The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Perpustakaan STIEB Perdana Mandiri, 2024-06-12 05:38:17

Buku Digital - AUDITING

Buku Digital - AUDITING

STRATEGI AUDIT KESELURUHAN DAN PROGRAM AUDIT 288 Lima jenis prosedur audit yang berhubungan dengan pemahaman auditor terhadap pengendalian intern yaitu: 1. Memperbaharui dan mengevaluasi pengalaman auditor terdahulu 2. Meminta keterangan dari personil klien 3. Membaca manual sistem dan kebijakan klien 4. Menguji dokumen dan arsip 5. Mengamati aktivitas dan operasional entitas Test Of Control (Pengujian Pengendalian) Test of controls (TOC) merupakan prosedur yang digunakan untuk menguji efektivitas kebijakan dan prosedur pengendalian yang diterapkan untuk menilai control risk (risiko pengendalian) Pemahaman auditor terhadap pengendalian internal digunakan untuk mengukur risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit terkait transaksi. Contohnya adalah hasil pengukuran atas Tujuan akurasi untuk transaksi penjualan adalah rendah sedangkan untuk tujuan keterjadian adalah sedang. Ketika kebijakan kebijakan pengendalian dan prosedur diyakini telah dirancang dengan efektif, auditor mengukur risiko pengendalian pada suatu tingkat yang menggambarkan pada efektifitas relative terhadap pengendalian-pengendalian tersebut Untuk mendapatkan bukti yang tepat dan mencukupi untuk mendukung pengukuran tersebut, auditor melakukan pengujian pengendalian. Pengujian pengendalian, baik secara manual maupun otomatis dapat mencakup jenis bukti berikut ini perlu dicatat bahwa ketiga prosedur yang pertama sama seperti yang digunakan untuk mendapatkan pemahaman atas pengendalian internal).


STRATEGI AUDIT KESELURUHAN DAN PROGRAM AUDIT 289 1. Melakukan Tanya jawab yang memadai dengan personel klien 2. Memeriksa dokumen, catatan dan laporan 3. Mengganti aktivitas terkait pengendalian 4. Mengerjakan ulang prosedur-prosedur klien. Auditor melakukan penelusuran sistem sebagai dari prosedur untuk mendapatkan pemahaman sebagai upaya membantunya dalam melakukan Apakah pengendalian sudah diterapkan. Penelusuran biasnya diterapkan pada satu atau beberapa transaksi dan pengikuti transaksi tersebut disepanjang pemrosesanya. Sebagai contoh, auditor memilih sebuah transaksi penjualan untuk melakukan penelusuran sistem persetujuan kredit, kemudian mengikuti persetujuan kredit dari awal transaksi penjualan hingga mendapatkan kredit. Standar ke-2 PCAOB mengharuskan auditor untuk melakukan penelusuran disemua proses yang penting. Prosedur yang dilakukan auditor untuk menentukan apakah pengendalian otomatis telah telah diterapkan juga dapat berlaku sebagai pengujian atas transaksi tersebut, jika auditor menentukan terdapat risiko yang minimal bahwa pengendalian otomatis telah diubah sejak pemahaman didapatkan oleh auditor. Selanjutnya tidak ada pengujian tambahan atas pengendalian yang diharuskan . Jumlah bukti tambahan yang diharuskan untuk menguji pengendalian bergantung pada dua hal berikut: 1. Keluasan bukti yang didapatkan dalam memperoleh pemahaman atas pengendalian internal. 2. Pengurangan Risiko pengendalian yang di rencanakan


STRATEGI AUDIT KESELURUHAN DAN PROGRAM AUDIT 290 Pengujian Substantif Golongan Transaksi Pengujian subtantif adalah suatu prosedur audit yang dirancang untuk mendeteksi kesalahan penyajian material (sering kali disebut salah saji moneter) yang secarah langsung berpengaruh pada ketetapan saldo laporan keuangan. Auditor mengendalikan tiga jenis pengujian subtantif, ketiga jenis itu adalah 1. Pengujian substantif transaksi 2. Prosedur analitis subtantif 3. Pengujian terperinci saldo Pengujian subtantif transaksi merupakan prosedur yang digunakan untuk menguji salah saji moneter (monetary misstatement) untuk menentukan apakah 6 transactionrelated audit objective (tujuan audit terkait dengan transaksi) telah terpenuhi. tujuan audit terkait dengan transaksi meliputi: (1) existence, (2) completeness, (3) accuracy, (4) classification, (5) timing, (6) posting & summarization. Contoh: untuk sebuah transaksi penjualan, STOT dilakukan untuk menguji apakah transaksi tersebut telah dicatat secara tepat. Diuji apakah telah dijurnal dan jumlah yang akurat, dicatat pada periode yang tepat, digolongkan secara tepat, disummarized dan diposting ke ledger yang tepat.


STRATEGI AUDIT KESELURUHAN DAN PROGRAM AUDIT 291 Gambar 14.2 Metodologi Untuk merancang Pengujian Substatntif atas Transaksi Prosedur Analitis prosedur analitis adalah pengevaluasian terhadap informasi keuangan yang dilakukan melalui analisis hubungan antara data keuangan dan data non keuangan. Prosedur analitis juga mencakup investasi sebagimana yang diperlukan atas fluktuasi atau hubungan teridentifikasi yang tidak konsisten dengan informasi relevan lain atau yang berbeda dari nilai yang diharapkan dalam jumlah signifikan. Dua tujuan utama dari prosedur analaitis dalam mengaudit saldo akun adalah untuk: 1. Menandai adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan 2. Memberikan bukti subtantif


STRATEGI AUDIT KESELURUHAN DAN PROGRAM AUDIT 292 Prosedur analitis yang dilakukan selama tahap perencanaan audit biasanya berbeda dari yang dilakukan dalam tahap pengujian. Bahkan misalnya auditor, menghitung margin kotor selama fase perencanaan, auditor biasanya melakukanya dengan menggunakan data interim. Selanjutnya selama menguji saldo akhir akun auditor akan menghitung ulang rasio dengan menggunakan data setahun penuh. Jika auditor yakin jika prosedur analitis tambahan atau memutuskan untuk memodifikasi pengujian terperinci saldo. Ketika auditor mengembangkan ekspektasi dengan menggunakan prosedur analitis dan menyimpulakan bahwa saldo akhir klien dalam beberapa akun nampak wajar, beberapa pengujian terperinci saldo dapat dihilangkan atau ukuran sampel dapat dikurangi. Standar audit menyatakan bahwa prosedur analitis merupakan salah satu jenis pengujian subtantif (yaitu prosedur analitis subtantif) ketika dilakukan untuk memberikan bukti mengenai saldo akhir akun, beberapa factor termasuk ketepatan ekspektasi yang dikembangkan auditor, materialitas dan risiko salah saji yang material. Gambar di bawah ini mengilustrasikan prosedur analitis dalam audit siklus penjualan dan dan penagihan Gambar 14.3 Prosedur Analitis Dalam Audit Siklus Penjualan dan Penagihan


STRATEGI AUDIT KESELURUHAN DAN PROGRAM AUDIT 293 Pengujian Rincian Saldo Pengujian terperinci saldo memfokuskan pada saldo akhir buku besar baik untuk akuk-akun neraca maupun laba rugi. Penekanan utama dalam sebagian besar pengujian atas perincian saldo adalah pada neraca. Misalnya termasuk konfirmasi atas saldo pelanggan untuk akun piutang dagang. pengujian saldo akhir sangat penting karena bukti yang biasanya didaptakan dari suatu sumber yang independen dipandng sangat dipercaya. seperti halnya untuk transaksi pengujian auditor atas perincian saldo juga harus memebuhi semua tujuan audit terkait saldo untuk setiap akun-akun neraca yang signifikan. Gambar 14.4 Metodologi Pengujian Terperinci Saldo


STRATEGI AUDIT KESELURUHAN DAN PROGRAM AUDIT 294 Dampak Teknologi Informasi Pada Pengujian Audit PSA 07 (SA 326) dan PSA 68 (SA 319) memberikan panduan bagi para auditor dari entitas-entitas yang menyebarkan, memproses dan menyimpan atau mengakses informasi penting secara elektronik.Contoh bukti elektronik mencakup catatan transfer dana elektronik dan permintaan pembelian yang disebarkan melalui pertukaran otomatis, seperti perbandingan komputer atas permintaan penjualan dengan batas kredit pelanggan juga dapat berupa format elektonik.Standar audit mengakui bahwa ketika sejumlah besar bukti audit muncul dalam bentuk elektronik, akan tidak praktis atau tidak mungkin untuk mengurangi risiko deteksi sehingga ketingkat yang dapat diterima dengan hanya melakukan pengujian substansif. sebagai contoh, kemungkinan pemasukan atau perubahan informasi yang tidak tepat dapat menjadi lebih besar jika informasi hanya disimpan dalam bentuk elektronik. Dalam kondisi semacam itu, auditor harus pengujian pengendalian untuk mendapatkan bukti yang mendukung tingkat risiko pengendalian yang dinilai berada dibawah tingkat maksimum untuk asersi-asersi laporan keuangan yang terpengaruhi. Meskipun beberapa pengujian substantif masih dibutuhkan, auditor dapat secara signifikan mengurangi pengendalian pengujian substantif jika hasil pengujian pengendalian mendukung efektivitas pengendalian. Dalam audit atas suatu perusahaan publik, pengendalian yang dilakukan oleh komputer (yang disebut dengan pengendalian otomatis) harus di uji ketika auditor meganggapnya sebagai pengendalian kunci untuk mengurangi kemungkinan salah saji material dalam laporan keuangan. Karena konsistensi bawaan dalam pemrosesan yang berdasarkan teknologi informasi, auditor mengkin dapat mengurangi pengujian pengendalian otomatis. Sebagai


STRATEGI AUDIT KESELURUHAN DAN PROGRAM AUDIT 295 contoh, pengendalian yang berbasis perangkat lunak hampir di pastikan hampir berfungsi secara konsisten kecuali jika programnya diubah. jika auditor memutuskan bahwa pengendalian otomatis berjalan dengan tepat, auditor dapat memfokuskan pada pengujian selanjutnya untuk menilai apakah setiap perubahan yang terjadi akan membatasi efektifitas pengendalian. Untuk menguji pengendalian otomatis atau data, auditor mungkin memerlukan teknik audit yang dibantu oleh komputer atau menggunakan laporan yang dihasilkan oleh teknologi informasi untuk menguji efektifitas pengendalian umum teknologi informasi seperti pengendalian untuk perubahan program-program dan pengendalian atas akses. Kombinasi Bukti Untuk mendapatkan bukti yang tepat dengan memadai untuk menghadapi risiko risiko-risiko yang teridentifikasi melalui prosedur penilaian risiko, auditor menggunakan kombinasi antara keempat jenis pengujian lainnya. Kombinasi ini sering kali dinamai dengan bukti gabungan (envidence mix). Tabel berikut dapat mendeskripsikan tipe klien audit. Tabel 14.1 Deskripsi Tipe Klien Audit Pengujian Pengendalian Pengujian Substantif Golongan Transaksi Prosedur Analistis Pengujian Rinci Saldo Audit 1 L S L S Audit 2 M M L M Audit 3 T L M L Audit 4 M L L L Keterangan L = Jumlah pengujian yang luas M = Jumlah pengujian Medium S = jumlah pengujian sedikit T = Tidak ada Pengujian


STRATEGI AUDIT KESELURUHAN DAN PROGRAM AUDIT 296 Analisis audit 1 klien ini merupakan sebuah perusahaan besar dengan pengendalian internal yang rumit dan risiko bawaan yang rendah. Sehingga, auditor melakukan pengujian pengendalian yang luas dan sangat mengandalkan pada pengendalian internal klien untuk mengurangi pengujian substantif lainnya. Analisis audit 2 perusahaan ini berukuran sedang, dengan beberapa pengendalian dan beberap risiko bawaan. Auditor telah memutuskan untuk melakukan pengujian atas semua jenis pengujian sedang, kecuali untuk prosedur analitis substantif, yang kemungkinan akan dilakukan secara meluas. Analisis audit 3 perusahaan ini berukuran sedang, namun memiliki beberapa pengendalian yang efektif dan beberapa risiko bawaan yang signifikan. Mungkin manajemen memutuskan bahwa pengendalian internal yang lebih baik memakan biaya yang cukup besar. Auditor menekankan pada pengujian terperinci saldo pengujian substantif transaksi, namun beberapa prosedur analitis substantif dilakukan. Prosedur analitis substantif biasanya dilakukan untuk mengurangi pengujian substantif karena mereka akan memberikan bukti mengenai kemungkinan salah saji material. Analisis audit 4 rencana awal untuk audit ini adalah mengikuti pendekatan yang digunakan dalam audit 2. Namun, auditor kemungkinan menemukan deviasi uji pengendalian yang luas, dan salah saji yang signifikan ketika melakukan pengujian substantif transaksi dan prosedur analitis substantif. Sehingga, auditor menyimpulkan bahwa pengendalian internalnya tidak efektif. Pengujian terperinci saldo yang meluas dilakukan untuk menutupi hasil pengujian lainnya yang tidak dapat diterima.


STRATEGI AUDIT KESELURUHAN DAN PROGRAM AUDIT 297 Perancangan Program Audit Sejumlah istilah yang berkaitan dengan bukti telah digunakan dalam beberapa penjelasan yang lalu. Agar lebih jelas maka perhatikan tabel di bawah ini. Tabel 14.2 Perancangan Program Audit Fase Proses Audit Sasaran Hasil Audit Jenis Pengujian Keputusan Bukti Jenis Bukti Merencanakan dan merancang suatu Pendekatan Audit Sasaran hasil audit yang Prosedur analitis - Prosedur audit - Penetapan waktu - Dokumentasi - Pemeriksaan klien - Prosedur analitis Melaksanakan Pengujian Pengen dalian dan Pengujian Substantif atas transaksi - Keberadaan - Kelengkapan - Akurasi - Klasifikasi - Penetapan Waktu - Memposkan dan pembuatan ringkasan Prosedur untuk memperoleh sebuah pemahaman dan pengujian pengendalian Pengujian substantif atas transaksi - Prosedur audit - Ukuran contoh - Materi untuk di pilih - Penetapan waktu. - Prosedur audit - Ukuran contoh - Materi untuk dipilih - Penetapan waktu - Dokumentasi - Pengamatan - Pemeriksaan klien - Pencapaian kembali Melaksanakan Prosedur Analitis dan pengujian rincian saldo Sasaran hasil Audit yang - Keberadaan - Kelengkapan - Akurasi - Klasifikasi - Cut off - Rincian keterkaitan (tiein) - Hak dan Kewajiban - Presentasi dan Prosedur analitis Pengujiam rincian saldo - Prosedur audit - Penetapan waktu. - Ukuran contoh - Materi untuk dipilih - Penetapan waktu - pengujian fisik - Konfirmasi - Dokumentasi - Pemeriksaan klien - Pencapaian kembali - Prosedur analitis Menyelesaikan Audit dan Mengeluarkan Laporan Audit Prosedur analitis Pengujian rincian saldo - Prosedur audit - Penetapan waktu - Prosedur audit - Ukuran contoh - Materi untuk dipilih - Penetapan waktu - Prosedur analitis - Dokumentasi - Pemeriksaan klien


STRATEGI AUDIT KESELURUHAN DAN PROGRAM AUDIT 298 Ikhtisar Proses Audit Auditor menggunakan informasi yang diperoleh dari prosedur penilaian risiko yang berkaitan dengan penerimaan klien dan perencanaan awal, pemahaman bisnis dan industriklien, penilaian risiko bisnis klien dan pelaksanaan prosedur analitis pendahuluan, terutaa untuk menilai risiko inheren dan risiko audit yang diterima. Auditor menggunakan penialian atas materialitas, risiko audit yang dapat diterim, risiko inheren, risiko pengendalian dan risiko kecurangan yang ddidentikasi guna mengemangkan keseluruhan rencana audit dan program audit seara keseluruhan. Berikut adalah ikhtisar proses audit dimulai dari Penerimaan klien sampai kepada penyampaian laporan audit.


STRATEGI AUDIT KESELURUHAN DAN PROGRAM AUDIT 299


STRATEGI AUDIT KESELURUHAN DAN PROGRAM AUDIT 300 Gambar 14.5 Ikhtisar Proses Audit Daftar Pustaka Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasley (2014), Auditing & Jasa Assurance, Pendekatatan Terintegrasi Edisi ke Limabelas, Jilid 1, Penerbit Erlangga Al. Harjono Jusuf (2014), Auditing (Pengauditan Berbasis ISA), Edisi 2, Penerbit STIE YKPN


STRATEGI AUDIT KESELURUHAN DAN PROGRAM AUDIT 301 Profil Penulis Sanusi Ariyanto SE., MM., Ak., CA., CPA. Menyelesaikan S1 Akuntansi dari Universitas Riau, S2 Magister Manajemen Universitas Sutomo Surabaya, Pernah bekerja menjadi Staf PT.Binacosmas Multiperdana, Kepala Accounting PT.Gandaerah Hendana, Kepala Pembukuan PT.United Dico Citas Cabang Riau, Manajer Keuangan dan terakhir Sebagai Direktur Utama PD.Tuah Sekata ( Bumd kabupaten Pelalawan bergerak dibidang kelistrikan dan Migas), Sekarang menjadi Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi dari tahun 2014 s/d sekarang dan Direktur Firma KJA Sanusi Ariyanto dan Rekan dari tahun 2016 s/d sekarang Buku yang pernah ditulis Akuntansi Biaya bersama penulis lainnya. Email penulis: [email protected]


302


303 15 KUALITAS AUDIT Bella Paradita, S.Pd., M.A Universitas Kahuripan Kediri Pengertian Kualitas Audit Kualitas Audit menurut DeAngelo (1981) probabilitas yang dinilai pasar bahwa auditor dalam proses audit menemukan pelanggaran pada sistem akuntansi klien. Auditor melakukan proses audit digunakan untuk menemukan salah saji pada laporan keuangan dan melakukan tindakan yang tepat atas penemuan salah saji tersebut. Kualitas audit berkaitan dengan skeptisme profesionalisme, tingkat objektivitas, independensi auditor. Berdasarkan pendapat Knechel dkk (2013) Kualitas audit merupakan suatu proses pemeriksaan sistem yang baik, pemeriksaan berdasarkan proses standar yang berlaku dengan audit judgment, proses tersebut dilakukan untuk menghasilkan proses audit yang tinggi. Auditor harus menjaga hubungan kepercayaan baik auditor dengan klien maupun dengan management merupakan persoalan yang penting karena membuktikan adanya kualitas audit, hubungan tersebut dijamin oleh pendidikan, pelatihan atau lisensi (Evetts, 2013). Auditor yang menjalankan dan mempunyai kualitas auditor yang baik adalah auditor yang mempunyai hasil pekerjaan yang bagus, tidak terdapat kesalahan dalam laporan keuangan


KUALITAS AUDIT 304 serta tidak ada bias dalam laporan keuangan sehingga pemangku kepentingan percaya mengani laporan dan dapat digunakan dalam penentu kebijakan ekonomi. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas audit merupakan sebuah proses audit yang dilakukan dalam memeriksa laporan keuangan dengan sebaik mungkin demi menghasilkan hasil yang memuaskan. Berdasarkan pemaparan tersebut terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengaudit laporan keuangan sehingga menghasilkan audit yang baik dan benar yaitu 1. Audit dilakukan secara sistematis, yaitu audit dilaikukan secara terstruktur, terarah dan dilakukan oleh auditor yang empunyai keahlian dan kompetensi serta mempunyai profesionalisme dan independensi. 2. Auditor dalam mengaudit laporan keuangan, serta menemukan temuan laporan keuangan harus dengan bukti bukti yang valid. 3. Menetapkan tingkat keseseuaian antara asersi dalam laporan keuangan klien dengan kewajaran. 4. Menyampaikan hasil audit yaitu laporan keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan yang dipergunakan untuk menentukan tindakan ekonomi


KUALITAS AUDIT 305 Penentu Kualitas Audit Kualitas Audit dapat didorong melalui beberapa aspek sehingga mendapatkan kualitas audit mumpuni. Menurut Knechel et al., (2013) mengungkapkan faktor yang dapat mendorong kualitas audit adalah: 1. Budaya dalam perusahaan audit Budaya dalam perusahaan audit adalah budaya yang terletak dalam Kantor Akuntan Publik dimana auditor tersebut bekerja, mulai dari kedisiplinan auditor, tingkat saling memotivasi antara auditor satu dengan yang lainya, dan lain-lain. 2. Kualitas Ketrampilan Audit Patner audit dan Staf Keterampilan audit patner dan staf staf dalam kantor ankuntan publik menentukan tingkat kualitas audit karena semakin terampil sumber daya manusia dalam Kantor akuntan publik maka daya kerjasama antara audit patner staf dan manager baik sehingga pekerjaan mudah diselesaikan. 3. Efektivitas proses audit Semakin terarah dari proses audit, dan sumber daya manusia yan memadai dan mempunyai kompetensi, keahlian, ketrampilan yang mumpuni maka proses audit akan cepat selesai dan efektif sehingga fee audit tidak mahal 4. Realibilitas dan manfaat laporan audit Jika semua sudah dilaksanakan dengan benar mengikuti standar akuntansi yang berlaku maka hasil dari laporan keuangan dapat dipertanggung jawabkan dengan benar kepad pihak pihak yang mempunyai kepentingan, serta bersifat reliabel


KUALITAS AUDIT 306 Indikator Kualitas Audit 1. Input Kualitas audit ditentukan oleh sumber daya manusia yang menjadi pengaruh dalam membuat mengerjakan laporan audit Knechel et al (2013). Semakin kompeten auditor maka akan menghasilkan hasil audit yang mumpuni. Auditor harus memahami dengan baik dan sitematik mengenai ketidak wajaran dan keanehan mengenai laporan keungan sehingga dapat mendeteksi secara jelas. 2. Insentive dan Motivasi Insentive dari auditor dapat mempengarauhi secara positif maupun negatif kualitas auditor. Insentive keuangan dan non keuangan meningkatkan penilaian audit quality sehingga meningkatkan kinerja audit. Secara khusus kualitas penilian auditor harus ditemukan secara oleh resiko yang dialami oleh auditor (Blay, 2005). Pengaruh negatif ditemukan karena resiko yang terlalu besar yang berasal dari klien dan kerugian. Insetif penyeimbang yaitu kekhawatiran untuk penegakan peraturan, potensi ligitasi biaya, dan potensi kerugian reputasi, Insentive dan motivasi dapat mempunyai pengaruh poitiv karena seorang auditor jika mempunyai lingkungan yang positif saling mendukung antara satu teman dan teman yang lainnya maka dapat membah kualitas audit dari auditor tersebut (Knechel et al., 2013). Kompensasai berbasis insetif digunakan oleh kantor akuntan publik tersebut digunakan untuk meningkatkan keseluruhan, insentif kinerja yang paling umum digunakan dalam organisasi insetif keuangan dan non keuangan(Ryan dan Deci, 2000). Insentife keuangan


KUALITAS AUDIT 307 Motivasi merupakan suatu hal yang penting dalam proses audit karena motivas merupakan pendorong kinerja menjadi tinggi(Moh Sanusi and Moh Iskandar, 2007). Motivasi terdiri dari motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan motivasi auditor dalam melakukan tugas karena minat dan kesenangan dalam diri sendiri, motivasi intrinsik timbul karena auditor terdapat rasa kompetensi yang ada dalam dirinya sendiri. Motivasi ekstrinsik auditor adalah motivasi yang terjadi dari luar diri auditor yang difungsikan untuk mencapai keadaan akhir yang diinginkan (Ryan and Deci, 2000). Motivasi ekstrinsik yaitu kinerja ekstrinsik dapat meningkatkan motivasi intrinsik. 3. Pendidikan Auditor Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dalam menentukan tingkat profesionalisme auditor seorang auditor dalam hal ini berbentuk sertifikasi auditor internal yang berperan untuk menentukan tingkat komitmen profesional auditor (Kwon and Banks, 2004). Pendidikan diperlukan untuk menjadi auditor profesional, yang ditunjang dengan meningkatkan ketrampilan-ketrampilan auditor. Ketrampilan yang perlu dimiliki adalah etika, kerja tim dan kejujuran (Uyar and Gungormus, 2011). Profesionalisme auditor dibentuk auditor dengan meningkatkan keahlian dalam diri auditor dalam hal pemeriksaan auditor, dengan cara diskusi mendalam dengan rekan-rekan sejawat yang lebih senior (Syailendra and Hamidah, 2019). Terdapat hubungan kepercayaan antara praktisi dengan klien serta praktisi dengan management yang dijamin oleh pendidikan, pelatihan atau lisensi (Evetts, 2013).


KUALITAS AUDIT 308 4. Skeptisme Profesionalisme Prefesionalisme dan skeptisme mempunyai hubungan yang saling mendukung dan positif (Chen dkk, 2010). Berdasarkan pernyataan tersbut jika auditor bertindak skeptisme maka dengan otomatis auditor akan mempunyai sifat profesionalisme, profesionalisme dalam diri auditor akan terbentuk dengan sendirinya. Skeptisme professional diukur menggunakan lensa kepercayaan atau ketidak percayaan tentang skeptisme professional auditor (Harding dkk., 2016). Etika professional merupakan persoalan penting, ketika akuntan dapat menegakkan etika, memiliki kompetensi, pengalaman audit serta merencanakan risiko audit dengan baik, dengan demikian maka skeptisme profesioanal auditor akan semakin tinggi (Suraida, 2005) Profesionalisme auditor sangat dibutuhkan dalam suatu organisasi karena untuk kelancaran organisasi tersebut melakukan pekerjaan yang dilakukan. Penelitian Kalbers and Fogarty, (1995) mengemukakakan bahwa tingkat profesionalisme auditor tinggi dalam dalam suatu organisasi akan menambah identitas bagi instansi mereka, dangan demikian maka profesionalisme auditor merupakan suatu hal penting guna meningkatkan kinerja dalam perusahaan mereka. Profesionalisme penting karena legitimasi profesi untuk meningkatkan identitas profesional(Boiral dkk, 2019). Profesionalisme auditor dibentuk auditor dengan meningkatkan keahlian dalam diri auditor dalam hal pemeriksaan auditor, dengan cara diskusi mendalam dengan rekan-rekan sejawat yang lebih senior (Syailendra and Hamidah, 2019). Penelitian Kalbers dan Fogarty (1995) mengemukakakan bahwa tingkat profesionalisme auditor tinggi dalam dalam suatu organisasi akan


KUALITAS AUDIT 309 menambah identitas bagi instansi mereka, dangan demikian maka profesionalisme auditor merupakan suatu hal penting guna meningkatkan kinerja dalam perusahaan mereka. 5. Pengetahuan dan Keahlian Evetts (2013) menjelaskan bahwa ideologi pada profesionalisme muncul pada sekelompok pekerjaan dan praktisi yang mencakup kepemilikan eksklusif atas keahlian dan pengetahuan dan kekuatan yang dapat menggambarkan sebuah masalah pada area tertentu (Evetts, 2013). Pengetahuan merupakan tombakutama dalam penentian kualitas audit karena semua pengetahuan dimulai pada pengetahuan (Friedson, 2001). Friedson (2001) menemukan pentingnya pengelolaan profesionalisme secara berkelanjutan sebagai prinsip utama dalam pengaturan pekerjaan sektor jasa. Pengetahuan dan keahlian merupakan suatu hal yang diutamakan dalam kualitas audit. Friedson (2001) menemukan pentingnya pengelolaan profesionalisme secara berkelanjutan sebagai prinsip utama dalam pengaturan pekerjaan sektor jasa. Pengetahuan dan keahlian merupakan suatu hal yang diutamakan dalam profesionalisme pekerjaan. Keahlian dalam diri auditor dalam hal pemeriksaan auditor, dengan cara diskusi mendalam dengan rekan-rekan sejawat yang lebih senior (Syailendra and Hamidah, 2019). Keahlian auditor dalam mengerjakan laporan keuangan memerlukan ketangkasan dan kelincahan dalam keahlian aduitor (Friedson, 2001). Keahlian merupakan suatu hal yang penting karena dengan keahlian dapat melaksanakan proses audit dengan baik. Proses Audit dapat menghasilkan hasil audit yang maksimal apabila dicapai dengan proses audit yang baik yaitu mengacu pada standar audit


KUALITAS AUDIT 310 yang berlaku dengan memperhatikan etika yang ada (Paradita, 2021). Kealian dapat diwujudkan dan dilatih dengan menggunakan pendidikan, pelatihan, lisensi atau pelatihan (Evetts, 2003). 6. Profesionalisme Auditor Profesionalisme dapat dibentuk dengan menggunakan pengalaman dan pengetahuan, keduanya ini memotivasi auditor untuk mengembangkan profesionalisme menjadi lebih baik (Eulerich dkk, 2018). Profesionalisme auditor dapat mengubah lingkungan dan iklim dalam perusahaan, yaitu profesionalisme auditor dapat mengubah lingkungan eksternal dan lingkungan internal dalam perusahaan menjadi lebih baik (Bobek, Hageman and Radtke, 2015). Profesionalisme auditor sangat dibutuhkan dalam suatu organisasi karena untuk kelancaran organisasi tersebut melakukan pekerjaan yang dilakukan. Penelitian Kalbers dan Fogarty (1995) mengemukakakan bahwa tingkat profesionalisme auditor tinggi dalam dalam suatu organisasi akan menambah identitas bagi instansi mereka, dengan demikian maka profesionalisme auditor merupakan suatu hal penting guna meningkatkan kinerja dalam perusahaan mereka. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dalam menentukan tingkat profesionalisme auditor seorang auditor dalam hal ini berbentuk sertifikasi auditor internal yang berperan untuk menentukan tingkat komitmen profesional auditor (Kwon dan Banks, 2004). Pendidikan diperlukan untuk menjadi auditor profesional, yang ditunjang dengan meningkatkan ketrampilan-ketrampilan auditor. Ketrampilan yang perlu dimiliki adalah etika, kerja tim dan kejujuran (Uyar dan Gungormus, 2011). Profesionalisme auditor dibentuk auditor dengan meningkatkan keahlian


KUALITAS AUDIT 311 dalam diri auditor dalam hal pemeriksaan auditor, dengan cara diskusi mendalam dengan rekan-rekan sejawat yang lebih senior (Syailendra dan Hamidah, 2019). Profesionalisme auditor dibutuhkan dalam kinerja organisasi tertentu karena profesionalisme auditor dapat menunjang profesi tersebut, apabila melakukannya dengan penuh kompetensi dan keahlian sehingga sangat terbantu dalam hal ini, dapat disebut sebagi tenaga yang profesionalisme auditor apabila mempunyai ketrampilan ketrampilan tertentu (Widyarini, 2005). Auditor dituntut untuk berlaku jujur dalam pekerjaan karena hasil pemeriksaannya audit berkaitan dengan public untuk pengambilan keputusan (Asiz dkk, 2015). Profesionalisme penting karena legitimasi profesi untuk meningkatkan identitas profesional (Boiral dkk., 2019). Profesionalisme auditor merupakan suatu hal yang sangat penting, karena berkaitan dengan kelangsungan kantor akuntan publik dalam menjalankan tugas dan fungsinya. 7. Kompetensi Kompetensi berhubungan dengan ketrampilan, keahlian, pengetahuan dan pengalaman dalam mengaudit laporan keuangan jika auditor memiliki kompetensi yang baik maka dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan benar. Kompetensi auditor harus di perhatikan karena dengan adanya kompetensi aduitor akan mendorong profesionalisme sehingga berakibat kualitas audit semakin membaik. Profesionalisme merupakan kegiatan untuk memperoleh identitas diri, serta memiliki kecakapan kompetensi, regulasi mandiri melalui standardisasi dan profesionalisasi yang baik (Boiral dkk, 2019). Tingkat karakter moral serta tingkat tingginya karateristik kompetensi merupakan suatu acuan


KUALITAS AUDIT 312 dalam menilai kualitas audit auditor tersebut (Reynolds, 2000). Auditor yang memepunyai kompetensi yang mumpuni untuk memeriksa laporan keuangan maka auditor tersebut memiliki kompetensi yang tinggi. Jika auditor melakukannya dengan penuh kompetensi dan keahlian sehingga sangat terbantu dalam hal ini, dapat dikatan bahwa auditor tersebut mempunyai tingkat profesionalisme yang tinggi sehingga akan meningkatkan kualitas audit (Widyarini, 2005). Kompetensi digunakan untuk menemukan jati diri auditor bahwa mereka merupakan seseorang yang memilikik kualitas yang bagus. Auditor yang mememiliki kompetensi disyaratkan untuk memiliki keahlian yang harus dikuasaiyaitu akuntansi, statistika, komputasi, ekonomika, hukum, kebijakan publik. Kompetensi kompetensi pada saat ini memiliki tuntutan yang lebih besar karena setiap tahunnya masalah yang dialami oleh perusahaan semakin meningkat maka dibutuhkan kompetensi yang mumpuni. Auditor harus mempunyai tingkat pengalaman dan keahlian yang mumpuni . Pengalaman dalam mengaudit yaitu pengalaman menyelesaikan permsalahan audit dengan berbagai tingkat keulitan sehingga jika ada masalah yang besar audit dapat mengatasinya. Keahlian keahlian auditor dalam mengaudit laporan keuangan dapat dilatih dengan mengikuti training, pelatihan pelatihan yang diadakan oleh Kantor Akuntan Publik mereka atau yang diadakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Pelatihan pelatihan tersebut dapat menambah keahliahan-keahlian dari auditor sehingga dalam mengaudit laporan keuangan lacar dan dapat diandalkan.


KUALITAS AUDIT 313 8. Tekanan Perusahaan Penilaian kualitas auditor ditentukan oleh tekanan dari Perusahaan. Tekanan timbul dari penyedia langsung di tim audit atau keseluruhan proses evaluasi yang digunakan oleh perusahaan. Pernyataan tersebut dapat dicontohkan seperti manager audit bertanggung jawab kepada klien atau mitra yang agresif mencoba untuk mengembangkan bisnis (Herrbach, 2001). Tekanan waktu dan anggaran berdampak negatif bagi kualitas audit karena anggaran dan tekanan telah ditemukan untuk menghasilkan pengorbanan efektivitas dan efisiensi audit (Knechel et al., 2013). Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa tekanan perusahaan yang begitu kuat membuat auditor tidak nyaman dan akan mempengaruhi pekerjaan. Dengan demikian maka sebaiknya tekanan dalam perusahaan bersifat sewajarnya saja karena berdampak pada kinerja auditor. Determinasi Kualitas Audit Para ahli berpendapat bahwa auditor yang mempunyai kualitas yang tinggi adalah auditor yang mempunyai independensi dan auditor yang baik (Watkins dkk, 2004). Determinasi kualitas audit antara (DeAngelo, 1981) dan (Watkins dkk, 2004) adalah sama. Terdapat perbedaan antara keduanya yaitu terdapat pada persepsian seperti pada DeAngelo, (1981) versi kompetensi aktual dan indepensi aktual seperti pada Watkins dkk, (2004) mengatakan bahwa kompetensi dan indepensi merupakan dimensi utama kualitas audit. Terdapat perbedaan antara DeAngelo, (1981) dan Watkins dkk, (2004) hanya terdapat perbedaan dari sisi pandang saja. DeAngelo, (1981) memandang dari sisi pasar sedangkan Watkins dkk, (2004 ) menyatakan bahwa kualitas auditor harus berdasarkan kompetensi dan independensi sebagai kekuatan


KUALITAS AUDIT 314 pemonitoringan. Kekuatan pemonitoran lebih penting menggunakan sumber daya manusia sebagai alat pengukuran kualitas audit karena sumber daya manusia yaitu auditor merupakan suatu tolok ukur keberhasilan pengerjaan laporan keuangan yang selanjutnya dimanfaatkan penentu kualitas laporan keuangan Urgensi Pengukuran Kualitas Audit Pengukuran Kualitas audit dilakukan untuk memeriksa apakah ada kesalahan salah saji material pada laporan keuangan perusahaan bebas dari salah saji material, auditor dalam hal ini melakukan pelaporan laporan keuangan sesuai dengan bukti yang diperoleh sehingga dilaporkan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku selanjutnya mengkomunikasikan temuan temuan auditor yang selanjutnya dilaporkan sesuai dengan standar. Tujuan audit laporan keuangan adalah memeberikan kepercayaan bahwa laporan keuangan tersebut bersifat terpercaya dan kredibel sehingga, dapat dipertanggung jawabkan pada stakeholder sehingga entitas tersebut mendapatkan kepercayaan yang dapat menarik investor untuk menanam saham. Tujuan dari auditor memeriksa apakah laporan keuangan disusun secara material. Jika laporan keuangan disusun mengikuti standart laporan keuangan serta disusun secara sungguh sungguh maka auditor akan mengeluarkan opini Wajar Tanpa Pengecualian.


KUALITAS AUDIT 315 Frame Work Kualitas Audit Gambar 15.1 Kualitas Audit Frame Work Menurut Watkins, Hillison and Morecroft (2004) kualitas audit ditentukan oleh Reputasi Auditor dan Kekuatan Monitoring Auditor. Reputasi auditor menggambarkan tingkat kompetensi yaitu kemampuan mengerjakan laporan keuangan serta indepensi sifat yang tidak terpengaruh oleh pihak manapun. Reputasi auditor akan mempengaruhi tingkat kredibilitas auditor. Kekuatan monitoring yaitu suatu kemampuan auditor untuk menghasilkan informasi yang meminimalisasi perbedaan kejadian ekonomis yang dilaporkan klien dengan keadaan sebenarnya, kegiatan kekuatan dalam monitoring. Reputasi Kantor Akuntan Publik dipandang sebagai konsistensi sebagai kualitas audit.


KUALITAS AUDIT 316 Penggerak Kualitas Audit Menurut Watkins, Hillison and Morecroft (2004) terdapat dua penggerak dalam kualitas audit yaitu Pemerintah dan Suplai. Pemerintah memberikan penggerak berupa strategi managemen risiko dan fee auditor. Menurut Watkins dkk (2004) bahwa risiko pengetahuan tentang risiko proyek tidak sama namun keputusan memilih auditor dengan kualitas tertentu tetap sama. Klien yang berisiko lebih tinggi memeilih untuk menggunakan auditor yang mempunyai kualitas yang lebih baik. Reputasi auditor yang mempunyai penilaian yang baik bisa digunakan oleh klien yang memiliki resiko yang terlalu tinggi. Dengan demikian maka bahwa perusahaan yang mempunyai resiko yag tinggi cenderung menggunakan auditor yang besar yaitu Kantor Akuntan Publik yang besar. Konflik keagenan memeiliki peran yang sangat penting dalam penggerak kualitas audit. Fungsi pengauditan yang disampaikan oleh teori keagenan bahwa difungsikan untuk mengurangi konflik antara pemilik perusahaan dengan managerial. Semakin tinggi konflik yang dialami oleh perusahaan maka semakin besar juga permintaan auditor yang berkualitas. Menurut Watkins dkk, (2004) bahwa fungsi pengauditan adalah sebagai penggerak audit. Konflik keagenan pada perusahaan yang pemilik dan manager dan tidak terpisah atau re;atif tidak terpisah berbeda dengan konflik keagenan pada perusahaan yang manager dan pemilik sama sekali terpisah. Konflik keageanan antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lainnya bebrbeda beda karena setipa perusahaan mempunyai permasalahannya sendiri sendiri. Kualitas audit mempunyai penggerak dari sisi suplai atau dengan kata lain dari sisi auditor. Pertama preferensi auitor berpengaruh terhadap suplai audit. semakin tinggi risiko klien maka auditor mengalami probabilitas risiko


KUALITAS AUDIT 317 yang tinggi. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa jika klien tidak mengungkapkan informasi dengan masalah dengan benar dan ternyata auditor mendapatkan temuan temuan ssehingga auditor menyatakan bahwa terdapat banyak temuan maka auditor menentukan bahwa klien tersebut berisiko. Maka auditor mengenakan fee yang lebih tinggi serta meningkatkan jam audit agar bisa meningkatkan kekuatan pemonitoran (Watkins, Hillison and Morecroft, 2004).


KUALITAS AUDIT 318 Daftar Pustaka Asiz, N. A., Mangoting, Y. and Lutfillah, N. Q. (2015) ‘MEMAKNAI INDEPENDENSI AUDITOR DENGAN KEINDAHAN NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SIRI NA PACCE.’ Petra Christian University, 6(1), pp. 11(145– 156). doi: . https://doi.org/10.18202/jamal.2015.04.6012. Blay, A. D. (2005) ‘Independence threats, litigation risk, and the auditor’s decision process’, Contemporary Accounting Research. Wiley Online Library, 22(4), pp. 759–789. Bobek, D. D., Hageman, A. M. and Radtke, R. R. (2015) ‘The effects of professional role, decision context, and gender on the ethical decision making of public accounting professionals’, Behavioral Research in Accounting. American Accounting Assocation, 27(1), pp. 23(55–78). doi: https://doi.org/10.2308/bria51090. Boiral, O., Heras-Saizarbitoria, I. and Brotherton, M.-C. (2019) ‘Professionalizing the assurance of sustainability reports: the auditors’ perspective’, Accounting, Auditing & Accountability Journal. Emerald Publishing Limited. doi: https://doi.org/10.1108/AAAJ-03-2019-3918. Chen, Q., Kelly, K. and Salterio, S. (2010) ‘Do audit actions consistent with increased auditor scepticism deter potential management malfeasance?’, in CAAA Annual Conference. DeAngelo, L. E. (1981) ‘Auditor size and audit quality’, Journal of accounting and economics. Elsevier, 3(3), pp. 183–199. Eulerich, M. et al. (2018) ‘Do fine feathers make a fine bird? The influence of attractiveness on fraud‐risk judgments by internal auditors’, International Journal of Auditing. Wiley Online Library, 22(3), pp. 12(332– 344). doi: https://doi. org/10.1111/ijau.12137.


KUALITAS AUDIT 319 Evetts, J. (2003) ‘The sociological analysis of professionalism: Occupational change in the modern world’, International sociology. Sage Publications, 18(2), pp. 395–415. Evetts, J. (2013) ‘Professionalism: Value and ideology’, Current sociology. SAGE Publications Sage UK: London, England, 61(5-6), pp. 18(778–796). doi: https://doi.org/10.1177%2F0011392113479316. Friedson, E. (2001) ‘Professional Knowledge and Skill Professionalism: The Third Logic (pp. 17–35)’, Cambridge: Polity, p. 268. Harding, N. et al. (2016) ‘A Consideration of Literature on Trust and Distrust as they Relate to Auditor Professional Scepticism’, Australian Accounting Review. Wiley Online Library, 26(3), pp. 11(243–254). doi: 10.1111/auar.12126. Herrbach, O. (2001) ‘Audit quality, auditor behaviour and the psychological contract’, European Accounting Review. Taylor & Francis, 10(4), pp. 787–802. Kalbers, L. P. and Fogarty, T. J. (1995) ‘Professionalism and its consequences: A study of internal auditors’, Auditing. American Accounting Association, 14(1), p. 64. Knechel, W. R. et al. (2013) ‘Audit quality: Insights from the academic literature’, Auditing: A Journal of Practice & Theory. American Accounting Assocation, 32(Supplement 1), pp. 385–421. Knechel, W. R., Niemi, L. and Zerni, M. (2013) ‘Empirical evidence on the implicit determinants of compensation in Big 4 audit partnerships’, Journal of Accounting Research. Wiley Online Library, 51(2), pp. 38(349– 387). doi: https://doi.org/10.1111/1475- 679X.12009.


KUALITAS AUDIT 320 Kwon, I.-W. G. and Banks, D. W. (2004) ‘Factors related to the organizational and professional commitment of internal auditors’, Managerial Auditing Journal. Emerald Group Publishing Limited, 19(5), pp. 16(606– 622). doi: https://doi.org/10.1108/02686900410537748. Mohd‐Sanusi, Z. and Mohd‐Iskandar, T. (2007) ‘Audit judgment performance: assessing the effect of performance incentives, effort and task complexity’, Managerial Auditing Journal. Emerald Group Publishing Limited. Paradita, B. (2021) ‘Profesionalisme Auditor Pada Auditor Junior Dan Auditor Senior.’ UNIVERSITAS AIRLANGGA. Reynolds, M. A. (2000) ‘Professionalism, ethical codes and the internal auditor: A moral argument’, Journal of Business Ethics. Springer, 24(2), pp. 115–124. Ryan, R. M. and Deci, E. L. (2000) ‘Intrinsic and extrinsic motivations: Classic definitions and new directions’, Contemporary educational psychology. Elsevier, 25(1), pp. 54–67. Suraida, I. (2005) ‘Pengaruh etika, kompetensi, pengalaman audit dan risiko audit terhadap skeptisisme profesional auditor dan ketepatan pemberian opini akuntan publik’, Sosiohumaniora, 7(3), p. 186. Syailendra, G. D. and Hamidah, H. (2019) ‘MAKNA PROFESIONALISME BAGI DIRI PETUGAS PEMERIKSA PAJAK’, Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 10(2), pp. 20(241–261). doi: http://dx.doi.org/10.18202/jamal.2019.08.10014. Uyar, A. and Gungormus, A. H. (2011) ‘Professional knowledge and skills required for accounting majors who intend to become auditors: Perceptions of external auditors’, Business and Economics Research Journal. Adem Anbar, 2(3), p. 33.


KUALITAS AUDIT 321 Watkins, A. L., Hillison, W. and Morecroft, S. E. (2004) ‘AUDIT QUALITY: A SYNTHESIS OF’, Journal of accounting literature, 23, pp. 153–193. Widyarini, M. M. (2005) ‘Makna Profesionalisme Perawat Dalam Perspektif Pasien (Pendekatan Kualitatif)’, in Proceeding, Seminar Nasional PESAT 2005. Universitas Gunadarma. Profil Penulis Bella Paradita, SP.d., M.A Penulis merupakan staff Pengajar Prodi Akuntansi UNIVERSITAS KAHURIPAN KEDIRI. Penulis lahir dikabupaten Kediri pada tanggal 08 Mei 1996. Ketertarikan terhadap Akuntansi dimulai pada tahun 2014 silam. Hal tersebut membuat penulis memilih untuk melanjutkan kuliah jenjang Sarjana di prodi Pendidikan Akuntansi UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA. Penulis lulus Sarjana pada tahun 2018 serta melanjutkan pendidikan Magister di UNIVERSITAS AIRLANGGA pada tahun 2018, karena penulis cinta dengan dunia audit maka penulis mengambil konsentrasi Keuangan dan Auditing, Penulis menyelesaikan pendidikan Magister Akuntansi pada tahun 2021 Penulis memiliki ketertarikan dibidang auditing, untuk mewujudkan karir sebagai dosen profesional penulis mengembangkan keahlian-keahliannya dengan mengembangkan penelitian pada bidang Keuangan dan Auditing. Penulis aktif menulis buku dan menulis artikel untuk pengembangan karir. Email Penulis: [email protected]


Click to View FlipBook Version