Manajemen Pendidikan 91 Supervisi adalah alat penting untuk meningkatkan akuntabilitas di sekolah. Kepala sekolah harus memastikan bahwa semua aspek operasional sekolah berjalan dengan baik, dan supervisi adalah salah satu cara untuk mengukur pencapaian tujuan pembelajaran. Supervisi juga membantu kepala sekolah dalam memantau proses pembelajaran secara keseluruhan, termasuk kurikulum, metode pengajaran, dan evaluasi hasil belajar. Ini memastikan bahwa pendidikan yang diberikan di sekolah sesuai dengan standar pendidikan yang berlaku. Dengan demikian, supervisi adalah alat yang penting bagi kepala sekolah untuk memastikan bahwa sekolah berfungsi dengan baik dan bahwa semua siswa mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Supervisi juga membantu dalam meningkatkan kualitas pengajaran dan kinerja guru serta staf sekolah secara keseluruhan. A. Konsep Supervisi Akademik Supervisi akademik adalah suatu proses yang dilakukan oleh Kepala Sekolah untuk memantau, mendukung, dan meningkatkan kualitas pendidikan di sebuah institusi pendidikan, seperti sekolah atau lembaga pendidikan lainnya. Tujuan utama dari supervisi akademik adalah untuk memastikan bahwa proses pembelajaran dan pengajaran berjalan dengan baik dan efektif, serta sesuai dengan standar dan pedoman yang telah ditetapkan. Inti dari penyelenggaraan pendidikan adalah proses pembelajaran. Pembelajaran yang berkualitas hanya dapat dilaksanakan oleh guru yang berkualitas pula. Oleh karena itu salah satu kegiatan penting dalam rangka pemberdayaan dan peningkatan kualitas guru adalah supervisi akademik kepada guru.
92 Manajemen Pendidikan Banyak pengertian tentang supervisi kepada guru atau biasa disebut dengan supervisi akademik. Supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya dalam mengelola proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kompetensipaedagogik dan profesional, yang muaranya kepada peningkatan mutu lulusan peserta didik (Glickman:2007). Sedangkan Daresh (2001) menyebutkan bahwa supervisi akademik merupakan upaya membantu guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pengajaran. Kegiatan supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah yang ditujukan kepada guru dengan tujuan memberikan bantuan profesional, selain itu supervisi akademik juga bertujuan untuk meningkatkan kompetensi profesional maupun kompetensi paedagogik yang akan berdampak pada peningkatan kinerja guru-guru di sekolah. Mengembangkan kemampuan guru tidak hanya ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan komitmen, kemauan, atau motivasi guru. Dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja guru, kualitas akademik akan meningkat. Tanggung jawab pelaksanaan supervisi di sekolah adalah kepala sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah harus memiliki kompetensi supervisi. Inti dari kegiatan supervisi adalah membantu guru dan berbeda dengan penilaian kinerja guru, meskipun di dalam supervisi akademik ada penilaian. Dalam supervisi akademik, menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa dihindarkan prosesnya (Sergiovanni, 1987).
Manajemen Pendidikan 93 Menurut Sergiovanni (dalam Depdiknas, 2007: 10), ada tiga tujuan supervisi akademik, yaitu: 1. Supervisi akademik dilakukan untuk membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalnya dalam memahami kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya dan menggunakan kemampuannya melalui teknik-teknik tertentu. 2. Supervisi akademik dilakukan untuk memonitor kegiatan proses belajar mengajar di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa dilakukan melalui kunjungan kepala sekolah ke kelas-kelas di saat guru sedang mengajar, percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan sebagian peserta didik. 3. Supervisi akademik dilakukan untuk mendorong guru menerapkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas- tugas mengajar, mendorong guru mengembangkan kemampuannya sendiri, serta mendorong guru agar ia memiliki perhatian yang sungguhsungguh terhadap tugas dan tanggung jawabnya. Menurut Alfonso, Firth, dan Neville (dalam Depdiknas, 2007) Supervisi akademik yang baik adalah supervisi akademik yang mampu berfungsi mencapai multi tujuan tersebut di atas. Tidak ada keberhasilan bagi supervisi akademik jika hanya memperhatikan salah satu tujuan tertentu dengan mengesampingkan tujuan lainnya. Hanya dengan merefleksi ketiga tujuan inilah supervisi akademik akan berfungsi mengubah perilaku mengajar guru. Pada gilirannya nanti perubahan perilaku guru ke arah yang lebih berkualitas akan menimbulkan perilaku belajar murid yang lebih baik.
94 Manajemen Pendidikan Gambar 1. Tujuan Supervisi Akademik Berdasarkan gambar tersebut, bentuk bantuan kepada guru dalam mengembangkan kompetensinya dapat berupa mengembangkan kurikulum, mengembangkan kelompok kerja guru (KKG/MGMP), dan secara bersamaan dapat memberikan bimbingan Penelitian Tindakan Kelas. Dengan demikian ketiga tujuan di atas saling terikat dan utuh serta menyatu dalam rangka mengubah perilaku guru. Supervisi akademik memiliki peran penting dalam mencapai tujuan pendidikan yang lebih luas, termasuk meningkatkan kualitas pengajaran, pengembangan profesional guru, dan menciptakan lingkungan pendidikan yang memotivasi guru untuk terus belajar dan tumbuh (learning and growth). B. Prinsip-Prinsip Supervisi Guru Prinsip-prinsip supervisi akademik ada 14, meliputi: 1. Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah. 2. Sistematis, artinya dikembangkan sesuai perencanaan program supervisi dan tujuan pembelajaran.
Manajemen Pendidikan 95 3. Objektif, artinya masukan data/informasi sesuai aspekaspek instrumen. 4. Realistis, artinya berdasarkan kenyataan sebenarnya. 5. Antisipatif, artinya mampu menghadapi masalahmasalah yang mungkin akan terjadi. 6. Konstruktif, artinya mengembangkan kreativitas dan inovasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran. 7. Kooperatif, artinya ada kerja sama yang baik antara supervisor dan guru dalam mengembangkan pembelajaran. 8. Kekeluargaan, artinya mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh dalam mengembangkan pembelajaran. 9. Demokratis, artinya supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi akademik. 10. Aktif, artinya guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi. 11. Humanis, artinya mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor. 12. Berkesinambungan (supervisi akademik dilakukan secara teratur dan berkelanjutan oleh Kepala sekolah). 13. Terpadu, artinya menyatu dengan program pendidikan. 14. Komprehensif, artinya memenuhi ketiga tujuan supervisi akademik di atas (Dodd, 1972).
96 Manajemen Pendidikan C. Pendekatan, Teknik dan Model Supervisi Guru 1. Pendekatan Supervisi Pendekatan adalah cara mendekatkan diri kepada objek atau langkah-langkah menuju objek. Menurut Sudjana (2004) pendekatan supervisi ada tiga jenis yaitu: a. Pendekatan langsung (direct contact) yaitu cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Dalam hal ini peran supervisor lebih dominan. b. Pendekatan tidak langsung (indirect contact) yaitu cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Supervisor hanya mendengarkan, memberi penguatan, menjelaskan, dan secara bersama-sama memecahkan masalah. c. Pendekatan kolaboratif adalah pendekatan yang memadukan cara pendekatan langsung dan tidak langsung. 2. Teknik Supervisi Untuk melaksanakan supervisi akademik secara efektif diperlukan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal (Glickman, et al. 2007). Oleh karena itu kepala sekolah harus memahami berbagai teknik supervisi. Ada dua macam teknik supervisi, yaitu teknik individual dan teknik kelompok (Gwyn, 1961). a. Teknik Supervisi Individual 1) Kunjungan Kelas (Classroom Visitation) Kepala sekolah atau supervisor datang ke kelas untuk mengobservasi guru mengajar, untuk melihat kelebihan, kekurangan yang sekiranya perlu diperbaiki.
Manajemen Pendidikan 97 Tahap-tahap kunjungan kelas terdiri dari empat tahapan yaitu: (1) tahap persiapan, (2) tahap pengamatan selama kunjungan, (3) tahap akhir kunjungan, (4) tahap tindak lanjut. 2) Kunjungan Observasi (Observation Visitation) Guru ditugaskan sesuai dengan kebutuhannya untuk mengamati guru lain yang sedang mendemonstrasikan cara mengajar mata pelajaran tertentu. Kunjungan observasi dapat dilakukan di sekolah sendiri atau dengan mengadakan kunjungan ke sekolah lain. Aspek-aspek yang dapat diobservasi diantaranya (1) aktivitas guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran, (2) cara menggunakan media pembelajaran, (3) variasi metode, (4) ketepatan penggunaan media dengan materi, (5) ketepatan penggunaan metode dengan materi, dan (6) reaksi mental peserta didik dalam proses pembelajaran 3) Pertemuan Individual Pertemuan individual adalah suatu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara supervisor dan guru, yang ditujukan untuk (1) mengembangkan perangkat pembelajaran yang lebih baik, (2) meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran, dan (3) memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan diri guru. Hal yang harus dilakukan Supervisor dalam pertemuan Individu: (1) berusaha mengembangkan segisegi positif guru, (2) mendorong guru mengungkapkan masalah yang dihadapinya dan cara-cara yang telah dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitannya, dan (3) menyepakati berbagai solusi permasalahan dan menindaklanjutinya.
98 Manajemen Pendidikan 4) Kunjungan Antar Kelas Kunjungan antar kelas adalah kegiatan guru berkunjung ke kelas lain di sekolah itu sendiri. Tujuannya adalah untuk berbagi pengalaman dalam pembelajaran. Beberapa hal penting yang harusdilakukan dalam melakukan kunjungan antar kelas diantaranya: a) Kunjungan harus direncanakan secara terjadwal, b) Guru-guru yang akan dikunjungi harus terpilih, c) Tentukan guru-guru yang akan mengunjungi, d) Kepala sekolah mengikuti kegiatan ini agar kegiatan kunjungan kelas dilakukan dengan benar dan sungguh-sungguh, e) Lakukan tindak lanjut setelah kunjungan antar kelas selesai, misalnya dalam bentuk percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu, dan f) Hasil kunjungan, segera diterapkan oleh guru yang menjadi peserta kunjungan, sesuai dengan kondisi dan kemampuannya masing-masing. b. Teknik Supervisi Kelompok Teknik supervisi kelompok merupakan suatu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang akan disupervisi dikelompokkan berdasarkan hasil analisis kebutuhan dan hasil analisis kemampuan kinerjanya. Langkah selanjutnya, kepala sekolah sebagai supervisor memberikan layanan supervisi secara kelompok, sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang diperlukan. Teknik supervisi kelompok meliputi (1) pertemuan atau rapat, (2) diskusi kelompok, (3) pelatihan. Menurut
Manajemen Pendidikan 99 Gwynn, ada tiga belas teknik supervisi kelompok, sebagai berikut: (1) Kepanitiaan-kepanitiaan, (2) Kerja kelompok, (3) Laboratorium kurikulum, (4) Baca terpimpin, (5) Demonstrasi pembelajaran, (6) Darmawisata , (7) Kuliah/studi, (8) Diskusi panel, (9) Perpustakaan jabatan, (10) Organisasi profesional, (11) Buletin supervisi, (12) Pertemuan guru, (13) Lokakarya atau konferensi kelompok. 3. Model Supervisi Kepala sekolah dapat melakukan supervisi dengan memilih model yang tepat. Berbagai model supervisi sebagaimana berikut ini: a. Model supervisi tradisional. Model supervisi tradisional yang masih digunakan adalah Observasi Langsung. Supervisi model ini dapat dilakukan dengan observasi langsung kepada guru yang sedang mengajar melalui prosedur: pra-observasi dan postobservasi. 1) Pra-Observasi. Sebelum observasi kelas, supervisor seharusnya melakukan wawancara serta diskusi dengan guru yang akan diamati. Isi diskusi dan wawancara tersebut mencakup kurikulum, pendekatan, metode dan strategi pembelajaran, media pengajaran, evaluasi dan analisis. 2) Observasi Kelas. Setelah wawancara dan diskusi mengenai apa yang akan dilaksanakan guru dalam kegiatan belajar mengajar, kemudian supervisor mengadakan observasi kelas. Observasi kelas meliputi keseluruhan jalannya
100 Manajemen Pendidikan pembelajaran, yaitu pendahuluan (apersepsi), pengembangan, penerapan dan penutup. 3) Post- Observasi. Setelah observasi kelas selesai, mengadakan wawancara dan diskusi tentang: kesan guru terhadap penampilannya, identifikasi keberhasilan dan kelemahan guru, identifikasi ketrampilan-ketrampilan mengajar yang perlu ditingkatkan, gagasan-gagasan baru yang akan dilakukan. b. Model supervisi akademik secara tidak langsung 1) Diskusi Kasus Diskusi kasus berawal dari kasus-kasus yang ditemukan pada observasi Proses Pembelajaran (PBM), laporan-laporan atau hasil studi dokumentasi. Kepala Sekolah bersama guru mendiskusikan kasus demi kasus, mencari akar permasalahannya dan mencari alternatif jalan keluarnya. 2) Metode Angket Supervisi melalui metode angket dilakukan dalam upaya penggalian data permasalahan guru-guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Angket ini berisi yang berkaitan erat dan mencerminkan penampilan guru di kelas, kinerja guru, strategi pembelajaran, hubungan guru dengan siswanya dan sebagainya. 3) Model Kontemporer Masa Kini Supervisi akademik model kontemporer dilaksanakan dengan pendekatan klinis, sehingga sering disebut juga sebagai model supervisi klinis. Supervisi akademik dengan pendekatan klinis, merupakan supervisi akademik yang bersifat kolaboratif. Prosedur supervisi klinis sama dengan supervisi akademik langsung, yaitu:
Manajemen Pendidikan 101 dengan observasi kelas, namun pendekatannya berbeda. Pada supervisi klinis, inisiatif lebih dominan berasal dari guru yang ingin disupervisi. Supervisi klinis adalah pembinaan performansi guru mengelola proses pembelajaran (Sullivan & Glanz, 2005). Sedangkan menurut Achenson (1987) klinis berarti: hubungan tatap muka (temu muka) antara guru dan supervisor, berfokus pada tingkah laku aktual guru di dalam kelas. a. Karakteristik supervisi klinis antara lain: 1) Perbaikan keterampilan pembelajaran spesifik 2) Fungsi utama supervisor (kepala sekolah) adalah pada keterampilan mengamati, menganalisis implementasi kurikulum, dan membuat catatan 3) Fokus pada perbaikan cara mengajar 4) Analisis berdasar bukti pengamatan 5) Instrumen disusun atas kesepakatan guru dan supervisor 6) Umpan balik diberikan secara cepat dan obyektif 7) Pelaksanaan supervisi klinis mengikuti prinsipprinsip berikut: 8) Bersahabat 9) Demokratis 10) Terbuka, objektif, konstruktif 11) Kesepakatan Bersama 12) Berpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru, 13) Siklus perencanaan, pelaksanaan, dan balikan, 14) Berkesinambungan dan berkelanjutan.
102 Manajemen Pendidikan Menurut Sullivan & Glanz (2005), ada empat langkah dalam supervisi klinis yaitu: a) perencanaan pertemuan; b) observasi; c) pertemuan berikutnya; dan d) refleksi kolaborasi. D. Instrumen Supervisi Guru Instrumen supervisi akademik merupakan alat yang digunakan oleh supervisor (kepala sekolah) untuk mengidentifikasi profil kemampuan guru dalam pembuatan rencana dan pelaksanaan pembelajaran, serta penilaian pembelajaran. Keberhasilan kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi akademik sangat tergantung pada kemampuannya dalam memilih, menyusun, dan menggunakan instrumen yang tepat. Macam-macam Instrumen Supervisi Akademik 1. Pedoman Observasi Pedoman observasi merupakan instrumen yang digunakan untuk mengamati proses pembelajaran. Untuk memudahkan pengolahan data, sebaiknya pedoman observasi menggunakan skala penilaian, antara lain; skala angka, skala grafik, skala grafik deskriptif, atau kartu nilai. 2. Pedoman Wawancara Wawancara termasuk salah satu alat dalam pengumpulan data yang dapat digunakan untuk memperoleh informasi tambahan terkait dengan pelaksanaan pembelajaran. Untuk kelancaran dan
Manajemen Pendidikan 103 efektifitas proses wawancara diperlukan intrumen dan pedoman wawancara. 3. Daftar Cek/Kendali Daftar kendali termasuk suatu instrumen untuk mempertimbangkan dan mengevaluasi situasi kondisi nyata dari suatu kegiatan yang terjadi di dalam kelas secara rinci. Dalam memilih instrumen yang tepat, kepala sekolah hendaknya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1) fokus supervisi, 2) tujuan supervisi, 3) teknik supervisi, dan 4) waktu yang tersedia. Sebagai contoh, supervisi akademik dengan teknik individual kunjungan kelas menggunakan instrumen perencanaan pembelajaran, instrumen observasi pelaksanaan pembelajaran dan instrumen penilaian pembelajaran. Dalam beberapa kasus, instrumen supervisepenilaian pembelajaran dijadikan satu dengan instrumen supervisi pelaksanaan pembelajaran. Dalam pelaksanaan supervisi klinis, instrumen dapat dikembangkan bersama antara supervisor dan supervisee. Banyak Instrumen yang dapat digunakan dalam supervisi akademik. Kepala sekolah selaku supervisor dapat mengembangkan sendiri instrumen supervisi ini sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sekolah masing masing, atau memilih instrumen yang sudah sesuai dengan kebutuhan. Pada lampiran disajikan beberapa contoh instrumen supervisi akademik. Salah satu acuan yang bisa digunakan dalam menyusun atau mengembangkan instrumen supervisi akademik adalah indikator-indikator dalam Penilaian Kinerja Guru. Dengan mengacu pada indikator Penilaian Kinerja Guru, peningkatan kualitas guru sebagai hasil pemberian
104 Manajemen Pendidikan bantuan melalui supervisi akademik sedikit banyak dapat diketahui melalui mekanisme Penilaian Kinerja Guru. E. Tahapan Supervisi Guru Secara umum pelaksanaan supervisi akademik dilaksanakan dalam tiga tahapan, yaitu 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan supervisi, dan 3) Tindak lanjut hasil supervisi. Aktivitas yang baik harus direncanakan dengan baik, demikian pula halnya dengan supervisi akademik. Adapun prinsip-prinsip perencanaan supervisi akademik adalah 1) objektif, 2) bertanggung jawab, c) berkelanjutan, d) berdasarkan SNP, e) didasarkan atas kebutuhan sekolah. 1. Perencanaan Supervisi Ruang lingkup perencanaan supervisi akademik antara lain: 1) pengelolaan Kurikulum, 2) persiapan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran, 3) pencapaian Standar Kompetensi Lulusan, Standar Proses, dan Standar Isi, 4) peninjauan mutu pembelajaran. Adapun langkah-langkah penyusunan perencanaan supervisi akademik yaitu: 1) merumuskan tujuan, 2) menetapkan jadwal, 3) memilih pendekatan, teknik, dan model, 4) memilih instrumen. Agar dapat digunakan sebagai pedoman pelaksanaan supervisi sebaiknya perencanaan supervisi memuat: a. Latar belakang. Latar belakang berisi tentang arti penting supervisi dan alasan perlunya pelaksanaan supervisi akademik. b. Landasan hukum. Landasan hukum berisi berbagai peraturan yang digunakan sebagai landasan pelaksanaan supervisi
Manajemen Pendidikan 105 akademik dan peraturan yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi supervisi. c. Tujuan. Tujuan supervisi memuat hal-hal yang diinginkan dari adanya program supervisi dan pelaksanaan supervisi. d. Indikator keberhasilan supervisi akademik. Agar supervisi akademik terukur keberhasilannya, perlu dideskripsikan indikator keberhasilan, baik dilihat dari awal, proses pelaksanaan maupun hasilnya. Kriteria keberhasilan merupakan tolak ukur untuk menetapkan tingkat keberhasilan sebuah aktivitas. Keberhasilan pelaksanaan supervisi akademik, ditandai ciri-ciri sebagai berikut: a. Pra-observasi (Pertemuan awal): 1) Terciptanya suasana akrab dengan guru; 2) Membahas persiapan yang dibuat oleh guru dan disepakatinya fokus pengamatan; dan 3) Disepakatinya instrumen observasi yang akan digunakan. b. Observasi (Pengamatan pembelajaran) 1) Dilaksanakan pengamatan sesuai dengan fokus yang telah disepakati; 2) Digunakannya instrumen observasi; 3) Adanya catatan (fieldnotes) berdasarkan hasil pengamatan yang mencakup perilaku guru dan peserta didik, selama proses pembelajaran (mulai pendahuluan sampai penutup); dan 4) Tidak mengganggu proses pembelajaran. c. Pasca-observasi (Pertemuan balikan): Terlaksananya pertemuan balik setelah observasi;
106 Manajemen Pendidikan 1) Menanyakan pendapat guru mengenai proses pembelajaran yang baru berlangsung; 2) Menunjukkan data hasil observasi (instrumen dan catatan) dan memberi kesempatan guru mencermati dan menganalisisnya; 3) Mendiskusikan secara terbuka hasil observasi terutama pada aspek yang telah disepakati dan memberikan penguatan terhadap penampilan guru; 4) Menghindari kesan menyalahkan, usahakan guru menemukan sendiri kekurangannya; 5) Memberikan motivasi bahwa guru mampu memperbaiki kekurangannya; dan 6) Menentukan bersama rencana pembelajaran dan supervisi berikutnya. d. Sasaran Sasaran supervisi adalah guru atau tenaga kependidikan yang akan disupervisi. e. Pendekatan dan teknik supervisi Pendekatan dan teknik supervisi berisi tentang pendekatan dan teknik yang dipilih dalam pelaksanaan supervisi sesuai dengan kebutuhan. f. Ruang lingkup supervisi Ruang lingkup berisi cakupan bidang yang disupervisi, antara lain analisis perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. g. Jadwal pelaksanaan supervisi. Jadwal supervisi berisi daftar nama guru yang di supervisi serta kapan supervisi tersebut dilaksanakan.
Manajemen Pendidikan 107 h. Instrumen yang digunakan, sesuai dengan yang telah dibahas di awal. 2. Pelaksanaan Supervisi Pelaksanaan supervisi akademik sangat tergantung pada pendekatan dan teknik yang digunakan. Dalam pelaksanaan supervisi akademik teknik individual jenis observasi dan kunjungan kelas, pelaksanaan supervisi dilaksanakan dalam tiga tahapan, yaitu pra observasi, observasi dan pasca observasi. a. Pra observasi Pra observasi adalah tindakan berupa sebelum observasi, guru yang akan disupervisi merasa nyaman dan siap untuk disupervisi. Bentuk kegiatan pra observasi biasanya berupa diskusi yang sekaligus dimanfaatkan untuk melakukan supervisi perencanaan pembelajaran dengan mengacu kepada format supervise berikut ini: b. Observasi Observasi adalah aktivitas pengamatan oleh supervisor pada saat guru melaksanakan pembelajaran di kelas. Pengamatan oleh supervisor mengunakan instrumen yang telah ditentukan sebelumnya. Meskipun demikian dapat saja supervisor menemukan sesuatu yang menarik di luar instrumen. Temuan berupa kekuatan atau kelemahan guru saat pembelajaran yang tidak terakomodasi dalam instrumen observasi sebaiknya tetap diperhatikan sebagai bahan penguatan atau umpan balik.
108 Manajemen Pendidikan c. Pasca Observasi Kegiatan pasca observasi adalah proses refleksi dan pemberian umpan balik serta upaya pengkondisian tindakan perbaikan yang harus dilakukan oleh guru yang disupervisi. Kegiatan refleksi dan wawancara ini dapat didokumentasi berupa instrumen wawancara. Hal penting yang perlu diperhatikan saat memberikan umpan balik dan refleksi adalah bantuan kepada guru yang disupervisi untuk menemukan sendiri hal yang dirasakan kurang, serta memfasilitasi guru untuk mengambil keputusan dan menemukan solusi atas kekurangannya sendiri. 3. Tindak Lanjut Supervisi Salah satu langkah penting dalam kegiatan supervisi akademik adalah tindak lanjut hasil supervisi. Supervisi tanpa tindak lanjut tidak memiliki dampak yang berarti dalam perbaikan proses pembelajaran. Tindak lanjut supervisi akademik dapat berupa: a. Melakukan Evaluasi Hasil Supervisi Tindak lanjut hasil supervisi merupakan kegiatan yang sangat strategis berkenaan dengan upaya peningkatan mutu proses dan hasil belajar. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa tanpa kegiatan tindak lanjut, supervisi yang dilakukan tidak memiliki makna apa pun. Tindak lanjut hasil supervisi meliputi dua kegiatan utama, yaitu melakukan evaluasi hasil supervisi dan menindaklanjuti hasil supervisi. Evaluasi hasil supervisi merupakan salah satu kegiatan mengolah, menganalisis, menafsirkan, menyimpulkan dari instrumen-instrumen pengumpulan
Manajemen Pendidikan 109 data hasil observasi di kelas. Materi evaluasi difokuskan dalam pencapaian rencana pelaksanaan supervisi, baik menyangkut fokus supervisi, tujuan, sasaran, waktu pelaksanaan, teknik supervisi, media, termasuk instrumen supervisi, serta kriteria keberhasilannya. Hasil evaluasi selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk mengetahui ketercapaian rencana supervisi, sekaligus mengetahui letak permasalahan yang dihadapi. Guna memudahkan kepala sekolah melakukan evaluasi hasil supervise b. Menindaklanjuti Hasil Supervisi Berdasarkan hasil analisis evaluasi supervisi akademik, langkah selanjutnya adalah menindaklanjuti hasil supervisi, yang meliputi: 1) Menetapkan alternatif tindakan yang akan ditempuh sesuai dengan kesulitan atau kelemahan yang ditemukan ada pada guru, 2) Membuat rencana tindakan yang mencakup kapan, dimana, siapa yang terlibat, serta bagaimana langkah-langkah tindakan tersebut dilakukan. Berbagai bentuk tindak lanjut hasil supervisi dapat berupa pembinaan secara langsung dan tidak langsung serta pembinaan situasional. 1) Pembinaan secara langsung dilakukan terhadap guru yang memiliki permasalahan yang spesifik dan dipandang efektif dilakukan secara langsung dan segera, misalnya, kesalahan konsep materi, sikap dan tindakan guru yang dipandang memberi dampak negatif bagi peserta didik.
110 Manajemen Pendidikan 2) Pembinaan secara tidak langsung dilakukan terhadap hal-hal yang sifatnya umum yang perlu perbaikan dan perhatian setelah memperoleh hasil analisis supervisi. Kegiatan pembinaaan ini sekaligus merupakan upaya untuk memberikan penguatan dan pengembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan guru. 3) Pembinaan situasional dilakukan kepala sekolah dalam membina guru diantaranya menganjurkan agar guru: (1) Memanfaatkan buku guru, buku peserta didik, pedoman, panduan, serta juknis-juknis yang ada (2) Memanfaatkan alat dan media pembelajaran yang ada di lingkungan sekolah (3) Memanfaatkan video-video pembelajaran untuk memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukannya, (4) Memanfaatkan Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S), Kelompok Kerja Guru, MGMP/MGBK, serta organisasi profesi yang ada. (5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi serta berbagai penerbitan yang relevan dengan pengembangan kemampuan profesional guru. (6) Melakukan benchmarking atau studi banding ke sekolah atau objek lainnya yang relevan. (7) Melakukan pengembangan guru pembelajar sesuai dengan hasil evaluasi diri dan/atau penilaian kinerja guru.
Manajemen Pendidikan 111 c. Pemantapan Instrumen Supervisi Kegiatan untuk memantapkan instrumen supervisi dapat dilakukan dengan cara diskusi kelompok antara supervisor dengan guru. Dengan kegiatan kajian bersama ini, akan diperoleh instrumen yang lebih baik, dengan cara menambah, mengurangi komponen atau aspek pada instrumen, atau memperbaiki deskripsinya. Selain itu bisa juga dengan memperbaiki bentuk instrumennya. Dalam memantapkan instrumen supervisi, dikelompokkan menjadi: 1) Instrumen persiapan mengajar guru meliputi: program tahunan, program semester, Silabus, RPP, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran. 2) Instrumen supervisi pembelajaran, lembar pengamatan, dan suplemen observasi (keterampilan mengajar, karakteristik mata pelajaran, pendekatan klinis, dan sebagainya). 3) Penggandaan instrumen dan informasi kepada guru bidang studi binaan atau kepada karyawan untuk instrumen non akademik.
112 Manajemen Pendidikan 6 upervisi dalam pengembangan sumber daya guru adalah suatu proses yang dilakukan oleh atasan atau supervisor pendidikan untuk membantu guru meningkatkan kualitas pengajaran mereka. Tujuan utama dari supervisi adalah untuk meningkatkan kemampuan guru, memperbaiki praktik pengajaran, dan akhirnya, meningkatkan hasil belajar siswa. Tujuan supervisi adalah meningkatkan kualitas pengajaran, melalui umpan balik konstruktif dan dukungan. Kemudian mendukung pertumbuhan profesional dengan memberikan peluang untuk refleksi, pembelajaran, dan pengembangan diri. Lalu meningkatkan hasil belajar siswa dengan memastikan bahwa pengajaran yang diberikan oleh guru efektif (Rusdiman et al., 2022). Proses supervisi melalui pengamatan, dimana supervisor akan mengamati guru saat mengajar di kelas. Pengamatan ini S
Manajemen Pendidikan 113 dapat dilakukan secara berkala atau sesuai kebutuhan. Kemudian melalui umpan balik kepada guru. Umpan balik ini harus bersifat konstruktif dan dapat membantu guru memahami kekuatan dan kelemahan dalam praktik pengajaran mereka. Lalu perencanaan tindak lanjut, supervisor dan guru bersama-sama merencanakan tindak lanjut. Ini bisa berupa pengembangan rencana perbaikan atau rencana pengembangan profesional. Terdapat 2 pendekatan supervisi, yakni: supervisi formatif yang berfokus pada pengembangan guru. Tujuannya adalah membantu guru dalam meningkatkan kualitas pengajaran mereka. Umpan balik yang diberikan bersifat konstruktif dan tidak bersifat penilaian. Kedua, supervisi sumatif yang berorientasi pada evaluasi kinerja guru. Biasanya digunakan untuk menilai pencapaian guru terhadap standar tertentu. Umpan balik dalam supervisi sumatif dapat memiliki implikasi terhadap pengembangan profesional dan keputusan terkait karier. A. Peran Penting Supervisor dalam Peningkatan Kualitas Pengajaran Supervisor memainkan peran penting dalam peningkatan kualitas pengajaran. Peran mereka mencakup berbagai aspek, dan berikut adalah beberapa peran kunci yang dimainkan oleh supervisor dalam upaya meningkatkan kualitas pengajaran. Supervisor sebagai pengamat dan pemantau. Supervisor mengamati dan memantau guru saat mengajar di kelas. Ini memungkinkan mereka untuk menilai langsung praktik pengajaran guru (Hasan, Rama and Naro, 2022). Supervisor penyedia umpan balik. Supervisor memberikan umpan balik kepada guru berdasarkan pengamatan
114 Manajemen Pendidikan mereka. Umpan balik ini harus konstruktif, spesifik, dan berfokus pada aspek-aspek tertentu yang perlu diperbaiki. Supervisor sebagai mentor dan pembimbing. Supervisor dapat berfungsi sebagai mentor atau pembimbing bagi guru. Mereka memberikan dukungan, saran, dan panduan kepada guru untuk membantu mereka mengembangkan keterampilan pengajaran yang lebih baik. B. Prinsip-prinsip Dasar Supervisi Pendidikan untuk Pengembangan Guru Prinsip-prinsip dasar supervisi pendidikan untuk pengembangan guru membentuk kerangka kerja yang penting untuk memastikan bahwa proses supervisi berjalan efektif dan memberikan manfaat maksimal bagi pengembangan guru. Berikut adalah beberapa prinsip dasar supervisi pendidikan: 1. Kolaborasi: Supervisi harus dianggap sebagai proses kolaboratif di mana supervisor dan guru bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu meningkatkan kualitas pengajaran. Kolaborasi memungkinkan guru merasa didukung dan terlibat aktif dalam proses pengembangan mereka. 2. Keterpaduan dengan Tujuan Pendidikan: Supervisi harus selaras dengan tujuan dan visi pendidikan lembaga atau sekolah. Ini memastikan bahwa setiap tindakan supervisi memiliki relevansi langsung dengan misi pendidikan yang lebih besar. 3. Umpan Balik Konstruktif: Supervisor harus memberikan umpan balik yang konstruktif kepada guru. Umpan balik
Manajemen Pendidikan 115 harus berfokus pada perbaikan dan pengembangan, bukan sekadar evaluasi atau kritik tanpa solusi. C. Metode dan Pendekatan Supervisi yang Efektif Supervisi yang efektif dalam pengembangan sumber daya guru melibatkan berbagai metode dan pendekatan yang dirancang untuk memberikan dukungan konstruktif kepada guru dan meningkatkan kualitas pengajaran mereka. Berikut adalah beberapa metode dan pendekatan supervisi yang efektif: 1. Supervisi Formatif: Pendekatan ini berfokus pada pengembangan guru dan perbaikan praktik pengajaran mereka. Supervisor memberikan umpan balik yang konstruktif dan bekerja sama dengan guru untuk mengidentifikasi kekuatan dan area perbaikan. Metode: Pengamatan kelas, diskusi reflektif, perencanaan pengajaran bersama, dan pelatihan berkelanjutan (Munjiatun, 2019). 2. Supervisi Kolaboratif: Kolaborasi antara supervisor dan guru sangat penting. Supervisi kolaboratif menciptakan lingkungan di mana guru merasa didukung dan memiliki peran aktif dalam proses. Metode: Diskusi satu-satu, pertemuan tim, dan proyek kolaboratif. 3. Supervisi Berbasis Bukti: Keputusan supervisi didasarkan pada bukti konkret dari pengajaran dan hasil belajar siswa. Data pengajaran dan evaluasi kinerja guru digunakan untuk membuat keputusan yang lebih baik. Metode: Pengumpulan dan analisis data pengajaran, penggunaan evaluasi hasil belajar siswa, dan pemanfaatan bukti kinerja.
116 Manajemen Pendidikan D. Teknik Observasi Kelas dalam Supervisi Guru Observasi kelas adalah salah satu teknik yang penting dalam supervisi guru karena memungkinkan supervisor untuk melihat langsung praktik pengajaran guru di dalam kelas dan memberikan umpan balik yang konstruktif. Berikut adalah beberapa teknik observasi kelas yang dapat digunakan dalam supervisi guru: 1. Pengamatan Keterlibatan Siswa: Supervisor dapat memeriksa sejauh mana siswa terlibat dalam pembelajaran. Ini mencakup tingkat partisipasi siswa, interaksi antar siswa, dan tingkat pemahaman mereka terhadap materi pelajaran. 2. Pengamatan Penggunaan Materi dan Sumber Daya: Supervisor dapat memeriksa apakah guru efektif dalam mengintegrasikan materi, buku teks, sumber daya multimedia, atau teknologi dalam pengajaran mereka (Barrogo, 2020). 3. Pengamatan Teknik Pengajaran: Supervisor dapat memeriksa berbagai teknik pengajaran yang digunakan oleh guru, seperti penyampaian materi, penggunaan pertanyaan, diskusi kelas, demonstrasi, dan sebagainya. E. Pengembangan Sumber Daya Guru berbasis Data dan Bukti Pengembangan sumber daya guru berbasis data dan bukti adalah pendekatan yang mengutamakan pengumpulan, analisis, dan pemanfaatan data serta bukti konkret dalam upaya meningkatkan kualitas pengajaran dan perkembangan profesional guru. Berikut adalah langkah-langkah utama
Manajemen Pendidikan 117 dalam pengembangan sumber daya guru berbasis data dan bukti: 1. Pengumpulan Data: Mulailah dengan mengumpulkan data yang relevan terkait dengan pengajaran dan kinerja guru. Data ini dapat mencakup hasil evaluasi pengajaran, hasil belajar siswa, penilaian kinerja guru, umpan balik siswa dan orang tua, serta data lain yang relevan seperti kehadiran guru atau partisipasi dalam pelatihan. 2. Analisis Data: Lakukan analisis data untuk mengidentifikasi pola, tren, dan temuan yang relevan. Analisis ini dapat membantu dalam mengidentifikasi area perbaikan yang mungkin diperlukan oleh guru (Wilcox, Conde and Kowbel, 2021). 3. Pembuatan Rencana Pengembangan Individual (RPI): Berdasarkan hasil analisis data, buatlah Rencana Pengembangan Individual (RPI) untuk setiap guru. RPI adalah dokumen yang memuat tujuan pengembangan, tindakan konkret, sumber daya yang diperlukan, dan batas waktu yang ditetapkan. 4. Pelatihan dan Pengembangan: Setelah RPI dibuat, lakukan pelatihan dan pengembangan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pelatihan dapat mencakup kursus, workshop, pelatihan daring, atau mentoring oleh rekan yang lebih berpengalaman. 5. Pengamatan dan Umpan Balik: Selama dan setelah pelatihan, lakukan pengamatan kelas dan berikan umpan balik konstruktif kepada guru. Pengamatan kelas dapat membantu memantau perkembangan dan penerapan keterampilan baru dalam pengajaran.
118 Manajemen Pendidikan F. Penggunaan Teknologi dalam Supervisi Guru Penggunaan teknologi dalam supervisi guru dapat memperkaya dan memperluas metode dan alat yang digunakan oleh supervisor untuk meningkatkan kualitas pengajaran. Berikut adalah beberapa cara teknologi dapat digunakan dalam supervisi guru: 1. Perekaman Video: Guru dapat merekam video pelajaran mereka, dan supervisor dapat mengamati dan memberikan umpan balik. Ini memungkinkan supervisor untuk melihat pengajaran secara langsung tanpa harus berada di kelas. 2. Platform Kolaboratif: Penggunaan platform kolaboratif atau sistem manajemen pembelajaran (Learning Management System) memungkinkan guru dan supervisor berkomunikasi, berbagi materi, dan mendokumentasikan pengembangan profesional. 3. Aplikasi Mobile: Aplikasi mobile dapat digunakan oleh supervisor untuk mengirimkan umpan balik atau mengatur jadwal pengamatan kelas. Guru juga dapat mengakses sumber daya pendidikan melalui aplikasi ini. 4. Analisis Data: Teknologi dapat digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data tentang praktik pengajaran guru dan hasil belajar siswa. Ini dapat membantu supervisor membuat keputusan berbasis bukti. 5. Kamera Langsung: Supervisor dapat menggunakan kamera langsung atau perangkat mobile untuk mengamati pengajaran guru secara real-time dari jarak jauh.
Manajemen Pendidikan 119 G. Pengukuran Keberhasilan Program Supervisi Guru Pengukuran keberhasilan program supervisi guru adalah langkah penting dalam mengevaluasi apakah program tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan memberikan manfaat yang diharapkan. Berikut adalah beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan program supervisi guru: 1. Peningkatan Kualitas Pengajaran: Salah satu indikator keberhasilan yang paling penting adalah peningkatan kualitas pengajaran. Ini dapat diukur dengan mengamati perubahan dalam praktik pengajaran guru, peningkatan dalam hasil belajar siswa, dan perubahan dalam persepsi guru tentang kemampuan mereka. 2. Umpan Balik Guru: Mengumpulkan umpan balik dari guru adalah cara penting untuk mengukur keberhasilan program. Guru dapat memberikan penilaian tentang manfaat supervisi, apakah umpan balik yang mereka terima bermanfaat, dan apakah mereka merasa didukung dalam pengembangan profesional mereka. 3. Evaluasi Hasil Belajar Siswa: Hasil belajar siswa adalah indikator penting untuk mengukur efektivitas program supervisi. Perbandingan hasil belajar sebelum dan setelah program dapat memberikan wawasan tentang perubahan yang terjadi.
120 Manajemen Pendidikan 7 erkembangan kurikulum merupakan hasil dari evolusi pendidikan yang terjadi dari masa ke masa. Kurikulum merupakan suatu rencana sistematis yang merangkum tujuan, isi, dan metode pembelajaran yang dijadikan dasar dalam proses pendidikan. Seiring dengan waktu, paradigma dan pemikiran tentang pendidikan mengalami perubahan, sehingga kurikulum juga ikut berkembang demi mengakomodasi perubahan tersebut. Oleh karena itu, penelusuran sejarah perkembangan kurikulum menjadi penting untuk memahami bagaimana kurikulum telah berubah dan berkembang hingga saat ini. Dalam tulisan ini, kita akan melihat beberapa fase perkembangan kurikulum dari masa ke masa. Pembahasan ini akan menyoroti perubahan paradigma pendidikan dan bagaimana paradigma tersebut memengaruhi pendekatan P
Manajemen Pendidikan 121 kurikulum yang diadopsi pada saat tersebut. Dengan demikian, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana kurikulum telah beradaptasi sepanjang sejarah pendidikan. A. Sejarah Perkembangan Kurikulum Dunia Berdasarkan penelusuran sejarah, perkembangan kurikulum dapat dikelompokkan menjadi beberapa periode yang memiliki ciri khas dan kontribusi terhadap pengembangan pendidikan. Pada periode awal pendidikan, kurikulum didasarkan pada pengetahuan akademik yang terstruktur dan formal. Salah satu contoh perkembangan kurikulum pada masa Kuno adalah pada zaman Yunani, di mana Plato dan Aristoteles menekankan pentingnya pemahaman konsep dan teori, serta memperkenalkan pendekatan humanistik dalam pembelajaran (Marty, 2008). Perkembangan selanjutnya adalah pada masa Renaissans, di mana pendekatan humanistik semakin berkembang. Gerakan ini mengarah pada kurikulum yang lebih luas, termasuk studi tentang sastra, seni, musik, dan juga perhatian terhadap perkembangan moral dan etika siswa(Stanley, 1991). Perkembangan Kurikulum pada Abad ke-18 hingga Abad ke-20: Pada abad ke-18, terjadi pergeseran pendekatan pendidikan dengan munculnya gerakan Iluminasi. Pendidikan dipandang sebagai alat untuk meningkatkan pemikiran kritis dan kebebasan berpikir. Salah satu tokoh
122 Manajemen Pendidikan yang berperan penting dalam perkembangan kurikulum pada masa ini adalah John Dewey. Dewey memperkenalkan pendekatan pragmatik dalam kurikulum, yang menekankan pada pembelajaran berbasis pengalaman dan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar (Eisner, 2002). Perkembangan selanjutnya adalah dengan adanya reformasi dan penyesuaian kurikulum sesuai dengan perkembangan sosial, teknologi, dan ekonomi. Kurikulum saat ini mengutamakan relevansi dengan kehidupan nyata siswa dan tuntutan dunia kerja. Salah satu contohnya adalah penekanan pada 21st century skills, seperti keterampilan berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, kolaborasi, dan literasi digital (Trilling and Fadel, 2009). Kurikulum pada era modern menghadapi berbagai tantangan yang diakibatkan oleh perubahan sosial, ekonomi, dan teknologi yang cepat. Salah satunya adalah adaptasi terhadap kebutuhan dan tuntutan global. Globalisasi dan perkembangan teknologi informasi telah mengubah pola pikir dalam pendidikan, sehingga kurikulum harus mampu mengintegrasikan dan mengembangkan kemampuan siswa dalam menghadapi dunia yang terus berkembang (OECD, 2019). Selain itu, dunia kerja juga mengalami perubahan yang signifikan dalam era modern ini. Kurikulum harus mampu menyediakan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan tenaga kerja masa depan seperti keterampilan digital, kreativitas, dan kemampuan beradaptasi dengan perubahan yang cepat (UNESCO, 2015). Untuk menghadapi tantangan tersebut, berbagai inovasi dalam kurikulum telah dilakukan. Salah satunya adalah
Manajemen Pendidikan 123 pendekatan berbasis kompetensi (competency-based approach). Pendekatan ini memfokuskan pada pengembangan kompetensi dan penguasaan keterampilan siswa, bukan hanya pada pengetahuan saja. Kurikulum berbasis kompetensi memberikan fleksibilitas bagi siswa untuk mengembangkan potensi diri mereka secara holistik (Cedefop, 2019). Pendidikan adalah faktor penting dalam pembangunan suatu bangsa. Dalam era modern ini, kurikulum menjadi elemen utama dalam menghadapi tantangan global dan mengembangkan kualitas pendidikan yang relevan. B. Perkembangan Kurikulum di Indonesia Perkembangan kurikulum di Indonesia telah mengalami banyak perubahan dan penyesuaian seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan pendidikan. Kurikulum merupakan panduan dalam proses pembelajaran yang merangkum tujuan, isi, dan metode pengajaran. Tulisan ini akan membahas perkembangan kurikulum di Indonesia. 1. Kurikulum pada Masa Kolonial Pada masa kolonial di Indonesia, pendidikan diatur dan dikendalikan oleh pihak penjajah. Kurikulum pada periode ini mencerminkan kepentingan penjajah dalam mendukung tujuan penjajahan mereka. Kurikulum pada masa kolonial didasarkan pada kepentingan penjajah untuk mengontrol pendidikan dan memperkuat dominasi mereka di wilayah jajahan. Dalam riset yang dilakukan oleh Nasution, dijelaskan bahwa kurikulum pada masa kolonial didesain untuk mencetak tenaga administrasi kolonial dan memperoleh pengikut
124 Manajemen Pendidikan yang loyal terhadap pemerintah kolonial Belanda.(Nasution, 2003) Selain itu, kurikulum pada masa kolonial juga cenderung memprioritaskan pendidikan yang melibatkan bahasa dan budaya penjajah. Menurut Widianto, bahasa Belanda menjadi bahasa pengantar utama dalam pengajaran, sedangkan agama Kristen diberikan perhatian khusus dalam pendidikan kolonial.(Widianto, 2011) Salah satu contoh perkembangan kurikulum pada masa kolonial adalah di sekolah Henk Tulungagung. Dalam penelitian De Groot, disebutkan bahwa sekolah ini didirikan pada tahun 1893 oleh pemerintah kolonial di Tulungagung, Jawa Timur. Kurikulum di sekolah ini lebih menekankan penguasaan bahasa Belanda dan keterampilan administrasi kolonial.(De Groot, 2004) 2. Kurikulum pada Masa Kemerdekaan Setelah Indonesia merdeka, perkembangan kurikulum diarahkan untuk memperkuat identitas nasional dan membentuk karakter bangsa. Salah satu contohnya adalah kurikulum tahun 1947 yang menekankan pendidikan moral, keagamaan, serta penguasaan keterampilan (Zainal, 2019). Kemudian pada tahun 1950, diperkenalkan kurikulum pendidikan nasional yang menekankan nilai-nilai kewarganegaraan dan pengajaran keterampilan kerajinan tangan (Soedjadi, 1995). Salah satu contoh perkembangan kurikulum pada masa kemerdekaan adalah kurikulum 1947. Kurikulum
Manajemen Pendidikan 125 ini menekankan pendidikan moral dan keagamaan serta keterampilan kerajinan tangan khas bangsa Indonesia. Pendidikan moral dan keagamaan menjadi fokus utama dalam kurikulum tersebut untuk membangun karakter dan etika siswa (Zainal, 2019). 3. Kurikulum pada Era Modern Pada era modern saat ini, terjadi perubahan signifikan dalam kurikulum Indonesia. Salah satu contohnya adalah pengenalan Kurikulum 2013 yang menekankan aspek pembelajaran berbasis kompetensi dan pendekatan saintifik (Kemendikbud, 2013). Kurikulum 2013 mengedepankan pendekatan saintifik dengan menekankan pada keterampilan berpikir kritis, berpikir logis, berpikir kreatif, dan berpikir reflektif (Sardiman, 2016). Dengan demikian, peserta didik didorong untuk menjadi pribadi yang mandiri, mampu mengolah informasi, dan memiliki kemampuan berpikir yang tinggi. Perkembangan kurikulum di era modern di Indonesia sangat dipengaruhi oleh perkembangan global, perkembangan masyarakat, dan perubahan paradigma pendidikan. Salah satu perubahan utama dalam kurikulum adalah transisi dari kurikulum berbasis pengetahuan (knowledge-based curriculum) menjadi kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Kurikulum berbasis pengetahuan menitikberatkan pada penguasaan pengetahuan dan konsep-konsep tertentu, sedangkan kurikulum berbasis kompetensi menitikberatkan pada penguasaan keteram-
126 Manajemen Pendidikan pilan dan kemampuan praktis yang relevan dengan dunia kerja (Anwar, 2017). Kurikulum pada era modern menghadapi tantangan dalam mengadaptasi kebutuhan dan tuntutan global serta perubahan dunia kerja. Untuk menghadapi tantangan tersebut, kurikulum perlu melakukan inovasi, seperti pendekatan berbasis kompetensi dan pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran. Inovasi tersebut bertujuan untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan secara holistik serta meningkatkan kualitas pembelajaran bagi siswa. B. Penerapakan Kurikulum di Indonesia Kurikulum pendidikan di Indonesia telah mengalami berbagai perkembangan dari waktu ke waktu. Berbagai kurikulum telah diterapkan dan digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berbeda. Tulisan ini akan menyajikan gambaran lengkap tentang kurikulum yang pernah berlaku dan digunakan di Indonesia 1. Kurikulum 1950 Salah satu kurikulum yang pernah digunakan di Indonesia adalah Kurikulum 1950. Kurikulum ini memiliki fokus pada pendidikan nasional yang mengedepankan disiplin dan patriotisme. Mata pelajaran inti dalam kurikulum ini meliputi Bahasa Indonesia, Matematika, Sejarah, dan Pendidikan Kewarganegaraan (Priatni, 2014).
Manajemen Pendidikan 127 2. Kurikulum 1968 Kurikulum berikutnya adalah Kurikulum 1968, yang juga dikenal sebagai Kurikulum Terpadu. Kurikulum ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan pengetahuan siswa. Mata pelajaran yang diajarkan mencakup Bahasa Indonesia, Matematika, Sains, dan Ilmu Pengetahuan Sosial (Priatni, 2014). 3. Kurikulum 1994 Pada tahun 1994, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diperkenalkan. Kurikulum ini memberikan otonomi kepada sekolah dalam merancang kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lokal mereka. Pendekatan yang digunakan dalam kurikulum ini adalah pendekatan menyeluruh dan terpadu yang menekankan pada pengembangan potensi peserta didik (Priatni, 2014). 4. Kurikulum 2004 Kurikulum 2004 merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan mengakomodasi tuntutan zaman. Selain memperbarui isi materi pelajaran, kurikulum ini juga memberikan perhatian yang lebih besar pada pengembangan keterampilan, pemahaman konsep, dan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari (Kemdikbud, 2002). 5. Kurikulum 2013 Kurikulum terbaru yang sedang diterapkan di Indonesia adalah Kurikulum 2013. Kurikulum ini mengadopsi pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), yang menekankan pada pengembangan kom-
128 Manajemen Pendidikan petensi, literasi, dan karakter peserta didik. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan peserta didik agar siap menghadapi tantangan di era modern (Kemdikbud, 2013). 6. Kurikulum Merdeka belajar Kurikulum Merdeka Belajar adalah konsep yang diperkenalkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia. Konsep ini bertujuan untuk membebaskan pendidikan dari keterbatasan melalui pendekatan inklusif, fleksibel, dan berbasis kebutuhan peserta didik. Kurikulum Merdeka Belajar merupakan upaya untuk menguatkan dan memperluas fokus pendidikan. Tujuan utama dari konsep ini adalah memberikan kebebasan bagi peserta didik untuk mengatur jalannya pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan minat mereka (Kemdikbudristek, 2020). Hal ini berarti mengakomodasi keberagaman karakter, bakat, dan kebutuhan peserta didik agar mereka dapat mencapai potensi penuh mereka. Perkembangan kurikulum di Indonesia mencerminkan perubahan kebutuhan dan paradigma pendidikan. Kurikulum yang berlaku mencoba mengoptimalkan pembelajaran agar sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan peserta didik, serta membekali mereka dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang relevan dalam menghadapi tantangan masa depan.
Manajemen Pendidikan 129 8 anajemen peserta didik keberadaanya sangat dibutuhkan di pranata pendidikan karena siswa merupakan subjek sekaligus objek dalam proses transformasi ilmu dan ketrampilan. Keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan akan sangat bergantung dengan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional dan kejiwaan peserta didik. Manajemen peserta didik merupakan penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yangberkaitan dengan peserta didik, mulai dari siswa itu masuk sampai dengan keluar dari suatu sekolah. Manajemen peserta didik tidak semata pencatatan data peserta didik kan tetapi meliputi aspek yang lebih luas yaitu dapat membantu upaya pertumbuhan anak melalui proses pendidikan di sekolah. Manajemen peserta didik termasuk salah satu bagian dari manajemen sekolah secara keseluruhan. Manajemen sekolah tersebut meliputi: manajemen pengajaran, manajemen peserta didik, manajemen tenaga kependidikan, manajemen sarana dan M
130 Manajemen Pendidikan prasarana, manajemen keuangan, manajemen kelas, manajemen hubungan sekolah dan masyarakat, manajemen layanan khusus pendidikan. Diantara manajemen-manajemen tersebut, manajemen peserta didik menduduki tempat yang sangat vital. Dikatakan demikian, oleh karena sentral layanan pendidikan di sekolah ada pada peserta didik. Semua kegiatan yang ada di sekolah, baik yang berkenaan dengan manajemen pengajaran, tenaga kependidikan, prasarana dan sarana, keuangan, hubungan sekolah dengan masyarakat maupun layanan khusus pendidikan, diarahkan agar peserta didik mendapatkan layanan pendidikan andal. Kegiatan kesiswaan menitikberatkan pada pelayanan siswa secara individual dengan harapan agar pada pelayanan siswa secara individual dengan harapan agar para siswa dapat berkembang sesuai dengan bakat, kemampuan dan perbedaan individu masing-masing. Namun hal ini bukan berarti sistem pengajaran kelas harus dihindari, melainkan implikasi dari manajemen peserta didik ini menunjukkan bahwa pihak sekolah perlu lebih memfokuskan perhatian kepada peserta didik, memahami mereka secara individual, dan berupaya memberikan layanan-layanan tertentu, agar mereka dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing. A. Dasar Manajemen Peserta Didik Dasar hukum manajemen peserta didik di sekolah dapat dikemukan sebagai berikut: 1. Pembukaan undang-undang dasar 1945 alenia keempat yang mengamanatkan mencerdaskan kehidupan bangsa 2. Batang tubuh undang-undang dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan 2
Manajemen Pendidikan 131 3. Undang-undang tentang sistem pendidikan nasional B. Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik Manajemen peserta didik bertujuan mengatur kegiatankegiatan peserta didik agar menunjang proses pembelajaran di sekolah/madrasah sehingga proses pembelajaran berjalan lancar, tertib, teratur dan dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan pembelajaran dan tujuan sekolah/ madrasah secara efektif dan efisien. Manajemen peserta didik juga bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan sekolah yang baik. Tujuan umum manajemen peserta didik adalah : mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar kegiatankegiatan tersebut menunjang proses belajar mengajar di sekolah; lebih lanjut, proses belajar mengajar di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan Adapun fungsi manajemen peserta didik secara umum adalah: sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang berkenaan bagi dengan segi-segi individualitasnya, segi sosialnya, segi aspirasinya, segi kebutuhannya dan segi-segi potensi didik yang lainnya. C. Prinsip-Prinsip Manajemen Peserta Didik Prinsip merupakan sesuatu konsep sosial yang harus dipegang teguh, dan dijadikan sebagai pedoman dalam menjalankan tugas. Setiap jenis pekerjaan hingga setiap
132 Manajemen Pendidikan aspek bidang memiliki prinsip masing-masing yang berguna sebagai tuntunan serta komitmen untuk menjalankan tugas dengan baik. Begitu pula dalam pendidikan, khususnya pada pembahasan kali ini adalah manajemen peserta didik memiliki prinsip tersendiri yang harus dipegang dan dipedomani dalam me-manage peserta didik di lembaga pendidikan. 1. Manajemen peserta didik dipandang sebagai bagian dari keseluruhan manajemen sekolah 2. Segala bentuk kegiatan manajemen peserta didik haruslah mengembangkan misi pendidikan dan dalam rangka mendidik para peserta didik 3. Kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik haruslah diupayakan untuk mempersatukan peserta didik yang mempunyai aneka ragam latar belakang dan punya banyak cerita 4. Kegiatan manajemen peserta didik haruslah dipandang sebagai upaya pengaturan terhadap pembimbingan peserta didik 5. Kegiatan manajemen peserta didik haruslah mendorong dan memacu kemandirian peserta didik 6. Apa yang diberikan kepada peserta didik dan yang selalu diupayakan oleh kegiatan manjemen peserta didik haruslah fungsional bagi kehidupan peserta didik baik disekolah lebih-lebih untuk masa depan Para guru dan kepala sekolah memiliki tanggung jawab penuh membawa peserta didik ke arah yang diidam-idamkan oleh masyarakat sesuai dengan kodratnya, masing-masing. Untuk mencapai target tersebut, maka jaringan aktivitas kesiswaan harus dikembangkan dan dilaksanakan dengan
Manajemen Pendidikan 133 memperhatikan prinsip-prinsip individual differences peserta baik, meliputi: 1. Perbedaan intelektual 2. Minat 3. Kebutuhan-kebutuhan pribadi 4. Pengalaman 5. Bakat, dan 6. Kemampuan. Atas dasar perbedaan-perbedaan individual siswa di atas, maka secara operational aktivitas kesiswaan seyogyanya dilaksanakan dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: 1. Aktivitas manajemen peserta didik dilaksanakan atas dasar hasil penelusuran minat dan kemampuan siswa serta pola dan jenis karier dalam masyarakat 2. Aktivitas manajemen peserta didik dilaksanakan secara demikratis dengan memperhatikan keunikan masingmasing, dan dipandang sebagai makhluk yang memiliki martabat individual yang patut dihargai 3. Peserta didik dipandang sebagai individu yang memiliki potensi untuk berkembang, dan memiliki pribadi yang utuh (gestalt). Sekolah perlu menciptakan suatu situasi yang mendukung terjadinya proses perkembang diri anak secara utuh baik secara fisik, mental dan sosial 4. Program pembinaan peserta didik diselenggarakan secara berkesinambungan, berproses mulai dari tahap siswa diterima disekolah sampai dengan lulusnya siswa tersebut 5. Pembinaan peserta didik seyogyanya tidak menimbulkan tambahan beban biaya bagi siswa tersebut
134 Manajemen Pendidikan 6. Kegiatan manajemen peserta didik harus menjamin optimalisasi potensi siswa dan lingkungannya, agar dapat mencapai tujuan perkembangan yang setinggi-tingginya 7. Manajemen peserta didik dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, terencana sesuai dengan dengan program yang telah digariskan bersama 8. Kegiatan harus dilaksanakan atas dasar kerja sama dengan berbagai pihak 9. Perlu adanya diskripsi, pembagian tugas, dan struktur kerja yang jelas 10. Setiap saat harus devaluasi secara komprehensif dan obyektif. D. Pendekatan Manajemen Peserta Didik Ada dua pendekatan yang dipergunakan dalam manajemen peserta didik yang pertama adalah, pendekatan secara kuantitatif (the quantitative approach). Pendekatan ini lebih meniktikberatkan pada segi-segi administrative dan birokratik lembaga pendidikan. Dalam pendekatan yang demikian tersebut, peserta didik diharapkan banyak memenuhi tuntutan-tuntutan dan harapan-harapan pranata pendidikan yang mana peserta didik tersebut berada, asumsi dari pendekatan yang demikian adalah, bahwa peserta didik akan dapat matang dan terapai apa yang diinginkan, manakala dapat memenuhi aturan-aturan, tugas-tugas dan harapan-harapan yang diminta oleh pranata pendidikannya. Kedua, pendekatan kualitatif (the qualitative approach). Pendekatan ini lebih memberikan perhatian kepada kesejahteraan peserta didik. Jika pendekatan kualitatif di atas diarahkan agar peserta didik senang. Asumsi dari pendekatan
Manajemen Pendidikan 135 ini adalah, jika peserta didik senang dan sejahtera, maka mereka dapat belajar dengan baik secara senang juga untuk mengembangkan diri mereka sendiri di pranata pendidikan seperti sekolah. Pendekatan ini juga menekankan perlunya penyediaan iklim yang kondusif dan menyenangkan bagi pengembangan diri secara optimal. E. Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik 1. Perencanaan peserta didik, termasuk diidalamnya adalah: school census, school size, class size dan effective class 2. Penerimaan peserta didik, meliputi penentuan: kebijaksanaan penerimaan peserta didik, sistem penerimaan peserta didik, kriteria penerimaan peserta didik, prosedur penerimaan peserta didik, pemecahan problem penerimaan peserta didik 3. Orientasi pesera didik baru, meliputi pengaturanpengaturan; hari-hari pertama peserta didik disekolah, pekan orientasi peserta didik, pen dekatan yang dipergunakan dalam orientasi peserta didik dan teknikteknik orientasi peserta didik 4. Mengatur kehadiran, ketidak hadiran peserta didik di sekolah. Termasuk didalamnya adalah: peserta didik yang membolos, terlambat datangdan meninggalkan sekolah sebelum waktunya 5. Mengatur pengelompokkan peserta didik baik yang berdasarkan fungsi persamaan maupun yang berdasarkan fungsi perbedaan 6. Mengatur evaluasi peserta didik, baik dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar, bimbingan dan
136 Manajemen Pendidikan penyuluhan maupun untuk kepentingan promosi peserta didik 7. Mengatur kenaikan tingkat peserta didik 8. Mengatur peserta didik yang mutasi dan drop out 9. Mengatur kode etik, pengadilan dan peningkatan disiplin peserta didik 10. Mengatur layanan peserta didik yang meliputi: a. Layanan kepanasihatan akademik dan adminitratif b. Layanan bimbingan dan konseling peserta didik c. Layanan kesehatan baik fisik maupun mental d. Layanan kafetaria e. Layanan koperasi f. Layanan perpustakaan g. Layanan laboratorium h. Layanan asrama i. Layanan transportasi. 11. Mengatur organisasi peserta didik yang meliputi: a. Organisasi siswa intra sekolah (OSIS) b. Organisasi pramuka disekolah c. Palang merah remaja (PMR) d. Klub olah raga e. Klub kesenian f. Kelompok ilmiah remaja (KIR) g. Kelompok studi h. Klub pecinta alam i. Peringatan hari besar j. Pesta kelas k. Organisasi alumni.
Manajemen Pendidikan 137 F. Penerimaan Peserta Didik Baru Sensus sekolah merupakan kegiatan pendataan merupakan kegiatan pendataan jumlah anak usia sekolah secara akurat dalam rangka menentukan seberapa besar (animo) serta kapasitas penerimaan siswa diwaktu yang akan datang, sesuai dengan daerah jangkauan sekolah yang bersangkutan. Dengan data anak usia sekolah antara (6/7-12 tahun) yang konkrit, sekollah dapat memproyeksikan dengan tepat berapa jumlah anak yang akan duduk di kelas I,II,III dan sterusnya. Teknik yang biasanya dipakai oleh pranata sekolah adalah analisis kohort, atau dengan teknik-teknik lain seperti pencatatan secara periodik, buku daftar siswa per tahun dan pencatatan perkembanagan anak usia sekolah di daerah yang selalu dimonitor setiap tahunnya. Kegiatan sensus sekolah yang baik dilaksanakan bekerjasama dengan berbagai pihak terkait misalnya dengan Pranata Dewan Sekolah atau orang tua siswa, petugas sensus penduduk di daerah, dan unit-unit lain yang relevan. Penerimaan peserta didik baru adalah salah satu kegiatan manajemen peserta didik yang sangat penting. Dikatakan demikaian, oleh karena kalau tidak ada peserta didik yang diterima disekolah, berarti tidak ada yang harus ditangani atau diatur. Ada dua macam sistem penerimaan peseerta didik baru, pertama, dengan menggunakan sistem promosi, sedangkan yang kedua dengan menggunakan seleksi. Yang dimaksud dengan sistem pertama promosi adalah penerimaan peserta didik, yang sebelumnya tanpa menggunakan seleksi. Mereka yang mendaftar sebagai peserta didik di suatu sekolah, diterima begitu saja. Sehingga mereka yang mendaftar menjadi peserta didik, tidak ada yang
138 Manajemen Pendidikan ditolak. Sistem promosi yang demikian tersebut, secara umum berlaku pada pranata sekolah-sekolah yang pendaftarannya kurang dari jatah atau daya tampung yang ditentukan. Kedua, adalah sistem seleksi, sistem seleksi ini dapat digolongkan menjadi tiga macam. Pertama, seleksi berdasarkan daftar nilai murni sekolah, yang kedua berdasarkan penulusuran minat, bakat serta kemampuan, sedangkan yang ketiga adalah seleksi berdasarkan hasil tes masuk. Ada dua macam kriteria penerimaan peserta didik. Pertama, kriteria acuan patokan (standar criterian reference), yaitu suatu penerimaan peserta didik yang berdasarkan pada patokan-patokan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam hal ini, sekolah terlebih dahulu membuat patokan, calon peserta didik dengan kemampuan minimal setingkat mana yang dapat di sekolah tersebut. Sebagai konsekuensi dari penerimaan yang didasrkan kepada atas kriteria acuan patokan demikian, jika semua calon peserta didik yang mengikuti seleksi ternyata memenuhi patokan minimal yang telah ditentukan, maka mereka harus diterima semua, sebaliknya, jika calon peserta didik yang mendaftar ternyata kurang dari patona minimal yang telah ditentukan, haruslah ditolak atau tidak diterima. Kedua, kriteria acuan normal (norm criterian reference), yaitu suatu penerimaan calon peserta didik yang didasarkan atas keseluruhan prestasi calon peserra didik yang mengikuti seleksi. Dalam hal ini, sekolah menetapkan kriteria penerimaan berdasarkan prestasi keseluruhan peserta didik. Ketiga, kriteria yang didasarkan atas daya tampung sekolah. Dalam hal ini, sekolah terlebih dahulu menentukan berapa
Manajemen Pendidikan 139 jumlah daya tampungnya, atau berapa jumlah peserta didik baru yang diterima. Setelah sekolah menentukan, kemudian merangking prestasi siswa mulai dari yang berprestasi paling tinggi sampai dengan prestasi paling rendah. Penentuan peserta didk yang diterima dilakukan dengan cara mengurut dari atas kebawah, sampai daya tampung tersebut terpenuhi. Selanjutnya dalam prosedur penerimaan peserta didik baru meliputi pembentukan panitia penerimaan peserta didik baru, rapat penetuan peserta didik baru, pembuatan, pemasangan ataupun pengiriman pengumuman, pendaftaran peserta didik baru, seleksi penentuan peserta didik yang diterima, pengumuman peserta didik yang diterima dan registrasi peserta didik yang diterima. G. Pengelompokan Peserta Didik Pengelompokan atau yang lazim dikenal dengan sebutan grouping didasarkan atas pandangan bahwa dismaping peserta didik tersebut mempunyai kesamaan juga mempunyai perbedaan. Kesamaan-kesamaan yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran penempatan pada kelompok yang sama, sementara perbedaan-perbedaan yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran npengelompokan mereka pada kelompok yang berbeda. Alasan pengelompokkan peserta didik juga didasarkan atas realita bahwa peserta didik secara terus menerus bertumbuh dan berkembang. Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik satu dengan yang lainnya berbeda. Agar perkembangan peseeta didik yang cepat tidak menganggu peserta didik yang lambat atau sebaliknya (peserta didik yang lambat tidak menganggu peserta didik yang cepat), maka
140 Manajemen Pendidikan dilakukan pengelompokkan peserta didik. Tidak jarang dalam proses pembelajaran yang menggukan sistem klasikal, peserta didiki yang cepat tidak sabar menunggu peserta didik yang lambat, sebaliknya, peserta didik yang lambat, tidak akan dapat mengejar peserta didik yang cepat. Pengelompokan (grouping) adalah pengolongan peserta didik berdasarkan karakteristik-karakteristiknya. Karakteristik sangat perlu digolongkan, agar mereka berada dalam kondisi yang sama. Adanya kondisi yang sama ini akan mudah untuk pemberian layanan yang sama. Oleh karena itu, pengelompokan (grouping) ini lazim juga dikenal dengan istilah pengklasifikasian (clasification) Dengan adanya pengelompokan, peserta didik juga akan mudah dikenali. Sebab, tidak jarang, peserta didik yang berada dalam kelas, berada dalam keadaan heterogen dan bukannya homogen. Tentu, heterogenitas demikian, berada dapat diketahui tingkatannya sangat bergantung kemampuan diskriminan alat ukur yang digunakan untuk membedakan. Semakin tinggi tingkat kemampuan membedakan alat ukur yang dipergunakan, semakin tinggi pula tingkatan heterogenitas peserta didik yang ada disekolah. Ada dua jenis pengelompokan peserta didik, antara lain sebagai berikut: 1. Ability grouping. Pengelompokan berdasarkan kemampuan di dalam setting sekolah 2. Sub grouping with in the class. Pengelompokan dsalam setting sekolah. Pengelompokan yang didasarkan atas kemampuan adalah suatu pengelompokan di mana peserta didik yang pandai