The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku ini merupakan buku teks Apresiasi Prosa Fiksi

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by imas.juidah, 2023-07-21 20:32:40

Apresiasi Prosa Fiksi: Teori dan Penerapannya

Buku ini merupakan buku teks Apresiasi Prosa Fiksi

Keywords: Apresiasi Prosa Fiksi,Sastra,APF

188 Apresiasi Prosa Fiksi: Teori dan Penerapannya “senang kudu kuat baka arep dadi wong ebat mah” ucap ibuku diiringi pelukan beliau yang erat. (Afif Awalan, 2020: 27-29). 8. Genre (G) Genre berkaitan dengan jenis atau bentuk penyampaian. Bentuk penyampaian dalam peristiwa tutur yang digunakan dalam novel tersebut yaitu berbentuk dialog. Hal tersebut namapk pada kutipan berikut. “Gadung gadung priook!” Suara kondektur memecah lamunanku. “kemana, A?” tanyanya sambil memegang kardus yang ada di sampingku. Bahasa tubuh agar aku setuju untuk naik. “Rambutan, Kang,” jawabku sambil memasang muka enggan “Ayo. Lewat kok, Kang” Ia meyakinkanku dan meraih kardusku. “Jangan bohong. Nanti saya diturunkan di tengah jalan lagi ah”. “Ora lah, A. Masa karo wong dhewek boong si” “Yasudah. Awas boong, ya!” (Afif Awalan, 2020: 41-42).


Apresiasi Prosa Fiksi: Teori dan Penerapannya 189 BAB 13 PENERAPAN KAJIAN FEMINISME: FENOMENA GENDER VIOLENCE TOKOH UTAMA PEREMPUAN DALAM NOVEL DWILOGI SLINDET KARYA KEDUNG DARMA ROMANSHA A. Pendahuluan Karya sastra merupakan proses kreatif dari seorang pengarang yang menghasilkan sebuah gagasan, konsep, dan ide yang mengambil tema dari masyarakat. Proses kreatif ini menjadikan masyarakat (pembaca) merasa bahwa karya sastra yang dibuat pengarang menggambarkan kehidupan dirinya sendiri, walaupun gambaran kehidupan ini berdasarkan imajinasi yang dibuat pengarang. Sastra dengan demikian menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial (Damono, 1979:1). Sastra sebagai bagian dari kebudayaan memiliki peranan yang cukup penting dalam mendokumentasikan apa yang terjadi dalam masyarakat. Karya sastra pada dasarnya terdiri atas tiga jenis, yaitu puisi, prosa, dan drama. Masing-masing jenis karya sastra tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Khusus prosa, memiliki cara tersendiri dalam menyampaikan suatu cerita. Prosa biasanya berisi cerita yang panjang, di dalamnya terdapat konflik dan diakhiri dengan penyelesaian yang disesuaikan dengan tema cerita. Prosa terdiri atas dua macam, yaitu prosa fiksi dan prosa nonfiksi. Salah satu jenis prosa fiksi adalah novel. Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang di dalamnya memuat sejumlah peristiwa, gejala sosial, budaya, politik yang pernah terjadi di masyarakat pada masa tertentu. Kisah yang dimuat dalam novel pun beragam sangat beragam seperti kisah percintaan, sosial, agama, sindiran ekonomi, dan yang paling mendapat perhatian yaitu tentang seks, perempuan, dan kesetaraan gender. Kesadaran


190 Apresiasi Prosa Fiksi: Teori dan Penerapannya mengenai pentingnya keadilan dan kesetaraan gender, atau yang lebih dikenal dengan feminisme merupakan salah satu fenomena yang mengemukan dalam sejumlah karya sastra di Indonesia. Walaupun tidak digambarkan secara eksplisit, sejumlah novel Indonesia sejak awal perkembangannya, ternyata telah mempersoalkan pentingnya keadilan dan kesetaraan gender. Sementara itu, Faqih (2013) telah mengklasifikasikan ketidakadilan yang diakibatkan oleh gender sebagai berikut. 1. Gender dan Marginalisasi Marginalisasi kaum perempuan tidak saja terjadi di tempat pekerjaan, juga ter jadi dalam rumah tangga, masyarakat atau kultur dan bahkan negara, marginalisasi terhadap perempuan sudah terjadi sejak di rumah tangga dalam bentuk diskriminasi atas anggota keluarga yang laki-laki dan perempuan (Fakih, 2013: 14 15). 2. Gender dan Subordinasi Subordinasi karena gender tersebut terjadi dalam segala macam bentuk yang berbeda dari tempat ke tempat dan dari waktu ke waktu, di jawa dulu ada anggapan bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, kelak akan ke dapur jua (Fakih, 2013: 15). 3. Gender dan Stereotip Salah satu stereoipe bersumber dari pandangan gender misalnya, masyarakat memiliki anggapan bahwa tugas utama kaum perempuan adalah melayani suami. Stereotipe ini berakibat wajar sekali jika pendidikan kaum perempuan dinomor duakan (Fakih, 2013: 16). 4. Gender dan Kekerasan Pada dasarnya, kekerasan gender disebabkan oleh ketidaksetaraan kekuatan yang ada dalam masyarakat (Fakih, 2013: 17). 5) Gender dan beban kerja Di kalangan keluarga miskin, beban yang sangat berat ini harus ditanggung oleh perempuan sendiri. Terlebih lebih jika si perempuan tersebut harus bekerja, maka ia memikul beban kerja ganda (Fakih, 2013: 21)


Imas Juidah, dkk. 191 Kekerasan gender telah mengakibatkan hal-hal yang tidak menyenangkan seperti pembunuhan, penyiksaan, dan pencerahan terhadap perempuan baik secara fisik, psikis, seksual, maupun ekonomi. Sebuah artikel yang diterbitkan oleh pusat penelitian UNICEF dengan judul Domestic Violence Against Women and Girls mengungkapkan bahwa deklarasi PBB telah menetapkan bahwa kekerasan terhadap perempuan merupakan kekerasan gender yang telah menyebabkan penderitaan fisik, seksual dan psikologis terhadap kaum perempuan, termasuk ancaman bagi kemerdekaannya baik di dalam kehidupan pribadi maupun masyarakat (Coomaraswamy, 2008: 2). Perbedaan gender ini kemudian menimbulkan terjadinya struktur ketidakadilan seperti marginalisasi, subordinasi, dan bahkan kekerasan (violence) terhadap kaum perempuan. Perempuan selama ini dipandang sebagai sosok yang lemah. Banyak anggapan yang beredar di masyarakat tentang diri perempuan itu sendiri yang menyebabkan perempuan semakin terpinggirkan. Berdasarkan hal tersebut, dapat diasumsikan bahwa kekerasan terhadap perempuan yang terjadi dalam masyarakat juga dapat ditemukan dalam karya sastra, termasuk Dwilogi “Slindet” karya Kedung Darma Romansha yang berlatar di Cikedung-Indramayu. Oleh karena itu, pembahasan mengenai kekerasan terhadap perempuan dalam Dwilogi “Slindet” karya Kedung Darma Romansha penting dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang kekerasan terhadap perempuan yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat Indramayu. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk gender violence yang dialami tokoh utama perempuan dalam novel Dwilogi Kelir Slindet karya Kedung Darma Romansha yang meliputi physical violence, psychological violence, dan sexual violence tokoh utama novel Dwilogi Kelir Slindet karya Kedung Darma Romansha. B. Pembahasan Fenomena Gender Violence Novel Kelir Slindet Karya Kedung Darma Romansha. 1. Kekerasan Fisik (Physical Violence) Berdasarkan hasil analisis data ditemukan wujud kekerasan fisik dalam tokoh utama pada novel Kelir Slindet karya Kedung Darma


192 Apresiasi Prosa Fiksi: Teori dan Penerapannya Romansha, yaitu “Penyanyi dangdut” dan “Safitri”. Berikut data dan hasil analisisnya. Jika ada yang bergoyang dalam posisi rendah, maka anak-anak usil itu, dengan sebatang lidi kecil menyogok-nyogokkan lidi ke bagian tubuh tertentu si penyanyi dangdut (Kelir Slindet, 2014: 28). Ditariknya tangan Safitri, tapi Safitri menolak. Malah ia kembali naik kembali ke panggung (Kelir Slindet, 2014: 172). 2. Kekerasan Psikologi (Psychological Violence) Psychological violence atau kekerasan psikologi adalah setiap perbuatan dan ucapan mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak dan rasa tidak berdaya pada seseorang. Kekerasan psikologi memang tidak meninggalkan bekas sebagaimana kekerasan fisik, tetapi berkaitan dengan harga diri perempuan. Pelanggaran komitmen, penyelewengan, teror mental dan teror pembunuhan, serta pengucapan kata-kata yang tidak menyenangkan merupakan kekerasan psikologi yang dialami oleh tokoh perempuan (Sofia, 2009:42). Kekerasan psikologi pada tokoh perempuan dalam novel Kelir Slindet karya Kedung Darma Romansha yaitu berupa pengucapan kata-kata yang tidak menyenangkan. Berikut data dan hasil analisisnya. “Sedang apa kamu di sini? Tidak lihat ada orang latihan kasidah? Mengganggu latihan saja, pergi! Dasar anak malas! Bodoh!” bentak musthafa dengan ketus (Kelir Slindet, 2014: 4). “Anak telembuk, tetap telembuk! Ngimpi jadi orang terkenal!” Ketus Sukirman (Kelir Slindet, 2014: 20). “Mending dengan Santi, masih kencang tubuhnya. Daripada sama kamu, hah, sudah kendor. Urus saja anakmu itu, jangan bermimpi banyak jadi penyanyi dangdur terkenal. Goblok!” (Kelir Slindet, 2014: 21). “Biarkan saja, namanya juga anaknya kaji nyupang, cocok sama anaknya telembuk, sama-sama tidak benarnya,” lanjut Sulistiowati. Mulutnya kadang melenceng ke kanan dan ke kiri mengikuti muatan kata yang diucapkannya (Kelir Slindet, 2014: 44).


Imas Juidah, dkk. 193 “Anak bodoh, kalau kamu menikah dengan Musthafa, semua beban taka da lagi. Hidup kita makmur, Fit. Emak tidak perlu bercita-cita jadi TKW ke Arab Saudi lagi. Cukup di Cikedung sambil menimang cucu (Kelir Slindet, 2014: 72). “Emak lakukan seperti ini untuk masa depanmu. Goblok! Kamu ingin Emak jadi telembuk lagi?! Punya anak satu-satunya susah diatur. Diajak benar tidak mau. Sudah untung kita diperhatikan keluarga Kaji Nasir. Dasar anak tidak tahu diri!” (Kelir Slindet, 2014: 72-73). “Hei! Mau kemana kamu? Kalau mau pergi tape-nya dimatiin dulu! Goblok! Anak sialan!” mulut Saritem terus nyerocos mengantarkan Safitri pergi. Saritem masuk ke dalam kamar Safitri dan mematikan tapenya (Kelir Slindet, 2014: 74). “Kenapa kamu menolak lamarannya? Sudah untung dia menyukaimu. Jarang-jarang orang seperti musthafa melamarmu. Kurang apa dia? Kaya, pandai, dan terpandang di kampung ini. Kamu sudah cukup umur Safitri. Dasar anak bodoh! Dikasih hati malah meludahi. Kamu ingin emakmu ini jadi telembuk lagi? Kita ini miskin. Ingat, miskin Safitri,” terang Saritem sambil memendam kejengkelannya (Kelir Slindet, 2014: 95). “Hei, sudah berani melawan orang tua. Sudah untung anak telembuk dilamar seorang dari keluarga baik-baik. Koplok! Memang susah ngurus anak gadis satu ini. Terus saja nyanyi dangdut, lama-lama kamu jadi penyanyi danggut keliling. Sialan!” (Kelir Slindet, 2014: 97). 3. Kekerasan Seksual (Sexual Violence) Sexual violence atau kekerasan seksual dilakukan dengan pemaksaan hubungan seksual melalui ancaman, intimidasi atau paksaan secara fisik, memaksa hubungan seksual yang tidak diinginkan atau memaksa hubungan dengan orang lain (Coomarawamy, 2008:2). Kekerasan seksual dirasakan langsung oleh penyanyi dangdut dalam novel Kelir Slindet yang melakukan paksaan secara fisik dengan cara memasukkan kepala seorang penyawer ke dalam rok penyanyi dangdut, menyelipkan uang saweran ke dalam bra penyanyi dangdut dan tangan penyawer meraba bagian punggung sampai pinggul. Berikut data dan kutipannya.


194 Apresiasi Prosa Fiksi: Teori dan Penerapannya Ada penyawer yang tiba-tiba terlentang dan kepalanya masuk ke dalam rok. “Awas jatuh yang di dalam rok!” teriak seseorang dari belakang. Kemudian penyawer segera bangkit dan berlagak mabuk sambil menyelipkan uang ke dalam bra perempuan bahenol itu. Sementara di gigir punggung depan, tangan-tangan menyerempet pinggul penyanyi dangdut, kemudian ia cium kembali tangannya – semacam bau birahi yang membuatnya bergairah (Kelir Slindet, 2014: 27). Keseluruhan masalah kekerasan terhadap tokoh perempuan yang terdapat pada novel Kelir Slindet karya Kedung Darma Romansha yaitu meliputi kekerasan fisik, kekerasan psikologi, dan kekerasan seksual. Fenomena Gender Violence Tokoh Utama Perempuan dalam Novel Telembuk Karya Kedung Darma Romansha 1. Kekerasan Fisik (Physical Violence) Berdasarkan hasil analisis data ditemukan wujud kekerasan fisik dalam tokoh utama pada novel Telembuk karya Kedung Darma Romansha, yaitu “Safitri”. Berikut data dan hasil analisisnya. Safitri, yang tiba-tiba dibungkam dari belakang oleh segerombolan para lelaki yang berjumlah tiga orang, iya membabibuta tangan Safitri menjambak rambut orang yang tengah membungkam dari belakang sesaat orang itu melepas bungkamnya Safitri mendorongnya dengan kuat-kuat dan orang tersebut hampir saja terjatuh. Tak lama kemudian Safitri melepaskan celana dalamnya.”Ayo! Kalian mau ini?!” Safitri duduk mengangkang, memperlihatkan kemaluannya.”kenapa diam?! Bajingan! Kirik!”ketiga laki-laki itu diam.”ayo lakukan, bajingan! kalau cuma tubuhku yang kalian mau, aku kasih! Bajingan tengik!” Safitri meradang. “Yang ini jangan diambil, kirik!”iya berdiri dengan sempoyongan sambil tarik-menarik dengan lakilaki itu.laki-laki itu meluap kemarahannya kemudian ia tarik tas itu dengan paksa lalu didorongnya Safitri dengan kasar. Tubuh Safitri tersungkur ke depan. Safitri tak sadarkan diri (Telembuk, 2017:133).


Imas Juidah, dkk. 195 “Bajingan...!!!! Kirik!!” teriak Diva kalap. “Pantas saja uang ku selalu habis, pasti karena Telembuk satu ini! Kirik! Setan! Bangsat kamu!” Diva menjerit campur tangis yang berlebih. Iya lempar sepatu hak tinggi nya kearah perempuan itu. Satu sepatu lolos melewati atas kepala perempuan itu, yang satunya lagi mengenai buah dada sebelah kiri perempuan itu. Plak! Satu tamparan bang Alek mengenai pipi Diva.”Dasar tlembuk nyupang!” ujar Mang Alek (Telembuk, 2017: 89). “Setelah perempuan sialan itu menemukan ku, aku langsung digamparnya dan di dorong nya hingga terjatuh. Seluruh barang-barangku ia pecahkan. Dilemparnya segala barang ke dinding persis diatas ku. Aku meringkuk kesakitan sambil terus menangis. Bahkan aku tak tahu apa yang aku tangisi. Bergerak pun aku takut. Aku tak tahu salahku apa dan harus bagaimana. Sementara orang-orang hanya melihat dan mengerumuni rumahku. Ada juga yang menggunjing ku. Ujar Mak Dayem (Telembuk, 2017: 72). “Benar, suamiku sedang mesra-mesraan dengan seorang gadis seumuran denganku. Bajingan! Setan! Aku marah. Entah marah pada diriku sendiri atau pada suamiku. Aku kalap. Aku lempar botol minuman ke arah suamiku dan perempuan itu. Meja warung berantakan. Satu botol bir mengenai lengan perempuan itu. Satunya lagi entah melesat ke mana. Suamiku marah besar. Dan dengan alasan itu dia menceraikanku. Sangat sepele. Begitu gampang seperti orang meludah. Bajingan! Hidupku tak karuan teringat kejadian itu. Setan!”Mak diam kembali menghentikan ceritanya (Telembuk, 2017: 74). 2. Kekerasan Psikologi (Psychological Violence) Psychological violence atau kekerasan psikologi adalah setiap perbuatan dan ucapan mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak dan rasa tidak berdaya pada seseorang. Kekerasan psikologi memang tidak meninggalkan bekas sebagaimana kekerasan fisik, tetapi berkaitan dengan harga diri perempuan. Pelanggaran komitmen, penyelewengan, teror mental dan teror pembunuhan, serta pengucapan kata-kata yang tidak menyenangkan merupakan kekerasan psikologi yang dialami oleh tokoh perempuan (Sofia, 2009:42). Kekerasan psikologi pada tokoh


196 Apresiasi Prosa Fiksi: Teori dan Penerapannya perempuan dalam novel Telembuk karya Kedung Darma Romansha yaitu berupa penyelewengan dan pengucapan kata-kata yang tidak menyenangkan. Berikut data dan hasil analisisnya. “Aku ingin terlepas dari pikiran-pikiran buruk. Aku ingin lupa tentang semua yang terjadi terutama tentang malam keparat itu. Aku ini senang aku ingin melepaskan bayangan hitam itu sebab begitu menyesakkan. Aku tidak tahu bagaimana semua itu bisa terjadi di malam itu. Seolah seperti mimpi saja, mimpi buruk yang setiap orang tak akan mau mengingatnya” (Telembuk, 2017: 383). “Dan gara-gara malam keparat itu pula orang-orang menganggapku perempuan stress,bagaimana seorang perempuan yang awalnya menyanyi kasidah lalu tiba-tiba menjadi penyanyi dangdut dengan goyang kesetanan di atas panggung. Ini gila. Ya. Aku memang gila.”. (Telembuk, 2017: 191). “Aku buka perutku dihadapan semua orang dan aku teriak kalau aku memang hamil.pasti kalian ingin tahu siapa yang menghamili ku.kenapa kalian harus tahu? sepenting itukah aku bagi kalian? lalu ketika kalian tahu siapa yang menghamiliku, kalian akan merasa puas? Hidup ini cuma berisi celotehan celotehan orang. Mulut mulut genit dan cerewet akan menghiasi sepanjang hidup kalian”. “Dengan mulut kalian, kalian bisa mengubah nasib seseorang jauh lebih buruk. Itulah mulut. Kalian boleh tertawa. Menertawai diri sendiri.karena kesenangan kalian belum tentu menjadi kesenangan orang lain. Kalian lupa dengan hal ini. Aku, akulah salah satunya. Kalian lupa denganku?aku Safitri anak Telembuk dengan seorang bapak bajingan yang suka mabuk dan doyan Telembuk. Itulah aku.” (Telembuk, 2017: 192-193). Bagaimana rasanya jika seseorang dianggap sampah? Dipermalukan banyak orang. Bahkan waktu itu tidak ada satu orang pun yang mau mengulurkan tangannya untukku. semua orang menyalahkanku.Aku tidak tahu siapa yang mesti aku salahkan (Telembuk, 2017: 378). “Sejak saat itu, rasanya pernikahan seperti sesuatu yang hambar dan biasa. Maka, setahun kemudian aku menikah kembali.


Imas Juidah, dkk. 197 Sebenarnya waktu itu aku sudah menjadi Tembuk. Aku sudah tidak peduli apa itu cinta. Yang terpenting adalah suami ku sanggup bertahan hidup denganku sampai matiku. Aku bertemu dengan suamiku itu di warung Cilege Indah. Ketika aku mangkal. Dia pikir aku bukan Telembuk”. Ujar Mak Dayem (Telembuk, 2017:75). “Sekitar empat bulan aku memendam pedih dan sakit hati dari kejadian itu. Aku hamil. Tapi kemudian Aku berusaha menepis itu. Ditambah kekecewaanku pada mukimin. Aku sudah tak peduli dengan orang-orang.Apalagi ibu selalu mendesakku untuk menikah dengan Ustadz Musthafa, dan beberapa orang yang pernah menaruh cinta padaku. Di depanku, mereka tampak seperti orang-orang tolol”(Telembuk, 2017: 382-383). “Tersenyumlah dengan tulus, seperti kamu tersenyum pada orang yang kamu cintai.”kata-kata itu begitu melekat di kepala Safitri. Safitri mengusap air matanya. Kenangan-kenangan itu timbul tenggelam. Kadang ia harus menyelami waktu yang lampau itu. Kadang ia harus menghirup nafas untuk keluar dari kenangan itu. “Masalah wong Urip iku mung ana loro, Nok. Lambe duwur karo lambe sor.”kata-kata Mada yang kembali datang menemuinya. Seandainya saat ini ada Mak Dayem, bentuk iya tak serapuh itu, pikirnya. Safitri sangat membutuhkan orang untuk menguatkan hatinya. Tapi tak ada. Iya harus menguatkan dirinya sendiri. Sepanjang jalan Safitri hanya diam. Hatinya seolah-olah sudah menjadi batu.”(Telembuk, 2017: 226). 3. Kekerasan Seksual (Sexual Violence) Sexual violence atau kekerasan seksual dilakukan dengan pemaksaan hubungan seksual melalui ancaman, intimidasi atau paksaan secara fisik, memaksa hubungan seksual yang tidak diinginkan atau memaksa hubungan dengan orang lain (Coomarawamy, 2008:2). Kekerasan seksual dirasakan langsung oleh tokoh utama dalam novel Telembuk yaitu “Safitri” yang dirampas paksa harga dirinya oleh orang yang tidak bertanggung jawab, lantaran kejadian yang terjadi pada malam keparat itu. Kekerasan seksual yang dialami tokoh utama pada novel Telembuk karya Kedung Darma romansha yaitu berupa pemerkosaan, berikut data dan kutipannya.


198 Apresiasi Prosa Fiksi: Teori dan Penerapannya “Aku mencoba mengingat siapa lelaki itu. Tidak bukan dia orangnya. Tidak mungkin. Aku berusaha lari dari kejaran sesosok wajah gelap yang selama ini mengintai ku.Aku tutup wajahku rapat-rapat aku coba mengingat-ingat tapi tak bisa malam itu aku seperti dibius. Dengan gusar aku coba memberontak. Tanganku terus bergerak-gerak dengan berat, berusaha meraih benda entah apa di kanan-kiriku. Tapi tak bisa dengan cepat tangan si lelaki mulai mencengkram kedua tanganku. Nafas lelaki itu bagai anjing yang lapar. Bau debu basah, keringat, parfum murahan, tahi tikus, menguar di kamar itu. Selangkanganku sakit, tubuhku ngilu, dan nafasku sesak. Aku terus menangis sambil menahan sakit. Pisahan Lamat, dengus nafas yang bacin, air liur membasahi leher dan dadaku yang mungil. Tulang tulang seperti remuk. Ngilu dan dadaku tambah sesak. Tiba-tiba aku teringat hantu genderuwo yang pernah diceritakan ibuku. Apa ini semacam jelmaan genderuwo? Di dalam ketakberdayaan itu, aku teringat wajah kedua orang tuaku.”(Telembuk 2017:370- 380). “Benar, suamiku sedang mesra-mesraan dengan seorang gadis seumuran denganku. Bajingan! Setan! Aku marah. Entah marah pada diriku sendiri atau pada suamiku. Aku kalap. Aku lempar botol minuman ke arah suamiku dan perempuan itu. Meja warung berantakan. Satu botol bir mengenai lengan perempuan itu. Satunya lagi entah melesat ke mana. Suamiku marah besar. Dan dengan alasan itu dia menceraikanku. Sangat sepele. Begitu gampang seperti orang meludah. Bajingan! Hidupku tak karuan teringat kejadian itu. Setan!”Mak diam kembali menghentikan ceritanya (Telembuk, 2017: 74). Plok! Seseorang menapuk pantat perempuan yang tengah duduk di warung remang-remang. “Kirik setan!” umpat perempuan itu, “Bayar, pok!” lanjutnya. Laki-laki itu hanya melengos sambil tertawa kecil (Telembuk, 2017: 38). “Pantas saja uang ku selalu habis, pasti karena Telembuk satu ini! Kirik! Setan! Bangsat kamu!” Diva menjerit campur tangis yang berlebih. Iya lempar sepatu hak tinggi nya kearah perempuan itu. Satu sepatu lolos melewati atas kepala perempuan itu, yang satunya lagi mengenai buah dada sebelah kiri perempuan itu (Telembuk, 2017: 89).


Imas Juidah, dkk. 199 Aku masih merasakan sakit di bagian selangkangan. Bau tubuh lelaki itu pun masih melekat ditubuh ku. Rasa ngilu tak juga hilang di kedua tanganku. Lelaki itu meninggalkan goresan di beberapa bagian tubuhku (Telembuk, 2017: 382). Diva menggelayut di pundak Carta dan mencium pipinya. Carta gemas dan terpancing berahinya. Lalu ia remas pantat Diva dengan keras. “Kirik! Sakit goblok! Halus dikit dong A...,” ujar Diva manja. “Memangnya kamu suka yang halus halus?” “Ih, Aa ini. Malu ada Bos.” “Aw! Kirik! Sakit setan,” teriak Carta, setelah Diva meremas selangkangan Carta. Diva tertawa cekikikan. Begitu juga dengan si Bos (Telembuk, 2017: 84-85). Keseluruhan masalah kekerasan terhadap tokoh perempuan yang terdapat pada novel Telembuk Karya Kedung Darma Romansha yaitu meliputi kekerasan fisik, kekerasan psikologi, dan kekerasan seksual.


200 DAFTAR PUSTAKA Abrams, M. H. 1981. A Glossary of Literary Terms. New York: Holt, Rinehart and Winston. Allan, K., Burridge, K. (2006). Forbidden Words: Taboo and the Censoring of Language. New York: Cambridge University Press. Alvestad, S.S. (2014). “Evaluative language in academic discourse: Euphemisms vs. dysphemisms in andrews’ & kalpakli’s the age of beloveds (2005) as a case in point”. Journal of Arabic and Islamic Studies, 155-177. Almufawez, dkk. (2018). “A contrastive study of using euphemism in english and arabic”. Journal of Applied Linguistics and Language Research. Volume 5, Issue 4, 2018, pp. 200-209. ISSN: 2376-760X. Aminuddin. (2009). Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Anderson, L. G., & Trudgill, P. (1992). Bad Language. London: Penguin Books. Aziez, Furqon dan Abdul Hasyim. (2010). Menganalisis Fiksi: Sebuah Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia. Burridge, K. (2012). “Euphemism and language change: The sixth and seventhages”. Lexis. Journal in English Lexicology (7). Cameron, Deborah. (2001). Gender Language Ideologies: In Janet Holmes & Miriam Meyerhoff (eds.), Handbook of Language and Gender. Oxford: Blackwell. Chatman, Seymour. 1980. Story and Discourse, Narrative Structure in Fiction and Film. Itacha: Cornell University Press. Cots, J. (1992). “Norms of Interaction and Interpretation: An Ethnographic Approach to Discourse in a Catalan University Context”. Syntagma, 61-67.


201 Crystal, David. (1995). The Cambridge Encyclopedia of The English Language. Cambridge: Cambridge University Perss. Depdiknas. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Duranti, A. (1997). Linguistic Anthropology. New York: Cambridge University Press. Endraswara, Suwardi. (2013). Teori Kritik Sastra. Yogyakarta: CAPS. Enright, D. (2014). In other words. London: Michael O’Mara Books Limited. Fagersten, K. Beers. (2012). Who’s Swearing Now? The Social Aspects of Conversational Swearing. UK: Cambridge Scholars Publishing. Fakih, Mansour. 2013. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Farah, I. (1998). The Ethnography of Communication. (N. Hornberger, & P. Corson, Eds.) Encyclopedia of Language and Education, 125-7. Fasold, Ralph. (1990). Sociolinguitics of Language. Cambridge USA: Basil Blackwell. Foster, E. M. 1970. Aspect of The Novel. Harmondswort: Penguin Book. Fernandez, E.C. (2014). “Euphemism and political discourse in the british regional press”. Brno Studies in English.Volume 40, No. 1. Hal. 5-26. Gumperz, J.J & Hymes, D. (eds.). (1972). Directions in sociolinguistics: the ethnography of communication. New York: Holt, Rinehart and Winston. Habibi, A & Rizky, K. (2018). “Euphemism and gender: The euphemism used by male and female in Minangkabau songs”. Proceeding of the 1st Annual International Conference on Language and Literature, Fakultas Sastra, UISI, Medan. Hartoko, Dick dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Hepburn, Carol. (2016). “Ethnography of Communication in Praxis in the Literature Classroom”. Journal of Instructional Research, Vol. 5 p50-60, 2016. (https://eric.ed.gov/?q=Ethnography+of+communication+in+praxis&id=EJ1127630).


202 Hobbs, D., & Wright, R. (2006). The Sage Handbook of Fieldwork. London: Sage Publication. Hymes, Dell. (1972). “Models of the Interaction of Language and Social Life”, in J. J. Gumperz and D. Hymes (eds) Directions in Sociolinguistics: The Ethnography of Communication. New York: Holt, Rinehart & Winston. Jackova, M. (2010). Euphemism in today’s English. Tomas Bata University in Zlin Faculty of humanities. Kadir, Nik Hassan Basri Nik Ab. (2003). Teori Bahasa: Implikasinya Terhadap Pengajaran Tatabahasa. Tanjung Malim: Universiti Pendidikan Sultan Idris. Karjalainen, Markus. (2002). Where have all the swearwords gone?. Unpublished Pro Gradu Thesis. Helsinki: University of Helsinki http://www.punch.co.uk. Keraf, Gorys. (2005). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama. Kenny, William. 1966. How to Analyze Fiction. New York: Monarch Press. Kosasih, E. (2014). Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Nobel Edumedia. Kurniawati, H. (2011). “Eufemisme dan disfemisme dalam spiegel online”. Litera. Volume 10, Nomor 1. Leech, G. (1981). Semantics: The Study of Meaning. New York: Penguin Books. Leeds- Hurwitz, W. (2005). Ethnography. (U. Ammon, & N. Dittmar, Eds.) Handbook of Language and Social Interaction, 1, 1196-1205. Lévi-Strauss, C., Jacobson, C., & Schoepf, B. G. (1963). Structural anthropology. New York: Basic Books. Linfoot, K. & Ham. (2005). “The linguistics of euphemism: A diachronic study of euphemism formation”. Journal of Language and Linguistics. Vol. 4 No. 2, ISSN 1475 – 8989. Lubis, Mochtar. 1978. Teknik Mengarang. Jakarta: Nunang Jaya. McEnery, Tony. (2006). Swearing in English: Bad Language, Purity and Power from 1958 to the Present. USA: Routledge.


203 Minderop, Albertine. (2010). Psikologi Sastra. Karya Sastra, Metode , Teori dan Contoh Kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Malo, S.S. & Mohammed, F.O. (2014). “The use of euphemism and dysphemism in bahdeni dialect”. Journal of University of Duhok. Vol. 17, No.1. 1- 14. Meredith, Robert C. dan John D. Fitzgerald. 1972. Sructuring Your Novel: From Basic Idea to Finished Manuscript. New York: Barrnest dan Noble Book. Montagu, A. (2001). The Anatomy of Swearing. Philadelphia: University of Pennsylvania. Nurgiyantoro, Burhan. (2013). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada. Omar, Asmah Haji. (2004). Setia dan Santun Bahasa. Tanjung Malim: Universiti Pendidikan Sultan Idris. Pinker, S. (2008). The Stuff of Thought: Language as a Window into Human Nature. New York: Penguin Books. Philipsen, G., & Coutu, L. (2005). The Ethnography of Speaking. (K. Fitch, & R. Sanders, Eds.) Handbook of Language and Social Interaction, 355-381. Priyatni, Endah Tri. (2010). Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis. Jakarta: Bumi Aksara. Ratna, Nyoman Kutha. (2011). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Ratna, Nyoman Kutha. (2011). Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Rim, Jack. 2015. Characterization In Fiction. Texas: Texas State University. Romansha, Kedung Darma. (2014). Kelir Slindet. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Romansha, Kedung Darma. (2017). Telembuk: Dangdut dan Kisat Cinta yang Keparat. Yogyakarta: Indie Book Corner. Rosidi, Ajip. (1976). Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia. Bandung: Bina Cipta.


204 Rokhmansyah, Alfian. (2014). Studi dan Pengkajian sastra: Perkenalan Awal terhadap Ilmu Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu. Rothwell, J. Dan. (1973). “Verbal Obscenity Time for Second Thought”, dalam Liedlich, editor. Coming to Term with Language. USA: John Wiley and Sons, Inc. Sagaji, Rokade Malik. (2018). “Ethnography of Communication”. UGC Journal, Vol. 5/Issue: 12, June 2018. Saville- Troike, M. (2003). The Ethnography of Communication: An Introduction. Oxford: Blackwell Publishing. Sayuti, Suminto A. (2017). Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Cantrik Pustaka. Schiffrin, D. (1994). Approaches to Discourse: The Ethnography of Communication. Blackwell Publishing. Shaari, Rahman. (1993). Memahami Gaya Bahasa. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka. Shipley, Joseph T. 1962. Dictionary of World Literature. Peterson, N. J: Liftefield, Adam & Co. Siswanto, Wahyudi. (2008). Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo. Stanton, Robert. (2012). Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Stanton, Robert. 1965. An Introduction to Fiction. New York: Holt, Rinehart and Winston. Stephens, R., Atkins, J., & Kingston, A. (2009). Swearing as a Response to Pain. NeuroReport, 20(12), 1056-1060. Stevick, Philip (ed). 1967. The Theory of the Novel. New York: The Free Press. Sumardjo dan Saini. (1988). Apresiasi Kesusatraan. Jakarta: Gramedia. Sumardjo, Jakob. (1981). Segi Sosiologis Novel Indonesia. Bandung: Pustaka Prima. Tarigan, Henry Guntur. (2011). Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Teeuw. A. (1980). Sastra Baru Indonesia. Flores: Nusa Indah.


205 Waluyo, J. Herman. 2011. Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi. Yogyakarta: Penerbit Ombak. Wellek, Rene dan Austin Warren. (1995). Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia. Wijana, K., & M. Rohmadi. (2013). Semantik: Teori dan Analisis. Surakarta: Yusma Putaka. Zaidan, Abdul Rozak. Dkk. (2007). Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.


206 RIWAYAT HIDUP Imas Juidah, M. Pd., merupakan mahasiswa Program Doktor Pendidikan Bahasa Indonesia, FKIP, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Ia merupakan dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Wiralodra Indramayu. Ia merupakan ketua editor dalam jurnal Bahtera Indonesia: Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia. Ia menyelesaikan jenjang pendidikan S-1 di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Wiralodra Indramayu; S-2 di Program Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, FKIP, Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon. Tulisan-tulisan ilmiahnya terpublikasikan diberbagai jurnal dan konferensi bereputasi, baik nasional maupun internasional. Buku yang pernah ditulis di antaranya yaitu buku Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (K-Media, 2016); buku Teori Sastra: Sebuah Pengantar (K-Media, 2016); buku Apresiasi Prosa Fiksi: Teori dan Penerapannya (K-Media, 2016) dan telah di HKI kan pada 2020.


207 RIWAYAT HIDUP Prof. Dr. Andayani, M.Pd., merupakan Guru Besar di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Pernah menjadi dosen tamu di Mae Fah Luang University Thailand (2012). Tulisantulisan ilmiahnya terpublikasikan ke berbagai jurnal bereputasi, baik nasional dan nasional, maupun berbagai forum ilmiah. Buku-buku yang diihasilkan, antara lain: Pendekatan Saintifik dalam Metodologi Pengajaran Bahasa (2014); Statistik untuk Penelitian Pengajaran Bahasa (2013); Pendekatan dan Metode Pengajaran Keterampilan Berbahasa (2013); Mengaras Peran Bahasa Indonesia di Ranah Internasional (2012); Metode Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing Nonbahasa Inggris (2012); The Exploration of Educative Aspect in Menak Puppet Story and Ist Relevance with Multicultural Literary Studies (2011); Membaca Komprehensif (2011); Unggah-ungguh Basa dalam Kurikulum dan Silabus (2010); Quantum Teaching dalam Pembelajaran Apresiasi Sastra (2010); Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Bahasa (2009); Media Interaktif untuk Pembelajaran Membaca Menulis Permulaan (2009); Model Bahan Ajar MMP dengan Pendekatan Atraktif (2009).


208 RIWAYAT HIDUP Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M. Pd., adalah Guru Besar di Universitas Sebelas Maret (UNS). Alamat Kantor: Lembaga Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pendidikan UNS Jl. Ir. Sutami, 36 A Surakarta. Alamat Rumah Jl. Matoa Raya I No. 7, Karangasem, Surakarta. Saat ini diamanahi sebagai Ketua Lembaga Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pendidikan UNS. Pekerjaan kesehariannya adalah: Dosen Program Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNS (1987—sekarang); Dosen S2 Program Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana UNS (2001–sekarang); Dosen S3 Program Studi Linguistik Pascasarjana UNS (2002–2007); Dosen Program Doktor Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana UNS (2007–sekarang); Dosen Program Pascasarjana UMS (2006– sekarang); Assesor Badan Akreditasi Nasional Penguruan Tinggi (BAN PT) (2005–sekarang); dan Asesor LAM DIK (2022-sekarang). Jabatan yang pernah dan masih dilaksanakan adalah: Sekretaris Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia (PBI) Pascasarjana UNS (2004 – 2011); Ketua Divisi Pengkajian dan Pengembangan Manajemen Pendidikan (Badan Pengkajian dan Pengembangan Manajemen Pendidikan FKIP UNS) (2002–2006); Koordinator Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat FKIP UNS (2005 – 2012); Ketua Badan Pengkajian dan Pengembangan Manajemen Pendidikan FKIP UNS) (2006 – 2010); Tim Kantor Jaminan Mutu UNS (2009 – 2012); Ketua Education Development Center FKIP UNS (2010–2013); Tim Ahli Education Development Center FKIP UNS (2014 – sekarang); Ketua Program Magister dan Doktor PBI Pascasarjana UNS (2012 – 2015); Kepala Program Doktor PBI Pascasarjana UNS (2015 – 2020); Ketua Komisi B Bidang Penelitian Senat FKIP UNS (2012 – 2015; 2015 – 2019); Ketua Komisi D Guru Besar Senat Akademik FKIP UNS


209 (2020 – 2023). Ketua Komite SMA Negeri 3 Surakarta (2011-2014); Ketua Dewan Pakar SMA Negeri 3 Surakarta (2014--2017); Dewan Pakar Himpunan Pembina Bahasa Indonesia (HPBI) Wilayah Jawa Tengah (2008 – sekarang); Dewan Pakar Ikatan Program Studi Bahasa Indonesia (2008 – 2017), Ketua Dewan Pembina Ikatan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (2017--2020); dan Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (2023—2027). Telah meneliti, menulis, dan memublikasikan ratusan artikel ilmiah ke berbagai jurnal bereputasi baik nasional dan internasional maupun dalam berbagai forum ilmiah, yang antara lain: (1) The Effectiveness of Ecological Intelligence-Based Indonesian Language Textbooks on the Environmentally Friendly Behaviors of State Junior High School Students in Surakarta (KnE Social Sciences, 2017); (2) Ecological Intelligence Values in Indonesian Language Textbooks for Junior High School Students (Pertanika Journal of Social Sciences & Humanities, 2007); (3) Ecological Literacy Values in Indonesian Language Textbook for Senior High School Students Published by Ministry of Education and Culture” in Journal of Physics: Conf. Series (2019). Telah menulis puluhan buku, di antaranya: Cermat Berbahasa Indonesia untuk Siswa Sekolah Dasar (Mediatama, 2004); Mahir Berbahasa Indonesia untuk Siswa SMP 3 Jilid (Mitra Media, 2005), Bahasa Indonesia Bahasa Kebanggaanku untuk Siswa SMP 3 Jilid (Kemendikbud, 2007), Serba Linguistik: Mengupas Pelbagai Praktik Berbahasa (Sebelas Maret Unversity Press, 2008); Semantik Pengantar Kajian Makna (Yuma Pustaka, 2008); Model Asesmen dalam Pembelajaran (Yuma Pustaka, 2011); Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah (Yuma Pustaka, 2011); Bahasa Indonesia Berwawasan Multikultural (William, 2014); Bahasa Indonesia Berbasis Kecerdasan Ekologis untuk Siswa SMP (Yuma Pustaka, 2017); Pendidikan Literasi: Membangun Budaya Belajar, Profesionalisme Pendidik, dan Budaya Kewirausahaan untuk Mewujudkan Marwah Bangsa (Remaja Rosdakarya, 2019), Pembelajaran Bahasa Indonesia Era Industri 4.0 (Remaja Rosdakarya, 2019); Bahasa Indonesia Berwawasan Literasi Ekologis (Ecoliteracy) (SIP Publishing, 2021). Selain mengajar dan meneliti, aktivitas lain yang banyak


210 dilakukan adalah memenuhi undangan dari kolega dosen di perguruan tinggi (PT) dalam kegiatan seminar, workshop pengembangan kurikulum, penelitian kompetitif, penjaminan mutu, akreditasi PT; diklat peningkatan profesionalisme widyaiswara dan guru (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan, Dinas Pendidikan, Direktorat Pembinaan SMP/SMA, Kemendikbud).


211 RIWAYAT HIDUP Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum., dilahirkan, di Sragen, 13 Oktober 1976. Pendidikan Sekolah Dasar s.d. SMU diselesaikan di Sragen, yakni di SD N Pungsari I (1988), SMP N I Plupuh (1991), dan SMU N Gemolong (1994). Gelar Sarjana Sastra (S1) diraih di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, bidang Linguistik, Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS (1999) dengan judul skripsi “Pemakaian Bahasa Indonesia dalam Rubrik Wong Solo Ngudarasa Solopos: Kajian Pragmatik”, gelar Magister Humaniora (S-2) (2000-2002), minat utama Linguistik, diraih di Pascasarjana UGM Yogyakarta dengan judul tesis “Asosiasi Pornografis Judul-judul Berita Artis dalam Media Massa Cetak: Kajian Sosiolinguistik.”, dan gelar Doktor (S-3) diselesaikan tahun (2006-2009) bidang linguistik diraih dari Pascasarjana UGM dengan judul Disertasi, ”Wacana Humor: Analisis Tekstual dan Kontekstual (Kajian Pragmatik pada Wacana Humor)” Penulis saat ini mengajar di Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan PBS FKIP UNS sejak tahun 2002 sampai sekarang pada jenjang S-1 dan mengajar S-2 dan S-3 PBI sejak tahun 2009. Penulis memiliki pengelamanan Manajemen sebagai Korbid Akreditasi Nasional (SPME) LPPMP UNS (2020-sekarang), Direktur Perpustakaan Ratulisa Surakarta (2020-sekarang), Kepala Bidang Pengembangan SDM FKP2TN (2016-2020), Kepala UPT Perpustakaan UNS (2015-2019), Bendahara Umum Ikaprobsi (2016-2021), Ketua Umum Asosiasi Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia (ADOBSI) tahun 2014-2016, 2017-2019, dan 2019 s.d. sekarang, Asesor APS dan APT BAN PT 2013-sekarang, Tim Pengembang Instrumen BAN PT (2018-sekarang), Tim Pengembang Instrumen LAMDIK (2020-sekarang), dan Founder, Pegiat Literasi, dan Pengelola Lembaga Literasi Arfuzh Ratulisa (2016-sekarang), Staf Ahli Penelitian


212 dan Pengembangan Perpustakaan Desa Insan Cendikian Desa Pungsari, Plupuh, Sragen (2016-sekarang)., Staf Ahli Penelitian dan Pengembangan Dinas Arsip dan Perpsutakaan Provinsi Jawa Tengah (2019-sekarang). Selain mengajar penulis juga menjadi narasumber, moderator, dan motivator pendidikan dalam berbagai seminar internasional, nasional, workshop bidang penulisan, pendidikan, linguistik, sastra, dan seni budaya. Kemudian, penulis juga menekuni dunia tulismenulis, yakni menulis buku, artikel jurnal, dan makalah dalam berbagai forum ilmiah baik nasional maupun internasional. Publikasi dalam bentuk Jurnal ilmiah dan prosiding sudah 100 lebih, dan Publikasi dalam bentuk buku juga sudah sangat banyak. Di antara buku-buku yang telah diterbitkan, antara lain: (1) Pragmatik: Teori dan Analisis (Lingkar Media, 2004), (2) Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Kelas X, XI, dan XII, (Putra Nugraha, 2004), (3) Sosiolinguistik: Teori dan Analisis (Pustaka Pelajar, (2006), (4) Bahasa Indoensia untuk Perguruan Tinggi (UNS Press, 2006), (5) Bahasa Indonesia: Upaya Teriampil Menulis Karya Ilmiah (Media Pustaka, 2010), (6) Menjadi Guru Profesional berbasis PKG dan PKB (Yuma Pustaka, 2012), (7) Menjadi Guru Profesional dan Berkarakter (Yuma Pustaka, 2015), (8) Jurnalistik Media Cetak (Yuma Pustaka, 2016), (9) Junralistik Media Elektronik (Yuma Pustaka, 2017), (10) Guru dan Dosen Hebat dan Luar Biasa (Yuma Pustaka, 2017), (11) Guru dan Dosen Abad XXI (Yuma Pustaka dan Arfuzh Ratulisa, 2019), (12) Menjadi Pustakawan Kreatif di Era Revolusi Industri 4.0 (Yuma Pustaka, 2019), (13) Dasardasar Penelitian Bahasa, Sastra, dan Pengajaran (Pustaka Briliant, 2015), (14) Belajar Bahasa indonesia (Cakrawala Media, 2019), (15) Kajian Pragmatik: Peran Konteks Sosial dan Budaya dalam tindak Tutur Bahasa di Pacitan, dan masih banyak lagi bisa dilihat di google cendikia sangat lengkap aneka tulisannya, kanal Youtube: M Rohmadi Ratulisa, dan web: arfuzhratulisa.id Penulis selalu berharap dapat berdiskusi, belajar, dan berbagai ide dan gagasan dengan guru, dosen, dan praktisi bahasa serta pendidikan di mana pun berada sehingga dapat mengembangkan dan memasyarkatkan Program Gerakan Literasi dengan Ratulisa (rajin menulis dan membaca) untuk kemajuan dan kejayaan generasi emas Indonesia. Bagi yang berminat untuk menjalin silaturahmi dengan penulis dapat hubungi di HP 081 391 423 540 atau email:


213 [email protected]. Marilah kita bekerja dan berkarya untuk kemaslahatan bersama sebagai bekal di dunia dan akhirat. “Kawan, teruslah berliterasi dengan Ratulisa (rajin menulis & membca) “Membacalah untuk menulis dan menulislah untuk dibaca umat sepanjang hayat” @@@ Salam Hebat dan Luar Biasa @@@


Click to View FlipBook Version