Pembelajaran Geometri Melalui Pendekatan TaRL untuk Fase C Sekolah Dasar
Pembelajaran Geometri melalui Pendekatan TaRL untuk Fase C Sekolah Dasar Copyright© PT Penerbit Penamuda Media, 2024 Penulis: Kevin Alvianto, S.Pd. Fini May Putriani, S.Pd. Unik Ambar Wati, S.Pd., M.Pd., Ph.D ISBN: 978-623-8586-86-8 Desain Sampul: Tim PT Penerbit Penamuda Media Tata Letak: Enbookdesign Diterbitkan Oleh PT Penerbit Penamuda Media Casa Sidoarium RT 03 Ngentak, Sidoarium Dodeam Sleman Yogyakarta HP/Whatsapp : +6285700592256 Email : [email protected] Web : www.penamuda.com Instagram : @penamudamedia Cetakan Pertama, Juni 2024 vi + 167, 15x23 cm Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin Penerbit
v eometri, bagaikan sebuah petualangan seru yang penuh dengan bentuk, ruang, dan pola. Dalam petualangan ini, para siswa diajak untuk menjelajahi dunia geometri dengan penuh keingintahuan dan semangat. Buku Pembelajaran Geometri Melalui Pendekatan TaRL untuk Fase C Sekolah Dasar hadir sebagai panduan bagi para guru untuk mengantarkan para siswa dalam petualangan ini. Pendekatan TaRL (Teaching at the Right Level) yang diusung dalam buku ini, menjembatani pembelajaran geometri dengan dunia nyata, mendorong siswa untuk menjadi penjelajah pengetahuan yang aktif dan kreatif Pendekatan TaRL menawarkan pengalaman belajar yang berbeda dan lebih menarik bagi para siswa. Berbeda dengan metode pembelajaran tradisional yang menekankan pada hafalan dan teori, TaRL mengajak siswa untuk terlibat langsung dalam proses belajar. Siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan, melakukan percobaan, dan mencari jawaban atas pertanyaan mereka sendiri. Hal ini membantu mereka untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, memecahkan maalah, dan kolaborasi. Buku Pembelajaran Geometri Melalui Pendekatan TaRL ini menyediakan berbagai materi dan strategi pembelajaran yang dapat membantu guru dalam menerapkan pendekatan TaRL di kelas. Yogyakarta, Juni 2024 Penulis G
vi
1 Saat ini pendidikan menggunakan kurikulum Merdeka sebagai arahan dalam menjalankan proses pendidiikan. Dalam (Kemendikbudristek, 2022) mata pelajaran Matematika bertujuan untuk membantu peserta didik mengembangkan: 1. memahami materi pembelajaran matematika berupa fakta, konsep, prinsip, operasi, dan relasi matematis dan mengaplikasikannya secara luwes, akurat, efisien,
2 dan tepat dalam pemecahan masalah matematis (pemahaman matematis dan kecakapan prosedural), 2. menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematis dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika (penalaran dan pembuktian matematis), 3. memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematis, menyelesaikan model atau menafsirkan solusi yang diperoleh (pemecahan masalah matematis). 4. mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, serta menyajikan suatu situasi ke dalam simbol atau model matematis (komunikasi dan representasi matematis), 5. mengaitkan materi pembelajaran matematika berupa fakta, konsep, prinsip, operasi, dan relasi matematis pada suatu bidang kajian, lintas bidang kajian, lintas bidang ilmu, dan dengan kehidupan (koneksi matematis), dan 6. memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap kreatif, sabar, mandiri, tekun, terbuka, tangguh, ulet, dan percaya diri dalam pemecahan masalah (disposisi matematis). Dalam kurikulum merdeka dikenal dengan istilah Capain Pembelajaran (CP) sebagai pengganti Kompetensi Dasar (KD). Capaian Pembelajaran (CP) merupakan kompetensi pembelajaran yang harus dicapai peserta didik
3 di akhir setiap fase. CP yang disusun untuk mencapai kompetensi peserta didik terdiri atas. Di Sekolah Dasar fase terbagi menjadi 3 yaitu fase A, fase B, dan fase C. Berikut merupakan janjang yang ada pada setia fase di A, B, dan C. a. Fase A : Kelas I-II SD/MI/Paket A/sederajat b. Fase B : Kelas III-IV SD/MI/Paket A/sederajat c. Fase C : Kelas V-VI SD/MI/Paket A/sederajat Capaian pembelajaran dalam kurikulum merdeka di bagi dalam dua bagian yaitu capaian umum dan capaian per elemen. Capaian umum memberikan keseluruhan kompetensi yang harus dicapai peserta didik sesuai elemen-eleman pada mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa. Sedangkan capaian elemen memerikan informasi secara lebih detail terkaiat kompetensi pada setiap elemen yang ada pada mata pelajaran. Mata pelajaran matematika di sekolah Dasar memuat beberapa capaian pembelajaran dengan beberapa elemen yang termuat di dalamnya. Elemen-elemen tersebut diantaranya Bilangan, Aljabar, pengukuran, geometri, serta analisis data dan peluang. Dalam buku ini akan diabags terkait capaian pembelajaran matematika dalam elemen geometri. Berikut merupakan tabel capaian pembelajarna matematika di Sekolah Dasar pada elemen geometri (Kemendikbudristek, 2022b)
4 Fase A Fase B Fase C Pada akhir Fase A, peserta didik dapat mengenal berbagai bangun datar (segitiga, segiempat, segibanyak, lingkaran) dan bangun ruang (balok, kubus, kerucut, dan bola). Mereka dapat menyusun (komposisi) dan mengurai (dekomposisi) suatu bangun datar (segitiga, segiempat, dan segibanyak). Peserta didik juga dapat menentukan posisi benda terhadap benda lain (kanan, kiri, depan belakang). Pada akhir Fase B, peserta didik dapat mendeskripsikan ciri berbagai bentuk bangun datar (segiempat, segitiga, segibanyak). Mereka dapat menyusun (komposisi) dan mengurai (dekomposisi) berbagai bangun datar dengan lebih dari satu cara jika memungkinkan. Pada akhir fase C, peserta didik dapat mengonstruksi dan mengurai bangun ruang (kubus, balok, dan gabungannya) dan mengenali visualisasi spasial (bagian depan, atas, dan samping). Mereka dapat membandingkan karakteristik antar bangun datar dan antar bangun ruang. Mereka dapat menentukan lokasi pada peta yang menggunakan sistem berpetak. Pada bagian ini akan dibahas mengenai gematerei dflam sekolah dasar, leih khusus pada fase C. Bagaian ini akan menyajikan gamabrkan umum materi geometri geoemtri dengan memberikan contih yang daoat memebantu pemehaman konsep.
5 1. Bagun Datar Pengertian Titik, garis, sudut, bidang a. Titik Titik merupakan salah satu untur yang tidak didefinisikan. Titik merupakan konsep abstak yang tidak memelki wujud dan bentuk, tidak mempunyai ukuran dan berat. Sebuah titik dinotasikan dengan noktah. Titik diberinama dengan huruf kapital, sebagai contoh titik A, titik B, dan lain sebagainya (Fioiani, n.d.) Gambar 1. Titik b. Garis Selain titik, garis juga merupakan unsur yang tidak didefinisikan. Garis merupakan gagasan abstrak yang lurus, memanjang kedua arah, tidak terbatas. Ada 2 cara yang dapat dilakukan untuk penamaan garis, yaitu: (1) garis yang dinyatakan dengan huruf kecil, contoh garis p, garis l, lain sebagainya; (2) garis yang dinyatakan dengan perwakilan dua buah titik yang ditulis dengan huruf kapital, conrohnya garis RS, garis YZ, dan lain sebagainya (Fioiani, n.d.) Gambar 2. Garis
6 Garis juga dikenal dengan unsur geometri satu dimensi. Hal tersebut dikarenakan garis merupakan sebuah konsep yang hanya memiliki unsur panjang saja. Bagian dari garis yang memanjang ke satu arah dengan panjang tak terhingga disebut dengan sinar garis. Gambar 3. Sinar Garis Ruas garis merupakan bagian dari garis yang dibatasi oleh dua buah titik pada ujung dan pangkalnya. Berbeda dengan sinar garis yang memiliki panjang tak terhingga, ruas garis ini dapat diukur panjangnya. Gambar 4. Ruas Garis Dua garis a dan b dikatakan sejajar (a // b) jika kedua garis tersebut tidak mempunyai titik sekutu (titik potong). Gambar 5. Garis Sejajar dan Berpotongan Dua garis k dan l dikatakan berpotongan jika kedua garis tersebut memiliki satu titik sekutu (titik potong).
7 c. Bidang Bidang dikenal juga sebagai sebuah gagasan abstrak, sehingga tegolong dalam unsur yang tidak terdefinisikan. Bidang dapat diartikan sebagai permukaan yang rata, meluas ke segala arah dengan tidak terbatas, serta tidak memiliki ketebalan. Bidang merupakan bangun dua dimensi, karena memiliki panjang dan lebar atau alas dan tinggi (Fioiani, n.d.) Gambar 6. Bidang d. Ruang Ruang merupakan gagasan abstrak, sehingga ruang juga merupakan salah satu unsur yang tidak didefinisikan. Ruang dapat diartikan sebagai unsur geometri dalam konteks tiga dimensi. Hal ini dikarenakan ruan memeiliki unsur panjang, lebar, dan tinggi. Salah satu bentuk model daru ruang adalah model bangun ruang.(Fioiani, n.d.) Gambar 7. Bangun Ruang
8 e. Sudut Sudut merupakan daerah yang dibentuk oleh dua sinar garis yang tidak kolinear (tidak terletak pada satu garis lurus) dan konkuren (garis yang bertemu pada satu titik potong) yang berhimpit di titik pangkalnya. Gambar 8. Sudut AOB Gambar di atas menggambarkan besar sudut AOB, atau ∠AOB. Berdasarkan gambar tersebut maka terdapat titik sudut AOB atau dapat disingkat titik sudut O. Untuk mengukur besar sudut umumnya menggunakan satuan baku baku berupa derajat dan radian. Beberapa contoh jenis sudut diantaranya sebagai berikut (Fioiani, n.d.) 1) Dua Sudut Kongruen ∠AOB kongruen dengan ∠POQ (biasanya ditulis sebagai : ∠AOB ≅ ∠POQ). Dua buah sudut dikatakan kongruen jika besar ukuran dua sudut sama. Gambar 9. Dua Sudut Kongruen
9 2) Sudut Suplemen (Berpelurus) ∠POR suplemen ∠ROQ, atau ∠ROQ suplemen ∠POR. Jumlah besar sudut berpelurus adalah 1800 Gambar 10. Dua Sudut Kongruen 3) Sudut Siku-siku Sudut siku -siku adalah sudut yanf kongruen dengan suplemennya dan mempunyai besar sudut 900 , ∠POR ≅ ∠ROQ dan ∠POR supplemen ∠ROQ, maka ∠POR dan ∠ROQ sudut siku-siku. Gambar 11. Sudut Siku-Siku 4) Sudut Komplemen Sudut komplemen adala sudut yang besarnya 900 atau disebut juga dengan sudut berpenyiku.
10 Gambar 12. Sudut Komplemen 5) Sudut Lancip Sudut lancip merupakan sudut yang ukurannya kurang dari 900 Gambar 13. Sudut Lancip 6) Sudut Tumpul Sudut tumpul adalah sudut yang ukurannya antara 900 sampai 1800 Gambar 14. Sudut Tumpul
11 2. Bagun Datar a. Segitiga 1) Definisi Segitiga Segitiga adalah bangun datar yang terjadi dari tiga ruas garis yang setiap ruas garis bertemu ujungnya. Pada segitiga setiap ruas garis yang membentuk segitiga dinamakan sisi segitiga sedangkan pertemuan ujung-ujung ruas garis disebut titik sudut (Suharjana et al., 2009) Gambar 15. Segitiga Keliling △ ABC = Luas △ ABC = 2) Jenis-Jenis Segitiga Jenis-jenis segitiga berdasarkan kesamaan panjang sisi-sisinya a) Segitiga Sembarang Segitiga sebarang adalah segitiga yang ketiga sisi-sisinya tidak sama panjang.
12 Gambar 16. Segitiga Sembarang Panjang sisi-sisi ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, dan ̅̅̅̅ tidak sama panjang b) Segitiga Sama Sisi Segitiga sama sisi adalah segitiga yang ketiga sisinya sama panjang. Gambar 17. Segitiga Sama Sisi Panjang sisi-sisi ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, dan ̅̅̅̅ sama panjang c) Segitiga Sama Kaki Segitiga sama kaki adalah segitiga yang minimal memiliki 2 sisi yang sama panjang. Gambar 18. Segitiga Sama Kaki Panjang sisi ̅̅̅̅, dan ̅̅̅̅ memiliki panjang yang sama.
13 Jenis-jenis segitiga berdasarkan besarnya sudut a) Segitiga Siku-Siku Segitiga siku siku adalah segitiga dengan salah satu sudutnya merupakan sudut sikusiku. Sisi terpanjang dari segitiga siku-siku disebut sisi miring. Besar sudut siku-siku yaitu 900 Gambar 19. Segitiga Siku-siku b) Segitiga Tumpul Segitiga tumpul adalah segitiga di mana sudut interior terbesar merupakan sudut tumpul. Sudut tumpul memiliki ukuran antara 900 - 1800 . Karena salah satu sudutnya merupakan sudut tumpul maka dua sudut lainnya memiliki sudut lancip. Gambar 20. Segitiga Tumpul c) Segitiga Lancip Segitiga lancip adalah segitiga yang sudut terbesarnya merupakan sudut lancip. Oleh
14 karena itu, dua sudut lainnya juga merupakan sudut lancip. Sudut lancip merupakan sudut yang besarnya antara 0° hingga 90° Gambar 21. Segitiga Lancip b. Segiempat 1) Jajar Genjang Jajar genjang adalah segi empat dimana sisi yang berlawanan sejajar. Dalam sebuah jajar genjang setiap pasangan sisi yang berhadapan sejajar dan setiap anggota pasangan memiliki panjang yang sama (Baldwin, 1993) Salah satu sisi dari empat sisi yang dimiliki jajar genjang dapat diunjuk sebagai dasar jajar genjang. Tinggi dari jajar genjang adalah jarak atara alas dan sisis yang berlawanan dengan alas, diukur dengan arah tegak lurus ke alas. Gambar 22. Jajar Genjang
15 Keliling Jajar Genjang VWXY = atau atau Luas Jajar Genjang VWXY = atau 2) Persegi Panjang Persegi panjang adalah jajar genjang yang sudut dalamnya siku-siku. Persegi panjang juga dapat diartikan sebagai jajar genjang yang memuat satu sudut siku-siku. Sifat-sifat jajar genjang akan menjamin bahwa ketiga sudut lainnya juga siku-siku. (Baldwin, 1993) Karena setiap persegi panjang adalah jajaran genjang, maka persergi panjang memeuhi sifat-sifat jajar genjang, diantaranya: a) sisi sisi yang berlawanan sejajar dan memeiliki panjang yang sama b) Panjang salah satu anggota dari satu pasangan sisi yang berlawanan (biasanya yang lebih panjang) disebut panjang persegi panjang c) Panjang masing-masing sisi lainnya disebut lebar persegi panjang d) Besar sudut ∠P = ∠Q = ∠R = ∠S = 900
16 Gambar 23. Persegi Panjang Keliling Persegi Panjang PQRS = atau atau Luas Persegi Panjang PQRS = 3) Persegi Persegi adalah persegi panjang dimana semua sisi memiliki panjang yang sama. Setiap persegi adalah persegi panjang dan setiap persegi panjang adalah jajar genjang. Oleh sebab itu, pernyataan apapun yang benar untuk jajar genjang juga akan benar untuk persegi panjang dan persegi. Dengan cara yang sama, pernyataan benar apapun tentang persegi panjang juga akan benar untuk persegi (Baldwin, 1993) Gambar 24. Persegi
17 Keliling Persegi KLMN = atau Luas Persegi KLMN = 4) Trapesium Trapesium adalah segi empat yang memiliki tepat satu pasang sisi sejajar. Sisi sejajar (yang akan menjadi sisi yang berlawanan) disebut dengan dasar trapesium dengan panjang yang dilambangkan dengan a dan c . Ketinggian trapesium biasanya dilambangkan dengan t, yaitu jarak tegak lurus antara sisi sejajar. Jumlah keempat sudut dalam trapesium adalah 1800 atau dinotasikan dengan ∠ ∠ ∠ ∠ (Baldwin, 1993) Sama seperti segi empat lainya, keliling trapesium merupakan penjumlahan dari keempat sisinya. Gambar 25. Trapesium Keliling trapersium EFGH =
18 Luas trapesium EFGH = c. Lingkaran Lingkaran adalah geometri yang terdiri dari titik titik dalam bidang yang berada pada jarak yang sama daru titik yang disebut lingkaran. Setiap segmen garis yang menghubungkan pusat lingkaran dnegan titik lingkaran disebut dengan jari-jari lingkaran atau sering dinotasikan dngan r. Selain itu dalam lingkaran juga dikenal dengan diamater. Diameter merupakan segmen garis apapun yang titik akhirnya terletak pada lingkaran tersebut. Diameter sering dinotasikan dengan d. (Baldwin, 1993) Diamater dapat dibagi menjadi dua jari-jari yang sama panjang, maka panjang diameter adalah dua kali panjang jari jari. Gambar 26. Lingkaran Keliling lingkaran atau Luas lingkaran = atau atau
19 3. Bangun Ruang a. Kubus Bangun ruang yang seluruh permukaanya terhdiri dari permukaan datar (tidak ada permukaan lengkung) disebut dengan polihedron. Sebuah kubus dapat dikatakan sebagai polihedron yang memiliki enam permukaan datar, dengan setiap permukaan datar adalah persegi. Tepi kubus merupakan segmen dari dua permuakan datar yang saling berpotongan. Salah satu dari enam permukaan datar tersebut dapat dipilih menjadi dasar kubus. Panjang sisi kubus merupakan panjang dari tepi kubus. Sisi kubus biasanya dinotasikan dengan s(Baldwin, 1993) Gambar 27. Kubus Jaring-jaring Kubus Gambar 28. Jaring-jaring Kubus
20 b. Balok Balok merupan polihedron yang memiliki enam sisi dengan setiap sisi adalah persegi panjang. Salah satu dari enam permukaan tersebut dapat dipilih menjadi sebuah dasar balok.(Baldwin, 1993) Pada umumnya panjang dan lebar dari balok merupakan panjang dan lebar dari dasar balok. Tinggi balok merupakan panjang dimensi vertikal dari peregi panjang yang terletak secara vertikal. Gambar 29. Balok Jaring-jaring Balok Gambar 30. Jaring-jaring Balok
21 c. Tabung Tabung memiliki dua permukaan berbentu lingkaran yang teletak pada bidang sejajar, dan permukaan vertikal melengkung. Tinggi tabung adalah garis tegak lurus yang menghubungkan antara kedua permukaan tabung. Tinggi tabung dilambangkan dengan r(Baldwin, 1993) Gambar 31. Tabung Jaring-jaring Tabung Gambar 32. Jaring-jaring Tabung
22 d. Limas Limas adalah polihedron yang semua mukanya kecuali satu mempunyai titik sudut yang sama. Sisisisi yang berbagi titik puncak limas disebut sisi-sisi limas. Sisi yang tidak berbagi titiik pncak dikenal dengan istilah alas limas. Tinggi limas adalah jarak antara titik puncak dengan alas limas. (Baldwin, 1993) Gambar 33. Limas Segiempat Jaring-jaring Limas Gambar 34. Jaring-jaring Limas
23 e. Kerucut Kerucut mempunyai batas permukaan yang terdiri dari dua bagian yaitu permukaan berbentuk lingkaran dan permukaan melengkung. Permukaan yang berbentuk lingkaran adalah alas kerucut, dan permukaan yang melengkung disebut permukaan lateral kerucut (Baldwin, 1993) Jika kerucut diorientasikan sedemikian rupa sehingga alasnya mendatar dan merupakan bagian kerucut yang paling rendah, maka bagian kerucut yang paling tinggi adalah titik yang disebut titik sudut kerucut. Titik puncaknya akan berada tepat di atas pusat alas lingkaran. jarak vertikal antara titik sudut dan alas adalah tingginya Gambar 35. Kerucut
24 Jaring-jaring Kerucut Gambar 36. Jaring-jaring Kerucut f. Bola Bola adalah permukaan yang terdiri dari semua titik yang berjarak sama dari suatu titik tertentu. kata bola juga bisa berarti benda padat yang batasnya berbentuk bola (Baldwin, 1993) Jari-jari bola merupakan ruas garis yang salah satu titik ujung bolanya dan titik ujung lainnya di pusat. Diameter bola adalah panjang diameter: ruas
25 garis yang memuat pusat dan titik ujungnya berada pada bola Gambar 37. Bola Jaring-jaring Bola Gambar 38. Jaring-jaring Bola
26 Kurikulum sekolah adalah strategi yang telah ditentukan untuk memberikan pengajaran dan membimbing siswa melalui proses pembelajaran. Untuk beradaptasi dengan tuntutan perubahan di negara ini, kurikulum sekolah di Indonesia selalu berkembang. Konsep perubahan dan kesinambungan, serta hasil dari upaya yang dilakukan dalam menanggapi masalah yang berbeda, ditunjukkan dalam transisi dari kurikulum 2013
27 ke kurikulum otonom. Temuan penelitian, penilaian, kritik, dan tanggapan juga disertakan (Arifin, 2018). Para guru masih berjuang untuk memahami dan menerapkan berbagai pendekatan dan metode yang diuraikan dalam kurikulum 2013, dan menurut pernyataan Urong (2020), hal ini membuat implementasi kurikulum menjadi beban dan menyulitkan mereka dalam menyampaikan materi kepada siswa. Oleh karena itu, kurikulum lain hadir untuk melengkapi kurikulum yang pertama. Karena lebih mudah beradaptasi dibandingkan pendahulunya, kurikulum otonom menawarkan berbagai metode pembelajaran yang lebih sederhana dan praktis (Usanto, 2022). Diyakini bahwa kontennya akan lebih efektif dan praktis dalam kehidupan sehari-hari karena kurikulum ini memberikan kesempatan kepada pengajar untuk menyajikannya sesuai kebutuhan (Wibawa et al., 2022). Untuk membantu siswa mendapatkan kembali pengetahuan dan kemampuan sebelumnya sekaligus mengembangkan karakter dan soft skill mereka sebagai siswa Pancasila, kurikulum mandiri dibuat dengan menggunakan metodologi pembelajaran berbasis proyek. Siswa masih memiliki cukup waktu untuk menguasai dasar-dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung melalui penekanan kurikulum otonom pada topik-topik penting (Barlian et al., 2018). Setiap siswa memiliki minat dan kekuatan yang unik, dan kurikulum otonom mencerminkan hal tersebut. Tujuan dari pembelajaran mandiri adalah untuk mengurangi atau menghilangkan kesenjangan pembelajaran yang disebabkan oleh epidemi COVID-19. Program ini dirancang untuk mendorong
28 pembelajaran mandiri dengan menempatkan siswa sebagai pusatnya (Cholilah et al., 2023). Dalam model ini, sekolah dipercayakan dengan tugas dan tanggung jawab untuk menciptakan kurikulum yang memenuhi kebutuhan keterampilan dan minat masing-masing siswa, sementara siswa memiliki kebebasan untuk memilih mata pelajaran yang paling menarik bagi mereka. Pendidik memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan unik setiap siswa. Kemampuan guru untuk berempati dengan muridmuridnya sangatlah penting. Agar persyaratan ini dapat dipenuhi, sangat penting bagi guru untuk menggunakan strategi pembelajaran individual untuk setiap siswa. Kebutuhan siswa disebut sebagai diferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi, dalam bentuknya yang paling sederhana, adalah seperangkat keputusan naluriah yang dibuat oleh pendidik dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan siswanya (Kusuma, & Luthfah, 2020: 11). Ketika pendidik menanggapi kebutuhan belajar siswa, mereka melakukan diferensiasi pembelajaran dengan menambah, memperluas, atau menyesuaikan waktu untuk mencapai hasil belajar yang maksimal (Herwina, 2021), yaitu: 1. Untuk kepentingan pendidikan setiap siswa. Untuk memastikan bahwa semua siswa dapat memenuhi tujuan pembelajaran, penting bagi para guru untuk memiliki pemahaman yang lebih baik tentang keterampilan siswa mereka. 2. Dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa. Agar siswa memperoleh pengetahuan
29 yang sesuai dengan tingkat kesulitan yang diberikan guru. Siswa lebih termotivasi untuk belajar ketika pelajaran mereka disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan mereka sendiri 3. Untuk menumbuhkan suasana kerja sama di antara para pendidik dan peserta didik. Motivasi siswa untuk belajar meningkat dengan penggunaan pengajaran yang berbeda, yang memperkuat ikatan antara pengajar dan siswa. 4. Mendorong siswa untuk mengembangkan strategi belajar mereka sendiri. Siswa akan terbiasa dan bahkan menerima berbagai variasi ketika mereka diajar secara mandiri. 5. Untuk membuat para pendidik lebih bahagia dalam pekerjaan mereka. Guru termotivasi untuk meningkatkan kemampuan mengajar mereka dan menumbuhkan kreativitas ketika pembelajaran yang bervariasi digunakan. Adapun perbedaan pembelajaran difrensiasi dan tidak berdifrensiasi yaitu: No Pembelajaran Difrensiasi Pembelajaran Tidak Berdifrensiasi 1 Mudah beradaptasi, siswa bekerja dengan teman sekelas yang keterampilan dan minatnya saling melengkapi atau berbeda dengan mereka. Membedakan antara kemampuan siswa sendiri dan kemampuan kelompoknya 2 Pastikan untuk selalu mempertimbangkan minat dan tingkat kesiapan siswa Menganggap remeh bahwa siswa tidak dapat menyelesaikan tugas
30 ketika Anda memberikan tugas pembelajaran, namun jangan lupa untuk mengacu pada tujuan pembelajaran atau berpikir kritis 3 Menilai dan memenuhi kebutuhan belajar melalui instruksi Persyaratan penilaian dan pembelajaran tidak menjadi dasar pendidikan 4 Meskipun siswa menggunakan ukuran keberhasilan yang berbeda, mereka semua bekerja untuk mencapai tujuan kurikuler yang sama Berbagai tujuan kurikuler memandu pembelajaran siswa 5 Setiap siswa memilih metode pengajarannya sendiri Tanggung jawab atas proses belajar siswa sepenuhnya berada di tangan guru 6 Proses pembelajaran diorganisir Pelajaran yang tidak direncanakan sebelumnya
31 No Kelas Tradisional Kelas Berdifrensiasi 1 Fakta bahwa siswa sangat bervariasi dipandang sebagai masalah Kebutuhan siswa secara individu dipertimbangkan selama proses perencanaan. 2 Pada akhir setiap kelas, siswa diuji untuk melihat apakah mereka telah mengingat informasi Untuk merancang pembelajaran yang lebih responsif, evaluasi dilakukan secara terus menerus 3 Siswa yang lebih pintar harus diprioritaskan Berbagai bentuk kecerdasan diakui. 4 Mencapai kehebatan hanya dapat didefinisikan dengan satu cara Pencapaian ditentukan oleh sejauh mana setiap orang berkembang dan maju. Berbagai bentuk kecerdasan diakui. 5 Sedikit sekali perhatian yang diberikan pada minat siswa Pembelajaran yang termotivasi memungkinkan siswa untuk mengejar apa yang benar-benar mereka sukai 6 Karakteristik belajar siswa jarang diperhitungkan Ada banyak sekali alternatif untuk profil studi. 7 Seluruh pelajaran berpusat pada pembelajaran Dapat digunakan dalam berbagai konteks pendidikan 8 Segala sesuatu tercakup Minat, kesiapan, dan profil
32 dalam kurikulum dan materi belajar siswa menentukan apa yang mereka pelajari. 9 Memperoleh pengetahuan dan kompetensi adalah tujuan utama pendidikan Pembelajaran berpusat pada penguasaan kemampuan dasar untuk memahami gagasan dan prinsip-prinsip penting `10 Kompetensi dalam membuat keputusan tunggal adalah hal yang khas Merupakan hal yang umum untuk menggunakan tugas dengan banyak pilihan 11 Anda tidak bisa mengubah waktu Jadwal yang dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan siswa 12 Hal-hal yang terjadi dan konsep-konsep yang didiskusikan di kelas dilihat melalui lensa tertentu Ide dan peristiwa dapat dilihat dari berbagai sudut pandang 13 Masalah diselesaikan oleh instruktur Saat mengerjakan kesulitan, siswa saling membantu satu sama lain dan instruktur. 14 Semua siswa akan dievaluasi sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh instruktur Berkolaborasi dengan instruktur, para siswa bekerja untuk mencapai tujuan bersama. 15 Setiap evaluasi dilakukan secara independen Evaluasi dapat dilakukan dengan beberapa cara.
33 Berikut beberapa prinsip dalam pembelajaran berdiferensiasi: 1. Mengevaluasi pembelajaran secara berkelanjutan. Untuk menyesuaikan pelajaran mereka dengan kebutuhan unik setiap siswa, para pendidik selalu mengumpulkan data tentang proses belajar siswa mereka. 2. Pendidik memastikan bahwa setiap siswa diakui dalam proses pembelajaran. Di kelas inklusif ini, anak-anak diajar berdasarkan minat yang sama. Setiap hasil karya siswa dipandang penting dan berguna oleh para guru. 3. Siswa dikelompokkan secara fleksibel. Pelajaran direncanakan sedemikian rupa sehingga memungkinkan siswa untuk bekerja dengan berbagai jenis teman sebaya pada waktu yang berbeda. Siswa berkolaborasi dengan teman sekelas yang sama siapnya dengan mereka atau yang lebih jauh dalam hal kesiapan. Selain itu, siswa berkolaborasi dengan teman sekelas yang memiliki minat yang sama dengan mereka dan juga mereka yang memiliki minat lain. 4. Guru pendidikan khusus dan guru kelas reguler bekerja sama secara erat dan mengkoordinasikan upaya mereka setiap saat. 5. Hasil pembelajaran yang diharapkan merupakan hasil dari upaya kolaboratif antara guru dan siswa. 6. Manajemen waktu yang efisien dan mudah beradaptasi dalam menanggapi pembelajaran siswa dan hasilnya
34 7. Berbagai pendekatan pendidikan, termasuk pengajaran di kelas, fasilitas khusus untuk pengembangan minat dan bakat, program olahraga, tutor sebaya, dan sebagainya 8. Untuk melacak kemajuan setiap siswa, guru menggunakan berbagai alat penilaian. Akan lebih mudah bagi para pendidik untuk mendukung pembelajaran siswa ketika mereka memiliki akses terhadap hasil evaluasi. Temuan evaluasi dapat dikategorikan berdasarkan tiga aspek: kesiapan, minat, dan preferensi belajar. Siswa dengan gaya belajar yang beragam diajar melalui pengajaran yang berbeda. Guru harus memahami siswa mereka sebagai pembelajar untuk melakukan hal ini. Guru dapat menetapkan ekspektasi yang tinggi terhadap bakat siswa yang beragam dengan mengembangkan rencana pembelajaran, tes, dan evaluasi yang kuat. Siswa memiliki pemahaman yang lebih baik tentang siapa mereka sebagai pelajar ketika mereka dan instruktur mereka berkolaborasi untuk menilai kesiapan preferensi belajar dan bidang minat siswa. Ketika siswa memiliki pemahaman yang lebih baik tentang siapa diri mereka, mereka akan lebih mampu memilih dengan percaya diri di antara jenis-jenis perbedaan yang tersedia. Berikut ini adalah analisis dari setiap bagian. 1. Kesiapan Kesiapan berarti Anda dapat menerima informasi baru dengan mudah. Siswa harus keluar dari zona nyaman mereka untuk menyelesaikan tugas yang
35 memperhitungkan tingkat persiapan mereka. Namun, mereka tetap dapat berhasil dalam mempelajari materi baru jika diberikan sumber daya yang tepat dan lingkungan belajar yang sesuai. Salah satu ide kunci dalam pembelajaran individual adalah mengukur tingkat kesiapan siswa untuk belajar. Sebagai contoh, meskipun beberapa siswa siap untuk menghadapi materi yang menantang, siswa lain membutuhkan lebih banyak waktu untuk memahami konsep-konsepnya. Kemampuan untuk menghubungkan antusiasme siswa terhadap pelajaran berikutnya dengan pertumbuhan guru sebagai pembelajar bergantung pada keakraban guru dengan tingkat kesiapan siswa terhadap materi pelajaran. Jika seorang guru mengetahui tingkat kesiapan siswanya terhadap suatu konsep, maka ia dapat menyesuaikan pengenalan dan penerapan ide dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing siswa, dan ia juga dapat menyesuaikan kegiatan yang ditugaskan kepada setiap siswa. Guru perlu memberikan tes atau kuis untuk mengetahui apakah murid-murid mereka siap untuk memahami materi baru. Untuk mengukur tingkat pemahaman siswa sebelum memulai kegiatan atau tugas, guru dapat memberikan pre-test singkat dan kemudian mengawasi saat siswa bekerja. Pilihan lainnya adalah pengajar dapat memeriksa pengetahuan siswa sebelum kelas dimulai. 2. Minat Keinginan yang kuat untuk belajar sangat penting untuk keberhasilan program pendidikan matematika,
36 karena hal ini menentukan seberapa besar dampak dari berbagai kegiatan pembelajaran terhadap siswa. Hasil belajar yang rendah merupakan akibat langsung dari kurangnya minat siswa dalam belajar. Karena dapat memfasilitasi penyampaian materi oleh pengajar dan membuat pembelajaran menjadi menyenangkan, media pembelajaran memiliki potensi untuk menarik minat siswa (Putriani et al., 2022). Tingkat ketertarikan siswa merupakan indikator yang kuat untuk mengetahui seberapa “terlibat aktif” mereka dalam pembelajaran mereka sendiri. Guru dapat menciptakan pelajaran yang menarik dengan mempertimbangkan minat siswa. Dorongan intrinsik siswa untuk belajar dapat ditingkatkan dengan mengakui minat mereka. Menurut Robbins dan Judge (2014), frasa “motivasi” menggambarkan kondisi mental yang menyebabkan orang bekerja keras untuk mencapai suatu tujuan dan terus maju meskipun keadaan menjadi sulit. Ketika siswa membuat hubungan pribadi antara materi baru dan apa yang sudah mereka ketahui, atau ketika ide-ide baru berkembang dengan sendirinya, pembelajaran menjadi lebih bermakna. Secara alamiah, tidaklah sulit untuk mengetahui apa yang diminati oleh para siswa. Sebelum memulai pelajaran baru, misalnya, pengajar meminta siswa untuk menunjukkan apa yang mereka anggap paling menarik tentang materi pelajaran. Di awal tahun ajaran, mereka memberikan kuesioner minat belajar untuk membantu siswa memilih sumber bacaan dan
37 menulis yang sesuai. Meminta siswa untuk membuat hubungan antara hobi dan materi pelajaran adalah strategi lain untuk mengumpulkan informasi ini melalui survei dan bentuk pertanyaan lainnya. Siswa akan merasa memiliki dan dihargai ketika minat mereka yang unik diperhatikan oleh instruktur dan dihubungkan dengan pembelajaran mereka. Tujuantujuan berikut ini dapat dicapai dengan mempertimbangkan minat siswa ketika menciptakan pembelajaran, seperti yang dijelaskan oleh Tomlinson (2000): 1) membantu siswa menyadari bahwa minat akademis mereka selaras dengan minat sekolah; 2) menunjukkan keterkaitan antara semua pengetahuan; 3) memanfaatkan pengetahuan sebelumnya untuk memperkenalkan konsep-konsep baru; dan 4) meningkatkan dorongan intrinsik siswa untuk memperoleh informasi baru. 3. Pilihan Belajar Siswa memiliki kecenderungan untuk menyerap informasi dengan cara tertentu, dan ini disebut dengan preferensi belajar. Preferensi belajar seseorang meliputi IQ, lingkungan belajar yang disukai, dan pendekatan belajar yang disukai. Situasi yang berbeda membutuhkan jenis pembelajaran yang berbeda pula. Mengelompokkan siswa berdasarkan periode sejarah dan bukan berdasarkan preferensi mereka sangatlah penting. Siswa memiliki pemahaman yang lebih baik tentang kekuatan belajar mereka sendiri dan area yang perlu ditingkatkan ketika mereka diberi kesempatan untuk merefleksikan dan
38 mendiskusikan metode pembelajaran yang mereka sukai. Sebagai hasilnya, para pendidik juga mendapatkan kesadaran yang lebih tinggi akan kualitas unik dari para murid mereka. Jalur pendidikan yang tersedia meliputi: a. Gaya Belajar Siswa Tiga cara utama orang belajar adalah melalui pendengaran, visual, dan kinestetik. Berikut ini adalah penjelasannya: No Gaya Belajar Karakteristik 1 Visual 1. Informasi visual lebih mudah diingat daripada informasi pendengaran. 2. Suka mencoret-coret di kelas, terkadang tanpa alasan yang jelas. 3. Pembaca yang cepat dan teliti. 4. Lebih suka membaca daripada dibacakan. 5. Terorganisir dengan baik dan rapi. 6. Memperhatikan penampilan luar, baik melalui pakaian atau sikap umum seseorang. 7. Teliti dalam pekerjaan mereka. 8. Memanfaatkan warna
39 untuk mengatur data 9. Pengeja yang terampil. 10. Alat bantu visual, seperti bagan dan diagram, lebih mudah dipahami daripada teks saja 2 Auditif 11. Mendengarkan membantu penyerapan. 12. Mengeluarkan suara dengan bibir mereka dan membaca dengan keras dari buku. 13. Senang mendengarkan dan membaca dengan suara keras. 14. Mampu mereproduksi dan menirukan nada, tempo, dan rona rangsangan pendengaran. 15. Memiliki keterampilan verbal dan naratif yang kua. 16. Menggunakan pola-pola berirama saat berbicara 17. Mengingat informasi verbal daripada informasi visual setelah belajar. 18. Menikmati diskusi dan penjelasan yang panjang. 19. Bekerja lebih baik jika
40 diucapkan dengan suara keras daripada jika ditulis. 20. Mengabdikan diri untuk bernyanyi dan bermusik. 21. Menikmati bekerja dalam tim 3 Kinestetik 22. Mencari stimulasi fisik dan selalu bergerak. 23. Volume suara rendah 24. Bertindak berdasarkan isyarat tubuh. 25. Senang bereksperimen dengan berbagai alat dan bentuk media. 26. Menarik perhatian pada diri sendiri dengan menyentuh orang lain. 27. Ketika berbicara dengan orang lain, berdiri di dekatnya. 28. Mengalami pematangan awal otot-otot yang kuat. 29. Mendapatkan pengalaman. 30. Mengingat informasi dengan mengamati sambil berjalan. 31. Membaca dengan menunjuk dengan jari. 32. Sangat bergantung pada
41 isyarat nonverbal. 33. Tidak dapat mempertahankan posisi duduk dalam waktu yang lama. 34. Menggunakan istilahistilah yang mengandung akso 35. Menikmati membaca buku dengan cerita 36. Mungkin tidak akan menjadi penulis yang baik. 37. Putus asa untuk menyelesaikan segala sesuatu suka berolahraga dan bermain game b. Kecerdasan Teori preferensi kecerdasan, yang didasarkan pada karya Robert Sternberg dan Howard Gardner, yang mengusulkan hierarki kecerdasan. Setiap individu memiliki setidaknya satu dari delapan bentuk kecerdasan yang berbeda. Berikut adalah beberapa ciri khas dari beberapa bentuk kecerdasan tersebut. No Jenis Kecerdasan Karakteristik 1 Verbal Lingual Memiliki kemampuan komunikasi lisan dan
42 tulisan yang kuat; daya ingat yang sangat baik Metode belajar yang paling efektif adalah dengan membaca, mendengar, melihat katakata, menulis, berbicara, dan berdebat. 2 Logika Matematika Keuntungan: senang dengan matematika, pola, teka-teki, logika, dan eksperimen saat memecahkan masalah. Mengklasifikasikan, bermain dengan statistik, dan membuat poin-poin penting adalah metode terbaik untuk belajar. 3 Visual Spasial Keuntungan: menyukai matematika, pola, tekateki, logika, dan eksperimen sambil memecahkan masalah. Mengklasifikasikan, bermain dengan statistik, dan membuat poin-poin penting adalah metode terbaik untuk belajar.
43 4 Fisik Kinestetik Kompetensi: atletik, tarian, akting, dan aktivitas fisik lainnya. Metode belajar yang paling efektif adalah dengan melakukan aktivitas fisik, seperti bermain, menari, atau menyentuh sesuatu yang ingin Anda pahami. 5 Musikal Kemampuan: bernyanyi, memainkan alat musik, dan mencatat Belajar melalui pendengaranmenyenandungkan lagu diiringi musik-adalah metode yang paling efektif. 6 Interpersonal Memiliki kemampuan interpersonal yang kuat, kemampuan untuk memimpin, mengatur, dan mengkomunikasikan ide secara efektif kepada orang lain, serta menengahi konflik. Kolaborasi dalam memecahkan masalah
44 dan dialog terbuka adalah landasan pembelajaran yang efektif. 7 Intrapersonal Kompetensi: mawas diri, menahan diri. Metode yang paling cocok untuk saya: belajar sendiri, berpikir 8 Naturalis Manfaat: merawat tanaman, menjaga suasana tetap rapi Alam adalah ruang kelas yang ideal. Untuk memenuhi kebutuhan siswa, salah satu strateginya adalah dengan mengadopsi metode pengajaran pada tingkat yang sesuai (TaRL). Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Paratham di India adalah yang pertama kali menggunakan TaRL, yang merupakan singkatan dari “Teaching. Untuk menerapkan strategi TaRL, siswa dikelompokkan berdasarkan kapasitas belajar masingmasing (Fitriani, 2022). Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Slater dkk. (2012), teknik TaRL ini dapat membantu guru mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh kapasitas belajar siswa yang berbeda-beda dalam menyajikan informasi. Ketika merancang proses pembelajaran, sangat penting untuk mempertimbangkan tingkat kemampuan