The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku ini memberikan penjelasan lengkap tentang memulai bisnis serta seluk beluk dalam dunia bisnis. Selain itu dalam buku ini juga dilengkapi dengan penjelasan mengenai risiko serta strategi bisnis yang dapat dilakukan.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by penamudamedia, 2023-07-12 10:36:56

KEWIRAUSAHAAN

Buku ini memberikan penjelasan lengkap tentang memulai bisnis serta seluk beluk dalam dunia bisnis. Selain itu dalam buku ini juga dilengkapi dengan penjelasan mengenai risiko serta strategi bisnis yang dapat dilakukan.

Kewirausahaan | 143 5. Menganalisis Laporan Keuangan Jadi Lebih Mudah dengan Mekari Jurnal Jika Anda masih memiliki keraguan terhadap cara pengelompokan atau pencatatan laporan keuangan secara mandiri, tidak ada salahnya Anda mulai berinvestasi dengan software akuntansi online. Salah satu software akuntansi online yang aman dan tepercaya yaitu jurnal. Jurnal merupakan aplikasi laporan keuangan perusahaan yang dapat membantu Anda mengelola keuangan bisnis dan membantu membuat laporan keuangan secara instan, cepat, dan aman. Hal ini karena aplikasi jurnal telah terintegrasi dengan sistem akuntansi yang canggih. Dengan jurnal, Anda akan memiliki kemudahan untuk pencatatan laporan keuangan, sekaligus memiliki analisis keuangan yang tersaji cepat baik secara diagram maupun nominal angka. Selain itu jurnal memiliki bentuk yang lebih mudah untuk dipahami sehingga Anda tidak akan kesulitan dalam menganalisis data. Setelah anda dapat menganalisis data dengan baik maka Anda akan mampu menyajikan data-data tersebut ke dalam analisis laporan keuangan. Anda akan mampu menyusun laporan tersebut dengan langkah-langkah diatas. Sehingga diharapkan hal-hal yang disampaikan dalam buku ini dapat memudahkan dan membantu Anda dalam proses pembuatan analisis laporan keuangan.


Kewirausahaan | 144 Daftar Pustaka Mekari. 2023. 5 metode analisis laporan keuangan, ini jelasnya?. https://www.jurnal.id/id/blog/analisis-laporankeuangan-dan-jenisnya/. PT Mid Solusi Nusantara. Jakarta Kasmir. 2018. Analisis Laporan Keuangan. Depok: Rajawali Pers. Subramayan, K. R. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Tasya, Kania. 2022. 5 Cara Analisis Laporan Keuangan agar tetap lancar. https://dailysocial.id/post/analisis-laporankeuangan. Russell Bedford, SBR. 2021. Tujuan dan manfaat melakukan analisis laporan keuangan bagi perusahaan. https://sbrcpa.co.id/tujuan-dan-manfaat-analisis-laporankeuangan-perusahaan/.


Kewirausahaan | 145 Tentang Penulis Penulis bernama Hasan Fahmi Kusnandar. Lahir di Kota Tasikmalaya pada tanggal 17 Juli 1984, putra pertama dari pasangan Bapak Ahmad Hidayat dan Ibu Noni Hernawati. Riwayat pendidikan diawali dari SD Negeri 2 Cikatomas (lulus tahun 1997), SMP Negeri 1 Cikatomas (lulus tahun 2000), SMA BPI Bandung (lulus tahun 2003). Pada tahun 2008 penulis memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran. Selanjutnya pada tahun 2013 penulis memperoleh gelar Magister Manajemen (M.M) Program Pascasarjana Universitas Siliwangi. Pada tahun 2018 penulis tercatat sebagai mahasiswa program studi Ilmu Pertanian (S3) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran dan selanjutnya pada tahun 2023 penulis memperoleh gelar Dr. pada Ilmu Pertanian Peminatan Agribisnis di Universitas Padjajaran. Hingga saat ini, penulis masih aktif menjadi dosen Politeknik Triguna Tasikmalaya sebagai jabatan struktural Wakil Direktur III Bidang Kemahasiswaan dan tutor Universitas Terbuka. Demikian Riwayat Hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya. Semoga bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi pembaca.


Kewirausahaan | 146 Bab 12 Penilaian Kelayakan Usaha Yuliawati, S.E., M.E. A. Gambaran Umum Penilaian Kelayakan Usaha Salah satu tujuan mengapa perlu dilakukan penilaian kelayakan usaha adalah untuk mencari jalan keluar hambatan dan risiko yang mungkin akan terjadi dimasa mendatang. Mengapa hal ini perlu dilakukan karena masa yang akan datang tentunya penuh dengan ketidakpastian. Ketidakpastian dimasa mendatang dapat terjadi dalam berbagai bidang kehidupan diantaranya dalam bidang ekonomi, sosial, perilaku konsumen, politik, budaya, hukum, maupun perubahan di lingkungan masyarakat. Sehingga, ketidakpastian ini dapat menyebabkan segala yang sudah direncanakan menjadi tidak tercapai atau meleset dari rencana. Yang menyebabkan risiko kehilangan atau kerugian tidak dapat dihindari. Penilaian kelayakan usaha dilakukan untuk mengidentifikasi masalah dimasa yang akan datang, untuk pedoman dan mengarahkan usaha yang nantinya akan dijalankan dengan begitu diharapkan dapat memperkecil atau meminimalkan kemungkinan ketidakberhasilan yang ingin dicapai dalam suatu usaha dan investasi. 1. Pengertian Penilaian Kelayakan Usaha Penilaian kelayakan usaha atau biasa disebut dengan studi kelayakan usaha atau studi kelayakan bisnis adalah adalah suatu aktivitas yang dilakukan untuk menentukan


Kewirausahaan | 147 layak atau tidaknya suatu bisnis atau usaha yang akan dijalankan dengan mempelajari bisnis tersebut secara mendalam dengan metode-metode tertentu berdasarkan informasi dan data yang ada untuk dihitung, diukur, dan dianalisis untuk memperoleh hasil yang maksimal (Made, 2020). Studi kelayakan bisnis merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menilai sejauh mana manfaat yang akan didapatkan dari kegiatan usaha (Sulistiyowati, 2019). Studi kelayakan usaha atau disebut juga analisis proyek bisnis adalah kegiatan meneliti sebuah usaha apakah usaha tersebut layak atau tidak dilaksanakan dengan memperoleh keuntungan secara terus menerus (Sobana, 2018). Penilaian kelayakan usaha merupakan suatu riset atau penelitian yang di dalamnya mencangkup berbagai aspek baik sosial ekonomi dan juga budaya, hukum, pasar serta pemasaran, keuangan, teknis, tehnologi, dalam suatu proyek tertentu untuk memutuskan apakah bisnis atau usaha tersebut dapat dijalankan atau harus ditunda bahkan apabila dinilai tidak layak usaha tersebut bisa saja tidak dijalankan (Daoed dan Nasution, 2021). 2. Tujuan Penilaian Kelayakan Usaha Tujuan Penilaian Kelayakan Usaha sebelum memulai suatu usaha menurut (Kasmir dan Jakfar, 2013), meliputi: a. Menghindari terjadinya resiko kerugian. Penilaian kelayakan usaha akan sangat membantu pemilik usaha dalam menghindari atau meminimalisir risiko kerugian yang mungkin terjadi. Dalam perencanaan usaha, tanpa melakukan penilaian kelayakan usaha tentu pemilik usaha akan mengalami kesulitan mengetahui apakah usaha tersebut dapat menguntungkan atau tidak. Sehingga, dengan penilaian kelayakan usaha, pemilik usaha dapat


Kewirausahaan | 148 menghindari atau meminimalisir risiko kerugian dengan menunda terlebih dahulu atau membatalkan rencana usaha yang dirasa memiliki penilaian yang kurang baik dalam penilaian kelayakan usaha. b. Mempermudah dalam perencanaan. Dalam perencanaan usaha meliputi berapa pendanaan yang dibutuhkan, berapa keuntungan yang ingin dicapai, kapan usaha tersebut dijalankan, menentukan dimana lokasi usaha, bagaimana sistem pengawasannya, dan bagaimana teknis pelaksanaannya. c. Mempermudah dalam melaksanakan pekerjaan. Pelaksanaan usaha dapat dijalankan secara lebih mudah dan sistematis, karena rencana usaha telah disusun. d. Mempermudah sistem pengawasan. Pengawasan terhadap jalannya usaha akan lebih mudah dengan mengikuti rencana yang telah dibuat. e. Mempermudah sistem pengendalian. Lebih mudah mendeteksi jika ada hal-hal yang dirasa menyimpang dari rencana yang telah dibuat untuk secepatnya melakukan perbaikan. 3. Manfaat dan Pihak-pihak yang Membutuhkan Penilaian Kelayakan Usaha Manfaat penilaian kelayakan usaha dan siapa saja yang membutuhkan penilaian kelayakan usaha dapat dibedakan menjadi dua pihak yang berkepentingan atas penilaian kelayakan usaha itu sendiri (Harahap, 2018): a. Pihak Pertama (bagi analisis) 1. Dapat memberikan pengetahuan mengenai cara berpikir yang terstruktur saat menghadapi masalah


Kewirausahaan | 149 tertentu dan mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi. 2. Dapat mengaplikasikan berbagai disiplin ilmu yang sebelumnya telah dipelajari sebagai alat bantu dalam pengukuran, perhitungan, dan, penilaian yang selanjutnya dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam proses menjalankan usaha. 3. Membuat atau menyusun penilaian kelayakan usaha berarti mempelajari suatu objek usaha yang akan dijalankan secara sistematis dan komprehensif sehingga penyusunannya tentu akan mendapatkan pengalaman dan pelajaran yang sangat bermanfaat. b. Pihak kedua (bagi masyarakat) 1. Calon Investor Calon investor dalam menilai kelayakan usaha, lebih fokus terhadap aspek secara ekonomi dan keuangan untuk menentukan tingkat pengembalian dari dana yang diinvestasikan dan tingkat efisiensi investasi atau internal rate of return (IRR), jangka waktu mengembalikan modal yang dikeluarkan investor atau payback period, aliran kas serta proyeksi labarugi dari kegiatan usaha. Disini para calon investor juga bisa menghitung resiko yang mungkin akan dihadapi. 2. Mitra penyerta modal Para calon investor pada umumnya memerlukan mitra penyerta modal baik itu dari perusahaan maupun perseorangan. Sehingga, hasil penilaian kelayakan usaha ini akan dapat membantu calon investor dalam meyakinkan calon mitranya.


Kewirausahaan | 150 3. Perbankan Diperlukan penilaian kelayakan usaha karena biasanya dalam proses persetujuan pembiayaan atau perkreditan di perbankan memerlukan surat rekomendasi yang menyatakan bahwa usaha tersebut layak untuk dijalankan. 4. Pemerintah Penilaian terhadap kelayakan usaha yang dilakukan pemerintah biasanya menyangkut aspek legalitas dan perizinan seperti izin operasional usaha. 5. Manajemen Perusahaan Penilaian kelayakan usaha dapat digunakan untuk pengembangan bisnis baru yang akan berhubungan dengan pihak-pihak menajemen terutama direksi untuk pengambilan keputusan strategis. 6. Masyarakat Penilaian masyarakat terhadap suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan biasanya menyangkut analisis dampak lingkungan atau AMDAL. Biasanya AMDAL ini sangat diperlukan untuk proyek-proyek dengan skala besar. 4. Faktor-faktor yang dapat Menyebabkan Kegagalan Usaha Terdapat banyak hal yang bisa menyebabkan kegagalan suatu usaha. Kegagalan tersebut dapat bermula dari seseorang yang melakukan penilaian kelayakan usaha itu sendiri saat membuat perhitungan sampai dengan faktor-faktor diluar kendali kita sebagai manusia yang pada akhirnya hal ini akan berdampak pada kerugian bagi entitas usaha. Risiko kerugian yang bisa saja timbul di masa yang akan datang karena penuh dengan berbagai ketidakpastian. Hal terpenting yang perlu untuk


Kewirausahaan | 151 diperhatikan disini adalah diperlukan analisis atau penilaian untuk memprediksi dan mengantisipasi sedini mungkin resiko yang akan terjadi. Pada umumnya faktorfaktor yang menjadi penyebab dari kegagalan usaha dijelaskan pada poin-poin berikut (Made, 2020): a. Ketidaklengkapan Informasi dan Data Saat melakukan penelitian terkait penilaian usaha informasi maupun data yang disajikan kurang lengkap, sehingga menyebabkan hal-hal yang mungkin bisa menjadi penilaian penting menjadi tidak ada. Selain itu, bisa juga data yang tersedia tidak bisa di percaya atau palsu. Oleh karena itu, sebaiknya sebelum melakukan penilaian kelayakan usaha harus mengumpulkan informasi dan data-data selengkap-lengkapnya, melalui berbagai sumber yang terpercaya dan kebenaran datanya dapat dipertanggungjawabkan. b. Ketidaktelitian Kegagalan usaha bisa juga disebabkan karena ketidaktelitian orang yang melakukan penilaian usaha saat meneliti dokumen yang tersedia. Sehingga, tim penilai kelayakan usaha seharusnya merupakan seseorang yang benar-benar ahli pada bidangnya, sehingga dapat menjamin ketelitian penilaian dan sangat kecil kesalahan yang mungkin terjadi karena ketidaktelitian atau kecerobohan akan sangat mempengaruhi hasil penelitian. c. Kesalahan Perhitungan Kesalahan bisa terjadi karena kesalahan dalam melakukan perhitungan. Misal, kurang tepat dalam menggunakan rumus atau cara menghitungnya, sehingga hasil yang diperoleh menjadi tidak akurat. Oleh karena itu, dapat diantisipasi dengan


Kewirausahaan | 152 menyediakan tenaga yang benar-benar handal dan ahli di bidangnya. d. Terdapat Kesalahan saat Menjalankan Pekerjaan Para pelaku usaha tentu sangat membawa peranan yang penting dalam tingkat keberhasilan menjalankan suatu usaha. Jika para pelaksana pekerjaan tidak mengerjakan usaha secara baik dan benar atau bahkan tidak sesuai dengan pedoman yang telah disusun, kemungkinan usaha tersebut mendapat peluang kegagalan yang tinggi. e. Kondisi Lingkungan Faktor kegagalan lainnya yaitu terdapat unsur-unsur yang sulit untuk dikendalikan. Saat melaksanakan suatu penelitian serta pengukuran sudah terselesaikan secara benar dan tepat, namun kemudian ditengah perjalanan karena terjadi perubahan lingkungan dapat mempengaruhi hasil dari penelitian penilaian kelayakan usaha. Perubahan lingkungan yang bisa terjadi diantaranya adalah perubahan social ekonomi, hukum, politik, serta perubahan pola perilaku pada masyarakat, atau bisa juga karena adanya bencana alam. f. Unsur Kesengajaan Kesalahan yang bisa saja sangat fatal yaitu terdapat unsur kesengajaan dalam kesalahan. Maksudnya adalah peneliti memang secara sengaja membuat kesalahan tertentu dimana hasil dari penelitian tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya karena berbagai sebab. Bisa juga para pekerja di lapangan melakukan perbuatan yang tidak semestinya atau perbuatan yang


Kewirausahaan | 153 tercela, sehingga dapat menjadi penyebab kegagalan dalam suatu usaha. Sehingga, sebelum melakukan penilaian kelayakan usaha tim peneliti yang akan mengerjakan penilaian kelayakan usaha harus senantiasa memerhatikan berbagai hal penting berikut. a. Kelengkapan informasi serta keakuratan data-data yang akan digunakan. b. Tenaga ahli dari tim peneliti merupakan orangorang yang tangguh dan terpercaya. c. Penentuan alat ukur serta metode yang tepat. d. Tim penilaian kelayakan usaha harus memiliki tingkat loyalitas yang tinggi. B. Aspek-Aspek dalam Penilaian Kelayakan Usaha Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam menentukan kelayakan suatu bisnis atau usaha. Masingmasing aspek tersebut tentunya tidak berdiri sendiri, namun satu sama lain saling berkaitan. Artinya, jika salah satu dari aspek-aspek tersebut tidak terpenuhi, diperlukan perbaikan dan tambahan sesuai dengan kebutuhan. Secara umum, aspek-aspek yang perlu diperhatikan dan dilakukan dalam penilaian kelayakan bisnis (Made, 2020) adalah sebagai berikut: 1. Aspek Hukum Pada aspek ini yang perlu untuk dianalisis yaitu halhal yang berkaitan dengan masalah keabsahan dan kelengkapan dokumen usaha, mulai dari bentuk badan usaha sampai dengan izin-izin yang harus dimiliki. Dokumen tersebut sangat penting, karena untuk dijadikan dasar hukum apabila dikemudian hari terjadi suatu


Kewirausahaan | 154 masalah. Semua dokumen dapat diperoleh dari pihakpihak yang berhak menerbitkan atau mengeluarkan dokumen tersebut. Aspek hukum yang perlu disiapkan dalam melakukan penilaian kelayakan usaha menyangkut semua hal yang berkaitan dengan legalitas rencana usaha yang akan dijalankan oleh entitas bisnis atau perusahaan meliputi (Daoed dan Nasution, 2021): a. Izin lokasi usaha b. Akte pendirian usaha dari notaris c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) d. Surat tanda daftar usaha e. Surat izin tempat usaha dari Pemerintah Daerah f. Surat tanda rekanan dari Pemerintah Daerah setempat g. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) 2. Aspek Pasar dan Pemasaran Pada aspek ini yang perlu untuk dianalisis adalah apakah usaha yang sedang dinilai mempunyai peluang pasar sesuai yang diharapkan atau tidak. Selain itu, analisis ini juga menilai apakah ada peluang dan seberapa besar peluang para investor yang potensial mau melakukan investasi pada usaha tersebut sesuai yang diharapkan. Selanjutnya pada tahap ini juga akan mempelajari bagaimana strategi dalam pemasaran yang dapat dilakukan untuk mendapatkan peluang pasar. 3. Aspek Keuangan Pada aspek ini yang perlu untuk dianalisis adalah apa saja biaya yang akan dikeluarkan dan berapa besaran biaya tersebut. Selain itu, juga akan menganalisis berapa besar penghasilan yang nantinya akan diterima apabila usaha tersebut dijalankan. Selanjutnya, juga akan menilai kapan modal yang digunakan untuk menjalankan usaha akan


Kewirausahaan | 155 kembali serta mencangkup dari mana saja sumber-sumber pembiayaan yang digunakan untuk aktivitas usaha beserta tingkat suku bunga atau tingkat bagi hasil yang berlaku. 4. Aspek Teknis atau Operasi Pada aspek ini yang perlu untuk dianalisis yaitu lokasi usaha meliputi dimana lokasi kantor pusat, kantor cabang, dan gudang. Selain itu, penelitian yang dilakukan juga menentukan bagaimana bentuk bangunan gedung beserta desain didalamnya, kemudian apa saja mesin yang akan digunakan, juga bagaimana jika nantinya akan dilakukan perluasan usaha. Lebih lanjut, aspek ini juga akan menilai berbagai pertimbangan lokasi yang meliputi berbagai macam pertimbangan, seperti apakah lokasi usaha harus dekat pasar, atau dekat dengan lokasi memperoleh bahan baku, pertimbangan mudahnya mendapatkan tenaga kerja dengan upah yang tidak terlalu tinggi, dekat dengan area pemerintahan, dekat dengan lembaga keuangan, dekat dengan pelabuhan, atau pertimbangan-pertimbangan yang lainnya. Dalam aspek ini juga mencangkup apakah dalam usaha tersebut akan menggunakan teknologi dengan system padat modal atau padat karya. 5. Aspek Manajemen atau Organisasi Pada aspek ini yang perlu untuk dianalisis yaitu mengenai pengelola usaha serta bagaimana struktur organisasi yang akan dijalankan. Tentu, usaha yang akan dilaksanakan akan sangat dipengaruhi oleh orang-orang yang ada didalamnya sehingga dibutuhkan orang-orang yang professional yang dapat bekerja dengan baik dari mulai perencanaan, kemudian menjalankan, dan mengendalikannya jika terjadi suatu penyimpangan. Selain itu, penentuan bagaimana bentuk dan struktur


Kewirausahaan | 156 organisasi tentunya juga harus disesuaikan dengan tujuan usahanya. 6. Aspek Ekonomi Sosial Pada aspek ini yang perlu untuk dianalisis adalah untuk melihat seberapa besar pengaruh terhadap keadaan ekonomi sosial jika usaha tersebut dijalankan bagi masyarakat secara menyeluruh. Dampak dari sisi ekonomi bisa berupa peningkatan penghasilan masyarakat baik bagi yang bekerja dipabrik atau masyarakat diluar lokasi pabrik. Untuk dampak secara sosial seperti tersedianya sarana dan prasarana Antara lain berupa sarana kesehatan, sarana pendidikan, akses jalan, sarana penerangan, perairan, jaringan telepon, sarana Ibadan, dan saran olahraga. 7. Aspek Dampak Lingkungan Pada aspek ini yang perlu untuk dianalisis adalah bagaimana dampak suatu usaha terhadap lingkungan sekitar lokasi usaha dan saat ini termasuk salah satu aspek yang sangat penting untuk diperhatikan dan dikaji secara serius. Dalam analisis ini akan melihat bagaimana dampak usaha terhadap keadaan udara, air, dan daratan yang bisa berdampak bagi kehidupan manusia, binatang, maupun tumbuh-tumbuhan yang berada di sekitarnya. C. Tahap-tahap dalam Penilaian Kelayakan Usaha Untuk mempermudah dalam pelaksanaan penilaian kelayakan usaha agar memperoleh hasil yang baik dan akurat dilakukan dengan mengikuti tahapan-tahapannya. Tahaptahap yang dilakukan dalam penilaian kelayakan usaha (Harahap, 2018) yaitu:


Kewirausahaan | 157 1. Mengumpulkan Data dan Informasi: mengumpulkan data dan informasi selengkap mungkin baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. 2. Pengolahan Data: informasi dan data-data yang telah didapatkan diolah dengan metode-metode tertentu yang relevan dan lazim digunakan selanjutnya dilakukan pengecekan kembali untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam pengolahan data. 3. Analisis Data: tahap ini merupakan tahapan penentuan kriteria kelayakan seluruh aspek penilaian kelayakan usaha. 4. Mengambil Keputusan: tahap ini merupakan tahapan pengambilan keputusan hasil analisa yang telah dilakukan. Jika hasilnya layak berarti bisa untuk direkomendasikan. Namun, jika dianggap tidak layak sebaiknya dibatalkan. 5. Rekomendasi: memberikan rekomendasi kepada pihak yang berwenang disertai saran-saran serta perbaikan apa yang seharusnya dilengkapi untuk dokumentasi. D. Sumber-sumber Data dan Informasi Data-data dan juga informasi adalah suatu aspek yang sangat penting dalam meneliti suatu bisnis atau usaha. Dengan adanya data serta serta informasi yang lengkap dan jelas, tentunya akan dapat menghasilkan penilaian kelayakan bisnis yang baik. Oleh karena itu, data dan informasi yang digunakan untuk penilaian suatu usaha harus didapatkan dari sumber-sumber yang valid dan terpercaya. Sumbersumber tersebut menurut Made (2020) dapat kita peroleh dari:


Kewirausahaan | 158 1. Hasil publikasi ekonomi maupun bisnis dari surat kabar atau majalah. 2. Publikasi yang dilakukan oleh Bank Indonesia, Perbanas, dan lembaga keuangan lainnya. 3. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 4. Biro Pusat Statistik (BPS). 5. Asosiasi Industri dan Dagang yang membawahi jenis usaha tertentu yang sejenis. 6. Lembaga penelitian, baik lembaga pemerintah, seperti LIPI, atau lembaga-lembaga penelitian swasta lainnya. 7. Departemen teknis, data-data dan informasi biasanya dikeluarkan dan terkumpul tahun ke tahun. Misal, bidang usaha yang akan dianalisis adalah usaha pada bidang pertanian, sehingga data yang berkaitan dengan itu bisa dicari di Departemen Pertanian. 8. Perguruan tinggi atau universitas.


Kewirausahaan | 159 Daftar Pustaka Daoed dan Nasution (2021) STUDI KELAYAKAN BISNIS (Teori dan Aplikasi Keuangan Dalam Bisnis). Pertama. Edited by Suardi. Medan: Undhar Press. Harahap, S. (2018) STUDI KELAYAKAN BISNIS Pendekatan Integratif, FEBI UIN-SU Press. Kasmir, Jakfar (2013) Studi Kelayakan Bisnis, Penerbit Kencana,Jakarta. Made, D.I. (2020) Studi Kelayakan Bisnis, Lembaga Penerbitan Universitas Nasional (LPU-UNAS). Sobana, H. (2018) Studi Kelayakan Bisnis. Bandung: PUSTAKA SETIA. Sulistiyowati, W. (2019) Analisis Kelayakan Usaha. Pertama. Edited by S.B. Sartika. Sidoarjo: UMSIDA Press.


Kewirausahaan | 160 Tentang Penulis Yuliawati, S.E., M.E. Dosen pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. Sejak duduk di bangku kuliah sangat suka dan tertarik dengan dunia usaha atau entrepreneurship dengan mengikuti organisasi kampus yang berkaitan dengan kewirausahaan dan mengikuti pendidikan nonformal “BOS” Business Owner School. Aktivitas di kampus selain mengajar sebagai pengurus Inkubator Bisnis dan Teknologi Wimaya UPN “Veteran” Yogyakarta dan sebagai peneliti di Pusat Studi Ekonomi, Keuangan, dan Industri Digital UPN “Veteran” Yogyakarta.


Kewirausahaan | 161 Bab 13 Analisis Pesaing Kiki Azakia, M.E Analisis Pesaing Keberhasilan seseorang dalam mengelola suatu bisnis ditentukan oleh kemampuan dalam mengenali dan menganalisis pesaing-pesaing di bisnis yang dia tekuni. Analisis pesaing dilakukan dengan membandingkan strategi pemasaran, produk, harga, dan promosi dengan pesaing terdekat yang kemudian dievaluasi dan memprediksi aktifitas kemungkinan pesaing baru masuk dalam segmentasi pasar, dengan cara inilah pengusaha dapat menemukan kelebihan dan kekurangan perusahaan saingan. Selain itu penyesuaian dengan perubahan kondisi konsumen dan persaingan akan memudahkan pengusaha untuk menyusun strategi menghadapi perubahan pasar dimasa yang akan datang. Perusahaan yang dapat menganalisis pesaingnya dengan baik dapat membantu pihak manajemen untuk memutuskan langkah apa yang akan dilakukan dan menentukan posisi menghadapi pesaing di setiap pasar sasaran. Definisi Pesaing Menurut (Padapi, 2021) pesaing adalah suatu cara atau metode usaha untuk dapat memahami kesempatan, ancaman atau permasalahan dalam strategis (Strategy Question) yang bisa


Kewirausahaan | 162 terjadi akibat dari pergantian persaingan potensial yang ada serta kemampuan dan kelemahan bersaing. Dalam kutipan lain (David and R, 2015) menyebutkan bahwa pesaing adalah perusahaan yang menawarkan produk dan jasa sejenis di pasar yang sama. Untuk itu, pesaing merupakan cara untuk mengidentifikasi ancaman dan peluang yang ada dari pesaing. Selain itu juga untuk mempelajari strategi dan permasalahan yang terjadi secara umum agar kelemahan dan kekuatan pesaing dapat teridentifikasi. Analisis pesaing juga berfungsi untuk mengevaluasi persaingan yang terjadi saat ini. Analisis pesaing bersifat dinamis atau mudah berubah, sehingga analisis dilakukan dengan menggambarkan pesaing, serta memperkirakan tindakan yang akan dilakukan pesaing secata tepat. Untuk keperluan itu, beberapa metode digunaan seperti, pencarian data base, survey terhadap pelanggan, wawancara dengan pemasok produksi serta partisipan lainnya yang terlibat dalam kegiatan bisnis. Secara umum, konsep persaingan pasar membuka mata perusahaan terhadap apa yang dilakukan oleh pesaing. Kegiatan tersebut meliputi: 1. Mengidentifikasi pesaing; 2. Menentukan sasaran pesaing; 3. Identifikasi strategi pesaing; 4. Analisis kekuatan dan kelemahan pesaing; 5. Identifikasi reaksi pesaing; 6. Strategi menghadapi pesaing; Namun, sebelum melakukan analisis pesaing beberapa hal yang harus kita lakukan yaitu, mengenali bisnis dengan seksama seperti apa dan bagaimana bisnis yang sedang kita kelola (Kotler and Keller, 2008) menyebutkan langkah persiapan ketika ingin melakukan analisis pesaing: 1. Mengenali kekuatan produk/ jasa yang perusahaan tawarkan. Jika hal ini tidak dilakukan maka perusahaan


Kewirausahaan | 163 akan sulit menciptakan strategi marketing dan branding yang unik 2. Mengidentifikasi kelemahan produk atau jasa yang kita tawarkan. Mencari tahu apa yang pesaing miliki yang tidak dimiliki oleh perusahaan 3. Mempelajari competitive landscape. Memetakan posisi perusahaan di pasar membuat perusahaan tahu siapa yang menjadi pesaing langsung dan tidak langsung 4. Mengkaji citra brand bisnis perusahaan dimata konsumen. Perusahaan dapat memanfaatkan, memperkuat kelebihan produk sehingga dapat lebih menarik minat para calon konsumen. Secara umum perusahaan harus memperhatikan tiga variable ini ketika menganalisis pesaing. Diantaranya: a. Pangsa pasar (share of market), pangsa pasar sasaran pesaing; b. Pangsa pikiran (share of mind) presentase pelanggan yang menyebut nama pesaing . seperti, Pepsoden adalah merek pasta gigi yang pertama diingat pelanggan ketika ditanya “sebutkan jenis pasta gigi?” atau “Aqua” jika ditanya “perusahaan air mineral” c. Pangsa hati (share of heart), presentase pelanggan yang menyebutkan nama pesaing dalam merespon pernyatan “sebutkan nama perusahaan yang produknya lebih anda sukai?” Manfaat dan tujuan analisa pesaing Francis (1994) dalam (Hoque, 2006) menyebutkan ada empat manfaat yang akan perusahaan dapatkan ketika melakukan analisa pesaing. Antara lain: 1. Pembanding industry;


Kewirausahaan | 164 Membandingkan perusahaan yang sedang kita kelola dengan perusahaan pesaing untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan. 2. Pembelajaran dari pesaing; Kita mendapatkan pelajaran dari percobaan yang dilakukan pesaing di segmen pasar yang serupa 3. Penempatan; Dapat menempatkan perusahaan atas langkah apa yang harus dilakukan setelah mengetahui kekuatan pesaing 4. Identifikasi kesempatan dan ancaman. Dapat lebih dulu mengetahui peringatan atas pesaing yang mengancam dan mempersiapkan langkah apa yang harus dilakukan. Berikut merupakan tujuan dilakukannya analisis pesaing: 1. Memahami perubahan karena perubahan itu perlu 2. Mengetahui arti dari pesaing 3. Dapat mengidentifikasi pesaing terkuat dalam bidang bisnis yang sama; 4. Dapat menentukan sasaran yang diinginkan pesaing sehingga dapat membuat strategi untuk menghadapinya 5. Mengetahui strategi yang digunakan pesaing; 6. Mampu menganalisis keuatan dan kelemahan pesaing 7. Memindai reaksi pesaing atas keputusan perusahaan yang bisa mempengaruhi mereka. 8. Mampu merencanakan strategi apa yang harus dibuat untuk menghadapi pesaing Langkah analisa pesaing Untuk mengetahui jumlah dan jenis pesaing serta kekuatan dan kelemahan mereka, wirausahawan perlu menentukan langkah langkah yang tepat. Langkah langkah ini perlu


Kewirausahaan | 165 dilakukan agar analisis pesaing tepat sasarn dan tidak salah arah. (Hoque, 2006) menyebutkan ada lima langkah analisa pesaing. Diantaranya: 1. Menentukan apa yang anda lakukan dan untuk siapa? 2. Identifikasi pesaing anda saat ini dan potensinya 3. Mengumpulkan masing masing pesaing 4. Melakukan penelitian mendalam pada masing masing pesaing 5. Melakukan analisis komparatif pada pesaing Jenis pesaing Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya mengenai langkah analisis pesaing, pengusaha juga harus mengetahui jenis jenis pesaing. Dengan mengetahui jenis jenis pesaing, pengusaha dapat mengetahui pesaing mana yang akan menjadi prioritas dan paling kuat serta menjadi perhatian khusus perusahaan. Berikut tiga jenis pesaing, diantaranya adalah 1. Pesaing langsung, adalah pesaing dengan produk, pasar, industry, dan harga yang di tawarkan sama dengan pesaingnya. Contohnya minuman air mineral kemasan, Aqua dan Le mineral kedua perusahaan ini merupakan pesaing langsung dengan alasan keduanya memiliki produk dan target pasar yang sama dengan ciri khasnya sendiri. 2. Pesaing tidak langsung, adalah perusahaan pesaing yang menjual produk yang tidak sama dengan produk yang dikeluaran perusahan, tetapi menawarkan solusi yang sama bagi konsumen. Contoh pesaing tidak langsung seperti perusahaan the dan kopi, kedua perusahaan ini


Kewirausahaan | 166 menawarkan produk yang berbeda, namun memberikan solusi yang sama bagi konsumen. 3. Pesaing bayangan, pada jenis ini, pesaing memiliki produk dan tujuan yang berbeda, namun memiliki target pasar yang sama. Contoh klinik kecantikan dan salon, kedua usaha ini memiliki target pasar yang sama yaitu wanita namun menggunakan produk yang berbeda. Salon menggunakan perawatan tubuh, wajah dan rambut yang ringan sementara klinik menggunaan tindakan dan peralatan yang canggih. Unsur Analisa Pesaing (Porter, 1980) menjelaskan terdapat 6 unsur dalam melakukan analisa pesaing diantaranya, 1. Analisis Biaya Pesaing Organisasi yang dapat berkompetisi di pasar melalui strategi biaya rendah atau strategi diferensiasi. Untuk berhasil bersaing dari struktur biaya mereka 2. Analisis Kualitas dan Harga Pesaing Untuk membandingkan posisi bisnis dengan pesaingnya dalam hal kualitas dan harga. Pada industry yang matang persaingan didasarkan pada harga jual karna produk merupakan komuditas yang utama. 3. Membandingkan Praktik Terbaik Analisis perbandingan membantu organisasi untuk lebih produktif pada masa depan dan untuk menaikkanstandar kinerja ke yang lebih tinggi 4. Analisis Rantai Nilai Analisis rantai nilai membantu memahami dimana dan bagaimana industry bernilai tambah 5. Profil Kompetitif/ Pemantauan Posisis Kompetitif


Kewirausahaan | 167 Analisis ini menilai, memantau tren penjualan pesaing, pangsa pasar, volume, biaya unit dan laba atas penjualan. Fungsinya untuk memahami apakah positioning produk saingan sudah cocock dan strategi alternative yang terbukti berhasil 6. Analisis Profitabilitas Industri Analisis ini menyediakan cara mengukur keuntungan dan intesitas persaingan. Sumber Informasi Analisa Pesaing Terdapat banyak sumber yang dapat dijadikan bahan pengamatan terhadap informasi pesaing. seperti, 1. Pengamatan individu dan pengalaman 2. Komunikasi dengan konsumen 3. Sumber internal 4. Dokumen akuntansi 5. Informasi public (websites, buku, majalah, dan Koran) Pasar Persaingan Konsep pasar untuk persaingan menunjukkan jumlah pesaing actual dan potensial yang lebih besar dibandingkan persaingan yang hanya didefinisikan dalam istilah produk. Sudut pandang pasar persaingan membagi persaingan menjadi empat tingkatan yaitu: 1. Persaingan merek, perusahaan yang menawarkan produk sejenis kepada pasar yang sama dengan harga yang relative sama, misalnya teh botol sosro dan fres tea 2. Persaingan industri, yaitu persaingan menyeluruh tidak hanya satu produk tapi semua produk dalam industry tersebut misalnya, produk minuman makanan mie


Kewirausahaan | 168 instan tidak hanya bersaing dengan sesama produk mie instan tetapi dengan semua jenis makanan tambahan. 3. Persaingan umum, yaitu persaingan pada semua industri. Strategi Pesaing Dalam bersaing, perusahaan harus memiliki strategi yang matang agar proses bersaing berjalan dengan lancar dan optimal. Strategi yang dapat digunakan diantaranya: 1. Memperluas total pasar dengan cara menambah pelanggan baru, meningkatkan jumlah penggunaan dan frekuensi konsumen. 2. Mempertahankan pangsa pasar (mempertahankan posisi dengan cara pertahanan sisi, serangan balik, mobile dan pertahanankontraksi) 3. Memperluas pangsa pasar, perusahaan harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut sebelum mengejar peningkatan pangsa pasar, diantaranya kemungkinan memprovokasi, tindakan anti trust, biaya ekonomi dan melakukan kegiatan pemasaran yang salah.


Kewirausahaan | 169 Daftar Pustka David, F. R. and R, F. (2015) Strategic Management : ACompetitive Advantage Apporach, Concepts, and Cases. 15th edn. New Jersey: Pearson Education. Hoque, Z. (2006) Strategic Management Accounting. 2nd Editio. Pearson Education Australi. Kotler, P. and Keller (2008) Manajemen Pemasaran. 13th edn. Jakarta: Erlangga. Padapi, A. (2021) Pengembangan Produk Agribisnis. bandung: CV. Media Sains Indonesia. Porter, M. (1980) Competitive Strategy. New York: free Press.


Kewirausahaan | 170 Tentang Penulis Kiki Azakia, M.E, lahir di Musi Rawas Utara 24 Januari 1994. Menyelesaikan studi SI Manajemen Keuangan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Gunung DJati Bandung tahun 2017, Lulus S2 pada program Magister Ekonomi Syariah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2019. Saat ini bekerja sebagai dosen di Universitas Bina Insan Lubuklinggau.


Kewirausahaan | 171 Bab 14 Kualitas Layanan Usaha Nani Suhartini, M.E. 1. Pengertian dan Ruang Lingkup Kualitas Layanan Usaha Saat ini, dalam konteks globalisasi, kualitas layanan masih memegang peranan yang sangat bernilai serta menjadi isu yang senantiasa menarik untuk dibahas baik oleh praktisi, manajer, maupun peneliti karena dianggap sebagai alat yang dapat menciptakan kepuasan pelanggan. Kualitas layanan menurut (Rasyid, 2017) adalah evaluasi pelanggan tentang kesenjangan yang dirasakan antara harapan mereka dengan layanan aktual yang sebagian maupun keseluruhan, yang menghasilkan kualitas layanan. Ketika seorang konsumen menganggap suatu layanan seperti yang mereka harapkan maka kualitas layanan dianggap berkualitas baik, namun Ketika pelanggan mempersepsikan suatu layanan secara berbeda dari yang diharapkan, maka kualitas layanan tersebut dianggap berkualitas buruk. Oleh karena itu, kemampuan penyedia jasa untuk secara konsisten memuaskan harapan konsumen menentukan tinggi atau tidaknya kualitas jasa. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh (Sigit & Soliha, 2017), yang menemukan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan nasabah KUR. Temuan ini menyiratkan bahwa kepuasan pelanggan akan meningkat seiring dengan peningkatan kualitas layanan.


Kewirausahaan | 172 Menurut (Halim, 2015), kualitas layanan adalah janji atau komitmen yang dibuat oleh bisnis untuk dapat memuaskan semua keinginan dan harapan pelanggannya. Metode untuk membandingkan layanan yang dirasakan dan diharapkan konsumen dengan layanan aktual yang mereka terima adalah bagaimana seseorang atau pelaku usaha mendefinisikan kualitas layanan tersebut. Penjelasan lebih rinci diungkapkan oleh Payne (1993) yang menyatakan bahwa kualitas pelayanan adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan internal dan eksternal, serta keinginan dan harapan pelanggan terhadap suatu produk atau jasa yang dilakukan secara konsisten dan sesuai prosedur. Kualitas layanan menurut Tjiptono (Tjiptono, 2011), mengacu pada keseluruhan kualitas barang dan jasa yang difokuskan untuk memenuhi harapan pelanggan untuk mencapai kesesuaian dalam penggunaan barang dan jasa. Kegiatas bisnis terbagi ke dalam kategori barang dan jasa, dan kualitas dari barang dan jasa akan mempengaruhi kebahagiaan pelanggan, loyalitas, dan niat membeli (Parasuraman & Zeithmal, 1988) (Bowen, 415-430). Dalam pemasaran, ada tiga tingkatan kualitas layanan. Tingkat pertama terjadi Ketika seorang pelanggan sangat puas dan merasa bahwa pelayanan tersebut memenuhi atau melebihi harapannya. Tahap kedua ketika pelanggan menerima layanan yang sama dengan harapannya, saat itulah mereka merasa puas. Tahap terakhir adalah dimana pelanggan atau pembeli mengungkapkan ketidakpuasan, ini terjadi Ketika layanan yang diperoleh jauh dari harapan sebelumnya. Kemudian agar perusahaan dapat terus beroperasi pada kinerja pelayanan puncaknya, kualitas layanan dievaluasi berdasarkan kepuasan pelanggan. Untuk mencapai hal tersebut, pelaku usaha atau perusahaan harus memberikan pelayanan


Kewirausahaan | 173 yang sebaik mungkin kepada calon pelanggan atau pembeli, khususnya pada tahap pemasaran, yaitu pada saat pertamakali konsumen mengetahui barang atau jasa suatu usaha. Meningkatkan komunikasi yang baik antara pelaku usaha dengan konsumen terutama dengan menggunakan media sosial dapat membantu pelaku usaha atau pelaku usaha lain dalam memberikan pelayanan secara lebih efektif dan efisien. Pelaku usaha juga harus merespon dengan sebaik-baiknya dan seefektif mungkin ketika pelanggan atau pembeli meminta lebih banyak informasi tentang barang atau jasa yang ditawarkan, seperti dengan memberikan penjelasan yang jelas dan rinci mengenai informasi produk atau jasa yang ditawarkan kepada pelanggan tersebut. Pentingnya menjelaskan informasi bisnis karena kegiatan ini dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen terhadap produk atau jasa. Jika suatu perusahaan dikenal memiliki reputasi positif, dengan tingkat layanan pelanggan yang tinggi akan mampu menarik pelanggan baru yang kemudian akan ikut serta dalam transaksi yang melibatkan barang dan jasa yang ditawarkan. Oleh karena itu, pelaku usaha atau perusahaan harus selalu memperhatikan kualitas jasa pemasaran pada bisnisnya. Efektivitas kualitas layanan pemasaran akan memungkinkan pelaku usaha atau perusahaan untuk mencapai hasil terbaik dan bahkan meningkatkan produktivitas perusahaan. 2. Skala Pengukuran Kualitas Layanan Dimensi ServQual (service quality) adalah model yang telah banyak digunakan untuk mengukur kualitas layanan dan dibuat oleh Parasuman el al pada tahun 1988. ServQual adalah kerangka kerja untuk mengukur kualitas layanan dan kepuasan pelanggan. Model ServQual membantu menjembatani kesenjangan dalam persepsi antara apa yang diyakini perusahaan disampaikan kepada pelanggan dan apa yang diharapkan, diinginkan, atau dibutuhkan pelanggan selama


Kewirausahaan | 174 layanan pelanggan. Meskipun dikembangkan sebelum era digital, model ServQual masih relevan hingga saat ini. Dengan pelanggan yang saat ini mengunakan internet untuk berbagi pemikiran mereka dengan audiens yang luas manajemen persepsi menjadi sangat penting. Sebelumnya Parasuman, Zeithaml, dan Berry telah lebih dulu melakukan penelitian pada tahun 1985 dan merumuskan sepuluh dimensi kualitas layanan sebagai berikut : 1. Reliability (kehandalan), konsistensi dalam kinerja dan keterkaitan adalah komponen keandalan. Dalam hal ini, bisnis harus menawarkan layanan yang tepat pada waktu yang tepat. 2. Responssiveness (ketanggapan), yang berkaitan dengan seberapa siap atau bersemangat anggota staf untuk menawarkan layanan. Ketepatan layanan adalah komponen dari daya tanggap. 3. Competence (kemampuan), berarti memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk melaksanakan jasa. 4. Access (mudah diperoleh),mengacu pada mudahnya didekati dan dihubungi. 5. Corteesy (kehormatan), yang meliputi pertimbangan, kesopanan, dan keakrapan dengan contact person. 6. Communication (komunikasi), mengacu pada menjaga pelanggan dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan mendengarkan konsumen. 7. Credibility (dapat dipercaya), mengacu pada masuk akal, percaya diri, dan integritas. 8. Security (keamanan), adalah tidak adanya ancaman, resiko, dan bahaya. 9. Understanding/knowing (memahami), yaitu berusaha untuk memahami kebutuhan konsumen 10. Tangibles (bukti fisik kasat mata), didefinisikan sebagai bukti nyata (visible physical evidence), yang meliputi fasilitas


Kewirausahaan | 175 fisik, penampilan personel, serta alat dan perlengkapan yang ditawarkan. Parasuraman et al (1988) merumuskan kesepuluh dimensi kualitas jasa tersebut yang kemudian dipertajam menjadi lima dimensi yang dikenal dengan istilah ServQual, yaitu : 1. Reliability (kehandalan), yaitu kapasitas untuk menyampaikan persuasi dan akurasi layanan yang dijanjikan. 2. Responssiveness (ketanggapan), yaitu kesiapan untuk membantu klien dan menawarkan layanan dengan segera. 3. Assurance (jaminan), termasuk pengetahuan, kesopanan, dan kapasitas penyedia layanan untuk menginspirasi kepercayaan pelanggan. 4. Empathy (empati), yaitu kesediaan untuk memberikan perhatian yang dalam dan khusus kepada setiap pelanggan. 5. Tangibles (bukti fisik), khususnya dimensi jasa yang berkaitan dengan fasilitas fisik, peralatan, personel, dan materi komunikasi. Adapun kelima dimensi kualitas layanan (Parasuraman & Zeithmal, 1988) digambarkan pada tabel dibawah ini: Tabel : Dimensi kualitas layanan menurut Parasuraman Model ServQual (service quality) dikembangkan dengan maksud untuk membantu para manajer menganalisis sumber


Kewirausahaan | 176 masalah kualitas dan memahami cara-cara memperbaiki kualitas jasa. kualitas servis (Parasuraman & Zeithmal, 1988) adalah kemampuan oraganisasi untuk memenuhi atau mengatasi harapan pelanggan, akan tetapi terdapat gap atau kesenjangan yang dapat menyebabkan kegagalan dalam menyampaikan jasa kepada pelanggan (Tjiptono, 2011) terdapat lima kesenjangan antara lain : knowledge gap, standards gap, delivery gap, communications gap, dan service gap. Gambar : Model Konseptual ServQual Adapun indikator Dimensi ServQual menurut Parasuman et al (1988) dijabarkan sebagai berikut : Model Dimensi Indikator ServQual Reliability (kehandalan) 1. Ketika perusahaan berjanji melakukan sesuatu, maka akan dilaksanakan


Kewirausahaan | 177 Model Dimensi Indikator 2. Ketika pelanggan memiliki masalah, karyawan menunjukkan simpati dan meyakinkan 3. Memberikan pelayanan yang diandalkan 4. Pelayanan dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah dijanjikan 5. Mempertahankan catatan secara akurat 6. Menginformasikan kapan pelayanan akan dilaksanakan 7. Memberikan pelayanan dengan cepat Responssiveness (ketanggapan) 1. Karyawan selalu siap untuk membantu pelanggan 2. Karyawan tidak pernah terlalu sibuk untuk menanggapi permintaan pelanggan dengan cepat 3. Karyawan dapat dipercaya 4. Pelanggan merasa aman untuk bertransaksi dengan penyedia jasa Assurance (jaminan) 1. Karyawan berperilaku sopan


Kewirausahaan | 178 Model Dimensi Indikator 2. Karyawan mendapatkan dukungan memadai dari perusahaan dalam melakukan tugasnya 3. Perusahaan memberikan perhatian individual Empathy (empati) 1. Karyawan mengetahui kebutuhan pelanggan 2. Pelayanan yang diberikan mampu memikat hati pelanggan 3. Jam operasional perusahaan sesuai kebutuhan pelanggan Tangibles (bukti fisik) 1. Memiliki peralatan terbaru 2. Fasilitas fisik terlihat dengan jelas 3. Karyawan berpakaian dan berpenampilan rapi 4. Penampilan fasilitas fisik sesuai dengan jasa yang diberikan Karena tidak disertai barang seperti jasa bank, ServQual saat ini dianggap lebih cocok digunakan dalam skala pengukuran kualitas layanan perusahaan jasa murni. Untuk memberikan layanan yang lebih baik kepada pelanggan, bisnis dapat menggunakan pengukuran kualitas layanan untuk membantu mereka mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan mereka.


Kewirausahaan | 179 Kepuasan dan loyalitas pelanggan akan meningkat seiring dengan peningkatan kualitas layanan, sehingga pada akhirnya muncul berbagai skala pengukuran kualitas layanan yang semakin tepat. 3. Pengaruh Kualitas Layanan dalam Sebuah Organisasi Kualitas layanan menurut (Ramya, Kowsalya, & Dharanipriya, 2019) berarti kemampuan penyedia layanan untuk memuaskan pelanggan secara efisien, cara dimana perusahaan memperbaiki kinerja bisnisnya. Kualitas layanan menurut (Ramya, Kowsalya, & Dharanipriya, 2019) memiliki realisasi hubungan positif dengan keuntungan, peningkatan pangsa pasar, dan kepuasan pelanggan. Mengukur dan meningkatkan layanan dapat meningkatkan keuntungan dan reputasi oraganisasi perusahaan anda, terlepas dari industrinya, kualitas layanan dapat berdampak langsung pada kemampuan perusahaan anda untuk memenuhi kebutuhan pelanggan sambal tetap berkompetitif. Mempelajari cara mengukur dan meningkatkan kualitas layanan adalah keterampilan yang berharga, tetapi memerlukanpengetahuan dan keahlian. Alasan utama mengapa kualitas layanan yang tinggi penting bagi suatu organisasi adalah : a. Meningkatkan penjualan (It boosts sales), pelanggan yang menganggap layanan perusahaan berkualitas tinggi lebih mungkin melakukan bisnis dengan perusahaan itu. Selain itu pelanggang yang membeli dari perusahaan dengan kualitas layanan tinggi lebih mungkin untuk terus membeli dari perusahaan tersebut secara teratur. b. Menghemat uang pemasaran (it saves marketing money), mempertahankan pelanggan yang sudah ada dengan menawarkan layanan berkualitas tinggi biasanya lebih menghemat biaya daripada menarik pelanggan baru,


Kewirausahaan | 180 c. menarik karyawan yang berkualitas (It can attract quality employees), Profesional berkinerja tinggi umumnya lebih suka bekerja untuk perusahaan dengan kualitas layanan tinggi. d. Menyebabkan bisnis berulang (It can Lead to repeat business), pelanggan yang melihat masalah dan keluhan mereka diselesaikan dengan cepat dan efisien oleh departemen layanan pelanggan perusahaan, kemungkinan besar akan membeli dari perusahaan itu kembali dimasa mendatang. e. Memperkuat merek perusahaan (It strengthens the company’s brand), reputasi perusahaan dengan kualitas pelayanan di atas rata-rata dapat mendongkrak penjualan dengan cara menarik pelanggan baru atau mempertahankan pelanggan yang sudah ada. f. Menghilangkan hambatan tertentu untuk membeli (It eliminates certain barriers to buying), kualitas layanan yang tinggi dapat meyakinkan pelanggan yang ragu-ragu untuk melakukan pembelian, karena mereka mengetahui bahwa jika layanan tersebut tidak tepat untuk mereka, mereka dapat mengandalkan layanan pelanggan yang kuat untuk memperbaiki situasi tersebut. Bagaimana memastikan kualitas layanan yang baik, metode untuk memastikan kualitas layanan yang tinggi akan sedikit berbeda tergantung pada sifat bisnis, standar pelanggan, dan faktor lainnya. Namun ada beberapa elemen umum langkah yang memberikan kualitas layanan yang kuat kepada pelanggan diantaranya sebagai berikut : 1. Pahami apa yang diinginkan pelanggan, pelanggan tidak selalu memiliki kebutuhan yang sangat tepat,


Kewirausahaan | 181 sehingga menjadi tanggung jawab perusahaan untuk membimbing mereka dan membantu mereka menemukan solusi terbaik untuk situasi khusus mereka. 2. Perlakukan pelanggan anda dengan hormat dalam situasi apa pun, bahkan Ketika permintaan pelanggan tampak tidak masuk akal, perusahaan harus memperlakukan mereka dengan sangat hormat dan membuat pelanggan merasa bahwa perusahaan berempati terhadap masalah mereka. 3. Menanggapi pertanyaan pelanggan dengan cepat dan benar, memberikan jawaban yang relevan atas pertanyaan pelanggan dapat meningkatkan citra dan reputasi perusahaan sebagai organisasi yang menawarkan kualitas layanan yang baik. 4. Gunakan umpan balik pelanggan untuk melakukan perbaikan, mendorong umpan balik pelanggan dapat membantu organisasi memahami area dimana mereka dapat meningkatkan kualitas layanan mereka. Menerapkan perubahan tersebut dapat menunjukkan kepada pelanggan bahwa perusahaan mendengarkan mereka dan bersedia mengubah layanannya sesuai dengan masukan pelanggan. 5. Berikan pengalaman yang ramah dan efisien, terlepas dari layanan yang disediakan perusahaan anda, sistem interaksi pelanggan yang diterapkan dengan baik dapat meningkatkan efisiensi dengan memungkinkan karyawan memproses setiap pelanggan dengan mudah. Pengalaman yang baik secara umum dapat berfungsi untuk meningkatkan


Kewirausahaan | 182 atau memperkuat persepsi pelanggan terhadap kualitas layanan organisasi. 6. Pastikan bahwa karyawan yang berhadapan dengan pelanggan terbiasa dengan semua layanan. Semua karyawan yang berinteraksi dengan pelanggan perlu memiliki pengetahuan yang luas mengenai layanan perusahaan sehingga mereka dapat menjelaskannya secara efektif kepada pelanggan. Hal ini dapat meningkatkan persepsi pelanggan terhadap kemampuasn perusahaan dalam memberikan pelayan yang berkualitas. 7. Jujurlah tentang layanan anda, Ketika pelanggan menanyakan tentang suatu layanan atau ingin memutuskan diantara beberapa opsi, biasanya yang terbaik bagi perusahaan adalah jujur sepenuhnya kepada pelanggan, dan sepenuhnya mengungkapkan semua pro dan kontra dari pilihan mereka. Hal ini dapat meningkatkan kepercayaan pelanggan dan karena hal itu meningkatkan kemungkinan pelanggan itu Kembali.


Kewirausahaan | 183 Daftar Pustaka Bowen, J. T. ( 415-430). Transitioning loyalty programs : a commentary on the relationship between customer loyalty and customer satisfaction. . International Journal of Contemporary Hospitality Management, 27(3), 2015. Ghotbabadi, A., Feiz, S., & Baharun, R. (2015). Service quality measurement : a review. International Journal of Acedemic Research in Business and Social Sciences Vol. 5, No. 2. Halim, I. A. (2015). Pengaruh Kepuasan Kerja dan Disiplin Kerja Pada Kualitas Layanan Sopir di PT USAHA JAYA GRESIK. AGORA Vol. 3, No. 2,, 210-216. Kusyana, D. N., & Pratiwi, K. A. (Agustus 2019). Skala Pengukuran Kualitas Layanan: Sebuah Kajian Literatur. Jurnal Widya Manajemen Vol. 1, No. 2,, 21-39. Lestari, F. A. (2018). Pengaruh WEB E-Cemmerce, Kualitas Produk dan Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Konsumen. Sosio e-kons Volume 10, No. 1, 87-95. Parasuraman, A., & Zeithmal, V. A. (1988). Servqual : a multiple item for measuring consumer perception of service quality. Journal of Retailing, Vol. 6, No. 1. Ramya, Kowsalya, A., & Dharanipriya, K. ( 2019). SERVICE QUALITY AND ITS DIMENSIONS. EPRA International Journal of Research and Development (IJRD) Volume: 4, 38- 41. Rasyid, H. A. (2017). Pengaruh Kualitas Layanan Dan Pemanfaatan Teknologi Terhadap Kepuasan Dan Loyalitas Pelanggan Go-Jek. Jurnal Ecodemica, Vol. 1 No. 2 , 210-223.


Kewirausahaan | 184 Rianti, S., Rusli, Z., & Yuliani, F. (2019). Kualitas Pelayanan Publik. Jurnal Ilmu Administrasi Negara, Volume 15, Nomor 3, 412-419. Sigit, K. N., & Soliha, E. (2017). Kualitas Produk dan Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Nasabah. Jurnal Keuangan dan Perbankan, 21(1), 157–168,. Sinambow, S., & Trang, I. (2015). Pengaruh Harga, Lokasi, Promosi dan Kualitas Layanan Terhadap Keputusan Pemelian Pada Toko Komputer. Jurnal EMBA Vol.3 No.3, 300-311. Tjiptono, F. d. (2011). Service, Quality, and Satisfaction Edisi ke-3. Yogyakarta: Andi.


Kewirausahaan | 185 Tentang Penulis Nani Suhartini, M.E. Lahir di Jakarta, 28 Oktober 1986 dan telah menyelesaikan Pendidikan Sarjananya di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) pada bidang Pendidikan Ekonomi kosentrasi Pendidikan Akuntansi pada tahun 2009, kemudian melanjutkan studi magisternya pada bidang Islamic Economic and Finance di Universitas Trisakti pada tahun 2019. Saat ini penulis berprofesi sebagai Dosen PNS di Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang Banten. Sebelum menjadi dosen, penulis menjadi Guru Ekonomi SMA dibawah naungan YPI Al-Azhar Jakarta dari Januari 2010 - Juni 2022. Penulis pernah menjadi Juara Harapan I Olimpiade Guru Ekonomi tingkat Kota Jakarta Selatan tahun 2017, dan menjadi Semifinalis 20 Besar Pulau Jawa-Bali sebagai Guru Pendamping Kompetisi Nasional Ekonomi Syariah yang diselenggarakan BI tahun 2022.


Kewirausahaan | 186 Bab 15 PERLINDUNGAN USAHA Husnul Muamilah,S.E.,M.M. 1.1 Hak dan Kewajiban Pelaku Bisnis Berbicara pelaku usaha memegang peranan penting dalam terjadinya terjadinya transaksi jual beli, biasanya pelaku usaha bisa berupa produsen produk barang/jasa. Maksud pelaku usaha yaitu dipaparkan di Pasal 1 (3) tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 memaparkan konsep seorang pelaku usaha, yaitu: “Pelaku Usaha adalah setiap perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian penyelenggaraan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi”. Menurut Miru dan Yodo (2004) bahwa luasnya cakupan pada penjelasan pelaku usaha di UU Perlindungan Konsumen sebenarnya di negara Belanda penjelasan pelaku usaha memiliki persamaan bahwa yang dimaksud sebagai produsen dikualifikasi yaitu: finished product sampai ke supplier dalam hal identitas tidak dapat ditentukan dari produsen atau importir. Pelaku usaha dan konsumen ditengahi oleh Pemerintah sebagai fasilitator yang menegakkan keadilan dalm tercapainya kesejahteraan dalam perekonomian nasional oleh karenanya


Kewirausahaan | 187 bagi pelaku usaha dan konsumen telah diatur dalam UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen termasuk didalamnya Hak - Hak dan Kewajiban - Kewajiban yang tidak hanya untuk untuk pembeli/konsumen tetapi juga pelaku usaha/produsen. Dalam hal ini pelaku usaha berada dalam aktivitas naungan NKRI. Dapat dilihat hak dan kewajiban pelaku usaha dibawah ini: a. Hak Pelaku Usaha Sebagai warga Negara Indonesia melakukan kegiatan yang memiliki kontribusi bagi Negara, pelaku usaha memiliki hak yang telah diatur pada pasal 6 UUPK untuk memberi kenyamanan berusaha bagi para pelaku usaha. Hak Pelaku Usaha adalah: 1. Mendapatkan hak dalam transaksi pembayaran yang telah dilakukan kesepakatan terkait kondisi dan nilai tukar produk barang/jasa yang diperjualbelikan; 2. Memperoleh hak perlindungan hukum dari adanya tindakan buruk/tidak baik dari konsumen; 3. Mendapatkan hak pembelaan diri pada penyelesaian hukum sengketa dengan konsumen secara sepatutnya; 4. Memperoleh hak dalam pemulihan nama baik jika secara hukum tidak terbukti bahwa konsumen dirugikan oleh barang/jasa yang diperjualbelikan oleh pelaku usaha; b. Kewajiban Pelaku Usaha Pelaku usaha atau produsen memiliki tanggung jawab yang wajib dilakukan, hal ini di atur dalam Pasal 7 UUPK mengenai pula kewajiban-kewajiban yang telah diatur agar dapat dilakukan oleh pelaku usaha. Adapun Kewajiban Pelaku Usaha adalah: 1. Memiliki itikad baik dalam menjalankan aktivitas usaha;


Kewirausahaan | 188 2. Menyampaikan informasi yang jujur, benar dan jelas terkait jaminan dan kondisi barang/jasa, serta memperoleh penjelasan tentang penggunaan, pemeliharaan dan perbaikan barang/jasa yang diperjualbelikan; 3. Melayani atau memperlakukan konsumen secara jujur dan benar serta tidak ada unsur diskriminatif; 4. Memberikan jaminan mutu bahwa barang/jasa yang diolah/diproduksi atas dasar ketentuan mutu standar yang berlaku; 5. Membagikan kesempatan untuk melakukan uji coba atau menguji barang/jasa tertentu oleh konsumen, serta memberi jaminan atau sebuah garansi dari barang yang dibuat/diperjualbelikan; 6. Memberikan ganti rugi/ kompensasi atas barang/jasa penggantian jika produk yang diterima atau didapatkan tidak sesuai dengan perjanjian yang diperdagankan. 1.2 Larangan Bagi Pelaku Usaha Menurut Barkatullah (2016) mengatakan bahwa adanya larangan terkait kelayakan produk yang diperjualbelikan baik barang/jasa memiliki kaitan dengan sifat dan karakteristik dari barang/jasa itu sendiri. “standar minimum” menjadi sebuah Kelayakan produk yang harus dimiliki atau dipenuhi suatu produk sebelum diperjualbelikan ke konsumen atau masyarakat luas. Terkadang standar minimum telah menjadi sebuah “pengetahuan umum” bagi masyarakat namun, kenyataannya tidak semua mengetahuinya dan tidak sedikit masih memerlukan uraian lebih dalam. Oleh karena itu, kuncinya adalah informasi yang akan menjadi perantara ke konsumen. Tidak hanya berasal dari pelaku usaha/produsen semata namun


Kewirausahaan | 189 juga dapat berasal dari berbagai sumber lain dan informasi tersebut dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dari informasi ini, akan tercipta wawasan akan sebuah produk yang diperjualbelikan sehingga konsumen tidak dirugikan dengan membeli barang/jasa yang sebenarnya tidak layak untuk diperjualbelikan. Standar minimum pada sebuah produk tidak terlepas dari batasan-batasan yang harus dipatuhi pelaku usaha. Hal ini tertuan pada Pasal 8 UUPK yang mengatur laranganlarangan yang perlu ditaati seperti seorang produsen/pelaku usaha dilarang dan batasan-batasan lainnya dalam melakukan transaksi jual/beli yang mana : a. Harus sesuai dengan ketentuan standar yang telah dipersyaratkan dan ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan yang telah disepakati; b. Adanya kesesuaian yang diperlihatkan dalam label atau etiket barang baik dalam bentuk berat bersih, isi bersih/neto dan jumlah dalam hitungan pada produk; c. Dilarang melakukan kecurangan berupa ketidaksesuaian antara ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah dalam hitungan dengan ukuran yang sebenarnya; d. Adanya kesesuaian yang diperlihatkan dalam label atau etiket barang/jasa dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran sebagaimana yang terdapat pada produk barang/jasa; e. Tingkatan, mutu, proses pengolahan, komposisi, penggunaan atau gaya mode tertentu tidak sesuai pada label atau keterangan barang/jasa tersebut; f. Janji yang telah dilampirkan pada label, etiket, keterangan, iklan, atau promosi penjualan barang dan/atau jasa harus dibuktikan kebenarannya;


Kewirausahaan | 190 g. Pentingnya tanggal kedaluwarsa atau jangka penggunaan waktu yang paling tepat dan baik pada produk barang; h. Produk tersebut haruslah sesuai ketentuan yang adan seperti memliki label halal, maka pernyataan “halal” yang dilampirkan pada label; i. Tidak menggunakan atau memuat nama barang, berat/isi bersih atau neto, ukuran, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, serta keterangan lainnya yang dipasang pada label produk; j. Informasi yang ada pada produk barang harus menggunakan petunjuk dalam bahasa indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Dari larangan diatas dapat terbagi menjadi dua bagian larangan pokok yang ada, yaitu; (1) Larangan mengenai produk itu sendiri, yang tidak memenuhi syarat dan standar yang layak untuk dipergunakan/dipakai/dimanfaatkan oleh konsumen; Sebagai pelaku usaha konsumen menginginkan produk yang di konsumsi dapat terpakai atau layak contohnya di saat seorang pembeli A melakukan transaksi pelayanan jasa laundry toko B, pembeli mendapatkan pakaiannya bisa bersih namun hasilnya tidak demikian. Sehingga toko B seharusnya dapat memenuhi standar kelayakan pelayanan jasa laundry agar tidak merugikan konsumen. (2) Larangan mengenai ketersediaan informasi yang tidak benar, dan tidak akurat, yang menyesatkan konsumen. Hal ini menjadi sebuah masalah bagi pelaku usaha itu sendiri manakala informasi yang diberikan tidak sesuai dengan kondisi yang ada. Akibat hal tersebut konsumen


Kewirausahaan | 191 menjadi kecewa dan merasa tertipu sehingga informasi yang diberikan haruslah jelas dan sesuai keadaan yang sebenarnya. Contohnya Pembeli A mendapatkan informasi melalui social media Tiktok tentang promo beli 1 gratis 1 pada akun Toko B, namun setelah pembeli A sampai ke toko promo beli 1 gratis 1 hanya diperuntukan untuk pembelian minimum Rp 500.000 yang mana informasi tersebut di jelaskan sebelumnya atau dicantumkan juga. Sehingga ada kesalahpahaman dan ketidakjelasan pelaku usaha terkait informasi yang diberikan. Untuk itu, para pelaku usaha yang menghasilkan atau memperjualbelikan barang/jasa haruslah memberikan informasi yang sebenar-benarnya tanpa ada yang ditutup-tutupi. Sebagiai seorang pelaku usaha seharusnya tidak hanya memberikan informasi mengenai nilai plus atau kelebihan dari barang/jasa tersebut, tetapi termasuk juga nilai minus atau kekurangan yang masih ada pada barang/jasa tersebut termasuk juga bagaimana cara memberikan informasi yang sesuai kondisi yang diperjualbelikan. 1.3 Perlindungan usaha Pelaku usaha kebanyakan memiliki cara berpikir yang bersifat profit oriented yang mana hal tersebut dalam kondisi jangka pendek, tanpa memperdulikan keselamatan seorang konsumen, yang menjadi bagian dari jaminan keberlangsungan usaha pelaku usaha itu sendiri dalam kondisi jangka panjang. Seiring semakin berkembangnya sektor industri, terlihat semakin bertambah kesadaran konsumen akan hak-haknya, meskipun bukan tanpa masalah. Menurut Sinaga (2000) bahwa didukung pertumbuhan dunia usaha memperlihatkan adanya Pembangunan perekonomian nasional yang mampu


Kewirausahaan | 192 memproduksi beraneka produk barang dan jasa dengan teknologi yang canggih. Inilah kenapa cara transaksi antara pelaku usaha dan konsumen saat ini semakin mengalami berkembang dan ini berdampak adanya hubungan antara pelaku usaha dan konsumen pada konstruksi hukum mengalami perubahan. Menurut Manalu (2000) mengatakan bahwa Pemberian jaminan ini, akan membuat pelaku usaha tidak lagi mengkhawatirkan aktivitas seperti dalam memproduksi dan upaya pengembangan usahanya karena telah memiliki paying hukum dan pelaku usaha memiliki pedoman-pedoman dalam melakukan usaha termasuk larangan/batasan-batasan yang telah diatur dalam perundang-undangan. Peranan hukum dalam menciptakan keadilan baik untuk konsumen ataupun pelaku usaha diperlakukan secara sama dan memiliki payung hukum Indonesia. pemerintah sebagai fasilitator yang juga mengatur jalannya perekonomian di Indonesia berusaha agar terciptanya jalur-jalur yang tepat tanpa melakukan intervensi yang besar agar kestabilan ekonomi di Indonesia juga tidak mudah goyang. Pelaku usaha sebagai produsen/UMKM memiliki perlindungan hukum terhadap usaha kecil dan menengah dari jaminan hukum yang mereka peroleh dari UU RI No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pada Pasal 7 (1) bahwa dalam hal ini baik pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah berusaha semaksimal mungkin menerapkan kebijakan dan menetapkan peraturan perundang-undangan meliputi beberapa aspek, seperti dalam hal perizinan usaha; sarana dan prasarana; pendanaan; promosi dagang; informasi usaha; kesempatan berusaha; kemitraan; sampai dukungan


Click to View FlipBook Version