45 siswa saat ini untuk belajar. Selain itu, siswa dengan kapasitas kognitif yang sama dikelompokkan bersama, terlepas dari usia kronologis atau tahun akademik mereka. Kim dkk. (2017) dan Sutisna dkk. (2020) menyatakan bahwa pengelompokan ini dilakukan untuk memudahkan guru dalam memberikan layanan kebutuhan kepada siswa. Lebih lanjut, menurut Lakhsman (2019), teknik TaRL memungkinkan pendidik untuk memenuhi kebutuhan semua murid dengan lebih baik. Kriteria apa yang digunakan pendidik untuk menilai kapasitas mental siswa? Pemeriksaan awal atau diagnostik dapat mengungkap titik awal dari berbagai kemampuan siswa. Sebelum membuat rencana pembelajaran dan evaluasi, para pengajar akan menggunakan tes ini untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa saat ini. Hal ini dikarenakan tingkat pencapaian pembelajaran tidak digunakan untuk mengkategorikan siswa di kelas-kelas di Indonesia, melainkan usia mereka. Untuk memaksimalkan potensi belajar siswa, pengajar tidak boleh memperlakukan semua siswa dengan cara yang sama di kelas yang sama. Agar siswa dapat memahami materi baru, pengajar perlu menggunakan berbagai macam strategi yang sesuai dengan kepribadian mereka yang unik. Pendidikan yang berbeda, yang menyesuaikan pelajaran dengan kebutuhan unik setiap siswa, adalah nama yang tepat untuk ide ini. Dengan menggunakan kerangka kerja TaRL, rencana pembelajaran dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan berbagai tingkat kemampuan akademik. Tingkat pencapaian masing-masing siswa menginformasikan pemilihan sumber daya pembelajaran
46 yang sesuai. Setiap siswa akan dapat mengisi kesenjangan pengetahuan yang mungkin ada di dalam kelas sebagai hasil dari strategi diferensiasi ini. Salah satu implementasi yang mungkin dari pembelajaran berdiferensiasi adalah sebagai berikut: 1. Konten (materi yang akan diajarkan). Rencana pembelajaran mencakup konten. Kontennya relevan dengan garis besar mata pelajaran dan sumber daya pembelajaran. Di sini, para pengajar menyesuaikan pelajaran dan sumber daya dengan kebutuhan dan gaya belajar masing-masing siswa. Untuk siswa di tingkat yang benar-benar mahir, misalnya, tidak cukup hanya dengan memahami konten; mereka juga harus dapat berpar-tisipasi dalam kegiatan pengayaan yang dirancang untuk membantu mereka mengingat lebih banyak. Semua konten dalam kegiatan pembelajaran harus sepenuhnya dipahami oleh siswa di kelompok mahir. Tiga aspek yang paling penting dalam kegiatan pembelajaran dapat dikuasai oleh siswa yang masih membutuhkan bimbingan. 2. Proses (cara mengajarkan) “Proses”, yang mengacu pada cara siswa menyerap pengetahuan baru. Sejauh mana keterlibatan siswa dengan konten memengaruhi strategi akuisisi pengetahuan mereka. Siswa menunjukkan berbagai macam gaya belajar dan preferensi, sehingga membutuhkan penyesuaian kelas untuk memenuhi kebutuhan individu. Menurut Gregory dan Chapman
47 (2002), proses pembelajaran yang dimodifikasi dilakukan dengan: 1) Mengaktifkan pembelajaran. Selama kegiatan pembelajaran, penekanannya adalah pada subjek yang sedang diajarkan, membuat hubungan dengan materi yang telah dibahas sebelumnya, memungkinkan siswa untuk menemukan signifikansi materi, dan menguraikan tindakan pasca-pembelajaran. 2) Kegiatan belajar. Sebagian melibatkan melakukan hal-hal seperti pemodelan, latihan, demonstrasi, atau permainan instruksional; sebagian besar melibatkan pembelajaran. 3) Kegiatan pengelompokkan. Sebagai bagian dari strategi pembelajaran yang efektif, penting untuk menyertakan kerja individu dan kelompok. Selain itu, harus ada pergeseran dalam cara pendidik melakukan pendekatan terhadap pembelajaran siswa dan guru. Dengan menyesuaikannya dengan tingkat pencapai-an masing-masing siswa, guru dapat melakukan hal-hal seperti memberi siswa yang benar-benar mahir lebih banyak waktu untuk memahami gambaran besar sebelum memberi mereka lebih banyak pekerjaan mandiri. Guru dapat membantu siswa di tingkat mahir dengan menguraikan topik-topik yang relevan, memberikan contoh, dan memberikan tugas mandiri untuk diselesaikan. Guru memiliki tanggung jawab untuk memberikan bantuan lebih dalam membantu siswa yang masih membutuhkan arahan lebih dalam hal apa
48 pun, mulai dari memahami ide hingga menyelesaikan pekerjaan rumah. 3. Produk (luaran atau performa yang akan dihasilkan) Hasil, cara siswa menunjukkan pengetahuan mereka. Berkat perangkat pembelajaran, para pendidik dapat memeriksa apakah siswa mereka telah memahami informasi dan kemudian beralih ke topik yang lebih lanjut. Hasil yang diharapkan, jika disesuaikan dengan tingkat pencapaian siswa, adalah bahwa siswa dalam kelompok yang sangat mahir dapat membuat hubungan antara apa yang telah mereka pelajari dan situasi dunia nyata. Selanjutnya, siswa di tingkat mahir harus mampu menunjukkan penguasaan konten kursus melalui presentasi materi yang relevan. Di sisi lain, hasil yang diharapkan adalah bahwa siswa yang masih membutuhkan bantuan akan mampu menjawab pertanyaanpertanyaan yang berhubungan dengan konten kursus. Dalam pendekatan pembelajaran TaRL, sebagaimana diuraikan oleh Syarifudin dkk. (2022), terdapat lima langkah: (1) menilai kemampuan siswa, (2) mengelompokkan siswa sesuai dengan levelnya, (3) menyesuaikan instruksi dengan kebutuhan masing-masing kelompok, (4) mencatat kemajuan di setiap level melalui tes akhir, dan (5) berkolaborasi dengan siswa untuk merefleksikan proses pembelajaran. Inilah alasannya (Ningrum et al., 2023):
49 1. Assesmen If a teacher is going to use the TaRL (Teaching at the Right Level) method in the classroom, they need to make sure that their pupils understand what they're going to study right from the start. A diagnostic exam is administered to pupils as part of the TaRL (Teaching at the Right Level) method to learning in order to map their fundamental skills. Low, medium, and high are the three categories into which the fundamental talents fall. 2. Bentuk Penilaian Pembelajaran dan penilaian, khususnya penilaian formatif, dipandang sebagai bagian integral dari fokus Kurikulum Merdeka pada siklus pembelajaran. Menurut Prinsip-prinsip Pembelajaran dan Penilaian, “mengajar pada tingkat yang tepat” (TaRL) mengacu pada penyesuaian pendekatan instruksional untuk setiap tingkat perolehan pengetahuan siswa saat ini. Sumber daya pembelajaran yang beradaptasi dengan tingkat pemahaman setiap siswa akan membantu mencapai tujuan ini. Setiap siswa akan dapat mencapai hasil pembelajaran yang telah ditentukan karena diferensiasi ini. Oleh karena itu, evaluasi yang sering dan beragam diperlukan untuk pembelajaran yang berorientasi pada kompetensi. Dalam Kurikulum Merdeka, metode pengajaran ini sangat ditekankan. Berikut ini adalah gambar yang menunjukkan bagaimana pembelajaran dan evaluasi direncanakan dan dilaksanakan:
50 a. Guru membuat rencana pelajaran yang mencakup penilaian, baik sebelum dan sesudah pelajaran, untuk mengukur kemajuan dan pertumbuhan siswa. b. Para guru memeriksa kesiapan siswa mereka untuk mempelajari materi pelajaran dengan memberikan tes di awal tahun ajaran. c. Instruktur membuat perubahan pada rencana pelajaran atau mengindividualisasikan instruksi untuk siswa tertentu berdasarkan temuan penilaian. d. Ajak siswa belajar sambil memantau kemajuan mereka dengan berbagai alat penilaian formatif. e. Untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran telah tercapai, berikan evaluasi sebelum kelas berakhir. Anda dapat menggunakan tes ini sebagai pemanasan untuk kelas berikutnya. Penggunaan situasi sehari-hari termasuk keliling segitiga, lingkaran, dan segiempat dalam pertanyaan isian singkat dan soal naratif merupakan alat evaluasi pembelajaran awal. Agar dapat menghasilkan masukan: a. Siswa telah menunjukkan pemahaman tentang keliling dan mampu menghitungnya untuk bangun datar. b. Siswa tidak dapat memahami ide perimeter.. c. Siswa dapat mengidentifikasi buku tersebut, namun mereka tidak dapat membedakan sampulnya. Berdasarkan fungsinya asesmen terdiri dari tiga jenis yaitu asesmen sebagai proses pembelajaran (assessment as
51 learning), asesmen untuk proses pembelajaran (assessment for learning), dan asesmen pada akhir proses pembelajaran (assessment of learning). Ketiganya dapat dilaksanakan baik dengan metode asesmen sumatif maupun formatif (Nur Budiono & Hatip, 2023a). Adapun penjelasannya sebagai berikut: Assessment as learning adalah Melalui pendekatan ini, metakognisi siswa dipupuk dan dipertahankan. Sebagai bagian dari proses evaluasi, para siswa mengambil bagian dalam kegiatan di mana mereka mengawasi diri mereka sendiri (Rosana et al., 2020). Seperti halnya penilaian untuk pembelajaran, penilaian sebagai pembelajaran bersifat formatif dan terjadi ketika pembelajaran berlangsung. Perbedaan utamanya adalah bahwa evaluasi semacam ini membutuhkan partisipasi siswa. Tujuan utama dari tes diagnostik adalah untuk mengidentifikasi kemampuan dasar siswa. Ketika mempertimbangkan kepraktisannya, penilaian diagnostik menggabungkan penilaian untuk pembelajaran, dan evaluasi ini mencakup penilaian sebagai pembelajaran dalam kaitannya dengan proses implementasi (Antika et al., 2023). Tujuan dari melakukan penilaian “SEBAGAI” proses pembelajaran adalah untuk memungkinkan siswa merefleksikan pembelajaran mereka sendiri. Anda dapat menganggap evaluasi ini sebagai penilaian formatif. Penilaian yang dilakukan oleh diri sendiri atau oleh teman
52 sejawat adalah contoh penilaian formatif dalam tindakan (Nur Budiono & Hatip, 2023b). 1. Asesmen untuk proses pembelajaran (Assessment For Learning) Assessment for learning adalah Prosedur evaluasi berkelanjutan yang melibatkan pengumpulan dan analisis data tentang hasil belajar siswa untuk memastikan tingkat pencapaian mereka, area yang membutuhkan lebih banyak perhatian, dan cara yang paling efektif untuk menangani area tersebut (Rosana et al., 2020). Praktik penilaian untuk pembelajaran, yang dilakukan ketika siswa masih berada di sekolah, sering kali menjadi landasan dalam upaya meningkatkan pengajaran di kelas. Guru dapat menilai pembelajaran siswa mereka, melacak kemajuan mereka, dan memberikan kritik yang membangun. Evaluasi formatif adalah salah satu area di mana evaluasi ini digunakan (Antika et al., 2023). Dengan menggunakan penilaian untuk pembelajaran, pendidik dapat memantau perkembangan siswa mereka sebagai pembelajar, memberikan kritik yang membangun, dan menetapkan tolok ukur keberhasilan, dan sederhananya, evaluasi adalah bagian penting dari pengajaran dan pembelajaran. Kemandirian dan kemajuan siswa dalam proses pembelajaran dapat diukur dengan lebih baik melalui penilaian (MAKRIFAH et al., 2023).
53 Assessment for Learning adalah metode untuk mengevaluasi kemajuan siswa dalam mencapai hasil pembelajaran dengan cara meminta siswa dan pengajar bekerja sama untuk mengidentifikasi apa yang perlu diketahui siswa agar berhasil, indikator apa yang harus mereka tuju, dan langkah apa yang harus mereka ambil untuk mencapainya. Tujuan dari memperkenalkan Penilaian untuk Pembelajaran adalah untuk membantu siswa fokus, bertanggung jawab atas pekerjaan mereka, dan pada akhirnya meningkatkan kualitas pembelajaran mereka. Perbaikan proses pembelajaran dan pengembangan proses pembelajaran yang efisien yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa merupakan dua tujuan dari penilaian untuk pembelajaran (Putra & Amalia, 2020). Evaluasi yang dirancang untuk meningkatkan pembelajaran dikenal sebagai penilaian untuk pembelajaran, atau secara sederhana penilaian “UNTUK” proses pembelajaran. Selain itu, evaluasi ini juga berfungsi sebagai evaluasi formatif. Penilaian formatif memberikan guru data yang mereka butuhkan untuk membuat rencana pembelajaran esok hari yang lebih konstruktif, mendorong, dan terarah untuk perkembangan siswa (Nur Budiono & Hatip, 2023b). 2. Asesmen pada akhir proses pembelajaran (Assessment Of Learning) Tujuan dari melakukan penilaian pembelajaran adalah untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi untuk menarik kesimpulan poin demi poin,
54 mengevaluasi sejauh mana siswa telah belajar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, dan kemudian menilai pekerjaan mereka. Pencapaian siswa dapat dibagikan kepada orang tua, pendidik lain, dan bahkan siswa itu sendiri dengan menggunakan data yang dikumpulkan. Pada akhir pembelajaran, hal ini selesai (Rosana et al., 2020). Evaluasi pengetahuan yang diperoleh terjadi setelah instruksi berakhir. Evaluasi sumatif adalah salah satu mekanisme yang memanfaatkan evaluasi semacam ini (Antika et al., 2023). Evaluasi kinerja peserta didik (tinjauan kinerja “di akhir” kursus). Pembelajaran dievaluasi dengan evaluasi ini. Biasanya, evaluasi ini digunakan menjelang akhir proses pembelajaran. Penilaian pembelajaran berfungsi sebagai evaluasi formatif. Baik akhir semester atau akhir cakupan konten dapat digunakan untuk evaluasi sumatif. Tujuan dari tes akhir ini adalah untuk mengetahui seberapa baik siswa selama periode waktu tertentu dalam kaitannya dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh guru (Nur Budiono & Hatip, 2023b). Diharapkan para pendidik akan mempertimbangkan dengan cermat fitur dan tujuan dari penilaian formatif dan sumatif untuk memastikan bahwa penilaian digunakan dengan cara yang sesuai dengan hasil yang diinginkan.
55 Jenis Assesme n Fungsi Teknik Hasil Formatif (as and for learning) 1) Menilai kompetensi awal. 2) Kritik untuk meningkatkan dan memperkaya pengalaman pendidikan. 3) Menemukan seberapa efektif konten setiap siswa. 4) Pergeseran pedagogis yang menginspirasi yang meningkatkan dorongan intrinsik siswa untuk belajar. 1) Praktik 2) Produk 3) Projek 4) Portofolio 5) Tes Tulis 6) Tes Lisan 1) Produk hasil belajar. 2) Jurnal refleksi peserta didik 3) Rencana tindak lanjut atas hasil asesmen. 4) Catatan hasil observasi 5) Catetan anekdot 6) Nilai berupa angka Sumatif di akhir lingkup materi (For and Of Learning) 1) Sebuah metode untuk mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran dalam bidang studi tertentu. 2) Mempertimbangkan apa yang telah dipelajari dalam satu domain. 3) Masukan untuk perencanaan dan peningkatan prosedur pendidikan 1) Praktik 2) Produk 3) Projek 4) Portofolio 5) Tes tulis 6) Tes Lisan 1) Produk hasil belajar 2) Nilai berupa angka
56 selanjutnya. 4) Mengevaluasi kemajuan siswa di berbagai topik dengan mencatat area kekuatan dan peningkatan mereka. Sumatif Semester (Of Learning) 1) Sebuah metode untuk mengevaluasi kemajuan yang dibuat oleh siswa selama jangka waktu tertentu dalam kaitannya dengan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. 2) Mendapatkan hasil pembelajaran dan membandingkannya dengan standar yang Anda tetapkan sendiri. 3) Kritik untuk tujuan perencanaan dan peningkatan kurikulum tahun akademik berikutnya. 4) Menganalisis keunggulan relatif dari kemampuan perolehan 1) Praktik 2) Produk 3) Projek 4) Portofolio 5) Tes Tulis 6) Tes Lisan 1) Produk hasil belajar. 2) Nilai berupa angka.
57 pengetahuan siswa (tujuan yang sama seperti dalam tes diagnostik). Evaluasi dapat dilakukan sebelum, selama, atau setelah proses pembelajaran; hal ini sesuai dengan penjelasan yang diberikan pada pasal 6 Permendikbud No. 21 Tahun 2022. Proses ini disusun berdasarkan dua jenis evaluasi: formatif dan sumatif. Berikut ini adalah penjelasan mengenai ciri-ciri yang membedakan kedua tes tersebut: Asesmen Formatif Asesmen Sumatif Berusaha melacak kemajuan menuju tujuan pembelajaran dan membuat penyesuaian sesuai kebutuhan. Berupaya mengevaluasi apakah siswa telah memenuhi tujuan pembelajaran untuk memutuskan (a) apakah mereka akan dinaikkan ke kelas berikutnya dan (b) apakah mereka akan lulus dari satuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan ini, data dikumpulkan mengenai (a) siswa yang mengalami kesulitan di dalam kelas dan (b) kinerja akademik mereka secara keseluruhan. Selesai pada akhir unit studi, semester, atau tahun akademik. Dengan penggabungannya ke dalam pembelajaran berkelanjutan, penilaian formatif dan pembelajaran Formalisasi ini membuat pelaksanaannya bergantung pada konsep evaluasi dan pengembangan alat yang sesuai
58 disatukan menjadi satu. Perencanaan pembelajaran juga mencakup penilaian formatif. dengan hasil kompetensi yang diantisipasi. Melibatkan siswa dalam menggunakannya (misalnya, dengan meminta mereka mengevaluasi satu sama lain dan diri mereka sendiri, dan dengan meminta mereka merefleksikan pembelajaran mereka sendiri melalui metakognisi). Melalui pemantauan pemangku kepentingan, sekolah dapat menunjukkan komitmen mereka kepada siswa dan keluarga mereka. Pengembangan kompetensi di sejumlah bidang memerlukan penggunaan strategi pembelajaran dan alat evaluasi yang sesuai, seperti disposisi terhadap pembelajaran, gaya belajar, keinginan untuk belajar, pengetahuan dan keterampilan, dan kolaborasi selama proses pembelajaran. Pendidik dan sekolah menggunakannya untuk mengukur seberapa baik rencana pembelajaran mereka berjalan. Menurut (Hadiansah, 2022),, paradigma evaluasi dalam kurikulum otonom menyinggung tentang mentalitas pengembangan yang dipelopori oleh Carol S. Dweck dari Universitas Stanford. Seseorang dengan pola
59 pikir pengembangan berpikir bahwa pengetahuan dan kemampuan seseorang dapat diasah melalui dedikasi, latihan, dan belajar, dan kemudian dengan melakukan sesuatu secara serius dan terus melakukannya. Namun, mereka yang berpandangan bahwa kecerdasan dan keterampilan seseorang bersifat statis dan tidak dapat diubah dikatakan memiliki mentalitas yang tetap. Kurikulum otonom mencakup sejumlah paradigma penilaian lainnya, seperti: Paradigma Deskripsi Indikator Penerapan pola pikir bertumbuh (Growth Mindset) 1) Memasukk an pola pikir bertumbuh ke dalam strategi evaluasi dapat membantu siswa menyadari bahwa perjalanan menuju tujuan pembelajar an mereka lebih berharga daripada 1) Membuat kesalahan saat belajar adalah hal yang wajar. Otak siswa berkembang lebih cepat ketika mereka membuat kesalahan, membicarakannya, dan mencari cara untuk memperbaikinya. 2) Kapasitas untuk memahami, bernalar, menerapkan, mengevaluasi, dan berkreasi pada tingkat yang mendalam lebih
60 nilai yang mereka dapatkan. 2) Kemampua n untuk memprakti kkan pola pikir pengemba ngan adalah kualitas yang diinginkan oleh para pendidik. penting daripada seberapa cepat seseorang dapat belajar. 3) Kinerja peserta didik secara signifikan dipengaruhi oleh seberapa besar guru percaya pada bakat mereka. 4) Karena setiap siswa adalah individu dengan jalan mereka sendiri menuju penguasaan, maka tidak perlu membandingkan mereka satu sama lain. 5) Keberhasilan dalam memperoleh pengetahuan baru dipengaruhi oleh pelatihan mental dan fisik yang terjadi di keluarga dan masyarakat. 6) Peserta didik harus dipersiapkan untuk
61 terlibat dalam evaluasi diri, evaluasi teman sebaya, refleksi, dan umpan balik. 7) Motif untuk belajar dapat dipengaruhi oleh pesan-pesan pujian, komentar, dan kritik yang tepat. Untuk mendorong mentalitas pertumbuhan pada peserta didik dan meningkatkan kesadaran pemangku kepentingan bahwa perjalanan menuju tujuan pembelajaran lebih penting daripada tujuan, umpan balik diberikan dengan menguraikan upaya terbaik untuk mencapai tujuan tersebut.
62 Terpadu Domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang saling bergantung dinilai sebagai bagian dari proses pembelajaran. Dengan mempertimbangkan ketiga bidang tersebut, tujuan pembelajaran telah dikembangkan. Keluasan dalam menentukan waktu Assesmen Pembelajaran disertai dengan evaluasi formatif. Beberapa kemungkinan waktu pelaksanaan ujian sumatif adalah sekali per unit materi, sekali per TP, pertengahan semester, akhir semester, akhir tahun, atau per tahap. Penilaian dalam pelaksanaan dan pemetaan diserahkan kepada kebijaksanaan dan kewenangan instruktur. Keluasaan dalam menentukan jenis assesmen Pendidik dalam lingkungan intrakurikuler memiliki kelonggaran untuk menyesuaika n rencana pelajaran dan strategi penilaian mereka Evaluasi di awal, tengah, dan akhir proses pembelajaran merupakan tiga kategori utama evaluasi berdasarkan tujuan yang ingin dicapai.
63 dengan faktor-faktor seperti (A) sifat materi pelajaran, (b) latar belakang dan bakat siswa, (c) hasil pembelajaran yang diinginkan, (d) tujuan kursus, dan (e) materi tambahan yang dapat diakses. Keleluasaan menggunakan teknik dan instrumen assesmen Guru memiliki kebebasan untuk menggunakan strategi yang berasal dari alat evaluasi. Teknik Assesmen 1) Observasi, pengamatan berulang-ulang dengan penekanan yang luas atau spesifik. Pekerjaan dan aktivitas seharihari dapat menjadi tempat yang tepat untuk mempraktikkan
64 observasi. 2) Keberhasilan, baik dalam bentuk pelatihan, membuat sesuatu, menyelesaikan proyek, atau menyusun portofolio, adalah kinerja. 3) Tes tulis. Lisan Instrumen Assesmen 1) Rubrik Petunjuk untuk mengevaluasi keberhasilan tugas akhir mahasiswa. 2) Eksemplar Karya yang digunakan sebagai contoh untuk tujuan menetapkan kriteria evaluasi. 3) Ceklis Segala sesuatu yang perlu diperbaiki, termasuk fakta, angka, atribut,
65 fitur, atau komponen. 4) Catatan Beberapa pemikiran singkat tentang mengamati siswa. 5) Catatan Anekdot Menyoroti tindakan dan kinerja siswa yang kritis, memberikan konteks dan analisis peristiwa. 6) Grafik Representasi visual, seperti grafik atau infografis, mencerminkan proses pembelajaran. Keleluasaan dalam menentukan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran Perkembangan tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran akan bervariasi di antara unit-unit pembelajaran dan para guru. Pendidik akan menggunakan berbagai kriteria kuantitatif atau kualitatif, sesuai dengan ciri-ciri tujuan pembelajaran, kegiatan
66 pembelajaran, dan evaluasi, untuk menentukan apakah tujuan pembelajaran telah tercapai. Kriteria pencapaian tujuan pembelajaran inilah yang disebut sebagai standar ini. Kemampuan untuk beradaptasi saat menangani evaluasi dan hasil Untuk memproses data penilaian, digunakan penilaian formatif dan sumatif. Ada dua jenis informasi yang tersedia pada hasil evaluasi: data kuantitatif, yang disajikan secara numerik, dan data kualitatif, yang disajikan secara naratif. Satuan pendidikan diberikan kebebasan untuk memproses hasil penilaian dengan cara yang mempertimbangk an karakteristik mata pelajaran, hasil belajar, tujuan pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran. Hal ini memberikan pengolahan data sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan memungkinkan para pendidik untuk menyesuaikan praktik penilaian
67 mereka dengan kebutuhan dan kemampuan mereka sendiri. Kemampuan beradaptasi dalam menetapkan standar untuk kenaikan kelas Kebijakan kenaikan kelas tergantung pada masingmasing institusi pendidikan untuk menentukan kebijakan promosi siswa ke kelas yang lebih tinggi. Guru dan pihak sekolah memiliki kelonggaran dalam menentukan apa yang dianggap sebagai kenaikan kelas, selama mereka mempertimbangkan nya: 1. Laporan perkembangan kemampuan siswa. 2. Mendokumentasik an hasil tugas profil siswa Pancasila. 3. Portofolio peserta didik 4. Prestasi, penghargaan, dan kegiatan ekstrakurikuler peserta didik. 5. Tingkat partisipasi
68 3. Groups Guru harus berusaha untuk memodifikasi metode pengajaran mereka sesuai dengan temuan-temuan dari asesmen pra-pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa yang beragam. Pengajaran berdiferensiasi juga tidak mudah dilakukan oleh semua guru. Karena keterbatasan waktu, beberapa guru merasa kesulitan untuk menciptakan pelajaran yang bervariasi yang memenuhi kebutuhan siswa mereka. Karena volume siswa yang tinggi dan ruang fisik yang terbatas di dalam kelas, beberapa guru kesulitan untuk mengelompokkan siswa sesuai dengan tingkat kesiapan mereka. Para pendidik, yang menyadari kesulitankesulitan ini, harus beradaptasi dengan kesiapan mereka sendiri dan situasi tempat mereka bekerja. Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat digunakan guru untuk melakukan pendekatan pembelajaran berdasarkan tingkat kemampuan siswa: a. Alternatif 1: Siswa di kelas yang sama bekerja dengan instruktur yang sama atau seorang asisten dalam dua atau lebih kelompok kecil yang dibentuk berdasarkan evaluasi pra-pembelajaran yang membandingkan kemajuan mereka terhadap tujuan pembelajaran. Selain itu, bagi siswa yang belum cukup siap untuk belajar di tingkat kelas mereka, unit pendidikan terkadang menyediakan program pembelajaran tambahan. b. Alternatif 2: Siswa di kelas yang sama bekerja dengan instruktur atau rekan guru/asisten yang
69 sama dalam dua atau lebih kelompok kecil berdasarkan evaluasi pra-pembelajaran; setiap kelompok bergiliran menerima instruksi. c. Alternatif 3: Pendidik memandu pengajaran untuk setiap siswa di kelas mereka berdasarkan hasil penilaian sebelum pelajaran. Guru memberikan bantuan tambahan kepada sekelompok siswa tertentu yang masih membutuhkannya setelah kelas usai. Hal-hal yang bisa dilakukan untuk memastikan bahwa kemajuan peserta didik tidak terhambat ketika mengguna-kan tingkat pencapaian mereka saat ini untuk membentuk kelompok-kelompok dalam pembelajaran berdiferensiasi antara lain. a. Salah satu cara yang umum digunakan siswa untuk belajar adalah dengan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil. Mengelompokkan siswa dalam pertemuan sesuai dengan kemampuan akademis sering dilakukan karena para pendidik terkadang menggunakan pembagian berdasarkan minat (seperti mereka yang memiliki minat yang sama dalam matematika) untuk memfasilitasi pembelajaran, serta penugasan siswa secara acak ke dalam kelompok-kelompok untuk pengamatan atau eksperimen matematika. b. Pengelompokan berdasarkan kemampuan ini bersifat khusus untuk mata pelajaran dan tahun ajaran, dan bergeser berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh para siswa. Di kelas sains, misalnya, siswa A merupakan bagian dari
70 kelompok yang sangat kompeten, sedangkan di kelas matematika, ia merupakan bagian dari kelompok yang masih membutuhkan bantuan.. c. Menjadi tutor sebaya adalah salah satu pilihan bagi siswa yang siap menghadapi tantangan yang lebih kompleks; namun, sangat penting untuk diingat bahwa tidak semua siswa memiliki keterampilan yang diperlukan untuk menjadi guru yang efektif, dan tanggung jawab untuk memfasilitasi pembelajaran berada di tangan pendidik. d. Untuk membangun kompetensi ke tingkat yang lebih tinggi, para siswa harus dapat memilih dari sejumlah peran. Misalnya, sebelum tahun ajaran baru dimulai, guru sering kali meminta siswa untuk menjadi sukarelawan untuk berbagai posisi sehingga setiap orang dapat merasakan apa yang dibutuhkan. Dalam Pembelajaran Berdiferensiasi, menilai pengetahuan yang sudah ada merupakan tahap pertama. Untuk memastikan bahwa instruksi disesuaikan dengan kemampuan dan kelemahan unik setiap siswa, penting untuk mengingat faktor-faktor yang tercantum dalam tabel berikut.
Little differentiation PENERAPAN PEMemperoleh kemampuan untuk belajar Guru Menciptakan pembelajaranevaluasi, penidan pengaturruang kelas sedengan prefeguru dan persyaratan kMengembangkan kebiasaan dan kemampuan belajar yang lebih kuat Berdasarkan persyaratan kurikulum datujuan pendidsiswa, buatlah
71 EMBELAJARAN BERDIFERENSIASI Sama Untuk Semua Siswa Siswa Contoh n, ilaian, ran esuai rensi kelas. Memperoleh dan menampilkan pengetahuan yang baru diperoleh secara konsisten. Alat persiapan, pengatur visual, dan sumber daya lebih lanjut. an dikan h Faktor-faktor seperti pengetahuan sebelumnya, pendekatan pembelajaran yang a) Kesempatan untuk mengembangkan berbagai macam kecerdasan dan
72 pengaturan upembelajaranpenilaian, danevaluasi. Much differentiation Pilihan Yang Berbeda Untuk Siswa YanMembangun praktik, kebiasaan, dan kemampuan untuk pembelajaran yang dipersonalisasi a) Menciptakpengaturapembelajaevaluasi, dpenilaian selaras depersyaratkurikulumNikmati b
untuk n, n berbeda, dan berbagai bentuk penilaian. gaya belajar secara bersamaan. b) Beberapa lokasi akses di seluruh. c) Berbagai sumber daya tambahan untuk pendidikan. ng Berbeda kan an aran, dan yang engan an m. berbagai Nikmati berbagai pilihan dalam hal penyampaian kelas dan teknik pembelajaran a) Desain dengan diferensiasi yang ditawarkan. b) Memilih materi pelengkap (fungsi, gaya, subjek, pembaca, dll.).
pilihan dapenyampakelas dan pembelajab) Struktur ddiferensiaditawarkac) Materi unpengajaratambahan(peran, pengajaraberdiferendan kebutmasing-msiswa). d) Menciptaksebanyak mungkin jpelajaran
73 alam hal aian teknik aran. dengan asi yang an. ntuk an n an nsiasi, tuhan masing kan jenis yang
74 berbeda uanak-anakMenjunjung tinggi lingkungan yang mendorong siswa untuk belajar dengan kecepatan mereka sendiri a) Menciptakevaluasi, penilaian,lingkungabelajar di yang sesudengan tantanganmasing-msiswa danstandar yaditetapkankurikulumb) Menciptak“momen”pembelaja
untuk k. kan , dan an kelas uai n belajar masing n ang n oleh m. kan aran Rencana pembelajaran individual yang mencakup latihan rutin untuk membuat keputusan yang baik, terlibat dalam strategi pembelajaran yang efektif, dan mendemonstrasikan pengetahuan tersebut. a) Kerangka kerja pembelajaran disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan spesifik setiap peserta didik. b) Subjects are selected by students based on their individual requirements and areas of strength.
yang dipersonauntuk setisiswa denmemodifiagenda kuyang ada.
75 alisasi iap ngan ikasi ursus
76 4. Guru Mengajarkan Materi Sesuai Dengan Kemampuan Siswa Terlepas dari kenyataan bahwa pembelajaran di zaman modern ini berfokus pada siswa, masih menjadi tanggung jawab para pendidik matematika untuk memastikan bahwa murid-murid mereka memiliki pengetahuan dasar yang diperlukan untuk memecahkan masalah mereka sendiri. Untuk mengetahui bagaimana cara mendidik dengan sukses dan efisien, pedagogi sangatlah penting. Setelah penjelasan, seorang guru akan terlibat dalam kegiatan pendampingan dan pemantauan untuk memastikan bahwa siswa masih menerima informasi yang akurat selama proses pembelajaran. Siswa dapat dipandu untuk mendiskusikan topik dalam kelompok mereka sebagai bentuk pemantauan dan pendampingan. Diharapkan siswa secara aktif bekerja sama untuk memecahkan masalah pada LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) yang diberikan oleh pengajar. Siswa senang belajar karena mereka diatur berdasarkan bakat mereka dan mereka senang bekerja dalam kelompok untuk mengerjakan tugas yang diberikan kepada mereka. Mengeksplorasi setiap pos - pos 1 dengan kemampuan rendah, pos 2 dengan kemampuan dasar sedang, dan pos 3 dengan kemampuan dasar tinggi - adalah cara instruktur melaksanakan pembelajaran di kelas. Setelah menyelesaikan ujian sumatif pos 1 dalam bentuk Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), peserta didik dapat melanjutkan ke pos 2 untuk tingkat menengah.
77 Siswa pos 2 dapat maju ke pos 3 dengan sukses besar jika mereka berhasil menyelesaikan penilaian formatif dan sumatif. Siswa pos 3 yang menunjukkan kemampuan luar biasa juga diharuskan untuk mengambil LKPD dan penilaian sumatif; mereka yang lulus dapat berpartisipasi dalam kegiatan pengayaan dan menjadi panutan bagi teman-teman sekelasnya yang masih berkinerja di tingkat menengah atau rendah. Meskipun sebagian besar siswa menikmati saat bermain, yang lain merasa bahwa pembelajaran membosankan dan tidak menarik serta tidak memiliki keinginan untuk meningkatkan keterampilan mereka karena mereka tidak dapat menyelesaikan penilaian formatif. Siswa berjuang untuk menyelesaikan proses pembelajaran di tingkat yang lebih tinggi ketika mereka didorong untuk naik ke tingkat kemampuan yang lebih tinggi tanpa terlebih dahulu mengembangkan bakat dasar mereka. Dengan mengomentari dan menarik wawasan dari proses belajar siswa, para pengajar terlibat dalam pendampingan dan pemantauan saat kegiatan belajar berakhir. Lingkungan kelas yang menarik juga berperan dalam kemampuan anak-anak untuk belajar, oleh karena itu sangat penting bagi para guru untuk menyediakan sumber daya yang cukup bagi muridmurid mereka. Sebagai bagian dari tanggung jawab pendampingan mereka, para instruktur mendokumentasikan hasil kerja siswa di setiap lokasi. Siswa membutuhkan motivasi belajar yang kuat untuk berkonsentrasi pada pelajaran mereka. Dalam hal mencapai tujuan pendidikan, motivasi intrinsik
78 adalah yang terpenting. Membangun motivasi belajar, sehingga semangat dan keinginan untuk belajar, adalah tanggung jawab penting dari instruktur. Jadi, untuk membuat siswa terlibat di kelas, pengajar perlu berpikir di luar kebiasaan dalam hal belajar mengajar. Selain itu, para pengajar memiliki kekuatan untuk menarik minat siswa mereka dan melibatkan mereka dalam proses pembelajaran melalui penggunaan materi pembelajaran interaktif. Selain itu, siswa cenderung lebih bersemangat dan tidak mudah mengalami kebosanan dalam belajar ketika guru mereka memasukkan kreativitas ke dalam proses pembelajaran. Hal ini, pada gilirannya, membuat siswa merasa terdorong dan senang dengan instruktur mereka.
79 INFORMASI UMUM Identitas Nama penyusun Instansi Sekolah Dasar Tahun penyusunan 2024 Semester 2 Jenjang sekolah SD
80 Mata Pelajaran Matematika Fase/ kelas B/IV Alokasi waktu 3JP (3x35 menit) Kompetensi awal Peserta didik sudah mampu membedakan bangun datar dan juga memahami konsep penghitungan bangun datar. Profil Pelajar Pancasila 1. Beriman , bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 2. Bergotong royong 3. Kreativitas Sarana dan Prasarana Media 1. Laptop 2. Layar Proyektor 3. LCD 4. Power Point 5. Papan Tulis 6. Ruang Kelas Sumber Belajar Video Pembelajaran: https://youtu.be/Pi5AddkqgsA?si=GAAXe6KncxWsXz fTarget Peserta Didik Peserta didik yang menjadi target yaitu; Peserta didik reguler/tipikal: umum, tidak ada
81 kesulitan dalam mencerna dan memahami materi ajar. Peserta didik dengan kesulitan belajar: memiliki gaya belajar yang terbatas hanya satu gaya misalnya dengan audio. Memiliki kesulitan dengan bahasa dan pemahaman materi ajar, kurang percaya diri, kesulitan berkonsentrasi jangka panjang, dsb. Peserta didik dengan pencapaian tinggi: mencerna dan memahami dengan cepat, mampu mencapai keterampilan berfikir aras tinggi (HOTS), dan memiliki keterampilan memimpin. Jumlah Peserta Didik 27 peserta didik. Model, Pendekatan, dan Metode Pembelajara n Model Pembelajaran: Problem Based Learning Sintak PBL: 1. Orientasi peserta didik pada masalah 2. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar 3. Membimbing penyelidikan individu atau-pun kelompok 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Pendekatan Pembelajaran: Teaching at the Right Level (TaRL) dan CRT Metode Pembelajaran: Ceramah, Tanya Jawab,
82 Diskusi, dan Penugasan. KOMPONEN INTI Capaian Pembelajaran Capaian Pembelajaran Fase B Pada akhir fase C, peserta didik dapat mengonstruksi dan mengurai bangun ruang (kubus, balok, dan gabungannya) dan mengenali visualisasi spasial (bagian depan, atas, dan samping). Mereka dapat membandingkan karakteristik antar bangun datar dan antar bangun ruang. Mereka dapat menentukan lokasi pada peta yang menggunakan sistem berpetak. https://kurikulum.kemdikbud.go.id/kuriku lum-merdeka/capaian-%20pembelajaran Tujuan Pembelajaran 1. Melalui kegiatan mengamati Video pembelajaran, peserta didik mampu menjelaskan angun ruang(C2). 2. Melalui kegiatan model pembelajaran PBL, peserta didik mampu menganalisis permasalahan yang disajikan dalam bangun ruang dengan benar (C4). 3. Melalui kegiatan diskusi, peserta didik mampu menampilkan sikap kerjasama dalam keberagaman dengan benar
83 (C5). Pemaham an Bermakna 1. Geometri adalah pengenalan geometri adalah membangun konsep dimulai dengan mengidentifikasi bentukbentuk dan menyelidiki bangunan serta memisahkan gambar-gambar seperti segi empat (persegi, persegi panjang, belah ketupat, jajar genjang, dan trapesium), lingkaran, dan segitiga (segitiga samakaki, siku-siku dan segitiga sama sisi). Sedangkan Ismayani menyatakan bahwa geometri adalah pemahaman konsep berbagai bentuk geometri bangun datar dan bangun ruang secarah nyata (Wahyu Widiana et al., 2023). 2. Bangun datar adalah bangunan yang berbentuk dua dimensi. Bangun datar merupakan suatu bagian dari bidang datar yang dibatasi oleh garis lurus atau lengkung (Rahaju, 2008). “Bangun datar adalah bangunan yang mempunyai dua dimensi yaitu mempunyai panjang dan lebar tetapi tidak mempunyai tinggi dan tebal”. Bangun datar banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-Hari (Ibrahim & Napfiah, 2023). 3. Bangun Ruang adalah bangun yang memiliki sisi dan memiliki titik yang berada di seluruh permukaan bangun tersebut. Adapun terdapat 7 macam
84 bentuk bangun ruang yaitu prisma, balok, bola, tabung, kubus, kerucut dan limas (Putriani et al., 2022). Pertanyaan Pemantik 1. Coba perhatikan benda ini, apa bentuk dari benda tersebut? 2. Lalu, manakah contoh benda yang berbentuk bangun ruang di kelas ini?. KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu Pendahuluan 1. Sebelum peserta didik memasuki kelas, guru mengkondisikan agar peserta didik berbaris di depan kelas secara rapi dengan dipimpin salah seorang peserta didik. Secara bergiliran, satu per satu peserta didik memasuki ruang kelas serta bersalaman bersama guru. 2. Guru dan peserta didik saling memberikan salam. Kemudian salah seorang peserta didik untuk memimpin berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing (Religius). 15 Menit
85 KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu 3. Guru melakukan presensi serta memeriksa kesiapan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. 4. Peserta didik bersama guru menyanyikan lagu “Dari sabang sampai Merauke” bersama-sama yang ditampilkan melalui LCD Proyektor (Nasionalis/PPK) (TPACK). 5. Guru memotivasi Peserta Didik untuk lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran serta meminta Peserta Didik untuk membuka buku pembelajaran matematika. 6. Peserta Didik menyimak apersepsi dari guru mengenai pelajaran sebelumnya yaitu tentang bangun datar (Comunication). 7. Guru menyebutkan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari kepada siswa.
86 KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu 8. Guru menunjukkan materi di proyektor (Collaboration, TPACK). Inti Sintaks 1. Orientasi peserta didik pada masalah 1. Peserta didik mandiri mengamati video yang disajikan. (Mengamati). https://youtu.be/GjIvthsqZJY?s i=Jb0Sc9_1xVwdyX6h 2. Guru Menanyakan kepada peserta didik 65 Menit
87 KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu a. Tentang apakah isi vidio tersebut? 3. Peserta didik menjawab pertanyaan dari permasalahan yang ada dalam vidio (Communication). 4. Peserta didik diberikan kesempatan untuk bertanya terkait video yang dilihat (menanya). Sintaks 2: Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar 5. Selanjutnya guru menjelaskan materi yang akan di pelajari menggunakan power point. 6. Peserta didik diberi kesempatan bertanya terkait
88 KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu materi yang sudah dijelaskan mengenai keberagaman. 7. Peserta didik difasilitasi guru membentuk kelompok kerja. Pembentukan kelompok berdasarkan situasi dan kondisi kelas dengan mengacu pada aspek pemahaman materi siswa di awal melalui tes diagnostic awal nonkognitif dan kognitif (TaRL), (Collaboration/abad 21). 8. Guru memberikan LKPD tentang penyajian data terkait makanan tradisional Indonesia berdasarkan kotanya (Asesmen formatif). a. Kelompok dengan kognitif yang rendah : Ciri-ciri bangun ruang dan rumus volume bangun ruang b. Kelompok dengan kognitif yang sedang : Volume bangun
89 KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu ruang dengan soal cerita tingkat sedang c. Kelompok dengan kognitif yang tinggi :Volume bangun ruang dengan soal cerita tingkat tinggi. Sintaks 3: Membimbing penyelidikan individu ataupun kelompok 9. Membuat kesepakatan waktu untuk menjawab LKPD. 10. Setelah kesepakatan waktu, peserta didik menjawab LKPD (Creativity). 11. Selanjutnya guru memantau jalannya aktifitas kelompok untuk mengisi LKPD, guru memastikan setiap anggota kelompok memiliki peranan dalam mengerjakan tugas yang diberikan (Critical Thinking / Collaboration) (PPP-Gotong Royong).