Kardiyem, S.Pd., M.Pd., Nicko Gana Saputra, S.ST, M.M., M.A Yohanita Nirmalasari, S.Si., M. Pd., Ahmad Saeroji, S.Pd., M.Pd., Dr. Derinta Entas, S.E., M.M., CHE., Ahmad Jaenudin, S.Pd., M.Pd., Dr. Iwan Budiarso, M.Pd., Moh. Rifaldi, Nasywa Husniyah, Abi Saptadinata, S.T.Par., MM
EVALUASI PEMBELAJARAN Copyright© PT Penerbit Penamuda Media, 2024 Penulis: Kardiyem, S.Pd., M.Pd., Nicko Gana Saputra, S.ST, M.M., M.A Yohanita Nirmalasari, S.Si., M. Pd., Ahmad Saeroji, S.Pd., M.Pd., Dr. Derinta Entas, S.E., M.M., CHE., Ahmad Jaenudin, S.Pd., M.Pd., Dr. Iwan Budiarso, M.Pd., Moh. Rifaldi, Nasywa Husniyah, Abi Saptadinata, S.T.Par., MM. Editor: Dr. Suroyo, M.Pd. ISBN: 978-623-8586-82-0 Desain Sampul: Tim PT Penerbit Penamuda Media Tata Letak: Enbookdesign Diterbitkan Oleh PT Penerbit Penamuda Media Casa Sidoarium RT 03 Ngentak, Sidoarium Dodeam Sleman Yogyakarta HP/Whatsapp : +6285700592256 Email : [email protected] Web : www.penamuda.com Instagram : @penamudamedia Cetakan Pertama, Juni 2024 x + 219, 15x23 cm Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin Penerbit
v Kata Pengantar Kepada Para Pembaca yang Terhormat, Buku ini merupakan hasil dari upaya untuk memperdalam pemahaman kita tentang pentingnya evaluasi dalam proses pembelajaran. Evaluasi pembelajaran bukanlah sekadar sebuah tugas administratif, tetapi merupakan inti dari upaya untuk memastikan bahwa setiap siswa menerima pendidikan yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Dalam buku ini, kami mengajak Anda untuk menjelajahi konsep, metode, dan praktik evaluasi pembelajaran yang efektif. Kami berharap buku ini dapat bermanfaat bagi para pendidik, pengambil kebijakan pendidikan, dan siapa pun yang peduli akan peningkatan mutu pendidikan. Kami mengucapkan terima kasih atas waktu dan perhatian Anda dalam membaca buku ini. Semoga pembacaan Anda menghasilkan pemahaman yang mendalam dan memberikan inspirasi bagi langkah-langkah nyata dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Salam hangat, Editor
vi Daftar Isi KATA PENGANTAR ........................................................... v DAFTAR ISI .................................................................... vi BAB 1 - KONSEP DASAR EVALUASI PEMBELAJARAN ............... 1 A. Pengertian Evaluasi ........................................................ 2 B. Karakteristik Evaluasi ..................................................... 6 C. Tujuan Evaluasi .............................................................. 7 D. Prinsip-Prinsip Evaluasi .................................................11 E. Fungsi Evaluasi..............................................................14 F. Evaluasi dari sudut pendidikan .......................................17 G. Proses evaluasi ..............................................................18 H. Pentingnya Evaluasi yang Berkelanjutan dan Komprehensif ...............................................................19 I. Jenis Evaluasi ................................................................21 J. Objek Evaluasi...............................................................25 BAB 2 - INOVASI TEKNOLOGI DALAM EVALUASI PEMBELAJARAN ............................................... 31 A. Konsep Evaluasi Pembelajaran .......................................32
vii B. Pentingnya Inovasi Teknologi dalam Evaluasi Pembelajaran................................................................ 32 C. Bentuk Inovasi Teknologi dalam Evaluasi Pembelajaran... 33 D. Tantangan dalam Implementasi Teknologi Evaluasi......... 35 E. Studi Kasus: Implementasi Teknologi Evaluasi di Berbagai Negara............................................................ 36 F. Masa Depan Inovasi Teknologi dalam Evaluasi Pembelajaran................................................................ 37 BAB 3 - DESAIN INSTRUMEN EVALUASI YANG KONTEKSTUAL DAN EFEKTIF .............................. 39 A. Kriteria Desain Instrumen.............................................. 41 B. Desain Instrumen Berbasis Pendekatan Kontekstual ........ 43 C. Integrasi CRT dalam asesmen pembelajaran sains ........... 44 D. Tahapan desain instrumen pembelajaran sains ............... 45 BAB 4 - EVALUASI PARTISIPATIF DALAM PROSES PEMBELAJARAN ............................................... 51 A. Pengertian Evaluasi Partisipatif...................................... 53 B. Tujuan Evaluasi partisipatif dalam pembelajaran............. 55 C. Metode Evaluasi Partisipatif........................................... 55 D. Manfaat evaluasi partisipatif .......................................... 57 E. Prinsip-prinsip evaluasi partisipatif ................................ 58 F. Pembuatan model Evaluasi Partisipatif pembelajaran dengan Model TPS PAK.................................................. 61
viii BAB 5 - EVALUASI PENDIDIKAN INKLUSIF.......................... 63 A. Definisi dan Tujuan Pendidikan Inklusif..........................64 B. Pentingnya Evaluasi dalam Konteks Pendidikan Inklusi....73 C. Landasan Teoretis Evaluasi Pendidikan Inklusif...............79 D. Konsep Dasar Evaluasi Pendidikan dan Prinsip-prinsip Filosofis Pendidikan Inklusif ..........................................80 E. Pendekatan dan Proses Evaluasi dalam Pendidikan Inklusif.........................................................................86 BAB 6 - EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK ......... 89 A. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Proyek......................90 B. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek..............92 C. Model Evaluasi Pembelajaran Berbasis Proyek.................94 D. Keunggulan Pembelajaran Berbasis Kelas........................96 E. Implementasi Evaluasi Pembelajaran Berbasis Proyek......98 F. Rubrik Penilaian Project Based Learning (PBL) .............. 100 BAB 7 - PENGERTIAN EVALUASI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN HOLISTIK ................................... 129 A. Metode Evaluasi Pembelajaran dengan Pendekatan Holistik....................................................................... 136 B. Manfaat dan Tantangan Penerapan Evaluasi Pembelajaran dengan Pendekatan Holistik .................... 137 BAB 8 - EVALUASI BERBASIS KOMPETENSI ........................ 139
ix A. Kajian Teori .................................................................142 B. Pengaruh lingkungan dalam evaluasi berbasis kompetensi..................................................................145 C. Sistem Evaluasi Berbasis Kompetensi.............................146 D. Metode Evaluasi Pembelajaran Berbasis Kompetensi ......147 E. Komponen Utama Evaluasi Berbasis Kompetensi............149 F. Mengukur Efektivitas: Metodologi Evaluasi Berbasis Kompetensi .................................................................150 G. Tujuan dan Manfaat Evaluasi Berbasis kompetensi .........152 BAB 9 - EVALUASI PEMBELAJARAN KOLABORATIF ............. 157 A. Komponen Utama Pembelajaran Kolaboratif..................159 B. Teori Pembelajaran Kolaboratif.....................................160 C. Karakteristik Pembelajaran Kolaboratif..........................160 D. Manfaat Pembelajaran Kolaboratif ................................161 E. Strategi Implementasi Pembelajaran Kolaboratif ............163 F. Evaluasi Pembelajaran Kolaboratif ................................167 G. Studi Kasus Implementasi Pembelajaran Kolaboratif.......168 BAB 10 - KEMUNCULAN KECERDASAN BUATAN DALAM PENDIDIKAN .................................................. 173 A. Pengertian kecerdasan buatan (kecerdasan buatan) dalam konteks pendidikan ............................................179
x B. Teknologi kecerdasan buatan yang mendukung pembelajaran .............................................................. 181 C. Manfaat kecerdasan buatan dalam proses pembelajaran 182 D. Kecerdasan buatan dalam penilaian pembelajaran......... 185 E. Cara kecerdasan buatan meningkatkan efektivitas pembelajaran .............................................................. 186 F. Evaluasi pembelajaran dengan ai .................................. 189 G. Studi kasus penerapan kecerdasan buatan dalam pendidikan di indonesia ............................................... 195 H. Tantangan dan batasan kecerdasan buatan dalam pendidikan.................................................................. 197 I. Kesimpulan................................................................. 200 Daftar Pustaka ..................................................................... 202 Tentang Penulis ............................................................. 213
1 KONSEP DASAR EVALUASI PEMBELAJARAN Kardiyem, S.Pd., M.Pd
2 emampuan seorang pendidik dalam melakukan evaluasi merupakan kompotensi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik yang profesional. Disebutkan bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru untuk memahami peserta didik, merancang dan melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi hasil belajar peserta didik untuk mengembangkan potensi dimiliki oleh peserta didik. Hal ini selaras dengan UU Tahun 2003 Nomor 20 pasal 39 ayat 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional mendefinisikan pendidik sebagai tenaga professional yang bertugas dalam perencanaan dan pelaksanaan pada proses pembelajaran, melakukan penilaian hasil pembelajaran, pembimbingan dan pelatihan, serta penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik di tingkat perguruan tinggi. Dalam bab ini secara umum akan membahas konsep dasar evaluasi pembelajaran. Sebagai pengetahuan paling dasar dari evaluasi pembelajaran. Manfaat dari mempelajari bab ini adalah akan membekali mahasiswa tentang pengertian evaluasi pembelajaran, hubungan evaluasi dengan tes, pengukuran dan penilaian, juga tentang tujuan, fungsi, aspek dan jenis evaluasi pembelajaran. A. Pengertian Evaluasi Keberadaan evaluasi pembelajaran tidak dapat dipisahkan dalam pembelajaran dan wajib dilakukan oleh setiap pendidik. Kegiatan evaluasi dapat membantu pendidik untuk mengukur sejauh mana keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Melalui kegiatan evaluasi, seorang pendidik dapat merumuskan solusi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, artinya K
3 evaluasi memegang peranan penting dalam sebuah pembelajaran. Namun, terkadang istilah evaluasi pembelajaran terkadang disamakan dengan istilah tes, penilaian dan pengukuran. Istilah-istilah tersebut dianggap memiliki kesamaan makna, padahal istilah yang berbeda. Evaluasi dalam bahasa inggris disebut evaluation. Kata evaluation berasal dari kata dasar value yang artinya nilai atau harga, sehingga dapat artikan bahwa evaluasi pembelajaran berkaitan dengan keputusan nilai (value judgement). Evaluasi (evaluation) dan penilaian (assesment) sering digunakan sebagai sinonim untuk merujuk pada proses menilai dan memberikan nilai pada suatu objek, namun menurut (Martin & Collins, 2011) istilah penilaian secara teknis digunakan untuk menilai pekerjaan, pembelajaran, atau kinerja (formal atau informal), sedangkan istilah evaluasi digunakan untuk mengukur semua aspek lain dari upaya akademik. Selama suatu program pendidikan dilakukan evaluasi pada beberapa tahap untuk menentukan nilai aspek tertentu berdasarkan seperangkat pedoman dengan kriteria tertentu (Boonchutima & Benjamaporn, 2013). Evaluasi bukan sekadar pengukuran sederhana, evaluasi memerlukan penilaian mengenai informasi yang dikumpulkan. Hal ini dapat dianggap sebagai instrumen untuk meningkatkan kesadaran mengenai tugas-tugas akademik dan memfasilitasi inovasi (Buenfil Mata et al., 2019). Evaluasi merupakan proses dalam melakukan suatu tindakan untuk memberi 'nilai' pada suatu ukuran. Proses evaluasi berkaitan dengan pemberian nilai mengenai kesesuaian, keinginan, atau nilai suatu hal. Dalam situasi belajar-mengajar, evaluasi adalah proses yang berke-
4 sinambungan dan berkaitan dengan lebih dari sekedar prestasi akademis formal siswa (Kumar et al., 2016). Evaluasi mengarah pada proses menilai kemajuan siswa dalam mencapai tujuan ditentukan secara efisiensi dan efektivitas sesuai dengan kurikulum. Evaluasi bermakna luas yang tidak terbatas pada hubungan dengan sistem ujian di kelas; namun juga ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik. Keberhasilan dan kegagalan pengajaran tergantung pada strategi pengajaran, taktik dan alat bantu. Dengan demikian, pendekatan evaluasi memperbaiki prosedur pengajaran. Model dasar pengajaran Glaser menyebut langkah ini sebagai 'fungsi umpan balik'. Berdasarkan Jones (2003), baik prosedur penilaian maupun evaluasi mengidentifikasi apa yang sedang dinilai, mengatasi sifat penilaian dan pengumpulan buktibukti yang sesuai. Keduanya penilai dan evaluator harus jelas tentang apa maksud dan tujuan dalam melakukan penilaian maupun evaluasi. Penilaian didefinisikan sebagai proses berkelanjutan untuk mengukur, memantau, dan meningkatkan pembelajaran, derajat pencapaian, hasil, dan memutuskan ketercapaian (Fernandes et al., 2012; Parker et al., 2001; Yambi & Yambi, 2020). Sebaliknya, evaluasi memvalidasi dan menilai tingkat dan tingkat kualitas kinerja atau hasil untuk pengambilan keputusan (Baehr, 2005). Jadi, perbedaan utamanya antara keduanya adalah penilaian diarahkan pada kemajuan pembelajaran, evaluasi ditujukan pada hasil. Penilaian adalah tindakan sistematis yang berkesinambungan dalam meninjau dan menilai kelemahan dan kekuatan pembelajar menggunakan data dan informasi yang
5 diperoleh untuk menunjang akademik (Yambi & Yambi, 2020). Penilaian juga dapat didefinisikan sebagai proses pengumpulan data dan penyusunannya ke dalam bentuk yang dapat ditafsirkan untuk pengambilan keputusan. Ini melibatkan pengumpulan data dengan maksud untuk membuat penilaian katup tentang kualitas seseorang, objek, kelompok atau peristiwa (Ajuonnma, 2006) Secara rinci menurut Yambi & Yambi (2020) perbedaan penilaian dengan evaluasi, yakni: 1. Penilaian merupakan tahapan mengumpulkan dan memeriksa data dalam peningkatan kinerja masa kini dan masa depan. Evaluasi menjadi proses penilaian yang mempergunakan kriteria standar dalam mengevaluasi nilai akhir atau skor. 2. Penilaian memiliki sifat diagnostik investigatif, sehingga mampu mengidentifikasi area lemah yang perlu diperbaiki. Sedangkan evaluasi adalah proses menghakimi pelajar dengan pemberian skor keseluruhan. 3. Penilaian memiliki fungsi menjadi umpan balik pada pembelajaran guna meningkatkan kinerja. Sebaliknya, evaluasi penentu ketercapaian kriteria yang diharapkan. 4. Penilaian bersifat formatif atau penilaian untuk pembelajaran, yaitu untuk meningkatkan kinerja selama berlangsungnya pembelajaran proses tetapi evaluasi bersifat sumatif. Pada dasarnya evaluasi pembelajaran tidak hanya menilai hasil belajar, namun juga proses-proses yang telah dijalankan
6 pendidik bersama peserta didik dalam keseluruhan proses pembelajaran. 5. Penilaian menyasar proses, sedangkan evaluasi adalah ditujukan pada hasilnya. 6. Umpan balik penilaian bergantung pada refleksi yang kuat atau lemah. Umpan balik evaluasi tergantung pada tingkat hasil terhadap kriteria yang telah ditetapkan. 7. Hubungan penilai dengan orang yang melakukan penilaiannya terpusat pada peserta didik dan tergantung pada persepsi, standar yang ditetapkan bersama-sama secara internal. Dalam evaluasi, evaluator membagikan pandangan (perspektif) kepada orang yang akan dievaluasi terkait tindakan yang telah diatur sebelumnya yang ditentukan oleh penilai. B. Karakteristik Evaluasi Evaluasi memiliki peran yang penting dalam mengukur efektivitas pembelajaran dan pencapaian tujuan pendidikan, Pendidik perlu mengerti karakteristik evaluasi pembelajaran. Adapaun karakteristik evaluasi menurut Kumar et al., (2016) adalah sebagai berikut: 1. Proses yang sistematis. 2. Mengukur efektivitas pembelajaran yang diberikan oleh pengalaman. 3. Mengukur sejauh mana tujuan pengajaran telah dicapai. 4. Menggunakan alat-alat tertentu seperti tes, observasi, wawancara dll.
7 5. Proses yang berkesinambungan. 6. Penilaian subjektif. 7. Sifatnya filosofis. 8. Mencakup deskripsi kuantitatif, deskripsi kualitatif, dan penilaian nilai. 9. Mendapat data dari pengukuran. 10. Hal ini tidak hanya menentukan besarnya, namun juga menambah makna pada pengukuran. 11. Melibatkan nilai-nilai dan tujuan C. Tujuan Evaluasi Evaluasi mempunyai beberapa tujuan dalam pendidikan, beberapa di antaranya terkenal. Tujuannya adalah untuk menilai, memberi peringkat, mengkla-sifikasikan, membandingkan dan mempromosikan siswa. Hal ini juga digunakan untuk mengesahkan penyelesaian suatu kursus, menyeleksi siswa untuk diterima atau mene-rima beasiswa, dan untuk memprediksi kesuksesan masa depan mereka dalam berbagai upaya. Tujuan dasar dari evaluasi di sekolah adalah untuk menghasilkan peningkatan kualitas pendidikan yang dilakukan dengan memberikan umpan balik mengenai pembelajaran siswa, pengajaran di kelas, kesesuaian kurikulum dan isi kursus, Hal ini juga membantu mewujudkan pengembangan kepribadian siswa secara menyeluruh ketika itu digunakan untuk mengembangkan kapasitas non-kognitif mereka. Agrawal (2017) membagi tujuan evaluasi pembelajaran sebagai berikut :
8 1. Peningkatan Pembelajaran Evaluasi kemajuan siswa memberikan kontribusi langsung terhadap peningkatan pembelajaran siswa. Hal ini dilakukan dengan beberapa cara. Prosedur evaluasi yang digunakan membantu memperjelas bagi siswa apa yang diinginkan guru untuk dipelajarinya. Umpan balik dari evaluasi memberinya informasi konkrit tentang kemajuannya. Hal ini juga menunjukkan kesiapannya untuk kegiatan pembelajaran di masa depan. Melalui evaluasi yang berkesinambungan ini, guru mengetahui sejauh mana pembelajaran pada setiap tahapannya. Jika ada titik sulit atau kesenjangan dalam pembelajaran, perbaikan yang tepat dapat diberikan. Bagi siswa yang lambat mencapai kemajuan, langkah-langkah pengayaan dapat dimulai. Dengan demikian, evaluasi membantu dalam meningkatkan pembelajaran melalui diagnosis dan remediasi. Hal ini memungkinkan guru untuk mengawasi perkembangan siswa secara terus menerus dan teratur. Hasil evaluasi berguna bagi bagi orang tua, melalui hasil tersebut orang tua dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan yang berkaitan dengan pembelajaran anaknya. Jika evaluasi di sekolah dilakukan secara komprehensif, guru juga dapat melaporkan pertumbuhan kepribadian anak secara keseluruhan kepada orang tua. Hal ini akan mengembangkan kerjasama yang lebih baik antara guru dan orang tua demi kemajuan anak. Orang tua
9 dapat mengambil tindakan perbaikan jika terjadi kekurangan tertentu. 2. Peningkatan dalam Pengajaran Evaluasi juga dapat meningkatkan akuntabilitas guru. Hasil yang diperoleh anak-anak dapat mengetahui apakah buruknya kinerja siswa disebabkan oleh cara mengajar yang buruk, metodologi yang salah, atau karena ketidakhadiran guru atau sikap tidak berperasaan dalam mengajar. Dengan demikian evaluasi dapat berfungsi sebagai instrumen penting untuk perbaikan dalam pengajaran. Pengembangan profesional guru hampir langsung berkaitan dengan umpan balik melalui evaluasi. Seorang guru mendapatkan reputasi berdasarkan hasil yang ditunjukkan oleh murid-muridnya yang diajarnya. Jika siswa tidak menunjukkan hasil belajar yang diinginkan, maka ia mungkin harus memikirkan untuk mengubah strategi pengajaran, meningkatkan materi pengajaran, memperbarui pengetahuannya atau mengikuti kursus penyegaran, sehingga mengeksplorasi pendekatan baru. Langkah-langkah ini secara otomatis akan membantu pengembangan profesional siswa. 3. Pembaharuan Kurikulum atau Isi Mata Kuliah Evaluasi juga memberikan informasi mengenai efektivitas isi kursus. Mungkin ada bidang-bidang kurikulum tertentu yang terbukti sulit bagi siswa karena tingkat kematangan mereka tidak cukup berkembang untuk mengatasinya. Fakta ini dapat
10 diketahui melalui evaluasi dan umpan baliknya. Jika berdasarkan umpan balik dari evaluasi siswa yang berbeda ternyata secara konsisten bahwa suatu bidang kurikuler tertentu tidak cocok untuk mereka, maka bidang tersebut dapat dimodifikasi. Informasi tersebut berguna dalam menilai kesesuaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, tentu saja juga. Oleh karena itu, evaluasi dapat memberikan dasar untuk revisi kurikulum. 4. Pengembangan Kapasitas Non-Kognitif Di dunia sekarang ini, pengembangan kekuatan intelektual saja tidak cukup. Perkembangan kecerdasan sosial, kecerdasan emosional, dan aspek fisik kepribadian juga sama pentingnya dengan pengembangan kecerdasan mental. Tujuan utama pendidikan adalah mewujudkan pengembangan kepribadian manusia secara menyeluruh yang dapat dilakukan dengan mengembangkan kapasitas nonkognitif peserta didik beserta kapasitas kognitifnya. Hal ini dapat dipastikan hanya jika sekolah menerapkan sistem evaluasi aspekaspek kepribadian anak-anak. Evaluasi komprehensif memperhatikan hasil-hasil pembelajaran baik dalam ranah skolastik maupun non-skolastik kepribadian manusia. Bidang yang termasuk dalam ranah non-skolastik adalah kualitas sosial pribadi, minat, sikap, nilai-nilai dan pertumbuhan fisik siswa yang perlu dikembangkan dan dievaluasi secara sadar dalam konteks sistem pendidikan saat ini.
11 D. Prinsip-Prinsip Evaluasi Ada prinsip-prinsip tertentu yang dapat memberikan arahan pada proses evaluasi dan juga dapat berfungsi sebagai kriteria untuk mengadopsi perangkat atau teknik tertentu. Agrawal (2017) berpendapat ada beberapa prinsip evaluasi yang harus dipatuhi, di antaranya: 1. Menentukan dan memperjelas apa yang akan dievaluasi Perangkat yang sesuai untuk evaluasi dapat dipilih hanya jika penilai sudah jelas mengenai apa yang ingin dievaluasi. Oleh karena itu, langkah pertama dalam proses evaluasi adalah mendefinisikan dengan jelas tujuan evaluasi. 2. Memilih teknik evaluasi dalam hal tujuan yang ingin dilayani Ada beberapa teknik evaluasi. Dari semua teknik tersebut, ada satu teknik yang tepat pada beberapa kasus, namun mungkin tidak tepat pada kasus lain. Oleh karena itu, evaluator perlu memilih salah satu yang paling sesuai dengan tujuannya. Misalnya, jika tujuan pembelajaran yang ingin dievaluasi adalah kemampuan siswa dalam mengorganisasikan ide dan fakta ke dalam paragraf, maka teknik tes tertulis adalah pilihan terbaik. Namun jika mendengarkan suatu bagian dengan pemahaman yang tepat terhadap isinya ingin diuji, teknik tes lisan dapat digunakan.
12 3. Menggabungkan berbagai teknik evaluasi untuk evaluasi komprehensif Berbagai teknik evaluasi diperlukan untuk mengevaluasi siswa pada semua aspek prestasi secara komprehensif. Karena terdapat beragam tujuan pengajaran dan bidang isi yang menjadi dasar evaluasi prestasi siswa, penggunaan satu teknik saja tidak cukup untuk mengevaluasi prestasi siswa secara efektif. 4. Mengetahui kelebihan dan keterbatasan berbagai teknik evaluasi untuk dapat menggunakan perangkat evaluasi tertentu secara bermakna dan efektif. Penilai harus menyadari keterbatasan dan kelebihan perangkat tersebut, misalnya, ia harus mengetahui bahwa skor pada pertanyaan tipe esai rentan terhadap subjektivitas atau dalam pertanyaan tipe objektif selalu ada kemungkinan untuk ditebak. Ia harus menyadari bahwa berbagai prosedur evaluasi hanya dapat memberikan hasil perkiraan bahkan setelah melakukan semua tindakan pencegahan. Setelah penilai mengetahui keterbatasan alat yang dimilikinya, ia dapat meminimalkan kelemahan alat tersebut dengan membuat iklan yang menggunakannya secara terampil untuk memenuhi tujuannya secara bermakna. 5. Evaluasi adalah alat untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri Posisi evaluasi dalam proses belajar mengajar, hendaknya dilakukan sesuai tujuan, dan bukan untuk kepentingan evaluasi semata. Mengelola tes, menilai
13 naskah dan mengumpulkan data tanpa memanfaatkan informasi ini untuk siswa adalah usaha yang sia-sia. Faktanya, evaluasi harus digunakan untuk mengambil keputusan mengenai pengajaran selanjutnya, penerapan materi dan metode baru, perlunya pengajaran remedial, bimbingan kepada siswa, dan lain-lain. Suarga (2019) mengemukakan beberapa prinsip evaluasi pembelajaran yang cukup berbeda dengan Agrawal (2017), yaitu 1. Prinsip Keseluruhan Evaluasi memiliki prinsip menyeluruh dan komprehensif yang dilaksanakan secara menyeluruh, bulat dan utuh. Hal ini bermakna bahwa pelaksanaan evaluasi tidak dapat diimplementasikan secara terpisah, tetapi meliputi berbagai aspek yang menggambarkan perubahan dan perkembangan tingkah laku yang terjadi dalam diri peserta didik sebagai makhluk hidup dan bukan benda mati. 2. Prinsip Kesinambungan Prinsip kesinambungan atau kontinuitas bermakna penilaian yang dijalankan secara terus menerus, sambung-menyambung dari masa ke masa. Penilaian berkesinambungan ini akan menjadikan si penilai mampu memperoleh informasi dan gambaran tentang kemajuan atau perkembangan peserta didik sejak awal mengikuti program pendidikan hingga saat mereka mengakhiri program pendidikan ditempuh.
14 3. Prinsip Objektivitas Prinsip objektivitas berarti bahwa evaluasi hasil belajar tidak melibatkan faktor-faktor yang sifatnya subjektif. Prinsip objektif juga sering disebut dengan ‚apa adanya‛. Istilah apa adanya ini memiliki pengertian bahwa sumber materi evaluasi berasal dari bahan ajar yang diberikan sejalan dengan tujuan instruksional khusus pembelajaran. Dilihat dari pemberian skor dalam evaluasi, apa adanya itu berarti bahwa pekerjaan pengoreksian, pemberian skor, dan penentuan nilai menghindari unsur-unsur subjektivitas yang ada pada diri tester. Di sini tester harus mampu melakukan eliminasi sejauh mungkin kemungkinan-kemungkinan ‚hallo effect‛ yakni pemberian nilai tinggi pada jawaban soal dengan tulisan yang baik dan pemberian nilai rendah pada jawaban soal yang tulisannya kurang bagus dengan asumsi jawaban tersebut sama. Belaku pula pada ‚kesan masa lalu‛ dan lain-lain perlu disingkirkan sehingga evaluasi nantinya menghasilkan nilai yang objektif. E. Fungsi Evaluasi Suarga (2019) menjelaskan bahwa fungsi evaluasi meliputi: 1. Evaluasi berfungsi selektif Pengadaan evaluasi guru menjadi ajang seleksi siswa untuk memilih siswa yang diterima disekolah tertentu, penentuan kenaikan kelas, pemilihan siswa
15 penerima beasiswa dan penentuan siswa yang berhak lulus. 2. Evaluasi berfungsi diagnostik Penggunaan alat evaluasi yang cukup sesuai dengan persyaratan dan membuahkan hasil tentang kelemahan siswa dan sebab akibatnya. 3. Evaluasi berfungsi sebagai penempatan Kegiatan evaluasi dapat menjadi cara yang tepat untuk penentuan penempatan individu perserta didik dalam suatu kelompok. Sekelompok siswa dengan persamaan hasil evaluasi, akan ditempatkan pada kelompok yang sama dalam pembelajaran. 4. Evaluasi berfungsi sebagai pengukuran keberhasilan Evaluasi berfungsi untuk mengetahui sejauh mana suatu program telah berhasil diterapkan. Kesuksesan program ditentukan oleh berbagai faktor meliputi faktor guru, metode mengajar, kurikulum, sarana, dan sistem kurikulum. Pada bidang pendidikan dan pengajaran evaluasi memiliki beberapa fungsi yakni: 1. Alat pengukuran ketercapian tujuan instruksional. Ketercapaian tujuan instruksional dapat diketahui melalui evaluasi. Melalui evaluasi diketahui faktor penghambat ketercapaian tujuan tersebut kemudian dicari jalan keluar untuk mengatasinya. Tujuan instruksional dari evaluasi sendiri adalah perubahanperubahan pada diri peserta didik.
16 2. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar. Memalui hasil evaluasi dapat dilakukan perbaikan padatujuan instruksional, kegiatan belajar siswa, strategi mengajar guru, dan lainnya yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. 3. Dasar penyusunan laporan hasil belajar siswa kepada para orang tuanya. Isi laporan hasil belajar peserta didik dibuat dari bahan evaluasi yang meliputi kemampuan dan kecakapan belajar peserta didik pada berbagai bidang studi dalam bentuk nilai prestasi yang diperolehnya. 4. Sebagai alat seleksi. Evaluasi menjadi alat penyaringan dalam penentuan yang tepat untuk mengisi suatu jabatan atau jenis pendidikan tertentu. Hasil evaluasi yang dilakukan mampu memberikan gambaran jelas tentang kandidat yang paling memenuhi syarat dalam suatu jabatan atau suatu jenis pendidikan. 5. Sebagai bahan informasi dalam penentapan peserta didik yang harus mengulang dan tidak mengulang dalam pelajaran. Melalui hasil evaluasi dari sejumlah bahan pelajaran yang telah didapatkan oleh peserta didik dapat ditentukan pencapaian syarat minimal untuk melanjutkan pelajaran, jika belum memenuhi syarat minimal ketuntasan belajar. Maka seorang peserta didik harus mengulang pelajaran.
17 6. Sebagai bahan informasi keperluan pemberian bimbingan tentang jenis pendidikan yang cocok terhadap anak tersebut. Melalui pelaksanaan evaluasi dapat diketahui tentang potensi yang dimiliki oleh anak. Pengetahuan potensi ini dapat menjadi dasar rekomendasi jurusan yang tepat untuk peserta didik kemudian hari. Dengan hal ini maka dapat dihindari kesalahan pemilihan dan penentuan jurusan. Dapat pula pengurangsi risiko pengeluaran biaya yang sia-sia karena ketidaktepatan pemilihan jurusan. F. Evaluasi dari sudut pendidikan Segala sesuatu yang perlu dievaluasi mempunyai maksud dan tujuan tertentu dan melalui evaluasi dapat dinilai sejauh mana tujuan tersebut telah tercapai. Dari sudut pandang pendidikan dapat dievaluasi banyak aspek yang merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu sistem pendidikan seperti (Kumar et al., 2016): 1. Evaluasi lokasi sekolah (dengan mengacu pada lokasi, bangunan, kondisi higienis, kekuatan siswa dan guru, dll.). 2. Evaluasi program sekolah (silabus sekolah, kegiatan kokurikuler, program bimbingan dll). 3. Evaluasi metode pengajaran (dengan mengacu pada maksud, tujuan, kesesuaian dan kemanjuran). 4. Evaluasi keseluruhan program pengajaran (dengan mengacu pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik)
18 5. Evaluasi administrasi sekolah; disiplin, pengendalian, manajemen dan organisasi. 6. Evaluasi buku teks dan materi pelajaran lainnya. 7. Evaluasi pertumbuhan siswa dll. Langkah-langkah yang terlibat dalam proses evaluasi berlangsung dalam hierarki. Langkah-langkah ini adalah (Kumar et al., 2016) 1. Mengevaluasi 2. Merencanakan pengalaman belajar yang tepat 3. Memilih poin pengajaran yang sesuai 4. Spesifikasi perilaku siswa yang diinginkan 5. Identifikasi dan definisi tujuan khusus 6. Identifikasi dan definisi tujuan umum G. Proses evaluasi Proses evaluasi terdiri dari tiga aspek berikut (Kumar et al., 2016): 1. Pengukuran kuantitatif Kita sering melakukan pengukuran kuantitatif terhadap kinerja siswa melalui tes. Biasanya lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk mengajarkan suatu unit daripada mengujinya. Prestasi siswa biasanya tergantung pada sifat tes seperti tes buatan guru, tes standar, dll. Namun prestasi juga tergantung pada kesehatan fisik dan mental siswa, tingkat persiapan dan motivasi mereka selama tes. Nilai yang diperoleh siswa dalam berbagai mata pelajaran dalam ujian akhir dan dinyatakan dalam persentase nilai
19 yang diperoleh sebagai agregat adalah contoh penerapan pengukuran kuantitatif. 2. Penilaian kualitatif Deskripsi penilaian kualitatif menyiratkan observasi oleh guru dan catatan yang disimpan oleh mereka mengenai berbagai aspek kepribadian dan kinerja siswa di sekolah. Catatan sistematis pernyataan guru tentang prestasi khusus atau kemampuan luar biasa di bidang non-skolastik atau perilaku luar biasa siswa merupakan salah satu gambaran gambaran penilaian kualitatif. 3. Pendapat guru Guru membentuk opini tentang siswa berdasarkan kesimpulan yang diambilnya dari ukuran kuantitatif dan deskripsi kualitatif tentang perilaku siswa. Pendapat seorang guru yang diperoleh berdasarkan pengukuran kualitatif dan kuantitatif memberikan gambaran menyeluruh tentang kemajuan siswa. Meskipun merupakan evaluasi dalam suasana informal, namun menyampaikan informasi tentang kinerja siswa dalam beberapa isu penting. H. Pentingnya Evaluasi yang Berkelanjutan dan Komprehensif Evaluasi secara berkala harus digunakan untuk memantau kemajuan individu dan untuk menunjukkan tingkat pencapaian setiap siswa di bidang skolastik dan non-skolastik sepanjang tahun. Dengan adanya evaluasi tersebut maka dapat dinilai apakah tujuan yang disebutkan
20 dalam kurikulum telah tercapai atau belum. Tujuan tersebut ditetapkan dalam rangka meningkatkan tidak hanya ranah kognitif pada diri siswa, namun juga ranah afektif dan psikomotorik. Hal ini terjadi karena bidangbidang tersebut saling melengkapi satu sama lain dan ketiadaan salah satu dari bidang-bidang tersebut dapat menimbulkan rasa kekurangan dalam kehidupan seseorang (Kumar et al., 2016). Penilaian terhadap pencapaian dan kinerja ketiga domain tersebut merupakan evaluasi yang 'komprehensif'. Pendidikan peserta didik merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang merupakan hasil belajarnya yang berkesinambungan baik dalam suasana formal maupun informal. Mereka melalui berbagai pengalaman seperti mengajar, belajar, observasi praktis, belajar mandiri, dll. Perubahan perilaku yang diharapkan pada anak diperkuat oleh keterlibatan langsung dan belajar mandiri. Catatan obyektif mengenai perubahan tersebut perlu dipelihara dari waktu ke waktu. Mereka merupakan bagian utama dari evaluasi berkelanjutan Jelaslah bahwa evaluasi terhadap modifikasi perilaku yang diamati pada kepribadian siswa harus dilakukan secara terus menerus. Modifikasi ini mungkin terkait dengan pengembangan kecerdasan, emosi, dan keterampilan praktis. Evaluasi di sekolah harus bertujuan untuk menilai modifikasi tersebut, yang dinyatakan dalam tujuan perilaku, secara terus menerus dan komprehensif melalui teknik formal atau informal. Teknik yang digunakan bisa dalam bentuk tertulis tes ujian atau observasi, kerja kelompok atau tugas individu. Ketentuan harus dibuat untuk evaluasi berkala mereka.
21 Dalam proses belajar-mengajar, sangatlah penting untuk melakukan evaluasi yang berkesinambungan dan komprehensif dengan menggunakan penilaian formal atau informal. Penilaian ini mungkin didasarkan pada pengamatan yang dilakukan dengan mempertimbangkan kemajuan siswa secara keseluruhan dengan mengajukan pertanyaan lisan atau tertulis secara individu atau kelompok (Kumar et al., 2016). I. Jenis Evaluasi Evaluasi adalah suatu proses penilaian terhadap nilai atau kelayakan suatu proses atau produk, yang dapat berupa prestasi, bakat, minat, keterampilan atau aspek lain dari kepribadian siswa atau metode belajar mengajar. Ada banyak jenis evaluasi. Ini termasuk evaluasi formatif, sumatif, penempatan dan diagnostik (Kumar et al., 2016). 1. Evaluasi Formatif Evaluasi yang dilakukan selama proses belajar mengajar untuk menilai berlangsungnya pembentukan pengetahuan dan pemahaman siswa disebut dengan evaluasi formatif. Hal ini menjawab pertanyaan-pertanyaan penting berikut mengenai proses dan produk pengajaran dan pembelajaran: a. Apakah tujuan pengajaran topik atau konten atau kursus atau kurikulum tertentu tercapai? b. Apakah ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa berada terbentuk dengan benar?
22 c. Apakah bidang kepribadian skolastik dan nonskolastik peserta didik berkembang dengan baik? d. Kemajuan peserta didik memuaskan atau tidak? e. Apakah tujuan yang telah ditetapkan dari setiap program pendidikan yang sedang berjalan apakah sedang terpenuhi? Evaluasi formatif adalah jenis evaluasi pemantauan yang digunakan untuk memantau kemajuan siswa selama kelas, kursus atau sesi. Setelah evaluasi formatif, umpan balik diberikan kepada siswa, sehingga mereka dapat melanjutkannya. Evaluasi formatif bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. 2. Evaluasi Penempatan Melalui evaluasi penempatan, perilaku masuk siswa dinilai. Dalam hal ini siswa diberikan izin masuk ke mata kuliah baru sesuai dengan kecerdasan, sikap, motivasi, bakat dll. Jenis soal evaluasi ini: a. Apakah peserta didik memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memulai petunjuk rencana tersebut? b. Sejauh mana ketercapaian pengembangan pemahaman dan keterampilan peserta didik yang menjadi tujuan dari pengajaran yang telah direncanakan? c. Sejauh mana minat, kebiasaan kerja dan karakteristik kepribadian peserta didik penentuan sebuah cara pengajaran tepat dan lebih baik daripada cara lainnya?
23 Tujuan penilaian penempatan sebagai penentuan posisi setiap peserta didik dalam urutan pengajaran dan cara pengajaran yang paling bermanfaat. 3. Evaluasi Diagnostik Hal ini berkaitan dengan kesulitan belajar yang terus-menerus yang tidak terselesaikan oleh resep korektif dari penilaian formatif. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi atau mendiagnosis kelemahan siswa dalam suatu program pengajaran tertentu. Evaluasi diagnostik melibatkan penggunaan tes diagnostik yang disiapkan secara khusus dan berbagai teknik observasi. Tujuan penilaian diagnostik adalah untuk menentukan penyebab masalah belajar siswa yang terus-menerus dan untuk merumuskan rencana tindakan perbaikan. Ketika seorang guru menemukan bahwa meskipun telah menggunakan berbagai metode dan teknik alternatif, siswanya masih menghadapi kesulitan belajar, dia mengambil jalan lain untuk melakukan diagnosis rinci. Jenis evaluasi ini mencakup tes penglihatan, tes pendengaran, dan tes lain yang digunakan untuk menentukan bagaimana siswa mendekati tugas membaca, serta memeriksa apakah siswa mengandalkan gambar, suara, petunjuk konteks, melewatkan kata-kata asing, dll. 4. Evaluasi Sumatif Seperti namanya, evaluasi sumatif dilakukan pada akhir semester mata kuliah, atau kelas atau topik. Hal ini dimaksudkan untuk mengevaluasi kualitas produk
24 akhir dan mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran telah tercapai. Tidak ada pengajaran remedial yang diberikan setelah evaluasi sumatif. Proses sertifikasi dilakukan berdasarkan hasil evaluasi sumatif. Hasil evaluasi ini mencerminkan efektivitas proses transaksi kurikulum. Contoh penting dari evaluasi sumatif adalah ujian tahunan, ujian akhir semester, dan ujian terminal. Ini lebih berkaitan dengan penilaian produk akhir. Alat penting evaluasi sumatif adalah tes prestasi, skala penilaian, evaluasi proyek oleh para ahli, wawancara, ujian viva-voce, dll. Ciri-ciri evaluasi sumatif adalah sebagai berikut: a. Evaluasi ini dilakukan pada akhir suatu topik, kelas, bab, unit atau mata kuliah. b. Hasil evaluasi memberikan kemajuan akhir siswa dalam suatu kelas, dalam suatu topik, dalam suatu unit, dalam suatu kursus atau dalam program pendidikan apa pun. c. Hasil evaluasi sumatif digunakan untuk menyusun daftar prestasi, menentukan posisi, mengambil keputusan lulus/gagal/promosi dan pemberian gelar atau diploma.
25 Perbedaan Evaluasi Formatif dan Sumatif Evaluasi Formatif Evaluasi Sumatif 1. Dilakukan pada saat proses belajar mengajar, pada saat perkuliahan, pada saat semester atau pada suatu sidang. 2. Menentukan tingkat pencapaian tugas kecil yang dipelajari dalam waktu singkat. 3. Dilakukan secara rutin selama perkuliahan, kursus atau sesi 4. Memberikan generalisasi terbatas. 5. Area konten terbatas dan kemampuan tercakup. 1. Dilakukan pada akhir proses belajar mengajar, misalnya pada akhir perkuliahan, pada akhir semester, pada akhir sidang, dan sebagainya. 2. Menentukan tingkat pencapaian suatu tugas besar yang dipelajari dalam durasi yang lebih lama. 3. Dilakukan pada akhir kursus atau sesi atau program. 4. Memberikan generalisasi yang luas 5. Area konten dan kemampuan yang luas tercakup. J. Objek Evaluasi Objek atau sasaran evaluasi meliputi keseluruhan hal yang menjadi titik pusat pengamatan oleh penilai dalam upaya perolehan informasi tentang tentang peserta didik (Arikunto, 2008). Objek dan tujuan evaluasi pendidikan berhubungan dengan lembaga yang menjalan-
26 kan proses kegiatan pendidikan dan menjadi fokus untuk di evaluasi. Penentuan Obyek atau tujuan pendidikan dilakukan oleh evaluator. Aspek obyek evaluasi pendidikan meliputi (Latief et al., 2023): 1. Aspek Kognitif Kata kognitif berarti mengetahui, kognitif juga dapat disebut dengan kognisi, Kognisi merupakan upaya mengumpulkan, mengorganisasi dan menggunakan pengetahuan luas yang mengarah pada bidang psikologis manusia meliputi perilaku mental dalam memahami, mempertimbangkan, mengolah informasi, memecahkan masalah, serta kesengajaan manusia. Setiap perilaku mental seseorang yang dapat menghubungkan, mengevaluasi, dan merefleksikan suatu peristiwa juga disebut kognitif, sehingga, kecerdasan manusia tidak dapat dipisahkan dari kognitif. Kegiatan kognitif berhubungan dengan segala hal tentang belajar mengajar seseorang guna memahami suatu peristiwa (Zakiah & Khairi, 2019). Kognitif adalah proses pengetahuan yang relevan tentang pengenalan umum dan keterampilan dicirikan melalui representasi suatu objek pengetahuan, gambaran, jawaban, gagasan dan nilai (Latief et al., 2023). Kognitif terbagi menjadi 6 taraf pengetahuan yakni: a. Knowledge, kemampuan penginformasian pengetahuan b. Comprehension, kemampuan penangkapan makna sebuah konsep
27 c. Aplication kemampuan pengaplikasian abstraksi pada situasi tertentu d. Analisis, kemampuan pemilahan dan pembagian bagian-bagian penting e. Sintesis, kemampuan penekanan dalam upaya penyatuan secara utuh f. Evaluasi, kemampuan pemberian putusan nilai sesuatu standar kriteria. Pada hakikat penilaian dilaksanakan dengan tujuan pengevaluasian perspektif kognitif pada proses dan hasil belajar siswa yang meliputi seluruh unsur dasar pendidikan. Terdapat dua jenis keterampilan kognitif siswa yang harus dikembangkan oleh guru, yakni strategi pembelajaran untuk pemahaman isi mata pelajaran dan strategi peyakinan urgensi isi mata pelajaran. Pengimplementasian asimilasi pesan moral dalam subjek tanpa pengembangan dua jenis keterampilan kognitif tersebut, akan menyulitkan peserta didik untuk mengembangkan ranah afektif dan psikomotoriknya. Evaluasi kognitif peserta didik dalam keberhasilan belajar diukur dengan cara intelektual, melalui ulangan tertulis maupun lisan (Rithaudin & Sari, 2019). 2. Aspek Afektif Keberhasilan peserta didik tidak hanya ditinjau pada ketercapaian kognitifnya saja, namun juga ketercapaian pembentikan keterampilan afektif. Evaluasi keterampilan afektif didasarkan pada moralitas. Afektif berhubungan dengan sikap,
28 perilaku, perasaan, minat, dan nilai seseorang. Afektif didefinisikan sebagai kemampuan manusia yang memiliki emosi dan perasaan yang beragam dalam dirinya. Misalnya apresiasi, minat, antusiasme, dan nilai-nilai. Hidayatullah & Munoto (2020) mendefinisikan afektif sebagai kegiatan yang erat kaitannya dengan sikap serta nilai. Aspek afektif menekankan pada titik perasaan seperti minat dan sikap. Aspek afektif mengacu pada kepekaan peserta didik dalam merespon rangsangan dari luar. Peserta didik pada tingkat ini telah mampu mengamati fenomena. Peserta didik telah memiliki motivasi yang cukup serta kesadaran Nilai (Value Awareness). Pada tingkat ini peserta didik telah menyadari dan menyepakati nilai. Siswa telah membangun sistem nilai yang terorganisasi. Pemahaman diri terhadap keunggulannya secara mendalam mempengaruhi watak serta pola geraknya. Salah satu bentuk penilaian afektif dapat dilakukan dengan skala likert yang telah dirancang sebagai pengenalan yang mengarahkan pada perilaku peserta didik. Skala ini mencakup beberapa pilihan seperti sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Rentang skala ini adalah 1-5 /1-7 sesuai dengan kebutuhan. Penilaian ini mampu memberikan keterangan sikap dari sangat iya hingga sangat tidak. Sebagai upaya kemudahan pengenalan ini tipe-tipe disposisi afektif peserta didik yang khas, maka item skala sikap lebih baik dilengkapi dengan label/identitas sikap yang mencangkup doktrin, komit-
29 men atau janji kesetiaan untuk melakukan atau meninggalkan suatu tindakan dan penghayatan, pengalaman batin serta persepsi atau cara pandang suatu wawasan. 3. Aspek Psikomotorik Aspek psikomotorik berkaitan erat dengan keterampilan seseorang setelah mendapatkan pengalaman belajar tertentu. Keberhasilan peningkatan kognitif akan berdampak positif pada pengembangan area psikomotorik. Keterampilan psikomotorik merupakan aktivitas fisik yang sifatnya yang terbuka, bisa dilihat dan diamati secara kuantitas dan kualitas. Keterampilan psikomotorik peserta didik terwujud dalam pemahaman, pengetahuan, kesadaran, dan cara berpikir. Penilaian aspek psikomotorik terbagi menjadi lima tingkat yakni persepsi, mencangkup kemampuan penafsiran kepekaan terhadap rangsangan, membedakan rangsangan, kesiapan yang meliputi aspek intelektual, fisik, dan emosional. Adanya gerak terkontrol terkait keterampilan yang kompleks, gerakgerik kebiasaan, yakni keterampilan menjalankan sebuah tindakan, dan gerak kompleks motorik dengan keluwesan, kelenturan dan ketangkasan (Sari, 2019). Metode yang tepat guna mengevaluasi keberhasilan pembelajaran pada dimensi psikomotorik adalah observasi. Observasi dapat diartikan sebagai suatu jenis penilaian melalui pengamatan langsung pada peristiwa, perilaku dan fenomena lainnya. Guru hendak mengamati perilaku psikomotorik peserta
30 didik perlu mempersiapkan langkah-langkah secara cermat dan sistematis sesuai arahan lembar observasi yang diberikan oleh pihak sekolah dan guru itu sendiri.
31 INOVASI TEKNOLOGI DALAM EVALUASI PEMBELAJARAN Nicko Gana Saputra, S.ST, M.M
32 alam era digital saat ini, teknologi telah menjadi bagian integral dari berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan. Perkembangan teknologi tidak hanya mempengaruhi cara kita mengakses informasi, tetapi juga bagaimana kita mengevaluasi proses pembelajaran. Evaluasi pembelajaran adalah komponen penting dalam pendidikan karena memberikan umpan balik yang diperlukan untuk meningkatkan efektivitas pengajaran dan pembelajaran. Inovasi teknologi dalam evaluasi pembelajaran menawarkan berbagai manfaat, mulai dari efisiensi waktu, peningkatan akurasi, hingga kemampuan untuk menyediakan umpan balik yang lebih mendetail dan personal. A. Konsep Evaluasi Pembelajaran Evaluasi pembelajaran adalah proses sistematis untuk menentukan sejauh mana tujuan pembelajaran telah tercapai oleh siswa. Evaluasi ini mencakup berbagai metode seperti tes, observasi, penilaian proyek, dan lainnya. Tujuan utama evaluasi adalah untuk mengukur hasil belajar, memberikan umpan balik kepada siswa, dan meningkatkan kualitas pengajaran. B. Pentingnya Inovasi Teknologi dalam Evaluasi Pembelajaran Inovasi teknologi dalam evaluasi pembelajaran memiliki beberapa manfaat utama: D
33 1. Efisiensi Waktu: Alat evaluasi berbasis teknologi dapat memproses hasil evaluasi lebih cepat dibandingkan metode konvensional. 2. Akurasi dan Reliabilitas: Teknologi dapat mengurangi kesalahan manusia dalam penilaian dan meningkatkan reliabilitas hasil evaluasi. 3. Personalisasi: Teknologi memungkinkan evaluasi yang lebih personal, sesuai dengan kebutuhan dan gaya belajar masing-masing siswa. 4. Umpan Balik Real-time: Teknologi memungkinkan pemberian umpan balik secara real-time, yang dapat segera digunakan oleh siswa untuk memperbaiki kekurangan. C. Bentuk Inovasi Teknologi dalam Evaluasi Pembelajaran 1. Sistem Penilaian Berbasis Komputer (Computer-Based Assessment) Sistem penilaian berbasis komputer (CBT) memungkinkan tes dan evaluasi dilakukan secara digital. CBT menawarkan fleksibilitas dalam pelaksanaan tes, akses yang lebih mudah bagi siswa, serta analisis hasil yang lebih cepat dan akurat. Contoh implementasi CBT adalah ujian berbasis komputer yang digunakan dalam ujian nasional atau sertifikasi profesional.
34 2. Pembelajaran Berbasis Online dan Evaluasi Digital Platform pembelajaran online seperti Moodle, Canvas, dan Google Classroom telah mengintegrasikan fitur evaluasi digital yang memungkinkan guru untuk membuat, mendistribusikan, dan menilai tugas serta ujian secara online. Evaluasi digital ini juga memungkinkan analisis data belajar siswa untuk mengidentifikasi pola dan area yang memerlukan perhatian lebih. 3. Penggunaan Aplikasi Mobile untuk Evaluasi Aplikasi mobile memberikan kemudahan bagi guru dan siswa untuk melakukan evaluasi di mana saja dan kapan saja. Aplikasi seperti Kahoot!, Quizizz, dan Socrative menawarkan cara interaktif untuk melakukan evaluasi dengan elemen gamifikasi yang membuat proses belajar lebih menyenangkan. 4. Learning Analytics dan Big Data Learning analytics menggunakan data besar (big data) untuk menganalisis proses pembelajaran. Dengan menganalisis data yang dihasilkan selama proses belajar, pendidik dapat memahami pola belajar siswa, mengidentifikasi kesulitan, dan memberikan intervensi yang tepat waktu. Teknologi ini juga membantu dalam merancang kurikulum yang lebih efektif. 5. Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) dan Pembelajaran Mesin (Machine Learning) Kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin (ML) digunakan untuk mengembangkan sistem
35 evaluasi adaptif yang dapat menyesuaikan tingkat kesulitan soal berdasarkan kemampuan siswa. AI juga dapat digunakan untuk menganalisis jawaban esai dan memberikan penilaian otomatis dengan akurasi yang tinggi. D. Tantangan dalam Implementasi Teknologi Evaluasi 1. Kesenjangan Teknologi Tidak semua siswa memiliki akses yang sama terhadap teknologi, yang dapat menciptakan kesenjangan dalam evaluasi. Penyediaan perangkat dan akses internet yang memadai menjadi tantangan yang perlu diatasi. 2. Keamanan dan Privasi Data Penggunaan teknologi dalam evaluasi memerlukan perhatian khusus terhadap keamanan dan privasi data siswa. Data harus dilindungi dari akses yang tidak sah dan penyalahgunaan. 3. Kesiapan Guru dan Siswa Implementasi teknologi dalam evaluasi memerlukan kesiapan dari sisi guru dan siswa. Pe-latihan dan dukungan teknis yang memadai perlu diberikan untuk memastikan penggunaan teknologi secara efektif.
36 E. Studi Kasus: Implementasi Teknologi Evaluasi di Berbagai Negara 1. Amerika Serikat Di Amerika Serikat, penggunaan teknologi dalam evaluasi pembelajaran telah menjadi hal yang umum. Banyak sekolah dan universitas menggunakan platform online untuk ujian dan tugas. Program seperti SAT dan ACT juga mulai mengadopsi evaluasi berbasis komputer. 2. Finlandia Finlandia dikenal dengan sistem pendidikannya yang maju. Mereka menggunakan teknologi untuk evaluasi formatif yang memberikan umpan balik berkelanjutan kepada siswa. Guru di Finlandia juga dilatih untuk menggunakan teknologi dalam evaluasi pembelajaran. 3. Indonesia Di Indonesia, implementasi teknologi dalam evaluasi masih dalam tahap perkembangan. Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) merupakan salah satu contoh penggunaan teknologi dalam evaluasi di tingkat nasional. Tantangan utama di Indonesia adalah memastikan ketersediaan infrastruktur teknologi yang merata di seluruh wilayah.
37 F. Masa Depan Inovasi Teknologi dalam Evaluasi Pembelajaran Teknologi terus berkembang dan menawarkan peluang baru dalam evaluasi pembelajaran. Penggunaan augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) dapat memberikan pengalaman evaluasi yang lebih mendalam dan interaktif. Blockchain juga mulai dilirik untuk keamanan dan transparansi data evaluasi. Inovasi teknologi dalam evaluasi pembelajaran membuka peluang besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, manfaat yang ditawarkan oleh teknologi sangat signifikan dalam menciptakan proses evaluasi yang lebih efektif, efisien, dan adil. Pendidik diharapkan dapat terus mengembangkan diri dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi untuk memaksimalkan potensi evaluasi pembelajaran.
38
39 DESAIN INSTRUMEN EVALUASI YANG KONTEKSTUAL DAN EFEKTIF M.A Yohanita Nirmalasari, S.Si., M. Pd
40 valuasi dalam pembelajaran didefenisikan sebagai suatu proses dalam mengukur capaian belajar siswa sesuai tujuan pembelajaran melalui analisis kompetensi dasar sesuai kurikulum. Paradigma evaluasi pembelajaran lampau mengulas rujukan evaluasi, yakni pada akhir pembelajaran untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar. Namun, transformasi evaluasi pembelajaran yang kini dilakukan secara holistik dan terintegrasi pada komponen awal, proses dan akhir pembelajaran. Paradigma ini akan lebih kontekstual dan efektif dalam menilai proses belajar. Tuntutan pola pembelajaran terkini lebih mengedepankan keberpihakan siswa dalam seluruh proses menemukan pengetahuan berdasarkan pengalaman ilmiah. Alat ukur dalam evaluasi pembelajaran diistilahkan dengan instrumen pembelajaran. Kalibrasi atau standarisasi suatu alat ukur sangat menentukan kualitasnya dalam menyimpulkan hasil pengukuran. Istilah ini dalam penelitian sosial humaniora dinamakan dengan validasi yang bermakna ketepatan, kesesuaian dan kebenaran suatu alat ukur sesuai indikator penilaian. Kriteria proses validasi dapat ditelaah dari segi konten dan empiris. Validitas konten merujuk pada kesesuaian isi materi dengan beberapa objek seperti tema, standar kompetensi, skenario pembelajaran dan lainnya, sedangkan tinjauan empiris dilakukan berdasarkan pengalaman uji coba instrumen. Pengelompokkan jenis instrumen mencakup instrumen tes dan non tes. Batasan instrumen tes cenderung mengukur kemampuan kognitif, sedangkan instrumen non tes pada aspek sikap dan keterampilan. Pada umumnya, bentuk instrumen tes tertulis berupa pilihan ganda dan uraian. Adapun E