The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku ini memberikan penjelasan lengkap tentang memulai bisnis serta seluk beluk dalam dunia bisnis. Selain itu dalam buku ini juga dilengkapi dengan penjelasan mengenai risiko serta strategi bisnis yang dapat dilakukan.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by penamudamedia, 2023-07-12 10:36:56

KEWIRAUSAHAAN

Buku ini memberikan penjelasan lengkap tentang memulai bisnis serta seluk beluk dalam dunia bisnis. Selain itu dalam buku ini juga dilengkapi dengan penjelasan mengenai risiko serta strategi bisnis yang dapat dilakukan.

Kewirausahaan | 93 Bab 8 Teknik Penentuan Lokasi Usaha Sri Mulyati SE., MM Teknik Penentuan Lokasi Usaha Organisasi-organisasi ( perusahaan ) secara terus menerus membangun berbagai fasilitas baru dan memperluas yang sudah ada. Kegiatan-kegiatan ini melibatkan sejumlah investasi dalam konstruksi dan peralatan atau mesin dengan biaya yang sangat besar. Walaupun penetuan lokasi organisasi yang tepat tidak selalu sangat penting. Tetapi bagaimanapun penempatan fasilitas-fasilitas yang baik akan membantu organisasi untuk meminimumkan biaya-biaya. Lokasi usaha adalah hal utama yang perlu dipertimbangkan. Lokasi strategis menjadi salah satu factor penting dan sangat menetukan keberhasilan suatu usaha. Dalam memilih lokasi usahanya, pemilik lokasi usaha harus mempertimbangkan faktor-faktor pemilihan lokasi, karena lokasi usaha dalah asset jangka panjang dan akan berdampak pada kesuksesan usaha itu sendiri. A. Pengertian Lokasi Lokasi usaha adalah hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan dalam memulai suatu usaha atau bisnis yang akan dilakukan dan sangat menetukan suatu keberhasilan suatu usaha.


Kewirausahaan | 94 Berikut definisi dan pengertian lokasi usaha dari beberapa sumber referensi : a) Menurut Swastha (2000), lokasi adalah tempat dimana suatu usaha atau aktivitas usaha dilakukan. Pemilihan lokasi mempunyai fungsi yang strategis karena dapat ikut menentukan tercapainya tujuan badan usaha. b) Menurut Alma (2003), lokasi adalah tempat perusahaan beroperasi atau tempat perusahaan melakukan kegiatan untuk menghasilkan barang dan jasa yang mementingkan segi ekonominya. Lokasi usaha yang tepat sangat menentukan keberhasilan dan kegagalan usaha di masa yang akan datang. c) Menurut Suwarman (2004), lokasi adalah tempat usaha yang sangat mempengaruhi keinginan seseorang konsumen untuk datang dan berbelanja. Pemilihan suatu lokasi usaha yang strategis dan tepat sangat menentukan keberhasilan suatu usaha di kemudian hari. d) Menurut Tjiptono (2002), lokasi adalah tempat perusahaan beroperasi atau tempat perusahaan melakukan kegiatan untuk menghasilkan barang dan jasa yang mementingkan segi ekonominya. e) Menurut Tarigan (2006), lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumbersumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Beragam lokasi yang dapat dimiliki perusahaan disesuaikan pula dengan kebutuhan perusahaan. Pendirian suatu lokasi harus memikirkan nilai pentingnya karena akan menimbulkan biaya bagi perusahaan. Penentuan suatu lokasi juga harus tepat


Kewirausahaan | 95 sasaran karena lokasi yang tepat akan memberikan berbagai keuntungan bagi perusahaan Menurut Murdifin dan Mahfud (2007), dalam penentuan dan pemilihan suatu lokasi usaha, manajemen perlu mempertimbangkan beberapa aspek sebagai berikut: 1. Lokasi berkaitan dengan investasi jangka panjang yang sangat besar jumlahnya yang berhadapan dengan kondisikondisi yang penuh ketidak-pastian. 2. Lokasi menentukan suatu kerangka pembatas atau kendala operasi yang permanen (mencakup undang-undang, tenaga kerja, masyarakat, dan lain-lain) dan kendala itu mungkin sulit dan mahal untuk diubah. 3. Lokasi mempunyai akibat yang signifikan dengan posisi kompetitif perusahaan, yaitu akan meminimumkan biaya produksi dan juga biaya pemasaran keluaran yang dihasilkan. Lokasi merupakan tempat melayani konsumen, dapat pula diartikan sebagai tempat untuk memajangkan barang-barang dagangannya. Konsumen dapat melihat langsung barang yang diproduksi atau jenis dijual baik jenis, jumlah maupun harganya. Dengan demikian, konsumen dapat lebih mudah memilih dan bertransaksi atau melakukan pembelanjaan terhadap produk yang ditawarkan secara langsung. Menurut Lupiyoadi dan Hamdani (2001), terdapat tiga jenis interaksi yang nantinya akan mempengaruhi penentuan lokasi perusahaan/organisasi jasa, yaitu: 1. Konsumen mendatangi pemberi jasa (perusahaan/ organisasi), apabila keadaannya seperti ini maka lokasi menjadi sangat penting. Perusahaan lebih baik memilih tempat yang dekat dengan konsumen sehingga mampu dijangkau dengan kata lain lokasi strategis.


Kewirausahaan | 96 2. Pemberi jasa mendatangi konsumen, dalam konteks ini keberadaan lokasi tidak begitu penting akan tetapi, diperlukan pemasar yang mampu dan berkualitas dalam menyampaikan promosi perusahaan/organisasi. 3. Pemberi jasa dan konsumen tidak bertemu langsung, berarti penyedia jasa dan konsumen bertransaksi melalui sarana tertentu, seperti sekarang ini dunia online atau internet telah tersebar di seluruh penjuru dunia. Dalam hal ini lokasi menjadi sangat tidak penting selama komunikasi antara kedua belah pihak terlaksana dengan baik. B. Faktor-faktor Penentuan Lokasi Usaha Penentuan lokasi perlu dilakukan dengan matang yang terdiri dari lokasi untuk kantor pusat, cabang, dan pabrik. Dalam kaitannya dengan studi kelayakan bisnis, hal yang paling komplek dan rumit yaitu penentuan lokasi pabrik. Pertimbangannya yaitu apakah dekat dengan bahan baku atau pasar atau konsumen, biaya dan luas produksi. Menurut T. Hani (2011) Faktor-faktor penting yang mempengaruhi dalam penentuan lokasi yaitu sebagai berikut : a) Lingkungan masyarakat, kesediaan masyarakat suatu daerah menerima segala konsekuensi baik positif maupun negatif dalam penetuan suatu lokasi usaha maupun didirikannya pabrik didaerah tersebut merupakan syarat penting. b) Kedekatan dengan pasar. Dekat dengan pasar akan membuat perusahaan dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada para pelanggan, dan sering mengurangi biaya distribusi. Perlu dipertimbangkan juga pasar perusahaan tersebut luas atau hanya melayani sebagian kecil masyarakat, produk mudah rusak atau tidak, dan porsi biaya distribusi barang jadi pada total


Kewirausahaan | 97 biaya, perusahaan besar dengan jangkauan pasar yang luas. c) Tenaga kerja. Dimanapun lokasi usaha harus mempunyai tenaga kerja, karena itu cukup tersedianya tenaga kerja merupakan hal yang mendasar. d) Kedekatan dengan bahan mentah dan supplier. Apabila bahan mentah berat dan susut cukup besar dalam proses produksi maka perusahaan lebih baik berlokasi dekat dengan bahan mentah. Misalkan pabrik kayu kertas dan baja. Apabila bahan mentah lekas rusak seperti perusahaan buah-buahan kaleng penentuan lokasi lebih dekat dengan bahan mentah dan para penyedia (supplier) sehingga perusahaan mendapatkan pelayanan supplier yang lebih baik dan menghemat biaya pengadaan bahan. e) Fasilitas dan biaya transportasi. Tersedianya fasilitas transportasi baik lewat darat, udara dan air akan melancarkan pengadaan faktor-faktor produksi dan penyaluran produk perusahaan. f) Sumber daya alam. Perusahaan-perusahaan seperti pabrik kertas, baja, karet, kulit, gula, tenun, pemprosesan makanan dan sebagainya sangat memerlukan air dalam kuantitas yang besar. Oleh sebab itu perlu diperhatikan tersedianya sumber daya-sumber daya alam yang murah dan mencukupi. C. Strategi Dalam Penentuan Lokasi Usaha Dalam strategi pemasaran, adanya pemilihan lokasi usaha ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kesuksesan pemasaran dari sebuah usaha. Semakin strategis lokasi usaha


Kewirausahaan | 98 yang dipilih, semakin tinggi pula tingkat penjualan dan berpengaruh terhadap kesuksesan sebuah usaha. Sebelum anda memulai suatu bisnis atau usaha. Dalam teknik penentuan lokasi usaha dilakukan strategi penentuan lokasi usaha dengan melakukan riset dan penelitian untuk penentuan lokasi usaha. Ada 9 strategi penentuan lokasi usaha sebagai berikut : 1. Tingkat kepadatan penduduk sekitar lokasi Usahakan memilih lokasi usaha yang memiliki kepadatan penduduk cukup tinggi. Semakin tinggi kepadatan penduduk di suatu lokasi, maka semakin besar pula potensi pasar sebuah usaha. Coba saja bandingkan pendapatan usaha yang lokasinya di daerah pedesaan dengan usaha yang berada di daerah perkotaan, omset yang diperoleh akan sangat jauh berbeda. 2. Besar pendapatan masyarakat sekitar lokasi Besar pendapatan masyarakat yang ada di sekitar lokasi juga mampu mempengaruhi usaha yang akan Anda bangun. Sebab, tingkat pendapatan masyarakat juga akan berpengaruh terhadap daya beli konsumen. Jika Anda ingin menjalankan usaha dengan produk yang harganya sedikit tinggi, sebaiknya pilih lokasi yang daya belinya cukup tinggi (misalnya di kota – kota besar). Sedangkan bila ingin menawarkan produk dengan harga yang relatif murah, tidak akan jadi masalah jika Anda memilih lokasi usaha yang daya beli masyarakatnya kurang. Masyarakat setempat lebih mementingkan harga yang murah sesuai dengan pendapatan masyarakat. 3. Memperhatikan tingkat keramaian lalu lalang kendaraan yang lewat Perhatikan trafik lalu lalang kendaraan atau pejalan kaki yang lewat, karena hal ini juga mempengaruhi jenis usaha yang cocok di daerah tersebut. Untuk daerah yang dilalui pejalan


Kewirausahaan | 99 kaki, usaha toko kelontong atau usaha minuman dingin cocok untuk dibangun di daerah tersebut. Sedangkan untuk lokasi yang banyak dilalui kendaraan bermotor, bisa mencoba usaha bengkel yang lebih dibutuhkan. Sesuaikan jenis usaha Anda dengan para konsumen yang lalu lalang di lokasi tersebut. 4. Banyaknya usaha yang mendukung lokasi tersebut Semakin banyak usaha yang ada di sekitar lokasi, maka konsumen yang datang ke lokasi tersebut juga semakin ramai. Karena di lokasi tersebut terdapat berbagai macam usaha yang menyediakan produk yang berbeda pula, sehingga para konsumen lebih tertarik datang ke lokasi yang terdapat berbagai macam usaha. Misalnya saja lokasi pasar, atau mall yang selalu ramai pengunjung. 5. Sesuaikan dana dengan lokasi usaha yang akan dipilih Biasanya lokasi usaha yang ada di keramaian seperti mall, atau di pinggir jalan yang strategis harga sewanya lebih mahal dibandingkan lokasi usaha yang kurang strategis. Untuk itu sesuaikan dana yang Anda miliki, dengan lokasi usaha yang di pilih. Jangan memilih lokasi yang harga sewanya mahal, tetapi ternyata tidak ramai pengunjung. 6. Pilih lokasi usaha yang tingkat kompetisi rendah Jika di lokasi tersebut sudah banyak usaha yang sejenis dengan usaha Anda, sebaiknya lokasi ini dihindari. Namun jika Anda yakin karena posisinya yang sangat strategis, Anda harus siap bersaing dengan menciptakan inovasi baru yang dapat membedakan usaha Anda dengan usaha lain yang sejenis. 7. Perhatikan pula akses menuju lokasi usaha Usahakan pilih lokasi usaha yang mudah di akses oleh para konsumen. Jika memungkinkan, pilih lokasi usaha yang dilalui transportasi umum. Agar konsumen yang tidak memiliki kendaraan pribadi juga bisa menjangkau lokasi usaha Anda.


Kewirausahaan | 100 8. Tingkat keamanan yang mendukung Lokasi usaha yang aman juga menambah kenyamanan para konsumen. Mereka tidak akan ragu meninggalkan kendaraan mereka di tempat parkir, dan bisa meninkmati pelayanan usaha Anda dengan merasa nyaman. Dengan lingkungan yang aman, Anda bisa mengurangi resiko pencurian maupun perusakan yang bisa terjadi pada usaha yang ada di lokasi kurang aman. 9. Perhatikan kebersihan lokasi usaha Konsumen tidak akan mengunjungi sebuah toko, warung ataupun sebuah outlet yang berada di lingkungan kotor atau kumuh. Mereka akan merasa ragu untuk membeli produk Anda. Untuk itu jaga kebersihan lingkungan sekitar Anda, agar konsumen merasa nyaman berkunjung ke lokasi usaha Anda.


Kewirausahaan | 101 Daftar Pustaka Alma, Buchari, 2003, Manajemen Pemasran dan Pemasaran Jasa. Bandung, Alfabeta. Haming, Murdifin. Dan Nurmajmuddin, Mahfud. 2007. Manajemen Produksi Modern. Operasi Manufaktur Dan Jasa. Jakarta. Bumi Aksara. Handoko. T Hani. 201. Dasar-Dasar Manajemen Produksi Dan Operasi. Yogyakarta BPFE. Lupiyoadi dan Hamdani. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta. Salemba. Suwarman. Ujang. 2004. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapanya dalam Pemasaran. Bogor. Ghalia Indonesia. Swatha. Basu. 2000. Manajemen Pemasaran. Jakarta. Indeks. Tjiptono, Fandy. 2002. Strategi Pemasaran. Yogyakarta. Andi. sumber artikel: bisnisukm.com


Kewirausahaan | 102 Tentang Penulis Sri Mulyati SE.,MM lahir di Jakarta 29 Agustus 1980. Menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Jatilanang Bekasi. Kemudian menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMPN 157 Jakarta Timur. Menyelesaikan pendidikan menengah Atas Di SMKN 10 Jakarta Timur. Penulis menyelesaikan pendidikan sarjana di STIE IPWIJA Jakarta tahun 2004. Penulis menyelesaikan pendidikan AKTA IV di Universitas Galuh Ciamis tahun 2009 dan Menyelesaikan Studi S2 Magister Manajemen di Uviversitas Siliwangi tahun 2016. Saat ini penulis adalah dosen tetap di Politeknik Triguna Tasikmalaya pada Program studi Manajemen Perusahaan dari tahun 2010 hingga sekarang dan penulis juga sebagai Tutor Online pada Universitas terbuka program studi manajemen. Penulis berharap dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan.


Kewirausahaan | 103 Bab 9 Mengelola Sumber Daya Manusia Dr. Audia Junita, S.Sos.,M.Si. dkk. Manusia Sebagai Aset Pencipta Nilai Kewirausahaan Kewirausahaan merupakan entitas bisnis yang memiliki spesifikasi berbeda dengan bentuk aktivitas bisnis lainnya. Aktivitas kewirausahaan tidak sekedar berorientasi keuntungan, namun lebih dari itu fokus pada upaya untuk menciptakan nilai bagi masyarakat. Berbagai upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam jangka panjang melalui aktivitas ekonomi yang menantang resiko bersandar pada kreativitas dan inovativitas menjadi penentu nilai kewirausahaan guna berdaya saing dalam jangka panjang di pasar (Shah bin Mazla et al., 2019). Penting bagi wirausaha untuk memiliki pekerja yang kreatif dan inovatif karena dengan modal tersebut mereka dapat bekerja mengelola peluang bisnis yang ada, mengidentifikasi solusi kreatif atas berbagai permasalahan yang dihadapi, serta menghsilkan berbagai ide baru sebagai terobosan untuk menang dalam kompetisi pasar. Dimensi kreativitas dan inovativitas melekat pada manusia yang terlibat dalam kewirausahaan. Manusia dalam kewirausahaan tidak lagi dinilai sebagai sumber daya (resources) kentara yang berperan sebagai faktor produksi berorientasi pada capaian keuntungan dalam jangka pendek, akan tetapi memiliki


Kewirausahaan | 104 nilai yang lebih tinggi sebagai aset (capital) tak kentara yang mampu memberikan nilai (value) dalam jangka panjang (Mayo, 2012) bagi kewirausahaan. Atribut human capital beragam meliputi pendidikan, pengalaman, pengetahuan, ketrampilan teknis, pelatihan, hubungan dengan pelanggan yang diperoleh di sepanjang karir masing-masing individu (Pfeffer, 1994; Stewart, 1997) merupakan investasi yang akan memberikan nilai ekonomis bagi individu tersebut maupun organisasi (Becker, 1964). Stewart (1997) mengidentikkan dengan konsep intellectual capital. Karenanya kewirausahaan dengan manusia yang menguasai atribut-atribut human capital juga akan menjadi investasi ekonomis dalam jangka panjang bagi kewirausahaan. Kreativitas dan inovativitas dapat tumbuh subur dalam kewirausahaan jika didukung oleh adanya human capital (knowledge people) kultur kewirausahaan (entrepreneurial culture) (Pizarro et al., 2009). Berbagai hasil riset membuktikan bahwa human capital secara signifikan mampu meningkatkan aktivitas pemanfaatan pengetahuan secara intensif di berbagai lingkungan bisnis (Unger et al., 2011; Mariz-Pérez et al., 2012; Samadi, 2016; Handayani, 2020; Alderei et al., 2022) yang kemudian bermuara pada kesuksesan kewirausahaan (Samad, 2020; Khazaei, 2021; Silva et al., 2022). Manusia dalam kewirausahaan berperan sebagai pengambil resiko (risk taker) dan penentu posisi stratejik (strategic positioner) kewirausahaan. Peran tersebut tidak hanya perlu dimiliki oleh pengelola, namun seluruh pihak yang terlibat dalam aktivitas kewirausahaan. Human capital sebagai bagian dari sumber daya organisasi bisnis menjadi pencipta nilai bagi kewirausahaan. Kaitan antara human capital dan kesuksesan kewirausahaan bervariasi. Hal ini


Kewirausahaan | 105 karena human capital satu dan lainnya juga memiliki karakter yang beragam. Hal ini sebagaimana dijelaskan teori sumber daya (resource-based theory) (Wernerfelt, 1987; Barney, 1991; Barney & Clark, 2007). Sumber daya organisasi dengan atribut bernilai, langka, memiliki atribut yang sulit ditiru dan digantikan (Valuable, Rare, Imperfectly Immitable, NonSubstitutability/VRIN) menjadi penentu keunggulan kompetitif dalam jangka panjang, human capital adalah salah satu sumber daya penting. Human capital akan menjadi sumber daya yang bernilai (Valuable) jika memungkinkan kewirausahaan untuk menjalankan strategi yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitasnya dalam memanfaatkan peluang usaha. Nilai sumber daya diukur dalam konteks strategi kompetitif kewirausahaan dalam lingkungan pasar tertentu. Dalam hal ini sumber daya mampu mengoptimalkan kekuatan organisasi dan sebaliknya mentralisir ancaman dari kompetitor. Kewirausahaan yang memiliki human capital yang bernilai namun tidak diikuti oleh para kompetitornya,akan menjadikan human capital bersifat langka (Rare). Human capital bernilai yang langka akan mendorong tiap organisasi memiliki strategi yang berbeda dalam mengelola human capital-nya, dan strategi tersebut akan menjadi sumber keunggulan kompetitif kewirausahaan. Dalam hal ini human capital dapat menjadi innovator stratejik (Barney & Clark, 2007). Penguasaan atribut human capital yang bernilai antar individu berbeda satu dan lainnya. Semakin sulit ditiru (Imperfectly Immitable) penguasaan atribut human capital yang bernilai, maka kondisi tersebut akan menjadi sumber keunggulan kompetitif kewirausahaan. Kesulitan kompetitor untuk meniru karakter human capital bernilai yang dikelola oleh


Kewirausahaan | 106 sebuah kewirausahaan disebabkan oleh lingkungan kerja dan proses pengelolaan sumber daya yang unik antar organisasi. Dalam hal ini karakteristik human capital menjadi bagian dari karakter kultur kewirausahaan. Oleh karena setiap organisasi memiliki kultur kerja yang berbeda yang mempengaruhi segala aktivitas di dalamnya termasuk mekanisme pengelolaan human capital. Jika dianalisa aspek mana dari kultur organisasi yang berpengaruh dominan terhadap munculnya human capital yang bernilai, pertanyaan itu pun sulit untuk dijawab. Oleh karena untuk membentuk human capital yang bernilai, mekanisme pengelolaan yang kompleks dan kompleksitas sosial yang melibatkan interaksi para pihak yang berkepentingan terlibat di dalamnya dan berlangsung dalam jangka waktu yang relatif lama. Penguasaan human capital tertentu yang secara spesifik sulit untuk digantikan (Non-Substitutability) dengan pihak lain juga akan berkontribusi pada kunggulan kompetitif berkelanjutan dalam jangka panjang. Dalam hal ini human capital perlu memiliki kapabilitas stratejik yang secara spesifik berbeda dengan lainnya sehingga bersifat langka dan sulit digantikan. Kepemilikan human capital dengan karakteristik VRIN tersebut berbeda antar organisasi sehingga kewirausahaan yang mampu memilikinya akan unggul dalam kompetisi di pasar industri. Ketika human capital tersebut dikelola dengan tepat maka akan membuat mereka memiliki retensi yang tinggi untuk bertahan di suatu organisasi. Kondisi ini akan membuat heterogenitas human capital akan berlangsung semakin lama untuk berkontribusi positif terhadap kewirausahaan. Selain human capital, kultur kewirausahaan juga menjadi bagian penting untuk menumbuhkan kreativitas dan inovativitas (Morcillo, 2007; Pizarro et al., 2009). Kultur


Kewirausahaan | 107 kewirausahaan merupakan faktor kontekstual yang memungkinkan para pekerja dapat dengan leluasa mengedepankan inisiatif, otonomi dan aktif dalam mengambil keputusan tanpa rasa takut, diikuti dengan kesiapan untuk menanggung resiko dan kemampuan pemecahan masalah atas setiap keputusan yang diambil dalam bekerja. Membangun kultur termasuk kultur kewirausahaan tentu saja memerlukan upaya dan waktu yang panjang. Untuk memperkuat dan mengelola kultur kewirausaan dapat berkembang dengan baik, maka pimpinan berperan dalam menentukan standar kinerja yang menekankan perilaku inovatif dan kreatif, memonitor dan mengevaluasi proses kerja, memberikan penghargaan dan umpan balik yang tepat untuk memastikan para pekerja mengikuti nilai dan sasaran yang harus dicapai. Sistem Pengelolaan Human Capital Kewirausahaan Seiring dengan berkembangnya aktivitas kewirausahaan, maka para pekerja yang terlibat juga semakin banyak. Kondisi ini membutuhkan aktivitas pengelolaan yang tepat. Pengelolaan human capital yang tepat dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan bisnis apa pun (Baron & Amstrong, 2007), temasuk kewirausahaan. Sistem pengelolaan human capital yang baik akan membantu wirausaha mengefektifkan strategi untuk mengkondisikan potensi kreativitas dan inovativitas para pekerja yang terlibat dalam kewirausahaan. Sebaliknya, sistem pengelolaan human capital yang kurang baik akan mempersulit wirausaha untuk mencari dan mempertahankan para pekerja berpotensi, yang mampu menciptakan nilai bagi kewirausahaan dalam jangka panjang.


Kewirausahaan | 108 Pengelolaan berperan penting dalam memunculkan, mengembangkan, memperkuat dan mengubah kultur organisasi. Melalui sistem pengelolaan human capital, wirausaha (pengelola) mencoba untuk menanamkan makna nilai (sense of value) ke dalam diri para pekerja sehingga memungkinkan para pekerja beraktivitas layaknya sebagai wirausaha pula. Sistem pengelolaan human capital merupakan mekanisme yang dapat digunakan wirausaha untuk memunculkan dan memperkuat kreativitas dan inovativitas para pekerja (Al-Kazlah & Badkook, 2022, McKeown, 2019; Awasthi, 2018). Jackson & Schuler (1995) memberikan makna pengelolaan human capital sebagai strategi perusahaan untuk memikat, mengembangkan, memotivasi, dan mempertahankan para pekerja untuk mencapai kebertahanan hidup dan kesuksesan organisasi. Dari perspektif individu, praktik-praktik pengelolaan human capital akan meningkatkan kompetensi kerja dan produktvitas yang lebih baik. Sistem pengelolaan human capital meliputi beberapa elemen yang satu sama lain saling bersinergi (Benowitz, 2007: 21) dan bersifat saling melengkapi mengarah pada tujuan sistem. Sistem pengelolaan human capital yang baik memenuhi 2 (dua) jenis keselarasan yaitu keselarasan internal (internal fit) dan keselarasan eksternal (external fit) (Baird & Meshoulam, 1988: 116). Keselarasan internal artinya bahwa elemen-elemen di dalam sistem pengelolaan human capital bersifat saling melengkapi dan memperkuat satu sama lain. Sedangkan keselarasan eksternal bermakna bahwa sistem sumber daya manusia organisasi selaras dengan strategi organisasi (Schuler & Jackson, 1987a,b; Wright & McMahan, 1992; Wright & Snell, 1998).


Kewirausahaan | 109 Dalam konteks kewirausahaan, orientasi aktivitas adalah pada inovativitas dan kreativitas. Basisnya adalah penguasaan pengetahuan. Pengetahuan menjadi salah satu dimensi penting yang melekat pada manusia yang sulit ditiru oleh kompetitor. Pengetahuan yang dapat diperoleh manusia ada dalam 2 (dua) bentuk yaitu pengetahuan tacit dan explisit (Nonaka & Takeuchi, 1995). Pengetahuan tacit dibentuk oleh proses pengalaman dan pembelajaran di sepanjang kehidupan orang. Sedangkan pengetahuan eksplisit merupakan serangkaian informasi yang dapat diartikulasikan, dikodifikasi , disimpan dan ditransfer melalui dokumentasi sehingga menjadi pengetahuan bagi yang memperolehnya. Aktivitas kewirausahaan itu sendiri merupakan proses yang dapat mengoptimalkan tumbuh kembangnya pengetahuan tacit dan eksplsit dalam diri manusia yang terlibat di dalamnya (Alwis et al., 2004; Agbim et al., 2013). Melalui dinamika proses kewirausahaan yang penuh resiko dan tantangan, pihak-pihak yang terlibat bertambah pengalaman, pengetahuan, ketrampilan dalam menjalankan usaha secara periodik. Jatuh bangun menjalankan aktivitas kewirausahaan menjadi sumber sekaligus modal pengetahuan tacit yang sulit diperoleh melalui lembaga pendidikan atau pelatihan formal. Oleh karena itu sistem pengelolaan human capital yang sesuai untuk kewirausahaan adalah yang berorientasi pada munculnya inovativitas dan kreativitas dalam diri para pekerja adalah sistem pengelolaan human capital berbasis pengetahuan (Knowledge-Based Human Capital Management System) (Salamzadeh & Mirzadeh, 2016; Kianto,2017; Mulero, 2019; AlTal & Emeagwali, 2019; Abrar, 2021; Al-Kazlah & Badkook, 2022). Dengan demikian sistem pengelolaan human capital


Kewirausahaan | 110 berbasis pengetahuan diidentifikasi tepat untuk diterapkan dalam aktivitas kewirausahaan. Sistem Pengelolaan Human Capital Berbasis Pengetahuan Sistem pengelolaan human capital berbasis pengetahuan meliputi praktik-praktik pengelolaan human capital yang berorientasi pada peningkatan kapasitas pengetahuan manusia. Dalam kontes kewirausahaan, praktik-praktik tersebut bersinergi saling memperkuat untuk mengkondisikan penciptaaan dan pengembangan kreativitas dan inovativitas individu. Sistem pengelolaan human capital meliputi desain pekerjaan, praktik rekruitmen dan seleksi, manajemen kinerja, pelatihan dan pengembangan, kompensasi, manajemen karir yang mampu meningkatkan kapasitas manajemen pengetahuan kewirausahaan. Desain pekerjaan berbasis pengetahuan. Desain pekerjaan merupakan struktur pekerjaan yang menjelaskan jumlah tugas dan aktivitas serta tingkat kedalaman pengambilan keputusan yang melekat pada sebuah jabatan. Aktivitas kewirausahaan membutuhkan desain pekerjaan yang memiliki variasi, otonomi dan signifikansi tugas, umpan balik (Al-Kazlah & Badkook, 2022; Jiang et al., 2012). Aktivitas di kewirausahaan mampu memberikan otonomi yang luas bagi orang-orang yang terlibat untuk menjalankan pekerjaan dengan cara masing-masing, variasi pekerjaan yang luas dan tidak monoton, nuansa pekerjaan yang bermakna (memberikan nilai positif pada masyarakat) bagi para pekerjanya, memberdayakan, memungkinkan mereka untuk mengksplorasi gagasan-gagasan inovatif, bebas bereksperimen dan belajar tanpa memiliki rasa takut gagal, memiliki tanggung jawab besar, memungkinkan komunikasi yang fleksibel baik antar pimpinan


Kewirausahaan | 111 maupun rekan kerja tanpa dihalangi oleh hambatan struktural, pemberian umpan balik untuk koreksi dan pertumbuhan potensi pribadi, dan penguatan motivasi intrinsik yang akan mendorong para pekerja dapat menjalankan perannya dengan cara-cara kreatif. Rekruitmen dan seleksi berbasis pengetahuan. Rekruitmen dan seleksi merupakan aktivitas mengidentifikasi, memikat, dan memilih human capital berpotensi yang dinilai tepat untuk mendorong tercapainya tujuan organisasi. Penting bagi kewirusahaan untuk memikat pekerja tidak hanya berdasarkan keterampilan teknis, pengetahuan, dan pengalaman yang mereka kuasai saat ini, namun juga mempertimbangkan potensi di masa depan. Menurut Jiang et al. (2012), pekerja yang berpotensi cenderung untuk lebih mau dan mampu belajar, mengakuisisi pengetahuan atau keterampilan yang diperlukan untuk inovasi, serta memiliki networking yang luas. Proses rekruitmen juga memperhatikan penguasaan ketrampilan dan pengetahuan serta kemampuan calon pekerja untuk melakukan berbagai tugas yang berbeda secara mandiri dan bertanggung jawab. Manajemen kinerja berbasis pengetahuan. Manajemen kinerja adalah serangkaian kegiatan yang penting dilakukan di kewirausahaan untuk menentukan standard kinerja, mengukur dan menilai kinerja serta menyampaikan hasil penilaian kinerja pada masing-masing pekerja secara objektiif. Kriteria standar kinerja ditentukan meliputi item-item yang terkait dengan proses penciptaan, pemanfaatan, dan berbagi pengetahuan bagi organisasi (Alavi & Leidner, 2001). Penilaian atas capaian standar kinerja berbasis pengetahuan tersebut menjadi dasar untuk umpan balik dan


Kewirausahaan | 112 pengembangn potensi pembelajaran dan pertumbuhan diri setiap pekerja. Pelatihan dan pengembangan berbasis pengetahuan. Pelatihan dan pengembangan berbasis pengetahuan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas human capital organisasi. Aktivitas pelatihan dan pengembangan meliputi pengembangan keluasan dan kedalaman pengetahuan dan keahlian para pekerja secara periodik dan berkelanjutan. Aktivitas pelatihan dan pengembangan mampu meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan untuk pengambilan resiko pekerja yang lebih baik, mengidentifikasi berbagai peluang. Aktivitas pelatihan dan pengembangan berbasis tim diidentifikasi mampu meningkatkan kualitas human capital (Kianto, 2017; Abrar et al., 2021). Proses pertukaran informasi dan pengetahuan antar individu serta peningkatan kemampuan pemecahan masalah dapat berlangsung lebih baik melalui aktivitas pelatihan dan pengembangan berbasis tim. Selain itu, peningkatan kompetensi pekerja dapat dikembangkan dengan pelatihan dan pengembangan berbasis teknologi mutakhir (Salamzadeh & Mirzadeh, 2016; Noopur & Dhar, 2020). Kompensasi berbasis pengetahuan. Proses distibusi kompensasi di organisasi didasarkan atas capaian target kinerja yang memenuhi standar kinerja yang ditentukan organisasi. Kebijakan kompensasi berbasis pengetahuan mendasarkan distribusi variasi dan besar kompensasi berdasarkan aktivitas penciptaan, pemanfaatan, dan berbagi pengetahuan yang dilakukan pekerja dalam aktivitas kerja dan berkontribusi pada peningkatan kapabilitas penegetahuan organisasi. Kajian empiris membuktikan bahwa agar karyawan dapat menciptakan ide-ide baru, memanfaatkan


Kewirausahaan | 113 pengetahuan dalam bekerja serta berbagi pengetahuan dengan rekan kerja, maka sistem kompensasi berbasis pengetahuan perlu diterapkan (Kianto et al., 2014; Hussinki et al., 2017). Manajemen karir berbasis pengetahuan. Manajemen karir merupakan kegiatan pengelolaan dan peningkatan karir para pekerja yang berkinerja baik. Manajemen karir berbasis pengetahuan meliputi upaya pimpinan untuk memberikan dukungan peningkatan karir kepada para pekerja yang mencapati standar kinerja, menciptakan, memanfaatkan dan berbagi pengetahuan dalam proses bekerja yng berkontribusi pada pengembangan pengetahuan organisasi.


Kewirausahaan | 114 Daftar Pustaka Abrar, F.; Hassan, S.; Batool, N. (2021). Examining the Effect of Knowledge-based Training and Development on Employee Innovative Behavior: A Practices-ResourcesUses-Performance Linkage. Pakistan Social Sciences Review , 5(1): 329-347. Agbim, K. C.; Owutuamor, Z.; Oriarewo, G. O. (2013). Entrepreneurship Development and Tacit Knowledge: Exploring the Link between Entrepreneurial Learning and Individual Know-How. Journal of Business Studies Quarterly 2013, 5(2): 112-129. Alavi, M., & Leidner, D. E. (2001). Review: Knowledge Management and Knowledge Management Systems: Conceptual Foundations and Research Issues. MIS Quarterly, 107–136. Alderei, H. M.; Sufian, A.; Mansor, N.; Husseini, S. A. (2022). Enhancing Intellectual Capital For Employee Creativity Through Knowledge Sharing: A Review. Journal of Positive School Psychology, 6(3): 4710 – 4722. Al-Kazlah, S. A.; Badkook, R. O. (2022). The Effect of Human Resource Management Practices on Employees’ Motivation and Creativity in the Private Sector of Saudi Arabia. International Review of Management and Marketing, 12(4): 1-9. DOI: https://doi.org/10.32479/irmm.13215 Al-Tal, M. J. Y.; Emeagwali, O. L. (2019). Knowledge-based HR Practices and Innovation in SMEs. Organizacija, 52(1): 6- 21. DOI: 10.2478/orga-2019-0002 Alwis, R. S.; Hartmann, E.; Gemünden, H. G. (2004). The Role of Tacit Knowledge in Innovation Management. Competitive


Kewirausahaan | 115 Paper, The 20th Annual IMP Conference in Copenhagen, 2th - 4th September 2004, pp. 1-23. Awasthi, S. (2018). Study On The Role Of HRM In Creativity And Innovation WithSpecial Reference To Indian Organization- A Case Study. Journal of Business Management & Social Sciences Research (JBM&SSR), 7(2): 18-25. Baird, L.; Meshoulam, I. (1988). Managing Two Fits of Strategic Human Resource Management. The Academy of Management Review, 13(1): 116-128. Barney, J. B. (1991). Firm Resources and Sustained Competitive Advantage. Journal of Management, 17(1): 99-120. Barney, J. B.; Clark, D. W. (2007). Resource-Based Theory: Creating and Sustaining Competitive Advantage. New York: Oxford University Press. Baron, A; Amstrong, M. (2007). Human Capital Management: Achieving Added Value Through People. Philadelphia: Kogan Page Limited. Becker, G. S. (1964). Human Capital. New York: Columbia University Press. Benowitz, E. A. (2007). CliffsQuickReview™ Principles of Management. New York: Hungry Minds, Inc. Handayani, R. (2020). The Effect of Human Capital on Batik SMEs Innovation: The Mediating Role of Adaptive Creativity. Binus Business Review, 11(2): 105-113. DOI: https://doi.org/10.21512/bbr.v11i2.6178 Hussinki, H., Ritala, P., Vanhala, M., & Kianto, A. (2017). Intellectual Capital, Knowledge Management Practices and Firm Performance. Journal of Intellectual Capital, 18(4), 904–922, DOI: https://doi.org/10.1108/JIC-11-2016- 0116 Jackson, S.E., Schuler, R.S. (1995), Understanding Human Resource Management in the Context of Organizations


Kewirausahaan | 116 and Their Environments. Annual Review of Psychology, 46(1): 237-260. Jiang, J.; Wang, S.; Zhao, S. (2012). Does HRM Facilitate Employee Creativity and Organizational Innovation? A Study of Chinese Firms. The International Journal of Human Resource Management, 23(19): 4025–4047. DOI: http://dx.doi.org/10.1080/09585192.2012.690567 Khazaei, M. (2021). The Impact of Human Capital on Corporate Profitability with Emphasis on Innovation, Knowledge and Employee Satisfaction, Journal of Global Economics, 9(7): 375-380. Kianto, A., Ritala, P., Spender, J.-C., & Vanhala, M. (2014). The Interaction of Intellectual Capital Assets and Knowledge Management Practices in Organizational Value Creation. Journal of Intellectual Capital, 15(3), 362– 375. DOI: http://doi.org/10.1108/JIC-05-2014-0059 Kianto, A.; Sáenz, J.; Aramburu, N. (2017). Knowledge-Based Human Resource Management Practices, Intellectual Capital and Innovation. Journal of Business Research, 81: 11-20. DOI: https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2017.07.018 Mariz-Pérez, R. M.; Teijeiro-Alvarez, M. M.; García-Alvare, M. T. (2012). The Relevance of Human Capital As A Driver For Innovation. Cuadernos de Economia, 35(98): 68-76. Mayo, A. (2012). Human Resources or Human Capital ? Managing People as Assets. England : Gower Publishing Limited. McKeown, T. (2019). The role of HRM in generating Innovation & Creativity – helping or hindering?? Journal of Management & Organization , 25(2): 173 – 174. DOI: https://doi.org/10.1017/jmo.2019.24 Mulero, A. W. (2019). Improving Creativity and Innovation Through Human Resource Management Practices: Integration of Social and Componential Approach.


Kewirausahaan | 117 International Journal of Human Resource Management and Research (IJHRMR), 9(5): 23–36. Nonaka, I.; Takeuchi, H. (1995). The Knowledge Creating Company: How Japanese Companies Create the Dynamics of Innovation. Oxford: Oxford University Press. Noopur; Dhar, R. L. (2020). Knowledge-Based HRM Practices As An Antecedent to Service Innovative Behavior. Benchmarking: An International Journal, 27(1), 41-58. Pfeffer, J. (1994). Competitive Advantage Through People. Boston: Harvard Business School Press. Pizarro, I.; Real, J. C.; De la Rosa, D. (2009). The Role of Entrepreneurial Culture and Human Capital Innovation. Working paper series, Department of Business Administration Universidad Pablo de Olavide de Sevilla. Salamzadeh, Y.; Mirzadeh, M. S. (2016). How Human Resources Management Strategies Affect Creativity and Innovation? A Study in Iranian Context. International Journal of Research in Engineering and Social Sciences, 6(8): 1-19. Samadi, A. (2016). The Impact of Intellectual Capital on Students’ Creativity from Teachers’ Perspective Alireza Samadi. International Journal of Humanities and Cultural Studies, 2(4): 1584-1591. Samad, S. (2020). Achieving Innovative Firm Performance Through Human Capital and The Effect of Social Capital. Management & Marketing. Challenges for the Knowledge Society, 15 (2): 326-344. DOI: 10.2478/mmcks2020-0019. Schuler, R. S.; Jackson, S. E. (1987a). Linking Competitive Strategies with Human Resource Management Practices. The Academy of Management Executive (1987-1989), 1(3): 207-219.


Kewirausahaan | 118 Schuler, R. S; Jackson, S. E. (1987b). Organizational Strategy and Organization Level as Determinants of Human Resource Management Practice. Human Resource Planning, 10(3): 125-141. Shah bin Mazla, M. I.; Khata Bin Jabor, M.; Tufail, K.; Yakim, A. F. N.; Zainal, H. (2019). The Roles of Creativity and Innovation in Entrepreneurship. Proceedings, The International Conference on Student and Disable Student Development 2019 (ICoSD 2019), Advances in Social Science, Education and Humanities Research, Volume 470, pp. 213-217. Silva, E.M.S.G.d.; Weber, A.F.; Moreira, M.F.; Silva, S.M.d. (2022). Innovation Climate, Human Capital and Dynamic Capacities: Interrelations Between Innovation Antecedents. Innovation & Management Review, 19(4): 270- 289. DOI: https://doi.org/10.1108/INMR-06-2019-0087. Stewart, T. (1997). The New Wealth of Organizations. London: Nicholas Brealey. Unger, J. M.; Rauch, A.; Frese, M.; Rosenbusch, N. (2011). Human Capital and Entrepreneurial Success: A Meta-Analytical Review. Journal of Business Venturing, 26(3): 341-358. DOI:10.1016/j.jbusvent.2009.09.004. Wernerfelt, B. (1984). The Resource-Based View of The Firm. Strategic Management Journal, 5(2), 171-180. Wright, P. M.; McMahan, G.C. (1992). Theoretical Perspectives for Strategic Human Resource Management. Journal of Management, 18(2): 295-320. Wright, P. M; Snell, S. A. (1998). Toward a Unifying Framework for Exploring Fit and Flexibility in Strategic Human Resource Management. Academy of Management Review, 23(4): 756-772.


Kewirausahaan | 119 Tentang Penulis Dr. Audia Junita, S.Sos., M.Si. lahir di Medan, 02 Juni 1974, merupakan dosen LLDIKTI 1 sejak tahun 2005 dpk. Prodi Magister Manajemen Universitas Harapan Medan dengan jabatan fungsional Lektor Kepala/Ivb. Menyelesaikan pendidikan Strata 1 (1997) dan Magister (2000) di Prodi Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya Malang kekhususan Pengembangan SDM serta Strata 3 (2020) di Prodi Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Indonesia spesialisasi Manajemen SDM Stratejik.


Kewirausahaan | 120 Bab 10 Menyusun Laporan Keuangan Dr. Eliada Herwiyanti, S.E., M.Si., Ak., CA. Manfaat Laporan Keuangan Tujuan umum dari bisnis adalah memperoleh untung. Bentuk bisnis profit oriented dan yang non-profit oriented, dapat dipastikan ujungnya pasti mengharapkan adanya keuntungan. Keuntungan terjadi apabila pemasukan kas lebih besar dibandingkan pengeluarannya. Besarnya keuntungan dapat dihitung secara sederhana dengan cara melihat berapa pendapatan yang diterima dikurangi dengan biaya-biaya. Keuntungan = Pemasukan kas – Pengeluaran kas Keuntungan = Pendapatan – Biaya-biaya Menghitung keuntungan dengan menggunakan cara di atas sangat memudahkan bagi pelaku usaha. Namun bila dicermati, ternyata formula seperti belum dapat menghasilkan informasi yang akurat dan detail. Oleh karena itu, bisnis yang baik adalah yang melakukan penyusunan laporan keuangan, sebab dari laporan keuangan yang dihasilkan dapat terlihat lebih jelas bagaimana kinerja bisnis yang sesungguhnya.


Kewirausahaan | 121 Penyusunan Laporan Keuangan Laporan keuangan seyogyanya penting disusun oleh entitas bisnis. Laporan keuangan berisikan informasi-informasi yang berhubungan dengan transaksi bisnis. Oleh karena itu laporan keuangan yang baik hanya akan dihasilkan bila melalui proses yang benar. Proses penyusunan laporan keuangan yang benar dimulai pencatatan transaksi-transaksi keuangan. Setelah dilakukan pencatatan, maka dilakukan identifikasi akun-akun dengan membuat ayat jurnal, lalu memposting ke buku besar dan buku besar pembantu (bila diperlukan), kemudian membuat neraca saldo, dilanjutkan dengan ayat jurnal penyesuaian (untuk transaksi-transaksi tertentu), membuat neraca saldo setelah penyesuaian, dan selanjutnya memilah akun ke dalam laporan laba rugi dan ke laporan posisi keuangan. Proses pembuatan neraca saldo hingga kemudian dihasilkan laba rugi (berisi akunakun nominal) dan neraca atau laporan posisi keuangan (berisi akun-akun riil) menggunakan neraca lajur yang dikenal dengan kertas kerja 10 kolom. Mencatat transaksi berdasarkan dokumen/bukti Membuat ayat-ayat jurnal Memposting ke buku besar Menyusun neraca saldo Laporan keuangan Gambar 1. Tahapan penyusunan laporan keuangan


Kewirausahaan | 122 Setelah tahap-tahapan ini dikerjakan sampai selesai, maka setidaknya dapat dihasilkan dua laporan keuangan, yaitu laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan. Namun pada praktiknya bisa ada perbedaan laporan keuangan yang dihasilkan antar entitas, sebab bisa saja standar akuntansi yang diterapkan berbeda, sebagaimana diketahui bahwa di Indonesia ada berbagai macam standar akuntansi yang dapat diterapkan sesuai dengan jenis entitasnya. Laporan Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi Standar akuntansi di Indonesia disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK), salah satu komite kepengurusan yang berada di bawah organisasi profesi seluruh Akuntan Indonesia yang bernama Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Seiring dengan perkembangannya, dari waktu ke waktu hingga saat ini DSAK menetapkan ada empat (4) pilar standar akuntansi keuangan. Empat pilar tersebut adalah: 1. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) SAK adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) yang diterbitkan oleh DSAK IAI, dan Dewan Standar Syariah Ikatan Akuntan Indonesia (DSAS IAI), serta peraturan regulator pasar modal. Standar ini ditujukan untuk diterapkan oleh entitas yang berada di bawah pengawasan pasar modal, yaitu entitas-entitas yang mau atau sudah go publik. 2. Standar Akuntansi Syariah (SAS) SAS adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Syariah, standar ini ditujukan untuk entitas yang melakukan transaksi-transaksi berbasis syariah, tanpa mempersoalkan apakah entitasnya berupa lembaga syariah


Kewirausahaan | 123 maupun lembaga non syariah. SAS dikembangkan mengikuti model SAK umum namun berbasis syariah dengan mengacu kepada fatwa MUI. 3. Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) SAK ETAP ditujukan untuk diterapkan di Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP), yaitu entitas yang tidak mempunyai akuntabilitas publik signifikan, dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal. Contoh dari pengguna eksternal misalnya pemilik yang tidak langsung terlibat dalam pengelolaan usaha, kreditur, serta lembaga pemeringkat kredit. 4. Standar Entitas Mikro Kecil dan Menengah (SAK EMKM) SAK EMKM ditujukan untuk diterapkan di entitas-entitas yang belum mampu memenuhi persyaratan akuntansi sebagaimana diatur dalam SAK ETAP.Acuan untuk mendefinisikan dan memberikan rentang kuantitatif EMKM dapat menggunakan Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Berdasarkan peruntukkannya dapat dicermati bahwa dari keempat standar akuntansi, yang paling sederhana adalah SAK EMKM. Oleh karena itu, seharusnya melakukan penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM menjadi hal yang mudah. Namun demikian, ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM. SAK EMKM yang diberlakukan secara efektif Per 1 Januari 2018 terdiri dari 18 bab, disertai dengan dasar kesimpulan dan contoh ilustratif laporan keuangan entitas (DSAK, 2016). Herwiyanti, dkk. (2020) meringkas bahwa di dalam laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM ada akun aset, liabilitas,


Kewirausahaan | 124 ekuitas, persediaan, pendapatan, beban, serta pajak penghasilan. Masing-masing akun mempunyai definisi, cara pengakuan, pengukuran serta bagaimana cara penyajiannya di laporan keuangan. 1. Aset Kata “aset” muncul di Bab 2, 4, 8, 11, dan 12 SAK EMKM. Aset didefinisikan sebagai “sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan yang dari mana manfaat ekonomik di masa depan diharapkan akan diperoleh oleh entitas.” Ada aset yang berwujud ada aset yang tidak mempunyai wujud. Namun demikian, wujud aset tidak esensial untuk menentukan keberadaannya. Aset dapat dikategorikan sebagai aset keuangan, aset tetap, serta aset takberwujud. Aset keuangan adalah aset-aset yang sifatnya likuid dibandingkan aset tetap maupun aset takberwujud. Aset keuangan dapat berupa: a. Kas, b. Instrumen ekuitas entitas lain (saham, obligasi), c. Hak kontraktual untuk menerima kas atau aset keuangan lain dari entitas lain (contoh: cek, giro), serta: d. Piutang, e. Pinjaman yang diberikan. Aset diakui ketika entitas menjadi salah satu pihak dalam ketentuan kontraktual aset tersebut. Aset diukur sebesar biaya perolehannya yaitu sesuai harga transaksi, yaitu biaya yang terkait langsung dengan perolehan aset.


Kewirausahaan | 125 Aset keuangan disajikan dalam kelompok aset pada laporan posisi keuangan. Aset keuangan berhenti diakui manakala hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan berakhir, atau pada saat tidak ada manfaat ekonomik masa depan yang diperkirakan akan diperoleh dari kepemilikan atau pelepasan aset keuangan tersebut. Aset tetap adalah aset yang dimiliki oleh entitas yang digunakan untuk kegiatan normal usahanya dan diharapkan dapat digunakan lebih dari satu periode. Aset tetap dapat berupa: a) Tanah b) Bangunan c) Aset biologis (hewan atau tanaman hidup) Aset tetap diakui saat ada manfaat ekonomik yang dapat dipastikan mengalir ke dalam atau dari entitas, dan biayanya dapat diukur dengan andal, serta aset tersebut dimiliki secara hukum. Aset tetap diukur sebesar biaya perolehannya. Biaya perolehan aset tetap terdiri dari harga beli dan biaya-biaya yang dapat diatribusikan langsung hingga aset sampai ke lokasi dengan kondisi yang telah sesuai dengan harapan entitas. Jika aset tetap diperoleh melalui pertukaran dengan aset lain, maka biaya perolehan diukur sebesar jumlah tercatat aset yang diserahkan. Aset tetap disajikan dalam kelompok aset pada laporan posisi keuangan. Aset tetap berhenti diakui manakala aset tetap dilepaskan atau ketika tidak ada lagi manfaat ekonomiknya di masa depan dari penggunaan atau pelepasan aset tetap tersebut.


Kewirausahaan | 126 Aset tak berwujud adalah aset yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud. Pengidentifikasian dilakukan berdasarkan: a) Dapat dipisahkan dari entitas, misal: dapat dijual, dialihkan, dilisensikan, disewakan, atau ditukarkan b) Timbul dari hak kontraktual atau hak hukum lainnya, entahkah hak tersebut dapat dialihkan atau dipisahkan dari entitas. Aset takberwujud diakui ketika dapat dipastikan adanya perolehan manfaat ekonomik di masa depan, dan biaya perolehannya dapat diukur dengan andal. Sementara, aset takberwujud yang dihasilkan secara internal maka pengakuannya diperlakukan sebagai beban pada saat terjadinya, misalnya pengeluaran riset dan pengembangan, pembuatan merek, logo, lisensi, akta pendirian, pelatihan, iklan/promosi. Aset takberwujud diukur sebesar biaya perolehannya. Biaya perolehan aset takberwujud mencakup harga beli dan biaya-biaya yang dapat diatribusikan langsung dalam mempersiapkan aset untuk digunakan sesuai dengan intensinya. Aset takberwujud berhenti diakui manakala aset tersebut dilepaskan atau saat tidak ada manfaat ekonomik masa depan yang diharapkan dari pengguna atau pelepasan aset takberwujud tersebut. Aset takberwujud disajikan dalam kelompok aset pada laporan posisi keuangan. 2. Liabilitas Kata “liabilitas” muncul di Bab 2, 4, 8, dan 13 SAK EMKM. Liabilitas didefinisikan sebagai “kewajiban kini entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya


Kewirausahaan | 127 mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomik.” Liabilitas bisa berupa kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif. a. Kewajiban hukum bersifat dapat dipaksakan menurut hukum akibat konsekuensi dari kontrak mengikat atau peraturan perundangan. b. Kewajiban konstruktif yaitu kewajiban yang timbul dari tindakan entitas, ketika: 1) melalui praktik baku di masa lalu, kebijakan yang telah dipublikasikan atau pernyataan kini yang cukup spesifik, entitas sudah memberikan indikasi kepada pihak lain bahwa entitas akan menerima tanggung jawab tertentu, dan 2) timbul ekspektasi kuat dan sah dari pihak lain bahwa entitas kelak melaksanakan tanggung jawab tersebut. Kewajiban akan selesai bila ada keterlibatan pembayaran kas, penyerahan aset (selain kas), pemberian jasa, dan/atau penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban yang lainnya, atau kewajiban juga bisa diselesaikan melalui pembebasan atau pembatalan hak kreditor. Liabilitas diakui sebesar jumlah angka yang harus dibayarkan. Liabilitas berhenti diakui manakala liabilitas tersebut telah dilunasi, apakah dengan menggunakan kas atau setara kas dan/atau aset nonkas, dan telah dibayarkan kepada pihak lain sebesar jumlah yang harus dibayarkan. Liabilitas disajikan dalam kelompok liabilitas pada laporan posisi keuangan. Penyajian liabilitas dapat diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek dan jangka panjang.


Kewirausahaan | 128 Liabilitas jangka pendek yaitu liabilitas yang: a. Diperkirakan dapat diselesaikan dalam tempo siklus normal operasi entitas b. Dimiliki untuk diperjualbelikan c. Dapat diselesaikan dalam tempo dua belas (12) bulan setelah akhir periode pelaporan d. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat guna menunda penyelesaian liabilitas setidaknya dua belas (12) bulan setelah akhir periode pelaporan Liabilitas jangka panjang yaitu liabilitas yang: a. Diperkirakan tidak akan dapat diselesaikan dalam tempo siklus normal operasi entitas b. Dimiliki namun tidak diperjualbelikan c. Tidak dapat diselesaikan dalam tempo dua belas (12) bulan setelah akhir periode pelaporan d. Entitas memiliki hak tanpa syarat guna menunda penyelesaian liabilitas setidaknya dua belas (12) bulan setelah akhir periode pelaporan Liabilitas dapat dikategorikan sebagai liabilitas keuangan dan liabilitas non keuangan. Liabilitas keuangan dapat berupa: utang, pinjaman yang diterima, investasi pada instrumen utang, serta investasi pada instrumen ekuitas. Liabilitas keuangan diakui saat entitas menjadi salah satu pihak dalam ketentuan kontraktual liabilitas tersebut, serta apabila pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomik dipastikan hendak dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban entitas dan jumlah yang harus diselesaikan diukur dengan andal. Liabilitas keuangan diukur sebesar biaya perolehannya yaitu sesuai harga transaksi (transaction price).


Kewirausahaan | 129 a. Pinjaman. Harga transaksi = Jumlah pinjaman. b. Utang. Harga transaksi = Jumlah tagihan Biaya transaksi diakui sebagai beban dalam laporan laba rugi. Contohnya entitas menerima pinjaman dari bank dengan syarat entitas harus membayar sejumlah biaya tertentu. Maka, di akhir periode, entitas mengukur liabilitas pada: a. Harga transaksi, dan b. Dikurangkan dengan seluruh pembayaran pokok dan pembayaran atau penerimaan bunga sampai tanggal tersebut. Liabilitas keuangan disajikan dalam kelompok liabilitas pada laporan posisi keuangan. Liabilitas keuangan berhenti diakui manakala liabilitas keuangan tersebut berakhir yaitu pada saat kewajiban yang ditetapkan dalam kontrak dilepaskan, dibatalkan atau jatuh tempo. 3. Ekuitas Kata “ekuitas” muncul di Bab 2 dan 13 SAK EMKM. Ekuitas didefinisikan sebagai “hak residual atas aset setelah dikurangi seluruh liabilitasnya.” Ekuitas dapat diklaim sebagai hak entitas manakala aset telah dikurangi seluruh liabilitas. Sederhananya rumus ekuitas adalah: Ekuitas = Aset – Liabilitas Ekuitas diakui dari adanya modal yang disetor oleh pemilik dana, baik yang berupa kas atau setara kas atau aset nonkas yang dicatat sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Ekuitas dapat berbentuk modal saham, tambahan modal disetor, dan saldo laba rugi. Pos tambahan modal disetor


Kewirausahaan | 130 untuk entitas yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) disajikan untuk setiap kelebihan setoran modal atas nilai nominal saham. Sedangkan untuk usaha berbadan hukum yang tidak berbentuk PT ekuitas diakui dan diukur sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku untuk badan usaha tersebut. Ekuitas disajikan dalam kelompok ekuitas pada laporan posisi keuangan. 4. Persediaan Kata “persediaan” muncul di Bab 9 SAK EMKM. Persediaan didefinisikan sebagai “aset yang berupa: a) untuk dijual dalam kegiatan normal; b) dalam proses produksi untuk kemudian dijual; atau c) dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.” Persediaan juga bisa berupa produk agrikultur, yang berupa hewan atau tanaman hidup yang telah dipanen untuk kemudian dijual, atau untuk digunakan dalam proses produksi dan kemudian dijual. Persediaan diakui manakala diperoleh. Sementara, terjadinya penurunan dan/atau kerugian jumlah persediaan (misal karena rusak atau usang) diakui sebagai beban pada periode terjadinya peristiwa tersebut. Persediaan diukur sebesar biaya perolehannya, yaitu mencakup seluruh biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lainnya yang terjadi untuk membawa persediaan ke kondisi dan lokasi siap digunakan. Pengukuran biaya persediaan dapat menggunakan metode biaya standar atau metode eceran, selama hasilnya mendekati biaya perolehan. Penghitungan biaya perolehan persediaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus


Kewirausahaan | 131 biaya masuk-pertama keluar-pertama (MPKP) atau rata-rata tertimbang. Persediaan disajikan dalam kelompok aset pada laporan posisi keuangan. Sementara, persediaan yang dijual, disajikan sebagai beban periode di mana pendapatan yang terkait diakui, masuk ke dalam komponen beban pokok penjualan pada laporan laba rugi. 5. Pendapatan Kata “pendapatan” muncul di Bab 2 dan 14 SAK EMKM. Pendapatkan didefinisikan sebagai “pendapatan (revenues) adalah penghasilan yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas yang normal, yang dikenal dengan berbagai sebutan, misalnya: penjualan, imbalan, bunga, dividen, royalti, dan sewa.” Pendapatan diakui manakala terdapat hak atas pembayaran yang diterima atau yang masih harus diterima baik pada masa sekarang atau masa depan. Pada kondisi jumlah arus kas yang masih harus diterima tidak dapat diukur secara andal dan/atau waktu penerimaan arus kasnya tidak dapat dipastikan, maka pendapatan diakui pada saat kas diterima. Pengakuan pendapatan dari suatu penjualan barang atau penyediaan jasa dapat diperlakukan sebagai: a. Liabilitas, pada akun/pos pendapatan diterima di muka, jika pembeli membayar sebelum barang atau jasa diberikan. b. Aset, pada akun/pos piutang usaha, jika pembeli belum membayar setelah barang atau jasa diberikan. Pendapatan lainnya yang dapat diakui adalah: a. Kontrak yang berhubungan dengan kontrak kontruksi. b. Bunga dan dividen selama periode.


Kewirausahaan | 132 c. Pendapatan sewa selama tempo kontrak. d. Pendapatan royalti selama tempo kontrak. e. Keuntungan dari penjualan aset kepada pemilik yang baru. Pendapatan diukur secara andal dan/atau waktu penerimaan arus kasnya dapat dipastikan. Pendapatan diukur sebesar manfaat ekonomik yang diterima atau yang masih harus diterima secara bruto. Sebagai contoh pendapatan dari pendapatan sewa dan royalti diukur menggunakan metode garis lurus selama tempo kontrak. Sementara, pendapatan lain-lain seperti keuntungan dari penjualan aset dicatat sebesar selisih laba dari hasil penjualan aset dikurangi jmlah tercatat aset sebelum aset tersebut dijual. Sedangkan, pendapatan hibah dicatat sebesar nominal yang diterima. Pendapatan disajikan dalam kelompok pendapatan pada laporan laba rugi. Sedangkan pendapatan hibah bentuk moneter disajikan pada laporan laba rugi. 6. Beban Kata “beban” muncul di Bab 2 dan 14 SAK EMKM. Beban didefinisikan sebagai “beban mencakup beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas yang normal dan kerugian.” a. Beban yang timbul selama pelaksanaan aktivitas entitas yang normal, mencakup: beban pokok penjualan, upah, dan penyusutan. b. Kerugian mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi beban tetapi tidak termasuk dalam kategori beban yang timbul dari pelaksanaan aktivitas entitas yang normal, contohnya: kerugian dari pelepasan aset.


Kewirausahaan | 133 Akun/pos yang juga masuk ke dalam kategori beban diantaranya adalah beban imbalan kerja (baik itu imbalan kerja jangka pendek, pesangon pemutusan kerja, serta imbalan kerja lainnya), beban sewa, serta biaya pinjaman. Beban diakui manakala ada jumlah arus kas keluar dapat diukur dengan andal dan/atau waktu pengeluaran arus kasnya dapat dipastikan, seandainya tidak demikian maka beban diakui pada saat kas dibayarkan. Pembayaran sewa pengakuannya sebagai beban sewa didasarkan pada metode garis lurus selama masa sewa. Sementara, biaya pinjaman pengakuannya sebagai beban dilakukan selama periode terjadinya. Beban diukur sebesar jumlah arus kas yang dikeluarkan. Beban disajikan dalam kelompok beban pada laporan laba rugi. 7. Pajak Penghasilan Kata “pajak penghasilan” muncul di Bab 15 SAK EMKM. Pajak penghasilan didefinisikan sebagai “pajak penghasilan diakui oleh entitas sebagai aset dan liabilitas pajak penghasilan dengan mengikuti peraturan perpajakan yang berlaku, entitas tidak mengakui aset dan liabilitas pajak tangguhan.” Dengan demikan, maka pajak penghasilan murni merujuk pada peraturan perundangan-undangan yang mengatur tentang pajak entitas. Pajak penghasilan diakui manakala entitas mengakuinya sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh undang-undang perpajakan. Pajak penghasilan diukur sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Pajak penghasilan disajikan pada laporan laba rugi manakala menjadi beban pajak. Penjelasan ringkas terkait pos-pos dalam laporan keuangan yang disusun sesuai SAK EMKM di atas setidaknya telah


Kewirausahaan | 134 memberikan gambaran bahwa penyusunan laporan keuangan tidak dapat dilakukan dengan sembarangan. Ada rambu-rambu yang harus ditaati agar laporan keuangan yang dihasilkan bermanfaat bagi penggunanya. Selanjutnya SAK EMKM mengatur bahwa output laporan keuangan tidak hanya terdiri dari laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi, namun juga dilengkapi dengan catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan memuat informasi berikut: a. Pernyataan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai dengan SAK EMKM, b. Ikhtisar kebijakan akuntansi, dan c. Informasi tambahan dan rincian pos tertentu yang menjelaskan transaksi penting dan material sehingga bermanfaat bagi pengguna untuk memahami laporan keuangan.


Kewirausahaan | 135 Daftar Pustaka Dewan Standar Akuntansi Keuangan. (2016). Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil dan Menengah (SAK EMKM). Ikatan Akuntan Indonesia. Jakarta. Herwiyanti, E., Ulfah, P., & Pratiwi, N. (2020). Implementasi Standar Akuntansi Keuangan di UMKM. Penerbit Deepublish. Yogyakarta. http://www.iaiglobal.or.id/standar-akuntansikeuangan/home diakses pada 17 Januari 2023.


Kewirausahaan | 136 Tentang Penulis Dr. Eliada Herwiyanti, S.E., M.Si., Ak., CA. menyelesaikan studi di Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman pada tahun 2001, di Program Studi S2 Magister Sains Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada pada tahun 2007, serta di Program Studi S3 Doktor Ilmu Akuntansi di Universitas Diponegoro pada tahun 2014. Penulis meniti karier sebagai dosen tetap di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto sejak 2005 - sekarang. Penulis mempunyai pengalaman sebagai Koordinator Program PPAk FEB Unsoed (2017-2021). Buku yang telah dihasilkan sebelumnya adalah Akuntansi UMKM (2017), Akses Kredit Bank untuk UMKM (2019), Riset UMKM: Pendekatan Multiperspektif (2020), Implementasi Standar Akuntansi Keuangan di UMKM (2020), Potensi IKM Batik Bagi Perekonomian Negara (2021).


Kewirausahaan | 137 Bab 11 Analisis Laporan Keuangan Dr. Hasan Fahmi Kusnandar S.Sos., MM. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan yang dipublikasikan memegang peranan penting dalam penilaian suatu perusahaan karena informasi dalam laporan keuangan dapat digunakan untuk menganalisis apakah perusahaan tersebut baik bagi pemangku kepentingan atau tidak. Dalam bisnis apa pun, departemen keuangan memainkan peran penting dalam menyelaraskan perencanaan bisnis. Oleh karena itu, bagian keuangan harus berfungsi dengan baik sehingga pihak yang membutuhkan dapat menerima laporan keuangan tersebut dan membantu mereka mengambil keputusan sesuai dengan yang diharapkan. Ada beberapa contoh teknik analisis yang dapat digunakan untuk menganalisis. Beberapa teknik ini meliputi analisis common size, tren, persentase perubahan, dan industri. Laporan keuangan yang baik harus memiliki tiga ciri utama, yaitu: 1. Fokus Laporan Laporan keuangan harus dianalisis dengan mencakup beberapa fokus utama, diantaranya laporan laba rugi (gambaran kenaikan dan keuntungan), neraca atau gambaran aset dan kewajiban serta arus kas atau gambaran kas masuk dan keluar. Laporan ini berasal dari akumulasi transaksi dari suatu perusahaan.


Kewirausahaan | 138 2. Prediksi Analisis keuangan perusahaan juga harus dapat menelaah peristiwa masa lalu yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan di masa yang akan datang. Peramalan ini penting untuk menentukan apakah usaha tersebut dapat menguntungkan di masa yang akan datang atau tidak. Melalui prediksi pelaku usaha dapat mengetahui tingkat kerugian hingga keberhasilan sebuah usaha di masa yang akan datang. 3. Penguasaan Akuntansi Analisis laporan keuangan harus dilakukan oleh para profesional yang berpengalaman dalam prinsip-prinsip akuntansi. Karena kualitas analisis keuangan sangat bergantung pada faktor-faktor tersebut. Analisis laporan keuangan tidak bisa dibuat secara asal oleh orang yang tidak profesional karena di dalamnya memiliki kunci penting untuk keberlangsungan perusahaan sehingga diperlukan orang yang handal dalam bidangnya untuk melakukan hal ini. 1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, mengolah, dan membandingkan informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Dengan kata lain analisis keuangan merupakan sebuah kegiatan menganalisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan sangat penting untuk pelaporan keuangan perusahaan, karena dapat digunakan untuk mendukung keputusan yang diambil oleh manajemen dan pihak eksternal yang berkepentingan dengan perusahaan seperti: a. Manajer perusahaan b. Investor pasar modal c. Karyawan perusahaan


Kewirausahaan | 139 d. Pemberi kredit e. Auditor internal dan eksternal f. Regulator Pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2015:1) laporan keuangan merupakan suatu penyajian yang terdaftar dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu perusahaan. Adapun definisi laporan menurut Herry (2018: 113) analisis laporan keuangan sangat berguna tidak hanya bagi pihak internal perusahaan, namun juga berguna bagi investor serta pemangku kepentingan lain. Jadi kesimpulannya, analisis laporan keuangan dari kedua definisi di atas merupakan suatu penyajian dari posisi keuangan yang sangat berguna bagi pihak internal perusahaan maupun bagi investor serta pemangku kepentingan lain. Analisis laporan juga akan sangat bermanfaat bagi keberlangsungan perusahaan karena melalui kegiatan tersebut perusahaan dapat mengambil langkah yang lebih menguntungkan dari sebelumnya. 2. Tujuan Melakukan Analisis Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi kepada mereka yang membutuhkan tentang kondisi perusahaan dari sudut pandang angka dalam satuan moneter. Secara umum, tujuan laporan keuangan adalah: 1. Evaluasi kinerja manajemen pada tahun berjalan. 2. Mengetahui perubahan posisi keuangan perusahaan selama periode tertentu. 3. Sumber informasi untuk keputusan strategis perusahaan. 4. Faktor kunci bagi investor untuk berinvestasi di perusahaan.


Kewirausahaan | 140 5. Memberikan informasi tentang kemampuan perusahaan untuk membayar pinjaman dan bunga. Dari tujuan laporan yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan diperlukan dalam mengelola keuangan perusahaan. 3. Prosedur dalam Menjalankan Analisis Keuangan Usaha Langkah-langkah berikut harus diambil ketika menganalisis laporan keuangan tahunan: 1. Memahami latar belakang informasi keuangan perusahaan, termasuk pemahaman industri dan standar akuntansi yang diterima dan diterapkan oleh perusahaan. 2. Memahami kondisi yang mempengaruhi bisnis termasuk informasi tentang trend atau kecenderungan industri dimana perusahaan beroperasi seperti , inflasi dan pajak. Perhatikan juga perubahan dalam perusahaan itu sendiri. 3. Mempelajari dan mengamati laporan keuangan secara keseluruhan. Langkah ini bertujuan untuk memastikan bahwa laporan keuangan dengan jelas menggambarkan informasi keuangan utama dan mematuhi standar akuntansi. 4. Gunakan berbagai metode dan teknik analisis yang ada untuk menganalisis laporan keuangan dan menginterpretasikan hasil analisisnya. 4. Jenis-Jenis Metode Analisis Laporan Keuangan Ada beberapa metode analisis laporan keuangan yang paling umum digunakan, yaitu: 4.1. Metode Common Size Financial Statement Dalam analisis ukuran keseluruhan, semua laporan laba rugi dinyatakan sebagai persentase


Kewirausahaan | 141 penjualan. Semua akun neraca dinyatakan sebagai persentase dari total aset. Misalnya, jika pada laporan laba rugi setiap baris akun dibagi dengan pendapatan, maka pada neraca setiap baris akun dibagi dengan total aset. Jenis analisis ini memungkinkan manajer untuk melihat laporan laba rugi dan neraca dalam format persentase yang mudah ditafsirkan karena lebih mudah membuat perbandingan menggunakan angka absolut daripada persentase. 4.2. Metode Index Time Series Analisis tren juga dikenal sebagai analisis timeseries yang membantu manajer keuangan perusahaan menentukan bagaimana kinerja perusahaan dari waktu ke waktu. Analisis tren ini didasarkan pada data historis laporan keuangan perusahaan dan data perkiraan hasil atau masa depan perusahaan. Cara populer untuk melakukan analisis tren adalah dengan menganalisis rasio keuangan. Contoh yang paling umum seperti rasio profitabilitas, rasio likuiditas, rasio efisiensi, dll. Jika anda ingin menghitung rasio keuangan sebuah perusahaan makan Anda harus menghitung rasio minimal 2 tahun terakhir karena anda akan mendapatkan perbandingan data dari tahun-tahun sebelumnya yang akan dijadikan acuan untuk kedepannya. 4.3. Teknik Analisis Pertumbuhan Teknik ini merupakan teknik analisis yang disusun dengan cara membandingkan kenaikan atau penurunan penutupan pada periode tertentu dengan


Kewirausahaan | 142 periode lainnya pada setiap rangkaian laporan dengan menggunakan analisis persentase. Informasi yang disajikan didasarkan pada perbandingan kenaikan atau penurunan setiap laporan keuangan bulan lalu dengan bulan berjalan atau dengan periode yang sama tahun lalu. 4.4. Analisis Industri Analisis ini membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama untuk melihat bagaimana perusahaan berinvestasi secara finansial dibandingkan dengan industri lain. Jenis analisis ini sangat berguna bagi manajer keuangan untuk menentukan apakah perubahan keuangan diperlukan. Analisis ini biasanya menggunakan teknik perhitungan rasio keuangan. Selain metode di atas, ada juga beberapa contoh teknik lain untuk melakukan analisis laporan keuangan usaha seperti: a. Statement of changes in working capital, yaitu metode yang menganalisis sumber dan penggunaan modal kerja, termasuk memahami alasan perubahan modal kerja selama periode tertentu. b. Cash flow statement, yaitu metode yang menganalisis sumber dan penggunaan kas, termasuk alasan perubahan jumlah kas selama periode waktu tertentu. c. Break-even analysis, yaitu metode analisis yang menentukan titik impas dan tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian pada saat perusahaan belum memperoleh laba.


Click to View FlipBook Version