The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Perpustakaan STIEB Perdana Mandiri, 2024-06-12 05:38:17

Buku Digital - AUDITING

Buku Digital - AUDITING

BOOK CHAPTER AUDITING


UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4 Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi. Pembatasan Pelindungan Pasal 26 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku terhadap: i Penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan peristiwa aktual yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan informasi aktual; ii Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan penelitian ilmu pengetahuan; iii Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan pengajaran, kecuali pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan Pengumuman sebagai bahan ajar; dan iv Penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga Penyiaran. Sanksi Pelanggaran Pasal 113 1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah). 2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).


AUDITING Sepbeariska Manurung, S.E., M.Si Dr. Hamdan Firmansyah, MMPd, MH Nurhidayah, S.Pd., M.Ak Suryaningsi, S.E., M.Ak Ni Nyoman Ayu Suryandari, SE., M.Si., Ak., CA., CRM. Ernie Soedarwati, S.E., M.Si Anak Agung Putu Gede Bagus Arie Susandya, SE., M.Si., AK., CA Siswadi Sululing, SE., M.Ak., Ak.,CA., ASEAN CPA., C.Ftax Mahaitin H. Sinaga, SE, Ak, MM, MSi, CA Wa Ode Irma Sari, S.Ak., M.S.A. Dr. Desak Nyoman Sri Werastuti, SE., M.Si., Ak., CA. Dr. Wahidahwati, SE., M.Si., Ak., CA Dessy Kumala Dewi, SE., M.Ak Sanusi Ariyanto SE., MM., Ak., CA., CPA., BKP. Bella Paradita, S.Pd., M.A Editor: Syaiful Bahri, SE., M.SA., Akt., ACPA., CRA. Penerbit CV. MEDIA SAINS INDONESIA Melong Asih Regency B40 - Cijerah Kota Bandung - Jawa Barat www.penerbit.medsan.co.id Anggota IKAPI No. 370/JBA/2020


AUDITING Sepbeariska Manurung, S.E., M.Si Dr. Hamdan Firmansyah, MMPd, MH Nurhidayah, S.Pd., M.Ak Suryaningsi, S.E., M.Ak Ni Nyoman Ayu Suryandari, SE., M.Si., Ak., CA., CRM. Ernie Soedarwati, S.E., M.Si Anak Agung Putu Gede Bagus Arie Susandya, SE., M.Si., AK., CA Siswadi Sululing, SE., M.Ak., Ak.,CA., ASEAN CPA., C.Ftax Mahaitin H. Sinaga, SE, Ak, MM, MSi, CA Wa Ode Irma Sari, S.Ak., M.S.A. Dr. Desak Nyoman Sri Werastuti, SE., M.Si., Ak., CA. Dr. Wahidahwati, SE., M.Si., Ak., CA Dessy Kumala Dewi, SE., M.Ak Sanusi Ariyanto SE., MM., Ak., CA., CPA., BKP. Bella Paradita, S.Pd., M.A Editor : Syaiful Bahri, SE., M.SA., Akt., ACPA., CRA. Tata Letak : Mega Restiana Zendrato Desain Cover : Rintho R. Rerung Ukuran : A5 Unesco: 15,5 x 23 cm Halaman : iv, 321 ISBN : 978-623-362-228-8 Terbit Pada : Desember 2021 Hak Cipta 2021 @ Media Sains Indonesia dan Penulis Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit atau Penulis. PENERBIT MEDIA SAINS INDONESIA (CV. MEDIA SAINS INDONESIA) Melong Asih Regency B40 - Cijerah Kota Bandung - Jawa Barat www.penerbit.medsan.co.id


i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga buku kolaborasi dalam bentuk book chapter dapat dipublikasikan dan dapat sampai di hadapan pembaca. Book chapter ini disusun oleh sejumlah akademisi dan praktisi sesuai dengan kepakarannya masing-masing. Buku ini diharapkan dapat hadir memberi kontribusi positif dalam ilmu pengetahuan khususnya terkait dengan Auditing. Sistematika buku Auditing ini mengacu pada pendekatan konsep teoritis dan contoh penerapan. Buku ini terdiri atas 15 bab yang dibahas secara rinci, diantaranya: Profesi Akuntan Publik Dan Etika Profesi, Quality Assurance, Audit Aspek Ekonomis, Efisiensi Dan Efektivitas, Tujuan Dan Tanggung Jawab Audit, Kompetensi Dan Independensi Auditor, Bukti Audit Dan Kertas Kerja, Perencanaan Audit Dan Analisis Prosedur, Materialitas Dan Risiko, Internal Control Dan Control Risk, Laporan Audit, Audit Kecurangan, Dampak Teknologi Informasi Terhadap Proses Audit, Data Analytics Sebuah Konsep Dalam Audit Intern, Teknik Audit Berbantuan Komputer, Strategi Audit Keseluruhan Dan Program Audit, dan Kualitas Audit. Kami menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan, sejatinya kesempurnaan itu hanya milik Yang Kuasa. Oleh sebab itu, kami tentu menerima masukan dan saran dari pembaca demi penyempurnaan lebih lanjut. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah mendukung dalam proses penyusunan dan penerbitan buku ini, secara khusus kepada Penerbit Media Sains Indonesia sebagai inisiator book chapter ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Bandung, 04 Oktober 2021 Editor


ii


iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...........................................................i DAFTAR ISI....................................................................iii 1 PROFESI AKUNTAN PUBLIK DAN ETIKA PROFESI 1 Pendahuluan ..........................................................1 Perkembangan Profesi Akuntan Publik ...................2 Jenis-Jenis Jasa yang Dihasilkan Akuntan Publik .4 Tipe Auditor ............................................................6 Standar Profesi Akuntan Publik..............................7 Hierarki Standar Auditing.....................................10 Etika Profesi .........................................................13 Kode Etik Ikatan Akuntan Publik..........................14 Prinsip Dasar Etika Profesi ...................................15 Aturan Etika.........................................................16 Interpretasi Aturan Etika......................................17 Tanya dan Jawab..................................................17 Kesimpulan...........................................................17 2 QUALITY ASSURANCE, AUDIT ASPEK EKONOMIS, EFISIENSI, DAN EFEKTIVITAS .............................21 Konsep Quality Assurance.....................................21 Konsep Auditing ...................................................32 Konsep Ekonomis, Efisiensi dan Efektivitas..........39 Audit Aspek Ekonomis, Efisiensi dan Efektivitas ..41 3 TUJUAN DAN TANGGUNGJAWAB AUDIT ............51 Tujuan Audit ........................................................51 Opini Audit...........................................................53 Tahapan Audit Laporan Keuangan........................54


iv Mengapa Audit Dibutuhkan? ................................57 Tanggung Jawab Audit .........................................59 Tanggung Jawab Manajemen bukan Tanggung Jawab Auditor ......................................................60 Pelanggaran Auditor .............................................60 Sanksi ..................................................................61 Apa yang Penting Dilakukan Auditor?...................62 Peer Review ..........................................................67 4 KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR .....71 Pengertian ............................................................71 Kompetensi Auditor ..............................................72 Independensi Auditor............................................84 5 BUKTI AUDIT DAN KERTAS KERJA.....................99 Karakteristik Bukti Audit......................................99 Tipe Bukti Audit .................................................101 Prosedur Audit Untuk Memperoleh Bukti Audit..107 Biaya yang Dikeluarkan Untuk Mendapatkan Bukti ..................................................................110 Keputusan yang Harus Diambil Oleh Auditor Berkaitan Dengan Bukti Audit............................110 Pengertian Kertas Kerja ......................................112 Isi Kertas Kerja ...................................................112 Tujuan Pembuatan Kertas Kerja .........................113 Kepemilikan Kertas Kerja dan Kerahasiaan Informasi Dalam Kertas Kerja .............................114 Faktor–Faktor yang Harus Diperhatikan Oleh Auditor Dalam Pembuatan Kertas Kerja yang Baik....................................................................115


v Tipe Kertas Kerja ................................................117 Pemberian Indeks Pada Kertas Kerja ..................119 Metode Pemberian Indeks Kertas Kerja...............120 Susunan Kertas Kerja.........................................121 Pengarsipan Kertas Kerja....................................121 6 PERENCANAAN AUDIT DAN ANALISIS PROSEDUR ...........................................................................125 Pentingnya Perencanaan Audit ...........................125 Perencanaan Audit dan Perancangan Pendekatan Audit...................................................................126 Melakukan Penerimaan Klien dan Melaksanakan Perencanaan Audit Awal .....................................128 Memahami Bisnis dan Industri Klien..................130 Menilai Risiko Bisnis Klien..................................137 Melakukan Analisis Prosedur Awal .....................138 7 MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT ..................145 Materialitas.........................................................145 Penetapan Pertimbangan Materialitas.................146 Risiko .................................................................148 Model Risiko Audit..............................................149 Sifat Usaha Bidang Klien ....................................153 Mendapatkan Informasi untuk Menentukan Risiko Bawaan...............................................................157 Menilai Risiko Kecurangan .................................157 Hubungan antar Risiko dengan Bukti Audit dan Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Risiko..........158 Mengevaluasi Hasil .............................................159 Merevisi Risiko-Risiko dan Bukti Audit...............160


vi 8 INTERNAL CONTROL DAN CONTROL RISK ..........163 Pendahuluan ......................................................163 Pengendalian Internal (Internal Control) ..............165 Pengendalian Risiko (Control Risk) ......................174 Kesimpulan.........................................................182 9 LAPORAN AUDIT.................................................187 Laporan Auditor Independen ..............................187 Bentuk Baku Laporan Auditor ............................190 Opini Auditor ......................................................198 10 AUDIT KECURANGAN.........................................207 Pendahuluan ......................................................207 Pelaporan Keuangan yang Curang ......................209 Kondisi-Kondisi Penyebab Kecurangan Pelaporan Keuangan ...........................................................210 Menilai Risiko Kecurangan .................................212 Sumber Informasi Untuk Menilai Risiko Kecurangan ........................................................213 Merespon Risiko Kecurangan..............................215 Bidang-Bidang Risiko Kecurangan yang Spesifik 220 Bidang-Bidang Risiko Kecurangan Lainnya ........222 11 DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP PROSES AUDIT...................................................225 Pendahuluan ......................................................225 Pendorong Timbulnya Metode-Metode Audit yang Baru..........................................................227 Dampak EDP Terhadap Auditing dan Pengendalian ......................................................235 Perubahan–Perubahan Lingkungan ....................239


vii Perubahan–Perubahan Pengolahan.....................241 Menilai Risiko Teknologi Informasi (TI)................244 12 DATA ANALYTICS: SEBUAH KONSEP DALAM AUDIT INTERN....................................................249 Audit Internal .....................................................249 Data Analytics.....................................................251 Sejarah Data Analytics........................................252 Jenis Data Analytics ...........................................254 Konsep Dasar/Kerangka Kerja Data Analytics ....256 Data Analytics Sebagai Alat Audit Internal..........257 13 TEKNIK AUDIT BERBANTUAN KOMPUTER .......267 Pendahuluan ......................................................267 Audit...................................................................267 Profesi Akuntan ..................................................268 Pengendalian Intern............................................268 Pemrosesan Data Elektronik (PDE) .....................270 Software Aplikasi Audit.......................................271 Tahapan Software Audit .....................................273 Metode Penggunaan Electronic Data Processing (EDP) ..................................................................274 Teknik Audit Berbantuan Komputer ...................275 14 STRATEGI AUDIT KESELURUHAN DAN PROGRAM AUDIT.................................................................285 Prosedur Penilaian Risiko ...................................285 Prosedur Audit Lebih Lanjut...............................286 Jenis-Jenis Pengujian Dalam Prosedur Audit Lebih Lanjut .......................................................287


viii Dampak Teknologi Informasi Pada Pengujian Audit...................................................................294 Kombinasi Bukti.................................................295 Perancangan Program Audit ...............................297 Ikhtisar Proses Audit ..........................................298 15 KUALITAS AUDIT................................................303 Pengertian Kualitas Audit ...................................303 Penentu Kualitas Audit.......................................305 Indikator Kualitas Audit......................................306 Determinasi Kualitas Audit.................................313 Urgensi Pengukuran Kualitas Audit....................314 Frame Work Kualitas Audit .................................315 Penggerak Kualitas Audit....................................316


1 1 PROFESI AKUNTAN PUBLIK DAN ETIKA PROFESI Sepbeariska Manurung, S.E., M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sultan Agung Pendahuluan Sebuah profesi berbeda halnya dengan sebuah pekerjaan. Profesi merupakan suatu pekerjaan yang memiliki keahlian khusus dalam suatu bidang tertentu yang diperoleh dari pendidikan atau pelatihan formal sedangkan pekerjaan adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh manusia dengan cara yang baik dan benar untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sebuah profesi adalah bagian dari pekerjaan tetapi tidak semua pekerjaan merupakan profesi. Pada umumnya, sebuah profesi memiliki kode etik, asosiasi profesi dan lisensi tertentu. Sebagai salah satu contoh adalah akuntan publik. Seorang akuntan publik yang melaksanakan praktik harus tergabung dalam asosiasi Ikatan Akuntan Publik, mematuhi kode etik yang tertuang dalam Standar Profesional Akuntan Publik dan memiliki nomor register. Bab ini akan memberikan gambaran tentang perkembangan profesi akuntan publik dan etika profesional yang dikenal dengan nama Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia.


PROFESI AKUNTAN PUBLIK DAN ETIKA PROFESI 2 Perkembangan Profesi Akuntan Publik Jasa audit yang disediakan bagi pengguna informasi keuangan pada umumnya dikenal oleh masyarakat dengan sebutan profesi akuntan publik. Dalam suatu negara, berkembangnya akuntan publik dikarenakan berkembangnya perusahaan-perusahaan dengan berbagai bentuk badan hukum. Bagi perusahaan yang berskala kecil, yang memiliki modal sendiri dan mengelolanya sendiri biasanya masih belum memerlukan jasa akuntan publik. Seiring dengan perkembangan perusahaan yang berbadan hukum dan berbagai bentuk perusahaan, jasa profesi akuntan publik mulai diperlukan. Hal ini terjadi karena terdapat pihak-pihak luar perusahaan yang membutuhkan informasi mengenai perusahaan dalam pengambilan keputusan. Pada tahun 1972, Ikatan Akuntan Indonesia untuk pertama kalinya berhasil mengeluarkan Norma Pemeriksaan Akuntan yang disahkan dalam Kongres ke III Ikatan Akuntan Indonesia. Tanggungjawab akuntan publik tercantum dalam Norma Pemeriksaaan Akuntan dan unsur-unsur yang terkandung dalam norma pemeriksaan meliputi pengkajian dan penilaian pendendalian internal, bahan pembuktian dan penjelasan informatif serta pembahasan mengenai peristiwa kemudian, laporan khusus dan berkas pemeriksaan (Agoes, 2017). Pada tanggal 25-26 Oktober 1982 dalam kongres ke IV Ikatan Akuntan Indonesia, Komisi Norma Pemeriksaan Akuntan mengusulkan untuk melakukan penyempurnaan buku Norma Pemeriksaan Akuntan yang lama dan melakukan kelengkapan terhadap penjabaran kesinambungan norma. Dibentuklah suatu komite Norma Pemeriksaan Akuntan periode 1982-1986 untuk melaksanakan tugas tersebut, adapun anggotanya adalah berasal dari unsur akuntan pendidik, akuntan publik dan akuntan pemerintahan hingga pada tanggal 11 Maret


PROFESI AKUNTAN PUBLIK DAN ETIKA PROFESI 3 1984 penyempurnaan konsep Norma Pemeriksaan Akuntan telah diselesaikan dengan baik. Norma Pemeriksaan Akuntan telah disahkan pada tanggal 19 April 1986 oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia sebagai norma pemeriksaan yang berlaku efektif untuk penugasan pemeriksaan atas laporan keuangan yang diterima setelah tanggal 31 Desember 1986. Pada tahun 1992, Ikatan Akuntan Indonesia melakukan revisi terhadap norma pemeriksaan akuntan dengan memasukkan suplemen no. 1 dengan no. 12 dan interpretasi no. 1 dan no. 2. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) disahkan pada tahun 1994 dalam Kongres ke VII Ikatan Akuntan Indonesia. SPAP tersebut secara garis besar berisi tentang uraian mengenai standar profesional akuntan publik, berbagai pernyataan standar auditing dan standar atestasi yang diklasifikasikan serta pernyataan jasa akuntansi dan review. Pada pertengahan tahun 1999 Komite Norma Pemeriksaan Akuntan berubah nama menjadi Dewan Standar Profesional Akuntan Publik oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Dewan melakukan revisi atas standar profesional akuntan publik sepanjang tahun 1999 dan pada akhirnya pada tanggal 1 Agustus 1994 diterbitkan buku yang berjudul Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001 kemudian Institut Akuntan Publik Indonesia pada tahun 2011 telah merevisi Standar Profesional Akuntan Publik. Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001 terdiri dari lima standar (Agoes, 2017) yaitu: 1. Pernyataan Standar Auditing (PSA) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA)


PROFESI AKUNTAN PUBLIK DAN ETIKA PROFESI 4 2. Pernyataan Standar Atestasi (PSAT) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar Atestasi (IPSAT) 3. Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (IPSAR) 4. Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (PSJK) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (IPSJK) 5. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (PSPM) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (IPSM) Jenis-Jenis Jasa yang Dihasilkan Akuntan Publik Jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik kepada masyarakat terdiri dari jasa assurance, jasa atestasi dan jasa nonassurance. Jasa assurance merupakan jasa yang dihasilkan oleh profesional independen untuk meningkatkan kualitas informasi bagi para pengguna dalam pengambilan keputusan. Para pengambil keputusan sangat membutuhkan informasi yang andal dan relevan sebagai dasar untuk mengambil sebuah keputusan. Oleh sebab itu, mereka mencari jasa assurance untuk meningkatkan kualitas informasi dalam pengambilan keputusan dan tentu saja profesional yang menyediakan jasa ini haruslah memiliki kompetensi dan independensi berkaitan dengan informasi yang akan diperiksa. Salah satu jenis jasa yang disediakan oleh profesi akuntan publik adalah jasa atestasi. Atestasi merupakan suatu pernyataan pendapat seorang yang independen dan kompeten mengenai kesesuaian asersi material suatu entitas dengan kriteria yang sudah ditetapkan. Penugasan


PROFESI AKUNTAN PUBLIK DAN ETIKA PROFESI 5 atestasi adalah penugasan yang didalamnya praktisi dikontrak untuk menerbitkan komunikasi tertulis yang menyatakan kesimpulan tentang keandalan asersi-asersi (Jusup, 2010). Jasa atestasi profesi akuntan publik dikelompokkan menjadi 4 bagian yaitu audit, pemeriksaan, review dan prosedur yang disepakati. Jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik dimana seorang akuntan publik tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, temuan atau bentuk lain keyakinan termasuk ke dalam jasa nonassurance. Salah satu jenis jasa yang dihasilkan oleh jasa nonassurance adalah jasa konsultasi. Jasa konsultasi ini diatur dalam Standar Jasa Konsultasi, dimana jasa-jasanya meliputi : jasa konsultasi, jasa pemberian saran profesional, jasa implementasi, jasa transaksi, jasa penyediaan staf dan jasa pendukung lainnya serta jasa produk (Mulyadi, 2011). Gambar 1.1 Hubungan Jasa Assurance, Atestasi dan Jasa Nonassurance


PROFESI AKUNTAN PUBLIK DAN ETIKA PROFESI 6 Tipe Auditor Seseorang atau kelompok yang melaksanakan pekerjaan audit terbagi menjadi tiga bagian yaitu auditor independen, auditor pemerintah dan auditor internal. Seorang auditor independen merupakan auditor profesional yang memberikan jasanya kepada masyarakat terutama dalam mengaudit laporan keuangan yang telah dibuat oleh suatu entitas. Audit ini bertujuan untuk memberikan informasi keuangan kepada para pengguna eksternal seperti kreditur, investor dan calon investor, serta pemerintahan. Seorang auditor independen adalah orang yang harus lulus dari fakultas ekonomi jurusan akuntansi yang memiliki ijazah yang disamakan dan telah mendapat gelar akuntan dari Panitia Ahli Pertimbangan serta memiliki izin praktek dari Menteri Keuangan. Seorang auditor independen berbeda dengan profesi lainnya. Auditor independen mendapatkan honor dari kliennya dan tidak boleh memihak kliennya atau dengan kata lain harus independen. Auditor Pemerintah merupakan seorang auditor profesional yang melaksanakan tugasnya pada instansi pemerintahan. Adapun tugas pokok yang dilakukan oleh auditor pemerintah adalah mengaudit laporan pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unitunit organisasi ataupun entitas pemerintah. Pada umumnya, auditor yang disebut sebagai auditor pemerintah adalah auditor yang berkerja pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangungan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) serta instansi pajak. Seorang auditor yang bekerja di BPKP memiliki tugas pokok sebagai pelaksana audit atas laporan keuangan pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), proyek pemerintah dan perusahaan swasta (dimana pemerintah memiliki modal/saham besar di dalamnya).


PROFESI AKUNTAN PUBLIK DAN ETIKA PROFESI 7 Seorang auditor yang melakukan pekerjaannya dalam sebuah perusahaan, baik perusahaan negara maupun perusahaan swasta disebut sebagai Auditor Internal. Tugas dan tanggungjawab seorang auditor internal adalah melakukan audit dan evaluasi terhadap bidang operasional, akuntansi, sumber daya manusia, keuangan dan kegiatan lainnya yang terdapat dalam organisasi, memberikan saran aktivitas pengendalian terhadap temuan audit, menyajikan dan memberikan opini atas hasil audit serta menyusun program audit. Standar Profesi Akuntan Publik Dewan Standar Profesi Institut Akuntan Publik Indonesia (DSP IAPI), yang dahulu dikenal dengan Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik menyatakan lima standar profesional yang dituang dalam sebuah buku Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Buku tersebut berisi tentang kodifikasi ke lima standar profesional dan juga berisi tentang Etika Kompartemen (kode etik) Akuntan Publik. Standar profesional terdiri dari : 1. Standar Auditing Panduan audit atas laporan keuangan historis terdapat dalam standar auditing. Standar ini berisi tentang sepuluh standar yang dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA). PSA ini menjabarkan masing-masing standar yang ada di dalam standar auditing. Dalam melaksanakan perikatan audit, seorang akuntan publik harus mengikuti panduan dan ketentuan yang terdapat dalam PSA. Bagi setiap anggota ikatan akuntan indonesia yang berpraktik sebagai akuntan publik (praktisi) wajib mematuhi PSA yang dikeluarkan oleh DSP IAPI. Di dalam PSA juga terdapat Interpretasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA) yang merupakan


PROFESI AKUNTAN PUBLIK DAN ETIKA PROFESI 8 interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh DSP IAPI terhadap ketentuan-ketentuan dalam PSA. Pertanyaan ataupun keraguan dalam menafsirkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam PSA telah tertuang di dalam IPSA sehingga mampu menafsirkan lebih lanjut berbagai ketentuan dalam PSA. Tafsiran resmi ini bersifat mengikat bagi praktisi dan pelaksanaannya bersifat wajib. 2. Standar Atestasi Standar atestasi memberikan rerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang diberikan dalam jasa audit atas laporan keuangan historis, pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif, serta tipe perikatan atestasi lain yang memberikan keyakinan yang lebih rendah (review, pemeriksaan dan prosedur yang disepakati). Standar atestasi dikelompokkan menjadi sebelas standar dan dirinci dalam bentuk PSAT (Institut Akuntan Publik Indonesia, 2011). Dalam standar atestasi, PSAT merupakan penjelasan lebih lanjut atas masing-masing standar. Di dalam PSAT juga terdapat Interpretasi Pernyataan Standar Atestasi (IPSAT) yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh DSP IAPI terhadap ketentuanketentuan dalam PSAT (Pernyataan Standar Atestasi). Pertanyaan ataupun keraguan dalam menafsirkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam PSAT telah tertuang di dalam IPSAT, sehingga berbagai ketentuan dalam PSAT mampu ditafsirkan lebih lanjut. Tafsiran resmi ini bersifat mengikat bagi praktisi dan pelaksanaannya bersifat wajib. 3. Standar Jasa Akuntansi dan Review Suatu kerangka untuk fungsi nonatestasi bagi jasa akuntan publik yang termasuk dalam jasa akuntansi


PROFESI AKUNTAN PUBLIK DAN ETIKA PROFESI 9 dan review diberikan oleh standar jasa akuntansi dan review. Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR) berisi tentang rincian standar jasa akuntansi dan review. Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (IPSAR) termasuk ke dalam pernyataan standar jasa akuntansi dan review yang merupakan interpretasi resmi dari Dewan terhadap ketentuan yang diterbitkan oleh dewan dalam PSAR. Pertanyaan ataupun keraguan dalam menafsirkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam PSAR telah tertuang di dalam IPSAR, sehingga berbagai ketentuan dalam PSAR mampu ditafsirkan lebih lanjut. Tafsiran resmi ini bersifat mengikat bagi praktisi dan pelaksanaannya bersifat wajib. 4. Standar Jasa Konsultasi Pedoman bagi akuntan publik dalam menyediakan jasa konsultasi bagi masyarakat pada umumnya tertuang dalam standar jasa konsultasi. Jasa konsultasi dan jasa atestasi akuntan publik pada hakikatnya memiliki perbedaan. Praktisi menyajikan temuan, simpulan dan rekomendasi dalam jasa konsultasi sedangkan dalam jasa atestasi praktisi menyajikan simpulan mengenai keandalan suatu asersi tertulis yang dipertanggungjawabkan oleh pihak pembuat asersi (asserter). Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (PSJK) berisi tentang rincian standar jasa konsultasi. Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (IPJSK) termasuk ke dalam pernyataan standar jasa konsultasi yang merupakan interpretasi resmi dari Dewan terhadap ketentuan yang diterbitkan oleh dewan dalam PSJK. 5. Standar Pengendalian Mutu Panduan yang diberikan oleh standar pengendalian mutu kepada kantor akuntan publik dalam


PROFESI AKUNTAN PUBLIK DAN ETIKA PROFESI 10 melaksanakan pengendalian mutu jasa yang dihasilkan diharuskan untuk mematuhi berbagai standar yang dikeluarkan oleh dewan standar dan etika kompartemen yang dikeluarkan oleh kompartemen akuntan publik. Sebagai profesional, kantor akuntan publik bertanggungjawab sepenuhnya atas kepatuhan terhadap berbagai standar yang telah dikeluarkan oleh Dewan dan Kompartemen Akuntan Publik. Dalam memenuhi tanggungjawab itu, kantor akuntan publik wajib mempertimbangkan integritasnya beserta para staf akan bersikap independen terhadap kliennya berdasarkan aturan etika kompartemen akuntan publik. Kantor akuntan publik beserta dengan para staf akan bersikap objektif, profesional, kompeten dan melakukan kemampuan profesionalnya dengan cermat dan seksama dalam menjalankan tugas. Untuk itulah kantor akuntan publik harus memiliki sistem pengendalian mutu yang nantinya akan memberikan keyakinan tentang kesesuaian perikatan profesional dengan berbagai standar dan ketentuan yang berlaku. Hierarki Standar Auditing Standar auditing dalam buku Standar Profesional Akuntan Publik yang telah diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia terdiri dari sepuluh standar yang dikelompokkan menjadi tiga bagian besar yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Masing-masing standar pada umumnya saling berhubungan dan saling bergantung antara satu dengan yang lain. Standar umum mengatur tentang kualifikasi seorang auditor dalam melaksanakan pekerjaannya; standar pekerjaan lapangan mengatur tentang mutu pelaksanaan auditing; sedangkan standar pelaporan merupakan panduan bagi auditor dalam menyampaikan


PROFESI AKUNTAN PUBLIK DAN ETIKA PROFESI 11 hasil auditnya melalui laporan keuangan kepada para pengguna informasi. 1. Standar Umum a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor b. Dalam semua hal yang berhubungna dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. 2. Standar Pekerjaan Lapangan a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfimasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. 3. Standar Pelaporan a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku umum di Indonesia.


PROFESI AKUNTAN PUBLIK DAN ETIKA PROFESI 12 b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan standar akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan standar akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggungjawab yang dipikul oleh auditor (Institut Akuntan Publik Indonesia, 2011).


PROFESI AKUNTAN PUBLIK DAN ETIKA PROFESI 13 Gambar 1.2 Hierarki Standar Auditing Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia merupakan suatu organisasi profesi akuntan publik dengan berbagai tipe akuntan indonesia. Terdapat empat kompartemen yang dibentuk dalam IAI, antara lain adalah kompartemen akuntan publik, akuntan manajemen, akuntan sektor publik dan akuntan pendidik. Pada tahun 1998, IAI merumuskan suatu etika profesional yang dinamai dengan Kode Etik Ikatan Akuntan Publik. Kode etik ini disesuaikan dengan perkembangan yang ada dalam berbagai kompartemen IAI.


PROFESI AKUNTAN PUBLIK DAN ETIKA PROFESI 14 Kode Etik Ikatan Akuntan Publik Etika profesional yang dikeluarkan oleh organisasi profesi sangat diperlukan oleh seorang praktisi untuk mengatur perilaku dalam menjalankan praktik profesinya. Etika profesional itu tertuang dalam kode etik ikatan akuntan indonesia. Rumusan kode etik sebelum 1 Januari 2011 sebagian besar merupakan rumusan kode etik yang dihasilkan dalam kongres ke-6 Ikatan Akuntan Indonesia dan ditambah dengan masukan-masukan yang dipereoleh dari Seminar Sehari Pemutakhiran Kode Etik Akuntan Indonesia tanggal 15 Juni 1994 di Hotel Daichi Jakarta serta hasil pembahasan Sidang Komite Kode Etik Akuntan Indonesia tahun 1994 di Bandung (Agoes, 2017). Rerangka kode etik Ikatan Akuntan Indonesia dikelompokkan menjadi empat bagian yaitu Prinsip Dasar Etika, Aturan Etika, Interpretasi Aturan Etika dan Tanya Jawab. Gambar 1.3 Rerangka Kode Etik IAI dan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik


PROFESI AKUNTAN PUBLIK DAN ETIKA PROFESI 15 Prinsip Dasar Etika Profesi Prinsip dasar etika profesi yang harus dipatuhi oleh setiap praktisi adalah prinsip integritas, prinsip objektivitas, prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehatihatian profesional, prinsip kerahasiaan dan prinsip perilaku organisasi (Institut Akuntan Publik Indonesia, 2011). 1. Prinsip Integritas Seorang praktisi dalam melaksanakan pekerjaannya diharuskan memiliki ketegasan dan kejujuran dalam menjalin hubungan profesional ataupun hubungan bisnis. 2. Prinsip Objektivitas Dalam hal ini seorang praktisi harus bersikap adil, tidak memihak, tidak berprasangka atau bias yang dapat mempengaruhi pertimbangan profesional atau pertimbangan bisnisnya. 3. Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional Setiap praktisi diharuskan untuk melaksanakan pekerjaannya dengan kompetensi yang dimiliki, bertindak hati-hati dan tekun sehingga klien menerima manfaat dari jasa profesional berdasarkan perkembangan terkini perundang-undangan ataupun metode pelaksanaan pekerjaan. Praktisi juga diharuskan untuk bertindak sesuai dengan standar profesi dan kode etik yang berlaku. 4. Prinsip Kerahasiaan Dalam melaksanakan pekerjaannya setiap praktisi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diterima dan tidak diperbolehkan untuk mengungkapkannya kepada pihak lain tanpa persetujuan dari klien


PROFESI AKUNTAN PUBLIK DAN ETIKA PROFESI 16 kecuali jika ada kewajiban profesional yang harus diungkapkan sesuai dengan ketentuan hukum. Kerahasiaan ini juga tidak dapat digunakan oleh praktisi untuk kepentingan pribadi atau pihak lain. 5. Prinsip Perilaku Organisasi Setiap praktisi diharuskan untuk berperilaku konsisten dengan mematuhi hukum dan ketentuan yang berlaku serta menghindari segala bentuk tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Aturan Etika Penjabaran prinsip etika disajikan dalam aturan etika kompartemen akuntan publik. Aturan yang dibuat untuk mengatur perilaku profesional Anggota Kompartemen Akuntan Publik adalah aturan etika. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik ini mulai berlaku efektif tanggal 5 Mei 2000. Singkatan KAP dalam aturan etika kompartemen akuntan publik memiliki dua makna yaitu Kompartemen Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik. Perbedaan mendasar dari keduanya adalah terletak pada Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Pada Kompartemen Akuntan Publik selalu didahului IAI (IAI – KAP) sedangkan Kantor akuntan Publik tanpa didahului IAI. Aturan Etika ini harus diterapkan oleh anggota Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik maupun yang bukan anggota IAI – KAP (orang yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik). Aturan Etika terdiri dari Independensi, integritas, objektivitas; standar umum dan prinsip akuntansi; tanggungjawab pada klien; tanggungjawab pada rekan; serta tanggungjawab dan praktik lain. Aturan Etika juga tidak boleh bertentangan dengan Prinsip Etika.


PROFESI AKUNTAN PUBLIK DAN ETIKA PROFESI 17 Interpretasi Aturan Etika Interpretasi aturan etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh dewan kompartemen setelah memperhatikan tanggapan dari anggota dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. Interpretasi aturan etika juga merupakan panduan untuk menerapkan aturan etika tanpa membatasi ruang lingkup dan penerapannya dalam melaksanakan jasa profesional. Tanya dan Jawab Tanya dan Jawab memberikan penjelasan dari setiap pertanyaan anggota Kompartemen tentang Aturan Etika beserta dengan interpretasinya. Dalam kompartemen Akuntan Publik, Tanya dan Jawab ini dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik (Mulyadi, 2011). Kesimpulan Profesi akuntan publik muncul seiring dengan berkembangnya perusahaan-perusahaan yang berbentuk badan hukum di suatu negara. Pada tahun 1972, ikatan akuntan indonesia menerbitkan norma pemeriksaan akuntan yang disahkan dalam kongres ke III Ikatan Akauntan Indonesia. Pada tahun 1982 dibentuk suatu komisi dan dilakukan penyempurnaan atas norma pemeriksaan akuntan dan seiring dengan berjalannya waktu norma tersebut dilakukan pembaharuan hingga pada akhirnya merubah namanya menjadi Dewan Standar Profesional Akuntan Publik pada pertengahan tahun 1999 dan menerbitkan buku standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. Seorang profesional tentunya menghasilkan sebuah jasa dan jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik bagi masyarakat terdiri dari jasa atestasi dan jasa nonatestasi. Jasa atestasi terdiri dari audit, pemeriksaan, review dan


PROFESI AKUNTAN PUBLIK DAN ETIKA PROFESI 18 prosedur yang disepakati. Seseorang atau kelompok yang melaksanakan pekerjaan audit terbagi menjadi tiga bagian yaitu auditor independen, auditor pemerintah dan auditor internal. Standar profesional akuntan publik terdiri dari standar auditing, standar atestasi, standar jasa konsultasi dan review, standar jasa konsultasi serta standar pengendalian mutu. Seorang praktisi merupakan seorang akuntan yang berpraktik dalam kantor akuntan publik. Setiap praktisi dalam menjalankan profesinya harus mematuhi kode etik Ikatan Akuntan Publik Indonesia. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dikelompokkan menjadi empat bagian yaitu prinsip dasar etika, aturan etika, interpretasi aturan etika serta Tanya dan jawab. Daftar Pustaka Agoes, S. (2017) AUDITING Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan Publik. Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat. Institut Akuntan Publik Indonesia (2011) Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat. Jusup, A. H. (2010) Auditing (Pengauditan). Yogyakarta: BP STIE YKPN. Mulyadi (2011) Auditing. 6th edn. Jakarta: Salemba Empat.


PROFESI AKUNTAN PUBLIK DAN ETIKA PROFESI 19 Profil Penulis Sepbeariska Manurung Penulis merupakan wanita kelahiran Kota Batam, Kepulauan RIAU pada tanggal 26 September 1985. Menyelesaikan program studi sarjana akuntansi di Sekolah Tinggi Ekonomi Sultan Agung Pematangsiantar pada tahun 2013 dan meraih gelar Magister Akuntansi di Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dengan konsentrasi pasar modal pada tahun 2016. Sebelum aktif mengajar penulis menggeluti profesi di bidang pengembangan sosial ekonomi Keuskupan Agung Medan tahun 2014-2010. Pada tahun 2017 penulis diangkat sebagai dosen tetap di Sekolah Tinggi Sultan Agung Pematangsiantar sampai dengan saat ini. Email Penulis: [email protected]


20


21 2 QUALITY ASSURANCE, AUDIT ASPEK EKONOMIS, EFISIENSI, DAN EFEKTIVITAS Dr. Hamdan Firmansyah, MMPd, MH Lembaga Pendidikan dan Dakwah Pesantren Cendekia Konsep Quality Assurance 1. Pengertian Quality Assurance Quality assurance atau penjaminan mutu adalah sebuah bentuk jaminan yang digunakan untuk memberikan keamanan dan kepercayaan terhadap produk yang telah dibuat oleh sebuah perusahaan. Secara umum quality assurance adalah proses penetapan dan pemenuhan standar pengelolaan secara konsisten dan berkelanjutan sehingga konsumen, produsen dan pihak lain yang berkepentingan memperoleh kepuasan (Fathurrohman dan Sulistyorini, 2012). Pengertian quality assurance menurut para ahli, antara lain: a. Cartin (1999) memberikan definisi Quality assurance is all planned and systematic activities implemented within the quality system that can be demonstrated to provide confidence that a product or service will fulfill requirements for quality. Quality assurance adalah semua kegiatan terencana dan sistematis yang dilaksanakan


JUDUL BAB X 22 dalam sistem mutu yang dapat ditunjukkan untuk memberikan keyakinan bahwa suatu produk atau jasa akan memenuhi persyaratan kualitas. b. Bartram and Rees menyatakan bahwa Quality Assurance is a management method that is defined as all those planned and systematic actions needed to provide adequate confidence that a product, service or result will satisfy given requirements for quality and be fit for use. (Storey, Briggs, Jones & Russell, 2000). Penjaminan mutu adalah metode manajemen yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan sistematis untuk memenuhi kebutuhan pelanggan baik berupa produk, pelayanan, hasil yang memuaskan dan berkualitas serta memberi keuntungan bagi penggunanya. c. Menurut Wood dan Dickinson (2001) Quality assurance as aset of activities intended to establish confidence that quality requirement will be met. Artinya penjaminan mutu sebagai aset kegiatan yang dimaksudkan untuk membangun keyakinan bahwa persyaratan kualitas dipenuhi. d. Menurut Fattah (2012) bahwa penjaminan mutu tertuju pada proses untuk membangun kepercayaan dengan cara melakukan pemenuhan persyaratan atau standar minimum pada komponen input, proses dan outcome, sesuai yang diharapkan stakeholder. e. Gryna mengatakan sistem penjaminan kualitas merupakan kegiatan untuk memberikan buktibukti untuk membangun kepercayaan bahwa kualitas dapat berfungsi secara efektif (Suharsaputra, 2013).


JUDUL BAB X 23 f. Masrokan menjelaskan bahwa quality assurance bersifat process oriented artinya semua proses yang dilaksanakan sesuai dengan standar dan prosedur yang telah ditetapkan sehingga bisa berhasil secara efektif (Hani, 2015). Penjaminan mutu merupakan istilah untuk semua kegiatan dalam bentuk monitoring, evaluasi, atau review mutu. g. Lim (2018) mengatakan: The term quality assurance refers to all the policies and processes directed to ensuring the maintenance and enhancement of quality. The concept of quality and the concern for assuring and enchancing it was developed in the bussiness sector in the west, where commercial success depend on it. Istilah jaminan mutu mengacu pada semua kebijakan dan proses yang diarahkan untuk memastikan pemeliharaan dan peningkatan kualitas. Konsep kualitas dan kepedulian untuk meyakinkan dan meningkatkan mutu tersebut dikembangkan di sektor bisnis di barat, dimana kesuksesan komersial bergantung padanya. Quality assurance adalah metode manajemen yang didefinisikan sebagai semua tindakan yang direncanakan dan diperlukan secara sistematis untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa suatu produk, layanan atau hasil dapat memenuhi persyaratan yang diberikan dan layak untuk digunakan (Storey, Briggs, Jones & Russell, 2000) Program penjaminan mutu didefinisikan sebagai jumlah total kegiatan yang bertujuan mencapai standar yang dibutuhkan. Quality assurance adalah proses yang pro-aktif yaitu melakukan penekanan terhadap perencanaan, dokumentasi dan penentuan panduan kualitas pada awal proyek dimulai untuk


JUDUL BAB X 24 memahami persyaratan dan standar kualitas yang diharapkan. Quality assurance adalah seluruh rencana dan tindakan sistematis untuk menyediakan kepercayaan yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan tertentu dari kualitas (Arif, 2011). Muhaimin memberikan definisi penjaminan mutu sebagai berikut 1) penjaminan mutu adalah keseluruhan aktifitas dalam berbagai bagian dari sistem untuk memastikan bahwa mutu produk atau layanan dihasilkan selalu konsisten sesuai dengan yang direncanakan/ dijanjikan; 2) penjaminan mutu adalah memastikan bahwa semua karakteristik dan kinerja sesuai dengan standar mutu/ harapan/ persyaratan melalui manual/ dokumen dan audit/ penilaian (Fathurrohman dan Sulistyorini, 2012). Pada dasarnya quality assurance adalah suatu proses pembuatan yang menjamin bahwa produk atau layanan dapat memenuhi persyaratan sesuai dengan desain mutu yang memuat pernyataan bahwa produsen (lembaga) menjamin produk atau jasa yang telah dikeluarkan (Al Bani, 2015). Penjaminan mutu dan kualitas lembaga lebih diutamakan untuk memperoleh kepercayaan masyarakat. Quality assurance merupakan penjaminan mutu sebelum di proses, sedang di proses dan setelah di proses. Quality assurance merupakan seluruh kegiatan terencana dan sistematis yang diterapkan dalam sistem manajemen mutu untuk meyakinkan bahwa suatu produk atau layanan memenuhi persyaratan mutu dari awal hingga akhir. 2. Tujuan Quality Assurance Quality assurance merupakan suatu konsep atau bagian dari Total Quality Management (TQM) bahwa tugas dan fungsinya sebagai penjaminan mutu pada


JUDUL BAB X 25 layanan yang dilaksanakan melalui sebuah proses baik sebelum dan ketika proses sedang berlangsung dengan maksud mencegah kegagalan sejak awal sampai akhir dari proses pemenuhan standar (Al Bani, 2015). Menurut Yorke (1997), tujuan penjaminan (assurance) terhadap kualitas tersebut antara lain sebagai berikut. 1) membantu perbaikan dan peningkatan secara terus-menerus dan berkesinambungan melalui praktik yang terbaik dan mau mengadakan inovasi. 2) memudahkan mendapatkan bantuan, baik pinjaman uang atau fasilitas atau bantuan lain dari lembaga yang kuat dan dapat dipercaya. 3) menyediakan informasi pada masyarakat sesuai sasaran dan waktu secara konsisten, dan bila mungkin, membandingkan standar yang telah dicapai dengan standar pesaing. 4) menjamin tidak akan adanya hal-hal yang tidak dikehendaki. Quality assurance merupakan suatu pendekatan yang berbasis proses (process based approach) yang tujuan utamanya adalah mencegah produk cacat mulai dari tahap perencanaan (planning) hingga tahap pengiriman produk ke pelanggan sehingga menghindari terjadi pengerjaan ulang (rework) dan keluhan pelanggan yang akan merugikan reputasi perusahaan serta pengeluaran biaya-biaya akibat kualitas yang buruk. Tujuan diadakannya quality assurance adalah agar dapat memuaskan berbagai pihak yang terkait di dalamnya, sehingga dapat berhasil mencapai sasaran masing-masing. Quality assurance merupakan bagian yang menyatu dalam membentuk kualitas produk dan jasa suatu organisasi atau perusahaasn. Mekanisme penjaminan kualitas yang digunakan juga harus dapat menghentikan perubahan bila dinilai perubahan


JUDUL BAB X 26 tersebut menuju ke arah penurunan atau kemunduran (Suharsaputra, 2007). 3. Mekanisme Quality Assurance Menurut Deming dalam pelaksanaan standar penjaminan mutu menggunakan siklus PDCA (Plan - Do - Check - Act). 1) Perencanaan mutu (plan); Adanya perencanaan berkaitan dengan penjaminan mutu, meliputi penetapan kebijakan mutu, tujuan mutu beserta indikator tercapainya, serta penetapan prosedur untuk pencapaian tujuan mutu. 2) Pelaksanaan (do); Adanya pelaksanaan dari apa yang telah direncanakan. Maka untuk menjamin mutu, seluruh proses dilaksanakan sesuai dengan Standard Operating Procedures (SOP). 3) Evaluasi (check); Adanya monitoring, seluruh kegiatan yang dilakukan, diukur, diperiksa dan dievaluasi termasuk audit mutu internal. 4) Tindakan (act); Adanya tindakan lanjut dan perbaikan dari hasil evaluasi. Menyusun rencana perbaikan dan rencana pelaksanaan program (Al Bani, 2015). Pada dasarnya quality assurance berkenaan dengan desain, mutu menuju proses, menjamin mutu produk dan jasa dengan standar yang telah ditetapkan. Intinya quality assurance suatu proses pembuatan yang menjamin bahwa produk atau layanan memenuhi persyaratan sesuai dengan desain mutu yang memuat pernyataan bahwa produsen menjamin produk atau jasa yang telah dikeluarkan. Proses mekanisme penjaminan mutu terdiri dari tujuh unsur pokok yang sistematis yaitu 1) komitmen, 2) tuntutan internal, 3) tanggung jawab melekat, 4) kepatuhan, 5) evaluasi diri, 6) audit internal, dan 7) peningkatan mutu terus menerus (Al Bani, 2015). Sebagaimana dapat dilihat pada gambar di bawah ini:


JUDUL BAB X 27 Gambar 2.1. Quality Assurance (Usman, 2008) Gambar di atas dapat dijelaskan secara detail maksud dari beberapa unsur tersebut adalah sebagai berikut: 1. Komitmen merupakan hal yang berlaku umum, dalam arti berlaku bagi semua orang, tanpa memandang umur, jenis kelamin, pendidikan, jabatan gaji, status sosial, dan lain-lain. Menurut Robbins (2001) komitmen organisasi merupakan salah satu sikap kerja yang merefleksikan perasaan dari setiap individu (suka atau tidak suka) terhadap organisasi di tempatnya bekerja. Selanjutnya Herscovitch dan Meyer menyatakan komitmen organisasi adalah sejauh mana seorang anggota mengidentifikasi tujuan dan nilai-nilai organisasi serta bersedia mengerahkan usaha untuk mencapai kesuksesan (Eslami & Gharakhani, 2012). Tuntutan internal adalah bentuk usaha yang dilakukan seseorang dalam organisasi yang tidak dapat ditinggalkan atau diabaikan, untuk mencapai tujuan tertentu, tanggung jawab yang melekat merupakan suatu hak atas pekerjaan yang telah melekat pada diri seseorang dan tidak dapat digantikan oleh siapapun kecuali sedang dalam keadaan darurat, kepatuhan adalah mengikuti suatu spesifikasi, standar, atau hukum yang telah diatur dengan jelas yang biasanya diterbitkan oleh lembaga atau organisasi yang berwenang dalam suatu bidang tertentu, evaluasi diri cara untuk mengetahui dengan


JUDUL BAB X 28 tepat kemampuan dan kondisi tantangan yang harus dihadapi. Sehingga target dan sasaran dapat diraih dengan sukses, audit internal merupakan suatu penilaian atas keyakinan, independen, objektif dan aktivitas konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi, sedangkan peningkatan mutu terus menerus merupakan usaha sadar sebuah lembaga dalam melakukan pencegahan maupun pengevaluasian terhadap mutu agar tidak terjadi penurunan (Solehudin, 2018). 4. Manfaat Quality Assurance Berikut manfaat adanya quality assurance: 1) produk terjamin kualitasnya; produk dengan kualitas yang baik dapat memberikan banyak keuntungan bagi pengguna atau pengelolanya. produk yang berkualitas pada umumnya akan diminati oleh banyak pengguna sehingga dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama, 2) menghemat biaya dan waktu; bug atau eror yang ditemukan setelah produk rilis membutuhkan waktu dan biaya yang lebih besar untuk diperbaiki. berbeda dengan aplikasi yang telah melalui tahap pengujian sehingga tidak perlu lagi mengeluarkan biaya tambahan untuk perbaikan, 3) membantu perusahaan untuk memenuhi harapan klien; quality assurance akan membantu memastikan bahwa produk yang dihasilkan sesuai dengan tuntutan dan harapan klien. Ketika quality assurance dilakukan dengan benar, klien akan merasa percaya diri untuk memasarkan produk tersebut. Hal ini dapat membangun loyalitas dan kepercayaan klien terhadap perusahaan pengembang (Proxsis, 2019). Manfaat lainnya quality assurance: 1) menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, 2) menghindari pemborosan (waste), 3) meningkatkan efisiensi


JUDUL BAB X 29 operasional, 4) memberikan kepuasan pada pelanggan, 5) mengurangi pekerjaan ulang yang merugikan perusahaan dalam segi finansial maupun waktu, 6) memotivasi tim dalam bekerja lebih baik dengan kualitas yang tinggi, 7) meningkatkan kepercayaan pelanggan (NKI, 2001). Selain manfaat, ada beberapa keuntungan quality assurance diantaranya adalah 1) pemahaman staf terhadap tingkat mutu pelayanan yang ingin dicapai, 2) meningkatkan efektivitas pelayanan yang diberikan, 3) mendorong serta meningkatkan efesiensi dalam pengelolaan pelayanan, 4) melindungi pelaksanaan pelayanan dari gugatan hukum (Solehudin, 2018). 5. Jenis Kegiatan Quality Assurance Berkaitan dengan quality assurance, Stebbing (1993) menguraikan mengenai kegiatan penjaminan kualitas sebagai berikut: a. Penjaminan kualitas bukan pengendalian kualitas atau inspeksi. Meskipun program penjaminan kualitas (quality assurance) mencakup pengendalian kualitas dan inspeksi, namun kedua kegiatan tersebut hanya merupakan bagian dari komitmen terhadap mutu secara menyeluruh. b. Penjaminan kualitas bukan kegiatan pengecekan yang luar biasa. Dengan kata lain, departemen pengendali kualitas tidak harus bertanggung jawab dalam pengecekan segala sesuatu yang dikerjakan oleh orang lain. c. Penjaminan kualitas bukan menjadi tanggung jawab bagian perancangan. Dengan kata lain, departemen penjaminan kualitas bukan merupakan keputusan bidang perancangan atau teknik, tetapi membutuhkan orang yang dapat


JUDUL BAB X 30 bertanggung jawab dalam mengambil keputusan dalam bidang-bidang yang dibutuhkan dalam perancangan. d. Penjaminan kualitas bukan bidang yang membutuhkan biaya yang sangat besar. Pendokumentasian dan sertifikasi yang berkaitan dengan penjaminan kualitas bukan pemborosan. e. Kegiatan penjaminan kualitas merupakan kegiatan pengendalian melalui prosedur secara benar sehingga dapat mencapai perbaikan dalam efisiensi, produktivitas, dan profitabilitas. f. Penjaminan kualitas bukan merupakan obat yang mujarab untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Dengan penjaminan kualitas, justru akan dapat mengerjakan segala sesuatu dengan baik sejak awal dan setiap waktu. g. Penjaminan kualitas merupakan kegiatan untuk mencapai biaya yang efektif, membantu meningkatkan produktivitas (Mulia, 2011). 6. Teknik dan Alat Quality Assurance Terdapat tiga teknik ataupun alat yang digunakan dalam teknik quality assurance untuk menjamin kualitas suatu produk yaitu quality audit, process analysis, quality management and control tools. a. Dalam Quality Audit, suatu tim ahli yang berasal dari pihak ketiga eksternal (bukan dari internal perusahaan) akan melakukan peninjauan proses dan prosedur yang telah ditentukan oleh perusahaan. Apabila ditemukan perbedaan antara apa yang dilakukan dengan apa yang dinyatakan dalam prosedur atau proses maka perusahaan yang bersangkutan (perusahaan yang diaudit) diminta untuk melakukan tindakan perbaikan


JUDUL BAB X 31 (corrective action). Pihak ketiga dari eksternal tersebut juga akan memberikan saran-saran untuk perbaikan pada proses-prosesnya. Quality audit ini memastikan proses dan prosedur yang telah disetujui dan yang telah ditentukan tersebut telah dilaksanakan dengan baik dan diikuti oleh pihak yang bersangkutan. b. Process Analysis adalah menganalisis setiap proses untuk menemukan kemungkinan (potensi) terjadinya produk cacat ataupun proses-proses yang tidak memiliki nilai tambah kemudian carikan akar penyebabnya dan lakukan tindakan perbaikannya. c. Quality Management dan Control Tools mencakup berbagai teknik diagram yang membantu untuk menemukan permasalahan, ide perbaikan, pengambilan keputusan dan prioritas permasalahan yang harus diselesaikan. Contoh alat-alat quality management dan control tools ini diantaranya seperti diagram pohon, diagram afinitas, diagram jaringan dan lain-lainnya. Perusahaan yang mampu secara konsisten menerapkan teknik quality assurance dengan baik juga akan menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas tinggi. Dengan begitu perusahaan juga akan memperoleh kelebihan kompetitif dibandingkan perusahaan lain di industri sejenis yang tidak dapat menyediakan kualitas dengan level yang sama, sehingga perusahaan dapat menetapkan harga yang lebih tinggi untuk produk atau jasa yang diberikan karena merek kualitas yang melekat pada produk atau jasa yang diberikannya (brand awareness) (NKI, 2021).


JUDUL BAB X 32 Konsep Auditing 1. Pengertian Auditing Berikut ini akan diuraikan beberapa definisi mengenai auditing dikemukakan oleh beberapa ahli. Definisi auditing menurut Guy, Alderman & Winters (2002) adalah suatu proses sistematis yang secara objektif memperoleh dan mengevaluasi bukti mengenai penegasan dari tindakan atau kejadian ekonomi untuk mengukur tingkat kesesuaian antara penegasan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta mengkomunikasikannya pada pihak yang berkepentingan. Menurut Messier, Glover & Prawitt (2005), auditing adalah suatu proses sistematis mendapatkan dan mengevaluasi buktibukti secara objektif sehubungan dengan asersi atas tindakan dari peristiwa ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara asersi- asersi tersebut dan menetapkan kriteria serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut Elder, Beasley & Arens (2011), auditing adalah pengumpulan data dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Menurut Konrath (2002), auditing adalah suatu proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut Mulyadi (1998), auditing adalah proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai


JUDUL BAB X 33 pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang ditetapkan, serta menyampaikan hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Menurut Agoes (2012), auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. 2. Tahapan-Tahapan Audit Audit merupakan suatu kegiatan yang tersistematis sehingga untuk mencapai tujuan audit, terdapat tahapan-tahapan yang perlu dilakukan. Tahapan audit adalah tahap-tahap yang harus dilalui oleh seseorang auditor dalam melaksanakan suatu proses audit. Tiap tahap mempunyai tujuan dan manfaat tertentu untuk mencapai tujuan audit. Adapun tahapan-tahapan audit sebagai berikut (Jurnal Entreprenur, 2018): a. Penerimaan Perikatan Audit; Perikatan merupakan suatu kesepakatan kedua belah pihak. Dalam hal audit maka kedua belah pihak ini adalah pihak auditor dan perusahaan yang biasanya diwakili oleh manajemen. Sebelum melaksanakan audit, maka harus ada sebuah kesepakatan yang harus dibuat dan disetujui bersama. Manajemen atau klien menyerahkan audit laporan keuangan kepada auditor dan auditor menyanggupi audit laporan keuangan sesuai dengan kompetensinya. Bentuk perikatan ini dalam bentuk surat perikatan audit.


JUDUL BAB X 34 b. Perencanaan Proses Audit; Merencanakan proses audit adalah tahapan selanjutnya yang harus diketahui auditor. Untuk membuat perencanaan audit, seorang auditor harus melakukan beberapa kegiatan seperti: a) memahami bisnis dan industri klien, b) melakukan prosedur analitik c) menentukan materialitas, menetapkan risiko audit dan risiko bawaan, d) memahami struktur pengendalian intern dan menetapkan risiko pengendalian, e) mengembangkan rencana audit dan program audit. nanti pada praktiknya tidaklah sesingkat hal tersebut. c. Pelaksanaan Pengujian Audit; Setelah membuat perencanaan audit laporan keuangan maka saatnya melaksanakan pengujian audit. Pada tahap ini, auditor akan melakukan pengujian analitik, pengujian pengendalian dan pengujian substantif. Pengujian analitik dilakukan auditor dengan mempelajari data-data dan informasi bisnis klien dan membandingkan dengan data dan informasi lain. Pengujian pengendalian merupakan prosedur audit untuk melakukan verifikasi efektivitas pengendalian internal klien. d. Pelaporan Audit; Tahap terakhir yaitu pelaporan audit, yaitu hasil dari pekerjaan audit yang telah dikerjakan. Laporan ini merupakan bentuk komunikasi auditor dengan pihak lainnya sehingga tidak boleh dibuat secara sembarangan. Di dalam laporan audit harus mencakup jenis opini, jasa yang diberikan, objek yang diaudit, lingkup audit, tujuan audit, hasil audit dan rekomendasi yang diberikan jika ada kekurangan, dan informasi atau istilah audit pada laporan keuangan lainnya. Laporan audit merupakan tanggung jawab audit yang besar sehingga untuk


JUDUL BAB X 35 memutuskan dan membuat laporan ini harus hati-hati. Jika tidak maka nama kantor akuntan publik biasanya akan tercemar dan akan ada hukuman dari pihak berwajib. 3. Tujuan Audit Mengacu pada Arens dan Loebbecke (2012) tujuan audit yaitu: a. Eksistensi; Tujuan ini menyangkut apakah semua angka-angka yang dimasukkan dal b. am laporan keuangan memang seharusnya dimasukkan dan bagaimana auditor untuk memenuhi asersi manajemen mengenai keberadaan atau keterjadian. c. Kelengkapan; Tujuan ini menyangkut apakah semua angka-angka yang seharusnya dimasukkan memang diikutsertakan secara lengkap sesuai dengan asersi manajemen. d. Akurasi; Tujuan ini mengacu ke jumlah yang dimasukkan dengan jumlah yang benar. Asersi yang memenuhi adalah asersi penilaian atau alokasi. e. Klasifikasi; Tujuannya untuk menunjukkan apakah setiap pos dalam daftar klien telah dimasukkan dalam akun yang telah diklafikasikan dengan tepat. f. Penyajian dan Pengungkapan; Adalah saldo perkiraan dan persyaratan pengungkapan yang berkaitan telah disajikan dengan pantas dalam laporan keuangan. Tujuan ini merupakan cara auditor memenuhi asersi manajemen mengenai penyajian dan pengungkapan (Nurjanah, 2016).


JUDUL BAB X 36 4. Jenis-Jenis Auditing Menurut Arens, Elder, Beasley (2012), jenis-jenis audit yaitu: 1. Audit Oprasional; Audit oprasional megevaluasi efisiensi dan efektivitas setiap bagian dari prosedur dan metode opersi organisasi. Pada akhir audit oprasional, manajemen biasanya mengharapkan saran-saran untuk memperbaiki operasi. 2. Audit Ketaatan; Audit ketaatan dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak yang diaudit telah mengikuti prosedur, aturan, atau ketentuan tertentu yanng ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi. 3. Audit Laporan Keuangan; Audit laporan keuangan dilaksanakan untuk menentukan apakah laporan keuangan (informasi yang diverifikasi) yang dinyatakan sesuai dengan kriteria yang tertentu. Biasanya, kriteria yang berlaku adalah prinsip-prinsip akuntnsi yang berlaku umum (Generally Accepted Accounting). Ditinjau dari luasnya pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas (Nurjanah, 2016): 1. Pemeriksaan Umum (General Audit); Pemeriksaan umum suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) independen dengan tujuan bisa memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. 2. Pemeriksaan Khusus (Special Audit); Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan audit) yang dilakukan oleh KAP yang independen, dan pada akhir pemeriksaannnya auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara keselurruhan. Menurut Agoes (2012), ditinjau dari jenis pemeriksaan audit bisa dibedakan atas: a. Management Audit (Operational Audit); Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu


JUDUL BAB X 37 perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis. Pengertian efesien disini adalah dengan biaya tertentu dapat mencapai hasil atau manfaat yang telah ditetapkan atau berdaya guna. Efektif adalah dapat mencapai tujuan atau sasaran sesuai dengan waktu yang telah dintentukan atau berhasil/dapat bermanfaat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Ekonomis adalah dengan pengorbanan yang serendah-rendahnya dapat mencapai hasil yang optimal atau dilaksanakan secara hemat. b. Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit); Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah mentaati peraturanperaturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (manajemen, dewan komisaris) maupun pihak eksternal (pemerintah, Bapepam, Bank Indonesia, Direktorat Jendral Pajak, dan lain-lain). Pemeriksaan bisa dilakukan oleh KAP maupun bagian internal audit. c. Pemeriksaan Intern (Internal Audit); Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan. Pemeriksaan umum yang dilakuakan internal auditor biasanya lebih rinci dibandingkan dengan pemeriksaan umum yang dilakuakan KAP. Internal auditor biasanya tidak memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan,


Click to View FlipBook Version