Konsep Kebidanan 41 pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan intervensi. Astuti, Prasida dan Wardhani, 2017 dalam hasil penelitiannya menyebutkan bidan pelaksana memiliki tugas yang mencakup: Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, serta masyarakat (khususnya kaum remaja) pada masa praperkawinan. Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan dengan kasus patologis tertentu, dan kehamilan dengan risiko tinggi. Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu. Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas. Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan pcasekolah. Memberi pelayanan keluarga berencana sesuai dengan wewenangnya. Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus gangguan system reproduksi, termasuk wanita pada masa klimakterium internal dan menopause sesuai dengan wewenangnya. 3. Pendidik Menurut Sari, 2012 serta Astuti, Prasida dan Wardhani, 2017, peran bidan sebagai pendidik ada 2 hal yaitu : a. Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu keluarga kelompok dan masyarakat tentang penanggulangan masalah kesehatan khususnya yang berhubungan dengan
42 Konsep Kebidanan pihak terkait kesehatan ibu anak dan keluarga berencana 1) Bersama klien mengkaji kebutuhan akan pendidikan dan penyuluhan kesehatan masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan ibu anak dan keluarga berencana. 2) Bersama klien pihak terkait menyusun rencana penyuluhan kesehatan masyarakat sesuai dengan kebutuhan yang telah dikaji, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjan. 3) Menyiapkan alat dan bahan pendidikan dan penyuluhan sesuai dengan rencana yang telah disusun 4) Melaksanakan program/rencana pendidikan dan penyuluhan kesehatan masyarakat sesuai dengan rencana jangka pendek dan jangka panjang melibatkan unsur-unsur yang terkait termasuk masyarakat. 5) Bersama klien mengevaluasi hasil pendidikan/penyuluhan kesehatan masyarakat dan menggunakannya untuk memperbaiki dan meningkatkan program, di masa yang akan datang. 6) Mendokumentasikan semua kegiatan dan hasil pendidikan/penyuluhan kesehatan masyarakat secara lengkap dan sistematis. b. Melatih dan membimbing kader termasuk siswa bidan dan keperawatan serta membina dukun di wilayah atau tempat kerjanya.
Konsep Kebidanan 43 4. Peneliti Bidan sebagai Peneliti bertugas melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara mandiri maupun kelompok meliputi: Mengidentifikasi kebutuhan investigasi /penelitian. Menyusun rencana kerja. Melaksanakan investigasi. Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi. Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut. Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan program kerja atau pelayanan kesehatan (Astuti, Prasida dan Wardhani, 2017). Peran bidan dalam penelitian dapat mencangkup beberapa hal diantaranya mendesain penelitian, merekrut dan melakukan informed consent dengan responden, melakukan pengumpulan dan analisis data serta melakukan diseminasi dari hasil penelitian. Bidan juga dapat berperan dalam penelitian multidisiplin yang menjadikan seorang bidan memiliki kontribusi yang tak ternilai. Dengan demikian, bidan mendapatkan kesempatan yang baru dan dapat dijadikan untuk memperbaiki keterampilan yang dimilikinya. Pengalaman yang didapatkan dari bidan sebagai peneliti yakni membuka jalan bagi karir yang memuaskan atau secara signifikan meningkatkan ketrampilan dalam klinis (Baba, 2023). 5. Advokator Tujuan advokasi adalah diperolehnya komitmen dan dukungan dalam upaya kesehatan, baik berupa kebijakan, tenaga, sarana, kemudahan, keikutsertaan
44 Konsep Kebidanan dalam kegiatan, maupun bentuk lainnya sesuai dengan keadaan dan suasana. Salah satu tantangan yang terus menerus dihadapi bidan yang mengupayakan safe motherhood adalah bagaimana menangani isu-isu dalam masyarakat dengan lebih baik. Bidan harus menguasai keterampilan advokasi, menggerakkan massa, dan metodologi pembelajaran yang meningkatkan partisipasi anggota, serta pendekatan penyimpangan positif (positive deviance). Peran bidan sebagai advokator adalah melakukan advokasi terhadap pengambil keputusan dari kategori program ataupun sektor yang terkait dengan kesehatan maternal dan neonatal. Melakukan advokasi bearti melakukan upaya-upaya agar pembuat keputusan atau penentu kebijakan tersebut mempercayai dan meyakini bahwa program yang ditawarkan perlu mendapat dukungan melalui kebijakan-kebijakan atau keputusankeputusan politik. Metode yang digunakan oleh bidan harus mampu meyakinkan bahwa program membawa perbaikan ataupun perubahan positif bagi pertumbuhan bangsa yang pada akhirnya dalah pertumbuhan negara (menyangkut nasib banyak orang). Agar proses advokasi berhasil dengan baik, bidan perlu menyiapkan data masalah dan perencanaan yang akan diambil sebagai solusi dan harus mampu memanfaatkan datadata tersebut sehingga sesuai harapan pimpinan sehingga pimpinan dapat memberi dukungan. Beberapa peran bidan sebagai advokator menurut Franciska & Novita, 2013 adalah
Konsep Kebidanan 45 a. Advokasi dan strategi pemberdayaan wanita dalam mempromosikan hak-haknya yang di perlukan untuk mencapai kesehatan yang optimal (kesetaraan dalam memperoleh pelayanan kebidanan). b. Advokasi bagi wanita agar bersalin dengan aman. c. Advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan. 6. Fasilitator Fasilitator adalah orang atau badan yang memberikan kemudahan dalam menyediakan fasilitas bagi orang lain yang membutuhkan. Tenaga Kesehatan dilengkapi dengan buku KIA dengan tujuan agar mampu memberikan penyuluhan mengenai kesehatan ibu dan anak (Putri, 2016). Tenaga kesehatan juga harus membantu klien untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Peran sebagai fasilitator dalam pemanfaatan buku KIA kepada ibu hamil juga harus dimiliki oleh setiap tenaga kesehatan pada setiap kunjungan ke pusat kesehatan. fasilitator harus terampil mengintegritaskan tiga hal penting yakni optimalisasi fasilitas, waktu yang disediakan dan optimalisasi partisipasi, sehingga pada saat menjelang batas waktu yang sudah ditetapkan ibu hamil harus diberi kesempatan agar siap melanjutkan cara menjaga kesehatan kehamilan secara mandiri dengan keluarga (Novita, 2011). Tenaga kesehatan harus mampu menjadi seorang pendamping dalam suatu forum dan memberikan
46 Konsep Kebidanan kesemapatan pada pasien untuk bertanya mengenai penjelasan yang kurang dimengerti. menjadi seorang fasilitator tidak hanya di waktu pertemuan atau proses penyuluhan saja. tetapi seorang teanga kesehatan juga harus mampu menjadi seorang fasilitator secara khusus, seperti menyediakan waktu dan tempat ketika pasien ingin bertanya secara lebih mendalam dan tertutup (Simatupang, 2008). 7. Komunikator Komunikator adalah orang yang memberikan informasi kepada orang yang menerimanya. Komunikator merupakan orang ataupun kelompok yang menyampikan pesan atau stimulus kepada orang atau pihak lain dan diharapkan pihak lain yang menerima pesan (komunikan) tesebut memberikan respon terhadap pesan yang diberikan (Putri ,2016). Proses dari interaksi komunikator ke komunikan disebut juga dengan komunikasi. Selama proses komunikasi, tenaga kesehatan secara fisik dan psikologis harus hadir secara utuh, karena tidak cukup hanya dengan mengetahui teknik komunikasi dan isi komunikasi saja tetapi juga penting untuk mengetahui sikap, perhatian, dan penampilan dalam berkomunikasi. Seorang komunikator, tenaga kesehatan seharusnya memberikan informasi secara jelas kepada pasien, pemberian informasi sangat diperlukan karena komunikasi bermanfaat untuk memperbaiki kurangnya pengetahuan dan sikap masyarakt yang salah terhadap kesehatan dan penyakit. komunikasi dikatakan efektif jika dari tenaga kesehatan mampu memberikan
Konsep Kebidanan 47 informasi secara jelas kepada pasien, sehingga dalam penanganan selama kehamilan diharapkan tenaga kesehatan bersikap ramah, dan sopan pada setiap kunjungan ibu hamil (Notoatmodjo, 2014). Tenaga kesehatan juga harus mengevaluasi pemahaman ibu tentang informasi yag diberikan dan juga memberikan pesan kepada ibu hamil apabila terjadi efek samping yang tidak bisa ditanggulagi sendiri segera datang kembali dan komunikasi ke tenaga kesehatan (Mandriwati, 2008). 8. Motivator Motivator adalah orang yang memberikan motivasi kepada orang lain. Sementara motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak agar mencapai suatu tujuan tertentu dan hasil dari dorongan tersebut diwujudkan dalam bentuk perilaku yang dilakukan (Notoatmodjo, 2012). Menurut Saifuddin (2008) motivasi adalah kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu, sedangkan motif adalah kebutuhan, keinginan, dan dorongan untuk melakukan sesuatu. Peran tenaga kesehatan sebagai motivasi tidak kalah penting dari peran ainnya. Seorang tenaga kesehatan harus mampu memberikan motivasi, arahan, dan bimbingan dalam meningkatkan kesadaran pihak yang dimotivasi agar tumbuh kearah pencapaian tujuan yang diinginkan (Mubarak, 2012). Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya sebagai motivator memiliki ciri-ciri yang perlu diketahui, yaitu melakukan pendampingan, menyadarkan, dan mendorong kelompok untuk mengenali masalah yang dihadapai,
48 Konsep Kebidanan dan dapat mengembangkan potendinya untuk memecahkan masalah tersebut (Novita, 2011). Tenaga kesehatan sudah seharusnya memberikan dorongan kepada ibu hamil untuk patuh dalam melakukan pemeriksaa kehamilan dan menanyakan apakah ibu sudah memahami isi dari buku KIA. Tenaga kesehatan juga harus mendengarkan keluhan yang disampaikan ibu hamil dengan penuh minat, dan yang perlu diingat adalah semua ibu hamil memerlukan dukungan moril selama kehamilannya sehingga dorongan juga sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan tumbuhnya motivasi (Notoatmodjo, 2012). 9. Konselor Konselor adalah orang yang memberikan bantuan kepada orang lain dalam membuat keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman tehadap fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaanperasaan klien (Depkes RI, 2008). Proses dari pemberian bantuan tersebut disebut juga konseling. Tujuan umum dari pelaksanaan konseling adalah membantu ibu hamil agar mencapai perkembangan yang optimal dalam menentukan batasan-batasan potensi yang dimiliki, sedangkan secara khusus konseling bertujuan untuk mengarahkan perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat, membimbing ibu hamil belajar membuat keputusan dan membimbingn ibu hamil mencegah timbulnya masalah selama proses kehamilan (Simatupang, 2008).
Konsep Kebidanan 49 Konselor yang baik harus memiliki sifat peduli dan mau mengajarkan melalui pengalaman, mampu menerima orang lain, mau mendengarkan dengan sabar, optimis, terbuka terhadap pandangan interaksi yang berbeda, tidak menghakimi, dan menyimpan rahasia, mendorong pengambilan keputusan, memberikan dukungan, membentuk dukungan atas dasar kepecayaan, mampu berkomunikasi, mengerti perasaan dan kekhawatiran klien, serta mengerti keterbatasan yang dimiliki oleh klien (Simatupang, 2008). Konseling yang dilakukan antara tenaga kesehatan dan ibu hamil memiliki beberapa unsur. Proses dari konseling terdiri dari empat unsur kegiatan yaitu pembinaan hubungan baik antara tenaga kesehatan dengan ibu hamil, penggalian informasi (identifikasi masalah, kebutuhan, perasaan, kekuatan diri, dan sebagainya) dan pemberian informasi mengenai kesehatan ibu dan anak, pengambilan keputusan mengenai perencanaan persalinan, pemecahan masalah yang mungkin nantinya akan dialami, serta perencanaan dalam menindak lanjuti pertemuan yang telah dilakukan sebelumnya (Depkes RI, 2008) Kebidanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada perempuan selama masa prakonsepsi, masa kehamilan, persalinan, pasca persalinan, masa nifas, bayi baru lahir, bayi, balita, dan anak prasekolah, termasuk
50 Konsep Kebidanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sesuai dengan tugas dan wewenang sebagai bidan. Asuhan Kebidanan merupakan rangkaian kegiatan yang didasarkan pada proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh Bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu Kebidanan (Keputusan DPR dan Presiden, 2019; Kepmenkes, 2020). Wewenangan yang diberikan kepada bidan telah ada aturannya, mengenai hal ini diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017, regulasi tersebut memuat ketentuan bahwa dalam melaksanakan tugasnya di bidang kebidanan, bidan berwenang memberikan pelayanan dalam hal kesehatan kepada ibu, anak, serta dalam bidang reproduksi dan perencanaan keluarga. Sementara itu, pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan pada tahun 2021 tentang penanganan kesehatan dari sebelum kehamilan hingga masa pascamelahirkan, termasuk juga layanan kontrasepsi dan kesehatan seksual (Kemenkes RI, 2017). Pasal 19 ayat (2) dan (3) Permenkes RI No. 28 Tahun 2017 menjelaskan bahwa kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan. Pelayanan kesehatan ibu meliputi : 1. Konseling pada masa sebelum hamil. 2. Antenatal pada kehamilan normal. 3. Persalinan normal. 4. Pelayanan kesehatan ibu nifas normal.
Konsep Kebidanan 51 5. Pelayanan kesehatan pada ibu menyusui. 6. Konseling pada masa antara dua kehamilan. Kewenangan bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dijelasakan pada Pasal 19 ayat (3), bidan berwenang melakukan: 1. Efisiotomi dan pertolongan persalinan normal. 2. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II. 3. Memberikan penanganan kegawat daruratan, dilanjutkan dengan perujukan. 4. Memberikan tablet tambah darah pada ibu hamil. 5. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas. 6. Memfasilitasi atau membimbing dalan Inisiasi Menyusu Dini dan promosi ASI eksklusif. 7. Memberikan uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum. 8. Memberikan penyuluhan dan konseling. 9. Memberikan bimbingan pada kelompok inu hamil, serta berwenang memberikan keterangan hamil dan kelahiran. Bidan juga berwenang memberikan pelayanan kesehatan anak yang dijelaskan pada Pasal 20, meliputi : 1. Memberikan pelayanan neonatal esensial. 2. Penanganan kegawatdaruratan, dialnjutkan dengan perujukan. 3. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah.
52 Konsep Kebidanan 4. Memberikan konseling dan penyuluhan. Pasal 21 Permenkes RI No. 28 tahun 2017 menjelaskan wewenang bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana, meliputi: 1. Penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. 2. Pelayanan kotrasepsi oral, kondom, dan suntikan. (Kemenkes RI, 2017) Selain wewenang yang telah dijelaskan pada Pasal 18, bidan juga memiliki kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan penugasan dari pemerintah sesuai kebutuhan dan pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan kesehatan secara mandat dari dokter. Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi yang memberikan tuntutan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi. Norma–norma tersebut berupa petunjuk-petunjuk bagi anggota profesi tentang bagaimana mereka menjalankan profesinya dan laranga-larangan yaitu ketentuan kententuan apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas profesinya, melainkan juga menyangkut tingkah laku pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari dalam masyarakat. Ukuran pelayanan kebidanan yang bermutu adalah: 1. Ketersediaan pelayanan kebidanan (available)
Konsep Kebidanan 53 2. Kewajaran pelayanan kebidanan (appropriate) 3. Kesinambungan pelayanan kebidanan (continue) 4. Penerimaa jasa pelayanan kebidanan (acceptable) 5. Ketercapaian pelayanan kebidanan (accesible) 6. Keterjangkauan pelayanan kebidanan (affordable) 7. Efesiensi pelayanan kebidanan (effecent) 8. Mutu palayanan kebidanan (quality) Mutu pelayanan kebidanan berorientasi pada penerapan kode etik dan standar pelayanan kebidanan, serta kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan kebidanan. Dari dua dimensi mutu pelayanan kebidanan tersebut, tujuan akhirnya adalah kepuasan pasien yang dilayani oleh Bidan. Hak dan kewajiban adalah hubungan timbal balik dalam kehidupan sosial sehari-hari. Pasien memiliki hak terhadap bidan atas pelayanan yang diterimanya. Hak pasti berhubungan dengan individu, yaitu pasien. Sedangkan bidan mempunyai kewajiban/keharusan untuk pasien, jadi hak adalah sesuatu yang diterima oleh pasien. Sedang kewajiban adalah suatu yang diberikan oleh bidan. Seharusnya juga ada hak yang harus diterima oleh bidan dan kewajiban yang harus diberikan oleh pasien. Hak bidan sudah diatur dalam Undang-Undang RI no.4 tahun 2019 pasal 60 tentang kebidanan (Keputusan DPR dan Presiden, 2019), dijelaskan bahwa bidan mempunyai hak yang bisa didapatkan saat melaksanakan praktik kebidanan antara lain : 1. Bidan berhak memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi, kewenangan, dan mematuhi kode etik,
54 Konsep Kebidanan standar profesi, standar pelayanan profesi, dan standar prosedur operasional 2. Bidan dapat memperoleh informasi yang benar, jelas, jujur, dan lengkap dari Klien dan/atau keluarganya; 3. Bidan menolak keinginan Klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode etik, standar profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional, dan ketentuan peraturan perundang-undangan; menerima imbalan jasa atas Pelayanan Kebidanan yang telah diberikan 4. Bidan bisa memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar 5. Bidan juga mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan profesi Kode Etik Bidan Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disahkan dalam Kongres Nasional Ikatan Bidan Indonesia X tahun 1988, sedangkan petunjuk pelaksanaannya disahkan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IBI tahun 1991 sebagai pedoman dalam prilaku. Ketujuh bab ini dapat dibedakan atas 7 bagian yaitu : 1. Kewajiban Bidan terhadap klien dan masyarakat (6 butir) a. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkansumpah jabatan-nya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya. b. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan. c. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan tang-
Konsep Kebidanan 55 gungjawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat. d. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentinganklien, menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat. e. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukankepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang samasesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. f. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalamhubungan pelaksanaan tugas-nya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal. 2. Kewajiban Bidan terhadap tugasnya (3 butir) a. Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna terhadap klien,keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat. b. Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangandalam mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakankonsultasi dan atau rujukan. c. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat danatau dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan ataudipedukan sehubungan kepentingan klien.
56 Konsep Kebidanan 3. Kewajiban Bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2 butir) a. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan suasana kerja yang serasi. b. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya. 4. Kewajiban Bidan terhadap profesinya (3 butir) a. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinyadengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat. b. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan profesinya seuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. c. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenis yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya. 5. Kewajiban Bidan terhadap dia sendiri (2 butir) a. Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya dengan baik. b. Setiap bidan harus berusaha secara terus menerus untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Konsep Kebidanan 57 6. Kewajiban Bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah air (2 butir) a. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga dan masyarakat. b. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya kepada pemerintah untuk- meningkatkan mutu jangakauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga. 7. Penutup (1 butir) Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya seharihari senantiasa menghayati dan mengamalkan Kode Etik Bidan Indonesia. Bagi bidan yang melaksanakan praktik kebidanan dalam Undang-Undang RI no.4 tahun 2019 pasal 61 tentang kebidanan (Keputusan DPR dan Presiden, 2019) menyebutkan beberapa kewajiban bidan yang sebaiknya terpenuhi yakni meliputi : 1. Memberikan pelayanan kebidanan sesuai dengan kompetensi, kewenangan, dan mematuhi kode etik, standar profesi, standar pelayanan profesi, standar prosedur operasional 2. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan lengkap mengenai tindakan kebidanan kepada klien dan/atau keluarganya sesuai kewenangannya 3. Memperoleh persetujuan dari klien atau keluarganya atas tindakan yang akan diberikan
58 Konsep Kebidanan 4. Merujuk klien yang tidak dapat ditangani ke dokter atau fasilitas pelayanan kesehatan 5. Mendokumentasikan asuhan kebidanan sesuai dengan standar 6. Menjaga kerahasiaan kesehatan klien 7. Menghormati hak klien 8. Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari dokter sesuai dengan kompetensi bidan; 9. Melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh pemerintah pusat 10. Meningkatkan mutu pelayanan kebidanan 11. Mempertahankan dan meningkatkan pengetahuan dan/atau keterampilannya melalui pendidikan dan/atau pelatihan 12. Melakukan pertolongan gawat darurat.
Konsep Kebidanan 59 Linda Hardianti Saputri, S.St., M.Kes
60 Konsep Kebidanan Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval dan pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir dan balita, fungsi-fungsi reproduksi manusia serta memberikan bantuan atau dukungan pada perempuan, keluarga dan komunitasnya. Bidan adalah salah satu profesi di bidang Kesehatan yang secara khusus menangani kehamilan, persalinan, keadaan setelah melahirkan serta pelayanan-pelayanan paramedis yang berhubungan dengan organ reproduksi. Ikatan Bidan Indonesia adalah organisasi yang menghimpun seluruh bidan Indonesia. Saat ini IBI Bersama seluruh pihak yang terkait dengan kebidanan sedang memperjuangkan lahirnya Undang-undang tentang kebidanan. Keberhasilan dalam praktik kebidanan sangat tergantung pada penghormatan disiplin ilmu yang melandasi profesi tersebut. Disiplin ilmu dalam kebidanan sangat penting karena memberikan landasan yang kuat bagi praktik klinis yang berkualitas dan aman. Berikut adalah beberapa alasan mengapa disiplin ilmu sangat penting dalam kebidanan: 1. Keselamatan Pasien: Disiplin ilmu memastikan bahwa para praktisi kebidanan memiliki pengetahuan yang mendalam tentang prosedur medis yang aman dan
Konsep Kebidanan 61 efektif, sehingga dapat mengurangi risiko komplikasi bagi ibu dan bayi selama kehamilan, persalinan, dan masa postpartum. 2. Keputusan Berbasis Bukti: Dengan memahami dan mengikuti prinsip-prinsip disiplin ilmu, praktisi kebidanan dapat membuat keputusan klinis yang didasarkan pada bukti ilmiah terbaru dan praktik terbaik yang telah teruji. 3. Standar Profesionalisme: Disiplin ilmu membantu menetapkan standar tinggi untuk praktik kebidanan, termasuk etika profesional, kompetensi klinis, dan pengetahuan yang diperlukan untuk memberikan perawatan yang berkualitas kepada pasien. 4. Penelitian dan Inovasi: Dengan memahami dasar ilmiah dari kebidanan, para peneliti dapat melanjutkan penelitian untuk meningkatkan pemahaman kita tentang kehamilan, persalinan, dan perawatan postpartum, serta mengembangkan inovasi baru dalam bidang ini. 5. Pendidikan dan Pelatihan: Disiplin ilmu menjadi landasan bagi kurikulum pendidikan kebidanan yang efektif, memastikan bahwa para mahasiswa dan praktisi baru mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi profesional yang kompeten dan berpengetahuan luas. Dengan mematuhi dan menghormati disiplin ilmu dalam kebidanan, praktisi dapat memberikan perawatan yang terbaik kepada ibu hamil, pasangan, dan bayi yang mereka layani, serta berkontribusi pada kemajuan dan perbaikan terus-menerus dalam bidang kebidanan secara keseluruhan (Cunningham, et al,2020)
62 Konsep Kebidanan 1. Perkembangan Kebidanan dari Zaman Kuno Hingga Modern Perkembangan kebidanan dari zaman kuno hingga modern mencakup evolusi pengetahuan, praktik dan teknologi dalam merawat ibu hamil, persalinan dan perawatan pasca persalinan. Berikut adalah gambaran umum tentang perkembangannya: a. Zaman Kuno: 1) Praktik kebidanan sudah ada sejak zaman kuni, meskipun msh didasarkan pada pengamatan alamiah dan pengalaman empiris. 2) Banyak budaya kuno memiliki praktik-praktik tradisional dalam merawat ibu hamil dan proses persalinan, seringkali terkait dengan keyakinan keagamaan atau kepercayaan mistis. 3) Pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi reproduksi masih terbatas dan intervensi medis terbatas pada metode sederhana seperti pijat atau penggunaan ramuan herbal b. Abad Pertengahan 1) Selama abad pertengahan, praktik kebidanan berkembang lebih lanjut, meskipun masih sangat dipengaruhi oleh kepercayaan dan tradisi local 2) Beberapa Teknik seperti pemberian obatobatan herbal atau menggunakan alat bantu sederhana mungkin mulai muncul
Konsep Kebidanan 63 3) Pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi manusia meningkat, terutama melalui penelitian ilmiah di dunia Islam dan Eropa c. Zaman Modern Awal 1) Perkembangan ilmu pengetahuan pada abad pencerahan membawa perubahan besar dalam pendekatan terhadap kebidanan 2) Penemuan stetoskop dan sphygmomanometer pada abad ke-19 meningkatkan kemampuan dokter untuk memantau Kesehatan ibu hamil dan bayi dalam kandungan. 3) Perawatan Kesehatan mulai menjadi lebih terstandarisasi dan diorganisir, meskipun masih banyak kesenjangan antara praktik klinik di berbagai negara d. Era Modern 1) Pada abad ke-20 perkembangan teknologi medis seperti USG (Ultrasonografi) dan CTG (Kardiotokografi) mengubah cara diagnosis dan pemantauan kehamilan serta persalinan 2) Perkembangan antibiotic dan vaksinasi mengurangi angka kematian akibat infeksi dan penyakit menular pada ibu hamil dan bayi 3) Standarisasi Pendidikan dan pelatihan untuk bidan dan dokter kebidanan menjadi lebih umum, memastikan bahwa praktisi memiliki pengetahuan dan keterampilan yang konsisten 2. Peran Tokoh Penting dalam Sejarah Kebidanan Sejarah kebidanan dipenuhi dengan berbagai tokoh penting yang telah memberikan kontribusi besar
64 Konsep Kebidanan terhadap perkembangan bidang ini. Berikut adalah beberapa tokoh kunci dalam sejarah kebidanan: a. Ibu Sibylla dikenal sebagai tokoh pertama dalam sejarah kebidanan. Beliau adalah seorang bidan terkenal pada abad pertengahan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang luar biasa dalam membantu persalinan b. Bidan Desa> Sebelum keberadaan profesi dokter dan perawat modern, bidan-bidan desa tradisional memiliki peran vital dalam membantu wanita saat melahirkan. Mereka menguasai pengetahuan dan keterampilan yang diturunkan dari generasi ke generasi c. Elizabeth Nabel, seorang dokter dan peneliti Amerika yang banyak berkontribusi dalam bidang kebidanan dan ginekologi, khususnya dalam penelitian dan pengembangan terapi gen untuk penyakit kardiovaskuler dan penyakit lainnya yang sering dialami wanita. Semua tokoh ini memiliki peran berbeda-beda dalam sejarah kebidanan, namun mereka semua berkontribusi pada perkembangan dan peningkatan kualitas layanan kebidanan serta keselamatan ibu dan bayi (DeCherney, 2020) 1. Anatomi Organ Reproduksi Wanita a. Vulva 1) Mons pubis 2) Labia Majora
Konsep Kebidanan 65 3) Labia minora 4) Klitoris 5) Vestibulum vagian b. Saluran Keluar 1) Vagina 2) Hymen 3) Vestibulue vagina 4) Uretra c. Kelenjar eksternal 1) Kelenjar bartholini 2) Kelenjar skene 2. Organ Reproduksi Intern Wanita a. Ovarium b. Saluran tuba c. Uterus d. Saluran kelenjar (Tuba Fallopi) 3. Siklus menstruasi a. Fase proliferasi b. Fase sekresi c. Fase menstruasi 4. Hubungan anatomi dengan fungsi a. Proses pembuahan b. Kehamilan 1) Implantasi 2) Pertumbuhan janin c. Persalinan 1) Kontraksi Rahim 2) Proses melahirkan
66 Konsep Kebidanan 1. Trimester pertama a. Perkembangan Janin 1) Periode embrio (Minggu ke-1 hingga ke-8) 2) Pembentukan struktur utama janin b. Perubahan fisik dan emosional pada ibu 1) Gejala awal kehamilan 2) Perubahan hormonal 3) Perubahan emosional 2. Trimester kedua a. Perkembangan janin 1) Pertumbuhan organ dan system tubuh 2) Gerakan janin yang dirasakan oleh ibu b. Perubahan fisik dan emosional pada ibu 1) Perubahan fisik pada tubuh ibu 2) Hubungan emosional dengan janin 3) Pemeriksaan kehamilan rutin 3. Trimester ketiga a. Perkembangan janin 1) Pertumbuhan berat badan janin 2) Persiapan janin untuk kelahiran b. Persiapan ibu untuk persalinan 1) Persiapan fisik 2) Persiapan mental dan emosional (Tajmiati, dkk, 2016)
Konsep Kebidanan 67 1. Prinsip Kepatuhan terhadap Hukum dan Standar Profesi: Praktisi kebidanan harus memenuhi semua undang-undang dan peraturan yang berlaku serta mengikuti standar professional yang ditetapkan oleh organisasi kebidanan atau Lembaga yang relevan 2. Prinsip Otonomi Pasien: praktisi kebidanan harus menghormati otonomi dan hak-hak pasien, termasuk hak untuk membuat keputusan tentang perawatan mereka sendiri berdasarkan informasi yang lengkap dan akurat 3. Prinsip Non-Malefikensi: praktisi kebidanan harus berupaya untuk tidak menyebabkan kerugian atau bahaya pada pasien, baik secara langsung maupun tidak langsung, serta menjauhi Tindakan yang dapat merugikan pasien 4. Prinsip beneficence: praktisi kebidanan diharapkan untuk bertindak dengan kebaikan dan melakukan yang terbaik untuk kepentingan Kesehatan dan kesejahteraan pasien mereka 5. Prnsip keadilan dalam pelayanan Kesehatan: praktisi kebidanan harus memperlakukan semua pasien dengan adil dan sama, tanpa diskriminasi berdasarkan ras, agama, gender, orientasi seksual, status social atau kondisi ekonomi 6. Prinsip privasi dan kerahasiaan: praktisi kebidanan harus menjaga privasi dan kerahasiaan pasien dengan menjaga informasi medis dan pribadi pasien sebagai
68 Konsep Kebidanan rahasia yang dilindungi, kecuali jika ada kebijakan hukum atau izin pasien 7. Prinsip pertimbangan terhadap keamanan dan kesejahteraan: praktisi kebidanan harus selalu mempertimbangkan kemanan dan kesejahteraan pasien dalam setiap Tindakan dan keputusan yang mereka ambil, serta memprioritaskan hal tersebut dia atas kepentingan pribadi atau institusional 8. Prinsip integritas professional: praktisi kebidanan diharapkan untuk bertindak engan jujur, adil dan etis dalam semua aspek praktik mereka, serta menjaga standar moral dan profesionalisme yang tinggi (Gabbe, et al, 2022) 1. Pemberian pelayanan Kesehatan reproduksi. Bidan memiliki peran sentral dalam memberikan pelayanan Kesehatan reproduksi kepada wanita, termasuk pelayanan prenatal, persalinan dan pasca persalinan. Mereka juga memberikan konseling tentang pera-watan prenatal, kontrasepsi dan perawatan pasca-aborsi. 2. Pendidikan Kesehatan reproduksi. Bidan sering menjadi sumber utama informasi dan Pendidikan tentang Kesehatan reproduksi bagi masyarakat. Mereka memberikan pengetahuan tentang siklus menstruasi, kontrasepsi, kehamilan, persalinan dan perawatan bayi baru lahir. 3. Pencegahan dan pengelolaan komplikasi kehamilan. Bidan terlatih untuk mendeteksi dan mengelola
Konsep Kebidanan 69 komplikasi kehamilan dan persalinan. Mereka dapat memberikan perawatan yang tepat waktu untuk meminimilkan risiko bagi ibu dan bayi serta merujuk ke fasilitas Kesehatan yang lebih canggih jika diperlukan 4. Pemerdayaan perempuan: dengan memberikan akses terhadap informasi dan layanan Kesehatan reproduksi, bidan membantu memperkuat perempuan untuk mengambil control atas Kesehatan mereka sendiri. Ini juga membantu mengurangi ketidaksetaraan gender dalam akses terhadap layanan Kesehatan. 5. Partisipasi dalam program Kesehatan masyarakat. Bidan sering terlibat dalam program Kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan Kesehatan reproduksi dan menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Mereka bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah, LSM, dan Lembaga Kesehatan internasional. 6. Penelitian dan pengembangan kebidanan. Sebagai bagian dari profesi medis, bidan juga terlibat dalam penelitian dan pengembangan di bidang kebidanan. Mereka berkontribusi pada penemuan ilmiah baru, pengembagan teknologi medis dan peningkatan praktik klinis untuk meningkatkan hasil Kesehatan bagi ibu dan bayi 7. Penanganan kedaruratan Kesehatan reproduksi. Dalam situasi darurat seperti bencana alam atau konflik, bidan dapat memberikan perawatan medis sangat dibutuhkan kepada wanita hamil dan pasien lainnya. Mereka dilatih untuk menghadapi berbagai situasi darurat dan memberikan perawatan yang tepat (Murray, et al, 2021)
70 Konsep Kebidanan
Konsep Kebidanan 71 Sitti Nurana, S.ST.,M.Keb
72 Konsep Kebidanan Posisi tindakan profesi kebidanan dalam praktik kesehatan memiliki peranan krusial dalam menyediakan perawatan kesehatan holistic kepada perempuan selama priode kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan, Profesi kebidanan tidak hanya mencakup aspek medis, tetapi juga nmenekannkan pengertian akan kebutuhan emosional, sosial, dan psikologis dari wanita yang sedang mengandung. Dalam praktik kebidanan, perawat bidan atau praktisi kebidanan betanggung jawab untuk memberikan perawatan prenatal yang menyeluruh, termasuk pemeriksaan kesehatan Rutin, Pemantauan pertumbuhan janin, konseling gizi, dan Pendidikan kesehatan kepada calon ibu. Mereka juga membantu mempersiapkan calon ibu secara fisik dan mental untuk proses persalinan memberikan dukungan selama proses persalinan, memberikan perawatan, dan memberikan perawatan pasca persalinan yang meliputi pemantauan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Profesi kebidanan juga memainkan peran penting dalam memberikan Pendidikan kesehatan reproduksi kepada wanita, termasuk keluarga muda, tentang perencanaan ke;uarga, kesehatan reproduksi, dan kesehatan seksual (King et al., 2021) Pentingnya tindakan profesi kebidanan dalam perawatan maternal neonatal sangat besar karena praktisi
Konsep Kebidanan 73 kebidanan memiliki pengetahuan khusus dan keterampilan untuk memberikan perawatan yang berkualitas kepada ibu hamil, bayi yang akan dilahirkan, dan bayi baru lahir, berikut adalah beberapa peran penting kebidanan dalam perawatan maternal neonatal: 1. Pemantauan Kesehatan Ibu dan janin 2. Dukungan Selama Persalinan 3. Perawata Pasca Persalinan 4. Pengelolaan kehamilan risiko tinggi 5. Pengetahuan tentang Perwatan Neonatal awal (Marshall & Raynor, 2021) 1. Etika Profesi Kebidanan Bidan harus mengikuti kode etik yang ketat dalam praktiknya, termasuk menjaga kerahasiaan pasien, menghormati otonomi pasien, dan memberikan pelayanan yang adil tanpa dikriminasi 2. Prinsip autonomi dan informed consent dalam kebidanan Penting untuk membrikan informasi yang jelas kepada pasien tentang prosedur kebidanan yang akan dilakukan termasuk manfaat, risiko dan alternatifnya. Pasien memiliki hak untuk mebuat keputusan informasi. 3. Keterlibatan pasien dalam pengambilan keputusan Pentingnya melibatkan pasien dalam perencanaan dan pengambilan keputusan terkait perawatannya,
74 Konsep Kebidanan sehingga passion merasa memiliki kontrol atas perawatannya. 4. Keterampilan komunikasidan kepemimpinan Bidan perlu memiliki keterampilan komunikasi yang baik untuk dapat memberikan dukungan emosional dan informasi kepada pasien, serta berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya 5. Kualitas dan keselamatan pelayanan Prinsip ini menggarisbawahi pentingnya memberikan pelayanan kebidanan yang berkualitas, aman dan berdasakan bukti ilmiah terkini 6. Praktik berkelanjutan dan peningkatan kualitas Bidan harus terus mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mereka melalui Pendidikan berkelanjutan dan berpartisipasi dalam penelitian atau audit untuk meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan. (Budiarti & Dkk, 2017) 1. Pemeriksaan Kesehatan rutin Ibu hamil perlu menjalani pemeriksaan kesehatan rutin oleh praktisi kebidanan atau dokter kandungan. Pemeriksaan ini meliputi pengukuran tekanan darah, pemeriksaan urin, dan pengukuran berat badan untuk memantau kesehatan umum ibu hamil. 2. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) Ultrasonografi (USG) digunakan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan janin, menentukan
Konsep Kebidanan 75 usia kehamilan, serta mendeteksi adanya kelainan struktural pada janin. 3. Pemeriksaan Laboratorium Ibu hamil disarankan untuk mengonsumsi suplemen asam folat dan zat besi untuk mencegah risiko kelainan pada janin dan anemia pada ibu. 4. Pemberian Suplemen Prenatal Ibu hamil disarankan untuk mengonsumsi suplemen asam folat dan zat besi untuk mencegah risiko kelainan pada janin dan anemia pada ibu selama kehamilan 5. Konseling gizi dan gaya hidup Praktisi kesehatan memberikan konseling tentang pola makan sehat, olahraga yang aman selama kehamilan, serta menghindari kebiasaan yang berisiko seperti merokok dan mengonsumsi alkohol 6. Pengelolaan Kondisi kesehatan Pramatang Jika ibu hamil memiliki kondisi medis yang sudah ada sebelum kehamilan, seperti diabetes atau hipertensi, maka perlu pengelolaan khusus selama kehamilan untuk meminimalkan risiko komplikasi. (King et al., 2021) 1. Pemantauan dan Evaluasi Persalinan Bidan atau praktisi kebidanan akan terlibat dalam pemantauan rutin selama proses persalinan untuk
76 Konsep Kebidanan memantau kemajuan persalinan, detak jantung janin, serta tanda-tanda vital ibu 2. Pemberian DukunganFisik dan Emosional Salah satu peran utama praktisi kebidanan adalah memberikan dukungan fisik dan emosional kepada ibu selama persalinan. Mereka membantu ibu dalam mengatasi rasa sakit dan ketidaknyamanan, memberikan dorongan positif, dan membantu ibu mengatur pernapasan dan posisi yang nyaman. 3. Bantuan dan fasilitas Proses Persalinan Praktisi kebidanan membantu ibu dalam melakukan teknik-teknik pernapasan yang tepat, memberikan bantuan selama fase pendorongan, dan memberikan saran tentang posisi yang optimal untuk memfasilitasi kelahiran bayi. 4. Pengelolaan kondisi darurat Jika terjadi komplikasi selama persalinan, seperti pendarahan atau masalah jantung, praktisi kebidanan memiliki keterampilan untuk memberikan intervensi darurat, termasuk pemberian obat-obatan atau tindakan medis lainnya untuk menjaga keselamatan ibu dan bayi. 5. Kolaborasi dengan tim medis lain Selama persalinan yang rumit atau berisiko tinggi, praktisi kebidanan bekerja sama dengan tim medis lain, seperti dokter kandungan atau ahli anestesi, untuk menyediakan perawatan terbaik bagi ibu dan bayi.(King et al., 2021)
Konsep Kebidanan 77 Kolaborasi dengan tenaga medis lain biasanya untuk Penanganan komplikasi persalinan melibatkan berbagai tindakan medis yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang timbul selama proses persalinan guna melindungi kesehatan ibu dan bayi. Berikut adalah beberapa contoh penanganan komplikasi persalinan dan penanganannya a. Preeklampsia/Eklampsia Kontrol tekanan darah ibu, pemberian magnesium sulfat untuk mencegah kejang pada eklampsia, dan pemantauan ketat terhadap ibu dan janin. (‚Gestational Hypertension and Preeclampsia", 2019) b. Perdarahan Post partum Penanganan: Identifikasi dan tindakan untuk menghentikan perdarahan, seperti pemberian obatobatan uterotoni dan jika perlu tindakan bedah seperti penjahitan atau pengangkatan sisa plasenta. (Cunningham et al., 2018) c. Distosia Bahu Penaganan: Penggunaan teknik obstetrik seperti manuver McRoberts, manuver internal (misalnya, manuver Zavanelli), atau bantuan alat seperti vacuum atau forceps. 6. Pemantauan post partum dan perawatan pasca salin a. Tanda-tanda Vital (TTV) Pemantauan TTV pada ibu post partum wajin dilakukan, yaitu mengukur Tekanan darah, frekuensi Nadi, Pernafasan dan Mengukur suhu tubuh ibu seacra teratur serta memberikan perawatb medis atau
78 Konsep Kebidanan intervensi jika terjadi perunahan TTV yaNg tidak normal. (Gibbs et al., 2020) b. Lochia Evaluasi jumlah, warna, dan bau lochia (pendarahan postpartum) untuk mendeteksi dan memastikan tidak terjadi perdarahan abnormal atau infeksi post partum jika terjadi kejadian abnormal segera berikan perawatan untuk mencegah infeksi dan tanda-tanda perdarahan berlebihan. (Cunningham et al., 2018) c. Keadaan Emosional dan psikologis Keadaan emosional dan psikologis ibu perlu dievaluasi pada ibu post partum untuk mendeteksi tanda-tanda depresi postpartum atau masalah kesehatan mental lainnya. (Cheryl Tatano Beck, 2019) 1. Pemantauan kesehatan Ibu Praktisi kebidanan terus memantau kesehatan ibu setelah persalinan, termasuk pemantauan tekanan darah, detak jantung, dan pemeriksaan fisik lainnya untuk memastikan tidak adanya komplikasi pasca persalinan seperti pendarahan postpartum atau infeksi. 2. Perawatan Luka jahitan Jika ibu mengalami robekan atau luka jahitan selama persalinan, praktisi kebidanan akan memberikan perawatan yang tepat untuk memastikan penyembuhan yang baik dan mencegah infeksi.
Konsep Kebidanan 79 3. Penyuluhan Dukungan Menyusui Praktisi kebidanan memberikan pendidikan dan dukungan kepada ibu mengenai pentingnya menyusui, teknik menyusui yang benar, dan cara mengatasi masalah yang mungkin timbul selama menyusui 4. Edukasi tentang perawatan postpartum Ibu diberikan informasi mengenai perubahan fisiologis pasca persalinan seperti perdarahan lochia, perubahan hormonal, dan pemulihan tubuh. Mereka juga diberikan pengetahuan tentang tanda-tanda bahaya pasca persalinan yang perlu segera dilaporkan. 5. Konseling Kesehatan mental Praktisi kebidanan memberikan dukungan psikologis dan konseling tentang kesehatan mental pasca persalinan, termasuk pascamelahirkan blues, depresi postpartum, atau kecemasan yang mungkin dialami oleh ibu baru. 6. Pemeriksaan kesehata bayi Selain merawat ibu, praktisi kebidanan juga melakukan pemeriksaan kesehatan awal pada bayi baru lahir, termasuk skrining untuk kelainan bawaan, pemberian imunisasi awal jika diperlukan, dan mendukung hubungan antara ibu dan bayi.(King et al., 2021)
80 Konsep Kebidanan 1. Evaluasi dan pemeriksaan bayi baru lahir Bidan melakukan pemeriksaan fisik lengkap pada bayi baru lahir untuk menilai kondisi umum, suhu tubuh, detak jantung, pernapasan, refleks, dan tandatanda lainnya yang menunjukkan kesehatan bayi. 2. Pertolongan pertama pada bayi abru lahir Jika diperlukan, bidan memberikan pertolongan pertama pada bayi seperti membersihkan saluran napas, memeriksa dan merawat tali pusat, dan membantu bayi bernapas jika perlu. 3. Perawatan dasar Bidan memberikan perawatan dasar pada bayi baru lahir seperti memberikan perawatan tali pusat, membersihkan bayi, dan membantu dengan proses menyusui pertama. 4. Penegnalan dan penanganan awal masalah kesehatan jika bayi mengalami masalah kesehatan seperti kesulitan bernapas, hipoglikemia, atau infeksi, bidan memberikan intervensi awal dan merujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi jika diperlukan. 5. Edukasi orang tua Bidan memberikan edukasi kepada orang tua tentang perawatan bayi baru lahir, tanda-tanda bahaya yang perlu diwaspadai, teknik menyusui yang baik, dan perawatan umum lainnya.(Bedaiwy et al., 2014)
Konsep Kebidanan 81 1. Penegtahuan dan keterampilan klinis Unggul Seorang bidan profesional harus memiliki pengetahuan dan keterampilan klinis yang memadai dalam merawat dan mendampingi ibu hamil, melahirkan, dan pasca melahirkan. Ini termasuk pemahaman mendalam tentang proses kehamilan, persalinan normal, tanda-tanda bahaya dalam kehamilan, dan keterampilan praktis seperti bantuan persalinan dan perawatan pasca persalinan. 2. Etika dan etiket professional Etika dan integritas profesional sangat penting dalam bidan. Ini mencakup menghormati privasi pasien, memperlakukan semua pasien dengan hormat dan tanpa diskriminasi, serta menjaga standar tinggi dalam hal kebersihan, keamanan, dan privasi. 3. Keterlibatan pasien dan keluarga Bidan yang profesional harus dapat berkomunikasi dengan baik dan memberikan dukungan emosional yang sesuai kepada ibu dan keluarganya. Mereka harus mampu memberikan informasi yang jelas dan akurat kepada pasien serta melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan tentang perawatan kesehatan 4. Kolaborasi interpersonal Profesionalisme bidan melibatkan kerja sama dan kolaborasi yang baik dengan anggota tim kesehatan lainnya seperti dokter, perawat, dan tenaga medis
82 Konsep Kebidanan lainnya untuk memastikan koordinasi yang baik dalam perawatan pasien. 5. Pendidikan dan Pengembangan professional berkelanjutan Seorang bidan profesional harus terus-menerus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya melalui pendidikan dan pelatihan yang terkini. Mereka juga harus mematuhi standar keamanan dan kualitas yang ditetapkan oleh badan profesi dan organisasi kesehatan.(ICM, 2018)
Konsep Kebidanan 83 Liberty Barokah, SSiT., M.Keb
84 Konsep Kebidanan Kata profesionalisme mempunyai arti profesional dan pekerjaan. Profesionalisme adalah kualitas dan perilaku yang menjadi ciri seorang profesional atau pribadi yang profesional (KBBI, 2024). Profesionalisme adalah perbuatan profesional yanng mengarah ke keterampilan, keahlian dan disiplin yang didasarkan pada tindakan atau perilaku yang dilakukan seseorang yang menekuni pekerjaan sesuai dengan bidang keahlianya mengacu pada kode etik profesi (Budihargo, 2017). Profesionalisme adalah sikap kerja keterampilan dan kompetensi dalam melakukan pekerjaan sehingga dapat terselesaikan dengan baik, bermutu dan tepat waktu (Halawa et al., 2022). Profesional adalah sesuatu yang dimiliki seseorang yang berkompeten dalam bidang ilmu tertentu, mempunyai ilmu pengetahuan dan mandiri dalam melaksanakan tugas profesinya berdasarkan kelimuanya (Anggraini et al., 2022). Karakteristik profesionalisme terdiri dari : 1. Keterampilan Keterampilan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan berbagai tugas dalam pekerjaanya. 2. Pemberian Jasa Pemberian jasa dan pelayanan hendaknya ditujukan untuk kepentingan umum bukan kepentingan pribadi serta tanpa membedakan suku, ras, status sosial dan sebagainya.
Konsep Kebidanan 85 3. Pengawasan Pengawasan erat kaitanya dengan pengendalian teruama transparansi dalam pelayanan. 4. Sistem Balas Jasa Sistem balas jasa adalah sesuatu yang diterima atas kontribusi layanan professional (Harefa, 2004). Bidan adalah profesi dimana anggotanya sudah menjalankan tugasn secara profesional. Profesionalisme kebidanan dicapai melalui penetapan tujuan dan didukung oleh kualitas kerja. Bidan dikatakan professional jika mampu menganalisis, mendiagnosis pertanyaan berdasarkan evaluasi data, menentukan kebutuhan untuk tindakan segera serta membuat rencana perawatan yang komprehensif, pelaksanaan, dan evaluasi (Varney, 2006). Pelayanan kebidanan adalah pelayanan profesional yang menjadi bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan secara mandiri, kolaborasi, dan atau rujukan (Kemenkes RI, 2020). Bidan professional memiliki tanggung jawab yang terlihat dari adanya koode etik, sistem untuk mengatur praktik kebidanan dan peningkatan kesadaran bidan agar dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku (Anggraini et al., 2022).
86 Konsep Kebidanan Bidan bekerja berdasarkan pengetahuan serta mematuhi standar dan kode etik profesi Ciri-ciri jabatan professional sebagai berikut : 1. Pekerja secara nyata di tuntun handal dalam bekerja dan mempunyai keahlian khusus 2. Keterampilan yang dimiliki harus berdasarkan keilmuan yang diperoleh melalui Pendidikan 3. Pekerja professional dituntut berpengetahuan luas bersikap positif dan selalu memperbarui keilmuanya 4. Jabatan professional butuh mendapat pengakuan dari masyarakat (Anggraini et al., 2022). Bidan dikatakan professional jika memiliki beberapa indikator sebagai berikut: 1. Kode etik profesi Kode etik merupakan asas atau prinsip yang diterima suatu kelompok sebagai landasan perilaku sehari-hari dalam masyarakat atau di tempat kerja. Undang-undang profesi kebidanan mengatur prinsipprinsip dasar kebidanan kebidanan yaitu mengutamakan kebutuhan klien, menghormati hak-hak klien, tugas bidan, konsultasi dan bimbingan serta melanjutkan pelayanan. Kerahasiaan informasi, tanggung jawab untuk mendukung rekan kerja dan profesi lainya, tanggungjawab menjaga nama baik profesi dan
Konsep Kebidanan 87 meningkatkan citra profesi, tanggung jawab untuk meningkatkan pengetahuan dan praktik bidan, tanggung jawab untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah khususnya Kesehatan Ibu dan anak serta kesehatan keluarga. 2. Tanggung jawab Tugas tanggung jawab bidan dilakukan pada masa kehamilan, persalinan dan pascasalin yang terbagi menjadi dua yaitu: a. Internal yaitu tanggung jawab yang berbentuk laporan pelaksanaan yang diberikan oleh pimpinan dalam suatu lembaga. b. Eksternal adalah bentuk tanggung jawab pihak ketiga bila terdapat tindakan menimbulkan kerugian kepada pihak lain. Kewajiban bidan salah satunya adalah menaati peraturan perundang-undangan tentang kebidanan, memberikan infoormasi dan saran yang akurat kepada keluarga, memberitahu pasien tentang pemeriksaaan yang diperlukan untuk mencegah kehamilan beresiko, mencatat, mengevulasi serta melaporkan setiap pelayanan yang diberikan. 3. Melakukan kolaborasi dan rujukan yang tepat Kolaborasi adalah hubungan berbagi tanggung jawab dengan teman sejawat atau tenaga Kesehatan lain. Kolaborasi dalam praktiknya dapat dicapai dengan mendiskusikan diagnosis pasien dan bekerja sama dalam memberikan penatalaksanaan. Kolabora-si sangat bergantung pada komunikasi terbuka, keper-
88 Konsep Kebidanan cayaan, saling pengertian dan tujuan serta tanggung jawab bersama. Komunikasi merupakan aspek penting dari kolaborasi. 4. Pendidikan berkelanjutan Pendidikan berkelanjutan merupakan suatu cara untuk meningkatkan kemampuan, hubungan antar manusia sesuai standar pelayanan dan standar yang telah di tentukan melalui pendidikan formal dan non formal. 5. Berkompeten Kompetensi merupakan bidan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan. Kompetensi yang di anggap sebagai kompetensi inti adalah hasil yang diharapkan dari pelatihan pelayanan kebidanan. Keterampilan tambahan di artikan sebagai keterampilan yang dapat dipelajari atau dilakukann olleh seorang bidan. 6. Memberikan advokasi Bidan saat memberikan advokasi disebut advokator. Biidan sebagai advocator berperan melakukan advokasi saat pengambil keputusan yang berhubungan dengan kesehatan ibu. Melakukan advokasi berarti melakukan usaha agar pembuat keputusan atau penentu kebijakan mencapai suatu kebijakan tersebut (Damayanti et al., 2019).
Konsep Kebidanan 89 Kode etik bidan merupakan pernyataan komprehensif mengenaio praktik professional yang menuntut bidan menerapkan praktik kebidanan yang berhubungan dengan kesejahteraan keluarga, teman sejawat, profesi dan diri sendiri (Sofyan, 2006) Kode etik profesi bidan menetapkan tentang kewajiban bidan terhadap teman sejawat dan professional kesehatan lainnya. Berikut yang merupakan kewajiban bidan terhadap teman sejawat adalah 1. Bidan hendaknya membina hubungan baik dengan teman sejawat untuk menciptakan lingkungan kerja yang positif. 2. Bidan harus menghormati rekan sejawatnya dan professional kesehatan lainnya dalam melaksanakan tugasnya. 3. Bidan harus membangun hubungan dengan rekan kerja untuk menciptakan lingkungan kerja yang positif. 4. Bidan harus menghormati teman sejawat dan professional kesehatan lainnya dalam menjalankan tugasnya. 5. Bidan hendaknya menjaga nama baik dan citra profesinya dengan berperilaku terhormat dan memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat (Sofyan, 2006).
90 Konsep Kebidanan Kode etik bidan internasional yang berhubungan dengan teman sejawat dan tenaga Kesehatan lainya adalah 1. Bidan saling mendukung dan membantu dalam menjalanakan profesinya serta melindungi dirinya dan martabatnya secara penuh. 2. Bidan bekerja sama dengan tenaga Kesehatan lain dengan memberikan konseling dan merujuk Ketika klien membutuhkan pelayanan di luar kompetensi bidan. 3. Bidan mengenali adanya saling ketergantungan dalam memberi pelayanan dan secara aktif memecahkan konflik yang ada. 4. Bidan mempunyai kewajiban terhadap diri sendiri sebagai manusia yang bermoral termasuk kewajiban untuk menghormati dan memelihara nama baik siri sendiri (Sofyan, 2006). Dalam bidang kebidanan, kolaborasi antarprofesi sangat penting untuk keselamatan pasien. Kolaborasi yang buruk dan kegagalan komunikasi merupakan penyebab utama terjadinya kejadian yang tidak diinginkan. Kolaborasi yang tidak baik juga bisa terjadi konflik interpersonal, pelayanan yang tumpang tindih, serta permasalahan lain yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan dan asuhan kebidanan yang diberikan. Kolaborasi adalah proses aktif yang membutuhkan kemauan untuk melakukan Kerjasama