39 yang ada, termasuk salah satunya dengan meningkatkan kualitas SDM. Selanjutnya kita akan menghadapi pertanyaan pertama, yaitu mengapa orang memiliki permintaan atas pendidikan dan apa yang menyebabkan pertumbuhan cepat dalam akses pendidikan? Teori ekonomi telah memberikan kepada kita beberapa pemahaman yang menyebabkan permintaan atas pendidikan oleh keluarga, namun ini masih kurang mampu menjelaskan implikasi atas peningkatan preferensi dari pendidikan. Apabila kita melihat berbagai fakta yang terjadi di negara-negara OECD (negara-negara maju), dengan mengesampingkan perbedaan atas distribusi pendidikan di negara-negara tersebut, salah satu hal yang patut dicatat ialah tingkat partisipasi angkatan kerja meningkat secara signifikan ketika populasi dalam negara-negara tersebut mampu menyelesaikan seluruh pendidikan sekundernya (level SMA sederajat) atau pendidikan setelahnya (akademi maupun perguruan tinggi). Berdasarkan Glyn (2001), dapat diperoleh suatu tingkat tenaga kerja yang secara lebih baik mampu mengukur ketimpangan dalam ketenagakerjaan. Hal yang cukup menarik ialah hampir 90 persen dari laki- laki dan 80 persen dari perempuan di negara maju bekerja jika mereka merupakan lulusan dari perguruan tinggi. Hal ini berbeda dengan kasus jika mereka hanya mampu menyelesaikan pendidikan di bawahnya, yaitu hanya 70 persen dari laki-laki dan 40 persen dari perempuan. Sehingga, pendidikan terlihat mampu meningkatkan tingkat partisipasi angkat kerja terlepas dari faktor gender.
40 Selanjutnya muncul pertanyaan kedua, yaitu mengapa semakin terdidik seseorang maka mereka akan cenderung untuk memasuki pasar tenaga kerja yang formal? Berdasarkan data dan fakta yang ada bahwa ada hubungan yang positif atau searah antara tingkat pendidikan yang mampu diselesaikan dengan tingkat pendapatannya. Jadi semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin tinggi pula pendapatan yang diterimanya. Meskipun tingkat upah di masing-masing negara tergantung kepada institusi pasar tenaga kerja lokal. Namun fakta yang sama di setiap negara bahwa lulusan perguruan tinggi dapat menerima gaji atau upah mencapai dua kali (atau bahkan tiga kalinya) dibandingkan seseorang yang tidak mampu menyelesaikan pendidikan sekundernya. Dengan mengkombinasikan berbagai data tentang tenaga kerja, pengangguran dan pendapatan. Dapat ditarik suatu benang merah bahwa semakin terdidik seseorang, maka akan semakin tinggi pula ekspektasi tingkat pendapatan yang ingin diterimanya. Sehingga, penyelesaian pendidikan direspons kepada insentif ekonomi yang diterimanya, berupa prospek pendapatan atau pekerjaan yang lebih baik. Seseorang yang mampu menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi memiliki harapan akan mendapatkan pendapatan atau pekerjaan yang lebih baik dibandingkan apabila ia hanya sekedar lulusan SMA. Sehingga dengan berbagai fakta ini dapat dijawab pertanyaan mengapa semakin terdidik seseorang akan cenderung memasuki pasar tenaga kerja formal, yaitu untuk mendapatkan pendapatan ataupun pekerjaan yang lebih baik.
41 Selanjutnya hal ini memunculkan pertanyaan ketiga, yaitu mengapa terdapat hubungan yang positif antara pendidikan dan pendapatan? Berdasarkan berbagai fakta di atas, jika lebih baik untuk bersekolah (dengan melihat pada kemungkinan pekerjaan dan prospektus pendapatan yang akan diterima), lalu mengapa tidak seluruh keluarga melakukan investasi ini kepada anak-anaknya? Pada prinsipnya, orang akan cenderung mengekspektasi seluruh individu dalam kelompok untuk berada pada tingkat pendidikan yang tertinggi, agar mereka mendapatkan manfaat dari kesempatan peningkatan pendapatan. Tetapi sebagaimana pada umumnya yang terjadi pada perekonomian, terdapat kegagalan pada hal ini, yaitu semakin banyak orang yang bersekolah, maka keuntungan relatif yang diterima oleh masyarakat yang berpendidikan akan semakin menurun. Berdasarkan berbagai fakta yang ada, bahwa tingkat pengembalian atas pendidikan peningkatan ekspektasi pendapatan diasosiasikan dengan tambahan waktu sekolah yang ditempuh, yaitu bahwa tingkat pengembalian akan tinggi apabila terdapat keterbatasan akses atas pendidikan dan akan semakin menurun jika akses akan pendidikan semakin diperluas. Namun hal ini tidak menjadi alasan utama mengapa masyarakat tidak bersekolah. Keluarga biasanya tidak paham tentang manfaat ekonomi dari pendidikan, atau mereka tidak mampu menyekolahkan anak-anaknya ke pendidikan lebih lanjut karena alasan keuangan.
42
43 BAB III Politik Pendidikan Sebagai Landasan Bagi Pembangunan, System, Strategi Dan Teknik Pendidikan
44 lmu politik membahas secara sistematis dan analitis masalah kenegaraan, merupakan salah satu ilmu sosial tertua di dunia. Berakar dari zaman Sokrates, Plato, dan Aristoteles di Yunani kuno, kaitan antara pendidikan dan politik selalu erat, mempengaruhi arah perkembangan pendidikan di suatu negara. Banyak ahli berpendapat bahwa pendidikan adalah alat untuk mempertahankan kekuasaan negara, sesuai dengan pandangan Bung Karno bahwa bangsa yang besar adalah yang mau berubah dan memajukan pendidikan. Pendidikan memungkinkan pencapaian ilmu pengetahuan dan merupakan indikator kemajuan masyarakat. Konstitusi Indonesia dalam Pembukaan UUD 1945 menekankan bahwa salah satu tujuan kemerdekaan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, memungkinkan partisipasi politik yang bermartabat. Secara sederhana, politik mencakup segala hal terkait kekuasaan, pemerintahan, proses memerintah, serta lembaga dan tujuan pemerintahan. Tantangan pembangunan politik pendidikan yang sudah ada di depan mata, kata M. Amin Abdullah, yaitu tantangan di era globalisasi, adalah menuntut respons tepat dan cepat dari sistem pendidikan secara komprehensif, karena untuk tetap eksis di tengah persaingan global yang semakin tajam dan ketat, maka perjuangan yang paling dasar mengumpulkan kemampuan untuk tampil dalm persaingan dan suatu keniscayaan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi adalah melakukan reorientasi pemikiran mengenai pendidikan Islam dan rekonstruksi system kelembagaan Michael W. Apple dalam Tilaar (2003: 145) menjelaskan bahwa politik kebudayaan suatu negara disalurkan melalui lembaga-lembaga pendidikan sehingga dalam pendidikan tersalur kemauan-kemauan politik atau sistem kekuasaan dalam suatu Masyarakat. Sebagai khalifah Allah di bumi, manusia berkewajiban untuk memakmurkan bumi I
45 dengan bekal ilmu pengetahuan melalu proses pendidikan. Karena misi pendidikan begitu mulia, yaitu merealisasikan nilainilai agama seperti dalam firman allah SWT: َ ل َ ز ْ ُ َ أ َ ف ْ م ِ ِه ٔب ُ ي ُ ِي ك ا ف َ ٌ َ ً ِ ي َ ػ َ ِة ف رَ َ ج ه اىش جَ ْ ح َ ت َ م َ ٔن ُ ِػ اي َ ب ُ ي ْ ذ ِ إ َ ِين ٌِِ ْ ؤ ُ ٍ ْ اى ِ َ َ غ ُ ه ِضَي اَلل َ ر ْ د َ ل َ ى ا ً يب ِ ر َ ا ك ً د ْ خ َ ف ْ م ُ ه َ اب َ ث َ أ َ و ْ ً ِ ٓ ْ ي َ ي َ ع َ ث َ ِهيِ اىصه Artinya : Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orangorang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya). (Q.S. Al-Fath : 18) Upaya menanamkan suatu prinsip, doktrin dan kesepakatan-kesepakatan negara melalui pendidikan dilakukan dengan cara yang tidak dapat ditelusuri secara sekilas karena biasanya berada secara implisit dalam suatu materi pendidikan atau kurikulum sehingga secara tidak sadar sebenarnya masyarakat yang mengikuti dan memperoleh pendidikan telah mendukung pula tujuan khusus negara tersebut. Tanggung jawab pembangunan pendidikan menjadi sangat berat dan itu merupakan tantangan tersendiri. Di tengah rendahnya kemampuan ekonomi Negara kita saat ini pembangunan pendidikan harusnya menjadi prioritas untuk dikembangkan, sudah banyak bukti dinegara lain yang sudah maju dimana pengembangan Pendidikan sumberdaya manusia yang diprioritaskan tersebut dapat mendukung keberhasilan pembangunan secara keseluruhan.
46 A. Konsep Politik Pendidikan dalam Pembangunan, sistem, strategi dan Teknik Pendidikan. Konsep dan Pengertian Politik berasal dari kata politic (Inggris) yang menunjukkan sifat pribadi atau perbuatan. Dalam kamus berarti acting or judgeing wisely, welljudged prudent. Kata politik diambil dari kata latin politicus atau bahasa Yunani (Greek) politicos yang bermakna relating to a citizen. Kata itu berasal juga dari kata polis yang searti dengan city ‚kota‛. Politic kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia, yaitu, segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan suatu Negara atau terhadap Negara lain, tipu muslihat atau kelicikan, dan juga dipergunakan sebagai nama bagi sebuah disiplin pengetahuan, yaitu ilmu politik. Budiardjo (2008) berpendapat bahwa, pada umumnya dikatakanbahwa politik (politices) adalah bermacam-macam kegiatan dalamsuatu sistem politik (atau Negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan- tujuan itu. Dalam arti politik disini adalah suatu propaganda sosial yang memuat suatu hal untuk mencapai cita-cita bangsa dengan di dalamnya terdapat suatu pembangungan masyarakat yang di dambakan sebagai bagian dari rekonstruksi sosial politik itu sendiri. Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara lain: kekuasaan politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik, proses politik, dan juga tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk tentang partai politik. Jadi dapat dipahami bahwa politik merupakan seperangkat alat yang digunakan dalam menjalankan roda kekuasaan yang memiliki sistem
47 yang saling mengaitkan antara rumusan kebijakan dan kelangsungan hidup masyarakat yang ada di dalamnya. Sedangkan bicara konsep Pendidikan secara etimologi berasal dari kata ‚paedagogie‛ dari bahasa Yunani, terdiri dari kata ‚pais‛ artinya anak dan ‚again‛ artinya membimbing, jadi jika diartikan paedagogie artinya bimbingan yang diberikan kepada anak (Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 2007: 67). Dalam bahasa Romawi, pendidikan berasal dari kata ‚educate‛ yang berarti mengeluarkan sesuatu yang berada dari dalam. Sedangkan dalam bahasa inggris, pendidikan diistilahkan dengan kata ‚to educate‛ yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual (Kadir, dkk, 2012: 59). Secara bahasa definisi pendidikan mengandung arti bimbingan yang dilakukan oleh seseorang (orang dewasa) kepada anak-anak untuk memberikan pengajaran, perbaikan moral dan melatih intelektual. Bimbingan kepada anakanak dapat dilakukan tidak hanya dalam pendidikan formal yang diselenggarakan pemerintah, akan tetapi peran keluarga dan masyarakat dapat menjadi lembaga pembimbing yang mampu menumbuhkan pemahaman dan pengetahuan seperti firman Allah SWT dalam surat alHasyr (59) : 18 ه ِن ۚ إ َ ه ٔا اَلل ُ ل ه اح َ و ٍۖ ٍد َ ِغ ى ج ْ َ ٌ ه د َ ا ك َ ٌس ٌ ْ ف َ ُ رْ ُ ظ ْ ِ َ ت ْ ى َ و َ ه ٔا اَلل ُ ل ه ٔا اح ُ ن َ آٌ َ ِذين ه ا ال َ ٓ ُّ ي َ ا أ َ ي َ ٔن ُ ي َ ٍ ْ ػ َ ا ح َ ٍِ ة ٌ يد ِ ت َ خ َ ه اَلل Artinya : ‚Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
48 bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan‛ Hakikat pendidikan itu sendiri lebih berorientasi kepada terbentuknya karakter (kepribadian/jatidiri) seseorang. Setiap tahapan pendidikan dievaluasi dan dipantau dengan seksama sehingga menjadi jelas apa yang menjadi potensi positif seseorang yang harus dikembangkan dan apa yang menjadi faktor negatif seseorang yang perlu disikapi. Akar dari karakter ada dalam cara berpikir dan cara merasa seseorang.Dari pernyataan di atas menjelaskan bahwa pendidikan bukan hanya sekedar transformasi nilai-nilai maupun materi yang telah diajarkan kepada individu melainkan adanya suatu stimulus yang mendorong individu agar dapat merasakan dirinya sebagai manusia (Pemanusiaan dan Kemanusiaan) yang bertanggung jawab dalam menunaikan kebudayaan terdidik di dalam ruang lingkup yang luas, yakni bermasyarakat. Dari beberapa pengertian Politik dan Pendidikan maka konsep Politik pendidikan adalah segala kebijakan pemerintah suatu negara dalam bidang pendidikan yang berupa peraturan perundangan atau lainnya untuk menyelenggarakan pendidikan demi tercapainya tujuan negara. Tetapi secara umum, masyarakat masih menganggap bahwa dunia pendidikan harus terpisah atau harus dipisahkan dari dunia politik. Keduanya tidak bisa dicampur menjadi satu karena dunia pendidikan membutuhkan pelayanan profesional yang harus berlangsung secara terus menerus dan tidak memihak kepada kelompokkelompok kepentingan tertentu, melainkan untuk semuanya (Wirt dan Kirst, 1982).
49 Sementara itu dunia politik lebih mementingkan konstituan (kelompoknya). Platform politik bisa berubahubah jika rezim juga berubah. Padahal dunia pendidikan membutuhkan layanan profesional yang berkelanjutan dalam jangka panjang dan jika dunia pendidikan dicampur dengan dunia politik dikhawatirkan akan terjadi distorsi penyelenggaraan pendidikan. Politik pendidikan terbagi menjadi empat definisi, yakni: Pertama, politik pendidikan adalah metode mempengaruhi pihak lain untuk mencapaitujuan pendidikan. Kedua, politik pendidikan lebih berorientasi pada bagaimana tujuan pendidikan dapat dicapai. Ketiga, politik pendidikan berbicara mengenai metode, strategi dan teknik untuk mencapai tujuan pendidikan, misalnya anggaran pendidikan, kebijakan pemerintah, partisipasi masyarakat dan sebagainya. Keempat, politik pendidikan berbicara mengenai sejauh mana pencapaian pendidikan sebagai pembentuk manusia Indonesia yang berkualitas, penyangga ekonomi nasional, pembentuk bangsa yang berkarakter (Supriyoko dalam Amnur, 2017: 5). Politik pendidikan dimaknai sebagai sebuah endapan politik negara, penjabaran dari tradisi bangsa dan nilainilai, serta sistem konsepsi rakyat mengenai bentuk negara dalam sistem pendidikan (Kartono, 1977: 28). Antara tatanan politik suatu bangsa dan sistem pendidikan terjadi mutually reinforcing. Politik pendidikan bertujuan untuk memperjelas arah kemajuan pendidikan demi pembangunan bangsa yang lebih baik ke depan (Kneller: 128). Politik pendidikan menjadi paduan utama perjalanan pendidikan kebangsaan. Dengan adanya politik pendidikan yang jelas, maka konsep pendidikan yang akan dibentuk
50 dan dicapai akan berada dalam bangunan konsep yang tepat, kuat dan kokoh. Semua itu akan melahirkan sebuah tatanan pendidikan yang mencerahkan. Dapat menghasilkan produk-produk pendidikan yang berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan baik secara intelektual maupun sosial. Bagi pemerintah, selaku pemegang kebijakan pendidikan, politik pendidikan akan membuat kebijakan pendidikan lebih beradab dan mencerahkan. Pendidikan politik merupakan faktor penting bagi terbentuknya sikap politik warganegara yang mendukung berfungsinya sistem pemerintahan secara sehat. Pentingnya pendidikan politik ini seperti dinyatakan oleh Print, bahwa negara-negara baru (newly emerging democraties) memerlukan sarana pendidikan yang memungkinkan generasi muda untuk mengetahui tentang pengetahuan, nilai-nilai, dan keahlian yang diperlukan untuk melestarikan demokrasi. Pendidikan politik adalah penyiapan generasi muda untuk berfikir merdeka seputar esensi kekuasaan dan pilar- pilarnya, seputar faktor-faktor yang berpengaruh dalam lembaga-lembaga atau berpengaruh dalam Masyarakat melalui lembagalembaga tersebut. Yang esensial dari pendidikan politik adalahmengaitkan aktivitas pendidikan dengan praktek kekuasaan secara seimbang, berguna, dan demokratis (Edgar Fore). B. Peran Politik Pendidikan dalam Pembangunan, sistem, strategi dan Teknik Pendidikan. Peran negara dalam memajukan kesejahteraan rakyatnya, khususnya melalui sektor pendidikan, sangatlah
51 besar. Tanggung jawab dalam membangun sistem pendidikan menjadi sangat berat dan menantang. Meskipun dihadapkan dengan tantangan ekonomi yang cukup besar, pembangunan pendidikan harus menjadi prioritas utama untuk diperhatikan. Banyak bukti menunjukkan bahwa negara-negara maju telah memprioritaskan pengembangan sumber daya manusia, yang merupakan kunci kesuksesan dalam pembangunan secara menyeluruh. Sistem politik suatu negara selalu terkait erat dengan kebijakan-kebijakan yang diterapkan, termasuk di dalamnya kebijakan pendidikan. Keterkaitan ini memiliki dampak yang signifikan: a. perumusan kebijakan b. proses legitimasi c. proses penyampaian pada khalayak d. proses pengkomunikasian e. proses pelaksanaan, dan f. proses evaluasi Perbedaan dalam perumusan kebijakan antara satu negara dengan negara lain seringkali disebabkan oleh perbedaan sistem politik yang dianut. Hal ini juga berlaku pada perbedaan dalam pelaksanaan dan evaluasi di suatu negara. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, keterkaitan antara pendidikan dan politik dipahami oleh masyarakat dalam dua hal. Pertama, ada kelompok masyarakat yang mengatakan bahwa pendidikan dan politik adalah dua hal yang terpisah. Kedua, ada kelompok masyarakat yang berpendapat bahwa keduanya saling berkaitan. Pendapat mana yang paling sesuai masih bisa diperdebatkan; pendapat pertama mengasumsikan bahwa
52 mencampuradukkan pendidikan dan politik akan merugikan pendidikan karena politik dianggap memiliki dampak buruk. Pendapat kedua cukup beralasan karena politik tidak dapat hanya dipahami dalam arti sempit; politik dalam konteks pendidikan mencakup keputusankeputusan seperti kebijakan tentang pola magang siswa dan peraturan-peraturan pendidikan yang diputuskan oleh pemerintah. Contoh peraturan tentang pendidikan diputuskan setelah pembahasan yang sengit di lembaga legislatif dan eksekutif, seperti yang terjadi pada UndangUndang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Dari sedikit contoh diatas maka dapat kita simpulkan bahwa didalam dunia pendidikan politik juga berperan dan merupakan hal yang krusial bukan sekedar pelengkap saja. Ada beberapa faktor yang menjadi alasan pentingnya pendidikan bagi pembangunan politik yaitu sebagai berikut: a. Pendidikan berlangsung pada lingkup formal, nonformal dan informal b. Pendidikan melatarbelakangi atau sebagai dasar bagi seseorang dalam kehidupan politik c. Kondisi politik yang kondusif dapat diciptakan oleh pelaku-pelaku politik yang professional dan bertanggungjawab. Melalui pendidikan yang baik akan menciptaan politikus yang bijaksana atau dalam istilah Mochtar Buchori sebagai kearifan yang dapat dicapai lewat berpikir reflektif. Selanjutnya Mochtar Buchori dalam Sindhunata (2000:25) menyampaikan syarat manusia menjadi arif yaitu:
53 a. Pengetahuan yang luas (to be learned) b. Kecerdikan (smartness) c. Akal sehat (common sense) d. Tilikan (insight), mengenal inti hal yang diketahui e. Sikap hati-hati (prudence, diskrete) f. Pemahaman terhadap norma-norma kebenaran g. Kemampuan mencernakan (to digest) pengalaman hidup. Kearifan dan kebijaksanaan dapat dibentuk sejak dini dalam diri anak, karena sifatnya yang melekat maka kedua hal itu kurang bisa diukur tingkatannya tetapi dapat dirasakan dan di lihat hasil atau produk yang diperoleh. Upaya untuk memperluas dukungan pendidikan terhadap pembangunan politik dapat dilakukan melalui berbagai cara, yaitu: a. Menyusun kurikulum yang mampu secara komprehensif memberikan manfaat bagi anak didik dalam kehidupan di masyarakat dan politik nantinya. b. Menciptakan pola hubungan yang baik antara pendidikan dan politik tetapi dalam koridor pendidikan bukan sekedar politisasi pendidikan. c. Membentuk guru yang memiliki kemampuan profesional dan berkarakter kebangsaan sehingga dapat sebagai figure yang baik bagi anak didik. d. Penanaman nilai-nilai yang baik sejak dini sehingga kepribadian anak dapat terbentuk secara nyata, tidak ada segala sesuatu yang bersifat instant mampu memberikan hasil yang baik sehingga segala sesuatu harus dipersiapkan sejak dini.
54 Pembangunan sebagai suatu proses berkesinambungan mencakup seluruh aspek kehidupan, baik ekonomi, sosial budaya, politik dan sebagainya.
55 BAB IV Pendidikan Masyarakat Modern dan Sederhana dalam Menghadapi Perubahan Sosial Budaya, Modernisasi dan Pembangunan
56 endidikan masyarakat berperan penting dalam membantu individu dan komunitas menghadapi perubahan sosial, moderenisasi dan pembangunan. Melalui pendidikan masyarakat individu dan komunitas akan memilki kesadaran tentang perubahan sosial, modernisasi, dan pembangunan yang sedang terjadi. Pendidikan masyarakat mengembangkan keterampilan dan kemampuan yang relevan untuk menghadapi perubahan sosial budaya, seperti berpikir kritis, terampil menggunakan teknologi, keterampilan sosial, mempertahankan dan mempromosikan identitas serta keragaman budaya. Modernisasi yang sering diidentifikasi melalui perkembangan teknologi, transformasi sosial, ekonomi, politik dan budaya menuju tatanan kontemporer termasuk bagian dari kemajuan yang akan menjadi tantangan bagi masyarakat. Perkembangan teknologi ini menyebabkan perubahan yang begitu besar pada kehidupan umat manusia dengan segala peradaban dan kebudayaannya. Perubahan ini juga memberikan dampak yang begitu besar terhadap transformasi nilai-nilai yang ada di masyarakat. Khususnya masyarakat dengan budaya dan adat ketimuran seperti Indonesia, sehingga dibutuhkan pendidikan masyarakat untuk menyiapkan individu dan komunitas yang memiliki keterampilan menghadapi modernisasi. Istilah modern yang merujuk pada segala hal yang baru, berbau teknologi dan pengembangan ilmu pengetahuan telah menyajikan berbagai perkembangan pesat dalam membentuk mindset dan gaya hidup masyarakat. Islam adalah agama untuk setiap zaman di belahan dunia manapun. Prinsip-prinsip nilai Islam merupakan prinsip nilai P
57 kehidupan tentang kebaikan dan keutamaan yang tidak akan lekang di makan zaman. Prinsip nilai Islam tidak akan mengantarkan umat pada jalan kesesatan selama setiap umat berpegang teguh dan menerapkannya dalam kehidupan seharihari. Sebagaimana yang telah Rasulullah Muhammad saw sabdakan bahwa: ا: َ ٍ ِ ـٓ ِ ة ْ ً ُ ـخ ْ ه صه َ ـٍ َ ا ح َ ا ٌ ْ ـٔ ُّ ِضي َ ح ْ َ َ ى ِ َ ْ يـ رَ ْ ٌـ َ ا ْ ً ُ ه ْ ِفـي جُ ْ ن ـرَ َ : ح َ ال َ ا َِلل ص ك َ ل ْ ٔ شُ َ ر ه ن َ ا ىــِـِّ.)ٌالم( ْ ٔ شُ َ ر َ ـث ه ِ شُ َ َب ا َِلل و ا َ ِنـخ Artinya: Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah bersabda : ‚Aku telah meninggalkan pada kamu sekalian dua perkara yang kamu tidak akan sesat selama kamu berpegang teguh kepada keduaya, yaitu : Kitab Allah dan sunnah RasulNya‛. *HR. Malik+ Hadits tersebut di atas mengisyaratkan bahwa prinsipprinsip nilai dalam al-Quran dan dalam Hadits dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari di belahan dunia dalam setiap zamannya. Dengan berpegang pada prinsip nilai dari keduanya maka bagi masyarakat muslim tidak akan mengalami kebingungan dan kegalauan meskipun menghadapi era yang senantiasa berkembang, dari era tradisional, transisional, modern, maupun postmodern. Prinsip nilai dimaksud adalah prinsip Tauhid, kemanusiaan, keadilan, dan persamaan. Bagi seorang muslim, kehidupan harus seimbang menjaga keyakinannya terhadap keesaan Allah swt, berbuat kebajikan dalam hubungan kemanusiaan, sesuai dengan yang telah tertuang dalam syariat Islam. Selama perbuatan seseorang tidak menyimpang dari ketauhidan dan hak kemanusiaan serta kelestarian alam.
58 Selanjutnya pembangunan merupakan proses untuk mencapai perubahan dalam masyarakat yang merujuk pada peningkatan kesejahteraan dan peningkatan kualitas hidup. Pembangunan melibatkan pemberdayaan masyarakat, pengentasan kemiskinan, perlindungan lingkungan dan pengembangan kapasitas manusia. Pembangunan sering diukur dengan indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM), ketidaksejahteraan pendapatan, tingkat pengangguran, dan lingkungan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, diharapkan melalui upaya pendidikan masyarakat yang baik dapat menjadi solusi dari masalah-masalah yang menghambat terjadinya pembangunan. A. Pendidikan Masyarakat Modern dan Sederhana Pendidikan berasal dari kata ‛didik‛ dan mendapat awalan ‛me‛ sehingga menjadi ‛mendidik‛, berarti memelihara dan memberi latihan. Proses memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya sebuah pengajaran, tuntunan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Kemudian pengertian pendidikan adalah proses perubahan sikap melalui usaha pengajaran dan pelatihan (Rizik et al., 2021). Menurut (Islamuddin, 2012) Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga individu memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Pendidikan menurut Omar Muhammad al Toumy al Syaibani sebagaimana yang dikutip oleh Abuddin Nata dalam (Syani, 2015) adalah suatu proses mengubah tingkah laku, baik diri sendiri maupun orang lain dengan cara memberikan pengajaran yang dijadikan suatu aktivitas asasi
59 dan sebagai profesi diantara profesi-profesi asasi dalam masyarakat. Pendidikan mempunyai tujuan untuk menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada peserta didik. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik dengan tujuan merubah tingkah laku menjadi lebih bermanfaat baik diri sendiri ataupun masyarakat. Dalam hal pendidikan, al-Qur’an sangat menghargai ilmu pengetahuan dan orang yang berilmu pengetahuan. AlQur’an berkali-kali menjelaskan pentingnya pengetahuan. Tanpa pengetahuan, niscaya kehidupan manusia akan menjadi sengsara. Al-Qur’an memperingatkan manusia agar mencari ilmu pengetahuan sebagaimana firman Allah dalam QS al-Taubah/9: 122 disebutkan: َ ف َ خ َ ي ّ ِ ى ٌ ث َ اۤىِٕف َ ط ْ ً ُ ٓ ْ ِ ِ ّ ٍث ٌ َ ك ِفرْ ِ ّ ل ُ ط ْ ٌَِ رَ َ ف َ ا ُ َ ل ْ ٔ َ ي َ ف ۗ ً ث ه ظۤف َ ا ط ْ و ِفرُ ْ ِ َ ِي ى َ ن ْ ٔ ُ ٌِن ْ ؤ ُ ٍ ْ اى َ ظن َ ا ط َ ٌ َ ِ و ى ا ف ْ ٔ ُ ٓ ه ل َ ن ْ و ُ ر َ ذ ْ ح َ ي ْ ً ُ ٓ ه ي َ ػ َ ى ْ ً ِ ٓ ْ ي َ ٓاِاى ْ ٔ ُ ػ َ ج َ ا ر َ ِاذ ْ ً ُ ٓ َ ٌ ْ ٔ َ ا ك ْ و ُ ِذر ْ ِ ُ ي ِ ى َ ِ و ن ْ ِ ي ّ الد Artinya: ‚Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.‛ Dari sini dapat dipahami bahwa betapa pentingnya pengetahuan bagi kelangsungan hidup manusia. Dengan pengetahuan, manusia akan mengetahui apa yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah, yang membawa manfaat dan yang membawa madarat.
60 Masyarakat modern adalah suatu struktur sosial atau lingkungan kehidupan masyarakat umum tempat adanya interaksi antar manusia diatur atas dasar bisnis, produksi, konsumsi, dan komersialisasi. Pada masyarakat modern perhatian lebih ditekankan pada sikap dan nilai-nilai individu serta kemampuan produktivitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, keterbelakangan masyarakat dianggap bersumber pada faktor-faktor intern negara atau masyarakat itu sendiri, terutama dalam bidang pendidikan (Rizik et al., 2021). Dengan demikian, masyarakat modern membutuhkan simbol universal dari tata nilai yang pernah diimajinasikan bersama. Ciri-ciri masyarakat modern adalah: 1. Hubungan antar manusia dilakukan atas kepetingan bersama. 2. Hubungan dengan masyarakat dilakukan secara terbuka dan saling mempengaruhi. 3. Percaya kepada iptek yang membawa kesejahteraan masyarakat. 4. Masyarakat digolongkan menurut profesi dan keahlian. 5. Tingkat pendidikan tinggi dan merata. 6. Hukum yang berlaku adalah hukum yang tertulis. 7. Ekonomi yang di gunakan adalah ekonomi pasar dengan menggunakan uang sebagai alat tukarnya. Comte, seorang ahli Fisika dari Prancis, menyebutkan ciri-ciri tatanan baru (modernitas) dalam suatu masyarakat meliputi: adanya konsentrasi tenaga kerja di pusat urban (kota), pengorganisasian pekerjaan yang ditentukan berdasarkan efektivitas atau profit, penerapan ilmu pengetahuan dan teknlogi dalam proses produksi, munculnya antagonisme terpendam atau nyata antara
61 pemilik modal dengan buruh, berkembangnya ketimpangan dan ketidakadilan sosial, serta system ekonomi berlandaskan usaha dan kompetisi bebas yang terbuka (Martono, 2012: 82). Masyarakat sederhana adalah masyarakat kecil, keterasingan, banyaknya empati komunitas, pengelompokan kegiatan yang konvensional, bagian komunitas mempunyai keahlian dan kepedulian yang sama dengan pemikirannya, sikap serta aktivitas dari seluruh masyarakat (Manan, 1989). Ada beberapa masalah yang dialami oleh masyarakat sederhana, antara lain pertama, ekonomi. Masalah ini yang sering terjadi oleh masyarakat sederhana. Perekonomian sektor pertanian belum ada keberhasilan yang dapat dipanen dan membuat kehidupan perekonomiannya menjadi bagus. Kedua, kebudaayan. Masalah yang terjadi pada kebudayaan ini adalah hilangnya nilai-nilai budaya. Budaya yang masuk tanpa difilter sehingga budaya asing berkembang dan membuat nilai identitas budaya masyarakat sederhana perlahan menjadi hilang. Ketiga, sosial. Masalah yang terjadi pada sosial adalah kesehatan mental masyarakat sederhana itu sendiri. Kesehatan mentalnya masih kurang maju dan berkembang. Keempat, sumber daya manusia. Masalah ini tentu tidak lepas sejak persoalan pembelajaran. Fasilitas dan prasana pembelajaran dalam masyarakat sederhana ini telah optimal dan layak sehingga kapasitas penduduk sederhana ini menjadi sedikit (Muhammad, 2017). Ciri-cirinya masyarakat sederhana sebagai berikut pertama, adanya hubungan keluarga dan masyarakat menjadi erat. Kedua, organisasi sosial berdasarkan adat istiadat tradisi. Ketiga, kepercayaan pada gaib. Keempat,
62 tidak ada lembaga tertentu yang mengatur bidang pendidikan pada masyarakat tersebut. Kelima, adanya buta huruf yang semakin tinggi karena tidak adanya kependidikan sekolah. Keenam, perekonomian masyarakat mereka dimengerti oleh orang dewasa. Ketujuh, ekonomi dan sosial perlu kerjasama secara gotong royong. Budaya perkawinan masyarakat sederhana cukup sempit dan tertutup dari masyarakat modern yang cukup luas dan terbuka. Tata tertib perkawinan masyarakat sederhana dilakukan oleh anggota masyarakat. tata tertib ini terus berkembang dan maju karena memiliki kekuasaan pemerintah (Rasdiany et al., 2021). Berdasarkan pengertian di atas masyarakat sederhana memiliki dua kutub definisi. Definisi pertama lebih pada aktivitas positif yang terjadi seperti masyarakat sederhana merupakan masyarakat yang cenderung memiliki struktur sosial yang kuat seperti kehidupan komunal yang sangat baik, masyarakat yang mampu mempertahankan nilai-nilai budaya, dapat menghasilkan konsumsi secara mandiri melalui pertanian yang dilakukan. Sedangkan definisi kedua lebih pada aktivitas yang memperlihatkan permasalahan kehidupan seperti kurangnya akses teknologi, kurangnya infrastruktur dan kurangnya akses layanan publik bagi masyarakat yang tinggal didaerah terpencil. Ciri-ciri masyarakat tradisional/sederhana adalah sebagai berikut: 1. Tingkat perkembangan iptek renddah sehingga yang produksi barang dan 2. jasa juga rendah 3. Jumlah anggota relative kecil. 4. Tingginya buta hurup.
63 5. Pembagian kerja dan spekulasi sederhana. 6. Sedikit sekali diperensiasi sosial. Tidak banyak beorganisasi dalam 7. kebudayaan. 8. Memiliki orde atau aturan yang sama. 9. Hidup terpisah jauh dari keramaian. 10. Kehidupan sosial besipat statis. 11. Kehhidupan lebih cenderung tertutup dan bergantung pada alam dan nasiib. 12. Takut dengan hal-hal baru yang belum mereka kenal. 13. Percaya kapada tahayul atau hal yang berbau mistis Dengan adanya ciri-ciri itu dapat membedakan antar satu karakter manusia yang hidup dalam suatu masyarakat yang di punyai oleh masyarakat yang tidak termasuk ke dalam masyarakat tradisional. Perkembangan masyarakat tebagi 2 faktor besar: 1. Faktor pendidikan yang baik Dalam masyarakat lebih terbuka dengan wawasannya akan keadaan sekitar yang akan mampu melihat apa saja yang salah dan harus diperbaikin dan menganalisis dampak setiap inovasi terbaru, melihat potensi dan ancaman, dan sebagainya maka pendidikan yang baik akan berpengaruh kepada banyak aspek yang akan membantu suatu masyarakat untuk berkembang. 2. Faktor perekonomian yang baik Jika perekonomian baik maka taraf hidup masyarakat lebih baik, sejahteraan, dan kesehatan lebih baik. Melalui kedua faktor tersebut dapat berkembang juga mampu mengokohkan stabilitas suatu negara, mendukung
64 pembangunan Negara sehingga hidup menjadi ketentraman dan bahagia dan senada dengan konsep rukun dan hormat dalam masyarakat tradisional (Wahyudi 2019) dalam (Nasution et al., 2023). Melalui definisi tiga ide pokok yakni pendidikan, masyarakat modern dan masyarakat sederhana dapat diketahui hubungan diantara ketiganya yakni pendidikan menjadi faktor yang penting dalam membantu masyarakat modern dan sederhana dalam menghadapi tantangan perubahan sosial budaya, modernisasi dan pembangunan. Pendidikan dapat menjadi benteng masyarajat dalam mengambil langkah-langkah melalui kesadaran modernisasi yang dimiliki. B. Perubahan Sosial Budaya Perubahan sosial budaya mengacu pada transformasi dalam nilai-nilai, norma-norma, kebiasaan, dan institusi dalam masyarakat. Perubahan ini dapat berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk perubahan dalam cara berpikir, perilaku, hubungan sosial, serta norma dan nilai-nilai budaya. Perubahan sosial budaya terjadi dengan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi seperti teknologi, ekonomi, demografi, politik dan globalisasi. Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Sedangkan pendidikan adalah suatu bentuk dari
65 perwujudan seni dan budaya manusia yang terus berubah, berkembang dan sebagai suatu alternatif yang paling rasional dan memungkinkan untuk melakukan suatu perubahan atau perkembangan. Kaitan antara perubahan sosial adalah pendidikan adalah terjadinya perubahan pada struktur dan fungsi dalam sistem sosial, yang mana termasuk di dalamnya adalah pendidikan, karena pendidikan ada dalam masyarakat baik itu pendidikan formal, informal, maupun non formal (Syamsidar, 2015). C. Moderenisasi Menurut Everett M. Rogers dalam (Sari et al., 2020) modernisasi adalah proses perubahan individu-individu dari cara hidup tradisional menuju kehidupan yang lebih kompleks, menuju kemajuan teknologi dan merupakan perubahan cara hidup yang cepat. Sedangkan Syed Hussein Alatas dalam (Sari et al., 2020) menyatakan bahwa modernisasi merupakan proses dimana ilmu pengetahuan ilmiah modern yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia diperkenalkan pada seluruh tingkat, dengan tujuan akhir mencapai kehidupan yang lebih baik dan lebih memuaskan. Modernisasi menurut (Asnawati, 2019) dapat diartikan sebagai proses perubahan masyarakat dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern dalam seluruh aspeknya. Bentuk perubahan dalam pengertian modernisasi adalah perubahan yang terarah (direct change) yang didasarkan pada suatu perencanaan (planned change) yang bisa diistilahkan dengan Social Planning. Modernisasi dapat terjadi secara alami atau diinisiasi melalui kebijakan pemerintah atau gerakan sosial. Penting
66 untuk dicatat bahwa modernisasi seringkali bersifat kompleks dan dapat memunculkan tantangan, seperti perubahan konflik sosial, ketidaksetaraan, atau dampak lingkungan. Oleh karena itu, implementasi modernisasi memerlukan perencanaan dan manajemen yang baik untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan manfaatnya. Pendidikan masyarakat modern dan sederhana memiliki tantangan dan peluang ataupun manfaat yang didapatkan dalam menghadapi proses modernisasi. Terdapat beberapa aspek yang dapat menjadi perhatian baik masyarakat modern maupun sederhana. Diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Teknologi Pendidikan Pada dasarnya modernisasi pada teknologi pendidikan sudah pasti akan berdampak pada pendidikan. Namun, bagi masyarakat sederhana akan banyak mendapatkan tantangan dibandingkan masyarakat modern. Sehingga sangat dibutuhkan dukungan pemangku kebijakan untuk dapat memasti-kan bahwa segala perkembangan teknologi pendidikan dapat terimplementasi diseluruh masyarakat. Pemanfaatan teknologi pendidikan dapat meningkat-kan akses ke informasi, menyediakan sumber daya pembelajaran yang lebih beragam, dan meningkatkan keterlibatan siswa. Masyarakat Modern: bagi masyarakat modern sudah bukan lagi menjadi masalah dengan adanya pembaharuan dari segi teknologi pendidikan. Masyarakat modern akan sedikit mengalami kendala untuk aspek ini.
67 Masyarakat Sederhana: akses dan integrasi teknologi pendidikan akan menjadi tantangan tersendiri untuk masyarakat yang notabene merupakan komunitas dengan sumber daya yang terbatas. 2. Kurikulum Kurikulum akan terus berkembang menjadi bentuk yang lebih baik. Terdapat hal-hal baik positif maupun negatif yang akan secara tidak langsung terpengaruhi dengan adanya moderenisasi. Sehingga kurikulum harus tetap dapat menjaga prinsip relevannya umtuk masyarakat modern dan juga masyarakat sederhana. Agar kurikulum tetap relevan untuk kedua masyarakat tersebut maka dalam mengintegrasikan kurikulum harus dipastikan relevan dengan kebutuhan masyarakat modern sambil mempertahankan elemen-nilai budaya dan tradisional. Pengembangan kurikulum yang memadukan kebutuhan lokal dengan kecakapan dan pengetahuan global, memungkinkan siswa memahami tantangan dan peluang global. 3. Pendidikan Inklusif Perbedaan pelaksanaan sistem pendidikan di masyarakat modern dan masyarakat sederhana sangat terlihat. Hal tersebut menjadi tantangan pemangku kebijakan agar dapat memastikan bahwa pendidikan mencakup semua kelompok masyarakat, termasuk mereka yang mungkin berada di pinggiran masyarakat. Pemangku kebijakan dapat mengambil langkah dengan cara membangun sistem pendidikan yang inklusif dan memberdayakan setiap individu, tanpa memandang latar belakang sosial atau ekonomi.
68 4. Pendidikan Karakter Dalam dunia pendidikan saat ini pendidikan karakter menjadi bagian yang tidak dapat diasingkan. Masyarakat modern ataupun sederhana dalam pendidikannya sangat memerlukan penguatan pendidikan karakter. Saat ini dengan adanya modernisasi yang mempengaruhi pendidikan telah banyak memberikan dampak positif dan negatif dalam pendidikan karakter. Pemangku kebijakan telah mengambil banyak keputusan dalam hal ini. Seperti adanya pendidikan penguatan karakter, profil pelajar pancasila dan lainnya. Permasalahan yang menjadi penghalang dari kebijakan kebijakan tersebut adalah kejelasan letak pendidikan karakter dalam kegiatan belajar mengajar. Penting untuk mencari keseimbangan antara aspekaspek modern dan nilai-nilai tradisional dalam mendesain sistem pendidikan yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat menjadi kunci untuk mencapai pendidikan yang efektif dan relevan dalam era modernisasi. D. Pembangunan Masyarakat modern dan sederhana menghadapi sejumlah tantangan dan peluang dalam menghadapi proses pembangunan. Pembangunan dapat mencakup berbagai aspek, termasuk pendidikan, ekonomi, sosial, infrastruktur, dan lingkungan. Penting untuk memahami bahwa setiap masyarakat memiliki konteks uniknya sendiri, dan solusi pembangunan yang efektif harus mempertimbangkan
69 kebutuhan dan aspirasi masyarakat setempat. Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat adalah kunci untuk mencapai pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses perencanaan (social plan) yang dilakukan oleh birokrat perencanaan pembangunan untuk membuat perubahan sebagai proses peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat. Konseptualisasi pembangunan merupakan proses perbaikan yang berkesinambungan pada suatu masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik atau lebih sejahtera sehingga terdapat beberapa cara untuk menentukan tingkat kesejahteraan pada suatu negara. Tolok ukur pembangunan bukan hanya pendapatan per kapita, namun lebih dari itu harus disertai oleh membaiknya distribusi pendapatan, berkurangnya kemiskinan, dan mengecilnya tingkat pengangguran (Kartono & Nurcholis, 2016). Pembangunan sangat berkaitan dengan nilai, dan acap kali bersifat transendental, suatu gejala meta-disiplin, atau bahkan sebuah ideologi the ideology of developmentalisme. Oleh karenanya, para perumus kebijakan, perencana pembangunan, serta para pakar selalu dihadapkan nilai (value choice), mulai pada pilihan epistimologis-ontologi sebagai kerangka filosofisnya, sampai pada derivasinya pada tingkat strategi, program atau proyek (Kartono & Nurcholis, 2016). Mengukur pembangunan dapat dilihat dari berbagai indikator utama, yakni kekayaan rata-rata, pemerataan, kualitas kehidupan, indeks pembangunan manusia (human development index), dan kerusakan lingkungan. Potret kebijakan pembangunan nasional dapat dilihat dari analisis
70 konsep pembangunan dari tiga periode situasi nasional, yakni pada era Orde Lama, Orde Baru, dan era Reformasi. Kebijakan Orde Lama dimulai pada tahun 1947 yang mulai merencanakan pembangunan di Indonesia dengan lahirnya ‚Panitia Pemikir Siasat Ekonomi‛. Pelaksanaan pembangunan nasional yang dilaksanakan pemerintah Orde Baru berpedoman pada trilogi pembangunan dan delapan jalur pemerataan. Sementara di era Reformasi pembangunan bersifat partisipatif, dapat di kontrol langsung oleh rakyat, dan didasari rumusan dasar demokrasi, yakni oleh dan untuk rakyat. Sektor pendidikan sebagai penggerak Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang ada di kota Bandung dilihat berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Bandung sektor pendidikan ini meningkat dari tahun ke ahun dan harus di tingkatkan lagi di tahun tahun selanjutnya karena dirasa oleh peneliti sektor pendidikan ini adalah penggerak utama atau penunjang utama dari indeks pembangunan manusia khususnya yang ada di kota Bandung, dan tanpa mengesampingkan atau menomorduakan sektor lainnya (Herdiansyah & Kurniati, 2020).
71 BAB V Pendidikan dan Perubahan Kebudayaan Transmisi Budaya dan Perkembangan Institusi Pendidikan
72 ehidupan masyarakat yang dinamis selalu mengalami perubahan serta transisi, termasuk dalam masalah kebudayaan. Kebudayaan bisa di diturunkan melalui pendidikan dengan menurunkan nilai-nilai yang berasal dari pengalaman-pengalaman (L. Hendrowibowo, 1994). Kebudayaan merupakan sistem gagasan yang telah ber-kembang secara historis dan memiliki organisasi dan struktur yang berkembang terus menerus yang dipelajari oleh anggota suatu masyarakat. Sistem gagasan yang bersumber dari akal manusia melahirkan bentuk-bentuk tingkah laku berpola dan berbagai jenis kebudayaan materil. Proses pendidikan menentukan bagaimana proses-proses pewarisan berlangsung di dalam masyarakat, karena nilai-nilai yang ada di masyarakat akan tetap ada bila masyarakat tersebut tetap melestarikan budayanya, baik di dalam sekolah maupun di dalam keluarga. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi masyarakat. Seiring perkembangan zaman dan pengaruh globalisasi menuntut masyarakat untuk menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, serta memiliki keterampilan yang membuat mereka tidak tertinggal oleh perkembangan zaman. Untuk itu orang tua berupaya keras memberikan pendidikan terbaik kepada anakanaknya. Menurut Nihayah (2015: 135) tugas orang tua tidak hanya mengasuh tetapi juga memberikan pendidikan yang dapat membantu anak untuk meraih cita-cita sehingga kelak anak mampu bersaing di dunia kerja. Berbagai macam jalur pendidikan ditempuh, salah satunya melalui pendidikan nonformal. Menurut UU no 20 tahun 2003, pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan ini meliputi bidang kesenian, ilmu pengetahuan, dan lain-lain. Di antaranya lembaga pendidikan nonformal, K
73 seperti lembaga kursus, kelompok belajar, dan satuan pendidikan sejenis, seperti pra sekolah (penitipan anak), dan sanggar kesenian. Pendidikan juga merupakan sarana untuk menyiapkan SDM (Sumber Daya Manusia) yang lebih baik. Akan dijadikan apa dan menjadi apa anak kelak tergantung pendidikan yang diberikan oleh orang tua. Menurut Dariyo (dalam Siregar, 2013: 19) pendidikan diartikan sebagai bentuk kesadaran untuk menciptakan proses pembelajaran sehingga peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya yang diperlukan untuk hidup di masyarakat. Melalui pendidikan anak-anak bisa mengembangkan potensi yang dimiliki. Potensi digunakan untuk melihat intelegensi, bakat, dan prestasi seseorang yang dapat dilihat dari anak sejak kecil. Bakat adalah suatu kemampuan yang jika dilatih dan selalu dipelajari akan menjadi kecakapan yang nyata. Sementara minat adalah suatu hal yang disertai rasa sayang, serta membuat seseorang senang melakukannya (Nihayah, 2015: 138). Perkembangan zaman membuat kebutuhan manusia akan pendidikan semakin meningkat dengan tujuan agar kelak anakanak menjadi sukses dan dapat bersaing kedepannya. Pendidikan tidak hanya terjadi secara formal di bangku sekolah, tetapi juga melalui jalur nonformal. A. Transmisi Kebudayaan Kebudayaan merupakan kompleksitas dari ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, serta pola perilaku manusia dalam masyarakat, beserta bendabenda hasil karya mereka (Koentjaraningrat, 2009). Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana untuk menciptakan lingkungan belajar dan proses pembelajaran
74 yang memungkinkan peserta didik aktif mengembangkan potensi diri, termasuk dalam hal kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan bagi diri mereka, masyarakat, bangsa, dan negara. Kontribusi utama antropologi terhadap pendidikan adalah dalam mengumpulkan pengetahuan empiris yang telah diverifikasi dengan menganalisis berbagai aspek dari proses pendidikan yang berbeda dalam konteks sosial budaya. Pewarisan budaya belajar, juga dikenal sebagai "Transmisi Kebudayaan," adalah usaha untuk menyampaikan pengetahuan atau pengalaman agar menjadi pegangan bagi generasi selanjutnya dalam meneruskan warisan budaya. Upaya ini tidak hanya tentang menyampaikan materi, tetapi juga nilai-nilai yang dianggap terbaik dan telah menjadi pedoman baku dalam masyarakat. Tanpa upaya pelestarian ini, masyarakat berisiko mengalami kepunahan dan dilupakan. Usaha pewarisan budaya dilakukan dengan serius melalui berbagai institusi sosial, termasuk keluarga, masyarakat, lembaga pendidikan, dan media massa sebagai sumber informasi (Tirtarahardja Umar, 2005). Cara-cara untuk mewariskan budaya dan mengajarkan perilaku kepada generasi baru berbeda-beda di setiap masyarakat. Umumnya, ada tiga cara yang dapat diidentifikasi: informal (melalui keluarga), nonformal (melalui masyarakat), dan formal (melalui lembaga pendidikan formal). Pendidikan formal bertujuan untuk membimbing perkembangan perilaku peserta didik. Masyarakat memainkan peran penting dalam mentransmisikan budaya kepada generasi
75 berikutnya (Fuad Ihsan, 2005). Selain itu, masyarakat juga berupaya menyesuaikan perubahan kondisi baru dengan membentuk pola perilaku, nilai-nilai, dan norma-norma baru yang sesuai dengan perkembangan zaman. Upaya ini menuju pola perilaku, nilai-nilai, dan norma-norma baru dikenal sebagai transformasi budaya. Lembaga sosial yang sering digunakan sebagai alat untuk mentransmisikan dan mentransformasikan budaya adalah lembaga pendidikan, terutama sekolah dan keluarga. Sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam proses ini, karena tidak hanya mentransmisikan budaya kepada generasi berikutnya, tetapi juga mentransformasikannya agar sesuai dengan perkembangan zaman. Di lingkungan keluarga, individu atau kelompok dapat mengidentifikasi diri dengan lingkungan mereka, dan secara perlahan memperinternalisasi nilai-nilai dan perilaku tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari. Proses identifikasi dalam keluarga memungkinkan seseorang untuk mengenal anggota keluarga secara menyeluruh, baik itu saudara dekat maupun jauh. Orang tua atau anggota keluarga yang lebih tua dan mapan dalam mentransmisikan budaya berfungsi sebagai sumber informasi aktif melalui tindakan responsif dan penjelasan tentang realitas lingkungan serta perubahan yang terjadi di sekitarnya. Upaya merespons, mendorong, dan menjelaskan ini didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan yang berlaku di lingkungan tersebut, sehingga metode pembelajaran selalu disesuaikan dengan kebudayaannya. Dengan kata lain, cara-cara belajar merupakan hasil dari adaptasi terhadap budaya yang dianut. Keluarga memiliki
76 peran penting karena di situlah generasi pertama kali diperkenalkan dan dibesarkan. Bagi masyarakat yang belum memiliki akses atau menciptakan lembaga pendidikan formal, keluarga menjadi sumber utama pembelajaran. Selanjutnya, lingkungan pendidikan di masyarakat juga berperan penting. Masyarakat, sebagai kelompok manusia terbesar, memiliki kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan yang membentuk cara hidup bersama. Sistem pewarisan budaya dalam masyarakat terjadi melalui berbagai lembaga sosial, termasuk hak milik, perkawinan, agama, sistem hukum, hubungan kekerabatan, dan pendidikan. Lingkungan Pendidikan Sekolah. Sekolah merupakan fasilitas yang disediakan oleh masyarakat untuk menjalankan proses pembelajaran. Di sini, pembelajaran tidak hanya berfokus pada pengetahuan dan kecerdasan, tetapi juga pada pembentukan moral dan karakter yang baik. Sekolah termasuk dalam kategori pendidikan formal, yang secara jelas mengarahkan upaya pewarisan budaya. Para pendidik atau guru bertanggung jawab atas penyampaian pengetahuan dan pembentukan karakter moral, sesuai dengan program pendidikan yang disesuaikan dengan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Proses pewarisan budaya di sekolah dilakukan secara bertahap, terencana, dan berkelanjutan. Lingkungan Pendidikan Media. Media massa merupakan bagian penting dalam masyarakat yang bertugas menyebarkan berita, opini, pengetahuan, dan lain-lain. Media massa cenderung mencari berita yang aktual, menarik, dan relevan dengan kepentingan bersama. Selain itu, media massa juga berperan sebagai pengontrol
77 terhadap penyimpangan dari nilai, norma, dan aturan yang berlaku dalam masyarakat. Salah satu fungsi utama media massa adalah sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat. Informasi yang disampaikan dan pendapat yang diungkapkan dalam media massa dapat memperluas wawasan pembaca mengenai berbagai masalah yang terjadi dalam masyarakat. B. Transmisi Kebudayaan dan Pendidikan Transmisi budaya adalah penyampaian kebudayaan dari generasi ke generasi berikutnya. Penyampaian kebudayaan dari generasi ke generasi sering ditemui istilahistilah yang sering dipakai secara bergantian, tumpang tindih, dan secara khusus. Istilah tersebut adalah enculturation, socialization, education, dan schooling. Secara sederhana dapat diterjemahkan dengan pembudayaan, permasyarakatan, pendidikan dan persekolahan. Secara konseptual perlu dipahami apa dan bagai mana budaya belajar, baik dilihat dari batasan atau pengertian, sifat, wujud, sampai kebidang-bidangnya. Dari paparan para Ahli, terdapat beberapa cara pandang mengenai budaya belajar, yaitu: 1. Budaya belajar dipandang sebagai system pengetahuan menyiratkan; 2. Budaya belajar berfungsi sebagai ‚pola bagi kehidupan manusia‛ yang menjadikan pola tersebut berfungsi sebagai blueprint atau pedoman hidup yang dianut secara bersama sebagai sebuah pedoman; dan 3. Budaya belajar digunakan juga untuk memaham menginterprestasikan lingkungan dan pengalaman.
78 Budaya belajar juga di pandang sebagai proses adaptasi manusia dengan lingkungannya baik berupa lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Transmisi pendidikan kebudayaan pun terdiri dari: 1. Enculturation (Pembudayaan); 2. Socialization(Permasyarakatan); 3. Education dan Schooling (Pendidikan dan persekolahan). Konsep budaya belajar bersumber dari konsep budaya, tegasnya kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami dan menginterprestasikan pengalaman lingkungannya serta menjadi kerangka landasan bagi menciptakan dan mendorong terwujudnya kelakuan. Berdasarkan konsep tersebut, maka budaya belajar juga dipandang sebagai model pengetahuan manusia mengenai belajar yang digunakan oleh individu atau kelompok social untuk menafsirkan benda, tindakan dan emosi dalam lingkungannya (Driyarkara, 1980). Cara pandang budaya belajar sebagai pengetahuan menyiratkan, bahwa budaya belajar dapat berfungsi sebagai ‚pola bagi kelakuan manusia‛ yang menjadikan pola tersebut berfungsi sebagai blueprint atau pedoman hidup yang dianut secara bersamaan. Budaya belajar dapat juga dipandang sebagai adaptasi manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan berupa lingkungan fisik maupun lingkungan social. Adaptasi adalah upaya menyesuaikan dalam arti ganda, yakni manusia belajar menyesuaikan kehidupan dengan lingkungnya, atau sebaliknya manusia juga belajar
79 agar lingkungan yang dihadapi dapat sesuai dengan keinginan dan tujuan. Kenyataan lain menunjukan, bahwa lingkungan dengan segala sumberdaya memiliki keterbatsan, namun pada pihak lain kebutuhan manusia dalam rangka memenuhi syarat dasar hidupnya setiap saat senantiasa mengalami peningkatan. Implikasinya pada setiap pembelajaran baik individu maupun kelompok akan memiliki pilihan strategi yang satu sama lain salaing berbeda. Individu atau kelompok pembelajar dengan pengetahuan belajarnya akan melihat permasalahan adanya keterbatasan tersebut dengan cara merespon secara aktif. Permasalahan yang berlangsung dilingkungannya itu akan berusahan untuk diatasi dengan pembelajaran. Kemampuan budaya belajar individu atau kelompok social keadaftipanya ditunjukan untuk memecahkan berbagai persoalan yang timbul dilingkungannya. C. Perkembangan Institusi Pendidikan Dulu dan Kini Perbedaan pendidikan dulu dan sekarang dapat kita lihat perbandingannya baik di lingkungan sekolah maupun keluarga. 1. Jumlah pengetahuan relatif terbatas dan tidak berkembang Jumlah pengetahuan besar dan berkembang. 2. Belajar bersifat informal dan tidak sistematik Belajar bersifat formal dan sistematik. 3. Pendidikan ditekankan terutama pada moralitas, etika, agama Pendidikan terutama mengenai pengetahuan objektif seperti matematika, sains, sejarah, kesusastraan.
80 4. Pengetahuan yang disampaikan terutama yang bersifat konkrit, progmatis, dan berhubungan langsung dengan kehidupan Pengetahuan yang disampaikan terutama bersifat abstrak 5. Mengajar hanya merupakan satu aspek dari seorang dewasa atau seorang spesialis Mengajar merupakan sebuah pekerjaan. 6. Tidak ada sekolah formal dan sekolah non formal Hal ini bisa dijelaskan dalam hal berikut Sekolah, hal ini terlihat dari: a. Cara mengajar. Cara mengajar yang diterapkan oleh guru zaman dulu umumnya adalah dengan menggunakan penjelasan yang bertele-tele, yang sepertinya setiap kata yang ada di buku itu dibaca. Dengan metode ini, pengetahuan yang diterima siswa hanya bersumber dari sang guru saja. Sedangkan guru zaman sekarang lebih sering hanya menjelaskan secara singkat materinya, lalu mempersilahkan para siswa untuk bertanya apabila ada kesulitan. Dengan cara ini, siswa jadi terpacu untuk mengembangkan pengetahuannya di luar sekolah. Misalnya dengan browsing di Internet, mengikuti kursus, dan lain sebagainya. Pengetahuan yang didapat pun akan semakin banyak. b. Cara menasehati siswa Cara menasihati siswa yang dilakukan oleh guruguru zaman dulu adalah dengan kalimat yang biasanya kasar. Seperti menyinggung kondisi ekonomi keluarganya, penampilannya, dan lain sebagainya. Hal ini akan
81 membuat para siswa saat itu menjadi berfikir keras agar tidak akan diledek oleh guru mereka. Perlakuan berbeda dilakukan guru zaman sekarang. Mereka biasanya menasihati para murid hanya dengan nasihat yang halus dan tidak sampai menyinggung perasaan murid tersebut. Cara ini kurang efektif karena murid kadang hanya mendengarkan di telinga kanan dan keluar di telinga kiri. c. Cara berinteraksidi luar sekolah, guru zaman dulu dengan gaya mengajarnya kaku, diluar kelas apabila disapa oleh murid nya, mereka hanya tersenyum lalu berlalu begitu saja. Karena dalam diri mereka, ada suatu doktrin yang menjelaskan bahwa ada garis pemisah antara guru dan murid. Jadi, sang murid harus sangat menghormati gurunya. Sedangkan guru zaman sekarang lebih luwes dalam berinteraksi diluar kelas. Misalkan saja ada murid yang menyapa, mereka akan tersenyum lepas dan kadang justru bercanda dengan muridnya d. Penggunaan teknologi, Ketika zaman dulu, yang mana saat itu teknologi belum secanggih sekarang ini, seorang guru apabila ingin menjelaskan materinya, hanya dengan menggunakan kapur dan papan tulis kayu saja. Atau bila dengan alat bantu,paling jauh hanya menggunakan peta untuk pelajaran geografi. Hal yang sangat berbeda dilakukan oleh guru zaman sekarang. Guru sekarang lebih senang menuliskan materi ajarnya di sebuah file presentasi yang nanti hasilnya bisa ditampilkan di layar menggunakan LCD proyektor. Disamping lebih praktis,
82 cara ini bisa membantu para siswa untuk mengetahui lebih detail suatu gambar/objek/benda. e. Pemberian nilai Pemberian nilai yang dilakukan oleh guru zaman dulu adalah selain nilai asli, ada nilai yang diambil secara subyektif oleh guru tersebut. Hal-hal yang dinilai antara lain adalah kesopanan, etika, dan keantusiasan siswa tersebut dalam mendalami materi yang diajarkan guru tersebut. Sehingga dengan cara itu, nilai siswa benar-benar asli sesuai dengan kenyataan yang ada pada siswa tersebut. Berbeda dengan guru zaman sekarang. Kebanyakan guru zaman sekarang hanya mengisi kolom nilai seorang murid hanya dari hasil rata-rata ulangan ditambah tugas, dan keaktifannya dalam bertanya ataupun menjawab Sehingga tidak jarang nilai yang muncul di rapor tidak mencerminkan kemampuan sebenarnya dari murid tersebut. Di Rumah, hal ini terlihat dari: a. Cara Mengajar, Pendidikan zaman dahulu dianggap tidak penting oleh kebanyakan orangtua, terbukti ada banyak sekali yang buta huruf di tengah masyarakat. Sementara orang tua zaman sekarang sangat mementingkan pendidikan anak, tidak cukup hanya di sekolah tapi sekarang banyak lembaga yang terbentuk untuk meningkatkan kualitas prestasi anak. Namun terkadang orang tua juga sering lupa bahwa tugas mendidik anak sebenarnya berada pada orang tua bukanlah pada lembaga yang sebenarnya hanya bersifat membantu.
83 b. Cara menasehati, orang tua zaman dahulu adalah dengan memberikan sanksi berupa pukulan, cacian, dan sumpah terhadap anaknya apabila melakukan kesalahan. Sementara orang tua zaman sekarang lebih sering memberikan ceramah terhadap kesalahan dan terkadang tidak memberikan contoh yang baik dan malah mereka sendiri juga melakukan kesalahan tersebut. c. Cara berinteraksi tua dengan anak zaman dahulu lebih bersifat kaku. Anak harus selalu menurut pada orang tua. Tidak boleh ada bantahan. Sementara orang tua zaman sekarang memberikan kebebasan pada anaknya. Interaksinya lebih santai,terkadang orang tua menganggap anak adalah teman dan begitusebaliknya. d. Penggunaan teknologi, Zaman dahulu teknologi masih sangat jarang di gunakan, karena masih bersifat tradisional. Sementara zaman sekarang orang tua memberikan kebebasan terhadap anak, anak di lengkapi berbagai macam tekhnologi untuk mempermudahkan komunikasi dan mendapatkan informasi e. Pemberian nilai, Zaman dahulu yang benar adalah orang tua. Ajaran yang di berikan orang tua bersifat turun temurun dan harus di batasi. Sementara orang tua zaman sekarang memberikan kebebasan, lebih luwes dan terbuka terhadap perubahan. Anak di perbolehkan mengeluarkan pendapatnya.
84
85 BAB VI Masalah Utama Politik, Ekonomi Dalam Pembangunan Bangsa Dan Hubungannya Dengan Pendidikan
86 embangunan suatu bangsa merupakan suatu proses panjang yang melibatkan berbagai aspek kehidupan, termasuk politik dan ekonomi, serta pendidikan. Politik, ekonomi, dan pendidikan adalah tiga komponen utama yang saling terkait dalam upaya membangun dan mengembangkan suatu negara. Politik memegang peranan penting dalam pembangunan bangsa. Keputusan politik, termasuk kebijakan publik, anggaran, dan regulasi, dapat secara langsung memengaruhi arah dan tingkat pembangunan dalam suatu negara. Politikus dan pemimpin politik berperan dalam menentukan prioritas pembangunan, alokasi sumber daya, dan arah kebijakan yang akan diambil. Kekuasaan politik seringkali menentukan siapa yang memiliki akses ke sumber daya, termasuk tanah, air, dan infrastruktur. Keputusan politik juga memengaruhi sejauh mana sumber daya ini didistribusikan secara adil atau tidak adil dalam masyarakat. Proses pembuatan kebijakan publik melibatkan pembuat kebijakan politik yang merancang, mengesahkan, dan melaksanakan kebijakan yang berdampak pada berbagai aspek pembangunan, seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan ekonomi. Stabilitas politik merupakan faktor penting untuk pembangunan yang berkelanjutan. Paulo Freire (1970) pernah menegaskan bahwa bagaimanapun kebijakan politik sangat menentukan arah pembinaan dan pembangunan pendidikan. Freire memandang politik pendidikan memiliki nilai penting untuk menentukan kinerja pendidikan suatu negara. Bangsa yang politik pendidikannya buruk, maka kinerja pendidikannya pun pasti buruk. Sebaliknya, negara yang politik pendidikannya bagus, kinerja pendidikannya pun juga akan bagus. P
87 Masalah utama yang terkait dengan politik dalam pembangunan bangsa meliputi: ketidakstabilan politik, partisipasi politik, dan Korupsi. Aspek ekonomi juga memiliki peranan kunci dalam pembangunan bangsa. Ekonomi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang kuat dapat meningkatkan pendapatan per kapita penduduk, yang pada gilirannya dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Lebih banyak pendapatan berarti akses yang lebih baik terhadap layanan pendidikan, kesehatan, perumahan, dan berbagai kebutuhan dasar lainnya. Perekonomian yang kuat dapat menciptakan lapangan kerja bagi penduduk, mengurangi tingkat pengangguran, dan memberikan kesempatan bagi orang untuk menghasilkan penghasilan mereka sendiri. Peningkatan pertumbuhan ekonomi sering kali mengundang investasi dalam berbagai sektor ekonomi, yang pada gilirannya dapat menghasilkan peningkatan produktivitas dan inovasi. Pendapatan yang lebih tinggi dapat digunakan untuk membiayai pembangunan infrastruktur yang lebih baik, seperti jalan, bandara, pelabuhan, dan energi listrik. Infrastruktur yang baik dapat membuka peluang perdagangan, investasi, dan pertumbuhan ekonomi. Perekonomian yang kuat dapat membantu mengurangi tingkat kemiskinan dengan menciptakan peluang ekonomi bagi mereka yang berada di kelompok berpendapatan rendah. Pertumbuhan ekonomi yang kuat dapat meningkatkan pendapatan negara melalui pajak dan penerimaan lainnya. Dana tambahan ini dapat digunakan untuk membiayai berbagai program pembangunan dan layanan publik. Perekonomian yang kuat dapat meningkatkan daya saing suatu negara di pasar global, yang dapat menghasilkan ekspor
88 lebih banyak barang dan jasa, menciptakan lapangan kerja tambahan, dan mendatangkan devisa. Masalah utama yang terkait dengan ekonomi dalam pembangunan bangsa meliputi : ketidaksetaraan ekonomi, ketergantungan pada sektor tunggal, dan pengelolaan ekonomi yang buruk. Pendidikan sangat penting dalam situasi yang kompleks ini. George F. Kneller (1967) dalam bukunya yang berjudul: Foundations of Education mengatakan bahwa pendidikan dapat dipandang dalam arti luas dan dalam arti teknis, atau dalam arti hasil dan dalam arti proses. Pendidikan menunjuk pada suatu tindakan atau pengalaman yang mempunyai pengaruh yang berhubungan dengan pertumbuhan atau perkembangan jiwa (mind), watak (character), atau kemampuan fisik (physical ability) individu. Pendidikan dalam artian ini berlangsung terus (seumur hidup) (Siswoyo, 2007:18). Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan bangsa. Peran ini mencakup sejumlah aspek yang mendukung perkembangan sosial, ekonomi, dan politik suatu negara. Pendidikan adalah kunci untuk mengembangkan kapasitas sumber daya manusia. Dengan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan individu, pendidikan membantu menciptakan tenaga kerja yang lebih terampil, produktif, dan kompetitif, yang pada gilirannya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Pendidikan memberikan peluang kepada individu untuk membebaskan diri dari siklus kemiskinan. Dengan memberikan akses pendidikan yang berkualitas kepada seluruh masyarakat, pembangunan bangsa dapat mengurangi kesenjangan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan. Pendidikan memberikan individu pengetahuan dan pemahaman tentang sistem politik