The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku ini merupakan buku teks Apresiasi Prosa Fiksi

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by imas.juidah, 2023-07-21 20:32:40

Apresiasi Prosa Fiksi: Teori dan Penerapannya

Buku ini merupakan buku teks Apresiasi Prosa Fiksi

Keywords: Apresiasi Prosa Fiksi,Sastra,APF

138 Apresiasi Prosa Fiksi: Teori dan Penerapannya yang mengacu pada benda yaitu kotoran atau hasil buangan yang dikeluarkan dari alat pencernaan ke luar tubuh melalui dubur, mengandung zat-zat makanan yang tidak dapat dicernakan dan zat-zat yang tidak berasal dari makanan, misalnya jaringan yang aus, mikroba yang mati; feses; kotoran. Jika dilihat dari nilai rasanya, kedua bentuk kebahasaan tinja dan tahi mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata tinja mempunyai nilai rasa yang lebih baik daripada kata tahi. Selain data di atas, terdapat juga data lain mengenai referensi eufemisme berupa banda dan binatang, yaitu sebagai berikut. (50) Pada suatu hari, Eni berkata, “Mas, pa Sumarta ada kenalan seorang agen TKI. Jika kau mengijinkanku aku bersedia bekerja keluar negeri.” (Aib dan Nasib, 2020: 145). (50a) Pada suatu hari, Eni berkata, “Mas, pa Sumarta ada kenalan seorang agen pembantu. Jika kau mengijinkanku aku bersedia bekerja keluar negeri.” Bentuk kebahasaan TKI pada kalimat (50) dan kata pembantu pada kalimat (50a), keduanya sama-sama merupakan referensi eufemisme yang mengacu pada benda yaitu orang upahan, pekerjaannya (membantu) mengurus pekerjaan rumah tangga (memasak, mencuci, menyapu, dan sebagainya). Jika dilihat dari nilai rasanya, kedua bentuk kebahasaan TKI dan pembantu mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata TKI mempunyai nilai rasa yang lebih baik daripada kata pembantu. Selain data di atas, terdapat juga data lain mengenai referensi eufemisme berupa banda dan binatang, yaitu sebagai berikut. (51) Tidak ada cara lain untuk dapat ikut mendengarkan pembicaraan haji Dasuki dan Yu Minah, selain dengan menguping dari jamban sembari berpura-pura buang air besar (Aib dan Nasib, 2020: 174). (51a) Tidak ada cara lain untuk dapat ikut mendengarkan pembicaraan haji Dasuki dan Yu Minah, selain dengan menguping dari kakus sembari berpura-pura buang air besar. Bentuk kebahasaan jamban pada kalimat (51) dan kata kakus pada kalimat (51a), keduanya sama-sama merupakan referensi eufemisme yang mengacu pada benda yaitu tempat buang air. Jika


Imas Juidah, dkk. 139 dilihat dari nilai rasanya, kedua bentuk kebahasaan jamban dan kakus mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata jamban mempunyai nilai rasa yang lebih baik daripada kata kakus Selain data di atas, terdapat juga data lain mengenai referensi eufemisme berupa banda dan binatang, yaitu sebagai berikut. (52) Dan sembarangan membuka celana, menungging, membuang hajat, sembari sambil memakan buah ciplukan satu-persatu (Aib dan Nasib, 2020: 197). (52a) Dan sembarangan membuka celana, menungging, membuang berak, sembari sambil memakan buah ciplukan satu-persatu. Bentuk kebahasaan hajat pada kalimat (52)dan kata berak pada kalimat (52a), keduanya sama-sama merupakan referensi eufemisme yang mengacu pada benda yaitu kotoran manusia atau binatang. Jika dilihat dari nilai rasanya, kedua bentuk kebahasaan hajat dan berak mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata hajat mempunyai nilai rasa yang lebih baik daripada kata berak Selain data di atas, terdapat juga data lain mengenai referensi eufemisme berupa banda dan binatang, yaitu sebagai berikut. (53) Boled Boleng merasakan hangat di selangkangan lantaran tidak dapat menahan pipis dan tidak saja ketakutan, tetapi rasa panik menggantung di sana (Aib dan Nasib, 2020: 1252). (53a) Boled Boleng merasakan hangat di selangkangan lantaran tidak dapat menahan air kencing dan tidak saja ketakutan, tetapi rasa panik menggantung di sana. Bentuk kebahasaan pipis pada kalimat (53)dan kata air kencing pada kalimat (53a), keduanya sama-sama merupakan referensi eufemisme yang mengacu pada benda yaitu air buangan dari kandung kencing (dalam tubuh) yang keluar melalui saluran kencing; air seni; air kemih. Jika dilihat dari nilai rasanya, kedua bentuk kebahasaan pipis dan air kencing mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata pipis mempunyai nilai rasa yang lebih baik daripada kata air kencing. b. Bagian Tubuh Bagian tubuh tertentu yang fungsinya menyangkut aktivitas seksual sering dianggap tabu bila diucapkan secara terus terang sehingga biasanya dicarikan pengganti lain atau ungkapan lain yang lebih halus.


140 Apresiasi Prosa Fiksi: Teori dan Penerapannya Contoh referensi eufemisme yang mengacu pada bagian tubuh dalam novel Aib dan Nasib karya Minanto yaitu sebagai berikut. (54) Empat sisi bidang tanah itu telah dipatok dengan bambu oleh kaji Basuki, tetapi kemudian diganti dengan empat botol limun oleh Marlina; keempat botol itu ditanam terbalik sehingga yang terlihat cuma pantat botol (Aib dan Nasib, 2020:14). (54a) Empat sisi bidang tanah itu telah dipatok dengan bambu oleh kaji Basuki, tetapi kemudian diganti dengan empat botol limun oleh Marlina; keempat botol itu ditanam terbalik sehingga yang terlihat cuma bokong botol. Kata pantat pada kalimat (54) dan kata bokong pada kalimat (54a), keduanya sama-sama merupakan referensi eufemisme yang mengacu pada bagian tubuh yaitu bagian pangkal paha di sebelah belakang (yang mengapit dubur). Jika dilihat dari nilai rasanya, kedua kata pantat dan bokong memiliki nilai rasa berbeda. kata pantat mempunyai nilai rasa yang lebih sopan daripada kata bokong. Selain data di atas, terdapat juga data lain mengenai referensi eufemisme berupa bagian tubuh, yaitu sebagai berikut. (55) Sebelum dipergoki sedang menggosok-gosokan batang kemaluan pada lubang dipelepah pisang, Boled Boleng di bentak-bentak sebelum kemudian diusir dengan dilemparkan sebungkus nasi lengkoh dari tangan Inem si penjual seksi dari blok sigong (Aib dan Nasib, 2020:23). (55a) Sebelum dipergoki sedang menggosok-gosokan kontol pada lubang dipelepah pisang, Boled Boleng di bentak-bentak sebelum kemudian diusir dengan dilemparkan sebungkus nasi lengkoh dari tangan Inem si penjual seksi dari blok sigong. Kata batang kemaluan pada kalimat (55) dan kata kontol pada kalimat (55a), keduanya sama-sama merupakan referensi eufemisme yang mengacu pada bagian tubuh manusia, yaitu kemaluan laki-laki. Jika dilihat dari nilai rasanya, kedua kata batang kemaluan dan kontol memiliki nilai rasa berbeda. Kata batang kemaluan mempunyai nilai rasa yang lebih sopan dan halus daripada kata kontol. Selain data di atas, terdapat juga data lain mengenai referensi eufemisme berupa bagian tubuh, yaitu sebagai berikut.


Imas Juidah, dkk. 141 (56) Bagong Badrudin ada disana, dan sempat tergelak-gelak saat Boled Boleng lebih memilih memungut nasi bungkus ketimbang menarik celananya yang melorot memperlihatkan penisnya yang menjulur (Aib dan Nasib, 2020:53). (56a) Bagong Badrudin ada disana, dan sempat tergelak-gelak saat Boled Boleng lebih memilih memungut nasi bungkus ketimbang menarik celananya yang melorot memperlihatkan kontol yang menjulur. Kata penis pada kalimat (56) dan kata kontol pada kalimat (56a) keduanya sama-sama merupakan referensi eufemisme yang mengacu pada bagian tubuh manusia yaitu alat kelamin laki-laki. Jika dilihat dari nilai rasanya, kedua kata penis dan kontol memiliki nilai rasa berbeda. Kata penis memiliki nilai rasa yang lebih halus daripada kata kontol. Selain data di atas, terdapat juga data lain mengenai referensi eufemisme berupa bagian tubuh, yaitu sebagai berikut. (57) Dan diikutilah oleh Uripah sehingga payudaranya yang mengkal diperlihatkan secara utuh (Aib dan Nasib, 2020:38). (57a) Dan diikutilah oleh Uripah sehingga susu yang mengkal diperlihatkan secara utuh. Kata payudara pada kalimat (57) dan kata susu pada kalimat (57a) keduanya sama-sama merupakan referensi eufemisme yang mengacu pada bagian tubuh manusia yaitu organ tubuh yang terletak di dada wanita yang dapat menghasilkan makanan untuk bayi, berupa cairan. Jika dilihat dari nilai rasanya, kedua kata payudara dan susu memiliki nilai rasa berbeda. Kata payudara memiliki nilai rasa yang lebih halus daripada kata susu. Selain data di atas, terdapat juga data lain mengenai referensi eufemisme berupa bagian tubuh, yaitu sebagai berikut. (58) Pertama adalah ketika memberikan upah sebagian untuk membangun fondasi rumah, dan kedua kali adalah ketika memberikan upah penuh untuk melengkapi rumah dengan asbes dan cat, sekaligus menitipkan sperma sebelum pergi lagi menuntaskan kontrak kerja (Aib dan Nasib, 2020:38). (58a) Pertama adalah ketika memberikan upah sebagian untuk membangun fondasi rumah, dan kedua kali adalah ketika memberikan upah penuh untuk melengkapi rumah dengan


142 Apresiasi Prosa Fiksi: Teori dan Penerapannya asbes dan cat, sekaligus menitipkan mani sebelum pergi lagi menuntaskan kontrak kerja. Kata sperma pada kalimat (58) dan kata mani pada kalimat (58a) keduanya sama-sama merupakan referensi eufemisme yang mengacu pada bagian tubuh manusia yaitu cairan kental yang menyembur dari kelamin laki-laki pada waktu ejakulasi, merupakan produk dari berbagai organ, misalnya dari buah zakar, gelembung mani, kelenjar prostat. Jika dilihat dari nilai rasanya, kedua kata sperma dan mani memiliki nilai rasa berbeda. Kata sperma memiliki nilai rasa yang lebih halus daripada kata smani. (59) “Besok atau lusa kau akan jadi buah bibir orang-orang. Tunggu saja.” (Aib dan Nasib, 2020:101). (59a) “Besok atau lusa kau akan jadi gunjingan orang-orang. Tunggu saja.” Kata buah bibir pada kalimat (59) dan kata gunjingan pada kalimat (59a) keduanya sama-sama merupakan referensi eufemisme yang mengacu pada bagian tubuh manusia yaitu di tepi (pinggir) mulut (sebelah bawah dan atas). Jika dilihat dari nilai rasanya, kedua kata buah bibir dan gunjingan memiliki nilai rasa berbeda. Kata buah bibir memiliki nilai rasa yang lebih halus daripada kata gunjingan. (60) “Mau bilang apalagi, Mang. Percuma aku bilang ini-itu juga, mana mungkin telinga mereka mendengarkan.” (Aib dan Nasib, 2020:112). (60a) “Mau bilang apalagi, Mang. Percuma aku bilang ini-itu juga, mana mungkin kuping mereka mendengarkan.” Kata telinga pada kalimat (60) dan kata kuping pada kalimat (60a) keduanya sama-sama merupakan referensi eufemisme yang mengacu pada bagian tubuh manusia yaitu alat pendengaran yang terletak di kanan kiri kepala (manusia atau binatang). Jika dilihat dari nilai rasanya, kedua kata telinga dan kuping memiliki nilai rasa berbeda. Kata telinga memiliki nilai rasa yang lebih halus daripada kata kuping. c. Profesi Profesi-profesi yang dipandang rendah martabatnya dalam masyarakat perlu diperhatikan. Hal tersebut untuk menghormati orang-orang yang


Imas Juidah, dkk. 143 memiliki atau menjali profesi semacam itu, perlu dibentuk kata-kata atau ungkapan yang bersifat eufemisme. Contoh referensi eufemisme yang mengacu pada profesi dalam novel Aib dan Nasib karya Minanto yaitu sebagai berikut. (61) “Berhentilah membela telembuk dan lonte,” sergah Marlina (Aib dan Nasib, 2020: 25). (61a) “Berhentilah membela pelacur dan lonte,” sergah Marlina. Kata telembuk pada kalimat (61) dan kata pelacur pada kalimat (61a), keduanya sama-sama merupakan referensi eufemisme yang mengacu pada profesi yaitu perempuan yang profesinya melacurkan diri. Jika dilihat dari nilai rasanya, kedua bentuk kebahasaan telembuk dan pelacur mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata telembuk mempunyai nilai rasa yang lebih sopan dan halus daripada kata pelacur. (62) “Berhentilah membela telembuk dan lonte,” sergah Marlina (Aib dan Nasib, 2020: 25). (62a) “Berhentilah membela telembuk dan pelacur,” sergah Marlina. Kata lonte pada kalimat (62) dan kata pelacur pada kalimat (62a), keduanya sama-sama merupakan referensi eufemisme yang mengacu pada profesi yaitu perempuan yang profesinya melacurkan diri. Jika dilihat dari nilai rasanya, kedua bentuk kebahasaan lonte dan pelacur mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata lonte mempunyai nilai rasa yang lebih sopan dan halus daripada kata pelacur. d. Aktivitas Aktivitas yang berkaitan dengan kriminalitas dan seksualitas perlu dihaluskan dan diganti dengan bentuk eufemisme. Contoh referensi eufemisme yang berkaitan dengan aktivitas dalam novel Aib dan Nasib karya Minanto yaitu sebagai berikut. (63) Selang beberapa rumah dari musala tersebut, sepasang suami istri sedang berpagutan dalam kain sarung (Aib dan Nasib, 2020: 87). (63a) Selang beberapa rumah dari musala tersebut, sepasang suami istri sedang bersetubuh dalam kain sarung.


144 Apresiasi Prosa Fiksi: Teori dan Penerapannya Kata berpagutan pada kalimat (63) digunakan untuk menggantikan kata bersetubuh pada kalimat (63a). Kata berpagutan dan bersetubuh keduanya sama-sama merupakan referensi eufemisme yang mengacu pada aktivitas yaitu melakukan hubungan badan atau seksual. Jika dilihat dari nilai rasanya, kata berpagutan dan bersetubuh mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata berpagutan mempunyai nilai rasa yang lebih sopan dan halus daripada kata bersetubuh. Selain data di atas, terdapat juga data lain mengenai referensi eufemisme berupa aktivitas, yaitu sebagai berikut. (64) Sebab sama seperti gadis umum tegalsembadra, tujuan Gulabia setelah lulus sekolah adalah mendaftar calon TKI atu mendaftar sebagai istri (Aib dan Nasib, 2020:17). (64a) Sebab sama seperti gadis umum tegalsembadra, tujuan Gulabia setelah lulus sekolah adalah mendaftar calon pembantu atu mendaftar sebagai istri. Kata TKI pada kalimat (64) digunakan untuk menggantikan kata pembantu pada kalimat (64a). Kata TKI dan pembantu keduanya sama-sama merupakan referensi eufemisme yang mengacu pada aktivitas yaitu melakukan pekerjaan mengurus rumah tangga. Jika dilihat dari nilai rasanya, kata TKI dan pembantu mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata TKI mempunyai nilai rasa yang lebih sopan dan halus daripada kata pembantu. Selain data di atas, terdapat juga data lain mengenai referensi eufemisme berupa aktivitas, yaitu sebagai berikut. (65) “Kalau kalian sedang rabenan dengan perempuan, kalian harus hati-hati…” (Aib dan Nasib, 2020: 60). (65a) “Kalau kalian sedang bersetubuh dengan perempuan, kalian harus hati-hati…” Kata rabenan pada kalimat (65) digunakan untuk menggantikan kata bersetubuh pada kalimat (65a). Kata rabenan badan dan bersetubuh keduanya sama-sama merupakan referensi eufemisme yang mengacu pada aktivitas yaitu melakukan hubungan badan atau seksual. Jika dilihat dari nilai rasanya, kata rabenan dan bersetubuh mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata rebanen mempunyai nilai rasa yang lebih sopan dan halus daripada kata bersetubuh. Selain


Imas Juidah, dkk. 145 data di atas, terdapat juga data lain mengenai referensi eufemisme berupa aktivitas, yaitu sebagai berikut. (66) “Dari pada kami terus-terusan termakan bualanmu, kau buktikan kalau kau telah menggagahi Gulabia.” (Aib dan Nasib, 2020: 79). (66a) “Dari pada kami terus-terusan termakan bualanmu, kau buktikan kalau kau telah bersetubuh Gulabia.” Kata menggagahi pada kalimat (66) digunakan untuk menggantikan kata bersetubuh pada kalimat (66a). Kata menggagahi dan bersetubuh keduanya sama-sama merupakan referensi eufemisme yang mengacu pada aktivitas yaitu melakukan hubungan badan atau seksual. Jika dilihat dari nilai rasanya, kata menggagahi dan bersetubuh mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata menggagahi mempunyai nilai rasa yang lebih sopan dan halus daripada kata bersetubuh. Selain data di atas, terdapat juga data lain mengenai referensi eufemisme berupa aktivitas, yaitu sebagai berikut. (67) “Tapi aku mau begituan,” ujar Kicong (Aib dan Nasib, 2020: 53). (67a) “Tapi aku mau bersetubuh,” ujar Kicong. Kata begituan pada kalimat (67) digunakan untuk menggantikan kata bersetubuh pada kalimat (67a). Kata begituan dan bersetubuh keduanya sama-sama merupakan referensi eufemisme yang mengacu pada aktivitas yaitu melakukan hubungan badan atau seksual. Jika dilihat dari nilai rasanya, kata begituan dan bersetubuh mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata begituan mempunyai nilai rasa yang lebih sopan dan halus daripada kata bersetubuh. Selain data di atas, terdapat juga data lain mengenai referensi eufemisme berupa aktivitas, yaitu sebagai berikut. (68) “Kalau kalian pengen ngerasain ngentot, tidak perlulah kalian pikir lama-lama. Hajar! Sikat! Itu saja!” (Aib dan Nasib, 2020: 91). (68a) “Kalau kalian pengen ngerasain bersetubuh, tidak perlulah kalian pikir lama-lama. Hajar! Sikat! Itu saja!” Kata ngentot pada kalimat (68) digunakan untuk menggantikan kata bersetubuh pada kalimat (68a). kata ngentot dan kata


146 Apresiasi Prosa Fiksi: Teori dan Penerapannya bersetubuh keduanya sama-sama merupakan referensi eufemisme yang mengacu pada aktivitas yaitu melakukan hubungan intim. Jika dilihat dari nilai rasanya, kata ngentot dan bersetubuh mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata ngentot mempunyai nilai rasa yang lebih sopan dan halus daripada kata bersetubuh. Selain data di atas, terdapat juga data lain mengenai referensi eufemisme berupa aktivitas, yaitu sebagai berikut. (69) Ia menindih Pang dan langsung melipat sebelah kaki Pang, sehingga mereka tampak sedang bersanggama (Aib dan Nasib, 2020: 92). (69a) Ia menindih Pang dan langsung melipat sebelah kaki Pang, sehingga mereka tampak sedang bersetubuh. Kata bersanggama pada kalimat (69) digunakan untuk menggantikan kata bersetubuh pada kalimat (69a). kata bersanggama dan kata bersetubuh keduanya sama-sama merupakan referensi eufemisme yang mengacu pada aktivitas yaitu melakukan hubungan intim. Jika dilihat dari nilai rasanya, kata ngentot dan bersetubuh mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata bersanggama mempunyai nilai rasa yang lebih sopan dan halus daripada kata bersetubuh. Selain data di atas, terdapat juga data lain mengenai referensi eufemisme berupa aktivitas, yaitu sebagai berikut. (70) Niat Darto hendak indehoi dengan Rusniti pun batal (Aib dan Nasib, 2020: 96). (70a) Niat Darto hendak bersetubuh dengan Rusniti pun batal. Kata indehoi pada kalimat (70) digunakan untuk menggantikan kata bersetubuh pada kalimat (70a). kata indehoi dan kata bersetubuh keduanya sama-sama merupakan referensi eufemisme yang mengacu pada aktivitas yaitu melakukan hubungan intim. Jika dilihat dari nilai rasanya, kata indehooi dan bersetubuh mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata indehoi mempunyai nilai rasa yang lebih sopan dan halus daripada kata bersetubuh. Selain data di atas, terdapat juga data lain mengenai referensi eufemisme berupa aktivitas, yaitu sebagai berikut. (71) Ketika matahari sedang condong ke barat, Kartono baru selesai menjamah seluruh tubuh Gulabia (Aib dan Nasib, 2020: 99).


Imas Juidah, dkk. 147 (71a) Ketika matahari sedang condong ke barat, Kartono baru selesai bersetubuh seluruh tubuh Gulabia. Kata menjamah pada kalimat (71) digunakan untuk menggantikan kata bersetubuh pada kalimat (71a). kata menjamah dan kata bersetubuh keduanya sama-sama merupakan referensi eufemisme yang mengacu pada aktivitas yaitu melakukan hubungan intim. Jika dilihat dari nilai rasanya, kata menjamah dan bersetubuh mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata menjamah mempunyai nilai rasa yang lebih sopan dan halus daripada kata bersetubuh. (72) Di perjalanan pulang dari rumah Tegalsembdra, Marlina menimbang-nimbang cara terbaik mengatakan niat menikahi Eni sesegera mungkin agar Nurumubin tidak terlalu terkejut (Aib dan Nasib, 2020: 106). (72a) Di perjalanan pulang dari rumah Tegalsembdra, Marlina menimbang-nimbang cara terbaik mengatakan niat kawini Eni sesegera mungkin agar Nurumubin tidak terlalu terkejut. Kata menikah pada kalimat (72) digunakan untuk menggantikan kata kawin pada kalimat (72a). kata menikah dan kata kawin keduanya sama-sama merupakan referensi eufemisme yang mengacu pada aktivitas yaitu membentuk keluarga dengan lawan jenis; bersuami atau beristri. Jika dilihat dari nilai rasanya, kata menikah dan kawin mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata menikah mempunyai nilai rasa yang lebih sopan dan halus daripada kata kawin. (73) Ntah mengapa ia begitu pun ia tidak paham, padahal ia tahu ia pernah mimpi bercinta dan membersihkan sperma di pagi hari setelah menikahi Eni (Aib dan Nasib, 2020: 124). (73a) Ntah mengapa ia begitu pun ia tidak paham, padahal ia tahu ia pernah mimpi bersetubuh dan membersihkan sperma dipagi hari setelah menikahi Eni. Kata bercinta pada kalimat (73) digunakan untuk menggantikan kata bersetubuh pada kalimat (73a). kata bercinta dan kata bersetubuh keduanya sama-sama merupakan referensi eufemisme yang mengacu pada aktivitas yaitu melakukan hubungan intim. Jika dilihat dari nilai rasanya, kata bercinta dan bersetubuh mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata bercinta mempunyai nilai rasa yang


148 Apresiasi Prosa Fiksi: Teori dan Penerapannya lebih sopan dan halus daripada kata bersetubuh. Selain data di atas, terdapat juga data lain mengenai referensi eufemisme berupa aktivitas, yaitu sebagai berikut. (74) “Menggaulimu sebagai bukti kita telah sah suami istri.” (Aib dan Nasib, 2020: 133). (74a) “Menyetubuhi sebagai bukti kita telah sah suami istri.” Kata menggauli pada kalimat (74) digunakan untuk menggantikan kata menyetubuhi pada kalimat (74a). kata menggauli dan kata menyetubuhi keduanya sama-sama merupakan referensi eufemisme yang mengacu pada aktivitas yaitu melakukan hubungan intim. Jika dilihat dari nilai rasanya, kata menggauli dan menyetubuhi mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata menggauli mempunyai nilai rasa yang lebih sopan dan halus daripada kata menyetubuhi. Selain data di atas, terdapat juga data lain mengenai referensi eufemisme berupa aktivitas, yaitu sebagai berikut. (75) Tidak ada cara lain untuk ikut mendengarkan pembicaraan antara Kaji Basuki dan Yuminah, selain dengan menguping dari jamban sembari berpura-pura buang air besar (Aib dan Nasib, 2020: 174). (75a) Tidak ada cara lain untuk ikut mendengarkan pembicaraan antara Kaji Basuki dan Yuminah, selain dengan menguping dari jamban sembari berpura-pura berak. Kata buang air besar pada kalimat (75) digunakan untuk menggantikan kata berak pada kalimat (75a). Kata buang air besar dan kata berak keduanya sama-sama merupakan referensi eufemisme yang mengacu pada aktivitas yaitu melakukan buang kotoran. Jika dilihat dari nilai rasanya, kata buang air besar dan berak mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata buang air besar mempunyai nilai rasa yang lebih sopan dan halus daripada kata berak. Selain data di atas, terdapat juga data lain mengenai referensi eufemisme berupa aktivitas, yaitu sebagai berikut. (76) “Jadi kau mau ngentot dia atau tidak?” (Aib dan Nasib, 2020: 198). (76a) “Jadi kau mau bersetubuh dia atau tidak?”


Imas Juidah, dkk. 149 Kata ngentot pada kalimat (76) digunakan untuk menggantikan kata bersetubuh pada kalimat (76a). Kata ngentot dan kata bersetubuh keduanya sama-sama merupakan referensi eufemisme yang mengacu pada aktivitas yaitu melakukan hubungan intim. Jika dilihat dari nilai rasanya, kata ngentot dan bersetubuh mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata ngnetot mempunyai nilai rasa yang lebih sopan dan halus daripada kata bersetubuh. (77) Bagong Badrudin juga kabur dari rumah.” (Aib dan Nasib, 2020: 262). (77a) Bagong Badrudin juga minggat dari rumah.” Kata kabur pada kalimat (77) digunakan untuk menggantikan kata minggat pada kalimat (77a). Kata kabur dan kata minggat keduanya sama-sama merupakan referensi eufemisme yang mengacu pada aktivitas yaitu melarikan diri; pergi tanpa minta izin (berpamitan). Jika dilihat dari nilai rasanya, kata kabur dan minggat mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata kabur mempunyai nilai rasa yang lebih sopan dan halus daripada kata minggat. e. Peristiwa Peristiwa buruk atau menyedihkan yang dialami oleh seseorang sangatlah beragam. Peristiwa buruk tersebut tentunya tidak diinginkan oleh setiap orang. Namun, karena takdir sudah berkehendak, tidak ada seorang pun yang bisa menolak. Untuk menghormati orang yang mengalami peristiwa tidak diinginkan dan juga menjaga perasaan keluarga atau pihak-pihak terkait dengannya, maka diciptakanlah bentuk eufemistisnya. Contoh referensi eufemisme yang berkaitan dengan peristiwa dalam novel Aib dan Nasib karya Minanto yaitu sebagai berikut. (78) “Salah satu anak Nurumubin meninggal” (Aib dan Nasib, 2020: 3). (78a) “Salah satu anak Nurumubin mati” Kata meninggal pada kalimat (78) digunakan untuk menggantikan kata kmati pada kalimat (78a). Kata meninggal dan mati keduanya sama-sama merupakan referensi eufemisme yang mengacu pada peristiwa yaitu adanya seseorang yang sudah hilang nyawanya; tidak hidup lagi. Jika dilihat dari nilai rasanya, kata meninggal dan mati mempunyai nilai rasa yang berbeda. kata


150 Apresiasi Prosa Fiksi: Teori dan Penerapannya meninggal mempunyai nilai rasa yang lebih sopan dan halus daripada kata mati. Selain data di atas, terdapat juga data lain mengenai referensi eufemisme berupa peristiwa, yaitu sebagai berikut. (79) “Ibumu sudah mangkat dengan tenang.” (Aib dan Nasib, 2020: 26). (79a) “Ibumu sudah mati dengan tenang.” Kata mangkat pada kalimat (79) digunakan untuk menggantikan kata mati pada kalimat (79a). Kata mangkat dan mati keduanya samasama merupakan referensi eufemisme yang mengacu pada peristiwa yaitu hilangnya nyawa seseorang. Jika dilihat dari nilai rasanya, kata mangkat dan mati mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata mangkat mempunyai nilai rasa yang lebih sopan dan halus daripada kata mati. Selain data di atas, terdapat juga data lain mengenai referensi eufemisme berupa peristiwa, yaitu sebagai berikut. (80) Ia panas lagi, dan Yuminah dan Mang Sota pun bolak-balik puskesmas lagi. Sampai kemudian, Selamet tidak dapat selamat (Aib dan Nasib, 2020: 83). (80a) Ia panas lagi, dan Yuminah dan Mang Sota pun bolak-balik puskesmas lagi. Sampai kemudian, Selamet mati. Kata mangkat pada kalimat (80) digunakan untuk menggantikan kata mati pada kalimat (80a). Kata mangkat dan mati keduanya sama-sama merupakan referensi eufemisme yang mengacu pada peristiwa yaitu adanya seseorang yang sudah hilang nyawanya; tidak hidup lagi. Jika dilihat dari nilai rasanya, kata mangkat dan mati mempunyai nilai rasa yang berbeda. kata mangkat mempunyai nilai rasa yang lebih sopan dan halus daripada kata mati. f. Sifat atau Keadaan Pengungkapan secara langsung sifat buruk, keadaan buruk, atau kekurangan yang dialami seseorang, seringkali harus diminimalkan karena bertujuan untuk menghormati orang-orang atau pihakpihak yang ditimpa keadaan buruk atau kekurangan tersebut. Sifat atau keadaan yang kurang sopan jika diucapkan dicarikan referensi pengganti yang lebih sopan. Contoh referensi eufemisme yang mengacu pada sifat atau keadaan dalam novel Aib dan Nasib karya Minanto yaitu sebagai berikut.


Imas Juidah, dkk. 151 (81) Seharian itu ia tampak seperti oang yang kehilangan kewarasannya (Aib dan Nasib, 2020: 10). (81a) Seharian itu ia tampak seperti oang yang gila. Klausa kehilangan kewarasannya pada kalimat (81) digunakan untuk menggantikan kata gila pada kalimat (81a). Klausa kehilangan kewarasannya dan kata gila, keduanya samasama merupakan referensi eufemisme yang mengacu pada sifat atau keadaan, yaitu seseorang yang mengalami gangguan jiwa. Jika dilihat dari nilai rasanya, klausa kehilangan kewarasannya dan kata gila mempunyai nilai rasa yang berbeda. klausa kehilangan kewarasannya mempunyai nilai rasa yang lebih halus daripada kata gila. Selain data di atas, terdapat juga data lain mengenai referensi eufemisme berupa sifat atau keadaan, yaitu sebagai berikut. (82) Di perjalanan pulang dari rumah Tegalsembdra, Marlina menimbang-nimbang cara terbaik mengatakan niat menikahi Eni sesegera mungkin agar Nurumubin tidak terlalu terkejut (Aib dan Nasib, 2020: 106). (82a) Di perjalanan pulang dari rumah Tegalsembdra, Marlina menimbang-nimbang cara terbaik mengatakan niat kawin Eni sesegera mungkin agar Nurumubin tidak terlalu terkejut. Kata menikah pada kalimat (82) digunakan untuk menggantikan kata kawin pada kalimat (82a). Kata menikah dan kata kawin keduanya sama-sama merupakan referensi eufemisme yang mengacu pada aktivitas yaitu membentuk keluarga dengan lawan jenis; bersuami atau beristri. Jika dilihat dari nilai rasanya, kata menikah dan kawin mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata menikah mempunyai nilai rasa yang lebih sopan dan halus daripada kata kawin. Selain data di atas, terdapat juga data lain mengenai referensi eufemisme berupa sifat atau keadaan, yaitu sebagai berikut. (83) “Itu si Sota mulai hilang pikiran. Masa Uripah diperlakukan seperti anak lelaki. Aku jadi kasihan.” (Aib dan Nasib, 2020: 60). (83a) “Itu si Sota mulai gila. Masa Uripah diperlakukan seperti anak lelaki. Aku jadi kasihan.”


152 Apresiasi Prosa Fiksi: Teori dan Penerapannya Frase hilang pikiran pada kalimat (83) digunakan untuk menggantikan kata gila pada kalimat (83a). Frase hilang pikiran dan kata gila, keduanya sama-sama merupakan referensi eufemisme yang mengacu pada sifat atau keadaan, yaitu seseorang yang mengalami gangguan jiwa. Jika dilihat dari nilai rasanya, frase hilang pikiran dan kata gila mempunyai nilai rasa yang berbeda. frase hilang pikiran mempunyai nilai rasa yang lebih halus daripada kata gila. Selain data di atas, terdapat juga data lain mengenai referensi eufemisme berupa sifat atau keadaan, yaitu sebagai berikut. (84) “Silakan ganti terali saja, Pak. Penjarakan saja anakmu ini,” Bagong terdengar menantang (Aib dan Nasib, 2020: 75). (84a) “Silakan ganti terali saja, Pak. buikan saja anakmu ini,” Bagong terdengar menantang. Kata penjara pada kalimat (84) digunakan untuk menggantikan kata bui pada kalimat (84a). Kata penjara dan bui keduanya samasama merupakan referensi eufemisme yang mengacu pada sifat atau keadaan, yaitu berada dalam bangunan tempat mengurung orang hukuman; bui; lembaga pemasyarakatan. Jika dilihat dari nilai rasanya, kata penjara dan bui mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata penjara mempunyai nilai rasa yang lebih halus daripada kata bui. Selain data di atas, terdapat juga data lain mengenai referensi eufemisme berupa sifat atau keadaan, yaitu sebagai berikut. (85) Ia tidak digubris lantaran kemampuan dengar perempuan itu telah merosot (Aib dan Nasib, 2020: 122). (85a) Ia tidak digubris lantaran tuli. Klausa kemampuan dengar perempuan itu telah merosot pada kalimat (85) digunakan untuk menggantikan kata tuli pada kalimat (85a). kemampuan dengar perempuan itu telah merosot dan kata tuli keduanya sama-sama merupakan referensi eufemisme yang mengacu pada sifat atau keadaan, yaitu keadaan seseorang tidak dapat mendengar (karena rusak pendengarannya). Jika dilihat dari nilai rasanya, Kalusa kemampuan dengar perempuan itu telah merosot dan kata tuli mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kalusa kemampuan dengar perempuan itu telah merosot mempunyai nilai rasa yang lebih halus daripada kata tuli.


Imas Juidah, dkk. 153 3. Fungsi Eufemisme Eufemisme dalam novel-novel pengarang Indramayu tidak terlepas dari fungsi penggunaannya. Fungsi penggunaan eufemisme salah satunya yaitu untuk menghaluskan ucapan dan menghormati lawan bicara agar tidak menyakiti perasaannya. Wijana dan Rohmadi (2008: 86) mengemukakan lima fungsi eufemisme, yaitu (a) sebagai alat untuk menghaluskan ucapan; (b) sebagai alat untuk merahasiakan sesuatu; (c) sebagai alat untuk berdiplomasi; (d) sebagai alat pendidikan; dan (e) sebagai alat penolak bahaya. Namun, dalam penelitan ini tidak semua fungsi tersebut ditemukan. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh total eufemisme yang terdapat dalam novel Aib dan Nasib berjumlah 115 eufemisme. Dalam penelitian ini, ditemukan dua fungsi penggunaan eufemisme. Fungsi penggunaan eufemisme yang paling banyak ditemukan dalam novel Aib dan Nasib yaitu sebagai alat untuk menghaluskan ucapan sebanyak 95 eufemisme atau 82,60%. Selanjutnya, fungsi penggunaan eufemisme sebagai alat untuk merahasiakan sesuatu sebanyak 14 eufemisme atau 12,17%. Selanjutnya, fungsi penggunaan eufemisme sebagai alat pendidikan sebanyak 6 eufemisme atau 5,21% Pembahasan dan penjabaran mengenai fungsi penggunaan eufemisme yang terdapat dalam novel Aib dan Nasib Minanto dijelaskan sebagai berikut. a. Menghaluskan ucapan Fungsi eufemisme yang paling umum adalah sebagai alat untuk menghaluskan ucapan. Dalam hal ini, kata-kata yang tidak senonoh harus diucapkan dengan cara yang tidak langsung untuk menghindari berbagai hambatan atau konflik sosial. Analisis fungsi eufemisme untuk menghaluskan ucapan dalam novel Aib dan Nasib karya Minanto yaitu sebagai berikut. (86) Kabar itu disiarkan tiga kali memohon kesudian orang-orang tegalurung untuk bantu-bantu mengurus jenazah di rumah Nurumubin (Aib dan Nasib, 2020: 3). (86a) Kabar itu disiarkan tiga kali memohon kesudian orang-orang tegalurung untuk bantu-bantu mengurus mayat di rumah Nurumubin. Kata jenazah pada data (86) di atas menggantikan frase yang kurang eufemisme yaitu kata mayat pada data (86a). Kata jenazah


154 Apresiasi Prosa Fiksi: Teori dan Penerapannya dinilai lebih eufemistis daripada kata mayat karena kata jenazah memiliki makna yang secara tidak langsung untuk menyebut seseorang yang telah meninggal dunia. Sementara itu, kata mayat memiliki makna yang secara langsung mengacu pada binatang yang telah mati. Kata jenazah dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk menghaluskan ucapan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata jenazah lebih eufemistis untuk menyebutkan seseorang yang telah meninggal sebagai penghormatan kepada orang tersebut dan keluarga yang ditinggalkannya. Selain itu, kata jenazah juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan orang tersebut dengan kata mayat. Oleh karena itu, kata jenazah memiliki fungsi untuk menghaluskan ucapan. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk menghaluskan ucapan, yaitu sebagai berikut. (87) “Salah satu anak Nurumubin meninggal” (Aib dan Nasib, 2020: 4). (87a) “Salah satu anak Nurumubin mati” Kata meninggal pada data (87) di atas menggantikan frase yang kurang eufemisme yaitu kata mati pada data (87a). Kata meninggal dinilai lebih eufemistis daripada kata mati karena kata meninggal memiliki makna yang secara tidak langsung untuk menyebut seseorang yang telah meninggal dunia. Sementara itu, kata mati memiliki makna yang secara langsung mengacu pada binatang yang telah mati. Kata meninggal dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk menghaluskan ucapan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata meninggal lebih eufemistis untuk menyebutkan seseorang yang telah meninggal sebagai penghormatan kepada orang tersebut dan keluarga yang ditinggalkannya. Selain itu, kata meninggal juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan orang tersebut dengan kata mati. Oleh karena itu, kata meninggal memiliki fungsi untuk menghaluskan ucapan. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk menghaluskan ucapan, yaitu sebagai berikut. (88) Seharian itu ia tampak seperti oang yang kehilangan kewarasannya (Aib dan Nasib, 2020: 10). (88a) Seharian itu ia tampak seperti oang yang gila.


Imas Juidah, dkk. 155 Klausa kehilangan kewarasannya pada data (88) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu kata bokong pada data (88a). klausa kehilangan kewarasannya dinilai lebih eufemistis daripada kata gila karena klausa kehilangan kewarasannya memiliki makna yang secara tidak langsung untuk mengacu pada orang yang sakit kejiwaannya. Kata gila memiliki makna yang sama yaitu orang yang mempunyai kelainan pada kejiwaanya namun memiliki nilai rasa yang cenderung negatif. klausa kehilangan kewarasannya dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk menghaluskan ucapan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan klausa kehilangan kewarasannya lebih eufemistis untuk menyebutkan hal yang dimaksudkan. Selain itu, klausa kehilangan kewarasannya juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan gila. Oleh karena itu, klausa kehilangan kewarasannya memiliki fungsi untuk menghaluskan ucapan. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk menghaluskan ucapan, yaitu sebagai berikut. (89) “Kau habis kencing bukan melihat kedalam pagar makam itu, Aku tahu,“ Sangka Bagong Badrudin (Aib dan Nasib, 2020: 22). (89a) “Kau habis kencing bukan melihat kedalam pagar kuburan itu, Aku tahu,“ Sangka Bagong Badrudin. Kata makam pada data (89) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu kata kuburan pada data (89a). Kata makam dinilai lebih eufemistis daripada kata kuburan. Kata makam memiliki makna tempat bersemayam seseorang yang telah meninggal secara khusus. Sedangkan kata kuburan merupakan tempat disemayamkan makhluk hidup sudah tidak bernayawa secara luas. Kata makam dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk menghaluskan ucapan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata makam lebih eufemistis untuk memberi penghormatan kepada keluarga yang telah ditinggalkan. Selain itu, kata makam juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan orang yang melakukan ikatan pernikahan dengan kata kuburan. Oleh karena itu, kata makam memiliki fungsi untuk menghaluskan ucapan. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk menghaluskan ucapan, yaitu sebagai berikut.


156 Apresiasi Prosa Fiksi: Teori dan Penerapannya (90) Empat sisi bidang tanah itu telah dipatok dengan bambu oleh kaji Basuki, tetapi kemudian diganti dengan empat botol limun oleh Marlina; keempat botol itu ditanam terbalik sehingga yang terlihat cuma pantat botol (Aib dan Nasib, 2020: 14). (90a) Empat sisi bidang tanah itu telah dipatok dengan bambu oleh kaji Basuki, tetapi kemudian diganti dengan empat botol limun oleh Marlina; keempat botol itu ditanam terbalik sehingga yang terlihat cuma bokong botol. Kata pantat pada data (90) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu kata bokong pada data (90a). Kata pantat dinilai lebih eufemistis daripada kata bokong karena kata pantat memiliki makna organ tubuh bagian pangkal paha di sebelah belakang. Kata bokong memiliki makna dubur atau pelepasan. Kata pantat dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk menghaluskan ucapan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata pantat lebih eufemistis untuk menyebut bagian tubuh tersebut. Selain itu, kata pantat juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata bokong. Oleh karena itu, kata pantat memiliki fungsi untuk menghaluskan ucapan. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk menghaluskan ucapan, yaitu sebagai berikut. (91) “Sebelum dipergoki sedang menggosok-gosokan batang kemaluan pada lubang dipelepah pisang, Boled Boleng di bentak-bentak sebelum kemudian diusir dengan dilemparkan sebungkus nasi lengkoh dari tangan Inem si penjual seksi dari blok sigong (Aib dan Nasib, 2020: 23). (91a) “Sebelum dipergoki sedang menggosok-gosokan kontol pada lubang dipelepah pisang, Boled Boleng di bentak-bentak sebelum kemudian diusir dengan dilemparkan sebungkus nasi lengkoh dari tangan Inem si penjual seksi dari blok sigong. Frase batang kemaluan pada data (91) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu kontol pada data (91a). Frase batang kemaluan dinilai lebih eufemistis daripada kata kontol karena frase batang kemaluan memiliki makna alat kelamin laki-laki. Sementara


Imas Juidah, dkk. 157 itu, kata kontol juga memiliki makna yang sama, yaitu alat kelamin laki-laki. Namun, frase batang kemaluan dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk menghaluskan ucapan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan frase batang kemaluan lebih eufemistis untuk menyebut bagian tubuh alat kemaluan lakilaki. Selain itu, frase batang kemaluan juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata bokong. Oleh karena itu, frase batang kemalauan memiliki fungsi untuk menghaluskan ucapan. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk menghaluskan ucapan, yaitu sebagai berikut. (92) Bagong Badrudin ada disana, dan sempat tergelak-gelak saat Boled Boleng lebih memilih memungut nasi bungkus ketimbang menarik celananya yang melorot memperlihatkan penisnya (Aib dan Nasib, 2020: 23). (92a) Bagong Badrudin ada disana, dan sempat tergelak-gelak saat Boled Boleng lebih memilih memungut nasi bungkus ketimbang menarik celananya yang melorot memperlihatkan kontol. Kata penis pada data (92) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu kontol pada data (92a). kata penis dinilai lebih eufemistis daripada kata kontol karena kata kontol memiliki makna alat kelamin pria. Sementara itu, kata kontol juga memiliki makna yang sama, yaitu bagain alat kemaluan yang dimiliki oleh lakilaki. kata penis dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk menghaluskan ucapan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata penis lebih eufemistis untuk menyebut bagian lamat kelamin pria tersebut. Selain itu, kata penis juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata kontol. Oleh karena itu, kata penis memiliki fungsi untuk menghaluskan ucapan. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk menghaluskan ucapan, yaitu sebagai berikut. (93) “Ibumu sudah mangkat dengan tenang.” (Aib dan Nasib, 2020: 26). (93a) “Ibumu sudah mati dengan tenang.”


158 Apresiasi Prosa Fiksi: Teori dan Penerapannya Kata mangkat pada data (93) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu kata mati pada data (93a). kata mangkat dinilai lebih eufemistis daripada kata mati karena kata mangkat memiliki makna untuk menyebutkan ketika seseoeang telah meninggal dunia. Sementara itu, kata mati memiliki makna yang mengacu ketika hewan sudah tidak bernyawa. kata mangkat dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk menghaluskan ucapan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata mangkat lebih eufemistis untuk menyebut seseorang yang telah meninggal dunia dalam rangka memberi penghormatanbaik untuk keluarga yang ditinggalkan ataupun orang yang telah meninggal tersebut. Selain itu, kata mangkat juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata mati. Oleh karena itu, kata mangkat memiliki fungsi untuk menghaluskan ucapan. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk menghaluskan ucapan, yaitu sebagai berikut. (94) Ia kemudian ingat ketika Yu Minah tiba-tiba masuk kamar saat ia berpagutan dengan Turi selepas Turi melahirkan (Aib dan Nasib, 2020: 32). (94a) Ia kemudian ingat ketika Yu Minah tiba-tiba masuk kamar saat ia bersetubuh dengan Turi selepas Turi melahirkan. Kata berpagutan pada data (94) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu kata bersetubuh pada data (94a). kata berpagutan dinilai lebih eufemistis daripada kata bersetubuh karena kata berpagutan memiliki makna untuk menyebutkan hubungan badan antara pria dan perempuan. Sementara itu, kata bersetubuh memiliki makna yang mengacu hubungan seksual antara pria dan perempuan. kata berpagutan dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk menghaluskan ucapan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata berpagutan lebih eufemistis untuk menyebut ketika pria dan perempuan sedang melakukan hubungan badan. Selain itu, kata berpagutan juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata bersetubuh. Oleh karena itu, kata berpagutan memiliki fungsi untuk menghaluskan ucapan. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk menghaluskan ucapan, yaitu sebagai berikut.


Imas Juidah, dkk. 159 (95) “Ya begitulah, Nok Eni,” ujar Nurumubin. “Kurestui kalian menikah. Tapi, beginilah keadaan keluarga Marlina (Aib dan Nasib, 2020: 36). (95a) “Ya begitulah, Nok Eni,” ujar Nurumubin. “Kurestui kalian kawin Tapi, beginilah keadaan keluarga Marlina. Kata menikah pada data (95) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu kata kawin pada data (95a). Kata menikah dinilai lebih eufemistis daripada kata kawin karena kata menikah memiliki makna ikatan pernikahan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama. Kata kawin melakukan hubungan suami istri. Kata menikah dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk menghaluskan ucapan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata menikah lebih eufemistis untuk membentuk keluarga dengan lawan jenis. Selain itu, kata menikah juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan orang yang melakukan ikatan pernikahan dengan kata kawin. Oleh karena itu, kata menikah memiliki fungsi untuk menghaluskan ucapan. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk menghaluskan ucapan, yaitu sebagai berikut. (96) Dan diikutilah oleh Uripah sehingga payudaranya yang mengkal diperlihatkan secara utuh (Aib dan Nasib, 2020: 38). (96a) Dan diikutilah oleh Uripah sehingga susu yang mengkal diperlihatkan secara utuh. Kata payudara pada data (96) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu kata susu pada data (96a). kata payudara dinilai lebih eufemistis daripada kata susu karena kata payudara memiliki makna untuk menyebutkan organ tubuh yang terletak di depan dada perempuan. Sementara itu, kata susu memiliki makna buah dada yang tidak hanya dimiliki oleh manusia, namun hewan juga dapat dikategorikan di dalamnya.. kata payudara dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk menghaluskan ucapan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata payudara lebih eufemistis untuk menyebut bagian tubuh yang terletak di bagian depan dada seorang wanita tersebut. Selain itu, kata payudara juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan


160 Apresiasi Prosa Fiksi: Teori dan Penerapannya dengan menyebutkan kata susu. Oleh karena itu, kata payudara memiliki fungsi untuk menghaluskan ucapan. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk menghaluskan ucapan, yaitu sebagai berikut. (97) “Itu si Sota mulai hilang pikiran. Masa Uripah diperlakukan seperti anak lelaki. Aku jadi kasihan.” (Aib dan Nasib, 2020: 57). (97a) “Itu si Sota mulai gila. Masa Uripah diperlakukan seperti anak lelaki. Aku jadi kasihan.” Frase hilang pikiran pada data (97) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu kata gila pada data (97a). Frase hilang pikiran dinilai lebih eufemistis daripada kata gila karena Frase hilang pikiran memiliki makna untuk menyebutkan seseorang yang pikirannya mengalami gangguan atau atau gangguan kejiwaan. Sementara itu, kata gila memiliki makna yang mengacu ketika keadaan seseorang telah hilang akal sehatnya. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan frase hilang pikiran lebih eufemistis untuk menyebut seseorang yang terkena gangguan jiwa. Selain itu Frase hilang pikiran juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata gila. Oleh karena itu, Frase hilang pikiran memiliki fungsi untuk menghaluskan ucapan. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk menghaluskan ucapan, yaitu sebagai berikut. (98) “Silakan ganti terali saja, Pak. Penjarakan saja anakmu ini,” Bagong terdengar menantang (Aib dan Nasib, 2020: 75). (98a) “Silakan ganti terali saja, Pak. buikan saja anakmu ini,” Bagong terdengar menantang. Kata penjara pada data (98) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu kata bui pada data (98a). Kata penjara dinilai lebih eufemistis daripada kata bui karena kata penjara memiliki makna untuk menyebutkan lembaga kemasyarakatan untuk menampung orang yang di bersangkutan dengan tindak pidana.. Sementara itu, kata bui memiliki makna bangunan tempat mengurung orang hukuman. kata penjara dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk menghaluskan ucapan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata penjara lebih eufemistis


Imas Juidah, dkk. 161 untuk menyebut tempat untuk orang yang terkena hukuman pidana. Selain itu, kata penjara juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata bui. Oleh karena itu, kata penjara memiliki fungsi untuk menghaluskan ucapan. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk menghaluskan ucapan, yaitu sebagai berikut. (99) Pertama adalah ketika memberikan upah sebagian untuk membangun fondasi rumah, dan kedua kali adalah ketika memberikan upah penuh untuk melengkapi rumah dengan asbes dan cat, sekaligus menitipkan sperma sebelum pergi lagi menuntaskan kontrak kerja (Aib dan Nasib, 2020: 77). (99a) Pertama adalah ketika memberikan upah sebagian untuk membangun fondasi rumah, dan kedua kali adalah ketika memberikan upah penuh untuk melengkapi rumah dengan asbes dan cat, sekaligus menitipkan mani sebelum pergi lagi menuntaskan kontrak kerja. Kata sperma pada data (99) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu kata mani pada data (99a). Kata sperma dinilai lebih eufemistis daripada kata mani karena kata sperma memiliki makna untuk menyebutkan produk dari organ kelamin pria, misalnya dari buah zakar, dan kelenjar prostat. Sementara itu, kata mani memiliki makna cairan kental yang menyembur dari kelamin laki-laki pada waktu ejakulasi. kata sperma dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk menghaluskan ucapan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata sperma lebih eufemistis untuk menyebut cairan yang dihasilkan oleh alat kelamin pria. Selain itu, kata sperma juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata mani. Oleh karena itu, kata sperma memiliki fungsi untuk menghaluskan ucapan. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk menghaluskan ucapan, yaitu sebagai berikut. (100) “Dari pada kami terus-terusan termakan bualanmu, kau buktikan kalau kau telah menggagahi Gulabia.” (Aib dan Nasib, 2020: 79). (100a)“Dari pada kami terus-terusan termakan bualanmu, kau buktikan kalau kau telah memerkosa Gulabia.”


162 Apresiasi Prosa Fiksi: Teori dan Penerapannya Kata menggagahi pada data (100) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu kata memerkosa pada data (100a). Kata menggagahi dinilai lebih eufemistis daripada kata memerkosa karena kata menggagahi memiliki makna menundukkan dengan kekerasan; memaksa dengan kekerasan; menggagahi; merogol. Sementara itu, kata memerkosa memiliki makna melakukan hubungan badan kepada seseorang secara paksa. kata menggagahi dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk menghaluskan ucapan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata menggagahi lebih eufemistis untuk menyebut cairan yang dihasilkan oleh alat kelamin pria. Selain itu, kata menggagahi juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata memekorksa. Oleh karena itu, kata sperma memiliki fungsi untuk menghaluskan ucapan. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk menghaluskan ucapan, yaitu sebagai berikut. (101) Ia panas lagi, dan Yuminah dan Mang Sota pun bolak-balik puskesmas lagi. Sampai kemudian, Selamet tidak dapat selamat (Aib dan Nasib, 2020: 83). (101a)Ia panas lagi, dan Yuminah dan Mang Sota pun bolak-balik puskesmas lagi. Sampai kemudian, Selamet mati. Klausa tidak dapat selamat pada data (101) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu kata mati pada data (101a). Kalusa tidak dapat selamat dinilai lebih eufemistis daripada kata mati karena Kalusa tidak dapat selamat memiliki makna untuk menyebutkan suatu keadaan buruk yang menyatakan ketidakselamatan. Sementara itu, kata mati memiliki makna untuk makhluk hidup yang sudah tidak memiliki nyawa. Kalusa tidak dapat selamat dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk menghaluskan ucapan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan Kalusa tidak dapat selamat lebih eufemistis untuk menyebut suatu keadaan buruk yang sedang atau telah menimpa seseorang. Selain itu, Kalusa tidak dapat selamat juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata mati . Oleh karena itu, Kalusa tidak dapat selamat memiliki fungsi untuk menghaluskan ucapan. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk menghaluskan ucapan, yaitu sebagai berikut.


Imas Juidah, dkk. 163 (102) Ia menindih Pang dan langsung melipat sebelah kaki Pang, sehingga mereka tampak sedang bersanggama (Aib dan Nasib, 2020: 92). (102a)Ia menindih Pang dan langsung melipat sebelah kaki Pang, sehingga mereka tampak sedang bersetubuh. Kata bersenggama pada data (102) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu kata bersetubuh pada data (102a). Kata bersenggama dinilai lebih eufemistis daripada kata bersetubuh karena kata bersenggama memiliki makna untuk menyebutkan hubungan badan antara pria dan perempuan. Sementara itu, kata bersetubuh memiliki makna yang mengacu hubungan seksual antara pria dan perempuan. kata bersenggama dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk menghaluskan ucapan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata bersanggama lebih eufemistis untuk menyebut ketika pria dan perempuan sedang melakukan hubungan badan. Selain itu, kata bersanggama juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata bersetubuh. Oleh karena itu, kata bersanggama memiliki fungsi untuk menghaluskan ucapan. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk menghaluskan ucapan, yaitu sebagai berikut. (103) Niat Darto hendak indehoi dengan Rusniti pun batal (Aib dan Nasib, 2020: 96). (103a)Ia menindih Pang dan langsung melipat sebelah kaki Pang, sehingga mereka tampak sedang bersetubuh. Kata indehoi pada data (103) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu kata bersetubuh pada data (103a). Kata indehoi dinilai lebih eufemistis daripada kata bersetubuh karena kata indehoi memiliki makna untuk menyebutkan hubungan badan antara pria dan perempuan. Sementara itu, kata bersetubuh memiliki makna yang mengacu hubungan seksual antara pria dan perempuan. kata indehoi dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk menghaluskan ucapan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata indehoi lebih eufemistis untuk menyebut ketika pria dan perempuan sedang melakukan hubungan badan. Selain itu, kata indehoi juga dapat digunakan untuk menyamarkan


164 Apresiasi Prosa Fiksi: Teori dan Penerapannya kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata bersetubuh. Oleh karena itu, kata indehoi memiliki fungsi untuk menghaluskan ucapan. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk menghaluskan ucapan, yaitu sebagai berikut. (104) Tidak ada cara lain untuk ikut mendengarkan pembicaraan antara Kaji Basuki dan Yuminah, selain dengan menguping dari jamban sembari berpura-pura buang air besar (Aib dan Nasib, 2020: 174). (104a) Tidak ada cara lain untuk ikut mendengarkan pembicaraan antara Kaji Basuki dan Yuminah, selain dengan menguping dari jamban sembari berpura-pura berak. Frase buang air besar pada data (104) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu kata berak pada data (104a). Frase buang air besar dinilai lebih eufemistis daripada kata berak karena Frase buang air besar memiliki makna untuk menyebutkan kegitan mengeluarkan kotoran melalui anus. kata berak memiliki makna tahi atau kegiatan mengeluarkan kotoran. Frase buang air besar dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk menghaluskan ucapan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan Frase buang air besar lebih eufemistis untuk menyebut ketika seseorang sedang melakukan kegitan membuang kotoran (tahi). Selain itu, Frase buang air besar juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata berak. Oleh karena itu, Frase buang air besar memiliki fungsi untuk menghaluskan ucapan. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk menghaluskan ucapan, yaitu sebagai berikut. (105) Tidak ada cara lain untuk dapat ikut mendengarkan pembicaraan haji Dasuki dan Yu Minah, selain dengan menguping dari jamban sembari berpura-pura buang air besar (Aib dan Nasib, 2020: 174). (105a) Tidak ada cara lain untuk dapat ikut mendengarkan pembicaraan haji Dasuki dan Yu Minah, selain dengan menguping dari kakus sembari berpura-pura buang air besar. Kata jamban pada data (105) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu kata kakus pada data (105a). kata jamban


Imas Juidah, dkk. 165 dinilai lebih eufemistis daripada kata kakus karena kata jamban memiliki makna untuk tempat membuang air besar. Sementara itu, kata kakus memiliki makna tempat untuk berak. kata jamban dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk menghaluskan ucapan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata jamban lebih eufemistis untuk menyebut ketika pria dan perempuan sedang melakukan hubungan badan. Selain itu, kata jamban juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata kakus. Oleh karena itu, kata jamban memiliki fungsi untuk menghaluskan ucapan. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk menghaluskan ucapan, yaitu sebagai berikut. (106) Ia baru pulang kerja tak bberapa lama setelah Pang Rngdu tiba, dan ia merasa kebelet lantaran gumpalan tinja sudah berada diujung anus (Aib dan Nasib, 2020: 178). (106a)Ia baru pulang kerja tak bberapa lama setelah Pang Rngdu tiba, dan ia merasa kebelet lantaran gumpalan tahi sudah berada diujung anus. Kata tinja pada data (106) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu kata berak pada data (106a). Kata tinja dinilai lebih eufemistis daripada kata tahi Kata tinja memiliki makna untuk menyebutkan kotoran yang keluar melalui anus. kata tahi memiliki makna tahi atau kegiatan mengeluarkan kotoran. Kata tinja dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk menghaluskan ucapan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan Kata tinja lebih eufemistis untuk menyebut ketika seseorang sedang melakukan kegitan membuang kotoran (tahi). Selain itu, Kata tinja juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata tahi. Oleh karena itu, Kata tinja memiliki fungsi untuk menghaluskan ucapan. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk menghaluskan ucapan, yaitu sebagai berikut. (107) Dan sembarangan membuka celana, menungging, membuang hajat, sembari sambil memakan buah ciplukan satu-persatu (Aib dan Nasib, 2020: 197). (107a) Dan sembarangan membuka celana, menungging, membuang berak, sembari sambil memakan buah ciplukan satu-persatu.


166 Apresiasi Prosa Fiksi: Teori dan Penerapannya Kata hajat pada data (107) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu kata berak pada data (107a). Kata hajat dinilai lebih eufemistis daripada kata berak karena Kata hajat memiliki makna untuk menyebutkan kegitan mengeluarkan kotoran melalui anus. kata berak memiliki makna tahi atau kegiatan mengeluarkan kotoran. Kata hajat dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk menghaluskan ucapan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan Frase buang air besar lebih eufemistis untuk menyebut ketika seseorang sedang melakukan kegitan membuang kotoran (tahi). Selain itu, Kata hajat juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata berak. Oleh karena itu, Kata hajat memiliki fungsi untuk menghaluskan ucapan. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk menghaluskan ucapan, yaitu sebagai berikut. (108) Ya, betul, selain mendengar Mang Sota kabur, aku baru saja mendengar kalau si Bagong Badrudin juga kabur dari rumah.” (Aib dan Nasib, 2020: 262). (108a) Ya, betul, selain mendengar Mang Sota minggat, aku baru saja mendengar kalau si Bagong Badrudin juga mingga dari rumah.” Kata kabur pada data (108) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu kata minggat pada data (108a). Kata kabur dinilai lebih eufemistis daripada kata minggat karena kata kabur memiliki makna untuk menyebutkan berlar saat sedangi cepat-cepat; melarikan diri. Sementara itu, kata minggat memiliki makna melarikan diri; pergi tanpa minta izin (berpamitan). Kata kabur dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk menghaluskan ucapan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata kabur lebih eufemistis untuk menyebut ketika pria dan perempuan sedang melakukan hubungan badan. Selain itu, kata kabur juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata minggat. Oleh karena itu, kata kabur memiliki fungsi untuk menghaluskan ucapan. b. Merahasiakan sesuatu Eufemisme sebagai alat untuk merahasiakan sesuatu biasanya dipakai dalam bidang kedokteran untuk menyebut suatu penyakit.


Imas Juidah, dkk. 167 Seperti yang diungkapkan oleh Wijana dan Rohmadi (2008:87), di bidang kedokteran eufemisme berfungsi untuk merahasiakan sesuatu yang dapat mengakibatkan penderitanya khawatir sehingga dapat menimbulkan keadaan yang lebih buruk. Analisis fungsi eufemisme untuk merahasiakan sesuatu adalah sebagai berikut. (109) Selang beberapa rumah dari musala tersebut, sepasang suami istri sedang berpagutan dalam kain sarung (Aib dan Nasib, 2020: 3). (109a) Selang beberapa rumah dari musala tersebut, sepasang suami istri sedang bersetubuh dalam kain sarung. Kata berpagutan pada data (109) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu bersetubuh pada data (109a). Kata berpagutan dinilai lebih eufemistis daripada kata bersetubuh karena kata berpagutan digunakan untuk merahasiakan sesuatu. Sementara itu, kata bersetubuh memiliki makna yang diketahui semua orang. Oleh karena itu, pada data (109) tersebut menggunakan kata berpagutan untuk merahasiakan kegiatan berhubungan badan. Kata berpagutan dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk merahasiakan sesuatu. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata berpagutan lebih eufemistis untuk merahasiakan kegiatan berhubungan badan. Selain itu, kata berpagutan juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata bersetubuh. Oleh karena itu, kata berpagutan memiliki fungsi untuk merahasiakan sesuatu. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk merahasiakan sesuatu, yaitu sebagai berikut. (110) “Berhentilah membela telembuk dan lonte,” sergah Marlina (Aib dan Nasib, 2020: 25). (110a)“Berhentilah membela pelacur dan lonte,” sergah Marlina. Kata telembuk pada data (110) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu pelacur pada data (110a). Kata telembuk dinilai lebih eufemistis daripada kata pelacur karena kata telembuk digunakan untuk merahasiakan sesuatu. Sementara itu, kata pelacur memiliki makna yang diketahui semua orang. Oleh karena itu, pada data (110) tersebut menggunakan kata telembuk untuk merahasiakan profesi (melacurkan diri) yang dilakukan oleh


168 Apresiasi Prosa Fiksi: Teori dan Penerapannya orang tersebut. Kata telembuk dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk merahasiakan sesuatu. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata telembuk lebih eufemistis untuk merahasiakan merahasiakan profesi (melacurkan diri) yang dilakukan oleh orang tersebut. Selain itu, kata telembuk juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata pelacur. Oleh karena itu, kata telembuk memiliki fungsi untuk merahasiakan sesuatu. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk merahasiakan sesuatu, yaitu sebagai berikut. (111) “Berhentilah membela telembuk dan lonte,” sergah Marlina (Aib dan Nasib, 2020: 103). (111a)“Berhentilah membela telembuk dan lonte,” sergah Marlina. Kata lonte pada data (111) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu pelacur pada data (111a). Kata lonte dinilai lebih eufemistis daripada kata pelacur karena kata lonte digunakan untuk merahasiakan sesuatu. Sementara itu, kata pelacur memiliki makna yang diketahui semua orang. Oleh karena itu, pada data (111) tersebut menggunakan kata lonte untuk merahasiakan profesi (melacurkan diri) yang dilakukan oleh orang tersebut. Kata lonte dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk merahasiakan sesuatu. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata lonte lebih eufemistis untuk merahasiakan merahasiakan profesi (melacurkan diri) yang dilakukan oleh orang tersebut. Selain itu, kata lonte juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata pelacur. Oleh karena itu, kata lonte memiliki fungsi untuk merahasiakan sesuatu. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk merahasiakan sesuatu, yaitu sebagai berikut. (112) “Kalau kalian sedang rabenan dengan perempuan, kalian harus hati-hati…” (Aib dan Nasib, 2020: 60). (112a)“Kalau kalian sedang bersetubuh dengan perempuan, kalian harus hati-hati…” Kata rabenan pada data (112) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu bersetubuh pada data (112a). Kata rabenan dinilai lebih eufemistis daripada kata bersetubuh karena


Imas Juidah, dkk. 169 kata rabenan digunakan untuk merahasiakan sesuatu. Sementara itu, kata bersetubuh memiliki makna yang diketahui semua orang. Oleh karena itu, pada data (106) tersebut menggunakan kata rabenan untuk merahasiakan kegiatan berhubungan badan. Kata rabenan dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk merahasiakan sesuatu. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata rabenan lebih eufemistis untuk merahasiakan kegiatan berhubungan badan. Selain itu, kata rabenan juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata bersetubuh. Oleh karena itu, kata rabenan memiliki fungsi untuk merahasiakan sesuatu. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk merahasiakan sesuatu, yaitu sebagai berikut. (113) “Tapi aku mau begituan,” ujar Kicong (Aib dan Nasib, 2020: 84). (113a)“Tapi aku mau bersetubuh,” ujar Kicong. Kata begituan pada data (113) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu bersetubuh pada data (113a). Kata begituan dinilai lebih eufemistis daripada kata bersetubuh karena kata rabenan digunakan untuk merahasiakan sesuatu. Sementara itu, kata bersetubuh memiliki makna yang diketahui semua orang. Oleh karena itu, pada data (113) tersebut menggunakan kata begituan untuk merahasiakan kegiatan berhubungan badan. Kata begituan dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk merahasiakan sesuatu. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata rabenan lebih eufemistis untuk merahasiakan kegiatan berhubungan badan. Selain itu, kata rabenan juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata bersetubuh. Oleh karena itu, kata begituan memiliki fungsi untuk merahasiakan sesuatu. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk merahasiakan sesuatu, yaitu sebagai berikut. (114) “Jadi kau mau ngentot dia atau tidak?” (Aib dan Nasib, 2020: 198). (114a)“Jadi kau mau bersetubuh dia atau tidak?”


170 Apresiasi Prosa Fiksi: Teori dan Penerapannya Kata ngentot pada data (114) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu bersetubuh pada data (114a). Kata ngentot dinilai lebih eufemistis daripada kata bersetubuh karena kata rabenan digunakan untuk merahasiakan sesuatu. Sementara itu, kata bersetubuh memiliki makna yang diketahui semua orang. Oleh karena itu, pada data (114) tersebut menggunakan kata ngentot untuk merahasiakan kegiatan berhubungan badan. Kata ngentot dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk merahasiakan sesuatu. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata ngentot lebih eufemistis untuk merahasiakan kegiatan berhubungan badan. Selain itu, kata ngentot juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata bersetubuh. Oleh karena itu, kata ngentot memiliki fungsi untuk merahasiakan sesuatu. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi untuk merahasiakan sesuatu, yaitu sebagai berikut (115) Boled Boleng merasakan hangat di selangkangan lantaran tidak dapat menahan pipis dan tidak saja ketakutan, tetapi rasa panik menggantung di sana (Aib dan Nasib, 2020: 252). (115a) Boled Boleng merasakan hangat di selangkangan lantaran tidak dapat menahan kencing dan tidak saja ketakutan, tetapi rasa panik menggantung di sana. Kata pipis pada data (115) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu kencing pada data (115a). Kata pipis dinilai lebih eufemistis daripada kata kencing karena kata pipis digunakan untuk merahasiakan sesuatu. Sementara itu, kata kencing memiliki makna yang diketahui semua orang. Oleh karena itu, pada data (115) tersebut menggunakan kata pipis untuk merahasiakan kegiatan buang air kecil. Kata pipis dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat untuk merahasiakan sesuatu. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata pipis lebih eufemistis untuk merahasiakan kegiatan buang air kecil. Selain itu, kata pipis juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata kencing. Oleh karena itu, kata pipis memiliki fungsi untuk merahasiakan sesuatu.


Imas Juidah, dkk. 171 c. Pendidikan Pendidikan tentang penghalusan kata ditanamkan oleh orang tua kepada anaknya sejak dini. Hal ini senada dengan yang diungkapkan Wijana dan Rohmadi bahwa “penghalusan ucapan ditanamkan sejak dini kepada anak-anak memiliki tujuan yang bersifat edukatif. Anak-anak sejak dini diajarkan cara menghindari penyebutan secara langsung kata-kata yang memiliki nilai rasa kurang sopan” (2008:89). Analisis fungsi eufemisme untuk pendidikan adalah sebagai berikut. (116) Sebab sama seperti gadis umum tegalsembadra, tujuan Gulabia setelah lulus sekolah adalah mendaftar calon TKI atu mendaftar sebagai istri (Aib dan Nasib, 2020: 81). (116a) Sebab sama seperti gadis umum tegalsembadra, tujuan Gulabia setelah lulus sekolah adalah mendaftar calon pembantu atau mendaftar sebagai istri. Kata TKI pada data (116) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu babu pada data (116a). Kata TKI dinilai lebih eufemistis daripada kata babu karena kata TKI tersebut memiliki makna yang bertujuan untuk menanamkan edukasi kepada masyarakat agar tidak mengeluarkan kata-kata yang kurang etis. Sementara itu, kata babu dinilai kurang eufemismtis karena secara kasar menyatakan pekerjaan yang dinilai rendah. Oleh karena itu, pada data (116) tersebut menggunakan kata TKI untuk menghormati orang dan keluarga yang bersangkutan. Kata TKI dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat pendidikan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata TKI lebih eufemistis untuk menggambarkan pekerjaan seseorang. Selain itu, kata TKI juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata babu. Oleh karena itu, kata TKI memiliki fungsi sebagai alat untuk pendidikan. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi sebagai alat untuk pendidikan, yaitu sebagai berikut. (117) Terpaksa tidak bisa beranjak meskipun urin terasa hendak mancur dari saluran kemih (Aib dan Nasib, 2020: 66). (117a) Terpaksa tidak bisa beranjak meskipun air kencing terasa hendak mancur dari saluran kemih.


172 Apresiasi Prosa Fiksi: Teori dan Penerapannya Kata urin pada data (117) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu air kencing pada data (117a). Kata urin dinilai lebih eufemistis daripada kata air kencing karena kata urin tersebut memiliki makna yang bertujuan untuk menanamkan edukasi kepada masyarakat agar tidak mengeluarkan kata-kata yang kurang etis. Sementara itu, kata air kencing dinilai kurang eufemismtis karena secara kasar menyatakan benda yang jorok. Oleh karena itu, pada data (117) tersebut menggunakan kata urin untuk menghormati orang dan keluarga yang bersangkutan. Kata urin dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat pendidikan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata urin lebih eufemistis untuk menggambarkan kegiatan seseorang. Selain itu, kata urin juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata air kencing. Oleh karena itu, kata urin memiliki fungsi sebagai alat untuk pendidikan. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi sebagai alat untuk pendidikan, yaitu sebagai berikut. (118) Bagaimana bisa berbeda? Tolong jelaskan kepadaku lebih utama mana; hibah sebagian tanah untuk orang lain atau tetangga sebelah rumah?’ (Aib dan Nasib, 2020: 67). (118a) Bagaimana bisa berbeda? Tolong jelaskan kepadaku lebih utama mana; pemberian sebagian tanah untuk orang lain atau tetangga sebelah rumah?’ Kata hibah pada data (118) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu pemberian pada data (118a). Kata hibah dinilai lebih eufemistis daripada kata pemberian karena kata hibah tersebut memiliki makna yang bertujuan untuk menanamkan edukasi kepada masyarakat agar tidak mengeluarkan kata-kata yang kurang etis. Sementara itu, kata pemberian dinilai kurang eufemismtis karena secara kasar menyatakan kegiatan memberi. Oleh karena itu, pada data (118) tersebut menggunakan kata hibah untuk menghormati orang yang menerima pemberian. Kata hibah dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat pendidikan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata hibah lebih eufemistis untuk menggambarkan kegiatan memberi sesutu kepada orang. Selain itu, kata hibah juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata pemberian. Oleh karena


Imas Juidah, dkk. 173 itu, kata hibah memiliki fungsi sebagai alat untuk pendidikan. Selain data di atas, terdapat juga data lain yang berfungsi sebagai alat untuk pendidikan, yaitu sebagai berikut. (119) Ketika sambungan listrik mereka terputus dan ketika aliran comberan dan tinja mereka dangkal, Mnag Sota lebih bisa diandalkan (Aib dan Nasib, 2020: 68). (119a) Ketika sambungan listrik mereka terputus dan ketika aliran comberan dan tahi mereka dangkal, Mnag Sota lebih bisa diandalkan. Kata tinja pada data (119) di atas menggantikan kata yang kurang eufemisme yaitu tahi pada data (119a). Kata tinja dinilai lebih eufemistis daripada kata tahi karena kata tinja tersebut memiliki makna yang bertujuan untuk menanamkan edukasi kepada masyarakat agar tidak mengeluarkan kata-kata yang kurang etis. Sementara itu, kata tahi dinilai kurang eufemismtis karena secara kasar menyatakan benda berupa kotoran. Oleh karena itu, pada data (119) tersebut menggunakan kata tinja untuk menghormati orang. Kata tinja dalam kaitannya dengan eufemisme memiliki fungsi sebagai alat pendidikan. Fungsi tersebut muncul karena penggunaan kata tinja lebih eufemistis yang bermakna hasil buangan yang dikeluarkan dari alat pencernaan ke luar tubuh melalui dubur. Selain itu, kata tinja juga dapat digunakan untuk menyamarkan kesan negatif dibandingkan dengan menyebutkan kata tahi. Oleh karena itu, kata tinja memiliki fungsi sebagai alat untuk pendidikan.


Apresiasi Prosa Fiksi: Teori dan Penerapannya 175 BAB 12 PENERAPAN KAJIAN SOSIOPRAGMATIK: SPEAKING MODEL DELL HYMES DALAM NOVEL BARIDEEN: CINTA SEPOTONG AGAMA KARYA AFIF AWALAN A. Sinopsis Novel Baharudin Daffa yang sejak kecil diejek teman-temannya karena mirip dengan nama Baridin. Daffa yang tumbuh dan berkembang dari kalangan Nahdhatul ‘Ulama mulai mempertanyakan sikapsikap kelompok Islam lainnya dalam beribadah, Ia memutuskan untuk belajar agama Islam di pesantren, Indramayu. Setelah lulus, Ia merantau ke Jakarta dan melihat begitu banyak perbedaan ritual dari apa yang Ia dapat di pesntren dan lingkungannya dahulu. Ia mulai belajar Islam kelompok lain. Alih-alih sesat, ia menemukan perbedaan terdapat pada wilayah ritual yang bersifat furu’. Bukan fundamental. Ia juga bertemu dengan Aya, seorang perempuan anak dari Komisaris PT. Pertamina Persero yang ber-manhaj Salafy. Merasa saling mencintai, keduanya memutuskan untuk membawa komitmen mereka menuju pernikahan. Jelas segala kesenjangan tidak bisa dielakkan. sentimentil antar kelompok Islam yang berafiliasi dalam organisasi NU dan kelompok yang disebut Salafy mendarah daging. Lagi pula kesenjangan ekonomi antara keluarga Daffa yang sederhana dan Aya yang mewah bak langit dan bumi. Berbekal komitmen, Setelah lulus kuliah dan mendapaktkan pekerjaan Daffa meminang Aya. Namun, sebesar apapun, cinta tidak dapat berdiri sendiri. Daffa ditolak oleh keluarga Aya. Sementara itu, Aya dijodohkan dan menikah dengan laki-laki pilihan ayahnya. Hal tersebut membuat Daffa kecewa dan sangat terluka. Khawatir akan kondisi Daffa, teman-temannya membawa Daffa ke Psikolog.


176 Apresiasi Prosa Fiksi: Teori dan Penerapannya Daffa harus tetap melanjutkan hidup walaupun dengan berat. Hari demi hari kondisi Daffa mulai membaik dan sudah bisa menerima keadaan. Selanjutnya, Daffa dijodohkan dan menikah dengan Fiza. Namun, dengan menikah tidak membuat Daffa lupa dengan Aya. Beberapa tahun berlalu, secara tidak sengaja Daffa dan Aya pun bertemu dan Aya menceritakan tentang perasaan sebenarnya ke Daffa bahwa Aya masih sangat mencintai Daffa. Aya juga menceritakan bahwa dirinya sudah bercerai dengan suaminya. B. Analisis Novel Berikut ini penjabaran deskripsi hasil penelitian mengenai SPEAKING Model Dell Hymes dalam Novel Barideen: Cinta Sepotong Agama Karya Afif Awalan. 1. Setting (S) Setting dalam novel tersebut terbagi dua yaitu latar tempat dan waktu. Latar tempat yang terdapat dalam peristiwa tutur pada kelima novel tersebut sebagian besar di dalam rumah, di kosan, di pesantren, di tempat kerja, di dalam kamar, di teras rumah, di jalan, di pusat desa, di masjid, di kebun mangga, di rumput-rumput, di kampus, dan di counter HP. Latar tempat tersebut nampak pada kutipan berikut. “Gadung gadung priook!” Suara kondektur memecah lamunanku. “kemana, A?” tanyanya sambil memegang kardus yang ada di sampingku. Bahasa tubuh agar aku setuju untuk naik. “Rambutan, Kang,” jawabku sambil memasang muka enggan “Ayo. Lewat kok, Kang” Ia meyakinkanku dan meraih kardusku. “Jangan bohong. Nanti saya diturunkan di tengah jalan lagi ah”. “Ora lah, A. Masa karo wong dhewek boong si” “Yasudah. Awas boong, ya!” (Afif Awalan, 2020: 41-42). Latar tempat dalam peristiwa tutur tersebut yaitu terjadi di pinggir jalan. Selanjutnya, contoh latar tempat nampak pada kutipan berikut.


Imas Juidah, dkk. 177 “Kok hari pertama telat, mas? Saya Delailiya. Panggil saja Aya”. “Iya nih. Jauh saya dari Depok.” “Woah. Saya Bekasi. Jauhan mana kira-kira, mas” menyindir tak mau kalah. “Jauh Mbaknya sepertinya. Entah saya tidak tau. Bukan asli Jabodetabek. Hehe.” “Gak kemana-mana nunggu jam kuliah berikutnya?” tanyanya padaku berhenti di muka pintu. “Enggak. Nunggu di kelas saja.” Kali ini aku yakin tidak bermasalah. “Lho kelas berikutnya kan tidak di sini. Kelas berikutnya di ruang 521 A, mas. Saya duluan ya”.” (Afif Awalan, 2020: 56-57). Latar tempat dalam peristiwa tutur tersebut yaitu terjadi di kampus tepatnya di ruang kelas. Selanjutnya, contoh latar tempat nampak pada kutipan berikut. “Pulang duluan, ya” sambil menyalami Jhony. Staff pemasaran. “Tumben. Biasanya santai dulu. Nonton film dulu” berbicara seraya enggan melepas gengamanku. “Ada perlu sama, Bang Ajay, Mas” Jawabku. “Hoo. Mau ngomongin gaji?” Ia menyeringai menggodaku. “Yaudah hati-hati deh, ya” Ia melepas jabatan tanganku. “Assalamu’alaikum. Ganggu enggak, Bang?” kepalaku mendongak. “Wa’alaikum salam. Enggak kok. Aman. Kenapa?” “Mau ngobrol, bang” Jawabku. “Woah tumben lo, Daff” Ia menganggap aneh lantaran aku jarang sekali ingin menghadap empat mata dengannya. “Gue pengen resign, Bang” aku menyampaikan langsung ke poinnya. “Jadi bener yang kata Menejer SDM bilang? Ada masalah dengan orang di sini?”


178 Apresiasi Prosa Fiksi: Teori dan Penerapannya “Enggak kok. Memang sudah pengen pulang di kampung saja. sudah pengen hidup di sana. Bang” Jawabku. “Gue mulai cocok sama kerja lo, Daff. Tapi gue gak pernah menghalangi siapapun untuk keluar. Lo harus inget keterima kerja di sini susah, Daf” Ia meyakinkanku untuk memikir ulang keputusanku. “Makasih banyak bang, tapi gue emang udah menimbang ini masak-masak”. Aku kukuh. “Yaudah. Entar BPJS lo biar diurusin Anna”. “Okay, Bang. Terimakasih, Ya” aku berdiri dan menyalaminya pamit. “Daf!” Ia memanggilu, aku berbalik. “Ya, Bang” Jawabku. “Good lick, ya. Don’t forget to keep in touch”. (Afif Awalan, 2020: 226-229). Latar tempat dalam peristiwa tutur tersebut yaitu terjadi di tempat kerja Daffa. Selanjutnya, contoh latar tempat nampak pada kutipan berikut. “Assalamualaiku, permisi. Tau rumahnya Ibu Kariska?” aku berdiri di depan toko dan langsung menyampaikan maksud meski belum keluar pemilik aslinya. “Walaikusalam. Tunggu sebentar, mas”. Terdengar suara dari dalam ruangan. (Afif Awalan, 2020: 283). Latar tempat dalam peristiwa tutur tersebut yaitu terjadi di depan toko. 2. Participant (P) Partisipan dalam peristiwa tutur berkaitan dengan penutur dan lawan tutur. Penutur dan lawan tutur dalam peristiwa tutur sebuah novel diproduksi oleh tokoh-tokoh dalam novel. Dalam novel Barideen karya Afif Awalan tuturan diproduksi oleh Daffa, Delailiya (Aya), Erwin, Ibu Hayati, Ayah Daffa, Bando, Kiayi, Natan, Kak Ana, Misyah, Iman, Mia,


Imas Juidah, dkk. 179 Rafi, Bang Rifa, Rohman, Galih, Andi, Zakir, kondektur, ustadz Amir, ibu Wangi, Bapak Rifai, Pak Nazir, Pak Januzi, Jhony, Bang Ajay, Toni, Hafiza, Ibu Kariska, Mang Surtana, dan Baharudin. Berikut contoh kutipan yang dituturkan oleh Daffa, Natan, Kak Ana, Aya, Misyah, Iman, Mia, Rafi, Bang Rifa. “Assalamualaikum” “Walaikum salam amuun!” Natan menjawabku heboh. “Walaikum salam, Daffa. Sini masuk”. Sambut Ka Ana sambil megipas-ngipas arang di halaman kosan. “Udah matengnya saja datang, dasar!” “Assalamualaikum. Salam dulu, dong.” Misyah menanggapiku. “Memang itu yang dicari sih, Daf” Iman menimpali. “Ayok sini makan aja langsung”. Kata Kak Ana. “Eh Kak Iman sama Misyah” Mia keluar sambil menteng nampan berisi nasi. “Eh, Mia. Apakabar Mia. Hehe”. Misyah mejawab mendahului Iman. “Kak Imaaaan, Kak Misyaaaah”. Teriak Nathan heboh seperti biasa. “Eh Nathaan. Cubit neh”. Goda Iman. “Husshh enak aja. Bayar”. Nathan menimpali. “Eh ada Aya. Kok diem aja dari tadi”. Goda Iman dan Misyah hampir bersamaan. “Selepas ini kita bikin game yuk” Kak Ana memantik. “Maen apa, Kak?”tanya Mia, Nathan, dan Aya hampir bersamaan. “Entah. Yang pasti biat gak SMP cowok-cowok ini. Sudah makan pulaaang!” “Ini aja nih, maen Say frangkly”. Iman mengusulkan? “Apatuh?” Jawabku penasaran. “Ini pulpen kita putar. Yang mengarah pada orang tersebut dia harus menjawab jujur semuanya. Asal tidak pertanyaan yang bersifat sensitif” Iman menjelaskan sambil mengacungkan pena.


180 Apresiasi Prosa Fiksi: Teori dan Penerapannya “Woah seru tuh” Jawab Mia sambil kembali duduk setelah mengemasi sisa nampan ke dalam dapur kost-nya. “Kalau nanyain lagi naksir siapa sih sensitif tidak?” Nathan memperjelas peraturan. “Tidak lah! Itu yang dicari” Jawab Misyah. “ Baiklah melingkar sini ayok dimulai” Kak Ana memimpin. “Hayoloooo! Sekarang Aya kena. Tidak bisa berkilah ini penanya tepat menuju kamu, lhoo” Iman meyakinkan. “Iya tau bisa aja alesannya” tandas mia dan Nathan. “Kamu paling takut degan apa, Ya?” Misyah terlihat semangat menanyakan Aya. “Hmmm. Aku paling takut degan kecoa, Kak”. Aya menjawab. “Kelamaan kalian. Aku tau kalian para cowok pengen nanya apa. Aya lagi suka sama siapa?” Kak Ana berintrepretasi. “Iya. Tau aja kamu, An”. Rafi menimpali. “Bisa di-skip aja gak si?” Aya mengelak. “Gak bisa lah. Dari tadi kamu paling semangat nanya begini ke yang lain. “Oke oke. Hmmm. Malu tapinya. Tapi aku udah pernah kasih tau Nathan sama Mia kok”. “Tapi kan kita di sini belum tau, Ya” Iman memancing. “Iya. mumpung orangnya ada di sini lho, Ya” Tandas Mia. “Iya-iya. Hmmm aku malu tapi. Ciri-cirinya saja ya. awalnya aku biasa saja padanya. Lagian banyak yang deketin aku. Tetapi setelah sering berdiskusi dengan dia, kemudian aku tau keseharian dia. Dia tuh orangnya yang survive membiayai hidupnya. Pagi kuliah dan aktif organisasi, malamnya kerja dan ia tak pernah malu dan selalu optimis”. Aya menjelaskan ciri-ciri pria idaman. “Itu mah Daffaaaa”. Iman memotong cerita Aya. “Iya itu mah si Daffa atuh, Ya” Bnag Rifa Menimpali.


Imas Juidah, dkk. 181 “Apaansi. Kan masih umum itu ciri-cirinya. Kebanyakan anak beasiswa kan kesehariannya begitu.” Aku mengelak. “Udah ya. Aku malu” Aya menimpali. “Gaes!” Mia meminta perhatian. “Bapak kos suruh anak Cowok buat pulang. Sudah kemaleman katanya”. Mia menjelaskan. “Yah padahal lagi seru-serunya”. Rifa menyayangkan. (Afif Awalan, 2020: 105-113). 3. Ends (E) Ends yaitu berkenaan dengan maksud dan tujuan. Dengan kata lain, ends adalah hasil yang ingin dicapai dalam peristiwa tutur. Partisipan harus memahami tujuan dalam berkomunikasi untuk mencapai hasil yang diinginkan. Maksud dan tujuan dari novel Barideen karya Afif Awalan yaitu bercerita tentang kasih tak sampai antara Daffa dan Aya. Mereka saling mencintai namun kesenjangan ekonomi antara keluarga Daffa yang sederhana dan keluarga Aya yang mewah seperti langit dan bumi serta perbedaan kelompok islam di antara keduanya. Daffa yang tumbuh dan berkembang dari kalangan Nahdhatul ‘Ulama (NU) dan mencintai Aya, seorang anak perempuan dari Komisaris PT. Pertamina yang ber-manhaj Salafy. Hal tersebut nampak pada kutipan berikut. “Tanya hatimu lagi, apa kamu masih benar-benar mencintaiku, Aya?” Suaraku memecah kesepian taman Matraman yang dari tadi sepi. “Aku akan tetap mendatangi ayahmu, Aya. Selepas itu apapun yang terjadi aku pasrah”. Aku berusaha menemukan jawaban paling realistis. “Baiklah. Sekarang kita, putus, ya, kalau aku diterima orang tuamu, kau akan menjadi istriku, jika aku tertolak, aku akan iklas. InsyaALLAH”. Aku melanjutkan pernyataanku selanjutnya. “Padahal aku tau akan berujung seperti ini. Maafkan aku ya, Daf. Seharusnya aku tak memaksamu untuk masuk ke dalam kehidupanku sejauh ini.” Tatapan Aya penuh penyesalan.


182 Apresiasi Prosa Fiksi: Teori dan Penerapannya “Kamu ngomong apa sih, Ya. Sudahlah. Aku masih yakin bahwa tidak ada batasan dalam cinta yang lebih besar dari pada agama”. Aku meyakinkan. “Baiklah ini terakhir kita bertemu. Aku ucapkan selamat tinggal jika kita tak berjodoh. Selamat datang jika kelak kita berjodoh. Terimakasih dan maaf, Aya. Terimakasih sudah menemaniku selama ini, maaf atas segala kesalahanku selama ini”. Aku mencoba merangkai kata diplomasi sedekat mungkin dengan kenyataanku dan Aya meski sebenarnya aku lebih ingin mengungkapkan gertakan agar Aya berusaha membujuk ayahnya seratus kali lagi. “Ya. bisku sudah datang. Assalamualaikum” Aya begegas menaiki bis AC05 jurusan Bekasi-Blok M. (Afif Awalan, 2020: 157-162). 4. Act Sequence (A) Act sequence yang berkaitan dengan bentuk dan isi ujaran dalam peristiwa tutur merujuk pada bentuk ujaran, bentuk kalimat dan ragam bahasa yang digunakan dalam peristiwa tutur. Bentuk ujaran yang ditemukan dalam peristiwa tutur dalam kelima novel-novel pengarang Indramayu tersebut yaitu percakapan berupa dialog. Sementara itu bentuk kalimat yang digunakan dalam tersebut yaitu deklaratif, interogatif, imperatif, dan eksklamatif. Bentuk kalimat deklaratif nampak pada kutipan berikut. “Jadi anak pertama itu berat, Da. Ada dua kepribadian yang bertolak belakang tapi harus ada dalam diri anak pertama. Punya hati selembut kapas sekaligus juga pundak sekuat karang”. “Hmmmm, nang apa mudu due loro-loroe? Padahal mah tiap uwon mah beda beda kecenderungane. Baka beli medit ya loman, mangsa iya ana medit sekaligus loman?”. “Jeh ingan. Sejen, Rik. Anak pertama itu harus banyak mengalah pada adik-adiknya, bahkan memnjadi orang tua ketiga bagi adikadiknya. Tapi sisi yang lain anak pertama harus kuat menanggung resiko biaya adik-adiknya, berperan sebagai teladan, berarti anak pertama dipaksa untuk menjadi role model untuk adik-


Imas Juidah, dkk. 183 adiknya. Jika benar jadi banggan, jika salah jadi wanti-wantian untuk adik-adiknya”. (Afif Awalan, 2020: 235-236). Selanjutnya, bentuk kalimat interogatif nampak pada contoh kutipan berikut. “Assalamualaiku, permisi. Tau rumahnya Ibu Kariska?” aku berdiri di depan toko dan langsung menyampaikan maksud meski belum keluar pemilik aslinya. “Walaikusalam. Tunggu sebentar, mas”. Terdengar suara dari dalam ruangan. (Afif Awalan, 2020: 283). Selain itu, bentuk kalimat imperatif nampak pada contoh kutipan berikut. “Ayo siap-siap ke masjid. Jadwalnya solat tahajud berjamaah.” “Pakai apa kak bajunya?” “Pakai sarung dan ikat pinggang ya” “Hah?! Ikat pinggang degan sarung? Baru tau aku” Bisikku kepada Bando. “Sudah turuti saja. Mungkin biar tidak lepas. Santri baru belum biasa memakai sarung, bukan?” Bando menyakinkanku. (Afif Awalan, 2020: 7-8). Sementara itu, Bentuk kalimat ekslamatif nampak pada contoh kutipan berikut. “Selamat ya, Mas. Kamu hebat. Aku bisa tidak ya besok” Aya menyelamatiku. “Kamu pasti bisa, Ya. kamu kan lebih pintar dariku. Lebih rajin pula”. Aku meyakinkannya. “Silahkan masuk lagi, mas!” Panitera memanggilku. “Setelah kami pertimbangkan. Sebenarnya masih kurang di sana sini terutama tentang bahasa yang ada di penelitian ini, mohon nanti di maksimalkan saat yudisium ya, nak Daffa”. Pak Nazir pembimbing satuku mewakili dosen yang lain.


184 Apresiasi Prosa Fiksi: Teori dan Penerapannya “Baik, Pak”. Aku menjawab. “Selamat nak Daffa mendapat ilai A. Mesti A minus tetap saja musti disyukuri. Karena segala sesuatu tentu tidak ada yang sempurna. Mohon dimaksimalkan koreksian yang telah diberikan penguji dan pembimbing”. Pak Januzi pembimbing keduaku menyampaikan. “Alhamdulillah. Terimakasih bapak-bapak. Semoga sehat selalu,” Aku menyalami mereka satu-persatu. (Afif Awalan, 2020: 154-155). 5. Key (K) Key mengacu pada nada, cara dan semangat dimana suatu tuturan dituturkan. Dalam kelima novel pengarang Indramayu tersebut ditemukan berbagai macam nada dalam tuturan. Nada yang ditemukan dalam novel tersebut yaitu nada rendah, sedang, tinggi, nada memelas, nada pasrah, nada genit atau merayu, nada senang, nada halus, nada gelisah, nada cemas atau takut, nada sedih, nada mengejek, dan nada putus asa.. Nada sedih dan pasrah nampak pada kutipan berikut. “Tanya hatimu lagi, apa kamu masih benar-benar mencintaiku, Aya?” Suaraku memecah kesepian taman Matraman yang dari tadi sepi. “Aku akan tetap mendatangi ayahmu, Aya. Selepas itu apapun yang terjadi aku pasrah”. Aku berusaha menemukan jawaban paling realistis. “Baiklah. Sekarang kita, putus, ya, kalau aku diterima orang tuamu, kau akan menjadi istriku, jika aku tertolak, aku akan iklas. InsyaALLAH”. Aku melanjutkan pernyataanku selanjutnya. “Padahal aku tau akan berujung seperti ini. Maafkan aku ya, Daf. Seharusnya aku tak memaksamu untuk masuk ke dalam kehidupanku sejauh ini.” Tatapan Aya penuh penyesalan. “Kamu ngomong apa sih, Ya. Sudahlah. Aku masih yakin bahwa tidak ada batasan dalam cinta yang lebih besar dari pada agama”. Aku meyakinkan.


Imas Juidah, dkk. 185 “Baiklah ini terakhir kita bertemu. Aku ucapkan selamat tinggal jika kita tak berjodoh. Selamat datang jika kelak kita berjodoh. Terimakasih dan maaf, Aya. Terimakasih sudah menemaniku selama ini, maaf atas segala kesalahanku selama ini”. Aku mencoba merangkai kata diplomasi sedekat mungkin dengan kenyataanku dan Aya meski sebenarnya aku lebih ingin mengungkapkan gertakan agar Aya berusaha membujuk ayahnya seratus kali lagi. “Ya. bisku sudah datang. Assalamualaikum” Aya begegas menaiki bis AC05 jurusan Bekasi-Blok M. (Afif Awalan, 2020: 157-162). Selanjutnya, selain nada sedih dan pasrah juga ditemukan nada iba. Nada iba nampak pada contoh kutipan berikut. “Nak, Ibu hendak bicara.” “Ya, Bu”. “Ibu kasihan sama kamu. Melihat kamu bekerja seperti sekarang. Ibu dan Ayah lebih senang melihatmu bekerja seperti dahulu, lebih rapih, lebih terurus. Tidak mengenaskan seperti sekarang”. Ibu menjelaskan pelan pelan agar aku tidak tersinggung. “Bagaimana ya, bu aku menjelaskannya. Daffa sedang membangun usaha, bu. Bukan seperti yang Ayah dan Ibu berjualan di kantin, Daffa sedang membangun sistem dimana jika nanti Daffa tak jualan pun Daffa akan tetap mendapatkan uang. Daffa banyak belajar dari Ayah, kalau Ayah sakit, Ayah tidak mendapatkan pemasukan. Daffa pengen buat suatu hal yang lebih dari sekedar menjadi seorang pedagang, bu. Daffa mengerti memang kelihatannya payah. Memang perlu waktu, Bu”. Aku mencoba menjawab dengan halus meski ini adalah yang keempat kalinya Ibu mengulang topik yang sama”. “Ibu dan Ayah sudah mengerti, Nak. Tapi bagaimana dengan masyarakat? Ayah meminta Ibu untuk menyampaikan hal ini lantaran jengah dengan omongan orang, nak”. [diam beberapa saat]


186 Apresiasi Prosa Fiksi: Teori dan Penerapannya “Masa sekolah tinggi-tinggi pulang hanya jadi pedagang kaki lima” Ibu melanjutkan. “Aku tidak mau, bu. Kalau Ibu dan Ayah kurang berkenan aku tinggal di sini karena tidak tahan dengan omongan dari orangorang, dalam masa perintisanku, aku tidak masalah pindah tempat tinggal, bu”. Aku memberi jalan tangah menurutku. “Bukan seperti itu, Nak. Biar nanti ibu coba meyakinkan Ayahmu. Silahkan kamu istirahat, jangan begadang nanti subuh susah dibangunkan”. Ibu menutup percakapan dan meninggalkan aku. (Afif Awalan, 2020: 240-242). 6. Instrumentalities (I) Instrumentalities berhubungan dengan bentuk tuturan dan ragam bahasa. Bentuk tuturan dalam peristiwa tutur tersebut berbentuk lisan. Ragam bahasa yang digunakan dalam peristiwa tutur novel tersebut yaitu semuanya menggunakan ragam bahasa nonformal atau tidak resmi. Hal tersebut nampak pada contoh kutipan berikut. “Oiit ngelamun Aje Bapak!” Erwin menepuk pundakku. “Ngagetin dah dasar pemburu seminar!” Aku meledek. “Hahaha asyeem. Yok jalan. Dosen tidak ada. Udah setengah jam lebih nih” Erwin mengajakku. “Kemana? Seminar lagi” Aku menyeringai. “Iya, dong. Aula Buya Hamza. Dapat makan dan goody bag lho. Aku sudah chek ombak. Hahaha”. (Afif Awalan, 2020: 68-69). 7. Norms (N) Norm ofinteraction and interpretation mengacu pada norma yang ada pada saat berinteraksi. Norma berinteraksi terbagi menjadi tiga yaitu norma pada ruang, norma pada waktu, dan norma pada gerak tubuh. Norma pada ruang dalam peristiwa tutur yang terdapat kelima novel pengarang Indramayu tersebut yaitu jarak pribadi, intim, dan sosial. Jarak intim nampak pada kutipan berikut. “Ada apa sih, mas? Tumben. Kamu lagi mau Ada apa sih, mas? Tumben. Kamu lagi mau ya? karena hujan nih?” Ia menyeringai.


Imas Juidah, dkk. 187 “Tidak kok. Aku hanya mau bilang sayang kamu. Sehat-sehat ya, sayang”. Aku memeluknya yang tengah sibuk menyiapkan sarapan di dapur. “Oooww So sweet kamu, mas. Tapi aku belum mandi ih. Sana entar aja. Kasihan kamunya” Tangannya iya kaitkan di leherku. “Apasih orang Cuma pengen peluk. Kamu kali yang lagi pengen?” Aku menggodanya. “Tuh kaaan. Kamu sih” Ia melepas peluknya dan sigap mengangkat tempe. (Afif Awalan, 2020: 280-281). Norma pada waktu dalam peristiwa tutur pada novel tersebut sudah sesuai. Peristiwa tutur dalam kelima novel pengarang Indramayu tersebut dituturkan pada waktu yang sesuai. Hal tersebut nampak pada kutipan berikut. “Ayo siap-siap ke masjid. Jadwalnya solat tahajud berjamaah.” “Pakai apa kak bajunya?” “Pakai sarung dan ikat pinggang ya” “Hah?! Ikat pinggang degan sarung? Baru tau aku” Bisikku kepada Bando “Sudah turuti saja. Mungkin biar tidak lepas. Santri baru belum biasa memakai sarung, bukan?” Bando menyakinkanku. (Afif Awalan, 2020: 7-8). Norma pada gerak tubuh yang dihasilkan dalam peristiwa tutur pada novel tersebut yaitu ekspresif dan pasif. Hal tersebut nampak pada contoh kutipan berikut. “Titip, anak kami ya, Pak Ustadz” “InsyaAllah, Bu. Semoga anak Ibu da Bapak betah di sini” “Kami balik dulu, Stadz” ibuku mewakili rombongan pamitan. “Oh, iya Bu. Mangga”. “Yah! Bocah lanang mah mudu kuat. Aja cengeng. Adate rasa beli betah awal-awal mah. Sue-suene mah betah jigah” ayahku berbicara sambil meremas punggungku.


Click to View FlipBook Version