The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Perpustakaan STIEB Perdana Mandiri, 2024-06-12 05:38:17

Buku Digital - AUDITING

Buku Digital - AUDITING

JUDUL BAB X 38 karena pihak-pihak diluar perusahaan menganggap bahwa internal auditor biasanya tidak memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan karena pihak-pihak diluar perusahaan menganggap bahwa internal auditor yang merupakan orang dalam perusahaan, tidak independen. Laporan internal auditor berisi temuan pemeriksaan (audit finding) mengenai penyimpangan dan kecurangan yang ditemukan, kelemahan pengendalian intern, beserta saransaran perbaikan (recommendation). d. Computer Audit; Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data akuntansinya dengan menggunakan sistem Electronic Data Processing (EDP) (Junaidah, 2017). 7. Standar Auditing Menurut Danang, standar dalam auditing yang berlaku secara umum ada tiga, yaitu: a. Standar Umum; a. Audit harus dilakukan oleh seorang yang sudah mengikuti pelatihan dan memiliki kecakapan teknis yang memadai sebagai seorang auditor. b. Auditor harus mempertahankan sikap mental yang independen dalam semua hal yang berhubungan dengan audit. c. Auditor harus menerapkan kemahiran profesional dalam melaksanakan audit dan menyusun laporan. b. Standar Pekerjaan Lapangan; a. Auditor harus merencanakan pekerjaan- pekerjaan secara memadai dan mengawasi semua asisten sebagaimana mestinya. b. Auditor harus memperoleh pemahaman yang cukup mengenai entitas serta lingkungannya. c. Auditor harus memperoleh cukup bukti audit yang tepat dengan


JUDUL BAB X 39 melakukan prosedur audit agar memiliki dasar yang layak untuk memberikan pendapat menyangkut laporan keuangan yang diaudit. c. Standar Pelaporan; a. Auditor dalam laporan auditnya harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsipprinsip yang berlaku umum. b. Auditor dalam laporan auditnya harus mengidentifikasi mengenai keadaan dimana prinsip akuntansi tidak secara konsisten diikuti selama periode berjalan dibandingkan dengan periode sebelumnya. c. Jika auditor menetapkan bahwa pengungkapan secara informatif belum memadai, auditor harus menyatakan dalam laporan audit. d. Auditor dalam laporan auditnya harus menyatakan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau menyatakan bahwa suatu pendapat tidak dapat diberikan. Jika auditor tidak dapat memberikan suatu pendapat, auditor harus menyebutkan alasan-alasan yang mendasarinya dalam laporan auditor (Nurjanah, 2016). Konsep Ekonomis, Efisiensi dan Efektivitas 1. Ekonomis Ekonomi adalah aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa (Departemen Pendidikan Nasional, 2001). Ekonomi merupakan cara-cara yang dilakukan oleh manusia dan kelompoknya untuk memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk memperoleh berbagai komoditi dan mendistribusikannya untuk dikonsumsi oleh masyarakat (Lukito, 2015). Ekonomis merupakan suatu tindakan/perilaku dimana kita dapat


JUDUL BAB X 40 memperoleh input (barang atau jasa) yang mempunyai kualitas terbaik dengan tingkat harga yang sekecil mungkin. Dari pengertian diatas ada 2 unsur yang sangat penting, yaitu sumber daya (biaya) dan input (barang atau jasa). Barang yang ekonomis itu bukan merupakan barang murahan atau barang asal jadi (Pangaribuan, 2012). 2. Efisensi Efisiensi merupakan suatu tindakan menghasilkan output terbaik dengan input seminimal mungkin. Dalam kata efisien ini terdapat 2 unsur yang sangat penting, yaitu input dan output. Individu atau manajemen yang efesien selalu memikirkan tentang bagaimana caranya menghasilkan output dengan kualitas yang baik dengan input yang digunakan dengan sesuai takaran (Pangaribuan, 2012). Efisiensi bisa diartikan sebagai keadaan di mana manfaat yang sebesar-besarnya bisa dicapai dari suatu pengorbanan tertentu, dimana untuk memperoleh suatu manfaat tertentu diperlukan pengorbanan sekecil mungkin (Mubyarto, Hamid, 1987). Di dalam efisiensi terdapat beberapa faktor yaitu ketika input yang dibutuhkan lebih kecil, dan dapat menghasilkan output yang sama, atau juga dengan input yang sama dapat menghasilkan output yang lebih besar, dan ketika penggunaan input yang besar dapat menghasilkan output yang jauh lebih besar juga (Qurniawati, 2013). 3. Efektivitas Efektif adalah suatu tindakan mengasilkan output dengan outcome terbaik. Output yang dihasilkan harus memberi manfaat. Dalam kata efektif ini terdapat 2 unsur yang sangat penting, yaitu output dan outcome (Pangaribuan, 2012). Efektivitas merupakan


JUDUL BAB X 41 gambaran tingkat keberhasilan atau keunggulan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan adanya keterkaitan antara nilai-nilai yang bervariasi (Sedarmayanti, 2012). Efektivitas merupakan pengukuran dalam arti terperincinya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (Handayaningrat, 1983). Efektivitas juga berhubungan dengan masalah bagaimana pencapaian tujuan atau hasil yang diperoleh, kegunaan atau manfaat dari hasil yang diperoleh, tingkat daya fungsi unsur atau komponen, serta masalah tingkat kepuasaan pengguna (Muhidin, 2009). Audit Aspek Ekonomis, Efisiensi dan Efektivitas Audit itu adalah suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut: 1) proses pengumpulan dan evaluasi bahan bukti informasi yang dapat diukur; informasi yang dievaluasi adalah informasi yang dapat diukur. hal-hal yang bersifat kualitatif harus dikelompokkan dalam kelompok yang terukur sehingga dapat dinilai menurut ukuran yang jelas, seumpamanya baik sekali, baik, cukup, kurang baik dan tidak baik dengan ukuran yang jelas kriterianya, 2) entitas ekonomi; untuk menegaskan bahwa yang diaudit itu adalah kesatuan, baik berupa perusahaan, divisi atau yang lain. dilakukan oleh seseorang (atau sejumlah orang) yang kompeten dan independen yang disebut sebagai auditor. 3) menentukan kesesuaian informasi dengan kriteria penyimpangan yang ditemukan. penentuan itu harus berdasarkan ukuran yang jelas. artinya, dengan kriteria apa hal tersebut dikatakan menyimpang. 4) melaporkan hasilnya; laporan berisi informasi tentang kesesuaian antara informasi yang diuji dan kriterianya, atau ketidaksesuaian informasi yang diuji dengan kriterianya serta menunjukkan fakta atas ketidaksesuaian tersebut (Rachmah, 2016).


JUDUL BAB X 42 Pengertian audit menurut ASOBAC (a Statement of Basic Auditing Concepts) adalah sebuah proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti kejadian ekonomi secara objektif mengenai kebijakan serta aktivitas ekonomi untuk menentukan tingkat kecocokan/ kesesuaian antara pernyataan dengan kriteria yang telah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan (Halim, 2015). Menurut PSAK 2006 audit adalah suatu proses sistematis yang secara objektif memperoleh serta mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang aktivitas ekonomi untuk lebih meyakinkan tingkat keterkaitan hubungan antara asersi atau pernyataan dengan kenyataan kriteria yang sudah ditetapkan dan menyampaikann hasilnya kepada pihak yang memiliki kepentingan (Rachmah, 2016). Audit berfokus pada tiga aspek yakni ekonomis, efisiensi dan efektivitas atas sebuah program atau kegiatan. Gambar 2.2. Prinsip Ekonomis, Efisiensi, dan Efektivitas dalam Audit (Nugroho, 2001) Konsep ekonomi, efisiensi dan efektivitas saling berhubungan satu sama lain dan tidak dapat diartikan/dimaknai secara terpisah atau sendiri-sendiri. Konsep ekonomi memastikan bahwa biaya input yang digunakan dalam operasional organisasi dapat diminimalkan, konsep efisien memastikan bahwa output yang maksimal dapat dicapai dengan sumber daya yang tersedia, sedangkan konsep efektif berarti bahwa barang/


JUDUL BAB X 43 jasa yang disediakan/ dihasilkan oleh organisasi dapat melayani kebutuhan pengguna barang/jasa dengan tepat. Audit aspek ekonomis merupakan aspek yang berkaitan dengan input yang umumnya mengacu pada kegiatan pengadaan sumber daya. Ekonomi berkaitan erat dengan penyediaan sumber daya dalam jumlah dan mutu yang tepat, pada waktu yang tepat, dengan biaya serendah mungkin. Audit aspek efisiensi secara sederhana efisiensi merupakan perbandingan antara output dan input. Suatu organisasi dapat dikatakan efisien apabila organisasi tersebut: 1) menghasilkan output yang lebih besar dengan menggunakan input tertentu, 2) menghasilkan output tetap untuk input yang lebih rendah dari yang seharusnya, 3) menghasilkan produksi yang lebih besar dari penggunaan sumber dayanya, dan 4) mengapai hasil dengan biaya serendah mungkin. Audit aspek efektivitas, efektivitas merupakan hubungan antara outcome dan output. Atau dengan kata lain efektivitas mengacu pada hubungan antara output dengan tujuan yang ditetapkan. Suatu organisasi, program, atau kegiatan dikatakan efektif jika output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang ditetapkan. Efektivitas pada dasarnya mengacu pada sebuah keberhasilan atau pencapaian tujuan serta merumuskan suatu program dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan. Efektifvitas merupakan salah satu dimensi dari produktivitas, yaitu mengarah kepada pencapaian unjuk kerja yang maksimal, yaitu pencapaian hasil yang memuaskan untuk setiap sasaran yang berkaitan dengan kuantitas dan waktu.


JUDUL BAB X 44 Daftar Pustaka Agoes, Sukrisno (2012) Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh Akuntan Publik. Jilid 1. Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat Al Bani, Aldi (2015) Implementasi Quality Assurance dalam Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia di Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang. Malang: Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Arens, Alvin A; Elder, Randal J; Beasley, Mark S (2012) Auditing and Assurance Services an Integrated Approach. Pearson Arens, Alvin A & Loebbecke, James K (2012) Auditing, an Integrated Approach. 14th Edition. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice-Hall, Inc Arif, Alfi (2011) Quality Assurance Dengan Metodequality Function Deployment: Konsep Implementasi Pada Institusi Perguruan Tinggi. Jurnal Akuntansi Universitas Jember (JAUJ) Vol 9 No 1 Cartin, T. J (1999) Principles and Paractices of Oraganizational Performance Excellence. Milwaukee: ASQ Quality Press Departemen Pendidikan Nasional (2001) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Elder, Radal J; Beasley, Marks S; Arens, Alvin A (2011) Jasa Audit dan Assurance: Pendekatan Terpadu Adaptasi Indonesia. Buku 1. Penj. Amir Abadi Jusuf. Jakarta: Salemba Empat. Eslami, J & Gharakhani, D (2012) Organizational Commitment and Job Satisfactionnal. Journal of Science and Technology, 2 (2) Fathurrohman, Muhammad; Sulistyorini (2012) Implementasi Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan. Yogyakarta: Teras


JUDUL BAB X 45 Guy, Dan M; Alderman, C. Wayne; Winters, Alan J (2002) Auditing. Jilid II. Edisi Kelima. Penj. Sugiyarto. Jakarta: Erlangga Handayaningrat, Soewarno (1983) Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen. Gunung Agung, Jakarta Hani, Umi (2015) Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Islam di SMP IT Ibnu Abbas Klaten. Purwokerto: Pascasarjana IAIN Purwokerto Junaidah, Firda (2017) Analisis Pengendalian Intern Atas Prosedur Penerimaan dan Pengeluaran Kas Kecil Pada PT Bejana Teknik Jaya. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya Konrath, Larry F (2002) Auditing: A Risk Analysis Approach. Fifth Edition. Australia South Western Lukito, Fauzan Harris (2015) Analisis Perbedaan Manajemen Laba Sebelum dan Sesudah Pengadopsian International Financial Reporting Standard (IFRS) Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta Messier, William F; Glover, Steven M; Prawitt, Douglas F (2005) Jasa Audit dan Assurance. Buku 1: Pendekatan Sistematis. Penj. Nuri Hinduan. Jakarta: Salemba Empat Mubyarto; Hamid, Edy Suandi (1987) Meningkatkan Efisiensi Nasional. Yogyakarta: BPFE Muhidin, Sambas Ali (2009) Konsep Efektivitas Pembelajaran. Bandung: Pustaka Setia Mulia, Theodora Gagarina Marda (2011) Implementasi Sistem Manajemen Mutu Iso 9001:2008 Pada Perusahaan Jasa Konstruksi. Yogyakarta: Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Mulyadi (1998) Auditing. Buku 1. Salemba Empat: Jakarta


JUDUL BAB X 46 NKI (2021) Mengenal Tentang Quality Assurance. Retrieved https://www.pelatihank3.co.id/informasi/mengenaltentang-quality-assurance.html#:~: text=Teknik%20dan%20Alat%20Quality%20Assuranc e,Quality%20Management%20and%20Control%20To ols Nugraha, Chrisna Adhitama Surya (2001) Memahami Implementasi Prinsip Ekonomis, Efisien dan Efektif Dalam Audit Kinerjapemerintah. Retrieved https://www.academia.edu/ 9121902/MEMAHAMI_IMPLEMENTASI_PRINSIP_EK ONOMIS_EFISIEN_DA_ EFEKTIV_DALAM_AUDIT_KINERJA_PEMERINTAH Nurjanah (2016) Pengaruh Pengalaman Kerja dan Risiko Audit Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dengan Tekanan Waktu Sebagai Variabel Moderating Pada Bangkespol Tangerang Selatan. Tangerang Selatan: Universitas Pamulang Pangaribuan, Bastian (2012) Ekonomis, Efektif, & Efisien. Retrieved https://www.kompasiana.com/bastian90pangaribua n/550e7f3e813311842cbc6540/ekonomis-efektifefisien Proxsis Manajemen Internasional (2019) Quality Assurance, Pentingkah? Retrieved https://surabaya. proxsisgroup.com/pentingnya-quality-assurance/ Qurniawati, R.S (2013) Efisiensi Perbankan di Indonesia dan Pengaruhnya terhadap Return Saham dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA). Jurnal Manajemen dan Bisnis 17 (1) Rachmah, Ilvia Aulia (2016) Audit Operasional Pelayanan Customer Service Pada Pelanggan di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surya Sembada Kota Surabaya. Surabaya: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Robbins, S.P (2001) Perilaku Organisasi (Organizatonal Behaviour). Jakarta: Prehalindo


JUDUL BAB X 47 Sedarmayanti (2012) Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: Bandar Maju Solehudin, Much (2018) Implementasi Quality Assurance dan Quality Control Sebagai Upaya Peningkatan Mutu Sumber Daya Manusia di MTs El-Bayan Majenang Kabupaten Cilacap. Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Purwokerto Stebbing, Lionel (1993) Quality Assurance: The Route to Efficiency and Competitiveness. New Jersey: PrenticeHall Storey, A; Briggs, R; Jones, H and Russell, R (2000) Quality Assurance, A Practical Guide to the Design and Implementation of Assessments and Monitoring Programmes. London: E & FN Spon Suharsaputra, Uhar (2007) Konsep Penjaminan Mutu. Retrieved http://uharsputra.wordpress.com Usman, Husaini (2008) Manajemen Teori Praktik & Riset Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara _________ (2013) Administrasi Pendidikan. Bandung: PT Refika Aditama Yorke, Mantz (1997) This way QA? Quality Assurance in Education. Emerald Group Publishing Limited Volume 5, Number 2


JUDUL BAB X 48 Profil Penulis Dr. Hamdan Firmansyah, SHI, SH, MMPd, MH Lahir di Sukabumi tanggal 02 Agustus 1981 dari pasangan Ibu Suaebah seorang pendidik dan Bapak Fajar Hidayat seorang jurnalis. Penulis menikahi wanita yang lahir dari pasangan Ibu Emi Ratnawati dan Bapak Mardjuki bernama Putri Ema Swandayani, S.Kep dan Alhamdulillah baru dikaruniai lima orang anak: Hizqil Hilqiya, Yusya Alyasa, Asmatuha Fariha Yaumia, Muhammad Arasya Muntaha dan Muhammad Irsyad Rasyid. Sekarang penulis bersama keluarga merintis Lembaga Pendidikan dan Dakwah Pesantren Cendekia di Kota Sukabumi. Pendidikan yang ditempuh adalah Madrasah Ibtidaiyah (1993), Madrasah Diniyah Awwaliyah (1994), Taman Pendidikan AlQuran (1995), Sekolah Menengah Pertama (1996) di kota Sukabumi, Pada pertengahan tahun 1996 Masuk Pondok Modern Gontor kemudian ditempatkan di Kulliyatu-l-Mu’alimin Al-Islamiyah Pondok Modern Arrisalah (1999/2000) di Ponorogo, penulis melanjutkan ke Institut Studi Islam Darussalam Pondok Modern Gontor Jurusan Manajemen Lembaga Keuangan Islam tamat tahun 2004, Institut Agama Islam Riyadlotul Mujahidin Pondok Pesantren Wali Songo Ponorogo Jurusan Mu’amalat (Hukum Ekonomi Syariah) tamat tahun 2004 dan Program Akta IV Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam di tempat yang sama. Pada tahun 2005-2006 mendapat beasiswa dari Zakariyya Islamic University Lenasia South Africa untuk Program Studi Islam. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan studi di Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan Sekolah Tinggi Manajemen IMNI Jakarta hingga selesai tahun 2007. Kemudian melanjutkan studi pada Program Pascasarjana Magister Hukum Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung dengan berhasil meraih predikat Cum Laude. Dan saat ini telah menyelesaikan Program Pascasarjana Doktor Hukum Islam Konsentrasi Hukum Ekonomi Syariah di almamater yang sama yaitu Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung dengan meraih predikat Cum Laude. Pengalaman Penulis selain aktif sebagai peneliti sekaligus penulis baik berupa buku maupun berupa jurnal nasional dan internasioanl juga sebagai nara sumber pada seminar dan loka karya, tutor pada pelatihan dan sebagai tenaga edukatif dimulai sejak tahun 1998 sampai sekarang yaitu menjadi Guru TPA, RA/TK, MI/SD, MTs/SMP, MA/SMA, KMI, dan Dosen perguruan tinggi dari Program Diploma, Sarjana hingga Pascasarjana. Penulis pernah


JUDUL BAB X 49 mendapat kehormatan menjadi Guru Agama Masyarakat Indonesia atas permintaan Kedutaan Besar Republik Indonesia dan Guru Agama Masyarakat Malaysia atas permintaan Suruhanjaya Tinggi Malaysia di Republik Afrika Selatan. Email Penulis: [email protected]


50


51 3 TUJUAN DAN TANGGUNGJAWAB AUDIT Nurhidayah, S.Pd., M.Ak Universitas Sulawesi Barat Tujuan Audit Kata Audit terkadang keliru diartikan sebagai upaya pemeriksa untuk mencari-cari kesalahan auditee, sehingga mendengar kata Audit terkadang menjadikan auditee merasa takut untuk diaudit. Pada dasarnya auditor melaksanakan pemeriksaan dengan membandingkan kesesuaian aturan-aturan dan standar yang berlaku dengan laporan keuangan yang diasersikan oleh pihak manajemen. Namun, mencari kesalahan bukanlah menjadi tujuan utama untuk melakukan pengauditan. Tujuan utama dilakukannya pengauditan ialah memberikan opini atau pendapat mengenai laporan keuangan yang disajikan dalam laporan posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas apakah telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Hal ini pula lah yang menjadi hasil akhir pengauditan yang dituangkan dalam laporan audit, di dalam laporan audit harus memberikan opini apakah laporan yang telah diaudit ini dapat dikatakan wajar atau tidak wajar dalam semua hal yang material. Dengan kata lain tujuan utama pengauditan adalah untuk mengetahui


TUJUAN DAN TANGGUNGJAWAB AUDIT 52 kewajaran atau kelayakan penyajian laporan yang telah disajikan auditee. Menurut Agoes (2017) Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan. Pengertian tentang auditing lainnya, menurut Mulyadi (2013) yang didalamnya menjelaskan tentang tujuan audit yakni suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai penyataanpernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-peryataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasilhasinya kepada pemakai yang berkepentingan. Sejalan dengan yang disampaikan oleh dua ahli di atas Hayes, Rick, Wallage, Phillip, dan Gortemaker ( 2017) Juga menambahkan bahwa audit merupakan suatu proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi bahan bukti mengenai asersi tentang kejadian dan kegiatan ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Proses pengauditan dilakukan untuk mengetahui opini audit yang diberikan baik dalam hal opini audit wajar ataupun dikategorikan tidak wajar dalam semua hal yang material, dimana opini tersebut dapat menjadikan keyakinan mengenai kesesuaian asersi oleh pengguna laporan keuangan telah didukung oleh opini auditor.


TUJUAN DAN TANGGUNGJAWAB AUDIT 53 Opini Audit Opini audit merupakan pernyataan kewajaran laporan yang telah diaudit yang dinyatakan dan dimuat dalam laporan audit. Opini audit tidak serta merta terlontarkan begitu saja tanpa adanya dasar penetapan kewajaran yang jelas. Penetapan pernyataan kewajaran berdasarkan pada apa yang telah didapati selama masa proses pengauditan termasuk didalamnya yang menjadi dasar pertimbangan ialah kertas kerja yang didukung oleh kelengkapan bukti audit, Dari kertas kerja dan bukti audit yang diperoleh dapat dilakukan penilaian kesesuaian nya dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Opini audit menjadi hasil akhir pelaksanaan pengauditan. Salah satu poin yang termuat dalam standar pelaporan audit ialah laporan harus memuat pernyataan pendapat atas kewajaran laporan keuangan auditee yang telah diperiksa oleh auditor. Opini audit mencerminkan kewajaran atau kelayakan laporan yang telah tersaji dan telah diperiksa. Opini audit memiliki beberapa jenis, berikut disajikan jenis-jenis opini audit yang dapat menjadi inti pernyataan auditor di dalam laporan audit; 1. Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) Opini Audit Wajar Tanpa Pengecualian atau biasa dikelan dengan istilah Unqualified Opinion ini merupaka opini yang paling diharapkan oleh auditee. wajar tanpa pengecualian bermakna bahwa laporan yang telah disajikan sudah sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku tanpa ada suatu hal material yang perlu dikecualikan. Dari semua jenis opini audit, pernyataan inilah yang berarti paling baik. 2. Opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) Opini Wajar Dengan Pengecualian atau biasa disebut Qualified Opinion merupakan pernyataan yang


TUJUAN DAN TANGGUNGJAWAB AUDIT 54 bermakna bahwa laporan keuangan yang disajikan dapat diandalkan hanya saja masih terdapat hal-hal atau pos yang menjadi masalah sehingga dikecualikan agar tidak salah dalam pengambilan keputusan. 3. Opini Tidak Wajar Opini tidak wajar atau Adversed Opinion bermakna bahwa laporan keuangan yang telah disajikan tidak sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku atau terdapat kesalahn penyajian yang material dalam laporan keuangan yang telah disajikan tersebut. 4. Tidak memberikan Pendapat Tidak memberikan pendapat atau dikenal dengan Disclimer juga dapat menjadi suatu jenis opini. Dimana Disclimer memberikan maksud bahwa laporan yang disajikan tidak dapat diandalkan karena terdapat kesalahan yang material terlebih lagi manajemen membatasi ruang lingkup pelaksanaan audit sehingga auditor juga tidak dapat menemukan bukti yang cukup. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa opini tidak dapat dinyatakan tanpa adanya dasar yang mendukung pernyataan, maka dasar yang mendukung pernyataan atau opini audit ini juga diperoleh melalui proses dan tahapan pelaksanaan yang mesti dilalui oleh auditor dan tentunya melibatkan kreja sama yang baik dari auidtee sebagai pihak yang diaudit. Tahapan Audit Laporan Keuangan Berikut dijelaskan secara ringkas tahapan-tahapan dalam pelaksanaan Pengauditan; 1. Perikatan Audit Perikatan audit merupakan langkah awal pertemuan antara Auditor dengan calon auditee/klien. Pada


TUJUAN DAN TANGGUNGJAWAB AUDIT 55 tahap ini, klien dan auditor menuangkan hal-hal yang penting untuk disepakati sebelum pelaksanaan audit, perikatan audit dilakukan dengan tujuan agar proses pelaksanaa audit berjalan lancar sesuai kesepakatan kedua belah pihak, dalam perikatan juga menganut asas kerja sama yang tidak merugikan salah satu pihak. Auditor tidak serta-merta harus menerima klien yang meminang partner dalam perikatan ini, namun auditor dapat mempertimbangkan kesanggupan menerima klien tersebut, maka sebaiknya pihak auditor mengenali bisnis klien terlebih dahulu sebelum melanjutkan kesepakatan kontrak perikatan audit, salah satu hal yang paling penting untuk dipertimbangkan ialah keindependensian tim pelaksana audit. Hasil akhir perikatan audit dituangkan dalam kontrak perikatan audit (Audit Engagement Letter), pada umumnya hal-hal yang diatur dalam kontrak ini memuat hal-hal berikut; a. Tujuan Audit b. Tanggungjawab Auditor; didalamnya memuat Tanggungjawab secara Umum, Tanggungjawab dalam mendeteksi kecurangan, Tanggungjawab dalam mendeteksi ketidaktaatan terhadap peraturan/Perundang-undangan, Tanggungjawab dalam pemeriksaan pajak, Tanggungjawab atas pengendalian internal c. Tanggungjawab Manajemen dan Pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola; didalmnya memuat Tanggungjawab dalam pencegahan dan pendeteksian kecurangan, Tanggungjawab mematuhi peraturan/perundang-undangan, Tanggungjawab dalam penyediaan data, akses


TUJUAN DAN TANGGUNGJAWAB AUDIT 56 terhadap informasi dan individu, Representasi Manajemen, d. Pelaporan e. Bantuan dan Kerjasama dari Staf Perusahaan (klien) f. Biaya dan Ketentuan Lainnya g. Tanggungjawab Ditribusi atas laporan Audit h. Komunikasi i. Kepemilika dan Akses Kertas Kerja Audit j. Pembebasan dan Ganti Rugi k. Pembatasan Tanggungjawab l. Jangka Waktu Penugasan m. Persetujuan 2. Perencanaan Proses Pengauditan Perencanaan audit dilakukan perikatan audit telah dilaksanakan dan sebelum proses pelaksanaan audit dimulai, adapun hal- hal yang dilakukan dalam tahap perencanaan audit menurut Alvin A. Arens et (2012) ialah; a. Menerima klien dan melakukan perencanaan audit awal b. Mempelajari industry bisnis auditee c. Penilaian risiko bisnis auditee d. Pelaksanaan prosedur analitis pendahuluan e. Penetapan materialitasdan menilai risiko f. Pemahaman internal control g. Pengumpulan informasi untuk mempertimbangkan risiko kecurangan


TUJUAN DAN TANGGUNGJAWAB AUDIT 57 h. Pengembangan strategi audit dan program audit 3. Pelaksanaan Pengauditan Pelaksanaan pengauditan merupakan salah satu proses utama dan proses penting dalam rangkaian proses audit dengan meperhatikan standar pekerjaan lapangan, apa yang telah direncanakan dalam tahapan perencanaan audit direalisasikan pada saat pelaksanaan pengauditan. Adapun hal-hal yang dilakukan dalam pelaksanaan audit antara lain permintaan dokuman-dokumen auditee yang dibutuhkan, memahami internal control, mempersiapkan rencana dan program audit yang telah dilakukan pada proses perencanaan sebelumnya, melakukan komunikasi yang baik dalam setiap pekerjaan lapangan, pelaksanaan pekerjaan lapangan dan melengkapi kertas kerja serta bukti audit, serta menyusun laporan. 4. Pelaporan Audit Tahap akhir dalam proses audit ialah tahap pelaporan, dalam pelaporan audit penting untuk mempertimbangkan standar pelaporan yakni pelaporan harus memuat pernyataan kesesuaian, kekonsistenan penerapan prinsip akuntansi, laporan bersifat pengungkapan yang informatif dan Opini audit yang jelas. Mengapa Audit Dibutuhkan? Selain daripada tujuan, dengan dilaksanakannya pengauditan juga akan memiliki manfaat-manfaat bagi auditee sebagai pihak yang diaudit ataupun bagi pihakpihak lain yang terkait, berikut merupakan jawabanjawaban mengapa pengauditan butuh untuk dilaksanakan;


TUJUAN DAN TANGGUNGJAWAB AUDIT 58 1. Laporan keuangan yang belum/tidak diaudit kewajarannya kurang dipercaya oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan 2. Dengan adanya pelaksanaan audit, kejelasan mengenai kemungkinan salah saji laporan keuangan yang diasersikan dapat terjawab. 3. Laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor yang kompeten dan independen akan memperoleh keyakinan yang bebas salah saji sesuai dengan standar akuntansi yang berterima umum 4. Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang dilaporkan tiap tahunnya kepada pihak pajak yang didukung oleh laporan keuangan auditan akan lebih dipercaya 5. Perusahaa yang tercatat sebagai perusahaan go public wajib menyampaikan laporan auditan paling lambat di akhir bulan ke tiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan, hal ini tertuang pada Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan Nomor KEP-346/BL/2011 dan didukung oleh Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No 29/POJK.04/2016 tertuang pada BAB II tentang Penyusunan, bentuk dan isi laporan tahunan. 6. Laporan Auditan dapat menjadi salah satu dasar pemberian keyakinan bagi kreditur/calon kreditur dalam pemebrian kredit 7. Laporan Auditan menjadi pertimbangan kepercayaan investor untuk berinvestasi pada perusahaan emiten 8. Audit sebagai evaluasi peningkatan efektivitas pelaporan 9. Audit membantu pertahanan perusahaan dan upaya pencegahan kecurangan


TUJUAN DAN TANGGUNGJAWAB AUDIT 59 Tanggung Jawab Audit Auditor bertanggungjawab untuk menyatakan pendapat atas kewajaran laporan keuangan auditee setelah melewati proses pemeriksaan dan tentunya pernyataan atau pendapat yang diberikan ialah pendapat yang didukung oleh hasil pemeriksaan ditunjukkan dari kertas kerja dan bukti-bukti pengauditan yang telah diperoleh selama masa audit. Selain itu auditor bertanggungjwab untuk menyelesaikan pekerjaan audit sesuai dengan waktu yang tertuang pada kesepakatan kontrak atau surat perikatan audit yang diselenggarakan sebelum pekerjaan audit diterima. Pendapat Auditor hanya dapat dinyatakan setelah adanya proses pelaksanaan pengauditan, Berdasarkan hal tersebubut maka tanggung jawab utama dalam pengauditan ialah tanggung jawab dalam perencanaan dan pelaksanaan pemeriksaan hingga memperoleh kepastian tentang kelayakan atau kewajaran laporan keuangan apakah telah terbebas dari unsur salah saji material laporan keuangan yang bersifat tindak kecurangan ataupun karena kekeliruan dan ketidak telitian. Namun penting untuk ditekankan bahwa dalam hal ini auditor bukan bertindak sebagai detektif yang melakukan penyelidikan terhadap suatu tindakan kejahatan. Dalam Auditing, auditee bukanlah dengan status penjahat yang diselidiki, Pemeriksaan diawali dengan auditor bersikap skeptis dengan kata lain tidak memastikan suatu laporan memiliki unsur kecurangan dan tidak pula memastikan telah bebas dari salah saji material sebelum pemeriksaan dilakukan secara kompeten dan independen. Sebagai pihak yang telah melakukan pemeriksaan dan menyatakan pendapat atas kewajaran laporan keuangan, maka auditor juga bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan temuan audit baik itu kecurangan


TUJUAN DAN TANGGUNGJAWAB AUDIT 60 ataupun temuan lain yang menjadi kelemahan ataupun kekuatan auditee kepada pihak manajemen dan pihak lain yang berkepentingan. Tanggung Jawab Manajemen bukan Tanggung Jawab Auditor Tanggung jawab audit tentu berbeda porsi dengan tanggung jawab manajemen, Auditor Eksternal bukan merupakan bagian dari Perusahaan namun posisinya sebagai pihak ke tiga yang memeriksa laporan keuangan perusahaan. Posisi sebagai pihak luar perusahaan inilah yang juga menjadi suatu dukungan lebih terpercayanya laporan auditan dibandingkan laporan keuangan sebelum diaudit meskipun sebelumnya mungkin telah dievaluasi sendiri oleh pihak manajemen. Auditor dapat memberikan saran perbaikan untuk tindak lanjut keberlangsungan perusahaan namun saran tersebut tidak wajib harus diterima pihak manajemen tetapi hanya sebatas pertimbangan bagi pihak manajemen untuk pengambilan keputusan. Tanggung jawab dalam pengambilan keputusan tetap berada di tangan pihak manajemen sebagai pihak yang menjalankan perusahaan. Pelanggaran Auditor Auditor sebagai pemeriksa atau pihak yang beri amanah untuk mengevaluasi dan menilai kesesuaian dan kewajaran laporan keuangan suatu entitas, namun perlu digaris bawahi bahwa auditor juga adalah manusia yang tidak lepasa dari human error, adapun kesalahan kesalahan atau pelanggaran yang dapat melibatkan auditor dikategorikan sebagai berikut; 1. Ordinary Negligence (Kesalahan ringan, Manusiawi, Tidak Sengaja) 2. Gross Negligence (Kesalahan agak berat)


TUJUAN DAN TANGGUNGJAWAB AUDIT 61 3. Constructive Fraud (Pelanggaran Berat, Akuntan Publik Terlibat secara langsung membantu Fraud) 4. Fraud (Pelanggaran sangat berat, Akuntan Publik secara sadar terlibat bersama manajemen melakukan Fraud) Berdasarkan peraturan yang menjadi acuan pemeriksaan auditor, maka setiap pelanggaran auditor secara garis besar dapa menyalahi peraturan-peraturan yang termaktub dalam Ketentuan yang diatur dalam SPAP, Kode Etik yang ditetapkan serta pelanggaran PerundangUndangan yang berkaitan dengan bidang jasa yang diberikan. Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2015 tentang praktik akuntan publik juga menjelaskan pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan suatu entitas yang dilakukan oleh KAP paling lama 5 tahun buku berturut-turut, oleh karena itu ketika audior melakukan pengauditan terhadap auditee melebih batas waktu yang dijelaskan maka akan terhitung sebagai pelanggaran pula dan dapat dikenai sanksi untuk tidak memberika jasa audit selama 2 tahun buku berturutturut. Sanksi Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2015 juga telah mengatur sanksi administratif bagi akuntan publik jika didapati melakukan pelanggaran sesuai porsinya, sanksi administrative dapat berupa; 1. Rekomendasi untuk melaksanakan kewajiban tertentu 2. Peringatan tertulis 3. Pembatasan pemberian jasa kepada suatu entitas tertentu 4. Pembatasan pemberian jasa tertentu


TUJUAN DAN TANGGUNGJAWAB AUDIT 62 5. Pembekuan izin 6. Pencabutan izi, dan 7. Denda Walaupun seorang akuntan publik telah dikenai sanksi administrasi sebagai konsekuensi dari pelanggaran Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2015. namun tetap saja sanksi hukum dan pertanggung jawaban atas tuntutan hukum untuk mengganti kerugian pihak-pihak yang dirugikan dapat dilakukan oleh pihak-pihak yang berhak atas pemenuhan ganti rugi. Tuntutan hukum tersebut dapat berasal dari; 1. Klien 2. (Calon) Investor, 3. Bapepam LK (sekarang OJK), 4. Departemen Keuangan (sekarang Pusat Pembinaan Profesi Keuangan -Kemenkeu), 5. Bank Indonesia 6. Pengguna Laporan Keuangan lainnya. Apa yang Penting Dilakukan Auditor? 1. Auditor sebaiknya Tidak sembarang menerima klien Pada saat perikatan audit, auditor perlu mepertimbangkan dengan sebaik-baiknya sebelum menerima klien dan menyetujui kontrak perikatan. Hal ini menjadi penting karena terkait keberlanjutan pekerjaan audit yang akan dilaksankan kedepannya dimana tujuan pemeriksaan tidak dapat terlaksana tanpa adanya kerjasama yang baik dengan klien sebagai pihak yang diperiksa, selain itu pertimbangan terkait kenyamanan dan keamanan kerja juga penting untuk diperhitungkan.


TUJUAN DAN TANGGUNGJAWAB AUDIT 63 2. Sebelum penugasan ataf audit, mempertimbangkan integritas staf yang ditugaskan Pelaksanaan pemeriksaan dikerjakan oleh tiap-tiap anggota tiam audit sesuai pembagian tugas pemeriksaan yang direncanakan, dalam penetapan auditor penting pula memilih auditor yang memiliki integritas dalam penugasan audit, integritas dalam hal ini mengenai kelengkapan potensi, kemampuan serta kejujuran dalam audit yang akan ditugaskan. 3. Independensi dan kehati-hatian Independensi bukanlah hal dapat dikesampingkan dalam pelaksanaan audit. Keindependensian auditor sangat berperan penting dalam pencapaiaan tujuan audit. Maka dalam penugasan auditor penting juga untuk mempertimbangkan hubungan antara anggota tim auditor dengan klien yang akan diperiksa untuk menjaga keindependensian pelaksaanaan audit atas nama kantor akuntan publik. 4. Patuhi Standar dan Kode etik Kode etik akuntan publik telah diatur sendiri oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), kode etik ini bukan hanya untuk diketahui oleh akuntan publik tetapi wajib hukumnya untuk diterapkan. Etika menjadi perekat kepercayaan kepada akuntan publik, oleh karena itu dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan auditor wajib mematuhi standar kode etik. 5. Menaati Standar Pengendalian Mutu Standar pengendalian mutu juga merupakan suatu hal yang mesti dipatuhi oleh akuntan public, standar pengendalian mutu ini menjadi suatu panduan bagi kantor akuntan publik dalam pelaksanaan pengendalian terhadap kualitas setiap layanan jasa


TUJUAN DAN TANGGUNGJAWAB AUDIT 64 yang diberikan dengan mematuhi berbagai standar yang telah ditetapkan oleh Dewan standar Profesional Akuntan Public 6. Memahami dengan seksama bisnis klien/auditee Pemahaman terhadap bisnis klien yang akan diaudit merupakan langkah penting perkenalan awal secara mendalam terhadap auditee, sebelum melakukan pemeriksaan terkait laporan keuangan klien penting untuk memahami terlebih dahulu industri yang dikelola oleh klien agar langkah pengembangan strategi pengujian lebih efektif dan efisien 7. Pelaksanaan audit yang berkualitas Audit yang berkualitas dilaksanakan dengan tidak bertujuan mencari kesalahan klien, melainkan pelaksanaan audit didasarkan kepada evaluasi terhadap kesesuaian laporan yang diasersikan pihak klien dengan prinsip akuntansi yang berterima umum, oleh karenanya auditor penting pula untuk menaati standar pengendalian mutu layanan pengauditan, disamping itu auditor dapat memberikan management letter kepada klien sebagai surat pemberitahuan ataupun usulan perbaikan dari auditor kepada klien baik yang bersifat kelemahan ataupun kekuatan entitas sesuai evaluasi dari hasil pemeriksaan auditor. 8. Laporan audit harus didukung oleh kertas kerja dan bukti yang cukup dan lengkap Auditor melakukan pemeriksaan dengan menuangkan pada kertas kerja dan bukti audit yang telah diperoleh dari pengujian yang dilaksanakan, hal ini sesuai dengan standar pekerjaan lapangan. Berdasarkan kertas kerja dan bukti audit tersebutkah auditor dapat merumuskan laporan audit, jadi


TUJUAN DAN TANGGUNGJAWAB AUDIT 65 laporan audit tidaklah lahir begitu saja melainkan didukung oleh kertas kerja dan bukti audit hasil pemeriksaan. Dengan adanya dukungan hasil audit tersebut akan menguatkan opini audit yang ditetapkan oleh auditor sehingga pihak-pihak yang berkepentingan terhadap hasil audit juga lebih meyakini opini audit yang diberikan. 9. Perhatikan keberadaan kontrak setiap penugasan Kontrak penugasan merupakan perjanjian antara dua belah pihak dalam hal ini pihak pemberi tugas dan pihak yang ditugaskan. Keberadaan kontrak ini penting untuk diperhatikan karena dalam suatu perjanjian kontrka memuat hal-hal yang disepakati dalam pelaksanaan audit. Kontrak berfungsi sebagai dasar kerangka dasar perlakuan-perlakuan yang akan dilaksanakan semua pihak yang terlibat dalam kontrak maka kontrak juga berfungsi melindungi semua pihak yang tertuang dalam kontrak bahkan kontrak memiliki dasar hukum yang dianggap sah ketika adanya unsur kesepakatan pihak-pihak terkait, adanya objek yang disepakati, kecakapan pihak yang terlibat dalam kontrak untuk melakukan perbuatan hukum dan kontrak tidak melanggar norma yang ada. 10. Meminta surat pernyataan langganan kepada klien sebelum audit report Surat penyataan langganan telah dijelaskan pada SA 580 terkait tanggungjawab auditor agar mendapatkan representasi secara tertulis dari pihak klien (manajemen), representasi yang dimaksud disini memuat hal-hal berikut; a. Pihak klien (manajemen) sadar sebagai pihak yang bertanggungjawab atas kewajaran penyajian


TUJUAN DAN TANGGUNGJAWAB AUDIT 66 laporan keuangan entitas seuai standar yang berlaku. b. Semua dokumen, data dan informasi yang dibutuhkan pada saat pelaksanaan audit seluruhnya telah diperlihatkan kepada akuntan publik tanpa ada yang disembunyikan atau dirahasiakan c. Penjelasan pos-pos laporan keuangan d. Menyatakan jika ada keberadaan aset yang dijadikan jaminan atas kredit di Bank dan dijaminkan kepada siapa. e. Menyatakan jika ada keberadaan liabilitas bersyarat, jika ada perlu dijelaskan dalam bentuk apa f. Menyatakan jika terdapat transaksi hubungan istimewa dengan perusahaan induk, perusahaan anak atau perusahaan afiliasi g. Menyatakan ada atau tidak nya kejadian penting setelah tanggal neraca yang mungkin saja dapat berpengaruh terhadap kewajaran laporan keuangan Surat peryataan langganan berfungsi sebagai bukti pendukung ketika klien melakukan tindakan yang tidak sesuai setelah laporan audit diterbitkan 11. Menjaga kepercayaan klien termasuk data klien Setiap profesi membutuhkan kepercayaan dari berbagai pihak begitupula profesi sebagai akuntanpublik. Akuntan publik merupakan sebuah amanah yang diberikan oleh pihak-pihak yang membutuhkan laporan audit tidak terkecuali amanah dari klien sendiri. Akuntan publik harus memegang amanah tersebut termasuk untuk menjaga


TUJUAN DAN TANGGUNGJAWAB AUDIT 67 kerahasiaan data-data klien yang telah diaudit sekalipun itu bersifat kertas kerja yang merupakan kepemilikan akuntan public sendiri, Namun berbeda kondisi ketika data-data klien tersebut bersinggungan dengan hukum dan dibutuhkan sebagai bukti hukum, maka auditor tidak ada alasan untuk membatasi atau menghalangi penyelidikan hukum. Peer Review Peer review merupakan suatu bentuk telaah kembali terhadap pekerjaan auditor atau akuntan publik dan pelaksanaan layanan jasa yang diproduksi oleh suatu kantor akuntan publik (KAP). Penelaahan dilakukan oleh rekan sejawat sesame auditor, penelaah yang melaksanakan peer review disebut sebagai penelah sejawat atau mitra bestari. Hasil peer review memberikan manfaat bagi kantor akuntan publik agar menjadi pertimbangan untuk meningkatkan mutu pelaksanaan layanan pemeriksaan dan dapat meningkatkan reputasi serta meminimalisir kemungkinan-kemungkinan tuntutan hukum yang dapat ditimbulkan. Peer review bertujuan untuk mengetahui serta melakukan penetapan dan pelaporan terkait pengembangan dan penerapan prosedur dan kebijakan yang cukup terhadap unsur-unsur pengendalian mutu oleh kantor akuntan publik. Menurut Meisser, Glover dan Prawitt (2005) Unsur-unsur pengendalian mutu yang dimaksud adalah sebagai berikut; 1. Independensi, Integritas dan Objektivitas KAP menjunjung prinsip indendensi, integritas serta objektivitas dalam setiap pelaksanaan layanan jasa yang diproduksi oleh KAP terutama bagi seluruh auditor yang ditugaskan; independensi secara nyata, pelaksanaan tanggungjawab profesi dengan integritas dan sikap objektiv dalam mengemban tanggungjawab.


TUJUAN DAN TANGGUNGJAWAB AUDIT 68 2. Pengorganisasian pegawai KAP KAP terorganisir dengan melalui rumusan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu melalui personalia masing-masing pegawai termasuk auditor yang memiliki kompetensi yang cukup sesuai dengan bidang penugasan. 3. Penerimaan Klien dan Keberlanjutan Klien KAP memiliki ketetapan terkait kebijakan dan prosedur untuk menerima atau menolak klien baru ataupun setuju mempertahankan atau menolak mempertahankan klien yang lama atau sudah pernah diaudit sebelumnya 4. Kinerja Penugasan KAP memenuhi dan mematuhi seluruh persyaratan perundang-undangan, standar professional yang berlaku, serta standar pengendalian mutu. KAP juga memiliki kebijakan dan prosedur terkait pemenuhan setiap aturan dan standar yang terkait. 5. Pemantauan KAP memiliki kebijakan dan prosedur terkait pelaksanaan pengendalian mutu secara efektif. Meisser, Glover, dan Prawitt (2005) menambahkan bahwa peer review juga melakukan penelaah mengenai relevansi dan kepatuhan terkait kebijakan dan prosedur, kecukupan materi pedoman serta bantuan dalam pelayanan praktik jasa dan efektivitas program pengembangan professional.


TUJUAN DAN TANGGUNGJAWAB AUDIT 69 Daftar Pustaka Agoes, S. (2017). Auditing : Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik , Buku 1 (5th ed.). Salemba Empat. Alvin A. Arens et. (2012). Auditing dan jasa Assurance. Erlangga. Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor KEP-346/BL/2011, (2011). Hayes, Rick, Wallage, Phillip, dan Gortemaker, H. (2017). Prinip – prinsip pengauditian, Third Edition (3rd ed.). Salemba Empat. Meisser, Glover, P. (2005). Auditing and Assurance Service Buku 2 (4th ed.). Salemba Empat. Mulyadi. (2013). Auditing. Salemba Empat. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No 29/POJK.04/2016, (2016). Peraturan pemerintah No. 20 tahun 2015, Pub. L. No. 20 (2015).


TUJUAN DAN TANGGUNGJAWAB AUDIT 70 Profil Penulis Nurhidayah Lahir di Maros Sulawesi Selatan, tahun 1992. Penulis memiliki ketertarikan dengan bidang ekonomi khususnya dalam bidang akuntansi sejak masih menempuh studi Madrasah Aliya atau setara dengan Sekolah Menengah Atas di Kota Parepare dan lulus pada tahun 2009, kemudian penulis melanjutkan studi S1 pada jurusan Pendidikan Akuntansi di Universitas Negeri Makassar dan menyelesaikan studi pada tahun 2013. Lebih lanjut penulis tertarik terhadap bidang pemeriksaan atau lebih dikenal dengan Auditing sehingga menempuh konsetrasi Auditing pada program magister ilmu Akuntansi di Universitas Muslim Indonesia dan menyelesaikan studi pada tahun 2016. Sambil menempuh magister penulis juga bekerja sebagai staf Accounting di bidang perhotelan di kota Makassar. Saat ini penulis terdaftar sebagai dosen tetap prodi Akuntansi pada salah satu Perguruan tinggi di Sulawesi Barat setelah sebelumnya juga pernah mengabdi di dua universitas yang berbeda. salah satu mata kuliah yang pernah dibawakan oleh penulis ialah auditing. Penulis juga senang terlibat dalam kegiatan penelitian dan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di bidang Ekonomi dan pendidikan. Email Penulis: [email protected]


71 4 KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR Suryaningsi, S.E., M.Ak Universitas Muhammadiyah Kupang Pengertian Pengertian audit menurut Randal J.Elder, Mark S. Beasley, Alvin A.Arens (2012:4) adalah “Auditing is accumulation and evaluation of evidence about informationto determine and report on the degree of correspondence between the information and estabilished criteria. Auditing should be done by a competen, independent person.” Artinya auditing adalah pengumpulan dan pengevaluasian bukti mengenai berbagai kejadian ekonomi (informasi) guna menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi (informasi) dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilaksanakan oleh orang yang kompeten dan independen. Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kinerja yang digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti itu auditor juga harus memiliki sikap mental independen. Kompetensi orang-orang yang melaksanakan audit akan tidak ada nilainya jika mereka


KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR 72 tidak independen dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti (Arens dkk, 2011). Kompetensi Auditor 1. Pengertian Kompetensi Berdasarkan Peraturan Kepala BPKP No. PER211/K/JF/2010 Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang Pegawai Berupa Pengetahuan, Keahlian, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya. Menurut Mathius Tandiontong (2018) menyatakan bahwa: “Kompetensi berhubungan dengan keahlian, pengetahuan, dan pengalaman sehingga auditor yang, kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seseorang auditor berupa pengetahuan, keahlian dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugasnya. Menurut Sukrisno Agoes (2013:146) mendefinisikan kompetensi sebagai berikut: “Suatu kecakapan dan kemampuan dalam menjalankan suatu pekerjaan atau profesinya. Orang yang kompeten berarti orang yang dapat menjalankan pekerjaannya dengan kualitas hasil yang baik. Dalam arti luas kompetensi mencakup penguasaan ilmu/pengetahuan (Knowledge), dan keterampilan (skill) yang mencakupi, serta mempunyai sikap dan perilaku (attitude) yang sesuai untuk melaksanakan pekerjaan atau profesinya”. Adapun kompetensi di dalam teori keagenan yaitu auditor sebagai pihak ketiga yang mentaati etika yang ditetapkan dan berkompeten, maka kualitas auditnya akan baik. Karena auditor yang mempunyai etika yang baik dan auditor berkompeten akan mempunyai banyak pengalaman dan lebih berhati-hati dalam mengungkap


KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR 73 kecurangan, serta ilmu pengetahuan yang luas akan lebih mudah menemukan kecurangan pada laporan keuangan. Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa kompetensi adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal, kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan audit dengan benar. Kompetensi adalah keahlian yang dimiliki auditor dalam melaksanakan tugasnya. Kompetensi auditor dapat diukur melalui pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan formal dan pelatihan khusus. Sedangkan pengalaman akan memberikan kemudahan selama proses audit dalam menemukan temuan–temuan yang tidak khas. Mulyadi (2014:25) menyatakan bahwa Pendidikan formal akuntan publik dan pengalaman kerja dalam profesinya merupakan dua hal yang saling melengkapi. Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti itu (Arens et al; 2015). Pengertian kompetensi menurut Mulyadi (2013:58) yaitu: “Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkatan pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan.” Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa suatu audit yang dilaksanakan oleh seorang auditor harus dilakukan oleh orang yang memiliki pengetahuan, keahlian dan pelatihan teknis yang cukup agar tercapainya tugas yang menjadi pekerjaan


KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR 74 bagi seorang auditor. Kompetensi adalah sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja mencakup pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku kognitif, efektif dan psikomotorik dengan sebaikbaiknya sehingga menjadi keharusan bagi auditor untuk memiliki pendidikan formal di bidang auditing dan akuntansi. 2. Sudut Pandang Kompetensi Auditor Kompetensi auditor merupakan kemampuan professional individu auditor dalam menerapkan pengetahuan untuk menyelesaikan suatu perikatan baik secara Bersama- sama dalam suatu tim atau secara mandiri berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik, Kode Etik dan ketentuan hukum yang berlaku. Kompetensi auditor dapat diperoleh melalui Pendidikan pada perguruan tinggi pada bidang akuntansi, kegiatan pengembangan dan pelatihan professional di tempat bekerja, yang kemudian dibuktikan melalui penerapan pada praktik pengalaman kerja serta jumlah jam kerja riil yang telah diperoleh. Sertifikasi profesi merupakan suaru bentuk pengakukan IAPI terhadap kompetensi auditor. Auditor harus senantiasa menjaga dan meningkatkan kompetensi melalui kegiatan pelatihan berkelanjutan (IAPI, 2018). Adapun kompetensi menurut De Angelo (1981) dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yakni sudut pandang auditor individual, audit tim, dan Kantor Akuntan Publik (KAP). Masing-masing sudut pandang akan dibahas mendetail berikut ini :


KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR 75 a. Kompetensi Auditor Individual Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan auditor, antara lain pengetahuan dan pengalaman. Untuk melaksanakan tugas pengauditan, auditor memerlukan pengetahuan pengauditan, auditor memerlukan pengetahuan pengauditan (umum dan khusus) dan pengetahuan mengenai bidang pengauditan, akuntansi dan industri klien. Selain itu diperlukan pula pengalaman dalam melakukan audit. Seperti yang dikemukakan oleh Libby dan Frederick (1990) bahwa auditor yang berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik atas laporan keuangan sehingga keputusan yang diambil bisa lebih baik. b. Kompetensi Audit Tim Standar pekerjaan lapangan yang kedua menyatakan bahwa jika pekerjaan menggunakan asisten maka harus disupervisi dengan semestinya. Dalam suatu penugasan, satu tim audit biasanya terdiri dari auditor yunior, auditor senior, manajer dan partner. Tim audit ini dipandang sebagai faktor yang lebih menentukan kualitas audit. Kerjasama yang baik antar anggota tim, profesionalisme, perseistensi, skeptimisme, proses kendali mutu yang kuat, pengalaman dengan klien, dan pengalaman industri yang baik akan menghasilkan tim audit yang berkualitas tinggi. Selain itu, adanya perhatian dari partner dan manajer pada penugasan ditemukan memiliki kaitan dengan kualitas audit. c. Kompetensi dari Sudut Pandang KAP Besaran KAP menurut Deis & Giroux (1992) diukur dari jumlah klien dan prosentase dari


KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR 76 audit fee dalam usaha mempertahankan kliennya untuk tidak berpindah pada KAP yang lain. Berbagai penelitian (missal De Angelo 1981, Davidson dan Neu 1993, Dye 1993, Becker et.al 1998, lennox 1999) menemukan hubungan positif antara besaran KAP dan kualitas audit. KAP yang besar menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi karena ada insentif untuk menjaga reputasi dipasar. Selain itu KAP yang besar sudah mempunyai jaringan klien yang luas dan banyak sehingga mereka tidak tergantung atau tidak takut kehilangan klien (De Angelo,1981). Selain itu KAP yang besar biasanya mempunyai sumber daya yang lebih banyak dan lebih baik untuk melatih auditor mereka, membiayai auditor ke berbagai pendidikan profesi berkelanjutan, dan melakukan pengujian audit daripada KAP kecil. 3. Ruang Lingkup Kompetensi Auditor Kompetensi seorang auditor dibidang auditing ditunjukkan oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya. Dari sisi pendidikan, idealnya seorang auditor memiliki latar belakang pendidikan (pemdidikan formal atau pendidikan dan latihan sertifikasi) dibidang auditing. Sedangkan pengalaman, lazimnya ditunjukkan oleh lamanya yang bersangkutan berkarir dibidang audit atau intensitas/sering dan bervariasinya melakukan audit (Fitrawansayah,2014). Berdasarkan Peraturan Kepala BPKP No. PER-211/K/JF/2010 standar kompetensi auditor adalah ukurna kemampuan minimal yang harus dimiliki auditor yang mencakup pengetahuan, keterampilan/keahlian, dan perilaku untuk dapat melakukan tugas – tugas dalam jabatan fungsional auditor dengan hasul baik. Kompetensi mencakup dalam dua hal yaitu pengetahuan dan pengalaman.


KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR 77 a. Pengetahuan Menurut Meinhard et.al, 1987 menyatakan bahwa “Pengetahuan dapat diukur dari seberapa tinggi pendidikan seorang auditor karena dengan demikian auditor akan mempunyai semakin banyak pengetahuan (pandangan) mengenai bidang yang digelutinya sehingga dapat mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam, selain itu auditor akan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks.” Pengetahuan audit diartikan dengan tingkat pemahaman auditor terhadap sebuah pekerjaan. Pengetahuan auditor dalam mendeteksi kekeliruan mencakupi: 1) Kesalahan dalam pengumpulan atau pengolahan data yang menjadi sumber penyusunan laporan keuangan. 2) Estimasi akuntansi yang tidak masuk akal yang timbul dari kecerobohan atau salah tafsir fakta. 3) Kekeliruan dalam penerapan prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah klasifikasi, cara penyajian dan pengungkapan. Pengetahuan akan mempengaruhi keahlian audit yang pada gilirannya akan menentukan kualitas audit. Adapun secara umum ada 5 pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang auditor yaitu: 1) Pengetahuan Pengauditan Umum Pengetahuan pengauditan umum sepertu resiko audit, prosedur audit, dan lain-lain


KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR 78 kebanyakan diperoleh di perguruan tinggi, sebagian dari pelatihan dan pengalaman. 2) Pengetahuan Area Fungsional Untuk area fungsional seperti perpajakan dan pengauditan dengan komputer sebagian didapatkan dari pendidikan pendidikan formal perguruan tinggi, sebagian besar dari pelatihan dan pengalaman. 3) Pengetahuan Mengenai Isu-isu Akuntansi yang Paling Terbaru Auditor bisa mendapatkannya dari pelatihan professional yang diselenggarakan secara berkelanjutan. 4) Pengetahuan Mengenai Industri Khusus Pengetahuan mengenai industri khusus dan hal-hal umum kebanyakan diperoleh dari pelatihan dan pengalaman. 5) Pengetahuan mengenai bisnis umum serta penyelesaian masalah. Berdasarkan pemaparan para ahli dan peneliti tersebut pengetahuan auditor yang mempunyai pengalaman yang sama mengenai sebab dan akibat menunjukkan perbedaan yang besar. Singkatnya, auditor yang mempunyai tingkatan pengalaman yang sama, belum tentu pengetahuan yang dimiliki sma pula. Jadi ukuran keahlian tidak cukup hanya pengalaman tetapidiperlukan pertimbangan-pertimbangan lain dalam pembuatan suatu keputusan yang baik karena pada dasarnya manusia memiliki unsur lain disamping pengalaman misalnya pengetahuan.


KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR 79 b. Pengalaman Audit menuntut keahlian dan profesionalisme yang tinggi. Keahlian tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi banyak faktor lain yang mempengaruhi antara lain adalah pengalaman. Pengalaman audit dibawah supervise auditor senior atau senior in-charge yang baik akan membuka wawasannya dalam menerapkan pengetahuan dasarnya dalam industri atau jenis usaha yang dihadapinya. Ia ditugaskan pada industri tertentu dan belajar mengenai standar akuntansi untuk industri tersebut. Di bawah bimbingan seniornya, ia juga berkenalan dengan teknik dan metode audit yang tepat untuk industri tersebut. Kriteria sebagai auditor terbaik, meningkat dari know what menjadi know how (tahu bagaimana sesuatu diterapkan, dalam situasi apa, dan apa alternatifnya) (Tuanakotta, 2015). Knoers dan Hadinoto (1999) dalam Elisha Muliani Singgih dan Icuk Rangga Bawono (2010) menyatakan bahwa : “Pengalaman auditor dalam melakukan audit atas laporan keuangan dapat dilihat dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan pernah ditangani. Semakin banyak pengalaman, auditor semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit, sehingga turut mempengaruhi kualitas audit.” Menurut Libby dan Frederick (1990) menyatakan bahwa: “Pengalaman yang dimiliki auditor akan mempengaruhi kualitas auditnya, mereka menemukan bahwa semakin banyak pengalaman auditor semakin dapat menghasilkan berbagai dugaan dalam menjelasakan temuan audit.” Berdasarkan pemaparan para ahli dan peneliti


KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR 80 tersebut pengalaman berpengaruh terhadap kualitas pekerjaan auditor. Pengalaman dapat berdampak positif dalam pelaksanaan tugas selama auditor yang bersangkutan dapat mencurahkan segala kemampuan dan keahliannya selama melaksanakan pemeriksaan. Pengalaman akan tidak bermanfaat dikala para senior auditor tidak mampu dan sungkan dalam memperbaharui pengetahuannya dalam bidang pemeriksaan khususnya dan pengetahuan objek yang diaudit pada umumnya. Dilihat dari cara pencapaiannya, penerapan program pengetahuan akuntansi dan disiplin umum terkait yang diterapkan adalah: 1) Pendidikan universitas formal untuk memasuki profesi Menurut Sukrisno Agoes (2012) Pendidikan universitas formal diperoleh melalui Perguruan Tinggi Negeri (PTN) atau Swasta (PTS) ditambah ujian UNA dasar dan UNA profesi. Sekarang untuk memperoleh gelar akuntan lulusan S1 akuntansi harus lulus Pendidikan Profesi Akuntan. Karena untuk menjadi seorang parner KAP yang berhak menandatangani audit repore, seseorang harus mempunyai nomor register negara akuntan (Registered Accountant). 2) Pelatihan praktik dan pengalaman auditing Auditor hendaknya memiliki pelatihan dan pengalaman auditing. Memiliki pengalaman kerja dalam bidang teknis, menejerial, atau professional yang melibatkan pelaksanaan penilaian-penilaian, pemecahan persoalan, dan komunikasi dengan personel manajerial


KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR 81 atau professional lain, atasan, pelanggan, dan/pihak berkepentingan lainnya. Dengan mengikuti dan menyelesaikan pelatihan auditor serta dengan didapatkannya pengalaman kerja akan mendukung perkembangan dan pengetahuan dalam bidang audit masing-masing. 3) Mengikuti pendidikan profesi berkelanjutan selama karir professional auditor Menurut Arens et al. (2015) menyatakan bahwa profesionalisme adalah suatu tanggung jawab untuk bertindak lebih dari sekedar memenuhi tanggung jawab diri sendiri maupun ketentuan hukum dan peraturan masyarakat. Profesionalisme ini menjadi syarat utama bagi seseorang auditor eksternal seperti auditor yang terdapat pada Kantor Akuntan Publik (KAP). Karena dengan profesionalisme yang tinggi, kebebasan auditor akan semakin terjamin untuk menjalankan perannya yang menuntut tanggung jawab yang semakin luas. Menurut Jasmadeti, dkk (2018) mengatakan profesionalisme merupakan sikap, tingkah laku, serta kemampuan yang menunjukkan kualitas kompetensi sebagai suatu profesi. Sehingga Auditor dituntut harus memiliki mutu personal, pengetahuan umum, dan keahlian khusus yang memadai, dengan cara melakukan pelatihan bagi auditor kinerja. Pelatihan sangat diperlukan sebab auditor secara kolektif harus memiliki kecakapan professional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan. Kemampuan ini dikembangkan dan dipelihara


KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR 82 melalui pendidikan professional berkelanjutan. Sementara itu, menurut Sukrisno Agoes (2012) pengalaman professional diperoleh dari praktik kerja dibawah bimbingan supervise auditor yang lebih senior. 4. Karakteristik Kompetensi Adapun beberapa karakteristik kompetensi mengatakan karakteristik kompetensi yaitu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang auditor. Karakteristik kompetensi dan kelompokkan menjadi: a. Komponen pengetahuan, yaitu merupakan komponen penting dalam suatu keahlian. Komponen pengetahuan meliputi pengetahuan umum dan khusus, berpengalaman, mendapat informasi yang cukup dan relevan, selalu berusaha untuk tahu, mempunyai visi. b. Ciri-ciri psikologis, yaitu merupakan selfpresentation-image attribute of experts seperti: rasa percaya diri, bertanggung jawab, ketekunan, ulet dan energik, cerdik dan kreatif, adaptasi, kejujuran, kecekatan. c. Kemampuan berpikir, yaitu merupakan kemampuan untuk mengakumulasi dan mengolah informasi, seperti : berpikir analitis dan logika, cerdas, tanggap dan berusaha menyelesaikan masalah, berpikir cepat dan terperinci. d. Strategi penentuan keputusan baik formal maupun informal yang akan membantu dalam membuat keputusan yang sistematis dan membantu keahlian dalam mengatasi


KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR 83 keterbatasan manusia, seperti : independen dan obyektif, integritas. e. Analisis tugas yang banyak dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman audit dan analisis tugas ini akan mempunyai pengaruh terhadap penentuan keputusan seperti: ketelitian, tegas, professional dalam tugas, keterampilan teknis, menggunakan metode analisis, kecermatan, loyalitas dan idealisme. 5. Indikator Kompetensi Auditor Berdasarkan Keputusan Dewan Pengurus IAPI No. 4 tahun 2018 tentang panduan indicator kualitas audit, Pengukuran kompetensi seorang auditor tidak mudah. Pada umumnya auditor merupakan lulusan program Pendidikan akuntansi dari perguruan tinggi Indonesia atau luar negeri. Auditor yang memiliki sertifikasi profesi merupakan suatu indicator bahwa kompetensinya terukur dan diakui asosiasi, sehingga idealnya setiap auditor memiliki sertifikasi profesi dari IAPI. Demikian juga ketentuan UU mewajibkan setiap akuntan public dan anggota IAPI harus menempuh kegiatan Pendidikan professional berkelanjutan minimal 40 SKP yang setara dengan 40 jam pelatihan setiap tahun. Oleh karena itu indicator yang cukup obyektif untuk menentukan kompetensi auditor yaitu meliputi: a. Rasio jumlah auditor yang memiliki sertifikasi profesi yang diterbitkan oleh IAPI terhadap jumlah keseluruhan staf professional. b. Rasio rata-rata jumlah jam pengembangan dan pelatihan kompetensi dibandingkan dengan jumlah jam efektif dalam setiap tahun per auditor.


KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR 84 c. Jumlah jam kerja yang telah dijalani dalam memberikan jasanya. Independensi Auditor 1. Pengertian Independensi Kata Independensi merupakan terjemahan dari kata independence yang berasal dari bahasa inggris yang memiliki arti kebebesan, kebebasan ini bermakna tidak tergantung atau dikendalikan oleh apapun; bertindak atau berpikir sesuai dengan kehendak hati. Independensi adalah situasi atau keadaan dimana seseorang tidak terkait dengan pihak manapun. Artinya, suatu keadaan dimana seseorang mandiri bebas serta tidak tergantung pada siapapun (Sihotang, 2016). Independensi merupakan sikap tegas dan tidak mudah terpengaruh dalam pengambilan keputusan audit. Nilai auditor sangat bergantung pada persepsi akuntan publik atas sikap independensi auditor. Seorang Akuntan Publik harus dapat bersikap independen terhadap semua stakeholder terutama manajemen perusahaan agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Menurut Sudaryo dan yudanegara (2017) independen didefinisikan sebagai kebebasan dan pengaruh instruksi atau pengarahan atau kontrol dari pihak lain. Menurut zamzami, Faiz et all (2016) menyatakan bahwa “independensi” adalah kebebasan dari kondisi yang mengancam kemampuan aktivitas audit internal untuk melaksanakan tanggung jawab audit internal dengan cara tidak memihak. Carey dalam Mautz mendefinisikan independensi akuntan publik dari segi integritas dan hubungannya dengan pendapat akuntan atas laporan keuangan. Independensi meliputi:


KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR 85 a. Kepercayaan terhadap diri sendiri yang terdapat pada beberapa orang profesional. Hal ini merupakan bagian integritas profesional. b. Merupakan istilah penting yang mempunyai arti khusus dalam hubungannya dengan pendapat akuntan publik atas laporan keuangan. Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Independensi menurut Arens et al, (2012) dapat diartikan mengambil sudut pandang yang tidak bias. Auditor tidak hanya harus independen dalam fakta, tetapi juga harus independen dalam penampilan. Pentingnya independensi dalam akuntan publik, sebagai berikut; Independensi merupakan syarat yang penting bagi profesi akuntan publik untuk menilai kewajaran informasi yang disajikan oleh manajemen kepada pemakai informasi. Indepensi diperlukan oleh akuntan publik untuk memperoleh kepercayaan dari klien untuk masyarakat khususnya para pemakai laporan keuangan Independensi diperoleh agar dapat menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Jika akuntan publik tidak independen, maka pendapat yang dia berikan tidak mempunyai arti atau tidak mempunyai nilai Independensi merupakan martabat penting akuntan publik yanng secara berkesinambungan harus dipertahankan. Berdasarkan beberapa definisi yang diungkapkan oleh para ahli, independensi adalah sikap fikiran dan sikap


KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR 86 mental yang tidak memihak dan tidak dikendalikan oleh pihak lain didalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan dan penyusunan laporan audit yang sesuai dengan aturan atau prinsip-prinsip profesionalnya. Auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan dalam hal berpraktik sebagai auditor intern). Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapa pun, sebab bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. 2. Aspek Independensi Menurut Sihotang (2016) terdapat beberapa aspek independensi yang dimiliki auditor menggunakan istilah dari Internasional Federastion Of Accountants (IFAC) yaitu independensi pikiran (independence in mind) dan independensi dalam penampilan (independence in appearance) dijelaskan sebagai berikut: a. Independensi pikiran (independence in mind) adalah kondisi pikiran dimana seorang akuntan mengambil keputusan tanpa kompromi dengan pihak manapun atas penilaian professional, melainkan bertindak dengan integritas dan berlandaskan objektivitas serta terus bersikap secara professional. Artinya Akuntan mampu mempertahankan sikap yang tidak memihak selama mengaudit, tidak mudah terpengaruh oleh kemauan berbagai pihak. b. Independensi dalam penampilan (independence in appearance) terkait dengan pandangan pihak lain


KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR 87 terhadap apa yang dilakukan oleh akuntan. Seorang akuntan harus menghindari adanya interpretasi pihak orang luar bahwa hasil keputusan atau opininya merupakan pengaruh dari pihak lain. Akuntan harus menghindari kesan bahwa keputusannya berpihak pada kepentingan berbagai pihak atau karena hubungan tertentu, yang dapat mempengaruhi keputusan auditor secara emosional, sehingga objektivitas penilaian atau opini bisa terganggu. Selain independensi sikap mental dan independensi penampilan, Mautz mengemukakan bahwa independensi akuntan publik juga meliputi independensi praktisi (practitioner independence) dan independensi profesi (profession independence). a. Independensi praktisi berhubungan dengan kemampuan praktisi secara individual untuk mempertahankan sikap yang wajar atau tidak memihak dalam perencanaan program, pelaksanaan pekerjaan verifikasi, dan penyusunan laporan hasil pemeriksaan. Independensi ini mencakup tiga dimensi, yaitu independensi penyusunan progran, independensi investigatif, dan independensi pelaporan. b. Independensi profesi (profession independence) c. Independensi profesi berhubungan dengan kesan masyarakat terhadap profesi akuntan publik. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Independensi Auditor Tidak dapat dipungkiri bahwa bahwa klien berusaha agar laporan keuangan yang dibuat oleh klien mendapatkan opini yang baik oleh auditor. Banyak cara dilakukan agar auditor tidak menemukan


Click to View FlipBook Version