The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

9.1 Dasar-dasar Usaha Layanan Pariwisata_Bab 1-4 (1)

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by misbahul munir, 2021-10-10 20:53:01

9.1 Dasar-dasar Usaha Layanan Pariwisata_Bab 1-4 (1)

9.1 Dasar-dasar Usaha Layanan Pariwisata_Bab 1-4 (1)

tenaga kerja maupun orang lain di tempat kerja. Keselamatan dan
Kesehatan Kerja diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia
No. 1/1970 tentang keselamatan kerja yang mendefinisikan tempat
kerja sebagai ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja. Termasuk tempat
kerja adalah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya
yang merupakan bagian-bagian atau berhubungan dengan tempat
kerja tersebut.

Prosedur K3 ini merupakan tahap atau proses suatu kegiatan
untuk menyelesaikan aktivitas dalam pekerjaan dengan
memperhatikan keselamatan, kesehatan, dan keamanan.

Setiap perusahan memiliki standar operasional prosedur masing-
masing dalam menerapkan K3. Adapun prosedur K3 sederhana
sebagai berikut:

1) Pembuatan rencana K3
2) Pelaksanaan atas rencana yang telah ditetapkan
3) Pemantauan kegiatan

148

4) Peninjauan dan peningkatan kerja
5) Pembinaan dan pengawasan kerja
6) Evaluasi pelaksanaan K3
Agar setiap tenaga kerja mendapat perlindungan atas
keselamatan dalam melakukan pekerjaan, maka setiap unsur yang ada
di dalam perusahaan perlu mengetahui dan melaksanakan prosedur
K3. Unsur-unsur yang terdapat dalam suatu organisasi antara lain:
(1) Tenaga kerja adalah orang yang mampu melakukan

pekerjaan, baik di dalam maupun diluar hubungan kerja,
guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.
(2) Perusahaan adalah setiap bentuk badan usaha yang
memperkerjakan tenaga kerja dengan tujuan mencari
untung atau tidak, baik milik swasta maupun Negara.

b. Perbedaan antara Keselamatan, Kesehatan dan Keamanan
Pengertian K3 ditinjau dari keilmuan, keselamatan dan kesehatan

kerja diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya
dalam upaya mencegah kecelakaan, kebakaran, peledakan,
pencemaran, penyakit, dan sebagainya. Dari uraian tersebut, maka
dapat dijabarkan perbedaan antara keselamatan, kesehatan dan
keamanan yaitu:
1) Keselamatan (safety) Keselamatan kerja diartikan sebagai upaya-

upaya yang ditujukan untuk melindungi pekerja; menjaga
keselamatan orang lain; melindungi peralatan, tempat kerja dan
bahan produksi; menjaga kelestarian lingkungan hidup dan
melancarkan proses produksi.

149

2) Kesehatan (health) Kesehatan diartikan sebagai derajat/tingkat
keadaan fisik dan psikologi individu (the degree of physiological and
psychological well being of the individual). Secara umum,
pengertian dari kesehatan adalah upaya-upaya yang ditujukan
untuk memperoleh kesehatan yang setinggi-tingginya dengan cara
mencegah dan memberantas penyakit yang diidap oleh pekerja,
mencegah kelelahan kerja, dan menciptakan lingkungan kerja yang
sehat.

3) Menurut kamus Bahasa Indonesia, arti dari keamanan adalah
keadaan aman, ketentraman, menjaga (memelihara) ketertiban
nasional; kemampuan suatu bangsa untuk melindungi nilai-nilai
internalnya dari ancaman eksternal. Dengan demikian, keamanan
di pabrik atau keamanan kerja dapat diartikan sebagai keadaan
yang melindungi fasilitas perusahaan dan peralatan yang ada dari
akses-akses yang tidak sah serta untuk melindungi para karyawan
ketika sedang bekerja atau melaksanakan penugasan pekerjaan.

c. Sumber-sumber bahaya
Pengertian/definisi tempat kerja dalam K3 secara umum bisa

ditemukan di Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang keselamatan
kerja serta standar juga dalam dokumen OHSAS (Occupational Health
& Safety Management System) nomor 18001:2007

Pengertian tempat kerja menurut OHSAS 18001:2007 adalah
lokasi manapun yang berkaitan dengan aktivitas kerja di bawah
kendali organisasi (perusahaan). Sementara menurut Undang-
Undang No 1 Tahun 1970 tempat kerja adalah tiap ruangan atau
lapangan baik terbuka atau tertutup, bergerak maupun menetap

150

dimana terdapat tenaga kerja yang bekerja atau sering dimasuki
orang bekerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat
sumber atau sumber–sumber bahaya sebagaimana diperinci sebagai
berikut:
1) Tempat kerja baik di darat, di permukaan air, di dalam tanah, di

dalam air maupun di udara yang berada di wilayah kekuasaan
hukum Republik Indonesia.
2) Tempat kerja yang menggunakan mesin, pesawat, alat,
perkakas, peralatan ataupun instalasi berbahaya atau yang
dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran ataupun peledakan.
3) Bahan atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar,
beracun, menimbulkan infeksi, ataupun bersuhu tinggi.
4) Bangunan yang sedang dalam tahap dikerjakan, bangunan
dalam perbaikan, banguan sedang dalam perawatan, bangunan
yang sedang dibersihkan atau dibongkar
5) Usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan
hutan, pengolahan kayu ataupun hasil hutan lainnya,
peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan.
6) Usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam
ataupun bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak ataupun
mineral lainnya baik di permukaan maupun di dalam bumi
ataupun di dasar perairan.
7) Pengangkutan barang, binatang ataupun manusia baik di darat,
melalui terowongan, di permukaan air, di dalam air maupun di
udara.
8) Bongkar muat barang muatan pada kapal, perahu, dermaga,
dok, stasiun, ataupun gudang.

151

9) Penyelaman, pengambilan benda ataupun pekerjaan lain di
dalam air.

10) Pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah ataupun
perairan.

11) Pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau
perairan.

12) Pekerjaan di bawah tekanan udara ataupun suhu udara yang
tinggi ataupun rendah.

13) Pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan
benda, terkena lemparan benda, terjatuh ataupun terperosok,
hanyut ataupun terlempar.

14) Pekerjaan dalam tangki, sumur ataupun lubang.
15) Ruangan tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman

dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian dengan
tempat kerja tersebut.

d. Penerapan K3 di Tempat Kerja
Kewajiban Tenaga Kerja Terhadap Penerapan K3 ditempat

kerja tertuang dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja pasal 12, dimana terdapat 5 (lima) kewajiban
utama tenaga kerja dalam penerapan K3 di tempat kerja, antara lain:

1) Memberi keterangan yang benar apabila diminta pegawai
pengawas / keselamatan kerja.

2) Menggunakan APD yang diwajibkan.
3) Memenuhi dan menaati semua syarat-syarat K3 yang

diwajibkan.

152

4) Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat-
syarat K3 yang diwajibkan.

5) Menyatakan keberatan kerja dimana syarat K3 dan APD yang
diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal khusus
ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas yang
dapat dipertanggungjawabkan.
K3 di tempat kerja merupakan tanggung-jawab bersama.

Dengan saling menunaikan kewajiban di tempat kerja, maka
diharapkan penerapan K3 dapat dilaksanakan dengan baik.
Perusahaan dan tenaga kerja sama-sama memiliki kewajiban
terhadap penerapan K3 di tempat kerja.

Filosofi dasar K3 adalah melindungi keselamatan dan
kesehatan para pekerja dalam menjalankan pekerjaannya, melalui
upaya-upaya pengendalian semua bentuk potensi bahaya yang ada
di lingkungan tempat kerjanya. Bila semua potensi bahaya telah
dikendalikan dan memenuhi batas standar aman, maka akan
memberikan kontribusi terciptanya kondisi lingkungan kerja yang
aman, sehat, dan proses produksi menjadi lancar, yang pada
akhirnya akan dapat menekan risiko kerugian dan berdampak
terhadap peningkatan produktivitas.

Bila terjadi resiko kecelakaan maka harus dilakukan
konsultasi dan komunikasi. Dalam persyaratan OHSAS 18001,
terkait konsultasi dan komunikasi, dinyatakan bahwa:

“Organisasi harus mempunyai prosedur untuk
memastikan bahwa informasi yang berhubungan
dengan K3 dikomunikasikan pada dan dari karyawan
dan pihak terkait lainnya. Susunan keterlibatan dan
konsultasi karyawan harus didokumentasikan dan
diberitahukan ke pihak terkait.”

153

Dalam sebuah organisasi, hendaknya karyawan
diikutsertakan dalam perencanaan prosedur penanganan K3,
dengan tujuan untuk bisa meminimalkan resiko kecelakaan yang
terjadi saat bekerja. Sehingga karyawan harus:
a) Dilibatkan dalam pengembangan dan tinjauan kebijakan dan

prosedur untuk mengelola resiko.
b) Dikonsultasikan bila terdapat berbagai perubahan yang dapat

mempengaruhi kesehatan dan keamanan tempat kerja.
c) Terwakilkan dalam urusan kesehatan dan keamanan.
d) Diberitahu siapa yang menjadi perwakilan K3 karyawan dan

wakil manajemen.

e. Pelaporan Kecelakaan saat bekerja
Dalam peraturan menteri tenaga kerja republik indonesia

nomor: per.03/men/1998 diatur tentang tata cara pelaporan dan
pemeriksaan kecelakaan. Pada Bab II pasal 2 diatur bahwa Pengurus
atau pengusaha wajib melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi di
tempat kerja pimpinannya. Pada pasal berikutnya dijelaskan bahwa
pengurus atau pengusaha wajib melaporkan secara tertulis kecelakaan
sebagaimana dimaksud dalam kepada Kepala Kantor Departemen
Tenaga Kerja setempat dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 (dua kali
dua puluh empat) jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan dengan
formulir laporan kecelakaan sesuai contoh bentuk 3 KK2 A lampiran I.
Penyampaian laporan dapat dilakukan secara lisan sebelum dilaporkan
secara tertulis.

154

Setiap karyawan kantor perlu mengikuti prosedur K3 di tempat
kerja sehingga tercipta rasa aman saat melaksanakan pekerjaan,
penerapan prosedur K3 yang baik akan menghasilkan kinerja
karyawan yang bermutu sehingga perusahaan bisa berjalan dengan
efisien, efektif dan terarah. Bagi perusahaan, resiko karyawan yang
cedera juga berkurang dan tidak memerlukan biaya tambahan berupa
kompensasi akibat kecelakaan kerja.

B. Menangani Keadaan Darurat dan Mengantisipasi
1. Upaya-upaya penanggulangan darurat
Keadaan darurat biasanya terjadi tidak terduga, bisa terjadi kapan
saja dengan atau tanpa tanda-tanda sebelumnya. Oleh karena itu
sangat diperlukan perencanaan yang baik dan sistematis tentang
bagaimana menghadapi situasi darurat dan apa saja yang harus
dilakukan pada saat itu agar tidak panik hingga dapat
memperburuk dampak yang terjadi. Perencanaan yang baik dalam
menghadapi keadaan darurat dapat meminimalisir resiko yang
mungkin terjadi.

155

Upaya-upaya penanggulangan darurat yang mungkin terjadi antara
lain:
a. Pencegahan

Pencegahan ini dapat dilakukan dengan upaya-upaya yang dapat
meminimalisir terjadinya bencana. Misalnya dengan bekerja
sesuai SOP yang sudah ditetapkan, menggunakan alat-alat
pengaman saat melakukan pekerjaan yang beresiko, menjaga
kesehatan tubuh saat bekerja, dst.
b. Mitigasi
Mitigasi yaitu upaya yang dilakukan dengan membuat rencana
evakuasi dengan membangun fasilitas, menentukan jalur
evakuasi dan pemahaman yang benar tentang bencana dan
respon yang harus dilakukan.

c. Kesiapsiagaan
Upaya secara terkodinir untuk mengantisipasi terjadinya
keadaan darurat, dengan misanya menyiapkan APD, alat
pemadam, alarm, ambulan, tim penyelamat, dst.

d. Kesigapan/respon

156

Ketika keadaan darurat telah terjadi maka kesigapan diperlukan
dalam melakukan upaya-upaya untuk melokalisir area bencana
atau menghentikan terjadinya bencana dengan segera bila
memungkinkan. Kesigapan juga diperlukan untuk melakukan
prosedur evakuasi untuk menyelamatkan nyawa atau
memberikan pertolongan medis dengan segera.

e. Rehabilitasi
Tindakan yang dilakukan pasca terjadinya keadaan darurat
dengan memperbaiki keadaan yang terkena dampak.

f. Rekonstruksi
Upaya membangun kembali setelah terkena dampak agar
kembali normal.

2. Mekanisme dalam menangani terjadinya bencana
Bagaimana mekanisme dalam menangani terjadinya bencana? Kalian
bisa mengikuti mekanisme berikut ini dengan baik:
a. Persiapan, yaitu langkah-langkah persiapan yang diperlukan dalam
menangani keadaan darurat tersebut berdasarkan jenis dan
kejadiannya.
b. Prosedur praktis dari penanganan kejadian yang harus diikuti dari
beberapa kegiatan/bagian secara terpadu. Prosedur ini harus
dipahami semua karyawan agar ketika terjadi keadaaan darurat
semua tahu apa yang harus dilakukan agar tidak terjadi kepanikan
saat keadaan darurat itu benar-benar terjadi. Oleh karena itu harus
dilakukan sosialisasi yang baik atau lewat pelatihan-pelatihan
mengenai K3.

157

c. Organisasi yang solid dengan garis-garis komunikasi dan tanggung
jawabnya. Ketika garis komunikasi dan tanggung jawab masing-
masing bagian sudah diatur, maka penanganan darurat dapat
berjalan dengan lebih efektif dan efesien.

d. Pelaksanaan berdasarkan a,b, dan c secara efektif dan terpadu.

3. Sikap dan tindakan dalam keadaan darurat
Ketika keadaan darurat telah terjadi, maka sikap dan tindakan yang
harus diambil oleh karyawan yang menghadapi keadaan darurat adalah:
a. Sikap dalam menghadapi situasi darurat:
1) Cepat dan tanggap menghadapi situasi darurat,
2) Tidak panik,
3) Tidak berteriak yang menyebabkan orang lain panik,
4) Adanya keinginan untuk menyelesaikan masalah
5) Tenang dalam menghadapi situasi darurat.
b. Tindakan dalam menghadapi situasi darurat:
1) Tangani situasi darurat sesuai prosedur perusahaan.
2) Ikuti pesan tanda bahaya di tempat kerja. Jangan abaikan alarm.
3) Tentukan langkah-langkah daam situasi darurat sesuai dengan
jenis permasalahannya.
4) Operasikan perlengkapan situasi darurat yang tersedia di tempat
kerja.
5) Segera meneliti keadaan darurat dan potensi keadaan darurat.
6) Segera tentukan tindakan yang dibutuhkan dalam lingkup tanggup
jawabnya.
7) Segera mencari bantuan dari teman sejawat atau pihak yang
berwenang.

158

8) Melaporkan kejadian baik lisan maupun tulisan.
Ketika kalian bekerja sebagai karyawan, hal mendasar yang

perlu dipahami adalah penanganan keadaan darurat menjadi
tanggung jawab semua pihak yang berada dalam organisasi atau
perusahaan tempat bekerja. Namun secara individu, setiap
karyawan atau tenaga kerja bertanggungjawab secara pribadi atas
kesehatan, keselamatan dan keamanan dirinya sendiri. Sedangkan
organisasi atau perusahaan bertanggungjawab untuk memastikan
kesehatan, keselamatan dan keamanan semua karyawan yang
bekerja di lingkungannya.

C. Mempertahankan Standar Penampilan Pribadi
1. Standar Kebersihan Diri
Dalam industri pariwisata, penampilan diri pribadi para
karyawan yang baik yang berada di pelayanan baris depan (front
liner) maupun baris belakang (back office) menjadi sesuatu yang
tidak dapat dihindari. Penampilan karyawan yang meyakinkan akan
mampu menciptakan kesan yang baik di mata para pelanggan.
Dari sudut pandang perusahaan, para karyawan merupakan
center point yang menjadi salah satu pusat perhatian pelanggan
ketika mereka menikmati layanan ataupun fasilitas perusahaan
tersebut. Oleh karena itu, para karyawan di bidang pariwisata wajib
menerapkan image yang mengesankan kepada para pelanggan.
Menurut Sugiyarto ( 1999 : 18 ) penampilan adalah
“Bentuk citra diri yang terpancar dari diri seseorang dan
merupakan sarana komunikasi antara kita dengan orang
lain.”

159

Dalam dunia kerja di bidang pariwisata tampilan menarik yang
harus diperhatikan dan dipertahankan. Penampilan juga harus
dijaga sesuai dengan kesehatan dan keamanan dalam bekerja.
Penampilan harus dipastikan tidak menimbulkan atau mengundang
resiko yang tidak perlu, misalnya kuku yang panjang dapat
menimbulkan resiko patah atau terluka saat bekerja. Pakaian yang
terlalu lebar melambai dapat tersangkut peralatan kerja yang
membahayakan keselamatan penggunanya.

2. Mempertahankan Standar Penampilan
Untuk membantu dalam menetapkan standar yang baik dalam
kebersihan diri dan penampilan diri (grooming) di tempat kerja ada hal
yang perlu kalian perhatikan seperti dibawah ini :
a. Perawatan Kulit

Cara sederhana untuk merawat kulit dengan mandi secara teratur.
Pria dapat memilih sabun atau pembersih tubuh yang cocok untuk
jenis kulitnya. Bagi wanita, perawatan kulit yang lebih detail misalnya
dengan cara luluran tiap seminggu sekali

160

b. Perawatan Tangan

Dalam industri pariwisata, tangan harus terlihat. Baik untuk pria
maupun wanita, kuku harus bersih dan dipotong pendek secara
teratur. Untuk wanita, pewarna kuku juga tidak diperbolehkan.
c. Perawatan Rambut

Gaya rambut merupakan bagian penting dalam grooming yang baik.
Jika rambut sudah panjang (melebihi bahu), maka harus diikat di
belakang. Selain akan memberikan kesan lebih rapi, mengikat
rambut yang panjang dan tergerai tidak akan mengganggu saat
kalian sibuk bekerja.
d. Perawatan Wajah

161

Bagi karyawan laki-laki, cukurlah kumis dan jenggot kalian, jangan
membiarkan tumbuh meskipun hanya satu senti. Kumis dan jenggot
yang dibiarkan tidak dicukur akan memberikan kesan kotor pada
tampilan wajah dan juga terlihat kusam.
e. Perawatan Gigi

Kebersihan gigi dan mulut harus dijaga untuk mencegah nafas bau
dan tampilan yang bersih. Terutama hal ini, karena kalian
berhadapan dengan pelanggan dan harus berinteraksi dengan baik.
Gosoklah gigi kalian minimal 2 (dua) kali dalam sehari, dan gunakan
obat kumur yang sesuai. Kebiasaan ini akan meminimalkan timbulnya
bau pada rongga mulut ketika kalian berbicara.
f. Make-Up dan Parfum

Wajah merupakan fokus utama dalam penampilan. Bagi karyawan
perempuan, dandanan sebaiknya natural tidak perlu berlebihan.
Cukup gunakan bedak dan lipstick untuk memberikan kesan segar

162

pada penampilan kalian. Jika kalian memiliki masalah bau badan maka
sebaiknya hal tersebut dikonsultasikan dengan bagian khusus yang
berkompeten untuk itu. Dalam berinteraksi, bau badan yang ada akan
sangat mengganggu lancarnya komunikasi, apalagi jika berada dalam
ruangan yang ber-AC. Jika terpaksa memakai parfum maka sebaiknya
pilih jenis yang soft atau berbau lembut.
g. Perhiasan

Ketika kalian bekerja, tidak dianjurkan untuk mengenakan
perhiasan yang lengkap atau berlebihan layaknya menghadiri sebuah
pesta. Jika kalian ingin menggunakan perhiasan, cukup pakailah
cincin dan anting saja. Melengkapi tampilan diri dengan
menggunakan jam tangan juga diperbolehkan.

Mengapa penggunaan perhiasan yang berlebihan tidak
diperbolehkan? Tentu kalian tahu, bahwa dengan menggunakan
perhiasan yang berlebihan dapat membatasi gerak dalam bekerja
karena khawatir tersangkut benda lain atau lepas saat bekerja. Di
samping itu akan mengundang bahaya ketika berangkat dan pulang
kerja, atau sedang tugas ke luar perusahaan.

163

h. Mengatur Postur
Ketika kalian berhadapan atau berinteraksi dengan orang lain,

terutama berkaitan dengan pekerjaan atau perusahaan, maka kalian
tidak bisa seenaknya saja. Kalian harus memperhatikan cara duduk,
cara berdiri, juga cara berjalan.

Kesalahan dalam cara duduk atau berdiri, akan bisa memberikan
arti lain kepada orang yang diajak bicara. Contohnya duduklah dengan
kaki yang dirapatkan apalagi wanita yang menggunakan rok harus
memperhatikan agar pakaian dalam tidak terlihat oleh tamu. Sehingga
tamu bisa melihat bahwa kalian memiliki sopan santun dalam
berinteraksi dengan orang lain.

i. Pakaian Dalam
Kenyamanan pakaian akan bisa kalian rasakan, ketika semua

pakaian yang kalian kenakan dalam keadaan bersih dan hygiene. Bukan
hanya tampilan atau pakaian luar saja yang perlu kalian prioritaskan,
tetapi pakaian dalam juga harus diperhatikan.

Meskipun tidak tampak dari luar, kenyamanan pakaian dalam
merupakan faktor yang penting. Pakailah pakaian dalam dari bahan
yang nyaman dan gantilah ketika sudah tidak nyaman dengan yang
bersih untuk bisa lebih percaya diri.

164

k. Sepatu atau Alas Kaki
Meski terletak di bawah, sepatu memiliki poin tersendiri dalam

berpenampilan. Gunakan sepatu yang nyaman, pas di kaki dan tidak
sempit atau kebesaran untuk kenyamanan kalian berpindah tempat.
Pada umumnya, sepatu dalam lingkungan kantor adalah berwarna
hitam dengan model pantofel.

Namun ada kalanya, ketika kalian berada ke luar kantor karena
mengantar tamu berwisata, kalian bisa menggunakan sepatu yang
lebih casual tanpa mengurangi kesopanan dan kenyamanan dalam
bekerja. Hal ini, mengingat sepatu juga merupakan alat pelindung bagi
kesehatan dan keselamatan kaki ketika menjalankan tugas dari
perusahaan.

l. Kaus Kaki Dan Stocking
Sama halnya dengan sepatu, kaos kaki juga merupakan pelindung

kaki agar tidak mudah lecet ketika bersenggolan dengan sesuatu yang
bersifat menggores. Warna kaos kaki, bagi laki-laki, sebaiknya
disesuaikan dengan warna celana atau warna sepatu, jadi tidak harus
warna hitam.

165

Bagi karyawan wanita dapat menggunakan stocking apabila rok
yang dipakai sebatas lutut agar pandangan tamu tidak langsung tertuju
pada kulit paha dan betis.
m. Pakaian

Pandangan pertama yang menjadi daya tarik adalah pakaian.
Bagaimana pakaian yang kalian gunakan, termasuk warna pakaian,
akan menjadi sesuatu yang sangat menarik bagi pelanggan, yang pasti
akan memberikan point paling besar dalam kesan pertama yang
diambil.

Di dunia kerja, terdapat perbedaan dalam hal berpakaian sehari-
hari. Ada pakaian yang merupakan pakaian seragam, yang bentuk,
motif dan warnanya sudah ditentukan perusahaan, serta jadwal

166

penggunaannya. Namun ada kalanya, karyawan dibebaskan untuk
menggunakan pakaian kerja bebas tetapi rapi dan sopan.

Adapun yang harus diperhatikan dalam berpakaian antara lain :
1) Pastikan pakaian yang digunakan benar-benar ukurannya pas

dengan tubuh
2) Pastikan seragam disetrika, jangan sampai kusut
3) Pastikan juga seragam bersih dan tidak rusak
4) Pastikan seragam disimpan dengan baik dan rapi agar tidak

terjadi lipatan,rusak maupun kotor.

3. Pakaian khusus untuk perlindungan dan keamanan
Selain pakaian standar yang dipakai sehari-hari, dalam pekerjaan

yang memiliki resiko tinggi, terdapat juga pakaian khusus untuk
perlindungan dan keamanan.

Syarat-syarat pakaian perlindungan atau pengamanan:
a. Pakaian kerja harus dapat melindungi pekerja terhadap bahaya

yang mungkin ada.

167

b. Pakaian kerja harus seragam mungkin dan juga
ketidaknyamanannya harus yang paling minim.

c. Kalau bentuknya tidak menarik, paling tidak harus dapat
diterima.

d. Pakaian kerja harus tidak mengakibatkan bahaya lain, misalnya
lengan yang terlalu lepas atau ada kain yang lepas yang sangat
mungkin termakan mesin.

e. Bahan pakaiannya harus mempunyai derajat resistensi yang
cukup untuk panas dan suhu kain sintesis (nilon, dll) yang dapat
meleleh oleh suhu tinggi seharusnya tidak dipakai.

f. Pakaian kerja harus dirancang untuk menghindari partikel-
partikel panas terkait di celana, masuk di kantong atau terselip
di lipatan-lipatan pakaian.

g. Overall katun memenuhi semua persyaratan yang disebutkan di
atas dan karenanya overall katun adalah yang paling banyak
digunakan sebagai pakaian kerja.

h. Dasi, cincin dan jam tangan merupakan barang-barang yang
mempunyai kemungkinan besar menimbulkan bahaya karena
mereka itu dapat dimakan mesin, dan akan menyebabkan
kecelakaan jika para pekerja tetap memakainya. Jam tangan dan
cincin menambah masalah pada bahan kimia dan panas dengan
berhenti menghilangkan bahaya.
Salah satu aspek dari K3 adalah mengontrol bahaya (hazard)

yang mungkin terjadi di dalam lingkungan kerja. Upaya mengontrol
bahaya yang mungkin terjadi adalah dengan melindungi diri
sendiri. Salah satu APD yang wajib dikenakan oleh pekerja adalah
pakaian pelindung K3.

168

Pakaian pelindung K3 atau sering disebut safety
coverall atau safety wearpack merupakan pakaian yang berfungsi
untuk melindungi si pemakai. Pakaian pelindung K3 harus dapat
meminimalkan dampak atau risiko dari bahaya yang mungkin ada
di dalam lingkungan kerja. Bahaya tersebut dapat berupa panas,
percikan listrik atau arus listrik, serat asbes, paparan api, paparan
logam, atau bahan kimia berbahaya dan beracun.

Secara umum, pakaian pelindung dapat dibagi menjadi dua
jenis, yaitu one piece coverall dan two piece wearpack. Umumnya
One piece coverall lebih nyaman digunakan karena hanya terdiri
dari satu helai pakaian terusan. Dengan demikian pekerja menjadi
lebih terlindungi dan lebih mudah bergerak.

Safety coverall digunakan oleh berbagai profesi spesifik yang
memiliki risiko pekerjaan tinggi dan memerlukan pengamanan
khusus. Profesi spesifik tersebut di antaranya adalah pekerja
tambang, pekerja pabrik, mekanik, pekerja konstruksi, pemadam
kebakaran, serta pekerja yang mudah terpapar bahan beracun dan
berbahaya.

169

D. Memberikan Umpan Balik mengenai Kesehatan, Keselamatan
dan Keamanan
1. Konsep Umpan Balik K3
Pernahkah kalian mendengar umpan balik? Apakah kalian pernah
memberikan umpan balik? Apa yang kalian pahami tentang istilah
umpan balik? Umpan balik (feedback) adalah salah satu cara yang
paling efektif untuk meningkatkan kinerja pengelolaan K3. Umpan balik
bisa terdiri dari umpan balik positif (positive feedback) yang menyoroti
pada pengelolaan K3 yang sudah baik agar dipertahankan, dan umpan
balik konstruktif (constructive feedback) yang menyoroti kekurangan
pengelolaan K3 untuk diperbaiki dan ditingkatkan.

Pengelolaan kesehatan dan keselamatan kerja dalam suatu
perusahaan perlu dimonitor secara berkala, hal ini agar memungkinkan
terjadinya proses umpan balik yang memungkinkan perusahaan untuk
menguatkan dan memelihara sistem kesehatan dan keselamatan kerja,
juga mengurangi resiko kerja.

Umpan balik adalah pandangan seseorang mengenai kinerja orang
lain, yang dikomunikasikan pada pelakunya secara informal dan
diberikan sewaktu-waktu. Seorang atasan seringkali merasa “Ah gitu
saja gak bisa” atau “Aduh, kok gak sesuai harapan saya” Tapi kemudian
diam saja, menyimpan dalam hati, berharap si bawahan bisa telepati,

170

membaca pikiran sang atasan lalu menyadari kesalahannya dan tidak
mengulanginya.

Seperti disebutkan di atas, umpan balik tidak selamanya bersifat
korektif, namun bisa berupa apresiasi. Agar umpan balik korektif
maupun apresiatif yang diberikan efektif, sebaiknya memenuhi
beberapa kriteria berikut: spesifik dan deskriptif; konstruktif; dua arah;
respect; dan segera.

2. Pendekatan SBI+LS
Untuk memberikan umpan balik korektif atau yang efektif, dapat

digunakan pendekatan SBI+LS (Situation, Behavior, Impact + Listen,
Suggestion):

a. Situation yaitu mendeskripsikan situasi/kejadian yang dimaksud.
b. Behavior yaitu mendeskripsikan perilaku yang dimaksud dengan

menggunakan kata kerja bukan kata sifat.
c. Impact yaitu mendeskripsikan dampak dari perilaku yang

ditunjukan tersebut terhadap dirinya, terhadap kinerja tim atau
terhadap atasan.
d. Listen yaitu mendengarkan pendapat dari orang yang diberikan
umpan balik, apa alasan dibalik perilakunya tersebut.
e. Suggestion yaitu memberikan saran yang sebaiknya mereka
lakukan.
Pendekatan di atas dapat digunakan untuk memberikan umpan
balik korektif ataupun apresiatif. Dalam praktiknya, umpan balik positif
lebih mudah diterima dibandingkan umpan balik korektif karena sifat
alamiah manusia tidak suka dikritik, dibutuhkan pendekatan yang lebih
smooth dalam penyampaiannya.

171

Dalam memberikan umpan balik korektif juga dikenal pendekatan
‘sandwich’ atau ‘feedback sandwich’. Satu hal yang penting dalam
pendekatan tersebut adalah sebelum menyampaikan umpan balik
korektif, mulailah dengan memberikan pujian terlebih dahulu. Yang
harus diperhatikan adalah, pujian tidak mengada-ada, harus yang tulus
namun tidak belebihan sehingga menghilangkan inti umpan balik
korektif yang ingin disampaikan.

Tantangan selanjutnya adalah bagaimana mengimplementasikan
berbagai pendekatan tersebut dalam praktik kerja sehari-hari. Semakin
sering kalian memberikan umpan balik kepada bawahan atau rekan
kerja, secara tidak langsung sudah meningkatkan komunikasi yang
dibutuhkan dalam hubungan kerjasama efektif. Orang lain menjadi tahu
apa yang diharapkan, apa yang harus dipertahankan atau harus
diperbaiki ke depannya.

Dengan membudayakan pemberian umpan balik, kalian sedang
membuat fondasi agar selalu tercipta perbaikan berkelanjutan
(continuous improvement) di sekitar Anda.

3. Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability (CHSE)
Umpan balik dalam pariwisata bisa dikaitkan dengan konsep CHSE.

Apakah kalian sudah pernah mendengar CHSE? Terdengar asing ya?
CHSE adalah akronim dari Cleanliness, Health, Safety and

Environmental Sustainability yaitu Panduan Pelaksanaan Kebersihan,
Kesehatan, Keselamatan, dan Kelestarian Lingkungan di Daya Tarik
Wisata yang dikeluarkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Panduan tersebut merupakan panduan operasional dari Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/382/2020 tentang

172

Protokol Kesehatan bagi Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum
dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease
2019 (Covid-19). Panduan tersebut ditujukan bagi pengusaha dan/atau
pengelola, karyawan, dan pemandu wisata lokal dalam memenuhi
kebutuhan pengunjung akan produk dan pelayanan pariwisata yang
bersih, sehat, aman, dan ramah lingkungan pada masa pandemi Covid-
19.

Ketentuan yang termuat dalam panduan tersebut mengacu pada
protokol dan ketentuan lain yang telah ditetapkan Pemerintah
Indonesia, World Health Organization (WHO), dan World Travel &
Tourism Council (WTTC) dalam rangka pencegahan dan penanganan
Covid-19.

Penyusunan panduan melibatkan berbagai pihak, yaitu asosiasi
usaha dan profesi terkait daya tarik wisata, pengelola desa wisata,
Kelompok Penggerak Pariwisata/Kelompok Sadar Wisata, dan
akademisi.

173

Panduan tersebut terdiri atas Panduan Umum dan Panduan Khusus
yaitu:
a. Panduan Umum bagi Manajemen/Tata Kelola

1) Memperhatikan informasi terkini serta imbauan dan instruksi
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah terkait Covid-19.

2) Memiliki dan mengomunikasikan Standar Operasional Prosedur
(SOP) untuk kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian
lingkungan melalui media luring dan/atau daring.

3) Melatih karyawan, pemandu wisata lokal, dan/atau masyarakat
sekitar daya tarik wisata untuk mempersiapkan dan melaksanakan
SOP sebelum daya tarik wisata dibuka kembali.

4) Menyediakan dan memasang imbauan tertulis untuk:
a) tidak melakukan kontak fisik;
b) tidak menyentuh bagian wajah, terutama mata, hidung, dan
mulut;
c) menjaga jarak aman minimal 1 (satu) meter;
d) mencuci tangan dengan sabun/menggunakan hand sanitizer;
e) memakai alat pelindung diri sesuai keperluan, seperti masker
dan sarung tangan;
f) menerapkan etika bersin dan batuk;
g) selalu mengonsumsi makanan sehat dan vitamin;
h) membuang sampah pada tempatnya, terutama sampah alat
pelindung diri, seperti masker dan sarung tangan.

5) Menyediakan peralatan dan perlengkapan kebersihan dan
kesehatan di daya tarik wisata.

174

6) Memastikan pengusaha dan/atau pengelola, karyawan, pemandu
wisata lokal, pengunjung, dan pihak lain yang beraktivitas di daya
tarik wisata menggunakan masker.

7) Menyediakan peralatan dan perlengkapan keselamatan dan
keamanan, sedikitnya:
a) kotak P3K;
b) alat pemadam kebakaran;
c) informasi tertulis mengenai prosedur penyelamatan diri dari
bencana;
d) peta lokasi titik kumpul dan jalur evakuasi;
e) informasi tertulis mengenai nomor telepon penting;
f) alat komunikasi.

8) Melakukan pemeriksaan suhu tubuh kepada karyawan, pemandu
wisata lokal, dan pengunjung.

9) Memastikan alat pengukur suhu tubuh berfungsi dengan baik dan
diperiksa secara berkala.

10) Memberikan informasi secara tertulis kepada pengunjung tentang
suhu tubuh dan kondisi kesehatan karyawan dan pemandu wisata
lokal.

175

11) Memiliki sistem/mekanisme pengembalian dana/refund bagi
pengunjung yang tidak diperkenankan masuk karena alasan
kesehatan dan keamanan untuk pencegahan dan penanganan
Covid-19, serta menginformasikannya kepada pengunjung melalui
media luring dan/atau daring.

12) Melakukan pengaturan kapasitas pengunjung untuk memastikan
tidak ada kerumunan di dalam dan sekitar daya tarik wisata, serta
menginformasikannya kepada pengunjung melalu media luring
dan/atau daring.

13) Menerapkan manajemen kunjungan.
14) Menyediakan pelayanan reservasi serta pembayaran nontunai

untuk menghindari kerumunan dan kontak fisik.
15) Menyediakan formulir berbasis daring untuk mendata nama, asal

daerah/negara, dan nomor kontak.
16) Menyelenggarakan paket-paket wisata dengan jumlah peserta

terbatas.
17) Penyelenggaraan kegiatan wisata di dalam dan luar ruangan harus

mengikuti protokol kesehatan serta Panduan Pelaksanaan
Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan, dan Kelestarian Lingkungan
di Daya Tarik Wisata.
18) Bila menyelenggarakan pertunjukan seni, harus mengikuti protokol
kesehatan.
19) Jika tersedia angkutan wisata (darat dan/atau laut), ikuti protokol
kesehatan yang berlaku di moda transportasi.
20) Membentuk dan melatih tim khusus penanganan kondisi darurat
kesehatan, keselamatan, dan keamanan.

176

21) Berkoordinasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk
penanganan pengunjung, karyawan, dan pemandu wisata lokal
yang mengalami gangguan kesehatan.

22) Berkoordinasi intensif dengan Dinas Kesehatan, Badan
Penanggulangan Bencana Daerah, Dinas Pemadam Kebakaran,
kepolisian setempat, dan Satuan Tugas Covid-19 Daerah untuk
penanganan kondisi darurat.

23) Bila terjadi kasus Covid-19 di lokasi daya tarik wisata, pengusaha
dan/atau pengelola berkoordinasi dengan Satuan Tugas Covid-19
Daerah dan fasilitas pelayanan kesehatan setempat.

24) Menyediakan asuransi kesehatan dan/atau kecelakaan bagi
pengunjung.

25) Memastikan seoptimal mungkin penggunaan perlengkapan dan
bahan yang ramah lingkungan.

26) Memastikan pemanfaatan air dan sumber energi, seperti listrik
dan/atau gas, secara efisien dan sehat dalam rangka menjaga
keseimbangan dan keberlanjutan ekosistem.

27) Memastikan pengolahan sampah dan limbah cair daya tarik wisata
dilakukan secara tuntas, sehat, dan ramah lingkungan.

28) Memastikan kondisi asri dan dan nyaman pada lingkungan fisik di
lokasi daya tarik wisata secara alamiah dan/atau menggunakan
rekayasa teknis.

29) Pemantauan serta evaluasi penerapan panduan dan SOP
pelaksanaan kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian
lingkungan di daya tarik wisata.

b. Panduan Umum bagi Karyawan, Pemandu Wisata lokal, Pengunjung,
dan Pihak Lain yang Beraktivitas di Daya Tarik Wisata:

177

1) Memastikan diri dalam kondisi sehat, dengan suhu tubuh <37,3ºC,
tidak memiliki gejala demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan,
dan/atau sesak napas sebelum beraktivitas di daya tarik wisata.

2) Melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat:
a) tidak melakukan kontak fisik;
b) tidak menyentuh bagian wajah; terutama mata, hidung, dan
mulut;
c) tetap menjaga jarak aman minimal 1 (satu) meter;
d) mencuci tangan dengan sabun/menggunakan hand sanitizer;
e) memakai alat pelindung diri sesuai keperluan, seperti masker
dan sarung tangan;
f) menerapkan etika bersin dan batuk;
g) selalu mengonsumsi makanan sehat dan vitamin.

3) Memberikan salam dengan cara mengatupkan kedua telapak tangan
di dada sebagai pengganti berjabatan tangan.

4) Hindari menyentuh area dan barang publik yang berpotensi banyak
disentuh orang.

5) Pengunjung sebaiknya melakukan reservasi melalui telepon, media
sosial, atau media daring lainnya sebelum kunjungan dilakukan, dan
melakukan pembayaran secara nontunai.

6) Pengunjung menginformasikan secara daring tentang nama, asal
daerah/negara, dan nomor kontak.

7) Pengunjung menginformasikan kepada karyawan atau pemandu
wisata lokal jika mengalami gangguan kesehatan (demam, batuk,
pilek, nyeri tenggorokan, dan/atau sesak napas).

178

8) Karyawan dan pemandu wisata lokal menginformasikan kepada
pimpinan jika mengalami gangguan kesehatan (demam, batuk, pilek,
nyeri tenggorokan, dan/atau sesak napas).

9) Karyawan dan pemandu wisata lokal mengarahkan dan membantu
pengunjung dan pihak lain yang berada di daya tarik wisata jika
terjadi kondisi darurat.

10) Patuhi dan laksanakan SOP yang berlaku di daya tarik wisata.

c. Panduan Khusus Bagi Karyawan dan Pemandu Wisata Lokal saat
Menyelenggarakan Kegiatan Wisata
1) Pemandu wisata lokal memberikan salam kepada
pengunjung dengan mengatupkan kedua telapak
tangan di dada.
2) Pemandu wisata lokal menyampaikan informasi kepada
pengunjung sesuai panduan yang dibuat oleh pengelola
daya tarik wisata.
3) Pemandu wisata lokal melakukan pemanduan wisata
sesuai lama waktu kunjungan yang diperbolehkan,
mengacu pada materi dan alternatif teknik pemanduan yang
disarankan pengelola.
4) Pemandu wisata lokal mematuhi aturan untuk
membawa grup berhenti pada tempat-tempat yang
telah ditentukan pengelola daya tarik wisata dengan
lama waktu tertentu.
5) Pemandu wisata lokal memastikan jumlah pengunjung
yang dipandu sesuai dengan ketentuan pengelola,
menjaga jarak aman antarpengunjung dan antargrup

179

minimal 1 (satu) meter tetap terjaga, serta memastikan pengunjung
melaksanakan protokol kesehatan selama program pemanduan.
6) Karyawan membersihkan perlengkapan dan peralatan
yang telah digunakan pengunjung dan pemandu wisata
lokal untuk penyelenggaraan kegiatan wisata sesuai
standar hygiene dan sanitasi.
7) Karyawan membantu pemandu wisata lokal dan
pengunjung jika terjadi kondisi darurat.
8) Karyawan dan pemandu wisata lokal menjaga kamar
mandi/toilet dalam kondisi higienis, bersih, kering, dan
tidak bau, serta membersihkannya sesering mungkin
setelah digunakan.
9) Karyawan dan pemandu wisata lokal membuang
sampah pada tempatnya dan memastikan tempat
sampah tertutup kembali setelah digunakan.
10) Karyawan dan pemandu wisata lokal melaksanakan dan
mematuhi SOP lainnya yang berlaku, khususnya dalam
penyelenggaraan kegiatan wisata minat khusus.
11) Mengingatkan pengunjung jika tidak mematuhi
protokol kesehatan.

Kalian dapat mengakses
Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 88
Tahun 2019 terkait
Kesehatan Kerja dengan
menggunakan pendeteksi
kode batang berikut.

180

Sesuai kondisi global saat ini kalian
juga dapat mengakses Panduan
Pelaksanaan Protokol Cleanliness,
Health, Safety, and Environment
(CHSE) bagi Destinasi Wisata dengan
menggunakan pendeteksi kode batang
berikut.

1. Setiap karyawan kantor perlu mengikuti prosedur K3 di tempat
kerja sehingga tercipta rasa aman saat melaksanakan
pekerjaan, penerapan prosedur K3 yang baik akan
menghasilkan kinerja karyawan yang bermutu sehingga
perusahaan bisa berjalan dengan efisien, efektif dan terarah

2. Menangani keadaan darurat dapat dilakukan dengan
pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, kesigapan/respon,
rehabilitasi dan konstruksi

3. Mempertahankan standar penampilan harus dilakukan sesuai
dengan SOP K3 dalam bekerja sehingga tidak menimbulkan
resiko kesehatan, keselamatan dan keamanan

4. Pengelolaan kesehatan dan keselamatan kerja dalam suatu
perusahaan perlu dimonitor secara berkala, hal ini agar
memungkinkan terjadinya proses umpan balik yang
memungkinkan perusahaan untuk menguatkan dan
memelihara sistem kesehatan dan keselamatan kerja, juga
mengurangi resiko kerja

181

Selamat, kalian sudah berada di akhir pembelajaran mengikuti prosedur
kesehatan dan keselamatan kerja.
Pada kegiatan ini kalian diminta untuk melakukan refleksi pembelajaran
dengan menuangkan beberapa poin berikut.
 Sejauh mana tingkat ketercapaian kompetensi materi yang telah

kalian pelajari? Jelaskan!
 Apa lesson learn yang kalian peroleh selama mempelajari materi

ini?
 Apa yang menjadi kesulitan dalam mempelajari materi ini?
 Menurut kalian, bagaimana tingkat kebermanfaatan materi yang

disajikan dalam menunjang tugas kalian di industri?
 Pada bagian materi atau proses pembelajaran mana, yang menurut

kalian menarik?

a. Pilihan Ganda
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan cara
memberikan tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D, atau E pada
jawaban yang paling benar!

1. Organisasi harus mempunyai prosedur untuk memastikan bahwa
informasi yang berhubungan dengan K3 dikomunikasikan pada dan
dari karyawan dan pihak terkait lainnya. Susunan keterlibatan dan
konsultasi karyawan harus didokumentasikan dan diberitahukan ke
pihak terkait. Hal ini tercantum dalam….
A. Undang-Undang No.1 tahun 1970 pasal 10.
B. Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992.

182

C. Permenaker 05/Men/1996.
D. Persyaratan OHSAS (Occupational Health and Safety

Assesment ) 1800.
E. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 pasal 12,
2. Salah satu alasan Keselamatan Kerja telah diatur dalam Undang-
Undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja dalam pasal 3
ayat (1) dan pasal 9 ayat (3) adalah…..
A. Untuk semua orang yang bekerja tahu bagaimana prosedur
keselamatan dan kesehatan kerja diterapkan di sebuah
perusahaan.
B. Untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja.
C. Untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal.
D. Kecelakaan dan penyakit datang secara tidak terduga dan tanpa
diharapkan.
E. Sebagai upaya menangani bencana yang tidak terduga

3. Membuat rencana evakuasi dengan membangun fasilitas, menentukan
jalur evakuasi dan pemahaman yang benar tentang bencana dan
respon yang harus dilakukan merupakan upaya penanggulangan
darurat dalam bentuk…
A. Mitigasi
B. Kesigapan/respon
C. Rehabilitasi
D. Rekonstruksi
E. Kesiapsiagaan

4. Upaya secara terkoordinir untuk mengantisipasi terjadinya keadaan
darurat, dengan misalnya menyiapkan APD, alat pemadam, alarm,

183

ambulan, tim penyelamat, dst. merupakan upaya penanggulangan
darurat dalam bentuk…

A. Mitigasi
B. Kesigapan/respon
C. Rehabilitasi
D. Rekonstruksi
E. Kesiapsiagaan
5. Ketika di tempat kerja kalian terjadi situasi darurat, maka tindakan

yang harus segera lakukan adalah…..
A. Tangani situasi darurat sesuai prosedur perusahaan
B. Tidak bersikap panik
C. Tidak berteriak yang menyebabkan orang lain panik,
D. Adanya keinginan untuk menyelesaikan masalah
E. Tenang dalam menghadapi situasi darurat.

6. Tujuan utama dari monitoring pengelolaan kesehatan dan keselamatan
kerja dalam suatu organisasi adalah…..
A. Mengumpulkan dokumen yang diperlukan sesuai persyaratan
undang-undang dan peraturan yang berlaku.
B. Memungkinkan terjadinya proses umpan balik yang
memungkinkan organisasi untuk menguatkan dan memelihara
sistem kesehatan dan keselamatan kerja, juga mengurangi resiko
kerja.
C. Memastikan tidak terjadi kecelakaan atau hal-hal yang tidak
diinginkan di tempat kerja.
D. Untuk laporan kepada dewan direksi mengenai proses
pengelolaan sistem kesehatan, keselamatan dan kemanan kerja
di organisasi tersebut.

184

E. Sebagai dokumentasi bahwa kegiatan terkait K3 sudah dilakukan
dalam organisasi.

7. Untuk memberikan umpan balik korektif atau yang efektif, dapat
digunakan pendekatan SBI+LS (Situation, Behavior, Impact +
Listen, Suggestion). Adapun yang dimaksud dengan impact adalah


A. Deskripsi situasi/kejadian yang dimaksud.
B. Deskripsi perilaku yang dimaksud, gunakan kata kerja bukan kata

sifat.
C. Mendengarkan pendapat dari orang yang diberikan umpan balik,

apa alasan dibalik perilakunya tersebut.
D. Deskripsi dampak dari perilaku yang ditunjukan tersebut terhadap

dirinya, terhadap kinerja tim atau terhadap Anda sebagai atasan.
E. saran yang sebaik dilakukan.
8. Prinsip paling penting yang harus diperhatikan dalam penampilan saat
bekerja adalah…..
A. Menarik, cantik dan aman
B. Menarik, bersih dan cantik
C. Menarik, bersih dan aman
D. Menarik, bersih dan rapi
E. Menarik, cantik dan rapi

9. Istilah untuk umpan balik yang menyoroti kekurangan pengelolaan K3
untuk diperbaiki dan ditingkatkan adalah…..
A. Umpan balik konstruktif (constructive feedback)
B. Umpan balik positif (positive feedback)
C. Umpan balik negatif (negative feedback)
D. Umpan balik comprehensif (comprehensive feedback)

185

E. Umpan balik campuran (sandwich feedback)
10. Sebelum kalian menyampaikan umpan balik korektif, kalian mulai

dengan memberikan pujian terlebih dahulu. Pujian tidak mengada-
ada, tulus namun tidak belebihan sehingga menghilangkan inti
umpan balik korektif yang ingin disampaikan. Maka cara kalian
memberikan umpan balik ini adalah…
A. Umpan balik konstruktif (constructive feedback)
B. Umpan balik positif (positive feedback)
C. Umpan balik negatif (negative feedback)
D. Umpan balik comprehensif (comprehensive feedback)
E. Umpan balik campuran (sandwich feedback)

b. Essay
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas!
1. Apakah isi dari Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Bagian

6 tentang Kesehatan Kerja, Pada pasal 23?
2. Jelaskan mengenai persyaratan OHSAS 18001, terkait konsultasi dan

komunikasi yang berhubungan dengan K3 kepada karyawan!
3. Jelaskan ruang lingkup kerja manajer keamanan!
4. Jelaskan tujuan audit pengelolaan kesehatan, keselamatan dan

keamanan kerja suatu organisasi!
5. Jelaskan mengapa semua karyawan seharusnya diberi kesempatan

untuk ikut serta dalam pengelolaan kesehatan, keselamatan dan
keamanan di tempat kerja
c. BENAR DAN SALAH
Lingkarilah huruf B apabila pernyataan di samping adalah BENAR dan
lingkarilah huruf S apabila pernyataan di samping adalah SALAH!

186

No. Benar/Salah Pernyataan

1 B–S Seluruh staff harus mengetahui saran atau

peraturan kesehatan dan prosedur keamanan

tempat kerja

2 B–S Bahaya tempat kerja misalnya penyimpanan

bahan-bahan kimia, hubungan listrik arus

pendek

3 B–S Segala bentuk prilaku dan kejadian yang

mencurigakan segera dilaporkan kepada

rekan sejawat

4 B–S Karyawan harus menyediakan Informasi,

pelatihan dan supervisi terkait K3 di tempat

kerja

5 B–S Kesalahan perawatan seperti kabel listrik

yang terkelupas termasuk pengabaian

prosedur dan peraturan

d.

Nama :

Obyek Observasi : K3 di kantor Travel Agent/BPW

Petunjuk Kegiatan :

Kunjungi kantor travel agent atau BPW di kota kalian. Kemudian lakukan

observasi atau pengamatan dengan menanyakan K3 yang ada di kantor

tersebut. Setelah observasi atau pengamatan selesai, buatlah laporan

187

tentang kesehatan, keselamatan kerja kantor travel agent atau BPW
dengan memperhatikan rambu-rambu berikut ini:
 Identifikasi persyaratan keselamatan dan keamanan yang harus

mereka patuhi
 Penjelasan serangkaian kebijakan dan prosedur keselamatan dan

keamanan yang mereka miliki
 Kebijakan yang ditetapkan untuk melindungi pelanggan dan mematuhi

kewajiban yang berlaku
 Daftar sumber daya yang disediakan untuk mendukung penerapan

keselamatan dan keamanan yang diperlukan
 Penjelasan konsekuensi potensial jika staf, organisasi dan pelanggan

gagal melakukannya
 Prosedur keselamatan dan keamanan yang ditetapkan
 Ilustrasikan informasi keselamatan dan keamanan yang relevan dengan

tur, perjalanan bisnis, dan acara dilakukan oleh organisasi
 Gunakan format pengamatan K3 di bawah ini untuk mempermudah

pengamatan kalian

188

e. Studi Kasus
Dalam kondisi kantor yang sibuk dan banyak tamu tentu hilir mudik

pelanggan akan sulit dihindari dan walau sudah disediakan tempat
sampah tetap saja sampah harus segera dibersihkan. Sampah kantor
bisa terdiri dari sampah makanan dan minuman. Petugas kebersihan
kantor diharapkan untuk segera membersihkan sampah agar citra
kantor yang bersih tetap terjaga. Saat petugas kebersihan sedang
mengepel lantai datang seorang pelanggan yang tidak cermat

189

membaca tanda bahwa lantai masih dalam kondisi basah dan harus
hati-hati dalam melangkah.

Dari ilustrasi tersebut apa yang akan kalian lakukan jika pelanggan
kalian jatuh atau terpeleset di tempat kerja kalian?

Jawaban:
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________

190

191


Click to View FlipBook Version