Manajemen Pendidikan 191 3. Transparasi Transparasi memiliki arti keterbukaan. Dalam manajemen dana pendidikan yang transparan berarti adanya keterbukaan sumber-sumber keuangan, jumlah dana, rincian penggunaan, bentuk pengalokasian yang sesuai, dan tanggung jawab yang jelas. Selain itu, prinsip transparasi menurut (Masrianda, 2022) bertujuan untuk mememuhi asas kepatuhan dan tata kelola yang baik oleh pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara yang didirikan masyarakat, dan satuan pendidikan. Transparasi dapat diupayakan dengan penyediaan informasi dan menjamin kemudahan bagi stakeholder untuk memperoleh informasi yang memadai dan akurat. Transparasi dana di lembaga pendidikan sangat diperlukan karena dapat meningkatkan tingkat kepercayaan orang tua, masyarakat, dan pemerintah. 4. Akuntabilitas Publik Prinsip akuntabilitas publik ini berupa memberikan pertanggung jawaban atas kegiatan-kegiatan pendidikan di depan publik. Dalam konteks manajemen dana pendidikan, akuntabilits berarti mempertanggung jawabkan penggunaan atau pembelanjaan dana sekolah sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Pertanggung jawaban ini dibuat untuk dilakukan kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah. Menurut (Mustari, 2014) terdapat tiga hal utama yang menjadi syarat terwujudnya akuntabilitas, yaitu (a) lembaga pendidikan menerima masukan dan mengikutsertakan berbagai komponen dalam mengelola sekolah, (b) di setiap institusi membuat standar kinerja yang dapat
192 Manajemen Pendidikan diukur dari pelaksanaan tugas, kewajiban, fungsi, hak, dan wewenang, (c) partisipasi menciptakan pelayanan masyarakat dengan prosedur yang mudah, biaya yang murah, dan pelayanan yang cepat sehingga terciptanya kondisi yang kondusif. Selain empat prinsip yang telah dipaparkan di atas, ada tambahan satu prinsip yang dijelaskan dalam (Universitas Islam Annur Lampung, 2023) yaitu prinsip kehati-hatian. Caranya dengan menghindari perbuatan yang dapat merugikan sekolah secara keuangan. Selanjutnya, pendapat Mustari menyebutkan ada sepuluh prinsip dalam manajemen dana pendidikan, yaitu: No. Prinsip-prinsip yang dipegang Bentuk kegiatan 1. Tertib Dana sekolah dikelola dengan tepat waktu dan tepat guna, disertai dengan bukti-bukti yang dapat dipertanggung jawabkan. 2. Taat pada peraturan perundangundangan Berpedoman pada peraturan dan perundang-undangan. 3. Efektif Meraih hasil yang telah ditargetkan dengan cara membandingkan keluaran dan hasil, sesuai dengan
Manajemen Pendidikan 193 peruntukannya dan tujuannya. 4. Efisien Pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan yang terendah, dapat diartikan penghematan dengan hasil yang maksimum. 5. Ekonomis Pemerolehan masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga yang terendah. 6. Transparan Asas keterbukaan, dimungkinkan bagi stakeholder untuk mengetahui dan mendapatkan akses infomasi yang seluas-luasnya tentang dana sekolah. 7. Tanggung jawab Bentuk pertanggung jawaban pengelolaan dan pengendalian sumber dana dan pelaksanaan kebijakan yang telah direncanakan dalam rangka mencapai tujuan. 8. Keadilan Keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaannya dan atau keseimbangan antara hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan yang objektif. 9. Kepatutan Tindakan yang dilakukan
194 Manajemen Pendidikan dengan wajar dan proporsional. 10. Manfaat untuk masyarakat sekolah Dana sekolah diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat sekolah. Dari penjelasan di atas, maka prinsip-prinsip manejemen dana pendidikan perlu dipedomani agar proses manajemen berhasil dan kegiatan-kegiatan yang telah dibuat sesuai perencanaan dapat berjalan dengan baik.
Manajemen Pendidikan 195 12 endidikan merupakan ranah dalam meningkatkan ability seseorang melalui wadah atau lembaga untuk mengembangkan program-program berdasarkan konteks dan sesuai kebutuhan. Pendidikan memerlukan manajemen guna mengelola, mengorganisir merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi. Upaya meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan membutuhkan manajemen dalam tata kelola pada lembaga pendidikan sehingga dapat terlaksana sesuai visi dan misi dalam mencerdaskan bangsa. Berdasarkan pembukaan UUD RI 1945 pada alenia ke empat menyebutkan bahwa, ‚Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa‛ dimana pemerintah berperan aktif dalam mengoptimalkan pengembangan pendidikan berdasarkan kebijakan dan peraturan pemerintah, dan kemudian dilaksanakan dan disesuaikan konteks dalam lembaga pendidikan di setiap wilayah/daerah. Kebijakan P
196 Manajemen Pendidikan yang telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Bab XII perihal Sarana Prasarana Pendidikan Pasal 45 bahwa dalam satuan Pendidikan menyediakan sarana dan prasarana untuk keperluan Pendidikan. Dengan adanya kebijakan perihal sarana prasarana Pendidikan, perlunya manajemen dalam menyelenggarakan lembaga pendidikan. Kata manajemen berasal dari Bahasa Inggris, yaitu manage atau to manage adalah menyelenggarakan dan mengarahkan, mengatur, melaksanakan, dan mengelola1 . Pengelolaan pada lembaga pendidikan merupakan sistem administrasi yang konprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu proses kegiatan dan bekerjasama antara sekelompok orang dalam mencapai tujuan pendidikan melalui proses manajemen dan tata kelola dalam memproyeksikan visi untuk menwujudkan misi2 . Tentunya dalam pengelolaan sebuah lembaga pendidikan sebagai salah satu peran penting untuk melancarkan proses tercapainya visi pendidikan, maka diperlukan sarana pendidikan. Melalui sarana pendidikan yang memegang peran penting sebagai alat transformasi ilmu pengetahuan, sikap, dan keterampilan, maka ada hakikatnya tujuan pendidikan untuk meningkatkan ability peserta didik menjadi bertaqwa, berahklak mulia, berilmu, kreatif dan inovatif serta mandiri dan bertanggungjawab. Berdasarkan kamus besar KKBI 2008, sarana adalah alat atau media dipakai sebagai alat bantu dalam upaya mencapai tujuan dan makna. Sarana pada konteks pendidikan, dapat digunakan 1 Sudarwan Danim dan Yunan Danim, Administrasi Sekolah dan Manajemen Kelas, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), hlm. 6. 2 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004 hlm .20
Manajemen Pendidikan 197 dengan optimal dalam menyampaikan pesan atau ilmu pengetahuan pada proses pembelajaran, sehingga tujuan pendidikan nasional terwujud. Sedangkan menurut Mulyasa, sarana merupa peralatan atau perlengkapn yang digunakan pada saat proses pembelajaran seperti meja kursi, ruang kelas, gedung, dan media pembelajaran3 . Sarana merupakan alat yang digunakan dalam proses pembelajaran, misalnya halaman sekolah dapat dikategorikan sebagai sarana bilamana pada saat pembelajaran ekonomi belajar tentang pasar, maka halaman sekolah didesain sebagai pasar. Siswa melakukan jual beli di halaman sekolah. Mekanisme pendidikan dalam manajemen sarana pendidikan tidak lepas dari prasarana. Prasarana merupakan perlengkapan atau peralatan yang tidak langsung digunakan dalam proses pendidikan. Prasarana digunakan sebagai penunjang pendidikan. Misalnya gedung sekolah merupakan sarana pendidikan, sedangkan pada gedung sekolah terdapat halaman, kebun, dan kantin maka secara tidak langsung bagian dalam gedung merupakan prasarana pendidikan yang tidak langsung digunakan pada saat proses pembelajaran. kebun dapat dikatakan sebagai sarana pendidikan, bilamana digunakan dalam proses pembelajaran biologi, mengenal jenis daun dan tanaman. Manajemen sarana pendidikan merupakan penyelenggaraan pendidikan dengan menggunakan peralatan atau perlengkaan dalam proses pendidikan pada ranah atau lembaga pendidikan saat berlangsungnya proses pembelajaran pada peserta didik dengan tujuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional secara umum. Sedangkan secara khusus sarana pendidikan merupakan unsur penting dalam mendukung fasilitas pada 3 Mulyasa, E. (2003). Managemen Berbasis Sekolah. Bandung : Penerbit PT Remaja Rosdakarya.
198 Manajemen Pendidikan lembaga pendidikan melalui perencanaan atau tata kelola yang matang dan dapat dilaksanakan berdasarkan misi Lembaga Pendidikan yang tertuang ada kurikulum. Pada proses manajemen dalam tata kelola, menggunakan peran sumber daya manusia dan keseluruhan system untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Keseluruhan system merupakan upaya dalam memanfaatkan berbagai aspek dan sumber daya tangible atau intangible untuk menyelesaikan penyelenggaraan pendidikan dalam proses pembelajaran. Sarana Pendidikan digunakan dalam berbagai aspek, dengan ruang lingkup manajemen sarana pendidikan dimana penggunaannya disesuaikan konteks. A. Ruang Lingkup Manajemen Sarana Pendidikan Ruang lingkup manajemen sarana pendidikan tergantung dari lembaga pendidikan disesuaikan situasi dan kondisi lembaga tersebut dan tujuan pendidikannya. Dalam melaksanakan manajerial dalam pengelolaan sarana Pendidikan berhubungan dengan prasarana, karena keduanya saling mendukung dan melengkapi. Dalam lembaga Pendidikan pada proses pembelajaran selalu berhubungan denga sarana prasarana, misalnya dalam pembelajaran biologi, guru menggunakan sarana seperti ruang kelas dan peralatan seperti papan white board/papan tulis, spidol/kapur tulis, penghapus papan, gambar bentuk kerangka manusia, atau menggunakan media pembelajaran seperti ppt dengan bantuan monitor/layar screen, laptop, dan proyektor/LCD. Apabila pembelajaran dirasa kurang optimal lembaga pendidikan dapat menggunakan prasarana, sebagai contoh, pada labratorium biologi terdapat sarana pendidikan
Manajemen Pendidikan 199 seperti model tubuh manusia, mikroskop, tabung kecil, dan peralatan kimia yang mendukung proses pembelajaran. Berdasarkan paparan di atas, maka ruang lingkup manajemen sarana pendidikan memerlukan tata kelola dalam mengadakan sarana, merawat/memelihara sarana, dan menginventaris sarana yang dimiliki lembaga pendidikan. Menurut pernyataan Bafadal 4 bahwa ruang lingkup manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengerahan, dan pengawasan. Sedangkan menurut Werang5 ruang lingkup manajemen sarana Pendidikan meliputi perencanaan, pengadaan, inventarisasi, penyimpanan, pemeliharaan, penghapusan, dan pengawasan dalam menunjang proses pembelajaran bermutu. Ruang lingkup manajemen sarana pendidikan meliputi: 1) pengorganisasian, 2) pengadaan sarana pendidikan, 3) inventarisasi, 4) pemeliharaan, 5)pengawasan, dan 6) Penghapusan Sarana prasarana pendidikan sebagai alat yang langsung dipergunakan dalam proses pembelajaran. Dalam Pendidikan sarana dan prasarana memiliki perbedaan dalam prosesnya. Sarana adalah alat/perlengkapan yang digunakan dalam proses pembelajaran. Sehubungan dengan manajemen dalam administrasi pendidkan, maka sarana pendidikan berupa alat peraga dan sumber belajar atau media pendidikan. Sebagai contoh alat atau perlengkapan yang tersedia dalam ruang kelas, yaitu meja kursi, lemari, buku, papan tulis, perlengkapan menulis, LCD/proyektor, screen, laptop, dan 4 Bafadal, Ibrahim. Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Bumi Aksara, 2003, hlm. 61. 5 Werang. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Yogyakarta: Media Akademi, 2015.hlm. 142
200 Manajemen Pendidikan media yang digunakan dalam proses pembelajaran, seperti alat permainan edukatif tradisional (APET), alat permainan edukatif modern (APEM). Peralatan yang digunakan dalam proses pembelajaran disesuaikan dengan tingkatan pendidikan. Tentunya peralatan yang digunakan berbeda sesuai pelajaran berdasarkan konteks dan kebutuhan. Demikian pula dengan ruangan dan bangunan yang digunakan secara langsung pada saat proses pembelajaran, dikategorikan sebagai sarana pendidikan. Sedangkan prasarana menurut Krasan bahwa peralatan yang dipergunakan pada saat pelajaran tidak langsung digunakan pada saat pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan, seperti bangunan, halaman, lapangan6 . Prasarana merupakan alat atau perlengkapan fasilitas yang terdapat pada lembaga pendidikan dan tidak digunakan secara langsung. Dengan kelengkaan fasilitas yang dimiliki oleh lembaga pendidikan dapat menjadi indikator kualitas Pendidikan dan dapat menunjukkan komitmen terhadap pembelajaran dan kesejahteraan siswa. Disamping itu, guru atau pendidik mampu menggunakan sarana dan prasarana yang telah tersedia dan mengajak siswa bersama-sama untuk menggunakan fasilitas tersebut. Sehingga dalam pembelajaran tidak hanya guru atau Pendidikan yang menggunakan fasilitas tersebut. B. Pengorganisasian Sarana Pendidikan Keperluan sarana Pendidikan dalam satuan pendidikan membutuhkan proses pengelompokan, diawali dengan penentuan sumber daya dalam menentukan kerjasama 6 Kasan T, Teori dan Alikasi Administrasi Pendidikan, Jakarta, 2007.hlm. 1-2
Manajemen Pendidikan 201 sebagai upaya melaksanakan tugas dan mengelompkan kebutuhan terhadap alat atau perlengkapan dalam Pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Siagian bahwa pengorganisasian merupakan pengelompokan sumber daya dan tugas-tugas dalam menciptakan organisasi disesuaikan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan7 . Sedangkan menurut Hasibuan pengorganisasian merupakan proses menentukan, mengelompokan, dan pengelolaan dalam aktifitas melalui fasilitas yang tersedia dan ditugaskan kepada setia individu menggunakan fasilitas tersebut8 . Pengorganisasian dalam menentukan dan mengelompokan berbagai keperluan yang dibutuhkan seperti penyediaan alat dan orang yang mampu melakukan aktivitas tersebut9 . Pengorganisasian berdasarkan paparan tersebut, dapat dijabarkan bahwa sarana pendidikan melalui pengorganisasian adalah merencanakan, menetapkan, dan menentukan sumberdaya sebagai individu yang mengatur dan bertanggujawab dalam tugas dan mengelompokan alatalat kebutuhan penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan tujuan yang dicapai. Disamping itu mampu mengelola melalui proses manajemen sarana prasarana sebagai tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan dan memanfaatkan fasilitas secara efektif dan efesien. Dalam pengorganisasian perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut. 7 Siagian Sondang. P. Filsafat Administrasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2003.hal 95. 8 Hasibuan, MS, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Hlm. 31. 9 Hasibuan, Malayu S.P. Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas. Jakarta: Bumi Aksara, 2001.hal 20.
202 Manajemen Pendidikan 1. Perencanaan, dengan mengidentifikasi keperluan sarana prasarana disesuaikan dengan jumlah siswa, program dan layanan pendidikan. Sebagai contoh fasilitas tersebut adalah gedung, ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, sumberdaya, dan anggaran 2. Pengadaan fasilitas sesuai kebutuhan melalui pemilihan tempat dan perijinan. 3. Pemeliharaan agar awet dan berfungsi baik. 4. Manajemen sumber daya dengan personel yang bertanggungjawab dan kmitmen terhadap tugasnya. 5. Pemantauan dalam pemakaian fasilitas secara berkala sehingga dapat membantu dalam perbaikan. 6. Keterlibatan stakeholder dalam mendapatkan infrmasi terkait pengellaan sarana prasarana. 7. Peningkatan terhadap sarana rasarana sesuai dengan kebutuhan dan standar yang berhubungan dengan konteks pendidikan. Melalui pengorganisasian dalam mengelola sarana prasarana dapat membantu meningkatkan enggunaan sumber daya dan fasilitas dapat berfungsi dengan berkesinambungan dan jangka Panjang. C. Pengadaan Sarana Pendidikan Dalam proses kegiatan satuan pendidikan sebagai upaya meningkatkan dan mengembangkan sumber daya memerlukan fasilitas dan peralatan dalam mendukung proses pembelajaran dengan baik dan efektif. Pengadaan sarana pendidikan merupakan perencanaan matang dengan
Manajemen Pendidikan 203 mempertimbangkan kebutuhan, tranparansi, efesiensi, kuantity, kualitas, dan akuntable. Persiapan dalam mengadakan alat penyelenggara pembelajaran disusun dengan matang dan jelas dalam keefektifan ada saat pemakaian. Menurut Bafadal dalam rangka memperoleh perlengkapan yang dibutuhkan oleh sekolah adalah dengan membeli, meminta sumbangan, menukar barang, menyewa10. Pengadaan sarana pendidikan melalui perencanaan merupakan faktor terpenting sesuai dengan kebutuhan lembaga pendidikan sehingga perlunya penentuan skala prioritas dalam memenuhi peralatan adalah a) mempertimbangkan saran atau usulan dari berbagai pihak pada lembaga pendidikan seperti guru, kepegawaian, komite, dan stakeholder terhadapan kebutuhan sarana pendidikan; b) menyesuaikan dengan anggaran; c) menentukan pengadaan sarana: membeli dari produsen atau toko, menyewa, pemberian atau sumbangan, melakukan transaksi tukar tambah, dan mengadakan sendiri. Pengadaan dalam menyediakan fasilitas dalam melaksanaan tugas, melalui fasilitas yang telah disediakan digunakan untuk menunjang kegiatan pendidikan sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam pendidikan11 . Pengadaan fasilitas memengaruhi kulitaas pembelajaran dan keberhasilan siswa. Sarana prasarana dalam pengadaan yang terencana dapat meningkatkan dukungan terhadap proses pembelajaran, adanya aspek keselamatan dan keamanan, 10 Bafadal, Ibrahim. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, Dari Sentralisasi Menuju Desentralisasi. Jakarta: Bumi Aksara. 2003.hlm. 89-90. 11 Nurabadi, Ahmad, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, 2014. Hlm. 36.
204 Manajemen Pendidikan menimbulkan inovasi dalam metode pembelajaran, pengembangan keterampilan, mengakomodasi kebutuhan siswa, sebagai daya Tarik calon siswa dengan guru yang berkualitas, dan citra lembaga pendidikan. D. Inventarisasi Sarana Pendidikan Inventarisasi merupakan kegiatan pencatatan dengan rinci dan teratur dalam memenuhi keperluan stok barang12 . Setiap lembaga pendidikan wajib menyelenggarakan inventaris barang-barang yang disediakan dengan tertib dan teratur. Semua barang tersebut adalah milik sekolah walaupun anggaran diperoleh dari bantuan pemerintah, hadiah atau hibah dan sumbangan dengan tujuan untuk kelancaran proses belajar mengajar. Sedangkan menurut Daryanto dan M. Farid bahwa inventaris merupakan penyusunan daftar barang secara sistematis dalam dunia Pendidikan dan menciptakan ketertiban dan penghematan keuangan sehingga memudahkan pemeliharaan dan pengawasan13 . Pengertian inventarisasi berdasarkan jabaran di atas, maka inventarisasi merupakan pencatatan terperinci dan rutin terhadap alat atau perlengkapan pendidikan dalam mewujudkan ketertiban pemeliharaan dan pengawasan. Bentuk format dalam penyusunan daftar barang menggunakan buku inventaris dengan membedakan sesuai jenis pengadaan barang dan memberi penomoran kode untuk memudahkan semua pihak dalam memakai dan mengem- 12 M. Arifin dan Barnawi, Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.hlm.55 13 Daryanto dan M.Farid Manajemen Pendidikan di Seklah, Yogyakarta: Gava Media, 2013, hlm.124.
Manajemen Pendidikan 205 balikan sesuai kriteria penempatan/penyimpanan alat atau peralatan. Tujuan dari inventaris adalah untuk pengendalian asset, pemantauan fasilitas yang dimiliki, perencanaan pengadaan atau pengganti, menghindari pemborosan, kepatuhan regulasi. Sedangkan manfaatnya adalah mengurangi resiko kerusakan, alokasi dana yang tepat sasaran, mengprasikan fasilitas lebih efisien, membantu penelusuran asset, dan membantu regulasi terbaru. Dengan menjalankan inventaris dengan baik, maka dapat meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi pengeluaran dana, memastikan fasilitas benar mendukung proses pendidikan berkualitas E. Pemeliharaan Sarana Pendidikan Sarana pendidikan yang telah tersedia pada Lembaga Pendidikan, memerlukan penataan dalam perawatan dan pemeliharaan. Sehubungan dengan semua pihak sekolah menggunakan sarana yang terdapat dalam satuan Pendidikan, maka dibutuhkan perawatan agar perlengkaan tidak mudah rusak dan mencegah pemborosan. Pentingnya sarana pendidikan dalam proses pembelajaran perlu adanya manajemen bidang pemeliharaan. Menurut Nurabadi pemeliharaan dapat dilakukan dengan perawatan terus menerus, perawatan berkala, perawatan darurat, perawatan preventif. Pemeliharaan dilakukan untuk mencegah kerusakan dan selalu dalam keadaan baik kemudian pelaksanaan dilakukan secara rutin sesuai kesepakatan14 . Pemeliharaan menurut Suliyarti adalah kegiatan dalam 14 Nurabadi, A., Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan. FIP UM. 2014. Hlm.66
206 Manajemen Pendidikan pengaturan agar sarana tersebut dalam kondisi baik dan dapat digunakan15 . Melalui tatakelola pemeliharaan diawali dengan perencanaan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan bersama. Dalam tatakelola dibutuhkan sumberdaya yang kompeten dan terorganisir. Dalam merencanakan pemeliharaan, diperlukan tahapan membuat jadwal pengadaan barang, jadwal waktu perbaikan berkala sarana dan prasarana, dan laporan perbaikan/perawatan sarana dan prasarana, jadwal pengunaan sarana dan prasarana untuk pembelajaran. Dengan demikian dibutuhkan yang bertanggungjawab dalam peran pemeliharaan. Semua warga sekolah atau lembaga pendidikan bertanggungjawab dalam menjaga dan memelihara terhadap sarana dan prasarana. Tujuan memelihara sarana Pendidikan adalah menjaga keamanan dan keselamatan warga sekolah, mempertahankan kondisi fasilitas, mendukung pembelajaran yang efektif, meningkatkankestabilan operasional, sedangkan manfaat memelihara sarana pendidikan adalah menghemat anggrana jangka Panjang, sumber daya lebih efisien, memiliki citra yang baik, terhindar dari biaya tinggi, memenuhi persyaratan regulasi, dan lingkungan yang nyaman dan produktif. Dengan demikian menciptakan lingkungan nyaman dan meningkatkan pembelajaran berkulitas. 15 Suliyarti, R., Manajemen Pemeliharaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan. INA-Rxiv Papers, 2019. Hlm. 20
Manajemen Pendidikan 207 F. Pengawasan Sarana Pendidikan Menurut Nurabadi, pengawasan terhadap sarana dan prasarana Pendidikan dibantu oleh pimpinan untuk mengontrol pemeliharaan demi keberhasilan proses pendidikan16 . Pemeliharaan sarana prasarana diperlukan pengawasan terhadap penggunaan untuk mengontrol dalam pemberdayaan peralatan dan perlengkapan dalam proses pembelajaran. Kepala sekolah atau pimpinan lembaga pendidikan berperan sebagai pengawas melalui kebijakan dan keputusan dalam tatakelola sarana prasarana pendidikan. Melalui pengawasan mampu mengoptimalkan penggunaan dan meminimalkan permasalahan terhadap kepentingan sarana prasarana pendidikan seperti penyimpangan penggunaan, kerusakan, keamanan, dan penggelapan. Pengawasan mampu mengontrol formasi organisasi dengan memerhatikan kepentingan bersama untuk tujuan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan mutu Pendidikan. Tujuan pengawasan adalah ketersediaan sarana dan prasarana, menjamin kondisi layak guna, menjamin keselamatan, dan data digunakan dengan efektif dan efesien. Melalui pengawasan yang rutin dan terjadwal data diketahui kondisi sarana dan prasarana Pendidikan, sehingga data dilakukan tindakan dalam tatakelola terhadap sarana prasarana tersebut. Apabila terdapat sarana prasarana yang rusak dan tidak data diperbaiki atau sudah tidak kondusif untuk dipakai karena sudah tidak sesuai dengan konteks pembelajaran, maka data dihapuskan dari invertaris. 16 Nurabadi A. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, Malang: Fakultas Pendidikan Universitas Negeri Malang, 2014.hlm.74.
208 Manajemen Pendidikan G. Penghapusan Penghapusan sarana prasarana data dilakukan dalam memanajemen sarana pendidikan apabila kondisi sudah tidak memungkinkan berdasarkan regulasi dan ketentuan yang berlaku pada lembaga pendidikan tersebut. Tujuan penghapusan adalah untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan fasilitas yang lebih efisien, memperbaharui fasilitas yang lebih modern dalam menciptakan kualitas Pendidikan, mengurangi biaya operasional, memastikan keamanan dengan mengganti yang telah usang, memaksimalkan penggunaan ruangan, menggunakan fasilitas yang relevan dengan Pendidikan sesuai konteks, penghapusan mengikuti kepatuhan terhada lingkungan. Pengambilan keputusan terhadap penghapusan berdasarkan hasil evaluasi yang cermat terhadap kebutuhan, anggaran, dan dampak terhadap operasional. Proses penghapusan perlengkapan dalam Lembaga Pendidikan adalah sebagai berikut: (1) membentuk tim penghapusan sarana Pendidikan; (2) mereka diberi tugas untuk mengidentifikasi barang yang akan dihapus; (3) berdasarkan identifikasi kemudian dikumpulkan pada lokasi yang ditentukan; (4) perlengkaan Pendidikan dikemas dan dibersihkan; (5) tim mengajukan usulan penghapusan ada instansi yang bertanggungjawab; (6) setelah usulan disetujui akan dikeluarkan surat keutusan penghapusan, kemudian tim memeriksa kembali barang yang dihapus dan membuatkan berita acara penghapusan; (7) kemudian tim yang ditunjuk melakukan penghapusan. Bentuk penghapusan yang dilakukan adalah pemusnahan dan pelelangan. Penghapusan dilakukan karena barang
Manajemen Pendidikan 209 sudah tidak layak pakai dan tidak memilik nilai ekonomis. Sedangkan pelelangan adalah menjual barang yang sudah tidak dipakai tetapi kondisi masih baik. Pelelangan dilakukan untuk mengoptimalkan ruang, menghindari pemborosan pemeliharaan, dan mengotimalkan fasilitas dalam meningkatkan kualitas Pendidikan.
210 Manajemen Pendidikan 13 A. Sistem Informasi Sistem Informasi adalah sistem yang mengkombinasikan pekerjaan manusia dan penggunaan teknologi dalam upaya mendukung manajemen dan kegiatan operasional. Arsip maupun data baru akan tersimpan dan terekam dengan baik, memberi kemudahan pengguna untuk mencari data maupun informasi yang sedang dibutuhkan (Melian, 2021) Sistem informasi memuat berbagai informasi penting mengenai orang, tempat, dan segala sesuatu yang ada di dalam atau di lingkungan sekitar organisasi. Informasi menjelaskan mengenai organisasi atau salah satu sistem utamanya mengenai apa yang telah terjadi pada masa lalu, apa yang sedang terjadi sekarang, dan apa yang mungkin akan terjadi pada masa yang akan datang tentang organisasi
Manajemen Pendidikan 211 tersebut (Janry Haposan U. P. Simanungkalit, 2012). Sistem adalah suatu rangkaian yang terdiri dari dua atau lebih komponen yang saling berhubungan dan saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan, di mana sistem biasanya terbagi dalam sub-sistem yang lebih kecil untuk mendukung sistem yang lebih besar. Sistem Informasi berbasis Komputer (CBIS) terdiri dari komponen berikut: 1. Hardware Hardware atau Perangkat keras sistem informasi komputer adalah merupakan aspek fisik dari teknologi informasi seperti keyboard, monitor, processor, dan printer, digunakan untuk menampilkan input, proses, dan aktivitas output. Ini adalah merupakan yang terpenting dari bagian sistem informasi karena data perangkat lunak dan data di akses dari perangkat keras (Hardware) 2. Software Software atau perangkat lunak yang di bangun dari sistem perangkat keras hardware yang merupakan seperangkat instruksi yang memberi tahu perangkat keras apa yang harus dilakukan Ketika perangkat lunak sedang diprogram, apa yang sebenarnya terjadi adalah instruksi dibuat untuk memberi tahu perangkat keras apa yang harus dilakukan. Ada beberapa jenis perangkat lunak, dengan dua kategori utama adalah perangkat lunak sistem operasi dan perangkat lunak aplikasi. Dimana software untuk sistem operasi adalah perangkat lunak yang membuat perangkat keras benar-benar dapat
212 Manajemen Pendidikan digunakan. Perangkat lunak aplikasi didefinisikan sebagai perangkat lunak yang melakukan sesuatu yang berguna. Kategori ini mencakup semua aplikasi mulai dari perangkat lunak anti-virus hingga aplikasi streaming dan perangkat lunak lain apa pun yang ada di sistem informasi organisasi. 3. Database Kumpulan koleksi data yang terdiri dari dua atau lebih data yang saling berhubungan. Data merupakan kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian dan merupakan kesatuan nyata yang nantinya akan digunakan sebagai bahan dasar suatu informasi. 4. People Adalah yang bekerja dengan computer based information system. Orang adalah elemen yang paling penting dalam computer based information system. 5. Procedures Strategi, kebijakan, metode, dan aturan untuk menggunakan computer based information system. 6. Telecommunication, network, and internet Telecommunication dan network digunakan untuk menghubungkan komputer dan perangkat komputer di gedung, kota, daerah, atau sebrang dunia untuk memungkinkan terjadinya komunikasi elektronik. Internet adalah jaringan komputer terbesar di dunia, yang merupakan interkoneksi jaringan
Manajemen Pendidikan 213 B. Metode Pengembangan Sistem Informasi Model Waterfall merupakan salah satu model pengembangan perangkat lunak yang ada di dalam model SDLC (Sequential Development Life Cycle). Menurut Sukamto dan Shalahuddin (2013:26) mengemukakan bahwa ‚ SDLC atau Software Development Life Cycle atau sering disebut juga System Development Life Cycle adalah proses mengembangkan atau mengubah suatu sistem perangkat lunak dengan menggunakan model-model dan metodologi yang digunakan orang untuk mengembangkan sistem-sistem perangkat lunak sebelumnya, berdasarkan best practice atau cara-cara yang sudah teruji baik. Sedangkan Sukamto dan Shalahuddin (2013:28) dijelaskan bahwa model waterfall sering juga disebut model sekuen linear atau alur hidup klasik. Pengembangan sistem dikerjakan secara terurut mulai dari analisis, desain, pengkodean, pengujian dan tahap pendukung Gambar 1. Metode Waterfall
214 Manajemen Pendidikan 1. Requirement (analisis kebutuhan) Dalam langkah ini merupakan analisa terhadap kebutuhan sistem. Pengumpulan data dalam tahap ini bisa melakukan sebuah penelitian, wawancara atau studi literatur. Seseorang sistem analisis akan menggali informasi sebanyak-banyaknya dari user sehingga akan tercipta sebuah sistem komputer yang bisa melakukan tugas-tugas yang diinginkan oleh user tersebut. Tahapan ini akan menghasilkan dokumen user requirement atau bisa dikatakan sebagai data yang berhubungan dengan keinginan user dalam pembuatan sistem, dokumen inilah yang akan menjadi acuan sistem analisis untuk menterjemahkan kedalam bahasa pemrograman. 2. Design System (desain sistem) Proses design akan menerjemahkan syarat kebutuhan sebuah perancangan perangkat lunak yang dapat diperkirakan sebelum dibuat koding. Proses ini berfokus pada : struktur data, arsitektur perangkat lunak, representasi interface, dan detail (algoritma) prosedural. Tahapan ini akan menghasilkan dokumen yang disebut software requirement. Dokumen inilah yang akan digunakan programmer untuk melakukan aktivitas pembuatan sistemnya. 3. Coding & Testing (penulisan kode program / implementation) Coding merupakan penerjemahan design dalam bahasa yang bisa dikenali oleh komputer. Dilakukan oleh programmer yang akan menerjemahkan transaksi yang diminta oleh user. Tahapan inilah yang merupakan
Manajemen Pendidikan 215 tahapan secara nyata dalam mengerjakan suatu sistem.Dalam artian penggunaan komputer akan dimaksimalkan dalam tahapan ini. Setelah pengkodean selesai maka akan dilakukan testing terhadap sistem yang telah dibuat tadi. Tujuan testing adalah menemukan kesalahan- kesalahan terhadap sistem tersebut dan kemudian bisa diperbaiki. 4. Penerapan / Pengujian Program (Integration & Testing) Tahapan ini bisa dikatakan final dalam pembuatan sebuah sistem. Setelah melakukan analisa, design dan pengkodean maka sistem yang sudah jadikan digunakan oleh user. 5. Pemeliharaan (Operation & Maintenance) Perangkat lunak yang sudah disampaikan kepada pelanggan pasti akan mengalami perubahan. Perubahan tersebut bisa karena mengalami kesalahan karena perangkat lunak harus menyesuaikan dengan lingkungan (peripheral atau sistem operasi baru) baru, atau karena pelanggan membutuhkan perkembangan fungsional. C. Manajemen Pendidikan Manajemen pendidikan terdiri dari dua kata, yakni manajemen dan pendidikan. Beberapa pendapat ahli menyatakan tentang manajemen: 1. Menurut (Stoner, 1995) manajemen yaitu suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan
216 Manajemen Pendidikan penggunaan berbagai sumber daya organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang diinginkan. 2. Menurut (Hasibuan, Malayu, 2014) menyatakan manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan tertentu. 3. Menurut (Millet, 2006) manajemen merupakan suatu proses pembimbingan, pengarahan dan pemberian fasilitas terhadap pekerjaan orang-orang yang terkoordinasi dalam kelompok-kelompok formal untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Manajemen pendidikan adalah (Usman, 2009): 1. Segala usaha bersama untuk mendayagunakan semua sumber (manusia dan non manusia) secara efektif dan efisien, guna mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. 2. Suatu proses keseluruhan semua kegiatan bersama dalam bidang pendidikan dengan memanfaatkan semua fasilitas yang tersedia, baik personil, material, spiritual untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan harus berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Pendidikan memberikan bekal kepada manusia untuk menghadapi kesulitan zaman yang terus berubah. Pendidikan memiliki kemampuan untuk menjadi penggerak perubahan dalam skala besar maupun kecil. Setiap perubahan dipengaruhi oleh perguruan tinggi sebagai organisasi pendidikan. Mengapa hal ini terjadi? Karena ini adalah titik kematangan dalam pendidikan, di mana
Manajemen Pendidikan 217 seseorang diharapkan mengalami perubahan cara mereka berpikir dan berperilaku. Pendidikan bertujuan untuk menyiapkan individu yang seimbang untuk mencapai tujuan hidup (Susanti, 2022). Pendidikan memiliki 4 pilar yang dijadikan landasan untuk mencapai tujuan pendidikan sepanjang hayat yaitu : 1. Learning to know, belajar untuk menguasai instrumeninstrumen pengetahuan. 2. Learning to do (belajar berbuat), sebuah konsepsi bagaimana kita bisa berbuat dan melakukan atau mempraktekkan dari apa yang sudah kita pelajari. 3. Learning to live together (belajar hidup bersama), konsepsi bagaimana kita bisa hidup bersama dengan orang lain yang memiliki latar, budaya, sosial, ekonomi dan agama dan keanekaragaman yang berbeda-beda 4. Learning to be (belajar menjadi seseorang), pendidikan harus bisa menyumbangkan perkembangan yang seutuhnya kepada setiap orang baik dalam jiwa raga, intelegensia, kepekaan, rasa, estetika tanggung jawab pribadi dan nilai spiritual. Manajemen pendidikan memiliki peran dan tanggung jawab. Substansi manajemen pendidikan meliputi (1) manajemen peserta didik (2) manajemen kurikulum dan pembelajaran (3) manajemen sumber daya manusia pendidikan (4) manajemen sarana dan prasarana pendidikan (5) manajemen keuangan sekolah (6) manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat. Sekolah harus dapat mengelola keenam garapan manajemen ini, karena semuanya saling terkait dan dan saling mempengaruhi.
218 Manajemen Pendidikan Gambar 2. Substansi Manajemen Pendidikan Tiga alasan mengapa manajemen pendidikan diperlukan dalam setiap organisasi, termasuk dalam pendidikan, yaitu: 1. Optimalisasi pencapaian tujuan pendidikan nasional. Dimana tujuan pendidikan umum dan khusus membutuhkan manajemen. 2. Menjaga keseimbangan diantara tujuan yang bertentangan: Dalam kasus ini, manajemen diperlukan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan, sasaran, dan kegiatan yang ingin dicapai dengan semua pihak yang berkepentingan atau terlibat dalam organisasi pendidikan.. 3. Mencapai tujuan pendidikan dengan efisien dan efektif.
Manajemen Pendidikan 219 Ali, M. (2011) Aplikasi KTSP dan Bahan Ajar dalam Pendidikan Isla. Jakarta: Rajawali Pers. Andi Prastowo (2014) Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press. Arifin, Z. & Susanto, A. (2018). Manajemen Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. A. F. Stoner James, D. (1996). Manajemen, Edisi Indonesia. Jakarta: PT. Prenhallindo Abdullah Idi. 2011. Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakat dan Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Azis, R. (2016). Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit SIBUKU. Adamy, M. (2016). Upcycling: From old to new. Kunststoffe International, 106(12), 16–21. Aguinis, H. (2019). Performance Management For Dummies. In John Wiley & Sons, Inc. Armstrong, M. (2002). Resource Management Resource Management. In Distributed Computing (Issue May). Buku 1 (yayasan pendidikan). (n.d.). 1.
220 Manajemen Pendidikan Abubakar and Kurniatun, T.C. (2017) Manajemen Keuangan Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Anwar, N. (2017) ‘Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar’, Jurnal Pendidikan Dasar, 5(2), pp. 78–88. Arifin, M dan Barnawi. 2012. Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Bafadal, Ibrahim. 2003. Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Bumi Aksara. Bush, T., & Coleman, M. (2000). Leadership and strategic management in South African schools. Journal of Educational Administration, 38(4), 309-331. Black, P., & Wiliam, D. (2020). Assessment for Learning in the Classroom. Routledge. Banks, J. A. (2020). Multicultural Education in a Global Society. Wiley. Barrogo, S.D. (2020) ‘Teachers’ Perception of Standardized Classroom Observation Tool’, International Journal of Academic Pedagogical Research, 4(7), pp. 33–37. Available at: www.ijeais.org/ijapr. Cedefop (2019) ‘VET tools and resources’, Diakses dari https://www.cedefop.europa.eu/en/tools-and-resources. Daryanto dan M.Farid. 2013. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Yogyakarta: Gava Media.. De Groot, B.A. (2004) ‘Tumbuh Kembang Budaya di Kolonial Jawa: Suatu Tinjauan dari Tinjauan Sejarah Budaya Jawa Modern, 1800-1920’, Jurnal Antropologi Indonesia, pp. 75–94.
Manajemen Pendidikan 221 Daffa, M., Fawwaz, F., Athahirah, N., Saputra, F., Al-farisi, S., Wijaya, R., & Rozaq, A. (2023). ETNIK : Jurnal Ekonomi – Teknik Peran Pendidikan Indonesia di Era Society 5 . 0. Jurnal Ekonomi DanTeknik, 2(5), 423–428. Daryanto. (2021). Paradigma Baru Pembelajaran di Era Transformasi Pendidikan. Penerbit Gava Media. Darling-Hammond, L. (2020). Foreword. Dalam R. N. Carnevale, M. Smith, & J. Strohl (Eds.), Learning While Earning: The New Normal (hal. xi-xii). Harvard Education Press. Durlak, J. A., Weissberg, R. P., Dymnicki, A. B., Taylor, R. D., & Schellinger, K. B. (2019). The Impact of Enhancing Students' Social and Emotional Learning: A Meta-Analysis of School-Based Universal Interventions. Child Development, 82(1), 405-432. Daresh, John C. 2001. Supervision as proactive leadership. 3rd ed. Prospect Heights, IL: Waveland Press. Depdiknas. 2008. Supervisi Akademik dalam Peningkatan Profesionalisme Guru. Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK Depdiknas. Dodd, W.A. 1972. Primary School Inspection Inc; in New Countries. London: Oxford University Press. Drucker, P. F. (2012). The Practice of Management. Routledge. Dimmock, C., & Walker, A. (2020). Educational Leadership: Culture and Diversity. Oxford University Press. Dimyati, M. (2021). Pendidikan Multikultural dan Keanekaragaman di Era Global. Pustaka Belajar. E Kosasi (2020) Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
222 Manajemen Pendidikan Eisner, E. (2002) The Kind of Schools We Need: Personal Essays. Portsmouth, NH: Heinemann. Fikri, M. (2016). Konsep Dasar Manajemen Pendidikan & Peran SOP Standar Operasional Prosedur. 1–453. Fullan, M. (2021). The New Meaning of Educational Change (6th ed.). Teachers College Press. Fullan, M. (2014). The Principal: Three Keys to Maximizing Impact. Wiley. Follet M. P. 2013. penerbit Effendi Usman Azas-Azas Manajemen. Jakarta: Rajawali Pers. Fullan, M. (2020). The New Meaning of Educational Change (6th Edition). Teachers College Press. Glickman, C.D., Gordon, S.P., and Ross-Gordon, J.M. 2007. Supervision and Instructional Leadership A Development Approach. Seventh Edition. Boston: Perason. Gwynn, J.M. 1961. Theory and Practice of Supervision. New York: Dodd, Mead & Company. Glatthorn, A. A. (1990). Supervisory Leadership: Introduction to Instrustional Supervision,. United States of America,: Harper Collins Publishers. Gunawan, I. (2010). Prinsip-prinsip Manajemen Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya. H.A.R. Tilaar. 2002. Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta: PT. Rineka Cipta Hariandja M. T. E. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia di Lembaga Keungan Syaria Jakarta: Rajawali Pers.
Manajemen Pendidikan 223 Hasibuan. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara Hasibuan. Malayu, S. P. 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Edisi Revisi) Jakarta: PT Bumi Aksara. Hasan, A.H., Rama, B. and Naro, W. (2022) ‘The role of Supervisors in Improving Teacher Competence: an empirical review in building Educational Psychology to Support Learning Quality’, Baltic Journal of Law & Politics, 15(7), pp. 158–170. doi:10.2478/bjlp-2023-007014. Hasibuan, Malayu S.P. 2001. Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas. Jakarta: Bumi Aksara. Herdiansyah. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan. Bandung. Uhar Suharsaputra.Hattie, J., & Anderman, E. M. (2021). International Guide to Student Achievement (2nd ed.). Routledge. Hargreaves, A., & Shirley, D. (2018). The Global Fourth Way: The Quest for Educational Excellence. Corwin. Hamalik, O. (2020). Evaluasi Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya. Jenita, J., Ratna Nurdiana, I Made Gede Ariestova Kurniawan, Darnilawati, & Diana Triwardhani. (2022). Optimizing Human Resources Management For Higher Education in the Era of Implementing an Independent Curriculum in Indonesia. Jurnal Iqra’ : Kajian Ilmu Pendidikan, 7(2), 246–259. https://doi.org/10.25217/ji.v7i2.1803 Koontz, Harold, Cryl O' Donnell, 1989. Manajemen. Jakarta: Penerbit Erlangga.
224 Manajemen Pendidikan Kemendikbud. (2020). Kurikulum 2013: Kesiapan Indonesia Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Koesnandar, A. (2008) Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Web. Komariah, N. (2018) ‘Konsep Manajemen Keuangan Pendidikan’, Jurnal Al Afkar, 4(1), pp. 68–94. Kunandar (2013) Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013). Suatu Pendekatan Praktis Disertai Dengan Contoh. Jakarta: Rajawali Pers. Keengwe, J., & Onchwari, G. (2020). Handbook of Research on Transforming Learning and Teaching with Technology. IGI Global. Kemdikbud (2002) Kurikulum 2004: Tingkat Pendidikan Dasar dan Menegah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kemdikbud (2013) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kasan T. 2007. Teori dan Alikasi Administrasi Pendidikan. Jakarta. Kemdikbudristek (2020) Kurikulum Merdeka Belajar. Jakarta: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Kemendikbud (2013) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 2013 Tahun 2013 tentang Kurikulum 2013.
Manajemen Pendidikan 225 Leithwood, K., Louis, K. S., Anderson, S., & Wahlstrom, K. (2004). Review of Research: How Leadership Influences Student Learning. The Wallace Foundation. Lemke, L., Wals, A. E. J., & Bonnett, M. (2019). The Routledge Handbook of Environmental Education. Routledge. Luk Luk Nur Mufidah. (2009). Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Teras. Lickona, T., & Davidson, M. (2019). Smart & Good High Schools: Integrating Excellence and Ethics for Success in School, Work, and Beyond. Character Development Group. Luthans, F. (2011). Organizational Behavior: An Evidence-Based Approach. McGraw-Hill. Mintzberg, H. (1994). The Rise and Fall of Strategic Planning. Free Press. Masrianda (2022) ‘Konsep Dasar Manajemen Keuangan dan Pembiayaan Pendidikan Dalam Pengelolaan Serta Pengalokasian Dana Pendidikan’, Jurnal UPI: Jurnal Administrasi Pendidikan , 19(2), pp. 193–202. Mayasari, R., Shopiana and Julham, T. (2018) ‘Manajemen Keuangan dan Pembiayaan’, Sabilarrasyad, 3(2), pp. 77– 90. Mustari, M. (2014) Manajemen Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Marwansyah. 2010. Penerbit H. Burhanuddin Yusuf, Manajemen Sumber Daya Manusia di Lembaga Keungan Syaria Jakarta: Rajawali Pers. Miles, M. dan Huberman M. 1992. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Sinar Media.
226 Manajemen Pendidikan Moleong, L. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Karya. Made Pidarta. 1999. Manajemen Pendidikan. Jakarta: PT. Bina Aksara. Munjiatun (2019) ‘Models, Approaches, and Techniques of Educational Supervision to Improve Teachers’ Professionalism in The Era of Industrial Revolution 4.0’, in International Conference of Moslem Society, pp. 93– 107. doi:10.24090/icms.2019.2436. Mukhneri. Manajemen Mutu Terpadu Pada Program Studi Manajemen Pendidikan S2 Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta. Vol 1 No 1 (2010): Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 1 Nomor 1 Juli 2010 Meilanie, S.M. (2019) Modul Belajar Mandiri. Jakarta: Kemendikbud. Muamanah, H. and . S. (2020) ‘Pelaksanaan Teori Belajar Bermakna David Ausubel Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam’, Belajea; Jurnal Pendidikan Islam, 5(1), p. 161. Available at: https://doi.org/10.29240/belajea.v5i1.1329. Marnis & Priyono. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. In Manajemen Sumber Daya Manusia. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004 Moursund, D. (2020). Teaching and Learning for the Twenty-First Century: Educational Goals, Policies, and Curricula from Six Nations. Information Age Publishing.
Manajemen Pendidikan 227 Marty, M. (2008) ‘The History of School Curriculum’, Diakses dari https://www.educationworld.com/a_curr/history-ofschool-curriculum.shtml. Mulyasa, E. 2003. Managemen Berbasis Sekolah. Bandung : Penerbit PT Remaja Rosdakarya. Nurabadi A. 2014. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan. Malang: Fakultas Pendidikan Universitas Negeri Malang. Nasution, S. (2003) Pengantar Ilmu Pendidikan: Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Nawawi, H. B. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia di Lembaga Keungan Syaria Jakarta: Rajawali Pers. Nawawi, I. 2009. Pembangunan Dan Problema Masyarakat: Jakarta Putra Media Nusantara. Ndraha, T. 1987. Pembangunan Masyarakat Memapersiapkan Masyarakat Tinggal Landas. Jakarta: Bina Aksara. OECD (2019) ‘Curriculum in 21st Century Schools’, Diakses dari http://www.oecd.org/education/school/curriculum-in21st-century-schools.htm. Priatni, E. (2014) Sejarah Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Permendikbud Nomor 15 tahun 2018 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah Pemerintah Indonesia. (2020). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024. Kementerian PPN/Bappenas. Permendikbud. (2021). Panduan Pembelajaran pada Satuan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus
228 Manajemen Pendidikan Disease (COVID-19). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemdikbud. (2021). Kurikulum 2013 Revisi 2021: Panduan Penyusunan Pembelajaran Tematik Integratif. Kemdikbud. Pidarta, M. (1992). Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan,. Jakarta: Bumi Aksara. Peraturan Pemerintah RI No 12 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah. (2007, Tahun). Piet Sahertian. (2008). Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta. Prasojo, L. D. (2011). Supervisi pendidikan. Yogyakarta: Gava Media. Purwanto, N. (2012). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rowley, H. H. dan Jackson, M. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia Bidang Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Robbins, S. P., & Coulter, M. (2017). Management. Pearson. Rusdiman et al. (2022) ‘Academic Supervision Model in Improving Teacher Performance’, International Journal of Humanities Education and Social Sciences (IJHESS), 1(6), pp. 863–871. doi:10.55227/ijhess.v1i6.171. Robinson, V., Hohepa, M., & Lloyd, C. (2019). School Leadership and Student Outcomes: Identifying What Works and Why. Routledge.
Manajemen Pendidikan 229 Robinson, V., Hohepa, M., & Lloyd, C. (2019). School Leadership and Student Outcomes: Identifying What Works and Why. Routledge. Supervisi Akademik dalam peningkatan profesionalisme guru. 2010. Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah Pendidikan Dasar. Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK Depdiknas. Stoner, J. A. F., Freeman, R. E., & Gilbert, D. R. (1996). Manajemen. Penerbit Erlangga. Sallis, E. (2014). Total quality management in education. Abingdon, UK: Routledge. Siagian Sondang. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT.Bumi Aksara. Sulistyorini, 2001. Hubungan antara Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru. Ilmu Pendidikan: 28 (1). 62-70. Sutanto, Ary. Pengembangan Model Sistem Informasi Manajemen Pendidikan (Research And Development) Pada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta. Vol 3 No 1 (2012): Jurnal Manajemen Pendidikan Volume 3 Nomor 1 Juli 2012. Sastrohadiwiryo, S. 2002. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Sedarmayanti. 2016. Perencanaan dan Pengembangan SDM untuk Meningkatkan Kompetensi, Kinerja, dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mengger Girang. Sodang P. S. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit : Jakarta Bumi Aksara.
230 Manajemen Pendidikan Subrata, K. 1991. Teori Belajar Orang Dewasa, Jakarta: Universitas Terbuka. Supriadi, D. 2000. ‚Internasionalisasi Pendidikan: Perbandingan Mutu Pendidikan Antar-Bangsa‛. Makalah dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia. Tanggal 19-22 September. Jakarta. Sagala, S. (2012). Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pembelajaran: Membangun Mengatasi Guru Kesulitan Guru memberikan layanan yang bermutu. Bandung: ALFABETA. Siagian Sondang. P. 2019. Filsafat Administrasi. Jakarta: Bumi Aksara. Sudarwan Danim dan Yunan Danim. 2010. Administrasi Sekolah dan Manajemen Kelas, Bandung: Pustaka Setia. Suliyarti, R. 2019. Manajemen Pemeliharaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan. INA-Rxiv Papers. Sohiron, S. (2016). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Pekanbaru: Kreasi Edukasi. Suryadinata, L. (2017). Indonesian Education: Its Legacy and Challenges. Institute of Southeast Asian Studies. Suyanto, B. (2020). Pendidikan Indonesia: Kebijakan, Isu, dan Permasalahan. PT RajaGrafindo Persada. Soepriyanto, Y. (2021). Pendidikan Karakter: Konsep, Model, dan Implementasi. PT Remaja Rosdakarya. Sardiman, A.M. (2016) Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Manajemen Pendidikan 231 Soedjadi, R. (1995) Pendidikan di Indonesia: Sekitar MasalahMasalahnya. Jakarta: Rineka Cipta. Steve Higgins, Diana Laurillard, dan S.W. (2016) Pembelajaran Digital: Konsep Kunci.Stanley, D. (1991) Renaissance Education. London: Cassell. Sucahyowati, hari S.Pd. (2017). Pengantar Manajemen. Sumual, T. E. M., Lia, & Sulistyo, E. P. (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699. Syaifullah, M. (2021) ‘Manajemen Keuangan Pendidikan’, Scolae: Journal of Pedagogy, 4(1), pp. 11–17. Tesaurus Tematis Bahasa Indonesia, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2023) https://tesaurus.kemdikbud.go.id/. Tanjung, B. N. (2020). Human Resources (HR) In Education Management. Budapest International Research and Critics in Linguistics and Education (BirLE) Journal, 3(2), 1240–1249. https://doi.org/10.33258/birle.v3i2.1056 Trilling, B.& F.C. (2009). and Fadel, C. (2009) 21st Century Skills: Learning for Life in Our Times. San Francisco, CA: Jossey-Bass. Terry, G.R. 2006. Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta: Penerbit Bumi. Aksara UNESCO (2015) ‘Education 2030: Incheon Declaration and Framework for Action’, Diakses dari http://unesdoc.unesco.org/images/0024/002456/245656E.p df.Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas.
232 Manajemen Pendidikan Undang-Undang Republik Indonesia (2003) Sistem Pendidikan Nasional. Indonesia. Universitas Islam Annur Lampung (2023) Manajemen Keuangan Sekolah, https://an-nur.ac.id/. Usman, H. (2019) Administrasi, Manajemen, dan Kepemimpinan Pendidikan (Teori dan Praktik). Jakarta: PT Bumi Aksara. UNESCO. (2020). Education for All Global Monitoring Report 2020: Inclusion and Education: All Means All. United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization. UNESCO. (2020). Global Education Monitoring Report 2020: Inclusion and Education: All Means All. United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization. Voogt, J., Knezek, G., Christensen, R., & Lai, K. W. (2018). Second Handbook of Information Technology in Primary and Secondary Education. Springer International Publishing. World Economic Forum. (2020). The Future of Jobs Report 2020. World Economic Forum. Wau, Yasaratodo., dkk. 2018. Profesi Kependidikan Edisi Revisi. Medan: Unimed Press Wilson. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga Warther, W. B. dan Darren, G. D. 1996. Fungsi-Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Wilcox, G., Conde, C.F. and Kowbel, A. (2021) ‘Using EvidenceBased Practice and Data-Based Decision Making in Inclusive Education’, Education Sciences, 11(129), pp. 1– 11. doi:10.3390/educsci11030129.
Manajemen Pendidikan 233 Widianto, H. (2011) ‘Konversi Nilai, Dialog Budaya, dan Dinamika Adaptasi Pendidikan di Era Kolonial’, Progresif: Jurnal Pendidikan Dasar, 1(2), pp. 69–86. Werang. 2015. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Yogyakarta: Media Akademi. Yuberti (2014) Teori Pembelajaran Dan Pengembangan Bahan Ajar Dalam Pendidikan. Lampung: Anugerah Utama Raharja. Zainal, A.R. (2019) Sejarah Pendidikan dan Kurikulum di Indonesia: Dari Masa Pra Kolonial Hingga Masa Kini. Jakarta: Rajawali Pers. Zhao, Y. (2019). What Works May Hurt: Side Effects in Education. Teachers College Press.
234 Manajemen Pendidikan Iman Cahyanto adalah seorang dosen yang mengajar di program studi Manajemen Pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Wiralodra sejak September 2022. Ia lahir di Indramayu 40 tahun yang lalu sebagai anak bungsu dari lima bersaudara dan tumbuh besar di keluarga yang berprofesi sebagai guru. Saat ini ia tinggal di kota Mangga bersama istri Wiwi Kurniani, S.H., dan tiga anak mereka, yaitu Tabares Ibnu Faqih, Theo Aldrich Sagiv, dan Taalea Zahaunnisa Mecca. Penulis menyelesaikan pendidikan dasarnya di SDN Sumur Bandung pada tahun 1995, kemudian melanjutkan ke sekolah menengah pertama di SLPT Negeri 1 Haurgeulis dan lulus pada tahun 1998. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan kejuruan di SMK Angkasa 1 Kalijati Subang dan lulus pada tahun 2001. Beberapa tahun kemudian, Ia melanjutkan pendidikan sarjananya di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Wiralodra dan lulus pada tahun 2009. Dua tahun kemudian, Ia melanjutkan pendidikan pascasarjananya di Program Studi Manajemen
Manajemen Pendidikan 235 Pendidikan Universitas Wiralodra dan lulus pada tahun 2015. Satu tahun kemudian, Ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan doktoralnya di Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Nusantara dan berhasil menyadang gelar doktor pada tahun 2022. Penulis memulai karirnya sebagai tenaga kependidikan di Universitas Wiralodra pada tahun 2010. Pada tahun 2014, Penulis dipromosikan menjadi Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Universitas Wiralodra dan menjabat hingga tahun 2022. Selama perjalanan karirnya, penulis banyak belajar dari Dr. Ujang Suratno, S.H., M.Si, yang merupakan Rektor Universitas Wiralodra. Ia juga terlibat dalam berbagai organisasi, seperti Panitia Pengawas Pilkada Kabupaten Indramayu sebagai Asisten Panwascam pada tahun 2005, BEM Universitas Wiralodra sebagai Presiden Mahasiswa pada periode 2006-2007, BEM Indramayu sebagai Ketua Umum pada periode yang sama, dan BEM Nusantara sebagai periode 2006-2007. Selain itu, Iman Cahyanto juga pernah menjabat sebagai Koordinator Humas di Unit Kegiatan Mahasiswa BESIK's (Bengkel Seni Kampus) pada periode 2007-2008, Sekretaris GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) pada periode yang sama, Ketua Komisi Komunikasi dan Jaringan Wilayah III Cirebon di FOKALISMAS (Forum Komunikasi Lingkung Seni Mahasiswa Sunda) pada periode 2007-2008, dan Anggota Dewan Kesenian Indramayu pada periode 2009-2011. Ia juga terlibat dalam beberapa tim pemantau independen, seperti Tim Pemantau Independen Ujian Nasional pada jabatan Pemantau E pada tahun 2006, 2007, dan 2008, Tim Quick Count KOMPAS Pilkada Gubernur Jawa Barat pada jabatan Koordinator Wilayah Indramayu pada tahun 2008, serta Tim Pemantau Independen KPU Pemilu Legislatif pada jabatan pemantau pada tahun 2009, Anggota
236 Manajemen Pendidikan Dewan Kesenian Indramayu pada periode 2009-2011, Bendahara Umum Cabang Olahraga Persatuan Drum Band Indonesia (PDBI) Cabang Indramayu pada periode 2020-2025, dan Ketua VII Ikatan Keluarga Alumni Universitas Wiralodra pada periode 2021-2026. Dalam karirnya sebagai dosen muda penulis telah menerbitkan karya buku dan artikel dengan bidang keilmuan manajemen pendidikan, ilmu pendidikan dan teknologi pendidikan. Buku perdananya yang terbit berjudul ‚Pengembangan dan Penerapan ICT dalam Manajemen Pendidikan‛. Saat ini penulis aktif terlibat dalam penulisan book chapter dengan judul ‚Manajemen Pendidikan‛, dan ‚Pengantar Ilmu Pendidikan‛. Hasni Hasan, S.Pd., M.Si Lahir di Jayapura pada tanggal 3 Mei 1990. Penulis menyelesaikan pendidikan sarjana pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo di Kendari tahun 2012. Penulis menyelesaikan pendidikan magister pada Program Studi Kajian Budaya, Pascasarjana Universitas Udayana di Denpasar tahun 2015, melalui Program Beasiswa Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) Indonesia tahun 2013. Menjadi Dosen di Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Halu Oleo sejak 2016. Mengampu Mata Kuliah Sejarah Kebudayaan Indonesia, Filsafat Ilmu, Sejarah Australia dan Oceania, Sejarah Afrika, Sejarah Kebudayaan Dunia dan Geo History. Penulis aktif mengikuti kegiatan seminar, aktif mempublikasikan artikel dan jurnal nasional. Selain penulis juga terlibat aktif sebagai dewan editor jurnal jurusan Ilmu Sejarah ‚Idea Of History‛ dan Jurnal sastra dan budaya ‚Sorume‛. Selain itu penulis banyak
Manajemen Pendidikan 237 menerbitkan tulisan dan publikasi ilmiah untuk menunjang keilmuan dan pengetahuan yang berkaitan dengan kebudayaan. Penulis juga sering membagikan tulisan di website pribadi www.hasnihasan.com. Dr. Syahrun, S.Pd., M.Si., Lahir di Wakorambu, Muna pada Tanggal 18 Agustus 1978. Riwayat pendidikan yang pernah dilalui, SD Negeri Kararano Kab. Muna (1985--1991), SMP Negeri 2 Raha Kab. Muna (1991--1994), SMU Negeri I Raha Kab. Muna (1994--1997), Meraih Gelar Sarjana pada Program Sarjana (S1) Pendidikan Sejarah FKIP, Universitas Halu Oleo, Kendari (1997--2002), Judul Skripsi ‚Birokrasi Kesultanan Buton‛, Gelar Magister pada Program Magister (S2) BKU Sosiologi–Antropologi Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Bandung (2004--2006), Judul Tesis ‚Pengobatan Tradisonal Orang Buton studi di Kecamatan Betoambari Kota Baubau‛, Gelar Doktor diperoleh pada Program Doktor (S3) Kajian Budaya, Program Pascasarjana Universitas Udayana, Bali (2011--2015). Dengan Judul Disertasi‛ Komodifikasi Ritual Tuturangianan Andala Pada Masyarakat Nelayan Pulau Makassar Kota Baubau Provinsi Sulawesi Tenggara‛. Karir sebagai dosen diawali dengan menjadi dosen LB pada Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP UHO Tahun 2002-2004, Tahun 2007-2008 sebagai Dosen Tetap Yayasan FKIP dan FISIP Universitas Dayanu Ikhsanuddin Baubau. Tahun 2008 lulus menjadi Dosen PNS di Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo. Tahun 2015-sampai Sekarang menjadi Doen Tetap Pada Jurusan Arkeologi, Ilmu Sejarah dan Jurusan Tradsi Lisan Fakultas Ilmu Budaya
238 Manajemen Pendidikan Universitas Halu Oleo. Selain itu juga aktif sebagai Staf Pengajar Pada Program Pascasarja UHO Prodi Pendidikan IPS, Kajian Budaya dan Pendidikan Seni. Penulis aktif melakukan kegiatan riset baik berasal dari skim Dikti, Internal UHO dan Penelitian Kerjasama Pemerintah Daerah di beberapa kabupaten di Sulawei Tenggara. Pengalaman dalam menulis buku sebagai Anggota Tim Penulis Buku Wuna Anaghaini Tahun 2018, Merawat Keberagaman Budaya Di Sulawesi Tenggara Tahun 2022. Beberapa Karya Ilmiah yang ditulis dan dimuat di Jurnal Internasional dan nasional yang terkareditasi SINTA baik sebagai ketua maupun sebagai anggota. Selain itu, penulis juga aktif menjadi tenaga ahli dalam penyusunan Dokumen AMDAL sejak tahun 2009 sampai sekarang dengan spesifik keahlian sosial budaya. Tahun 2020 sampai sekarang menjadi Tim Ahli Cagar Budaya di Sulawesi Tenggara. Dr.Nunik Yudaningsih,S.Pd.M.Pd., lahir di Ciamis pada tahun 1985. Anak ke 1 dari 2 bersodara yang lahir dari pasangan Drs.H.Jahidin dan Ibu Hj.Edah Sukaedah. Menikah dengan Dr. Dirmana M.Pd di karuniai 4 orang anak, Nanda Yuda Mandalika, Tria Widianingsih, Zahira Waillah (Alm) dan Zahida Waizhah (Alm). Tempat tinggal Dus.Lebaksari Desa Batumalang Kec.Cimerak, Kabupaten Pangandaran. Sekarang menjadi Dosen tetap Pascasarjana Manajemen Pendidikan di Universitas Wiralodra Indramayu Sejak tahun 2022, dengan Jabatan Fungsional Lektor. Lulus sebagai Pendidik Profesional (SerDos) tahun 2017. Menyelesaikan S1 di Pendidikan Biologi Universitas Siliwangi Tasikmalaya(UNSIL), S2 di
Manajemen Pendidikan 239 Manajemen Pendidikan Universitas Galuh Ciamis (UNIGAL) dan S3 di Manajemen Pendidikan Universitas Islam Nusantara Bandung (UNINUS). Riwayat kerja: Tahun 2007 s/d Tahun 2015 Guru SMPN 1 Atap Cimerak Mata Pelajaran IPA, dan Guru SMAN I Parigi Mata Pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. Dosen Amik CBI Sukabumi Tanun 2015 s/d 2022. Pengalaman kerja lainnuya Tahun 2014 sampai sekarang Ketua Yayasan Multazam, Tahun 2014 Tim 11 NU Kabupaten Pangandaran, Tahun 2015 Tim Seleksi KPU Kabupaten Pangandaran, Tahun 2016 Tim Seleksi Kepala DINAS Kabupaten Pangadaran. Tahun 2018 menjadi KPAD Kabupaten Pangandran dan Tahun 2019 Pendamping UMKM Jabar Juara Kabupaten Pangandaran. Dalam pembuatan karya ilmiah telah terbit 14 Journal dengan 3 Terakreditasi nasonal Sinta 2, Sinta 3 dan Sinta 4 dan dan beberapa Buku Fitriyani Kosasih., S.Pd.I.,M.Pd.I. Penulis lahir di Sukabumi, 06 Juli 1983 dari kedua orangtua tercinta Almarhum Drs. H. Engkos Kosasih., M.M.Pd. dan Ibunda Yayah Juariyah. Penulis merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara. Penulis merupakan istri dari M. Farhan Nazri.,S.I.Kom yang bekerja sebagai wiraswasta dan kini penulis memiliki satu putri usia 10 tahun bernama Aliana Mikaila Jafar. Nicholas Renaldo, S.E., M.M., CHRTDS., HRM., lahir di kota Pekanbaru, 9 Agustus 1995, dimana kebetulan bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Negara Singapura dan Hari Jadi Provinsi Riau (yang ibukotanya adalah kota Pekanbaru). Penulis berpendidikan D1 Komputerisasi Akuntansi lulusan tahun 2014, S1 Akuntansi lulusan tahun 2017 di Sekolah
240 Manajemen Pendidikan Tinggi Ilmu Ekonomi Pelita Indonesia, S2 Magister Manajemen Konsentrasi Keuangan lulusan tahun 2019 di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pelita Indonesia, dan sekarang ini (2023) sedang melanjutkan kuliah S3 Ilmu Ekonomi Konsentrasi Akuntansi di Universitas Trisakti. Jabatan terakhir dan masih aktif hingga saat ini adalah Direktur PT Ciera Cahaya Harmoni (Konsultan Bisnis, Penelitian, dan Jasa Profesional), dosen tetap pada Fakultas Bisnis Institut Bisnis dan Teknologi Pelita Indonesia (IBTPI), dan berbagai profesi lainnya. Penulis memiliki beberapa publikasi terkait penelitian pendidikan seperti artikel berjudul Emotional Intelligence, Workload, and Cyberloafing on Organizational Commitment and Performance of Teachers at the Pelalawan High School Level yang terbit pada jurnal internasional. Penulis memiliki artikel yang terindeks Scopus Q2 dan Sinta 2. Penulis juga memiliki buku berjudul ‚Disiplin dalam Pendidikan‛ yang diterbitkan pada tahun 2023. Penulis berhasil mendapatkan sertifikat BNSP untuk Certified Human Resources Training and Development Supervisor (CHRTDS), Human Resources Manager (HRM), Digital Marketing, dan asesor BNSP, serta meraih penghargaan dosen terbaik IBTPI pada tahun 2022-2023 sebanyak empat kali. Dr. Suroyo, M.Pd., lahir di Sleman, Yogyakarta. Latar belakang Pendidikan dari TK-SMA di Yogyakarta, S1 PPKn diperoleh tahun 2001 di Universitas Riau. Pendidikan S2 diraih tahun 2007 pada Jurusan PIPS Konsentrasi Pendidikan Sosiologi Antropologi pada Universitas Negeri Padang. Sementara gelar Doktor (Dr.) diraih pada jurusan Cultural Studies pada Universitas Udayana melalui