MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF POLITIK, EKONOMI, SOSIAL, DAN KEBUDAYAAN Copyright© PT Penamudamedia, 2024 Penulis: Prof. Dr. H. As’ad Isma, M.Pd., Dr. H. Kemas Imron Rosadi, M.Pd., Al Barokah, M.Pd., Anatun Nisa Mun’amah, M.Pd., Ari Zumardin, M.Pd., Bahera, M.Pd.I., Doris Putra Jaya, M.Pd., Fianita Dhany, M.Si., Kusminin, MM., Nurusydiati, M.Pd.I., Suhaidir, M.Pd., MM., Taufik, MM. Editor: Dr. Lalu Ari Irawan, S.E., S.Pd., M.Pd. ISBN: 978-623-8586-28-8 Desain Sampul: Tim PT Penamuda Media Tata Letak: Enbookdesign Diterbitkan Oleh PT Penamuda Media Casa Sidoarium RT 03 Ngentak, Sidoarium Dodeam Sleman Yogyakarta HP/Whatsapp : +6285700592256 Email : [email protected] Web : www.penamuda.com Instagram : @penamudamedia Cetakan Pertama, Mei 2024 xii + 248, 15x23 cm Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin Penerbit
v uku ini merupakan hasil dari kerja keras dan kontribusi berbagai penulis yang telah dengan sungguh-sungguh menyumbangkan pemikiran, penelitian, dan pengalaman mereka dalam mengulas topik yang sangat relevan, yakni "Manajemen Pendidikan Islam dalam Perspektif Politik, Ekonomi, Sosial, dan Budaya. Buku ini menguraikan pentingnya pendidikan islam dalam konteks sosial, politik, dan budaya, terutama dalam konteks negara modern seperti Indonesia, tidak hanya sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas individu, tetapi juga sebagai instrumen penting dalam membentuk masyarakat yang berkembang secara adil dan sejahtera. Beragam aspek yang relevan dengan manajemen pendidikan Islam, mulai dari pengertian dan ruang lingkupnya, hingga kaitannya dengan politik, ekonomi, sosial, dan budaya, setiap bab membahas tema yang berbeda namun saling terkait, memberikan pemahaman yang holistik tentang kompleksitas manajemen pendidikan Islam dalam berbagai konteks. Penutup buku ini menawarkan refleksi terhadap materi yang telah dibahas, menyoroti pentingnya pemahaman akan dinamika politik, ekonomi, sosial, dan budaya dalam merancang dan mengelola pendidikan Islam, serta mengundang pembaca untuk terbuka terhadap kritik dan saran, sebagai bagian dari upaya meningkatkan kualitas diskusi dan pemikiran dalam bidang ini. B
vi Dalam proses penyusunan buku ini, kami menyadari bahwa tidak ada karya yang sempurna. Oleh karena itu, kami sangat menghargai setiap kritik dan saran yang dapat membantu perbaikan dan pengembangan konsep-konsep yang dibahas dalam buku ini. Semoga buku ini dapat memberikan kontribusi positif dalam pemahaman dan pengembangan manajemen pendidikan Islam, serta memicu diskusi yang lebih luas dan mendalam dalam konteks yang relevan. Terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan buku ini, serta kepada pembaca yang telah meluangkan waktu untuk membaca dan mempertimbangkan ideide yang disajikan di dalamnya. Semoga buku ini bermanfaat dan dapat menjadi sumbangan yang berarti dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran dalam bidang manajemen pendidikan Islam. Dr. Lalu Ari Irawan, S.E., S.Pd., M.Pd. Editor
vii Kata Pengantar ................................................................. v Daftar Isi ....................................................................... vii BAB I Pengertian, Objek, Ruang Lingkup dan manfaat kajian aspek Poleksosbud dalam Pendidikan ............................................ 1 A. Pengertian Politik, Sosial, dan Budaya...............................3 B. Ruang lingkup politik sosial budaya ..................................7 C. Hubungan Politik dan pendidikan.....................................9 D. Manfaat kajian .............................................................. 11 BAB II Aspek Ekonomi dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) ........................................................................... 14 A. Konsep Dasar Ekonomi Pendidikan................................. 16 B. Pendidikan Dan Sumber Daya Manusia ........................... 21 C. Pendidikan dan Perekonomian....................................... 32
viii BAB III Politik Pendidikan Sebagai Landasan Bagi Pembangunan, System, Strategi, Dan Teknik Pendidikan ........................................ 39 A. Konsep Politik Pendidikan dalam Pembangunan, sistem, strategi dan Teknik Pendidikan.......................................41 B. Peran Politik Pendidikan dalam Pembangunan, sistem, strategi dan Teknik Pendidikan.......................................46 BAB IV Pendidikan Masyarakat Modern dan Sederhana dalam Menghadapi Perubahan Sosial Budaya, Modernisasi dan Pembangunan ................................................................ 50 A. Pendidikan Masyarakat Modern dan Sederhana ...............53 B. Perubahan Sosial Budaya ...............................................58 C. Moderenisasi.................................................................59 D. Pembangunan ...............................................................62 BAB V Pendidikan dan Perubahan Kebudayaan Transmisi Budaya dan Perkembangan Institusi Pendidikan .................................... 65 A. Transmisi Kebudayaan...................................................67 B. Transmisi Kebudayaan dan Pendidikan...........................70 C. Perkembangan Institusi Pendidikan Dulu dan Kini...........72
ix BAB VI Masalah Utama Politik, Ekonomi Dalam Pembangunan Bangsa Dan Hubungannya Dengan Pendidikan................................ 77 A. Pengertian Politik, Ekonomi dan Pendidikan ................... 81 B. Masalah Politik dalam Pembangunan Bangsa .................. 84 C. Masalah Ekonomi dalam Pembangunan Bangsa............... 89 D. Hubungan Politik, Ekonomi, dengan Pendidikan ............. 95 BAB VII Masalah Utama Social, Budaya Dalam Pembangunan Bangsa Dan Hubungannya Dengan Pendidikan ...................................... 96 A. Pengertian Sosial, Budaya dan Pendidikan....................... 98 B. Masalah Sosial dalam Pembangunan Bangsa ................. 102 C. Urbanisasi dan Masalah Sosial...................................... 107 D. Masalah Budaya dalam Pembangunan Bangsa ............... 109 E. Hubungan Antara Masalah Sosial, Budaya, dan Pendidikan .................................................................................. 112 BAB VIII Politik, Ekonomi dalam Peraturan-Peraturan dan Undang-Undang Pendidikan dan Kebijakan Pendidikan ............................... 113 A. Pengertian .................................................................. 116 B. Undang-undang Republik Indonesia dan Peraturan Pemerintah yang Relevan............................................. 120
x C. Kebijakan Pendidikan .................................................. 122 BAB IX Sosial, Budaya dalam peraturan-peraturan dan Undang-undang Pendidikan dan Kebijakan Pendidikan ................................ 128 A. Pengertian Sosial, Budaya, undang-undang pendidikan dan Kebijakan Pendidikan .................................................. 131 B. Unsur-Unsur Sosial ...................................................... 137 C. Tujuan adanya sosial budaya bagi Indonesia .................. 138 D. Sosialisasi Pendidikan Berbasis Budaya.......................... 140 E. Jenis-Jenis Pembelajaran Berbasis Budaya..................... 141 F. Gelombang Kekuatan yang mengubah Masyarakat manusia .................................................................................. 150 BAB X Modernisasi dan Problema Pendidikan Islam ...................... 151 A. Pengertian Modernisasi................................................ 154 B. Pengertian,Konsep dan Fungsi Pendidikan Islam ........... 156 C. Problema Pendidikan Islam.......................................... 158 D. Dasar-Dasar Pendidikan Islam...................................... 160
xi BAB XI Paradigma Baru Pendidikan Islam: Konsep Pendidikan Hadhari ................................................................................. 168 A. Pengertian Paradigma Pendidikan Islam ....................... 172 B. Pemahaman Pendidikan Hadhari ................................. 177 C. Pendidikan Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif Sebagai Paradigma Pendidikan Islam ............................ 181 D. Pilar-pilar Pendidikan Hadhari ..................................... 187 E. Relevansi Pendidikan Islam Hadhari Terhadap Pendidikan .................................................................................. 190 BAB XII Negara, Politik Dan Pendidikan Agama (Pendidikan Agama Dalam System Pendidikan Nasional) ........................................... 192 A. Negara dan Politik dalam Pendidikan............................ 194 B. Pendidikan Agama dalam Sistem Pendidikan Nasional ... 198 Daftar Pustaka .............................................................. 203 Tentang Penulis ............................................................ 210
xii
1 BAB I Pengertian, Objek, Ruang Lingkup dan manfaat kajian aspek Poleksosbud dalam Pendidikan
2 ehidupan manusia dalam konteks negara-bangsa tidak dapat dipisahkan dari masalah budaya sosial-politik. Manusia yang selalu hidup berkelompok pada masyarakat modern sangat lazim apabila kedudukannya sebagai bagian dari keanggotaan sebuah bahkan sejumlah organisasi. Namun, organisasi sebagai wahana pengembangan individu dan/atau kolektif bagi manusia tersebut dikenal dengan istilah negara sehingga sebagai individu manusia tersebut dinamakan warga negara. Secara umum, setiap individu manusia memiliki identitas diri sebagai warga dari suatu negara, artinya ia memiliki status kewarganegaraan dalam hal itu manusia tidak terlepas dari politik sosial dan budaya termasuk dalam dunia pendidikan. Pendidikana adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dimana melalui pendidikan manusia dilatih dan dibina untuk mengetahui banyak hal dan melahirkan kreativitas dari diri manusia sehingga bermanfaat bagi dirinya dan orang lain Pendidikana di Indonesia sebagai sarana mewujudkan amanat pembukan UUD 1945 untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Serta melahirkan manusia yang paripurna sebagaimana dalam UU No. 20 tahun 2023 tujuan pendidikan nasional: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. K
3 Bahkan didalam Islam menuntut ilmu suatu hal yang wajib bagi setiap muslim bahkan perintah pertama turun dalam alQur’ana adalah perintah untuk berilmu, bahkan sipa yang berilmu di janjikan Allah derajat yang mulya sebagaimana firman Allah dalam Qur’an Surat al-Mujaddalah ayat 11: Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, "Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu," maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan."(Qs. Al-mujaddala :11) Dalam menggapai itu semua tidak lepas dari Politik, Sosial, dan Budaya karena politik, sosial, dan budaya telah melekat pada kehidupan masyarakat pada saat ini sehingga perlunya pemahaman itu semua dalam dunia pendidikan dengan harapan supaya bisa terarah sebagimana mestinya. Sepertihalnya banyak lembaga pendidikan yang sulit berkembang saat ini karena tidak melibatkan diri pada politik, dan tidak mengikuti sosial budaya yang sipatnya selalu berubah ubah saat ini.
4 A. Pengertian Politik, Sosial, dan Budaya 1. Politik Politik berasal dari kata politik (Inggris) yang menunjukkan sifat pribadi atau perbuatan. Dalam kamus, berarti acting or judging wisely, well-judged - prudent. Kata politik diambil dari kata Latin politicus atau bahasa Yunani (Greek) politikos yang bermakna relating to a citizen. Kata itu berasal juga dari kata polis yang searti dengan city "kota". Politic kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia, yaitu, segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan suatu Negara atau terhadap Negara lain, tipu muslihat atau kelicikan, dan juga dipergunakan sebagai nama bagi sebuah disiplin pengetahuan, yaitu ilmu politik. Menurut Noer (1997), politik adalah segala aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan kekuasaan dan yang bermaksud untuk mempengaruhi, dengan jalan mengubah atau mempertahankan, suatu macam bentuk susunan masyarakat. Dengan kata lain, politik yang dimaksud oleh Noer adalah hal yang berkaitan dengan suatu kebijakan sistematis yang dirancang untuk dipatuhi dan diikuti oleh setiap warga negara yang tinggal di dalamnya sehingga roda pemerintahan dapat terlaksana dengan alat yang dinamakan politik ini, dan akhirnya politik terlihat menundukkan masyarakat atau dapat juga membuat masyarakat menjadi berontak atas sistem kekuasaan tersebut.
5 2. Sosial Istilah "Sosial" berasal dari bahasa Latin yaitu Socius, yang artinya berkawan atau masyarakat. Sosial memiliki arti umum yaitu kemasyarakatan dalam arti sempit mendahulukan kepentingan bersama atau masyarakat (Salim, 2002). a. Menurut Lewis, Sosial adalah sesuatu yang dicapai, dihasilkan, dan ditetapkan dalam interaksi seharihari antara warga negara dan pemerintahannya. b. Menurut Keith Jacobs, Sosial adalah sesuatu yang dibangun dan terjadi dalam sebuah situs komunitas. b. Menurut Ruth Aylett Sosial adalah sesuatu yang dipahami sebagai sebuah perbedaan namun tetap inheren dan terintegrasi. c. Menurut Paul Ernest Sosial lebih dari sekedar jumlah manusia secara individu karena mereka terlibat dalam berbagai kegiatan bersama. d. Sosial mengandung pengertian suatu kumpulan dari individu individu yang saling berinteraksi sehingga menumbuhkan perasaan bersama. (Aritrimaria, 2013). Pengertian sosial menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Definisi sosial memang bisa diartikan secara luas. Secara umum, definisi sosial bisa diartikan sebagai sesuatu yang ada pada masyarakat atau sikap kemasyarakatan secara umum.
6 3. Budaya Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Budaya memiliki arti akal budi. Secara umum, budaya dapat diartikan sebagai suatu cara hidup yang terdapat pada sekelompok manusia, yang telah berkembang dan diturunkan dari generasi ke generasi dari sesepuh kelompok tersebut. Menurut Koentjaraningrat, budaya adalah semua sistem ide, gagasan, rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan oleh manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang nantinya dijadikan klaim manusia dengan cara belajar. Menurut (Kluckhohn, 1989), ada tujuh unsur yang membentuk suatu budaya atau kebudayaan, yaitu: a. Bahasa, yaitu mencakup bahasa lisan mapun tulisan yang memiliki fungsi sebagai cara berinteraksi, dan merupakan salah satu tanda adanya budaya pada suatu peradaban. b. Sistem pengetahuan, yaitu mencakup pengetahuan mengenai berbagai macam hal seperti perilaku sosial, organ manusia, flora dan fauna, waktu, dan lain sebagainya. c. Sistem religi, yaitu mencakup aliran kepercayaan yang dianut oleh masyarakat. Kegiatan unsur kebudayaan sistem religi misalnya upacara atau tradsi kepercayaan tertentu. d. Sistem mata pencaharian manusia, yaitu mencakup metode masyarakat untuk bertahan hidup, seperti bercocok tanam, berdagang, bertani, dan lain sebagainya.
7 e. Sistem teknologi manusia, yaitu mencakup peralatan produksi, transportasi, proses distribusi, dan komunikasi, serta tempat-tempat untuk menyimpan beda dan atau manusia. Rumah, senjata, dan perkakas merupakan unsur kebudayaan yang diciptakan oleh peradaban manusia. f. Sistem kemasyarakatan, yaitu mencakup sistem keluarga, organisasi, kekerabatan, komunitas, hingga negara. Sejak lahir manusia telah menjadi bagian organisasi, yaitu keluarga dan terikat dalam kegiatan keagaman. g. Kesenian, yaitu mencakup berbagai bentuk seni, seperti seni musik, seni tari, seni lukis, sastra, arsitektural, dan lain-lain. Setiap karya manusia yang mengandung seni merupakan unsur budaya. B. Ruang lingkup politik sosial budaya Setelah kita mengetahui pengertian sistem sosial maupun sistem budaya, kita akan mengkaji apa saja yang termasuk dalam ruang lingkup sistem sosial budaya. Dalam mengkaji sistem sosial budaya, kita akan selalu dihadapkan dengan realitas sosial budaya yang tidak terlepas dari kehidupan masyarakat, yang meliputi tindakan individu, kelompok sosial, dan juga struktur sosial di Indonesia. Di dalam struktur sosial sendiri terdapat komponen berupa kaidah sosial, lembaga sosial, kelompok sosial, dan juga lapisan sosial. Struktur sosial adalah suatu bangunan sosial yang terdiri atas berbagai unsur sosial pembentuk masyarakat. Unsur pembentuk masyarakat adalah individu-
8 individu atau anggota masyarakat itu sendiri, wilayah tempat tinggalnya yang secara geografis memberikan kontribusi pada karakteristik warga masyarakatnya, kebudayaan, nilai, dan norma. Setiap unsur tadi membentuk pola hubungan yang menunjukkan dinamika yang terjadi dalam bangunan tersebut. Dalam pola hubungan antar individu tersebut, tidak pernah lepas dari peran dan status individu dalam berinteraksi dengan individu lainnya. Di samping itu individu dalam berinteraksi dengan individu lain diatur oleh adanya nilai dan norma. Hal ini semua bertujuan untuk terciptanya masyarakat yang harmonis. Pembahasan mengenai nilai, norma telah banyak diuraikan di atas dan baik nilai maupun norma adalah sistem kaidah mengenai tindakan yang menentukan langkah kita. Kaidah-kaidah tersebut menyatakan bagaimana kita harus bertindak pada situasi-situasi tertentu, dan bertindak secara tepat adalah taat secara tepat tidak lain adalah taat secara tepat terhadap kaidah yang telah ditetapkan (Durkheim dalam Taufik Abdullah dan Van der Leeden, 1986: 157). Sistem kaidah ini merupakan produk manusia karena manusia selalu berkeinginan menyatu dengan lingkungannya, termasuk menyatu dengan manusia lain dalam proses kehidupan bermasyarakat. Jadi, sistem kaidah ini benar-benar merupakan pedoman bertindak bagi anggota masyarakat, dan cara bertindak yang tepat sesuai kaidah akan menyumbang keharmonisan masyarakat. Lalu bagaimana status dan peran juga menjadi bagian dari unsur struktur sosial? Menurut Peter Blau, status adalah posisi orang di dalam kelompok sosial atau masyarakat yang
9 berpengaruh terhadap relasi sosial mereka, dan peran adalah harapan-harapan individu yang semestinya dijalankan sesuai dengan statusnya (Alex Thio, 1992: 83). Misalnya, ketika Anda berinteraksi dengan teman Anda, Anda cenderung lebih rileks, informal, dan tidak canggung. Namun, saat bertemu dengan dosen Anda, Anda akan lebih bersikap formal, sedikit kaku, dan merasa ada batasan antara Anda dan dosen. Ini mengindikasikan bahwa ketika Anda berinteraksi dengan teman, kedudukan Anda memiliki satu status, tetapi ketika bertemu dengan dosen, dosen memiliki status yang berbeda dengan Anda, bukan satu status. Dalam masyarakat yang lebih plural seperti di Indonesia, kita akan menemukan banyak sekali status, seperti status laki-laki atau perempuan, status suku bangsa atau ras. Jenis status seperti ini disebut sebagai ascribed status (status yang ditentukan) yaitu status yang diperoleh secara turun-temurun. Kita tidak dapat memilih suku bangsa tertentu sebagai status suku bangsa kita sesuai dengan keinginan hati. Jika Anda lahir sebagai keturunan dari suku bangsa tertentu, misalnya Sunda, Anda tidak dapat memilih atau mengubah suku bangsa Anda menjadi Jawa atau Banjar. Ada banyak status yang diperoleh dari hasil tindakan atau upaya kita yang biasa disebut status yang dicapai. Status yang termasuk dalam tipe ini adalah status yang diusahakan, misalnya melalui jenjang pendidikan atau karier. Status terkadang menciptakan tingkatan sosial dalam struktur sosial. Contohnya, di Indonesia seorang pengacara memiliki status yang lebih dihargai dibandingkan dengan
10 status sebagai penggali pasir, dan seterusnya. Peran seperti yang telah disebutkan di atas adalah perilaku yang diharapkan oleh individu yang memiliki status tersebut. Artinya, setiap individu menjalankan perannya dengan melaksanakan kewajiban dan haknya secara sama, sehingga dalam dunia sosial tidak ada status tanpa peran. Misalnya, bila seseorang memiliki status sebagai hakim, maka ia akan berperan sebagai hakim dengan melaksanakan seperangkat kewajiban dan haknya. Demikian pula, status sebagai ayah akan menghasilkan peran sebagai ayah saat berinteraksi dengan anaknya, dan peran sebagai hakim akan dilakukan saat menjadi hakim di ruang pengadilan. Demikian pula, seorang mahasiswa akan melaksanakan peran sebagai mahasiswa saat berada di kelas, membaca, berpikir, dan belajar. Namun, antara satu mahasiswa dengan mahasiswa lainnya mungkin berbeda dalam pemenuhan harapan mereka. Ada yang puas dengan mendapatkan nilai B atau bahkan C, sementara yang lain bekerja keras untuk mendapatkan nilai A. C. Hubungan Politik dan pendidikan Pelaksanaan pendidikan di Indonesia secara tegas diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945, yaitu pasal 29 beserta Amandemennya. Pendidikan menjadi tanggung jawab dan kewajiban negara dan didukung oleh seluruh rakyatnya. Namun, hingga saat ini, implementasi amanat tersebut belum sepenuhnya dapat dilaksanakan dalam bidang pendidikan, bahkan dirasakan masih sangat jauh dari yang dicita-citakan. Meskipun dari sisi pendanaan,
11 tahun 2009 pemerintah telah menargetkan anggaran 20% dari APBN. Setelah pelaksanaan otonomi pendidikan sebagai konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah, pengelolaan pendidikan tidak lagi sentralisasi dari pusat. Saat ini, peran pemerintah daerah untuk memajukan pendidikan menjadi sangat terbuka, meskipun masing-masing daerah memiliki kesulitan baik dalam masalah sumber daya manusia maupun minimnya dana pendidikan. Tantangan perkembangan dunia saat ini menuntut kemampuan sumber daya manusia yang tangguh dan memiliki kreativitas yang tinggi, tetapi bagaimana negara mampu menyiapkan SDM yang berkualitas tersebut masih mencari-cari pola hingga saat ini. H.A.R. Tilaar (2003: 143) mengemukakan dua fungsi besar negara, yaitu: mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat banyak dan mempersatukan rakyat banyak tersebut dalam suatu wadah yang disebut negara. Kaitan antara pendidikan dan politik sangat erat bahkan selalu berhubungan, sehingga dengan keadaan tersebut kita dapat mengetahui bahwa politik negara sangat berperan dalam menentukan arah perkembangan pendidikan di suatu negara. Tidak berlebihan kiranya bila banyak ahli yang berpendapat bahwa pendidikan merupakan salah satu upaya atau sarana untuk melestarikan kekuasaan negara. Michael W. Apple dalam Tilaar (2003: 145) menjelaskan bahwa politik kebudayaan suatu negara disalurkan melalui lembaga-lembaga pendidikan, sehingga dalam pendidikan tersalur kemauan politik atau sistem kekuasaan dalam suatu masyarakat.
12 D. Manfaat kajian Pendidikan politik sosial dan budaya seharusnya dapat berkembang dalam kebebasan dan di tengah masyarakat sebagai gerakan pro dan kontra. Pendidikan politik ini seharusnya bertujuan untuk mendobrak kepincangan yang ada di masyarakat, yang mana kepincangan tersebut menimbulkan kesengsaraan pada rakyat dan mempengaruhi tingkat demokrasi. Secara singkat, tujuan pendidikan politik ini adalah untuk meningkatkan sikap demokrasi dari masyarakat Indonesia sendiri. Masyarakat harus maksimal dalam memperhatikan hak-hak mereka dalam menyampaikan pendapat, memberikan saran, dan bertanggung jawab atas tindakan yang mereka lakukan dalam kehidupan politik. Pendidikan politik merupakan suatu gaya belajar dan latihan dalam memahami sistem politik serta membangun hubungan antar sesama manusia di suatu wilayah Negara. Pendidikan politik ini dianggap sebagai upaya pembelajaran karena dengan adanya pendidikan politik ini, perlu adanya kesinambungan dalam pelaksanaannya agar masyarakat terus meningkatkan pemahaman mereka terhadap dunia politik yang selalu mengalami perkembangan. Adapun kebajikan kebijakan yang dimaksud adalah berkaitan dengan sikap baik, jujur, serta toleran terhadap bangsa kita sendiri dan pengembangan sportivitas. Pendidikan politik ini identik dengan pembentukan hati nurani dalam politik yang secara implisit memuat rasa tanggung jawab terhadap sesama manusia. Pada demokrasi, rakyat diberikan kesempatan untuk melakukan pilihan
13 sendiri yang menguntungkan bagi pemenuhan kebutuhan hidupnya. Dengan mendapatkan pendidikan politik ini, rakyat diharapkan dapat menjadi kreatif, mandiri, kritis, dan berpartisipasi dalam pelaksanaan demokrasi. Dengan adanya pendidikan politik ini, seseorang dapat didorong untuk melakukan perbaikan dan meningkatkan jaringan politik dan masyarakatnya, serta menganalisis dan membahas konflik aktual dengan kemampuan yang dimiliki oleh rakyat Indonesia sendiri. Dengan hal tersebut, orang akan sadar akan hak serta kewajiban sebagai warga Indonesia yang baik dalam mengatur kemasyarakatan, negara, dan bangsa. Politik ini bukan monopoli seorang pemimpin ataupun kelompokkelompok istimewa saja, namun politik ini adalah milik bersama bagi setiap warga negaranya. Oleh sebab itu, dengan pendidikan politik ini tidak hanya sebatas memahami tentang peristiwa politik serta konflik, namun justru lebih menekankan kepada pelaksanaan politik yang dilakukan secara ideal dan sesuai dengan asas demokrasi. Dalam pendidikan ini banyak membahas konflik aktual. Dengan adanya pendidikan ini, rakyat akan memperoleh kemampuan dalam menganalisis berbagai konflik serta dapat memecahkannya dengan cara menjadi rakyat yang mandiri, bukan karena tekanan dari pihak luar. Apabila seseorang menyadari akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara yang baik untuk mengatur masyarakat sekitar, negara, dan pemerintahan. Politik merupakan milik bersama, bukan milik dari golongan atau berduit lainnya. Namun, politik ini adalah
14 milik bersama bagi setiap warga negara untuk dimanfaatkan dan dipakai dalam mewujudkan keadilan sosial dan kesejahteraan bersama. Arah dari pendidikan politik harus mengarah kepada transparansi, keterbukaan, dan kebebasan. Pandangan dari kehidupan terbuka dapat memperlihatkan kebebasan manusia dalam merealisasikan dirinya sendiri yang berkaitan dengan relasi persamaannya dengan masyarakat sekitar. Karena demokratisasi, kebebasan personal, individualisme, dan orde sosial yang maju saling berkaitan dan tidak terpisahkan. Oleh karena itu, pernyataan dari pendidikan politik ini menegaskan bahwa penentu maju atau mundurnya suatu masyarakat. Masyarakat dapat mencapai otonomi dan memiliki kemampuan serta wewenang untuk menetapkan berbagai ketetapan sosial, budaya, dan politik. Pada zaman sekarang, pendidikan politik memiliki tujuan pokok, yaitu agar rakyat dapat berpartisipasi dalam dunia politik, tidak terpisahkan dalam konflik umum terbuka, serta ikut serta dalam menentukan kebijakan umum. Pendidikan politik dapat menanamkan norma dan nilai yang berdasarkan landasan dan motivasi bangsa Indonesia, juga menjadikan nilai dasar dalam pembinaan dan pengembangan diri dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan ini, sangat diharapkan masyarakat sejak dini dapat memahami serta dapat menghadapi ancaman dari ideologi yang tidak sesuai dengan dasar negara yaitu Pancasila. Kewajiban dari pendidikan politik ini adalah menjadi penerang dalam hal pembangunan yang bisa saja dimanipulasi oleh golongan atau kekuasaan yang salah.
15 BAB II Aspek Ekonomi dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
16 konomi secara umum dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memanfaatkan sumber daya yang langka untuk maksimalisasi proses produksi dan utilitas individu (Suyanto et al., 2021). Ekonomi berfokus pada peningkatan efisiensi dalam perekonomian dengan mempertimbangkan segala sesuatu berdasarkan mekanisme pasar, namun hal ini dapat mengakibatkan akumulasi modal dan kekayaan pada sekelompok individu atau kelompok yang memiliki akses dan jaringan yang kuat. Sumber daya manusia merupakan salah satu modal penting dalam proses pembangunan ekonomi (DeCenzo et al., 2016). Pendidikan merupakan salah satu cara pengembangan sumber daya manusia agar mampu menghasilkan sumber daya manusia berkualitas. Pengembangan sumber daya manusia dapat disamakan dengan investasi, yaitu pertambahan nilai tambah manusia dari kondisi sebelum dilakukan pengembangan. Secara ekonomi dapat diartikan (Mauro & Borges-Andrade, 2020) dengan terjadinya suatu perubahan nilai intrinsik dalam individu tersebut, sehingga nilai intrinsiknya saat ini dapat menghasilkan suatu nilai tambah jasa-jasa yang semakin tinggi (semakin tinggi produktivitasnya) bilamana dibandingkan dengan sebelum perubahan nilai intrinsik melalui proses investasi modal manusia (human capital investment). Pendidikan merupakan bagian dari investasi yang akan memberikan keuntungan. Dengan melibatkan unsur manusia dalam analisis investasi, maka muncul gagasan baik dalam mengembangkan pemikiran untuk menjadikan pendidikan dan pelatihan secara terpisah dibandingkan dengan teori ekonomi konvensional. Melalui pendidikan, diharapkan mampu E
17 menghasilkan output sumber daya manusia yang berkualitas, yang merupakan salah satu modal utama dalam suatu proses pembangunan ekonomi (Mun’amah, 2023). Dengan pendidikan, diharapkan investasi modal manusia mampu memberikan keuntungan dalam peningkatan nilai intrinsik pada sumber daya manusia. A. Konsep Dasar Ekonomi Pendidikan Kaidah-kaidah teori ekonomi konvensional harus tetap dipegang dalam mempelajari ekonomi pendidikan, karena pendidikan telah diakui oleh filsuf ekonomi sebagai salah satu variabel untuk mempercepat proses pembangunan, sehingga tidaklah berlebihan perluasan pendidikan merupakan salah satu sasaran investasi nasional. Permasalahan yang perlu dibahas pula dalam ekonomi pendidikan termasuk bagaimana sektor pendidikan dapat dibiayai. Ekonomi pendidikan dapat didefinisikan sebagai suatu penerapan ilmu ekonomi dalam menganalisis berbagai hal terkait dengan pendidikan sebagai barang ekonomi dan hubungannya dengan peningkatan sumber daya manusia sebagai modal dasar utama dalam pembangunan ekonomi suatu bangsa (Ramadhani & dkk, 2021). Apakah perbedaan antara ekonomi pendidikan dengan ekonomi sumber daya manusia? Secara definisi ekonomi sumber daya manusia menurut Mulyadi (2006: 1) adalah ilmu ekonomi yang diterapkan untuk menganalisis pembentukan dan pemanfaatan sumber daya manusia yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi. Dengan kata
18 lain, ekonomi sumber daya manusia merupakan teori ekonomi pada analisis sumber daya manusia. Ruang lingkup ekonomi sumber daya manusia antara lain meliputi: dinamika kependudukan, ketenagakerjaan, struktur ketenagakerjaan, sektor informal-formal, transisi kependudukan, mobilitas dan migrasi penduduk, permintaan dan penawaran tenaga kerja, pekerja anak, perencanaan ketenagakerjaan, serta penduduk dan pembangunan ekonomi(Lisnawati, 2007). Persamaan antara ekonomi pendidikan dan ekonomi sumber daya manusia adalah sama-sama membahas peran dan pentingnya sumber daya manusia dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Namun, perbedaannya terletak pada fokus masing-masing. Ekonomi sumber daya manusia hanya memusatkan perhatian pada sumber daya manusia, sementara ekonomi pendidikan memusatkan perhatian pada proses pendidikan yang membentuk sumber daya manusia yang berkualitas untuk pembangunan ekonomi negara. Dalam ekonomi pendidikan, pendidikan dianggap sebagai barang ekonomi. Oleh karena itu, semua aspek pendidikan yang berkontribusi dalam menciptakan sumber daya manusia berkualitas dibahas untuk mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi. Konsep ekonomi tentang faktor produksi manusia banyak dimanfaatkan dalam berbagai kajian ekonomi pendidikan. Kajian dalam ekonomi pendidikan seiring dengan kajian terhadap ketenagakerjaan, faktor penentu pendapatan, dan distribusi pendapatan. Pengeluaran pendidikan tidaklah dipandang sebagai pengeluaran untuk
19 kegiatan konsumsi, melainkan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah dari investasi modal manusia. Proses pendidikan bertujuan untuk menghasilkan output yang bermanfaat dalam proses pembangunan ekonomi suatu negara. Pendidikan merupakan bagian dari investasi yang akan memberikan keuntungan. Dengan melibatkan unsur manusia dalam analisis investasi, muncul gagasan baik dalam mengembangkan pemikiran untuk menjadikan pendidikan dan pelatihan terpisah bila dibandingkan dengan teori ekonomi konvensional. Gagasan-gagasan tersebut semakin kaya diwujudkan oleh para ekonom dan tulisan-tulisan yang dimuat dalam publikasi ilmiah dan jurnal-jurnal lainnya, sehingga ekonomi pendidikan sebagai cabang dari ilmu ekonomi masih sangat muda usianya. Semakin kaya pemahaman terhadap unsur manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung, telah membantu para perencana di bidang pendidikan dalam menyusun perencanaan pendidikan, termasuk pengaturan sumber pembiayaan pendidikan yang relatif langka. Di sisi lain, dengan berkembangnya ilmu ekonomi pendidikan, memberikan isyarat kepada segenap pelaku ekonomi sebagai penuntun untuk memilih alternatif-alternatif pendidikan yang relevan untuk diupayakan. Ekonomi pendidikan tidak membahas tentang kurikulum pendidikan, tetapi lebih berfokus pada analisis input dan output pendidikan. Pendekatan untuk mempelajari input dan output pendidikan melibatkan dua sisi, yaitu menggunakan analisis makroekonomi untuk
20 mengintegrasikan bidang ekonomi dalam perencanaan pembangunan. Sisi kedua melibatkan analisis mikroekonomi, yang membantu dalam memahami pendidikan sebagai proses pembentukan modal manusia. Investasi modal manusia memiliki beberapa perbedaan dengan investasi pada modal fisik. Hal ini perlu dibahas agar pembaca dapat memahami mengapa investasi modal manusia tersebut penting. Terdapat beberapa perbedaan antara investasi modal manusia dengan investasi pada modal fisik, hal ini dapat terlihat pada Tabel 1.1. Penjelasan pada Tabel 1.1 merangkum berbagai aspek penting yang membedakan antara modal fisik dengan modal manusia, di mana pendidikan merupakan salah satu strategi peningkatan nilai stok manusia. Perbedaan pertama adalah terkait dengan biaya yang mungkin timbul dari penyediaan modal manusia dan modal fisik. Modal fisik akan menimbulkan suatu biaya ekonomi dalam proses penyediaan modal tersebut. Namun, modal fisik tersebut akan terus menyusut sepanjang waktu sehingga harus dilakukan pembelian kembali apabila nilai ekonomisnya telah habis. Sedangkan biaya yang timbul dari modal manusia, biaya ekonomi akan timbul dari proses penyediaan modal manusia baik melalui pendidikan ataupun pelatihan. Namun selain itu akan timbul pula biaya sosial dalam penyediaan modal manusia tersebut. Misalnya, apabila seorang individu memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi, maka ia harus mengeluarkan biaya ekonomi berupa biaya pendidikan yang harus dibayarkan. Selain itu, ada biaya sosial yang harus ditanggungnya yaitu berupa biaya sosial
21 berupa waktu ataupun semakin berkurangnya kebebasan bersosialisasi karena individu tersebut harus fokus kepada studinya. Tabel 1.1 Kriteria Perbedaan Investasi Manusia dan Fisik Kriteria Manusia Fisik Biaya Biaya sosial Biaya ekonomi Biaya ekonomi melalui penyusutan Manfaat Manfaat sosial Manfaat ekonomis Manfaat ekonomis melalui tingkat pengembalian Waktu Tidak langsung dan semakin berguna secara non linear Langsung dan semakin berkurang Sifat Kegiatan konsumsi kegunaannya dan investasi Kegiatan investasi Sumber pembiay aan Individu, rumah tangga dan pemerintah Kalangan yang merencanakan Sumber: Elfindri (2011: 17) Perbedaan kedua adalah terkait dengan manfaat yang akan diperoleh dari penyediaan modal tersebut. Dalam penyediaan modal fisik, manfaat ekonomis akan diperoleh melalui tingkat pengembalian yang harus lebih besar dibandingkan dengan biaya ekonomis yang dikeluarkan.
22 Sedangkan pada penyediaan modal manusia, selain manfaat ekonomis terdapat pula manfaat sosial. Sebagai contoh, dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, individu tersebut memiliki manfaat ekonomis berupa kesempatan untuk mendapatkan kenaikan gaji atau penyesuaian kenaikan pangkat sehingga pendapatannya dapat meningkat. Selain itu, terdapat pula manfaat sosial yang berguna apabila ilmu tersebut mampu diaplikasikan baik di tempat ia bekerja maupun kepada masyarakat sekitar. Perbedaan yang ketiga adalah terkait dengan waktu. Pada penyediaan modal fisik, manfaatnya bersifat langsung dan dapat dirasakan pada saat modal fisik tersebut tersedia. Namun, seiring dengan perubahan waktu, kegunaannya akan semakin berkurang. Sebagai contoh, ketika perusahaan membeli mesin, manfaatnya akan langsung dirasakan dengan peningkatan kapasitas produksi. Namun, seiring berjalannya waktu, kegunaannya akan semakin berkurang karena teknologinya sudah tertinggal. Di sisi lain, pada modal manusia, manfaatnya tidak langsung dirasakan pada saat itu juga, dan semakin berguna secara non-linear. Hasil pendidikan akan memberikan manfaat yang terlihat dari peningkatan produktivitas dalam bekerja. Selanjutnya, apabila dilihat dari sifatnya, modal fisik merupakan kegiatan yang bersifat investasi karena pengeluaran yang dikeluarkan untuk memperoleh modal fisik tersebut dapat dibandingkan dengan tingkat pengembaliannya. Sedangkan pada modal manusia, selain bersifat investasi sebagai peningkatan nilai intrinsik
23 seseorang akibat pendidikan, juga dapat bersifat konsumsi karena ada biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh modal manusia tersebut. Sumber pembiayaan bagi modal fisik diperoleh dari kalangan atau pihak yang merencanakan pembelian tersebut. Sedangkan bagi modal manusia, sumber pembiayaan untuk mendapatkannya dapat berasal dari individu itu sendiri, rumah tangga yang dibiayai oleh keluarga, atau dari pemerintah berupa beasiswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi. B. Pendidikan Dan Sumber Daya Manusia Telah banyak lahir berbagai pemikiran tentang upaya untuk pengembangan sumber daya manusia setelah tahun 1960-an. Tingginya minat untuk mengkaji pembangunan sumber daya manusia karena merupakan salah satu strategi pembangunan yang dapat diterima baik secara ekonomis maupun politis. Salah satu kunci atau modal dasar dalam pembangunan adalah terkait pengembangan sumber daya manusia. Kesadaran manusia akan pentingnya sumber daya manusia bukanlah hal yang baru. Manusia selalu memikirkan cara memperoleh bahan pangan, sandang, dan papan. Peradaban manusia berpangkal pada usaha mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan hidupnya. Manusia mengidentifikasi sumber daya alam dengan substansi tertentu. Namun, di balik semua itu, yang lebih penting adalah akal budi manusia, kemerdekaan, dan keteraturan sosial. Dengan demikian, sumber daya manusia
24 menjelma dari interaksi dinamis di antara faktor-faktor tersebut. Sumber daya manusia adalah yang mampu memadukan seluruh sumber daya lain menjadi satu kesatuan yang berguna dalam proses pembangunan ekonomi. Aspek yang menarik dari pengembangan sumber daya manusia adalah memiliki berbagai keuntungan, dan keuntungan yang paling penting adalah besarnya nilai eksternalitas yang dihasilkan sebagai akibat dari investasi yang dilakukan untuk manusia. Investasi tersebut dapat meliputi pendidikan, kesehatan, gizi, dan berbagai bentuk investasi lainnya yang menyebabkan nilai tambah manusia semakin tinggi. Sumber daya pernah didefinisikan sebagai alat untuk mencapai tujuan atau kemampuan memperoleh keuntungan dari kesempatan-kesempatan yang ada. Perkataan "sumber daya" merefleksikan apresiasi manusia. Perkataan sumber daya tidak mengacu pada suatu benda atau substansi, melainkan pada suatu fungsi operasional untuk mencapai tujuan tertentu, seperti memenuhi kebutuhan dan kepuasan. Sumber daya merupakan suatu abstraksi yang mencerminkan apresiasi manusia dan berhubungan dengan suatu fungsi atau operasi. Sumber daya pernah didefinisikan sebagai alat untuk mencapai tujuan atau kemampuan memperoleh keuntungan dari kesempatan-kesempatan yang ada. Perkataan "sumber daya" merefleksikan apresiasi manusia. Perkataan sumber daya tidak mengacu pada suatu benda atau substansi, melainkan pada suatu fungsi operasional untuk mencapai tujuan tertentu, seperti memenuhi
25 kebutuhan dan kepuasan. Sumber daya merupakan suatu abstraksi yang mencerminkan apresiasi manusia dan berhubungan dengan suatu fungsi atau operasi. Dalam konteks pembangunan nasional, pembangunan manusia secara menyeluruh, kemampuan profesional dan kedewasaan kepribadian saling memperkuat satu sama lain. Profesionalisme dapat turut membentuk sikap, perilaku, dan kepribadian yang kuat, sementara kepribadian yang kuat merupakan prasyarat dalam membentuk profesionalisme. Sekurang-kurangnya ada empat kebijaksanaan pokok yang dapat ditempuh oleh pemerintah dalam upaya peningkatan sumber daya manusia di suatu negara (Mulyadi, 2006: 2), yaitu: 1. Peningkatan kualitas hidup yang meliputi baik kualitas manusianya seperti jasmani, rohani dan kejuangan, maupun kualitas kehidupannya seperti perumahan dan pemukiman yang sehat; 2. Peningkatan kualitas SDM yang produktif dan upaya pemerataan penyebarannya; 3. Peningkatan kualitas SDM yang berkemampuan dalam memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai iptek yang berwawasan lingkungan; 4. Pengembangan pranata yang meliputi kelembagaan dan perangkat hukum yang mendukung upaya peningkatan kualitas SDM. Kebijaksanaan dalam peningkatan kualitas hidup, antara lain meliputi:
26 1. Pembangunan pendidikan harus memperhatikan arah pembangunan ekonomi di masa mendatang, dalam arti responsif terhadap dinamika pembangunan dan permintaan pasar kerja, sehingga sesuai dengan kebutuhan 2. Pembangunan kesehatan mendapat perhatian dengan menanamkan budaya hidup sehat, serta memperluas cakupan dan mutu pelayanan kesehatan terutama kepada penduduk miskin dan daerah terpencil 3. Untuk penduduk miskin, peningkatan kualitasnya dilakukan dengan memberikan keterampilan praktis, menumbuhkan sikap produktif, serta mendorong semangat keswadayaan dan kemandirian untuk bersama- sama melepaskan diri dari kemiskinan. 4. Menekan laju pertumbuhan penduduk dengan meningkatkan pelaksanaan gerakan keluarga berencana, serta meningkatkan keseimbangan kepadatan dan penyebaran penduduk antara lain melalui transmigrasi dan industri di pedesaan. Secara umum, peningkatan produktivitas tenaga kerja dilakukan dengan meningkatkan kemampuan dan keterampilan, disiplin, etos kerja produktif, sikap kreatif dan inovatif, serta menciptakan lingkungan kerja yang sehat untuk mendorong prestasi. Pelatihan tenaga kerja lebih difokuskan pada pengembangan usaha yang mandiri dan profesional. Terkait mobilitas tenaga kerja, terutama tenaga kerja dari kegiatan yang kurang produktif ke kegiatan yang lebih produktif, perlu ditingkatkan, dan disertai dengan pengembangan sistem perlindungan tenaga kerja.
27 Pengembangan sumber daya manusia (Elfindri, 2011: 3) dapat didefinisikan sebagai suatu upaya yang dilakukan, baik oleh individu, rumah tangga, firma, maupun pemerintah, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pengembangan sumber daya manusia dapat disamakan dengan investasi, yaitu peningkatan nilai tambah manusia dari kondisi sebelum dilakukan pengembangan. Secara ekonomi, ini dapat diartikan sebagai terjadinya perubahan nilai intrinsik dalam individu tersebut, sehingga nilai intrinsiknya saat ini dapat menghasilkan nilai tambah jasa yang lebih tinggi (semakin tinggi produktivitasnya) jika dibandingkan dengan sebelum perubahan nilai intrinsik melalui proses investasi modal manusia (human capital investment). Setiap manusia memiliki kemampuan dan potensi dalam dirinya, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Surah At Tin (QS. 95), ayat 4: ٍٍۖ ً ْ ي ِ ٔ ْ ل َ ح ِ َ صَ ْ خ َ ْيٓ ا ِ ف َ ان سَ ْ ِان ْ ا ال َ ِ ْ ل َ ي َ خ ْ د َ ل َ ى ٤ ‚sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya‛. (Qs. At-Tin/ 95: 4). Tafsir ayat di atas mengandung penegasan Allah bahwa Dia telah menciptakan manusia dengan kondisi fisik dan psikis terbaik. Hal ini mengandung arti bahwa fisik dan psikis manusia perlu dipelihara dan ditumbuhkembangkan. Fisik manusia dipelihara dan ditumbuhkembangkan dengan memberinya gizi yang cukup dan menjaga kesehatannya. Sementara itu, psikis manusia dipelihara dan ditumbuhkembangkan dengan
28 memberinya agama dan pendidikan yang baik. Jika fisik dan psikis manusia dipelihara dan ditumbuhkembangkan, maka manusia akan dapat memberikan manfaat yang besar kepada alam ini. Dengan demikian, manusia akan menjadi makhluk termulia. Setiap individu perlu berusaha untuk membangun potensi diri secara bertahap sesuai dengan karakter agar tujuan hidup dapat tercapai. Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan potensi diri adalah membangun visi hidup. Menurut Senge, visi personal datang dari dalam diri seseorang. Beberapa orang mungkin memiliki tujuan hidup tetapi tidak memiliki visi dalam tujuan hidup tersebut. Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas, 1993: 9) dalam dokumennya mencatat bahwa: "Pengembangan manusia dalam jangka pendek berarti menyelenggarakan pendidikan dan latihan untuk memenuhi keterampilan teknis, manajerial, dan administrasi yang ditujukan kepada kelompok target tertentu dengan cara mengikutsertakan partisipasi mereka dalam sistem sosial ekonomi daerahnya. Kelompok target tersebut meliputi: wanita, penduduk miskin di desa dan kota yang tidak mempunyai tanah, pemuda, masyarakat terisolir. Dalam arti luas, pengembangan sumber daya manusia mencakup pengembangan dalam aspek kognitif dan non-kognitif dari pendidikan sekaligus perbaikan status kesehatan dan gizi." Proses pengembangan sumber daya manusia, baik melalui pendidikan maupun pelatihan yang melibatkan
29 berbagai pihak, merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pemerintah perlu memperluas akses masyarakat terhadap pendidikan, kesehatan, gizi, kependudukan, dan lingkungan, yang bertujuan agar setiap masyarakat dapat memperoleh kesempatan yang sama dalam proses pembangunan bangsa (Mohiuddin et al., 2022). Secara sempit, bentuk pengembangan sumber daya manusia adalah ketika modal manusia mendapatkan tingkat pengembalian individu dan sosial yang lebih besar dibandingkan dengan tidak adanya investasi untuk itu. Pendekatan ini, disebut juga dengan upaya meningkatkan stok modal atau investasi pada masa depan yang akan menghasilkan tingkat pengembalian (rate of return). Lingkup sumber daya manusia seharusnya dapat menciptakan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, diikuti oleh kesejahteraan yang merata. Didalam Al-Qur’an maupun hadis, Allah menjelaskan bahwa manusia memiliki potensi yang harus dikembangkan, sebagaimana surah Adz-dzariyat ayat 20-21 yang berbunyi berikut: َۙ َ ن ْ ِي ِكِ ْ ٔ ُ ٍ ْ ِي ّ ل ٰجٌ ي ٰ ِض ا ْ ر َ ا ْ ى ال ِ ف و ٢٠َ َ ن ْ و ُ ِصر ْ ت ُ ا ح َ ل َ ف َ ا ۗ ْ ً ُ ِصه ُ ف ْ ُ َ ْيٓ ا ِ ف و ٢١َ ‚Di bumi terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang yakin. (Begitu juga ada tanda-tanda kebesaran-Nya) pada dirimu sendiri. Maka, apakah kamu tidak memperhatikan?‛. (Qs. Adz-dzariyat/ 51: 20-21). Tafsir Ayat 20 menjelaskan bahwa di bumi ini terdapat tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan Allah jika dilihat dengan mata hati, yaitu benda-benda yang besar,
30 cantik, dan indah seperti matahari, bulan, gunung-gunung, hutan yang lebat, perkebunan yang subur, samudera yang biru luas sepanjang penglihatan mata yang diisi dengan bermacam-macam ikan seperti yang terlihat dalam akuarium, dan lain-lain. Semua itu menunjukkan betapa agung dan sempurna Penciptanya, yaitu Allah Rabbul ‘Alamin. Tafakur tentang keindahan alam ini benar-benar menambah cinta dan keyakinan orang yang yakin akan kekuasaan Allah. Kemudian, tafsir Ayat 21 mengisyaratkan kepada manusia bahwa pada diri manusia terdapat buktibukti kekuasaan dan kebesaran Allah seperti perbedaan kemampuan, perbedaan bahasa, kecerdasan, dan banyak macam anggota tubuh yang masing-masing mempunyai fungsi sendiri-sendiri. Berdasarkan tafsir kedua ayat diatas memberikan isyarat bahwa setiap individu memiliki potensi untuk berkembang ke arah lebih baik. Tanda-tanda kekuasaan Allah yang dimaksud dalam ayat ini adalah, potensi diri. Potensi yang perlu dikembangan oleh diri kita agar betulbetul menjadi orang yang berguna dimata manusia maupun diMata Allah. ِ َّ اَلل ُ ٔل شُ َ ر َ ال َ ك َ ال َ ك َ ة رَ ْ ي رَ ُ ِ ى ْ ب َ أ ْ َ َ غ -صلى اَلل عليّ وشيً- » ِ ىُّ ٔ َ ل ْ اى ُ ٌَِ ْ ؤ ُ ٍ ْ اى َ م ُ ػ َ ف ْ ِ َ ا ي َ ى ٌ َ ل َ ْص ع ِ ر ْ اخ ٌ د ْ ي َ خ ّ ٍ ل ُ ىط ِ ف َ ِف و ِػي اىضَّ ِ ٌَِ ْ ؤ ُ ٍ ْ اى َ ٌَِ ِ َّ ى اَلل َ ل ِ ُّب إ َ خ َ أ َ و ٌ د ْ ي َ خ ِج ْ ػ َ ح َ لا َ ِ و َّ اَلل ِ ة ْ ِػَ َ خ اش ْ َ و ا. َ ذ َ ن َ ا و َ ذ َ ن َ ظن َ ط جُ ْ ي َ ػ َ ى ف ّ ِ ن َ أ ْ ٔ َ ى ْ و ُ ل َ ح َ لا َ ف ٌ ء ْ ى َ ش َ م َ اة صَ َ أ ْ ِن إ َ و ْ ز ان َ ط ْ ي َّ اىش َ و َ ٍ َ غ ُ ح َ خ ْ ف َ ح ْ ٔ َ ى َّ ِ ن إ َ ف َ و َ ػ َ ف َ اء َ ا ش َ ٌ َ ِ و َّ اَلل ُ ر َ د َ ك ْ و ُ ك ْ ِهَ َ ل َ .« و ‚Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, ‚Seorang mukmin
31 yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada seorang mukmin yang lemah. Namun, keduanya memiliki keistimewaan masing-masing. Berusahalah semaksimal mungkin untuk menggapai hal-hal yang bermanfaat untukmu! Mintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah menjadi orang yang lemah! Jika ada suatu musibah yang menimpamu, janganlah engkau katakan: ‚seandainya aku lakukan hal lain (selain yang aku lakukan tadi), maka aku akan begini dan begitu‛! Namun katakanlah: ‚hal tersebut merupakan bagian dari takdir yang Allah telah tentukan dan Allah telah melakukan apa yang Ia kehendaki‛. Ketahuilah bahwa berandai-andai itu memberi peluang kepada syetan untuk memainkan perannya.‛ (HR. Muslim no. 6945, Imam Ahmad no. 8777 dan 8815, Ibnu Majah no. 79 dan 4168, Nasai no. 10457, Ibnu Hibban, Baihaqi, dan lainnya). Hadis di atas menuntun kita untuk bekerja keras meningkatkan potensi. Diawali dengan pujian terhadap orang mukmin yang memiliki kekuatan, kemudian anjuran untuk berusaha semaksimal mungkin mendapatkan segala sesuatu yang bermanfaat untuk kita. Faktor penting dalam pengembangan sumber daya manusia, terutama dalam kaitannya dengan mutu tenaga kerja, adalah melalui sistem pendidikan dan latihan. Bagi daerah yang baru berkembang, penekanan perlu dilakukan melalui perbaikan angka melek huruf. Demikian pula, latihan dan pembentukan keterampilan lebih penting daripada penyediaan pendidikan tinggi. Program penyediaan keterampilan hendaknya ditujukan untuk sektor informal baik di kota maupun di desa, selain
32 peningkatan keterampilan di sektor industri dan sektor tersier. Restrukturisasi yang cepat dari sifat produksi dan teknologi industri saat ini menuntut adanya sistem pendidikan, pengembangan keterampilan, dan mobilitas tenaga kerja yang fleksibel. Sistem pendidikan haruslah fleksibel dan responsif terhadap perubahan-perubahan, serta meliputi aspek "know-how" dan "know-why" dari teknologi tersebut. Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas melalui pendidikan, perlu disusun suatu indikator pendidikan. Indikator pendidikan dapat diungkapkan melalui dua pendekatan penyusunan indikator, pertama adalah indikator makroekonomi dan kedua adalah indikator mikroekonomi. Pada indikator makro yang lebih banyak mendapatkan penekanan adalah dari aspek pembiayaan pendidikan, rasio guru dengan murid, rasio kelas dengan murid, rasio buku di perpustakaan dengan murid, rasio tenaga administrasi dengan murid. Keseluruhan indikator tersebut merefleksikan besarnya input pendidikan dalam kaitannya dengan proses pendidikan itu sendiri. Kemudian, di sisi lain, muncul beberapa indikator yang dapat juga digunakan untuk menilai kinerja pendidikan, yang diukur untuk menentukan sejauh mana kelangsungan pendidikan pada suatu lingkup daerah tertentu. Dengan demikian, tingkat masuk sekolah (enrollment rate), tingkat ulangan, tingkat drop out, tingkat kelangsungan pendidikan berdasarkan jenjang pendidikan, dan sebagainya merupakan indikator output dari pendidikan.
33 Sementara itu, dari aspek kriteria mikro, dapat digunakan rata-rata pengeluaran untuk pendidikan rumah tangga per bulan sebagai indikator masukan (input), dan persentase individu yang mampu masuk ke suatu jenjang pendidikan sebagai indikator keluaran (output). Selain itu, kriteria individu juga dimasukkan, dengan menggunakan indikator masukan pendidikan, yaitu ratarata jam belajar per hari. Mahasiswa pada Jurusan Ekonomi Universitas Terbuka diasumsikan harus menempuh 48 jam belajar dalam satu minggu, dengan asumsi bahwa per jam belajar mereka harus mampu membaca sekurangkurangnya 4 halaman. Selanjutnya, indikator keluaran dari individu tersebut adalah indeks prestasi kumulatif yang dapat dicapai, serta gaji pertama yang diperoleh setelah lulus pendidikan. Pada Tabel 1.2 berikut, dapat terlihat jelas berbagai kriteria dalam mengindikasikan pendidikan, termasuk masukan, proses, dan keluaran. Indikator masukan dan indikator keluaran merupakan indikator yang relatif mudah diukur, sedangkan indikator proses atau indikator sistem sulit untuk diukur. Namun, indikator ini menjadi bagian penting dalam keberhasilan pendidikan.
34 Tabel 1.2 Indikator Penddikan Kriteria Masukan Proses Keluaran Makro Persentase GNP untuk pendidikan; Rasio guru-murid; Rasio bukumurid; Gedung per murid Sistem pendidikan; Undangundang Tingkat drop out; Repetitive rate; Persentase melanjutkan sekolah; Partisipasi kasar tenaga kerja; Nilai Akhir Studi Mikro Rumah tangga Rata-rata pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan per bulan Perhatian keluarga; Lingkungan Persentase masuk ke SD, SMP, SMA, akademi, Perguruan tinggi Individu Rata-rata jam belajar per hari Fisik dan lingkungan serta intelejensia Indeks prestasi (IPK); Rata-rata gaji pertama bekerja Sumber: Elfindri (2011: 22)
35 C. Pendidikan dan Perekonomian Kita akan memulai investigasi terkait peran pendidikan dalam masyarakat modern dengan mempertimbangkan beberapa fakta yang muncul. Pasca Perang Dunia Kedua, terjadi peningkatan global dalam aksesibilitas pendidikan, yang diukur dari jumlah individu yang mengakses pendidikan tersebut. Tingkat masuk sekolah (enrollment rates) didefinisikan sebagai rasio antara jumlah individu yang memasuki suatu tingkat pendidikan dibandingkan dengan keseluruhan populasi, menunjukkan peningkatan di negara-negara berkembang dan pengurangan kesenjangan pendidikan dengan negara-negara OECD (Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan) atau negaranegara maju. Peningkatan secara umum dalam mengakses pendidikan telah mampu menurunkan disparitas (perbedaan) tidak hanya antar negara tetapi juga di dalam negara itu sendiri. Jika kita masukkan ukuran ketimpangan dalam pencapaian pendidikan (seperti indeks konsentrasi gini) dalam populasi di masing-masing negara, kita dapat menganalisis evaluasi sementara tentang kombinasi ratarata pencapaian pendidikan dalam populasi yang diukur dengan jumlah tahun rata-rata saat sekolah (average number of years of schooling). Berdasarkan berbagai fakta yang ada, dapat terlihat bahwa negara-negara yang mampu memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi ditandai dengan semakin rendahnya perbedaan pencapaian pendidikan di dalam populasi. Hal ini menunjukkan bahwa, meskipun secara teori pencapaian pendidikan dapat dicapai tanpa batasan,
36 namun dalam pelaksanaannya, terdapat batasan di dalam populasi. Salah satu alasan ekonomi adalah tidak rasional untuk tetap bersekolah pada usia tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa, meskipun pendidikan secara teori dapat diakses oleh berbagai usia, namun ternyata masih ada batasan yang dianggap tidak rasional oleh sebagian populasi untuk tetap bersekolah pada tingkat usia tertentu. Misalkan ada sebagian kelompok dalam masyarakat yang belum menuntaskan pendidikan sekundernya (tingkat SMA sederajat), namun mereka telah berusia di atas 40 tahun, maka bagi mereka tidaklah rasional untuk tetap bersekolah. Meskipun telah difasilitasi dengan program pembelajaran luar sekolah baik melalui kejar Paket A (untuk tingkat SD sederajat), kejar Paket B (untuk tingkat SMP sederajat), dan kejar Paket C (untuk tingkat SMA sederajat). Serta untuk tingkat perguruan tinggi, masyarakat dapat menempuh pendidikan di Universitas Terbuka yang menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh. Kemudian, fakta berikutnya adalah ketimpangan pendapatan cenderung lebih rendah pada negara-negara yang mampu mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi secara rata-rata. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dapat dicapai oleh penduduk suatu negara, maka tingkat ketimpangannya pun akan semakin merata (atau ketimpangan semakin rendah). Hasil ini dapat dicapai bahwa semakin banyak orang yang mampu mengakses pendidikan, maka mereka akan memiliki kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, atau, dengan pencapaian kualitas pendidikan yang lebih baik maka akan
37 memicu mobilitas sosial, sehingga akan menurunkan ketimpangan dalam jangka panjang. Misalkan seorang individu yang mampu menyelesaikan perguruan tinggi, maka ia akan memiliki kesempatan lebih tinggi untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dibandingkan pada saat ia masih hanya sekedar lulusan SMA. Sebagaimana yang telah diketahui bersama, bahwa untuk lulusan sarjana saja saat ini masih sulit untuk mendapatkan pekerjaan, bagaimana jika ia hanya sekedar lulusan SMA atau bahkan di bawahnya. Dengan seseorang mampu mengakses pendidikan lebih tinggi, maka akan semakin tinggi pula kesempatan ia untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Permasalahan lain selain ketimpangan adalah masalah kemiskinan. Menurut Sharp (1996), setelah melakukan identifikasi penyebab kemiskinan dari segi ekonomi, pertama, kemiskinan secara mikro lahir karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya. Adanya sekelompok orang yang memonopoli kepemilikan atas sumber daya dapat mengakibatkan munculnya kemiskinan. Kedua, kemiskinan muncul sebagai akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia. Hal ini terlihat bahwa kekurangan orang miskin untuk maju adalah karena mereka tidak memiliki keilmuan, pengetahuan, dan keahlian seperti yang dimiliki oleh orang yang kaya. Ketiga, kemiskinan muncul sebagai akibat adanya perbedaan akses dalam modal. Hal ini seringkali menjadi ketakutan orang apabila hendak berwirausaha, yaitu keterbatasan modal, sementara di sisi lain ada sekelompok orang yang mampu
38 memiliki akses terhadap sumber-sumber permodalan yang ada. Gambar 1.1 Lingkaran Setan Kemiskinan Ketiga penyebab kemiskinan ini menurut Nurske akan bermuara pada suatu teori lingkaran setan kemiskinan (the vicious circle of poverty). Keterbelakangan atau rendahnya kualitas sumber daya manusia, ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas selanjutnya akan berakibat pada rendahnya pendapatan yang diterima. Dan hal ini akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi. Rendahnya investasi ini berakibat pada keterbelakangan, dan seterusnya. Logika berpikir ini dikemukakan oleh Ragnar Nurkrse yang mengatakan ‚a poor country is poor because it is poor‛ (Kuncoro: 1997). Jadi suatu negara miskin disebabkan oleh kondisi di mana negara tersebut adalah miskin, karena memiliki tiga hal yang menjadi penyebab kemiskinan, apabila suatu negara ingin melepaskan diri dari jerat lingkaran setan kemiskinan yang ada, maka haruslah memotong tiga penyebab kemiskinan