massa jenis zat cair (Utami dkk, 2014).
Berdasarkan dari letak posisinya di dalam air, benda yang mengapung ialah terletak
di permukaan zat cair, kadangkala sebagian dari sisinya terlihat di atas permukaan. Pada
benda yang melayang, posisi benda terletak tepat mengambang di dalam zat cair, tidak
di permukaan tidak juga di dasar. Sedangkan pada benda yang tenggelam, posisi benda
terletak di dasar zat cair, kadangkala menyentuh alas wadah zat cair tersebut (Nasuka,
2010).
D. Daftar Pustaka
Dijksterhuis, E.J., 2014. Archimedes. Princeton University Press.
(Calloni, E., Caprara, S., Laurentis, M. D., 2016) et al. 2016. The Archimedes
Experiment. Journal of Nuclear Instruments and Methods in Physics Research A.
824(1) : 646-647
(Lestari W., Yuliati L., dan Parno; 2018)Penguasaan Konsep pada Hukum Archimedes
Siswa SMA. Jurnal Pendidikan:Teori,Penelitian,dan Pengembangan. 3(6) : 745-750
Utami, R., Winarti, dan Joko P. 2014. Rancangan Perangkat Eksperimen Hukum
Archimedes Untuk MTs LB/A Yaketunis Kelas VIII. Jurnal Inklusi. 1(1): 57-82
(Aulya Az Zaafirrahman, 2020)LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DARING ERA
PANDEMI COVID-19 HUKUM ARCHIMEDES. Jurnal Academia.
197
MORFOLOGI SUNGAI PADA PROGO RAFTING DI KALI PROGO ATAS
MAGELANG
Oleh: Monika Asti W.A
NIM. 2020015340
A. Analisis Situasi
Sungai Progo merupakan sungai yang mengalir di sepanjang Provinsi Jawa Tengah
dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Di Daerah Istimewa Yogyakarta, sungai ini menjadi
batas alami antara Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Sleman serta Bantul. Pada
masa kependudukan Belanda di Magelang, tepatnya di daerah Ngluwar, sungai ini
dibendung menjadi dua aliran untuk sarana irigasi bagi masyarakat Yogyakarta.
Bendungan ini dikenal dengan sebutan Ancol Bligo yang kini ramai dijadikan sebagai
objek wisata.
Gambar 1. Lokasi Sungai Progo
Aliran irigasi yang pertama mengalir dari Ngluwar menuju ke arah timur membelah
Kabupaten Sleman menuju ke Kabupaten Klaten, yang saat ini dikenal dengan sebutan
Selokan Mataram ( “Selokan Van Der Wijck”). Sedangkan aliran irigasi yang ke-dua
mengalir dari Kabupaten Kulon Progo menyusuri lembah Pegunungan Menoreh.
Sungai Progo memiliki panjang ± 138 km dan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) ± 3.421
km2. Sungai Progo memiliki beberapa anak sungai yang berhulu di Gunung Merapi yang
berfungsi untuk mengalirkan lahar dingin ketika terjadi letusan. Anak – anak Sungai Progo
antara lain, Sungai Pabelan, Sungai Elo, Sungai Krasak, dan Sungai Bedog.
Sungai Progo Magelang saat ini banyak dimanfaatkan sebagai objek wisata dengan
keindahan yang tiada duanya. Magelang yang menawarkan daerah yang masih asri dan
bersih menambah daya tarik para wisatawan yang akan berkunjung. Ditambah lagi lokasi
Sungai Progo atas berada di daerah wisata bersejarah yakni Candi Borobudur dan Candi
Mendut.
198
Gambar 2. Lokasi Progo Rafting Magelang
B. Penjelasan Konsep IPA
Pada kegiatan rafting di Sungai Progo Magelang, seseorang dapat mempelajari
morfologi sungai yang cocok untuk dijadikan sebagai tempat arung jeram. Hal ini
dikarenakan tidak semua sungai dapat dijadikan sebagai tempat untuk arung jeram.
Hanya sungai-sungai yang memiliki karakteristik dan kriteria tertentu saja yang dapat
dijadikan sebagai tempat arung jeram.
Gambar 3. Rafting di Sungai Progo atas
Secara umum, sungai yang dapat dijadikan sebagai tempat arung jeram adalah sungai
dengan arus yang memiliki riam atau jeram. Ketika sungai memiliki lebar yang sempit dan
dangkal, maka sungai pun tidak dapat dilalui perahu. Akan tetapi, ketika sungai memiliki
arus yang sangat deras dan jeram yang cukup tinggi, maka sungai tersebut memiliki
tingkat risiko yang tinggi ketika diarungi.
Jeram adalah bagian sungai dimana air mengalir dengan deras dan cepat dan
bertaburan diantara banyak batu dari berbagai ukuran dan sekaligus membentuk
turbulensi dan arus balik.
Faktor penyebab terjadinya jeram secara umum ada 4 faktor penyebab terjadinya
jeram, yaitu :
a. Volume Air
199
Menunjukkan ukuran jumlah air yang melewati satu titik tertentu di sungai dalam
satuan waktu tertentu. Ukurannya cfs (cubiq feets per second). Data mengenai
volume air penting untuk diketahui, bilamana volume air tinggi atau rendah,
sehingga bisa memastikan apakah sungai bisa diarungi atau tidak.
b. Tingkat Kecuraman Aliran Air Sungai (Gradient)
Tingkat kecuraman / kemiringan aliran sungai menunjukkan nilai rata-rata
penurunan dalam suatu jarak tertentu. Setiap sungai pada jarak tertentu
mempunyai tingkat kecuraman yang berbeda. Kadang tajam dan sebaliknya
mendatar. Kecuraman bisa dianggap sebagai petunjuk kasar tingkat kesulitan dan
kecepatan alur aliran sungai.
c. Tonjolan Dasar Sungai (Roughness)
Letak batuan atau tonjolan di dasar sungai yang tidak beraturan mengakibatkan
turbulensi aliran arus sungai. Semakin tak beraturan letak batu di dasar sungai,
semakin besar turbulensinya (putaran air ke hilir).
d. Penyempitan Lebar Penampang Sungai (Constriction)
Penyempitan lebar penampang sungai, diakibatkan oleh pendangkalan dan
kejadian alam lainnya. Semakin sempit aliran sungai, semakin deras arus air
mengalir.
Dengan berbekal pengetahuan tentang sifat dan dinamika sungai di atas maka
dengan segera kita dapat mengatisipasi pada saat tertentu saat kita berada dalam
kesulitan. Kondisi yang menyatakan bahwa sungai berjeram itu sulit atau tidak,
ditunjukkan melalui skala tingkat kesulitan sungai. Saat ini ada 2 skala yang dikenal
dalam olahraga arung jeram, yaitu :
a. International Scale Angka
Ukurannya adalah I sampai dengan VI; I = mudah dan VI = sangat sulit dan
tidak mungkin dilalui. Angka skala kesulitan ini berlaku dan digunakan di
sungai-sungai Amerika Utara dan juga daratan Eropa.
b. Western Scale Angka
Skala ini diperkenalkan oleh penguasa Grand Canyon di Amerika yaitu Doc
Marston. Ukurannya berkisar 1 sampai dengan 10. Angka skala ini umumnya
hanya digunakan di sungai bagian Barat Amerika, salah satunya Colorado.
INTERNATIONAL SCALE Tabel Skala Jeram DESKRIPSI
0 WESTERN SCALE Air mendatar dan tenang
I
200
1–2 II Ombak bergelombang
3–4 III
5-6 IV kecil, mudah dan tidak ada
V
7–8 rintangan/ hambatan yang
201
berarti. Lintasan jalur/ alur
sungai sangat jelas
Tingkat kesulitan jeram
agak moderat, sedang, dan
lintasan jalur/alur sungai
sangat jelas. Memerlukan
pengalaman yang cukup
ditambah perlengkapan
dan perahu yang memadai.
Sulit, ombak bergelombang
tinggi dan tak beraturan,
berbatu-batu, banyak
pusaran air, jeram
berlintasan sangat jelas tapi
sempit. Untuk
mengarunginya dibutuhkan
keahlian mengendalikan
perahu.
Sangat sulit, aliran sungai
berjeram panjang dan
berturut-turut dan
berombak kuat,tak
beraturan dan banyak
batuan yang
membahayakan, pusaran
air yang berbuih
buih,lintasan sulit diintai.
Diperlukan kendali yang
tepat dan cepat.
Diutamakan awak perahu
yang berpengalaman dan
perlengkapan yang terbaik.
9 – 10 VI Teramat sangat
sulit,jeramnya sulit
dikendalikan berbahaya
dan berturut-turut
sepanjang jarak tertentu. Di
antara awak perahu tidak
ada kesempatan saling
menyapa,karena setiap
saat dihadapi arus
berbahaya,aliran yang
sangat curam. Kondisi
seperti ini sangat
memerlukan awak perahu
dan perlengkapan yang
terbaik. Seluruh awak harus
berhatihati dan tetap
waspada.
U Sama sekali tidak mungkin
dilalui.
Sumber : smayamtala2000.multiply.com/journal/item/13/
Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa Sungai Progo atas memiliki jeram-
jeram yang mempunyai kelas III sampai dengan III+ , sehingga tidak heran bila sungai ini
menjadi daya tarik tersendiri bagi pecinta olah raga air yang banyak digemari masyarakat,
yakni arung jeram (rafting). Hal ini dikarenakan jeram pada Sungai Progo memiliki tingkat
kesulitan sedang dan alur sungai yang jelas. Sehingga Sungai Progo pun aman
digunakan sebagai sarana olah raga rafting baik bagi pemula maupun yang sudah
berpengalaman.
Cotton (1949), menyatakan bahwa letak, bentuk dan arah aliran sungai, dipengaruhi
antara lain oleh lereng dan ketinggian, perbedaan erosi, struktur jenis batuan, patahan
dan lipatan, merupakan faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan bentuk genetik dan
pola sungai. Pola sungai adalah kumpulan dari sungai yang mempunyai bentuk yang
sama, yang dapat menggambarkan keadaan profil dan genetik sungainya (Lobeck, 1939;
Katili (1950), dan Sandy, 1985). Lebih jauh dikemukakan bahwa ada empat pola aliran
sungai yaitu:
1. Pola denditrik, bentuknya menyerupai garis-garis pada penampang daun,
terdapat di struktur batuan beku, pada pengunungan dewasa.
202
2. Pola retangular, umumnya terdapat di struktur batuan beku, biasanya lurus
mengikuti struktur patahan, dimana sungainya saling tegak lurus.
3. Pola trellis, pola ini berbentuk kuat mengikuti lipatan batuan sedimen. Pada pola
ini terpadapt perpaduan sungai konsekwen dan subsekwen.
4. Pola radial, pola ini berbentuk mengikuti suatu bentukan muka bumi yang
cembung, yang merupakan asal mula sungai konsekwen.
Gambar 4. Pola aliran sungai
C. Keterkaitan Konsep dengan Pembelajaran IPA di SD
Konsep materi Morfologi Sungai sesuai dengan materi pembelajaran kelas V Tema 5
Subtema 1 yakni “Komponen Ekosistem”. Pada materi komponen ekosistem terdapat
ekosistem air tawar, salah satunya yakni sungai. Melalui materi ini, peserta didik dapat
memahami bagaimana karakteristik ekosistem sungai, pola aliran sungai, serta
komponen-komponen sungai salah satunya yakni jeram/riam.
Pembelajaran IPA SD terkait materi ini, dapat dilakukan dengan metode experiential
learning (belajar melalui pengalaman langsung) yakni dengan kegiatan rafting. Melalui
kegiatan rafting, peserta didik akan mengamati secara langsung bagaimana karakteristik,
pola aliran, serta komponen-komponen pada sungai. Dengan kegiatan tersebut, peserta
didik akan lebih mudah dalam mengenal, memahami, dan menerima materi pembelajaran
karena kegiatan di alam terbuka yang dikemas dengan menarik, menyenangkan, dan
menantang.
D. Daftar Pustaka
Ir.Suwanto Marsudi, M., & Rahmah Dara Lufira, S. M. (2021). MORFOLOGI SUNGAI.
Magetan, Jawa Timur: CV.AE MEDIA GRAFIKA.
Lily T.Erwin, Abang Erwin, & Gagas Lulung. (2012). BOROBUDUR SURROUNDINGS.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama .
Waryono, T. (2008). BENTUK STRUKTUR DAN LINGKUNGAN BIO-FISIK SUNGAI.
ACAMEDIA, 4-7.
203
WIJAYA, C. (2009). TAMAN WISATA ARUNG JERAM DI SUNGAI ELO MAGELANG.
UAJY's Library, 14-21.
204