Manajemen Perbankan 89 Sumber utama pendapatan BUS dapat berasal dari (i) Pendapatan dari penyaluran dana dalam bentuk (a) marjin dari produk jual beli, (b) ujrah dari produk sewa/ijarah, dan (c) bagi hasil dari produk mudharabah dan musyarakah; (ii) Pendapatan dari transaksi fee based income; dan (iii) Pendapatan transaksi treasuri. Sama dengan BUK, beberapa bank syariah juga dapat mendapatkan pendapatan dari sumber-sumber lain seperti investasi di pasar keuangan dan layanan perbankan investasi. Namun, seluruh transaksi harus memenuhi ketentuan di perbankan syariah. Hal lain sebagai pembeda pada laporan laba rugi BUS adalah adanya pos zakat yang dibayarkan BUS. Zakat yang dibayarkan BUS adalah zakat atas keuantungan yang diperoleh pada tahun tersebut. Sebagai contoh, Bank Syariah Indonesia telah membayarkan zakat sebesar Rp141 miliar yang disalurkan melalui Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), dana ini belum termasuk zakat pegawai sebesar Rp31,7 miliar. Rasio keuangan merupakan alat analisis yang penting untuk mengevaluasi kinerja keuangan suatu bank. Beberapa rasio keuangan kunci dapat memberikan wawasan mendalam tentang aspek-aspek tertentu dari keuangan bank. Tidak ada perbedaan prinsip rasio-rasio keuangan penting antara BUK dan BUS. Rasio keuangan penting biasanya mengacu kepada ketentuan dan aturan yang sudah ditetapkan oleh OJK, BI dan LPS selalu regulator. Beberapa rasio penting biasanya menyangkut hal:
90 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si a. Permodalan; b. Aset produktif; c. Profitabilitas; d. Likuiditas; dan e. Kepatuhan Contoh deskripsi laporan rasio-rasio penting dapat dilihat pada 1. Permodalan, yaitu Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) Rasio ini memberikan gambaran tentang sejauh mana bank memiliki modal yang cukup untuk menanggung risiko yang mungkin timbul dalam operasionalnya, seperti risiko kredit, risiko operasional, dan risiko pasar. CAR diukur sebagai persentase antara modal inti bank dan total aset yang dimiliki bank yang terkena risiko. Modal inti ini mencakup elemen-elemen modal tahan lama seperti modal saham dan cadangan laba yang belum dicairkan. Sementara itu, total aset yang terkena risiko mencakup aset-aset seperti pinjaman dan investasi yang memiliki potensi risiko terkait. Sebagai contoh, jika suatu bank memiliki CAR sebesar 12%, ini berarti modal inti bank mencakup 12% dari total aset yang terkena risiko. Semakin tinggi CAR, semakin besar perlindungan yang dimiliki bank terhadap potensi kerugian. Standar minimum CAR biasanya ditetapkan oleh otoritas pengawas keuangan untuk memastikan bahwa bank memiliki cukup modal untuk menjaga stabilitas dan melindungi kepentingan nasabah. CAR adalah instrumen kunci dalam regulasi perbankan yang bertujuan untuk mencegah insolvensi bank dan menjaga kestabilan sistem keuangan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pemantauan dan pe-
Manajemen Perbankan 91 meliharaan CAR yang memadai menjadi prioritas utama bagi bank dan regulator keuangan. Secara umum, POJK KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum) mengatur mengenai komponen modal bank yang dapat diperhitungkan dalam pemenuhan rasio KPMM, serta sebagai payung ketentuan aset tertimbang menurut risiko (ATMR) yang diatur lebih lanjut dalam SEOJK tersendiri. 2. Rasio aset produktif Rasio aset produktif merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank dalam memanfaatkan dana yang dimilikinya untuk menyalurkan kredit atau pembiayaan kepada masyarakat. Semakin tinggi rasio aset produktif, semakin besar kemampuan bank dalam menyalurkan kredit atau pembiayaan kepada masyarakat. Rasio ini juga dapat digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan dana bank dalam menyalurkan kredit atau pembiayaan kepada masyarakat. Produktif atau tidaknya pengelolaan aset bank khususnya aset dalam bentuk kredit yang disalurkan daapt dilihat berdasarkan kualitas kredit. Penilaian portofolio pembiayaan/kredit yang disalurkan perbankan kepada debitur adalah berdasarkan kriteria kualitas pembiayaan, yang menurut POJK ditetapkan menjadi 5 (lima) golongan, yaitu: a. Kolektibilitas 1 (Lancar/L) b. Kolektibilitas 2 (Dalam Perhatian Khusus/DPK) c. Kolektibilitas 3 (Kurang Lancar/KL) d. Kolektibilitas 4 (Diragukan/D) e. Kolektibilitas 5 (Macet/M)
92 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si Berdasarkan kriteria penggolongan tersebut, yang dimaksud dengan pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL) adalah seluruh pembiayaan yang mempunyai kolektibilitas 3, 4 dan 5 (KL, D, dan M). Dengan demikian pengertian kredit macet merupakan kredit bermasalah, namun kredit bermasalah belum atau tidak seluruhnya merupakan kredit macet. Rasio penting yang menggambarkan kualitas aset produktif suatu bank adalah rasio Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF) isitilah buat BUS. Tingkat pembayaan bermasalah tercermin dalam rasio NPF yang merupakan formulasi: Rasio NPL (NPF) = Jumlah NPF absolut x 100% Jumlah Pem biayaan Menurut Purnomo (2023), dikenal juga istilah Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD) yaitu nasabah yang mempunyai kolektibilitas 2, 3, 4 dan 5. Rasio penting lainnya adalah Loan at Risk (LaR) yaitu rasio jumlah kredit/pembiayaan kolektibilitas 2 (dalam perhatian khusus) ditambah dengan jumlah kredit/pembiayaan lancar hasil restrukturisasi terhadap total kredit. LAR mengindikasikan jumlah kredit/pembiayaan yang sudah menunggak 1-90 hari ditambah dengan pembiayaan yang tergolong lancar (kolektibiltias 1), namun kolektibilitas kredit/pembiayaan tersebut merupakan hasil restrukturisasi. Rasio LaR menggambarkan proyeksi potensi pembiayaan bermasalah bila bank salah melakukan account management. Semakin tinggi rasio
Manajemen Perbankan 93 LaR memperlihatkan potensi probability of default yang semakin tinggi pula. Menurut Purnomo (2023), Pengaturan mengenai pembiayaan bermasalah perbankan di Indonesia diwujudkan dalam parameter penilaian kualitas aktiva produktif (KAP). Berdasarkan POJK, kualitas aktiva produktif untuk pembiayaan selain dinilai berdasarkan ketepatan waktu pembayaran, juga harus melihat syarat lain yang disebut tiga pilar, yaitu: a. Prospek usaha (business prospect), meliputi penilaian terhadap komponen-komponen: 1) potensi pertumbuhan usaha; 2) kondisi pasar dan posisi nasabah dalam persaingan 3) kualitas manajemen dan permasalahan tenaga kerja 4) dukungan dari grup atau afiliasi; dan 5) upaya yang dilakukan nasabah dalam rangka memelihara lingkungan hidup b. Kinerja nasabah (business performance), meliputi penilaian terhadap komponen-komponen: 1) perolehan laba; 2) struktur permodalan; 3) arus kas; dan 4) sensitifitas terhadap risiko pasar c. Kemampuan membayar (repayment capacity), meliputi penilaian terhadap komponen-komponen:
94 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si 1) ketepatan pembayaran pokok dan marjin/bagi hasil/fee; 2) ketersediaan dan keakuratan informasi keuangan nasabah; 3) kelengkapan dokumen pembiayaan; 4) kesesuaian penggunaan dana; dan 5) kewajaran sumber pembayaran kewajiban. Pengklasifikasian NPF dan APYD adalah menyangkut kewajiban bank untuk membentuk Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) dan juga keharusan membentuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN). 3. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas bank adalah rasio yang membandingkan antara laba dengan aktiva atau modal yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba. Rasio profitabilitas ini merupakan hal penting dalam perusahaan karena dengan adanya laba perusahaan dapat menjalankan kegiatan operasionalnya maupun kegiatan lainnya. Rasio profitabilitas bank, biasanya menggunakan dua rasio utama yaitu Return on Equity (ROE) dan Return On Assets (ROA). ROE dihitung dengan membandingkan laba (setelah pajak) dengan modal (modal inti) dikalikan 100%, sedangkan ROA dihitung dengan membandingkan laba (sebelum pajak) dengan total aset yang dimiliki bank pada periode tertentu dikali 100%. ROA mengukur efisiensi penggunaan aset bank dalam menghasilkan laba, memberikan pemahaman tentang seberapa baik bank dapat mengoptimalkan kinerja investasinya. Di sisi lain, ROE menilai tingkat
Manajemen Perbankan 95 pengembalian modal pemilik, menunjukkan seberapa efektif bank dalam menghasilkan laba dari modal yang diberikan oleh pemiliknya. Evaluasi rasio rentabilitas ini memberikan pandangan komprehensif tentang kinerja keuangan bank dan sejauh mana bank dapat memberikan keuntungan bagi para pemegang saham atau pemilik. Rasio NIM atau Net Interest Margin adalah rasio profitabilitas yang bertujuan untuk mengukur kemampuan bank dalam mengelola aset produktif untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Rumus NIM adalah (IR – IE) / Average Earning Assets, dimana IR adalah Interest Revenue atau pendapatan bunga bersih dari pinjaman dan utang hipotek, IE adalah Interest Expenses atau bunga yang dibayarkan bank kepada nasabah, baik pemilik rekening tabungan maupun pemilik sertifikat deposito. Nilai RataRata Aktiva Produktif atau Average Earning Assets adalah hasil investasi dari instrumen seperti saham, sertifikat deposito, obligasi, dan wesel. Rasio NIM sangat penting dalam bisnis perbankan karena merupakan salah satu ukuran keuntungan yang paling penting dalam industri perbankan. Rasio NIM mempengaruhi laba bersih bank, yang merupakan sumber utama pendapatan bagi bank. Semakin tinggi NIM, semakin besar laba bersih yang diperoleh bank . Rasio NIM juga dapat memperkirakan peluang atau kemungkinan sebuah bank maupun perusahaan keuangan bisa berkembang dalam jangka panjang. Di samping itu, NIM juga sekaligus mampu memudahkan calon investor dalam mengambil keputusan untuk menanam modal dan berinvestasi di perusahaan tersebut atau tidak.
96 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si Rasio BOPO (Biaya Operasional-Pendapatan Operasional), sering disebut rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Rasio BOPO adalah rasio keuangan yang menunjukkan kinerja operasional dan efisiensi suatu bank dalam menjalankan kegiatan operasional bisnis. Rasio ini mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil nilai rasio BOPO, semakin efisien perbankan dalam menjalankan kegiatan operasional. Rasio BOPO juga berkorelasi dengan risiko bisnis. Rasio BOPO yang besar menunjukkan ketidakmampuan perbankan dalam mengelola belanja (biaya) operasional. Jika beban operasional bank sama atau lebih besar daripada pendapatan, risiko perusahaan meningkat. Rasio BOPO yang baik dan sehat adalah maksimal 90%. Jika rasio BOPO melebihi 90%, bank dianggap tidak efisien dalam menjalankan operasionalnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi rasio BOPO suatu bank antara lain: a. Skala industri bank: Bank yang berdiri dan berkembang lebih dulu akan mampu melakukan efisiensi lebih baik dibanding bank yang masuk belakangan, karena sudah mencapai skala ekonomi sebagai suatu usaha.
Manajemen Perbankan 97 b. Cost structure atau biaya dana: Biaya dana yang tinggi dapat mempengaruhi rasio BOPO. Bank akan mengembangkan sumber dana dalam bentuk CASA untuk menekan biaya dana atau cost of fund (COF). c. Pendapatan produk dan pendapatan bagi hasil: Jumlah pendapatan yang diperoleh dari produk dan bagi hasil dapat mempengaruhi rasio BOPO. Kualitas kredit dan pembiayaan yang baik selain akan meningkatkan pendapatan bank, juga dapat menekan biaya pencadangan kredit bermasalah (PPAP atau CKPN). d. Cadangan wajib minimum: Besarnya cadangan wajib minimum yang harus dipenuhi oleh bank dapat mempengaruhi rasio BOPO. Cadangan wajib dalam bentuk CKPN dan PPAP merupakan kontributor terbesar biaya operasional yang sangat mempengaruhi rasio BOPO suatu bank. e. Persaingan: Tingkat persaingan di industri perbankan dapat mempengaruhi rasio BOPO. Bank-bank yang lebih kecil akan menghadapi persaingan di pasar yang kompetitif. Untuk dapat bersaing, Bank yang lebih kecil akan memberikan penawaran bunga deposito atau tabungan yang lebih tinggi dibandingkan bank yang lebih besar. Sebaliknya, dalam bidang kredit bank yang lebih kecil akan memberikan bunga kredit yang lebih rendah untuk dapat bersaing. Dilema ini menyebabkan bank-bank kecil mendapat spread keuntungan yang lebih kecil. Rasio Biaya Pendapatan, atau Cost-to-Income Ratio (CIR), adalah indikator yang mencerminkan efisiensi operasional bank dengan membandingkan total biaya
98 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si operasional dengan pendapatan operasional. Rasio ini memberikan gambaran tentang seberapa besar bagian dari pendapatan bank yang digunakan untuk menutupi biaya operasionalnya. Perhitungan rasio ini dilakukan dengan membagi total biaya operasional bank oleh total pendapatan operasional, kemudian hasilnya dikalikan dengan 100 untuk menghasilkan persentase. Semakin rendah nilai rasio ini, semakin efisien operasional bank, karena biaya operasionalnya relatif lebih kecil dibandingkan dengan pendapatannya (Thakur & Arora, 2023). Efisiensi operasional menjadi faktor kritis dalam kinerja keuangan bank. Rasio Biaya Pendapatan yang rendah menunjukkan bahwa bank dapat mengelola biaya operasionalnya secara efektif, meningkatkan profitabilitas, dan memberikan nilai tambah bagi pemegang saham. Sebaliknya, nilai rasio yang tinggi dapat menjadi indikasi bahwa bank mungkin perlu melakukan peninjauan terhadap struktur biaya dan proses operasionalnya untuk meningkatkan efisiensi. 4. Rasio Likuiditas: Rasio likuiditas adalah ukuran yang digunakan untuk mengevaluasi sejauh mana bank dapat memenuhi kewajiban keuangannya dalam jangka pendek. Ini memberikan gambaran tentang ketersediaan dana yang dapat segera digunakan untuk membayar kewajiban yang akan jatuh tempo. Evaluasi rasio likuiditas ini memberikan wawasan tentang kesehatan keuangan bank dalam menghadapi tantangan keuangan jangka pendek. Rasio utama untuk mengukur kondisi likuiditas bank adalah dengan melihat rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) atau Financing to Deposit Ratio (FDR) bagi bank syariah. Loan to Deposit Ratio (LDR) atau Financing to Deposit
Manajemen Perbankan 99 Ratio (FDR) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur dan menggambarkan perbandingan antara jumlah kredit (pembiayaan) yang disalurkan kepada nasabah dengan jumlah dana yang diterima. Singkatnya LDR adalah alat ukur penilaian tingkat likuiditas bank dan juga menjadi alat ukur terhadap fungsi intermediasi perbankan. Apabila rasio perbandingannya terlalu tinggi, artinya likuiditas bank rendah atau tidak likuid. Namun bank tersebut telah menjalankan fungsi intermediasi dengan baik. Sebaliknya bila rasionya terlalu rendah, artinya bank tidak menjalankan fungsi intermediasi dengan baik. Dalam kondisi LDDR yang rendah bank akan mengalami kelebihan likuiditas (over liquid) yang pada akhirnya penghasilan bank tidak mencapai target. Besarnya rasio LDR yang ideal menurut peraturan OJK adalah 85% - 90%. Beberapa faktor sangat berpengaruh terhadap loan to deposit ratio, terutama faktor ekonomi. Apabila terjadi krisis ekonomi, nasabah akan berlomba-lomba meminjam kredit pada bank untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selama masih menganggur. Sementara itu aset akan menurun seiring dengan penurunan pendapatan masyarakat. Namun bank akan lebih berhati-hati untuk tidak ekspansif menyalurkan kredit/pembiayaan karena risiko yang meningkat. Di sinilah bank akan melakukan pengelolaan penyaluran kredit dan strategi penghimpunan dana. Faktor lain yang mempengaruhi loan to deposit ratio adalah suku bunga yang ditetapkan oleh bank sentral, atau Bank Indonesia. Apabila BI menetapkan suku bunga yang rendah, maka pinjaman dana akan meningkat seiring dengan kondisi perekonomian daerah tersebut.
100 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si Faktor lain seperti stabilitas keamanan juga sangat berpengaruh pada besarnya LDR. Rasio likuiditas yang penting lainnya adalah rasio dana murah atau CASA. Semakin besar penghimpunan dana murah maka akan membuat bank semakin efisien dan memerikan spread keuntungann yang lebih tinggi. Dana murah atau Current Account Saving Account (CASA) sangat penting bagi bank karena dapat membantu bank dalam mengurangi biaya dana dan meningkatkan likuiditas. Semakin tinggi rasio dana murah, semakin rendah biaya dana yang harus dibayar bank. Dengan biaya dana yang rendah, bank dapat menawarkan suku bunga kredit yang lebih kompetitif dan meningkatkan daya saingnya dalam menyalurkan kredit. Selain itu, meningkatnya rasio dana murah juga dapat meningkatkan efisiensi operasional bank dan berkontribusi dalam peningkatan profitabilitas perbankan. Dalam rangka penerapan Basel 3 reform, perbankan harus melakukan perhitungan risiko likuiditas dengan memperhatikan Liquidity coverage ratio (LCR). Rasio ini mengukur kemampuan bank untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya selama periode 30 hari kedepan dalam skenario stres. LCR dihitung dengan membandingkan aset likuid berkualitas tinggi (High Quality Liquid Asset/HQLA) dengan total arus kas keluar bersih (net cash outflow) selama 30 hari ke depan dalam skenario stres. HQLA adalah kas dan/atau aset keuangan yang dapat dengan mudah dikonversi menjadi kas dengan sedikit atau tanpa pengurangan nilai untuk memenuhi kebutuhan likuiditas Bank selama periode 30 hari kedepan dalam skenario stres. Peraturan OJK No. 42/POJK.03/2015 mewajibkan bank umum di Indonesia
Manajemen Perbankan 101 untuk memenuhi rasio kecukupan likuiditas atau LCR sebesar 100%. Rasio penting lain sehubungan dengan ketentuan Basel III reform mengenai likuiditas adalah Net Stable Funding Ratio (NSFR). Rasio NSFR menggambarkan rasio pendanaan stabil bersih yang mengukur kemampuan bank untuk memenuhi kebutuhan pendanaan jangka panjang dengan sumber dana yang stabil dan memadai dalam rangka memitigasi risiko kesulitan pendanaan pada masa depan. NSFR didefinisikan sebagai perbandingan antara Pendanaan Stabil yang Tersedia (Available Stable Funding) dengan Pendanaan Stabil yang Diperlukan (Required Stable Funding). Nilai NSFR yang wajib dipenuhi Bank adalah paling rendah sebesar 100%. NSFR bertujuan untuk mengurangi risiko likuiditas yang bisa terjadi di industri perbankan dengan memastikan bahwa bank memiliki sumber dana yang stabil dan memadai untuk membiayai aset jangka panjangnya. NSFR mensyaratkan bank untuk memiliki sumber pendanaan stabil minimal 100% terhadap aset dan rekening administratif yang perlu didanai oleh pendanaan stabil. Pendanaan stabil bisa diperoleh melalui core funding maupun Funding Non Konvensional jangka panjang. Diharapkan dengan aturan NSFR ini, bank bisa memelihara dana stabil yang disesuaikan dengan komposisi aset dan aktifitas rekening administratif bank. 5. Rasio Penting Lainnya. Giro Wajib Minimum atau GWM, adalah dana atau simpanan minimum yang harus dipelihara oleh bank dalam bentuk saldo rekening giro yang ditempatkan di Bank Indonesia (BI). Besaran GWM ditetapkan oleh bank sentral berdasarkan persentase dana pihak ketiga yang
102 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si dihimpun perbankan. GWM adalah instrumen moneter atau makroprudensial untuk mengatur uang beredar di masyarakat yang secara langsung berpengaruh terhadap indeks inflasi. Jenis-jenis GWM yang diterapkan di Indonesia antara lain: a. Giro Wajib Minimum Primer: digunakan untuk menambah likuiditas bank apabila diturunkan dan untuk mengerem penyaluran kredit perbankan apabila dinaikkan atau mengurangi likuiditas bank. b. Giro Wajib Minimum Sekunder: cadangan minimum (rupiah) yang wajib dipelihara oleh bank berupa surat berharga, seperti Sertifikat Bank Indonesia, Sertifikat Deposito Bank Indonesia, dan Surat Berharga Negara. Besaran GWM sekunder ditetapkan dalam rasio dana pihak ketiga Menurut Bank Indonesia, Peraturan Anggota Dewan Gubernur Nomor 24/8/PADG/2022 tentang Peraturan Pelaksanaan Pemenuhan Giro Wajib Minimum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum Konvensional, Bank Umum Syariah, dan Unit Usaha Syariah telah diterbitkan pada tanggal 1 Juli 2022. Berikut adalah beberapa poin penting dari peraturan tersebut: a. Kewajiban minimum GWM Rupiah untuk Bank Umum Konvensional (BUK) naik menjadi 7,5% mulai 1 Juli 2022 dan 9,0% mulai 1 September 2022. b. Kewajiban minimum GWM Rupiah untuk Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) naik menjadi 6,0% mulai 1 Juli 2022 dan 7,5% mulai 1 September 2022. c. Bank yang memenuhi kewajiban GWM tersebut akan mendapatkan pemberian sebesar 1,5% terhadap pemenuhan kewajiban GWM setelah memperhitung-
Manajemen Perbankan 103 kan insentif bagi bank-bank dalam penyaluran kredit/pembiayaan kepada sektor prioritas dan UMKM dan/atau memenuhi target Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM) Posisi Devisa Neto (PDN), merupakan penjumlahan nilai absolut dari selisih bersih antara aset dan kewajiban dalam neraca untuk setiap mata uang asing yang dinyatakan dalam Rupiah ditambah dengan selisih bersih dari tagihan dan kewajiban komitmen dan kontinjensi, yang dicatat dalam rekening administratif, untuk setiap mata uang asing. PDN adalah perbedaan antara jumlah valuta asing yang dimiliki oleh bank dan jumlah valuta asing yang dimilikinya, sehingga PDN memiliki peranan penting bagi bank devisa sebagai pengendali posisi pengelolaan valuta asing akibat adanya fluktuasi kurs yang sulit diprediksi. Bagi Bank Devisa, selain transaksi perbankan sebagaimana umumnya yang dapat dilakukan, juga dapat melakukan transaksi jual beli valuta asing melalui Forex Market. Berawal dari salah satu transaksi Forex yang dilakukan oleh salah satu Bank Devisa, dimana pada saat itu menderita rugi mencapai sekitar senilai satu triliun rupiah akibat transaksi dalam Forex dengan bank lain di luar negeri. Sehubungan dengan kasus itu, semakin berkembang kehidupan masyarakat dan transaksitransaksi perekonomian suatu negara maka Bank Indonesia mengeluarkan ketentuan mengenai pengelolaan PDN bagi Bank Devisa. Beberapa penyebab timbulnya Posisi Devisa Neto (PDN), antara lain tidak sinkronnya antara sumber dana dan penggunaan dana, sumber dana dalam USD digunakan dalam IDR, memenuhi kebutuhan nasabah,
104 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si menjaga likuiditas salah satu valuta, adanya perdagangan Luar Negeri (Ekspor dan Impor), perdagangan Valuta Asing (karena setiap Negara memiliki uang yang berbeda), dan pinjaman Luar Negeri. Posisi Devisa Neto baik Long maupun Short akan berpengaruh langsung pada perhitungan laba/rugi Bank. Sangat jarang terdapat Bank mempunyai Posisi PDN square. Jika Kurs sedang bullish (suatu kondisi dimana kurs memiliki kecenderungan menguat) maka strategi kebijakan yang harus ditempuh oleh Bank adalah dalam posisi Long yang lebih besar. Jika PDN dalam keadaan Long, sementara kurs pada saat tutup buku mengalami kenaikan, maka Bank akan memperoleh Laba Selisih Kurs dari hasil revaluasi. Tapi jika terjadi kondisi Kurs sedang bearish (suatu kondisi dimana kurs mempunyai kecenderungan melemah) maka strategi kebijakan sebaliknya yang harus ditempuh oleh Bank yang bersangkutan sehingga bank tetap dalam posisi yang untung sekalipun kurs pada saat penutupan terjadi penurunan. PDN digunakan untuk mengendalikan posisi pengelolaan valuta asing. PDN merupakan angka yang merupakan penjumlahan dari nilai absolute untuk jumlah dari Selisih bersih aktiva dan pasiva dalam neraca untuk setiap valuta asing; ditambah dengan Selisih bersih tagihan dan kewajiban baik yang merupakan komitmen maupun kontijensi dalam rekening administrative untuk setiap valas, yang semuanya dinyatakan dalam rupiah dan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia Mengenai Posisi Devisa Neto. Dalam manajemen valuta asing, fokus pengelolaannya ada pada pembatasan posisi keseluruhan masing-
Manajemen Perbankan 105 masing mata uang asing serta memonitor perdagangan valuta asing dalam posisi yang terkendali 2 . PDN digunakan untuk membatasi posisi keseluruhan masingmasing mata uang asing yang dimiliki oleh bank umum. PDN memiliki peranan penting bagi bank devisa sebagai pengendali posisi pengelolaan valuta asing akibat adanya fluktuasi kurs yang sulit diprediksi. Besarnya PDN yang dimiliki oleh bank devisa tidak boleh melebihi batas maksimum peraturan Bank Indonesia. Posisi Devisa Neto digunakan untuk mengendalikan posisi pengelolaan valuta asing, karena dalam manajemen valuta asing fokus pengelolaannya ada pada pembatasan posisi keseluruhan masing-masing mata uang asing serta memonitor perdagangan valuta asing dalam posisi yang terkendali. Penguasaan mata uang asing tersebut dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban dalam valuta asing dan untuk memperoleh pendapatan yang setinggitingginya, yang didapat dari selisih kurs jual dan kurs beli dari valuta asing tersebut. Peraturan Bank Indonesia Nomor 23/3/PBI/2021 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/10/PBI/2018 tentang Transaksi Domestic NonDeliverable Forward memperbarui ketentuan PDN bank umum dengan memberikan tenggang waktu 30 menit dan batasan paling tinggi sebesar 20% dari modal bank.. PDN setiap 30 menit dihitung sejak sistem tresuri dibuka sampai dengan sistem tresuri ditutup. Posisi terbuka tresuri pada setiap akhir jangka waktu 30 menit merupakan selisih bersih antara transaksi beli dan jual valuta asing yang terkait dengan kegiatan tresuri Bank pada posisi akhir 30 (tiga puluh) menit yang bersangkutan.
106 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si 1. Bagaimana Neraca (Balance Sheet) mencerminkan posisi keuangan bank pada suatu titik waktu tertentu, dan apa yang dicatat di sisi aktiva dan pasiva? 2. Jelaskan isi dari Laporan Laba Rugi (Income Statement) dan berikan gambaran umum tentang pendapatan dan biaya yang dicakup dalam laporan tersebut. 3. Apa fungsi utama dari Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement) dalam konteks laporan keuangan perbankan? Mengapa informasi mengenai arus kas dianggap penting? 4. Bagaimana Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Changes in Equity) mencatat perubahan dalam ekuitas pemilik, dan apa informasi yang disajikan dalam laporan tersebut? 5. Mengapa Catatan atas Laporan Keuangan sangat penting dalam memberikan penjelasan tambahan terkait itemitem dalam laporan keuangan? Sebutkan beberapa hal yang mungkin dijelaskan dalam catatan-catatan tersebut.
Manajemen Perbankan 107 engelolaan aset dan liabilitas bank merupakan suatu pendekatan strategis yang melibatkan manajemen portofolio keuangan dan kewajiban keuangan untuk mencapai tujuan bisnis dan keuangan yang diinginkan. Dalam konteks ini, bank perlu memfokuskan upayanya pada optimisasi pendapatan melalui pemilihan investasi yang bijak, penilaian risiko yang akurat, dan diversifikasi portofolio yang efektif. Manajemen risiko menjadi elemen krusial, memerlukan perhatian terhadap risiko kredit, risiko pasar, dan risiko likuiditas. Pemenuhan kewajiban, terutama terkait dengan liabilitas seperti simpanan nasabah dan hutang, juga menjadi aspek penting yang harus dikelola dengan hati-hati untuk menjaga likuiditas dan kepercayaan nasabah (Budianto & Dewi, 2023). Selain itu, kepatuhan terhadap regulasi keuangan yang berlaku menjadi bagian integral dari pengelolaan aset dan liabilitas. Bank perlu memastikan bahwa kegiatan operasionalnya P
108 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si sesuai dengan ketentuan hukum dan standar keuangan yang ditetapkan oleh otoritas pengawas. Efisiensi operasional menjadi fokus lain, di mana bank harus memastikan bahwa operasinya berjalan dengan efisien untuk meminimalkan biaya dan meningkatkan keuntungan. Strategi pendanaan juga perlu diperhatikan, dengan mempertimbangkan pemilihan sumber pendanaan yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan proyeksi pertumbuhan bank. Keseluruhan, pengelolaan aset dan liabilitas bank merupakan kombinasi integral dari strategi finansial, manajemen risiko, dan kepatuhan terhadap regulasi untuk mencapai stabilitas dan pertumbuhan yang berkelanjutan. Produk aset bank merujuk pada berbagai instrumen keuangan dan investasi yang dimiliki atau dikelola oleh bank untuk meningkatkan pendapatan. Produk bank dari sisi asset dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 15. Jenis Kredit Perbankan
Manajemen Perbankan 109 1. Pinjaman Pinjaman merupakan salah satu kegiatan utama dalam operasional perbankan, di mana bank memberikan dana kepada individu, bisnis, atau lembaga dengan tujuan mendapatkan pendapatan melalui bunga atau biaya layanan yang dikenakan. Jenis-jenis pinjaman yang dapat disediakan oleh bank melibatkan sejumlah kategori, seperti pinjaman konsumen yang ditujukan untuk kebutuhan pribadi, pinjaman hipotek yang terkait dengan pembiayaan properti, dan pinjaman bisnis yang mendukung kegiatan usaha perusahaan (Peykani et al., 2023). Proses pemberian pinjaman melibatkan analisis kredit yang cermat untuk menilai risiko peminjam. Bank akan mengevaluasi kemampuan peminjam untuk membayar pinjaman, sejarah kredit, dan aspek-aspek lain yang mempengaruhi kelayakan pinjaman. Suku bunga dan syarat-syarat pinjaman akan ditetapkan berdasarkan hasil dari evaluasi tersebut. Pentingnya portofolio pinjaman yang sehat sangat memengaruhi stabilitas keuangan bank. Oleh karena itu, manajemen risiko kredit yang efektif menjadi perhatian utama, termasuk pemantauan terhadap perubahan kondisi ekonomi yang dapat mempengaruhi kemampuan peminjam untuk membayar kembali pinjaman. Dengan menyediakan pinjaman, bank berperan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan memberikan akses keuangan kepada masyarakat dan bisnis. 2. Investasi Investasi menjadi bagian integral dari aktivitas perbankan, di mana bank menggunakan dana yang dimilikinya untuk melakukan investasi dalam berbagai instrumen keuangan. Instrumen-instrumen tersebut
110 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si meliputi obligasi, saham, surat utang, dan instrumen pasar uang. Tujuan utama dari kegiatan investasi ini adalah untuk meraih keuntungan, baik melalui capital gain (kenaikan nilai investasi) maupun pendapatan periodik seperti bunga atau dividen. Bank cenderung membentuk portofolio investasi yang beragam guna mengelola risiko dengan lebih efektif. Keputusan investasi didasarkan pada analisis pasar keuangan, perkiraan kinerja investasi, serta pertimbangan terkait dengan kebijakan risiko dan tujuan keuangan bank. Bank juga harus mematuhi regulasi yang mengatur jenis-jenis investasi yang dapat dilakukan dan batasan-batasan tertentu. Investasi menjadi sumber pendapatan tambahan bagi bank, dan hasil investasi yang baik dapat memberikan kontribusi positif terhadap keuntungan yang diperoleh. Namun, bank juga harus waspada terhadap potensi risiko yang terkait dengan fluktuasi nilai pasar dan perubahan kondisi ekonomi yang dapat memengaruhi performa investasi. Oleh karena itu, manajemen investasi yang cermat dan pemantauan secara berkala menjadi aspek penting dalam pengelolaan aset bank. 3. Surat Berharga Surat berharga merupakan instrumen keuangan yang dapat dimiliki oleh bank sebagai bagian dari portofolio investasinya. Surat berharga ini mencakup obligasi pemerintah dan obligasi korporat. Bank dapat mengakuisisi surat berharga ini sebagai salah satu bentuk investasi yang memberikan pendapatan tetap. Obligasi pemerintah adalah surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah suatu negara untuk meminjam dana dari masyarakat atau investor. Obligasi
Manajemen Perbankan 111 ini dianggap sebagai investasi yang relatif aman karena didukung oleh kredit pemerintah. Sebagai imbalan atas pembelian obligasi, bank akan menerima bunga secara berkala dan pengembalian pokok pada jatuh tempo. Selain itu, bank juga dapat memegang obligasi korporat, yang diterbitkan oleh perusahaan swasta. Obligasi korporat memberikan keuntungan kepada bank dalam bentuk bunga yang dibayarkan oleh perusahaan penerbit. Namun, obligasi korporat juga memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan obligasi pemerintah, karena terkait dengan kinerja keuangan dan kemampuan bayar perusahaan. Pemegang surat berharga dapat menghasilkan pendapatan melalui bunga atau capital gain ketika surat berharga dijual dengan harga yang lebih tinggi daripada harga perolehan. Pengelolaan portofolio surat berharga memerlukan pemahaman yang baik tentang kondisi pasar keuangan dan evaluasi risiko kredit terkait dengan penerbit surat berharga. 4. Derivatif Keuangan Derivatif keuangan merupakan instrumen finansial yang memperoleh nilainya dari aset lain yang disebut "aset acuan." Bank dapat terlibat dalam transaksi derivatif sebagai bagian dari strategi manajemen risiko untuk melindungi diri dari fluktuasi nilai aset atau kewajiban tertentu. Dalam konteks ini, derivatif dapat mencakup kontrak berjangka, opsi, atau produk keuangan terstruktur lainnya. Salah satu tujuan utama penggunaan derivatif keuangan oleh bank adalah untuk mengurangi atau mentransfer risiko pasar, seperti risiko suku bunga, risiko mata uang, atau risiko harga komoditas. Misalnya, bank yang memiliki portofolio besar pinjaman dengan
112 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si suku bunga tetap mungkin menggunakan kontrak berjangka suku bunga untuk melindungi diri dari potensi kerugian akibat perubahan suku bunga. Namun, perlu dicatat bahwa transaksi derivatif melibatkan tingkat kompleksitas dan risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan instrumen keuangan konvensional. Oleh karena itu, bank harus memiliki keahlian dan pemahaman yang mendalam terkait dengan aspek-aspek teknis dan risiko terkait dengan penggunaan derivatif keuangan. Selain manajemen risiko, bank juga dapat menggunakan derivatif keuangan sebagai alat untuk menciptakan peluang keuntungan atau memenuhi kebutuhan spesifik nasabahnya. Dalam hal ini, pemahaman yang cermat tentang karakteristik dan dampak derivatif keuangan menjadi kunci dalam pengelolaan aset bank secara keseluruhan. Produk aset bank ini mencerminkan diversifikasi portofolio bank dan strategi untuk mengoptimalkan pengembalian atas investasi serta memberikan layanan keuangan kepada nasabah. Manajemen aset yang efektif menjadi kunci untuk mencapai tujuan keuangan dan meminimalkan risiko. Liabiliti bank mencakup sumber dana yang diperoleh oleh bank untuk mendukung operasionalnya dan membiayai pemberian pinjaman serta investasi. Produk liabilitas BUK dan BUS dapat dilihat pada Gambar 16.
Manajemen Perbankan 113 Gambar 16. Jenis Produk DPK 1. Simpanan Simpanan merupakan komponen integral dalam struktur keuangan bank. Sebagai salah satu sumber dana utama bagi bank, simpanan nasabah mencakup berbagai bentuk, seperti tabungan, deposito, dan jenis simpanan lainnya. Simpanan ini menjadi liabiliti bagi bank, yang artinya bank memiliki kewajiban untuk mempertahankan dana tersebut dan memberikan pelayanan serta jaminan terkait. Dana yang berasal dari simpanan digunakan oleh bank untuk mendukung aktivitas utamanya, seperti memberikan pinjaman kepada individu, bisnis, atau lembaga lain. Selain itu, dana simpanan juga diinvestasikan dalam berbagai instrumen keuangan, seperti obligasi, saham, atau surat utang, untuk meraih keuntungan dan meningkatkan nilai simpanan nasabah. Simpanan memainkan peran penting dalam menciptakan likuiditas bagi bank, memungkinkan bank untuk menjaga keseimbangan antara aset dan kewajiban.
114 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si Kepercayaan nasabah terhadap keamanan dan ketersediaan dana mereka adalah faktor kunci dalam menjaga stabilitas simpanan. Selain itu, bank juga memberikan imbalan berupa bunga kepada nasabah sebagai pengakuan atas penggunaan dana mereka. Dengan demikian, hubungan antara bank dan nasabah dalam konteks simpanan menciptakan saling menguntungkan, di mana nasabah menyimpan dan menginvestasikan dana mereka, sementara bank memberikan layanan dan potensi keuntungan. 2. Sertifikat Deposito Sertifikat deposito merupakan produk liabiliti yang ditawarkan oleh bank kepada nasabahnya. Dalam transaksi ini, nasabah menyetor sejumlah dana pada bank untuk jangka waktu tertentu dengan tingkat bunga yang telah disepakati sebelumnya. Sertifikat deposito umumnya menawarkan tingkat bunga yang tetap selama periode investasi, sehingga nasabah dapat mengetahui dengan pasti berapa jumlah bunga yang akan diterima pada saat jatuh tempo. Dana yang ditempatkan dalam sertifikat deposito digunakan oleh bank untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya, seperti memberikan pinjaman kepada peminjam atau melakukan investasi lainnya. Sertifikat deposito seringkali menjadi pilihan bagi nasabah yang menginginkan investasi dengan risiko yang lebih rendah dibandingkan beberapa opsi investasi lainnya. Keuntungan bagi nasabah yang memilih sertifikat deposito antara lain adalah kepastian tingkat bunga dan perlindungan terhadap fluktuasi pasar. Meskipun demikian, nasabah biasanya tidak dapat menarik dana sebelum jatuh tempo tanpa dikenai penalti tertentu.
Manajemen Perbankan 115 Secara umum, sertifikat deposito menjadi instrumen investasi yang menarik bagi nasabah yang mencari kombinasi antara keamanan dan hasil investasi yang stabil dalam jangka waktu tertentu. Bagi bank, sertifikat deposito membantu dalam mengelola sumber dana dan meningkatkan likuiditas mereka. 3. Obligasi Bank: Obligasi bank merupakan salah satu instrumen keuangan yang dapat diterbitkan oleh bank untuk mengumpulkan dana dari pasar keuangan. Dalam transaksi ini, bank menerbitkan surat utang atau obligasi kepada para investor dengan janji untuk membayar bunga secara berkala dan mengembalikan pokok pada waktu yang telah ditentukan. Penerbitan obligasi memberikan kesempatan bagi bank untuk mendiversifikasi sumber dana mereka, selain dari simpanan nasabah atau pinjaman lainnya. Para investor yang membeli obligasi bank menjadi kreditur yang berhak menerima pembayaran bunga dan pokok sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam perjanjian obligasi. Obligasi bank memiliki jangka waktu tertentu, yang dapat bervariasi mulai dari beberapa tahun hingga beberapa puluh tahun. Tingkat bunga yang dibayarkan oleh bank kepada pemegang obligasi dapat tetap atau mengikuti suku bunga pasar tergantung pada struktur obligasi tersebut. Dengan menerbitkan obligasi, bank dapat mengoptimalkan struktur modalnya, mengelola risiko suku bunga, dan memperluas kapasitas mereka untuk memberikan pinjaman atau melakukan investasi. Obligasi bank juga menjadi salah satu instrumen
116 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si investasi yang menarik bagi para investor yang mencari diversifikasi dalam portofolio mereka. 4. Pinjaman Antarbank Pinjaman antarbank adalah praktik di mana bank mendapatkan sumber dana dengan menjalin hubungan pinjaman dengan bank lain. Dalam skenario ini, bank dapat meminjam dana dari institusi keuangan lain dalam jumlah yang telah ditetapkan sebelumnya, disertai dengan ketentuan-ketentuan tertentu yang mengatur suku bunga, jangka waktu, dan syarat-syarat lainnya. Peminjaman antarbank menjadi alternatif yang penting bagi bank yang membutuhkan likuiditas tambahan atau ingin mengelola keseimbangan antara aset dan liabilitas mereka. Dengan melakukan transaksi pinjaman antarbank, bank dapat memenuhi kebutuhan pendanaan sesuai dengan situasi dan strategi bisnis mereka. Seringkali, transaksi pinjaman antarbank dilakukan di pasar uang antarbank, di mana bank-bank besar berpartisipasi. Kesepakatan pinjaman antarbank dapat bersifat jangka pendek atau jangka panjang, tergantung pada tujuan dan kebutuhan masing-masing pihak. Pinjaman antarbank juga dapat memberikan manfaat dalam mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya keuangan di industri perbankan secara keseluruhan. Dengan adanya keterlibatan lintas bank, likuiditas dapat mengalir lebih efisien di antara institusiinstitusi keuangan, mendukung stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan.
Manajemen Perbankan 117 Pelayanan dan jasa perbankan mencakup beragam layanan yang disediakan oleh bank untuk memenuhi kebutuhan nasabahnya. Beberapa pelayanan dan jasa tersebut melibatkan berbagai transaksi keuangan dan dukungan finansial yang membantu nasabah mengelola keuangan mereka dengan lebih efektif (Rahman et al., 2023). Pelayanan dan jasa perbankan dapat dilihat pada Gambar 17. Berikut adalah beberapa contoh pelayanan dan jasa perbankan: 1. Simpanan dan Giro: Bank menyediakan layanan simpanan untuk nasabah, termasuk tabungan dan giro. Simpanan ini memungkinkan nasabah menyimpan dan mengelola dana mereka dengan mudah. 2. Peminjaman dan Kredit: Bank memberikan fasilitas pinjaman dan kredit kepada individu, bisnis, dan lembaga lain. Ini dapat mencakup pinjaman pribadi, hipotek, kredit usaha, dan produk kredit lainnya.
118 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si 3. Kartu Debit dan Kredit: Bank menerbitkan kartu debit dan kredit yang memungkinkan nasabah melakukan transaksi pembayaran, penarikan uang tunai, dan pembelanjaan dengan mudah. 4. Investasi: Bank menyediakan produk investasi seperti reksadana, obligasi, dan layanan manajemen investasi untuk membantu nasabah merencanakan dan mengelola portofolio investasi mereka. 5. Layanan Perbankan Digital: Bank memberikan akses melalui platform perbankan digital, termasuk internet banking dan aplikasi seluler, memudahkan nasabah untuk melakukan transaksi dan mengakses informasi keuangan kapan saja dan di mana saja. 6. Penukaran Mata Uang: Bank menyediakan layanan penukaran mata uang asing untuk nasabah yang melakukan transaksi internasional atau bepergian ke luar negeri. 7. Layanan Keamanan Finansial: Bank menyediakan layanan keamanan finansial seperti safe deposit box untuk penyimpanan barang berharga dan perlindungan terhadap risiko keuangan. 8. Penyediaan Informasi Keuangan: Bank memberikan informasi keuangan, termasuk rekening koran, ringkasan transaksi, dan layanan peringatan transaksi, agar nasabah dapat memantau dan mengelola keuangan mereka secara efektif. Pelayanan dan jasa perbankan ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan nasabah dan memberikan solusi keuangan yang sesuai dengan berbagai tahapan kehidupan dan kebutuhan finansial mereka.
Manajemen Perbankan 119 Sumber keuntungan perbankan berasal dari berbagai aktivitas dan layanan yang disediakan oleh bank. Keuntungan tersebut menjadi indikator kesehatan dan kinerja keuangan suatu lembaga perbankan. Berikut adalah beberapa sumber utama keuntungan perbankan: 1. Bunga dan Pembiayaan: Bank mendapatkan sebagian besar pendapatannya dari perbedaan antara bunga yang diterima dari pinjaman dan pembiayaan yang diberikan kepada nasabah dengan bunga yang dibayarkan atas sumber dana seperti simpanan dan pinjaman antarbank. 2. Biaya Layanan dan Komisi: Bank mengenakan biaya layanan dan komisi atas berbagai layanan perbankan yang disediakannya, seperti administrasi rekening, transfer dana, dan layanan lainnya. Komisi juga dapat diterima dari transaksi efek, manajemen investasi, dan layanan perantara keuangan lainnya. 3. Keuntungan dari Investasi: Bank memperoleh keuntungan dari investasi dalam instrumen keuangan seperti saham, obligasi, dan surat berharga lainnya. Pendapatan ini dapat berasal dari perubahan nilai pasar, dividen, atau bunga dari investasi tersebut. 4. Biaya dan Pendapatan dari Kartu: Bank menghasilkan pendapatan dari penggunaan kartu debit dan kredit oleh nasabah. Biaya tersebut dapat melibatkan bunga dari saldo tertentu, biaya tahunan, dan biaya lainnya terkait layanan kartu. 5. Pendapatan dari Transaksi Valuta Asing: Bank dapat menghasilkan keuntungan dari layanan penukaran mata uang asing untuk nasabah yang melakukan transaksi internasional.
120 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si 6. Keuntungan dari Transaksi Perdagangan: Bagi bank yang terlibat dalam pembiayaan perdagangan internasional, keuntungan dapat berasal dari transaksi ekspor dan impor yang melibatkan pembayaran dan pembiayaan. 7. Keuntungan dari Layanan Manajemen Investasi: Jika bank menyediakan layanan manajemen investasi, keuntungan dapat diperoleh dari pengelolaan portofolio investasi nasabah. 8. Biaya dan Pendapatan dari Produk Asuransi: Jika bank menyediakan produk asuransi, keuntungan dapat berasal dari penjualan polis asuransi dan investasi premi yang diterima. Keberagaman sumber keuntungan ini mencerminkan diversifikasi aktivitas perbankan dan kemampuan bank untuk menyediakan berbagai layanan finansial kepada nasabahnya. 1. Jelaskan peran pinjaman dalam struktur aset bank dan bagaimana bank mengelola risiko kreditnya. 2. Apa perbedaan utama antara simpanan dan sertifikat deposito sebagai bentuk liabiliti bank? Bagaimana bank memanfaatkan sumber dana ini untuk keperluan operasionalnya? 3. Sebutkan dan jelaskan dua jenis produk aset bank yang umumnya menghasilkan pendapatan. Bagaimana bank mengelola risiko terkait investasi ini?
Manajemen Perbankan 121 4. Bagaimana strategi pengelolaan aset dan liabiliti membantu bank dalam mencapai tujuan keuangan dan menghadapi perubahan kondisi pasar? 5. Apa peran teknologi dalam meningkatkan efisiensi pengelolaan aset dan liabiliti bank? Sebutkan setidaknya satu inovasi terkini yang diterapkan oleh bank dalam mengelola aset atau liabilitinya.
122 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si spek Permodalan mencakup semua elemen yang terkait dengan modal suatu bank. Modal pada dasarnya merupakan sumber daya finansial yang bank miliki untuk menutupi risiko-risiko yang mungkin muncul dalam kegiatannya. Dalam konteks perbankan, modal menjadi payung pelindung terhadap kerugian, dan memiliki peran krusial dalam menjaga stabilitas dan keberlanjutan operasional bank. Aspek-aspek utama dalam permodalan mencakup struktur modal, peraturan permodalan yang diakui oleh otoritas keuangan, manajemen risiko permodalan, kebijakan dividen, dan instrumen permodalan yang digunakan oleh bank. Seluruh rangkaian ini membentuk kerangka kerja yang memastikan bank memiliki kecukupan modal, mengelola risiko dengan baik, dan mematuhi ketentuan regulasi yang berlaku. Dengan demikian, aspek permodalan menjadi pokok dalam keberhasilan dan keberlanjutan lembaga perbankan. A
Manajemen Perbankan 123 1. Modal Inti Modal inti mencakup ekuitas pemilik bank. Ini merupakan bentuk investasi yang disediakan oleh pemilik atau pemegang saham bank. Modal inti memiliki sifat yang permanen dan memberikan landasan keuangan yang kuat bagi bank. Fungsi utama modal inti adalah memberikan perlindungan terhadap risiko keuangan dan melibatkan kepemilikan saham, laba ditahan, dan instrumen ekuitas lainnya. Keberadaan modal inti sangat penting dalam menjaga stabilitas dan kelangsungan hidup bank. 2. Modal Tambahan Modal tambahan melibatkan instrumen keuangan yang dapat dikonversi menjadi ekuitas jika diperlukan. Ini termasuk surat utang konversi, saham preferen, atau instrumen keuangan serupa. Perbedaan mendasar antara modal inti dan modal tambahan terletak pada sifatnya. Modal tambahan bersifat lebih fleksibel karena dapat diubah menjadi ekuitas jika situasi mengharuskan, memberikan bank keleluasaan finansial. Fungsi modal tambahan tidak hanya memperkuat struktur modal, tetapi juga memberikan bank kemampuan untuk memenuhi persyaratan kecukupan modal yang ditetapkan oleh otoritas pengawas. Hal ini menjadi krusial dalam konteks regulasi perbankan yang menetapkan standar keamanan keuangan dan kesehatan bank. Dengan demikian, struktur modal bank menjadi instrumen yang strategis untuk menjaga kestabilan keuangan, mendukung pertumbuhan, dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan perbankan yang berlaku.
124 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si Peraturan permodalan merupakan kerangka kerja yang diatur oleh otoritas keuangan dengan tujuan utama untuk memastikan keamanan dan kestabilan sektor perbankan. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, otoritas keuangan menetapkan persyaratan modal minimum yang harus dipatuhi oleh setiap bank. Persyaratan ini melibatkan dua kategori utama, yaitu modal inti dan modal tambahan. Modal inti mencakup ekuitas pemilik bank dan berfungsi sebagai landasan keuangan yang kuat. Fungsinya melibatkan kepemilikan saham, laba ditahan, dan instrumen ekuitas lainnya. Modal ini memiliki sifat permanen dan memberikan perlindungan terhadap risiko keuangan, menjaga stabilitas, serta memastikan kelangsungan hidup bank Sementara itu, modal tambahan melibatkan instrumen keuangan yang dapat dikonversi menjadi ekuitas jika diperlukan. Fleksibilitas modal tambahan memberikan bank keunggulan dalam mengelola risiko, sehingga dapat menyesuaikan struktur modal sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasar. Bank diwajibkan untuk melakukan penilaian risiko secara menyeluruh guna memahami dampaknya terhadap kecukupan modal. Otoritas keuangan juga melibatkan proses pengawasan yang ketat untuk memastikan kepatuhan bank terhadap persyaratan permodalan. Pelanggaran terhadap peraturan ini dapat memiliki konsekuensi serius, sehingga bank perlu bekerja sama dengan penasihat keuangan dan auditor eksternal untuk memastikan kesesuaian dengan regulasi yang berlaku. Dengan menjaga keseimbangan antara modal inti dan modal tambahan, bank dapat memenuhi persyaratan permodalan, mendukung keberlanjutan operasional, dan memitigasi risiko finansial.
Manajemen Perbankan 125 Manajemen Risiko Permodalan merupakan suatu pendekatan yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola risiko-risiko yang dapat berdampak pada posisi modal suatu bank. Proses ini melibatkan serangkaian langkah konkret yang dirancang untuk memastikan bahwa bank memiliki cukup modal untuk menutupi potensi kerugian dan menjaga kestabilan finansialnya. Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai tahapan-tahapan dalam Manajemen Risiko Permodalan: 1. Identifikasi Risiko Langkah awal dalam manajemen risiko permodalan adalah mengidentifikasi semua risiko yang mungkin mempengaruhi posisi modal bank. Risiko-risiko ini bisa berasal dari berbagai sumber, seperti risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, dan risiko operasional. 2. Evaluasi Risiko Setelah risiko-risiko diidentifikasi, bank melakukan evaluasi terhadap setiap risiko tersebut. Evaluasi ini melibatkan penilaian dampak potensial dari setiap risiko terhadap posisi modal bank, termasuk sejauh mana risiko tersebut dapat mengakibatkan kerugian finansial. 3. Pengelolaan Risiko Bank kemudian mengembangkan strategi dan taktik untuk mengelola risiko-risiko yang telah diidentifikasi. Ini melibatkan penerapan langkah-langkah pengelolaan risiko seperti diversifikasi portofolio, penetapan batas risiko, dan penggunaan instrumen keuangan derivatif. 4. Pemantauan dan Pelaporan Manajemen risiko permodalan bukanlah tugas sekali jalan, melainkan sebuah proses berkelanjutan. Bank
126 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si secara terus-menerus memantau risiko-risiko permodalan dan melaporkannya secara berkala kepada pihak internal dan eksternal, termasuk otoritas pengawas dan regulator. 5. Koreksi dan Penyesuaian: Jika terdapat perubahan dalam lingkungan ekonomi atau pasar, bank melakukan koreksi dan penyesuaian pada strategi manajemen risiko permodalan. Hal ini bisa melibatkan restrukturisasi portofolio, peningkatan modal, atau perubahan kebijakan. Melalui langkah-langkah tersebut, manajemen risiko permodalan bertujuan untuk memastikan bahwa bank dapat menghadapi risiko dengan cara yang efektif, menjaga tingkat kecukupan modal, dan tetap menjaga kestabilan finansialnya dalam jangka panjang. Kebijakan dividen bank adalah suatu kerangka kerja yang mengatur pembagian keuntungan antara bank dan pemegang sahamnya. Evaluasi terhadap kebijakan dividen dapat memberikan pemahaman mendalam tentang cara bank mengelola distribusi keuntungan dan bagaimana keputusan ini dapat memengaruhi pemegang saham. Berikut adalah beberapa poin yang dapat menjadi fokus dalam evaluasi kebijakan dividen bank: 1. Tujuan Dividen Pertama-tama, penting untuk memahami tujuan di balik kebijakan dividen bank. Apakah bank berfokus pada pertumbuhan, stabilitas, atau memberikan pengembalian investasi kepada pemegang saham?
Manajemen Perbankan 127 2. Faktor Internal dan Eksternal Evaluasi kebijakan dividen harus mempertimbangkan faktor internal dan eksternal yang memengaruhi keputusan tersebut. Faktor internal dapat mencakup kinerja keuangan bank dan kebutuhan modal, sementara faktor eksternal melibatkan kondisi pasar dan industri. 3. Rasio Dividen Rasio dividen, yaitu persentase laba yang dibagikan sebagai dividen, perlu diperhatikan. Pemahaman mengenai seberapa besar laba yang dialokasikan untuk dividen dapat memberikan gambaran tentang komitmen bank terhadap pengembalian nilai kepada pemegang saham. 4. Konsistensi Dividen Apakah bank menerapkan kebijakan dividen yang konsisten atau variabel? Konsistensi dalam pembagian dividen dapat memberikan kejelasan kepada pemegang saham mengenai apa yang dapat mereka harapkan dari investasi mereka. 5. Keseimbangan Antara Dividen dan Retensi Laba Evaluasi juga harus mempertimbangkan seberapa besar laba yang tetap ditahan untuk keperluan internal bank, seperti ekspansi, peningkatan modal, atau manajemen risiko. 6. Pengaruh Terhadap Harga Saham Bagaimana kebijakan dividen bank memengaruhi harga saham? Keputusan dividen dapat memiliki dampak langsung terhadap persepsi investor dan nilai saham bank di pasar.
128 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si 7. Ketidakpastian dan Fleksibilitas Apakah kebijakan dividen bank memperhitungkan ketidakpastian ekonomi atau perubahan kondisi pasar? Fleksibilitas kebijakan dividen dapat menjadi aset dalam menghadapi situasi yang tidak pasti. Evaluasi ini dapat memberikan wawasan yang baik tentang bagaimana kebijakan dividen sebuah bank mencerminkan strategi bisnisnya dan bagaimana bank berupaya mencapai keseimbangan yang optimal antara memberikan pengembalian kepada pemegang saham dan memenuhi kebutuhan internalnya. Instrumen permodalan merupakan alat keuangan yang digunakan oleh bank untuk mendapatkan dana dan memenuhi kebutuhan modalnya. Evaluasi terhadap instrumen permodalan melibatkan pemahaman mendalam mengenai keuntungan, risiko, dan peran masing-masing instrumen. Berikut adalah beberapa poin yang dapat menjadi fokus dalam evaluasi instrumen permodalan bank: Tabel 11. Fokus Evaluasi Instrumen Permodalan Bank Fokus instrumen Keuntungan Risiko Saham biasa Saham biasa memberikan hak kepemilikan dan hak suara kepada pemegangnya. Bank dapat membagikan dividen kepada pemegang saham Pemegang saham biasa bersifat residual, artinya mereka mendapatkan pembayaran terakhir setelah pemegang saham preferen dan
Manajemen Perbankan 129 Fokus instrumen Keuntungan Risiko sebagai imbalan atas kepemilikan mereka. kewajiban lainnya. Risiko ini dapat menyebabkan ketidakpastian dividen Saham Preferen Saham preferen memberikan keuntungan kepada pemegangnya dengan tingkat dividen yang tetap. Mereka mendapatkan prioritas pembayaran dibandingkan dengan pemegang saham biasa Meskipun memiliki keuntungan tetap, saham preferen memiliki keterbatasan hak suara dan nilai pertukaran yang lebih rendah daripada saham biasa Obligasi Konversi Obligasi konversi memungkinkan pemegangnya untuk mengonversi hutang menjadi ekuitas bank. Ini dapat menjadi cara yang fleksibel untuk meningkatkan Risiko terkait dengan perubahan nilai konversi dan fluktuasi harga saham bank
130 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si Fokus instrumen Keuntungan Risiko modal tanpa mengeluarkan saham baru Obligasi Partisipasi Pemegang obligasi partisipasi memiliki hak atas pembayaran bunga dan dapat berpartisipasi dalam keuntungan ekstra bank Risiko terkait dengan pembayaran bunga dan volatilitas kinerja bank Surat Utang Tier 1 dan Tier 2 Surat utang Tier 1 dan Tier 2 dapat meningkatkan posisi modal bank dengan memberikan tingkat keamanan tertentu Risiko melibatkan ketentuan konversi, penilaian kredit, dan perubahan kondisi pasar Preferen yang Dikonversi Menjadi Ekuitas Instrumen ini memberikan kemampuan konversi menjadi ekuitas, mendukung keberlanjutan modal bank. Risiko terkait dengan keputusan konversi dan volatilitas harga saham. Instrumen Permodalan Hybrid Instrumen ini menggabungkan karakteristik dari Risiko terkait dengan ketidakpastian
Manajemen Perbankan 131 Fokus instrumen Keuntungan Risiko saham dan hutang, memberikan fleksibilitas dalam manajemen modal. konversi dan fluktuasi pasar Evaluasi instrumen permodalan harus mempertimbangkan kebutuhan modal bank, kondisi pasar, serta dampaknya terhadap struktur dan kestabilan modal. Pemahaman yang mendalam terhadap karakteristik masingmasing instrumen akan membantu bank dalam mengambil keputusan yang tepat untuk mencapai tujuan keuangan dan operasionalnya. 1. Apa peran struktur modal dalam menjaga kecukupan modal bank, dan mengapa penting untuk memahami komponen modal inti dan modal tambahan? 2. Bagaimana peraturan permodalan yang diatur oleh otoritas keuangan berdampak pada operasional bank, dan mengapa penting untuk memahami persyaratan permodalan yang berlaku? 3. Apa arti manajemen risiko permodalan, dan bagaimana langkah-langkah konkret dalam mengidentifikasi,
132 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si mengevaluasi, dan mengelola risiko permodalan dapat mempengaruhi posisi modal bank? 4. Bagaimana kebijakan dividen bank memainkan peran dalam alokasi keuntungan antara pemilik dan bank itu sendiri, dan faktor-faktor apa yang perlu dipertimbangkan dalam merancang kebijakan dividen? 5. Apa keuntungan dan risiko dari instrumen permodalan seperti saham biasa, saham preferen, dan instrumen keuangan lainnya, serta peran masing-masing dalam memenuhi kebutuhan modal bank?
Manajemen Perbankan 133
134 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si agian ini memberikan pemahaman yang mendalam kepada kita mengenai fungsi krusial ALMA dalam operasional perbankan, kemampuan untuk menentukan harga dan menerapkan strategi pricing yang efektif, serta kepentingan memelihara keefektifan Asset and Liability Committee (ALCO). Kita diharapkan dapat menguasai konsepkonsep dasar ALMA, memahami strategi pricing yang relevan dengan kondisi pasar, dan menyadari peran strategis ALCO dalam pengambilan keputusan. Secara keseluruhan, setelah mempelajari bab ini, kita akan mempunyai pengetahuan dan keterampilan praktis yang diperlukan untuk mengelola aset dan liabilitas dengan cerdas dalam lingkungan perbankan yang dinamis. B
Manajemen Perbankan 135 Fungsi utama Asset and Liability Management (ALMA) dalam bisnis bank mencakup pengelolaan aset dan liabilitas untuk mencapai tujuan keuangan dan mengelola risiko dengan efektif. ALMA memiliki peran penting dalam mengoptimalkan portofolio aset, termasuk pinjaman dan investasi, agar dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan profil risiko bank. Di sisi lain, ALMA juga bertanggung jawab untuk memitigasi risiko yang terkait dengan liabilitas bank, terutama dalam hal pendanaan. Fungsi tersebut melibatkan perencanaan, pemantauan, dan pengendalian terhadap aset dan liabilitas. Ini mencakup penilaian terhadap tingkat suku bunga, risiko kredit, likuiditas, dan risiko lain yang dapat memengaruhi kesehatan keuangan bank. ALMA juga berperan dalam mengidentifikasi peluang investasi yang sesuai dengan profil risiko bank serta memastikan bahwa struktur pendanaan bank tetap seimbang dan berkelanjutan. Secara keseluruhan, fungsi utama ALMA adalah menjadi garda terdepan dalam manajemen risiko dan strategi keuangan bank, memastikan bahwa bank dapat beroperasi secara efisien dan efektif dalam menghadapi tantangan pasar yang dinamis. Selain fungsi utama yang telah dijelaskan, pemahaman yang mendalam tentang Asset and Liability Management (ALMA) juga mencakup beberapa aspek kunci: 1. Penyelarasan Tujuan Bisnis ALMA harus mampu menyelaraskan kebijakan dan strategi aset dan liabilitas dengan tujuan bisnis jangka panjang bank. Hal ini melibatkan identifikasi risiko dan peluang yang relevan dengan visi dan misi bank.
136 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si 2. Manajemen Risiko Suku Bunga ALMA harus dapat mengelola risiko suku bunga dengan cermat. Ini mencakup pemantauan dan analisis terhadap dampak perubahan suku bunga terhadap aset dan liabilitas bank serta mengambil tindakan proaktif untuk meminimalkan risiko tersebut. 3. Optimalisasi Portofolio Aset ALMA perlu terlibat dalam proses pengoptimalan portofolio aset, termasuk penilaian terhadap kualitas kredit dan potensi pengembalian. Keputusan investasi harus diambil dengan mempertimbangkan baik aspek keuntungan maupun risiko yang terkait. 4. Manajemen Likuiditas ALMA bertanggung jawab untuk memastikan ketersediaan likuiditas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan mengelola risiko likuiditas. Ini melibatkan pemantauan aliran kas dan pengelolaan instrumen pendanaan. 5. Kepatuhan dan Regulasi ALMA harus memahami dan mematuhi peraturan permodalan dan ketentuan regulator yang berlaku. Kepatuhan terhadap persyaratan permodalan dan pelaporan yang sesuai menjadi kunci dalam menjaga kredibilitas dan keberlanjutan operasional bank. 6. Komunikasi Efektif ALMA juga harus dapat berkomunikasi secara efektif dengan pihak-pihak terkait di dalam bank, termasuk manajemen eksekutif, serta dengan regulator dan pemangku kepentingan eksternal. Hal ini penting untuk menjaga transparansi dan mendukung pengambilan keputusan yang tepat.
Manajemen Perbankan 137 7. Peran ALCO yang Efektif Dalam konteks komite ALCO, ALMA perlu memastikan bahwa komite ini berfungsi secara efektif dalam mengambil keputusan strategis terkait aset dan liabilitas bank. Ini melibatkan penyajian informasi yang akurat dan relevan serta diskusi yang mendalam untuk mencapai keputusan terbaik bagi bank. Penentuan harga dan strategi penetapan harga di dalam bisnis bank adalah aspek penting yang harus diperhatikan oleh Asset and Liability Management (ALMA). ALMA berperan dalam merancang kebijakan penetapan harga yang tidak hanya mendukung profitabilitas bank tetapi juga meminimalkan risiko. Hal ini melibatkan beberapa aspek utama: 1. Optimalisasi Margin Bunga Optimalisasi margin bunga merupakan aspek krusial yang harus diperhatikan oleh Asset and Liability Management (ALMA) dalam menjalankan fungsi utamanya dalam bisnis bank. ALMA perlu memastikan bahwa kebijakan penetapan suku bunga pada produkproduk bank dapat menghasilkan margin bunga yang optimal. Untuk mencapai hal ini, ALMA harus memiliki pemahaman yang mendalam terhadap tren pasar suku bunga. ALMA melakukan analisis menyeluruh terkait tren pasar suku bunga, yang mencakup pemantauan perubahan suku bunga pasar dan faktor-faktor ekonomi yang memengaruhinya. Dengan memahami dinamika pasar ini, ALMA dapat mengantisipasi potensi dampaknya terhadap margin keuntungan bank.
138 Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Si Misalnya, jika terjadi kenaikan suku bunga, ALMA perlu mempertimbangkan strategi yang dapat meminimalkan dampak negatif terhadap margin bunga. ALMA juga harus mampu merespons perubahan kondisi pasar dengan cepat. Ini mencakup kemampuan untuk menyesuaikan kebijakan suku bunga produk bank secara proaktif. Selain itu, ALMA harus mempertimbangkan risiko-risiko yang terkait dengan fluktuasi suku bunga, seperti risiko likuiditas dan risiko pasar, dalam upaya memitigasi dampak potensial terhadap margin bunga. Selain analisis pasar, ALMA perlu berkolaborasi dengan tim risiko dan unit bisnis lainnya dalam bank. Dengan demikian, optimalisasi margin bunga bukan hanya menjadi tanggung jawab ALMA semata, melainkan merupakan hasil dari kerja sama lintas departemen untuk mencapai tujuan keseluruhan bank. Dengan mengedepankan pemahaman yang holistik terhadap kondisi pasar, ALMA dapat memainkan peran kunci dalam menjaga kesehatan keuangan bank melalui optimalisasi margin bunga. 2. Penetapan Harga Produk dan Layanan ALMA terlibat dalam menentukan harga produk dan layanan yang ditawarkan oleh bank, dengan fokus pada penyesuaian harga secara tepat sesuai dengan karakteristik produk, permintaan pasar, dan strategi bersaing bank. ALMA perlu melakukan analisis menyeluruh terhadap berbagai faktor yang memengaruhi penetapan harga. Ini mencakup pemahaman mendalam terhadap struktur biaya, kebijakan suku bunga, dan dinamika persaingan di pasar. Dengan memahami faktor-faktor ini, ALMA dapat mengidentifikasi peluang untuk