Manajemen Perbankan 139 meningkatkan margin keuntungan melalui penyesuaian harga yang tepat. Selain itu, ALMA harus mempertimbangkan aspek risiko terkait dengan penetapan harga. Pemahaman terhadap risiko operasional, risiko likuiditas, dan risiko kredit dapat membantu ALMA dalam merancang kebijakan harga yang tidak hanya menguntungkan secara finansial tetapi juga memperhitungkan aspek risiko yang mungkin timbul. Keterlibatan ALMA dalam penetapan harga produk dan layanan juga membutuhkan koordinasi erat dengan unit bisnis lainnya, termasuk pemasaran dan penjualan. Kolaborasi ini memastikan bahwa penetapan harga tidak hanya mencerminkan aspek finansial, tetapi juga memperhitungkan faktor-faktor pasar dan keinginan pelanggan. Dengan menjalankan peran ini secara efektif, ALMA dapat memberikan kontribusi positif terhadap pendapatan bank dan membantu bank dalam meraih keunggulan bersaing di pasar. Dengan fokus pada strategi penentuan harga yang bijaksana, ALMA dapat membantu bank mencapai tujuan bisnisnya sambil tetap mempertahankan keberlanjutan dan kestabilan operasional. 3. Pertimbangan Risiko dan Keuntungan ALMA perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap risiko yang mungkin terkait dengan penetapan harga, khususnya risiko kredit, operasional, dan likuiditas (Permadi et al., 2023). Pertama-tama, ALMA harus memahami risiko kredit yang terkait dengan produk atau layanan tertentu. Ini mencakup penilaian terhadap kemungkinan pelanggan tidak mampu membayar atau tidak melunasi kewajiban
140 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si finansialnya. Dengan mempertimbangkan risiko kredit, ALMA dapat menetapkan harga yang mencerminkan tingkat risiko yang sesuai dengan kebijakan risiko bank. Selanjutnya, risiko operasional perlu dievaluasi dalam konteks penetapan harga. ALMA harus mempertimbangkan dampak risiko operasional yang mungkin timbul, seperti kegagalan sistem, kesalahan manusia, atau perubahan regulasi yang dapat mempengaruhi biaya operasional. Ini memastikan bahwa penetapan harga tidak hanya memperhitungkan aspek keuntungan finansial tetapi juga meminimalkan potensi risiko operasional. Risiko likuiditas juga merupakan pertimbangan penting. ALMA perlu mengevaluasi dampak penetapan harga terhadap arus kas dan likuiditas bank. Harga yang tidak sesuai dengan kebijakan risiko likuiditas dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara sumber dan penggunaan dana, sehingga mengakibatkan risiko likuiditas yang tidak diinginkan. 4. Reaksi Terhadap Perubahan Pasar Dalam menghadapi dinamika pasar yang terus berubah, Asset and Liability Management (ALMA) memerlukan strategi yang fleksibel untuk merespons perubahan kondisi pasar dengan cepat. Salah satu aspek utama yang perlu diperhatikan oleh ALMA adalah reaksi terhadap perubahan suku bunga. Perubahan suku bunga dapat memiliki dampak signifikan terhadap margin bunga dan keseimbangan aset serta kewajiban bank. ALMA harus memiliki kemampuan untuk memantau tren pasar suku bunga dengan cermat dan menganalisis bagaimana perubahan tersebut dapat memengaruhi posisi keuangan bank. Strategi yang efektif dalam menanggapi perubahan suku
Manajemen Perbankan 141 bunga melibatkan penyesuaian cepat terhadap tingkat suku bunga yang berubah, baik untuk produk-produk simpanan maupun pemberian pinjaman. Selain itu, persaingan di pasar perbankan juga dapat berubah-ubah. ALMA perlu dapat menyesuaikan strategi penetapan harga dan produknya untuk tetap bersaing dengan efektif. Hal ini mencakup evaluasi terhadap penawaran produk dan layanan pesaing serta pengembangan strategi yang dapat memberikan keunggulan kompetitif bagi bank. Perubahan dalam kebijakan moneter juga merupakan faktor yang dapat memengaruhi pasar secara keseluruhan. ALMA perlu memantau perubahan dalam kebijakan moneter yang mungkin berdampak pada suku bunga dan likuiditas pasar. Dengan memiliki pemahaman mendalam tentang perubahan ini, ALMA dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk meminimalkan risiko dan memaksimalkan peluang. 5. Penetapan Harga Berkelanjutan Strategi penetapan harga yang efektif harus mempertimbangkan berbagai aspek pasar, pesaing, serta kebutuhan dan preferensi pelanggan. Pertama, ALMA harus melakukan analisis pasar yang mendalam untuk memahami dinamika permintaan dan penawaran. Dengan memahami kekuatan pasar, ALMA dapat menentukan harga yang optimal untuk menjaga daya saing bank. Evaluasi pesaing juga menjadi bagian integral dari kebijakan penetapan harga yang berhasil. Memahami bagaimana pesaing menentukan harga produk serupa dan menyusun strategi agar bank tetap menarik bagi pelanggan.
142 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si Penting juga untuk memahami kebutuhan dan preferensi pelanggan. ALMA harus dapat mengidentifikasi segmen pasar yang berbeda dan menyesuaikan kebijakan harga sesuai dengan karakteristik setiap segmen. Pemahaman yang baik terhadap keinginan dan kemampuan membayar pelanggan akan membantu menentukan harga yang dapat diterima oleh pasar. Kebijakan penetapan harga yang berkelanjutan juga harus memperhitungkan biaya operasional dan margin keuntungan yang diinginkan. ALMA harus memastikan bahwa harga yang ditetapkan dapat mencakup biaya operasional serta memberikan keuntungan yang memadai untuk mendukung keberlanjutan bisnis bank. Dengan demikian, ALMA perlu memiliki pemahaman holistik tentang pasar, pesaing, dan pelanggan. Dengan menggabungkan informasi ini, ALMA dapat merancang kebijakan penetapan harga yang berkelanjutan, menguntungkan, dan mempertahankan daya saing bank dalam jangka panjang. 6. Analisis Pengaruh Pajak dan Regulasi Dalam merancang kebijakan penetapan harga, Asset and Liability Management (ALMA) perlu melakukan analisis yang cermat terhadap pengaruh pajak dan regulasi. Pajak dan regulasi memiliki dampak signifikan terhadap struktur harga produk dan layanan yang ditawarkan oleh bank. Pertama-tama, ALMA harus memahami implikasi peraturan perpajakan terhadap kebijakan penetapan harga. Perubahan dalam peraturan perpajakan, seperti tarif pajak yang berubah atau adanya insentif pajak tertentu, dapat memengaruhi biaya dan keuntungan yang terkait dengan produk atau layanan. Oleh karena
Manajemen Perbankan 143 itu, pemahaman mendalam terhadap regulasi pajak adalah kunci untuk menentukan harga yang optimal. Selain itu, regulasi sektor perbankan juga dapat berdampak pada struktur harga. ALMA perlu memantau perubahan regulasi terkait industri perbankan yang mungkin membatasi atau mempengaruhi cara bank menentukan harga. Hal ini mencakup ketentuan terkait biaya layanan, suku bunga maksimum, atau aturan lain yang dapat membatasi fleksibilitas bank dalam penetapan harga. Analisis ini harus menjadi bagian integral dari strategi penetapan harga untuk memastikan bahwa bank beroperasi sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Dengan memahami implikasi ini, ALMA dapat merancang kebijakan penetapan harga yang tidak hanya menguntungkan bagi bank tetapi juga sesuai dengan persyaratan perpajakan dan regulasi yang berlaku. Penting bagi ALMA untuk bekerja sama dengan unit bisnis lainnya dalam bank untuk memastikan bahwa kebijakan penetapan harga yang diusulkan sejalan dengan tujuan strategis bank dan mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan. Asset and Liability Committee (ALCO) adalah sebuah tim yang memainkan peran integral dalam pengelolaan risiko dan pengambilan keputusan strategis bagi bank. Para anggota ALCO perlu memiliki kualifikasi dan keahlian tertentu untuk memastikan bahwa mereka dapat menjalankan tugas mereka dengan efektif. Berikut adalah beberapa kualifikasi yang umumnya diharapkan dari anggota ALCO:
144 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si 1. Pengetahuan Keuangan dan Perbankan Anggota ALCO harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang aspek keuangan dan operasional perbankan. Pengetahuan ini meliputi laporan keuangan, instrumen keuangan, dan mekanisme pasar keuangan. 2. Manajemen Risiko Kualifikasi dalam manajemen risiko sangat penting karena ALCO bertanggung jawab untuk mengelola risiko terkait aset dan liabiliti bank. Ini mencakup pemahaman terhadap risiko kredit, risiko suku bunga, risiko likuiditas, dan risiko pasar. 3. Analisis Pasar dan Ekonomi Kualifikasi dalam analisis pasar dan ekonomi membantu ALCO dalam memahami tren pasar, mengidentifikasi peluang, dan mengantisipasi perubahan kondisi ekonomi yang dapat memengaruhi bank. 4. Kepatuhan dan Regulasi Dengan peraturan perbankan yang ketat, anggota ALCO perlu memahami kerangka regulasi dan kepatuhan yang berlaku. Mereka harus dapat menilai dampak perubahan regulasi terhadap keputusan ALCO. 5. Keahlian Investasi Bagi anggota yang terlibat dalam pengambilan keputusan investasi, keahlian dalam manajemen portofolio dan pemahaman mendalam tentang instrumen investasi seperti obligasi, saham, dan derivatif sangat penting. 6. Kemampuan Analisis dan Model ALCO sering menggunakan model keuangan dan analisis data untuk mendukung pengambilan keputusan. Oleh karena itu, kemampuan analisis dan keahlian dalam
Manajemen Perbankan 145 penggunaan model matematis dan statistik menjadi nilai tambah. 7. Komunikasi Efektif Keterampilan komunikasi yang baik diperlukan karena ALCO melibatkan berbagai pemangku kepentingan di dalam bank. Anggota ALCO harus dapat menjelaskan ide, kebijakan, dan keputusan secara jelas kepada semua pihak terkait. 8. Pendidikan dan Pengalaman Kualifikasi pendidikan dan pengalaman di bidang keuangan, perbankan, atau manajemen sangat penting. Gelar yang relevan dan pengalaman kerja yang solid dapat memperkuat kemampuan anggota ALCO. Hal yang perlu dipertimbangkan bahwa anggota ALCO sering berasal dari berbagai bagian bank, termasuk manajemen risiko, keuangan, dan investasi. Gabungan kualifikasi dan keahlian dari anggota-anggota ini membantu ALCO menjalankan fungsi-fungsinya dengan sukses. Agenda Rapat Asset/Liabilities Committee (ALCO) dapat berjalan bulanan dan tiga bulanan, dengan agenda seperti Gambar 18. Gambar 18. Agenda Rapat ALCO
146 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si Rapat ALCO secara rutin akan memberi output dalam menyiapkan simulasi scenario ke depan, khususnya tingkat margin, bagi hasil, fee dan estimasi pencapaian NIM, Asset & Liabilities composition. ALCO juga berfungsi sebagai internal consulting. Memonitor implementasi dari penerapan hasil rapat ALCO. Collecting data, analisis data, membuat summary dan rekomendasi yang akan dipertimbangkan oleh ALCO. Asset and Liability Committee (ALCO) berperan dalam menyelaraskan aset dan liabiliti bank, serta mengelola risiko yang terkait dengan perubahan kondisi pasar. Sebagai bagian dari fungsi utama, komite ini memainkan peran penting dalam menentukan kebijakan suku bunga, menjaga keseimbangan antara risiko dan imbal hasil, serta memastikan kecukupan modal bank. ALCO perlu secara efektif memantau dan mengevaluasi aset serta liabiliti, termasuk mengidentifikasi peluang dan risiko yang mungkin timbul. ALCO juga memiliki tanggung jawab dalam menetapkan strategi investasi yang sesuai dengan tujuan perusahaan dan kondisi pasar yang berubah. Keefektifan ALCO tercermin dalam kemampuannya untuk merespons perubahan pasar dengan cepat dan tepat, memastikan bahwa bank dapat mengoptimalkan keuntungan sambil meminimalkan risiko. Struktur organisasi ALCO dapat dilihat pada Gambar 19. Gambar 19. Struktur Organisasi ALCO
Manajemen Perbankan 147 Selain itu, komunikasi yang efektif di dalam ALCO sangat penting untuk memastikan semua pemangku kepentingan memiliki pemahaman yang sama terhadap tujuan, strategi, dan risiko yang dihadapi bank. ALCO yang efektif harus mampu menyatukan keahlian dari berbagai departemen dalam bank, seperti manajemen risiko, keuangan, dan investasi. Dengan demikian, ALCO yang efektif menjadi pilar utama dalam menjamin bahwa bank dapat mengelola aset dan liabiliti dengan bijaksana, merespons perubahan pasar, dan mencapai tujuan keuangan jangka panjang. 1. Bagaimana Fungsi Utama ALMA dalam bisnis bank dapat mendukung pencapaian tujuan strategis bank secara keseluruhan? 2. Apa saja faktor yang perlu dipertimbangkan oleh ALMA dalam penentuan harga dan strategi penetapan harga produk dan layanan bank? 3. Bagaimana ALCO yang efektif dapat berkontribusi pada manajemen risiko aset dan liabiliti bank, dan mengapa peran ini begitu penting? 4. Sebutkan dan jelaskan peran ALMA dalam optimalisasi margin bunga, dan bagaimana hal tersebut berhubungan dengan keberlanjutan keuntungan bank? 5. Bagaimana ALMA merespons perubahan pasar, terutama dalam hal suku bunga, persaingan, dan kebijakan
148 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si moneter, untuk menjaga keseimbangan aset dan liabiliti bank?
Manajemen Perbankan 149 trategi pengelolaan produk aset bank melibatkan pendekatan yang cermat dan terencana untuk memaksimal-kan nilai dari portofolio aset bank. Salah satu strategi utama adalah fokus pada Produk dan Skema Kredit. Ini melibatkan penilaian risiko kredit, pengelolaan portofolio pinjaman, dan pengembangan skema kredit yang dapat menarik bagi nasabah. Selain itu, bank juga perlu mempertimbangkan Produk Investasi Surat Berharga. Dalam hal ini, strategi melibatkan penilaian risiko pasar, diversifikasi portofolio investasi, dan pemahaman mendalam terhadap pasar surat berharga. Bank perlu mengidentifikasi peluang investasi yang menguntungkan sambil mengelola risiko yang terkait dengan perubahan kondisi pasar (Sitepu & Ompusunggu, 2023). Pentingnya pemahaman dan manajemen Risiko Pasar menjadi pusat perhatian dalam strategi pengelolaan produk aset S
150 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si bank. Bank perlu memiliki sistem yang kuat untuk mengidentifikasi, mengukur, dan mengelola risiko pasar yang mungkin mempengaruhi nilai portofolio aset. Ini mencakup pemahaman terhadap fluktuasi suku bunga, perubahan nilai tukar, dan perubahan kondisi pasar global. Secara keseluruhan, bab ini memberikan pemahaman kita bahwa strategi pengelolaan produk aset bank harus sejalan dengan tujuan keuangan jangka panjang bank, memberikan nilai tambah kepada nasabah, dan tetap berkomitmen pada prinsip manajemen risiko yang efektif. Dengan demikian, strategi pengelolaan produk aset bank menjadi poin penting dalam memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan dan ketahanan terhadap perubahan pasar. Bank secara cermat perlu merancang dan mengelola beragam produk kredit untuk memenuhi kebutuhan nasabah sambil meminimalkan risiko kredit. Strategi ini mencakup penilaian risiko, penentuan tingkat suku bunga, dan pengembangan skema kredit yang sesuai. 1. Produk Kredit Dalam merancang produk kredit, bank harus mempertimbangkan risiko kredit yang terkait dengan peminjam dan jenis pinjaman yang diberikan. Pertama, bank perlu menetapkan standar kredit yang jelas dan terukur untuk mengidentifikasi peminjam yang layak dan mampu membayar kembali. Ini mencakup penyusunan pedoman terkait tingkat suku bunga, jangka waktu, dan persyaratan lainnya yang sesuai dengan profil risiko yang diinginkan (Putra et al., 2023). Selanjutnya, bank harus melibatkan proses penilaian risiko yang hati-hati dalam setiap permohonan pinjaman.
Manajemen Perbankan 151 Ini melibatkan analisis kredit mendalam, evaluasi keuangan, dan penilaian secara menyeluruh terhadap kemampuan peminjam untuk memenuhi kewajibannya. Dalam hal ini, penerapan teknik kredit scoring atau model kredit dapat menjadi alat yang efektif untuk mendukung keputusan penilaian risiko. Bank perlu juga untuk menyusun sistem pemantauan terus-menerus terhadap kualitas portofolio pinjaman. Bank perlu mendeteksi potensi risiko kredit sejak dini, menggunakan teknologi dan analisis data untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang performa portofolio pinjaman dan mengambil tindakan yang sesuai. Terakhir, bank perlu melakukan penyesuaian terhadap standar kredit dan proses penilaian risiko secara berkala. Ini melibatkan pemantauan kondisi ekonomi atau pasar yang dapat memengaruhi risiko kredit, serta menetapkan kebijakan penanganan kredit bermasalah dan mekanisme restrukturisasi jika diperlukan. Dengan pendekatan holistik ini, bank dapat merancang produk kredit yang sejalan dengan prinsipprinsip manajemen risiko kredit yang baik. Beberapa contoh produk kredit yang umumnya ditawarkan oleh bank adalah sebagai berikut : a. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pinjaman jangka panjang yang diberikan kepada individu untuk membeli atau membangun rumah. b. Kredit Mobil Pinjaman untuk membiayai pembelian kendaraan bermotor, baik mobil baru maupun bekas.
152 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si c. Kredit Pendidikan Pinjaman yang diberikan untuk membiayai pendidikan, termasuk biaya kuliah, buku, dan biaya hidup selama masa studi. d. Kredit Konsumen Pinjaman pribadi yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti liburan, perbaikan rumah, atau kebutuhan mendesak lainnya. e. Kredit Usaha Kecil Menengah (KUKM) Pinjaman yang ditujukan untuk mendukung usaha kecil dan menengah dalam membiayai kegiatan operasional, perluasan bisnis, atau investasi lainnya. f. Kredit Kepemilikan Kendaraan Bermotor (KKB) Pinjaman yang diberikan khusus untuk pembelian kendaraan bermotor, termasuk mobil, motor, atau sepeda motor. g. Kredit Kartu Kredit Sebuah fasilitas kredit yang memungkinkan pemegang kartu untuk melakukan pembelian dan membayar kembali seiring waktu, seringkali dengan bunga yang dikenakan jika pembayaran tidak lunas pada waktu tertentu. h. Kredit Multiguna Pinjaman tanpa agunan yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti pembelian barang elektronik, biaya pernikahan, atau perjalanan. i. Overdraft Fasilitas yang memungkinkan nasabah menarik uang melebihi saldo mereka dalam rekening giro, dengan pembayaran bunga sesuai dengan jumlah yang diambil.
Manajemen Perbankan 153 j. Kredit Rumah Tangga Pinjaman yang ditujukan untuk membiayai kebutuhan sehari-hari atau perbaikan rumah tangga. k. Kredit Agunan Deposito Pinjaman yang diberikan dengan menggunakan deposito sebagai agunan, yang memungkinkan nasabah tetap mendapatkan bunga dari deposito tersebut. Produk kredit di atasmemiliki syarat dan ketentuan yang berbeda, termasuk tingkat bunga, jangka waktu, dan persyaratan lainnya. 2. Skema kredit Bank harus memperhatikan penentuan struktur pinjaman, jangka waktu, dan kondisi pembayaran yang sesuai dengan kebutuhan nasabah dan sejalan dengan kebijakan risiko bank. Dalam konteks ini, bank harus mempertimbangkan profil risiko masing-masing peminjam dan jenis pinjaman yang diberikan. Struktur pinjaman yang efektif harus mempertimbangkan keberlanjutan kredit, memastikan bahwa peminjam dapat membayar kembali sesuai dengan kesepakatan. Oleh karena itu, bank perlu menyesuaikan suku bunga, jangka waktu, dan kondisi lainnya dengan keadaan finansial dan kebutuhan nasabah. Pemahaman mendalam terhadap kondisi pasar dan perkembangan ekonomi juga menjadi kunci dalam merancang skema kredit yang responsif terhadap dinamika yang terjadi. Kemudian, strategi pengelolaan produk kredit harus sesuai dengan tujuan bisnis bank secara keseluruhan. Skema kredit harus memberikan keuntungan bersaing agar bank dapat mempertahankan dan menarik nasabah. Keberlanjutan produk kredit juga penting agar bank dapat membangun hubungan jangka panjang dengan
154 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si nasabah, menciptakan nilai tambah, dan mendukung pertumbuhan portofolio kredit secara sehat. Strategi ini harus berorientasi pada keberlanjutan, memastikan bahwa pinjaman yang diberikan mendukung pertumbuhan bisnis bank secara jangka panjang. Dengan demikian, skema kredit yang efektif harus menjadi refleksi dari visi dan misi bank, menggabungkan prinsipprinsip bisnis yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Dengan adopsi strategi yang tepat dalam produk dan skema kredit, bank dapat mencapai keseimbangan yang optimal antara memberikan layanan keuangan yang inovatif kepada nasabah dan menjaga stabilitas serta keamanan portofolio kreditnya. Berikut adalah beberapa contoh skema kredit yang dapat diterapkan oleh bank: a. Skema Kredit Tetap (Fixed-Rate Loan) Nasabah membayar suku bunga tetap selama masa pinjaman. Skema ini memberikan kepastian terkait pembayaran bulanan, karena suku bunga tidak berubah. b. Skema Kredit Variabel (Variable-Rate Loan) Suku bunga pada pinjaman dapat berubah sesuai dengan perubahan suku bunga pasar. Hal ini dapat memengaruhi pembayaran bulanan nasabah. c. Skema Kredit Angsuran (Installment Loan) Pinjaman yang dibayarkan dalam angsuran tetap selama periode tertentu. Cocok untuk pembelian barang konsumen atau kendaraan. d. Skema Kredit Revolusioner (Revolving Credit) Nasabah memiliki batasan kredit maksimum, dan mereka dapat meminjam dan membayar sepanjang
Manajemen Perbankan 155 waktu sesuai kebutuhan mereka. Kartu kredit adalah contoh dari skema ini. e. Skema Kredit Musiman (Seasonal Loan) Dirancang untuk membantu bisnis yang mengalami fluktuasi musiman. Pembayaran dilakukan saat bisnis sedang aktif. f. Skema Kredit Anuitas (Annuity Loan) Nasabah membayar angsuran tetap yang mencakup pembayaran bunga dan pembayaran pokok. Secara bertahap, bagian dari pembayaran miring ke arah pembayaran pokok. g. Skema Kredit Terjamin (Secured Loan) Pinjaman yang didukung oleh agunan, seperti properti atau deposito. Ini memberikan tingkat keamanan yang lebih tinggi bagi bank. h. Skema Kredit Tanpa Agunan (Unsecured Loan) Pinjaman tanpa agunan. Karena tingkat risikonya lebih tinggi, suku bunga mungkin lebih tinggi. i. Skema Kredit Lelang (Pawn Shop Loan) Nasabah memberikan barang berharga sebagai agunan untuk mendapatkan pinjaman. Jika tidak dapat membayar, barang tersebut dapat dilelang. j. Skema Kredit Faktoring (Factoring Loan) Bank membeli piutang bisnis dan kemudian memberikan pinjaman berdasarkan nilai piutang tersebut. Setiap skema kredit memiliki karakteristik dan persyaratan yang berbeda, dan pemilihan yang tepat tergantung pada kebutuhan nasabah dan kondisi keuangan. Nasabah sebaiknya memahami dengan baik skema kredit yang mereka pilih dan dampaknya terhadap keuangan mereka.
156 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si Surat berharga adalah instrumen keuangan yang dapat diperdagangkan, seperti obligasi atau saham, yang memberikan hak kepemilikan atau klaim atas aset tertentu. Strategi pengelolaan produk investasi surat berharga mencakup pemilihan portofolio yang optimal, pemantauan kondisi pasar, dan manajemen risiko yang efektif. Bank perlu mempertimbangkan berbagai jenis surat berharga yang dapat diinvestasikan, termasuk obligasi pemerintah, obligasi korporat, saham, dan instrumen pasar uang lainnya. Pemilihan portofolio yang tepat harus memperhatikan profil risiko dan tujuan investasi bank. Selain itu, manajemen risiko dalam produk investasi surat berharga melibatkan pemahaman mendalam terhadap perubahan kondisi pasar, likuiditas, dan faktor-faktor makroekonomi yang dapat mempengaruhi nilai surat berharga. Bank juga perlu memiliki strategi yang adaptif untuk merespons perubahan pasar dan memastikan bahwa portofolio surat berharga tetap sejalan dengan tujuan jangka panjang bank. Pemantauan yang cermat terhadap kinerja portofolio, perubahan kebijakan moneter, dan perubahan kondisi ekonomi menjadi bagian integral dari strategi pengelolaan produk investasi surat berharga. Selain itu, diversifikasi portofolio, analisis kredit terhadap penerbit surat berharga, dan pemahaman mendalam terhadap kualitas instrumen keuangan menjadi faktor-faktor kunci dalam mencapai hasil optimal dalam pengelolaan produk investasi surat berharga. Beberapa contoh produk surat berharga yang ditawarkan bank meliputi:
Manajemen Perbankan 157 1. Saham Saham adalah surat berharga yang mewakili kepemilikan suatu perusahaan. Pemegang saham memiliki hak atas dividen dan hak suara dalam rapat pemegang saham. 2. Obligasi Obligasi adalah surat berharga yang mewakili utang yang dikeluarkan oleh pemerintah, perusahaan, atau lembaga keuangan. Pemegang obligasi memiliki klaim atas pembayaran bunga dan pokok pada waktu tertentu. 3. Sertifikat Deposito Sertifikat deposito adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan atas deposito di bank. Pemilik sertifikat deposito memiliki klaim atas jumlah uang tertentu pada tanggal jatuh tempo. 4. Commercial Paper Commercial paper adalah surat berharga jangka pendek yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan finansialnya. Surat berharga ini biasanya memiliki jatuh tempo singkat, umumnya kurang dari satu tahun. 5. Surat Utang Surat utang adalah surat berharga yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima pembayaran kembali pada waktu tertentu. Contohnya termasuk surat berharga komersial dan surat berharga negara. 6. Waran Waran memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham perusahaan pada harga tertentu selama
158 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si periode tertentu. Waran sering kali diberikan bersamaan dengan penerbitan obligasi atau saham. 7. Reksa Dana Reksa dana adalah surat berharga yang mencerminkan kepemilikan kolektif atas portofolio investasi yang dikelola secara profesional. Pemegang reksa dana memiliki bagian proporsional dari aset investasi dalam portofolio tersebut. 8. Instrumen Derivatif Instrumen derivatif seperti opsi dan kontrak berjangka adalah surat berharga yang nilainya berasal dari aset yang mendasarinya. Mereka digunakan untuk lindung nilai atau spekulasi. 9. Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (Rights) Rights memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham tambahan dari suatu perusahaan dengan harga diskon selama periode tertentu. 10. Sukuk Sukuk adalah bentuk surat berharga Islam yang mewakili kepemilikan dalam aset tertentu. Pendapatan yang diperoleh dari sukuk bersumber dari hasil aset tersebut. Contoh di atas hanya beberapa contoh produk surat berharga, dan pasar keuangan terus berkembang dengan munculnya instrumen-instrumen baru.
Manajemen Perbankan 159 1. Bagaimana bank dapat merancang produk kredit yang memperhitungkan dengan cermat risiko kredit yang terkait dengan peminjam dan jenis pinjaman yang diberikan? 2. Apa yang menjadi fokus utama dalam menciptakan skema kredit yang efektif, terutama terkait dengan struktur pinjaman, jangka waktu, dan kondisi pembayaran? 3. Bagaimana strategi pengelolaan produk aset bank harus sejalan dengan tujuan bisnis bank, memberikan keuntungan bersaing, dan tetap berorientasi pada keberlanjutan? 4. Sebutkan contoh produk kredit yang dapat menjadi pilihan dalam strategi pengelolaan produk aset bank, dan jelaskan keunggulan dan risikonya? 5. Apa saja contoh produk surat berharga yang dapat menjadi bagian dari strategi pengelolaan aset bank, dan bagaimana peran mereka dalam mencapai tujuan investasi dan keuangan bank?
160 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si
Manajemen Perbankan 161
162 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si ab mengenai Strategi Pengelolaan Produk Liabiliti bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam mengenai Produk dan Skema Pendanaan. Fokus utama bab ini adalah mengeksplorasi Strategi Pengembangan Dana Murah, yang melibatkan taktik efisien untuk mengelola sumber daya keuangan. Dengan memahami berbagai produk liabiliti, seperti saham, obligasi, dan instrumen keuangan lainnya, serta meneliti skema pendanaan yang relevan, pembaca akan dapat mengembangkan wawasan yang kuat dalam mengelola dana secara hemat biaya. Strategi pengembangan dana murah mencakup langkahlangkah untuk mengurangi biaya transaksi, bernegosiasi biaya dengan pihak ketiga, dan mengeksplorasi alternatif pembiayaan yang ekonomis. Dengan demikian, bab ini memberikan landasan yang kokoh bagi pembaca untuk merancang pendekatan strategis dalam mengelola produk liabiliti dengan efektif dan efisien (Rosalina, 2022). B
Manajemen Perbankan 163 Manajemen atau pegelolaan liabilitas atau pasiva suatu bank (liability management) adalah suatu proses dimana bank berusaha mengembangkan sumber-sumber dana baik melalui cara tradisional maupun cara-cara non tradisional. Cara tradisional adalah melalui pengembangan dana pihak ketiga (DPK) dari masyarakat dengan produk CASA yaitu current account (giro), saving account (tabungan), dan deposito (time deposit). Cara pengembangan sumber dana yang non tradisional adalah penghimpunan dana melalui mekanisme pasar uang dan atau menerbitkan instrumen utang yang digunakan secara menguntungkan terutama untuk memenuhi permintaan kredit. Dengan demikian, pendekatan liability management dalam perbankan adalah berkaitan erat dengan produk aset, dalam hal ini adalah produk kredit atau pembiayaan. Strategi mendapatkan DPK dan kemudian mengoptimalkan dana yang dihimpun tersebut menjadi kredit yang memberi keuntungan bank bank. Aktivitas penghimpunan dana secara tradisional biasanya dilakukan oleh unit bisnis atau cabang suatu bank. Pihak tresuri bank kemudian melakukan konsolidasi untuk memastikan likuiditas bank yang memadai. Sedangkan penghimpunan dana secara non tradisional dalam bentuk instrumen utang atau mekanisme pasar modal akan dilakukan oleh unit tresuri. Pembahasan manajemen liabilitas meliputi salah satu kegiatan utama bank yang terlihat pada sisi liabilitas atau pasiva bank. Pos utama pada sisi liabilitas dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) bagian utama, yakni: 1. Dana pihak pertama, yang berasal dari ekuitas yaitu dana pemilik bank dalam bentuk modal yang disetor dan laba di tahan;
164 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si 2. Dana pihak kedua, dana yang bersumber dari penerbitan instrumen surat hutang atau surat berharga lain seperti obligasi atau sukuk (obligasi syariah); dan 3. Dana pihak ketiga, yang populer disebut DPK, dana yang berasal dari masyarakat berupa giro, tabungan, deposito, setoran jaminan dan kewajiban lain yang segera dibayar. Dengan adanya pengelompokan sumber dana tersebut, bank dapat membuat dan mengembangkan produk yang sesuai dengan segmentasi dan karakteristik nasabah dalam suatu kegiatan product development. Bank selanjutnya daapt menyusun strategi yang jitu untuk meningkatkan penghimpunan dana masyarakat, baik melalui produk tradisional maupun dari pasar uang. Dalam jangka panjang bank juga dapat memperoleh likuiditas melalui go public atau IPO (Initial Public Offering). Produk pendanaan mencakup berbagai instrumen keuangan yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan keuangan. Dalam konteks ini, produk pendanaan menjadi suatu subkategori khusus yang mendalaminya, menyoroti instrumen keuangan yang secara khusus digunakan untuk mencapai tujuan pendanaan, investasi, atau manajemen keuangan. Produk pendanaan mencakup saham yang memberikan kepemilikan dalam perusahaan, obligasi sebagai bentuk utang, sertifikat deposito yang menawarkan keamanan dan suku bunga tetap, serta reksa dana yang memberikan diversifikasi dan manajemen profesional. Dengan fokus pada aspek pendanaan, produk ini menjadi alat penting dalam pengelolaan keuangan, memungkinkan individu dan perusahaan untuk mengoptimalkan alokasi sumber daya finansial mereka sesuai dengan tujuan dan kebutuhan mereka. Dana Pihak Ketiga. Dalam rangka meningkatkan dana pihak ketiga, bank dapat mengembangkan dana masyarakat
Manajemen Perbankan 165 dengan berbagai cara, seperti menawarkan produk-produk tabungan dan giro yang menarik bagi masyarakat, serta memberikan bunga yang kompetitif. Selain itu, bank juga dapat memperluas jaringan kantor cabangnya untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan transaksi perbankan. Untuk mengembangkan DPK bank, terdapat beberapa strategi dan taktik yang dapat dilakukan, antara lain: 1. Menawarkan produk-produk tabungan dan giro yang menarik bagi masyarakat: Bank dapat menawarkan produk-produk tabungan dan giro yang menarik bagi masyarakat, serta memberikan bunga yang kompetitif; 2. Memperluas jaringan kantor cabang: Bank dapat memperluas jaringan kantor cabangnya untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan transaksi perbankan; 3. Mengincar dana murah (CASA): Bank dapat mengincar dana murah (CASA) melalui produk tabungan dan giro; dan 4. Mendorong transaction banking: Bank dapat mendorong transaction banking, diantaranya melalui pengembangan platform simpanan berbasis digital dan micropayment system. Dana Pihak Kedua. Sumber dana pihak kedua diperoleh Bank melalui pasar uang antar bank dan penerbitan obligasi atau sukuk (obligasi syariah) jangka menengah (1-5 tahun). Pasar uang antar bank (interbank money market) adalah kegiatan pinjam meminjam dana antara satu bank dengan bank lainnya dalam rangka memenuhi kebutuhan likuiditas atau untuk memanfaatkan dana agar tidak terjadi idle fund (dana menganggur). Instrumen pasar uang
166 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si memiliki jangka waktu dibawah satu tahun dapat berupa Promissory Notes (Promes), Banker’s Acceptance (BA), Commercial Paper (CP) dan surat-surat berharga sejenis lainnya dalam rangka penghimpunan dana bagi bank. Bank yang hendak memanfaatkan pasar uang antara bank (PUAB) melalui transaksi di pasar uang harus memiliki money market line, yaitu perjanjian antara bank dan perusahaan yang memberikan hak kepada perusahaan untuk meminjam hingga batas tertentu setiap hari di pasar uang, dalam jangka waktu pendek (seringkali semalam atau dalam beberapa kasus hingga satu bulan). Pasar Uang adalah tempat di mana instrumen finansial dengan likuiditas yang tinggi dan jangka waktu jatuh tempo yang relatif singkat (jangka pendek) diperdagangkan. Pinjaman antar bank jatuh tempo dalam waktu satu minggu atau kurang, sebagian besar dalam waktu semalam. Sumber dana Pasar Uang Antar Bank berasal dari kegiatan pinjam meminjam dana antar bank satu dengan bank yang lainnya. Lalu lintas dana antar bank dapat dilakukan pula melalui penempatan dana dalam bentuk simpanan pada bank lainnya. Dana pihak kedua dari pasar uang dapat memberikan manfaat bagi bank, yakni: 1. Bank dapat memperoleh sumber dana yang lebih besar dan lebih cepat dibandingkan dengan sumber dana internal yang bersumber dari setoran modal (DP kesatu) dan DPK. 2. Bank dapat memanfaatkan dana tersebut untuk memperluas operasi dan meningkatkan laba. Penghimpunan dana yang diperoleh melalui pasar uang lebih cepat diperoleh, sehingga dalam waktu singkat, bank yang hendak melakukan ekspansi kredit dapat
Manajemen Perbankan 167 memenuhi likuiditas untuk kemudian disalurkan kepada debitur yang memutuhkan untuk investasi atau modal kerja. 3. Ketiga, bank dapat memperoleh pendapatan dari selisih bunga antara dana yang diterima dan dana yang diberikan. Sama seperti penyaluran kredit menggunakan DPK, penggunaan dana pihak kedua juga akan menghasilkan spread yang positif, yaitu selisih antara lending rate dengan funding rate (biaya dana) dari transaksi PUAB. 4. Keempat, bank dapat memperoleh likuiditas yang lebih tinggi dan mengurangi risiko likuiditas. Namun, bank juga harus memperhatikan risiko yang terkait dengan penggunaan dana pihak kedua, seperti risiko kredit dan risiko pasar Dana Pihak Kesatu atau Modal Disetor. Modal bank adalah dana yang di-investasikan oleh pemilik dalam rangka pendirian badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank, di samping itu untuk memenuhi regulasi yang ditetapkan oleh otoritas moneter. Sesuai dengan POJK No. 11 /POJK.03/2016 Tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum, Bank wajib menyediakan modal minimum sesuai profil risiko. Penyediaan modal minimum dihitung dengan menggunakan rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM). Penyediaan modal minimum ditetapkan paling rendah: 1. 8% (delapan persen) dari Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) bagi Bank dengan profil risiko Peringkat 1; 2. 9% (sembilan persen) sampai dengan kurang dari 10% (sepuluh persen) dari ATMR bagi Bank dengan profil risiko Peringkat 2;
168 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si 3. 10% (sepuluh persen) sampai dengan kurang dari 11% (sebelas persen) dari ATMR bagi Bank dengan profil risiko Peringkat 3; atau 4. 11% (sebelas persen) sampai dengan 14% (empat) belas persen) dari ATMR bagi Bank dengan profil risiko Peringkat 4 atau Peringkat 5. Menurut Peraturan OJK Nomor 12/POJK.03/2021, bank umum dikelompokkan menjadi 4 kategori berdasarkan modal inti, yaitu: 1. KBMI 1: Modal inti sampai dengan Rp6.000.000.000.000,00 (enam triliun rupiah). 2. KBMI 2: Modal inti lebih dari Rp6.000.000.000.000,00 (enam triliun rupiah) sampai dengan Rp14.000.000.000.000,00 (empat belas triliun rupiah). 3. KBMI 3: Modal inti lebih dari Rp14.000.000.000.000,00 (empat belas triliun rupiah) sampai dengan Rp25.000.000.000.000,00 (dua puluh lima triliun rupiah). 4. KBMI 4: Modal inti lebih dari Rp25.000.000.000.000,00 (dua puluh lima triliun rupiah). Terkait dengan ketentuan kewajiban penyetoran modal inti dan mengacu pada peraturan OJK (POJK) No.12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum, bank diharuskan memiliki modal inti sebesar Rp3 triliun dengan batas terakhir pada 31 Desember 2023. Mengingat modal merupaan hal yang sangat penting bagi bank, strategi peningkatan modal dapat dilakukan melalui go public atau IPO. Initial Public Offering (IPO) terjadi ketika sebuah perusahaan memutuskan untuk menjual sahamnya ke publik untuk pertama kalinya. Dalam hal ini, bank yang “go public” atau melantai di bursa saham, menjual sahamnya
Manajemen Perbankan 169 ke publik untuk mendapatkan akses pendanaan yang lebih luas. Beberapa manfaat dari IPO bagi bank adalah: 1. Mendapatkan akses pendanaan yang lebih luas: Dengan menjual saham ke publik, bank dapat memperoleh akses pendanaan yang lebih luas untuk meningkatkan modal kerja, membayar utang, melakukan investasi, atau mengakuisisi; 2. Meningkatkan kepercayaan perbankan: Bank yang sudah melantai di bursa saham akan lebih mudah memperoleh akses pendanaan dari perbankan. Perbankan bisa lebih mengenal dan percaya kepada bank karena kondisi keuangan bank setiap saat bisa diakses melalui bursa. Selain itu, bank yang sudah melantai di bursa saham akan lebih mudah menerbitkan surat utang, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Investor pembeli surat utang biasanya lebih menyukai bank yang telah dikenal dan memiliki citra yang baik dalam dunia keuangan; 3. Menumbuhkan profesionalisme: Sebagai bank publik, bank dituntut oleh banyak pihak untuk selalu meningkatkan kinerja, kualitas pelayanan, sistem pelaporan, dan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik; dan 4. Citra bank naik: Citra bank yang masuk bursa efek akan naik seiring banyaknya publikasi mengenai bank tersebut lewat media maupun analis perusahaan sekuritas Proses penjualan saham melibatkan penawaran saham kepada publik atau investor institusional, yang kemudian dapat membeli saham tersebut. Perusahaan mendapatkan dana dari penjualan saham dengan memberikan hak kepemilikan kepada pemegang saham baru. Pemegang
170 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si saham memiliki hak atas potensi keuntungan perusahaan, yang dapat berasal dari pembagian dividen atau kenaikan nilai saham. Selain itu, pemegang saham juga memiliki hak suara dalam keputusan perusahaan, terutama dalam rapat pemegang saham. Keuntungan dari skema penjualan saham termasuk akses ke sumber dana tanpa harus membayar bunga, dan saham dapat diperdagangkan di pasar sekunder untuk mendapatkan likuiditas. Namun, perusahaan harus berbagi kepemilikan dan keuntungan dengan pemegang saham. Pemilihan skema ini sering tergantung pada strategi keuangan perusahaan, tahap perkembangan, dan kebutuhan modal. Strategi ini melibatkan langkah-langkah yang dapat membantu entitas keuangan, baik perusahaan maupun individu, dalam mengoptimalkan penggunaan sumber daya finansial dengan meminimalkan biaya pendanaan. Berikut beberapa strategi yang dapat digunakan: 1. Promosi dan Hadiah: Bank digital dapat mengadakan undian berhadiah atau promo belanja untuk menarik minat nasabah CASA. Hal ini bisa memotivasi nasabah untuk menabung lebih banyak di rekening mereka. 2. Aplikasi yang Inovatif: Penggunaan aplikasi perbankan yang inovatif, seperti yang dilakukan oleh bank digital, dapat membantu bank digital mencatatkan jumlah pengguna yang lebih banyak. 3. Efisiensi Operasional: Menjaga rasio CASA yang tinggi dapat meningkatkan efisiensi operasional bank. Rasio CASA adalah proporsi dana murah yang dimiliki bank dalam bentuk deposito berjangka dan tabungan.
Manajemen Perbankan 171 4. Pemasaran Terpadu: Bank perlu menerapkan strategi pemasaran yang terpadu untuk menarik lebih banyak nasabah dan mempromosikan produk mereka. 5. Inovasi Produk: Pengembangan produk tabungan dan deposito yang menarik dapat membantu bank digital bersaing di pasar. Beberapa strategi yang dapat dijelaskan dalam bab ini termasuk Strategi implementasi yang dapat dilakukan bank dalam menawarkan produk-produk tabungan dan giro yang menarik bagi masyarakat mencakup beberapa aspek penting. Berikut adalah rangkuman beberapa strategi yang sudah diimplementasikan oleh perbankan di Indonesia dalam menghimpun DPK, antara lain: 1. Penawaran Bunga yang Kompetitif: Bank dapat menawarkan suku bunga yang kompetitif untuk produk tabungan dan giro. Ini sering menjadi faktor utama yang dipertimbangkan oleh nasabah ketika memilih bank. Bunga dan hadiah masih merupakan memiliki daya tarik tersendiri bagi nasabah bank di Indonesia. 2. Pelayanan Nasabah yang Berkualitas: Memberikan layanan nasabah yang cepat, ramah, dan efisien dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dan membantu mempertahankan serta menarik nasabah baru. Layanan secara langsung oleh petugas front liners sudah mulai ditinggalkan, konsep layanan prima sudah berubah dengan berkembangnya digitalisasi transaksi di perbankan. Mulai dari proses pemberian informasi produk, pembukaan rekening dan komplain sudah dapat dilakukan menggunakan transaksi virtual. 3. Digitalisasi Layanan: Mengintegrasikan teknologi digital dalam layanan perbankan, seperti mobile banking dan
172 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si internet banking, dapat memudahkan nasabah dalam melakukan transaksi dan mengakses informasi akun mereka. 4. Produk yang Diversifikasi: Menawarkan berbagai jenis produk tabungan dan giro yang disesuaikan dengan kebutuhan berbeda dari berbagai segmen masyarakat, seperti tabungan untuk pendidikan, tabungan pensiun, atau giro untuk bisnis. 5. Program Loyalitas dan Reward: Memberikan insentif kepada nasabah melalui program loyalitas, seperti cashback, poin reward, atau hadiah, dapat meningkatkan retensi nasabah. 6. Edukasi Keuangan: Memberikan informasi dan edukasi tentang manajemen keuangan dan keuntungan memiliki produk tabungan dan giro dapat membantu masyarakat memahami nilai dari produk tersebut. 7. Kemudahan Akses dan Transaksi: Menyediakan kemudahan dalam membuka rekening, melakukan setoran, penarikan, dan transaksi lain dengan jumlah cabang yang banyak dan ATM yang tersebar luas. 8. Kerjasama dengan Lembaga atau Perusahaan: Melakukan kerjasama dengan perusahaan atau lembaga untuk menjadi bank pilihan untuk transaksi gaji karyawan atau transaksi bisnis dapat meningkatkan jumlah nasabah. 9. Personalisasi Layanan: Menawarkan layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan individu, seperti pemberian nasihat keuangan personal, dapat meningkatkan kepuasan nasabah.
Manajemen Perbankan 173 10. Kampanye Pemasaran yang Efektif: Menggunakan strategi pemasaran yang efektif, seperti iklan online, media sosial, dan event-event komunitas, untuk meningkatkan kesadaran dan menarik minat masyarakat. 11. Keamanan dan Perlindungan Data: Menjamin keamanan dan perlindungan data nasabah adalah penting untuk membangun kepercayaan dan kredibilitas bank. Menerapkan strategi-strategi ini membutuhkan pemahaman mendalam tentang kebutuhan dan perilaku nasabah, serta adaptasi dengan perubahan tren dan teknologi di industri perbankan. 1. Bagaimana Strategi Pengelolaan Produk Liabiliti yang dibahas dalam materi membantu memahami peran produk liabiliti dalam manajemen keuangan secara keseluruhan? 2. Apa saja produk liabiliti yang dijelaskan dalam strategi pengelolaan ini, dan bagaimana karakteristik masingmasing produk tersebut dapat memengaruhi keputusan pengelolaan keuangan? 3. Sejauh mana strategi ini memberikan panduan yang praktis dan terarah dalam mengelola risiko yang terkait dengan produk liabiliti?
174 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si 4. Bagaimana konsep pengembangan dana murah diintegrasikan ke dalam strategi pengelolaan produk liabiliti, dan apakah pendekatan ini dapat memberikan keunggulan kompetitif dalam manajemen keuangan? 5. Apakah terdapat contoh atau studi kasus yang digunakan dalam materi untuk mengilustrasikan penerapan strategi pengelolaan produk liabiliti, dan sejauh mana hal tersebut dapat memberikan pemahaman praktis?
Manajemen Perbankan 175 engelolaan Likuiditas adalah suatu pendekatan strategis yang bertujuan untuk memastikan ketersediaan dana yang memadai untuk memenuhi kewajiban finansial suatu entitas. Bagian ini memberikan pemahaman mendalam tentang likuiditas dalam konteks manajemen keuangan, dengan fokus pada aspek Asset and Liability Liquidity. Hal ini mencakup strategi dan taktik yang dapat diterapkan untuk mengoptimalkan likuiditas, memastikan bahwa entitas dapat mengatasi tantangan likuiditas dengan baik. Secara keberlanjutan, bagian ini membahas berbagai aspek, termasuk Asset and Liability Liquidity, yang mengacu pada strategi menjaga ketersediaan dana. Selain itu, terdapat Gap Management, yang menekankan pada manajemen perbedaan antara aset dan kewajiban dalam konteks waktu. Giro Wajib Minimum menjadi fokus dalam upaya mengelola risiko kepatuhan terkait persyaratan simpanan. Selain itu, pembahasan P
176 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si mencakup Posisi Devisa Netto, yang melibatkan penanganan risiko devisa. Semua elemen ini saling terkait dalam upaya menyusun strategi pengelolaan likuiditas yang holistik dan efektif. Asset and Liability Liquidity mengacu pada kemampuan suatu entitas untuk mengelola likuiditas dari sisi aset dan kewajiban dalam konteks keuangan. Likuiditas aset menunjukkan sejauh mana entitas dapat dengan cepat mengonversi aset-asetnya menjadi dana tunai atau setara tunai, sementara likuiditas kewajiban berkaitan dengan kemampuan untuk memenuhi kewajiban finansial yang jatuh tempo. 1. Likuiditas Aset (Asset Liquidity) Hal ini merujuk pada sejauh mana aset suatu perusahaan dapat dijual atau diuangkan tanpa mengalami penurunan nilai yang signifikan. Kemampuan ini menjadi krusial dalam memastikan ketersediaan dana yang cukup untuk memenuhi kebutuhan finansial yang mendesak. Contohnya mencakup investasi yang dapat dijual, seperti saham atau obligasi, yang dapat segera diubah menjadi kas tanpa mengalami kerugian besar. Selain itu, piutang yang dapat segera diterima juga termasuk dalam likuiditas aset, di mana tagihan yang masih harus diterima dapat dengan cepat dikonversi menjadi kas. Terakhir, keberadaan kas sebagai bentuk likuiditas paling tinggi memungkinkan perusahaan untuk segera merespons perubahan kondisi finansial atau pasar. Dengan memahami dan mengelola likuiditas aset ini, perusahaan dapat menjaga stabilitas keuangan, meminimalkan risiko likuiditas, dan memastikan kelancaran operasional.
Manajemen Perbankan 177 2. Likuiditas Kewajiban (Liability Liquidity) Liability Liquidity menggambarkan sejauh mana perusahaan mampu memenuhi kewajiban finansial yang segera jatuh tempo tanpa mengalami kesulitan atau kerugian yang signifikan. Fokus pada kewajiban yang harus segera dibayar atau tagihan yang jatuh tempo, likuiditas kewajiban menjadi parameter kritis dalam manajemen keuangan untuk memastikan keberlanjutan operasional dan menjaga reputasi keuangan perusahaan. Kewajiban finansial yang segera jatuh tempo dapat melibatkan berbagai aspek, termasuk utang yang harus segera dibayar kepada kreditur atau tagihan yang memerlukan pembayaran dalam waktu singkat. Likuiditas kewajiban memberikan keleluasaan kepada perusahaan untuk memastikan pembayaran ini dapat dilakukan tanpa menimbulkan kesulitan finansial yang berarti. Dalam konteks ini, kemampuan perusahaan untuk segera menyelesaikan kewajiban jatuh tempo dapat bergantung pada manajemen kas yang efisien, sumber daya finansial yang memadai, dan strategi keuangan yang tepat. Dengan memahami dan mengelola likuiditas kewajiban, perusahaan dapat menjaga keseimbangan finansialnya, menghindari risiko kekurangan likuiditas, dan membangun kepercayaan stakeholder terhadap kredibilitas keuangan mereka. Manajemen likuiditas dari sisi aset dan kewajiban memerlukan pendekatan yang seimbang untuk mengoptimalkan penggunaan dana dan memastikan kestabilan finansial entitas. Tujuannya adalah untuk mencegah kekurangan likuiditas yang dapat menghambat operasional dan meminimalkan risiko likuiditas yang dapat timbul dari ketidakmampuan memenuhi kewajiban
178 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si finansial yang segera jatuh tempo. Dengan pemahaman yang baik tentang likuiditas aset dan kewajiban, entitas dapat mengambil keputusan keuangan yang lebih baik dan menjaga kelangsungan operasional mereka. Gap Management atau Manajemen Perbedaan merujuk pada strategi yang digunakan oleh perusahaan untuk mengelola perbedaan antara aset dan kewajiban dalam konteks waktu. Perbedaan ini dapat mencakup jangka waktu, tingkat suku bunga, dan jenis instrumen keuangan lainnya. 1. Jangka Waktu (Time Gap) Mencerminkan perbedaan antara jangka waktu aset yang dimiliki oleh perusahaan dan kewajiban yang harus segera jatuh tempo. Perusahaan perlu memastikan bahwa aset yang dimilikinya dapat diubah menjadi kas atau setara kas pada saat yang tepat untuk memenuhi kewajiban yang segera jatuh tempo. 2. Tingkat Suku Bunga (Interest Rate Gap) Mengacu pada perbedaan antara tingkat suku bunga yang diterima oleh aset dan yang dibayarkan oleh kewajiban. Perusahaan harus memperhatikan perubahan suku bunga dan mencoba untuk mengelola perbedaan ini agar dapat mengoptimalkan keuntungan atau mengurangi risiko keuangan yang timbul dari fluktuasi suku bunga. 3. Jenis Instrumen Keuangan (Instrument Gap) Melibatkan perbedaan dalam jenis instrumen keuangan yang dimiliki sebagai aset dan digunakan sebagai kewajiban. Misalnya, perbedaan antara memiliki saham sebagai aset dan membayar utang dengan obligasi. Manajemen perbedaan instrumen keuangan ini
Manajemen Perbankan 179 dapat berdampak pada struktur risiko dan imbal hasil portofolio keuangan perusahaan. Tujuan utama dari Gap Management adalah untuk mengelola risiko suku bunga dan meminimalkan dampak perubahan suku bunga terhadap nilai portofolio keuangan perusahaan. Dalam konteks suku bunga, perbedaan waktu antara aset yang berjangka panjang dan kewajiban yang jatuh tempo lebih cepat dapat menciptakan risiko keuangan. Gap Management melibatkan penempatan aset dan kewajiban dalam kurun waktu tertentu sehingga perubahan suku bunga tidak memberikan dampak yang merugikan pada nilai portofolio keuangan perusahaan. Strategi Gap Management melibatkan pemantauan dan pengelolaan perbedaan (gap) ini dengan mengidentifikasi risiko suku bunga dan mengambil tindakan pencegahan atau koreksi. Ini dapat mencakup penyesuaian portofolio, penggunaan instrumen keuangan derivatif, atau pengelolaan struktur jatuh tempo aset dan kewajiban. 1. Pemantauan dan Identifikasi Risiko Suku Bunga Strategi Gap Management dimulai dengan pemantauan terus-menerus terhadap perbedaan (gap) antara aset dan kewajiban perusahaan. Identifikasi risiko suku bunga menjadi fokus utama, dengan memahami bagaimana perubahan suku bunga dapat memengaruhi nilai portofolio keuangan. 2. Tindakan Pencegahan atau Koreksi Setelah risiko suku bunga diidentifikasi, perusahaan perlu mengambil tindakan pencegahan atau koreksi. Tindakan ini dapat melibatkan upaya untuk mengurangi risiko atau memanfaatkan peluang yang muncul akibat perubahan suku bunga.
180 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si 3. Penyesuaian Portofolio Salah satu tindakan yang dapat diambil adalah penyesuaian portofolio. Ini melibatkan pengoptimalan komposisi aset dan kewajiban untuk mengurangi perbedaan atau memanfaatkan kondisi pasar yang berubah. Misalnya, dengan meningkatkan proporsi aset yang dapat menghasilkan keuntungan dari kenaikan suku bunga. 4. Penggunaan Instrumen Keuangan Derivatif: Perusahaan dapat menggunakan instrumen keuangan derivatif, seperti futures atau opsi suku bunga, untuk melindungi diri dari risiko suku bunga yang merugikan. Ini memungkinkan perusahaan untuk mengunci tingkat suku bunga pada tingkat yang lebih menguntungkan. 5. Pengelolaan Struktur Jatuh Tempo Aset dan Kewajiban Manajemen struktur jatuh tempo melibatkan pengelolaan waktu jatuh tempo aset dan kewajiban. Perusahaan dapat memanipulasi struktur jatuh tempo untuk meminimalkan risiko atau memaksimalkan keuntungan dalam kondisi suku bunga tertentu. Melalui kombinasi pemantauan yang cermat, identifikasi risiko, dan tindakan yang tepat, strategi Gap Management memungkinkan perusahaan untuk mengelola dengan bijak perbedaan antara aset dan kewajiban. Hal ini mendukung tujuan perusahaan untuk mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan imbal hasil dalam lingkungan keuangan yang dinamis. Dengan demikian, Gap Management berfungsi sebagai alat pengelolaan risiko yang penting dalam lingkungan keuangan yang dinamis, membantu perusahaan untuk mencapai keseimbangan yang optimal antara risiko dan imbal hasil.
Manajemen Perbankan 181 Giro Wajib Minimum adalah persyaratan minimum saldo yang harus dipertahankan oleh bank atau lembaga keuangan di rekeningnya dengan bank sentral negara tersebut. Persyaratan ini bertujuan untuk memastikan kestabilan sistem perbankan dan memberikan perlindungan terhadap risiko kekurangan likuiditas. Berikut adalah beberapa poin terkait Giro Wajib Minimum: 1. Kewajiban untuk Bank Kewajiban untuk bank atau lembaga keuangan dalam konteks Giro Wajib Minimum mencerminkan tanggung jawab mereka untuk memelihara saldo minimum yang ditetapkan dalam rekening mereka di bank sentral. Instrumen pengaturan ini diterapkan oleh bank sentral sebagai langkah proaktif dalam menjaga dan mengelola likuiditas sektor perbankan. Dengan menetapkan kewajiban ini, bank sentral berusaha memastikan bahwa entitas keuangan memiliki akses yang memadai terhadap likuiditas yang diperlukan untuk memenuhi kewajiban finansial mereka, termasuk kemampuan untuk menanggapi penarikan dana nasabah dan perubahan kebutuhan likuiditas. Giro Wajib Minimum tidak hanya berfungsi sebagai aturan kewajiban, tetapi juga sebagai instrumen kebijakan moneter yang memungkinkan bank sentral mengontrol jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Dengan menerapkan persyaratan saldo minimum, bank sentral dapat memainkan peran dalam mengatur tingkat likuiditas di pasar keuangan. Selain itu, kewajiban ini dapat memperkuat kestabilan sistem perbankan secara keseluruhan, melindungi nasabah dari potensi risiko kekurangan likuiditas, dan
182 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si menciptakan dasar yang kuat untuk kelangsungan fungsi keuangan yang sehat. Dengan adanya kewajiban ini, bank sentral dapat memastikan bahwa entitas keuangan menjaga tingkat likuiditas yang memadai untuk mendukung operasional mereka dan berpartisipasi dalam pengelolaan ekonomi secara keseluruhan. 2. Fungsi Perlindungan Likuiditas Fungsi perlindungan likuiditas dalam konteks Giro Wajib Minimum adalah memastikan bahwa persyaratan saldo minimum yang diterapkan memberikan perlindungan terhadap risiko kekurangan likuiditas. Salah satu tujuan utama dari persyaratan ini adalah memungkinkan bank atau lembaga keuangan untuk memelihara tingkat likuiditas yang cukup untuk memenuhi kewajiban keuangan mereka, bahkan dalam situasi di mana terjadi penarikan dana yang signifikan dari nasabah. Dengan mempertahankan saldo minimum sesuai persyaratan Giro Wajib Minimum, bank dapat dengan lebih efektif menanggapi penarikan dana yang tidak terduga atau kebutuhan likuiditas mendesak lainnya. Ini memberikan keleluasaan bagi bank untuk menjaga kelancaran operasional dan melaksanakan tanggung jawab finansialnya tanpa menghadapi kesulitan yang signifikan atau potensi risiko kegagalan likuiditas. Melalui cara ini, fungsi perlindungan likuiditas memberikan dasar keamanan bagi sektor perbankan dan lembaga keuangan, membantu mencegah terjadinya krisis likuiditas yang dapat merugikan stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan. Perlindungan ini mendukung kelancaran fungsi keuangan, melindungi kepentingan nasabah, dan menyokong tujuan bank sentral dalam menjaga kestabilan ekonomi.
Manajemen Perbankan 183 3. Penyelenggaraan Kebijakan Moneter Penyelenggaraan kebijakan moneter melalui Giro Wajib Minimum mencerminkan peran alat ini sebagai instrumen yang digunakan oleh bank sentral untuk mengatur dan mengelola kebijakan moneter. Dengan menerapkan persyaratan jumlah giro wajib, bank sentral dapat merancang dan mengarahkan kebijakan moneter untuk mencapai tujuan tertentu dalam perekonomian. Giro Wajib Minimum berfungsi sebagai alat yang memungkinkan bank sentral untuk mengontrol jumlah uang yang beredar di pasar. Dengan menetapkan tingkat saldo minimum, bank sentral dapat memengaruhi likuiditas di pasar keuangan dan mengatur jumlah uang yang tersedia untuk pinjaman dan investasi. Pengaturan jumlah uang yang beredar melalui Giro Wajib Minimum dapat membantu bank sentral dalam menjaga stabilitas harga atau tingkat inflasi. Dengan mengontrol likuiditas, bank sentral dapat merespon perubahan kondisi ekonomi dan mengarahkan kebijakan moneter untuk mencapai target inflasi yang ditetapkan. Giro Wajib Minimum memberikan fleksibilitas kepada bank sentral untuk mengoptimalkan keseimbangan ekonomi. Dengan merancang kebijakan moneter yang sesuai dengan persyaratan saldo minimum, bank sentral dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang stabil dan mengatasi tantangan likuiditas yang mungkin timbul. Persyaratan Giro Wajib Minimum menjadi instrumen kontrol likuiditas yang efektif. Dengan menetapkan aturan ini, bank sentral dapat memastikan bahwa tingkat likuiditas di pasar dapat dijaga pada tingkat yang mendukung tujuan kebijakan moneter. Keuntungan, penyelenggaraan kebijakan moneter menggunakan Giro Wajib Minimum, bank sentral
184 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si memiliki alat yang dapat disesuaikan untuk mengatasi tantangan ekonomi dan mengarahkan aktivitas perbankan sesuai dengan tujuan makroekonomi yang ditetapkan. 4. Dampak Terhadap Profitabilitas Bank Meskipun bertujuan untuk kestabilan sistem perbankan, Giro Wajib Minimum juga dapat memiliki dampak terhadap profitabilitas bank. Pemeliharaan saldo minimum dapat mengurangi likuiditas yang dapat digunakan untuk kegiatan investasi yang menguntungkan. Saldo minimum yang harus dipertahankan oleh bank dalam Giro Wajib Minimum dapat membatasi likuiditas yang dapat digunakan untuk kegiatan investasi. Ini bisa mengurangi fleksibilitas bank dalam mencari peluang investasi yang menguntungkan. Saldo minimum yang harus dijaga mungkin tidak memberikan tingkat bunga yang sebanding dengan imbal hasil yang mungkin diperoleh dari investasi alternatif. Ini dapat mempengaruhi tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh bank. Dalam hal ini bank mungkin perlu menyesuaikan model bisnis mereka untuk mengatasi dampak terhadap profitabilitas. Ini bisa melibatkan peninjauan ulang strategi investasi dan diversifikasi sumber pendapatan. Dengan demikian, sementara Giro Wajib Minimum berperan dalam menjaga stabilitas sistem perbankan dan melindungi likuiditas, bank perlu mempertimbangkan dampaknya terhadap profitabilitas. Hal ini dapat mendorong bank untuk mengembangkan strategi yang bijaksana untuk mengelola saldo minimum yang diwajibkan, sehingga tetap dapat meraih keuntungan sambil tetap memenuhi ketentuan peraturan.
Manajemen Perbankan 185 5. Fleksibilitas dan Penyesuaian Fleksibilitas dan penyesuaian yang diberikan oleh bank sentral terkait persyaratan Giro Wajib Minimum memberikan ruang gerak yang penting bagi bank dalam mengelola likuiditas mereka. Dengan memberikan kebebasan dalam memilih instrumen keuangan, waktu pemeliharaan saldo, dan strategi likuiditas secara keseluruhan, bank dapat menyesuaikan pendekatan mereka sesuai dengan kebutuhan spesifik dan dinamika pasar. Fleksibilitas ini memungkinkan bank untuk menjaga keefektifan operasional dan responsibilitas finansial mereka tanpa mengorbankan kemampuan untuk memenuhi persyaratan Giro Wajib Minimum. Sebagai hasilnya, bank dapat merancang strategi likuiditas yang optimal, sesuai dengan tujuan mereka, sambil tetap mematuhi ketentuan peraturan yang berlaku. Posisi Devisa Netto merujuk pada selisih antara aset devisa (aset dalam mata uang asing) dan kewajiban devisa (kewajiban dalam mata uang asing) suatu negara atau entitas. Analisis posisi devisa netto penting dalam mengevaluasi stabilitas ekonomi dan kelayakan keuangan suatu negara. Berikut adalah beberapa poin terkait Posisi Devisa Netto: 1. Indikator Stabilitas Ekonomi Posisi Devisa Netto menjadi indikator penting dalam menilai stabilitas ekonomi suatu negara. Jika negara memiliki posisi devisa netto positif, artinya aset devisa lebih besar daripada kewajiban devisa, menunjukkan kemampuan untuk memenuhi kewajiban luar negeri.
186 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si 2. Pengaruh Terhadap Nilai Tukar Mata Uang Posisi Devisa Netto dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang negara tersebut. Posisi devisa netto yang positif cenderung memberikan tekanan positif pada nilai tukar mata uang nasional. 3. Kemampuan untuk Melunasi Utang Luar Negeri: Posisi Devisa Netto mencerminkan kemampuan suatu negara untuk melunasi utang luar negeri. Positifnya posisi devisa netto menandakan bahwa negara tersebut memiliki aset yang dapat digunakan untuk membayar kewajiban luar negeri. 4. Faktor yang Memengaruhi Neraca Pembayaran: Posisi Devisa Netto adalah salah satu faktor yang dapat memengaruhi neraca pembayaran suatu negara. Neraca pembayaran mencatat semua transaksi ekonomi antara suatu negara dan negara lain, dan posisi devisa netto menjadi bagian integral dari evaluasi keseimbangan ekonomi eksternal. 5. Implikasi Terhadap Kebijakan Moneter dan Fiskal: Posisi Devisa Netto juga dapat memiliki implikasi terhadap kebijakan moneter dan fiskal suatu negara. Dalam situasi di mana posisi devisa netto negatif, pemerintah dan bank sentral mungkin perlu mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan stabilitas ekonomi dan mengatasi masalah keuangan luar negeri. Analisis Posisi Devisa Netto menjadi salah satu komponen kunci dalam pemahaman tentang kestabilan dan keberlanjutan keuangan suatu negara dalam konteks ekonomi global. Dengan memperhatikan posisi devisa netto, analis ekonomi dan pengambil kebijakan dapat membuat
Manajemen Perbankan 187 keputusan yang lebih informasional untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan stabilitas finansial. Contoh Kasus Pengelolaan PDN Data-data keuangan yang dimiliki oleh Bank ABG adalah sebagai berikut: Memiliki Modal IDR. 7 triliun Kurs yang berlaku USD. 1 = IDR. 7.000,00 Besarnya PDN maximum (Long/ Short) (20% X IDR. 7 triliun) = IDR. 1,4 triliun, atau setara IDR. 1,4 triliun : 7.000,00 = USD. 200 juta Ini berarti bahwa: PT. Bank ABG boleh Long/Short setinggi-tingginya sebesar USD. 200 juta Perhitungan dengan cara ini yaitu sebesar 20% dari Modal, jika Bank Budi Luhur dalam perhitungan kewajiban penyediaan modal minimumnya tidak belum memperhitungkan unsur risiko pasar (market risk). Tetapi, jika Bank ABG dalam perhitungan kewajiban penyediaan modal minimumnya telah memperhitungkan unsur risiko pasar (market risk), maka besarnya maksimal PDN yang dapat dikelola menjadi sebagai berikut: (30% X IDR. 7 triliun) = IDR. 2,1 triliun IDR. 1,4 triliun : 7.000,00 = USD. 300 juta
188 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si Ini berarti bahwa: PT. Bank ABG Long/Short setinggi-tingginya sebesar USD. 300 juta. LONG POSITION Data posisi Bank ABG: Long sebesar USD. 200.000.000,00 Kurs rata-rata USD. 1.00 = IDR. 7.000,00 Kurs pasar yang berlaku pada saat itu adalah USD. 1 = IDR. 7.500,00, maka keuntungan selisih kurs dari posisi Long tersebut adalah: USD. 200.000.000,00 X (7.500,00 - 7.000,00) = IDR. 100.000.000.000,00 Tetapi jika pada saat itu kurs USD terhadap IDR kecenderungannya adalah USD. melemah terhadap IDR, misalnya menjadi USD. 1 = IDR. 6.750,00 Dalam posisi seperti itu maka akan menderita Rugi sebesar: USD. 200.000.000,00 x (7.000,00 - 6.6750,00) = IDR.50.000.000.000,00 Dalam posisi long NOP maka bank akan menderita rugi jika terjadi kecenderungan IDR menguat terhadap USD, tetapi akan laba bila USD menguat terhadap IDR.