i | D a n d e l i o n
ii | D a n d e l i o n
iii | D a n d e l i o n KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah dan Inayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan menulis Novel yang diberi judul Dandelion Menulis novel ini berdasarkan sedikit pengalaman pribadi dan mengamati kejadian yang dihadapi dikelas. Hal yang dialami penulis adalah tidak mudah sehingga menjadi inspirasi dalam menulis novel ini. Sehingga pengalaman itu menjadi sangat berharga sekali. Mudah-mudahan tulisan ini bisa menjadi pembelajaran bagi semua pembaca, pengalaman yang dialami Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Sri Satupi Sudarwati, M.Pd, Kepala Sekolah SMP Negeri 226 Jakarta 2. Bapak Agus Dwi S., Ibu Erni Wulan, dan Ibu Sri WahyuniTata Usaha dan rekan-rekan guru SMP Negeri 226 Jakarta 3. Ibu Wahyuni Thamrin, wali kelas 8.5 tahun ajaran 2022/2023 4. Bapak Riki, guru Bahasa Indonesia 5. Ibu Surtinah, M.Pd, editor novel Dandelion 6. Ibu Fitra Hayati, Ibu Surtinah,Bapak John C., Ibu Seila, dan Ibu Nurjanah, penanggung jawab Literasi 7. Abi dan Umi tersayang 8. Teman-teman kelas 8.5 tahun ajaran 2022/2023 9. Serta semua pihak yang turut membantu terselesaikannya penulisan ini.
iv | D a n d e l i o n Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan kisah ini banyak kekurangan atau kesalahan, hal ini dikarenakan oleh keterbatasan kemampuan penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis mengharapkan semoga tulisan ini bermanfaat bagi penulis sendiri khususnyadan bagi yang membaca umumnya.. Amin. Jakarta, Desember 2022 Maria Hanifah
v | D a n d e l i o n DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..........................................................iii BAB 1 ..................................................................................... 1 BAB 2 ................................................................................... 15 BAB 3 ................................................................................... 28 BAB 4 ................................................................................... 37 BAB 5 ................................................................................... 52 BAB 6 ................................................................................... 65 BAB 7 ................................................................................... 79 BAB 8 ................................................................................... 92 BAB 9 ................................................................................. 107 BAB 10 ............................................................................... 123 BAB 11 ............................................................................... 132 BAB 12 ............................................................................... 142
vi | D a n d e l i o n Entah apa lagi yang ku cari, hanya kekosongan di sini. Tuhan.. apa salahku? Kenapa mereka membenciku Tuhan..? aku hanya ingin berteman baik dengan mereka. Rintihan hati kecil seorang gadis kecil di ujung taman, kesepian. Kesunyian membisikkan kebahagiaan kecil untuknya, ia yang sebenarnya ingin berteman. Hati rapuhnya yang dilanda gundah gulana, bagaikan Dandelion kecil. Tanpa tau apa dan di mana kesalahannya ia dibenci semua orang, kemanapun ia pergi di sekolah ini. Sekolah yang seharusnya menjadi tempatnya berteman dan belajar banyak hal, justru membuatnya seperti dalam penjara yang penuh dengan iblis. Tuhan.. aku tau Engkau baik, aku mengharapkan kebaikan Mu untukku. Amiin..
1 | D a n d e l i o n d a n A n g i n BAB 1 Dandelion dan angin adis kecil di ujung taman, matanya yang sembab, telapak tangannya yang memar, mata terpejam dan buliran air mata yang terus menetes. Adalah hal wajar baginya, lagi-lagi ia dikucilkan. Kesepian yang menghantuinya seakan akan terus menyelimutinya dengan rasa bersalah yang tak beralasan, dadanya yang sesak akan rasa pedih, takut, marah, gelisah, dan bersalah yang amat dalam. Dalam kegundahan hatinya, sang angin menerpa rambutnya yang halus. Terduduk lesu di kursi kayu, bagaikan mayat hidup yang tidak pernah berhenti menangis. Kursi kayu yang berdiri tegak disana adalah saksi bisu tentang hidupnya, masa-masa beratnya yang ia anggap mustahil untuk menghilang. Bagaikan luka yang ditaburi garam, kepedihan terus menerus melanda hati kecilnya. Dalam badai kepedihan hatinya, di dalam kalbu jiwa kecilnya merintih dan berdoa kepada Tuhannya. Memohon asa yang selalu ia dambakan dan inginkan, jiwa yang hancur G
2 | D a n d e l i o n d a n A n g i n berantakan itu memohon keagungan Tuhannya. Tuhan yang menciptakan setiap jiwa dan hati manusia, dalam setiap doanya diiringi tangis darah. Isak tangisnya terhenti sejenak saat seseorang duduk disebelahnya, ia yang terkejut segera mengusap air matanya. Orang itu meletakkan tangannya di kaki si gadis kecil, “ Kamu ga papa?”. “ I-Iya, maaf kalau ganggu”. Dandelion itu terkejut, kepedihan hatinya sedikit berkurang ketika ditanya oleh gadis itu. Ia menorehkan senyum tipis diwajahnya sebagai tanda bahwa ia baik-baik saja, untuk kesekian kalinya ia mengukirkan senyum palsu di wajah nya. Sebuah luka yang mendalam, tak dapat dipungkiri bahwa ia harus tetap terlihat baik-baik saja. Seorang gadis berambut pendek dengan seragam sekolah dan pita merah yang tampak tidak asing. ia menyapanya dengan lembut, perlahan mendekat lalu duduk disampingnya. Dengan hangat dan penuh kehangatan ia menyentuh tangan Dandelion dan bertanya kembali. “ Nama kamu siapa? Kenalin namaku Kimberly, kita sekelas loh”.
3 | D a n d e l i o n d a n A n g i n “ Ah.. Namaku Reina” Balas Rei dengan canggung, hati yang rapuh itu masih terasa begitu pedih ketika berucap. Namun ia merasa secercah harapan muncul. “ Oh iyaa, salam kenal ya Reina”. Sapa Kimberly hangat. Awalnya indah, bagaikan mawar indah dan harum di taman ini. Namun seindah mawar sekalipun pasti juga akan terlihat durinya bukan?.. Di sebuah taman, tempat sang Dandelion melepaskan seluruh amarah dan kesedihannya. Tempat ia bercerita kepada Tuhan tentang seluruh hari-harinya, berdiri dengan tubuh bergetar. Berhadapan dengan sahabatnya, di antara mawar dan Dandelion. Kisah singkat Dandelion dengan Mawar. “ Kim kamu ga boleh gituu! Ini kan tugas mandiri Kim!” Balas Rei sambil merendah, ia yang terbawa emosi cukup kesal karena Kim yang memaksa nya mengerjakan PR Kim. “ KAMU KOK PELIT BANGET SIH REI, KITA GA USAH TEMENAN LAGI DEH” Bentak Kim dengan keras, bagaikan petir di siang bolong. Kata-katanya melukai hati si Dandelion kecil, dengan hati hancur ia merendahkan suaranya dan memendam emosinya.
4 | D a n d e l i o n d a n A n g i n “ K-Kim maksudku ga gituuu..” Mata yang berkaca-kaca itu memohon kepadanya untuk tetap menjadi temannya, teman Rei satu-satunya. Teman yang membuatnya merasakan berteman, namun dalam relung kalbunya jiwa nya bertanya. “ Inikah yang kamu cari selama ini? Teman yang membuatmu hancur ketika bersamanya, dan merelakan kebahagiaan mu untuknya?”. Dalam gelisah ia kembali menelan pil pahit dalam hidupnya, teman palsu. “ Ya udahh… Tugas doang apa susahnya sih” Balas Kim dengan kesal, tidak sedikitpun tergambar dalam raut wajahnya perasaan prihatin. Rei yang menatapnya bagaikan harapan dan ia yang memandangnya sebagai alat, ia yang memohon dan ia yang menuntut. Inikah yang kamu cari Dandelion kecil? “ I-Iya” Balas Rei dengan perasaan terluka. Kim telah kembali menorehkan luka yang mendalam untuk Rei, ayang dahulu ia harapkam pada diri Kim. Kini telah hilang bagaikan butiran pasir, menghilang dalam badai kaca yang mengoyak hatinya. Menyisakan kepedihan dan kesedihan untuknya, memaksa jiwanya untuk kembali bangkit dalam permainan keji. Dengan penuh darah dan air mata jiwanya harus bangkit untuk melanjutkan hari,
5 | D a n d e l i o n d a n A n g i n dengan berderaian air matai a merintih dalam kepedihan. Sudah berapa banyak insan yang menorehkan luka dihatinya, orang tuanya yang berpisah dan anak-anak yang membencinya. Ia muak dengan segalanya, semuanya pergi meninggalkannya. Sendiri dalam kesunyian yang meleburkan jiwanya dalam kesedihan, bagaikan kesedihan abadi didalam gelapnya neraka dunia. Kesendirian mengajarkannya banyak hal, tentang luka dan kepedihan, setia dan penghianatan, mati dan keabadian, logika dan perasaan. Tentang semua yang ia alami dan seluruh kesedihannya, dan doanya juga harapan yang tidak pernah terjawab ataupun terwujudkan. Dan semua kesendiriannya. Orang yang kukira sahabat pun.. ternyata sama saja, semuanya bahkan jiwa raga ku akan ku serahkan untuknya namun ternyata ia hanya lintah. Tuhan.. aku mohon petunjukmu. Hati rapuh ini hancur ketika melihat Kim yang ku kira sahabatku ternyata juga bersekongkol dengan para iblis, mereka yang menghakimi ku seakan aku adalah sumber semua kesialan dan kesalahan di dunia. Dalam kebingungan batin ini bertanya “ Apa salahku pada kalian, aku tidak pernah berbuat jahat pada
6 | D a n d e l i o n d a n A n g i n kalian..” , jiwa yang rapuh ini selalu memohon dalam setiap doanya. Merintih dalam kepedihan untuk memohon kepada Tuhan-Nya, Tuhan..aku lelah.. Orang tuaku bahkan tak peduli, Tuhan tolong lebih baik jika panggil aku ke sisi Mu.. Aku lelah Tuhan.. Aku lelah dengan kata kata yang bahkan tak kumengerti setiap harinya, aku lelah harus terus menahan perihnya luka di tubuh dan kalbuku, aku lelah dengan mereka yang memperbudak ku Tuhan.. aku bahkan tak tahu apa salahku.. *** Lembaran baru dimulai, hari yang suram. Gambaran tentang hari-hari ku telah terlukis bahkan sebelum aku menjalani hari esok, takdir ini tidak berulang. Namun kejadian itu terasa selalu terulang, sama tapi tak sama. Luka yang sama namun dengan cara yang berbeda, asa yang sama namun selalu menghilang dengan cara yang berbeda. Kelasku yang ramai terasa sunyi untukku, meja-meja coklat itu memuakan kalbuku. Lagi-lagi aku duduk dengan laki-laki. Siapa yang mau duduk denganku? Mengerjakan belasan lembar tugas para iblis yang memperbudakku, dengan hati yang hancur aku
7 | D a n d e l i o n d a n A n g i n menuliskan jawaban pada setiap tugas sambil menahan sesaknya dada dan tangisan yang dapat membasahi buku para iblis itu. Tuhan, tolong kuatkan aku. Kimberly menghampiri mejaku, dengan wajahnya yang tersenyum. “ Gimana PR ku Rei? Udah kan??” Tanyanya tanpa rasa bersalah, senyuman yang semanis madu itu mengandung racun yang membunuhku. “ Belum, ini aku ngerjain punya Tasya dulu kim” Balasku dengan sendu. Tiba-tiba tasya yang tengah bermain menghampiri meja Rei dan meminta nya mengerjakan tugasnya lebih dahulu. “ Punya aku dulu aja!” ucapnya tiba-tiba, sontak Kim yang mendengarnya membalas dengan suara yang tak kalah keras. “ Apaan sih! Aku duluan!” Rei terdiam, ia hanya melanjutkan mengerjakan dengan iringan suara perdepatan Tasya dan Kim. Hatinya yang hancur dan rapuh, desakan dan tekanan yang ia alami. Nuraninya yang tenggelam dalam kesedihan dan melebur kedalamnya membuat Rei tersiksa, hidupnya yang tanpa warna dan tanpa tawa ceria. Hanya kepalsuan untuknya, dalam keputusasaan ia selalu memohon dan merintih
8 | D a n d e l i o n d a n A n g i n kepada Tuhan-Nya. Tuhan, pantaskah ia mendapatkan ujian seberat ini?. *** Jam Istirahat, Rei bersandar di pagar dan melihat ke arah lapangan, terbesit rasa iri dalam hati kecilnya. Kenapa mereka bahagia sekali? Apakah aku tak pantas untuk bahagia juga? Rei kaget karena Nesha yang tiba-tiba mendekat, “ Rei Rei! Pliss banget Rei ini aku mau bayar uang ku tadi di kantin uangku ilang..” Desak Nesha yang tampak panik. Hati kecil Rei enggan memberikan uang sakunya untuk Nesha yang sering memarahinya tanpa sebab yang jelas, terutama ketika ia mencubiti tangannya sampai biru. “ Jadii?” Tanya Rei mencoba mengelak dan berpura-pura tidak mengerti. “ IHHHH aku mau pinjem uang mu dulu 5 ribu ajaa…” Bentak Nesha tiba-tiba. Rei kaget, matanya terbelalak mendengar nominal yang diminta Nesha. “ H-ha? Itu banyak lo-“ “ UDAH BURUANNN” Bentak Nesha kembali dengan lebih keras dan sembari melotot menatap Rei.
9 | D a n d e l i o n d a n A n g i n “ I-iya nih..” dengan terpaksa ia menyodorkan uang 5 ribu rupiah, perasaan enggan dan sedih kembali menghampiri hatinya. Kembali ia merasakan sedih karenanya. “ Thanks!” Balasnya cepat lalu pergi meninggalkan Rei yang menatap kepergian Nesha dengan sedih dan tidak ikhlas. Lagi lagi, perasaan sesak itu kembali. Tuhan.. kapan aku akan bahagia? Aku hanya lelah.. aku lelah dengan semua ini.. *** Suara tawa anak-anak mengiringi hari-hari di sekolah ini, namun itu tidak berlaku untuk Reina. Selesai jam pelajaran olahraga semua anak menuju kamar kecil untuk berganti pakaian, Reina yang membuka lokernya seketika terkejut. Puluhan kertas berserakan ketika ia membuka loker, tulisan cacian dan makian yang berwarna merah dan sampah memenuhi lokernya. Tangannya bergetar, hatinya kempali hancur. Rasa sesak yang menderu dan menusuk relung kalbunya, isak tangis yang tak lagi dapat dibendung. Bagaikan badai yang menerpa Dandelion kecil, kesabaran yang sudah habis. Reina menangis sejadi
10 | D a n d e l i o n d a n A n g i n jadinya di ruang loker, bermandikan kertas cacian itu ia menangis sejadi jadinya. Tulisan tulisan yang berserakan itu melebur bersama deraian air matanya, tangan kecilnya mengusap buliran air mata yang terus mengalir. Para iblis yang tertawa di sisi lain, dan sang Dandelion kecil yang telah kehilangan seluruh kesabarannya. Namun sayang, takdir belum berpihak kepadanya. Reina yang tengah membersihkan kertas-kertas dan sampah dari lokernya, hatinya yang masih hancur dan perasaan yang tak karuan. Wajahnya yang seperti tak punya kehidupan, ia segera berganti baju setelahnya. Dengan tangan yang bergetar ia menyapu dan memunguti kertas-kertas itu, lembaran kertas itu menjadi pecahan kaca yang menorehkan goresan luka untuknya. Ia kembali ke kelas, wajahnya yang lesu dan matanya yang sembab. Iblis yang tertawa, dan sang Dandelion kecil yang rapuh kembali menahan tangis nya. Tuhan.. Reina salah apa pada mereka?.. *** Pagi hari yang cerah, ia kembali berada di taman. Terduduk lesu diatas kursi kayu yang sama, menatap anak-anak yang terlihat bahagia bersama teman dan
11 | D a n d e l i o n d a n A n g i n keluarganya. Namun pagi ini berbeda, ada seseorang yang datang dengan kehangatan. Perlahan berjalan mendekatinya, ia yang semula mengira orang yang mendekatinya akan memanfaatkannya kembali tiba-tiba terkejut. Ketika ia menoleh, seorang anak laki-laki tersenyum hangat padanya. “ Haloo, sendirian aja. Aku duduk di sini ya” ujar seorang anak laki-laki “ Eh iya” Jawabnya canggung, dengan heran ia menatap anak laki-laki itu. Belum pernah sekalipun ia melihatnya, anak laki-laki itu kemudian duduk di sebelahnya. “ Kamu Rei ya?? Kenalin namaku Kevin” “ H-Halo kevin” Sejenak ia memperhatikan pria kecil yang duduk disampingnya, senyuman hangatnya yang seindah mentari terukir indah di wajahnya. Membuat kalbunya bertanya tentang kehadirannya, kehangatan yang ia bawa membuat dirinya sedikit tersenyum. Kevin menarik tangan si Dandelion, lalu berlari ke arah ayunan. Perlahan ia melangkah lalu berlari mengikuti langkah laki-laki itu, menapakkan kakinya diantara rerumputan dan Dandelion. Ia mengangkat alisnya tanda bingung, sementara pria kecil itu terus berlari
12 | D a n d e l i o n d a n A n g i n menuntunnya. Langkah mereka berakhir di sebuah ayunan di bawah pohon beringin yang sangat besar, tampak agung dan berwibawa diantara indahnya bungabunga yang mengelilinginya. Dengan hembusan sang angin yang menyejukkan hati Rei menatap heran si anak laki-laki, anak laki-laki itu berbalik badan dan tersenyum. “ Jangan sedih terus dong! Ayo main sama aku” Ujar nya kemudian sambil menyuruh Reina duduk di ayunan, kemudian ia mendorongnya. “ Hati-hati Kevin aku takut” Rei mengutarakan rasa cemas dan takutnya ketika ayunan mulai berayun, ayunan itu perlahan berayun dan membuat rambut Rei terurai oleh sang angin. “ Gapapa! Percaya sama aku Rei” Ujar pria kecil itu meyakinkannya. Rei menggenggam erat tali ayunan yang terasa kasar, ia mencoba melawan rasa takutnya. “ O-Oke..” Ujarnya sambil menahan rasa takutnya, ayunan itu semakin cepat. Perlahan-lahan Reina mulai tersenyum dari atas ayunan, ia merasa bebas ketika ayunan itu berayun dengan bebas.
13 | D a n d e l i o n d a n A n g i n “ Woahh.. hahahahahahahahaha..” Reina tertawa karena seru. Ia tersenyum lebar sambil menikmati hembusan angina, di bawah naungan langit biru ia melepaskan kebahagiaanya yang jarang ia utarakan. Sejenak ia melupakan semua yang telah terjadi, jiwa yang rapuh itu sedikit terobati dengan kehadirannya. Kehadirannya mengobati sedikit luka dalam relung kalbunya, membawanya pada kebahagiaan dan sedikit menghibur hati kecilnya. Inikah hadiah kecil darimu Tuhan? Tiba tiba Kevin juga naik ayunan di sebelaahnya dan mereka main bersama, ia tersenyum menatap gadis itu tersenyum dan tampak bahagia. “ Seru kan?? Caranya kalau kamu sendirian gini..” Ujar Kevin sambil menunjukan cara mendorong ayunan sendiri. Ia memperagakannya dan kemudian berayun bersama, mereka berayun bersama. Seirama dan senada, bersama dan serasi. Tidak lebih cepat atau lambat, sempurna. “ Wah seruu, makasih Vin” Ujar Rei kembali sambil tersenyum, sedikit terlihat giginya yang putih. Kecantikan Rei membuat Kevin terdiam sejenak kemudian tertawa,
14 | D a n d e l i o n d a n A n g i n Rei mengangkat alisnya dan kemudian Kevin kembali melihat Rei. “ Ayo main lagi!!” Ujarnya sambil sedikit membungkuk ke depan di atas ayunan nya dan tersenyum padanya. Sejak saat itu Kevin selalu mengajaknya bermain, mulai dari saat istirahat ataupun pulang sekolah saat Rei menunggu di jemput. Vin engkau adalah angin kehangatan yang membuatku bahagia. Dan hadiah terindah dari Tuhan.
15 | K u c i n g BAB 2 Kucing “ VINNN” teriak seorang gadis diujung taman dengan raut wajah kesal dan lelah, gadis itu berlari mengelilingi taman sambil mengejar seorang anak laki-laki. Rambut gadis itu terurai terkena hembusan sang angina, menebarkan tawa ceria dan kehangatan di taman itu. Dandelion itu tersenyum dan bahagia setelah sekian lama, menebarkan rona bahagianya kepada sahabat baiknya. Seseorang yang benar benar tulus untuknya, memabantunya menemukan dan merasakan kebahagiaan dan karunia cinta tulus Tuhan-Nya pada dirinya. “ OIIIII REII, TANGKAP KALAU BISA WLEEE” Ledek anak laki-laki itu. Iringan tawa mengikuti setiap langkah yang mereka lakukan, mengukirkan kisah bahagia tentang mereka berdua. “ IH AWAS KAMU YAA” Ujar ku sambil mengejar Vin yang terus berlari sambil tertawa, kami berlari dan tertawa. Ia berlari dengan sekuat tenaga, sambil menggenggam erat sebuah buku gambar.
16 | K u c i n g Tiba-tiba seorang gadis kecil lain datang dan langsung berteriak. “ HEI JELEK” Teriaknya dengan amarah dan penuh rasa benci dan iri dengki. “ Hah?” Tanya Rei spontan dengan bingung. Matanya yang sebening embun pagi itu menggambarkan jelas perasaan bingungnya. “ KEVIN ITU PUNYA AKUU, KAMU KOK JAHAT BANGET SIH” Ujar si gadis kecil itu dengan marah sambil menahan tangisnya. Tampak dari sorot matanya perasaanya yang kecewa dan marah. Reina merasa bersalah, ia bingung apa yang akan ia katakan. “ Kamu udah jelek ga usah ngerebut punya ku juga dong!” Tambah si gadis kembali, Rei sontak kaget dan spontan meminta maaf. “ M-Maaf” Ujarnya dengan panik, kembali perasaan bersalah menyelimuti relung kalbunya. “ KAMU JELEK KAYAK ORANG INDIA” Reina kaget, badan nya bergetar lalu tanpa sadar air matanya menetes. Ia kembali menggigit bibirnya, air
17 | K u c i n g matanya yang terus tumpah. Nafasnya menjadi berat dan terasa membakar, ia tanpa sadar menjatuhkan bukunya. “ GAUSAH DRAMA DEH, CENGENG” Ujar anak itu kembali dengan penuh amarah. “ HAHAHA CENGENG” Ledek temannya yang baru saja menghampiri. Tak lama kemudian gerombolan teman anak-anak itu datang dan ikut meledek Rei. “ YA ORANG INDIA, INDIA ACA ACA INDIA ACA ACA HAHAHAHAHA” “ HAHAHAHA CENGENGGG” Ujar mereka sembari tertawa, dengan tanpa rasa bersalah mengolok-olok Rei. Ia hanya terdiam sambil meneteskan air matanya. Reina menutup telinganya, ia menangis di sana. Ia memejamkan matanya dan mencoba menenagkan dirinya, ia yang terisak tak sanggup melawan sedikitpun. Begitu hancur hatinya ketika mereka mengolok-oloknya dan menertawainya, memejamkan pandangannya berharap menghilang dari tempat itu. “ KALIAN KETERLALUAN! REINA ITU CANTIK TAU” Ujar Vin yang tiba-tiba datang.
18 | K u c i n g Reina kaget, ia melihat siapa yang berani membelanya. Ia Kevin, anak yang sering bermain dengannya. Ia tertunduk, ia malu pada Kevin. Iblis itupun pergi, “ Kamu gapapa?” “ I-iya” Rei menahan tangisnya, masih terasa perasaan nya ketika di olok-olok barusan. Ia mengusap air matanya yang terus mengalir, menahan nafasnya yang sesegukan dan menutupi mata sembabnya. Vin bingung, ia mendekatkan dirinya dengan Rei lalu berjongkok di hadapannya. Sepasang bola mata yang coklat itu menatap Rei dengan bingung dan khawatir, lalu ia merogoh sakunya. “ Ga usah sedih, nih buat kamu. Tapi jangan nangis lagi..” Ujarnya sembari menyodorkan sebatang coklat. “ Mm-Makasih hiks” Rei mengambil coklat itu dan mengusap air matanya, sesaat ia mencoba melupakan kejadian barusan. Mencoba tampak baik-baik saja dan menahan tangisnya. Vin tersenyum melihat Rei yang berusaha berhenti menangis, tiba tiba tatapannya tertuju pada sebuah buku gambar.
19 | K u c i n g “ Ini kamu yang bikin??” Tanya Kevin sambil melihatlihat isinya, tampak beberapa lukisan kucing dan bungabunga yang ada di taman. “ Iya.. Kamu suka?” Tanya Rei sambil berusaha tersenyum. “ Kucingnya bagus bangett” Ujar Vin sambil menunjuk lukisan kucing didalam buku gambar itu. “ Kalo gitu buat kamu aja” Balas Rei. “ Beneran?? Makasih lohhh aku juga suka kucing” “ Oh gitu? Aku suka banget sama kucing karena mereka lucu dan peka, mmm kamu pernah ga, lagi nangis terus didatengin kucingmu?” Ujar Rei sedikit bersemangat. “ Kamu sering nangis?” Tanya Kevin khawatir. “ Eh engg- engga kok! Ya pokoknya kucing itu peka” Balas Rei tergesa-gesa dan kaget. “ Iya sih, kadang kalo aku sedih kucing di rumahku datang” Ujar Kevin kembali sambil memutar kedua bola matanya. “ Kucing kamu warna apa???” Tanya Rei antusias. “ Pokoknya dia mirip sama kamu hehehe” Balas Kevin kembali sambil tersenyum dan tertawa kecil.
20 | K u c i n g “ Eh??” Rei bingung, ia tidak mengerti yang dimaksud Kevin. Kevin hanya tertawa dan kemudian melihat ke arah cakrawala. Menatap indahnya awan putih yang bertebaran di angkasa, menghiasi dan melengkapi indahnya langit biru. *** Kevin yang tengah termangu di dalam mobilnya, menatap ke arah langit yang biru. Teringat dalam benaknya Reina yang sangat menyukai tentang alam, terutama Langit dan hewan apalagi kucing dan anjing. Ia tertawa kecil “ Reina… Kucingnya tuh kamu tau..” Ujarnya sambil tersenyum menatap keluar mobil yang ia tumpangi. “ Reina siapa Vin?” Tanya seorang pria yang tengah menyetir dibalik kursi mobil berwarna hitam. “ Temenku Pah.. mmm oiya, Vin boleh pelihara anjing ga pah?” Tanya anak laki-laki itu dengan manja. Tergambar di wajahnya keinginan kuatnya memelihara hewan sahabat manusia itu. “ Tapi sayang.. kan kamu lagi sakit… anjing itu butuh banyak gerak loh, gimana kalau kucing aja?” tawar papah kevin.
21 | K u c i n g “ Vin udah punya kucing, anjing aja pah. Boleh yaa.. nanti sekalian vin olahraga juga kan pah?” Ujar Kevin kembali sambil memberikan alasan. “ Hmmm ya udah deh, tapi nanti jangan sampai kecapean ya” Ujar papah kembali sambil tersenyum. “ Okeeee” ujar nya bersemangat dan tersenyum senang, pupil matanya membesar tanda bahagia. *** Jam pulang sekolah telah tiba, Rei kembali menunggu di taman. Di atas ayunan kayu dibawah pohon beringin ia kembali berayun. Menanti seseorang yang selalu ia nantikan, “ Vin mana yah.. lama bangett” gerutu Reisambil berayun di ayunanya “ HALO REINAAA AWASSS” Teriak Vin sambil berlari “ WWoaahhhh” Rei kaget karena seekor anak anjing berlari menuju kakinya. Beruntung ia langsung berhenti berayun di atas ayunan sehingga anak anjing itu baik-baik saja, Rei menghela nafas lega. “ Hampir aja..” Ujar Rei lega.
22 | K u c i n g “ Hahahaha maaf ya, kenalin nih namanya Latte” Balas Kevin meminta maaf sambil mengangkat anjing Goldenritriver kecil itu dan memperkenalkannya. “ Wow lucu banget namanyaa, Hi latte!” balas Rei kembali sambil mengelus lembut anjing coklat itu. Woof wof!! Anak anjing kecil itu menggongong. “ Kamu ngapain ke sini?? Bukannya harusnya kamu udah dijemput?” Tanya Rei “ Ohh ini aku mau ngajak Latte jalan-jalan dulu, tadi aku nitip dia di bibi” “ O gituu, harusnya tadi aku bawa si gendut” Ujar Rei kecewa. “ Si gendut?” Tanya Kevin bngung sambil mengangkat alisnya. “ Iyaa, kucing ku gendut namanya Mochi tapi aku manggilnya si gendut” Jelas Rei bersemangat. “ Hahahahaha… lucu banget, eh jalan-jalan yuk kasian latte udah semangat banget mau jalan-jalan” Ajak Kevin sambil mengikuti Latte yang sudah menarik-narik pemiliknya. “ Oke dehh” Ujar Rei, kemudian ia turun dari ayunan nya dan mengikuti Kevin dan latte. Mereka berjalan bersama
23 | K u c i n g di antara rerumputan, di antara keindahan dan kesederhanaan. Dandelion itu kini telah bersama kebahagiaannya, hadiah kecil dari Tuhan-Nya untuk dirinya yang sederhana. Sederhana namun indah, keindahannya melebihi asa yang ia impikan. Berkah kecil dari Pencipta-Nya untuk Rei, hadiah kecil yang penuh kebahagiaan. Senyumnya yang sehangat mentari, dan keberaniannya yang sekuat baja. Ia mengajarkanku menemukan kebahagiaan, setiap hal kecil dan waktu bersamanya terasa indah. Membawaku terlelap dalam melodi indah ungkapan kepeduliannya, aku melebur dan bercampur dengan momen bersamanya. *** Hari hari ku, bagai ditulis kembali olehmu. Vinn , tolong.. jangan pergi. Kau lah mentari bagi ku, aku sendirian di dalam bayangan ini. Tuntun dan bimbinglah diriku, aku ingin menjadi sekuat dirimu. Aku ingin memiliki cahaya sendiri sepertimu, tolong jangan tinggalkan aku. Aku takut Vin..kelak saat kita dewasa, akankah persahabatan ini tetap sama vin?. ***
24 | K u c i n g Dalam ruangan bernuansa putih seorang anak laki-laki mengangkat telephone, dengan bersemangat menjawab panggilan untuknya. Menanti dering merdu yang ia dambakan, suara gadis kecil dibalik telephone nya. “ Kevinn nanti kamu study tour ga??” Tanya gadis itu di telfon dengan penuh semangat. “ Yah maaf ya Rei, aku mau keluar kota” Tolaknya perlahan, tergambar lama raut wajahnya perasaannya yang kecewa dan sedikit merasa bersalah. “ Yahhh.. ga seru kalo ga ada kamu” Keluh gadis itu. “ Maaf yaa, oiya kado ulang tahun ku kamu suka ga?” Ujar nya kembali sambil mengganti topik pembicaraan. “ Suka bangett, makasih loh ya” Ujar gadis itu kembali dengan senang. “ Sama-sama Rei” Balasnya kembali. “ Sampai ketemu nanti di taman!” Gadis itu mengakhiri pembicaraan mereka, sedikit berat hati namun ia tetap mengucapkan perpisahan dengan hangat. “ Iyaa, dadah Reiii selamat study tour!” Balas pria kecil itu kembali dengan ramah, ia kemudian meletakkan telephonenya.
25 | K u c i n g Kevin menutup sambungan telefonnya, tergambar perasaan sedih dari raut wajahnya. Pakaiannya kini bukan lagi seragam sekolahnya, melainkan baju rumah sakit anak. Tanpa sadar buliran air mata menetes, Vin mengambil rambut wig yang ada di depannya kemudian melemparnya. Dengan penuh amarah dan kesedihan ia menatap rambut wig itu, perasaanya yang membenci dirinya sendiri menderu dalam kesunyian. Mematahkan harapannya dan impiannya, membatasinya dan menghalanginya melangkah dalam hidup. Ia merenungi semua yang telah terjadi, terbesit dalam benaknya bila ia harus kehilangan gadis kecil temannya itu. Ia kemudian melipat kakinya dan memeluk kakinya, air matanya terus menetes. Latte yang berada di bawah tempat tidur terus menggonggong khawatir, perasaannya kacau. “ Vin kamu kenapa, Nak?!” Ujar papah memasuki ruangan dengan panik. Papah Kevin lantas mendekat dan duduk di kursi di samping ranjang, ia meletakkan tangannya di punggung kevin dan mengelusnya perlahan. Berusaha menenangkannya dan membuatnya sedikit merasa tenang,
26 | K u c i n g “ Vin kapan sembuh pah… Vin mau sekolah lagi..” Tanya kevin dalam kondisi terisak, begitu berat nafasnya berhembus. “ Sabar Nak, kita juga lagi usaha yang terbaik buat kamu. Besok kita ke Singapore, di sana perawatannya lebih baik,” Jelas Papah Kevin, sontak kevin kaget. Ia menatap papahnya dengan tatapan tidak percaya, “ KEVIN GA MAU PAHH…..” Tolaknya dengan keras, dengan terisak ia paksakan mulutnya tuk berucap. Berharap dapat menolak takdir dan tetap menjalani pengobatan di tanah air. “ Kalau kamu mau sembuh di sana tempatnya Nak, kalau masih belum kita bisa ke Jerman atau Inggris” desak papah kevin, tampak sorot matanya menunjukan rasa khawatir pada putranya. Kevin terus menangis tersedu sedu, ia tahu bahwa pengobatannya butuh waktu lama. Namun yang lebih ia takutkan adalah kehilangan Rei temannya, “ Teman itu datang dan pergi Vin” Ujar papah Vin mengingatkannya. “ Tapi setiap orang hanya ada satu di dunia pah” Balasnya dengan kesal.
27 | K u c i n g Papa kevin terdiam, mama kemudian masuk sambil membawa sarapan. Mama yang melihat keadaan kemudian memulai percakapan kembali, “ Rei itu Reina Salsabilla Aisha bukan?” “ Iya mah..” Jawab nya dengan setengah hati, Kevin kemudian memutar kedua bola matanya ke arah nampan yang dibawa. Tampak semangkuk sup dan obat-obatan rutin yang harus ia konsumsi, ia mengerutkan jidatnya tanda kesal. “ Wah teman mu keren ya Vin, mama dengar katanya dia selalu juara kelas” ujar mamah tiba-tiba. “ Iyaa, dia juga ceria loh mah” Balas Vin yang antusias dengan mamahnya yang mendukung. “ Bagus dong, cocok dengan anak mama yang periang.” Hibur mama kembali. Kevin kembali tertawa, ia kemudian melupakan kekesalannya dan menikmati momen tersebut. “ Nah gitu dong, jangan nangis terus ya. Kasian nanti Rei jadi ikutan sedih” Ujar mamahnya kembali sambil tersenyum melihat putranya yang tersenyum kembali. Kevin kembali tersenyum kemudian mulai sarapan. ***
28 | M e n a n t i BAB 3 Menanti ei menunggu, hari demi hari terlewati, Vin tak kunjung kembali terlihat. Rei mencari ke kelas dan teman sekelasnya, terus dan terus dia menunggu. Selalu menanti, entah itu hujan atau panas ia selalu menunggu kedatangan kevin di sana. Ia baru akan pulang setelah semua murid pulang, berharap akan kedatangan kevin. Kemana kau pergi? *** 4 tahun telah berlalu, kevin pun tak kunjung terlihat. 3 hari lagi Rei akan wisuda, Vin masih tak kunjung datang. Kembali ia datangi taman tempatnya menanti kemunculannya, menunggu di bawah rindangnya pohon beringin. Shaska sahabatnya pun heran dengan sikap anehnya, ia mengangkat alis indah nya kemudian bertanya “ Kamu kenapa sih Rei, dari dulu kebiasaanmu kayak gini?” Shaska mengutarakan rasa penasarannya yang menggebu gebu dalam kalbunya, ia khawatir dengan kondisi sahabatnya yang tampak berbeda. R
29 | M e n a n t i “ Gapapa, Cuma ada seseorang yang selalu aku tunggu kehadirannya” Jawab Rei sambil berkaca-kaca, ia menatap senja dengan sendu. Menantikan kehadiran seseorang yang selalu ia tungggu, hari demi hari ia tidak pernah luput berada disana. Menanti dan terus menanti, menunggu dalam waktu yang terus berjalan. Sampai tibalah kala saat ia putus asa, kehilangan harapan dan langkahnya terhenti. Dalam keputusasaan dan kebimbangannya, antara hatinya yang beradu dengan logika. Realita memaksa akal sehatnya untuk berfikir realistis, namun hatinya tetap memilih menanti. *** Dua Tahun setelah itupun ia terus berusaha mencari keberadaan Vin, sampai akhirnya ia menyerah pada jalan buntu. Dalam keputusasaan ia kembali mencoba menghubungi nomor ayah Vin, berharap akan ada seseorang yang mengangkatnya. Terus menerus ia menelfon sambil menangis, ia menggigit bibirnya dan terus mencoba menghubungi. [Bip, nomor yang anda hub-] klek.. Reina meletakan kembali telefonnya. Ia kemudian merebahkan dirinya diatas ranjang, buliran air mata mencoba keluar dari
30 | M e n a n t i kelopak matanya kembali. Ia memejamkan matanya kemudian menutupi wajahnya dengan boneka paus orca yang dulu diberikan Vin, “ Kukira hanya sebentar, apa kau akan pergi selamanya vin?” dengan penuh kecewa ia berkata pada dirinya sendiri, hati yang terkhianati itu merintih. Terkhianati oleh ekspektasi dan harapannya belaka. Ia kemudian mulai menangis, meluapkan rasa kecewa dan amarahnya. Perasaan terkhianati itu kembali menderu kalbunya, setelah semua kebahagiaan itu, Vin telah menorehkan luka untuknya. Inikah hadiah kecil dari Tuhan yang dahulu? Reina terus menunggu, menanti dalam kepedihan dan rasa terkhianati juga rasa takut nya. Kembali ia harus menghadapi kenyataan pahit bahwa Vin tak kunjung terlihat, ia pun lulus. Ia masuk ke SMA lalu mulai mencoba melupakan sosoknya, berusaha melupakannya seolah ia hanyalah teman masa lalu dan hanya kenangan lama. Berharap ia benar-benar menghilang dari ingatannya, berharap Tuhan menyudahi siksaan rindu yang menderu ini. ***
31 | M e n a n t i DuaTahun kemudian.. Reina kini telah melupakan Vin, perlahan ia mulai melangkah dengan cahayanya sendiri. Ia mulai mengambil banyak kegiatan, salah satunya OSIS. Dalam kebahagiaannya saat ini ia terus berkembang, ia tetap menjadi periang dan emosional. Kini ia telah memiliki beberapa sahabat, dan juga teman-teman yang baik. Telah ia buka lembaran baru untuk mereka, sedikit trauma yang tersisa telah perlahan menghilang. Namun rindunya pada sosok Vin terasa begitu berat ia lupakan. “ Rei lo ikut OSIS kan??? Lolos kan??” Tanya Saska, sahabatnya semenjak SMP. Seorang gadis yang baik dan ramah, ia juga ceria dan peduli pada semua orang yang ia sayang. “ Iya woyy, gue seneng banget bisa lolos” jawab Rei bersemangat. “ Gila sih Rei, lo mah bakal jadi famous” timpal Queenta, seorang gadis populer dengan kulit kekuningan dan keturunan Cina Indonesia dan Thailand. Periang dan blak blakan, ia juga termasuk murid yang dapat diperhitungkan.
32 | M e n a n t i “ Ga lah, gw masuk OSIS biar ada kegiatan aja, lagian seru” Balas Rei kembali sambil menggelengkan kepalanya. “ Kece” balas Quen kembali sambil mengacungkan kedua jempolnya. “ Eh lo pada tau ga si, masa ada anak pindahan tau ke kelas kita” ujar saska membuka topik baru. “ Siapa namanya?” Tanya Queen sambil meminum boba tea miliknya “ Kevin apa gitu” balas saska kembali “ Kevin? Kyknya pernah denger gw” Timpal Rei menanggapi. “ Itu ga si Rei, temen lama lo?” Balas Febi, seorang gadis tinggi dengan kacamata Korean style. Tampak sangat berwibawa dan sangat dihormati di kelas dan di sekolah. “ Gatau deh, mukanya aja gw ga tau” Balas Rei kembali sambil mengangkat bahunya. “ Jangan-jangan kayak di Drakorr!!” ujar Ririn, gadis imut maniak drakor dan k-popers garis keras. “ Drakor aja terus lo mah” Balas Queen yang kesal melihat teman bucinnya yang senang menyangkut pautkan realita dengan fiksi itu.
33 | M e n a n t i Rei tertawa melihat tingkah Ririn yang random parah. *** “ Haloo, anak baru ya?” sapa Rei kepada seorang lelaki tinggi dengan wajah tampan. Ia tinggi semampai berkulit putih dan mengenakan tas hitam, tampak jaket jeans yang ia ikatkan di pinggangnya dan headset hitam yang ia kalungkan di lehernya. “ Iya, oiya ini duduknya bebas atau gimana?” Tanya nya sambil melihat kursi kosong di sekelilingnya. “ Ohh bebas kok, sebelahku kosong” Tawar Rei kepadanya, ia kemudian menunjuk sebuah kursi di ujung kelas paling belakang dan paling pojok didekat jendela. “ Boleh gw di sana?” Tanya nya kemudian. “ Boleh silahkan, oiya nama lo siapa?” Tanya Rei penasaran, kemudian ia tersenyum dan mengangkat alisnya. “ Kevin Narendra, biasanya pada manggil Kev” Balasnya sambil tersenyum balik. Rei terdiam, memang benar namanya kevin namun nama belakangnya berbeda. Sahabatnya memiliki nama belakang Mahendra. “ O-oh oke” Balas Rei kecewa.
34 | M e n a n t i “ Kenapa?” Tanya nya penasaran. “ Ga kok, gw Cuma inget temen lama” balas Rei kembali sambil tersenyum ramah. “ Oh jadi lo ya yang terkenal gamon 8 tahun, otw 9 tahun nih” Ledek nya. “ Hahaha, ngenes” Balas Rei kembali menanggapi jokes Kev. Rei langsung duduk dan meletakkan tas nya “ Oiya anak baru boleh join OSIS kan?” Tanyanya kembali. “ Boleh aja si sepertinya” Balas Rei sambil sedikit membalikkan tubuhnya. “ Oke, soalnya gw juga pengen” “ Siap siap, semangat Kev” Ujar Rei memberikan semangat. *** LDKO pun tiba, seluruh siswa sedang ditempa sekeraskerasnya agar menjadi disiplin dan bertanggung jawab. Di sebuah villa di puncak LDKO itu dilaksanakan, di tengah hamparan rerumputan di dekat hutan, juga terdapat danau yang indah disana, namun mereka ke sana tentunya bukan untuk liburan. Di tengah acara LDKO Rei tengah
35 | M e n a n t i mencatat materi namun tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya, “ Ramu Reina ya?” Tanya seorang laki laki panitia dari kakak kelas ( Osis ) “ Eh iya, maaf kak kenapa ya?” Ujarnya dengan penasaran, sedikit perasaan takut menghampirinya. “ Oh gapapa, lanjutin. Maaf saya ganggu” “ Oh iya gapapa kak” Balasnya kembali sambil tersenyum kecil. Aneh, tiba tiba nanya nama. Fikirnya dalam hati. Kakak kelas tadi mendekati temannya lalu berbisik, temannya hanya mengangguk angguk. Reina semakin bingung, ia kemudian berbisik pada shaska. “ Cuy, masa gw di omongin” “ Dih masa?” Tanya shaska yang kaget. “ Iya cuy” Kemudian mereka kembali mencatat materi hingga sesi selesai. Masih terbesit rasa penasaran dalam kalbu Rei, namun ia mengurungkan niatnya untuk kembali bertanya pada panitia tadi. ***
36 | M e n a n t i Malam pun tiba, saat Rei mencoba tidur di asrama tiba tiba seseorang mengetuk pintu. Salah satu penghuni kamar keluar “ Rei ada yang mau ketemu lo nih” Reina yang bingung langsung keluar, ternyata kakak kelas tadi. Ia segera keluar lalu ternyata ia diajak berbicara, sesaat mereka berjalan agak jauh dari asrama. “ Maaf kak, ada apa ya? Saya salah sesuatu kah?” Dengan gelisah ia bertanya, ia khawatir melakukan kesalahan. “ Ga usah takut, kamu ga kenal saya?” Tanya kakak kelas itu sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Rei. “ Engga kak” “ Dulu kamu punya temen yang namanya Vin?” Tanya nya kembali. “ Iya, kok tau?” Tanya Rei yang bingung dengan pertanyaan nya.
37 | P u l a n g k e m b a l i BAB 4 Pulang kembali “ Aku Kevin Mahendra Rei” Ujarnya dengan senyumannya yang khas itu. Seketika Rei membeku, terbayang dalam benaknya waktu yang selama ini ia luangkan untuk menunggu kehadirannya. Dan segelimang kekecewaannya padanya, dengan segenap rasa dan lukanya itupun ia diam membisu. Kevin yang bingung dan khawatir mencoba mendekat. Reina langsung melayangkan tinjunya mengenai perut kevin, kevin tersungkur karena tak sempat menangkis tinju Reina. Kevin menahan sakit di perutnya yang terasa panas dan perih akibat tinju Rei, ia menatap Rei dalam keadaan tersungkur. Tampak dalam wajahnya rasa kecewa, kesedihan, dan amarahnya. Reina bernafas berat, menahan amarah, sedih, kecewa, dan bahagia secara bersamaan. “ Kau tau aku menunggu mu lebih dari 4 tahun Vin..” Nada bicaranya menurun. Vin berusaha bangkit kemudian mendekat dengan Rei.
38 | P u l a n g k e m b a l i Vin mendekap Rei dengan lembut, perlahan ia mengelus rambut halusnya. Dengan segenap rindunya ia menenangkan gadis kecilnya yang rapuh. “ Lama ya ga ketemu, kangen tau” ucap Vin membuka pembicaraan. “ Pembohong, katanya nanti ketemu lagi di taman” Ujar Rei dengan kesal. “ sekarang ini dimana?” “ Taman, tapi ini kan di puncak!” Tolak Rei dengan keras. Tampak cemberutnya terlukis di bibir manisnya. “ Hahaha oke deh.. maaf ya Rei” Ujar Vin kembali, ia memejamkan matanya sambil terus menenangkan Dandelionnya. “ Kamu keluar kotanya sampe bertahun tahun” Keluh Rei kembali sambil mencoba melepaskan dekapan Vin. “ Hahaha hmm…” Ujar Vin sambil membuka kelopak matanya, sedikit penyesalan terukir dalam benaknya. “ Dah lah, balik sana ke asrama kamu. Nanti dikiranya aneh aneh sama panitia” ujar Reina sambil berbalik dan berjalan kembali ke asrama. Dengan tatapan sendu Vin menatap Rei yang berjalan melewati semak-semak dan
39 | P u l a n g k e m b a l i bunga-bunga yang indah, terbayang dalam fikirnya saat ia bertemu dengan Rei pertama kalinya. “ Oke Reina..” Ujarnya sambil mencoba tersenyum. Dengan berat hati ia menahan langkah dan tangannya untuk menggapai Reina yang terus pergi. Langkahnya tertahan, tubuhnya berbalik sebentar. Kevin melihatnya bingung, Rei kembali menatap kevin. “ Wleeeee….” Ujar Reina sambil melet Kevin tersipu, kemudian Reina berlari kabur ke asrama sambil tertawa. Vin tersenyum melihat sikap menggemaskan Rei. *** “ Gila cuy gweh kaget pas bangun lo pada udah gaada” gerutu Reina ketika sarapan. “ Lagian lo ngapain malem malem sama tuh kakek” Tanya seseorang yang juga sekamar dengan mereka “ Au ga jelas emang” balas Reina sebal. “ Tapi lo ga di apa-apain kan?” Tanya Saska yang tibatiba nimbrung sambil sibuk mengunyah nasi goreng seafood. “ YA ENGGA LAH GILA YA LO” Bantah Rei dengan keras.
40 | P u l a n g k e m b a l i “ Hahahaha ga gitu maksudnya kok Rei” Jawab Saska kembali. Rei cemberut, sambil terus melanjutkan sarapannya. “ Seluruh peserta LDKO segera menuju danau dalam 2 menit!” Suara dari speaker cafeteria menggema. Sontak Rei dan Saska langsung beranjak. Seluruh peserta langsung dengan sigap mencuci tangan dan membersihkan piringnya masing masing, sampainya di danau mereka semua langsung berbaris. Rei sekilas melihat Vin yang sedang berbincang dengan panitia, namun fokusnya teralihkan oleh informasi tentang games kali ini. “ Jadi nanti kalian di sini bagi tim kalian kan 5 orang, ada 2 yang pelari di pos 1 dan 2, 2 lagi nanti mendayung kayak dari ujung danau ke pos 3 dan 1 orang naik sepeda ke pos 4” “ Siap, mengerti!” jawab seluruh peserta serempak. *** “ Cuy gw lari aja ya, gw ga bisa renang” ujar Vivi, pupil matanya membesar dan ia mengangguk. Anggota kelompok lain saling menatap dan mereka tampak ragu.
41 | P u l a n g k e m b a l i “ Tapi lo cepet ga?” Tanya Farel ketua kelompok memastikan. “ Tenang aja, dia mah udah kayak cheetah” balas Saska meyakinkan. “ Gw kayak sama Saska” kata Rei dengan mantap, Farel kemudian mengagguk-angguk. Lalu menatap Dean, “ Gw sepedah aja deh, males lari” ujar Dean, kemudian Farel menjentikkan jarinya. “ Sip ya udah jadinya gw sama vivi lari, Dean sepeda, Saska sama Rei,” Ujar Farel menyimpulkan. “ Sip,” kata saska, kemudian Farel mengangkat tangannya dengan bersemangat. Anggota lain pun turut menyatukan tangan mereka semua. “ Team 5! BISA BISA BISAA!” Ujar mereka berlima serempak sambil mengangkat kembali tangan mereka. *** Di tengah rimbunnya hutan Para peserta berjalan menuju danau, mereka kemudian berbaris sesuai tugas masingmasing. Di antara pohon-pohon pinus yang gagah dan angkasa biru yang berwibawa, dihiasi awan putih kelabu yang lemah lembut dalam keindahan cakrawala. Kemudian Games dimulai, Farel sudah bersiap di
42 | P u l a n g k e m b a l i posisinya, dengan menggenggam sebuah kertas yang akan di estafet ia bersiap di garis awal. “ Ready??? GOOO” Ujar panitia sambil meniup peluit dan mengibarkan bendera start. Farel langsung berlari secepat kilat, ia melalui lintasan yang mengitari danau dengan cepat ia langsung mencapai pos 2 yang terletak di dalam hutan di sekitar danau. Ia langsung memberi kertas itu dan duduk di kursi yang disediakan, sementara Vivi langsung berlari secepat kilat. Sesampainya di sebuah dermaga kecil ia langsung mengoper kertas untuk di estafet, saska dengan sigap langsung mengambil kertas itu, tim lain dengan cepat menyusul. Tanpa menunggu Rei langsung mengayuh kayak dengan terburu-buuru. “ Pelan-pelan Rei! Hampir jatoh nih” Ujar Saska sambil mencoba mempertahankan keseimbangannya. “ Maaf maaf, ayo buruan Sas!” Ujar Rei sambil mengayuh lebih perlahan sembari menunggu Saska. Saska segera mendayung juga, mereka melaju cepat ke tengah danau dan beradu cepat dengan kelompok 3 yang hampir menyusul. Kevin yang merupakan bagian dokumentasi mengarahkan kameranya ke arah mereka.
43 | P u l a n g k e m b a l i “ Lo suka sama cewek yang di tim 5 ?” Tanya Zion sambil melipat tangannya, seorang laki-laki dengan kulit putih dan wajah pucat khasnya yang membuatnya tampak menyeramkan. “ Temen lama gue On” Balas Kevin sambil melihat hasil jepretannya. Kevin meletakkan kameranya lalu menatap Zion, Zion menatap balas lalu kevin melanjutkan perkataannya. “ Cantik ya?” Ujarnya sambil menyeringai dan mendekatkan wajahnya ke wajah Zion. “ Iya, jadi lo suka?” Tanya Zion. “ She was my first love Zion” Ujar Kevin sambil mengangkat bahunya. Zion terdiam, kemudian tersenyum dan meletakkan tangannya di pundak Kevin. “ Cinta pertama itu sulit diraih Kevin Mahendra, gamau sama Diana aja yang udah lama nungguin lo? Setahun lebih Vin..” Ledek Zion sambil sedikit tertawa kecil. “ Reina lebih dari seorang Diana Olivia, lo ga bakal ngerti sebelum lo kenal sama dia Zion. Lo ga bakal percaya kalo gue yang cerita kan? Lo kenalan aja sama dia, Tanya sendiri sama orangnya” ujar Kevin lalu pergi dan mencari