KONSEP KEBIDANAN
KONSEP KEBIDANAN Estiyani Wulandari, S.ST., M.Keb., Dina Sulviana Damayanti, S.ST.,M.Keb., Suryanti S., S., S.Keb., Bd., M.Keb., Umi Khasanah, SST, M.Keb., Linda Hardianti Saputri, S.ST., M.Kes., Sitti Nurana, S.ST.,M.Keb., Liberty Barokah, SSiT., M.Keb., Nurul Husnah, S.ST., M.Keb., Dina Melanieka S Henukh, S.Tr.Keb., MH., Andi Tenri Abeng, Amd.Keb, SKM.,M.Kes., Odilia Esem, S.S.T.,M.H. (Kes), Tyas Ning Yuni Astuti Anggraini, S.S.T., M.Kes.
Konsep Kebidanan Copyright© PT Penerbit Penamuda Media, 2024 Penulis: Estiyani Wulandari, S.ST., M.Keb., Dina Sulviana Damayanti, S.ST.,M.Keb., Suryanti S., S., S.Keb., Bd., M.Keb., Umi Khasanah, SST, M.Keb., Linda Hardianti Saputri, S.ST., M.Kes., Sitti Nurana, S.ST.,M.Keb., Liberty Barokah, SSiT., M.Keb., Nurul Husnah, S.ST., M.Keb., Dina Melanieka S Henukh, S.Tr.Keb., MH., Andi Tenri Abeng, Amd.Keb, SKM.,M.Kes., Odilia Esem, S.S.T.,M.H. (Kes), Tyas Ning Yuni Astuti Anggraini, S.S.T., M.Kes. ISBN: 978-623-8586-75-2 Desain Sampul: Tim PT Penerbit Penamuda Media Tata Letak: Enbookdesign Diterbitkan Oleh PT Penerbit Penamuda Media Casa Sidoarium RT 03 Ngentak, Sidoarium Dodeam Sleman Yogyakarta HP/Whatsapp : +6285700592256 Email : [email protected] Web : www.penamuda.com Instagram : @penamudamedia Cetakan Pertama, Juni 2024 x + 169, 15x23 cm Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin Penerbit
v Kepada pembaca yang terhormat, Dengan rasa syukur dan hormat, kami ingin menghadirkan buku "Konsep Kebidanan" ini sebagai upaya untuk memperluas pemahaman dan wawasan mengenai bidang kebidanan. Buku ini merupakan hasil kerja keras dan dedikasi para penulis dalam menyajikan informasi terkini serta relevan dalam dunia kebidanan. Semoga buku ini dapat menjadi panduan yang bermanfaat bagi para pembaca dalam mengeksplorasi konsep-konsep penting dalam kebidanan. Terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung terbitnya buku ini. Semoga ilmu yang terkandung di dalamnya dapat bermanfaat bagi perkembangan keilmuan kebidanan di tanah air. Selamat membaca!
vi Kata Pengantar ................................................................. v Daftar Isi ........................................................................ vi Bab 1. Sejarah Kebidanan ................................................... 1 A. Sejarah Profesi Kebidanan............................................... 2 B. Sejarah Pelayanan Kebidanan.......................................... 3 C. Sejarah Pendidikan Bidan................................................ 7 Bab 2. Profesi Kebidanan .................................................. 13 A. Profesi Kebidanan .........................................................15 B. Profesionalisme Kebidanan............................................16 Bab 3. Model Konseptual Kebidanan ................................... 19 A. Definisi model konseptual asuhan kebidanan ..................20 B. Fungsi model.................................................................22 C. Macam-macam model asuhan kebidanan ........................22 D. Peran bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan.....30
vii Bab 4. Peran, Wewenang, Hak dan Kewajiban Bidan ............... 35 A. Peran bidan .................................................................. 36 B. Wewenang bidan........................................................... 49 C. Hak dan Kewajiban Bidan .............................................. 52 Bab 5. Disiplin Ilmu Dunia Kebidanan ................................. 59 A. Pengenalan Tentang Kebidanan ..................................... 60 B. Pentingnya Disiplin Ilmu dalam Kebidanan..................... 60 C. Sejarah Perkembangan Kebidanan ................................. 62 D. Anatomi dan Fisiologi Kebidanan ................................... 64 E. Kehamilan dan Perkembangan Janin .............................. 66 F. Aspek Hukum dan Etika Dalam Kebidanan...................... 67 G. Peran Kebidanan dalam Kesehatan Masyarakat ............... 68 Bab 6. Tindakan-tindakan Profesi Kebidanan ........................ 71 A. Posisi Tindakan Profesi Kebidanan dalam Praktik Kesehatan..................................................................... 72 B. Pentingnya Tindakan profesi Kebidanan dalam Perawatan Maternal dan Neonatal .................................. 72 C. Prinsip dasar Tindakana profesi Kebidanan..................... 73 D. Tindakan pada masa kehamilan ..................................... 74 E. Tindakan Persalinan...................................................... 75 F. Tindakan Pasca Persalinan............................................. 78 G. Tindakan Neonatal ........................................................ 80
viii H. Aspek profesionalisme...................................................81 Bab 7. Proses Sosial Profesional Bidan dengan Sesama Tenaga Kesehatan ............................................................ 83 A. Definisi Profesionalisme ................................................84 B. Karakteristik Profesionalisme.........................................84 C. Profesionalisme Bidan ...................................................85 D. Ciri-ciri Profesionalisme Bidan .......................................86 E. Indikator Profesionalisme Bidan.....................................86 F. Kode Etik Bidan .............................................................89 G. Kewajiban bidan terhadap teman sejawat ........................89 H. Kode etik kebidanan internasional ..................................90 I. Pentingnya Kolaborasi Bidan Dengan Teman Sejawat.......90 J. Evidance Based Profesionalisme Bidan dengan teman sejawat..........................................................................92 Bab 8. Manajemen Kebidanan Guna Pemecahan Masalah ........ 93 A. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan......................94 B. Prinsip dan Sasaran Manajemen Kebidanan ....................96 C. Proses Manajemen Kebidanan........................................98 D. Implementasi Manajemen Kebidanan ........................... 105
ix Bab 9. Kebijakan Pelayanan Kebidanan .............................. 107 A. Proses Penyusunan Kebijakan.......................................108 B. Kebijakan Kesehatan ....................................................109 C. Kebijakan Pelayanan Kebidanan....................................111 Bab 10. Potensi Profesi Kebidanan .................................... 117 A. Konsep Dasar Profesi....................................................118 B. Konsep Potensi ............................................................121 C. Potensi Profesi Kebidanan ............................................123 Bab 11. Pembagian Tugas Bidan dengan Dokter Kandungan ... 127 A. Pembagian Tugas Bidan................................................129 B. Pembagian Tugas dokter Kandungan .............................132 C. Kolaborasi Bidan Dan Dokter Kandungan.......................135 Bab 12.Peran Bidan dalam Sebuah Kehamilan ..................... 139 A. Bidan Sebuah Profesi....................................................140 B. Kehamilan...................................................................142 C. Peran Bidan pada Kehamilan ........................................143 Daftar Pustaka .............................................................. 150 Tentang Penulis ............................................................ 162
x
Konsep Kebidanan 1 Estiyani Wulandari, S.ST., M.Keb
2 Konsep Kebidanan ejarah kebidanan adalah sebuah cerita panjang tentang peran wanita dalam membantu kelahiran dan merawat ibu dan bayi baru lahir. Sejak zaman kuno, pertolongan persalinan (pelayanan kebidanan) menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia, dipandang sebagai suatu bentuk pengetahuan yang diturunkan dari generasi ke generasi. Dari zaman prasejarah, di mana pengetahuan dan teknik kebidanan dipelajari melalui pengalaman dan observasi, hingga perkembangan ilmiah pada masa modern, sejarah kebidanan mencerminkan evolusi dalam pemahaman kita tentang proses kelahiran dan perawatan kesehatan reproduksi. Asosiasi kebidanan nasional di berbagai negara mendirikan Uni Bidan Internasional, pada Kongres Internasional Pertama tahun 1922. Pembentukan organisasi bidan internasional dimulai di Belgia pada tahun 1919. Hari Bidan se-Dunia ("International Day of the Midwife", IDM ), pertama kali diadakan pada tanggal 5 Mei 1991 dan sampai saat ini telah dirayakan oleh lebih dari 100 negara anggota "International Confederation of Midwife" (ICM atau Konfederasi Bidan se-Dunia). Peringatan Hari Bidan se-Dunia tersebut diadakan untuk menghormati jasa para bidan yang pada tahun 1987 mengadakan "International Confederation of Midwives Conference" di Belanda. Pada tanggal 24 Juni 1951, para bidan senior di Jakarta menyelenggarakan Konfrensi Bidan Pertama yang menandai dimulainya sejarah Hari Bidan Indonesia. Dalam sejarah bidan Indonesia juga menyebutkan bahwa tanggal S
Konsep Kebidanan 3 24 Juni 1951 dipandang sebagai hari lahirnya Ikatan Bidan Indonesia (IBI) (Rarung, 2017). 1. Sejarah pelayanan kebidanan di luar negeri a. Yunani Hipocrates hidup antara tahun 460-370 sebelum masehi, menganjurkan agar ibu bersalin dirawat dengan selayaknya. b. Roma Soranus hidup pada tahun 98-138 sesudah masehi, mengemukakan bahwa bidan merupakan seorang ibu yang telah melahirkan bayi, tidak takut akan ghoib/hantu, serta jauh dari tahayul. c. Inggris 1) William Smellie, (1697-1763) Mengubah bentuk cunam, serta menulis buku tentang pemasangan cunam dengan karangan yang lengkap, ukuran- ukuran panggul dan perbedaan panggul sempit dan biasa. 2) William Hunter (1718-1783) Murid dari Willian Smellie, yang memeruskan usahanya. d. Amerika Serikat Dahulu, di AS penyampaiannya dibantu oleh dukun beranak yang tidak berpendidikan. Selanjutnya, Anne Hutchinson mendapat kecaman karena membantu
4 Konsep Kebidanan melahirkan anak dengan Anencephalus saat menolong sahabatnya Marry Dyer yang akhirnya meninggalkan Boston dan pergi ke Long Island, kemudian ke Pelham, New York dan terbunuh. Karena ia dianggap sebagai orang yang berjasa maka ia diperingati dengan nama Hutchinson River Parkway. Setelah orang Amerika mendengar perkembangan di Inggris beberapa orang Amerika terpengaruh dengan kemajuan di Inggris dan pergi kesana untuk memperdalam ilmunya. Antara lain: 1) Dr. James Lloyd (1728-1810) Berasal dari Boston, belajar di London di RS Guy dan RS Saint Thimas. 2) Dr. Willian Shippen (1736-1808) Berasal dari Philadelphia, belajar di Eropa selama lima tahun kemudian belajar pada Willian Smellie dan Jhon, William Hunter dan Mackanzie. 3) Dr. Samuel Brad yang hidup pada tahun 1742- 1821. Beliau pergi ke Eropa belajar di Edenburgh hingga tamat. Kemudian meneruskan lagi ke London hingga pada tahun 1768 kembali ke Amerika Serikat pada umur 26 tahun. (Yulizawati, 2021). 2. Sejarah Pelayanan Kebidanan di Indonesia Kebidanan merupakan aplikasi dari ilmu medis. Bidan adalah tenaga professional yang mengatur dan monitoring proses fisiologis, berbeda dengan profesi
Konsep Kebidanan 5 kesehatan lain yang berfokus pada patologi. Bidam memberi kontribusi dalam proses medis kedokteran. a. Pada tahun 1907 (Zaman Gubernur Jendaral Hendrik William Deandels). Dukun dilatih sebagai tenaga penolong persalinan, namun tidak berlangsung lama. Pada akhirnya, zaman pemerintah Hindia Belanda ditemukan AKI dan AKB sangat tinggi. b. Tahun 1849 Pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan bidan, dan dibukanya pendidikan dokter Jawa di Batavia (di RS Militer Belanda sekarang RSPAD Gatot Subroto), pada tahun 1851 dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh dokter militer Belanda (Dr. W. Bosch). c. Tahun 1952 Diadakan pelatihan bidan secara formal untuk meningkatkan kualitas pertolongan persalinan, serta didirikan Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA). d. Mulai tahun 1990 Dari konferensi kependudukan global di Kairo (1994) yang menekankan pada kesejahteraan kesehatan Reproduksi, diperlukan perluasan area pelayanan kebidanan. Area tersebut meliputi: 1) Keluarga Berencana 2) PMS termasuk infeksi saluran reproduksi
6 Konsep Kebidanan 3) Safe Motherhood termasuk bayi baru lahir dan perawatan abortus 4) Kesehatan Reproduksi pada remaja 5) Kesehatan Reproduksi pada orang tua Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada kemampuan dan kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur melalui Permenkes dimulai dari; Permenkes No. 5380/IX/1963, wewenang bidan terbatas hanya pada pertolongan persalinan normal secara mandiri didampingi tugas lain. 1) Permenkes No. 363/IX/1980, yang kemudian diubah menjadi Permenkes 623/1989. 2) Wewenang bidan dibagi dua yaitu wewenang umum dan wewenang khusus. Dalam wewenang khusus (dibawah pengawasan dokter) 3) Permenkes Nomor 572/VI/1996 Mengatur tentang registrasi dan praktik bidan yang diberi kewenangan yang mandiri. Kewenangan tersebut disertai dengan kemampuan dalam melaksanakan tindakan. Dalam wewenang tersebut mencakup: pelayanan kebidananan yang meliputi: pelayanan ibu dana anak, pelayanan KB, pelayanan kesehatan masyarakat. 1) Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 tenttang registasi dan praktek bidan revisi dari Permenkes 572/VI/1996
Konsep Kebidanan 7 2) Kepmenkes No 1464 Tahun 2010 3) Kepmenkes No 28 Tahun 2017 4) UU No 4 Tahun 2020 tentang Kebidanan Saat menjalankan tugasnya, bidan bekerjasama/kolaborasi, konsultasi dan merujuk sesuai dengan kondisi pasien, kewenangan dan kemampuannya. Dalam situasi darurat bidan juga memiliki kewenangan untuk memberikan layanan kebidanan yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa. Aturan tersebut juga menegaskan bahwa bidan menjalankan praktik harus sesuai dengan kewenangan, kemampuan, pendidikan, pengalamam berdasarkan standar profesi (Noviyanti, 2017). 1. Sejarah Perkembangan Pendidikan Bidan di Luar Negeri a. Jepang Di Jepang pendidikan bidan dimulai tahun 1912 bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kebidanan dan neonatus, tapi pada masa tersebut muncul masalah karena masih kurangnya tenaga bidan dan bidan hanya mampu melakukan pertolongan persalinan yang normal saja, tidak siap jika terjadi kegawat daruratan. Hal ini disebabkan karena bidan di Jepang bersekolah perawat selama 3 tahun + 6 bulan pendidikan bidan. Akhirnya pada tahun 1987 ada upaya untuk meningkatkan pelayanan dan pendidikan bidan.
8 Konsep Kebidanan b. Malaysia Perkembangan kebidanan di Malaysia bertujuan untuk menurunkan MMR dan IMR dengan menempatkan bidan desa. Mereka memiliKI basic SMP + juru rawat + 1 tahun sekolah bidan. c. Belanda Membuka akademi pendidikan bidan yang pertama pada tahun 1861 di RS Universitas Amsterdam. Akademi ke dua di Rotterdam dibuka pada tahun 1882 dan yang ketiga pada tahun 1913 di Heerlen. d. Australia Australia sedang pada titik perubahan terbesar dalam pendidikan kebidanan. Siswa-siswa yang mengikuti pelatihan kebidanan pertama kali harus terdaftar sebagai perawat. Kebidanan swasta di Australia berada pada poin kritis pada awal tahun 1990, berjuang untuk bertahan pada waktu perubahan besar (Sari F, 2017). 2. Sejarah Perkembangan Pendidikan Bidan di Indonesia (pendidikan formal dan non formal) : a. Tahun 1851 Mulai pada masa penjajahan hindia belanda. oleh dokter militer Belanda (DR. W. Bosch) membuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia dan tidak berlangsung lama. b. Tahun 1902 Pendidikan bidan dibuka kembali bagi wanita pribumi di RS militer di Batavia (1904) pendidikan bidan bagi wanita Indonesia dibuka di Makasar.
Konsep Kebidanan 9 c. Tahun 1911/1912 Pendidikan tenaga keperawatan secara terencana di CBZ (RSUP) Semarang dan Batavia. Calon yang diterima dari HIS (SD 7 Tahun) dengan pendidikan keperawatan 4 tahun. d. Tahun 1935-1938 Pemerintah kolonial Belanda mendirikan sekolah bidan di berbagai kota besar, antara lain Rumah Sakit Bersalin Budi Kemulyaan di Jakarta, RSB Palang Dua, dan RSB Mardi Waluyo di Semarang bersamaan dengan mendidik bidan lulusan Mulo (tingkat SMP Bagian B). e. Tahun 1550-1953 Bagi lulusan SMP, didirikan program tiga tahun dengan syarat usia minimal 17 tahun sebagai sekolah bidan. Hingga penutupan sekolah pada tahun 1976. f. Tahun 1953 Di Yogyakarta, diluncurkan Kursus Tambahan Kebidanan (KTB) yang kedua. Kursus ini berlangsung selama 7-12 minggu. g. Tahun 1972 Pendidikan guru bidan dan perawat dilebur menjadi sekolah guru perawat dari lulusan sekolah perawat dan sekolah bidan. h. Tahun 1975-1984 Institusi pendidikan bidan ditutup, hingga sepuluh tahun. Namun organisasi profesi bidan (IBI) masih tetap ada. i. Tahun 1981 Untuk meningkatkan kemampuan perawat kesehatan (SPK) dalam pelayanan ibu dan anak termasuk kebidanan, dibuka pendidikan diploma I
10 Konsep Kebidanan Kesehatan Ibu dan Anak, dan hanya berlangsung 1 tahun. j. Tahun 1989 Dibuka program pendidikan bidan A (PPB/A). lama pendidikan 1 tahun dan lulusannya ditempatkan di desa-desa. k. Tahun 1993 Dibuka program pendidikan bidan B (PBB/B) dan pendidikan bidan program C (PPB/C). Pendidikan ini dilakukan di 11 provinsi, telah diatur dalam SK Menkes No. 1247/Menkes/ SK/XII/1994 Diklat jarah Jauh bidan (DJJ) bidan dilaksanakan dengan menggunakan modul sebanyak 22 buah. l. Tahun 1995-1998 IBI bekerja langsung dengan Mother Care melakukan peltihan dan peer review bagi bidan RS, bidan Puskesmas, dan bidan di desa propinsi Kalimantan selatan. m. Tahun 1996, Dibuka pendidikan diploma III kebidanan, surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan RI No. 009/U/1996. n. Tahun 2000 Dibuka program diploma IV Bidan Pendidik yang diselenggarakan fakultas kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Saat ini Program pendidikan D-IV Bidan telah berubah karena semua Institusi Poltekkes di seluruh Indonesia menyelenggarakan program D-IV Bidan. Didukung dengan adanya Undang Undang Dikti no 12 tahun 2012 disebutkan bahwa Politeknik boleh menyelenggarakan Profesi, sehingga
Konsep Kebidanan 11 saat ini ada beberapa Poltekkes yang sedang persiapan untuk menyelenggarakan Pendidikan Profesi Bidan dari program D-IV Bidan. Program Pendidikan S1 Bidan dengan Profesi di beberapa universitas yaitu Universitas Airlangga (UNAIR) dan Universitas Brawijaya (UNBRAW) serta Universitas Andalas (UNAND). Bahkan saat ini Universitas Padjadjaran (UNPAD) sudah menyelenggarakan sampai ke jenjang S2 dan lulusannya diberikan gelar Magister Kebidanan. Dengan adanya UU Dikti no 12 tahun 2012 Program pendidikan Vokasi semakin berkembang dengan dibukanya Magister Terapan yang sejak tahun 2014 sudah diselenggarakan oleh Poltekkes Semarang bahkan Pendidikan vokasi diberi peluang untuk berkembang kearah Doktor Terapan (Anggraini et al., 2020).
12 Konsep Kebidanan
Konsep Kebidanan 13 Dina Sulviana Damayanti, S.ST.,M.Keb
14 Konsep Kebidanan idan adalah salah satu tenaga Kesehatan yang berperan dalam upaya mewujudkan pencapaian derajat kesehtan masyarakat yang optimal khusunya kesejahteraan ibu dan anak, sejalan dengan pencapaian Sustainable Development Goals (SDG’s) untuk mewujudkan keluarga sehat dan berkualitas. Pelayanan Kesehatan ibu dan anak yang didikukung dengan kualitas Pendidikan yang baik akan menghasilkan tenaga bidan yang berkualitas dan mampu bekerja secara otonom dan bertanggung jawab. Bidan diakui sebagai tenaga Kesehatan professional dan bertanggung jawab dan akuntabel yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, pengelolaan, Pendidikan kesehatandan konseling kepada perempuan dan keluarga serta persiapan menjadi orang tua (ICM, 2021; Kepmenkes RI, 2020). Profesi kebidanan secara nasional diakui dalam undang-undang maupun peraturan pemerintah Indonesia dan diakui secara internasional diantaranya adalah ICM (International Confederation of Midwives), FIGO (International Federation of International Gynecologist and Obstetritian), dan WHO (World Health Organitation). Bidan lahir sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi ibu-ibu yang akan melahirkan. Sejarah menunjukkan bahwa kebidanan merupakan salah satu profesi tertua di dunia sejak adanya peradaban umat manusia. Profesi ini telah mendudukan peran dan posisi seorang bidan menjadi terhormat dimasyarakat karena tugas yang diembannya sangat mulia dalam upaya memberikan semangat, memberikan motivasi, mendampingi dan membesarkan hati para ibu selama siklus hidupnya (International Confederation of Midwives ICM, 2024; WHO, 2019). B
Konsep Kebidanan 15 Seorang bidan di Indonesia sangat berperan penting untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan janinnya. Pelayanan kebidanan berada dimanapun dan kapan saja selama ada proses reproduksi manusia. Tugas yang diemban oleh bidan, berguna untuk kesejahteraan umat manusia. Berbagai macam pengertian tentang bidan banyak sekali, namun dapat disimpulkan bahwa bidan adalah profesi yang khusus, bidan adalah orang yang pertama kali melakukan penyelamatan kelahiran sehingga ibu dan bayinya lahir sehat dan selamat. Bidan (midwife) atau pendamping isteri. Kata bidan berasal dari bahasa Sansekerta Wirdhan yang artinya wanita bijaksana. Namun, ada pula yang mengatakan bahwa bidan adalah ‚dukun yang terdidik‛(Rahmawati et al., 2022). Pada saat ini, pengertian bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan kebidanan yang diakui dan mendapatkan lisensi untuk melaksanakan praktik kebidanan. Pelayanan kebidanan adalah pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang diberikan kepada ibu dalam kurun waktu masa reproduksi dan bayi baru lahir (Yulizawati, 2021). Bidan sebagai profesi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Mengembangkan pelayanan yang unik kepada masyarakat 2. Anggota-anggotanya dipersiapkan melalui suatu program pendidikan yang ditunjuk untuk maksud profesi yang bersangkutan
16 Konsep Kebidanan 3. Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah 4. Anggota-anggotanya menjalankan tugas profesinya sesuai dengan kode etik yang berlaku 5. Anggota-anggotanya bebas mengambil keputusan dalam menjalankan profesinya 6. Anggota-anggotanya wajar menerima imbalan jasa atas pelayanan yang diberikan 7. Memiliki suatu organisasi profesi yang senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat oleh anggotanya. Sehubungan dengan profesionalisme jabatan bidan, perlu dibahas bahwa bidan tergolong jabatan profesional. Jabatan dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu jabatan struktural dan jabatan fungsional. Jabatan struktural adalah jabatan yang secara tegas ada dan diatur berjenjang dalam suatu organisasi, sedangkan jabatan fungsional adalah jabatan yang ditinjau dan dihargai dari aspek fungsinya yang vital dalam kehidupan masyarakat dan negara. Selain fungsi dan perannya yang vital dalam kehidupan masyarakat, jabatan fungsional juga berorientasi kualitatif (Novianty, 2018). Bidan adalah jabatan professional, persyaratan dari bidan sebagai jabatan profesional telah dimiliki oleh bidan tersebut. Persyaratan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis
Konsep Kebidanan 17 2. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan bidan secara tenaga Professional 3. Keberadaannya diakui dan diperlukan masyarakat 4. Mempunyai kewenangan yang disahkan atau diberikan oleh pemerintah 5. Mempunyai peran dan fungsi yang jelas 6. Mempunyai kompetensi yang jelas dan terukur 7. Memiliki organisasi profesi sebagai wadah 8. Memiliki kode etik bidan 9. Memiliki etik kebidanan 10. Memilki standar pelayanan 11. Memiliki standar praktik 12. Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi sesuai dengan kebutuhan pelayanan 13. Memiliki standar pendidikan berkelanjutan sebagai wahana pengembangan kompetensi Seorang pekerja di bidang apapun sering diberi predikat profesional. Seorang pekerja profesional dalam bahasa keseharian tersebut adalah seorang pekerja yang terampil atau cakap dalam pekerjaannya, walaupun keterampilan atau kecakapan tersebut produk dari fungsi minat dan belajar, serta kebiasaan (Novianty, 2018). Seorang pekerja profesional dituntut untuk menguasai visi yang mendasari keterampilannya yang menyangkut wawasan filosofis, pertimbangan rasional dan memiliki sikap yang positif dalam melaksanakan, serta mengembangkan mutu karyanya (Novianty, 2018).
18 Konsep Kebidanan Secara lebih rinci, ciri-ciri jabatan profesional adalah sebagai berikut: 1. Bagi pelakunya secara nyata (de facto) dituntut kecakapan kerja (keahlian) sesuai dengan tugas-tugas khusus, serta tuntutan dari jenis jabatannya (kecenderungan ke spesialisasi) 2. Kecakapan atau keahlian seorang pekerja profesional bukan sekedar hasil pembiasaan atau latihan rutin yang terkondisi, tetapi perlu didasari oleh wawasan keilmuan yang mantap. Jabatan profesional juga menuntut pendidikan. Jabatan terprogram secara relevan dabn berbobot, terselenggara secara efektif, efisien dan tolak ukur evaluatifnya tersandar 3. Pekerja profesional dituntut berwawasan sosial yang luas sehingga pilihan jabatan, serta kerjanya didasari oleh kerangka nilai tertentu, bersikap positif terhadap jabatan dan perannya, serta bermotivasi dan berusaha untuk berkarya sebaik-baiknya. Hal ini mendorong pekerja profesional yang bersangkutan untuk selalu meningkatkan (menyempurnakan) siri dan karyanya. Orang tersebut secara nyata mencintai profesinya dan memiliki etos kerja yang tinggi. 4. Jabatan profesional perlu mendapat pengesahan dari masyarakat dan atau negaranya. Jabatan profesional memiliki syarat-syarat dan kode etik yang harus dipenuhi oleh pelakunya. Hal ini menjamin kepantasan berkarya dan sekaligus meupakan tang-gungjawab sosial pekerja profesional tersebut.
Konsep Kebidanan 19 Suryanti S., S., S.Keb., Bd., M.Keb
20 Konsep Kebidanan emajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang telah meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, termasuk layanan kebidanan. Hal ini menantang profesi bidan untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme dalam praktek kebidanan serta memberikan pelayanan yang berkualitas. Kebijakan pemerintah dalam satu dekade terakhir telah menekankan pentingnya menempatkan individu yang menggunakan layanan kesehatan sebagai pusat perhatian, khususnya dalam layanan yang berfokus pada wanita. Dalam paradigma kebidanan, wanita dipandang sebagai individu yang utuh dan unik, dengan kebutuhan dasar yang beragam sesuai dengan tahap perkembangannya secara bio-psiko-sosial-kultural. Sebagian wanita yang menggunakan layanan maternitas mengkritik bahwa kebutuhan mereka tidak terpenuhi. Dari situ, disimpulkan bahwa wanita dan bayi mereka harus menjadi fokus utama dalam pelayanan kesehatan maternal, dengan layanan tersebut tersedia secara mudah di sekitar mereka (Tajmiati et al., 2016). Konsep merupakan landasan dari sebuah teori yang menguraikan tentang suatu gagasan yang dapat diuji melalui observasi atau penelitian. Model adalah representasi atau gambaran untuk mengilustrasikan sesuatu. Model kebidanan adalah panduan atau referensi yang menjadi struktur bagi seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan. Model Konseptual adalah K
Konsep Kebidanan 21 representasi abstrak dari suatu ide yang menjadi dasar dari suatu disiplin ilmu(Suryani et al., 2023). Dalam literatur kebidanan, model digambarkan sebagai suatu rencana atau representasi yang menggambarkan objek, sistem, atau konsep tertentu, sering kali melalui penyederhanaan atau idealisasi. Model konseptual, di sisi lain, merupakan representasi dari suatu ide atau konsep, sering kali berfungsi sebagai panduan bagi seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan. Konseptualisasi ini dipengaruhi oleh filosofi yang dianut oleh bidan, yang juga mencakup elemen-elemen yang terkandung dalam paradigma kesehatan, seperti hubungan antara manusia, lingkungan, dan pelayanan kesehatan. Model Konseptual Kebidanan, dengan demikian, memberikan contoh konkret tentang bagaimana pelayanan kebidanan diimplementasikan dan menjawab pertanyaan tentang esensi dari praktik kebidanan(Suryani et al., 2023). Model mencerminkan ide global tentang individu, kelompok, situasi, dan peristiwa yang relevan dalam suatu disiplin ilmu. Model memberikan struktur untuk memahami dan mengembangkan praktik yang memandu tindakan dalam pendidikan, membantu mengidentifikasi pertanyaan yang perlu dijawab dalam penelitian(Ningsih et al., 2023). Dalam konteks kebidanan, model didasarkan pada empat elemen utama: 1. Individu (seperti wanita, ibu, pasangan, dan individu lainnya) 2. Kesehatan 3. Lingkungan 4. Kebidanan
22 Konsep Kebidanan Model kebidanan memiliki beragam fungsi, yaitu: 1. Mengintegrasikan data secara komprehensif Memfasilitasi komunikasi antara bidan dan pemimpin melalui tindakan yang ditetapkan. Membantu dalam mengatur program pembelajaran dalam bidang Pendidikan. Memfasilitasi komunikasi antara bidan dan klien a. Menjelaskan identitas, tugas, aspirasi, dan kebutuhan bidan untuk: Mendorong perkembangan profesi, Melatih mahasiswa bidan dan Meningkatkan komunikasi antara bidan, klien, dan pemimpin. Model kebidanan terbagi menjadi lima komponen, yang meliputi Monitoring kesejahteraan ibu, Persiapan ibu melalui penyuluhan dan konseling. Minimalkan penggunaan intervensi teknologi, Mengidentifikasi dan memberikan bantuan obstetric, Melakukan rujukan. (Anggraini, 2020) 1. Medical model Medical model adalah salah satu konsep yang dirancang untuk membantu individu memahami dinamika kesehatan dan penyakit. Fungsinya adalah sebagai struktur panduan untuk pemahaman dan tindakan. Pertanyaan yang muncul terkait model ini
Konsep Kebidanan 23 adalah, "Apakah dapat dengan mudah dipahami dan diterapkan dalam praktik?" Model ini merupakan dasar yang telah diakui dalam praktik-praktik kebidanan yang telah diterima luas dalam masyarakat, mencakup pemahaman tentang proses penyakit, pelaksanaan tindakan, dan potensi komplikasi yang mungkin timbul dari penyakit atau tindakan tersebut(Ani et al., 2021). 2. Model sehat untuk semua (health For All-HFA) Model ini disusun oleh WHO dalam Deklarasi Alma Ata pada tahun 1978. Sejak saat itu WHO telah mengumumkan Model Sehat untuk Semua (Health For All), yang menitikberatkan pada peran penting wanita, keluarga, dan masyarakat dalam mencapai tujuan kesehatan yang merata. Implementasi model ini dilakukan oleh bidan di tingkat komunitas(Atik Purwandari, 2008). Fokusnya adalah pada pelayanan kesehatan untuk wanita, keluarga, dan masyarakat serta digunakan sebagai alat komunikasi antara bidan-bidan dari negara-negara lain. Menurut Euis dan Simmet (1992), tema HFA meliputi: a. Mengurangi disparitas kesehatan, b. Meningkatkan kesehatan melalui pendekatan promosi dan preventif, c. Melibatkan partisipasi masyarakat, d. Menciptakan kerjasama yang erat antara pemerintah dan sektor lain yang terkait, e. Primary Health Care (PHC) yang merupakan dasar dari sistem pelayanan kesehatan. PHC adalah
24 Konsep Kebidanan pelayanan kesehatan primer yang didasarkan pada praktek dan ilmu pengetahuan yang logis serta metode sosial yang tepat, serta teknologi yang dapat diakses oleh individu dan keluarga dalam masyarakat melalui partisipasi. PHC juga dianggap sebagai nilai yang dipegang oleh masyarakat dan negara, mampu menjaga setiap tahap perkembangan berdasarkan keyakinan dan peraturan yang berlaku. Dari konsep HFA dan definisi PHC(Anggraini, 2020), terdapat lima prinsip yang dijabarkan oleh WHO pada tahun 1998: a. Hak penentuan kesehatan oleh seluruh populasi dengan penyedia layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan individu. b. Pelayanan yang menyeluruh, mencakup aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, di mana semua jenis layanan harus tersedia dalam satu tempat untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang berbeda. c. Pelayanan yang efektif, sesuai dengan normanorma yang berlaku, dapat diandalkan, dan terorganisir dengan baik, sehingga masyarakat dapat menerima dan menghasilkan manfaatnya, serta dapat dimonitor dan diatur secara efisien. d. Keterlibatan komunitas dalam pengembangan, penentuan, dan pemantauan pelayanan, di mana tanggung jawab penentuan asuhan kesehatan dipegang oleh seluruh komunitas, dan kesehatan dipandang sebagai faktor kunci dalam pengembangan seluruh lapisan masyarakat.
Konsep Kebidanan 25 e. Kolaborasi antar sektor untuk kesehatan dan pelayanan kesehatan tidak hanya bergantung pada layanan kesehatan semata, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kondisi perumahan, lingkungan populasi, ketersediaan makanan, dan upaya promosi kesehatan yang efektif. Delapan area yang bertujuan untuk mencapai kesehatan bagi semua melalui PHC adalah sebagai berikut(Ningsih et al., 2023): a. Edukasi tentang isu-isu kesehatan umum dan metode pencegahan serta pengendaliannya. b. Promosi kesehatan mengenai penyediaan makanan dan gizi yang memadai. c. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar yang memadai. d. Kesehatan ibu dan anak, termasuk program keluarga berencana. e. Program imunisasi. f. Pencegahan dan pengawasan terhadap penyakit endemik. g. Pengendalian yang tepat terhadap kecelakaan dan penyakit umum. h. Penyediaan obat-obatan esensial. 3. Model partisipasi Model partisipasi mengacu pada keterlibatan ibu dalam interaksi dengan bidan, baik pada tingkat individu maupun masyarakat. Aspek kunci dari partisipasi pasien meliputi: keterlibatan aktif pasien dalam asuhan, menghindari medikalisasi dan keprofesionalan
26 Konsep Kebidanan berlebihan, serta demokrasi dalam keterlibatan pasien dalam pengambilan keputusan. Tingkat partisipasi pasien berkaitan dengan sejauh mana mereka terlibat dalam pelayanan kebidanan, yang dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan, mulai dari menerima pelayanan secara pasif hingga terlibat dalam perencanaan program. Untuk menerapkan model partisipasi ini, diperlukan pendekatan, kerjasama antara bidan, ibu, dan keluarga, serta pertanyaan untuk memahami pengetahuan dan harapan ibu. Unit komponen dalam model ini meliputi ibu dan keluarga, konsep kebutuhan, kemitraan, faktor kedekatan dan keterbukaan, informasi yang disampai-kan dengan komunikasi yang efektif, pilihan dan kendali yang diberikan kepada ibu dalam pengambilan keputusan, penerimaan yang diberikan kepada ibu saat bersalin, kesadaran diri sendiri dari bidan, dan model sistem maternitas di komunitas yang mencakup rujukan yang dilakukan oleh bidan yang memberikan asuhan di komunitas (Atik Purwandari, 2008). 4. Model konseptual dalam asuhan kebidanan a. Medical model Medical model adalah salah satu konsep yang telah dikembangkan untuk membantu manusia memahami proses kesehatan dan penyakit. Model ini umumnya diterapkan dalam bidang kedokteran dan lebih memusatkan perhatian pada proses penyakit serta upaya pengobatannya. Beberapa aspek yang termasuk dalam model ini antara lain: fokus pada penyakit, pemisahan antara pikiran dan tubuh, keyakinan bahwa
Konsep Kebidanan 27 manusia memiliki kontrol atas alam, penekanan pada hal-hal yang tidak biasa, peran pasif pasien, dan otoritas dokter dalam pengambilan keputusan. Meskipun demikian, model ini kurang sesuai untuk diterapkan dalam bidang kebidanan karena cenderung terlalu menekankan pada penyakit dan kurang memberikan ruang bagi pasien untuk menentukan keinginannya sendiri. Meskipun begitu, pengaruh model ini masih cukup besar. Selanjutnya, akan diuraikan perbedaan pandangan mengenai kehamilan sesuai dengan model-model yang berbeda(Tajmiati et al., 2016). b. Paradigma sehat Paradigma sehat pertama kali dikemukakan oleh Prof. Dr. FA. Moeloek, saat Rapat sidang DPR Komisi VI pada tanggal 15 September 1998. Paradigma ini menggambarkan suatu cara pandang atau model pembangunan kesehatan yang mengakui bahwa masalah kesehatan saling terkait dan dipengaruhi oleh berbagai faktor lintas sektor. Upaya yang dilakukan lebih difokuskan pada peningkatan, pemeliharaan, dan perlindungan kesehatan, bukan sekadar penyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan. Oleh karena itu, pendekatan dalam paradigma sehat lebih menekankan pada promosi dan pencegahan penyakit. Secara umum, paradigma sehat mengingatkan bahwa pembangunan di berbagai sektor harus memperhatikan dampaknya terhadap kesehatan(Ani et al., 2021). Hal ini juga berlaku dalam asuhan kebidanan karena: 1) Dengan mengadopsi paradigma sehat, cara pandang masyarakat tentang kesehatan dapat
28 Konsep Kebidanan berubah, termasuk kesadaran akan pentingnya upaya promosi dan pencegahan penyakit. 2) Paradigma sehat menjadi kunci dalam meningkatkan derajat kesehatan di Indonesia, terutama dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Oleh karena itu, bidan sebagai bagian dari tenaga kesehatan yang bertanggung jawab terhadap AKI dan AKB perlu mengadopsi paradigma sehat sebagai model. 3) Paradigma sehat merupakan gerakan nasional yang melibatkan semua pihak, termasuk bidan. Oleh karena itu, bidan juga perlu mengintegrasikan paradigma sehat dalam praktiknya sebagai model atau pedoman. c. Midwifery care Dalam dunia kebidanan, konsep "care" memiliki makna merawat, memelihara, dan memberikan perhatian yang menyeluruh. Terkait dengan praktik kebidanan, "care" sering disebut sebagai asuhan(Atik Purwandari, 2008). Prinsip-prinsip Care dalam praktek bidan meliputi: 1) Pengakuan dan dukungan terhadap keterkaitan antara kesehatan fisik, mental, dan lingkungan budaya sosial. 2) Penyimpangan bahwa sebagian besar wanita dalam persalinan dapat mendapat bantuan tanpa intervensi. 3) Dukungan dan peningkatan upaya persalinan alami.
Konsep Kebidanan 29 4) Penggunaan pendekatan pemecahan masalah yang didasarkan pada ilmu pengetahuan dan seni. 5) Pengakuan bahwa wanita memiliki kekuasaan dan tanggung jawab bersama dalam pengambilan keputusan, tetapi juga memiliki kendali dan keputusan akhir mengenai kondisi diri dan bayinya. 6) Batasan yang ditetapkan oleh hukum dan ruang lingkup praktek. Sebagai sebuah model perawatan kebidanan, kemitraan didasarkan pada prinsip-prinsip perawatan bidan sebagai berikut: a. Mengakui dan mendukung hubungan yang kompleks antara tubuh, pikiran, jiwa, fisik, dan lingkungan sosial dan budaya (holisme). b. Mengasumsikan bahwa sebagian besar kasus persalinan wanita dapat ditangani tanpa intervensi. c. Mendukung dan mendorong proses persalinan alami. d. Menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang menggabungkan ilmu pengetahuan dan seni. e. Berbasis hubungan dan kontinuitas dalam peran sebagai ibu. f. Berpusat pada wanita dan bertukar informasi secara terbuka antara wanita. g. Memberikan kekuatan kepada wanita dengan berlandaskan tanggung jawab bersama dalam pengambilan keputusan, sementara wanita memiliki kendali terhadap keputusan terakhir mengenai dirinya dan bayinya.
30 Konsep Kebidanan h. Terbatas oleh hukum dan lingkup praktik individu: dengan persetujuan wanita, bidan merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Hubungan antara wanita, bidan, dan dokter seharusnya dibangun atas dasar rasa hormat, saling penghargaan, dan kepercayaan. Bidan memiliki kewenangan untuk mengajukan pertanyaan tentang masalah medis atau perlindungan hukum bagi wanita atas alasan apa pun, terutama jika wanita tersebut tidak mampu berbicara atas namanya sendiri(Atik Purwandari, 2008). Persepsi mahasiswa kebidanan dipengaruhi oleh pengawasan bidan di unit layanan, yang bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa menghadapi kasuskasus yang mereka temui di lapangan. Praktik mahasiswa akan dibimbing oleh bidan dan akan diberikan pelatihan khusus dalam bidang kebidanan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan mereka. Peran pembimbing akan semakin berkurang dalam praktek, menjadi lebih sebagai penasehat dan pendukung(Atik Purwandari, 2008). Peran bidan dalam memberikan pelayanan yang bermutu meliputi beberapa aspek, di antaranya adalah sebagai berikut:
Konsep Kebidanan 31 1. Peran bidan sebagai Pendidik Bidan bertugas memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat mengenai penanggulangan masalah kesehatan, terutama yang berkaitan dengan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana (Anggraini, 2020). Langkah-langkah yang dilakukan bidan antara lain: a. Bersama klien, melakukan evaluasi kebutuhan akan pendidikan dan penyuluhan kesehatan masyarakat, terutama dalam bidang kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana. b. Bersama klien dan pihak terkait, menyusun rencana penyuluhan kesehatan masyarakat sesuai dengan kebutuhan yang telah dievaluasi, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. c. Menyiapkan alat dan bahan pendidikan dan penyuluhan sesuai dengan rencana yang telah disusun. d. Melaksanakan program atau rencana pendidikan dan penyuluhan sesuai dengan rencana jangka pendek dan jangka panjang yang melibatkan unsurunsur terkait, termasuk masyarakat. e. Bersama klien, mengevaluasi hasil pendidikan atau penyuluhan kesehatan masyarakat dan menggunakannya untuk perbaikan dan peningkatan program di masa yang akan datang. f. Mendokumentasikan semua kegiatan dan hasil pendidikan atau penyuluhan kesehatan masyarakat secara lengkap dan sistematis.
32 Konsep Kebidanan 2. Peran bidan sebagai Pelaksana Bidan harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi untuk melaksanakan berbagai kegiatan(Anggraini, 2020), antara lain: a. Memberikan bimbingan kepada kelompok remaja mengenai masa pranikah. b. Melakukan pemeliharaan kesehatan ibu hamil, nifas, dan pasca persalinan dalam keluarga. c. Memberikan pertolongan persalinan di rumah. d. Memberikan tindakan pertolongan pertama pada kasus kegawatdaruratan obstetri di keluarga. e. Melakukan pemeliharaan kesehatan wanita dengan gangguan reproduksi dalam keluarga. f. Melakukan pemeliharaan kesehatan anak balita. 3. Peran bidan sebagai Pengelola Bidan bertanggung jawab sebagai pengelola kegiatan unit kesehatan ibu dan anak di puskesmas, polindes, posyandu, dan praktik bidan, serta memimpin dan mengelola bidan lain atau tenaga kesehatan yang pendidikannya lebih rendah (Suryani et al., 2023). Peran pengelola bidan mencakup hal-hal berikut: a. Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan, terutama pelayanan kebidanan, untuk individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat di wilayah kerjanya dengan melibatkan masyarakat atau klien. b. Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain di wilayah
Konsep Kebidanan 33 kerjanya melalui peningkatan kemampuan tenaga kesehatan lain yang berada di bawah bimbingannya. 4. Peran bidan sebagai peneliti Peran peneliti yang dilakukan oleh bidan dalam bidang kesehatan melibatkan pemahaman tentang pencatatan, pengolahan, dan analisis data. Dengan menggunakan data tersebut, bidan dapat menyusun kesimpulan, hipotesis, atau hasil analisis yang sesuai. Data yang diperoleh juga menjadi dasar untuk merancang rencana atau tindakan yang tepat dalam menangani permasalahan yang ditemukan. Selain itu, bidan juga diharapkan mampu melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang ada(Suryani et al., 2023).
34 Konsep Kebidanan
Konsep Kebidanan 35 Umi Khasanah, SST, M.Keb
36 Konsep Kebidanan eran bidan setiap waktunya berubah, perubahan peran bidan dalam sistem kesehatan perlu mempertimbangkan hal politik dimana keputusan tentang pembuatan integrasi serta sifat sistem kesehatan yang selalu terintegrasi dengan bidan maupun tenaga kesehatan lainnya. Peran bidan dalam sistem kesehatan dipengaruhi oleh faktor politik dan sistem kesehatan yang sedang dijadikan kebijakan dalam sebuah pemerintahan (Mattison et al., 2020). Pada negara Inggris, Kanada dan Australia telah memiliki pedoman dalam menjelaskan pentingnya integrasi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan sehingga peran bidan bisa terlihat secara eksplisit dan berkesinambungan dalam memberikan pelayanan sesuai dengan keilmuannya dalam bidang kebidanan (Kennedy et al., 2020). Bidan dalam menyelenggarakan praktik kebidanan memiliki beberapa peran menurut Undang-Undang RI no.4 tahun 2019 pasal 47 tentang kebidanan yakni meliputi pemberi pelayanan kebidanan, pengelola pelayanan kebidanan, konselor, pendidik, peneliti, pembimbing dan fasilitator klinik, penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan perempuan (Keputusan DPR dan Presiden, 2019). 1. Pengelola a. Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat wilayah kerja dengan melibatkan masyarakat/klien P
Konsep Kebidanan 37 1) Bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat mengkaji kebutuhan terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak untuk meningkatkan dan mengembangkan program pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya. 2) Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian dengan masyarakat 3) Mengelola kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak serta KB sesuai dengan rencana 4) Mengkoordinasi, mengawasi dan membimbing kader, dukun dan petugas kesehatan lain dalam melaksanakan program/kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta KB. 5) Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak serta KB termasuk pemanfaatan sumber-sumber yang ada pada program dan sektor terkait 6) Menggerakkan, mengembangkan kemampuan masyarakat dan memelihara kesehatannya dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada 7) Mempertahankan, meningkatkan mutu dan keamanan praktek professional melalui pendidikan, pelatihan, magang dan kegiatankegiatan dalam kelompok profesi 8) Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan. (Sari, 2012)
38 Konsep Kebidanan b. Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain di wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan dan tenaga kesehatan lain yang berada dibawah bimbingan dalam wilayah kerjanya 1) Bekerjasama dengan puskesmas, institusi lain sebagai anggota tim dalam memberikan asuhan kepada klien dalam bentuk konsultasi rujukan dan tindak lanjut 2) Membina hubungan baik dengan dukun, kader keserhatan/PLKB dan masyarakat. 3) Melaksanakan pelatihan, membimbing dukun bayi, kader dan petugas kesehatan lain. 4) Memberikan asuhan kepada klien rujukan dari dukun bayi. e. Membina kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat, yang berkaitan dengan kesehatan. (Sari, 2012) 2. Pelaksana Sebagai pelaksana menurut Sari, 2012, bidan mempunyai tiga kategori tugas yaitu: a. Tugas mandiri bidan dalam kesehatan reproduksi 1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan: a) Mengkaji status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan asuhan klien b) Menentukan diagnosis c) Menyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapi
Konsep Kebidanan 39 d) Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun e) Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan f) Membuat rencana tindak lanjut kegiatan/tindakan g) Membuat catatan dan laporan kegiatan/tindakan. 2) .Memberikan asuhan kebidanan pada wanita ganggguan sistem reproduksi dan wanita dalam masa klikmaterium dan menopause: a) Mengkaji status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan asuhan klien b) Menentukan diagnosis, prognosis, prioritas dan kebutuhan asuhan c) Menyusun rencana asuhan sesuai prioritas masalah bersama klien d) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana e) Mengevaluasi bersama klien hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan f) Membuat rencana tindak lanjut bersama klien g) Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan b. Tugas kolaborasi/kerjasama dalam kesehatan reproduksi Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga:
40 Konsep Kebidanan 1) Mengkaji masalah yang berkaitan dengan komplikasi dan keadaan kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi 2) Menentukan diagnosis, prognosis dan kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi 3) Merencanakan tindakan sesuai dengan prioritas kegawatan dan hasil kolaborasi serta kerjasama dengan klien 4) Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana dan melibatkan klien 5) Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan 6) Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien 7) Membuat pencatatan dan pelaporan. c. Tugas ketergantungan/ merujuk dalam kesehatan reproduksi Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga 1) Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan yang memerlukan tindakan di luar lingkup kewenangan bidan dan memerlukan rujukan 2) Menentukan diagnosis, prognosis dan prioritas serta sumber- sumber dan fasilitas untuk kebutuhan intervensi lebih lanjut bersama klien/keluarga 3) Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut kepada petugas/institusi pelayanan kesehatan yang berwenang dengan dokumentasi yang lengkap Membuat