The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

(KUMPULAN ARTIKEL PENDIDIKAN - PESERTA WORKSHOP PERLINDUNGAN GURU TAHAP III KESHARLINDUNGDIKDAS TAHUN 2019)
Pendididikan merupakan syarat utama bagi kemajuan suatu bangsa. Namun kemajuan pendidikan tidak bisa dipisahkan dari tenaga pendidik atau guru. Untuk itu profesi guru tidak bisa dipandang rendah dan remeh dalam menciptakan manusia yang berkualitas. Sentuhan tangan guru menjadi dasar dalam membangun pengetahuan, moral, karakter, dan kemampuan lainnya.

Namun sayangnya profesi guru masih dianggap rendah dan kurang bermartabat. Padahal guru sebagai sebuah profesi yang sangat mulia, profesi yang menjadi ujung tombak dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk kemajuan sebuah Negara. Tetapi dalam menjalankan tugasnya sering kali profesi seorang guru harus berhadapan dengan berbagai permasalahan. Baik permasalahan dalam masalah profesi itu sendiri, kriminalitas, kekerasan, penyalahgunaan kekayaan intelektualitas, keselamatan dan kesehatan kerja.

Guru sering kali menjadi korban pada tindakan yang dirugikan tersebut, baik yang terjadi di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Tindakan yang demikian membuat guru akhirnya ragu untuk bertindak dan mengambil sikap tegas karena tidak jarang guru harus berhadapan dengan kasus hukum dan berada di posisi yang tidak menguntungkan.

Pengetahuan dan pemahaman guru terhadap hukum lemah akhirnya yang terjadi guru hanya memberikan pelajarana saja tanpa mau mendidik. Efek dari hal tersebut akan terbangun di kalangan guru “masa bodoh” tidak peduli dengan kenakalan siswa karena adanya kekhawatiran yang tinggi terhadap tindakan yang akan dilakukan. Hal inilah perlu adanya penanganan serius dalam menyikapi setiap kasus yang terjadi dan perlu adanya perlindungan guru.

Berikut ini berbagai masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan dan penanganan yang pernah dilakukan oleh guru. Buku Antologi Artikel Ilmiah “Dedikasi Guru Dalam Dunia Pendidikan” merupakan artikel yang ditulis oleh guru-guru dikdas SMP tanah air yang lolos dalam seleksi Bimbingan Teknis Workshop Perlindungan Guru Tahap III yang dilaksanakan di Bogor pada tanggal 22 - 25 Oktober 2019.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by BHP RIAU, 2021-02-25 09:07:31

DEDIKASI GURU DALAM DUNIA PENDIDIKAN

(KUMPULAN ARTIKEL PENDIDIKAN - PESERTA WORKSHOP PERLINDUNGAN GURU TAHAP III KESHARLINDUNGDIKDAS TAHUN 2019)
Pendididikan merupakan syarat utama bagi kemajuan suatu bangsa. Namun kemajuan pendidikan tidak bisa dipisahkan dari tenaga pendidik atau guru. Untuk itu profesi guru tidak bisa dipandang rendah dan remeh dalam menciptakan manusia yang berkualitas. Sentuhan tangan guru menjadi dasar dalam membangun pengetahuan, moral, karakter, dan kemampuan lainnya.

Namun sayangnya profesi guru masih dianggap rendah dan kurang bermartabat. Padahal guru sebagai sebuah profesi yang sangat mulia, profesi yang menjadi ujung tombak dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk kemajuan sebuah Negara. Tetapi dalam menjalankan tugasnya sering kali profesi seorang guru harus berhadapan dengan berbagai permasalahan. Baik permasalahan dalam masalah profesi itu sendiri, kriminalitas, kekerasan, penyalahgunaan kekayaan intelektualitas, keselamatan dan kesehatan kerja.

Guru sering kali menjadi korban pada tindakan yang dirugikan tersebut, baik yang terjadi di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Tindakan yang demikian membuat guru akhirnya ragu untuk bertindak dan mengambil sikap tegas karena tidak jarang guru harus berhadapan dengan kasus hukum dan berada di posisi yang tidak menguntungkan.

Pengetahuan dan pemahaman guru terhadap hukum lemah akhirnya yang terjadi guru hanya memberikan pelajarana saja tanpa mau mendidik. Efek dari hal tersebut akan terbangun di kalangan guru “masa bodoh” tidak peduli dengan kenakalan siswa karena adanya kekhawatiran yang tinggi terhadap tindakan yang akan dilakukan. Hal inilah perlu adanya penanganan serius dalam menyikapi setiap kasus yang terjadi dan perlu adanya perlindungan guru.

Berikut ini berbagai masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan dan penanganan yang pernah dilakukan oleh guru. Buku Antologi Artikel Ilmiah “Dedikasi Guru Dalam Dunia Pendidikan” merupakan artikel yang ditulis oleh guru-guru dikdas SMP tanah air yang lolos dalam seleksi Bimbingan Teknis Workshop Perlindungan Guru Tahap III yang dilaksanakan di Bogor pada tanggal 22 - 25 Oktober 2019.

Keywords: PENDIDIKAN,PERLINDUNGAN GURU,WORKSHOP,KESHARLINDUNGDIKDAS,TAHAP III,DEDIKASI GURU DALAM DJNIA PENDIDIKAN

Ayat 1 PP 74 Tahun 2008 juga telah ditetapkan bahwa “ Guru
berhak mendapat perlindungan dalam melaksanakan tugas.
Dalam bentuk rasa aman dan jaminan keselamatan dari
Pemerintah Daerah, Satuan Pendidikan, Organisasi Profesi Guru,
dari atau masyarakat sesuai dengan kewenangan masing-
masing”. Serupa dalam peraturan ini, Yurisprudensi Mahkamah
Agung juga menyebutkan bahwa “Guru tidak bisa dipidana saat
menjalankan profesinya dan melakukan tindakan pendisiplinan
terhadap siswa”. Dari peraturan-peraturan tersebut sangat
jelaslah bahwa profesi guru harus dilindungi dan mendapat
perhatian khusus sehingga dalam menjalankan profesinya ada
rasa aman sehingga bisa tercapai salah tujuan pendidikan yakni
mencerdaskan dan membentuk karakter peserta didiknya.

Muhari, S.Pd.,M.Pd, Guru Bahasa Inggris di
SMP Kartika XX-6 Kendari, Sulawesi
Tenggara sejak tahun 2011. Penerima
Beasiswa S2 dari Kementerian Pendidikan
Nasional tahun 2015-2017 di Pascasarjana
Universitas Negeri Malang (UM) ini aktif
mengikuti beberapa kegiatan seperti
Pelatihan, Workshop dan juga Seminar baik
di level Nasional maupun International. Pernah juara 3 dalam
Pemilihan Guru Idola SMP 2018 Tingkat Sulawesi Tenggara.
Tergabung dalam beberapa komunitas seperti MGMP, Organisasi
Guru, Komunitas Guru Idola, dan Guru Penggerak Sultra serta
aktif dalam menulis artikel.

92 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

PERLUNYA PERLINDUNGAN HUKUM
BAGI PARA PEDIDIK

Oleh :

Yelfita Putri Zanti, S.Pd.
(SMPN 2 Ujan Mas Kab. Kepahiang - Bengkulu)

Guru adalah sebuah profesi yang sangat mulia, begitu juga
yang saya rasakan. Seperti yang tertuang dalam UU No 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa guru adalah
pendidik Profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak Usia dini hingga pendidikan Menengah. Guru
merupakan jembatan siswa untuk menuju kesuksesan karena
darinya lah siswa dapat belajar pengetahuan, menjadi siswa

93 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

berperilaku baik serta mampu menjadi pribadi yang berguna
bagi bangsa dan negara

Berikut ini saya akan memperkenalkan diri terlebih dahulu.
Saya adalah guru di Sebuah Kabupaten Kepahiang Provinsi
Bengkulu Tepatnya di desa Daspetah. Pengalaman mengajar saya
kurang lebih 8 tahun mengampu mata pelajaran IPA Terpadu.
Sekolah tempat saya mengajar adalah SMP Negeri 2 Ujan Mas
mulai berdiri sejak tahun 1993. Semua siswa kami rata-rata
adalah anak penduduk asli yakni suku Rejang. Bahasa pengantar
yang dipakai sehari-harinya adalah Bahasa Rejang, dengan
bahasa ini sebenarnya menjadi masalah dalam pembelajaran
tapi sebagai guru bagi saya ini adalah sebuah tantangan,
walaupun masih kadang masih sulit untuk memahami tapi saya
sudah sedikit mampu berkomunikasi dengan bahasa mereka.
Begitu juga dengan murid-murid kami yang juga sudah mulai
terbiasa menggunakan Bahasa Indonesia dalam Proses
Pembelajaran.

Siswa yang merupakan penduduk asli memiliki orang tua
yang rata-rata bekerja sebagai petani. Pendidikan orangtua
mereka juga sangat rendah, di Desa Daspetah ini pernikahan dini
sangat marak terjadi sehingga banyak siswa kami yang
dibesarkan dari keluarga Broken Home (orangtua bercerai)
sehingga masalah ini berdampak juga pada perilaku siswa kami,
anak tersebut cenderung melawan dan mencari perhatian guru
dengan cara yang salah. Misalnya : merokok ketika jam sekolah,
berbicara yang kurang sopan terhadap guru, serta berkelahi.
Semuanya dilatarbelakangi karena kurang perhatian dan kasih
sayang orangtua di mana memang usia remaja merupakan usia
yang labil yang masih mencari jati diri dan perlu pengawasan
ekstra dari orangtua. Karena orangtua mereka petani tidak
jarang mereka menginap di kebun sehingga membuat anak
mereka bisa bebas keluar malam walaupun memang ada yang

94 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

orangtuanya tidak melarang anaknya keluar malam yang
seharusnya tidak dilakukan oleh anak berstatus pelajar.

Masalah latar belakang perilaku siswa kami inilah yang saya
angkat sebagai tulisan yang berkaitan dengan “Workshop
Perlindungan Guru”. Kita guru tidak bisa sama memperlakukan
siswa ketika berada di zaman kita dulu. Dulu guru bisa
menghukum siswa dengan memukul mistar di tanggannya atau
sampai menemplengnya jika anak tersebut membuat kenakalan
seperti bolos, merokok atau melawan guru. Wali murid pun tidak
marah ketika anak melapor jika dimarahi oleh Guru. Tapi itu
tidak berlaku pada zaman sekarang karena Kita guru Mendapat
batasan hukum untuk memberi hukuman kepada siswa kita yang
membuat kenakalan.

Seperti baru-baru ini yang terjadi di berita ada Guru yang
dipukul oleh siswanya dan mengakibatkan guru tersebut
meninggal dunia yang terjadi pada Bapak Ahmad Budi Cahyono
di daerah Sampang Kalimantan hanya karena menegur siswa
yang tidak mengerjakan tugas kesenian yang dia berikan. Dan
pada peristiwa lain di mana ada wali murid yang melaporkan
pada pihak yang berwajib ketika menghukum anaknya dengan
menjewer sehingga meninggalkan bekas yang membuat guru
tersebut masuk penjara.

Kembali dengan apa yang terjadi di sekolah kami, anak-anak
didik ada yang sebagian memiliki perilaku yang sama dengan apa
yang terjadi di atas. Merokok mungkin sudah menjadi kebiasaan
anak laki-laki di Desa Daspetah ini. Ketika saya mencoba
menanyakan ternyata memang ada orangtua yang memberi dan
memang membiarkan saja anaknya merokok sehingga untuk
perilaku ini kami sebagai pihak sekolah tidak bisa
menghentikannya. Salah satu cara guru mencoba menguranginya
dengan melarang keras anak tersebut merokok di jam sekolah
dan di lingkungan sekolah.

95 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

Ketika anak tersebut kedapatan merokok di kantin atau di
dalam kelas kami guru tidak segan menghukum anak tersebut
dengan cara anak tersebut memasukkan rokok ke hidungnya dan
dihembus, memberi hukuman push up, dan terakhir memanggil
walinya. Tapi kadang-kadang anak tersebut melakukan
perlawanan dengan ucapan yang kasar dan seperti inigin
melawan, di mana kami guru tidak bisa melakukan hukuman
fisik yang memberatkan karena masalah HAM.

Masalah lainnya juga pernah dialami oleh seorang guru di
sekolah saya di mana Bapak tersebut sudah tua, anak-anak
tersebut mengolok-ngolok dan memberikan julukan yang tidak
pantas,. Bapak tersebut hanya bisa menegur dan melaporkannya
ke wali kelas karena katanya saya tidak ingin memukul takut
nantinya malah dilaporkan kepihak polisi. Apa yang dilakuan
bapak ini membuat anak menjadi tidak jera karena mereka
hanya diberi teguran saja. Di dalam kelas juga kadang saya temui
anak yang tidak mengerjakan tugas atau PR, tidur ketika jam
pelajaran yang mana mereka marah jika kita menegur apa yang
mereka lakukan, memberi ucapan yang tidak sepantasnya
mereka sampaikan untuk guru mereka. Malah kadang ditemui
siswa yang tidak terima ditegur oleh guru. Terkadang siswa laki-
laki ingin mengajak guru tersebut berkelahi dan ada juga yang
pulang ke rumah sampai melaporkan kepada orangtuanya apa
yang terjadi menurut versinya, sehingga membuat orangtuanya
marah kepada guru dan datang ke sekolah.

Sikap dan perilaku yang tidak sopan inilah yang membuat
Guru di SMPN 2 Ujan Mas kadang-kadang kerepotan mencari
solusi untuk mengatasinya sehingga bisa memperbaiki perilaku
siswa kami yang masih kurang sopan dan tidak bisa menghargai
guru mereka. Dan terakhir ini yang baru saja terjadi adalah siswa
hampir saja memukul salah satu guru wanita di sekolah, di mana
guru ini merasa terancam dan terhina harga dirinya atas

96 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

perilaku anak didik kami dan walaupun pada akhirnya ini dapat
diselesaikan bersama dengan wali murid kepala sekolah serta
guru yang bersangkutan. Siswa tersebut pun Sudah diberi
hukuman berupa membersihkan pekarangan sekolah dan
berjanji di depan Orangtuanya untuk menjaga sopan santun
serta perilaku terhadap guru. Inilah realita yang sering kami
hadapi di sekolah.

Landasan hukum yang mengatur perlindungan guru
sebenarnya sudah tertuang pada Permendikbud Nomor 10
Tahun 2017 tentang Perlindungan bagi Pendidik dan Tenaga
Kependidikan memperkuat guru dalam menjalankan profesinya.
Perlindungan tersebut meliputi perlindungan hukum, profesi,
keselamatan dan kesehatan kerja dan hak atas kekayaan
intelektual pendidikan formal, Pendidikan dasar dan Pendidikan
Menengah. Landasan yuridis sudah ada namun dalam
kenyataannnya guru masih mengalami kekerasan, acaman,
intimidasi, bentakkan dan pemukulan. Ironisnya kadang hal
tersebut diterima oleh orangtua yang anaknya di didik oleh guru.
Hal ini menjukkan bahwa peraturan tersebut belum berjalan
dengan optimal karena akibat belum tersosialisasi aturan
hukum perlindungan guru.

Apa pun alasan dibaliknya tindakan kekerasan terhadap
guru bisa melalui fisik atau verbal dengan ucapan tidak boleh
dibiarkan karena akan membuat guru menjadi takut dalam
bertindak, takut terbelit persoalan hukum dan takut dianiya
orangtua. Jika kondisi ini yang muncul dalam diri guru maka
boleh jadi guru akan mengabaikan salah satu tugasnya yaitu
mendidik. Sebuah tugas penting yang berkaitan dengan
pembentukkan karakter siswa. Mendidik melampaui tugas
mengajar yang hanya mentransfer pengetahuan.

Tindakkan kekerasan dalam dunia pendidikan terjadi
karena hubungan yang terjadi antara tiga komponen pendidikan

97 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

tersebut tidak terjalin dengan baik. Karena itu perlu dibangun
komunikasi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Jika
komunikasi terjalin dengan baik akan terbangun ikatan
emosional yang kuat yang akan berpengaruh perilaku anak
menjadi lebih baik. Sehingga bisa dikatakan bahwa mendidik
perilaku anak bukan hanya menjadi tugas guru melainkan tugas
bersama orangtua dan masyarakat.

Pada Awal tahun ajaran kemarin kami pihak sekolah telah
memperbaiki tata tertib sekolah yang harus dipatuhi oleh anak
dengan diketahui serta di tandatangani oleh orangtua tapi
ternyata ini juga belum memberikan dampak yang besar dalam
memperbaiki perilaku anak terhadap guru. Atas pertimbangan
bersama kami mengundang kembali perwakilan wali murid
komite sekolah dan perangkat desa baik Kepala Desa serta
Pemuka Agama (imam) untuk duduk bersama dalam membuat
tata tertib atau peraturan yang bisa membuat siswa kami lebih
baik ke depannya yang kami harapkan. Sehingga jika anak
tersebut membuat kenakalan baik pada temannya atau membuat
perilaku yang tidak mengenakkan terhadap guru maka yang
akan menindaklanjutinya bukan hanya pihak sekolah tetapi juga
perangkat desa yaitu kepala desa.

Sudah beberapa bulan ini dijalankan sudah bisa dirasakan
walaupun masih bertahap mengenai kedisipinan anak sudah
mulai berjalan dengan baik, perilakunya pun sudah mulai dicoba
untuk perbaiki walaupun masih ada anak yang memang masih
menjadi perhatian ekstra. Tapi dengan duduk bersama dengan
orangtua dan perangkat desa membuat kami guru tidak takut
lagi untuk bertindak karena semua pihak mendukung agar siswa
kami menjadi lebih baik. Secara pribadi pun saya menghendaki
ada perubahan perilaku siswa yang sopan terhadap guru, tidak
marah kalau ditegur jika membuat kesalahan dan mampu
membangun hubungan keakraban sehingga sangat berpengaruh

98 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

dalam proses pembelajaran. Semoga tulisan saya ini bisa menjadi
sebuah catatan dimana perilaku anak tidak saja menjadi
tanggung jawab guru tetapi juga menjadi tanggung jawab
pembentukkanya dalam lingkungan keluarga dan masyakat.
perlindungan hukum yang jelas dalam hubungan guru dan siswa
Tidak lagi memberikan celah pemisah sehingga terjadi hubungan
yang semakin Kondusif disekolah.

Yefita Putri Zanti, S.Pd, lahir di Bengkulu 27
April 1987. Saat ini mengajar di SMPN 2 UJAN
MAS Kab. Kepahiang Bengkulu. Guru PNS IPA.
Menulis sudah merupakan hobi yang dimulai
dari bangku SMA hingga perkuliahan dimana
tergabung dalam KIR penulisan karya Ilmiah).
Dan baru ini kembali mengaktifkan diri menulis
dengan mengikuti workshop Pelindungan Guru Dikdas tahun
2019. Semoga dengan menulis dapat lebih mengembangkan diri
dan mengajak murid untuk lebih aktif dalam mengapresiasikan
diri.

99 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

GURU ... DI MANA ENGKAU BERLINDUNG?

Oleh :

Muflizah, S.Pd.
(SMPN 1 Sampang – Kab. Sampang - Jawa Timur)

Email. [email protected]

Saya berasal dari pamekasan, kota kecil dari pulau garam
atau pulau madura. Saya tinggal di desa Branta Pesisir Tlanakan,
mayoritas penduduk di desa saya nelayan. Setiap hari banyak
ikan segar hasil tangkapan para nelayan di TPI atau tempat
pelelangan ikan. Tetapi sekarang saya tinggal di Sampang
Madura Jawa timur tempat lahir suami saya.

Guru sebenarnya bukan cita cita saya, karena kedua orang
tua saya menginginkan salah satu anaknya menjadi guru, saya
sebagai anak tertua dan saya ingin sukses karena tidak ada

100 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

kesuksesan tanpa do’a dan ridho kedua orang tua, maka saya
mematuhi mereka dan Alhamdulillah saya diangkat menjadi
Pegawai Negeri Sipil sebagai tenaga pendidik mengajar bahasa
Inggris pada tahun 2007. Sebelum tahun 2007 saya menjadi guru
honorer dan guru kontrak pada tahun 2000 sampai tahun 2006.

Sekarang saya mengajar di SMP Negeri 1 Sampang, kota
kecil dan tertinggal di pulau Madura. tidak terasa sudah 16
tahun saya di SMP Negeri 1 Sampang. Sekolah ini merupakan
rumah kedua saya, bagaimana tidak dari jam 6.30 sampai jam
14.00 saya harus di sekolah menjalankan kewajiban saya sebagai
pendidik.

Selama mengajar di Sekolah ini telah banyak suka dan duka
yang telah saya alami, serta pengalaman yang menyenangkan
maupun yang tidak menyenangkan. Salah satunya pengalaman
saat saya mengajar di kelas VIII B, empat tahun lalu tepatnya
pada tahun 2016. Saat itu jam ke empat saya lagi mengajar di
kelas ini, kelas yang heterogen bukan kelas unggulan tapi siswa
dan siswinya cerdas kreatif dan aktif. Saya sangat senang
mengajar di kelas tersebut karena suasananya hidup, ada saja
siswa yang bertanya maupun menyampaikan ide - ide
cemerlangnya.

Suatu hari saya lagi mengajar di kelas VIII B, jam ke lima
dan enam setelah istirahat. Saya lupa materi apa yang diajarkan.
Setelah saya menerangkan, ada beberapa siswa yang bertanya,
kemudian mereka mencatat apa yang telah diterangkan.
Selanjutnya saya pun memberikan tugas dan membagi menjadi
beberapa kelompok agar siswa berdiskusi dengan kelompoknya.
Sudah menjadi kebiasaan saya berkeliling kelas untuk
mengamati kegiatan mereka, melihat tugas setiap siswa dan
juga melihat kelengkapan atribut yang dipakainya. Sebagai
pembina OSIS sekaligus juga sebagai pendidik mempunyai
kewajiban untuk mendisiplinkan siswa. Hasil dari pengamatan

101 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

dan kegiatan berkeliling, sampailah saya di bangku pojok kanan
depan, saya melihat seorang siswa yang rambutnya panjang
sampai melebihi telinga sebut saja namanya Arya. Saya pun
bertanya “Siapa yang punya gunting?” salah satu siswi
mengacungkan tangan, “saya bu,” jawabnya. Saya pun
mengambil gunting dari tangan siswa tersebut. Saya pun
memotong rambut Arya pada bagian depan dan ujung rambut
saja tidak sampai satu senti meter. Hal ini bertujuan agar nanti
sepulang sekolah dia bisa mencukur rambutnya, sehingga besok
sudah rapi kembali.

Jam menunjukkan jam 13.15 wib. Sudah waktunya pulang.
Saya bergegas untuk absen finger print dan menuju ke tempat
parkir sepeda motor, sesampainya di rumah saya beristirahat
berbaring untuk melepas lelah setelah setengah hari saya
berada di sekolah. Tidak sampai satu jam suara dering WA
berbunyi berkali-kali, saya tetap mencoba memejamkan mata
agar bisa tertidur dan beristirahat. Beberapa menit kemudian
Handphone saya berdering, ternyata teman guru di sekolah
menelpon dan memberi kabar yang sangat mengejutkan. Dia
memberi tahu atas kejadian tadi di sekolah setelah pemotongan
rambutnya Arya. Ternyata kedua orangtuanya tidak terima
rambut anaknya dipotong. Hasil potongan rambut Arya di upload
di facebook dengan memberikan caption sambil mencela,
membuly dan menghina guru yang memotong. Pak Barok
sempat membela saya tapi kemudian diblokir. Tidak sampai
hitungan jam peristiwa tersebut menjadi ramai mendadak di
medsos. Saya mencoba buka face book ingin tahu peristiwa
tersebut. Ternyata banyak komentar negatif yang di tujukan ke
saya. Sejak saat itu saya tidak berani buka Handphone, saya
merasa gelisah, takut, stres dan tertekan juga tidak bisa tidur
memikirkan kejadian tersebut.

102 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

Keesokan harinya saya masuk seperti biasa, saya cuek saja
seperti tidak ada masalah. Hari itu tepatnya hari rabu, saya
mengajar jam pertama dan kedua di kelas IX B. Seperti biasa,
sebelum mengajar saya menanyakan kabar siswa siswi saya dan
menanyakan siswa yang tidak masuk. Selanjutnya saya
menanyakan materi sebelumnya dan mengajukan beberapa
pertanyaan kepada mereka. Beberapa menit kemudian
seseorang mengetuk pintu, proses kegiatan belajar mengajar
saya hentikan, semua pandangan menuju ke arah pintu, saya
buka pintu ternyata Pak Barok, guru penjas yang selalu membela
dan melindungi saya atas kejadian tersebut. “Bu, ada tamu,”
ucapnya pada saya. “Sebentar pak,” kemudian saya pamit dan
meninggalkan siswa siswi saya begitu saja tanpa memberi tugas
apapun. Pak Barok bilang “Ini sangat penting bu!” Sambil
melangkah ke luar saya mencoba bertanya sama pak Barok,
”Siapa Pak tamunya?” tanya saya penasaran. “Orang tua Arya Bu,
mereka membawa dua polisi, sekarang ada di BK.” Kata pak
Barok. Seketika itu juga saya langsung pucat, hati saya berdebar
sangat kencang, kaki ini terasa berat dan gemetar untuk
melangkah.

“Ya Allah apa lagi ini, apa salah saya”, Ucapku dalam hati.
Semakin mendekati ruang BK semakin berat kaki ini melangkah,
kemudian sampailah saya dan Pak Barok di ruang BK, ternyata
Pak Barok benar saya telah ditunggu kedua orang tua Arya dan
dua polisi yang tinggi besar dan gagah. Melihat semua itu, hati
saya tambah kacau dan tidak karuan. Saya mengalami ketakutan
yang sangat hebat, detak jantung terasa mau copot, “Ya Allah,
apakah saya akan dipenjara?” gumam saya. Belum sempat
duduk, kedua orang tua Arya marah-marah sambil nunjuk
tangannya ke saya. Tak lama kemudian salah satu bapak polisi
mempersilakan saya duduk, dengan kaki gemetar, mencoba
untuk duduk dengan tenang. Setelah itu Ibu Arya dengan sinis

103 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

dan angkuhnya berkata sama saya, “Oh ini yang namanya Bu
Liza, Orangnya kalem sih, tapi....,” dengan nada keras kedua
orang tua Arya tetap marah. Ayahnya Arya mengambil
handphone-nya dan menelpon Kapolsek Samapang, “Ini Dan,
orangnya ada Dan, gimana Dan?” Ayah Arya berkata. Melihat dan
mendengarkan apa yang telah dilakukan ayahnya Arya saya
tambah pucat, butiran bening di mata saya seakan mengiringi
rasa ketakutan saya. Tidak sanggup untuk berkata-kata lagi.
Setelah puas memarahi, mem-buily, saya dipaksa untuk
membuat surat pernyataan bahwa tidak akan memotong rambut
siswa lagi. Padahal pemotongan rambut siswa bukan tanpa
dasar, semua wali murid sudah menandatangani tata tertib yang
ada disekolah dengan materai 6000.

Akhirnya atas kejadian tersebut saya memutuskan berhenti
dari pembina osis, saya sangat trauma atas apa yang telah saya
alami, karena tujuan melakukan pemotongan rambut yaitu
mendisiplinkan siswa, sehingga mereka bisa meraih cita-citanya
yang gemilang. Tanpa adanya kedisiplinan yang tinggi akan sulit
meraih kesuksesan.

Muflizah, S.Pd, Lahir dan dibesarkan di
pamekasan Jawa Timur pada tanggal 01 Desember
1976. Mendapat gelar S1 Pendidikan Bahasa
Inggris di Universitas Islama Malang pada tahun
1999. Guru Bahasa Inggris di SMP Negeri 1
Sampang Jawa timur. Diangkat menjadi guru
bantu pada tahun 2003 fan diangkat menjadi CPNS
pada tahun 2006.

104 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

PERLINDUNGAN GURU DI ERA REFORMASI DAN
GLOBALISASI

Oleh:

Waslul Abral, M.Pd.
(SMP Negeri 1 Enam Lingkung Kab. Padang Pariaman - Sumbar)

Perlindungan dalam pengertian sederhana dapat diartikan
sebagai suatu kondisi di mana seseorang dapat memperoleh rasa
aman, jauhkan dari ancaman dan tekanan, malapetaka serta
bebas dari rasa takut. Berkaitan dengan perlindungan hukum
terhadap guru dapat diartikan perlindungan yang diberikan oleh
hukum terhadap guru, dari berbagai ancaman tindak kekerasan,
ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi dan perlakuan
tidak adil. Perlindungan terhadap profesi guru juga merupakan
105 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

hal yang sangat penting bagi guru dalam melaksanakan tugasnya
sebagai pengajar dan pendidik serta upaya memenuhi hak-hak
guru.

Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Guru dan Dosen
Nomor 14 Tahun 2005 pada Bab VII pasal 39 yang menyebutkan
bahwa Guru berhak mendapat perlindungan dalam
melaksanakan tugas dalam bentuk rasa aman dan jaminan
keselamatan dari pemerintah, pemerintah daerah, satuan
pendidikan, Organisasi Profesi Guru, dan/atau masyarakat
sesuai dengan kewenangan masing-masing.

Perlindungan bagi pendidik dan tenaga kependidikan lebih
lengkap ditegaskan pada Permendikbud nomor 10 tahun 2017
pasal 2 ayat 1 dan 2 yang berbunyi bahwa : (1) Perlindungan
merupakan upaya melindungi Pendidik dan Tenaga
Kependidikan yang menghadapi permasalahan terkait
pelaksanaan tugas. (2) Perlindungan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi perlindungan hukum, profesi,
keselamatan dan kesehatan kerja; dan/atau dan hak atas
kekayaan intelektual.

Berkaiatan dalam melaksanakan tugasnya sebagai profesi
guru pada pasal 39 Ayat 1 PP No 74 tahun 2008 juga ditegaskan
bahwa “Guru memiliki kebebasan memberikan sanksi kepada
peserta didiknya yang melanggar norma agama, norma
kesusilaan, norma kesopanan, peraturan tertulis maupun tidak
tertulis yang ditetapkan guru, peraturan tingkat satuan
pendidikan, dan peraturan perundang-undangan dalam proses
pembelajaran yang berada di bawah kewenangannya.”
Sedangkan Pasal 39 Ayat 2 PP No 74 tahun 2008 menyebutkan
sanksi dapat berupa teguran dan/atau peringatan, baik lisan
maupun tulisan, serta hukuman yang bersifat mendidik sesuai
dengan kaedah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan
perundang-undangan. Pelanggaran terhadap peraturan satuan

106 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

pendidikan yang dilakukan oleh peserta didik yang pemberian
sanksinya berada di luar kewenangan guru, dilaporkan guru
kepada pemimpin satuan pendidikan.

Masyarakat di masa lampau, jika siswa yang diproses oleh
guru mengadu ke orang tuanya karena dihukum guru karena
melakukan suatu kesalahan atau pelanggaran, maka orang tua
siswaakan menambah hukumannya. Mereka para orang tua
betul-betul paham apa yang dilakukan oleh guru adalah dalam
rangka menempa anaknya agar menjadi orang terpelajar dan
terdidik. Berbeda dengan masyarakat saat sekarang ini, orang
tua siswa justru membela anaknya yang telah melakukan suatu
pelanggaran dengan menyalahkan guru bahkan memenjarakan
guru dari anaknya. Sehingga para guru pun akhirnya menuntut
adanya undang-undang perlindungan guru yang mampu
melindungi guru dalam melaksanakan tugasnya.

Pada zaman reformasi dan globalisasi ini permasalahan
peserta didik juga mengalami permasalahan yang kompleks pula,
seperti kasus bullying, video porno, pengkompasan, perkelahian,
tauran, pergaulan bebas, merokok, narkoba dan sebagainya.
Pada saat sekarang dalam pemberian nasehat, teguran dan
sanksi terhadap peserta didik menuntut guru atau pihak sekolah
ekstra hati-hati agar tidak menimbulkan konflik atau
pertentangan oleh orang tua peserta didik. Ketidakpahaman
orangtua siswa terhadap perilaku anaknya kadang kala
menimbulkan pertengkaran orang tua siswa dengan guru atau
pihak sekolah, Bahkan perlakukan yang diterima guru sudah di
luar batas, karena sudah menjurus ke arah penganiayaan,
penderitaan, cacat fisik, mental, hingga ada yang meninggal
akibat perlakuan kasar oleh siswa bersama orang tua mereka.

Banyak kasus terjadinya pelecehan dan pengkerdilan
terhadap profesi guru. Banyak guru dijebak dalam perkara
hukum, diadukan ke aparat kepolisian dengan dalih melanggar

107 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

UU Perlindungan Anak dan HAM. Karena mendisiplinkan peserta

didiknya menyebabkan para guru tersebut mendekam dalam

penjara.

Berangkat dari penjelasan di atas, terlihat bahwa eksistensi

UU No.14 tahun 2005 telah memuat perlindungan terhadap guru

atas profesinya. Namun, implementasi terhadap Undang-Undang

tersebut masih belum terlaksana. Ternyata masih banyak

kendala dan tantangan yang dihadapi oleh guru di lapangan saat

melaksanakan tugas yang membutuhkan perlindungan hukum

seiring dengan berkembangnya era teknologi informasi dan

komunikasi. Sejalan dengan Undang-Undang tentang

perlindungan anak dan hak azasi manusia, termasuk peserta

didik di sekolah, perlu adanya upaya sinkronisasi dan integrasi

agar dalam pelaksanaannya undang-undang tersebut tidak

bertentangan dengan Undang-Undang Guru dan Dosen di

Indonesia.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk perlindungan guru di

Sumatera Barat, pada hari Jum’at tanggal 20 September 2019 di

STKIP PGRI Convention Centre Padang telah dilakukan

penandatanganan MOU perlindungan guru antara pengurus PGRI

Provinsi Sumatera Barat dengan Kapolda Provinsi Sumatera

Barat yang dihadiri oleh Pengurus PB PGRI Prof. Dr.Unifah

Rosyidi, M.Pd yang sebelumya juga sudah melakukan MOU

perlindungan guru dengan Kapolri. Dengan adanya MOU

tersebut juga diharapkan dapat diikuti MOU oleh Pengurus PGRI

kabupaten/kota dengan Kapolres kabupaten/kota dan Kapolsek

se Sumatera Barat, serta dibentuknya forum orang tua siswa,

maka jika ada permasalahan dengan siswa dan orang tua siswa

dapat diselesaikan dengan cara kekeluargaan. Dengan demikian

diharapkan adanya sinergitas dari berbagai pihak yang terkait

dalam bidang pendidikan, sehingga segala permasalahan

perlindungan guru dapat dilakukan secara maksimal baik

108 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

perlindungan hukum, profesi, keselamatan dan kesehatan kerja,
maupun hak atas kekayaan intelektual guru.

Waslul Abral, lahir di Gobah, Agam, Sumatera
Barat, 4 Mei 1969. Penulis menempuh pendidikan
S1 Pendidikan Geografi IKIP Padang, lulus tahun
1992. Tahun 2018 menyelesaikan pendidikan S2
Geografi Pascasarjana Universitas Negeri Padang
dengan predikat Cumlaude. Tahun 1997 – 1999
merupakan guru SMPN 2 Sipora, Mentawai. Tahun 2000 sampai
sekarang sebagai guru SMPN 1 Enam Lingkung, Padang
Pariaman. Penulis merupakan fasilitator MGMP IPS Padang
Pariaman, sebagai Instuktur Nasional Kurikulum 2013,
Instruktur Nasional Guru Pembelajar / PKB, Assesor PK Guru
dan Anggota LKBH PGRI Sumatera Barat.

109 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

GURU, PELITA DALAM KEGELAPAN YANG BUTUH
PERLINDUNGAN

Oleh :

Rusdi, S.Pd., M.Si.
(Guru SMPN 1 Tinggimoncong Kab. Gowa - Sulawesi Selatan)

“Terpujilah wahai engkau, Ibu Bapak Guru, Namamu akan
selalu hidup, dalam sanubariku. Semua baktimu akan ku ukir, di
dalam hatiku, sebagai prasasti terima kasihku, tuk
pengabdianmu. Engkau sebagai pelita, dalam kegelapan, engkau
laksana embun penyejuk, dalam kehausan, engkau patriot
pahlawan bangsa, pembangun insan cendekia”.

Lirik lagu berjudul ‘Hymne Guru’ (Karya : Sartono) yang
selalu dinyanyikan pada setiap upacara peringatan hari guru
mulai dari tingkat sekolah sampai tingkat Nasional merupakan
ungkapan terima kasih yang menyemangati jiwa para guru.
Namun semangat ini, terusik dengan terjadinya berbagai kasus

110 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

penganiayaan terhadap guru. Masih sangat segar di ingatan kita
kasus mutilasi Budi Hartono, Guru SD di Blitar Jawa Timur pada
bulan April 2019. Belum hilang di ingatan kita kasus Herlawan
Ahlak Hansyah di SMPN 6 Kalukku, Sulawesi Barat yang dianiaya
di depan kelas oleh orangtua peserta didik pada bulan Maret
2019. Masih teringat kasus Nur Kalim yang dianiaya oleh
peserta didiknya yang masih kelas IX SMP di Gresik Jawa Timur
pada awal bulan Februari 2019. Juga masih teringat kasus
Tenaga Honorer yang aniaya oleh peserta didik bersama orang
tuanya di SMPN 2 Galesong Takalar, Sulawesi Selatan pada bulan
Februari 2019.

Semua kasus-kasus yang tersebut di atas adalah suatu
tindak pidana penganiayaan. Keadaan ini menunjukan bahwa
ada pergeseran moral yang terjadi pada masyarakat dan nilai
penghargaan terhadap guru yang semakin menurun. Maka
sangat ironi, jika guru yang dianggap sebagai orang tua peserta
didik yang kedua di sekolah, sering mendapatkan perlakuan
tidak wajar dari peserta didiknya sendiri atau orang tua dari
peserta didiknya.

Seiring dengan harapan kepada guru untuk meningkatkan
kompetensi peserta didik di era revolusi industri 4.0 dalam
menghadapi abad 21 sekarang ini, maka perlindungan terhadap
guru perlu lebih ditingkatkan. Jangan sampai suatu ketika guru
dalam melaksanakan tugas profesinya sebagai pendidik, terkena
dengan masalah hukum, maka seharusnya guru tersebut
mendapatkan perlindungan. Tidak berjuang sendirian
menghadapi kasusnya. Akan tetapi perlu solusi terbaik dan
bantuan perlindungan dari berbagai pihak terkait agar guru
tidak kehilangan motivasi yang membuat mereka putus asa
dalam menjalankan tugas mendidik calon generasi emas
Indonesia. Apabila guru dalam bertugas dan melakukan tindakan
pendisiplinan kepada peserta didiknya, namun saat itu

111 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

ditakdirkan mendapat masalah dalam tugasnya, maka
perlindungan wajib diberikan.

Untuk itu informasi dan sosialisasi perlindungan terhadap
guru sebagai tenaga pendidik yang profesional, dalam mengajar,
mendidik dan mendisiplinkan peserta didik harus lebih
ditingkatkan lagi. Informasi dan sosialisasi perlindungan kepada
guru, bukan hanya ditujukan kepada guru, akan tetapi juga
ditujukan kepada peserta didik, serta kepada orang tua peserta
didik dan warga Negara lainnya. Perlindungan terhadap guru
harus dipahami dan dimengerti bersama sehingga tindak
kekerasan terhadap guru dapat ditiadakan.

Tugas guru di era revolusi industri 4.0 sekarang ini,
menghadapi banyak tantangan. Tantangan yang semakin
kompleks diiringi dengan terjadinya pergeseran cara pandang
masyarakat terhadap dunia pendidikan. Apalagi dengan adanya
undang-undang perlindungan anak dan Komisi Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI), termasuk peserta didik yang membuat
posisi guru semakin sulit dan dilema. Disatu sisi guru dituntut
mengantarkan peserta didik menjadi manusia seutuhnya, namun
disisi lain bayang-bayang jeratan undang-undang perlindungan
anak siap mencengkramnya. Maka sekali lagi guru sebagai pelita,
dalam kegelapan, guru sebagai embun penyejuk dalam kehausan,
dan guru sebagai pembangun insan cendekia wajib mendapat
perlindungan.

Walaupun sesungguhnya perlindungan terhadap guru,
sudah diatur dalam peraturan hukum di Negara kita antara lain :
1. Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen pada pasal 7 ayat (1) bagaian h memberikan amanat
bahwa guru diberikan jaminan perlindungan untuk
melaksanakan tugasnya yang profesinal. Selanjutnya Pasal
39 : (1) bahwa Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat,
organisasi profesi, dan atau satuan pendidikan wajib

112 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

memberikan perlindungan guru; (2) Perlindungan pada ayat
(1) meliputi perlindungan hokum, profesi, serta
keselamatan dan kesehatan kerja; (3) Perlindungan hukum
pada ayat (2) meliputi perlindungan hukum pada tindakan
kekerasan, ancaman, perlakuakn diskriminatif, intimidasi,
atau perlakuan yang tidak adil dari pihak peserta didik,
orang tau/wali, masyarakan dan lpihak lain; (4)
Perlindungan profesi pada ayat (2) meliputi perlindungan
terhadap pemutusan hubungan kerja yang bertentangan
dengan peraturan, pemberian upay yang tidak semestinya,
pelecehan pada profesi dan pelarangan lain yang
menghambat guru untuk mendidik; (5) Perlindungan
keselamatan kerja pada ayat (2) meliputi perlindungan
terhadap resiko keamanan pekerjaan, kecelakaan,
kebekaran, bencana dan resiko yang lain pada pelaksanaan
pekerjaan.
2. Peraturan Pemerinta (PP) No 74 Tahun 2008. Pada pasal 39
: (1) Guru mempunyai kebebasan memberi sanksi kepada
peserta didik yang melakukan pelanggaran norma agama,
kesusilaan, kesopanan dan peraturan lain, baik yang tertulis
atau tidak tertulis pada tingkat satuan pendidikan dan
peraturan lain dalan pelaksanaan pembelajaran di bawah
wewenangnya; (2) Sanksi dapat berupa teguran, peringatan
lisan atau tulisan, dan hukuman lain yang sifatnya mendidik
sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan
perundang-undangan. Pada pasal 40 : Guru berhak atas
perlindungan dalam bertugas berupa rasa aman dan
keselamatan yang terjamin dari pemerintah, satuan
pendidikan. Organisasi profesi guru atau masyarakat sesuai
dengan kewenangan masing-masing. Pada pasal 41 : Guru
berhak atas perlindungan hukum dari tindakan kekerasan,
ancaman, perlakuan tidak adil, diskriminatif, intimidasi dari

113 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

pihak peserta didik, orang tuanya, masyarakat, maupun dari
pihak birokrasi dan pihak lain.
3. Peraturan Menteri Pendidikan No. 10 Tahun 2017. Pada
pasal 2 peraturan tersebut dikatakan bahwa Ayat (1)
Perlindungan merupakan usaha untuk melindungi pendidik
dan tenaga kependidikan yang mengalami masalah
sehubungan dengan tugasnya; Ayat (2) Perlindungan pada
ayat (1) mencakup perlindungan hukum, profesi
keselamatan kerja dan kesehatan kerja, dan atau hak
kepemilikan kekayaan intelektual; Ayat (3) Perlindungan
hukum pada ayat 2 meliputi perlindungan terhadap
tindakan kekerasan, ancaman, intimidasi, perlakuan
diskriminatif, dari pihak anak didik dan orang tuanya,
masyarakat, birokrasi atau semua pihak lain yang
berhubungan dengan pelaksanaan tugas; Ayat (4) Yang
dimaksud perlindungan prodesi pada ayat (2) meliputi
perlindungan terhadap pemutusan hubungan kerja yang
tidak sesusi dengan perundang-undangan, pemberian
imbalan yang tidak pantas, pembatasan, pelecehan pada
profesi atau larangan lain yang menghambat pelaksanaan
tugasnya; Ayat (5) Yang dimaksud perlindungan
kelematan/kesehatan kerja pada ayat 2 meliputi
perlindungan terhadap resiko gangguan keamanan kerja,
kecelakaan, kebakaran, bencana alam, kesehatan lingkungan
yang terkait dengan pekerjaan. Ayat (6) bahwa yang
dimaksud perlindungan hak kekayaan intelektual pada ayat
2 meliputi perlindungan hak cipta, hak kekayaan industri.
Sedangan pada pasal 3, Ayat (1) Perlindungan sebagaimana
yang dimaksud pada pasal 2 merupakan kewajiban
Pemerintah, Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenagannya, Satuan Pendidikan Organisasi Profesi dan
Masyarakat. Ayat (2) Perlindungan yang dilakukan

114 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

Pemerintah pada ayat 1 bagian pertama dilakukan oleh
Kemeterian atau kementerian lain yang menyelenggarakan
urusan Pemerintah di bidang pendidikan. Ayat (3) Dalam
pelaksanaan kewajiban perlindungan pada ayat 1 maka
Pemerintah Daerah, Satuan Pendidikan, Organisasi Profesi
dan Masyarakat sesuai kewenangannya wajib menyediakan
sumber daya dan mengatur mekanisme perlindungan sesuai
dengan ketentuan undang-undang. Pada pasal 4 ayat (1)
bahwa Perlindungan yang dilaksanakan oleh kementerian
pada pasal 3 ayat 2 dilakukan dalam bentuk advokasi
nonlitigasi. Ayat (2) Advokasi nonlitigasi pada ayat 1
merupakan fasilitasi penyelesaian perkara di luar
pengadilan dalam bentuk konsultasi hokum, mediasi,
pemenuhan atau pemulihan hak pendidik dan tenaga
kependidikan. Ayat (3) Konsultasi hukum pada ayat 2
bagian pertama dapat berupa pemberiansarat atau
pendapat untuk penyelesian sengketa perselisihan. Ayat (4)
Mediasi yang dimaksud pada ayat 2 merupakan cara
menyelesaikan sengketa melalui proses perundingan untuk
mendapat kesepakatan kedua pihak. Ayat (5) bahwa
Pemenuhan atau pemulihan hak pada ayat 2 berupa bantuan
kepada Pendidik dan T untuk mendapatkan penasihat
hukum dalam penyelesian perkara melalui proses pidana,
perdata atau tata usaha negara atau pemenuhan ganti rugi
bagi Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Pada pasal
5 yaitu dalam melaksanakan perlindungan pada pasal 4
ayat (1) bahwa Kementerian dapat berkoordinasi dengan
Pemerintah Daerah, Satuan Pendidikan, Organisasi Profesi,
Masyarakat, atau pihak terkait lannya. Pasal 6 yaitu
Ketentuan lebih lanjut mengenai Perlindungan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan dalam pelaksanaan tugas utamanya

115 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

diatur dalam petunjuk teknis yang ditetapkan oleh direktur
Jenderal terkait.

Oleh karena itu perlindungan guru sangat penting
diperhatikan oleh pemerintah dan seluruh pihak terkait, karena
dengan adanya jaminan perlindungan, maka guru memiliki rasa
aman dalam pelaksanaan pembelajaran yang pada akhirnya
dapat meningkatkan mutu Pendidikan di Indonesia. Hal ini untuk
mewujudkan peningkatan kompetensi peserta didik di era
revolusi industri 4.0 menghadapi kehidupan abad 21.

Daftar Pustaka

1. Undang – Undang No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen

2. Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru
3. Permendikbud No.10 Tahun 2017 Tentang Perlindungan

Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Rusdi, Pertama kali menghirup udara di bumi
tepatnya tanggal 7 Maret 1973, di Sinjai Sulawesi
Selatan. Anak pertama dari pasangan harmonis
Muhammad Nur dengan Hafsah. Pendidikan SDN
58, SMPN 1 Tondong, SMAN 1 Tondong semua
diselesaikan di Sinjai. Selanjutnya lulus test
PMDK Program beasiswa TID Universitas Hasanuddin (UNHAS)
F.MIPA Jurusan Matematika. Akhirnya penulis mengikuti
yudisium UNHAS tahun 1994. Pada tanggal 1 Januari 1995 di
percaya oleh pemerintah menjadi guru matematika di Kab. Gowa
sampai sekarang. Diakhir biodata singkat ini, penulis menutup
pesan bahwa “Pendidikan adalah sebuah investasi yang baik,

116 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

sebagaimana investasi terbaik bagi seorang bayi adalah puting
susu ibunya”.

PERLINDUNGAN PROFESI GURU

Oleh :

Marzuki, M.Pd.
(SMPN 17 Kep. Masaloka Raya Kab. Bombana – Sulawesi Tenggara)

[email protected]

Pelaksanaan pembelajaran sebagai tanggung jawab guru
merupakan tugas yang sangat perlu diperhatikan. Betapa tidak,
tanggung jawab tersebut tidak hanya memastikan peningkatan
pengetahuan peserta didik yang tergabung dalam kegiatan
pembelajaran. Tidak pula hanya peningkatan kapasitas mereka
untuk berpartisipasi dalam menuntaskan tugas pembelajaran
mereka.

Guru dalam memastikan peningkatan kualitas peserta didik
melalui pembelajaran, perlu memiliki keterampilan yang
mumpuni agar hasil yang dicapai dapat maksimal. Selain kualitas
pengetahuan dan kapasitas partisipasi peserta didik, guru juga
sangat diharapkan untuk memperhatikan kompetensi peserta
117 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

didik secara keseluruhan. Mulai dari aspek spiritual, sikap,
pengetahuan, maupun keterampilan. Keempat kompetensi ini
perlu dipadukan untuk menghasilkan peserta didik yang cakap,
mandiri, berkarakter, dan religius.

Guru, dalam meningkatkan kompetensis peserta didik,
harus bertindak profesional dan tetap mematuhi kode etik
profesinya. Dalam pelaksanaannya di lapangan, walaupun guru
sudah berusaha semaksimal mungkin, terkadang ada saja pihak-
pihak yang merasa diperlakukan “tidak nyaman” sehingga
mereka melakukan tindakan yang mencederai profesi dan guru
itu sendiri. Beberapa pihak terkadang dengan secara terbuka
menyerang pribadi seorang guru sehingga menimbulkan
kerugian, baik kerugian materi maupun cedera fisik.

Guru, sebagai insan pendidik, perlu mendapat perlindungan
yang layak, selain pendapatan yang layak, dalam setiap usahanya
meningkatkan kompetensi peserta didik. Pelaksanaan dari
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 10 Tahun
2017 tentang Perlindungan bagi Pendidik dan Tenaga
Kependidikan akan memberikan rasa aman bagi guru dalam
mendidik peserta didiknya. Tentu saja ini menjadi tameng bagi
guru dari perlakuan atau tindakan yang melukai perasaan dan
mengancam keselamatan guru.

Namun, nampaknya sosialisasi Peraturan tentang
Perlindungan bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan belum
maksimal sehingga sebagian masyarakat masih memperlakukan
guru di luar ketentuan yang telah digariskan. Masyarakat yang
mendapati anaknya diberi hukuman disiplin oleh guru merasa
terpancing untuk membalas perbuatan guru dengan
memberikan perlakukan yang sangat bertentangan dengan
Peraturan Perlindungan Guru. Tentu saja hal ini tidak saja
melukai citra guru yang mendapat perlakukan tersebut, tapi juga
melukai citra dimana guru tersebut bekerja. Bahkan, tindakan-

118 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

tindakan tersebut dapat melukai citra guru secara keseluruhan
dimanapun dan pada tingkat apapun bertugas.

Untuk itu selain sosialisasi Peraturan tentang Perlindungan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan kepada masyarakat yang
perlu digiatkan lagi, pihak sekolah juga perlu melakukan
pendekatan kepada orang tua peserta didik agar hubungan
mereka lebih harmonis. Bagian Humas dari sekolah sangat
diharapkan perannya dalam mensosialisasikan kebijakan
sekolah khususnya yang berkaitan dengan pemberian sanksi
kepada peserta didik. Penerimaan rapor oleh orang tua peserta
didik merupakan momen yang sangat berharga bagi pihak
sekolah untuk mensosialisasikan informasi-informasi yang erat
kaitannya dengan kebijakan dan sanksi yang diberlakukan
sekolah kepada peserta didik.

Pihak sekolah juga perlu menjalin hubungan yang baik
dengan Tokoh Agama, Tokoh Adat, dan Tokoh Masyarakat
karena keberadaan mereka akan menjadi penyeimbang terhadap
keputusan yang berkaitan dengan kebijakan sekolah dengan
tindakan destruktif dari orang tua atau masyarakat secara umum
kepada guru atau pihak sekolah.

Peran Komite Sekolah juga perlu dikuatkan. Komite Sekolah
perlu terus didukung untuk melindungi profesi guru dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik.
Komite dapat didorong untuk melakukan sosialisasi aturan
sekolah untuk meningkatkan pemahaman orang tua peserta
didik terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh pihak sekolah
terhadap peserta didik yang melakukan pelanggaran. Selain itu,
komite dapat meningkatkan fungsinya sebagai penasehat hukum
atau semacamnya bagi guru yang sedang mengalami hubungan
yang kurang harmonis dengan orang tua peserta didik.

Hal yang perlu pula diperkuat adalah dukungan dari
pemerintah setempat dan pihak kepolisian. Hal ini karena

119 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

mereka adalah pihak yang banyak berkaitan dengan pemberian
rasa aman terhadap semua lapisan masyarakat, termasuk guru
dan pihak sekolah yang ada di dalamnya. Dengan adanya
peningkatan dan kerjasama dari semua pihak terkait, semoga
perlindungan kepada Pendidik dan Tenaga Pendidikan dapat
dimaksimalkan.

Marzuki, lahir di sebuah pulau kecil,
bagian paling timur Kabupaten Bombana,
Sulawesi Tenggara pada tanggal 10
Agustus 1983. Beliau menempuh
pendidikan pada SDN 1 Masaloka, SMPN 1
Rumbia, dan SMAN 1 Rumbia. Pada tahun
2002, beliau melanjutkan pendidikannya
di Universitas Haluoleo Kendari dan lulus
tahun 2006. Pria pencinta nasi goreng dan
hobi berenang ini melanjutkan pendidikan S2 di Universitas
Negeri Malang dan lulus tahun 2016. Kegiatan keseharian ayah
dari Ihsan Abdillah ini adalah mengajar di SMPN 17 Masaloka
Raya, Bombana.

120 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

PERLINDUNGAN DAN RASA AMAN UNTUK GURU HAMIL DAN
MENYUSUI

Oleh :

Erza Marlini, S.Pd.
(SMP Negeri 1 Tualang Kab. Siak – Riau)

Ada dua hal yang menjadi fokus yang akan Saya bahas pada
tulisan ini. (1) Kondisi Guru hamil, (2) Kondisi Guru menyusui.
Kebutuhan dasar manusia menurut Maslow salah satunya adalah
rasa aman. Siapapapun membutuhkan rasa aman begitu pun
Guru. Kondisi guru ketika hamil hampir sama dengan ibu hamil
pada umumnya, yaitu mengalami mual dan muntah di pagi hari,
bahkan bisa berlanjut di siang dan malam hari. Hal ini
disebabkan kondisi tubuh ibu hamil sudah mengalami
perubahan dengan adanya hormon tertentu pada tubuh ibu
hamil. Kemudian ditambah lagi dengan hilangnya selera makan
yang akan berakibat pada kondisi tubuh menjadi lemah. Kondisi
tersebut sedikit banyaknya tentu saja mempengaruhi perannya
sebagai guru dan pendidik di sekolah.

121 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

Perubahan kondisi guru selama hamil tersebut sebaiknya
mendapat perhatian dari pihak yang berkepentingan. Jika
memungkinkan pengurangan beban kerja tertentu mungkin saja
bisa mengurangi kelelahan guru selama kehamilan. Tentu saja
yang paling berperan dalam hal ini adalah Kepala Sekolah secara
langsung. Kepala Sekolah bisa berdiskusi dengan guru tersebut
mengenai beban kerja di sekolah. Untuk beban kerja yang
sifatnya wajib memang harus dijalani oleh guru seoptimal
mungkin karena bagaimanapun juga hal tersebut sudah menjadi
kewajibannya. Namun beban kerja tambahan sebaiknya tidak
diberikan untuk guru hamil, dengan tujuan agar ibu guru yang
sedang hamil tersebut bisa lebih fokus dengan bayi dalam
kandungannya. Bukankah anak guru juga adalah generasi
penerus bangsa ini?.

Kondisi tidak “normal” ini berlanjut setelah guru hamil ini
cuti melahirkan selama tiga bulan. Karena kewajiban seorang ibu
setelah melahirkan adalah memberikan Air Susu Ibu (ASI)
ekslusif. Dan ini sudah diatur dalam UU No. 36 tahun 2009
tentang kesehatan pasal 128, yang berbunyi :
(1) Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak

dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali ada indikasi
medis
(2) Selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, Pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu
bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas
khusus.
(3) Penyediaan fasilitas khusus sebagimana dimaksud pada ayat
(2) diadakan di tempat kerja dan tempat sarana umum.

Selanjutnya, dalam pasal 129 UU Kesehatan diatur
bahwa :

122 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

(1) Pemerintah bertanggung jawab menetapkan kebijakan
dalam rangka menjamin hak bayi untuk mendapatkan air
susu ibu secara ekslusif

(2) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan peraturan pemerintah

Sayangnya lagi-lagi kondisi ini kurang mendapat perhatian.

Pengaturan jadwal mengajar mungkin bisa memudahkan guru

untuk menyusui bayinya. Namun hal seperti ini sulit untuk

dilaksanakan. Karena untuk mengatur jadwal punya kendala

tersendiri. Kemudian bayi baru bisa disusui setelah ibunya

pulang. Mungkin saja sebagian guru menggunakan alat penyedot

ASI agar ketika ibu tidak bisa pulang bayinya tetap mendapatkan

ASI melalui dot susu. Tetapi tidak semua bayi ternyata yang bisa

minum susu pakai dot meskipun itu adalah ASI ibunya.

Pengalaman saya sendiri setelah sholat subuh menyusui bayi

kemudian sebelum ke sekolah ASI disedot ternyata air susu

tersebut sedikit. Jika alat penyedot tersebut dibawa ke sekolah

tidak ada ruangan untuk penyimpanan yang baik. Kemudian

siapa yang mengantar ke rumah juga akan jadi permasalahan.

Menurut artikel pada halaman

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-

4648267/bappenas-baru-373-persen-bayi-yang-dapat-asi-

eksklusif, tertanggal 01 Agustus 2019 ditulis bahwa data dari

Badan Perencana dan Pembangunan Nasional (Bappenas)

menunjukkan fakta bahwa hanya 37,3 persen bayi usia 0-6 bulan

yang mendapat ASI ekslusif.

Pengalaman dari beberapa guru pasca melahirkan dan

kemudian masuk kerja, beberapa hari masuk sekolah setelah cuti

ada yang demam karena air susu tersumbat, dan akibatnya ASI

keluar sangat sedikit. Sehingga diputuskan bayi diberikan susu

formula. Beberapa di antaranya ada yang masih lanjut ASI dan

123 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

tambah susu formula, namun ada juga berhenti sama sekali
memberikan ASI meskipun bayi belum berumur 6 bulan. ASI
ekslusif selama 6 bulan yang sudah diatur dalam UU tidak
terlaksana.

Apa solusi untuk guru menyusui ini. (1) Untuk guru sekolah
dasar bisa diberikan kelas dengan jam mengajar yang sedikit
misalnya mengajar kelas satu. (2) Untuk guru Sekolah Menengah
Pertama bisa dengan mengatur jam mengajar jika
memungkinkan. (3) Setiap guru yang masih menyusui tidak
diberikan tugas tambahan (jika memungkinkan). (4) Sekolah
menyediakan fasilitas untuk memudahkan guru memberikan
ASI ekslusif untuk bayinya.

Ketika beberapa tahun yang lalu pernah muncul wacana
pengurangan jam kerja bagi Ibu yang punya balita, Saya merasa
senang mendengarnya jika itu akan menjadi regulasi. Tapi
sayangnya tidak terlaksana.

Terakhir, ini sebenarnya juga adalah pilihan. Karena ada
beberapa kondisi ibu yang baru melahirkan tidak bisa
memberikan ASI dikarenakan kondisi tertentu, misalnya ASI-nya
yang tidak keluar. Namun jika memang bisa ASI, sebaiknya pihak
terkait ikut mendukung program ASI ekslusif enam bulan ini.

Erza Marlini, lahir di Pariaman 06 Agustus
1983. Ibu dari empat orang anak ini
merupakan ASN Guru yang bertugas di SMP N
1 Tualang Kabupaten Siak. Pernah
membimbing Olimpiade IPA dari tahun 2013
sampai 2019 dimana peserta didiknya setiap
tahun mewakili Kabupaten menuju Propinsi
dan pernah meraih peringkat tiga Propinsi
pada tahun 2018. Selain itu juga beberapa kali meraih medali

124 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

perak dan perunggu pada Olimpiade Fisika yang ditaja FKIP dan
FMIPA Universitas Riau

GURU KERAS DEMI MENDIDIK
PUTRA-PUTRI BANGSA

Oleh :

Yosi Okrahayu
(SMPN 22 Seluma Kab. Seluma – Bengkulu)

Pendidikan menjadi suatu tolak ukur dalam kemajuan
suatu bangsa. UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menyebutkan
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. Untuk
mengembangkan potensi kognitif, sikap dan keterampilan
peserta didik maka pendidik/tenaga pendidik mempunyai
tanggung jawab untuk membimbing, mengajar dan melatih
murid atas dasar norma-norma yang berlaku.
125 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

Dalam membentuk moral dan kepribadian siswa, berbagai
tindakan dilakukan oleh para guru demi terciptaknya proses
belajar mengajar yang efektif. Salah satu cara yaitu tercipta suatu
aturan yang berujung hukuman. Tidak semua siswa dapat
mengikuti aturan yang ditentukan, tidak semua siswa paham
terhadap feedback aturan. Tingkat penggunaan aturan yang lebih
tegas telah disesuaikan dengan tingkat kedewasaan siswa.
Pendidik lebih sewajarnya memberikan hukuman yang lebih
tegas agar berdampak jera terhadap pelanggar aturan.

Dunia pendidikan saat ini menjadi sorotan, Pendidik yang
dikenal mendidik putra-putri bangsa tidak jarang diadili oleh
siswa bahkan orang tua siswa. Tiada hukuman tanpa
pelanggaran, tiada kekerasan tanpa pemberitahuan. Seringkali
seorang pendidikan muncul dipemberitaan, bukan dalam bentuk
prestasi yang dibanggakan, melainkan pengadilan yang ada
dihadapan. Terlihat bahwa guru tidak lagi dihargai, guru tidak
lagi sebagai pendidik, guru tidak lagi orang tua. Akibat upaya
mendidik kepribadian sesaat segala upaya dan usaha mendidik
tidak lagi dihargai. Sebuah nama yang dipertahankan menjadi
kandas di pengadilan. Semua visi dan misi terhinakan oleh
pandangan siswa dan orang tua. Kasus ini menjadikan guru
sebagai objek kekerasan peserta didik atau orang tua peseta
didik, bahkan lebih dari semua.

Pada kasus yang dialami Bapak Mubazir sebagai guru
sukarela di SMA Negeri 2 Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai,
Sulawesi Selatan yang memaksa murid disiplin dengan
memotong rambut berakhir di penjara. Niat baik guru sukarela
tersebut yang menjaga kebersihan dan kerapian siswa. Namun
sayang, tidak semua siswa menanggapi perintahnya dengan baik.
Salah seorang siswa bernama Saharudin tidak menjalankan
perintahnya, sehingga setelah berhari-hari rambut siswa
tersebut tidak ada ubahnya. Guru tersebut mengambil tindakan

126 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

dengan memotong sendiri rambut siswa. Siswa yang selalu
brontak dan menghalangi tangan Mubazir dengan tangannya
malah mengenai ujung gunting. P3K segera dilakukan oleh sang
guru, namun orang tua tidak memandang kenapa masalah itu
terjadi. Orang tua yang tidak terima anaknya terluka malah
melaporkan guru sukarela tersebut ke pengadilan. Tindakan dari
orang tua mengakibatkan sang guru sukarela di penjara selama 6
bulan.

Kasus lain pada tahun 2018 seorang guru SMAN 4 kupang
mengalami penganiayaan oleh orang tua siswa. Makrina Bika
yang bersenggolan dengan seorang siswi kelas IX IPA yang
menyebabkan HP guru Makrina terjatuh ke lantai. Hal yang
dilakukan guru Makrina adalah sewajarnya dengan bertanya
sambil mencolek pipi siswi tersebut. Siswi yang tidak terima
malah membentak guru makrina dengan kata-kata kasar. Orang
tua yang tidak terima anaknya ditegur malah mendatangi
sekolah dan langsung menuju ke dalam kelas guru Makrina. Hal
yang dilakukan oleh orang tua bukanlah hal yang wajar dengan
menendang guru Makrina di depan kelas (pos
kupang,19/10/2018).

Penganiayaan terhadap kedua guru di atas menambah
panjang daftar tindakan kekerasan terhadap guru di Indonesia.
Bila dilihat ke belakang, ada banyak kasus serupa yang menimpa
guru. Tindakan ini tidak boleh dibiarkan karena akan membuat
guru menjadi takut dibelit dengan persoalan hukum dan orang
tua. Pada era globalisasi ini tugas professionalime seorang guru
tidaklah mudah. Ia dituntut untuk terus senantiasa
meningkatkan profesionalnya dengan baik. Apabila rasa takut
ini muncul pada diri guru, maka boleh jadi guru akan
mengabaikan salah satu tugasnya. Sebuah tugas penting
berkaitan dengan pembentukan watak dan karakter siswa. Apa

127 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

jadinya putra-putri bangsa yang menggengam negara dimasa
akan datang tanpa watak dan karakter diri?.

Kekerasan dalam dunia pendidikan dapat terjadi karena
pertama, hubungan Trisentra Pendidikan (alam keluarga, alam
sekolah, dan alam masyarakat) tidak terjalin dengan baik. Antara
keluarga, sekolah dan masyarakat sehingga perlu dibangun
komunikasi agar terbangun ikatan emosional yang kuat. Dengan
demikian setiap persoalan yang muncul tidak akan dihadapi
dengan kekerasan dan pidana. Kedua, tidak saling
mendukungnya antara UU perlindungan profesi guru, UU
perlindungan anak dan UU HAM. Apabila ketiga UU ini saling
berkaitan maka guru tidak dapat dihukum saat menjalankan
tugas profesinya. Kerja sama semua pihak dalam memberi
perlindungan bagi guru sangat diperlukan agar guru benar-benar
merasa aman dan nyaman menjalankan tugas profesinya.

Yosi Okrahayu, S.Pd. Gr, lahir di Bengkulu, 21
Oktober 1990. Guru PNS di SMPN 22 Seluma,
Bengkulu. Mengajar mata pelajaran Seni Budaya.
Diangkat menjadi guru pada tahun 2017.
Menjadi pengajar program SM3T tahun 2013 di
SMAN 1 Pulau Banyak, Aceh Singkil. Menjalani
program PPG SM3T tahun 2015 di Universitas
Negeri Jakarta.

128 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

OPTIMALISASI PERLINDUNGAN HUKUM GURU MELALUI
PENGUATAN TRI SENTRA PENDIDIKAN

Oleh :

Fenti Inayati, S.Pd.I, M.Ag.
(SMPN 2 Tarogong Kaler Kab. Garut – Jatim)

A. Pendahuluan
Seorang guru sering berada pada posisi yang dilematis,

antara tuntutan profesi dan perlakukan masyarakat. Pada satu
sisi mereka dituntut untuk mampu menghantarkan peserta didik
mencapai tujuan pendidikan. Namun di sisi lain ketika mereka
berupaya untuk menegakkan kedisplinan, mereka dihadapkan
dengan UU Perlindungan Anak dan KPAI. Jika mereka tidak
berhasil dalam menegakkan kedisiplinan peserta didiknya dan
gagal menghantarkan peserta didik pada pencapaian tujuan
pendidikan, para pendidik pun mendapatkan kecaman dari
berbagai pihak.

129 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

Ketika guru ingin melakukan hukuman terhadap muridnya
dalam rangka menegakkan kedisiplinan, maka secara spontan
orang tua dan masyarakat mengkategorikannya sebagai tindakan
melanggar HAM dan UU Perlindungan Anak. Mereka kemudian
melaporkan tindakan guru tersebut kepada polisi atau kepada
KPAID. Sebagai contoh kejadian kekerasan murid menimpa guru
Seni Rupa SMA Negeri 1 Torjun, Sampang, Madura. Guru yang
menjadi korban itu bernama Ahmad Budi Cahyono, meninggal
dunia di RSUD dr. Soetomo Surabaya. Sebelumnya, almarhum
mengalami tindak kekerasan dari seorang murid, berinisial MH.
Tragedi yang menimpa Pak Achmad Budi Cahyono membuat kita
semua berduka yang sangat mendalam, Guru muda SMA Negeri 1
Torjun Sampang yang dikenal santun dan berbakat itu harus
meregang nyawa di tangan siswanya sendiri. Kasus tersebut
semakin menambah panjang daftar tindakan kekerasan yang
diterima guru dalam menjalankan fungsinya sebagai seorang
pendidik. Di tahun 2019 beredar video viral di media sosial
yang menunjukkan pengeroyokan pada seorang guru SD
bernama Astiah yang diserang oleh sejumlah wali murid di
Gowa, Sulawesi Selatan. Peristiwa pengeroyokan ini terjadi di SD
Negeri Pa’bangiang, Gowa, Sulawesi Selatan. Peristiwa ini
bermula saat Astiah sedang mengajar di kelas pada hari Rabu 4
September 2019, lalu tiba-tiba muncul 4 orang pelaku yang
merupakan 2 wali murid dan 2 anaknya, yang kemudian
menyerangnya saat aktifitas belajar masih berlangsung.

Sebenarnya tindakan kekerasan dalam dunia Pendidikan
diantaranya terjadi karena Tidak ada hubungan yang baik antara
tiga pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat
seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara tentang Tri
Sentra Pendidikan. Karena itu perlu dibangun komunikasi antara
sekolah, keluarga, dan masyarakat. Jika komunikasi terjalin
dengan baik, akan terbangun ikatan emosional yang kuat.

130 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

Dengan demikian setiap persoalan yang muncul tidak akan
dihadapi dengan kekerasan. Akhirnya, kerja sama semua pihak
dalam memberi perlindungan bagi guru sangat diperlukan agar
guru benar-benar merasa aman dan nyaman menjalankan tugas
profesinya. Jika semua pihak memerankan dengan baik keluarga
sebagai pondasi pertama dan utama memahami hakikat
pendidikan dan mengimplementasikannya dengan baik dan
dilanjutkan dengan peran sekolah dengan memberikan
pendidikan terbaik untuk siswa siswinya, guru menjalankan
profesi sesuai dengan kode etiknya, ditunjang dengan
masyarakat yang peduli terhadap keberhasilan Pendidikan.

B. Pembahasan
Berdasarkan data empiris, perlindungan hukum terhadap

guru masih lemah. Ketika guru terkena masalah hukum,
khususnya yang berkaitan dengan tugasnya sebagai guru, seolah
harus berjuang sendiri. Padahal Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 7 ayat (1) huruf h,
mengamanatkan bahwa guru harus memiliki jaminan
perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.

Berikut hal-hal yang harus dilakukan dalam rangka
Optimalisasi Perlindungan Hukum Guru Melalui Penguatan
Tripusat Pendidikan :

1. Perkuat peranan Lingkungan keluarga

Psikolog Mira Amir menilai kejadian siswa yang berani
menganiaya guru tidak terjadi begitu saja. Mengomentari
kasus di mana seorang siswa SMA Jawa Timur menganiaya
gurunya hingga tewas, Mira menduga siswa seperti itu
memiliki masalah perilaku dan pengendalian diri. Menurut

131 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

Mira, penganiayaan terjadi lantaran sang anak sudah tak
bisa menahan dan melampiaskan emosinya dengan marah
yang bertubi-tubi. Kondisi ini biasanya terbentuk di
lingkungan keluarga dan sudah terjadi sejak kecil.

Anak mengalami proses sosialisasi yang paling pertama
adalah di dalam keluarga. Dari sini anak pertama kali
mengenal lingkungan sosial budayanya, juga mengenal
seluruh anggota keluarganya seperti ayah, ibu, dan saudara-
saudaranya sampai akhirnya anak itu mengenal dirinya
sendiri. Dalam pembentukan sikap dan kepribadian anak
sangat di pengaruhi oleh cara dan corak orangtua dalam
memberikan pendidikan anak-anaknya baik melalui
kebiasaan, teguran, nasihat, perintah, atau larangan.
Keluarga merupakan institusi yang paling penting
pengaruhnya terhadap proses pembentukan kepribadian
anak.

Ayah-Ibu, sebagai pendidik pertama dan utama dalam
keluarga memegang peranan penting dan strategis dalam
mendidik anak-anaknya. Ini berarti pendidikan dalam
keluarga sangat menentukan baik dan atau buruknya
pendidikan terhadap anak. Allah berfirman, “Wahai orang-
orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka...” (QS. At-Tahrim: 6). Rasulullah Saw dalam
sebuah hadistnya bersabda, “Tidak ada seorang anak Bani
Adam, kecuali dilahirkan di atas firtahnya, (jika demikian)
maka kedua orangtuanya itulah orang mengyahudikan, atau
menasranikan atau memajusikannya, ...” (Muttafaqun ‘alaih).
Dalam hadist yang lain Rasulullah Saw bersabda,
“Perintahkanlah anak-anakmu bershalat ketika berusia
tujuh tahun, dan pukullah mereka jika tidak mau bershalat
ketika berusia sepuluh tahun,” (HR. Abu Daud, Al Turmuzi,
Ahmad dan Al Hakim). Makna yang terkandung dalam

132 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

firman Allah dan hadits di atas sejalan dengan pendapat Dr.
Decroly seorang ahli pendidikan yang menyatakan bahwa,
70 % dari anak-anak yang jatuh kedalam jurang kejahatan
itu berasal dari keluarga-keluarga yang rusak kehidupannya.

Sama halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Fachrudin, menjelaskan bahwa kebiasaan/perilaku anak
dipengaruhi oleh kesibukan orang tua sehari-hari. Dari 100
persen responden diperoleh kedua orangtua yang bekerja,
60 % anak cenderung memiliki moral dan kepribadian
sedang, 30 % memiliki kepribadian buruk dan hanya 10 %
yang memiliki kepribadian baik. Bagi orang tua yang ibunya
tidak bekerja cenderung memiliki moral kepribadian baik
dan mendekati sangat baik. Oleh karena itu, orangtua
mempunyai peran yang sangat penting dalam membentuk
moral kepribadian anak, yaitu melalui pendidikan yang
dipraktikkan melalui sikap perbuatan/teladan dalam
kehidupan sehari-hari. Bagaimana sebagai orang tua
mengajarkan tentang pentingnya menghormati dan
memulyakan guru,dan bagaimana bahayanya melecehkan
dan merendahkan guru.

‫ اِذَا لَ ْن تَ ْحتَ ِر ْم اُ ْستَبذَ َك فَ ْو َق ا ْحتِ َرا ِه َك ِِلَ ِب ْي َك لَ ْن تَ ْستَ ِف ْد ِه ْن ُعلُ ْو ِه ِه َو ََل ِه ْن دُ ُر ْو ِس ِه‬:‫يَب بُنَ َّي‬
‫َش ْيئًب‬

Artinya: “Wahai anakku, bila engkau tidak memuliakan
gurumu lebih dari orang tuamu, maka engkau tidak akan
mendapatkan manfaat dari ilmu dan pelajaran yang
diajarkannya”.

2. Peranan sekolah untuk menciptakan suasana sekolah yang
kondusip

133 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

Master sosiologi pendidikan Jimmy Philip mengatakan kalau
suasana sekolah juga bisa bertanggung jawab terhadap sikap
murid ke guru. Menurutnya guru tak perlu keras agar siswa
menjadi sopan tetapi lebih memotivasi bagaimana anak untuk
berkembang. Jimmy melihat model sekolah alam sebagai
contoh bagaimana pendidikan mampu membangkitkan
potensi anak.

"Unsur yang menarik di sekolah-sekolah alam, guru begitu
percaya kepada murid, dan murid percaya kepada guru. Rasa
saling percaya muncul. Anak-anak itu, kalau diberi
kepercayaan, kecil kemungkinan untuk berbuat jahat. Anak
jadi merasa memiliki tanggung jawab”.

Guru sebagai tokoh sentral di sekolah harus
mengoptimalkan peran Guru menjadi guru Profesional,
Berdasarkan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
(UUGD) pasal 10 ayat 1 ciri-ciri guru profesional sebagai
berikut:
1. Mempunyai kompetensi pedagogik

Yaitu meyangkut kemampuan mengelola pembelajaran.
Pengelolaan pembelajaran yang dimaksudkan tidak
terlepas dari tugas pokok yang harus dikerjakan guru.
Tugas-tugas tersebut menyangkut: Merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai
hasil pembelajaran. Selain tugas pokok dalam
pengelolaan pembelajaran, guru juga melakukan
bimbingan dan latihan dalam kegiatan ekstrakulikuler,
serta melaksanakan tugas tambahan yang diamanahkan
oleh lembaga pendidikan.
2. Mempunyai kompetensi kepribadian
Yaitu menyangkut kepribadian yang mantap, berahlak
mulia, arif, berwibawa dan menjadi teladan bagi peserta
didik.

134 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

3. Mempunyai kompetensi profesi
Yaitu menyangkut penguasaan materi pelajaran secara
luas dan mendalam. Sebagai tenaga pendidik dalam
bidang tertentu sudah merupakan kewajiban untuk
menguasai materi yang menyangkut bidang tugas yang
diampu. Apabila seorang guru tidak menguasai materi
secara luas dan mendalam, bagaimana mungkin mampu
memahami persoalan pembelajaran yang dihadapi di
sekolah. Oleh karena itu, untuk menjadi profesional
dalam bidang tugas yang diampu harus mempelajari
perkembangan pengetahuan yang berkaitan dengan hal
tersebut.

4. Mempunyai kompetensi sosial
Yaitu menyangkut kemampuan guru berkomunikasi dan
berinteraksi dengan peserta didik, sesama guru, wali
murid dan masyarakat. Kemampuan berkomunikasi
dengan baik merupakan salah satu penentu keberhasilan
seseorang dalam kehidupan. Komunikasi dan interaksi
yang diharapkan muncul antara guru dengan siswa
berkaitan dengan interaksi yang akrab dan bersahabat.
Dengan demikian diharapkan peserta didik memiliki
keterbukaan dengan gurunya.

Dengan demikian secara normatif bagaimana
membangun guru profesional telah diatur dan proses serta
lembaga yang kompetenpun telah ditentukan disertai
indikatornya. Namun pada kenyataannya diperlukan kerja keras
dan besar dari semua komponen praktisi dan akademisi untuk
mewujudkannya,bahkan diperlukan partisipasi fihak ke tiga
dalam mewujudkannya dan mengawal selama perjalanannya.
Ketika seorang guru sudah menjalankan profesi gurunya secara
professional kepribadiannya baik, wawasannya luas,kemampuan

135 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

pedagogiknya bagus,sikap sosialnya bagus maka akan
meminimalisir kekerasan yang dilakukan oleh murid maupun
orang tua.

3. Peran Masyarakat dalam Tripusat Pendidikan Masyarakat
Juga Berperan dalam Mencegah Kekerasan Terhadap Guru

Lingkungan sekolah yang aman dan nyaman bagi seluruh
warga sekolah adalah dambaan semua pihak. Sekolah yang
menjadi tempat bekerja para pendidik dan tenaga kependidikan
harus berlangsung aman dan tanpa tekanan dari pihak manapun.
Masyarakat yang juga merupakan bagian dari tripusat
pendidikan memiliki peran dalam menciptakan lingkungan
sekolah yang aman bagi semua, termasuk untuk guru dan tenaga
kependidikan.

Pasal 3 ayat (1) Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 10 Tahun 2017 tentang
Perlindungan bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
menyebutkan bahwa perlindungan merupakan kewajiban
pemerintah, pemerintah daerah, satuan pendidikan, organisasi
profesi, dan masyarakat. Selanjutnya pada ayat (3) disebutkan
bahwa dalam melaksanakan kewajiban perlindungan itu, seluruh
pihak sesuai dengan kewenangan masing-masing wajib
menyediakan sumber daya dan menyusun mekanisme
pemberian perlindungan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan.

Bentuk paling sederhana yang bisa dilakukan masyarakat
adalah melaporkan jika melihat atau mengetahui adanya tindak
kekerasan terhadap guru atau tenaga kependidikan. Sekecil
apapun kontribusi yang diberikan dalam upaya perlindungan
guru merupakan bagian dari kerja sama tripusat pendidikan

136 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

untuk mewujudkan ekosistem sekolah yang aman, nyaman, dan
menyenangkan.

Bentuk kontribusi lain juga yang dapat dilakukan antara
pemerintah daerah dan perguruan tinggi yaitu dengan
menyelenggarakan pelatihan bagi guru dan kepala sekolah
dalam rangka pengembangan model pencegahan tindak
kekerasan di sekolah. Pelatihan-pelatihan tersebut bertujuan
untuk mengenali tipe-tipe peserta didik dan bagaimana
mengembangkan kecerdasan intelektual, emosional, spiritual,
dan kinestetik secara menyeluruh sebagai salah satu bentuk
pencegahan tindakan kekerasan terhadap para pendidik.

C. Penutup
Peran orang tua sebagai pendidk pertama dan utama harus

memberi keteladanan yang baik sehingga prilaku anak pun
menjadi baik, guru juga harus lebih berhati-hati dalam memilih
metode mengajar dan memberi hukuman kepada peserta didik,
jangan sampai berakibat merugikan diri-sendiri.Karena masih
banyak jenis hukuman yang cocok dan metode yang lebih cocok
untuk peserta didik. Peran masyarakat harus peka terhadap
perlindungan hokum terhadap guru,ketika ada kedzoliman yang
menimpa guru maka masyarakat harus berperan dalam
menyelesaikan hal tersebut bisa diawali dengan non litigasi yaitu
diselesaikan dengan cara kekeluargaan melalui peran serta
tokoh masyarakat berupaya menyelesaikan secara bijak.

Pentingnya menyelaraskan Tripusat Pendidikan di
Lingkungan Sekolah Hubungan yang terjalin baik antara sekolah,
orang tua/wali murid, dan masyarakat di lingkungan sekolah
dapat menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, aman,
serta menyenangkan. Lingkungan sekolah yang
menggembirakan dapat meminimalisasi tindak kekerasan yang

137 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

terjadi antarwarga sekolah. Saling menghormati, menghargai,
dan memupuk kasih sayang terhadap sesama warga sekolah
adalah kunci membangun lingkungan sekolah yang berkualitas.

Keluarga dan masyarakat seharusnya menghormati dan
mendukung upaya guru untuk mendisiplinkan peserta didik,
serta membantu upaya mendidik anak-anaknya di rumah dan
dilingkungan masyarakat sehingga terjadi kesinergian dalam
mendidik anak, bukan laporan anak langsung diterima dan
dibela, karena kemungkinan guru di sekolah berupaya
mendisiplinkan anak atau peserta didiknya.

Fenti Inayati, S.Pd.I, M.Ag, Lahir di
Yogyakarta, 8 Juli 1979. Jenjang S1 tahun
2003 menjadi lulusan terbaik (cum laude) di
STAI Al-Musadadiyah, di tahun 2006 setelah
lulus magister UIN SGD Bandung Konsentrasi
SPI dan memperoleh Beasiswa dari Kemenag
RI dan Sekarang sedang menempuh jenjang
S3 di UIN SGD Bandung Konsentrasi
Pendidikan Islam. Aktif Sebagai Pekerja Sosial, Aktivis Dakwah,
dan Aktivis Pendidikan. Berprofesi sebagai Dosen, Staff Pengajar,
Penggerak Guru Belajar, Team Researcher Teacher Community,
Trainer dan Sebagai Instruktur K-13 tingkat Kabupaten dan
Provinsi, serta mendapat Penghargaan dari Bupati sebagai
“Instruktur Terbaik” jenjang SMP dari Bupati Garut tahun 2017.
Tahun 2018 didaulat Sebagai Guru Berprestasi Tingkat Nasional
dan Penghargaan Study ke Jepang.

138 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

ORGANISASI PROFESI GURU
ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN

Oleh :

Khoerudin, S.Pd., M.Pd.
(Guru PPKn SMPN 5 Ambarawa Kab. Semarang - Jateng)

Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia sebagaimana telah
diatur melalui UU No 20 Tahun 2003. Dalam Undang-Undang
tersebut di antaranya mengamanatkan bahwa tujuan pendidikan
nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

139 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

jawab. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut,

tentunya tidak lepas dari keberadaan “Guru” dan “Organisasi

Profesi” yang mendukungnya.

Mengacu UU No 14 Tahun 2015 tentang Guru dan Dosen,

pada Pasal 1 ayat (1) menyatakan: Guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Berdasar

UU tersebut penulis berpendapat bahwa guru merupakan tenaga

pendidik profesional yang telah mengabdikan dirinya untuk

bangsa, negara dan masyarakat mengajarkan suatu ilmu yang

dimilikinya untuk mendidik, mengarahkan, melatih,

membimbing, memberikan penilaian, dan melakukan evaluasi

kepada peserta didik dari belum tahu menjadi lebih tahu dari sisi

intelektual dan sisi akhlaknya. Untuk itu kehadiran sosok guru

yang profesional wajib dihargai, dihormati, dan diteladani oleh

peserta peserta didik, masyarakat dan pemerintah.

Upaya pemerintah agar guru-guru lebih profesional dalam

mengemban tugasnya diperlukan adanya suatu wadah atau

organisasi yang mendukungnya. Pemerintah mendorong dan

membantu kemudahan-kemudahan untuk beridirnya suatu

organisasi profesi yang mewadahi sekaligus wadah

perjuangannya di bidang pendidikan untuk memajukan

pendidikan nasional di Indonesia. Upaya-upaya tersebut dalam

sejarahnya di Indonesia telah terbentuk beberapa organisasi

keprofesian sebagai wadah perjuangan guru di Indonesia

diantaranya adalah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI),

Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI), Ikatan Sarjana

Administrasi Pendidikan (ISAPI), Kelompok Kerja Guru (KKG).

Ikatan Guru Indonesia (IGI) dan masih banyak yang lain.

140 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n

Dari beberapa organisasi Profesi Guru tersebut, PGRI
merupakan organisasi pertama kali yang dibentuk pada tanggal
25 November 1945 dalam kongres guru Indonesia di Surakarta.
Kemudian diikuti oleh organisasi-organisasi lainya.

Menurut UU RI pasal 40 ayat (1), organisasi profesi
keguruan bertujuan untuk memajukan profesi, meningkatkan
kompetensi, karir, wawasan pendidikan, perlindungan profesi,
kesejahteran, dan pengabdian dalam masyarakat. Dengan
demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa organisasi profesi
guru adalah suatu wadah perkumpulan orang-orang yang
memiliki suatu keahlian khusus dalam mendidik. Sedangkan PP
No. 38 tahun 1992, pasal 61, menyebutkan bahwa tujuan
organisasi kependidikan, yaitu: meningkatkan dan/atau
mengembangkan: (1) karier, (2) kemampuan, (3) kewenangan
profesional, (4) martabat, dan (5) kesejahteraan seluruh tenaga
kependidikan. Sedangkan visinya secara umum ialah
terwujudnya tenaga kependidikan yang profesional.

Dari beberapa organisasi profesi guru yang ada tersebut,
penulis yang berprofesi sebagai guru PPKn di Kabupaten
Semarang Provinsi Jawa Tengah sejak tahun 1996 sampai
dengan sekarang sangat bersyukur karena telah terdaftar
menjadi bagian dari organisasi tersebut. Dalam hal ini adalah
PGRI. Sehingga sejak tahun 1996 sampai sekarang penulis telah
mendapatkan hak-hak sebagai anggota di antaranya berhak
memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA) dan berkewajiban
menjalankan keputusan-keputusan organisasi di antaranya
membayar iuran rutin setiap bulan yang dipotong langsung pada
saat gajian melalui bendahara gaji di sekolah yang kemudian
disetor kepada pengurus PGRI di Kabupaten Semarang.

Pada tahun 2016, Penulis sebagai guru yang telah menjadi
anggota PGRI diperkenalkan oleh teman-teman guru dengan
organisasi profesi yang lain yaitu Ikatan Guru Indonesia (IGI).

141 | D e d i k a s i G u r u D a l a m D u n i a P e n d i d i k a n


Click to View FlipBook Version