Pendidikan Karakter 91 moral (Zubaedi, 2011). Pendidikan karakter sebagai upaya untuk menginternalisasikan individu terhadap nilai-nilai positif kepada lingkungan sekitar dan dapat meningkatkan rasa tanggungjawab, percaya diri, demokratis, dan peduli terhadap lingkungan. Pengendalian emosi sebagai salah satu pendekatan karakter dalam menahan emosi, maka peran kecerdasan emosi berperan dalam perilaku seseorang. Seperti yang diungkap oleh Dameria (Zubaedi, 2011), bahwa kecerdasan emosi berdasarkan pengenalan diri, penguasaan diri, motivasi diri, empati, dan hubungan efektif. Malalui pendidikan karakter seorang pelajar dituntut untuk cerdas emosional dalam mengendalikan emosi. Dalam pergaulan mereka dihadapkan pada digitalisasi, dengan mudah dapat mengakses internet. Dibutuhkan kecerdasan emosi untuk menahan hal negatif yang terdapat dalam internet. Kemudahan mendapatkan data yang dibutuhkan, selektif data atau akses data pada aspek positif. Bagaimanapun pihak orang dewasa tidak mampu mengawasi dengan efektif dan terus menerus. Maka diperlukan pengendalian diri agar terhindar dari perbuatan buruk dan tidak merugikan diri sendiri. Keberhasilan pelajar dalam mengelola pikiran dapat ditunjukkan dengan perilaku dan perbuatan mereka yang positif dan masih pada ranah membengun integritas tinggi. Membangun karakter pada lingkungan sekolah melalui proses pembelajaran merupakan pendekatan parsial (Soedjiwo, 2020). Pendekatan parsial dalam pendidikan merupakan proses kegiatan pembelajaran berlandaskan kognitif dapat membangun lingkungan kelas dengan menanamkan nilai-nilai moral. Melalui interaksi dalam kelas
92 Pendidikan Karakter berdasarkan konteks mata pelajaran yang disampaikan guru, siswa dapat memahami dan menerapkan hasil dari diskusi interaktif dan menciptakan budaya kelas kondusif. Guru berperan aktif dalam mengelola kelas, menguasai materi, sebagai role play berahlak, dan teladan bagi siswa. F. Penerapan Kurikulum Pendidikan Holistic Pendidikan saat ini menggunakan kurikulum merdeka yang merupakan kurikulum yang lebih mengutamakan pengembangan potensi siswa meliputi kecerdasan, emosional, hubungan sosial, etika, dan spiritual (Kurikulum Merdeka, n.d.). Kurikulum pada lembaga pendidikan mampu mengintegrasikan pendidikan karakter dalam kegiatan proses pembelajaran. Hal tersebut sebagai upaya kementrian pendidikan dan kebudayaan dalam penanaman pendidikan karakter melalui pendidikan budi pekerti dalam mengembangkan kemampuan pelajar untuk mengelola perilaku seperti dalam mengambil keputusan yang positif, memelihara, dan membentuk kebaikan dalam kehidupan sehatihari di rumah, sekolah, dan masyarakat (Gunawan, 2022). Mekanisme kegiatan proses pembelajaran terdapat dalam kurikulum untuk memaksimalkan pendidikan karakter pelajar sebagai tuntunan menjadikan pelajar seutuhnya dan berkarakter. Dalam proses pembelajaran pendidikan karakter berintegrasi dengan mata pelajaran yang data membantu elajar memahami konteks dan menerapkan apa yang telah mereka pelajari. Pada proses kegiatan pembelajaran, pelajar dapat mengenal nilai-nilai moral melalui kesadaran dan dipraktikan tingkah laku di dalam kegiatan pembelajaran maupun di luar pembelajaran (Yuliawati, 2014). Pengem-
Pendidikan Karakter 93 bangan Kurikulum dengan menyisipkan mata pelajaran atau aktivitas ekstrakurikuler yang secara khusus mendukung pembentukan karakter, seperti pendidikan agama, moral, etika, pengembangan kepribadian, dan sikap. Kegiatan proses pembelajaran antara guru dan pelajar pada program ekstrakuler dan ko-kurikuler, dimana siswa secara tidak langsung menerapkan perilaku berdasarkan nilai-nilai pendidikan karakter di kegiatan sehari-hari dalam keluarga dan masyarakat. Pengalaman siswa secara langsung di luar kelas dalam menghadapi tantangan, membuat keputusan, dan belajar dari pengalaman tersebut. Sebagai contoh kegiatan pengabdian masyarakat, pelatihan kepemimpinan, atau program pembelajaran berbasis proyek. Keaktifan pelajar pada saat pembelajaran dalam kelas, siswa dan guru melakukan kolaborasi dalam berinteraksi dan memecahkan masalah pada lingkungan pembelajaran. Dengan demikian mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif pada proses belajar, seperti diskusi kelompok, proyek kolaboratif, dan simulasi, sehingga siswa dapat belajar nilainilai seperti kerja sama, komunikasi, dan kepemimpinan. Keaktifan siswa membentuk siswa terampil bekerjasaama, berpikir kritis mampu mengelola emosi dengan peduli dan empati pada sesama. Kebiasaan yang dilakukan dalam pembelajaran terhadap pendidikan karakter pada siswa merupakan salah satu pembinaan ahklak dan kepribadian siswa. Pembiasaan pendidikan karakter secara berulang dan terus menerus di sekolah sesuai kurikulum. Implementasi pelajar pada proses kegiatan pembelajaran membentuk pelajar secara utuh siap menghadapi tantangan hidup dan menjadi pribadi yang seimbang secara fisik, emosional, sosial, dan spiritual.
94 Pendidikan Karakter PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER A. Hubungan Antara Pendidikan dan Pembentuk Karakter Pendidikan dan pembentukan karakter sangat erat hubungan- nya, hal itu dikarenakan karakter dapat terbentuk melalui pendidikan-pendidikan yang diajarkan baik di pendidikan formal, informal maupun non formal. Sehingga sekarang wacana pendidi-kan karakter sedang gencargencarnya digalakkan oleh pemerin-tah. Banyak sekali artikel
Pendidikan Karakter 95 maupun buku-buku yang membahas mengenai pendidikan karakter. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai- nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Maka pendidikan sangat ber- pengaruh pada pembentukan karakter. Menurut Kementrian Pendidikan Nasional, pendidikan karakter harus berlangsung pada : 1. Pendidikan Formal Pendidikan karakter pada pendidikan formal berlangsung pada lembaga pendidikan TK/RA, SD/MI, SMP/MTS, SMA/MAK dan Perguruan Tinggi melalui pembelajaran, kegiatan kokurikuler dan atau ekstrakurikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, dan pembiasaan. Sasaran pendidikan formal ialah peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan. 2. Pendidikan Non formal Dalam pendidikan nonformal pendidikan karakter berlangsung pada lembaga kursus, pendidikan kesetaraan, pendidikan keaksaraan, dan lembaga pendidikan nonformal lain melalui pembelajaran, kegiatan kokurikuler dan atau ekstra-kurikuler, penciptaan budaya lembaga, dan pembiasaan. 3. Pendidikan Informal Dalam pendidikan informal pendidikan karakter berlangsung dalam keluarga yang dilakukan oleh orang tua dan orang dewasa di dalam keluarga terhadap anakanak yang menjadi tanggung jawabnya (Samani & Hariyanto, 2011)
96 Pendidikan Karakter B. Pelaksanaan Pendidikan Karakter Pendidikan karakter telah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang pemerintah dari tahun 2005 sampai 2025. Tahun 2010-2015 program pendidikan karakter menjadi program unggulan. Ada empat karakter yang dikembangkan oleh bangsa Indonesia. Pertama adalah olah hati, yaitu me- ngembangkan aset yang terkait dengan Tuhan (hablum minallah) sehingga bisa bekerja dengan ikhlas. Kedua yaitu olah rasa/karsa, sehingga dapat mengembangkan aset yang terkait hubungan antar sesama (hablum minannas). Ketiga adalah olah pikir, yaitu mengembangkan aset yang terkait dengan akal agar mampu berpikir dengan jernih dan cerdas. Keempat adalah olahraga, yaitu mengembangkan aset fisik agar selalu sehat dan mampu bekerja dengan keras. Pendidikan karakter bukanlah materi khusus dan bukan hanya tanggungjawab guru agama dan PKn. Pendidikan karakter menjadi tanggungjawab semua pemangku kepentingan. Semua guru harus terllibat dalam mengawal pendidikan karakter. Minimal ada empat hal yang harus dikembangkan dalam pendidikan karakter. Pertama, pendidikan karakter terintregasi ke dalam semua mata pelajaran. Tentunya hal tersebut bisa dilihat dalam lesson plan, karena lesson plan adalah standar operasional pelaksanaan (SOP) guru dalam proses pembelajaran. Pendidikan karakter adalah upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil, dimana tujuan pendidikan karakter. adalah meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah melalui pembentukan karakter peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai
Pendidikan Karakter 97 standar kompetensi lulusan. Adapun nilai-nilai yang perlu dihayati dan diamalkan oleh guru saat mengajarkan mata pelajaran di sekolah adalah religius, jujur, toleran, disiplin, kerja keras, kerja cerdas, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, senang membaca, peduli sosial, peduli lingkungan, dan tanggung jawab. Kedua, pendidikan karakter terbangun dari budaya pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan, dan di-kendalikan dalam kegiatan- kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai. Pengelolaan tersebut meliputi nilainila yang perlu ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik, dan tenaga kependidikan serta komponen terkait lainnya. Dengan demikian, manajemen sekolah merupakan salah satu media yang efektif dalam pendidikan karakter sekolah. Ketiga, pendidikan karakter terlihat dalam kegiatan ekstra kulikuler. Penanaman nilai-nilai karakter melalui kegiatan ekstra kurikuler meliputi: pembiasaan akhlak mulia, kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), kegiatan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), tata krama dan tata tertib kehidupan sosial sekolah, kepramukaan, upacara bendera, pendidikan pendahuluan bela negara, pendidikan berwawasan kebangsaan, PMR, serta pencegahan penyalahgunaaan narkoba. Keempat, membangun sinergi antara sekolah dengan rumah dalam mengawal perilaku mulia pada anak. Kedua lingkungan pendidikan tersebut sangat erat kaitannya satu dengan lainnya, sehingga tidak bisa dipisah-pisahkan, dan
98 Pendidikan Karakter memerlukan kerjasama yang sebaik-baiknya, untuk memperoleh hasil pendidikan mak- simal seperti yang dicitacitakan. Hubungan sekolah (perguruan) dengan rumah anak didik sangat erat, sehingga berlangsungnya pendidikan terhadap anak selalu dapat diikuti serta diamati, agar dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. C. Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Bangsa Indonesia Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Bangsa Indonesia Pendidikan karakter penting bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan karakter akan menjadi basic atau dasar dalam pem- bentukan karakter berkualitas bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial seperti toleransi, kebersamaan, kegotong- royongan, saling membantu dan mengormati dan sebagainya. Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak hanya memiliki kemampuan kognitif saja namun memiliki karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan. Dilihat dari kekayaan yang dimilki bangsa Indonesia dapat dikategorikan bahwa negara kita sangat melimpah diserti dengan letak kepulauan yang terletak di garis khatulistiwa, tanah yang subur, air yang melimpah, udara yang sangat segar, kaya akan sumber energi dan lain-lain. Seharusnya dengan kondisi yang seperti itu, rakyat indonesia dapat merasakan kehidupan yang makmur dan sejahtera dari waktu ke waktu. Kenyataan yang dialami oleh bangsa ini menunjukkan kondisi yang berbeda dengan logika kekayaan sosial, budaya, dan alam. Kondisi yang dialami menunjukkan bahwa kekayaan alam tereksploitasi besar-besaran, pembangunan industri terjadi terus-menerus, dan pergantian pemerintah terus berlangsung dari waktu ke waktu, tetapi kebanyakan rakyat indonesia belum
Pendidikan Karakter 99 mendapatkan dana mengalami kehidupan yang makmur dan sejahtera. Sejenak, kita lihat beberapa indikasi tentang ‚apa yang salah dengan bagsa ini‛. 1. Kondisi moral/akhlak genersi muda yang rusak. Hal ini ditandai dengan maraknya seks bebas di kalangan remaja, peredaran narkoba di kalangan remaja,tawuran, peredaran foto dan video porno di kalangan pelajar, dan sebaginya. 2. Pengangguran terdidik yang mengkhawatirkan (lulusan SMA, SMK, dan Perguruan Tinggi). 3. Rusaknya moral bangsa dan menjadi akut (korupsi, asusila, kejahatan, tindakan kriminal pada semua sektor pembangunan,dll). 4. Bencana yang sering,berulang dialami oleh bangsa Indonesia (bisa diduga sebagai azab atau bodohnya negeri ini dalammemecahkan masalah lingkungan, seperti banjir, longsor, kebakaran). 5. Kemiskinan yang semakin merajalela. 6. Daya kompetitif yang rendah, sehingga banyak produk dalamnegeri dan Sumber Daya manusia yang tergantikan oleh produk dan sumber daya manusia dari tetangga atau luar negeri. 7. Inefisiensi pembiayaan pendidikan. Inefisiensi biaya pen- didikan ini dapt dilihat dari rendahnya dampak yang di- hasilkan dari institusi pendidikan kita. Angka pengangguran yang terus bertammbah menunjukkan bahwa lulusan per- sekolahan sampai saat ini belum mampu menjawab per- ubahan zaman dan kompetisi yang ketat dengan bagsa- bangsa yang lain (Muslich, 2011).
100 Pendidikan Karakter Beberapa kasus tersebut menunjukkan bahwa pendidikan kita belum mampu membangun karakter bangsa. Praksis pendidikan yang terjadi di kelas-kelas tidak lebih dari latihan-latihan skolastik, seperti mengenal, membandingkan, melatih, dan menghapal, yakni kemampuan kognitif yang sangat sederhana, di tingkat paling rendah (Widjajakusuma & Yusanto, 2003). Melihat fenomena yang terjadi saat ini, pemerintah mulai sadar dan terbangun untuk melakukan perbaikan. Banyak per-soalan bangsa yang harus diselesaikan, terutama yang menyangkut perilaku. Untuk itu mulai tahun 2010 pemerintah merancang pendidikan karakter. D. Implementasi Pendidikan Karakter Upaya untuk mengimplementasikan pendidikan karakter adalah melalui Pendekatan Holistik, yaitu mengintegrasikan perkembangan karakter ke dalam setiap aspek kehidupan sekolah. Berikut ini ciri-ciri pendekatan holistik (Lickona, 2007) : 1. Segala sesuatu di sekolah diatur berdasarkan perkembangan hubungan antara siswa, guru, dan masyarakat. 2. Sekolah merupakan masyarakat peserta didik yang peduli di mana ada ikatan yang jelas yang menghubungkan siswa, guru, dan sekolah. 3. Pembelajaran emosional dan sosial setara dengan pembelajaran akademik. 4. Kerjasama dan kolaborasi di antara siswa menjadi hal yang lebih utama dibandingkan persaingan.
Pendidikan Karakter 101 5. Nilai-nilai seperti keadilan, rasa hormat, dan kejujuran menjadi bagian pembelajaran sehari-hari baik di dalam mau-pun di luar kelas. 6. Siswa-siswa diberikan banyak kesempatan untuk mempraktekkan prilaku moralnya melalui kegiatan-kegiatan seperti pembelajaran memberikan pelayanan. 7. Disiplin dan pengelolaan kelas menjadi fokus dalam memecah- kan masalah dibandingkan hadiah dan hukuman. 8. Model pembelajaran yang berpusat pada guru harus ditinggal- kan dan beralih ke kelas demokrasi di mana guru dan siswa berkumpul untuk membangun kesatuan, norma, dan me- mecahkan masalah. Sementara itu peran lembaga pendidikan atau sekolah dalam mengimplementasikan pendidikan karakter mencakup: 1. Mengumpulkan guru, orangtua dan siswa bersama-sama mengidentifikasi dan mendefinisikan unsur-unsur karakter yang mereka ingin tekankan. 2. Memberikan pelatihan bagi guru tentang bagaimana mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam kehidupan dan budaya sekolah. 3. Menjalin kerjasama dengan orangtua dan masyarakat agar siswa dapat mendengar bahwa prilaku karakter itu penting untuk keberhasilan di sekolah dan di kehidupannya. 4. Memberikan kesempatan kepada kepala sekolah, guru, orangtua dan masyarakat untuk menjadi model prilaku sosial dan moral (US Department of Education). Mengacu pada konsep pendekatan holistik dan dilanjutkan dengan upaya yang dilakukan lembaga
102 Pendidikan Karakter pendidikan, kita perlu meyakini bahwa proses pendidikan karakter tersebut harus dilakukan secara berkelanjutan (continually) sehingga nilai-nilai moral yang telah tertanam dalam pribadi anak tidak hanya sampai pada tingkatan pendidikan tertentu atau hanya muncul di lingkungan. keluarga atau masyarakat saja. Selain itu praktik-praktik moral yang dibawa anak tidak terkesan bersifat formalitas, namun benar- benar tertanam dalam jiwa anak.
Pendidikan Karakter 103 DAFTAR PUSTAKA Asmani, Jamal Ma’mur. (2011). Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Diva Press. Asih, M.K., Utami, R.R., Kurniawan, Y. (2018). Psychological first aid (PFA) untuk pendamping balai pemasyarakatan kelas 1 Semarang. SNKPM 1 (2018) 450-453. https://proceeding.unnes.ac.id/index.php/snkppm Appadurai, A. (1990). Disjuncture and Difference in the Global Cultural Economy. Theory Culture & Society, 7, 295-310. Appadurai, A. (1996). Modernity at Large: Cultural Dimensions of Globalization. Minneapolis: University of Minnesota Press Berry JW. (2005). Acculturation: living successfully in two cultures. Int J Intercult Relat. Bisson, I Jonatan; Catrin,Lewis. (2014). Systematic Review Of Psychological First Aid. ResearchGate.Berkowitz, & Bier,Melinda. (2005). What Works in Character Education: A researchdriven guid for Educators. CEP. Berkowitz, M. W. (2007). What Works in Character Education: A Research-Driven Guide for Educators. Character Education Partnership. Bandura, A. (1977). Social Learning Theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.
104 Pendidikan Karakter Baumrind, D. (1991). The influence of parenting style on adolescent competence and substance use. Journal of Early Adolescence, 11(1), 56-95. Benson, P. L., Scales, P. C., Hamilton, S. F., & Sesma Jr, A. (2006). Positive youth development: Theory, research, and applications. Handbook of child psychology, 1, 894-941. Berkowitz, M. W., & Bier, M. C. (2004). Research-based character education. The ANNALS of the American Academy of Political and Social Science, 591(1), 72-85. Berndt, T. J. (2002). Friendship quality and social development. Current Directions in Psychological Science, 11(1), 7-10. Bowlby, J. (1988). A Secure Base: Parent-Child Attachment and Healthy Human Development. Basic Books. Bronfenbrenner, U. (1979). The Ecology of Human Development: Experiments by Nature and Design. Harvard University Press. Bukowski, W. M., Laursen, B., & Rubin, K. H. (Eds.). (2018). Handbook of Peer Interactions, Relationships, and Groups (2nd ed.). Guilford Press. Buber, M. (1958) I and Thou. New York: Charles Scribner’s Sons. Banks, J. A., & McGee Banks, C. A. (2019). Multicultural Education: Issues and Perspectives. John Wiley & Sons. Castells, M (2010). The Rise of the Network Society. Vol.1. Malden, MA: Wiley-Blackwell. Cialdini, R., & Trost, M. R. (1998). Social influence: Social norms, conformity, and compliance. In D. T. Gilbert, S. T. Fiske, & G. Lindzey (Eds.), The handbook of social psychology. Boston: Oxford University Press.
Pendidikan Karakter 105 Campaert, K., Nocentini, A., Menesini, E., (2017) The efficacy of teachers' responses to incidents of bullying and victimization: the mediational role of moral disengagement for bullying. Aggressive Behavior, (43) 483–492. DOI: 10.1002/ab.21706 Covey, S.R. (1989) The 7 Habits of Highly Effective People. New York: Simon & Schuster. Dewey, J. (1961) Democracy and Education. New York: Macmillan. Drucker, P. (1967) The Effective Executive. New York: Harper & Row. Durkheim, É. (1984) The Division of Labor in Society. New York: Free Press. Darling-Hammond, L. (2017). Preparing Students for the 21st Century: What Can We Learn from International Practice? Journal of Curriculum Studies, 49(4), 421-443. Djohar. (2011). Pendidikan karakter yang partisipasif. Seminar Nasional ‚Teach the Children Well‛ Paper. Darling, N., & Steinberg, L. (1993). Parenting style as context: An integrative model. Psychological Bulletin, 113(3), 487-496. Einstein, A. (1954) Ideas and Opinions. New York: Crown. Erikson, E. H. (1959). Identity and the Life Cycle. International Universities Press. Edi Widianto, (2015). Peran Orangtua Dalam Meningkatkan Pendidikan Karakter Anak Usia Dini Dalam Keluarga. Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Vol 2, Nomor 1 : 1-75 Elias, M. J. (2003). Academic and Social-Emotional Learning: A Developmental Perspective. Ablex Publishing.
106 Pendidikan Karakter Furqon Hidayatullah. (2010). Pendidikan karakter: membangun peradaban bangsa. UNS Press, Yuma Pustaka. Forlin, C., Loreman, T., Sharma, U., & Earle, C. (2017). The Routledge Handbook of Special Education. Routledge. Fullan, M. (2016). Leading in a Culture of Change. John Wiley & Sons. Gunawan, H. (2022). Pendidikan Karakter Konse dan Implementasi (kelima). CV. Gilligan, C. (1982) In a Different Voice: Psychological Theory and Women’s Development. Cambridge: Harvard University Press. Goleman, D. (1995) Emotional Intelligence. New York: Bantam Books. Gunawan, H, (2012). Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Alfabeta: Bandung. Hall, S. (1990). Cultural Identity and Diaspora in J.Rutherford (Ed), Identity: Community, culture, difference. Page: 222 – 237. London: Lawrence & Wishart. Hall, S. (1996). ‚Who Needs ‘Identity’?‛ in S.Hall & P.D.Gay (Eds), Questions of Cultural Identity. hlm. 1 – 17 London: SAGE Publications Ltd. Hannerz, U. (1992). Cultural Complexity: Studies in the Social Organization of Meaning. Co- lumbia University Press. Hofstede, G. (2001). Culture's Consequences: Comparing Values, Behaviors, Institutions, and Organizations Across Nations (2nd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage Publications. Harris, D. N. (2017). Value-added measures in education: What every educator needs to know. Harvard Education Press.
Pendidikan Karakter 107 Hattie, J. (2017). Visible Learning: A Synthesis of Over 800 MetaAnalyses Relating to Achievement. Routledge. Handbook of Child Psychology: Vol. 3. Social, emotional, and personality development (6th ed., pp. 99-166). John Wiley & Sons. Hattie, J., & Timperley, H. (2007). The power of feedback. Review of Educational Research, 77(1), 81-112. Ingersoll, R. M. (2018). Seven trends: The transformation of the teaching force. Consortium for Policy Research in Education. Johnson, C. (2018). The Changing Landscape of Education in the 21st Century. Journal of Educational Trends, 42(2), 105- 120. Johnson, C., et al. (2020). Engaging Students in Online Learning: The Impact of Webinar on Student Motivation and Academic Performance. International Journal of ELearning & Distance Education, 35(2), 45-62. Jones, S. M. (2011). Character Education in Schools and the Education of Teachers. University of Illinois at Chicago. Jones, S. M., & Bouffard, S. M. (2012). Social and emotional learning in schools: From programs to strategies. Social Policy Report, 26(4), 3-22. Kochanska, G., & Aksan, N. (1995). Mother-child mutually positive effect, the quality of child compliance to requests and prohibitions, and maternal control as correlates of early internalization. Child Development, 66(1), 236-254. Kemendiknas. (2010). Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Departemen Pendidikan Nasional. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Penguatan
108 Pendidikan Karakter Pendidikan Karakter Jadi Pintu Masuk Pembenahan Pendidikan Nasional. Kemendikbud.Go.Id. pemdikbud.go.id/main/blog/2017/07/penguatanpendidikan-karakter-jadi-pintu-masuk-pembenahanpendidikan-nasional Kurikulum Merdeka. (n.d.). Kurikulum Merdeka Keleluasaan dan Pembelajaran Berkualitas. Koesoema, Doni. (2010). Pendidikan Karakter; Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Grafindo. Lickona, T. (1991). Educating for character: How our schools can teach respect and responsibility. Bantam. Leming, J. S. (2017). Teaching for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. Rowman & Littlefield. Lickona, T. (1991). Education for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. Bantam. Lickona, Thomas. (2007). Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. New York: BantamBooks. Muslich, Masnur. (2011). Pendidikan Karakter. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Masten, A. S. (2001). Ordinary magic: Resilience processes in development. American Psychologist, 56(3), 227-238. Mulyasa dan Dewi Ispurwanti. (2011). Manajemen Pendidikan Karakter. Bumi Aksara. Mandela, N. (1994) Long Walk to Freedom. Boston: Little, Brown. Marx, K. (1963) The German Ideology. New York: International Publishers.
Pendidikan Karakter 109 Maxwell, J.C. (1998) The 21 Irrefutable Laws of Leadership. New York: HarperCollins. Mead, G.H. (1934) Mind, Self, and Society. Chicago: University of Chicago Press. Muhammad Anas, M. (2018). Analisis Strategi Pendidikan Karakter Melalui Hukuman Preventif. Ta’allum: Jurnal Pendidikan Islam 6, no. 1, 31–56. Markus, H & Kitayama. (1991). Culture and the self: Implications for cognition, emotion and motivation. Psychological Review, 98(2), 224-253. McChesney, R. W. (1999). Rich Media, Poor Democracy Communication Politics in Dubious Times. Urbana, IL University of Illinois PressMulyasa, 2011. Manajemen Pendidikan Karakter. Bumi Aksara: Jakarta Nasional Child Traumatic Stress Network Nasional Center For PTSD. (2006). Psychological First Aid: Field Operations Guide 2nd Edition. In N. C. PTSD, Psychological First Aid: Field Operations Guide 2nd Edition. USA. Nurhayaty, Ety & Mulyani, Ade. (2020). Pengenalan Bulliying dan Dampaknya Pada Pelaku dan Korban. Jurnal Abdimas BSI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 3. 173-179. 10.31294/jabdimas.v3i2.8013. Narvaez, D. (2006). Educating Moral People: A Caring Alternative to Character Education. Teacher College Press. Putnam R. (1993). Making Democracy Work: Civic Tradition in Modern Italy. Princeton: Princeton University Press. Panduan Kegiatan Pencegahan Perundungan (Bullying) Tahun Pelajaran 2022 / 2023 SD Negeri 4 Manistutu. Disusun
110 Pendidikan Karakter oleh Dinas Pendidikan Kepemudaan Dan Olahraga Kabupaten Jembrana Wilayah Kecamatan Melaya. Pozzolia, T., Ginia, G., Thornbergb, R., (2016) Bullying and defending behavior: The role of explicit and implicit moral cognition. Journal of School Psychology, (59) 67-81. doi: 10.1016/j.jsp.2016.09.005 Pusat Bahasa Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa. Peterson, C., & Seligman, M. E. (2004). Character strengths and virtues: A handbook and classification. Oxford University Press. Robinson LE, Clements G, Drescher A, El Sheikh A, Milarsky TK, Hanebutt R, Graves K, Delgado AV, Espelage DL, Rose CA. Developing a Multi-Tiered System of Support-Based Plan for Bullying Prevention Among Students with Disabilities: Perspectives from General and Special Education Teachers During Professional Development. School Ment Health. 2023 Jun 11:1-13. doi: 10.1007/s12310-023-09589-8. Epub ahead of print. PMID: 37359153; PMCID: PMC10257560. Ritzer, George. (2004). Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Prenada Media Robertson, R. (1992). Globalization: Social Theory and Global Culture. Theory, Culture & Society. London: SAGE Publications Ltd. Rothbart, M. K., & Bates, J. E. (2006). Temperament. In W. Damon & R. M. Lerner (Eds.), Ryan, K. &. (1999). Building Character in Schools: Practical Ways to Bring Moral Instruction to Life. Jossey - Bass.
Pendidikan Karakter 111 Reeves, D. B. (2018). The Learning Leader: How to Focus School Improvement for Better Results. ASCD. Salovey, P., & Mayer, J. D. (1990). Emotional intelligence. Imagination, Cognition and Personality, 9(3), 185-211. Smith, A., & Jones, B. (2019). The Impact of Interactive Learning Software on Student Retention. Journal of Educational Technology, 42(3), 321-335. Salahudin Anas, & Irwanto A. (2013). Pendidikan Karakter. Pustaka Setia. Sultoni, Achmad. (2016). ‚Pendidikan Karakter Dan Kemajuan Negara: Studi Perbandingan Lintas Negara.‛ Joies Journal, 1(1). Stephanus Ngamanken, (2014). Pentingnya Pendidikan Karakter. Humaniora, Vol.5 No.1 : 72-87 Smith, L. and E, Waterton (2009). Heritage Communities and Archaelogy. London: Duckworth. Simmons, S. R. (2007). ‚Amazing Grace‛: A memoir of mentoring. Journal of Natural Resources and Life Sciences Education, 36, 1-5. Soedjiwo, N. A. F. (2020). Penerapan Adab Melalui Pendidikan Non Akademik Keislaman. Widya Balina, 5 (1)(Jurnal Ilmu Pendidikan dan Ekonomi), 124–136. Samani, Muchlas dan Hariyanto. (2011). Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sungkowo. (2014). Konsep Pendidikan Akhlak(Komparasi Pemikiran Al-Ghazali Dan Barat). Nur El-Islam, 1(1), 33– 62. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa.
112 Pendidikan Karakter Thornberg, R., Wänström, L., Pozzoli, T., & Gini, G. (2017). Victim prevalence in bullying and its association with teacher– student and student–student relationships and class moral disengagement: a class-level path analysis. Research Papers in Education, 1-16. doi: 10.1080/02671522.2017.1302499Tomlinson, J. (1991). Cultural Imperialism: A Cultural Introduction. London: Pinter Publishers. UNESCO. (2020). Education for Sustainable Development Goals: Learning Objectives. Retrieved from https://unesdoc.unesco.org/ark:/48223/pf0000374223 UNESCO. (2021). Global Education Monitoring Report 2021. Retrieved from https://en.unesco.org/gemreport/report/2021 Wiyani, Novan Ardy. (2013). Membumikan Pendidikan Karakter di SD; Konsep, Praktik dan Strategi. Ar-Ruzz Media. Widjajakusuma, M.K., & Yusanto, M.I. (2003). Pengantar Manajemen Syariat. Jakarta: Kairul Bayan. Wang, X., Yang, L., Yang, J., Wang, P., Lei, L., (2017) Trait anger and cyberbullying among young adults: A moderated mediation model of moral disengagement and moral identity. Computers in Human Behavior, 73 (2017) 519- 526. DOI: 10.1016/j.chb Yuyarti. (2018). Mengatasi bullying melalui pendidikan karakter. Jurnal Kreatif, 8(2), 168–173. https://doi.org/10.15294/kreatif.v9i1.16506Yandri A, SH., M. H. (2022). Pendidikan Karakter : Peranan Dalam Menciptakan Peserta Didik yang Berkualitas. IWdyaprada Utama Direktorat Guru Pendidikan Dasar. https://doi.org/https://gurudikdas.kemdikbud.go.id/news
Pendidikan Karakter 113 /pendidikan-karakter-:-peranan-dalam-menciptakanpeserta-didik-yang-berkualitas Yuliawati, F. (2014). Penerapan Pendidikan Karakter yang Terintegrasi dalam Pembelajaran Sains di Madrasah Ibtidaiyah. Al-Bidayah, 6(2), 159–182. Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan Karakter. Journal of Chemical Information and Modeling, 5, 407. http://repository.iainbengkulu.ac.id/4419/1/BUKU DESAIN PENDIDIKAN KARAKTER FIX.pdf Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan Karakter : Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Kencana.
114 Pendidikan Karakter TENTANG PENULIS Kardiyem. Lahir di Grobogan, Jawa Tengah. Saat ini penulis merupakan Dosen Prodi Pendidikan Akuntansi di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Negeri Semarang sejak tahun 2015. Penulis menyelesaikan S1 Pendidikan Ekonomi (Akuntansi) Tahun 2010 di Universitas Negeri Semarang dan menyelesaikan Magister Pendidikan Ekonomi (S2) di kampus yang sama pada Tahun 2013 dan sedang menjalani studi lanjut S3 Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS). Penulis aktif melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Publikasi Buku : Praktikum Akuntansi Keuangan (2017), Komputer Akuntansi MYOB Perusahaan Dagang (2019), Etika Profesi Guru Abad 21 (2020), Akuntansi Untuk UMKM (2020), Belajar Di Masa Pandemi Work From Home (2020), Komputer Akuntansi MYOB Manufaktur (2022). Penghargaan Best Speaker and Best Paper pada Conference ISHRE 2022. Anggota Asosiasi Profesi Pendidik Akuntansi Indonesia (2017- Sekarang). Fokus Riset yang dilakukan adalah teknologi pendidikan akuntansi.
Pendidikan Karakter 115 Baskoro Harwindito, S.ST, M.M Dosen Tetap di Program Studi Perhotelan Politeknik Sahid Jakarta. Editor di International Journal of Travel, Hospitality and Events (IJOTHE) dan Jurnal Sains Terapan Pariwisata (JSTP) dan reviewer di beberapa jurnal terakreditasi. Menghasilkan buku ajar maupun buku refrensi di antara bukunya adalah "Kiat Sukses Pengelolaan Hotel di Masa Pandemi Covid-19 (2022) dan Food and Beverage untuk SMK (2019). Selain sebagai Dosen Tetap juga sebagai assessor BAN-PT dengan bidang keahlian manajemen pelayanan rumah makan. Minat penelitiannya adalah manajemen pelayanan, manajemen perhotelan serta karakteristik konsumen. Supentri Seorang akademisi yang lahir di Pulau Ingu, sebuah pulau yang terletak di wilayah Sumatera. Telah 14 taun lebih kurang berkarier sebagai seorang pengajar di salah satu universitas di Sumatera. saya memiliki kecintaan yang mendalam terhadap dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan. Supentri menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengajar di universitas tempatnya bekerja. Spesialisasi utamanya adalah dalam bidang media pembelajaran, teknologi pembelajaran, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan serta ilmu sosial. Sebagai seorang dosen, saya bertekad untuk membantu para mahasiswa mengembangkan pemahaman mereka tentang konsep-konsep penting dalam bidang pendidikan.
116 Pendidikan Karakter Sehari-hari, saya terlibat dalam berbagai kegiatan akademis, termasuk mengajar di kelas, memberikan kuliah, dan membimbing mahasiswa dalam penelitian dan pengabdian. Selain pekerjaan akademis, terlibat dalam komunitas akademis dan berusaha untuk berkontribusi dalam pengembangan pendidikan di wilayah Sumatera. saya percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk kemajuan masyarakat dan negara. Indana Ilma Ansharah Lahir di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat pada 22 Januari 2000. Penulis pernah berkuliah di Univetsitas Islam Negeri Mataram dengan mengambil bidang studi Keagamaan. Ia juga aktif di beberapa komunitas dan kegiataan kerelawanan, sekarang sedang melanjutkan pendidikan jenjang Magister di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Ia berharap bisa terus memberikan kebermanfaatan untuk orang lain, salah satunya melalui tulisan ini. Dr. Suroyo, M.Pd. Lahir di Sleman, Yogyakarta. Latar belakang Pendidikan dari TK-SMA di Yogyakarta, S1 PPKn diperoleh tahun 2001 di Universitas Riau. Pendidikan S2 diraih tahun 2007 pada Jurusan PIPS Konsentrasi Pendidikan Sosiologi Antropologi pada Universitas Negeri Padang. Sementara gelar Doktor (Dr.) diraih pada jurusan Cultural Studies pada Universitas Udayana melalui program Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri (BPPDN). Tahun 2014 mengikuti Sandwich-Like Program ke
Pendidikan Karakter 117 Universita degli ‚L’ Orientale‛ di Napoli Italia lewat beasiswa Dikti. Pada tahun 2018 telah menyelesaikan Program Doktoral dan bertugas Kembali di Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Riau. Bidang kajian utama adalah kajian budaya. Luthfi Noor Aini, S.Psi., M.A. Lahir di Grobogan, 30 Oktober 1992, anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis telah menamatkan Pendidikan di Universitas Diponegoro - Semarang pada tahun 2015 dan Universitas Gadjah Mada - Yogyakarta di tahun 2019. Saat ini penulis menjadi staf pengajar di Universitas Mercu Buana Yogyakarta dengan konsentrasi minat psikologi klinis dan pendidikan. Penulis memiliki harapan sederhana melalui buku ini, semoga dapat membantu teman-teman pembaca untuk senantiasa mengingat pentingnya pengetahuan akan pendidikan karakter. Tak hanya itu, penerapan atas apa yang telah dipelajari menjadi hal yang mutlak penting untuk dilaksanakan. Nicko Gana Saputra, S.ST, Par., M.M Pengalaman 12 tahun di Pendidikan bidang Hospitaliti dan Hotel Manajemen. Sebagai Ka.Prodi Sarjana Terapan Pengelolaan Perhotelan, penulis menyukai pembelajaran hal-hal baru, dan cepat menyerap informasi. Khususnya dalam pengembangan kurikulum di Perguruan Tinggi, penulis berpengalaman selama 5 tahun berkontribusi dalam menyusun transformasi kurikulum vokasi di Politeknik Sahid. Sehingga pengalaman dan ilmu yang penulis
118 Pendidikan Karakter miliki ini dapat dituangkan kedalam penulisan buku dan bermanfaat bagi para pembacanya. Dr. Derinta Entas Associate Professor di Program Magister Terapan Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata di Politeknik Sahid Jakarta. Editor Senior di International Journal of Travel, Hospitality and Events (IJOTHE) dan Jurnal Sains Terapan Pariwisata (JSTP). Di antara bukunya adalah "Pariwisata Berkelanjutan: Pengelolaan Destinasi Wisata Berbasis Masyarkat (2017) dan "Pariwisata Berkelanjutan Dalam Perspektif Pariwisata Budaya di Taman Hutan Raya Banten" (2020). Proyek buku terbarunya adalah penelitian berjudul "Exploring the Potential of Green Heritage Tourism in Indonesia: Balancing Conservation and Sustainability (Studi Kasus: Kota Tua Jakarta),". Studi ini, berpusat di sekitar Kota Tua Jakarta yang bersejarah, berusaha menyelaraskan pelestarian situs bersejarah dengan memajukan keberlanjutan ekonomi dan lingkungan kawasan. Minat penelitiannya adalah pariwisata berkelanjutan, bisnis pariwisata budaya dan sejarah, serta masalah studi budaya. Novena Ade Fredyarini S. SS. M. Hum Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Denpasar Bali. Kelahiran Denpasar, 06 November 1970. Pendidikan menengah diselesaikan di Denpasar Bali. Pendidikan strata satu pada tahun 2003, di Fakultas Sastra Inggris Universitas Udayana, Magister pada
Pendidikan Karakter 119 tahun 2010, pada Prodi Pascasarjana Linguistik Universitas Udayana, dan studi Doktor pada tahun 2016, pada Prodi Pascasarjana Linguistik Konsentrasi Wacana Sastra Universitas Udayana. Pernah mengikuti Sandwich-Like di Universita Degli studi di Napoli L’Orientale dan Universiteit Leiden, Belanda 2012. Pengalaman mengajar di STAI Denpasar sejak tahun 2014 sampai sekarang. Mengajar mata kuliah Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Pengantar Psikologi Pendidikan, Perticipatory Action Research, Perkembangan Peserta Didik, Pengelolaan Kelas, dan Administrasi Kelas. Melakukan pendampingan dengan desa binaan di Desa Kutuh, Desa Angan Tiga, dan Desa Serangan. Buku yang dihasilkan adalah Cita-Cita Mereka Butuh Kita, buku ini mendapat HKI (Hak Kekayaan Intelektual) pada tahun 2020. Buku kedua berjudul, Pendampingan Penguatan Pemahaman Keagamaan dan Moderasi Kehidupan Beragama Komunitas Mualaf di Kota Denpasar. Dwi Puji Astuti, S.Pd., M.Pd. Lahir dan besar di Kebumen, Jawa Tengah. Saat ini penulis merupakan Dosen Tetap Prodi Pendidikan Akuntansi di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Negeri Semarang sejak tahun 2019. Penulis menyelesaikan Sarjana Pendidikan (S.Pd) Jurusan Pendidikan Ekonomi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 2015, dan lulus dari Program Magister Pendidikan (M. Pd) di kampus yang sama pada tahun 2018. Penulis aktif melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat serta publikasi ilmiah di jurnal nasional terakreditasi
120 Pendidikan Karakter dan jurnal internasional bereputasi. Fokus riset yang dilakukan adalah desain inovasi pembelajaran. Penulis juga aktif menulis buku di antaranya: Etika & Profesi Guru Abad 21 (2020), Akuntansi Keuangan: Berdasarkan PSAK Terbaru (2020), Aspek Hukum dalam Bisnis (2021), Pengantar Akuntansi Perusahaan Jasa dan Dagang (2021), Mengenal Siklus Akuntansi Manufaktur (2022), dan Desain Pembelajaran (2023).
Pendidikan Karakter 121