141 Indonesia bersatu padu dalam menjaga keutuhan dan keberagaman bangsa. Secara keseluruhan, praktik gotong royong telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas dan karakter masyarakat Indonesia. Meskipun beradaptasi dengan perubahan zaman, semangat gotong royong terus mengalir dalam kehidupan sehari-hari, menjadi sumber kekuatan dan kebersamaan dalam membangun masa depan yang lebih baik bagi bangsa dan negara. Semangat gotong royong warga negara Semangat gotong royong merupakan salah satu nilai yang mendalam dalam budaya dan karakter masyarakat Indonesia. Praktik ini tidak hanya mencerminkan rasa saling peduli dan kerjasama, tetapi juga menjadi fondasi utama dalam membangun kebersamaan dan solidaritas di antara individu-individu dalam masyarakat. Warga negara yang memiliki semangat gotong royong dikenal sebagai individu yang selalu siap membantu sesama, bekerja sama dalam kegiatan sosial, dan berkontribusi secara aktif dalam pembangunan masyarakat. Praktik gotong royong telah menjadi bagian integral dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia sejak zaman nenek moyang. Dalam konteks perkampungan atau desa, praktik gotong royong terwujud dalam berbagai kegiatan seperti membersihkan lingkungan, memperbaiki infrastruktur desa, atau membantu sesama yang sedang mengalami kesulitan. Tidak hanya dalam kegiatan fisik, semangat gotong royong juga tercermin dalam kegiatan
142 sosial, keagamaan, dan budaya, di mana masyarakat secara bersama-sama menggelar acara-acara adat atau keagamaan yang melibatkan partisipasi aktif dari seluruh warga. Dalam perkembangannya, semangat gotong royong telah menjadi lebih terorganisir dan terstruktur melalui berbagai inisiatif dan program pemerintah serta lembaga masyarakat. Program-program bantuan sosial, pembangunan infrastruktur, dan penanggulangan bencana sering kali melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam semangat gotong royong. Selain itu, semangat gotong royong juga menjadi landasan utama dalam berbagai gerakan sosial dan kegiatan amal yang bertujuan untuk membantu mereka yang membutuhkan. Di tengah arus globalisasi dan modernisasi, semangat gotong royong tetap menjadi pilar utama dalam menjaga kebersamaan dan solidaritas bangsa Indonesia. Meskipun tantangan dan perubahan zaman terus berkembang, masyarakat Indonesia tetap menghargai dan menjaga nilainilai luhur gotong royong sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas dan karakter bangsa. Dalam situasi sulit atau krisis, semangat gotong royong mampu menyatukan seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama menghadapi dan mengatasi tantangan yang dihadapi. Secara keseluruhan, warga negara yang memiliki semangat gotong royong adalah aset berharga bagi bangsa dan negara. Mereka merupakan agen perubahan yang turut serta dalam membangun masyarakat yang lebih baik, berdasarkan pada prinsip saling membantu, saling peduli, dan saling menghargai. Dengan semangat gotong royong yang terus terjaga, Indonesia dapat terus maju dan
143 berkembang sebagai bangsa yang kuat, bersatu, dan berkeadilan. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk membentuk semangat gotong royong di masyarakat: (Tirtoni, 2019) 1. Pendidikan Nilai Dimulai dengan mengintegrasikan nilai-nilai gotong royong dalam kurikulum pendidikan formal maupun non-formal. Sekolah-sekolah, lembaga pendidikan, dan keluarga dapat memainkan peran penting dalam membentuk pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya kerjasama dan solidaritas dalam masyarakat. 2. Pengorganisasian Masyarakat dapat membentuk kelompok-kelompok gotong royong di tingkat lokal, seperti di lingkungan RT/RW, desa, atau kelurahan. Organisasi semacam ini dapat menjadi wadah untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan gotong royong, serta memobilisasi partisipasi aktif dari anggota masyarakat. 3. Penyuluhan dan Sosialisasi Melakukan penyuluhan dan sosialisasi tentang pentingnya gotong royong dalam berbagai kesempatan, seperti melalui acara komunitas, pertemuan RT/RW, atau kampanye sosial di media massa. Dalam penyuluhan ini, penting untuk menyampaikan manfaat dan nilai-nilai positif dari praktik gotong royong.
144 4. Membangun Kesadaran Komunitas Dibutuhkan upaya untuk membangun kesadaran kolektif tentang tanggung jawab bersama dalam menjaga lingkungan, kebersihan, keamanan, dan kesejahteraan bersama. Melalui diskusi, forum, atau kegiatan partisipatif lainnya, masyarakat dapat berbagi pemikiran dan ide untuk memperkuat semangat gotong royong. 5. Penghargaan dan Apresiasi Memberikan penghargaan dan apresiasi kepada individu atau kelompok yang aktif dalam kegiatan gotong royong dapat menjadi dorongan positif untuk melibatkan lebih banyak orang dalam praktik tersebut. Ini dapat berupa penghargaan formal, seperti penghargaan dari pemerintah atau lembaga masyarakat, atau penghargaan informal dari sesama anggota masyarakat. 6. Kolaborasi dengan Pemerintah dan Swasta Kerjasama antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan sektor swasta dapat memperkuat implementasi program-program gotong royong. Dukungan dari berbagai pihak dapat memperluas jangkauan dan dampak dari kegiatan gotong royong, serta meningkatkan akses terhadap sumber daya dan fasilitas yang diperlukan. Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan semangat gotong royong dapat terus tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, menjadi salah satu fondasi utama dalam membangun kesatuan, kebersamaan, dan kemajuan bangsa.
145 Rangkuman Bhinneka Tunggal Ika mengandung arti tentang keberagaman yang menjadi kekuatan dan identitas bersama bangsa Indonesia, mencerminkan semangat persatuan dalam keberagaman. Sebagai warga negara yang cerdas dan cinta tanah air, individu memiliki pengetahuan yang luas tentang sejarah, budaya, dan potensi Indonesia, serta berkomitmen untuk berkontribusi dalam pembangunan dan perlindungan lingkungan. Warga negara yang partisipatif aktif terlibat dalam kegiatan sosial, politik, dan ekonomi, serta berperan dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada masyarakat. Mereka juga kritis dan bertanggung jawab dalam menyuarakan pendapatnya serta memperjuangkan keadilan dan kebenaran. Sementara itu, menghormati perbedaan menjadi prinsip dalam berinteraksi dengan sesama, memupuk toleransi, dan menghargai keragaman budaya, agama, dan suku. Semangat gotong royong, sebagai warga negara yang memiliki kesadaran kolektif, mendorong kerjasama dalam memecahkan masalah, membangun solidaritas, dan meningkatkan kesejahteraan bersama di masyarakat.
146 Evaluasi Penulisan Esai Reflektif "Mengapa Toleransi Penting dalam Kehidupan Sehari-hari" Deskripsi Tugas Anda diminta untuk menulis esai reflektif yang menggali mengapa toleransi menjadi penting dalam kehidupan seharihari. Dalam esai, mahasiswa diharapkan untuk merenungkan pengalaman pribadi atau pengamatan mereka tentang situasi di mana toleransi menjadi kunci dalam menjaga harmoni dan kerjasama antarindividu. Mahasiswa harus menjelaskan konsep toleransi, mengapa hal itu penting, dan bagaimana praktik toleransi memengaruhi dinamika sosial dan hubungan antarindividu. Selain itu, mahasiswa juga diminta untuk memberikan contoh konkret dari situasi di mana toleransi berhasil memecahkan konflik atau memperkuat hubungan antarindividu. Tujuan 1. Memahami konsep toleransi dan pentingnya dalam membangun masyarakat yang inklusif dan harmonis. 2. Merenungkan pengalaman pribadi atau pengamatan tentang situasi di mana toleransi menjadi kunci dalam menjaga hubungan antarindividu.
147 3. Menyajikan contoh konkret dari praktik toleransi dalam kehidupan sehari-hari yang memengaruhi dinamika sosial dan hubungan antarindividu. 4. Mendorong refleksi yang mendalam tentang peran individu dalam mempromosikan toleransi dan mengatasi konflik dalam masyarakat.
148 Daftar Pustaka ALI ARMADI, S. P. (2021). Buku Ajar Pembelajaran PPKn SD. TareBooks. Arif, M. (2012). Pendidikan kewarganegaraan. Para Cita Madina. Banks, J. A. (2017). Failed citizenship and transformative civic education. Educational Researcher, 46(7), 366–377. Bennion, E. A., & Laughlin, X. E. (2018). Best practices in civic education: Lessons from the Journal of Political Science Education. Journal of Political Science Education, 14(3), 287–330. Carretero, M., Haste, H., & Bermudez, A. (2015). Civic education. In Handbook of educational psychology (pp. 309–322). Routledge. Darmadi, H. (2020). Apa mengapa bagaimana pembelajaran pendidikan moral pancasila dan pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (PPKn): konsep dasar strategi memahami ideologi pancasila dan karakter bangsa. An1mage. Fahrurrozi, M. P., Edwita, M. P., & Bintoro, T. (2022). ModelModel Pembelajaran Kreatif dan Berpikir Kritis di Sekolah Dasar. UNJ PRESS. Hahn, C. L. (2015). Comparative civic education: An introduction. In Research in Comparative and International Education (Vol. 10, Issue 1, pp. 3–6). SAGE Publications Sage UK: London, England. Kahne, J., & Middaugh, E. (2015). High quality civic education:
149 What is it and who gets it? In Social Studies Today (pp. 179–188). Routledge. Komara, E. (2017). Curriculum and civic education teaching in Indonesia. EDUCARE, 10(1). Lubis, M. A. (2020). Pembelajaran Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan:(PPKN) DI SD/MI: Peluang Dan Tantangan Di Era Industri 4.0. Prenada Media. Lubis, M. A., & Azizan, N. (2019). Pembelajaran Tematik SD/MI Implementasi Kurikulum 2013 Berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skills). Samudra Biru. Lubis, M. A., Dalimunthe, H., & Azizan, N. (2022). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SD/MI Buku Ajar untuk PGSD/PGMI. Samudra Biru. Magdalena, I. (2020). Evaluasi pembelajaran SD: teori dan praktik. CV Jejak (Jejak Publisher). Mulyoto, G. P., Miftahusyai’an, M., Sos, M., & Hanifah, N. H. (2020). Konsep dasar dan pengembangan pembelajaran PPKN untuk MI/SD. Publica Institute Jakarta. Parawangsa, E., Dewi, D. A., & Furnamasari, Y. F. (2021). Hakikat pendidikan kewarganegaraan di sekolah dasar (SD). Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(3), 8050–8054. Prastowo, A. (2017). Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu: Implementasi Kurikulum 2018 Untuk SD/MI. Kencana. Rahayu, A. S. (2017). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Bumi Aksara. Retnasari, L., & Rahman, Z. H. (n.d.). MODUL P3PPKn SEKOLAH DASAR (MATERI KONSEP DASAR PPKn
150 MI/SD) UNTUK MAHASISWA PGSD UAD. Rusmin, L. (2022). KONSEP DASAR PPKN SD (Vol. 1). CV. Mitra Cendekia Media. Saodah, S., Pratiwi, A. R., Pratiwi, S. A., & Halimah, S. (2020). Pengunaan Media dalam Pembelajaran PKn SD. Pandawa, 2(3), 386–395. Tirtoni, F. (2016). Memahami secara Holistik Pembelajaran PKn di SD. Umsida Press. Tirtoni, F. (2019). Buku Ajar Mata Kuliah Pendidikan PKN SD Kelas Awal. Umsida Press, 1–355. Utomo, A. C., & Prasetyo, A. (n.d.). KONSEP DASAR PPKn SD. Muhammadiyah University Press. Wahid, A. (2023). Buku Ajar Konsep Dasar PKN Sd. Samudra Biru. Waldi, A., Anita, Y., Rivelia, K. P., & Anggraeni, A. (2023). KONSEP DASAR PKN SD. Penerbit Tahta Media. Wibowo, A. S., Lontoh, A. L., Wigena, I. B. W., Tinambunan, M. H., & Mahendra, I. G. B. (2023). BUKU AJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Penerbit Tahta Media. Winandar, M. L., & Dewi, D. A. (2021). Peran Mata Pelajaran PKN Dalam Membangun Karakter Anak Sekolah Dasar Pada Kehidupan Sosial. Journal on Education, 3(3), 263– 269. Winataputra, H. U. S. (2020). Hakikat, Fungsi, dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di SD. Pembelajaran Pkn Di Sd, 1.
151 Glosarium Toleransi : Sikap terbuka dan penghargaan terhadap perbedaan, baik budaya, agama, maupun pandangan. Kewarganegaraan: Status hukum yang menunjukkan hubungan antara individu dengan negara, mencakup hak dan kewajiban Bhinneka Tunggal Ika Moto nasional Indonesia yang berarti "Berbeda-beda tapi tetap satu." Demokrasi Sistem pemerintahan di mana kekuasaan dipegang oleh rakyat, baik secara langsung atau melalui wakilwakil yang dipilih. Partisipasi Keterlibatan aktif individu dalam proses politik, sosial, atau ekonomi masyarakat. Kritis Kemampuan untuk mengevaluasi informasi secara objektif dan berpikir secara mandiri. Gotong royong Prinsip kerjasama dalam masyarakat di mana individu-individu bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama
152 Konstitusi Dokumen hukum yang menetapkan struktur pemerintahan suatu negara dan hak-hak warga negara. Pemilu: Proses pemilihan umum di mana warga negara memilih wakilwakil untuk mewakili mereka dalam pemerintahan Keadilan Prinsip moral yang menuntut perlakuan yang adil dan setara bagi semua individu Globalisasi Proses integrasi ekonomi, politik, dan budaya di seluruh dunia. Etika Prinsip-prinsip moral yang mengatur perilaku individu atau kelompok dalam masyarakat. Kebebasan beragama Hak untuk memeluk dan mengamalkan agama sesuai dengan keyakinan individu. Solidaritas Rasa persaudaraan dan kesetiaan terhadap kelompok atau komunitas tertentu. Kepemimpinan Kemampuan untuk mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran aktif Pendekatan pembelajaran yang menekankan partisipasi aktif siswa dalam proses belajar-mengajar. Keberlanjutan Konsep untuk memenuhi kebutuhan
153 saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sosialisasi Proses belajar nilai-nilai, norma, dan perilaku yang diterima dalam suatu masyarakat. Budaya politik Pola perilaku, sikap, dan kepercayaan politik dalam suatu masyarakat atau negara.
154 Indeks A aktif, iv, 1, 2, 3, 4, 6, 7, 9, 10, 13, 14, 21, 24, 27, 30, 32, 35, 36, 37, 39, 42, 45, 49, 53, 55, 57, 58, 60, 62, 64, 65, 67, 68, 69, 70, 73, 74, 75, 76, 77, 79, 80, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 95, 105, 107, 108, 110, 116, 123, 126, 134, 137, 142, 157, 163, 164, 166, 169, 170, 171, 177, 178, 186, 189, 190, 192, 193, 195, 202, 204, 208 B Bhinneka, vi, 157, 158, 159, 160, 161, 194, 202 budaya, 6, 8, 14, 18, 22, 24, 25, 29, 45, 46, 49, 50, 67, 76, 94, 98, 110, 117, 125, 134, 143, 154, 157, 158, 159, 161, 162, 164, 166, 173, 176, 177, 178, 179, 181, 182, 184, 185, 186, 187, 189, 190, 194, 202, 203 Budaya, 45, 67, 98, 139, 154, 181, 187, 204 G generasi, iii, iv, 2, 9, 37, 39, 46, 129, 158, 164, 182, 204, 207 H hak, 1, 2, 4, 5, 6, 12, 13, 15, 16, 17, 27, 28, 30, 32, 36, 39, 40, 43, 45, 47, 48, 52, 53, 54, 55, 57, 70, 78, 81, 84, 104, 109, 111, 121, 125, 135, 136, 157, 165, 166, 167, 170, 173, 178, 179, 185, 202, 203, 207 hukum, 13, 43, 53, 54, 173, 186, 202, 203 I individu, 1, 2, 3, 4, 6, 23, 27, 44, 45, 48, 53, 54, 56, 58, 59,
155 60, 61, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 95, 97, 118, 119, 121, 123, 124, 125, 134, 163, 174, 175, 176, 177, 178, 179, 180, 181, 182, 183, 185, 189, 193, 194, 197, 202, 203 K kekuasaan, 202 Kepemimpinan, 151, 152, 204 kerjasama, 17, 18, 21, 50, 74, 80, 105, 116, 122, 124, 126, 128, 140, 186, 188, 189, 192, 195, 196, 203 keyakinan, 125, 169, 175, 181, 203 Konstitusi, 42, 203 Kritis, vii, 131, 172, 198, 202 M mandiri, 48, 93, 142, 202 masyarakat, iv, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 26, 27, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 37, 38, 39, 41, 42, 44, 45, 46, 47, 49, 53, 54, 55, 56, 58, 60, 61, 62, 64, 65, 66, 67, 69, 70, 71, 73, 74, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 86, 89, 91, 98, 110, 111, 112, 115, 118, 119, 121, 122, 123, 124, 125, 129, 133, 134, 135, 137, 142, 143, 144, 145, 153, 157, 159, 161, 163, 164, 165, 166, 167, 169, 170, 171, 172, 173, 174, 175, 176, 177, 178, 179, 180, 181, 182, 183, 184, 185, 186, 187, 188, 189, 190, 191, 192, 193, 194, 195, 196, 197, 202, 203, 204, 208 moral, 2, 3, 12, 36, 40, 115, 116, 117, 118, 119, 120, 121, 122, 123, 126, 127, 128, 129, 130, 131, 139, 162, 180, 181, 198, 203 O objektif, 63, 103, 202 P Pembelajaran, v, vi, 8, 14, 22, 30, 31, 32, 42, 52, 73, 83, 121, 125, 147, 148, 198, 199, 200, 201, 204
156 Pendekatan, vi, 32, 33, 36, 73, 91, 116, 129, 185, 204 politik, iii, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 13, 15, 18, 22, 24, 27, 31, 35, 53, 54, 55, 57, 58, 59, 61, 62, 63, 66, 67, 68, 69, 73, 77, 78, 80, 81, 104, 111, 121, 134, 135, 144, 153, 157, 162, 163, 165, 166, 168, 169, 170, 172, 175, 177, 178, 182, 195, 202, 203, 204, 207 S Sikap, 6, 52, 69, 70, 124, 164, 202 siswa, iii, 1, 2, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 30, 32, 33, 36, 38, 39, 40, 42, 43, 44, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 56, 57, 58, 62, 63, 64, 67, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 99, 100, 101, 102, 103, 104, 105, 106, 107, 108, 109, 110, 115, 116, 117, 118, 120, 122, 123, 125, 126, 127, 128, 129, 133, 134, 135, 136, 137, 138, 139, 140, 141, 142, 143, 144, 145, 146, 147, 148, 149, 150, 151, 152, 153, 154, 155, 166, 176, 179, 204, 207 Solidaritas, 204 sosial, iii, 2, 5, 7, 8, 10, 12, 13, 15, 17, 19, 22, 23, 24, 27, 31, 32, 35, 36, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 61, 62, 63, 65, 66, 68, 70, 72, 73, 75, 78, 84, 89, 91, 94, 96, 98, 104, 107, 111, 112, 113, 118, 121, 123, 124, 125, 126, 128, 133, 134, 136, 138, 139, 140, 142, 144, 148, 149, 153, 159, 161, 162, 163, 164, 165, 166, 168, 169, 170, 173, 174, 175, 176, 177, 178, 181, 182, 184, 185, 187, 188, 190, 193, 195, 196, 202, 207 Sosialisasi, 192, 204 struktur, 5, 13, 15, 27, 43, 53, 54, 56, 57, 84, 109, 121, 133, 134, 138, 153, 203 T Toleransi, 124, 195, 202
157 Tentang Penulis Dr. Lutma Ranta Allolinggi, lahir di Batusitanduk, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan pada tanggal 07 Oktober 1985. Penulis menyelesaiakan pendidikan Sarjana (S1) pada Program Studi Manajemen UKI Toraja tahun 2011, Pendidikan Magister (S2) pada Program Studi Pendidikan Dasar UPI Bandung tahun 2013, dan Pendidikan Doktor (S3) pada Program Studi Pendidikan Dasar UPI Bandung tahun 2023. Penulis merupakan dosen tetap pada Program Studi PGSD Universitas Kristen Indonesia Toraja sejak tahun 2011 sampai saat ini dan mengampuh mata kuliah pada Rumpun IPS dan PKn
158