PENDIDIKAN KARAKTER
PENDIDIKAN KARAKTER
PENDIDIKAN KARAKTER Copyright© PT Penamudamedia, 2024 Penulis: Kardiyem, S.Pd., M.Pd., Baskoro Harwindito, S.ST, M.M., Supentri, M.Pd., Indana Ilma Ansharah, S.Ag., Dr. Suroyo, M.Pd., Luthfi Noor Aini, S.Psi., M.A., Nicko Gana Saputra, S.ST, Par., M.M., Dr. Derinta Entas, Novena Ade Fredyarini, S. SS. M. Hum., Dwi Puji Astuti, S.Pd., M.Pd. ISBN: 978-623-09-7630-8 Desain Sampul: Tim PT Penamuda Media Tata Letak: Enbookdesign Diterbitkan Oleh PT Penamuda Media Casa Sidoarium RT 03 Ngentak, Sidoarium Dodeam Sleman Yogyakarta HP/Whatsapp : +6285700592256 Email : [email protected] Web : www.penamuda.com Instagram : @penamudamedia Cetakan Pertama, Januari 2024 x+ 120, 15x23 cm Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin Penerbit
v Kata Pengantar SELAMAT datang dalam buku ini yang mengangkat pentingnya pendidikan karakter dalam pembentukan pribadi yang baik. Pendidikan karakter adalah pendekatan dalam dunia pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan nilai-nilai moral, etika, dan sikap positif pada individu. Dalam era yang semakin kompleks ini, pendidikan karakter menjadi sangat penting dalam membentuk generasi yang memiliki integritas, tanggung jawab, empati, dan kepemimpinan yang baik. Buku ini dirancang untuk memberikan pemahaman mendalam tentang konsep pendidikan karakter dan memberikan strategi dan praktik yang efektif untuk mengimplementasikannya dalam lingkungan pendidikan. Melalui buku ini, pembaca akan diajak untuk menjelajahi nilai-nilai karakter yang esensial seperti kejujuran, kerjasama, ketekunan, toleransi, dan lain sebagainya. Selain itu, buku ini juga akan memberikan contoh nyata dan studi kasus yang mengilustrasikan bagaimana pendidikan karakter dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Penulis buku ini berharap bahwa pembaca akan mendapatkan wawasan baru dan inspirasi dalam menerapkan pendikan karakter dalam lingkungan pendidikan mereka. Kami berharap
vi bahwa buku ini akan menjadi panduan yang berharga bagi para pendidik, orang tua, dan pihak-pihak yang terlibat dalam pembentukan karakter anak-anak dan remaja. Selamat membaca danoga buku ini dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam membangun generasi yang kuat, berintegritas, dan memiliki pengaruh positif dalam masyarakat.
vii Daftar Isi KATA PENGANTAR................................................................ v DAFTAR ISI ........................................................................ vii BAB 1. PEMAHAMAN DASAR PENDIDIKAN KARAKTER ............ 1 A. Sejarah Munculnya Pendidikan Karakter di Indonesia....................2 B. Pengertian Pendidikan Karakter......................................................4 C. Ciri Dasar Pendidikan Karakter........................................................6 D. Tujuan Pendidikan Karakter............................................................7 E. Nilai-nilai Pendidikan Karakter........................................................8 BAB 2. LINGKUNGAN AWAL PEMBENTUKAN KARAKTER ....... 11 A. Kajian Teori....................................................................................12 B. Peran Orang Tua dalam Pembentukan Karakter Anak .................13 C. Pengaruh Lingkungan Sekolah terhadap Karakter Siswa..............14 D. Dinamika Interaksi Teman Sebaya dan Pembentukan Karakter...15 E. Pengaruh Pengalaman Hidup terhadap Karakter .........................16 F. Peran Keluarga sebagai Fondasi Karakter.....................................17 G. Analisis Faktor Lingkungan Terkait Pembentukan Karakter..........18 H. Studi Kasus tentang Lingkungan Awal dan Karakter.....................19
viii I. Keterkaitan Antara Lingkungan Awal dan Perkembangan Psikologis .......................................................................................................20 J. Implikasi Pendidikan dan Pengembangan Karakter......................21 BAB 3. PENDIDIKAN KARAKTER SOLUSI MENGHADAPI KRISIS ............................................................................. 22 A. Karakter Kuat untuk Krisis.............................................................23 B. Solidaritas dalam Kepemimpinan..................................................25 C. Penanaman Tanggung Jawab........................................................28 D. Keberlanjutan Pendidikan Karakter ..............................................31 BAB 4. PERAN KELUARGA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ............................................................................. 34 A. Pengertian Karakter ......................................................................35 B. Peran Keluarga ..............................................................................36 C. Pentingnya Pembentukan Karakter ..............................................38 BAB 5. TANTANGAN PENDIDIKAN DI ERA MODERN .............. 41 A. Perubahan Paradigma Pendidikan ................................................42 B. Perkembangan teknologi pendidikan ...........................................43 C. Relevansi Kurikulum......................................................................45 D. Diversitas dan Inklusivitas.............................................................46 E. Kesiapan Guru ...............................................................................48 F. Evaluasi Kinerja..............................................................................49 BAB 6. PENCEGAHAN BULLYING DI LINGKUNGAN SEKOLAH . 51 A. Penyebab Bullying di Sekolah........................................................52 B. Dampak Bullying............................................................................53
ix C. Tipe Bullying ..................................................................................53 D. Strategi Pencegahan Bullying : Peran Sekolah dan Komunitas....54 E. Pertolongan Pertama Psikologis (Psychological First Aid) di Sekolah dalam Penanganan Korban Bullying................................58 F. Pertolongan Pertama Psikologis di Sekolah..................................59 BAB 7. PERAN PENGAJAR DALAM PENANAMAN KARAKTER ... 63 A. Model Peran Pengajar dalam Pendidikan Karakter ......................64 B. Bimbingan Moral oleh Pengajar....................................................65 C. Strategi Pengajar dalam Mengembangkan Karakter Siswa ..........67 D. Penerapan Pendidikan Karakter dalam Praktik Pengajaran..........68 E. Evaluasi dan Umpan Balik dalam Pendidikan Karakter.................69 F. Pendidikan Karakter sebagai Bagian Integral Kurikulum ..............69 BAB 8. BAHAYA BUDAYA ASING DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ............................................................. 71 A. Budaya Asing .................................................................................71 B. Ragam Budaya Asing yang Merasuk dalam Masyarakat...............72 C. Pengaruh Budaya Asing Terhadap Karakter..................................72 D. Pengaruh Budaya Asing Terhadap Karakter..................................74 E. Perubahan Gaya Hidup.................................................................76 F. Hilangnya Identitas Budaya Lokal .................................................78 G. Bahaya Ketergantungan Budaya Asing .........................................80 H. Upaya Perlindungan Budaya Lokal................................................81 BAB 9. UPAYA PENANAMAN AKHLAK PADA PELAJAR ............ 83 A. Penanaman Akhlak........................................................................83
x B. Tujuan penanaman Akhlak............................................................86 C. Tantangan Era Digital Bagi Generasi Sekarang..............................87 D. Peran Orangtua dalam Penanaman Ahklak ..................................88 E. Pendekatan Pendidikan Karaker ...................................................90 F. Penerapan Kurikulum Pendidikan Holistic ....................................92 BAB 10. PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER .................... 94 A. Hubungan Antara Pendidikan dan Pembentuk Karakter..............94 B. Pelaksanaan Pendidikan Karakter.................................................96 C. Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Bangsa Indonesia ..............98 D. Implementasi Pendidikan Karakter.............................................100 DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 103 TENTANG PENULIS ............................................................ 114
Pendidikan Karakter 1 PEMAHAMAN DASAR PENDIDIKAN KARAKTER PENDIDIKAN karakter sejatinya sudah lama menjadi semangat dalam praksis pendidikan di Indonesia. Pendidikan karakter sudah digalakkan di masyarakat dari zaman pra kemerdekaan berupa pendidikan agama dan moral. Pendidikan agama dan moral ini dilakukan di pesantren maupun di sekolahan. Pembentukan karakter sudah menjadi arah kebijakan pendidikan para pendiri bangsa. Pendidikan karakter semakin menguat
2 Pendidikan Karakter ketika pengikraran kemerdekaan bangsa Indonesia dimana lahirlah dasar negara yakni Pancasila yang didalamnya memuat lima asas yang berisi harapan bangsa untuk mencetak bangsa dengan pribadi yang berkarakter. Sebagai bentuk bukti historis pendidikan karakter menjadi tujuan pendidikan di Indonesia maka dituangkan pula dalam UU tahun 1946 yang mulai dijalankan tahun 1947 dan Sisdiknas tahun 2003 nomor 20 berisi tentang pedoman pendidikan nasional pertama kali. Pemahaman akan pendidikan karakter menjadi urgen tidak hanya bagi pendidik melainkan bagi keluarga dan masyarakat. Pendidikan karakter merupakan hal mutlak diperlukan diberbagai lingkungan baik di sekolah, rumah dan lingkungan sosial. Saat ini pendidikan karakter tidak terbatas bagi anak usia dini saja namun merambah pada remaja hingga dewasa. Dalam kaitaannya dengan pendidikan karakter, nangsa Indonesia sangat memerlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang bekarakter dan berkulaitas dalam rangka mendukung trwujudnya cita-cita luhur bangsa. A. Sejarah Munculnya Pendidikan Karakter di Indonesia Pendidikan karakter bukanlah menjadi hal baru di Indonesia. Pendidikan karakter telah diimplementasikan oleh masyarakat dalam wujud pendidikan agama serta moral pada sekolahan maupun pesantren sejak sebelum kemerdekaan. Secara hukum pendidikan karakter hadir setelah kemerdekaan dengan ditandai terbentuknya lima asas Pancasila. Tahun 1946 Pasca Kemerdekaan, pendidikan karakter muncul melalui Lembaga Pendidikan Taman Siswa dengan pelapornya KI Hadjar Dewantara. Dikenal adanya Panca Dharma berisi tentang kodrat alam, kemerdekaan, kebudayaan, kebangsaan serta kemanusiaan. Ki Hadjar
Pendidikan Karakter 3 Dewantara ketika itu memberikan pengertian bahwa pendidikan adalah proses pembudayaan kodrat alam dari masing-masing individu disertai dengan kemampuannya bertahan hidup dengan tujuan untuk mencapai kemerdekaan lahir batin guna mendapatkan keselamatan, kenyamanan, keamanan serta kebahagiaan. Asas pendidikan Taman siswa yang diciptakan oleh Dewantara berkeinginan memberikan pendidikan manusia bagi masyarakat Indonesia yang utuh, dimana individu mampu hidup mandiri, akuntabel, efektif serta produktif. Masyarakat termasuk peserta didik harus dibekali dasar kehidupan supaya timbul pemahaman, kepedulian, kesadaran serta komitmen tinggi mengarah kepada masyarakat yang tertib, damai dan aman (Mulyasa dan Ispurwanti, 2011: 7). Pada ranah kebijakan nasional telah ditetapkan jika pembangunan karakter menjadi kebutuhan asasi pada proses bernegara serta berbangsa. Tekad membentuk pembangunan karakter bangsa menjadi bahan utama yang harus ada dan tidak terpisahkan dari pembangunan nasional sudah terbentuk sejak awal kemerdekaan Indonesia. Lebih jauh lagi secara langsung pendidikan karakter menjadi amanat Undang-undang Tahun 2003 Nomor 23 pasal 3 yang berisi tentang sistem pendidikan nasional. Arah serta kebijakan prioritas pendidikan karakter menjadikan pendidikan karakter sebagai bagian satu kesatuan upaya pewujudan visi pembangunan nasional terangkum pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang pada tahun 2005 dimana pendidikan karakter selaras dengan prioritas pendidikan nasional, hal ini bisa dilihat dari standar Kompentesi Lulusan (SKL) pada tiap tingkatan pendidikan. Sebagaimana dipahami untuk pemantauan pelaksanaan pendidikan dan pengukuran ketercapaian kompetensi yang hendak diraih pada setiap
4 Pendidikan Karakter tingkatan pendidikan telah disahkan Pernmendiknas Tahun 2006 Nomor 23 tentang standar Kompetensi Lulusan (SKL). Bila dikaji mendalam, sesungguhnya hampir pada setiap Sekolah dasar/Madrasah ibtidaiyah, sekolah menangah pertama/Madrasah Tsanawiyah, sekolah menangah atas/Mandrasah aliyah, menciptakan substansi karakter dan nilai. Berikutnya, tahun 2010 bisa disebut sebagai tahun pendidikan karakter dimana mulai tahun ini yakni bulan Januari tanggal 12 tahun 2010, Kemendikbud selaku perwakilan pemerintah sudah mengumumkan program ‚Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa‛ menjadi gerakan nasional. Waktu yang tepat ini dimanfaatkan untuk penguatan pendidikan karakter pada era reformasi sehingga pendidikan karakter memperoleh posisi strategis. Pemerintah telah menawarkan program penguatan pendidikan karakter (PPK) sebagai upaya meningkatkan karakter bangsa Indonesia terkhususnya bagi pemuda dalam dunia pendidikan agar mampu mempertajam, olah hati (spiritual dan etik), olah pikir (literasi), olah raga (kinestetik) serta olah rasa (estetik). B. Pengertian Pendidikan Karakter Pendidikan karakter berasal dari gabungan dua kata yakni pendidikan dan karakter. Pada sub bab ini akan dibahas masing-masing pengertian pendidikan dan karakter. John Dewey (Salahudin dan Erwanto, 2013) didefinisikan pendidikan sebagai usaha membentuk kompetensi dasar yang pokok berkenaan dengan kekuatan daya intelektual maupun kekuatan emosional yang mengarah pada karakter baik manusia serta sesamanya.
Pendidikan Karakter 5 Menurut Furqon (2010) karakter merupakan kekuatan mental dan moral atau kualitas akhlak budi pekerti individu berkenaan dengan kepribadian khususnya yang menjadi penggerak dan pendorong individu dan menjadi pembeda antar individu. Individu yang sukses memfilter nilai serta keyakinan yang disetujui dalam masyarakat dan diimplementasikan menjadi kekuatan moral di kehidupannya dapat disebut sebagai individu yang berkarakter. Karakter merupakan integrasi moral, etika, serta akhlak. Moral sendiri cenderung mengarah pada kualitas perbuatan, tindakan dan perilaku manusia yang baik maupun yang buruk, bermakna pula tentang benar atau salahnya suatu tindakan. Sebaliknya, etika memberi penilaian berkaitan dengan kebaikan dan keburukan yang didasarkan pada aturan yang ada di lingkungan tertentu, sedangkan akhlak merupakan tatanan tentang hakikat dalam diri manusia berkenaan dengan keyakinan bahwa baik dan buruk itu ada. Karakater manusia menurut Djohar, (2011) terbentuk dari: (1) modal budaya yang diwariskan sedari kecil; (2) dampak lingkungannya; dan (3) kemampuan peresponan setiap manusia dari dampak lingkungannya. Berkowitz & Bier, (2005) menjelaskan bahwa pendidikan karakter merupakan sebuah konsep yang berupaya mencetak iklim pendidikan yang mengarah pada pembangunan etika dengan penuh pertanggungjawaban dan nilai positif secara universal. Menurut T. Ramli, pendidikan karakter bermakna sama dengan pendidikan moral serta akhlak (Kemendiknas, 2010). Senada dengan pendapat Zubaedi (2011) pendidikan karakter didefinisikan menjadi upaya menanamkan kecerdasan berfikir, penghayatan bersikap, serta pengamalan terhadap kesesuaian perilaku dengan nilai luhur yang menjadi jati diri bangsa, yang terwujud dari interaksi individu dengan
6 Pendidikan Karakter Tuhannya, diri sendiri, masyarakat serta lingkungannya. Koesoema (2010) menjelaskan jika pendidikan karakter merupakan upaya yang dijalankan secara individual ataupun sosial untuk penciptaan kondusifitas lingkungan bagi pertumbuhan kebebasan personal individu. Dengan demikian pendidikan karakter merupakan upaya yang dilakukan dalam rangka penanaman kecerdasan dalam berfikir, bentuk sikap penghayatan dan pengamalan dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi dalam kehidupan terhadap sesama, beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. C. Ciri Dasar Pendidikan Karakter Menurut Foerster dalam Majid (2010) menjelaskan bahwa terdeapat empat ciri utama pendidikan karakter, yakni: 1. Keteraturan interior mencerminkan pengukuran tindakan dengan dasar hirarki nilai. Nilai menjadi pedoman dalam tindakan dan bersifat normatif; 2. Koherensi adalah keberanian dalam diri individu untuk bersikap tegas dalam mengambil tindakan serta tidak labil dalam menghadapai berbagai kondisi yang baru. Koherensi menjadi pondasi pembangunan rasa kepercayaan antar individu. Jika koherensi tidak ada maka kredibilitas individu akan mengalami keruntuhan; 3. Otonomi merupakan pengintegrasian berbagai aturan luar menjadi nilai internal diri individu. Hal ini berkaitan dengan penilaian keputusan pribadi tanpa intervensi orang lain; 4. Keteguhan serta kesetiaan. Keteguhan berkaitan dengan daya tahan individu dalam pengontrolan diri untuk
Pendidikan Karakter 7 memenuhi keinginan yang dianggapnya baik. Kesetiaan menjadi dasar bukti penghormatan dari komitmen yang telah dipilih. D. Tujuan Pendidikan Karakter Pendidikan karakter menjadi hal yang perlu dikembangkan dan diinternalisasikan dalam dunia pendidikan formal serta pendidikan non formal. Hal ini bukan tanpa alasan, pendidikan karakter bertujuan mulia untuk menjadi bekal kehidupan peserta didik supaya selalu siap dalam peresponan dinamika kehidupan secara tanggung jawab. Tujuan dari Pendidikan karakter di sekolah menurut Wiyani (2013) antara lain: 1. Penguatan dan pengembangan nilai-nilai kehidupan yang penting untuk perkembangan kepribadian yang dimiliki oleh peserta didik sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan. Tujuannya adalah memberikan fasilitas penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu agar tertanam dalam perilaku anak ketika di sekolah hingga lulus nanti. 2. Pengkoreksian perilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dibentuk oleh sekolah. Tujuan ini bermakna jika pendidikan karakter memiliki tujuan untuk meluruskan perilaku negatif anak menjadi positif. 3. Pembangunan koneksi harmoni dengan keluarga serta masyarakat untuk pemeranan tanggung jawab karakter bersama. Tujuan ini memiliki makna bahwa karakter di sekolah. Secara umum Asmani (2011) menjelaskan bahwa pendidikan karakter memiliki tujuan untuk perbaikan kualitas hasil dan penyelenggaraan pendidikan di sekolah dengan
8 Pendidikan Karakter maksud pengarahan pada keberhasilan membentuk karakter serta akhlak mulia peserta didik secara terpadu, utuh serta seimbang. Pendidikan karakter memiliki empat tujuan, diantaranya: 1. Pengembangan potensi afektif peserta didik menjadi manusia sekaligus warga negara dengan nilai budaya dan karakter bangsa. 2. Pengembangan perilaku kebiasaan yang terpuji dan sesuai dengan nilai universal pada peserta didik. 3. Pengembangan kemampaun untuk dapat kreatif, mandiri serta berwawasan kebangsaan. 4. Pengembangan lingkungan sekolah menjadi lingkungan belajar yang jujur , aman, dan kreatif serta persahabatan dengan rasa kebangsaan yang tinggi yang penuh kekuatan Pendidikan karakter multlak diselenggarakan diber-bagai tingkatan pendidikan dimanapun. Dengan demikian pendidikan menjadi pilar utama pertumbuhan dan perkembangan generasi muda di Indonesia. E. Nilai-nilai Pendidikan Karakter Pengembangan nilai-nilai karakter di Indonesia bersumber dari, Pancasila, agama, tujuan pendidikan nasional serta budaya yaitu: 1. cinta damai, yaitu pemikiran dan cara bersikap dan bertindak dalam merefleksikan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa
Pendidikan Karakter 9 2. disiplin, perilaku mentaati peraturan dan berbagai ketentuan serta aturan yang ada 3. kerja keras, yaitu tindakan yang merefleksikan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya 4. jujur, yaitu tindakan dan ucapan yang selalu berdasarkan pada fakta tanpa memberikan tambahan di luar konteks fakta sehingga individu mampu dipercaya oleh individu lainnya 5. toleransi, yaitu cara bertindak dan bersikap dalam menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. 6. rasa ingin tahu, yaitu cara bersikap dan bertindak untuk selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar 7. semangat kebangsaan, yaitu berkenaan dengan pikiran dan tindakan yang berwawasan kepentingan kebangsaan diatas kepentingan individual ataupun golongan 8. gemar membaca, kebiasaan penyediaan waktu untuk melakukan aktivitas membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya 9. kreatif, pikiran dan tindakan untuk menghasilkan sesuatu yang baru dari yang sudah ada 10. mandiri, pikiran dan tindakan yang mencerminkan kemampuan untuk berusaha sendiri tanpa menggantungkan diri pada orang lain 11. cinta tanah air, pikiran, sikap, dan tindakan yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan
10 Pendidikan Karakter yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa 12. peduli sosial, ketulusan dan rasa empati seseorang terhadap orang lain sehingga selalu merasa perlu membantu orang lain ataupun masyarat yang membutuhkan 13. menghargai prestasi, cara berpikir dan bersikap untuk mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. 14. religius, kepatuhan terhadap perintah Tuhan dan ajaran dari masing-masing agama yang dianutnya. 15. demokratis, kesataraan terhadap hak dan kewajiban dari masing-masing individu 16. peduli lingkungan, kesadaran terhadap urgensi kelestarian lingkungan sehingga selalu berupaya untuk terus menjaga lingkungan agar tidak rusak. 17. bersahabat/komunikatif, tindakan yang selalu terbuka untuk berbagai interaksi dengan individu lain sehingga senang untuk bergaul dan bekerjasama dengan pihak lain 18. tanggung jawab, kesadaran diri untuk melakukan kewajiban dan tugasnya terhadap Tuhannya, lingkungan maupun dengan sesama manusia(Puskurbuk, 2011: 3).
Pendidikan Karakter 11 LINGKUNGAN AWAL PEMBENTUKAN KARAKTER DALAM perjalanan hidup setiap individu, lingkungan awal pembentukan karakter memegang peranan penting sebagai landasan bagi perkembangan pribadi yang holistik. Karakter seseorang tidak hanya mencakup aspek moral, tetapi juga melibatkan nilai-nilai, sikap, dan keterampilan yang membentuk identitasnya. Sebagai dosen yang berkomitmen untuk memahami dan membimbing mahasiswa dalam perjalanan pendidikan
12 Pendidikan Karakter mereka, pemahaman mendalam tentang bagaimana lingkungan awal berkontribusi terhadap pembentukan karakter menjadi kunci utama. Lingkungan awal mencakup berbagai faktor, mulai dari keluarga, teman sebaya, pendidikan formal, hingga pengalaman hidup. Keluarga, sebagai unit sosial pertama yang dihadapi oleh individu, memainkan peran sentral dalam membentuk dasar karakter. Nilai-nilai dan norma-norma yang diterapkan di dalam lingkungan keluarga menjadi pilar utama yang membimbing individu dalam memahami etika dan moralitas. Saling pengertian, dukungan emosional, dan interaksi yang positif dalam keluarga menciptakan landasan yang kokoh bagi perkembangan karakter yang sehat. Pendidikan formal di lembaga-lembaga seperti sekolah dan perguruan tinggi juga memiliki dampak signifikan terhadap pembentukan karakter. Melalui kurikulum yang dirancang dengan cermat, serta interaksi dengan rekan sekelas dan pendidik, individu dapat mengasah nilai-nilai intelektual dan moral mereka. Kehidupan di lingkungan akademis dapat menjadi wadah bagi perkembangan kepemimpinan, etika kerja, dan kemampuan interpersonal. A. Kajian Teori Kajian teori untuk materi "Lingkungan Awal Pembentukan Karakter" dapat mencakup berbagai aspek yang relevan untuk pemahaman dan analisis masalah ini. Teori-teori ini dapat membantu dalam mengidentifikasi akar permasalahan, mengevaluasi potensi solusi dan merancang strategi perbaikan dalam menghadapi tantangan pendidikan masa kini di Indonesia. Selain itu penelitian empiris dan data
Pendidikan Karakter 13 aktual dapat digunakan untuk mendukung dan menguji teoriteori ini dalam konteks pendidikan Indonesia. Berikut adalah beberapa teori dan kerangka kerja yang dapat digunakan dalam kajian teori tersebut 1. Perkembangan anak, konsep teori ini menyajikan informasi komprehensif mengenai perkembangan anak, termasuk bagaimana lingkungan awal berkontribusi pada pembentukan karakter (Santrock, 2011). 2. Psikologi Perkembangan, konsep psikologi perkembangan dengan fokus pada pengaruh lingkungan terhadap pembentukan karakter individu (Sunaryo, 2014). 3. Perkembangan Psikologi Anak dan Remaja, membahas perkembangan psikologi anak dan remaja dengan mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan yang memengaruhi karakter (Smet,2014). 4. Psikologi Pendidikan, konsep psikologi pendidikan karakter dengan penekanan pada peran lingkungan awal dalam membentuk nilai dan sikap positif (Yunanto & Fauziah, 2019). 5. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, konsep perkembangan anak dan remaja dengan penekanan pada interaksi dengan lingkungan sekitar (Supratiknya,2013). 6. Teori Psikologi Pendidikan, konsep psikologi pendidikan dengan fokus pada pembentukan karakter melalui pendidikan formal dan interaksi sosial di sekolah (Nugroho,2017). B. Peran Orang Tua dalam Pembentukan Karakter Anak Pola asuh dan strategi orang tua sangat penting untuk membangun karakter anak dan membangun prinsip dan
14 Pendidikan Karakter moral yang mereka anut. Pendekatan orang tua dalam mendidik anak-anak mereka juga termasuk pola asuh, yang mencakup elemen seperti responsivitas, kontrol, dan keterlibatan (Darling & Steinberg, 1993). Pola asuh yang mendukung, seperti pola asuh demokratis yang melibatkan anak-anak dalam pengambilan keputusan, cenderung menghasilkan lingkungan yang mendukung pertumbuhan karakter yang baik. Sebaliknya, pola asuh otoriter yang ketat dapat membuat anak-anak kurang mandiri atau mungkin memberontak (Baumrind, 1991). Orang tua memainkan peran penting dalam membangun moral dan nilai anak. Orang tua yang terlibat secara aktif dalam kehidupan anak mereka dan menunjukkan perilaku moral juga memainkan peran penting dalam pembentukan nilai dan etika anak. Rasa keamanan dan kepercayaan yang dihasilkan dari keterlibatan positif dan dukungan emosional yang terus menerus membentuk dasar integritas karakter (Bowlby, 1988). Dampak keterlibatan orang tua pada nilai dan etika anak dapat dilihat dalam berbagai hal, seperti cara mereka menangani konflik dan membuat keputusan moral. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kochanska dan Aksan (1995), anak-anak dengan hubungan yang kuat dengan orang tua mereka cenderung memiliki rasa tanggung jawab sosial dan kepatuhan yang lebih tinggi. C. Pengaruh Lingkungan Sekolah terhadap Karakter Siswa Salah satu elemen penting dalam memahami bagaimana lingkungan sekolah mempengaruhi karakter siswa adalah budaya sekolah, kebijakan pendidikan yang diterapkan, dan
Pendidikan Karakter 15 kualitas hubungan antara guru dan siswa. Pembentukan karakter siswa dapat dipengaruhi secara positif dengan penerapan pendekatan pendidikan karakter dalam kurikulum dan metode pengajaran. Sekolah yang memiliki nilai-nilai positif seperti kerja sama, kejujuran, dan rasa tanggung jawab dapat memengaruhi perilaku dan sikap siswa (Lickona, 1991). Selain itu, kualitas hubungan interpersonal yang ada antara guru dan siswa sangat penting. Guru yang menunjukkan contoh yang baik dan memberikan dukungan emosional dapat membantu menentukan sikap sosial dan moral siswa (Jones & Bouffard, 2012). Kebijakan dan program pendidikan karakter di sekolah dapat memberikan arahan dan landasan yang kuat untuk pertumbuhan karakter siswa. Program-program ini dapat mencakup kegiatan ekstrakurikuler, pengembangan keterampilan sosial, dan penguatan nilai-nilai moral. Pendidikan karakter yang terintegrasi juga dapat membantu siswa menghadapi tantangan sosial dan moral di sekolah (Berkowitz & Bier, 2004). D. Dinamika Interaksi Teman Sebaya dan Pembentukan Karakter Terutama selama tahap perkembangan anak dan remaja, dinamika interaksi teman sebaya memainkan peran penting dalam pembentukan karakter individu. Sekolah seseorang dapat sangat memengaruhi sikap, nilai, dan perilaku mereka. Teori pembelajaran sosial Bandura (1977) menyatakan bahwa orang belajar melalui pengamatan dan peniruan. Interaksi teman sebaya membentuk lingkungan sosial yang memudahkan proses ini.
16 Pendidikan Karakter Individu yang berada dalam kelompok teman sebaya dapat mengalami tekanan untuk berperilaku sesuai dengan norma-norma sosial yang berlaku di antara anggota kelompok tersebut. Menurut Berndt (2002), kelompok teman sebaya dapat memainkan peran penting dalam sosialisasi karena mereka membentuk preferensi dan kepercayaan yang dapat mempengaruhi karakter seseorang. Oleh karena itu, sifat kelompok teman sebaya dapat mencerminkan sifat individu. Selain itu, interaksi dengan teman sebaya dapat meningkatkan keterampilan interpersonal, empati, dan keterampilan sosial seseorang. Hubungan yang positif dengan teman sebaya juga dapat meningkatkan pengalaman sosial seseorang dan membantu mereka berkomunikasi dan bekerja sama (Bukowski et al., 2018). E. Pengaruh Pengalaman Hidup terhadap Karakter Pengalaman hidup sangat memengaruhi karakter seseorang. Setiap peristiwa, baik itu positif maupun negatif, dapat memengaruhi sikap, nilai, dan perilaku seseorang secara signifikan. Pengalaman hidup yang signifikan, menurut teori perkembangan psikologis, dapat membentuk identitas dan memengaruhi respons terhadap situasi tertentu (Erikson, 1959). Pengalaman hidup yang positif, seperti keberhasilan, dukungan emosional, dan hubungan interpersonal yang memuaskan, dapat membentuk karakter dengan meningkatkan nilai-nilai positif seperti rasa percaya diri, empati, dan keterampilan interpersonal (Peterson & Seligman, 2004). Sebaliknya, pengalaman hidup yang sulit atau traumatis, seperti kehilangan, konflik, atau kegagalan, dapat menimbul-
Pendidikan Karakter 17 kan tantangan dan memengaruhi perkembangan karakter dengan menimbulkan ketahanan dan F. Peran Keluarga sebagai Fondasi Karakter Sebagai dasar pembentukan karakter individu, peran keluarga memiliki dampak yang sangat besar. Keluarga adalah tempat di mana norma, nilai, dan etika diperkenalkan dan ditanamkan. Pada tingkat ini, anak-anak secara aktif belajar dengan melihat bagaimana orang tua mereka dan anggota keluarga lainnya bertindak. Keluarga adalah sistem mikro pertama yang memiliki pengaruh langsung terhadap perkembangan individu, menurut teori ekologi sistem Bronfenbrenner (1979). Dalam hal ini, pola asuh dan pendekatan orang tua sangat penting dalam membentuk karakter anak-anak. Keluarga yang berhasil menciptakan lingkungan yang stabil, penuh kasih sayang, dan mendukung dapat mendorong pertumbuhan karakter yang positif (Darling & Steinberg, 1993). Orang tua yang menunjukkan perilaku moral, mengajarkan empati, dan mendorong tanggung jawab dapat membentuk dasar kuat dalam membentuk anak. Keluarga juga memainkan peran utama dalam membentuk etika dan nilai-nilai yang mengarahkan hidup seseorang. Studi menunjukkan bahwa nilai-nilai keluarga dapat memengaruhi sikap dan perilaku anak sepanjang hidup mereka. Keluarga menjadi agen sosialisasi pertama yang membentuk pandangan dunia dan sikap moral. Sangat penting bagi anggota keluarga untuk berkomunikasi secara terbuka, mendukung kemajuan pribadi, dan memberikan dukungan emosional dalam upaya menciptakan lingkungan keluarga yang mendukung pembentukan
18 Pendidikan Karakter karakter yang positif (Benson et al., 2006). Fakta bahwa keluarga memainkan peran penting dalam pembentukan karakter juga dapat memengaruhi upaya pendidikan karakter di tingkat individu dan masyarakat. G. Analisis Faktor Lingkungan Terkait Pembentukan Karakter Untuk memahami pengaruh lingkungan terhadap perkembangan individu, penting untuk mengidentifikasi faktor lingkungan yang paling berpengaruh dalam membentuk karakter seseorang. Peran keluarga, sekolah, teman sebaya, dan pengalaman hidup adalah beberapa faktor lingkungan yang dapat memiliki dampak signifikan. 1. Peran Keluarga: Keluarga adalah lingkungan utama di mana individu pertama kali terpapar nilai-nilai, norma, dan pola asuh. Model peran orang tua, dinamika keluarga, dan kualitas hubungan orang tua-anak dapat membentuk dasar karakter anak (Darling & Steinberg, 1993). 2. Lingkungan Sekolah: Sekolah memiliki peran dalam membentuk karakter melalui budaya sekolah, kebijakan pendidikan, dan interaksi guru-siswa. Program pendidikan karakter yang terintegrasi dalam kurikulum sekolah dapat memberikan panduan nilai moral kepada siswa (Berkowitz & Bier, 2004). 3. Interaksi Teman Sebaya: Perilaku dan norma sosial yang diterapkan individu dipengaruhi oleh dinamika interaksi mereka dengan teman sebaya mereka. Teman sebaya dapat berfungsi sebagai faktor sosialisasi yang kuat dalam pembentukan karakter mereka (Berndt, 2002). 4. Pengalaman Hidup: Pengalaman hidup, baik positif maupun negatif, sangat memengaruhi pembentukan
Pendidikan Karakter 19 karakter. Tingkat resistensi dan penyesuaian seseorang dapat dipengaruhi oleh pengalaman hidup yang traumatis atau penuh tantangan (Masten, 2001). H. Studi Kasus tentang Lingkungan Awal dan Karakter Kita dapat melihat kasus nyata yang menunjukkan pengaruh besar dari pengalaman awal seseorang pada pembentukan karakter mereka sebagai contoh pengaruh lingkungan awal mereka pada pembentukan karakter mereka. Seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga dengan pola asuh yang otoriter dan kurangnya dukungan emosional dapat dianggap sebagai contoh. Karena mereka tidak memiliki banyak waktu untuk mengeksplorasi dan membuat keputusan sendiri, anak-anak ini mungkin mengalami kesulitan untuk menumbuhkan rasa inisiatif dan kepercayaan diri. Teori perkembangan psikologis yang dijelaskan oleh Erikson (1959), yang menekankan betapa pentingnya memberikan anak pengalaman positif dan dukungan emosional untuk mengatasi tahap-tahap perkembangan, mencerminkan studi kasus ini. Dengan demikian, anak tersebut mungkin menghadapi kesulitan dalam membangun sifat yang mandiri dan percaya diri. Studi seperti ini dapat berkontribusi pada peraturan dan praktik di bidang pendidikan dan pelayanan anak. Misalnya, pendekatan pencegahan yang berpusat pada dukungan keluarga dan pelatihan keterampilan pengasuh dapat membantu mengubah gaya pengasuhan yang mungkin tidak mendukung pembentukan karakter yang positif. Program pendidikan karakter di sekolah juga dapat memberikan sumber daya dan panduan nilai-nilai moral
20 Pendidikan Karakter yang mungkin kurang diterapkan di lingkungan awal. Program seperti ini dapat memperkuat keterampilan sosial dan emosional siswa dan memberikan landasan bagi karakter yang tangguh (Berkowitz & Bier, 2004). I. Keterkaitan Antara Lingkungan Awal dan Perkembangan Psikologis Sangat penting untuk memahami perkembangan pribadi bagaimana hubungan antara pembentukan karakter dan komponen psikologis seseorang. Beberapa komponen psikologis, seperti kecerdasan emosional, temperamen, dan tingkat kemandirian, dapat memengaruhi cara seseorang merespon lingkungan awal mereka. Kecerdasan emosional adalah komponen psikologis yang terkait. Kecerdasan emosional tinggi mungkin lebih mampu mengelola emosi mereka dengan baik, membangun hubungan positif dengan orang lain, dan merespons lingkungan baru dengan seimbang (Salovey & Mayer, 1990). Kemampuan ini dapat membantu membangun karakter yang kuat, seperti empati dan pemahaman moral. Bagaimana seseorang bertindak terhadap lingkungan mereka juga dipengaruhi oleh kebiasaan mereka. Sebagai contoh, anak-anak yang mudah beradaptasi mungkin lebih terbuka untuk pengalaman positif di lingkungan awal. Sebaliknya, anak-anak yang temperamental mungkin membutuhkan pendekatan yang berbeda untuk membangun karakter yang positif (Rothbart & Bates, 2006).
Pendidikan Karakter 21 J. Implikasi Pendidikan dan Pengembangan Karakter Penelitian ini memberikan dasar yang berharga untuk membuat intervensi pendidikan yang dapat meningkatkan pembentukan karakter individu. Dengan memahami komponen penting yang memengaruhi pembentukan karakter, pendidik dan pembuat kebijakan dapat mengambil tindakan nyata untuk membuat lingkungan yang mendukung perkembangan karakter yang positif. Mengintegrasikan program pendidikan karakter ke dalam kurikulum sekolah dapat membantu peningkatan pembentukan karakter melalui intervensi pendidikan. Program-program ini dapat dirancang untuk membantu siswa memahami nilai-nilai moral, etika, dan keterampilan sosial yang lebih baik (Berkowitz & Bier, 2004). Selain itu, guru dapat berkonsentrasi pada pengembangan keterampilan sosial dan emosional, seperti kemampuan berempati dan kecerdasan emosional. Melibatkan siswa dalam kegiatan yang menumbuhkan rasa empati dan kerja sama dapat membentuk fondasi yang kuat untuk pembentukan karakter yang positif (Jones & Bouffard, 2012). Keterlibatan orang tua dalam proses pembentukan karakter sangat penting. Program komunikasi dan pelibatan orang tua dalam kegiatan pendidikan karakter dapat meningkatkan kerja sama sekolah-keluarga (Lickona, 1991).
22 Pendidikan Karakter PENDIDIKAN KARAKTER SOLUSI MENGHADAPI KRISIS INDONESIA perlu mendapatkan perhatian khusus terkait karakter, karena karakter memiliki peran penting dalam menentukan kualitas moral dan arah setiap generasi, terutama generasi muda dalam pengambilan keputusan dan perilaku mereka. Pembentukan karakter merupakan bagian integral yang perlu dibangun, sehingga generasi muda dapat memiliki sikap dan pola pikir yang didasarkan pada moral yang kuat dan benar. Menurut Menteri Pendidikan Mohammad Nuh, pendidikan
Pendidikan Karakter 23 karakter seharusnya berfokus pada nilai-nilai seperti pemikiran, perasaan, aktivitas fisik, dan kesadaran, serta kreativitas. Beliau menekankan bahwa pendidikan karakter harus dilaksanakan secara menyeluruh dan integral, tidak hanya di lingkungan sekolah, tetapi juga di rumah dan masyarakat sekitarnya. Nilainilai agama dan budaya yang hidup dan berkembang dalam masyarakat dianggap sebagai sumber nilai yang harus terusmenerus dikembangkan. Pendidikan menjadi karakter solusi penting dalam menghadapi krisis. Membangun landasan moral dan etika pada individu dapat membantu mereka mengatasi tantangan dengan bijaksana dan bertanggung jawab. Karakter yang kuat, seperti integritas, kejujuran, dan empati, menjadi landasan untuk mengatasi krisis dengan solidaritas dan kepemimpinan. Dengan demikian, karakter pendidikan tidak hanya membentuk individu yang kompeten secara akademis, tetapi juga membekali mereka dengan nilai-nilai yang diperlukan untuk menangani masalah dan tekanan. A. Karakter Kuat untuk Krisis Karakter yang kuat merupakan kunci untuk menghadapi krisis. Karakter yang kuat mencakup beberapa hal seperti: 1. Integritas Integritas adalah kualitas yang melekat pada seseorang yang memiliki sifat jujur, lurus hati, dan setia pada prinsip. Orang yang berintegritas memiliki nilainilai moral yang kuat dan selalu berusaha untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai tersebut, meskipun ada tekanan untuk melakukan sebaliknya.
24 Pendidikan Karakter Integritas dapat diartikan sebagai kesatuan antara pikiran, perkataan, dan perbuatan. Orang yang berintegritas memiliki kesesuaian antara apa yang pikirkan, katakan, serta lakukan. Misalnya, jika seseorang mengatakan bahwa ia jujur, maka ia juga harus bertindak jujur dalam kehidupan sehari-hari. Pendapat Ahli (Covey, 1989) berpendapat bahwa integritas adalah fondasi dari karakter yang kuat. Ia mengatakan bahwa "integritas adalah kekuatan moral yang menyatukan pikiran, perkataan, dan perbuatan." Selaini itu (Maxwell, 1998) integritas adalah kunci untuk membangun kepercayaan. Ia mengatakan bahwa "jika Anda ingin membangun kepercayaan, Anda harus memiliki integritas." Selanjutnya menurut (Drucker, 1967) berpendapat bahwa integritas adalah kunci untuk kesuksesan. Ia mengatakan bahwa "integritas adalah dasar dari semua kesuksesan." Dengan demikian, integritas bukan sekedar nilainilai moral, tetapi juga dasar untuk membangun kepercayaan dan mencapai kesuksesan dalam kehidupan. Secara keseluruhan, integritas membentuk landasan yang kuat bagi karakter yang tangguh dan dapat diandalkan dalam menghadapi berbagai situasi, termasuk krisis 2. Empati Empati adalah kemampuan untuk memahami dan mengalami secara emosional perasaan orang lain. Seseorang yang memiliki empati mampu merasakan dan memahami apa yang dirasakan orang lain, baik secara fisik maupun emosional. Definisi empati mencakup kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang
Pendidikan Karakter 25 lain, memandang dunia dari perspektif mereka, dan memahami perasaan yang mereka alami. Selain itu, empati juga mencakup kemampuan untuk merasakan penderitaan orang lain, seperti kesedihan, kemarahan, atau ketakutan yang mereka alami. Sejalan dengan itu menurut (Goleman, 1995) berpendapat bahwa empati adalah salah satu komponen utama dari kecerdasan emosional. Ia mengatakan bahwa "empati adalah kemampuan untuk merasakan emosi orang lain dan memahami perspektif mereka." Selanjutnya (Gilligan, 1982) ahli psikologi perkembangan, berpendapat bahwa empati adalah dasar dari moralitas. Ia mengatakan bahwa "empati adalah kemampuan untuk memahami dan menanggapi kebutuhan orang lain." Selain itu menurut (Buber, 1958) empati adalah esensi dari hubungan manusia. Ia mengatakan bahwa "empati adalah kemampuan untuk memasuki dunia orang lain dan melihat dunia dari sudut pandang mereka." Berdasarkan definisi dan pandangan para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa empati adalah kemampuan penting untuk memahami dan merasakan perasaan orang lain. Individu yang memiliki empati mampu menempatkan dirinya pada posisi orang lain, melihat dunia dari sudut pandangnya, dan merasakan emosi yang alami B. Solidaritas dalam Kepemimpinan 1. Solidaritas Solidaritas adalah perasaan kebersamaan, rasa senasib sepenanggungan, dan kepedulian terhadap
26 Pendidikan Karakter orang lain yang membutuhkan bantuan. Solidaritas dapat muncul dalam berbagai bentuk, misalnya dalam bentuk bantuan materi, dukungan moral, atau tindakan nyata untuk membantu orang lain. Menurut pandangan (Durkheim, 1984) berpendapat bahwa solidaritas adalah dasar dari masyarakat. Ia mengatakan bahwa "solidaritas adalah apa yang menyatukan orang-orang dalam suatu masyarakat.", selanjutnya menurut (Mead, 1934) berpendapat bahwa solidaritas adalah hasil dari interaksi sosial. Ia mengatakan bahwa "solidaritas adalah perasaan saling membutuhkan dan keterikatan yang muncul dari interaksi sosial."dan menurut (Marx, 1963) berpendapat bahwa solidaritas adalah dasar dari perubahan sosial. Ia mengatakan bahwa "solidaritas adalah kekuatan yang dapat digunakan untuk mengubah masyarakat." Secara keseluruhan, pandangan para ahli ini menegaskan bahwa solidaritas bukan hanya sekedar elemen penghubung dalam masyarakat, tetapi juga merupakan kekuatan dinamis yang dapat mempengaruhi perubahan dan keseimbangan sosial 2. Kempemimpinan Kepemimpinan merujuk pada keterampilan untuk memengaruhi individu lain guna mencapai tujuan bersama, dan pemimpin adalah sosok yang memiliki keterampilan tersebut. Selain itu, kepemimpinan juga mencakup kemampuan dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah, yang menjadi karakteristik seorang pemimpin. Banyak pakar meyakini bahwa kepemimpinan merupakan salah satu keterampilan penting yang harus
Pendidikan Karakter 27 dimiliki oleh setiap individu. Menurut (Maxwell, 1998), kepemimpinan adalah keterampilan untuk memengaruhi orang lain, di mana ia mengungkapkan bahwa "kepemimpinan adalah seni memengaruhi orang lain agar melaksanakan apa yang ingin Anda lakukan." Sebaliknya, (Covey, 1989) memiliki pandangan berbeda, dengan mengatakan bahwa kepemimpinan adalah keterampilan untuk membangun hubungan. Ia menjelaskan bahwa "kepemimpinan adalah keterampilan untuk membentuk hubungan yang kuat dengan orang lain." Seorang pemimpin perlu memiliki beberapa karakteristik yang penting, antara lain; a) Integritas. Pemimpin harus memiliki integritas yang tinggi, yaitu bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang diyakininya; b) Empati. Pemimpin harus memiliki empati, yaitu mampu memahami dan merasakan perasaan orang lain; c) Visi. Pemimpin harus memiliki visi yang jelas tentang masa depan yang ingin dicapainya; d) Kemampuan komunikasi. Pemimpin harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik, baik secara verbal maupun nonverbal; e) Kemampuan pengambilan keputusan. Pemimpin harus memiliki kemampuan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat; f) Kemampuan memecahkan masalah. Pemimpin harus memiliki kemampuan memecahkan masalah yang efektif; g) Kemampuan motivasi. Pemimpin harus memiliki kemampuan motivasi yang tinggi, yaitu mampu memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Dengan kata lain, seorang pemimpin tidak hanya harus memiliki keterampilan praktis dalam memimpin, tetapi juga membangun dasar moral yang kuat dan hubungan yang erat dengan anggota organisasi. Secara
28 Pendidikan Karakter keseluruhan, kepemimpinan mencakup kombinasi keterampilan interpersonal, moralitas, dan strategi untuk mencapai tujuan bersama. C. Penanaman Tanggung Jawab 1. Tanggung Jawab Pribadi Tanggung jawab pribadi adalah kesadaran dan kemampuan seseorang untuk memenuhi kewajiban dan tugasnya sebagai individu. Ini adalah karakteristik esensial yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang. Tanggung jawab pribadi dapat diartikan sebagai kesadaran untuk menunaikan kewajiban dan tugas yang menjadi tanggung jawab seseorang. Ini juga mencakup kemampuan untuk melaksanakan tugas tersebut secara efektif. Lingkup tanggung jawab pribadi melibatkan berbagai aspek kehidupan, termasuk kehidupan pribadi, interaksi sosial, dan partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam ranah kehidupan pribadi, tanggung jawab pribadi mencakup kewajiban terhadap diri sendiri, keluarga, dan orang lain. Kewajiban terhadap diri sendiri melibatkan pemenuhan kebutuhan dasar, menjaga kesehatan, dan mengembangkan potensi diri. Tanggung jawab terhadap keluarga mencakup kewajiban untuk menghormati orang tua, memberikan bantuan kepada mereka, dan menjaga reputasi keluarga. Sementara tanggung jawab terhadap orang lain mencakup kewajiban untuk menghormati dan membantu sesama, serta menjaga keberlanjutan lingkungan. Dalam konteks kehidupan masyarakat, tanggung jawab pribadi melibatkan patuh terhadap norma dan
Pendidikan Karakter 29 peraturan, serta berkontribusi pada ketertiban umum dan pembangunan masyarakat. Sedangkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tanggung jawab pribadi mencakup pemeliharaan kedaulatan negara, kewajiban membela negara, dan partisipasi aktif dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagian besar pakar berpendapat bahwa memiliki tanggung jawab pribadi adalah salah satu karakter krusial yang seharusnya dimiliki oleh setiap individu. Berikut adalah pendapat beberapa ahli tentang tanggung jawab pribadi menurut (Dewey, 1961) berpendapat bahwa tanggung jawab pribadi adalah dasar dari pendidikan. Ia mengatakan bahwa "pendidikan adalah proses untuk mengembangkan tanggung jawab pribadi." Seterusnya menruut (Einstein, 1954) berpendapat bahwa tanggung jawab pribadi adalah kunci untuk menciptakan dunia yang lebih baik. Ia mengatakan bahwa "jika kita ingin menciptakan dunia yang lebih baik, kita harus mulai dari diri kita sendiri." Pendapat lain (Mandela, 1994) berpendapat bahwa tanggung jawab pribadi adalah kunci untuk mencapai keadilan sosial. Ia mengatakan bahwa "kita tidak dapat mencapai keadilan sosial jika kita tidak bertanggung jawab atas tindakan kita sendiri." 2. Tanggung Jawab Sosial Tanggung jawab sosial merupakan kesadaran dan kewajiban moral setiap individu, kelompok, atau organisasi untuk berperilaku secara etis dan memikul tanggung jawab terhadap dampak yang dihasilkan terhadap masyarakat dan lingkungan. Tanggung jawab sosial dapat diartikan sebagai kesadaran untuk melaksanakan kewajiban dan tugas
30 Pendidikan Karakter yang tidak hanya terkait dengan diri sendiri, keluarga, atau kelompok, tetapi juga terkait dengan masyarakat dan lingkungan. Tanggung jawab sosial juga dapat dimaknai suatu kemampuan untuk menjalankan kewajiban dan tugas tersebut dengan baik. Tanggung jawab sosial mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari kehidupan sendiri, kehidupan bermasyarakat, hingga hidup berbangsa dan bernegara. Dalam kehidupan pribadi, tanggung jawab sosial meliputi tanggung jawab untuk menghormati hak orang lain, tanggung jawab untuk menjaga lingkungan, dan tanggung jawab untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial. Dalam kehidupan bersosial, tanggung jawab sosial mencakup kewajiban untuk patuh terhadap norma dan peraturan, menjaga ketertiban umum, dan aktif berkontribusi dalam pembangunan masyarakat. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tanggung jawab sosial meliputi tanggung jawab untuk menjaga kedaulatan negara, tanggung jawab untuk membela negara, dan tanggung jawab untuk turut serta dalam pembangunan bangsa dan negara. Tanggung jawab sosial adalah keterampilan yang dapat dipelajari dan dikembangkan. Berikut adalah beberapa cara untuk mengembangkan tanggung jawab sosial; a) Mulailah dari hal-hal kecil, mulailah mengembangkan tanggung jawab sosial dari hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari, seperti membantu orang lain, menjaga kebersihan lingkungan, dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial; b) Jadilah teladan, jadilah teladan bagi orang lain dengan menunjukkan tanggung jawab
Pendidikan Karakter 31 sosial Anda; c) Bersikaplah jujur dan adil, Bersikaplah jujur dan adil dalam semua tindakan Anda; d) Berpikirlah secara holistik, berpikirlah secara holistik dan mempertimbangkan dampak dari tindakan Anda terhadap masyarakat dan lingkungan. D. Keberlanjutan Pendidikan Karakter 1. Pembelajaran Seumur hidup Pembelajaran seumur hidup merupakan rangkaian proses belajar dan pengembangan diri yang berlangsung secara berkelanjutan sepanjang hidup. Konsep ini tidak hanya terkait dengan pembelajaran formal, melainkan juga mencakup aspek pendidikan informal dan nonformal. Pembelajaran seumur hidup mengacu pada upaya terus-menerus untuk memperoleh pengetahuan dan mengembangkan keterampilan tanpa membatasi diri pada konteks pendidikan formal saja, melainkan juga melibatkan pengalaman pendidikan informal dan nonformal. Pendidikan formal merupakan bentuk pendidikan yang diatur oleh lembaga-lembaga resmi yang memiliki akreditasi, seperti sekolah, perguruan tinggi, dan lembaga pelatihan. Pendidikan informal, sebaliknya, adalah jenis pendidikan yang tidak diselenggarakan oleh lembaga pendidikan berakreditasi, melainkan dapat diperoleh melalui berbagai sumber seperti keluarga, lingkungan masyarakat, dan media massa. Sedangkan pendidikan nonformal adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga berakreditasi, tetapi beroperasi di luar sistem pendidikan formal, seperti kursus, pelatihan, dan seminar.
32 Pendidikan Karakter Pembelajaran sepanjang hidup menjadi suatu aspek penting yang perlu diadopsi oleh setiap individu, karena memberikan sejumlah keuntungan baik bagi diri sendiri, orang lain, maupun masyarakat. Adapun manfaat pembelajaran sepanjang hidup bagi diri sendiri meliputi: a) peningkatan pengetahuan dan keterampilan, b) peningkatan daya saing, c) peluang pekerjaan yang lebih luas, dan d) peningkatan kesejahteraan. 2. Kemampuan Beradaptasi Kemampuan beradaptasi merujuk pada keterampilan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi dalam lingkungan dan situasi sekitar. Hal ini menjadi aspek penting yang seharusnya dimiliki oleh setiap individu, mengingat bahwa dunia tempat kita hidup terus mengalami transformasi. Perubahan tersebut dapat melibatkan berbagai aspek, seperti perubahan dalam konteks sosial, ekonomi, politik, teknologi, dan bidang lainnya. Ada beberapa jenis kemampuan adaptasi yang dapat dimiliki oleh seseorang, antara lain: a. Kemampuan kognitif, yaitu kemampuan untuk berpikir dan belajar. Kemampuan ini penting untuk dapat memahami perubahan dan menemukan solusi yang tepat. b. Kemampuan emosional, yaitu kemampuan untuk mengelola emosi. Kemampuan ini penting untuk dapat menghadapi stres dan tekanan yang disebabkan oleh perubahan c. Kemampuan sosial, yaitu kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan ini
Pendidikan Karakter 33 penting untuk dapat membangun hubungan yang baik dengan orang lain dalam menghadapi perubahan. Cara-cara berikut bisa menjadi acuan dalam meningkatkan cara adaptasi seseorang, antara lain: a. Terbuka terhadap perubahan. Bersikaplah terbuka terhadap perubahan dan jangan takut untuk mencoba hal-hal baru. b. Belajar dan mengembangkan diri. Teruslah belajar dan mengembangkan diri agar dapat menghadapi perubahan dengan lebih baik. c. Membangun jaringan. Memiliki jaringan yang luas dapat membantu Anda untuk mendapatkan informasi dan dukungan dalam menghadapi perubahan. d. Mengelola stres. Belajarlah untuk mengelola stres agar dapat tetap tenang dan fokus dalam menghadapi perubahan. Kemampuan beradaptasi adalah keterampilan yang penting untuk dimiliki di era yang serba berubah ini. Dengan meningkatkan kemampuan beradaptasi, kita akan dapat menghadapi perubahan dengan lebih baik dan sukses.
34 Pendidikan Karakter PERAN KELUARGA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER HAMPIR semua orang sependapat bahwa keluarga memiliki peran yang sangat esensial dalam pembentukan karakter seorang anak. Keluarga mempunyai peran sebagai pendidik yang pertama dan paling utama bagi anak, keluarga juga memegang kedudukan yang besar dalam pembentukan karakter anak. Keluarga ialah tempat pendidikan yang pertama dalam riwayat hidup sang anak dan akhirnya menjadi hal yang paling mendasar dalam pertumbuhan karakter anak tersebut Tidak hanya memegang peran sebagai pendidik pertama dan paling utama, orangtua tidak
Pendidikan Karakter 35 hanya dituntut untuk mengajarkan nilai-nilai positif tetapi juga harus memberikan keteladanan yang positif dan baik dalam kehidupan. Dengan proses tersebut diperlukan adanya suasana keluarga yang harmonis dan selaras sehingga dapat terbentuk karakter yang hebat dan jiwa yang baik pada sang anak Penting untuk diketahui bahwa kepribadian anak mulai terbentuk sejak usia dini. Peran keluarga dalam hal ini tentunya sangat berdampak besar untuk menentukan bagaimana karakter anak di masa depan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwasanya pembentukan dan perkembangan kepribadian anak dipengaruhi oleh bagaimana keluarganya memperlakukan dan mendidiknya sejak usia dini. A. Pengertian Karakter Secara bahasa, karakter berasal dari bahasa Latin kharakter dan menurut bahasa Yunani kharassein artinya memberi tanda (to mark). Dalam bahasa Inggris berasal dari kata character, memiliki arti: watak, karakter, sifat, dan peran. Sedangkan dalam bahasa Prancis berasal dari kata carakter, yang mempunyai arti membuat tajam atau membuat dalam. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter memiliki arti sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lainnya. Karakter merupakan suatu kualitas batin yang mempengaruhi seluruh pemikiran, perilaku, kebiasaan dan adat istiadat manusia atau makhluk hidup lainnya. Karakter dapat diartikan sama dengan moralitas, sehingga karakter juga berkaitan dengan moralitas. Dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan sifat alamiah, moral, atau perilaku yang merupakan ciri-ciri
36 Pendidikan Karakter seseorang dan mencakup nilai-nilai perilaku manusia yang berkaitan dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan diri sendiri , dengan orang lain, lingkungan hidup dan kebangsaan yang diungkapkan dalam pikiran, sikap, emosi, perkataan dan tindakan berlandaskan nilai agama, hukum, ritual, budaya dan adat istiadat. Secara menyeluruh arakter sering disandingkan dengan sifat khas, keistimewaan, atau pola tingkah laku sesorang yang membedakannya dengan orang lain (Gunawan, 2012;39). Sedangkan faktor yang dapat digunakan untuk memahami sifat kepribadian seseorang yang sebenarnya adalah dari sikap, emosi, keyakinan, kebiasaan dan kemauan dan konsep diri. Faktor-faktor inilah yang dapat kita jadikan dasar untuk membandingkan karakter seseorang dalam masyarakat. Menurut Siti Azisah (2014; 51), kepribadian mengacu pada rangkaian sikap (attitudes), perilaku, (behaviors), dorongan (motivasi) dan keterampilan (skill). B. Peran Keluarga Peran mendasar keluarga dalam proses pembentukan karakter disebabkan karena keluarga adalah lingkungan sosial pertama, oleh karenanya praktik interaksi pembentukan karakter terjadi di lingkungan ini. Inilah sebabnya mengapa keluarga dianggap sebagai elemen penting yang memainkan peran yang krusial dalam pendidikan dasar anak. Diantara pendidikan yang paling vital dilaksanakan di lingkungan keluarga adalah pendidikan karakter dalam kaitannya dengan pembentukan kepribadian anak menjadi pribadi yang baik. Melalui pendidikan karakter bagi keluarga, diharapkan anaknya mempunyai kepribadian yang baik dan tangguh, yang nantinya benar-benar mampu
Pendidikan Karakter 37 menghadapi segala perubahan dan tantangan zaman di masa mendatang. Dalam konteks pembentukan karakter, merupakan tanggung jawab bersama antara seorang ayah dan ibu maupun keluarga, sekolah, pemerintah dan lingkungan masyarakat. Proses pembentukan karakter kedua setelah keluarga adalah lingkungan sekolah, selanjutnya lingkungan dan pemerintah. Waktu yang dihabiskan oleh anak-anak lebih banyak dengan orangtua atau keluarga. Oleh sebab itu lah keluarga memiliki tanggung jawab besar dan peran yang penting untuk menanamkan karakter yang baik dan mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang positif, dimulai dari hal-hal kecil contohnya seperti mengajarkan bagaimana seorang anak bersikap dengan orang lain, etika meminta maaf apabila melakukan kesalahan, rasa kasih sayang terhadap orang lain dan sebagainya. Hal kecil seperti ini dapat memberikan dampak positif dalam pertumbuhan karakter anak dan ketika ia dewasa sikap-sikap kebaikan sudah melekat dalam dirinya. Berbicara tentang karakter, dalam keluarga setiap hari terjadi interaksi antar anggota yang menjadi sarana sosialisasi bagi anak-anak mereka (Azisah, 2014;51). Melalui komunikasi tersebut secara tidak langsung dapat membentuk karakter atau kepribadian anak. Orangtua cukup memberikan keteladanan nilai-nilai positif dalam tutur kata maupun tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari Hal tersebut termasuk dalam upaya dalam pembentukan karakter. Sekali lagi, Ini menunjukkan bahwa keluarga memiliki peranan yang cukup strategis dan mendominasi dalam pembentukan dan pengembangan karakter anak. Hal ini sangat sesuai dengan tempat dimana anak pertama kali tumbuh dan berkembang, yaitu keluarga. Ada
38 Pendidikan Karakter dua faktor yang dalam hal ini mempengaruhi perkembangan kepribadian anak yang berkesinambungan atau jangka panjang. Faktor pertama adalah faktor internal yaitu faktor biologis (bawaan), sedangkan faktor kedua meliputi faktor eksternal yaitu faktor keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Kedua hal tersebut saling berkaitan dan saling mendukung dalam menciptakan kepribadian anak. Akan tetapi, dari semua elemen di atas, elemen yang paling penting adalah keluarga karena merupakan tempat semua karakter terbentuk. Peran orang tua sangat penting dalam tumbuh kembang anak sejak dalam kandungan dan juga dalam membentuk kepribadian anak. Peran orang tua dalam membesarkan anak sangatlah penting. Proses pembentukan dan pengembangan karakter yang dilakukan oleh keluarga tidak lepas dari besarnya peran keluarga itu sendiri. C. Pentingnya Pembentukan Karakter Menurut Megawani (2007), solusi dalam menyelesaikan permasalahan negeri ini adalah dengan memperbaiki karakter atau melalui pendidikan karakter sejak awal. Pengembangan karakter membutuhkan keterlibatan dan tanggung jawab dari orang tua, sekolah, lingkungan masyarakat dan pemerintah dengan bersamaan. Faktanya, pembentukan karakter tidak hanya menciptakan perilaku positif bagi anak tetapi juga bisa meningkatkan kognitifnya dengan baik. Menurut penelitian neurologis saat lahir Ada sekitar 100 miliar di otak bayi neuron yang siap untuk membuat koneksi satu sama lain sebuah ruangan Pada tahun pertama, otak bayi akan tumbuh sangat cepat dan dapat menghasilkan sekitar triliunan koneksi antar neuron yang jauh lebih dari yang
Pendidikan Karakter 39 dibutuhkan. Koneksi ini harus dikonfirmasi oleh berbagai rangsangan psikososial karena sendi yang tidak diperkuat mengalami atrofi atau penyusutan (Jalal, 2002: 6). Apabila orang tua mengetahui pentingnya hal ini informasi ini penting orang tua memberikan kompensasi mendorong penguatan pendidikan berkarakter baik, khususnya pada anak usia 0-6 tahun tahun tersebut. Berbagai pihak harus memahami tanggung jawab membesarkan anak. Orang tua harus memahami bahwa pengembangan pendidikan karakter yang baik menentukan perkembangan dan akan jadi seperti apa anak di masa depan. Pemerintah pusat dan daerah melalui lembaga yang bertanggung jawab telah berupaya meningkatkan potensi anak dan mengoptimalkan pendidikan karakter. Pada saat yang sama, dalam skala yang lebih luas, semua negara di dunia sepakat mengenai pentingnya peningkatan kepribadian dan potensi anak. Bahkan PBB dalam organisasi spesialisnya seperti UNICEF, UNESCO dan WHO telah menunjukkan aspirasi tersebut. Tujuan pengembangan karakter adalah untuk memperkuat keterampilan dasar bagi anak, mempersiapkan mereka menghadapi kehidupan dan memungkinkan mereka beradaptasi dengan lingkungannya. Kohlberg (1975) berpendapat bahwa anak pada usia dini belum memahami moralitas, yaitu belum memahami arti benar dan salah. Peran orang tua sangat penting disini dalam memberikan landasan moral yang kuat bagi anak-anaknya. Namun, kenyataannya tidak semua anak memiliki akses terhadap kesadaran orangtuanya pada fase prasekolah. Aspek tersebut antara lain disebabkan karena kurangnya pemahaman orang tua atau keluarga terhadap pentingnya pendidikan karakter
40 Pendidikan Karakter bagi anak usia dini, terbatasnya sumber daya orang tua, dan minimnya sarana dan prasarana untuk pendidikan anak.