengan budaya patrilineal yang androsentris, praktek- praktek perceraian yang menunjukkan dominasi laki-laki terhadap perempuan secara umum, seperti hak cerai dalam pernikahan yang berada di tangan suami.163 Dengan demikian laki-laki memiliki kekuasaan mutlak terhadap masalah perceraian dan mendorong penyalahgunaan secara terus menerus, mereka biasa menceraikan istri mereka dengan berbagai alasan.164 159 Nur cholifah dan Bambang Ali Kusumo, Hak Nafkah anak Akibat Perceraian, Jurnal Wacana Hukum, vol IX, Oktober, 2011, hlm. 54. 160 Ali Ahmad Al Qolimi, Ahkamul Usrah fi as-Syari‟ah al-Islamiyyah…hlm. 233. 161 Ibid, hlm. 234. 162 Muhammad Rasyid Ridha, panggilan Islam Terhadap Wanita, pengalihan Bahasa, Afif Muhammad, Cet,1 (Bandung:Pustaka, 1986),hlm. 16. 163 Suryani, Kajian Hermeneutika Hadis Tanggung Jawab Nafkah Dan Implikasinya Terhadap Kepemimpinan Rumah Tangga Serta Relevansinya Dalam Pembaharuan Hukum Keluarga Di Indonesia, Disertasi Program Studi Hukum Keluarga, UIN Raden Intan Lampung,hlm. 61. 164 Ibid., hlm. 118.


Konkritisasi Aturan Munakahat di Indonesia 101 Bahkan mereka biasa menceraikan istrinya, kemudian mengambil lagi istrinya kapan mereka mau.165 Perempuan dipandang sebagai kegunaan mereka bagi laki-laki, terutama untuk kebutuhan bersenang-senang dan reproduksi. Dengan adanya sistem patrilineal tersebut perempuan mengalami pembatasan peran sosial, yang berdampak pada sebahagian besar perempuan Arabia menjadi sangat tergantung secara ekonomi kepada laki-laki, dan laki-laki menjadi orang yang paling kuat serta berkuasa. Seiring kemajuan pola pikir masyarakat Arab, dengan datangnya Islam, sedikit demi sedikit mulai merubah pemikiran tersebut. Reposisi terhadap perempuan secara perlahan dilakukan dan dikembangkan layaknya peran pada kaum laki-laki.166 Kehidupan rumah tangga dalam budaya arab yang patrilineal ini, menetapkan bahwa seorang istri secara ekonomi sangat tergantung kepada suami, hal ini disebabkan karena keterbatasan istri secara fisik dan psikis, juga fitrah dari wanita (istri) adalah seorang yang lemah, melihat dari kondisi masyarakat arab yang agraris dan belum mengenal teknologi, maka kekuatan fisik dan otot menjadi sarana untuk mencari nafkah, Oleh karena itu tanggung jawab nafkah dibebankan terhadap laki-laki.167 Akan tetapi, apabila ditarik pada masa sekarang, hal ini sudah tidak dapat diberlakukan kembali, karena istri juga bisa mencari nafkah dengan tanpa bekerja menggunakan kekuatan fisik. Laki-laki secara fitrah adalah pemimpin bagi perempuan, yang mana kewajiban memberi nafkah 165 Al-Dahlawi, Hujjatul Balighoh, juz 11, (Qahirah: Dar al-Turats, 1355 H), hlm. 138. 166 Ibid, hlm. 139. 167 Suryani, Kajian Hermeneutika Hadis Tanggung Jawab Nafkah Dan Implikasinya Terhadap Kepemimpinan Rumah Tangga Serta Relevansinya Dalam Pembaharuan Hukum Keluarga Di Indonesia, Disertasi Program Studi Hukum Keluarga, UIN Raden Intan Lampung, hlm. 244


102 Muhammad Hafis.,S.H.,M.H ditetapkan kepada laki-laki, Muhammad Abduh,168 mengatakan bahwa laki-laki adalah pemimpin atas perempuan, yakni kepemimpinan yang memiliki arti menjaga, melindungi, menguasai dan mencukupi kebutuhan perempuan dengan menafkahinya. berdasarkan al-kol’[h surat an-Ncm[’ [y[n 34 y[ha mo^[b ^cd_f[me[h m_\_foghy[. Mengingat bahwa kewajiban nafkah ditetapkan terhadap lelaki, dan perempuan pun bisa mencari nafkah di masa yang sekarang, karena mencari nafkah sudah tidak harus menggunakan kekuatan fisik, maka dalam hal ini bisa dikategorikan sebagai dua perbedaan. Yakni, kewajiban nafkah tetap dibebankan terhadap laki-laki, sedangkan mencari nafkah juga bisa dilakukan oleh perempuan. 168 Al-Razy, Mafatih Al-Ghoib, Juz V, (Beirut: Dar al-Fikr, 2007), hlm. 71.


Konkritisasi Aturan Munakahat di Indonesia 103 VIII ATURAN KONKRIT TENTANG HUKUM NUSYUZ AL QUR AN AN-NISA [3]: 34 ERNIKAHAN adalah suatu hal yang senantiasa diharapkan oleh setiap orang, pernikahan tidak hanya sebagai sarana agar seseorang terbebas dari keharaman akan lawan jenisnya. Tapi, untuk menciptakan keluarga yang harmonis, bahagia, dan penuh dengan kasih sayang diantara satu sama lain yang memang sudah menjadi tujuan dari sebuah pernikahan, yaitu dengan menciptakan keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah. Namun, tidak selamanya dalam menjalani sebuah rumah tangga itu sesuai dengan apa yang dicita-citakan, akan tetapi pertengkaran dan perselisihan juga seringkali turut serta dalam menghiasi rumah tangga. Bahkan sampai dimana suami dan istri tidak bisa mempertahankan apa yang harus mereka pertahankan. Oleh karena itu, berkenaan dengan problemP


104 Muhammad Hafis.,S.H.,M.H problem dalam rumah tangga, seperti nusyuz, serta pengertian dan penyelesaiannya yang erat sekali dalam pernikahan. Baik itu yang ditimbulkan dari kecemburuan, penolakan istri terhadap suami, dan lain sebagainya. A. Ayat dan Konteks Ayat tersebut terdapat dalam Q.S. An-Nisa (3) : 34 sebagai berikut : Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (lakilaki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. 169 Surah an-Nisa merupakan surah ke 4 dalam Al-Qol’[h yang terdiri atas 176 ayat dan tergolong surah Madaniyyah. 169 Departemen Agama RI, Al-Hikmah Al-Qur an dan Terjemahannya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2008), hlm. 84.


Konkritisasi Aturan Munakahat di Indonesia 105 Dinamakan An- Nisa (wanita) karena dalam surah ini banyak dibicarakan hal-hal yang berhubungan dengan wanita serta merupakan surah yang paling membicarakan hal itu dibanding dengan surah-surah yang lain. Surah yang lain banyak juga yang membicarakan tentang hal wanita ialah surah At-Talaq Dalam hubungan ini biasa disebut surah AnNisa dengan sebutan: Surah An-Nisa Al Kubra (surah An-Nisa yang besar), sedang surah At-Talaq disebut dengan sebutan: Surah An-Nisa As-Sughra (surah An-Nisa yang kecil).170 Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Hasan \[bq[m[hy[ c[ \_le[nl[, ‚S_il[ha q[hcn[ ^[tang kepada Rasulullah untuk mengadukan suaminya yang telah g_h[gj[lhy[, g[e[ R[mofoff[b \_lm[\^[, ‚\[ac mo[gc kcmb[mb,‛ f[fo Aff[b g_holohe[h `clg[h-Ny[, ‚K[og f[ec-laki cno [^[f[b j_gcgjch \[ac e[og q[hcn[..‛, e_go^c[h q[hcn[ tersebut kembali ke rumahnya tanpa membawa perintah ohnoe g_hakcmb[m mo[gchy[.‛ Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari jalur-jalur periwayatan yang berasal dari Hasan bahwasanya dahulu ada seorang lelaki yang menampar wajahnya istrinya, kemudian wanita tersebut datang kepada Rasulullah untuk mengatakan hal tersebut dan meminta untuk memberikan qishash kepada suaminya, maka Rasulullah mengabulkan permintaannya, f[fo nolohf[b `clg[h Aff[b, ‚D[h d[ha[hf[b _hae[o (Muhammad) tergesa-gesa (membaca) Al-Qur an sebelum selesai diwahyukan kepadamu,.‛, ^[h doa[ noloh `clg[h Aff[b, ‚K[m[g f[ec-laki itu adalah pemimpin bagi kaum q[hcn[...‛ D[h b[^cnm m_j_lnc chc doa[ ^clcq[y[ne[h ^[lc I\ho Juraij dan As-Suddi. Diriwayatkan oleh Ibnu Mardawaih dari Ali bin Abi Tb[fc\ \[bq[m[hy[ c[ \_le[n[, ‚D[bofo ^[n[ng seorang lelaki 170 https://id.wikipedia.org/wiki/Surah_An-Nisa diakses pada tanggal 6 mei 2021


106 Muhammad Hafis.,S.H.,M.H dengan istrinya menghadap kepada Rasulullah , kemudian si cmnlc \_le[n[ e_j[^[ R[mofoff[b, ‚W[b[c R[mofoff[b, sesungguhnya ia (suamiku) telah menampar wajahku m_bchaa[ g_hchaa[fe[h \_e[m,‛ e_go^c[h R[mofoff[b bersabda, "sesungguhnya ia tidak pantas melakukan hal n_lm_\on.‛ L[fo Aff[b g_holohe[h `clg[hNy[, "K[og f[eclaki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita " maka penguatpenguat hadits di atas memperkuat satu sama lain.171 Ay[n chc noloh j[^[ m[[^ \ch R[\c’ ^[h cmnlchy[ H[\c\[b binti Zaid bin Kharijah bin bin Zubair. Istrinya nusyuz kepada m[’[^ e_go^c[h c[ g_h[gj[l cmnlchy[. M[e[ \_le[n[ [y[b ^[lc j_l_gjo[h n_lm_\on e_j[^[ R[mofoff[b SAW. ‚q[b[c Rasulullah aku telah memberikannya anakku sebagai e_bilg[n[h [e[h n_n[jc c[ g_h[gj[lhy[‛ f[fo R[sulullah g_hd[q[\, ‚P_lchn[be[hf[b cmnlchy[ ohnoe g_f[eoe[h Qcmb[mb.‛ K_go^c[h g_l_e[ \_l^o[ j_lac ohnoe g_hakcmb[m suaminya, akan tetapi mereka belum berjalan jauh R[mofoff[b \_lm[\^[. ‚ecn[ g_hachache[h b[f chc [e[h n_n[jc Allah menginginkan hal yang laih‛. (‚K[og f[ec-laki itu adalah pemimpin bagi kamu q[hcn[.‛) Dengan kata lain lelaki itu adalah pengurus wanita, yakni pemimpinnya, kepalanya, yang menguasai, dan yang mendidiknya jika menyimpang. Oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) lebih afdhal daripada kaum wanita, karena itulah maka nubuwwah (kenabian) hanya khusus bagi kaum laki-laki. Demikian pula seorang raja. Karena ada sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam yang mengatakan.172 (‚D[h e[l_h[ g_l_e[ (f[ec-laki) telah menafkahkan m_\[ac[h ^[lc b[ln[ g_l_e[‛). yakni Berupa mahar (mas 171 Imam As-Suyuthi, Asbabun Nuzul Sebab-Sebab Turunnya Ayat Al-Qur‟an (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2014) Hlm, 137 172 Al-Imam Abu Fida Ismail Ibn Katsir, Tafsir Al-Qur‟an Al-Adzim, Jilid 2 (Bandung: Sinar Baru Agresindo, 2000), hlm, 297.


Konkritisasi Aturan Munakahat di Indonesia 107 kawin), nafkah, dan biaya-biaya lainnya yang diwajibkan oleh Allah atas kaum laki-laki terhadap kaum wanita, melalui kitab-Nya dan sunnah Rasul-Nya. Diri lelaki lebih utama daripada wanita, lak-i-laki mempunyai keutamaan di atas wanita, juga laki- lakilah yang memberikan keutamaan kepada wanita. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa dalam kehidupan rumah tangga tidak selalu sesuai apa yang diharapkan oleh setiap pasangan. Percekcokan, ketegangan, pertengkaran, perselisihan, perdebatan, saling mengejek bahkan saling memaki kerap kali terjadi, semua itu hal yang lumrah terjadi dalam perjalanan membina rumah tangga. Akan tetapi sudah semestinya dapat diselesaikan secara arif dengan jalan bermusyawarah, saling berdialog secara terbuka. Pada kenyataannya sering terjadi persoalan dalam rumah tangga meskipun sekecil apapun dapat mengganggu keharmonisan rumah tangga, sehingga dapat memunculkan hal yang biasa kita kenal dalam hukum islam dengan istilah nusyuz. Hal ini dapat kita temukan dalam ayat Al- Qol’[h surah An-Nisa ayat 34 di atas. ‚K[og f[ec-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (lakilaki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.


108 Muhammad Hafis.,S.H.,M.H Ayat di atas sering kali dikutip dan dijadikan sebagai landasan tentang nusyuznya istri terhadap suami, meskipun secara tersurat tidak dijelaskan permulaan terjadinya nusyuz istri terhadap suami melainkan hanya sebatas solusi atau proses penyelesaian terjadinya nusyuz yang ditawarkan oleh ayat tersebut. Atau dapat ditarik kesimpulan dari isi kandungan ayat di atas adalah : 1. Kepemimpinan dalam rumah tangga 2. Hak dan kewajiban suami istri 3. Solusi atau penyelesaian nusyuz yang dilakukan oleh istri. B. Pengertian Nusyuz Kata nusyuz dalam bahasa Arab merupakan bentuk g[mb^[l ([e[l e[n[) ^[lc e[n[ ‛نشس -ينشس -نشوزا ‛y[ha \_l[lnc: ‛^o^oe e_go^c[h \_l^clc, \_l^clc ^[lc, g_hihdif, g_h_hn[ha atau durhaka. Dalam konteks pernikahan, makna nusyuz y[ha n_j[n ohnoe ^caoh[e[h [^[f[b ‚g_h_hn[ha [tau ^olb[e[‛. m_\[\ g[eh[ chcf[b y[ha j[fcha g_h^_e[nc ^_ha[h persoalan rumah tangga.173 Arti lain dari nusyuz adalah membangkang. Menurut Slamet Abidin dan H Aminuddin, nusyuz berarti durhaka, maksudnya seorang istri melakukan perbuatan yang menentang suami tanpa alasan yang dapat diterima oleh syarak. Ia tidak menaati suaminya atau menolak diajak ke tempat tidurnya. 173 Ahmad Warsan Munawir,Al-Munawir Kamus Arab Indonesia (Yogyakarta : Pustaka Progresif, 1997) , hlm, 1517.


Konkritisasi Aturan Munakahat di Indonesia 109 Menurut Al-Qolno\c, homyoz [^[f[b: ‚M_ha_n[boc ^[h meyakini bahwa isteri itu melanggar apa yang sudah menjadi ketentuan Allah dari pada taat kej[^[ mo[gc‛.174 Dari definisi di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan nusyuz adalah pelanggaran komitmen bersama terhadap apa yang menjadi kewajiban dalam rumah tangga. Adanya tindakan nusyuz ini adalah merupakan pintu pertama untuk kehancuran rumah tangga. Untuk itu, demi kelanggengan rumah tangga sebagaimana yang menjadi tujuan setiap pernikahan, maka suami ataupun isteri mempunyai hak yang sama untuk menegur masing-masing pihak yang ada tanda-tanda melakukan nusyuz. Menurut Ahmad Warson Munawwir dalam kamusnya memberi arti nusyuz dengan arti sesuatu yang menonjol di dalam, atau dari suatu tempatnya. Jika konteksnya dikaitkan dengan hubungan suami istri maka ia mengartikan sebagai sikap istri yang durhaka, menentang dan membenci kepada suaminya.175 Menurut para fuqaha, nusyuz mempunyai beberapa pengertian diantaranya : menurut fuqaha Hanafiyah seperti yang dikemukakan Shaleh Ghanim mendefinisikannya dengan ketidaksenangan yang terjadi diantara suami istri. Ulama madzhab Maliki berpendapat bahwa nusyuz adalah saling menganiaya suami istri. Sedangkan menurut Ulama Sy[`c’cyy[b, homyoz [^[f[b j_lm_fcmcb[h [hn[l[ mo[gc cmnlc. Sementara itu Ulama Hambaliyah berpendapat bahwa nusyuz adalah ketidaksenangan dari pihak istri atau suami yang disertai dengan pergaulan yang tidak harmonis.176 174 Abu Adillah Bin Muhammad Al-Qurthubi,Jami Al-Ahkami Qur‟an, Jilid 3(Beirut: Darl-Al Fikr,1994) Hlm,150 175 Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir (Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1997), hlm, 1428. 176 Sohari Sahlan, Fiqh Munakahat Kajian Fiqh Lengkap, (Jakarta: Rajawali, 2010), hlm, 25-26.


110 Muhammad Hafis.,S.H.,M.H An-Nusyuz artinya tinggi diri; wanita yang nusyuz ialah wanita yang bersikap sombong terhadap suaminya, tidak mau melakukan perintah suaminya, berpaling darinya, dan membenci suaminya. Apabila timbul tanda-tanda nusyuz pada diri si istri, hendaklah si suami menasihati dan menakutinya dengan siksa Allah bila ia durhaka terhadap dirinya. Karena sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepadanya agar taat kepada suaminya dan haram berbuat durhaka terhadap suami, karena suami mempunyai keutamaan dan memikul tanggung jawab terhadap dirinya.177 C. Bentuk perbuatan Nusyuz Dari pengertian nusyuz sebagaimana yang telah dijelaskan di atas sebagai sikap pembangkangan terhadap kewajiban-kewajiban dalam kehidupan perkawinan.178 sebenarnya para ulama telah mencoba melakukan klasifikasi tentang bentuk-bentuk perbuatan nusyuz itu sendiri. Dan diantara tingkah laku maupun ucapan yang dianggap sebagai perbuatan nusyuz istri antara lain : 1. Apabila istri menolak untuk pindah ke rumah kediaman bersama tanpa sebab yang dapat dibenarkan secara my[l’c. 2. Keluar dari tempat tinggal bersama tanpa seizin mo[gchy[, [e[h n_n[jc g[^zb[\ Sy[`c’c ^[h H[g\[fc berpendapat bahwa apabila keluarnya istri itu untuk keperluan suaminya maka tidak termasuk nusyuz, akan tetapi jika keluarnya istri itu bukan karena kebutuhan suami maka istri itu dianggap nusyuz. 177 Al-Imam Abu Fida Ismail Ibn Katsir, Tafsir Al-Qur‟an Al-Adzim, Jilid 2 (Bandung: Sinar Baru Agresindo, 2000) Hlm, 299 178 Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam (Yogyakarta : UII Press,, 1996), hlm. 81.


Konkritisasi Aturan Munakahat di Indonesia 111 3. Istri menolak untuk tidur bersama suaminya. Dalam suatu hadis dijelaskan tentang kewajiban seorang istri kepada suaminya, untuk tidak menolak apabila diajak oleh suaminya untuk melakukan hubungan suami-istri, yang artinya yaitu: ‚Jce[ m_il[ha mo[gc g_ha[d[e cmnlchy[ ohnoe berhubungan suami- istri, kemudian si istri menolaknya, g[e[ g[f[ce[n [e[h g_f[eh[nhy[ bchaa[ j[ac‛ Istri yang menolak untuk tidur bersama suaminya, tanpa suatu alasan yang sah maka ia dianggap nusyuz, sesuai dengan dalil yang berbunyi: ‚Nomyoz cno c[f[b [j[\cf[ mc cmnlc nc^[e g[o m_l[hd[ha [n[o e_fo[l log[b n[hj[ czch mo[gc‛. 4. Membangkangnya seorang istri untuk hidup dalam satu rumah dengan suami dan dia lebih senang hidup di tempat lain yang tidak bersama suami. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam kitab Tafsir Al-Bahrul Muhit dengan ungkapannya yaitu bahwa perbuatan nusyuz adalah : ‚Nomyoz [^[f[b f[f[chy[ cmnlc ^[f[g g_hd[f[he[h kewajiban di rumah suaminya dan keluarnya istri dari log[b n[hj[ e_chach[h [n[o n[hj[ m_czch mo[gc‛ 179 Menurut Shaleh bin Ghanim, bentuk-bentuk perbuatan nusyuz yang berupa perkataan atau ucapan adalah seperti tutur sapa seorang istri kepada suaminya yang semula lembut, tiba tiba berubah jadi kasar dan tidak sopan. Bila dipanggil suami, istri tidak menjawab, atau menjawab dengan nada terpaksa, atau pura-pura tidak mendengar dan mengulur-ulur jawaban, berbicara 179 Muh. Yusuf Asy Syahir. Tafsir Al-Bahr Al-Muhit. (Beirut : Dar Al- Alamiyah, 1993) Hlm, 251


112 Muhammad Hafis.,S.H.,M.H dengan suara keras dan nada tinggi, berbicara dengan laki-laki lain yang tidak mahramnya, baik langsung maupun tidak (lewat telepon atau bersurat-suratan), dengan tujuan yang tidak dibenarkan syara‟, mencacimaki, berkata kotor dan melaknat, menyebarkan berita keburukan suami dengan tujuan melecehkannya di hadapan orang lain, tidak menepati janji terhadap suami, menuduh suami berbuat mesum dan meminta cerai tanpa alasan yang jelas. Lebih jelasnya Kompilasi Hukum Islam merincikan hal yang berkenaan dengan nusyuz dalam Pasal 84: a. Istri dapat dianggap nusyuz jika ia tidak mau melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat (1) kecuali dengan alasan yang sah. a. (Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya pada pembahasan hak dan kewajiban) b. Selama istri dalam nusyuz, kewajiban suami terhadap istrinya tersebut pada Pasal 80 ayat (4) huruf a dan b tidak berlaku kecuali hal-hal untuk kepentingan anaknya. c. Kewajiban suami tersebut pada ayat (2) di atas berlaku kembali sesudah istri tidak nusyuz. d. Ketentuan tentang ada atau tidak adanya nusyuz dari istri harus didasarkan atas bukti yang sah. D. Penyelesaian Nusyuz Kita mengetahui bahwa nusyuz bisa terjadi pada perempuan dan juga laki-laki. Akan tetapi, watak perempuan berbeda dengan laki-laki. Oleh karena itu, penyembuhannya juga berbeda secara teori, karena berbedanya bentuk nusyuz


Konkritisasi Aturan Munakahat di Indonesia 113 antara mereka180 Seorang suami dalam banyak kesempatan sebagai kepala keluarga boleh mengambil tindakan pendisiplinan demi kemaslahatan. Jika diketahui bahwa istrinya telah bersikap nusyuz itu maka suaminya harus bertindak sebagai berikut : 1. Menasehati dengan baik Maka hendaklah ia menasehati istrinya dengan lemah lembut, dan mengingatkannya terhadap apa yang telah diwajibkan Allah kepadanya. Lalu hendaklah ia memberinya harapan akan pahala dari Allah lantaran mentaatinya dan agar ia termasuk kedalam golongan wanita-wanita solehah yang taat kepada Allah dan menjaga kehormatan suaminya saat tidak ada. Lalu hendaklah ia mengingatkan akan hukum Allah jika bermaksiat kepada-Nya, dan bahwasanya apabila ia tetap dengan nusyuznya ia berhak untuk memisahkan tempat tidurnya dan kemudian memukulnya.181 Langkah ini menjadi pilar utama bagi keutuhan dan keharmonisan keluarga. Akan tetapi nasehat yang baik terkadang tidak berguna, mengingat adanya hawa nafsu yang lebih dominan atau adanya kekaguman yang terlalu berlebihan terhadap keindahan. Istri terkadang lupa kalau dirinya adalah partner bagi laki-laki dalam keluarga.182 Nasehat yang baik mempunyai pengaruh yang besar terhadap jiwa dan hati nurani. Firman Allah QS. Fusshilat ayat 34 yang artinya : ‚D[h nc^[ef[b m[g[ e_\[ce[h ^[h e_d[b[n[h. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada 180 As-Subki, Ali Yusuf, Fiqih Keluarga Pedoman Berkeluarga Dalam Islam (Jakarta : Amzah, 2010) Hlm . 302 181 Abu Malik Kamal, Fiqih Sunnah Wanita (Jakarta ; Al-I'tishom Cahaya Umat, 2007) Hlm, 537 182 Abd Al- Qadir Manshur, Buku Pintar Fiqih Wanita( Jakarta:Zaman 2012)Hlm, 318


114 Muhammad Hafis.,S.H.,M.H permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia (QS. Fushshilat:34) Ig[g Qolnbo\c g_ha[n[e[h, ‚M[emo^hy[, \_lcf[b wanita-wanita itu nasehat dari kitabull[b‛. J[^c jelaskanlah apa saja yang diwajibkan Allah atas diri mereka agar berinteraksi dan memperlakukan suami dengan baik.183 Suami hendaknya memberi nasehat ketika istri sedang sendirian. Karena dikhawatirkan ada intervensi dari pihak luar terhadap masalah internal keluarga. Suami juga perlu mengingatkan bahwa jika istri meneruskan nusyuz, maka hal itu akan menghancurkan mahligai rumah tangga.184 2. Menjauhi istri (hajr) di tempat tidur Hajr berasal dari kata hijrah yang berarti g_gonome[h. Aff[b \_l`clg[h,‛ Pisahkanlah mereka di n_gj[n nc^ol g_l_e[.‛ ([h-Nisa: 34). Suami menakut nakuti istrinya tersebut dengan cara menjauhinya dan tidak melakukan hubungan intim dengannya, dengan harapan dia tidak akan tahan menghadapi cara ini.185 I\ho A\\[m R.A \_le[n[, ‚[f Hcjr berarti suami tidak menyetubuhi dan menghamili istrinya di ranjangnya, melainkan dia hanya memalingkan punggungnya n_lb[^[j cmnlchy[ ^c l[hd[hahy[‛.186 Kata madhja‟ berarti tempat tipu muslihat dan daya tarik yang dijadikan oleh perempuan pelaku nusyuz sebagai kekuatannya. Jika suami mampu membentengi diri dari tipu daya tersebut maka istri yang diduga melakukan nusyuz telah 183 Abdussami‟ Anis , Metode Rasulullah Mengatasi Problematika Rumah Tangga (Jakarta: Qisthi Press, Tt), Hlm 104 184 Ibid, 107 185 Abu Malik Kamal, Fiqih Sunnah Wanita (Jakarta ; Al-I'tishom Cahaya Umat, 20070 Hlm, 741 186 Ahmad Syakir, Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir (Jakarta: Darus Sunnah, 2014) Hlm, 206


Konkritisasi Aturan Munakahat di Indonesia 115 kehilangan senjata utamanya Pada akhirnya istri akan kembali tidak nusyuz lagi.187 Langkah ini memiliki ketentuan khusus yang harus diperhatikan suami agar tidak menimbulkan mudharat yang lebih besar lagi. Seperti jangan sampai diketahui oleh anak-anak, karena akan mempengaruhi psikologis mereka atau menyembunyikan dari orang asing agar tidak menimbulkan kesan atau praduga yang salah. Akan tetapi terkadang langkah ini pun tidak berhasil, maka perlu diambil langkah yang berikutnya, meskipun lebih keras tapi bisa ditoleransi ketimbang hancurnya bangunan rumah tangga akibat nusyuz. Perlakuan suami seperti ini diharapkan akan menarik istri untuk bertanya sebab-sebab suami meninggalkannya ditempat tidur. Sehingga istri bisa introspeksi terhadap dirinya. Pisah ranjang adalah hukuman psikologis yang sangat berat. Tak pelak, hukuman yang paling berat bagi manusia adalah hukuman yang menyentuh kelebihannya, yang membuat dirinya ragu akan eksistensinya, dan menghantam sesuatu yang paling dibanggakannya. Sesudah jelas hatinya meragukan eksistensi kewanitaannya. Ia melihat laki-laki yang lebih kuat itu berhak untuk ditakuti dan ditaati, dan ia merasa dirinya lemah karena tak bisa lagi membanggakan diri dengan senjata keindahan dan rayuannya melalaui hukum psikologis ini, wanita terpaksa meletakkan senjata. Saat senjata pamungkas tak lagi manjur, bisa dipastikan ia menjadi pihak yang terkalahkan. Dengan begitu ia tak berani berbangga diri. Kebanggaan wanita adalah jika keindahan dan rayuannya berhasil 187 Abd Al-Qadir Mansyur, Buku Pintar Wanita( Jakarta: Zaman, 2012), Hlm 308


116 Muhammad Hafis.,S.H.,M.H menaklukkan lelaki. Kebanggaan itu sirna jika keindahan dan rayuannya justru menghinakan dirinya.188 3. Jika tidak berhasil maka istrinya boleh dipukul dengan tidak berat. Kalau diteliti dari aspek kebahasaan, kata dharaba, tidak hanya berarti memukul. Memang arti asal kata itu adalah memukul sesuatu dengan yang lain. Tapi kemudian bisa memiliki arti memotong, memenggal, membunuh, meliputi, berpergian, membuat, menjelaskan, memberi perumpamaan, menutupi dan semacamnya. Dari sekian banyak arti ini, secara global kata tersebut mempunyai dua arti. Pertama, melakukan tindakan yang lunak. Untuk makna ini, memiliki arti memberi contoh, menutupi, berpergian, membimbing dan semacamnya. Kedua, melakukan tindakan keras dan kasar. Dalam pengertian ini, dharaba berarti membunuh, memenggal, melukai dan sejenisnya. Untuk menjelaskan kalimat yang banyak arti seperti ini, harus melihat dan mempertimbangkan berbagai faktor berbagai faktor serta indikasi lainnya189 Berkaca dari perjalanan hidup Rasulullah beliau adalah orang yang sangat menghargai kaum wanita. Salah satu misi beliau adalah meningkatkan harkat martabat perempuan. Penafsiran ulama mengenai kata dharaba adalah bahwa pukulan yang dimaksud ini bukanlah pukulan untuk menyakiti tapi untuk mendidik. Dalam kenyataannya tidak semua perempuan mudah untuk diluruskan suaminya, ada model perempuan yang hanya bisa 188 Abdussami‟ Anis , Metode Rasulullah Mengatasi Problematika Rumah Tangga (Jakarta: Qisthi Press, Tt), Hlm 204 189 Yasid Fiqh Realitas (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002) Hlm, 399


Konkritisasi Aturan Munakahat di Indonesia 117 diluruskan dengan pemaksaan secara fisik. Di dalam memukul perlu diperhatikan hal-hal berikut :190 a. Pukulan itu tidak boleh sampai melukai. b. Tidak memukul wajah, dan dijaga agar pukulan itu tidak mengenai bagian-bagian vital yang dapat membahayakan. Dalam Ihya Ulum al Din, Al Ghazali mengatakan apabila istri berbuat nusyuz sedangkan laki-laki adalah pemimpin bagi perempuan, maka suaminya mesti mendidik dan membuatnya taat, meski dengan cara paksa. Demikian juga ketika istrinya sengaja meninggalkan shalat, ia harus memaksanya agar mau mengerjakan shalat, akan tetapi cara mendidiknya harus dilakukan bertahap.191 Apabila perselisihan dan perseteruan semakin memanas, utuslah dua juru damai, seorang dari keluarga suami dan seorang dari keluarga istri, untuk melakukan perbaikan masalah setelah meneliti kondisi masingmasing suami istri dan mengetahui sebab konflik.192 Tiadalah seorangpun yang ragu bahwa memukul itu lebih sedikit mudharatnya terhadap keadaan dari terjadinya perceraian bagi perempuan yang bercerai berai dalam lingkup keluarga.193 Adapun memukul dengan siwak dan sejenisnya lebih sedikit bahayanya daripada menjatuhkan cerai pada istri. Karena dengan perceraian berarti meruntuhkan bangunan keluarga dan 190 Abu Malik Kamal, Fiqh Sunnah Wanita (Jakarta : Al-I'tishom Caahaya Umat, 2007) Hlm, 263 191 Add-Qadir Manshur, Buku Pintar Fiqh Wanita (Jakarta: Zaman, 2012) Hlm, 320 192 Wahbah Az-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islam Wa Adillatuhu ( Beirut: Ar-Al-Fiqh, 1997) Hlm,286 193 As-Subki, Ali Yusuf, Fiqih Keluarga Pedoman Berkeluarga Dalam Islam (Jakarta : Amzah, 2010) Hlm . 308


118 Muhammad Hafis.,S.H.,M.H menceraiberaikan keutuhannya. Jika dikiaskan dengan bahaya yang lebih besar maka hukuman ini menjadi yang lebih ringan dengan kebaikan dan keindahan.194 Kata dharaba dalam surat an-Nisa 34 tidak selalu dipandang dengan memukul, akan tetapi juga bisa dimaknai dengan makna-makna lainnya, misalnya ‚g_g\_lc ]ihnib‛. B[lf[m g_hy[n[e[h \[bq[ nch^[e[h pemukulan pada dasarnya bertentangan dengan pandangan dan ajaran tentang kesetaraan di dalam seksualitas yang diajarkan oleh AlQuran bahwa perkawinan harus didasarkan pada cinta, permainan, keharmonisan, dan ketenangan. Sebagai manusia biasa, istri-istri rasul juga pernah berbuat salah dan menyakiti hati. Tapi Rasul tidak pernah memukul dan melakukan tindakan kekerasan pada mereka. Rasul tidak melakukan jalan kekerasan untuk membuat istri-istri beliau patuh. Rasul mengedepankan pendekatan kejiwaan daripada harus melakukan tindakan kekerasan kepada istri-istri beliau.195 Terkait dengan kata dharaba, kebanyakan muslim mengartikan sebagai sanksi berupa pemukulan terhadap istri. Namun, Wadud, menjelaskan bahwa kata dharaba \cm[ \_l[lnc ‚g_goeof‛ ^[h \cm[ jof[ \_l[lnc ‚g_g\_lc ]ihnib,‛ ^[h e[n[ cno nc^[e dengan kata dharaba, yang \_l[lnc ‛g_goeof ^_ha[h e_l[m ^[h \_lof[ha of[ha.‛ D_ha[h ^_gcec[h, [y[n n_lm_\on b[lom ^c\[][‛ m_\[a[c f[l[ha[h \_lj_lcf[eo e_d[g n_lb[^[j cmnlc.‛ M_mecjoh hal ini bukanlah satu satunya cara untuk mengartikan kata dharaba, dan sekalipun kita menafsirkannya sebagai kebolehan untuk memukul istri, tetapi cukup beralasan bila kita mengartikannya sebagai bentuk pembatasan, 194 Ibid., 314 195 Yasid Fiqh Realitas (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002) Hlm, 340


Konkritisasi Aturan Munakahat di Indonesia 119 seperti yang dilakukan oleh Wadud. Ada dua alasan yang mendasarinya. Pertama, kita dapat menyimpulkannya dari contoh lain dalam al-Qol[h, y[cno n_hn[ha Y[’ko\ dan istrinya, sebagaimana yang dijelaskan oleh para penafsir. Dalam al-Qol’[h, Tob[h g_hyolob Y[’ko\ [a[l g_ha[g\cf (^_ha[h n[ha[hhy[) ‚m_ce[n logjon, g[e[ pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah‛ (Q.S. S[^: 44). Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa durhakanya seorang istri ada tiga tingkatan: a. Ketika tampak tanda-tanda kedurhakaannya suami berhak memberi nasehat kepadanya b. Sesudah nyata kedurhakaannya suami berhak untuk berpisah tidur dengannya. c. Kalau dia masih durhaka suami berhak memukulnya (dengan catatan sebagaimana yang sudah dijelaskan.196 Namun bila dengan langkah ketiga ini masalah belum dapat diselesaikan baru dibolehkan suami menempuh jalan lain yang lebih lanjut, termasuk j_l]_l[c[h. Fclg[h Aff[b y[ha [lnchy[: ‚Jce[ ^c[ mo^[b n[[n e_j[^[go d[ha[hf[b g_h][lc ][lc d[f[h ohnoehy[‛ (QS. An-Nisa : 34) Mengandung arti suami tidak boleh menempuh cara apapun selain dari itu termasuk menceraikannya. Dari pemahaman terhadap ayat di atas jelaslah bahwa Allah tidak menghendaki adanya perceraian kecuali setelah tidak menemukan cara lain untuk mencegahnya.197 Al Quran menegaskan, seandainya tujuan tersebut sudah 196 Sohari Sahrani, Munakahat Kajian Fiqih Lengkap (Jakarta: Rajawali, 2010) Hlm,187 197 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia: Antara Fiqih Munakahat Dan Undang- Undang Perkawinan. (Jakarta: Kencana, 2009) Hlm, 193


120 Muhammad Hafis.,S.H.,M.H tercapai tetapi langkah-langkah itu tetap diambil, maka pelakunya telah berbu[n z[fcg. ‚J[ha[hf[b g_h][lc ][lc d[f[h ohnoe g_hyom[be[hhy[.‛ Af Qol[h e_go^c[h menekankan larangan berbuat dzalim dengan mengatakan bahwa Allah maha tinggi lagi maha besar. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.198 Apabila kekhawatiran perempuan tersebut terbukti, maka tidak ada pilihan baginya, kecuali salah satu di antara dua hal berikut: a. Menerima terhadap apa yang terjadi. Pilihan inilah yang banyak dilakukan oleh kebanyakan kaum perempuan di negara kita, di bawah penamaan dan dalih yang berbeda-beda. Akan tetapi, ia boleh tidak menerima apa yang terjadi berdasarkan firmannya: ‛M[e[ nc^[e g_ha[j[ \[ac e_^o[hy[ g_ha[^[e[h perdamaian yang sebenar benarnya, dan perdamaian itu lebih baik bagi mereka. Dan ini g_ha[hn[le[h j[^[ jcfcb[h e_^o[.‛ b. Menolak apa yang terjadi. Pilihan ini terjadi ketika seorang perempuan tidak menerima tindakan sewenang wenang dan nusyuz sang suami, atau terhadap pengabaian dan sikap tak acuh terhadap diri dan anak anaknya. Dalam keadaan demikian ayat tersebut memberikan pedoman apa yang seharusnya dilakukan olehnya, yaitu perdamaian antara keduanya, yakni dengan mempertemukan pandangan jernih masing-masing melalui dialog yang menentramkan hati, dan dalam perdamaian tersebut terdapat kebaikan.199 198 Abd Al-Qodirmanshur. Buku Pintar Fiqih Wanita. Jakarta: Zaman. 2012) Hlm, 322 199Muhammad shahrur. Metodologi Fiqih Islam Kontemporer. (Yogyakarta: Kalimedia), hlm, 459.


Konkritisasi Aturan Munakahat di Indonesia 121 Ditinjau dari berbagai penjelasan yang telah dipaparkan di atas mengenai nusyuz maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, nusyuz merupakan pelanggaran komitmen bersama terhadap apa yang menjadi kewajiban dalam rumah tangga. Adanya tindakan nusyuz ini adalah merupakan pintu pertama untuk kehancuran rumah tangga. Untuk itu, demi kelanggengan rumah tangga sebagaimana yang menjadi tujuan setiap pernikahan, maka suami ataupun isteri mempunyai hak yang sama untuk menegur masing-masing pihak yang ada tanda-tanda melakukan nusyuz. Cara menyikapi perbuatan nusyuz seorang istri dilakukan dengan cara 3 (tiga) tahap yaitu, pertama dinasihati. Kedua, pisah ranjang dan yang ketiga, memukul dengan catatan tidak menyakiti.


122 Muhammad Hafis.,S.H.,M.H IX ATURAN KONKRIT TENTANG TALAK: Q.S AT-THALAQ [65]: 1 DAN KHI ERCERAIAN dalam istilah fikih Islam disebut dengan ‚ṭ[fāk‛ y[ha g_loj[e[h mo[no boeog n_le[cn ^_ha[h pemutusan hubungan perkawinan. Dilihat dari segi etimologi, istilah talak berasal dari bahasa Arab yaitu al- iṭfāk atau lepasnya suatu ikatan perkawinan.200 Sedangkan menurut terminologi talak merupakan terlepasnya ikatan pernikahan dengan lafal-lafal talak dan yang sejenisnya atau mengangkat ikatan pernikahan secara langsung atau ditangguhkan dengan lafal yang dikhususkan.201 Istilah talak ini hanya ditujukan pada pemutusan perkawinan dari pihak suami. Sedangkan makna 200 H.M.A. Tihami dan Sohari Sahrani , Fikih Minahakat; Kajian Fikih Nikah Lengkap, (cet. 3, Jakarta: Rajawali Pers, 2013) h.229 201 Wahbah al-Zuḥailī, al-Mu‟tamad fī al-Fiqh al-Syāfi‟ī, ( Juz 4, Damaskus: Dār alQalam, 2011) h.318 P


Konkritisasi Aturan Munakahat di Indonesia 123 ‚]_l[c‛ [n[o ‚j_l]_l[c[h‛ (^[f[g \[b[m[ Ih^ih_mc[) \_lg[eh[ putusnya perceraian baik dari pihak suami maupun pihak isteri. Dalam pelepasan hubungan perkawinan yang dilakukan oleh suami terhadap istri, tentu harus memenuhi syarat serta dilakukan menurut anjuran agama seperti yang disyariatkan Allah. Oleh karenanya seseorang (suami) akan dihukumi berdosa ketika pelaksanaan talak telah menyimpang dari apa yang telah disyariatkan. Perceraian atau talak syar'i merupakan perceraian yang dilakukan menurut landasan hukum Islam. Fuqaha sepakat bahwa talak yang sesuai menurut hukum itu jika dilakukan pada waktu-waktu tertentu seperti isteri dalam keadaan suci yang belum digauli.202 Dilihat dari segi jumlahnya yaitu ketika talak tiga atau dua dilakukan secara terpisah. Artinya bukan dalam waktu yang bersamaan serta dijatuhkan dalam kesempatan yang berbeda.203 Pendapat ini berangkat dari pemahaman terhadap surat al-Thalaq, yang artinya: ‚Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah, Maka Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. kamu tidak mengetahui barangkali Allah Mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru‛. (QS. At-Thalaq: 1). Masalah putusnya perkawinan serta akibatnya, UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 mengaturnya dalam Bab VIII Pasal 38 sampai dengan Pasal 41. Tata cara perceraian diatur dalam 202 Ibn Rusyd, Bidāyah al-Mujtahid wa Nihāyah al-Muqtaṣid, ( terj: Fuad Syaifudin Nur, Jilid 2, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2016) h.545 203Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, (Cet. 5, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014) h.222


124 Muhammad Hafis.,S.H.,M.H Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Pasal 14 sampai dengan Pasal 36, dan hal-hal teknis lainnya dalam Peraturan Menteri Agama (Permenag) Nomor 3 Tahun 1975. Pasal 38 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 menyatakan: Perkawinan dapat putus karena: 1. Kematian. 2. Perceraian. 3. Atas keputusan pengadilan. Pasal 39 1. Perceraian hanya dapat dilakukan di depan Sidang Pengadilan setelah Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak 2. Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami istri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami istri. Tata cara perceraian di depan sidang pengadilan diatur dalam peraturan perundangan tersendiri. Pasal 40 1. Gugatan perceraian diajukan kepada pengadilan. 2. Tata cara mengajukan gugatan tersebut pada ayat (1) pasal ini diatur dalam peraturan perundangan tersendiri. Dalam kompilasi diatur lebih rinci mulai dari sebab-sebab perceraian, tata cara, dan akibat hukumnya dalam Bab XVI Pasal 113 sampai dengan Pasal 162.


Konkritisasi Aturan Munakahat di Indonesia 125 Pasal 113 Kompilasi sama dengan Pasal 38 UU Perkawinan. Pasal 114: ‚Ponomhy[ j_le[qch[h y[ha ^cm_\[\e[h e[l_h[ perceraian dapat terjadi karena talak atau berdasarkan gugatan j_l]_l[c[h‛. P[m[f 115 KHI g_h_a[me[h \ohyc P[m[f 39 [y[n (1) m_mo[c ^_ha[h eihm_lh KHI y[cno ohnoe il[ha Imf[g: ‚P_l]_l[c[h hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama setelah Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak berhasil g_h^[g[ce[h e_^o[ \_f[b jcb[e‛. Mengenai alasan-alasan terjadinya perceraian, dijelaskan dalam Pasal 19 PP Nomor 9 Tahun 1975 jo. Pasal 116 Kompilasi: 1. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan. 2. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya. 3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung. 4. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain. 5. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami/istri. 6. Antara syami dan istri terus-menerus terjadi perselisihan dan per tengkaran dan tidak ada harapan untuk hidup rukun lagi dalam rumah tangga, dalam kompilasi terdapat tambahan alasan terjadinya perceraian yang khusus, berlaku bagi pasangan perkawinan yang memeluk agama Islam, yaitu:


126 Muhammad Hafis.,S.H.,M.H a. Suami melanggar taklik talak. b. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidakrukunan dalam rumah tangga. Selanjutnya kompilasi menjelaskan beberapa istilah yang berkaitan dengan putusnya perkawinan dan akibat hukumnya, termasuk di dalamnya teknis pelaksanaannya agar tindakan perceraian itu dilakukan secara benar. Pasal 117 Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan, dengan cara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 129, 130, dan 131. Pasal 118 Talak raj'i adalah talak kesatu atau kedua, di mana suami berhak rujuk selama istri dalam masa iddah. Ketentuan tersebut didasarkan pada petunjuk dari firman Allah surat al-baqarah [2]:228: Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (g_hohaao) nca[ e[fc kolo’. Tc^[e \if_b g_l_e[


Konkritisasi Aturan Munakahat di Indonesia 127 menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, Jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhir. Dan suaminya berhak merujuknya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) itu menghendaki islah. (QS Al-Baqarah (21:228).204 Talak (yang dapat dirujuk) dua kali. Setelah Itu boleh rujuk lagi dengan cara yang Ma'ruf atau menceraikan dengan yang baik. Al-Baqarah [2]:229.205 Pasa 119 1. Talak ba'in sughra adalah talak yang tidak boleh dirujuk tapi boleh akad nikah baru dengan bekas suaminya meskipun dalam iddah. 2. Talak ba'in sughra sebagaimana tersebut pada ayat (1) adalah: 3. Talak yang terjadi qabla al-dukhul. 4. Talak dengan tebusan atau khulu" 5. Talak yang dijatuhkan oleh Pengadilan Agama. Dijelaskan dalam firman Allah Surat Al-Ahzab [33]:49 sebagai berikut: 204 Departemen Agama RI, Al-Hikmah Al-Qur an dan Terjemahannya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2008), hlm. 36. 205 Ibid


128 Muhammad Hafis.,S.H.,M.H Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan-perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya maka sekali-kali tidak wajib atas mereka 'iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya, maka berilah mereka mut'ah dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik-baiknya. (OS AlAhzab [33]:49). Masalah khulu' dijelaskan dalam hadis riwayat dari Ibn Abbas r.a.: Sesungguhnya istri Tsabit ibn Qais datang menghadap Nabi Saw. dan berkata' "Wahai Rasulullah Saw. Tsabit ibn Qais, aku tidak mencela akhlak dan agamanya akan tetapi aku tidak suka kufur dalam Islam", Mae[ R[mofoff[b S[q \_lm[\^[: ‚Ae[he[b kamu kembalikan kebun (pemberian)nya"? Ia menjawab: "Ya". R[mof \_lm[\^[ (e_j[^[ Tm[\cn): ‚T_lcg[f[b e_\oh (e_g\[fc[h)hy[, ^[h ]_l[ce[h m[no e[fc.‛ (Rcq[y[n [f-Bukhari)" Ayat tersebut menunjukkan bahwa wanita yang dicerai sebelum digauli, tidak menjalani masa "iddah (masa tunggu), karena itu ia tidak bisa dirujuk dan termasuk kategori cerai ba'in sughro. Sementara hadis di atas menunjukkan bahwa khulu' adalah perceraian dengan tebusan, atau dalam bahasa perundang-undangan disebut dengan gugat cerai dengan tebusan ('iwadl). Pasal 120 Talak ba'in kubra adalah talak yang terjadi untuk ketiga kalinya. Talak Jenis ini tidak dapat dirujuk dan tidak dapat dinikahkan kembali, kecuali apabila pernikahan itu dilakukan setelah bekas istri menikah dengan orang lain dan kemudian terjadi perceraian ba'da al-dukhul dan habis masa 'iddahnya.


Konkritisasi Aturan Munakahat di Indonesia 129 Imam Muslim dalam al-Jami' al-Shahih-nya mengemukakan tujuh jalur hadis yang berkaitan dengan masalah ini. Salah satu di antaranya riwayat dari Aisyah r.a. yang mengatakan: ‚S_il[ha f[ec-laki mencerai istrinya tiga kali kemudian kawin dengan laki-laki lain dan menceraikannya sebelum ia menggaulinya. Maka bekas suaminya yang pertama menghendaki untuk menikahinya. Ia menanyakan hal tersebut kepada R[mofoff[b S[q. ^[h \_fc[o g_hd[q[\: ‚J[ha[h, m_bchaa[ mo[gc e_^o[ ‚g_h]c]cjc g[^ohy["‛ (g_haa[ofchy[) m_j_lnc y[ha dirasakan oleh (suami) yang pertama." (Riwayat Muslim). Pasal 121 Talak sunni adalah talak yang dibolehkan, yaitu talak yang dijatuhkan terhadap istri yang sedang suci dan tidak dicampuri dalam waktu suci tersebut. Pasal 122 Talak bid'i adalah talak yang dilarang, yaitu talak yang dijatuhkan pada Waktu istri dalam keadaan haid, atau istri dalam keadaan suci tapi sudah dicampuri pada waktu suci tersebut. Pasal 123 menjelaskan hitungan masa tunggu bagi talak raj'i, m_j_lnc doa[ y[ha ^cg[emo^ P[m[f 18 UU P_le[qch[h ‚P_l]_l[c[h ini terjadi terhitung pada saat perceraian itu dinyatakan di depan mc^[ha j_ha[^cf[h‛. P[m[f chc ^[f[g e_hy[n[[hhy[ g_g_lfoe[h pemahaman dan ketelitian yang memadai, terutama apabila misalnya seorang suami menjatuhkannya di luar sidang. Maksud undang-undang memang menghendaki agar setiap perceraian dilakukan di depan sidang. Karena dengan demikian, bukti-bukti autentik dapat diselenggarakan dan dapat menjamin kepastian hukum.


130 Muhammad Hafis.,S.H.,M.H P[m[f 124 KHI g_hy_\one[h: ‚Kbofo' b[lom \_l^[m[le[h [n[m [f[m[h P_l]_l[c[h m_mo[c e_n_hno[h P[m[f 116‛, (fcb[n doa[ P[m[f 19 UU Perkawinan). Pasal 125 menjelaskan tentang li'an dan akibat boeoghy[, ‚Lc'[h g_hy_\[bkan putusnya perkawinan antara suami istri untuk selama-f[g[hy[‛. Lc'[h n_ld[^c e[l_h[ mo[gc menuduh istri berbuat zina dan atau mengingkari anak dalam kandungan atau yang sudah lahir dari istrinya, sedangkan istri menolak tuduhan dan atau pengingkaran tersebut (Ps. 126). Mengenai tata cara Li'an diatur dalam Paragraf 4 UndangUndang Nomor 7 Tahun 1989 Pasal 87: 1. Apabila permohonan atau gugatan cerai diajukan atas alasan salah satu pihak melakukan zina, sedangkan pemohon atau penggugat tidak dapat melengkapi buktibukti dan termohon atau tergugat menyanggah alasan terseb st, dan hakim berpendapat bahwa permohonan atau gugatan itu bukan tiada pembuktian sama sekali serta upaya peneguhan alat bukti tidak mungkin lagi diperoleh baik dari pemohon atau penggugat maupun dari termohon atau tergugat, maka hakim karena jabatannya dapat menyuruh pemohon atau penggugat untuk bersumpah. 2. Pihak termohon atau tergugat diberi kesempatan pula untuk meneguhkan sanggahannya dengan cara yang sama. Ketentuan ini dirinci dalam Pasal 127 Kompilasi yang mengacu pada QS An-Nur (24):69 seperti dikemukakan dalam Bab 8 tentang asal-usul anak pasal 88 UU Nomor 7 Tahun 1989 menyatakan: 1. Apabila sumpah sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 87 ayat (1) dilakukan oleh suami, maka penyelesac[hhy[ ^[j[n ^cf[em[h[e[h ^_ha[h ][l[ fc’[h.


Konkritisasi Aturan Munakahat di Indonesia 131 2. Apabila sumpah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 ayat (1) dilakukan oleh istri maka penyelesaiannya dilaksanakan dengan hukum acara yang berlaku. A. Dasar Hukum Talak Perspektif Islam tentang talak hadir oleh karena adanya petunjuk dasar pembolehannya dalam Alquran maupun hadis, bahkan ulama sepakat bahwa talak dalam kondisikondisi tertentu memang dibolehkan bagi seorang suami yang ingin menceraikan isteri. Tidak hanya itu, petunjuk dan dasar pensyariatan talak secara langsung difirmankan kepada Rasulullah saw. Hal ini mengacu pada ketentuan QS.al-Talaq ayat 1 : ‚H[c N[\c, [j[\cf[ e[go g_h]_l[ce[h cmn_lc-isterimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukumhukum Allah dan barangsiapa yang melanggar hukumhukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim


132 Muhammad Hafis.,S.H.,M.H terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak mengetahui barangkali Aff[b g_ha[^[e[h m_mo^[b cno m_mo[no b[f y[ha \[lo‛. 206 Imam al-Suyuti menyebutkan ayat ini turun berdasarkan lcq[y[n ^[lc I\h A\\[m, ‚mo[no e_nce[ A\^o Z[c^ (A\o Roe[h[b)‛ g_hn[f[e cmnlchy[ Uggo Roe[h[b. I[ e_go^c[h menikahi wanita lain dari Madinah. Ummu Rukanah Lantas g_h^[n[hac R[mofoff[b m[q., ^[h \_le[n[, ‚[f[hae[b malangnya saya. Hubungan suami saya dan saya hanyalah f[em[h[ m_b_f[c l[g\on chc (\_acno l[jobhy[)‛. Tc^[e f[g[ kemudian turunlah ayat tersebut. Dalam riwayat lain, Igāg al-Suyuti juga menyebutkan bahwa hadis tersebut turun berkenaan dengan salah satu riwayat dari Qatadah dari Anas \ch M[fce y[ha \_le[n[, ‚mo[no e_nce[ R[mofoff[b m[q., g_h[f[e H[`m[b. I[ e_go^c[h e_g\[fc e_ e_fo[la[hy[‛, Allah kemudian menurunkan ay[n n_lm_\on‛.207 Riwayat tersebut secara hukum mengandung informasi bahwa Rasulullah saw., sendiri telah melakukan talak kepada isterinya dan tentunya diperkenankan, bahkan ada penegasan secara khusus dalam QS. al- Talaq ayat 1, yaitu jika pun terpaksa untuk melakukan talak, maka prosesnya harus dilakukan ketika istri mudah melaksanakan masa iddah. Hal tersebut menunjukkan bahwa Islam melegalkan talak dengan tata cara tertentu sebagaimana maksud ayat tersebut. Menurut para ulama, cara talak agar istri menjalankan masa iddah secara wajar sebagaimana maksud QS. al-Ṭ[fāk ayat 1 sebelumnya adalah hanya dilakukan apabila isteri dalam keadaan suci dari haid atau belum digauli. Sebab, menalak istri dalam keadaan haid akan memperlama iddah istri sebab ia akan menghitungnya setelah suci. Sementara larangan mentalak istri sesaat setelah dilakukannya jimak 206 Departemen Agama RI, Al-Hikmah Al-Qur an dan Terjemahannya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2008), hlm. 558. 207al-Suyuti, Lubāb al-Nuqul fī Asbab al-Nuzul, ( terj: Tim Abdul Hayyie, Cet.10, Jakarta: Gema Insani Press, 2015) h.581-582


Konkritisasi Aturan Munakahat di Indonesia 133 karena ada kemungkinan benih janin di dalam rahim isteri sehingga juga akan memperlama isteri dalam melaksanakan idah.8 Selain alasan itu, para ulama juga memandang bahwa biasanya suami cenderung akan menahan untuk mentalak istri dan amaranya akan terkendali pada saat setelah istrinya n_f[b mo]c. Yūmo` [f- Qaradawi dan al-Barudi menyebutkan yang pada intinya boleh jadi pihak suami terhalang untuk menyalurkan naluri seksual pada saat haid, maka ia mentalak suami. Karena ada larangan tersebut, maka anjuran menceraikan istri pada saat suci sangat mungkin tidak terealisasi sebab suami sudah bisa kembali menggaulinya. Selain itu, amarah suami pada saat istri haid boleh jadi akan kembali turun ketika sesaat setelah istrinya telah mengalami masa suci, sehingga suami tidak lagi menceraikannya. Poin inti yang dapat dipahami dari ketentuan dalil di atas adalah talak disyariatkan dalam Islam namun harus dilakukan dengan cara dan waktu tertentu seperti menceraikan istri pada saat istri suci atau pada saat istri belum digauli sebelumnya. Dalil lain yang umum digunakan sebagai dasar hukum talak mengacu pada ketentuan QS. alBaqarah ayat 229 artinya: ‚T[f[e (y[ha ^[j[n ^clodoec) ^o[ e[fc. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma‟ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum- hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukumhukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang- il[ha y[ha z[fcg‛.


134 Muhammad Hafis.,S.H.,M.H Imam al-Suyuti menyebutkan ayat ini turun berkenaan ^_ha[h lcq[y[n ^[lc I\ho Jol[cd, ^c[ \_le[n[, ‚[y[n chc noloh pada Tsabit bin Qais dan Habibah, isterinya. Habibah mengadukan perihal suaminya kepada Rasulullah saw., untuk kemudian meminta diceraikan. Maka Rasulullah saw., \_le[n[ e_j[^[ H[\c\[b, ‚[j[e[b _hae[o g[o g_ha_g\[fce[h e_\oh y[ha ^cd[^ce[h g[b[l ohnoego‛. H[\c\[b g_hd[q[\, ‚y[ m[y[ g[o‛. K_go^c[h R[mofoflah saw., memanggil Tsabit bin Qais dan memberitahunya tentang apa yang dilakukan isterinya. Maka Tsabit bin Qais \_le[n[, ‚[j[e[b ^c[ l_f[ g_f[eoe[hhy[?‛, R[mofoff[b m[q., g_hd[q[\, ‚y[, ^c[ l_f[‛. Imn_lchy[ joh \_le[n[, ‚m[y[ \_h[lbenar telah melakukanny[‛. M[e[ nolohf[b [y[n n_lm_\on. Selain perspektif Alquran, dasar hukum talak juga berdasarkan perspektif hadis Rasulullah saw. Riwayat hadis tentang talak cukup banyak, di antaranya adalah riwayat Boebālī ^[lc A\^offāb \ch Ug[l: ‚D[lc A\^offāb \ch Ug[l ra., bahwa pada masa Rasulullah saw, ia pernah menceraikan istrinya dalam keadaan haid, maka Umar bin al-Khaṭṭā\ joh menanyakan hal itu kepada Rasulullah saw. Maka Rasulullah m[q., \_lm[\^[: ‚P_lchn[be[hf[b [a[l c[ m_a_l[ g_lodoehy[, lalu menahannya hingga ia suci dan haid kembali kemudian suci. Maka pada saat itu, bila ia mau, ia boleh menahannya, dan bila ingin, ia juga boleh menceraikannya. Itulah iddah yang diperintahkan oleh Allah Swt., untuk g_hn[f[e cmnlc‛. (HR. Boebālī). M[eh[ ^[lc b[^cm n_lm_\on secara hukum mengandung informasi yang ada kaitannya dengan ketentuan QS. al-Ṭ[fāk [y[n 1 m_\_foghy[. Alnchy[, pelaksanaan talak harus dilakukan saat istri dapat menjalankan masa iddah secara wajar. Tidak dibolehkan mentalak istri dalam keadaan haid, sebab hal itu akan menyusahkan istri sebab lamanya masa iddah yang ia lakukan. Dalam konteks hadis tersebut, Rasulullah saw., g_hyolob A\^offāb \ch Ug[l l[., [a[l g_lodoe e_g\[fc cmnlc


Click to View FlipBook Version