The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

(KUMPULAN ARTIKEL PENDIDIKAN - PESERTA WORKSHOP PERLINDUNGAN GURU TAHAP III KESHARLINDUNGDIKDAS TAHUN 2019)
Pendididikan merupakan syarat utama bagi kemajuan suatu bangsa. Namun kemajuan pendidikan tidak bisa dipisahkan dari tenaga pendidik atau guru. Untuk itu profesi guru tidak bisa dipandang rendah dan remeh dalam menciptakan manusia yang berkualitas. Sentuhan tangan guru menjadi dasar dalam membangun pengetahuan, moral, karakter, dan kemampuan lainnya.

Namun sayangnya profesi guru masih dianggap rendah dan kurang bermartabat. Padahal guru sebagai sebuah profesi yang sangat mulia, profesi yang menjadi ujung tombak dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk kemajuan sebuah Negara. Tetapi dalam menjalankan tugasnya sering kali profesi seorang guru harus berhadapan dengan berbagai permasalahan. Baik permasalahan dalam masalah profesi itu sendiri, kriminalitas, kekerasan, penyalahgunaan kekayaan intelektualitas, keselamatan dan kesehatan kerja.

Guru sering kali menjadi korban pada tindakan yang dirugikan tersebut, baik yang terjadi di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Tindakan yang demikian membuat guru akhirnya ragu untuk bertindak dan mengambil sikap tegas karena tidak jarang guru harus berhadapan dengan kasus hukum dan berada di posisi yang tidak menguntungkan.

Pengetahuan dan pemahaman guru terhadap hukum lemah akhirnya yang terjadi guru hanya memberikan pelajarana saja tanpa mau mendidik. Efek dari hal tersebut akan terbangun di kalangan guru “masa bodoh” tidak peduli dengan kenakalan siswa karena adanya kekhawatiran yang tinggi terhadap tindakan yang akan dilakukan. Hal inilah perlu adanya penanganan serius dalam menyikapi setiap kasus yang terjadi dan perlu adanya perlindungan guru.

Berikut ini berbagai masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan dan penanganan yang pernah dilakukan oleh guru. Buku Antologi Artikel Ilmiah “Dedikasi Guru Dalam Dunia Pendidikan” merupakan artikel yang ditulis oleh guru-guru dikdas SMP tanah air yang lolos dalam seleksi Bimbingan Teknis Workshop Perlindungan Guru Tahap III yang dilaksanakan di Bogor pada tanggal 22 - 25 Oktober 2019.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by BHP RIAU, 2021-02-25 09:07:31

DEDIKASI GURU DALAM DUNIA PENDIDIKAN

(KUMPULAN ARTIKEL PENDIDIKAN - PESERTA WORKSHOP PERLINDUNGAN GURU TAHAP III KESHARLINDUNGDIKDAS TAHUN 2019)
Pendididikan merupakan syarat utama bagi kemajuan suatu bangsa. Namun kemajuan pendidikan tidak bisa dipisahkan dari tenaga pendidik atau guru. Untuk itu profesi guru tidak bisa dipandang rendah dan remeh dalam menciptakan manusia yang berkualitas. Sentuhan tangan guru menjadi dasar dalam membangun pengetahuan, moral, karakter, dan kemampuan lainnya.

Namun sayangnya profesi guru masih dianggap rendah dan kurang bermartabat. Padahal guru sebagai sebuah profesi yang sangat mulia, profesi yang menjadi ujung tombak dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk kemajuan sebuah Negara. Tetapi dalam menjalankan tugasnya sering kali profesi seorang guru harus berhadapan dengan berbagai permasalahan. Baik permasalahan dalam masalah profesi itu sendiri, kriminalitas, kekerasan, penyalahgunaan kekayaan intelektualitas, keselamatan dan kesehatan kerja.

Guru sering kali menjadi korban pada tindakan yang dirugikan tersebut, baik yang terjadi di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Tindakan yang demikian membuat guru akhirnya ragu untuk bertindak dan mengambil sikap tegas karena tidak jarang guru harus berhadapan dengan kasus hukum dan berada di posisi yang tidak menguntungkan.

Pengetahuan dan pemahaman guru terhadap hukum lemah akhirnya yang terjadi guru hanya memberikan pelajarana saja tanpa mau mendidik. Efek dari hal tersebut akan terbangun di kalangan guru “masa bodoh” tidak peduli dengan kenakalan siswa karena adanya kekhawatiran yang tinggi terhadap tindakan yang akan dilakukan. Hal inilah perlu adanya penanganan serius dalam menyikapi setiap kasus yang terjadi dan perlu adanya perlindungan guru.

Berikut ini berbagai masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan dan penanganan yang pernah dilakukan oleh guru. Buku Antologi Artikel Ilmiah “Dedikasi Guru Dalam Dunia Pendidikan” merupakan artikel yang ditulis oleh guru-guru dikdas SMP tanah air yang lolos dalam seleksi Bimbingan Teknis Workshop Perlindungan Guru Tahap III yang dilaksanakan di Bogor pada tanggal 22 - 25 Oktober 2019.

Keywords: PENDIDIKAN,PERLINDUNGAN GURU,WORKSHOP,KESHARLINDUNGDIKDAS,TAHAP III,DEDIKASI GURU DALAM DJNIA PENDIDIKAN

DEDIKASI GURU DALAM DUNIA PENDIDIKAN

(Antologi Artikel Ilmiah Guru Dikdas)
Penulis :

| Guslaini | Wichi Trawilya | Fandi Setiawan | Ni Wayan Sri
Yasmini | Siti Khusnul Khotimah | Ninik Sulistyani | Suharto
| M. Humaidin | Bambang Anwar | M. Prana Adithya | Hadi
Akmal Lubis | Edi Sumardi | Myko Efri Dinisco | Alita Septi
Ratnani | Didin Mahpudin | Yuyun Yunani | Sifa Al Huda |
Santy Nurmalasari | Muhari | Yelfita Putri Zanti | Muflizah |
Waslul Abral | Rusdi | Marzuki | Erza M | Yosi Okrahayu |
Fenti Inayati | Khoerudin | Sriwidyani | Khaidir | Eunike
Paruru | Petrus Kia Kedang | Muhammad Gasali Mansur |

ii | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

DEDIKASI GURU DALAM DUNIA PENDIDIKAN

(Antologi Artikel Ilmiah Guru Dikdas)

ISBN:
Cetakan pertama, Maret 2020
Desain Cover, Guslaini
Editor, Guslaini
Tata letak isi,
Diterbitkan oleh

iii | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena
atas segala rahmat dan karunia-Nya, buku “Dedikasi Guru
Dalam Dunia Pendidikan” yang merupakan kumpulan
tulisan artikel ilmiah dari guru-guru dikdas yang mengikuti
Workshop Perlindungan Guru Tahap III ini hadir di tengah-
tengah pembaca.
Buku ini kami tulis bersama teman-teman guru
seperjuangan dengan harapan akan menjadi solusi dan
motivasi guru pada dunia pendidikan.
Buku ini tidak saja hanya menyajikan masalah yang terjadi,
tetapi berbagai cara dan solusi pernah ditempuh oleh
seorang guru dalam menjalankan profesinya sebagai
pendidik. Permasalahan yang bersentuhan dengan Hukum,
Profesi, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, serta Hak
Kekayaan Intelektual.
Akhirnya, saya ucapkan selamat dan sukses bagi guru-guru
yang terus memberikan pencerahan bagi dunia pendidikan
di seluruh tanah air.

Jakarta, Desember 2019
Kasi Kesharlindung Guru SMP,

Dwinita Yunus, S.E., M.Pd.

iv | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

SELAYANG PANDANG

Alhamdulillah, kata yang paling tepat penulis ucapkan untuk
memujiNya atas segala nikmat yang ia berikan. Sehingga naskah
yang disusun bisa diselesaikan dengan baik dan juga menjadi
sebuah karya dalam bentuk buku. Adapun buku ini merupakan
kumpulan tulisan dari guru-guru tanah air yang lolos dalam
kegiatan “Workshop Perlindungan Guru Pendidikan Dasar Tahap
III” yang dilaksanakan di Hotel The Mirah Bogor, 22 s.d 25 Oktober
2019 yang diselenggarakan oleh Dirjen GTK Kemdikbud.
Peserta yang lolos sebanyak 120 orang yang terdiri dari 60 guru
SMP dan 60 guru SD.

Buku yang berjudul “Dedikasi Guru Dalam Dunia Pendidikan”
merupakan Antologi Artikel Ilmiah Guru Dikdas khusus guru
Sekolah Menengah Pertama. Buku ini hadir sebagai bagian dari rasa
kepedulian terhadap dunia pendidikan yang saat ini profesi guru
mengalami pelecehan, direndahkan martabatnya dan adanya
tindakan kriminalitas terhadap profesinya sebagai seorang guru.

Guru merupakan sebuah profesi yang sangat mulia, profesi
yang menjadi ujung tombak dalam meningkatkan kualitas sumber
daya manusia untuk sebuah kemajuan Negara. Tetapi dalam
menjalankan tugasnya profesi seorang guru sering kali harus
berhadapan dan berbenturan dengan aturan. Salah satunya adalah
dalam mendisiplinkan siswa untuk menjadi siswa yang berkarakter
tentu aturan menjadi sebuah keharusan yang diterapkan di sekolah.
Namun dalam penerapan aturan tersebut guru sering kali menjadi
korban pada tindakan kekerasan di sekitarnya baik siswa, orangtua,
maupun masyarakat. Tindakan yang demikian membuat guru
akhirnya ragu untuk bertindak dan mengambil sikap tegas karena
tidak jarang guru harus berhadapan dengan kasus hukum.
Pengetahuan dan pemahaman guru terhadap hukum lemah
akhirnya yang terjadi guru hanya memberikan pelajarana saja tanpa
mau mendidik. Efek dari hal tersebut akan terbangun di kalangan
guru “masa bodoh” tidak peduli dengan kenakalan siswa karena
adanya kekhawatiran yang tinggi terhadap tindakan yang akan
dilakukan. Hal inilah perlu adanya penanganan serius dalam
menyikapi setiap kasus yang terjadi dan perlu adanya perlindungan
guru.
v|Dedikasi Guru Dalam Dunia Pendidikan

Buku karya para guru yang tergabung dalam antologi artikel
ilmiah guru dikdas sebagai bagian sejarah bagaimana guru harus
berhadapan dengan segala gesekan dan tindakan kekerasan bahkan
sudah mengarah pada tindakan kriminal, guru menyikapi dan
mencari solusi yang mereka bisa dengan segala keterbatasan
kekuatan dan kelemahan pengetahuannya tentang hukum.

Dengan membaca buku ini bisa membuka mata dan
pengetahuan bagaimana guru-guru daerah berjuang dalam
menghadapi kasus demi kasus yang disajikan hingga mereka
diperkarakan dan dipenjarakan bahkan berakhir pada kematian.

Ucapan terima kasih atas semua kepada Sang Pemilik
Kehidupan, Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan
kekuatan hingga semua tulisan ini bisa diselesaikan dengan baik.
Terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang memiliki
peranan dalam memfasilitasi kegiatan Workshop Perlindungan Guru
khususnya para Narasumber Pejabat Eselon, Penanggungjawab
Kegiatan, Narasumber, Panitia, Dan Seluruh Peserta hingga buku ini
terbit.

1. Dr Praptono, M.Ed selaku Direktorat Pembinaan Guru
Pendidikan Dasar.

2. Eddy Tejo Prakoso Slamet, S.H., M.M selaku Direktorat
Pembinaan Guru Pendidikan Dasar.

3. Widya Agustina selaku Direktorat Pembinaan Guru
Pendidikan Dasar.

4. Rita Pranawati, MA sebagai Narasumber dari Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).

5. Temu Ismail, S.Pd., M.Si selaku Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan.

6. Dwinita Yunus, S.E., M.Pd selaku Kasi Kesharlindung Guru
SMP.

7. H. Amsori, S.H., M.H., M.M sebagai Narasumber dari LKBH
Gurindo.

8. Dr. Gunarti, M.Pd sebagai Narasumber dari Universitas
Negeri Surabaya (UNESA).

9. Dr. Irma Yuliantina, M.Pd sebagai Narasumber dari
Universitas Pancasakti.

vi | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

10. H. Asep Rojali, S.H., M.H sebagai Narasumber dari Sekolah
Tinggi Hukum Bandung.

11. Nuraeni, S.Pd., M.Pd sebagai Narasumber dari IKIP
Mataram.

12. Dr. Lies Hertih Gantina, M.Pd sebagai Narasumber dari
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat KCB XII.

13. Dewi Setiawati, M.Pd sebagai Narasumber dari PPPPTK
Penjas dan BK.

14. Dra. Nuraeni, M.Pd sebagai Narasumber dari Dinas
Pendidikan Kab. Cianjur.

15. Dra. Aan Nurhasanah, M.M.Pd sebagai Narasumber dari
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat KCD X.

Akhir kata semoga buku ini mampu menjadi referensi bagi
setiap guru dan memberikan manfaat dalam menjalani profesi
mulianya sebagai seorang guru yang berdedikasi tinggi.

Penulis

vii | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................ iii
Selayang Pandang ...................................................................................................... iv
Daftar Isi ................................................................................................................. vii

 Tindakan Orangtua Siswa Mengundang Sikap
Apatis Guru (Guslaini) ...........................................................................1

 MasihBerhargakah Profesi Guru di “Zaman Now” ?
(Wichi Trawilya) .......................................................................................8

 Konsistensi UU Perlindungan Guru Perlu
Ditegakkan (Fandi Setiawan) ......................................................... 13

 Antara Seniman dan Undang-Undang Perlindungan
Profesi Guru (Ni Wayan Sri Yasmini) ......................................... 18

 Guru Honorer Nasibmu Kini dan Nanti
(Siti Khusnul Khotimah) ................................................................... 23

 Membangun Indonesia Melalui Pendidikan
(Ninik Sulistyani) ................................................................................. 27

 Bu Ramlah dan Celana Pensil (Suharto) ................................... 37
 Perlindungan yang Komprehensif Terhadap

Profesi Guru (Muhammad Humaidin) ....................................... 40
 Perlindungan Profesi Guru Dalam Menegakkan

Aturan Sekolah (Bambang Anwar) .............................................. 48
 Pentingnya Langkah Nyata Melindungi Guru

(Muhammad Prana Adithya) .......................................................... 51
 Perlindungan Profesi Guru (Hadi Akmal Lubis) .................... 55
 Pencegahan Tindakan Kekerasan Melalui

Peningkatan Komptensi Guru (Edi Sumardi) ......................... 59
 Standar Isi NUPTK (Myko Efri Dinisco) ..................................... 63
 Handphone Sebagai Ancaman Bagi Peran Guru

(Alita Septi Ratnani) ............................................................................ 67
 Guru Pengelola Keuangan BOS Dalam Bayang-

Bayang Ketidakpastian Hukum (Didin Mahpudin) .............. 70
 Pentingnya Perlindungan Terhadap Guru Dalam

Menjalankan Tugas Profesi dan Menanamkan
Pendidikan Karakter Peserta Didik
(Yuyun Yunani) ..................................................................................... 74

viii | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

 Urgensitas Perlindungan Kepada Guru Dalam
Meningkatkan Profesionalisme di Era Industri 4.0
(Sifa Al Huda) .......................................................................................... 78

 Penegakkan Disiplin Untuk Siswa yang Dilematis
(Santy Nurmalasari) ........................................................................... 82

 Haruskah Kulaporkan Guruku Ke Polisi (Muhari) ............... 87
 Perlunya Perlindungan Hukum Bagi Para Pendidik

(Yelfita Putri Zanti) ............................................................................. 94
 Guru… di Mana Engkau Berlindung (Muflizah) .................. 101
 Perlindungan Guru di Era Reformasi dan

Globalisasi (Waslul Abrar) ............................................................ 106
 Guru, Pelita Dalam Kegelapan yang Butuh

Perlindungan (Rusdi) ...................................................................... 111
 Perlindungan Profesi Guru (Marzuki) ..................................... 118
 Perlindungan dan Rasa Aman untuk Guru Hamil

dan Menyusui (Erza Marlini) ....................................................... 122
 Guru Keras Demi Mendidik Putra-Putri Bangsa

(Yosi Okrahayu) ................................................................................. 126
 Optimalisasi Perlindungan Hukum Guru Melalui

Penguatan Tri Sentra Pendidikan (Fenti Inayati) .............. 130
 Organisasi Profesi Guru Antara Harapan dan

Kenyataan (Khoerudin) .................................................................. 140
 Menyanyangimu Tanpa Syarat (Sriwidyani) ....................... 147
 Profesi Guru Antara Perlindungan dan

Kesejahteraan (Khaidir) ................................................................ 150
 Perlindungan Profesi di Tengah Asa

Mencerdaskan (Eunike Paruru) ................................................. 154
 Guru Berhak Mendapatkan Perlindungan

(Petrus Kia Kedang) ......................................................................... 159
 Fakta Aturan Perlindungan Profesi Guru

(Muhammad Gasali Mansur) ....................................................... 163

Galeri Foto ....................................................................................................... 167

ix | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

TINDAKAN ORANGTUA SISWA
MENGUNDANG SIKAP APATIS GURU

Oleh :

Guslaini, S.Si., M.Pd.
(Guru SMPN 4 GAS Kab. Indragiri Hilir Prov. Riau)

Email : [email protected]

Tujuan pendidikan nasional berdasarkan UUD 1945
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dalam
mencapai tujuan pendidikan yang sudah dirumuskan dalam UUD
1945 guru menjadi senjata utama yang harus memiliki banyak
kemampuan dalam mengelola kemampuan siswa yang masih
terkubur. Tentunya kemampuan ini tidak serta merta guru
dapatkan tanpa ada pembelajaran yang baik untuk menciptakan
manusia yang utuh tersebut. Semua syarat harus dipenuhi
sebagai seorang guru pembelajar.

Untuk itulah majunya suatu pendidikan adanya sinergi
antara berbagai komponen yang peduli dengan pendidikan. Guru
sebagai profesi yang dianggap mulia bukan hanya sebagai
sebuah profesi saja namun guru harus mampu memberikan
pendidikan karakter bagi peserta didik. Tetapi dalam
menjalankan tugasnya guru senantiasa bersentuhan dan
bergesekan tidak hanya dengan siswa namun juga dengan
orangtua siswa serta profesi guru itu sendiri. Tentunya kondisi

1|Dedikasi Guru Dalam Du nia Pendid ikan

demikian menjadikan profesi sebagai guru menjadi dilema
karena penanganan dan solusi untuk sebuah tindakan terhadap
kasus yang terjadi berulang-ulang tidak menemukan solusi yang
tepat, terkadang justru guru menjadi korban akibat tindakan
penerapan dari aturan yang ditegakkan.

Kekuatan hukum bagi profesi seorang guru masih sangat
terbatas dalam sosialisasinya baik secara tindakan maupun pun
secara hukum belum mampu menjadikan profesi guru aman
dalam menjalankan tugasnya. Ditambah lagi pengetahuan guru
mengenai hukum terkait profesi yang diembannya sangat buta
sehingga ini juga menjadi masalah dalam menjalankan tugasnya
sehingga ada banyak keraguan dalam melakukan tindakan
terutama terkait masalah kedisiplinan siswa. Hal inilah yang
akhirnya menjadikan profesi guru hanya sebatas mengajar saja
tanpa mendidik. Ketakutan ini yang mengakibatkan adanya sikap
masa bodoh dan apatis di kalangan guru.

Sementara pendidikan karakter tidak bisa diabaikan dari
cara mendisiplinkan siswa terkait aturan yang diterapkan oleh
sekolah. Menurut T. Ramli (2003) mengatakan bahwa
pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama
dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya
adalah untuk membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia
yang baik, warga masyarakat dan warga negara yang baik.
Sejalan dengan pemikiran Elkind (2004) bahwa pendidikan
karakter ialah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu
mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu
membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan
bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau
menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan
berbagai hal terkait lainnya.

Berdasarkan pendapat para ahli guru menjadi ujung tombak
dalam memberikan pendidikan karakter yang akan membentuk

2|Dedikasi Guru Dalam Du nia Pendid ikan

karakter siswa untuk menjadi lebih baik. Tetapi dalam
menjalankan tugasnya guru selalu berbenturan dengan masalah
ketika ingin menerapkan aturan yang telah dibuat sekolah untuk
mencapai tujuan siswa bisa menjadi berkarakter tersebut.
Apalagi siswa pun sudah dilindungi oleh hukum di dalam
undang–undang perlindungan anak. Ini pun menjadi senjata bagi
orangtua siswa untuk bisa menuntut guru jika ada
ketidaksenangan dari tindakan guru terhadap siswa.

Sebagai contoh kasus di sekolah saya sebut saja Andi (nama
guru) yang menjalankan aturan sekolah yang sudah disepakati
bersama oleh dewan guru. Dalam aturan tersebut dikatakan
bahwa seluruh siswa dilarang membawa handpone selama di
dalam sekolah, jika ada siswa yang membawa akan disita dan
mendapatkan beberapa peringatan dengan memberikan surat
peringatan. Aturan tersebut juga memberikan pengecualian
kepada siswa yang jauh boleh membawa hp namun harus
dititipkan kepada guru piket pada saat harinya dan perintah
guru membawa jika dibutuhkan pada saat pelajaran yang
memang dibutuhkan. Aturan ini disosialisasikan terlebih dahulu
sebelum diterapkan.

Dalam penerapan ternyata tindakan guru Andi
menimbulkan permasalahan terhadap salah seorang siswa.
Ketika siswa kedapatan membawa hp saat adanya pemeriksaan,
siswa tersebut tidak mau disalahkan karena adanya perintah
dari salah seorang guru mata pelajaran saat kegiatan belajar
mengajar pada bidang studi guru tersebut. Akhirnya guru yang
memerintahkan tersebut langsung menemui siswa yang
membawa hp dan langsung meremas mulut siswa tersebut di
depan guru-guru lainnya. Tindakan guru Andi tidak hanya disitu
saja tetapi juga membuat siswa tersebut diperlakukan secara
diskriminasi dari teman-temannya. Perlu diketahui guru Andi

3|Dedikasi Guru Dalam Du nia Pendid ikan

adalah guru yang temperamen namun sangat berdedikasi tinggi
dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang guru.

Akibat tindakan guru Andi diketahui oleh orangtua siswa
dan tidak bisa menerima apa yang telah dilakukan oleh guru
Andi sehingga melakukan intervensi dan lainnya kepada pihak
sekolah. Tindakan diskriminasi atau perbedaan perlakuan
terhadap seorang siswa kelas IX yang dilakukan oleh guru Andi
terjadi bukan begitu saja tetapi karena ada dasar dari sikap siswa
yang sudah beberapa kali juga diingatkan. Intervensi orangtua
terhadap guru yang berusaha mendisiplinkan siswa terhadap
segala aturan yang sudah ditetapkan namun orangtua siswa
tidak bisa menerima perlakukan tersebut, yang akhirnya
mengakibatkan proses belajar mengajar terganggu. Sekolah yang
masuk dalam kategori daerah 3T menjadikan sekolah ini sebagai
tumpuan bagi anak-anak yang sudah menyelesaikan SD untuk
bisa masuk ke SMP tersebut.

Ada juga kasus lain pemukulan guru juga terjadi di SD
Pa’bangngiang Kab. Gowa yang mengakibatkan kasus ini viral
bagaimana tindakan dua orangtua wali murid siswa yang
memukul guru di kelas yang di lihat secara langsung oleh
siswanya. Kejadian ini tentu sangat membekas dalam ingatan
siswa yang sangat masih perlu contoh ketauladanan tidak hanya
dari guru namun juga dari orangtua siswa itu sendiri. Secara
fsikologis siswa melihat tindakan ini sangat membekas dalam
ingatannya bahwa posisi guru bukanlah posisi aman dalam
menjalankan tugas. Guru itu pun sendiri kemungkinan besar
akan tercipta dan terbangun iklim “masa bodoh” . Kondisi ini jika
dibiarkan begitu saja tanpa diproses dengan baik akan
membangun sikap apatis guru terhadap pendidikan.

Dua contoh kasus di atas perlu mendapatkan perhatian
penuh, dan masih sangat banyak lagi kasus lainnya yang tidak
terangkat ke permukaan karena adanya ketakutan terhadap

4|Dedikasi Guru Dalam Du nia Pendid ikan

intimidasi di sekitarnya. Kasus-kasus yang ada hanyalah
sebagian kecil mengemuka dipermukaan sementara yang lain
masih terpendam tanpa tahu dan tidak adanya solusi.

Fakta yang diperlihatkan kasus di atas sangat menyedihkan
bagi guru-guru kita. Mengapa tidak, untuk menjalankan tugasnya
sebagai seorang guru banyak hal yang harus ia pertimbangkan
dalam mendisiplinkan siswa. Bagaimana mungkin siswa bisa
berkarakter jika hal terkecilpun sulit untuk diterapkan. Belum
lagi adanya intervensi dan ketidakadanya dukungan dari
sekitarnya termasuk guru yang sudah menanamkan diri masa
bodoh karena itu anak orang bukan anak sendiri.

Jika melirik kasus-kasus yang ada, guru secara hukum masih
butuh perlindungan dalam mendisiplinkan siswa dalam
mendidik siswa untuk menjadi lebih baik. Undang-undang
perlindungan anak menjadi pegangan utama bagi orangtua siswa
untuk membela anaknya ketika tindakan guru tidak
disenanginya. Hal inilah menjadi dilema bagi seorang guru untuk
bertindak dalam mendisiplinkan siswa. Sikap apatis guru tidak
terbentuk dengan sendirinya namun beberapa kasus dan
tindakan dalam rangka mendisiplinkan siswa akhirnya harus
berhadapan dengan hukum yang akhirnya membuat guru malas
berhubungan dengan kasus-kasus yang mampu
menjebloskannya nanti ke penjara. Belum lagi pemerintah juga
mengeluarkan undang-undang dalam memberikan perlindungan
anak yang diatur dalam UU No 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak. Undang-undang yang dikeluarkan
pemerintah menjadi kekuatan bagi beberapa lembaga sebut saja
Komisi Penanggulangan Anak Indonesia (KPAI), Lembaga
Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Komnas HAM Anak, dll.
Hal inilah juga menjadikan profesi guru bagai hidup segan mati
tak mau khususnya dalam penanganan anak-anak yang
bermasalah.

5|Dedikasi Guru Dalam Du nia Pendid ikan

Menghadapi kondisi demikian perlu adanya perlindungan
terhadap profesi guru tidak hanya secara hukum namun adanya
pendampingan yang tepat dan instens terhadap guru jika terjadi
kasus demikian. Undang-undang perlindungan guru yang
diterbitkan belum mampu menyentuh semua lapisan guru yang
ada di Indonesia artinya masih sangat minim sosialisasi di
kalangan guru yang ada di Indonesia khsususnya gruu-guru yang
mengajar di daerah-daerah terpencil ataupun perdesaan.

Kasus guru Andi salah satu kasus yang menjadi dilema bagi
guru untuk bertindak dalam mendisiplinkan siswa. Intervensi
orangtua siswa terhadap guru dalam mendisiplinkan siswa
bukan kali yang pertama namun sudah beberapa kali yang
mengakibatkan guru menjadi apatis dalam mendisiplinkan
siswa. “Mereka bukan anak kita, terserah mau jadi apa”. Inilah
kalimat yang akhirnya keluar dari lisan setiap guru yang sudah
masa bodoh berurusan dengan perilaku siswa jika guru sendiri
akhirnya berhadapan dengan kasus hukum. Guru berusaha
memberikan pendampingan terhadap profesi guru dengan
menyelesaikan secara kekeluargaan dan damai kepada siswa dan
orangtua yang ada permasalahan dengan guru dengan
melibatkan juga komite sekolah, tokoh masyarakat atau kepala
desa jika dianggap perlu bahkan sampai ke kepolisian jika tidak
bisa diselesaikan dengan baik.

Untuk itu perlu adanya upaya pemerintah dalam
memberikan perlindungan tidak hanya secara undang-undang
saja diterbitkan di antaranya adanya PP No 74 tahun 2008
tentang perlindungan guru salah satu isi PP 74 Tahun 2008
Tentang Guru, pasal 39 ayat 1: “Guru memiliki kebebasan
memberikan sanksi kepada siswanya yang melanggar norma
agama, norma kesusilaan, norma kesopanan, peraturan tertulis
maupun tidak tertulis yang ditetapkan guru, peraturan tingkat
satuan pendidikan, dan peraturan perundang-undangan dalam

6|Dedikasi Guru Dalam Du nia Pendid ikan

proses pembelajaran yang berada dibawah kewenangannya”,
tetapi juga adanya sosialisasi yang gencar dan pelatihan sejenis
workshop perlindungan guru agar guru lebih memahami
bagaimana ia menjalankan tugas yang didukung penuh oleh
undang-undang tersebut. Perlindungan guru dengan membekali
guru-guru pengetahuan dan pemahaman terhadap undang-
undang yang dipublikasikan oleh pemerintah menjadi bekal bagi
guru berani dalam menjalankan tugas dan mengambil sikap serta
tindakan yang tegas terhadap setiap kasus yang ditemui.

Guru harus dijadikan sebagai ujung tombak dalam semua
perbaikan sumber daya manusia namun perlu diperhatikan
seutuhnya dengan baik apa kebutuhan guru di lapangan salah
satunya adalah upaya perlindungan terhadap guru. Tentunya
ketika guru sudah memiliki pengetahuan dan pemahaman
maka guru memiliki dasar dalam bersikap dan bertindak dan
lebih berani dalam mendisiplinkan aturang yang diterapkan
sekolah.

Guslaini atau dikenal dengan BHP Riau, lahir di
Tembilahan, 16 Agustus 1982. Penulis yang
pernah lulus di dua test PNS (BPS dan Guru)
tetapi ia lebih memilih menjadi guru. Penulis
merupakan mahasiswa S1 FMIPA UNRI jalur
PBUD dan Pascasarjana Beasiswa P2TK
Kemdikbud di UM. Karya solo di antaranya
adalah ; Asyiknya Bermatematika dengan Media, Satu tahun
bersama Postmetro Indragiri, Senandung harapan (puisi), Cinta
Jangan Kau Pergi (Novel CKJP). Gurusiana berbicara daerah 3T,
Bakti untuk guruku, 10 jurus jitu membentuk siswa berkarakter
(antologi tulisan bersama), Nadiem dan masa depan pendidikan
Indonesia, dan Menciptakan ruang kelas yang menyenangkan.

7|Dedikasi Guru Dalam Du nia Pendid ikan

MASIH BERHARGAKAH ROFESI GURU
DI “ZAMAN NOW” ?

Oleh : Wichi Trawilya, S.Si.
(SMP Negeri 4 Ogodeide Kab.Tolitoli

- Sulawesi Tengah)

Profesi seorang guru tengah menjadi sorotan publik akhir-
akhir ini. Hal ini dikarenakan di media elektronik, media cetak,
maupun media sosial, kita sering mendengar bahkan menyimak
video viralnya kasus-kasus tentang diskriminasi terhadap guru
ataupun berita tentang guru yang dilaporkan ke kepolisian oleh
pihak wali murid dengan alasan guru telah melakukan tindakan
kriminal berupa kekerasan (melanggar UUPA dan HAM) kepada
anak. Dianggap melanggar UUPA dan HAM karena mencubit,
mencukur rambut yang tidak rapih, menjewer telinga peserta
didik yang sudah seringkali diberikan pengarahan dan
peringatan oleh pihak sekolah terkait perilakunya yang
melanggar etika seperti merokok, membolos, berkata-kata yang
tidak sopan, menggunakan asesoris berlebihan yang tidak ada
kaitannya dengan pembelajaran di sekolah, mengganggu atau
membully temannya, dan sebagainya.

Masih ingat kasus Guru Astiah (Guru SD Pabangiang, Gowa,
Sulsel) yang viral videonya beredar sedang dianiaya oleh 2
wanita di dalam kelas yang disaksikan langsung oleh sejumlah
peserta didik (04/09/2019), Guru Dasrul (Guru SMKN 2
Makassar) dan Guru Ahmad Budi Cahyono (Guru Seni Rupa di
SMAN Torjun, Sampang, Madura) yang dianiaya oleh peserta
didik dan orang tua peserta didiknya yang akhirnya
menyebabkan guru tersebut meninggal dunia dan kepergian
merekapun menyisakan luka dan pilu yang mengyayat hati. Ini
hanyalah sederet kasus yang terekspos hingga viral ke seantero

8|Dedikasi Guru Dalam Du nia Pendid ikan

negeri. Masih banyak lagi sederet kasus lain terkait
penganiayaan dan diskriminasi terhadap guru sering kita
temukan.

Melihat fenomena ini, sungguh sangat disayangkan tugas
mulia seorang guru dalam memberikan pendidikan dan
pengajaran tidak mendapatkan penghargaan melainkan
perlakuan yang memprihatinkan dari para orang tua peserta
didik. Kekerasan yang menimpa guru menimbulkan perih
dalam dunia pendidikan. Guru yang merupakan sosok mulia
kini sudah tidak dihormati lagi. Kondisi ini memaksa kita untuk
menegakkan perlindungan profesi guru demi menghadirkan
keamanan dan kenyamanan kepada para pendidik dalam
menjalankan tugas.

Perlindungan terhadap profesi guru sebenarnya sudah ada
payung hukumnnya sejak tahun 2005, pertama lahirnya UU
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pasal 39
dijelaskan bahwa Pemerintah, Pemerintah Daerah, Masyarakat,
Organisasi Profesi, dan/atau Satuan Pendidikan wajib
memberikan perlindungan terhadap guru dalam melaksanakan
tugas. Perlindungan terhadap guru tersebut meliputi
perlindungan hukum, perlindungan profesi, serta perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja. Kedua, telah ditetapkan
Peraturan Pemeritah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru pada
pasal 40 yang menegaskan bahwa guru berhak mendapat
perlindungan dalam melaksanakan tugas dalam bentuk rasa
aman dan jaminan keselamatan dan mendapatkan
perlindungan hukum, dari tindak kekerasan, ancaman,
perlakuan diskriminatif, intimidasi atau perlakuan tidak adil
dari pihak peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat,
birokrasi ataupun pihak lain. Terakhir, terbitnya Permendikbud
Nomor 10 Tahun 2017 tentang perlindungan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan payung hukum perlindungan profesi guru

9|Dedikasi Guru Dalam Du nia Pendid ikan

semakin kuat. Tapi mengapa akhir-akhir ini masih sering terjadi
pelecehan terhadap profesi guru ? Guru sudah kurang dihargai
lagi

Guru seringkali dianggap orang tua hanya sebagai asisten
yang membantu menjaga anak mereka disaat mereka sibuk
bekerja, karena kebanyakan orang tua zaman now hanya
sekedar menyekolahkan anak mereka, tanpa peduli apa yang
anak mereka lakukan di sekolah. Orang tua kurang menerima
jika anak mereka diberitahu tentang sikap anak mereka yang
buruk di sekolah, mereka hanya ingin mendengarkan yang baik-
baik tentang anak mereka. Realitanya, orang tua sering
menganggap anak mereka adalah anak yang sikapnya selalu
baik dan ramah di rumah. Terkadang orang tua kurang
mengontrol anak mereka di lingkungan tempat anak mereka
bermain karena mereka sibuk seharian dengan pekerjaan
mereka. Sehingga jika ada laporan dari sekolah tentang
tindakan-tindakan negatif anaknya, orang tua seringkali tidak
melakukan introspeksi dan investigasi terlebih dahulu,
melainkan langsung menyerang secara membabi buta. Apakah
pantas seorang guru dihakimi sendiri, dipukul, dipenjarakan,
dianiaya hingga ia meninggal di tangan peserta didik dan orang
tuanya hanya karena memberi sanksi terhadap peserta
didiknya yang melanggar aturan di kelas atau di sekolah ?

Guru selalu menjadi korban saat ia melakukan
pendisiplinan terhadap peserta didiknya. Posisi seorang guru
seringkali dihadapkan dengan masalah yang dilematis, disatu
sisi guru harus profesional dalam menjalankan tugasnya
sebagai pendidik demi terwujudnya tujuan pendidikan nasional
disisi lain dalam menjalankan kewenangannya guru dibayangi
dengan Undang-Undang Pelindungan Anak (UUPA) dan Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Padahal, Peraturan
Pemeritah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru pada pasal 39

10 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

yang menegaskan bahwa guru memiliki kebebasan
memberikan sanksi kepada peserta didiknya yang melanggar
norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan, peraturan
tertulis maupun tidak tertulis yang ditetapkan guru, peraturan
tingkat satuan pendidikan, dan peraturan perudang-undangan
dalam proses pembelajaran yang berada di bawah
kewenangannya. Sanksi yang diberikan dapat berupa teguran
dan/atau peringatan, baik lisan maupun tulisan serta hukuman
yang bersifat mendidik sesuai dengan kaedah pendidikan, kode
etik guru, dan peraturan perundang-undangan. Meskipun
demikian, tetap saja perlakuan guru terhadap anak dengan
maksud untuk mendidik seringkali tetap saja ditafsirkan
sebagai pelanggaran terhadap HAM.

Guru terkadang tak dihargai lagi, bahkan tak jarang
masyarakat menganggap kehilangan 1 orang guru lebih baik
dari pada kehilangan 1 orang siswa. Orang tua zaman now
terkadang sering mengecilkan peran guru untuk membentuk
watak dan karakter anaknya. Apalagi jika persoalannya
lumayan berat, sampai-sampai orang tua membawa pengacara.
Ada sedikit masalah antara guru dan anaknya di ekspos di
media sosial untuk diviralkan. Orang tua menjadi krtitis dan
cenderung agresif ikut campur dalam urusan anaknya di
sekolah. Guru yang seharusnya dihormati dan dihargai jasanya
justru teraniaya oleh peserta didik ataupun orang tua peserta
didiknya. Tak jarang zaman sekarang tidak sedikit guru yang
takut sehingga mengakibatkan menurunnya rasa kepedulian
guru terhadap kualitas karakter anak didiknya. Guru tidak lagi
ditakuti tetapi sebaliknya guru menjadi hilang kewibawaanya
dan menjadi penakut.

Sebagai seorang yang digugu dan ditiru, tentunya tidak
boleh bersikap seperti demikian. Seorang guru harus tetap
berperilaku profesional, karenanya dengan perlindungan

11 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

hukumlah yang bisa membuat guru-guru pada umumnya akan
terbebas dari rasa terancam dan interferensi oknum-oknum
tertentu. Dengan demikian nantinya guru tidak akan merasa
takut dan ragu untuk mengambil sebuah kebijakan dan
tindakan dalam menjalankan tugasnya sebagai guru khususnya
dalam membentuk karakter anak bangsa yang berakhlak mulia,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan demokratis serta
bertanggung jawab. Hargailah Profesi Kami, Bantulah kami
memanusiakan manusia yang berkarakter demi terwujudnya
tujuan pendidikan nasional.

Wichi Trawilya, S.Si, lahir di Tolitoli, 20
Oktober 1987. Guru PNS di SMP Negeri 4
Ogodeide Kab.Tolitoli. Diangkat menjadi PNS
guru sejak Agustus 2017 lewat jalur khusus
GGD II. Pendidikan terakhir S1 Biologi di
Universitas Pendidikan Indonesia Bandung
lewat jalur beasiswa Basic Science berasrama
dari Dikti selama 4 tahun (2007-2011). Profesi
Guru diperoleh lewat jalur beasiswa PPG Basic Scince
Berasrama juga di UPI Bandung selama 2 tahun (2011-2013).
Aktif di organisasi profesi, menulis buku, artikel penelitian dan
modul pembelajaran IPA.

KONSISTENSI UU PERLINDUNGAN GURU PERLU
DITEGAKKAN

Oleh:

12 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

Fandi Setiawan, S.Pd.
(SMP Negeri 1 Hilisalawa’ahe, Kab. Nias Selatan,

Prov. Sumatera Utara)
Email: [email protected]

Pendidikan memiliki peran kunci bagi peradaban suatu
bangsa, maka layak dipertanyakan apa yang terjadi dengan
pendidikan di Indonesia yang tergoyahkan akibat tingkah laku
sebagian warga negara yang kurang bertanggungjawab. Salah
satu fenomena yang terjadi adalah tindak kekerasan di dunia
pendidikan yakni di lingkungan sekolah. Tindak kekerasan di
dunia pendidikan secara viral menghiasi media eletronik dan
media massa belakangan ini. Pada saat suatu negara tidak
menaruh perhatian terhadap pendidikan, maka negara tersebut
sama saja tidak membangun sumber kekuatan, sumber
kemajuan, sumber kesejahteraan dan sumber martabatnya yang
selalu dapat diperbaharui yaitu kualitas manusia dan kualitas
masyarakatnya. Untuk meningkatkan kualitas manusia tersebut
diperlukan pendidikan yang bermutu dan berkualitas. Tolak
ukur dari kualitas pendidikan itu sangat ditentukan oleh kualitas
seorang guru. Untuk mencapai dan terwujudnya tujuan tersebut,
guru perlu mendapatkan perlindungan dari pemerintah,
masyarakat dan seluruh elemen bangsa Indonesia.

Dalam kesempatan ini penulis tidak hanya fokus berbicara
bagaimana perlindungan guru terhadap tindak kekerasan yang
dilakukan oleh oknum orang tua siswa ataupun siswa, tapi
penulis lebih mengarah pada bagaimana perlindungan guru agar
nilai-nilai marwah dan martabat profesi guru tetap terjaga dan
terus mengalami peningkatan sesuai dengan tuntutan jaman
serta selalu dipandang secara terhormat. Namun, terkadang kita

13 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

lalai dan hanya fokus membincangkan “kekerasan terhadap
guru” dan seakan-akan kita lupa bahwa guru selain perlu
dilindungi terhadap “tindak kekerasan” yang dilakukan oleh
oknum orang tua siswa ataupun perlakuan tindakan premanisme
yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, juga
tak kalah pentingnya bagaimana melindungi guru agar nilai-nilai
profesional tetap terjaga, utuh dan mengalami peningkatan
kearah yang lebih positif.

Fenomena yang terus terjadi di dunia pendidikan khususnya
yang dialami oleh seorang pendidik (guru). Sangat ironi, disaat
seorang pendidik seharusnya dapat dengan nyaman dan fokus
mendidik anak bangsa, namun menjadi kurang maksimal akibat
kekerasan yang menjadi ancaman terhadap pendidik. Maraknya
kasus-kasus kekerasan yang terjadi terhadap guru belakangan
ini, sudah seharusnya undang-undang perlindungan guru harus
semakin ditegakkan.

Secara teoritis, undang-undang dan peraturan yang
berkaitan terhadap perlindungan guru memang sudah
diterbitkan yakni di antaranya: a) Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003; b) Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen; dan c) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2017 tentang Perlindungan
Bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Namun, terbitnya undang-undang dan peraturan tersebut
masih hanya sebatas pencapaian pada tahap penulisan, belum
sampai mencapai tahap realita kehidupan nyata yang benar-
benar memberikan dampak perlindungan dan memihak
terhadap guru. Peraturan yang diterbitkan oleh pemerintah
seharusnya mulai dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten.
Faktanya, hingga saat ini masih terjadi kesenjangan antara
peraturan yang tertulis di atas kertas dan peraturan di dalam

14 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

realitas. Pengabaian dan ketidakpahaman terhadap butir-butir
peraturan tersebut masih terjadi di kehidupan nyata.

Sebenarnya sudah jelas diatur dalam ketentuan yuridis
mengenai perlindungan terhadap profesi guru, maka dari itu
semua pihak harus memahami dan menyadari bahwa apa yang
dilakukakan guru semata-mata hanya melaksanakan tugas mulia
yakni mewujudkan tujuan negara seperti tuntutan dalam
Pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat.

Di samping itu, guru juga harus melaksanakan tugas pokok
guru sebagai pendidik profesional. Jika seluruh warga negara
menyadari tugas guru dalam mendidik putra putri bangsa agar
menjadi warga negara yang baik, pasti semua akan mendukung
dan perlindungan guru akan terwujud. Sehingga profesi guru
dapat terhindar dari kriminalisasi atau kekerasan terhadap guru.
Sebab, maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kualitas
pendidikan di negara itu sendiri di mana komponen utamanya
adalah kualitas seorang guru.

Jadi dalam hal ini perlindungan profesi seorang guru harus
benar-benar ditegakkan dan dilindungi saat ini, karena setiap
guru memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ekspresi,
mengembangkan kreatifitas dan melakukan inovasi baru yang
memiliki nilai tambah dalam proses pendidikan dan
pembelajaran. Selain itu, guru juga harus terbebas dari tindakan
pelecehan atas profesinya dari peserta didik, orangtua peserta
didik, masyarakat, birokrasi atau pun pihak-pihak lain. Apalagi
guru yang bertugas di daerah 3T yang mempunyai potensi
konflik, mereka harus terbebas dari berbagai ancaman, tekanan
dan rasa tidak aman.

Dengan ditegakkannya undang-undang perlindungan guru,
niscaya seorang guru akan benar-benar merasa aman dan
nyaman dalam menjalankan tugasnya untuk mencerdaskan anak
bangsa dimanapun guru tersebut bertugas. Semua guru harus

15 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

dilindungi secara hukum dari segala anomali atau tindakan
semena-mena dari yang mungkin atau berpotensi menimpanya
dari pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.

Dan terkhusus buat masyarakat dan para orangtua yang
mempercayakan anaknya menempuh jalur pendidikan di satuan
pendidikan tertentu, sudah seharusnya menghormati dan
mendukung upaya guru untuk mendisiplinkan peserta didiknya
serta membantu upaya anak-anaknya di rumah dan di
lingkungan masyarakat, sehingga terjadi kesinergian dalam
mendidik anak. Bukan laporan anak langsung diterima dan
dibela, karena kemungkinan guru di sekolah berupaya
mendisiplinkan anak atau peserta didiknya.

Kepada penegak hukum, jika ada mendapat sebuah laporan
dari oknum masyarakat juga harus selektif apakah tindakan guru
terhadap peserta didiknya dalam upaya mendidik atau perkara
pidana. Memang perlindungan terhadap guru aturannya sudah
ada, namun dirasa masih kurang dalam implementasinya.

Menciptakan suasana menyenangkan, aman dan tentram
dalam lingkaran proses belajar mengajar di sekolah hendaknya
menjadi prioritas utama, dipikul sebagai tanggungjawab yang
wajib diemban bersama pula. Dan terakhir, merangkul
masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkompeten untuk
berpartisipasi, berperan serta dalam menanggulangi tindak
kekerasan yang timbul di sekolah secara preventif harus segera
diwujudkan.

Fandi Setiawan, lahir di Kota Medan, 28
Oktober 1988. Saat ini mengajar di SMP Negeri
1 Hilisalawa’ahe, Kecamatan Hilisalawa’ahe
Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara.
Mengajar mata pelajaran Pendidikan Pancasila

16 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

dan Kewarganegaraan (PPKn) di kategori wilayah khusus.
Harapannya dengan mengajar di wilayah khusus dapat
mendukung tujuan pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan
anak bangsa dan memberikan pendidikan secara merata sesuai
amanat UUD 1945.

Antara Seniman dan Undang – Undang
Perlindungan Profesi Guru
Oleh :

17 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

Ni Wayan Sri Yasmini, S.Pd.
(Guru BK di SMP Negeri 1 Selemadeg Kab. Tabanan - Bali)

Menjadi seorang guru adalah profesi yang sangat mulia dan
istimewa karena semua profesi lahir dari didikan seorang guru.
Guru mempunyai tugas dan tanggung jawab yang cukup berat
dalam mendidik, membimbing dan mendorong anak didik dari
yang tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak bisa menjadi bisa.
Hal ini sesuai dengan yang tercantum di dalam UU No 14 Tahun
2005 yaitu guru bertugas mengajar, mendidik, melatih,
membimbing dan mengevaluasi siswa, sehingga terlahir generasi
yang cerdas, berkarakter, unggul dan berprestasi untuk
Indonesia yang maju.

Guru Bimbingan Konseling memiliki peran yang amat
penting dalam pembentukan karakter peserta didik. Layanan
bimbingan dan konseling diselenggarakan untuk memfasilitasi
perkembangan peserta didik/konseli agar mampu
mengaktualisasikan potensi dirinya dalam rangka mencapai
perkembangan secara optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan kolaborasi dan sinergisitas kerja antara guru
BK/konselor, guru mata pelajaran, pimpinan sekolah/madrasah,
staf administrasi, orang tua, dan pihak lain yang dapat
membantu kelancaran proses dan pengembangan peserta
didik/konseli secara utuh dan optimal dalam bidang pribadi,
sosial, belajar, maupun karir.

Namun kenyataannya, dalam proses mendidik, membimbing
dan melahirkan generasi cerdas berkarakter tidaklah semudah
membalikkan telapak tangan. Banyak permasalahan dan
tantangan yang harus dihadapi oleh seorang guru dalam
melaksanakan kewajibannya. Di era milenial ini, telah terjadi
pergeseran nilai norma prilaku peserta didik, di mana guru yang
seharusnya dihormati, digugu dan ditiru, kini nilai

18 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

kewibawaannya semakin berkurang. Menjadi tanda tanya besar
mengapa ini bisa terjadi? Tidak jarang tugas guru dalam proses
pembelajaran maupun dalam mendidik siswa, mendapat
ketidakpuasan orang tua siswa dalam bentuk ancaman, protes,
bahkan dilaporkan ke polisi.

Hal ini pernah penulis alami sendiri dalam menjalankan
tugas sebagai guru BK. Ketika ada siswa yang bermasalah, sudah
ditangani sesuai dengan mekanisme penanganan siswa
bermasalah di sekolah. Pada permasalahan tertentu diperlukan
untuk koordinasi dengan orang tua siswa. Koordinasi ditempuh
dengan melakukan pemanggilan orang tua siswa ke sekolah
maupun dengan kunjungan rumah. Karakter orang tua peserta
didik yang pernah penulis temui, ada yang mendukung dan mau
bekerjasama dengan sekolah dalam rangka pembinaan anaknya,
ada juga yang tidak kolaboratif atau apatis terhadap sekolah.
Pernah ada orang tua yang datang ke sekolah dengan sikap
angkuhnya, kasar dan seperti preman. Permasalahan yang sudah
diselesaikan di sekolah pun terkadang mencuat lagi di luar jam
sekolah. Ada orang tua yang belum puas dengan penanganan
sekolah, membuat status di media sosial terkait permasalahan
anaknya. Hal ini lumayan menguras energi dan pikiran guru di
luar jam kerja. Masalah harus segera diselesaikan agar tidak
muncul permasalahan yang baru karena kesalahpahaman publik
di sosial media maupun media lainnya.

Kunjungan rumah dilakukan bila orang tua mengabaikan
panggilan sekolah dalam penyelesaian masalah anaknya.
Pengalaman lain yang pernah penulis alami pada saat kunjungan
rumah adalah ada orang tua siswa yang menerima baik dan ada
pula yang marah-marah ketika rumahnya dikunjungi. Hal ini
karena ketidakpahaman mereka tentang tugas pokok pendidik,
apalagi Undang-Undang Perlindungan Profesi Guru. Yang mereka
tahu dan rasakan hanya rasa malu, karena menurutnya

19 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

kunjungan pihak sekolah ke rumahnya akan merusak reputasi
dan nama baik keluarga.

Meski mereka tidak menyakiti secara fisik dan tidak harus
berurusan dengan hukum, namun perkataan mereka melukai
hati dan membuat ketidaknyamanan bekerja baik mental
maupun psikologis. Disinilah guru BK harus memiliki
kompetensi dan mampu menjadi seniman dalam menjalankan
tugas dengan tujuan permasalahan siswa dapat dituntaskan
dengan baik. Tidak hanya mampu menjadi seniman dalam
pembentukan karakter peserta didik, tapi juga seniman dalam
meminimalisir prilaku agresif orang tuanya baik fisik maupun
verbal. Guru BK juga hendaknya mampu menjadi seniman bagi
dirinya sendiri. Ketika mendapat perlakuan yang kurang
menyenangkan dari orang tua siswa secara mental/psikologis,
guru BK dapat menyikapi hal itu dengan baik sebagai “seniman
karakter”.

Pemerintah telah menerbitkan Undang-Undang No. 74
Tahun 2008 tentang Guru dan terbitnya Permendikbud No.10
Tahun 2017 tentang Perlindungan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan. Ini mengisyaratkan bahwa Pemerintah Daerah
dan Organisasi Guru wajib memberikan perlindungan hukum
kepada profesi guru, terhadap tindak kekerasan, ancaman,
perlakuan diskriminatif serta intimidasi atau perlakuan tidak
adil terhadap guru. Undang-Undang ini belum dapat dirasakan
perlindungannya secara optimal oleh guru-guru di seluruh tanah
air. Namun sudah saatnya guru tidak hanya menggantungkan
keselamatan diri pada Undang-Undang tersebut. Untuk
melindungi diri dari ancaman keselamatan kerja, guru harus
mampu menumbuhkan dan mengembangkan diri sebagai
seniman karakter yang profesional. Seniman di sini maksudnya
bukanlah pelukis, penari, penyanyi maupun pemusik, melainkan
seni dalam mengelola dirinya sendiri dan seni dalam

20 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

membentuk karakter peserta didik. Artinya, seniman karakter
tidak hanya untuk membentuk karakter peserta didik, tapi juga
membentuk karakter guru itu sendiri.

Seorang guru harus tahu apa kelebihan dan kelemahan
dirinya, menghargai dirinya sendiri dan orang lain, belajar dari
kesalahan dan meningkatkan kompetensi diri, sehingga tetap
dengan slogannya guru itu adalah insan yang patut ditiru dan
digugu. Demikian juga halnya dalam membentuk karakter
peserta didik, dibutuhkan seni dengan harapan antara guru dan
orang tua memiliki visi misi yang sama dalam mendidik anak,
sehingga mampu berkolaborasi tanpa harus saling menjatuhkan
apalagi saling mempolisikan. Karena tujuan kita adalah bukan
untuk menjadi pemenang, mencari siapa yang benar dan salah,
namun tugas kita adalah membentuk insan yang cerdas dan
berkarakter untuk Indonesia maju.

Ni Wayan Sri Yasmini, Lahir di Tabanan Bali
pada tanggal 30 Agustus 1980. Meraih gelar
S1 Bimbingan Konseling di FIP IKIP PGRI Bali
2004, dan S2 Bimbingan Konseling di FIP
Undiksha Bali 2019. Penulis adalah guru BK
di SMPN 1 Selemadeg sejak 1 Januari 2005,
21 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

menjuarai sejumlah perlombaan tingkat kabupaten maupun
provinsi serta finalis Guru SMP Berprestasi Tingkat Nasional
2017, sebagai pemrasaran Semnas Guru Dikdas Berprestasi
2018 dan peserta Workshop Perlindungan Guru 2019, sehingga
bertemu para penulis dalam buku ini.

“GURU HONORER NASIBMU KINI DAN NANTI”
Oleh :

Siti Khusnul Khotimah, M.Pd.I.
(SMPN 2 Labuapi Kab. Lombok Barat – Nusa Tengga Barat)
22 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

Berbicara tentang sosok guru menjadi topik yang sangat

menarik untuk diperbincangkan, mengingat tugas dan

kewajibannya yang sangat mulia yaitu mendidik dan

mencerdaskan anak bangsa. Di satu sisi, di tengah tuntutan yang

semakin tinggi, profesi guru terutama guru honorer, menjadi

suatu profesi yang kadang membuat dada kita terasa sesak, kalau

tidak bisa dibilang miris, apalagi kalau menyangkut

kesejahteraannya. Sudah menjadi rahasia umum, jika gaji guru

honorer sangat jauh dari yang dikatakan layak (terutama untuk

guru honorer SMP dan SMA).

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005

Tentang Guru Dan Dosen pasal 1, guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dengan

tugas dan tuntutan tanggung jawab yang sangat besar sesuai

Pasal 15 Undang-Undang Sisdiknas, guru yang diangkat oleh

satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau

pemerintah daerah diberi gaji sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Ini yang harus kita garis bawahi, bahwa

kesejahteraan guru honorer dijamin oleh undang undang.

Kadang kenyataan tak seindah harapan, guru honorer

seringkali menjadi sosok yang terabaikan. Dengan

diberlakukannya permen Diknas Nomor 15 Tahun 2018 Tentang

Pemenuhan Beban Kerja Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas

Sekolah, yaitu adanya kewajiban guru PNS yang sudah

tersertifikasi untuk memenuhi 24 jam tatap muka di kelas,

membuat posisi guru honor semakin terpinggirkan. Jumlah guru

PNS di suatu sekolah kadang sudah melebihi kewajaran. Jumlah

guru yang melebihi kapasitas tidak dibarengi dengan adanya

23 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

peningkatan jumlah peserta didik dan rombongan belajar. guru
mata pelajaran tertentu kadang menumpuk di satu sekolah,
sehingga permasalahan guru honorer semakin komplek. Dengan
masa pengabdian yang rata rata sudah di atas lima tahun,
membuat guru honorer ibarat kata seperti buah “simalakama”
dimakan ibu mati, tidak dimakan bapak mati. Tetapi demi
berharap suatu saat nanti mereka akan memperoleh masa depan
yang sedikit menggembirakan, diangkat menjadi GTD (guru tetap
daerah) atau PNS, guru honorer tetap bertahan walau kenyataan
tak berpihak pada mereka.

Permasalahan selanjutnya adalah persaingan antar guru
honorer untuk mendapatkan kuota GTD (guru tetap daerah),
kadang sudah tidak sehat lagi. Karena lama mengabdi di satu
satuan pendidikan tidak menjamin akan bisa diangkat menjadi
GTD. Karena bisa saja guru honorer yang baru mengabdi lima
tahun lebih dulu diangkat menjadi GTD daripada guru honorer
yang sudah 8 tahun mengabdi. Persaingan yang tidak sehat di
antara guru honorer menjadi cerita tersendiri yang bisa kita
dengar di lorong-lorong kelas satuan pendidikan. Hubungan
kekerabatan, hubungan dekat atau apalah namanya menjadi isu
santer yang sering terdengar. Guru (guru apapun itu, apakah
guru negeri atau guru honorer) adalah sosok yang memiliki
peran sangat strategis dalam upaya mewujudkan tujuan
pembangunan nasional.

Selain permasalahan yang mendasar di atas ada juga fakta
yang mengenaskan dan bermuara pada kebutuhan akan adanya
perangkat hukum untuk melindungi hak-hak guru (baca guru
honorer). Seperti ada guru di sekolah kami yang menghukum
siswa yang melanggar tata tertib sekolah. Ketika orang tua siswa
tidak menerima atau keberatan atas hukuman yang diberikan
oleh guru, ia bermaksud untuk melakukan pengaduan. Dalam

24 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

kasus ini guru seolah olah tidak memiliki imunitas hukum public,
sehingga posisi guru secara yuridis lemah.

Solusi untuk berbagai permasalahan di atas menurut hemat
penulis adalah diperlukan adanya payung hukum yang mengikat
sehingga keadaan ini tidak semakin berlarut. Karena sesuai
Undang-Undang Sikdiknas Nomor 14 tahun 2005 Guru sudah
dijamin kesejahteraannya. Tetapi yang menjadi permasalahan
adalah apakah setiap daerah atau satuan Pendidikan mau dan
mampu untuk melaksanakan sesuai amanah undang undang?.
Kemudian yang kedua untuk perlindungan hukum mungkin
perlu ada pasal tertentu dalam undang undang Sisdiknas nomor
14 tahun 2005 yang menjamin dan memberikan hak dan guru
dalam melakukan proses belajar mengajar. Sehingga guru yang
bermaksud untuk mendidik siswa dapat melaksanakan tugas
secara professional dan dilindungi oleh undang undang.

Siti Khusnul Khotimah, lahir di Bima, 29
Agustus 1972 adalah seorang guru PAI yang
mendedikasikan dirinya di SMP Negeri 2
Labuapi Lombok Barat NTB sejak agustus
1999 hingga sekarang ini, baginya menulis
adalah menularkan “virus kreatif” agar
mempunyai nilai guna bagi orang lain,
sebaik baiknya manusia adalah yang
memberikan manfaat bagi orang lain adalah ruh dalam setiap
pengabdiannya, selain mengajar sehari hari juga aktif sebagai
anggota Tim Penilai Angka Kredit dan Jabatan Fungsional Guru
Kabupaten Lombok Barat.

25 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

MEMBANGUN INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN

Oleh :

Ninik Sulistyani, S.Pd, M.Pd.
(SMPN 3 Ngawi, Universitas Terbuka, STKIP Ngawi - Jatim)

Email : [email protected]

Banyak yang mengatakan bahwa masalah terbesar yang
dihadapi bangsa Indonesia adalah terletak pada aspek moral.
Terbukti dengan banyaknya berita tentang tawuran antar
26 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

pelajar, kasus-kasus narkoba yang sering kita lihat di televisi
tidak jarang pemakainya masih menyandang status pelajar,
karena menganiaya gurunya sendiri, tidak lagi mempunyai
sopan santun pada orang tua, dan yang sangat parah lagi ada
anak yang berani membunuh orang tuanya sendiri. Kita harus
tegaskan lagi bahwa tujuan pendidikan adalah memperbaiki
moral yaitu “memanusiakan manusia”.Terjadinya berbagai
penyelewengan dan kejahatan tersebut menandakan
rendahnya akhlak, budi pekerti dan karakter bangsa.

Pendidikan merupakan tahapan kegiatan yang bersifat
kelembagaan (seperti Sekolah dan Madrasah) yang digunakan
untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam
menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan
sebagainya.Dalam penyelenggaraan pendidikan, proses
belajar merupakan unsur yang sangat fundamental. Ini berarti
bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan
itu sangat bergantung pada proses belajar yang dialami
peserta didik baik di lingkungan sekolah maupun diluar
sekolah.

Karenanya, persoalan karakter anak didik atau karakter
bangsa ini menjadi isu terpenting bagi dunia pendidikan di
tanah air. Anak didik yang mempunyai karakteryang tangguh
tidak di ragukan lagi, bahwa hal itu merupakan sebagai ‘solusi’
bagi beragam persoalan sosial yang sedang dan akan dihadapi
bangsa ini.

Pendidikan yang baik itu mestinya mampu mengalahkan
dasar-dasar jiwa manusia yang jahat, menutupi, bahkan
mengurangi tabiat-tabiat yang jahat tersebut.Pendidikan
dikatakan optimal, jika tabiat luhur lebih menonjol dalam
peserta didik ketimbang tabiat jahat.Manusia berkarakter
seperti inilah yang beradab, sosok yang menjadi ancangan
sejati pendidikan.Oleh karena itu, keberhasilan pendidikan

27 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

yang sejati adalah menghasilkan manusia yang beradab,
bukan mereka yang cerdas secara kognitif dan psikomotorik
tapi miskin karakter atau budi pekerti luhur.

Dengan demikian, sudah saatnyalah sekarang, tidak
hanya di tingkat dasar dan menengah pendidikan karakter
diefektifkan. Tetapi juga nanti ketika di perguruan tinggi yang
nantinya membentuk karakter peserta didik yang kokoh dan
kuat guna menghadapi aneka tantangan zaman di masa yang
akan datang. Melalui pendidikan karakter ini pula diharapkan
dapat mendorong para peserta didik menjadi intelektual
muda bangsa yang memiliki kepribadian unggul, sebagaimana
rancangan mulia pendidikan nasional.

Definisi Pendidikan Karakter
Istilah pendidikan karakter muncul ke permukaan pada

akhir-akhir ini, setelah terjadi degradasi moral yang melanda
bangsa Indonesia. Nilai-nilai pendidikan karakter sudah
terkikis dari ruh bangsa ini. Pendidikan karakter seyogyanya
pendidikan yang mengajarkan tabiat, moral, tingkah laku
maupun kepribadian.

Menrut Fakry Gaffar, pendidikan karakter ialah suatu
proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh-
kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi
satu dalam perilaku kehidupan orang itu. David Elkind dan
Freddy Sweet menambahkan bahwa pendidikan karakter
adalah usaha sengaja atau sadar untuk membantu manusia
memahami, peduli tentang, dan melaksanakan nilai-nilai etika
inti.[4]

Pilar Penting Dalam Pendidikan Karakter
Ada enam karakter utama (pilar karakter) pada diri

manusia yang dapat digunakan untuk mengukur dan menilai

28 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

watak dan perilakunya dalam hal-hal khusus. Adapun enam
pilar karakter tersebut adalah sebagai berikut:

1. Respect (Penghormatan), adalah untuk menunjukkan
bagaimana sikap kita secara serius dan khidmat pada
orang lain dan diri sendiri. Dengan memperlakukan
orang lain secara hormat, berarti membiarkan mereka
mengetahui bahwa mereka aman, bahagia. Rasa
hormat biasanya ditunjukkan dengan sikap sopan dan
juga membalas dengan kebaik hatian.

2. Responsibility (Tanggung Jawab), sikap tanggung
jawab menunjukkan apakah orang itu punya karakter
yang baik atau tidak. Orang yang lari dari tanggung
jawabnya sering tidak disukai, artinya bahwa orang
tersebut berkarakter buruk.

3. Citizenship-Civic Duty (Kesadaran Berwarga-Negara),
karakter yang diperlukan untuk membangun warga
negara ini meliputi berbagai tindakan untuk
mewujudkan terciptanya masyarakat sipil yang
menghormati hak-hak individu. Hak untuk
mendapatkan pemenuhan kebutuhan mendasarnya,
hak untuk memeluk agama dan keyakinan masing-
masing, hak untuk mendapat informasi dan
mengeluarkan informasi, dll.

4. Fairness (Keadilan dan Kejujuran), sikap adil
merupakan kewajiban moral, kita diharapkan
memperlakukan semua orang secara adil. Kita harus
mendengarkan orang lain dan memahami apa yang
mereka rasakan dan fikirkan, atau setidaknya yang
mereka katakan.

5. Caring (Kepedulian dan Kemauan Berbagi), kepedulian
adalah perekat masyarakat. Kepedulian adalah sifat
yang membuat pelakunya merasakan apa yang

29 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

dirasakan orang lain, mengetahui bagaimana rasanya
jadi orang lain.
6. Trustworthiness (Kepercayaan), kepercayaan mahal
harganya saat ini, kepercayaan yang semakin hilang
juga ikut membentuk karakter manusia. Misalnya
ketika kepercayaan hilang, orang akan berinteraksi
dengan kebohongan. Biasanya, kebohongan muncul
sedikit demi sedikit, dan kaetika terpelihara, hal itu
akan membentuk karakter.[5]

Strategi Dalam Mangaplikasikan Pendidikan Karakter
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa karakter

terbentuk dari internalisasi nilai yang bersifat konsisten,
artinya terdapat keselarasan antar elemen nilai. Sebagai
contoh karakter jujur, terbentuk dalam satu kesatuan utuh
antara tahu makna jujur (apa dan mengapa jujur), mau
bersikap jujur, dan berperilaku jujur.

Zamroni menawarka tujuh strategi pendidikan karakter
yang menurut hemat penulis relevan untuk dilaksanakan
dalam suatu pendidikan:

1. Tujuan, sasaran dan target yang dicapai harus jelas
dan konkret.

2. Pendidikan karakter akan lebih efektif dan efesien jika
dikerjakan tidak hanya dalam lingkup suatu lembaga
pendidikan, akan tetapi harus ada kerja sama antara
lembaga pendidikan dengan orang tua.

3. Menyadarkan pada semua guru/dosen akan peran
yang penting dan tanggung jawab dalam keberhasilan
melaksanakan dan mencapai tujuan pendidikan
karakter.

4. Kesadaran guru/dosen akan perlunya “hidden
curriculum” dan merupakan instrumen yang amat

30 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

penting dalam pengembangan karakter peserta didik.
5. Dalam melaksanakan pembelajaran guru/dosen

hendaknya menekankan pada daya kritis dan kreatif
peserta didik, kemampuan bekerja sama, dan
keterampilan mengambil keputusan.
6. Kultur dalam suatu lembaga pendidikan harus
dimanfaatkan dalam pengembangan karakter.
Misalnya nilai, keyakinan, norma, dll.
7. Pada hakikatnya salah satu fase pendidikan karakter
adalah proses pembiasaan dalam kehidupan sehari-
hari.[6]

A. Penyebab Kemerosotan Karakter
Dewasa ini negara-negara yang memiliki power dan lebih

maju dalam bidang iptek dan sains, dengan berbagai cara
berusaha menguasai umat islam dalam semua aspek. Mereka
berusaha menguasai wilayah, kekayaan, pemikiran,
kekarakteran, dan kekuatan militer umat islam.

Dekadensi moral sekarang menjangkiti setiap pelajar di
bumi Indonesia dan mengikis loyalitas mereka kepada ajaran
agamanya. Loyalitas umat sedikit demi sedikit berpindah
kepada karakter barat yang sangat bertentangan dengan
agama. Berikut beberapa penyebab kemerosotan karakter:

1. Dekadensi Moral
Di negara Islam gelombang dekadensi moral semakin
meningkat. Gelombang yang berasal dari barat
tersebut sama sekali tidak mengindahkan urgensi
aagama dalam menjaga moral. Tidak berlebihan jika
kami menyebutkan hal ini, sesuai dengan pendapat
semua orang yang pernah ke barat ataupun menetap,
bahwa disana (orang barat) menghalalkan perzinahan,
meskipun zina adalah perbuatan sangat keji dan

31 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

termasuk dosa besar dilarang didalam agama
manapun, menghalalkan homoseks, minuman keras,
perjudian, dll. Dosa besar yang kami sebut di atas
merupakan penyebab kehancuran bagi masyarakat
maupun individu.
Dengan demikian, kita sebagai orang muslim harus
menghadapi badai gelombang dekadensi moral
tersebut dengan berbagai cara disertai dengan
keimanan yang kuat, sehingga mereka dapat
menyelamatkan diri, generasi, dan masyarakat mereka
yang muslim.
2. HilangnyaLoyalitasTerhadap Agama yang di Anut
Jika loyalitas agama sudah hilang, maka selanjutnya
rasa cinta pun akan pudar. Sehingga keinginan untuk
berkorban dan mempertahankan agama akan sirna.
Loyalitas sebagaimana yang kita ketahui adalah
pembelaan yang diberikan setelah timbulnya rasa
cinta, kemudian berkorban karena kuatnya keimanan
serta kepasrahan. Jika loyalitas adalah keterikatan
terhadap setiap individu tanpa paksaan, maka loyalitas
sorang muslim terhadap agamanya juga demikian.
Adapun orang muslim yang loyal terhadap akidah
islam adalah orang yang tahu bahwa loyalitas tersebut
akan membawa mereka kepada puncak kemuliaan di
dunia dan akhirat, serta membuat merek mampu
menghadapi serangan dan tipu daya musuh.
3. Merebaknya Tuduhan Terhadap Islam
Dewasa ini tuduhan buruk terhadap islam sedang
menggejala dan mewabah. Hal ini dimaksudkan untuk
membendung penyebaran islam dan melemahkan
gerakan kebangkitan dan pembaruan dalam diri umat
islam. Tuduhan buruk tersebut juga bertujuan untuk

32 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

menghilangkan rasa percaya umat terhadap agama
mereka.
4. Fanatisme yang Berlebihan
Fanatisme yang dimaksudkan disini adalah fanatisme
buta terhadap pendapat, mazhab, dan sebagainya yang
didasarkan pada hawa nafsu. Fanatisme ini merupakan
salah satu akibat dari kemerosotan moral umat islam,
karena fanatisme seperti ini menjadi pemicu
terjadinya pertentangan umat. Jika umat islam
berpegang teguh pada agama dan ajaran akhlaknya,
maka sifat fanatik mereka dapat terkendali. Sedangkan
jika mereka jauh dari ajaran agama mereka, maka sifat
fanatik itu akan menggelora dan membahayakan
mereka sendiri.
5. Terlalu Ekstrem atau Terlalu Memudahkan Ajaran
Agama
Terlalu keras atau ekstrem adalah melampaui batas
yang telah ditetapkan oleh agama dengan berlebih-
lebihan dan menambahkankan hal-hal yang
sebenarnya tidak ada di dalamnya. Perbuatan ini
dicela oleh agama karena ia menampilkan sesuatu
yang tidak asli. Sedangkan terlalu memudahkan juga
dicela oleh islam, karena dengan sikap ini ajaran islam
banyak ditinggalkan dan dikurangi. Sikap ini hampir
sama dengan meremehkan terhadap ajaran islam.
Dengan demikian, kedua sikap ini juga menandakan
bahwa orang tersebut pada hakikatnya adalah
melanggar dan jauh dari aturan Allah.[7]

Kesimpulan
Pendidikan Karakter ialah suatu pendidikan yang

mengajarkan tabiat, moral, tingkah laku maupun kepribadian.

33 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

Maksudnya proses pembelajaran yang dilakukan di lembaga
pendidikan harus mampu mengarahkan, dan menanamkan
nilai-nilai kebaikan kepada peserta didik yang kemudian
dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Ada enam karakter utama (pilar karakter) pada diri
manusia yang dapat digunakan untuk mengukur dan menilai
watak dan perilakunya dalam hal-hal khusus, yaitu:
1. Respect (Penghormatan)
2. Responsibility (Tanggung Jawab)
3. Citizenship-Civic Duty (Kesadaran Berwarga-Negara)
4. Fairness (Keadilan dan Kejujuran)
5. Caring (Kepedulian dan Kemauan Berbagi)
6. Trustworthiness (Kepercayaan).

Berikut penyebab kemerosotan karakter diantaranya,
Dekadensi Moral, Hilangnya Loyalitas Terhadap Agama yang di
Anut, Merebaknya Tuduhan Terhadap Islam, Fanatisme yang
Berlebihan, Terlalu Ekstrem atau Terlalu Memudahkan Ajaran
Agama

A. Saran
Negara bisa maju dan karena dunia pendidikan juga

Negara bisa hancur, bila pendidikan sudah disalah gunakan!
Selain mengajar, seorang guru atau orang tua juga harus
mendoakan anak atau muridnya supayamenjadi lebih baik,
bukan mendoakan keburukan bagi anak didiknya harus
memberikan rasa aman dan keselamatan kepada setiap
peserta didik di dalam menjalani masa-masa belajarnya,
karena jika tidak semua pembelajaran yang di jalani anak
didik akan sia-sia! Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

34 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

DAFTAR PUSTAKA

Fathurrohman, Pupuh. dkk, Pengembangan Pendidikan
Karakter, Bandung: PT. Refika Aditama. 2013.

Muhammad Fadlillah & Lilif Mualifatu Khorida, Pendidikan
Karakter Anak Usia Dini, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2013.

Muin, Fatchul. Pendidikan Karakter Konstruksi Teoritik dan
Praktik, Jogjakarta: ARRUZZ MEDIA. 2011.

Naim, Ngainun. Character Building, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2012.

Wibowo, Agus. Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi;
Membangun Karakter Ideal Mahasiswa di Perguruan
Tinggi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2013.

Ninik Sulistyani, S.Pd., M.Pd, lahir di Madiun
19 Mei 1968 diangkat sebagai PNS pada tahun
1994 serta menjadi kepala perpustakaan
STKIP PGRI Ngawi tahun 2008 sampai januari
2020 dan sekarang sudah pensiun dari STKIP
1 Januari 2020. Sebagai tutor di universitas
terbuka pada tahun 2008 sampai sekarang.
Aktivitas lainnya membuat jurnal dan di
terbitkan secara nasional dalam bahas Inggris mulai tahun
2010 sampai sekarang.
.

35 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

BU RAMLAH DAN CELANA PENSIL

Oleh :

Suharto, S.Pd.
(SMP Negeri 9 Langsa Kota Langsa - Aceh)

SMP Negeri 9 Langsa merupakan salah satu sekolah yang
terletak di tengah kota, dengan latar belakang siswa yang
heterogen, dengan jumlah siswa setiap tahunnya rata-rata 760
siswa, bahkan pernah mencapai 900 siswa. Oleh karena itu
36 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

sekolah semakin ketat menerapkan tata tertib/aturan sekolah.
Di mana setiap tahun ajaran baru selalu disosialisasikan tata
tertib sekolah kepada peserta didik baru dan wali murid
bersama Komite Sekolah.

Salah satu aturannya, siswa putra dilarang memakai
seragam celana pensil/kuncup (celana seragam putra harus
longgar). Pagi itu seperti biasa saya dan Bu Ramlah piket pada
hari Senin, mendapatkan salah seorang siswa, sebut saja Yogi,
memakai celana seragam kuncup/celana pensil. Lalu Bu
Ramlah menghampirinya dan memperingatkan Yogi agar
celananya dilonggarkan untuk Senin depan. Setelah mendapat
sanksi mengutip sampah di sekitar kelas, Yogi Senin itu tetap
belajar seperti biasa. Ternyata Senin berikutnya Yogi masih
memakai celana pensil tersebut. Bu Ramlah pun menegurnya,
“kenapa celananya masih kuncup? nanti di rumah suruh
mama melonggarkan jahitannya, ya?”. Yogi mengangguk
sambil tersenyum mendengar penjelasan Bu Ramlah. “Ya
sudah, kalau Senin depan celananya masih kuncup, sesuai
peraturan sekolah ibu gunting biar longgar”, lanjut bu Ramlah,
dengan menyuruh Yogi masuk kelas.

Senin berikutnya ternyata Yogi masih tetap
mengenakan celana kuncup yang sama. Bu Ramlah kembali
menegur Yogi, lalu menggunting celana bagian bawah dan
menyuruh Yogi masuk kelas. Ternyata apa yang terjadi. Secara
diam-diam orang tua Yogi membuat laporan ke Kepolisian.
Satu hari setelah insiden itu, tepatnya hari Rabu, datang surat
panggilan dari Kepolisian yang di alamatkan ke SMP Negeri 9
Langsa yang ditujukan untuk Bu Ramlah. Karena kebetulan
saya yang piket bersama Bu Ramlah pada saat insiden itu,
Kepala Sekolah memerintahkan saya untuk langsung
mengantar Bu Ramlah ke kantor Polisi memenuhi panggilan
tersebut.

37 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

Bu Ramlah dianggap melakukan perbuatan tidak
menyenangkan dengan merusak barang orang lain. Itu
penuturan sang Polisi yang menerima kedatangan kami. Sejak
kepulangan dari kantor Polisi, Bu Ramlah menjadi terpukul,
semangatnya seolah sirna, karena kami harus beberapa kali ke
kantor Polisi, melakukan pertemuan dan mediasi dengan wali
murid. Dengan arogansinya orang tua siswa tidak mau
mediasi dilakukan di sekolah. Akhirnya dengan kondisi yang
sedikit alot pada pertemuan ke empat di Kepolisian kasus
ditutup dengan perdamaian, yang mana Bu Ramlah membayar
uang perdamaian sebesar Rp1.000.000 (satu juta rupiah).

Sejak peristiwa itu bu Ramlah menjadi pendiam, gairah
mengajarnya menurun, karena beliau merasa telah berulang
kali memperingatkan Yogi namun kenapa masih disalahkan.
Para rekan guru turut apatis dalam menegakkan disiplin dan
peraturan sekolah. ”Mulai sekarang kita tidak usah beri
hukuman kalau siswa salah, nanti kita dilaporkan ke Polisi”.
Itu kalimat sumbang yang sering muncul dari para guru.

Kisah bu Ramlah menjadi pengalaman berharga bagi
kami para guru dan seluruh warga sekolah, betapa pentingnya
perlindungan bagi guru. Mudah-mudahan dengan adanya
Permendikbud Nomor 10 Tahun 2017 tentang Perlindungan
bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan bisa menjadi
pegangan yang kuat untuk guru agar bisa lebih tenang dalam
mengajar. Mari terus kita sosialisaaikan Permendikbud
tersebut kepada seluruh Pendidik dan Tenaga Kependidikan
serta Stakeholder.

Untuk seluruh rekan guru dimanapun bertugas,
pengalaman pahit dalam mengajar terkadang membuat kita
apatis, itu manusiawi. Namun jangan berlarut dalam kondisi
tersebut. Mari kita jadikan semua pengalaman menjadi
jembatan dalam memajukan generasi penerus bangsa, Aamiin.

38 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

Suharto, Lahir di Langsa, 15 Oktober 1965,
menjadi tenaga pendidik sejak 1987,
Alhamdulillah telah pula banyak muridku yang
kini jadi pendidik. Meski usia semakin tua
namun semangatku yang berjiwa pendidik
terus berkobar untuk terus melahirkan
generasi penerus bangsa yang Terampil dan berakhlak
mulia.Tak Berhutang pada negara itu semboyanku. Berbuat
yang terbaik untuk Agama, bangsa dan Negara itu tekadku.

PERLINDUNGAN YANG KOMPREHENSIF
TERHADAP PROFESI GURU
Oleh:

Muhammad Humaidin, M.Pd.
(SMPN 14 Kota Bima Kota Bima - Nusa Tenggaara Barat)

Email: [email protected] (081237388853)

SMPN 14 Kota Bima adalah salah satu SMP Negeri yang
terletak di wilayah kota Bima. Letaknya berada di wilayah
Rabadompu Timur Kota Bima. Sekolah yang berada di tengah
39 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

perkampungan sehingga dikelilingi oleh pemukiman
masyarakat. Kultur masyarakat Rabadompu Timur agak
sedikit berbeda dengan kultur warga masyarakat yang ada di
wilayah Kota Bima lainya. Di mana karakter masyarakatnya
agak keras, kepedulian terhadap pendidikan kurang, cepat
menerima informasi dan kurang ditelaah informasi yang
diterima.

Ada kasus yang membuat seorang guru mengalami
permasalahan yang berkaitan dengan guru dan siswa, di mana
saat itu ada beberapa siswa yang melanggar peraturan
sekolah yaitu pulang duluan dan loncat pagar sekolah. Guru
menjumpai anak-anak tersebut setelah jauh dari lingkungan
sekolah, kemudian guru tersebut membawa kembali anak-
anak tersebut ke dalam lingkungan sekolah, kemudian
memprosesnya dengan memberikan hukuman fisik berupa
tamparan di pipi dan menghukumnya untuk membersihkan
WC sekolah. Namun setelah pulang sekolah beberapa anak
melaporkan ke orangtua apa yang terjadi dengan dirinya.
Pihak orang tua tidak terima hukuman yang diberikan sekolah
kepada anaknya, kemudian orang tua dan sekelompok
masyarakat berangkat ke sekolah dengan membawa senjata
tajam dan alat panah serta benda benda lainnya. Sesampai di
sekolah mereka berteriak “mana guru yang menghukum anak
kami,” namun pihak sekolah mengatakan “Mari kita mediasi di
ruang kepala sekolah.” Akan tetapi mereka tetap ingin
bertemu dengan guru tersebut, mereka akan melaporkan guru
yang menghukum anaknya ke pihak kepolisian. Dengan
kebulatan tekad yang kuat guru tersebut menemui para warga
masyarakat dengan didampingi oleh Babinkamtibmas
setempat. Mediasi pun dilakukan antara orang tua, siswa dan
guru berjalan lancer, semua masalah bisa diselesaikan dengan
hati yang tenang.

40 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

Dari uraian singkat kronologi di atas bahwa orang tua
tidak boleh menerima informasi secara langsung dari anaknya
tanpa harus menelaah terlebih dahulu apa informasi yang
disampaikan. Tugas guru tidaklah ringan, ia dituntut untuk
terus senantiasa meningkatkan profesionalismenya dengan
baik. Tantangan yang dihadapinya pun kian berat dan
kompleks di era globalisasi. Kini, sangat kontras jika
dibandingkan dengan kondisinya beberapa puluh tahun
yang lalu. Hal ini membutuhkan perlindungan yang
komprehesif terhadap profesi guru agar aman, nyaman dan
leluasa dalam menjalankan profesinya menjadi guru.

Guru seringkali dilaporkan telah melanggar hak-hak
perlindungan anak saat memberikan sanksi pelanggaran
displin terhadap peserta didiknya, seperti menyuruh push
up atau menyuruh berlari mengelilingi lapangan basket
sekolah dan sejenisnya. Sanksi jenis ini dinilai tidak lagi
mendidik bahkan dianggap melanggar Undang-Undang
Perlindungan Anak. Hukuman disiplin yang diberikan
kepada peserta didik harus mengacu kepada tata tertib
sekolah dan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlidungan Anak. Seorang guru, sungguh,
harus “berhati-hati” dalam mendisiplinkan peserta
didiknya agar terhindar dari ancaman UU Perlindungan
Anak di atas.

Biasanya, guru kerap diadukan ke aparat kepolisian
dengan laporan melanggar Undang-undang Perlindungan
Anak (UUPA). Undang-undang Perlindungan Anak seperti
ranjau yang bisa menyandera seorang guru dari
kewenangan profesinya. Ia juga seolah menjadi alat
kriminalisasi bagi guru. Kondisi demikian adalah
konsekuensi atas pemaknaan HAM yang kebablasan pasca

41 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n


Click to View FlipBook Version